Upload
muharrier
View
161
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pengujian bahan merupakan ilmu yang sangat berguna bagi
pengembangan mutu dan kondisi suatu bangunan, dimana pada masa sekarang
ini sangat diperlukan pengembangannya. Salah satu cara untuk mencapai hal
tersebut yaitu dengan diadakannya praktek pengujian bahan.
Tujuan pengujian bahan adalah untuk mempelajari karakteristik dari
setiap jenis bahan yang akan digunakannya dalam pembuatan beton, sehingga
bahan-bahan yang diproduksikan mempunyai sifat yang beragam dengan
demikian harus benar-benar terpelihara dari kotoran dan pada saat bersamaan
harus mempertahankan pula keseimbangannya, agar kualitas dan kuantitasnya
beton dapat terjamin.
Pada pengujian ini juga dilakukan pemeriksaan tentang cara kerjanya
terhadap bahan-bahan (material) yang akan digunakan sehingga hasil
pekerjaannya menjadi lebih baik. Adapun tujuan dari pada penelitian yaitu :
untuk dapat mengetahui mutu dan sifat dari suatu bahan (material) yang
digunakan pada konstruksi.
Untuk dapat mewujudkan suatu tujuan tersebut perlu diadakan
pengujian-pengujian atau percobaan-percobaan baik dilapangan ataupun
laboratorium. Dalam laporan dijelaskan tentang cara, peralatan dan bahan yang
digunakan dalam melakukan praktek pengujian bahan I didalam laboratorium.
Walaupun tidak terungkap secara keseluruhan dari hasil praktek, tetapi secara
garis besar akan memberi gambaran kepada kita tentang hal-hal yang berkenan
dengan pengujian itu sendiri.
Pengujian-pengujian bahan I meliputi materi-materi seperti berikut :
1. Pengujian kayu
Pengujian kayu meliputi :
a. Pengujian kadar air
b. Pengujian berat jenis
c. Pengujian keteguhan tekan tegak lurus serat
d. Pengujian keteguhan tekan sejajar serat
e. Pengujian keteguhan geser sejajar serat kayu
id3548296 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
2
2. Pengujian Mortar
Pengujian mortar meliputi ;
a. Konsistensi mortar dengan flow table
b. Waktu pengikatan mortar
c. Kuat tekan mortar
d. Kuat lentur mortar
3. Pengujian batu bata merah
Pengujian batu bata merah meliputi :
a. Pengujian sifat fisis batu bata
b. Penentuan kuat tekan batu bata
c. Pengujian penyerapan batu bata
4. Pengujian aspal
Pengujian aspal meliputi :
a. Penetrasi aspal
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
3
BAB II
EVALUASI
2.1 Kadar Air Kayu
2.1.1 Referensi
1. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2,
Bandung, 1996
2. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan, Bandung, 1996
3. John Stefford, dkk, Teknologi Kerja Kayu, Erlangga, Jakarta, 1986
4. Job Sheet Pengujian Bahan I
2.1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari menentukan kadar air adalah untuk menentukan kadar air
yang terkandung dalam kayu pada berbagai keadaan, basah, kering, udara dan
pada keseimbangan kadar air, dapat menerangkan cara-cara pelaksanaan
penentuan kadar air pada kayu dan didapat mampu menilai karakteristik kayu
ditinjau dari kadar airnya.
2.1.3 Dasar Teori
Kayu sebagai bahan bangunan dapat mengikat dan juga melepaskan air
yang dikandungnya. Keadaan ini tergantung pada suhu udara disekelilingnya,
dimana kayu itu berada. Pada dasarnya pengeringan kayu bertujuan untuk
mengeluarkan air yang terdapat didalam kayu. Keuntungan dari pengeringan
itu adalah untuk menjaga kestabilan dimensi kayu dan menambah kekuatan
kayu.
Jadi jelaslah bahwa pengujian kadar air diperlukan untuk mengetahui
kekuatan dan mutu kayu, karena makin rendah kadar airnya maka makin kuat
kayu tersebut. Kadar air adalah perbedaan antara berat kayu sebelum
dikeringkan dengan berat kayu sesudah dikeringkan terhadap berat kayu
kering, dinyatakan dalam persentase.
2.1.4 Peralatan dan Bahan
Paralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan kadar air
adalah sebagai berikut :
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
4
1. Peralatan
a. Gergaji potong
b. Oven listrik
c. Timbangan digital ketelitian 0,01 gram
d. Jangka sorong
Timbangan Ketelitian 0.01 Oven
Jangka sorong Gergaji potong
2. Bahan
Kayu berukuran 5 x 5 x 5 cm sebanyak 5 potong.
Sampel
5,1
4,4
4,6
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
5
2.1.5 Keselamatan Kerja
1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing
2. Simpan alat pada tempatnya
3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan
4. Mengikuti instruksi dari instruktur
5. Menggunakan seragam praktek
6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja
2.1.6 Prosedur Pelaksanaan
1. Penimbangan pertama/awal
Setelah kayu dipotong sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan,
benda uji tersebut ditimbang beratnya dengan ketelitian + 0,2%.
Dengan menggunakan timbangan digital. Setelah ditimbang catat berat
benda uji tersebut.
2. Pengeringan didalam oven
Setelah benda uji tersebut ditimbang beratnya, kemudian masukkan
benda uji tersebut ke dalam oven yang telah disediakan pada suhu tetap
103o + 2o C sampai mencapai berat tetap.
3. Penimbangan akhir
Setelah benda uji tersebut dikeluarkan dalam oven dinginkan benda uji
tersebut sebelum ditimbang. Setelah didinginkan benda uji tersebut
ditimbang kembali, lalu catat hasil dari masing-masing benda uji
tersebut.
2.1.7 Data dan Perhitungan
Untuk mengetahui berapa kadar air yang terkandung dalam masing-
masing benda uji tersebut, hitung dengan rumus dibawah ini.
Kadar Air =
Ket :
B = Berat awal
B1 = Berat akhir (berat kering setelah oven)
B � B1 B1
x 100%
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
6
Tabel Pengujian Kadar Air Kayu
P L T1 5,1 4,5 4,3 22,95 62,25 45,12 37,9652 4,9 4,6 4,6 22,54 64,03 46,17 38,6833 5,1 4,6 4,4 23,46 60,79 45,72 32,9624 5,1 4,8 4,5 24,48 65,64 47,20 39,0685 5,1 4,5 4,8 22,95 65,6 46,76 40,291
Rata-rata 37,794
Berat Kering (B1)
Kadar Air Kayu (%)
No. Sampel
Ukuran (cm)Luas (A)
Berat Awal (B)
2.2 Berat Jenis Kayu
2.2.1 Referensi
1. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan
2, Bandung, 1996
2. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium
Pengujian Bahan, Bandung, 1996
3. John Stefford, dkk, Teknologi Kerja Kayu, Erlangga,
Jakarta, 1986
4. Job Sheet Pengujian Bahan I
2.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari menguji berat jenis kayu adalah untuk mengetahui cara
menghitung berat jenis kayu secara teliti dan benar, dapat mempergunakan alat
dengan baik dan benar sesuai dengan fungsinya dan supaya dapat menerangkan
cara penentuan berat jenis kayu, serta dapat menilai karakteristik kayu ditinjau
dari berat jenisnya.
2.2.3 Dasar Teori
Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara minimum
0.20 (kayu basah) hingga berat jenis 1.28 (kayu nani). Berat jenis kayu pada
umumnya berbanding lurus dengan kekuatan dari pada kayu atau sifat-sifat
mekanisnya, makin tinggi harga berat jenis kayu, maka kekuatan kayu makin
tinggi pula.
Berat jenis ditentukan antara lain oleh tebal dinding sel, kecilnya
rongga sel yang membentuk pori-pori. Berat jenis diperoleh dari perbandingan
antara volume kayu tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standart.
Umumnya berat jenis kayu ditentukan berdasarkan berat kayu kering oven atau
kering udara dan volume kayu pada posisi kadar air tersebut.
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
7
2.2.4 Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menguji berat jenis kayu
adalah sebagai berikut :
1. Peralatan
a. Gergaji potong
b. Oven listrik
c. Timbangan digital ketelitian 0,01 gram
d. Jangka sorong
Timbangan Ketelitian 0.01 Oven
Jangka sorong Gergaji potong
2. Bahan
Kayu berukuran 5 x 5 x 5 cm sebanyak 5 potong.
5
5
5
Sampel
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
8
2.2.5 Keselamatan Kerja
1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing
2. Simpan alat pada tempatnya
3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan
4. Mengikuti instruksi dari instruktur
5. Menggunakan seragam praktek
6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja
2.2.6 Prosedur Pelaksanaan
- Ukur dimensi benda uji, yakni panjang, lebar, dan tinggi dengan
menggunakan jangka sorong atau mistar.
- Tentukan volume masing-masing benda uji tersebut sebelum
menentukan berat jenis pada masing-masing benda uji.
- Timbang masing-masing benda uji tersebut dengan menggunakan
timbangan digital.
- Tentukan kadar air masing-masing benda uji seperti pengujian
sebelumnya.
2.2.7 Data dan Perhitungan
Untuk mengetahui berapa berat jenis yang terdapat pada masing-
masing benda uji tersebut gunakan rumus :
Berat jenis =
Ket :
B = Berat benda uji pada kadar air asli
p = Panjang benda uji
l = Lebar benda uji
t = Tinggi benda uji
Apabila berat jenis diperhitungkan atas dasar benda uji pada keadaan
kering oven, maka dapat dipakai rumus :
Berat jenis =
Ket :
M = Kadar air kayu, dalam %
B p . l . t
B
M 1 + . p . l . t 100
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
9
Tabel pengujian berat jenis
P L T
1 5,1 4,5 4,3 22,95 62,25 45,12 37,965 0,4572 4,9 4,6 4,6 22,54 64,03 46,17 38,683 0,4453 5,1 4,6 4,4 23,46 60,79 45,72 32,962 0,4434 5,1 4,8 4,5 24,48 65,64 47,20 39,068 0,4285 5,1 4,5 4,8 22,95 65,6 46,76 40,291 0,424
Rata-rata 37,794 0,440
No. Sampel Luas (A)Berat Awal
(B)Berat Kering
(B1)Kadar Air Kayu (%)
BJ KayuUkuran (cm)
2.3 Keteguhan Tekan Tegak Lurus Serat Kayu
2.3.1 Referensi
1. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2,
Bandung, 1996
2. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan, Bandung, 1996
3. John Stefford, dkk, Teknologi Kerja Kayu, Erlangga, Jakarta, 1986
4. Job Sheet Pengujian Bahan I
2.3.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari pengujian kuat tekan sejajar serat kayu adalah untuk dapat
menentukan keteguhan tekan pada kayu serta dapat menilai kelas kekuatan
kayu, dapat menerangkan cara pengujian keteguhan tekan sejajar serat kayu
dengan ketelitian yang cukup, dan dapat menggunakan alat dan bahan secara
baik dan benar, serta mampu menentukan karakteristik kayu ditinjau dari
kekuatan tekan sejajar seratnya.
2.3.3 Dasar Teori
Kayu mempunyai sifat dan bentuk yang berbeda-beda, bukan saja
karena perbedaan jenis pohon, tetapi juga tergantung pada banyak faktor lain
seperti : keadaan musim, keadaan alam sekeliling pohon. Berbeda dengan baja,
kayu tidak mempunyai batas kenyal tetapi diagram ó/å untuk suatu arah
mempunyai bagian yang lurus sebelum membengkok. Oleh karena itu kayu
tidak mempunyai batas kenyal tetapi mempunyai batas proporsional yaitu
sebah titik pertemuan diagram pada ó/å antara garis yang lurus dan yang
bengkok (P). Kayu lebih kuat mendukung gaya tekan sejajar arah serat
daripada tegak lurus serat.
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
10
2.3.4 Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan keteguhan
tekan sejajar serat kayu pada masing-masing benda uji adalah sebagai berikut :
1. Peralatan
a. Gergaji potong
b. Mesin Tekan 1000 kN
c. Alat pengukur panjang
d. Alat pengukur deformasi ketelitian 0,002 mm
e. Oven listrik
Mesin tekan Oven
2. Bahan
Kayu berukuran 5 x 5 x 15 cm sebanyak 5 potong
Benda Uji sebelum Pengujian Benda Uji setelah Pengujian
4,5
4,8 15,3
P
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
11
2.3.5 Keselamatan Kerja
1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing
2. Simpan alat pada tempatnya
3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan
4. Mengikuti instruksi dari instruktur
5. Menggunakan seragam praktek
6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja
2.3.6 Prosedur Pelaksanaan
1. Tahap awal
Potong masing-masing benda uji yang sesuai dengan kebutuhan.
2. Peletakan benda uji
Benda uji diletakkan ditengah-tengah dan diantara dua pelat penekan
mesin tekan sedemikian rupa sehingga arah bekerja beban tekan
sejajar dengan arah serat kayu.
3. Pemberian beban tekan dan deformasi
Mesin tekan dijalankan dan beban diberkan secara teratur dengan
kecepatan gerak menekan sebesar 0,008 cm panjang benda uji (disini
panjang benda uji 20 cm, maka kecepatan gerak mesin 0,008 x 20 =
0,16 cm setiap menit. Deformasi yang terjadi pada benda uji dicatat
pada curva secara teratur. Alat pengukur deformasi i diletakkan
ditengah-tengah arah panjang benda uji.
Alat pengukur deformasi yang standar ialah compressometer. Bila
alat ini tidak ada, maka dapat hanya diukur deformasi terbesar pada
saat benda uji pecah/patah untuh dapat menyesuaikan kecepatan
gerak beban tekan.
Pada pengujian tekan, beban diberikan terus secara teratur sampai
tercapai deformasi sebesar 15 cm atau sampai benda
pecah/retak/belah dan tidak mampu menahan beban lebih besar.
Setelah hal ini dicapai beban dihentikan, benda uji dikeluarkan dari
mesin tekan lalu diamati retak-retak yang terjadi. Catat beban
maksimum, misalnya P kg
4. Retak-retak setelah pengujian tekan
Retak yang timbul dapat berbentuk seperti berikut :
a. Retak mendatar
b. Retak berbentuk baji
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
12
c. Retak geser
d. Belah memanjang
e. Retak kompresidan geser
f. Retak ujung
5. Penentuan kadar air
Segera setelah selesai pengujian keteguhan tekan, benda uji sekitar
tempat patah dipotong sepanjang 2,5 cm untuk penentuan kadar
airnya. Cara penentuan kadar air sama seperti pengujian kadar air
pada kayu berukuran 5 x 5 x 5 cm.
2.3.7 Data dan Perhitungan
Untuk dapat mengetahui berapa beban tekan maksimum gunakan
rumus seperti dibawah ini :
Keteguhan tekan = tl
P
.. kg / cm2
Ket :
P = Beban tekan maksimum
l = Lebar benda uji
t = Tinggi (tebal) benda uji
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
13
2.4 Keteguhan Tekan Sejajar Serat Kayu
2.4.1 Referensi
1. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2,
Bandung, 1996
2. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan, Bandung, 1996
3. John Stefford, dkk, Teknologi Kerja Kayu, Erlangga, Jakarta, 1986
4. Job Sheet Pengujian Bahan I
2.4.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari pengujian keteguhan tekan tegak lurus serat pada kayu
adalah untuk dapat menentukan keteguhan kayu dengan teliti, untuk
mengetahui cara menghitung kuat tekan tegak lurus serat dengan teliti dan
benar, dapat mengetahui penggunaan alat secara baik dan benar, serta untuk
dapat mengetahui kelas kayu.
2.4.2 Dasar Teori
Keteguhan tekan suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan
muatan jika kayu itu dipergunakan untuk penggunaan tertentu. Keteguhan
tekan tegak lurus serat menentukan ketahanan kayu terhadap beban. Seperti
halnya berat rel kereta api oleh bantalan dibawahnya. Keteguhan ini
mempunyai hubungan juga dengan kekerasan kayu dan keteguhan geser.
Keteguhan tekan tegak lurus arah serat pada semua kayu lebih kecil daripada
keteguhan tekan sejajar serat kayu.
2.4.3 Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan keteguhan
tekan sejajar serat kayu adalah sebagai berikut.
1. Peralatan
a. Gergaji potong
b. Mesin tekan 100 kN
c. Alat pengukur panjang
d. Alat pengukur deformasi ketelitian 0,002 mm
e. Timbangan digital
f. Oven listrik
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
14
2. Bahan
Kayu berukuran 5 x 5 x 20 cm sebanyak 5 potong
2.4.4 Keselamatan Kerja
1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing
2. Simpan alat pada tempatnya
3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan
4. Mengikuti instruksi dari instruktur
5. Menggunakan seragam praktek
6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja
20
4,4
4,5
Benda Uji sebelum Pengujian Benda Uji setelah Pengujian
P
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
15
2.4.5 Prosedur Pelaksanaan
1. Pemberian beban tekan
Mesin tekan dijalankan dan beban diberikan melalui pelat baja secara
teratur dengan kecepatan gerakan 0,3 mm/menit, ketelitian 0,002 mm.
alat pengukuran deformasi diletakkan sedemikian rupa sehingga
deformasi pada bidang tekan dapat diukur. Beban tekan dihentika
apabila telah tercapai deformasi sebesar 2,5 mm. Besarnya beban
dicatat.
2.4.6 Data dan Perhitungan
Untuk dapat menentukan keteguahan tekan tegak lurus serat
digunakan rumus seperti berikut :
Kuat tekan = kg/cm2
Ket :
P = Beban tekan
A = Luas bidang tekan
P
A
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
16
2.4.8 Kesimpulan
Dari pengujian didapat bahwa kayu tersebut tergolong ke dalam kayu
kelas III.
2.5 Keteguhan Geser Sejajar Serat Kayu
2.5.1 Referensi
1. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2,
Bandung, 1996
2. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan, Bandung, 1996
3. John Stefford, dkk, Teknologi Kerja Kayu, Erlangga, Jakarta, 1986
4. Job Sheet Pengujian Bahan I
2.5.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari pengujian keteguhan geser sejajar serat kayu adalah untuk
dapat menentukan keteguhan geser sejajar serat kayu pada masing-masing
benda uji, untuk dapat mengetahui cara menghitung kuat geser sejajar serat
dengan teliti dan benar, serta tata laksana pengujian kuat tekan geser kayu.
Dapat menggunakan alat sesuai dengan fungsinya secara baik dan benar.
2.5.3 Dasar Teori
Kayu mempunyai sifat dan bentuk yang berbeda-beda bukan saja
karena perbedaan jenis pohon, tetapi juga tergantung pada banyak faktor lain
seperti keadaan musim, keadaan sekeliling pohon. Yang dimaksud keteguhan
geser adalah suatu ukuran kekuatan kayu dalam hal kemampuannya menahan
gaya-gaya yang bekerja membuat suatu bagian kayu tersebut bergeser atau
tergelincir dari bagian lain didekatnya.
Dalam hal ini dibedakan 3 macam keteguhan yaitu keteguhan geser
sejajar arah serat, keteguhan geser tegak lurus arah serat dan keteguhan geser
miring. Pada keteguhan geser tegak lurus arah serat lebih besar daripada
keteguhan geser sejajar serat kayu.
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
17
2.5.4 Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menguji keteguhan geser
sejajar serat kayu pada masing-masing benda uji adalah sebagai berikut :
1. Peralatan
a. Gergaji potong
b. Mesin gergaji pita
c. Mesin gergaji belah
d. Mesin tekan 50 kN
e. Alat ukur panjang
f. Alat perlengkapan untuk menjepit benda uji
g. Plat
2. Bahan
Kayu berukuran 7 x 3 x 5 cm sebanyak 5 potong
3
2.2
2
6.2 2.2
Alat Tekan Uji Geser
Benda Uji sebelum Pengujian
Benda Uji sesudah Pengujian
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
18
2.5.5 Keselamatan Kerja
1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing
2. Simpan alat pada tempatnya
3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan
4. Mengikuti instruksi dari instruktur
5. Menggunakan seragam praktek
6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja
2.5.6 Prosedur Pelaksanaan
1. Tahap awal
Potong kayu sebagai benda uji sesuai dengan ukuran dan gambar
yang telah diberikan.
2. Tahap Tekan
Tempat benda uji dialat tekan dengan posisi benda uji seperti gambar
lalu sisipkan plat dikaki benda uji, lalu putarkan alat benda uji untuk
dapat menentukan berapa kuat geser pada masing-masing benda uji
tersebut.
3. Tahap akhir
Catat hasil yang telah ditemukan pada masing-masing benda uji
tersebut.
2.5.7 Data dan Perhitungan
Ketegukan geser dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Keteguhan geser = kg/cm2
Ket :
P = Beban maksimum
p = panjang bidang geser
l = Lebar bidang geser
P
p . l
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
19
2.6 Pengujian Konsistensi Mortal dengan Flow Table
2.6.1 Referensi
1. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan, Bandung, 1996
2. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2,
Bandung, 1996
2.6.2 Tujuan
Tujuan percobaan mortar dengan menggunakan flow table adalah untuk
dapat menentukan konsistensi mortar yang terbuat dari semen portland, air dan
pasir, dapat menentukan jumlah air yang optimum agar menghasilkan mortar
yang mudah dikerjakan, dan dapat menggunakan alat dengan terampil.
2.6.3 Dasar Teori
Kebutuhan air untuk menghasilkan mortar yang enak untuk dikerjakan
adalah penting sebelum mortar digunakan. Mortar yang terlalu banyak air akan
encer, sehingga mortarnya sulit dikerjakan, baik pada pasangan mortar pada
batu bata maupun untuk pekerjaan plester, khususnya untuk plester. Hal ini
disebabkan mortarnya akan turun, sehingga tidak dapat menempel pada
dinding batu bata, demikian pula jika digunakan untuk aduk pasangan, mortar
yang terlalu encer sulir menahan batu batanya. Mortar yang kekurangan air
atau terlalu kering pengaruhnya sama, yaitu sulit dikerjakan karena mortar
yang kering pada waktu diratakan dengan mistar akan mengalami kesulitan.
Untuk itulah sebelum mortar tadi digunakan, perlu diuji terlebih dahulu
kebutuhan airnya, sehingga pada waktu pemakaian tidak kelebihan air atau
kekurangan air. Pengujian yang dilakukan dilaboratorium adalah dengan
menggunakan alat flow table. Dengan alat ini dapat dicari banyaknya air untuk
keperluan membuat aduk. Dari pengujian ini kita, dapat mengetahui secara
visual keenceran adukan, sehingga setelah melakukan pengujian
dilaboratorium, kita mendapatkan gambaran seberapa banyak yang dibutuhkan
untuk menghasilkan mortar yang baik.
2.6.4 Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan konsistensi
mortar dengan menggunakan flow table adalah sebagai berikut :
Peralatan
a. Mesin pengaduk mortar
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
20
b. Timbangan dengan ketelitian 1 gram
c. Gelas ukur
d. Alat Folw Table
e. Stopwatch
f. Cawan
g. Sendok aduk
h. Spatula
i. Sarung tangan
Bahan
j. Semen Portland = 500 gr
k. Pasir = 1.500 gr
l. Air = 400 ml
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
21
2.10 Pengujian Sifat Fisis Batu Bata
2.10.1 Referensi
Ir. Yunief, dkk, Petunjuk Praktikum Bahan Bangunan I, Bandung, 1996
2.10.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan sifat fisis batu bata adalah untuk dapat
menentukan prosedur bata dan ukuran bata merah dengan benar, dapat
menentukan ukuran dan bentuk luar batu bata merah.
2.10.3 Dasar Teori
Pengujian bata merah meliputi :
1. Pengujian Ukuran
o Panjang
o Lebar
o Tebal
o Berat
2. Pengujian Tampak Luar
o Bidang-bidangnya
o Rusuk-rusuknya
o Warna dan penampang
Uji warna dan penampang bata
Uji warna dan retak-retak adalah mengambil warna dan permukaan bata
keretakan yang terdapat pada penampang potongan bata. Warna dinyatakan
dengan warna tua, merah muda, kekuning-kuningan, kemerah-merahan, keabu-
abuan dan sebagainya. Warna pada belahan merata atau tidak, mengandung
butir-butir kasar atau tidak, serta rongga-rongga didalamnya.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data :
- Warna bata
- Kehalusan butiran
- Kekerasan butiran
- Rongga-rongga pada penampang potongan
Uji bentuk
Uji tampak luar dinyatakan dengan bidang-bidangnya rata atau tidak
rata, menunjukkan retak-retak atau tidak, rusuk-rusuknya siku dan tajam atau
tidak, rapuh atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut diatas, digunakan alat
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
22
penyiku yang akhirnya disimpulkan bentuk yang tidak sempurna ada berapa %
dari jumlah yang diperiksa
Uji ukuran
Ukuran batu bata merah yang sesuai dengan standar ada 2 macam,
yaitu:
a. Batu Bata Merah : panjang 240 mm, lebar 115 mm, tinggi 52 mm
b. Batu Bata Merah : panjang 230 mm, lebar 110 mm, tinggi 50 mm
Penyimpangan maksimum diperbolehkan sebesar :
o Panjang maksimum 3 %
o Lebar maksimum 4 %
o Tebal maksimum 5 %
Tetapi antara bata ukuran terbesar dan terkecil selisih maksimum yang
diperbolehkan ialah untuk panjang 10 mm, lebar 5 mm, tebal 4 mm.
Jumlah penyimpangan tiap mutu bata sebesar :
a. Bata merah tingkat I : tidak ada yang menyimpang
b. Bata merah tingkat II : satu buah dari sepuluh benda uji
c. Bata merah tingkat III : dua buah dari sepuluh benda uji.
Uji Berat
Diambil data yang dalam kondisi utuh dari sembarang letak/posisi
contoh atau bata yang diserahkan. Masing-masing mempunyai berat dalam
keadaan kering udara didalam ruangan pengujian. Dari hasil penimbangan
dihitung harga rata-ratanya yang dinyatakan dalam kg.
2.10.4 Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan sifat fisis batu
bata adalah sebagai berikut :
1. Peralatan
a. Jangka sorong/mistar, panjang 30 cm dengan ketelitian 1mm.
b. Gergaji untuk pemotong besi
c. Timbangan kapasitas lebih dari 2 kg
d. Penyiku dibuat dari baja
2. Bahan
Batu bata merah sebanyak 10 buah.
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
23
2.10.5 Keselamatan Kerja
1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing
2. Simpan alat pada tempatnya
3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan
4. Mengikuti instruksi dari instruktur
5. Menggunakan seragam praktek
6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja
2.10.6 Prosedur Pelaksanaan
1. Periksaan ukuran batu bata
o Ukur panjang, lebar, dan tebal batu bata, lakukan paling sedikit 3 kali
pada tempat seperti gambar.
P
P
L
L
T
T
o Tentukan pula penyimpangan maksimalnya dan dinyatakan dalam mm.
2. Pemeriksaan tampak luar
a. Bentuk
o Periksa keadaan permukaan batu bata yaitu
- Bidang datar
- Kesikuan rusuk-rusuknya
- Kekuatan rusuk-rusuknya
- Keretakan
P
L
T
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
24
o Hitung persentase batu bata yang tidak sempurna dari jumlah yang
diperiksa.
b. Berat
o Timbang berat batu bata utuh dengan ketelitian 10 gram
o Hitung berat rata-rata batu bata dan nyatakan berat batu bata dalam
kg
c. Warna dan penampang
o Ukur sisi panjang batu bata
o Beri tanda pada ½ panjang batu bata
o Potong batu bata tepat pada tanda tersebut (½ panjang) sehingga
diperoleh 2 potong batu bata yang sama panjang.
o Periksa warna dari penampang batu bata pada bekas potongan
2.10.7 Data dan Perhitungan
P L T Rata Retak Siku Tajam1 20,5 10,3 5,0 1742,84 ya ya ya tidak Merah Kecoklatan2 20,5 10,4 4,3 1681,63 ya ya ya ya Merah coklat muda3 20,4 10,3 5,0 1761,59 ya ya ya ya Kemerahan4 20,4 10,3 5,0 1594,97 tidak ya ya tidak Merah Kecoklatan5 20,3 10,2 4,8 1675,20 tidak ya tidak ya Merah6 20,4 10,2 4,6 1707,38 tidak tidak tidak tidak Merah Kecoklatan7 18,2 9,2 3,9 1259,59 ya tidak tidak tidak Merah Kecoklatan8 20,5 10,2 4,5 1651,93 tidak ya tidak tidak Merah9 18,8 9,4 3,8 1343,80 ya tidak ya ya Coklat Muda
10 19,0 9,2 3,7 1268,08 ya tidak tidak ya Coklat Tua
60% ya 60% ya 50% ya 50% ya40% T 40% T 50% T 50% T
WarnaTampak Luar
1568,7
Ukuran (cm)NO. Sampel
Berat (gr)
rata-rata 19,9 9,97 4,46
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
25
2.11 Penentuan Kuat Tekan Batu Bata
2.11.1 Referensi
Ir. Yunief, dkk, Petunjuk Praktikum Bahan Bangunan I, Bandung, 1996
2.11.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari penentuan kuat tekan pada batu bata adalah untuk dapat
menentukan mutu kuat tekan batu bata sesuai dengan standar, dapat
melaksanakan prosedur pengujian batu bata dengan benar.
2.11.3 Dasar Teori
Kuat tekan bata dinyatakan dengan berapa besar kemampuan bata
menerima beban maksimum sampai bata pecah. Kuat tekan bata menunjukkan
mutu dari bata.
Sesuai dengan peraturan maka mutu bata disetarakan dengan kekuatan
tekan rata-rata sebagai berikut :
No Mutu bata Kuat tekan rata-rata (kg/cm2)
1
2
3
I
II
III
> 100
100 - 80
80 - 60
2.11.4 Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk menentukan kuat tekan batu
bata adalah sebagai berikut :
1. Peralatan
a. Cetakan
b. Spatula
c. Cawan
d. Mesin tekan
e. Alat ukur
2. Bahan
a. Pasir
b. Semen
c. Air
d. Batu bata
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
26
2.11.5 Keselamatan Kerja
1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing
2. Simpan alat pada tempatnya
3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan
4. Mengikuti instruksi dari instruktur
5. Menggunakan seragam praktek
6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja
2.11.6 Prosedur Pelaksanaan
1. Ambil batu bata yang telah dipotong pada posisi panjang menjadi 2
(dua) bagian yang sama besar, dan periksa tampak luar batu bata
(pemeriksaan berdasarkan warna)
2. Letakkan kedua potongan tersebut kedalam cetakan
Jarak antara bidang cetakan dengan bidang batu bata dan antara bidang
batu bata dengan bidang batu bata lainnya diberi jarak bebas (ruang
antara) setebal 6 (enam) mm.
Perhatikan!
Untuk menjaga agar jarak bebas (ruang antara) tersebut tetap maka
dipasang sekat-sekat sementara dalam bentuk potongan-potongan
setebal 6 (enam) mm.
3. Isilah ruang antara tersebut dengan adukan (spesi) 1 Pc : 3 Ps,
sehingga adukan itu padat dan menutupi seluruh bidang permukaan
batu bata yang vertical. Sebelum ruang antara diisi adukan (spesi),
terlebih dahulu sekat-sekat tersebut diangkat keluar.
4. Diamkan selama 1 (satu) hari, kemudian benda uji dilepas dari cetakan.
5. Rendam benda uji dalam air bersih pada tangki pematang (curing tank)
selama 24 jam atau 1 hari.
6. Angkat benda uji dari tangki pematang dan seka bidang-bidangnya
dengan kain lembab untuk menghilangkan air yang berlebihan.
7. Tekan benda uji dalam mesin tekan, sehingga dicapai kekuatan
maksimumnya.
Kecepatan penekanan diatur sama dengan 2 (dua) kg/cm2/det.
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
27
2.11.7 Data dan Perhitungan
Kuat tekan benda uji = kg/cm2
Ket :
P = beban maksimum (kg)
A = luas bidang tekan (cm2)
TABEL KUAT TEKAN BATU BATA
p l1 9 9 81 46 4600 56,792 9,5 10 95 40 4000 42,113 10 10 100 54 5400 54,00
50,97
Kuat Tekan batu bata (kg/cm2)
Pmaks (kg)
Rata-rata
No Sampel
Ukuran (cm) Luas (cm2)
Pmaks (kN)
2.11.8 Kesimpulan
Dari percobaan diatas diketahui bahwa batu bata yang digunakan dalam
percobaan termasuk kedalam batu bata kelas tidak bermutu atau tidak layak
dipakai dalam konstruksi bangunan.
P
A
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
28
2.12 Pengujian Penyerapan Batu Bata (Suction Rate)
2.12.1 Referensi
Ir. Yunief, dkk, Petunjuk Praktikum Bahan Bangunan I, Bandung, 1996
2.12.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan dari pengujian penyerapan batu bata (suction rate)
adalah untuk dapat menentukan besar pengisapan menis pertama sesuai dengan
batasan yang berlaku, dapat melaksanakan prosedur pengujian penyerapan
dengan benar.
2.12.3 Dasar Teori
Sifat bata yang sangat berpengaruh dalam kekuatan dan mutu pekerjaan
pasangan bata adalah tentang daya hisapnya. Daya hisap bata berbeda-beda
akan menimbulkan tegangan diferensial dan ratak-retak. Oleh sebab itu,
penting sekali untuk menyamakan daya hisap sebelum dipasangan.
Salah satu cara dengan merendam bata selama 1 (satu) menis pertama.
Ikatan antara bata dan spesi sangat mempengaruhi kekuatan pasangan batu bata
merah. Ikatan antara keduanya bisa dianggap baik bila antara bata dan spesi
pada awal pengikatan 3 menit pertama terjadi dengan baik.
Kuat hisap menit pertama dinyatakan oleh berapa gram berat air yang
terhisap satuan luas pada satu menit pertama.
2.12.4 Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk dapat menentukan besar daya
serap pada batu bata adalah sebagai berikut :
1. Peralatan
a. Bak air
b. Kaki penyangga
c. Timbangan
d. Oven
e. Stopwatch
f. Kain lap
2. Bahan
a. air
b. batu bata
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
29
2.12.5 Keselamatan Kerja
1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing
2. Simpan alat pada tempatnya
3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan
4. Mengikuti instruksi dari instruktur
5. Menggunakan seragam praktek
6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja
2.12.6 Prosedur Pelaksanaan
1. Keringkan batu bata dalam oven yang suhunya tetap konstan (110 5)oC
2. Masukkan kaki penyangga kedalam bak dan atur jarak as ke as ¾ dari
panjang batu bata.
3. Tuangkan air kedalam bak, hingga air dalam bak mencapai ketinggian 1
(satu) cm diatas permukaan kaki penyangga.
4. Masukkan batu bata dalam bak dengan meletakkan pada kaki
penyangga
Perhatian!
Pada waktu memasukkan batu bata kedalam air, bidang bawah
permukaan batu bata harus bersamaan, ketika menyentuh air.
5. Biarkan batu bata terendam selama 1 (menit).
6. Angkat batu bata perlahan-lahan
Perhatian!
Posisi batu bata sewaktu pengangkatan harus benar-benar vertical
jangan sekali-kali miring (sama halnya ketika diletakkan pada tiang
penyangga).
7. Lap bidang permukaan batu bata dari kelebihan air
8. Timbang berat batu bata tersebut (B gr)
9. Hitung Suction Rate (penyerapan) batu bata
2.12.7 Data dan Perhitungan
Daya hisap batu bata = gr/dm2/menit
Ket :
A = Berat batu bata kering oven
B = Berat batu bata setelah perendam selama 1 (satu) menit
F = Luas bidang dasar batu bata yang berhubungan dengan air
B � A
F
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
30
Tabel Suction Rate
P L1 20,5 10,4 213,2 1716,42 1799,01 0,387382 19,0 9,0 171 1196,44 1232,05 0,208253 18,8 9,3 174,84 1252,74 1314,74 0,354614 20,5 10,0 205 1697,83 1735,75 0,184985 20,4 10,0 204 1600,94 1722,39 0,59534
Rata-rata 0,34611
Berat setelah 1 menit dlm air [b]
Suction (b - a)/c
NoUkuran (cm) Luas (cm2)
[b]Berat Kering
[a]
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
31
2.13 Pengujian Penetrasi Aspal
2.13.1 Referensi
1. Ir. M. Tri rochadi, msa, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2, Bandung,
1996
2. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian
Bahan, Bandung, 1996
2.13.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan penetrasi aspal adalah untuk dapat menentukan
penetrasi aspal keras atau lembek (silod atau semi solid) dengan memasukkan
jarum penetrasi ukuran tertentu, beban waktu tertentu kedalam bitumen pada
suhu tertentu, dapat melaksanakan pemeriksaan penetrasi bahan-bahan aspal,
serta dapat bersikap teliti dan hati-hati dalam melakukan pemeriksaan penetrasi
bahan-bahan aspal.
2.13.3 Dasar Teori
Penentuan penetrasi adalah salah satu cara untuk mengetahui konsistensi
aspal. Konsistensi merupakan derajat kekentalan aspal yang sangat dipengaruhi
oleh suhu. Untuk aspal keras solid dan semi solid penentuan konsistensi
dilakukan dengan penetrometer sesuai ASTM D5.
Konsistensi dinyatakan dengan angka pengetrasi, yaitu masuknya jarum
penetrasi seberat + 100 gram kedalam benda uji aspal pada suhu 25o C selama
5 detik. Penetrasi dinyatakan dengan angka satuan 1/10 mm. Bila jarum
penetrasi masuk sedalam 10 mm, dikatakan aspal tersebut mempunyai angka
penetrasi 100. Jadi semakin tinggi angka penetrasi semakin lembek aspal
tersebut. Penentuan konsistensi dengan cara ini efektif terhadap aspal dengan
angka penetrasi berkisar 50-200.
2.13.4 Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan penetrasi pada
aspal adalah sebagai berikut :
1. Peralatan
Penentuan Alat
a. Alat penetrasi / penetrometer yang dapat mengukur penetrasi sampai
0,1 mm.
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
32
b. Pemegang jarum seberat (47,5 + 0,05) gr untuk mengukur penetrasi
dengan beban 100 gram dan 200 gram.
c. Pemberat dari (50 + 0,05) gr dan (100 + 0,05) gr untuk mengukur
penetrasi dengan beban 100 gr dan 200 gr.
d. Jarum penetrasi yang dibuat dari stanies steel panjang + 50,8 mm
diameter.
1-1, 0,2 mm dengan ujung jarum diameter 0,14 � 0,16 mm berbentuk
kerucut terpancang, gambar no. 2
e. Cawang untuk benda uji dibuat dari gelas atau logam berbentuk slinder
dengan alas atau dasar berukuran.
Penetrasi Diameter (mm) Dalam (mm)
Dibawah 200
200-300
55
75
35
45
f. Bak perendam (water bath)
- Isi bak perendam tidak lebih dari 10 liter
- Polat berlubang-lubang, terletak 50 mm diatas bejana dan tidak
kurang dari 100 mm dibawah permukaan air dalam bejana.
g. Tempat air untuk benda uji dengan sisi tidak kurang dari 350 ml dan
tinggi yang cukup untuk merendam benda uji.
h. Pengukuran waktu (stopwatch)
- Pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stopwatch dengan
skala pembagian kecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan tertinggi
0,1 detik per 60 detik.
- Pengukuran penetrasi dengan alat otomis kesalahan alat tidak boleh
melebihi 0,1 detik.
- Pengukuran suhu atau diameter
Pembuatan benda uji
1. Panaskan contoh dan aduklah berlahan-lahan hingga cukup air.
- Pemanasan contoh untuk tidak lebih dari 60o diatas titik lembek.
- Waktu pemanasan tidak lebih dari 30 detik
2. Tuangkan contoh kedalaman tempat contoh dan diamkan sampai
dingin, tinggi contoh tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10
mm.
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
33
3. Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu
ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai
2 jam untuk benda uji yang besar.
2.Bahan
Aspal
2.13.5 Keselamatan Kerja
1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing
2. Simpan alat pada tempatnya
3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan
4. Mengikuti instruksi dari instruktur
5. Menggunakan seragam praktek
6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja
2.13.6 Prosedur Pelaksanaan
1. Masukkan benda uji kedalam tempat air yang kecil dan letakkan tempat
air tersebut dalam perendaman yang telah ditentukan suhunya, diamkan
selama 1 - 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 - 2 jam untuk yang
besar.
2. Periksalah pemegang jarum agar dapat dipasang dengan baik dan
bersihkan jarum penetrasi dengan totuelen atau pelarut lain kemudian
keringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan pasanglah jarum pada
pemegang jarum.
3. Letakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh beban
sebesar (100 + 0,1) gr.
4. Pindahkan tempat air dari bak perendam kebawah alat penetrasi.
5. Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji. Kemudian aturlah angka 0 (nol) diarloji
penetrometer, sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.
6. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch selama
jangka waktu (5 + 0,1) detik.
7. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit
dengan jarum penunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.
8. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk
pekerjaan berikutnya.
Laboratorium Bahan
Kelompok II Kelas B2
34
9. Lakukan pekerjaan a sampai dengan g diatas tidak kurang dari 3 kali
untuk benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan
beranjak satu sama lain dan dari tepi dinding lebih dari 1 cm.
2.13.7 Data dan Perhitungan
Kedalaman = pembacaan akhir � pembacaan awal
Rata-rata kedalaman =
Penetrasi =
1 27,2 36,2 92 26,9 36,8 9,93 26,6 36,3 9,7
Rata-rata 9,53
NoPengukuran Awal (mm)
Pengukuran Akhir (mm)
Kedalaman (mm)
2.13.8 Kesimpulan
Penetrasi =
Penetrasi = 50
53.9
= 0.1906 mm/gr
∑ kedalaman
n sampel
Rata-rata kedalaman
Beban pemberat mm gr
Rata-rata kedalaman Beban pemberat