34
Laboratorium Bahan Kelompok II Kelas B2 1 BAB I PENDAHULUAN Pengujian bahan merupakan ilmu yang sangat berguna bagi pengembangan mutu dan kondisi suatu bangunan, dimana pada masa sekarang ini sangat diperlukan pengembangannya. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut yaitu dengan diadakannya praktek pengujian bahan. Tujuan pengujian bahan adalah untuk mempelajari karakteristik dari setiap jenis bahan yang akan digunakannya dalam pembuatan beton, sehingga bahan-bahan yang diproduksikan mempunyai sifat yang beragam dengan demikian harus benar-benar terpelihara dari kotoran dan pada saat bersamaan harus mempertahankan pula keseimbangannya, agar kualitas dan kuantitasnya beton dapat terjamin. Pada pengujian ini juga dilakukan pemeriksaan tentang cara kerjanya terhadap bahan-bahan (material) yang akan digunakan sehingga hasil pekerjaannya menjadi lebih baik. Adapun tujuan dari pada penelitian yaitu : untuk dapat mengetahui mutu dan sifat dari suatu bahan (material) yang digunakan pada konstruksi. Untuk dapat mewujudkan suatu tujuan tersebut perlu diadakan pengujian-pengujian atau percobaan-percobaan baik dilapangan ataupun laboratorium. Dalam laporan dijelaskan tentang cara, peralatan dan bahan yang digunakan dalam melakukan praktek pengujian bahan I didalam laboratorium. Walaupun tidak terungkap secara keseluruhan dari hasil praktek, tetapi secara garis besar akan memberi gambaran kepada kita tentang hal-hal yang berkenan dengan pengujian itu sendiri. Pengujian-pengujian bahan I meliputi materi-materi seperti berikut : 1. Pengujian kayu Pengujian kayu meliputi : a. Pengujian kadar air b. Pengujian berat jenis c. Pengujian keteguhan tekan tegak lurus serat d. Pengujian keteguhan tekan sejajar serat e. Pengujian keteguhan geser sejajar serat kayu

Lap. Uji Bahan I_Kel II

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pengujian bahan merupakan ilmu yang sangat berguna bagi

pengembangan mutu dan kondisi suatu bangunan, dimana pada masa sekarang

ini sangat diperlukan pengembangannya. Salah satu cara untuk mencapai hal

tersebut yaitu dengan diadakannya praktek pengujian bahan.

Tujuan pengujian bahan adalah untuk mempelajari karakteristik dari

setiap jenis bahan yang akan digunakannya dalam pembuatan beton, sehingga

bahan-bahan yang diproduksikan mempunyai sifat yang beragam dengan

demikian harus benar-benar terpelihara dari kotoran dan pada saat bersamaan

harus mempertahankan pula keseimbangannya, agar kualitas dan kuantitasnya

beton dapat terjamin.

Pada pengujian ini juga dilakukan pemeriksaan tentang cara kerjanya

terhadap bahan-bahan (material) yang akan digunakan sehingga hasil

pekerjaannya menjadi lebih baik. Adapun tujuan dari pada penelitian yaitu :

untuk dapat mengetahui mutu dan sifat dari suatu bahan (material) yang

digunakan pada konstruksi.

Untuk dapat mewujudkan suatu tujuan tersebut perlu diadakan

pengujian-pengujian atau percobaan-percobaan baik dilapangan ataupun

laboratorium. Dalam laporan dijelaskan tentang cara, peralatan dan bahan yang

digunakan dalam melakukan praktek pengujian bahan I didalam laboratorium.

Walaupun tidak terungkap secara keseluruhan dari hasil praktek, tetapi secara

garis besar akan memberi gambaran kepada kita tentang hal-hal yang berkenan

dengan pengujian itu sendiri.

Pengujian-pengujian bahan I meliputi materi-materi seperti berikut :

1. Pengujian kayu

Pengujian kayu meliputi :

a. Pengujian kadar air

b. Pengujian berat jenis

c. Pengujian keteguhan tekan tegak lurus serat

d. Pengujian keteguhan tekan sejajar serat

e. Pengujian keteguhan geser sejajar serat kayu

id3548296 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Page 2: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

2

2. Pengujian Mortar

Pengujian mortar meliputi ;

a. Konsistensi mortar dengan flow table

b. Waktu pengikatan mortar

c. Kuat tekan mortar

d. Kuat lentur mortar

3. Pengujian batu bata merah

Pengujian batu bata merah meliputi :

a. Pengujian sifat fisis batu bata

b. Penentuan kuat tekan batu bata

c. Pengujian penyerapan batu bata

4. Pengujian aspal

Pengujian aspal meliputi :

a. Penetrasi aspal

Page 3: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

3

BAB II

EVALUASI

2.1 Kadar Air Kayu

2.1.1 Referensi

1. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2,

Bandung, 1996

2. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian

Bahan, Bandung, 1996

3. John Stefford, dkk, Teknologi Kerja Kayu, Erlangga, Jakarta, 1986

4. Job Sheet Pengujian Bahan I

2.1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari menentukan kadar air adalah untuk menentukan kadar air

yang terkandung dalam kayu pada berbagai keadaan, basah, kering, udara dan

pada keseimbangan kadar air, dapat menerangkan cara-cara pelaksanaan

penentuan kadar air pada kayu dan didapat mampu menilai karakteristik kayu

ditinjau dari kadar airnya.

2.1.3 Dasar Teori

Kayu sebagai bahan bangunan dapat mengikat dan juga melepaskan air

yang dikandungnya. Keadaan ini tergantung pada suhu udara disekelilingnya,

dimana kayu itu berada. Pada dasarnya pengeringan kayu bertujuan untuk

mengeluarkan air yang terdapat didalam kayu. Keuntungan dari pengeringan

itu adalah untuk menjaga kestabilan dimensi kayu dan menambah kekuatan

kayu.

Jadi jelaslah bahwa pengujian kadar air diperlukan untuk mengetahui

kekuatan dan mutu kayu, karena makin rendah kadar airnya maka makin kuat

kayu tersebut. Kadar air adalah perbedaan antara berat kayu sebelum

dikeringkan dengan berat kayu sesudah dikeringkan terhadap berat kayu

kering, dinyatakan dalam persentase.

2.1.4 Peralatan dan Bahan

Paralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan kadar air

adalah sebagai berikut :

Page 4: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

4

1. Peralatan

a. Gergaji potong

b. Oven listrik

c. Timbangan digital ketelitian 0,01 gram

d. Jangka sorong

Timbangan Ketelitian 0.01 Oven

Jangka sorong Gergaji potong

2. Bahan

Kayu berukuran 5 x 5 x 5 cm sebanyak 5 potong.

Sampel

5,1

4,4

4,6

Page 5: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

5

2.1.5 Keselamatan Kerja

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing

2. Simpan alat pada tempatnya

3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan

4. Mengikuti instruksi dari instruktur

5. Menggunakan seragam praktek

6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja

2.1.6 Prosedur Pelaksanaan

1. Penimbangan pertama/awal

Setelah kayu dipotong sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan,

benda uji tersebut ditimbang beratnya dengan ketelitian + 0,2%.

Dengan menggunakan timbangan digital. Setelah ditimbang catat berat

benda uji tersebut.

2. Pengeringan didalam oven

Setelah benda uji tersebut ditimbang beratnya, kemudian masukkan

benda uji tersebut ke dalam oven yang telah disediakan pada suhu tetap

103o + 2o C sampai mencapai berat tetap.

3. Penimbangan akhir

Setelah benda uji tersebut dikeluarkan dalam oven dinginkan benda uji

tersebut sebelum ditimbang. Setelah didinginkan benda uji tersebut

ditimbang kembali, lalu catat hasil dari masing-masing benda uji

tersebut.

2.1.7 Data dan Perhitungan

Untuk mengetahui berapa kadar air yang terkandung dalam masing-

masing benda uji tersebut, hitung dengan rumus dibawah ini.

Kadar Air =

Ket :

B = Berat awal

B1 = Berat akhir (berat kering setelah oven)

B � B1 B1

x 100%

Page 6: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

6

Tabel Pengujian Kadar Air Kayu

P L T1 5,1 4,5 4,3 22,95 62,25 45,12 37,9652 4,9 4,6 4,6 22,54 64,03 46,17 38,6833 5,1 4,6 4,4 23,46 60,79 45,72 32,9624 5,1 4,8 4,5 24,48 65,64 47,20 39,0685 5,1 4,5 4,8 22,95 65,6 46,76 40,291

Rata-rata 37,794

Berat Kering (B1)

Kadar Air Kayu (%)

No. Sampel

Ukuran (cm)Luas (A)

Berat Awal (B)

2.2 Berat Jenis Kayu

2.2.1 Referensi

1. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan

2, Bandung, 1996

2. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium

Pengujian Bahan, Bandung, 1996

3. John Stefford, dkk, Teknologi Kerja Kayu, Erlangga,

Jakarta, 1986

4. Job Sheet Pengujian Bahan I

2.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari menguji berat jenis kayu adalah untuk mengetahui cara

menghitung berat jenis kayu secara teliti dan benar, dapat mempergunakan alat

dengan baik dan benar sesuai dengan fungsinya dan supaya dapat menerangkan

cara penentuan berat jenis kayu, serta dapat menilai karakteristik kayu ditinjau

dari berat jenisnya.

2.2.3 Dasar Teori

Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara minimum

0.20 (kayu basah) hingga berat jenis 1.28 (kayu nani). Berat jenis kayu pada

umumnya berbanding lurus dengan kekuatan dari pada kayu atau sifat-sifat

mekanisnya, makin tinggi harga berat jenis kayu, maka kekuatan kayu makin

tinggi pula.

Berat jenis ditentukan antara lain oleh tebal dinding sel, kecilnya

rongga sel yang membentuk pori-pori. Berat jenis diperoleh dari perbandingan

antara volume kayu tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standart.

Umumnya berat jenis kayu ditentukan berdasarkan berat kayu kering oven atau

kering udara dan volume kayu pada posisi kadar air tersebut.

Page 7: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

7

2.2.4 Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menguji berat jenis kayu

adalah sebagai berikut :

1. Peralatan

a. Gergaji potong

b. Oven listrik

c. Timbangan digital ketelitian 0,01 gram

d. Jangka sorong

Timbangan Ketelitian 0.01 Oven

Jangka sorong Gergaji potong

2. Bahan

Kayu berukuran 5 x 5 x 5 cm sebanyak 5 potong.

5

5

5

Sampel

Page 8: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

8

2.2.5 Keselamatan Kerja

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing

2. Simpan alat pada tempatnya

3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan

4. Mengikuti instruksi dari instruktur

5. Menggunakan seragam praktek

6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja

2.2.6 Prosedur Pelaksanaan

- Ukur dimensi benda uji, yakni panjang, lebar, dan tinggi dengan

menggunakan jangka sorong atau mistar.

- Tentukan volume masing-masing benda uji tersebut sebelum

menentukan berat jenis pada masing-masing benda uji.

- Timbang masing-masing benda uji tersebut dengan menggunakan

timbangan digital.

- Tentukan kadar air masing-masing benda uji seperti pengujian

sebelumnya.

2.2.7 Data dan Perhitungan

Untuk mengetahui berapa berat jenis yang terdapat pada masing-

masing benda uji tersebut gunakan rumus :

Berat jenis =

Ket :

B = Berat benda uji pada kadar air asli

p = Panjang benda uji

l = Lebar benda uji

t = Tinggi benda uji

Apabila berat jenis diperhitungkan atas dasar benda uji pada keadaan

kering oven, maka dapat dipakai rumus :

Berat jenis =

Ket :

M = Kadar air kayu, dalam %

B p . l . t

B

M 1 + . p . l . t 100

Page 9: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

9

Tabel pengujian berat jenis

P L T

1 5,1 4,5 4,3 22,95 62,25 45,12 37,965 0,4572 4,9 4,6 4,6 22,54 64,03 46,17 38,683 0,4453 5,1 4,6 4,4 23,46 60,79 45,72 32,962 0,4434 5,1 4,8 4,5 24,48 65,64 47,20 39,068 0,4285 5,1 4,5 4,8 22,95 65,6 46,76 40,291 0,424

Rata-rata 37,794 0,440

No. Sampel Luas (A)Berat Awal

(B)Berat Kering

(B1)Kadar Air Kayu (%)

BJ KayuUkuran (cm)

2.3 Keteguhan Tekan Tegak Lurus Serat Kayu

2.3.1 Referensi

1. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2,

Bandung, 1996

2. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian

Bahan, Bandung, 1996

3. John Stefford, dkk, Teknologi Kerja Kayu, Erlangga, Jakarta, 1986

4. Job Sheet Pengujian Bahan I

2.3.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari pengujian kuat tekan sejajar serat kayu adalah untuk dapat

menentukan keteguhan tekan pada kayu serta dapat menilai kelas kekuatan

kayu, dapat menerangkan cara pengujian keteguhan tekan sejajar serat kayu

dengan ketelitian yang cukup, dan dapat menggunakan alat dan bahan secara

baik dan benar, serta mampu menentukan karakteristik kayu ditinjau dari

kekuatan tekan sejajar seratnya.

2.3.3 Dasar Teori

Kayu mempunyai sifat dan bentuk yang berbeda-beda, bukan saja

karena perbedaan jenis pohon, tetapi juga tergantung pada banyak faktor lain

seperti : keadaan musim, keadaan alam sekeliling pohon. Berbeda dengan baja,

kayu tidak mempunyai batas kenyal tetapi diagram ó/å untuk suatu arah

mempunyai bagian yang lurus sebelum membengkok. Oleh karena itu kayu

tidak mempunyai batas kenyal tetapi mempunyai batas proporsional yaitu

sebah titik pertemuan diagram pada ó/å antara garis yang lurus dan yang

bengkok (P). Kayu lebih kuat mendukung gaya tekan sejajar arah serat

daripada tegak lurus serat.

Page 10: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

10

2.3.4 Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan keteguhan

tekan sejajar serat kayu pada masing-masing benda uji adalah sebagai berikut :

1. Peralatan

a. Gergaji potong

b. Mesin Tekan 1000 kN

c. Alat pengukur panjang

d. Alat pengukur deformasi ketelitian 0,002 mm

e. Oven listrik

Mesin tekan Oven

2. Bahan

Kayu berukuran 5 x 5 x 15 cm sebanyak 5 potong

Benda Uji sebelum Pengujian Benda Uji setelah Pengujian

4,5

4,8 15,3

P

Page 11: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

11

2.3.5 Keselamatan Kerja

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing

2. Simpan alat pada tempatnya

3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan

4. Mengikuti instruksi dari instruktur

5. Menggunakan seragam praktek

6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja

2.3.6 Prosedur Pelaksanaan

1. Tahap awal

Potong masing-masing benda uji yang sesuai dengan kebutuhan.

2. Peletakan benda uji

Benda uji diletakkan ditengah-tengah dan diantara dua pelat penekan

mesin tekan sedemikian rupa sehingga arah bekerja beban tekan

sejajar dengan arah serat kayu.

3. Pemberian beban tekan dan deformasi

Mesin tekan dijalankan dan beban diberkan secara teratur dengan

kecepatan gerak menekan sebesar 0,008 cm panjang benda uji (disini

panjang benda uji 20 cm, maka kecepatan gerak mesin 0,008 x 20 =

0,16 cm setiap menit. Deformasi yang terjadi pada benda uji dicatat

pada curva secara teratur. Alat pengukur deformasi i diletakkan

ditengah-tengah arah panjang benda uji.

Alat pengukur deformasi yang standar ialah compressometer. Bila

alat ini tidak ada, maka dapat hanya diukur deformasi terbesar pada

saat benda uji pecah/patah untuh dapat menyesuaikan kecepatan

gerak beban tekan.

Pada pengujian tekan, beban diberikan terus secara teratur sampai

tercapai deformasi sebesar 15 cm atau sampai benda

pecah/retak/belah dan tidak mampu menahan beban lebih besar.

Setelah hal ini dicapai beban dihentikan, benda uji dikeluarkan dari

mesin tekan lalu diamati retak-retak yang terjadi. Catat beban

maksimum, misalnya P kg

4. Retak-retak setelah pengujian tekan

Retak yang timbul dapat berbentuk seperti berikut :

a. Retak mendatar

b. Retak berbentuk baji

Page 12: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

12

c. Retak geser

d. Belah memanjang

e. Retak kompresidan geser

f. Retak ujung

5. Penentuan kadar air

Segera setelah selesai pengujian keteguhan tekan, benda uji sekitar

tempat patah dipotong sepanjang 2,5 cm untuk penentuan kadar

airnya. Cara penentuan kadar air sama seperti pengujian kadar air

pada kayu berukuran 5 x 5 x 5 cm.

2.3.7 Data dan Perhitungan

Untuk dapat mengetahui berapa beban tekan maksimum gunakan

rumus seperti dibawah ini :

Keteguhan tekan = tl

P

.. kg / cm2

Ket :

P = Beban tekan maksimum

l = Lebar benda uji

t = Tinggi (tebal) benda uji

Page 13: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

13

2.4 Keteguhan Tekan Sejajar Serat Kayu

2.4.1 Referensi

1. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2,

Bandung, 1996

2. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian

Bahan, Bandung, 1996

3. John Stefford, dkk, Teknologi Kerja Kayu, Erlangga, Jakarta, 1986

4. Job Sheet Pengujian Bahan I

2.4.1 Tujuan Percobaan

Tujuan dari pengujian keteguhan tekan tegak lurus serat pada kayu

adalah untuk dapat menentukan keteguhan kayu dengan teliti, untuk

mengetahui cara menghitung kuat tekan tegak lurus serat dengan teliti dan

benar, dapat mengetahui penggunaan alat secara baik dan benar, serta untuk

dapat mengetahui kelas kayu.

2.4.2 Dasar Teori

Keteguhan tekan suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan

muatan jika kayu itu dipergunakan untuk penggunaan tertentu. Keteguhan

tekan tegak lurus serat menentukan ketahanan kayu terhadap beban. Seperti

halnya berat rel kereta api oleh bantalan dibawahnya. Keteguhan ini

mempunyai hubungan juga dengan kekerasan kayu dan keteguhan geser.

Keteguhan tekan tegak lurus arah serat pada semua kayu lebih kecil daripada

keteguhan tekan sejajar serat kayu.

2.4.3 Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan keteguhan

tekan sejajar serat kayu adalah sebagai berikut.

1. Peralatan

a. Gergaji potong

b. Mesin tekan 100 kN

c. Alat pengukur panjang

d. Alat pengukur deformasi ketelitian 0,002 mm

e. Timbangan digital

f. Oven listrik

Page 14: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

14

2. Bahan

Kayu berukuran 5 x 5 x 20 cm sebanyak 5 potong

2.4.4 Keselamatan Kerja

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing

2. Simpan alat pada tempatnya

3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan

4. Mengikuti instruksi dari instruktur

5. Menggunakan seragam praktek

6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja

20

4,4

4,5

Benda Uji sebelum Pengujian Benda Uji setelah Pengujian

P

Page 15: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

15

2.4.5 Prosedur Pelaksanaan

1. Pemberian beban tekan

Mesin tekan dijalankan dan beban diberikan melalui pelat baja secara

teratur dengan kecepatan gerakan 0,3 mm/menit, ketelitian 0,002 mm.

alat pengukuran deformasi diletakkan sedemikian rupa sehingga

deformasi pada bidang tekan dapat diukur. Beban tekan dihentika

apabila telah tercapai deformasi sebesar 2,5 mm. Besarnya beban

dicatat.

2.4.6 Data dan Perhitungan

Untuk dapat menentukan keteguahan tekan tegak lurus serat

digunakan rumus seperti berikut :

Kuat tekan = kg/cm2

Ket :

P = Beban tekan

A = Luas bidang tekan

P

A

Page 16: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

16

2.4.8 Kesimpulan

Dari pengujian didapat bahwa kayu tersebut tergolong ke dalam kayu

kelas III.

2.5 Keteguhan Geser Sejajar Serat Kayu

2.5.1 Referensi

1. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2,

Bandung, 1996

2. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian

Bahan, Bandung, 1996

3. John Stefford, dkk, Teknologi Kerja Kayu, Erlangga, Jakarta, 1986

4. Job Sheet Pengujian Bahan I

2.5.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari pengujian keteguhan geser sejajar serat kayu adalah untuk

dapat menentukan keteguhan geser sejajar serat kayu pada masing-masing

benda uji, untuk dapat mengetahui cara menghitung kuat geser sejajar serat

dengan teliti dan benar, serta tata laksana pengujian kuat tekan geser kayu.

Dapat menggunakan alat sesuai dengan fungsinya secara baik dan benar.

2.5.3 Dasar Teori

Kayu mempunyai sifat dan bentuk yang berbeda-beda bukan saja

karena perbedaan jenis pohon, tetapi juga tergantung pada banyak faktor lain

seperti keadaan musim, keadaan sekeliling pohon. Yang dimaksud keteguhan

geser adalah suatu ukuran kekuatan kayu dalam hal kemampuannya menahan

gaya-gaya yang bekerja membuat suatu bagian kayu tersebut bergeser atau

tergelincir dari bagian lain didekatnya.

Dalam hal ini dibedakan 3 macam keteguhan yaitu keteguhan geser

sejajar arah serat, keteguhan geser tegak lurus arah serat dan keteguhan geser

miring. Pada keteguhan geser tegak lurus arah serat lebih besar daripada

keteguhan geser sejajar serat kayu.

Page 17: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

17

2.5.4 Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menguji keteguhan geser

sejajar serat kayu pada masing-masing benda uji adalah sebagai berikut :

1. Peralatan

a. Gergaji potong

b. Mesin gergaji pita

c. Mesin gergaji belah

d. Mesin tekan 50 kN

e. Alat ukur panjang

f. Alat perlengkapan untuk menjepit benda uji

g. Plat

2. Bahan

Kayu berukuran 7 x 3 x 5 cm sebanyak 5 potong

3

2.2

2

6.2 2.2

Alat Tekan Uji Geser

Benda Uji sebelum Pengujian

Benda Uji sesudah Pengujian

Page 18: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

18

2.5.5 Keselamatan Kerja

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing

2. Simpan alat pada tempatnya

3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan

4. Mengikuti instruksi dari instruktur

5. Menggunakan seragam praktek

6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja

2.5.6 Prosedur Pelaksanaan

1. Tahap awal

Potong kayu sebagai benda uji sesuai dengan ukuran dan gambar

yang telah diberikan.

2. Tahap Tekan

Tempat benda uji dialat tekan dengan posisi benda uji seperti gambar

lalu sisipkan plat dikaki benda uji, lalu putarkan alat benda uji untuk

dapat menentukan berapa kuat geser pada masing-masing benda uji

tersebut.

3. Tahap akhir

Catat hasil yang telah ditemukan pada masing-masing benda uji

tersebut.

2.5.7 Data dan Perhitungan

Ketegukan geser dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Keteguhan geser = kg/cm2

Ket :

P = Beban maksimum

p = panjang bidang geser

l = Lebar bidang geser

P

p . l

Page 19: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

19

2.6 Pengujian Konsistensi Mortal dengan Flow Table

2.6.1 Referensi

1. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian

Bahan, Bandung, 1996

2. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2,

Bandung, 1996

2.6.2 Tujuan

Tujuan percobaan mortar dengan menggunakan flow table adalah untuk

dapat menentukan konsistensi mortar yang terbuat dari semen portland, air dan

pasir, dapat menentukan jumlah air yang optimum agar menghasilkan mortar

yang mudah dikerjakan, dan dapat menggunakan alat dengan terampil.

2.6.3 Dasar Teori

Kebutuhan air untuk menghasilkan mortar yang enak untuk dikerjakan

adalah penting sebelum mortar digunakan. Mortar yang terlalu banyak air akan

encer, sehingga mortarnya sulit dikerjakan, baik pada pasangan mortar pada

batu bata maupun untuk pekerjaan plester, khususnya untuk plester. Hal ini

disebabkan mortarnya akan turun, sehingga tidak dapat menempel pada

dinding batu bata, demikian pula jika digunakan untuk aduk pasangan, mortar

yang terlalu encer sulir menahan batu batanya. Mortar yang kekurangan air

atau terlalu kering pengaruhnya sama, yaitu sulit dikerjakan karena mortar

yang kering pada waktu diratakan dengan mistar akan mengalami kesulitan.

Untuk itulah sebelum mortar tadi digunakan, perlu diuji terlebih dahulu

kebutuhan airnya, sehingga pada waktu pemakaian tidak kelebihan air atau

kekurangan air. Pengujian yang dilakukan dilaboratorium adalah dengan

menggunakan alat flow table. Dengan alat ini dapat dicari banyaknya air untuk

keperluan membuat aduk. Dari pengujian ini kita, dapat mengetahui secara

visual keenceran adukan, sehingga setelah melakukan pengujian

dilaboratorium, kita mendapatkan gambaran seberapa banyak yang dibutuhkan

untuk menghasilkan mortar yang baik.

2.6.4 Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan konsistensi

mortar dengan menggunakan flow table adalah sebagai berikut :

Peralatan

a. Mesin pengaduk mortar

Page 20: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

20

b. Timbangan dengan ketelitian 1 gram

c. Gelas ukur

d. Alat Folw Table

e. Stopwatch

f. Cawan

g. Sendok aduk

h. Spatula

i. Sarung tangan

Bahan

j. Semen Portland = 500 gr

k. Pasir = 1.500 gr

l. Air = 400 ml

Page 21: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

21

2.10 Pengujian Sifat Fisis Batu Bata

2.10.1 Referensi

Ir. Yunief, dkk, Petunjuk Praktikum Bahan Bangunan I, Bandung, 1996

2.10.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan sifat fisis batu bata adalah untuk dapat

menentukan prosedur bata dan ukuran bata merah dengan benar, dapat

menentukan ukuran dan bentuk luar batu bata merah.

2.10.3 Dasar Teori

Pengujian bata merah meliputi :

1. Pengujian Ukuran

o Panjang

o Lebar

o Tebal

o Berat

2. Pengujian Tampak Luar

o Bidang-bidangnya

o Rusuk-rusuknya

o Warna dan penampang

Uji warna dan penampang bata

Uji warna dan retak-retak adalah mengambil warna dan permukaan bata

keretakan yang terdapat pada penampang potongan bata. Warna dinyatakan

dengan warna tua, merah muda, kekuning-kuningan, kemerah-merahan, keabu-

abuan dan sebagainya. Warna pada belahan merata atau tidak, mengandung

butir-butir kasar atau tidak, serta rongga-rongga didalamnya.

Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data :

- Warna bata

- Kehalusan butiran

- Kekerasan butiran

- Rongga-rongga pada penampang potongan

Uji bentuk

Uji tampak luar dinyatakan dengan bidang-bidangnya rata atau tidak

rata, menunjukkan retak-retak atau tidak, rusuk-rusuknya siku dan tajam atau

tidak, rapuh atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut diatas, digunakan alat

Page 22: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

22

penyiku yang akhirnya disimpulkan bentuk yang tidak sempurna ada berapa %

dari jumlah yang diperiksa

Uji ukuran

Ukuran batu bata merah yang sesuai dengan standar ada 2 macam,

yaitu:

a. Batu Bata Merah : panjang 240 mm, lebar 115 mm, tinggi 52 mm

b. Batu Bata Merah : panjang 230 mm, lebar 110 mm, tinggi 50 mm

Penyimpangan maksimum diperbolehkan sebesar :

o Panjang maksimum 3 %

o Lebar maksimum 4 %

o Tebal maksimum 5 %

Tetapi antara bata ukuran terbesar dan terkecil selisih maksimum yang

diperbolehkan ialah untuk panjang 10 mm, lebar 5 mm, tebal 4 mm.

Jumlah penyimpangan tiap mutu bata sebesar :

a. Bata merah tingkat I : tidak ada yang menyimpang

b. Bata merah tingkat II : satu buah dari sepuluh benda uji

c. Bata merah tingkat III : dua buah dari sepuluh benda uji.

Uji Berat

Diambil data yang dalam kondisi utuh dari sembarang letak/posisi

contoh atau bata yang diserahkan. Masing-masing mempunyai berat dalam

keadaan kering udara didalam ruangan pengujian. Dari hasil penimbangan

dihitung harga rata-ratanya yang dinyatakan dalam kg.

2.10.4 Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan sifat fisis batu

bata adalah sebagai berikut :

1. Peralatan

a. Jangka sorong/mistar, panjang 30 cm dengan ketelitian 1mm.

b. Gergaji untuk pemotong besi

c. Timbangan kapasitas lebih dari 2 kg

d. Penyiku dibuat dari baja

2. Bahan

Batu bata merah sebanyak 10 buah.

Page 23: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

23

2.10.5 Keselamatan Kerja

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing

2. Simpan alat pada tempatnya

3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan

4. Mengikuti instruksi dari instruktur

5. Menggunakan seragam praktek

6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja

2.10.6 Prosedur Pelaksanaan

1. Periksaan ukuran batu bata

o Ukur panjang, lebar, dan tebal batu bata, lakukan paling sedikit 3 kali

pada tempat seperti gambar.

P

P

L

L

T

T

o Tentukan pula penyimpangan maksimalnya dan dinyatakan dalam mm.

2. Pemeriksaan tampak luar

a. Bentuk

o Periksa keadaan permukaan batu bata yaitu

- Bidang datar

- Kesikuan rusuk-rusuknya

- Kekuatan rusuk-rusuknya

- Keretakan

P

L

T

Page 24: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

24

o Hitung persentase batu bata yang tidak sempurna dari jumlah yang

diperiksa.

b. Berat

o Timbang berat batu bata utuh dengan ketelitian 10 gram

o Hitung berat rata-rata batu bata dan nyatakan berat batu bata dalam

kg

c. Warna dan penampang

o Ukur sisi panjang batu bata

o Beri tanda pada ½ panjang batu bata

o Potong batu bata tepat pada tanda tersebut (½ panjang) sehingga

diperoleh 2 potong batu bata yang sama panjang.

o Periksa warna dari penampang batu bata pada bekas potongan

2.10.7 Data dan Perhitungan

P L T Rata Retak Siku Tajam1 20,5 10,3 5,0 1742,84 ya ya ya tidak Merah Kecoklatan2 20,5 10,4 4,3 1681,63 ya ya ya ya Merah coklat muda3 20,4 10,3 5,0 1761,59 ya ya ya ya Kemerahan4 20,4 10,3 5,0 1594,97 tidak ya ya tidak Merah Kecoklatan5 20,3 10,2 4,8 1675,20 tidak ya tidak ya Merah6 20,4 10,2 4,6 1707,38 tidak tidak tidak tidak Merah Kecoklatan7 18,2 9,2 3,9 1259,59 ya tidak tidak tidak Merah Kecoklatan8 20,5 10,2 4,5 1651,93 tidak ya tidak tidak Merah9 18,8 9,4 3,8 1343,80 ya tidak ya ya Coklat Muda

10 19,0 9,2 3,7 1268,08 ya tidak tidak ya Coklat Tua

60% ya 60% ya 50% ya 50% ya40% T 40% T 50% T 50% T

WarnaTampak Luar

1568,7

Ukuran (cm)NO. Sampel

Berat (gr)

rata-rata 19,9 9,97 4,46

Page 25: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

25

2.11 Penentuan Kuat Tekan Batu Bata

2.11.1 Referensi

Ir. Yunief, dkk, Petunjuk Praktikum Bahan Bangunan I, Bandung, 1996

2.11.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari penentuan kuat tekan pada batu bata adalah untuk dapat

menentukan mutu kuat tekan batu bata sesuai dengan standar, dapat

melaksanakan prosedur pengujian batu bata dengan benar.

2.11.3 Dasar Teori

Kuat tekan bata dinyatakan dengan berapa besar kemampuan bata

menerima beban maksimum sampai bata pecah. Kuat tekan bata menunjukkan

mutu dari bata.

Sesuai dengan peraturan maka mutu bata disetarakan dengan kekuatan

tekan rata-rata sebagai berikut :

No Mutu bata Kuat tekan rata-rata (kg/cm2)

1

2

3

I

II

III

> 100

100 - 80

80 - 60

2.11.4 Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan untuk menentukan kuat tekan batu

bata adalah sebagai berikut :

1. Peralatan

a. Cetakan

b. Spatula

c. Cawan

d. Mesin tekan

e. Alat ukur

2. Bahan

a. Pasir

b. Semen

c. Air

d. Batu bata

Page 26: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

26

2.11.5 Keselamatan Kerja

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing

2. Simpan alat pada tempatnya

3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan

4. Mengikuti instruksi dari instruktur

5. Menggunakan seragam praktek

6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja

2.11.6 Prosedur Pelaksanaan

1. Ambil batu bata yang telah dipotong pada posisi panjang menjadi 2

(dua) bagian yang sama besar, dan periksa tampak luar batu bata

(pemeriksaan berdasarkan warna)

2. Letakkan kedua potongan tersebut kedalam cetakan

Jarak antara bidang cetakan dengan bidang batu bata dan antara bidang

batu bata dengan bidang batu bata lainnya diberi jarak bebas (ruang

antara) setebal 6 (enam) mm.

Perhatikan!

Untuk menjaga agar jarak bebas (ruang antara) tersebut tetap maka

dipasang sekat-sekat sementara dalam bentuk potongan-potongan

setebal 6 (enam) mm.

3. Isilah ruang antara tersebut dengan adukan (spesi) 1 Pc : 3 Ps,

sehingga adukan itu padat dan menutupi seluruh bidang permukaan

batu bata yang vertical. Sebelum ruang antara diisi adukan (spesi),

terlebih dahulu sekat-sekat tersebut diangkat keluar.

4. Diamkan selama 1 (satu) hari, kemudian benda uji dilepas dari cetakan.

5. Rendam benda uji dalam air bersih pada tangki pematang (curing tank)

selama 24 jam atau 1 hari.

6. Angkat benda uji dari tangki pematang dan seka bidang-bidangnya

dengan kain lembab untuk menghilangkan air yang berlebihan.

7. Tekan benda uji dalam mesin tekan, sehingga dicapai kekuatan

maksimumnya.

Kecepatan penekanan diatur sama dengan 2 (dua) kg/cm2/det.

Page 27: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

27

2.11.7 Data dan Perhitungan

Kuat tekan benda uji = kg/cm2

Ket :

P = beban maksimum (kg)

A = luas bidang tekan (cm2)

TABEL KUAT TEKAN BATU BATA

p l1 9 9 81 46 4600 56,792 9,5 10 95 40 4000 42,113 10 10 100 54 5400 54,00

50,97

Kuat Tekan batu bata (kg/cm2)

Pmaks (kg)

Rata-rata

No Sampel

Ukuran (cm) Luas (cm2)

Pmaks (kN)

2.11.8 Kesimpulan

Dari percobaan diatas diketahui bahwa batu bata yang digunakan dalam

percobaan termasuk kedalam batu bata kelas tidak bermutu atau tidak layak

dipakai dalam konstruksi bangunan.

P

A

Page 28: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

28

2.12 Pengujian Penyerapan Batu Bata (Suction Rate)

2.12.1 Referensi

Ir. Yunief, dkk, Petunjuk Praktikum Bahan Bangunan I, Bandung, 1996

2.12.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan dari pengujian penyerapan batu bata (suction rate)

adalah untuk dapat menentukan besar pengisapan menis pertama sesuai dengan

batasan yang berlaku, dapat melaksanakan prosedur pengujian penyerapan

dengan benar.

2.12.3 Dasar Teori

Sifat bata yang sangat berpengaruh dalam kekuatan dan mutu pekerjaan

pasangan bata adalah tentang daya hisapnya. Daya hisap bata berbeda-beda

akan menimbulkan tegangan diferensial dan ratak-retak. Oleh sebab itu,

penting sekali untuk menyamakan daya hisap sebelum dipasangan.

Salah satu cara dengan merendam bata selama 1 (satu) menis pertama.

Ikatan antara bata dan spesi sangat mempengaruhi kekuatan pasangan batu bata

merah. Ikatan antara keduanya bisa dianggap baik bila antara bata dan spesi

pada awal pengikatan 3 menit pertama terjadi dengan baik.

Kuat hisap menit pertama dinyatakan oleh berapa gram berat air yang

terhisap satuan luas pada satu menit pertama.

2.12.4 Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan untuk dapat menentukan besar daya

serap pada batu bata adalah sebagai berikut :

1. Peralatan

a. Bak air

b. Kaki penyangga

c. Timbangan

d. Oven

e. Stopwatch

f. Kain lap

2. Bahan

a. air

b. batu bata

Page 29: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

29

2.12.5 Keselamatan Kerja

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing

2. Simpan alat pada tempatnya

3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan

4. Mengikuti instruksi dari instruktur

5. Menggunakan seragam praktek

6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja

2.12.6 Prosedur Pelaksanaan

1. Keringkan batu bata dalam oven yang suhunya tetap konstan (110 5)oC

2. Masukkan kaki penyangga kedalam bak dan atur jarak as ke as ¾ dari

panjang batu bata.

3. Tuangkan air kedalam bak, hingga air dalam bak mencapai ketinggian 1

(satu) cm diatas permukaan kaki penyangga.

4. Masukkan batu bata dalam bak dengan meletakkan pada kaki

penyangga

Perhatian!

Pada waktu memasukkan batu bata kedalam air, bidang bawah

permukaan batu bata harus bersamaan, ketika menyentuh air.

5. Biarkan batu bata terendam selama 1 (menit).

6. Angkat batu bata perlahan-lahan

Perhatian!

Posisi batu bata sewaktu pengangkatan harus benar-benar vertical

jangan sekali-kali miring (sama halnya ketika diletakkan pada tiang

penyangga).

7. Lap bidang permukaan batu bata dari kelebihan air

8. Timbang berat batu bata tersebut (B gr)

9. Hitung Suction Rate (penyerapan) batu bata

2.12.7 Data dan Perhitungan

Daya hisap batu bata = gr/dm2/menit

Ket :

A = Berat batu bata kering oven

B = Berat batu bata setelah perendam selama 1 (satu) menit

F = Luas bidang dasar batu bata yang berhubungan dengan air

B � A

F

Page 30: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

30

Tabel Suction Rate

P L1 20,5 10,4 213,2 1716,42 1799,01 0,387382 19,0 9,0 171 1196,44 1232,05 0,208253 18,8 9,3 174,84 1252,74 1314,74 0,354614 20,5 10,0 205 1697,83 1735,75 0,184985 20,4 10,0 204 1600,94 1722,39 0,59534

Rata-rata 0,34611

Berat setelah 1 menit dlm air [b]

Suction (b - a)/c

NoUkuran (cm) Luas (cm2)

[b]Berat Kering

[a]

Page 31: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

31

2.13 Pengujian Penetrasi Aspal

2.13.1 Referensi

1. Ir. M. Tri rochadi, msa, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2, Bandung,

1996

2. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian

Bahan, Bandung, 1996

2.13.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan penetrasi aspal adalah untuk dapat menentukan

penetrasi aspal keras atau lembek (silod atau semi solid) dengan memasukkan

jarum penetrasi ukuran tertentu, beban waktu tertentu kedalam bitumen pada

suhu tertentu, dapat melaksanakan pemeriksaan penetrasi bahan-bahan aspal,

serta dapat bersikap teliti dan hati-hati dalam melakukan pemeriksaan penetrasi

bahan-bahan aspal.

2.13.3 Dasar Teori

Penentuan penetrasi adalah salah satu cara untuk mengetahui konsistensi

aspal. Konsistensi merupakan derajat kekentalan aspal yang sangat dipengaruhi

oleh suhu. Untuk aspal keras solid dan semi solid penentuan konsistensi

dilakukan dengan penetrometer sesuai ASTM D5.

Konsistensi dinyatakan dengan angka pengetrasi, yaitu masuknya jarum

penetrasi seberat + 100 gram kedalam benda uji aspal pada suhu 25o C selama

5 detik. Penetrasi dinyatakan dengan angka satuan 1/10 mm. Bila jarum

penetrasi masuk sedalam 10 mm, dikatakan aspal tersebut mempunyai angka

penetrasi 100. Jadi semakin tinggi angka penetrasi semakin lembek aspal

tersebut. Penentuan konsistensi dengan cara ini efektif terhadap aspal dengan

angka penetrasi berkisar 50-200.

2.13.4 Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan penetrasi pada

aspal adalah sebagai berikut :

1. Peralatan

Penentuan Alat

a. Alat penetrasi / penetrometer yang dapat mengukur penetrasi sampai

0,1 mm.

Page 32: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

32

b. Pemegang jarum seberat (47,5 + 0,05) gr untuk mengukur penetrasi

dengan beban 100 gram dan 200 gram.

c. Pemberat dari (50 + 0,05) gr dan (100 + 0,05) gr untuk mengukur

penetrasi dengan beban 100 gr dan 200 gr.

d. Jarum penetrasi yang dibuat dari stanies steel panjang + 50,8 mm

diameter.

1-1, 0,2 mm dengan ujung jarum diameter 0,14 � 0,16 mm berbentuk

kerucut terpancang, gambar no. 2

e. Cawang untuk benda uji dibuat dari gelas atau logam berbentuk slinder

dengan alas atau dasar berukuran.

Penetrasi Diameter (mm) Dalam (mm)

Dibawah 200

200-300

55

75

35

45

f. Bak perendam (water bath)

- Isi bak perendam tidak lebih dari 10 liter

- Polat berlubang-lubang, terletak 50 mm diatas bejana dan tidak

kurang dari 100 mm dibawah permukaan air dalam bejana.

g. Tempat air untuk benda uji dengan sisi tidak kurang dari 350 ml dan

tinggi yang cukup untuk merendam benda uji.

h. Pengukuran waktu (stopwatch)

- Pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stopwatch dengan

skala pembagian kecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan tertinggi

0,1 detik per 60 detik.

- Pengukuran penetrasi dengan alat otomis kesalahan alat tidak boleh

melebihi 0,1 detik.

- Pengukuran suhu atau diameter

Pembuatan benda uji

1. Panaskan contoh dan aduklah berlahan-lahan hingga cukup air.

- Pemanasan contoh untuk tidak lebih dari 60o diatas titik lembek.

- Waktu pemanasan tidak lebih dari 30 detik

2. Tuangkan contoh kedalaman tempat contoh dan diamkan sampai

dingin, tinggi contoh tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10

mm.

Page 33: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

33

3. Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu

ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai

2 jam untuk benda uji yang besar.

2.Bahan

Aspal

2.13.5 Keselamatan Kerja

1. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing

2. Simpan alat pada tempatnya

3. Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan

4. Mengikuti instruksi dari instruktur

5. Menggunakan seragam praktek

6. Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja

2.13.6 Prosedur Pelaksanaan

1. Masukkan benda uji kedalam tempat air yang kecil dan letakkan tempat

air tersebut dalam perendaman yang telah ditentukan suhunya, diamkan

selama 1 - 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 - 2 jam untuk yang

besar.

2. Periksalah pemegang jarum agar dapat dipasang dengan baik dan

bersihkan jarum penetrasi dengan totuelen atau pelarut lain kemudian

keringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan pasanglah jarum pada

pemegang jarum.

3. Letakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh beban

sebesar (100 + 0,1) gr.

4. Pindahkan tempat air dari bak perendam kebawah alat penetrasi.

5. Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh

permukaan benda uji. Kemudian aturlah angka 0 (nol) diarloji

penetrometer, sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.

6. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch selama

jangka waktu (5 + 0,1) detik.

7. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit

dengan jarum penunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.

8. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk

pekerjaan berikutnya.

Page 34: Lap. Uji Bahan I_Kel II

Laboratorium Bahan

Kelompok II Kelas B2

34

9. Lakukan pekerjaan a sampai dengan g diatas tidak kurang dari 3 kali

untuk benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan

beranjak satu sama lain dan dari tepi dinding lebih dari 1 cm.

2.13.7 Data dan Perhitungan

Kedalaman = pembacaan akhir � pembacaan awal

Rata-rata kedalaman =

Penetrasi =

1 27,2 36,2 92 26,9 36,8 9,93 26,6 36,3 9,7

Rata-rata 9,53

NoPengukuran Awal (mm)

Pengukuran Akhir (mm)

Kedalaman (mm)

2.13.8 Kesimpulan

Penetrasi =

Penetrasi = 50

53.9

= 0.1906 mm/gr

∑ kedalaman

n sampel

Rata-rata kedalaman

Beban pemberat mm gr

Rata-rata kedalaman Beban pemberat