Upload
evapuspitasari
View
156
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dkfmke
Citation preview
KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA
BUKU I
DEWAN KELAUTAN INDONESIA
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANSEKRETARIAT JENDERAL
SATKER DEWAN KELAUTAN INDONESIATAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional 2005-2025 mencantumkan 8 (delapan) misi pembangunan nasional untukmencapai Visi “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Salah satu misi tersebutadalah “Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, danberbasiskan kepentingan nasional”. Strategi pembangunan nasional yang digunakan untukmencapai visi dan misi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang tersebut adalahpembangunan yang berkelanjutan dengan semangat yang pro-poor, pro-growth, pro-jobdan pro-environment. Namun hingga saat ini Indonesia belum memiliki suatu kebijakankelautan. Padahal Kebijakan Kelautan Indonesia (Indonesian Ocean Policy) tersebut dapatdijadikan “framework” atau rujukan bagi semua “stakeholders” yang sangat peduli terhadappembangunan kelautan di Indonesia.
Dokumen Kebijakan Kelautan Indonesia (KKI) disusun berdasarkan 5 pilar kebijakanyakni Budaya Bahari (Ocean Culture), Tata Kelola Kelautan (Ocean Governance),Pertahanan, Keamanan dan Keselamatan di Laut (Maritime Security), Ekonomi Kelautan(Ocean Economic), dan Lingkungan Laut (Marine Environment). Arahan kebijakan darimasingmasing pilar tersebut antara lain:1. Budaya Bahari : menjadikan laut sebagai ruang hidup dan ruang juang, tempat berkarya,
bekerja, berolah raga, bersukaria dan masyarakat Indonesia mencintai, memelihara,mengembangkan, mengelola, mengolah dan memanfaatkan sumberdaya laut secarabertanggungjawab dan berkelanjutan.
2. Tata kelola laut: menciptakan sistem tata kelola kelautan nasional yang komprehensif,terintegrasi, efektif, dan efisien.
3. Pertahanan, Keamanan dan Keselamatan di Laut: menegakkan kedaulatan dan hukumdi laut yuridiksi nasional, demi terwujudnya kesatuan wilayah NKRI, serta terjaminnyakeamanan dan keselamatan pelayaran, dan keamanan sumber daya hayati dan sumberdaya alam laut yang kuat dan terkoordinasi.
4. Ekonomi Kelautan: mewujudkan industri kelautan yang kokoh, mandiri, berdaya saing,dan terkemuka di dunia, serta memberikan nilai tambah ekonomi yang tinggi gunamempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.
5. Lingkungan Laut: menjadikan pesisir dan laut Indonesia sebagai tempat hidupmasyarakat yang sehat dan terlindung dari bencana, serta sekaligus dapat memberikanmanfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat dan bangsanya.
i
Peluang-peluang pengembangan kelautan bagi pembangunan nasional perlu dipayungidengan Kebijakan Kelautan Indonesia yang mampu mensinergikan setiap potensi kelautanyang dimiliki, serta mampu mensinergikan lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat.Kebijakan Kelautan Indonesia disusun berdasarkan pada kekuatan-kekuatan yang dimilikibangsa, tantangan dan isu strategis baik nasional, regional maupun global, dengan didasariaspek legal dan searah dengan kebijakan yang sudah ada. KKI diharapkan mampumembangun kebersamaan para pemangku kepentingan agar dapat memberikan sumbangsihpemikirannya bagi kemampuan bangsa dan negara dalam memanfaatkan, mengelola, danmengembangkan laut dari segala aspeknya. KKI yang disusun diupayakan semaksimalmungkin mampu mendasari pembangunan kelautan di segala lapisan pembangunansehingga dapat dioperasionalkan guna meningkatkan martabat bangsa, penguasaan iptek,kesatuan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kelestarian laut dan kemakmuranbangsa.
Dewan Kelautan Indonesia menyadari bahwa Kebijakan Kelautan Indonesia ini masihbelum sempurna. Oleh karenanya masih banyak membutuhkan masukan dan perbaikan.Kami berharap kiranya Kebijakan Kelautan Indonesia ini dapat menjadi Peraturan Pemerintah(PP). Akhir kata, Dewan Kelautan Indonesia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak atas bantuan berbagai informasi, ijin penggunaan sumberinformasi, pikiran dan tenaga yang telah diberikan dalam penyusunan dokumen KebijakanKelautan Indonesia. Semoga bermanfaat.
Menteri Kelautan dan PerikananSelaku
Ketua Harian Dewan Kelautan Indonesia
Sharif C. Sutardjo
ii
TIM PENYUSUNNASKAH KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA
POKJA KEBIJAKAN BUDAYA BAHARI :Ketua : Laksma TNI (Purn) Drs. Bonar Simangunsong, M.Sc / Tenaga AhliAnggota : 1. Ir. Abdul Alim Salam / Tenaga Ahli
2. Dr. Ir. Sugianto Halim, M.si / STP3. Dr. Ir. Anton Leonard, MM / Asosiasi4. Ukay Karyadi, SE., ME./ Staf Khusus Men.KP5. Ir. Herman Suherman, M.M / BPSDM KKP6. Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, MSc / IPB7. Prof.Dr. Ibrahim Bafadel / Kemdikbud8. Dr. Supratikno Rahardjo, M.Hum / UI
POKJA KEBIJAKAN TATA KELOLA KELAUTANKetua : Prof. Dr . Kuntoro, SH, MH / Tenaga AhliAnggota : 1. Prof. Dr. Hasjim Djalal, MA / Pakar
2. Prof. Dr Etty R Agoes, SH, L.LM / UNPAD3. Dr. Ir Son Diamar, M.Sc / Pakar4. Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si /IPB5. Drs. H. Ahmad Mujib Rahmad /Staf Khusus Men. KP6. Ir. Moh Andus Nurhidajat, M.Si / Dir. Produksi Ditjen PB, KKP7. Dr. I Rizari, MBA, M.Si/Dir. Kawasan dan Pertanahan Ditjen PUM Kemdagri8. Rachmat Budiman / Dir Perjanjian Politik, Keamanan dan Kewilayahan Kemlu
POKJA KEBIJAKAN EKONOMI KELAUTANKetua : Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, M.Sc / Anggota DEKINAnggota : 1. Prof Dr. Ir Daniel Monintja / Pakar
2. Dr. Ir. Enday Kusnendar, MS / Pakar3. Djodie Supriatman / Asosiasi4. Syarif Syahrial, SE, ME / Staf Khusus MKP5. Ir. Syafril Fauzi, M.Sc /DJP2HP KKP6. Ir. Tyas Budiman, MM/Dir. Pelabuhan Perikanan, KKP7. Dr.Ir. Sri Yanti Widjana/ Bappenas8. Ir. Hanggoro Budi Wiyawan /Kepala Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa
Transportasi Kemhub
iii
POKJA KEBIJAKAN PERTAHANAN, KEAMANAN DAN KESELAMATAN DI LAUTKetua : Laksdya TNI (Purn) Abu Hartono / Anggota DEKINAnggota : 1. Ir. Abdul Rivai Ras, MM, MS, Msi / Kemhan
2. Laksda TNI (Purn) I Gede Artjana / Pakar3. Dr. Ir. Dicky Munaf, M. Sc. / Bakorkamla4. Dr. Ir. Yulistyo, M.Sc / DJPSDKP KKP5. Imran Azis, SH / Pakar6. Capt. H. Rubianto, M.Mar / Pakar Keselamatan Laut7. Kolonel Laut (P) R. Achmad Rivai / Paban I Renstra Srenal TNI-AL8. Kombes Triyono / Mabes POLRI
POKJA KEBIJAKAN LINGKUNGAN LAUTKetua : Dr Elly Rasdiani Soedibyo / Tenaga ahliAnggota : 1. Dr. Ir. Hikman Manaf, M.Sc / Tenaga Ahli
2. Dr. Ir. Setyo Sarwanto Moesidik / UI3. Dr. Udi Syahnudi Hamzah / Pakar4. Ir. M. Eko Rudianto, M.Bus.It / Dir. Pesisir dan Laut DJKP3K KKP5. Ir.Arief Yuwono,MA / Deputi Bid. Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan
Perubahan Iklim, KLH6. Drs. Nursiwan Taqim, M.Si/Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Lingkungan /
Pesisir dan Laut KLH7. Ir. Hari Purwanto, M.Sc.DIC / SAM Menristek Bid. Pertahanan dan Keamanan
Kemen Ristek8. Kepala Pusat PPPGL KESDM
Tim Sekretariat Dewan Kelautan Indonesia1. Dr. Ir. Dedy H. Sutisna , MS2. Dr. Ir. Syahrowi R. Nusir, MM3. Drs. Tomo HS, M.Si4. Budi Sampurno, SE5. Synthesa Praharani Ksatrya, SIK6. Jatu Nugrohorukmi,S. Kel
iv
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
TIMPENYUSUN .......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... viii
I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1. Umum .......................................................................................................... 1
2. Maksud dan Tujuan ..................................................................................... 2
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut....................................................................... 2
4. Metode dan Pendekatan .............................................................................. 3
5. Sistemetika ................................................................................................. 3
6. Pengertian ................................................................................................... 4
II LANDASAN PEMIKIRAN ................................................................................... 6
1. Umum .......................................................................................................... 6
2. Paradigma Nasional .................................................................................... 7
3. Rencana pembenagunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional ................. 12
4. Pokok-pokok Teori yang Melandasi Kebijakan Kelautan Indonesia ............ 16
III KONDISI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA SAAT INI .............................. 19
1. Umum .......................................................................................................... 19
2. Kondisi Kebijakan Kelautan Indonesia saat ini ........................................... 20
3. Implikasi Kebijakan Kelautan Indonesia terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dan Ketahanan Nasional .............................................................. 64
4. Permasalahan yang Dihadapi ..................................................................... 67
v
vi
IV PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS .............................................. 70
1. Umum .......................................................................................................... 70
2. Pengaruh Perkembangan Lingkungan Global ............................................ 70
3. Pengaruh Perkembangan Lingkungan Regional ........................................ 75
4. Pengaruh Perkembangan Lingkungan Nasional ......................................... 87
5. Peluang dan Kendala .................................................................................. 81
V KONDISI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA YANG
DIHARAPKAN ..................................................................................................... 86
1. Umum .......................................................................................................... 86
2. Kondisi Kebijakan Kelautan Indonesia yang Diharapkan ........................... 87
3. Indikator Keberhasilan Kebijakan Kelautan Indonesia terhadap
Bidang Kelautan .......................................................................................... 93
4. Kontribusi Kebijakan Kelautan Indonesia terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja ................................................. 96
VI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA ............................................................... 98
1. Umum .......................................................................................................... 98
2. Visi, Misi dan Kebijakan ............................................................................... 99
3. Strategi ......................................................................................................... 102
4. Upaya-upaya ............................................................................................... 110
VII PENUTUP ........................................................................................................... 147
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Survei Tentang Wawasan Kelautan Tahun 2009 dan 2010 .......... 20Tabel 3.2 Kontribusi Sektor Perikanan terhadap GDP di Kawasan ASEAN ......... 21Tabel 3.3. Perkiraan ketersediaan dan kebutuhan Pelaut dalam
pelayaran Domestik Indonesia sampai dengan 2015 (orang) ............... 23Tabel 3.4. Jumlah Lulusan Pendidikan Kedinasan Kementerian KKP
selama 6 Terakhir .................................................................................. 24Tabel 3.5. Institusi Negara yang Berkaitan dengan Pembangunan
Bidang Kelautan .................................................................................... 26Tabel 3.5 World Vital Chokepoint .......................................................................... 34Tabel 3.6. Satuan Tugas Patroli Laut berdasarkan Instansi Tahun 2011 ............... 36Tabel 3.7. Jumlah Kapal Milik TNI AL Tahun 2011 ................................................. 36Tabel 3.8. Jumlah Kapal Milik Kepolisian Negara RI Tahun 2011 .......................... 38Tabel 3.9. Jumlah Kapal Ditjen Bea dan Cukai Tahun 2011 .................................. 38Tabel 3.10. Jumlah Kapal Patroli KPLP Tahun 2011 ................................................ 39Tabel 3.11. Kapal Pengawas milik Kementerian Kelautan dan Perikanan
Tahun 2011 ............................................................................................ 39Tabel 3.12. Jumlah Kapal Patroli Direktorat Imigrasi Tahun 2011 ............................ 40Tabel 3.13. Jumlah Kapal Milik BASARNAS Tahun 2011 ........................................ 40Tabel 3.14. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Bidang Kelautan
periode tahun 2001 - 2005 ..................................................................... 44Tabel 3.15 Produk Domestik Bruto (PDB) Bidang Transportasi Laut
Berdasarkan Harga Berlaku, 2002-2011 (dalam Milyar Rupiah) ........... 46Tabel 3.16 Perkembangan Pangsa Muatan Pelayaran Nasional
untuk Angkutan Laut Luar Negeri........................................................... 47Tabel 3.17 Perkembangan Pangsa Muatan Pelayaran Nasional
untuk Angkutan Laut Dalam Negeri........................................................ 47Tabel 3.18 Jenis-Jenis Kapal Produksi Dalam Negeri ............................................ 48Tabel 4.1. Undang-Undang dan Konvensi yang terkait dengan Bidang
Kelautan Nasional................................................................................... 78Tabel 6.1 Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Implementasi Strategi dari
Kebijakan Kebudayaan Kelautan (Ocean Culture Policy) ..................... 111Tabel 6.2 Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Implementasi Strategi dari
Kebijakan Tata Kelola Kelautan (Ocean Governance Policy) ............... 115Tabel 6.3 Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Implementasi Strategi
dari Kebijakan Keamanan Maritim (Maritime Security Policy) .............. 119
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 ALKI di Wilayah Perairan Indonesia ..................................................... 33
Gambar 3.2. Kawasan unggulan potensi terumbu karang dan tujuan
wisata bahari (dikompilasi dari berbagai sumber) ................................ 56
Tabel 6.4 Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Implementasi Strategi dariKebijakan Ekonomi Kelautan (Ocean Economic Policy) ....................... 124
Tabel 6.5 Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Implementasi Strategidari Kebijakan Lingkungan Laut (Marine Environment Policy) .............. 133
1. Umum
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara kepulauan (archipelagicstate) terbesar di dunia dan secara geografis memiliki posisi yang sangat strategis, yaituberada pada persilangan 2 benua (Australia dan Asia) dan 2 samudera (Hindia dan Pasifik).Selain itu, sebagian besar atau hampir 70% wilayah NKRI merupakan perairan laut yangluasnya mencapai 5,8 juta km2 dengan garis pantai sepanjang 95.181 km. Kondisi obyektifini sesungguhnya merupakan suatu anugerah yang tak terkira nilainya, dan juga sangatlogis bila bangsa Indonesia seharusnya mengoptimalkan potensi kelautannya sebagai salahsatu penghela pertumbuhan perekonomian dan pembangunan nasional. Hal ini mengingatnilai ekonomi potensi dan kekayaan laut Indonesia diperkirakan hampir mencapai US $ 160milyar/tahun (ADB, 1996; PKSPL-IPB, 1997; PIT-IAGI, 1999; DEPBUPAR, 2000; dan DMI,BAPPENAS, DEPHUB, 2003). Namun sayangnya, hingga kini keunggulan geografis danpotensi yang dimiliki tersebut masih belum secara signifikan memberikan peran yang optimalbagi pertumbuhan perekonomian dan peningkatan kemakmuran serta kualitas hidup rakyatIndonesia.
Sejarah telah mencatat, bahwa Indonesia “pernah” memiliki puncak kejayaan padajaman Sriwijaya dan Majapahit sebagai Negara Maritim yang besar dan kuat pada masanya,dengan menguasai jalur perdagangan dan perhubungan laut diseluruh wilayah nusantara,bahkan sampai ke bagian Afrika Selatan dan Madagaskar. Namun sejarah pula yangmenggoreskan bahwa telah terjadi rekayasa sosial pada masa penjajahan Belanda, sehinggamenyebabkan pergeseran kultur dan struktur bangsa dari Bangsa Bahari ke Bangsa Agraris.Peristiwa sejarah selama ratusan tahun ini telah menggiring pemahaman tentang ruanghidup dan cara hidup bangsa yang lebih berorientasi dan bergantung hanya pada wilayahdaratan, bahkan cenderung apriori terhadap laut, sehingga tidaklah heran bahwa paradigmapembangunan nasional pun masih lebih berbasis daratan (land base oriented) danmengabaikan potensi kelautan yang dimiliki.
Laut sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa harusnya dapat dijadikan sebagai salahsatu pilar utama untuk membantu mengakselerasi terwujudnya kemakmuran dan kejayaanbangsa Indonesia. Tambahan pula, laut bagi NKRI juga memiliki makna dan fungsi yangsangat strategis, yaitu laut sebagai: (1) wilayah kedaulatan bangsa, (2) lingkungan dansumberdaya, (3) media kontak sosial, ekonomi, dan budaya, (4) geostrategi, geopolitik,
Bab 1 PENDAHULUAN
1
geokultural, dan geoekonomi negara, dan (5) sumber dan media penyebar bencana alam.
Namun demikian, karena bidang kelautan hingga kini belum menjadi arus utama danbersinergi dengan bidang lainnya dalam pembangunan nasional, maka besarnya sumberdayalaut yang dimiliki bangsa ini belum dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Disampingitu, pada kenyataan di lapangan, pembangunan kelautan Indonesia juga belum dilaksanakansecara terpadu, dimana masih sektoral, parsial dan fragmented, yang mengakibatkan seringterjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan dan pengelolaannya. Hal ini dapat dicermatidengan belum adanya grand design pembangunan bidang kelautan Indonesia yangdisepakati oleh semua stakeholders yang terlibat.
Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan sumberdaya laut yang dimiliki guna meng-akselerasi pembangunan nasional agar Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmursegera terwujud, maka diperlukan sebuah Ocean Policy (Kebijakan Kelautan) yang kuatdan tepat. Kebijakan Kelautan Indonesia (KKI) merupakan tuntutan yang sangat mendesakuntuk memayungi pembangunan bidang kelautan yang sifatnya lintas sektoral daninstitusional, serta terintegrasi dengan daratan. Selain itu pula, diharapkan dengan adanyaKKI dapat mengatasi berbagai rintangan yang dihadapi dalam mengembangkan bidangkelautan, baik rintangan teknis operasional maupun rintangan yang bersifat regulasi.
2. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Kebijakan Kelautan Indonesia ini dimaksudkan untuk memberikangambaran tentang Kebijakan Kelautan Indonesia dalam konteks mengoptimalkansumberdaya laut yang dimiliki guna memacu pembangunan nasional dan sekaligusmemperkokoh ketahanan nasional, sedangkan tujuannya adalah untuk merumuskanKebijakan Kelautan Indonesia yang komprehensif dan terpadu antar sektor dalam mengelola,memanfaatkan, menjaga serta memelihara laut secara optimal dan berkelanjutan.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan dalam tulisan ini adalah Kebijakan Kelautan Indonesiadalam konteks pembangunan bidang kelautan dalam keterkaitannya dengan pembangunansemesta Indonesia untuk jangka waktu pendek, menengah, dan panjang yang meliputi 5pilar utamanya, yakni: kebijakan kebudayaan kelautan (ocean culture policy), kebijakantata kelola kelautan (ocean governance policy), kebijakan keamanan maritim (maritimesecurity policy), kebijakan ekonomi kelautan (ocean economic policy), dan kebijakanlingkungan laut (marine environment policy).
2
4. Metode dan Pendekatan
Metode penulisan yang digunakan dalam tulisan ini adalah deskriptif-analisis secarakomprehensif integral dengan pendekatan analisis kebijakan (policy analysis approach) danaspek asta gatra dalam Ketahanan Nasional. Data dan informasi diperoleh dari DewanKelautan Indonesia dan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan bidang kelautanditambah dengan penelusuran studi pustaka (desk study) dari berbagai sumber terkait lainnya.Secara ringkas, alur dan pola pikir metode dan pendekatan untuk penyusunan tulisan inidapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
5. Sistematika
Sistematika penyusunan tulisan ini adalah sebagai berikut:
a) Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang permasalahan secara umum, maksud dantujuan penyusunan tulisan ini, ruang lingkup, metode dan pendekatanpenulisan, dan sistematika penulisan serta beberapa pengertian terkait denganmakalah ini. Bab ini melandasi penulisan pada Bab-bab selanjutnya.
b) Bab II Landasan Pemikiran, berisi landasan yang digunakan dalam penulisanmeliputi: Paradigma nasional terutama pancasila, wawasan nusantara danketahanan nasional; Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)Nasional sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan semua sektortermasuk bidang kelautan; dan Pokok-pokok teori yang melandasi kebijakankelautan dan pembangunan berkelanjutan.
c) Bab III Kondisi Kebijakan Kelautan Indonesia Saat Ini, berisi uraian kondisi nyatakebijakan kelautan Indonesia yang dicerminkan pada kondisi sektor-sektorutama bidang kelautan saat ini (hingga tahun 2010). Kemudian implikasikebijakannya terhadap perekonomian dan pembangunan nasional, dan berbagaipermasalahan yang dihadapi terutama permasalahan aktual dan faktual.
d) Bab IV Pengaruh Perkembangan Lingkungan Strategis, berisi uraian perkembanganlingkungan global, regional dan nasional yang terkait dengan kebijakankelautan Indonesia, baik langsung maupun tidak langsung. Dari analisislingkungan strategis tersebut, selanjutnya diidentifikasi peluang dankendalanya.
e) Bab V Kondisi Kebijakan Kelautan Indonesia yang Diharapkan, berisi uraian tentangkondisi kebijakan kelautan Indonesia yang diharapkan, indikator keber-hasilannya, dan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi danpembangunan nasional.
3
f) Bab VI Kebijakan Kelautan Indonesia, berisi uraian tentang kebijakan, strategi danupaya-upaya untuk membangun bidang kelautan yang terpadu dan sinergidengan bidang lain serta berkelanjutan. Dalam bab ini diuraikan secara rincikebijakan yang dijabarkan ke dalam beberapa strategi dan tiap strategidirumuskan upaya-upayanya.
g) Bab VII Penutup, berisi kesimpulan dan saran-saran sebagai rekomendasi kepadaPemerintah.
6. Pengertian
a) Asta Gatra dalam Ketahanan Nasional adalah gatra geografi, demografi, sumberkekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam.
b) Kebijakan adalah suatu peraturan yang mengubah suatu kondisi ke kondisi yang lebihbaik (Murtadi, 1999).
c) Kebijakan Kelautan Indonesia adalah kebijakan pembangunan Nasional dibidangkelautan yang meliputi : kebijakan kelautan dibidang Kebudayaan, Kebijakan kelautandibidang Tatakelola Pemerintahan, kebijakan kelautan dibidang Pertahanan, Keamanan,dan Keselamatan di laut, kebijakan kelautan dibidang Ekonomi, dan kebijakan kelautandibidang Lingkungan Hidup.
d) Kebijakan Publik adalah suatu keputusan untuk mengatasi masalah tertentu, kegiatantertentu atau untuk mencapai tujuan tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintahyang secara formal dituangkan dalam berbagai peraturan atau perundangan(Mustodidjaja, 1992)
e) Kelautan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan danpemanfaatan sumber daya hayati, nir-hayati, dan jasa lingkungan di wilayah laut, pesisirdan pulau-pulau kecil yang dilaksanakan dalam suatu pengelolaan yang terpadu
f) Ketahanan Nasional Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputisegenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhanyang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalammenghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baikyang datang dari luar maupun dari dalam, untuk menjamin identitas, integritas,kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasionalnya(Pokja Geostrategi & Tannas Lemhannas R.I., 2006).
g) Pembangunan Nasional adalah segala upaya pembangunan di semua aspek kehidupanbermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan keamanan dan kesejah-teraan serta menuju perubahan yang lebih baik, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
4
h) Perekonomian nasional adalah kondisi perekonomian bangsa yang ditunjukkan dengansegala upaya untuk membangun sistem ekonomi sebagai bagian penting daripembangunan nasional.
i) Sumberdaya kelautan adalah semua potensi unsur, baik biotik maupun abiotik, yangberada didalam lingkungan laut dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.Sumberdaya kelautan terdiri dari sumberdaya dapat pulih (renewable resources) dansumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources).
j) Perairan Indonesia adalah semua perairan yang berada di antara dan di sekitar pulau-pulau kepulauan Indonesia yang meliputi Perairan Pedalaman, Perairan Kepulauan,dan Laut Teritorial sebagai mana yang diatur dalam UU No.6 Tahun 1996 tentangPerairan Indonesia.
k) Perairan dalam Yuridiksi Nasional adalah wilayah laut yang meliputi wilayah laut,dibawah kedaulatan penuh yaitu Perairan Pedalaman, Perairan Kelpulauan, dan LautTeritorial; wilayah laut yang berada dibawah hak-hak berdaulat dan yuridiksi tertentuyaitu Zona Tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif, dan Landas Kontinen.
5
1. Umum
Wawasan Nusantara merupakan pandangan bangsa Indonesia yang berdasarkanPancasila dan UUD 1945 tentang diri dan lingkungannya yang berbentuk kehidupan sebagaisatu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam (pertahanan dan keamanan)dalam satu ruang kehidupan, yaitu seluas perairan laut dengan pulau-pulau didalamnyabeserta udara di atasnya karena dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapatdipisahkan satu sama lain termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya.Pandangan ini akan selalu menjiwai bangsa Indonesia dalam hidup dan kehidupannasionalnya maupun kehidupan internasionalnya.
Rumusan Wawasan Nusantara secara formal pertama-tama dikemukakan dan dikenaldalam TAP MPR IV/1973 dan seterusnya berturut-turut dicantumkan dalam TAP MPR 1978,1983 dan 1988 yang ditetapkan sebagai wawasan untuk mencapai tujuan PembangunanNasional yang menyeluruh dan berkehendak mewujudkan NKRI ini dalam satu kesatuanpolitik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial budaya dan kesatuan hukum. Berdasarkan doktrindasar Wawasan Nusantara, bangsa Indonesia harus dapat menggunakan wilayah lautnyasebagai bagian dari ruang hidup bangsa guna mempertahankan kelangsungan hidup danmengembangkan kehidupannya.
Penyusunan kebijakan kelautan Indonesia yang dilakukan bertujuan untuk mendukungpercepatan Pembangunan Nasional dalam mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesiamelalui pembangunan bidang kelautan. Selain itu, dengan penyusunan kebijakan kelautanIndonesia ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang tujuan, sasaran,strategi, dan upaya serta penanggung jawabnya. Hal ini dimaksudkan, agar kebijakankelautan yang dibuat akan lebih efektif dan sinergis dijalankan oleh setiap instansi/lembagayang terkait dengan pembangunan bidang kelautan.
Pembangunan bidang kelautan dianggap identik dengan pembangunan sektor-sektorutamanya, yaitu: perikanan, industri dan jasa maritim, energi dan sumber daya mineral,perhubungan laut, pendidikan dan penelitian kelautan, pariwisata bahari, lingkungan laut,dan hukum dan tata kelautan. Secara umum, potensi dari kedelapan sektor utama tersebutbelum dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal. Selain itu, bidang kelautan juga memilikipermasalahan yang kompleks karena keterkaitannya dengan banyak sektor dan bidang,
Bab 2 LANDASAN PEMIKIRAN
6
dan juga sensitif terhadap interaksi dengan lingkungan, mempunyai implikasi yang tinggiterhadap perekonomian dan kondisi sosial, dan memerlukan penanganan nasional yangkomprehensif karena berkaitan dengan hubungan antar negara dan dunia internasional.Oleh karenanya, tidak mungkin perumusan konsep kebijakan kelautan Indonesia hanyamelihat dari sisi internalnya saja, namun harus mempertimbangkan keterkaitannya secarakomprehensif dan integral dengan semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa danbernegara. Untuk itu, diperlukan pemahaman dan landasan berpikir yang sama dalam satuparadigma nasional. Disamping itu, perlu justifikasi landasan teori yang kuat dalam melandasiperumusan konsep solusi.
2. Paradigma Nasional
Dunia sekarang ini cenderung ke arah persaingan antarbangsa dan negara, yangdimensi utamanya terletak pada bidang ekonomi, karena setiap negara sedang berjuanguntuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga bangsanya. Dalam era yang seperti ini,kedudukan ideologi nasional suatu negara akan berperan dalam mengembangkankemampuan bersaing negara yang bersangkutan dengan negara lainnya. Pancasila sebagaiideologi memiliki karakter utama sebagai ideologi nasional. Ia adalah cara pandang danmetode bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai cita-citanya, yaitu masyarakat yangadil dan makmur. Pancasila adalah ideologi kebangsaan karena ia digali dan dirumuskanuntuk kepentingan membangun negara bangsa Indonesia. Pancasila yang memberi pedomandan pegangan bagi tercapainya persatuan dan kesatuan di kalangan warga bangsa danmembangun pertalian batin antara warga negara dengan tanah airnya. Oleh karenanya,diperlukan komitmen kuat segenap komponen bangsa untuk mengaktualkan Pancasilakehidupan nyata, utamanya harus diteladankan oleh para pemimpin negeri ini.
Pancasila juga merupakan wujud dari konsensus nasional karena negara bangsaIndonesia ini adalah sebuah desain negara modern yang disepakati oleh para pendiri negaraRepublik Indonesia dengan berdasarkan Pancasila. Dengan ideologi nasional yang mantapseluruh dinamika ekonomi, sosial, budaya, dan politik dapat diarahkan untuk menciptakanpeluang positif bagi pertumbuhan kesejahteraan bangsa.
Kemudian, pembangunan nasional sebagai upaya yang dilaksanakan oleh semuakomponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara, pada hakikatnya adalahpembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Artinya, pembangunan nasional harusmelibatkan segenap komponen bangsa sebagai pelaku dan sekaligus sasaran pembangunanitu sendiri. Pembangunan nasional termasuk di dalamnya pembangunan bidang kelautanharus dapat mewujudkan kesejahteraan bangsa dengan tetap berlandaskan ideologiPancasila, yakni memberikan kebebasan beragama dan beribadah, menghormati hak asasi
7
manusia secara adil dan beradab, menjaga persaudaraan dan persatuan, melaksanakandemokrasi dengan musyawarah, dan mewujudkan keadilan sosial.
Selanjutnya, pembangunan nasional juga harus mengacu kepada UUD 1945, karenaUUD 1945 merupakan nilai dasar bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupanbermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pasal 25 UUD 1945 melandasi pemikiran dalampembangunan bidang kelautan, karena disana dinyatakan secara eksplisit bahwa Indonesiasebagai negara kepulauan. Demikian pula dengan pasal 33 yang secara implisitmengamanatkan bahwa sumber daya alam (termasuk sumber daya laut) harus dapatdimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, pembangunanbidang kelautan harus menjamin bahwa rakyatlah yang akan menikmati hasilnya baik secaralangsung maupun tidak langsung. Perumusan kebijakan kelautan Indonesia dalampembangunan bidang kelautan harus menggambarkan keberpihakan kepada masyarakatluas.
Pada awal kemerdekaan, Indonesia masih menggunakan beberapa peraturan hukumyang ditinggalkan Pemerintahan Hindia Belanda, termasuk landasan hukum bidang kelautan,yakni “Territoriale Zee en Maritime Kringen Ordonnantie 1939” (TZMKO). Namun,penggunaan ordonansi ini menyebabkan wilayah Indonesia menjadi tidak utuh, karenaperairan diantara kelima pulau besar Indonesia terdapat perairan bebas (high seas). Keadaanini dinilai dapat mengancam keutuhan NKRI. Atas dorongan semangat tinggi dan kebulatantekad yang luar biasa di masa kepemimpinan Presiden Soekarno, dengan berani dan secarasepihak mengeluarkan suatu deklarasi keutuhan wilayah Indonesia pada tanggal 13Desember 1957, yang dikenal dengan Deklarasi Djoeanda. Pada dasarnya konsep deklarasiini memandang bahwa kepulauan Indonesia merupakan wilayah pulau-pulau, wilayahperairan, dan dasar laut di dalamnya sebagai suatu kesatuan historis, geografis, ekonomis,dan politis. Dengan adanya konsep ini, maka wilayah perairan nusantara yang tadinyamerupakan wilayah laut lepas kini menjadi bagian integral dari wilayah Indonesia yang beradadi bawah kedaulatan NKRI.
Deklarasi Djoeanda merupakan salah satu dari tiga pilar utama bangunan kesatuandan persatuan negara dan bangsa Indonesia, yaitu: Kesatuan Kejiwaan yang dinyatakandalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928; Kesatuan Kenegaraan dalam NKRI yangdiproklamirkan oleh Soekarno-Hatta tanggal 17 Agustus 1945; dan Kesatuan Kewilayahan(darat, laut, dan udara) yang diumumkan H. Djoeanda, 13 Desember 1957.
Kemudian, Deklarasi ini diperkuat secara yuridis melalui Undang-Undang No. 4. Prp.Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia. Dalam UU ini, pokok-pokok dasar dan pertimbangan-pertimbangan mengenai pengaturan wilayah perairan Indonesia pada hakikatnya tetap samadengan Deklarasi Djoeanda, walaupun segi ekonomi dan pengamanan sumberdaya alam
8
lebih ditonjolkan. Kemudian, dalam perkembangan sejarah selanjutnya, telah memungkinkanIndonesia menyempurnakan luas wilayahnya melalui UU No. 5 tahun 1983 tentang ZoneEkonomi Eksklusif (ZEE) termasuk di dalamnya integrasi Timor Timur, yang disempurnakanlagi dengan UU No. 6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, dan UU No 61 tahun 1998tentang penutupan Kantung Natuna dan keluarnya Timor Timur.
Pada tahun 1982, 119 negara di dunia, termasuk Indonesia, telah menandatanganiKonvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 atau United Nation Convention on the Law of theSea (UNCLOS 1982). Konvensi tersebut di dalamnya memuat 9 buah pasal mengenai perihalketentuan tentang prinsip “Negara Kepulauan”. Salah satu pasal dalam prinsip NegaraKepulauan tersebut menyatakan bahwa laut bukan sebagai alat pemisah, melainkan sebagaialat yang menyatukan pulau-pulau yang satu dengan lainnya, yang kemudiandiimplementasikan oleh Indonesia dengan istilah Wawasan Nusantara.
Pengakuan dunia internasional ini, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto,ditindaklanjuti dengan diterbitkannya UU Nomor 17 tahun 1985 tentang PengesahanKonvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang HUKUM LAUT 1982. Ratifikasi inimerupakan tindaklanjut dari gagasan negara kepulauan yang pada 25 tahun laludicetuskannya Deklarasi Djoeanda pada tanggal 13 Desember 1957. Sejak itu, Indonesiamempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk melaksanakan Konvensi Hukum LautPBB tahun 1982, dan UU No.17 tahun 1985 ini, selanjutnya harus dijadikan pedoman dalampenyusunan rencana pembangunan nasional, utamanya pembangunan dibidang kelautan,dan pada REPELITA ke 5 (1993 – 1998) konsep pembangunan kelautan akhirnya masukkedalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Namun, akibat makin seriusnya kasus-kasus di wilayah perbatasan laut Indonesia dan sekaligus guna mengimplementasikankonsep pembangunan kelautan yang tertuang di GBHN, maka Presiden Soehartomengeluarkan perintah pada tanggal 1 Januari 1996, yakni: “Mengembalikan Jiwa BahariDengan Melalui Pembangunan Kelautan Indonesia”. Selanjutnya, diteruskan denganpembentukan Dewan Kelautan Nasional (DKN) melalui Keppres No.77 Tahun 1996, yangmemiliki tugas dan fungsi:
a) Memberikan pertimbangan, pendapat maupun saran kepada Presiden mengenaiperaturan, pengelolaan, pemanfaatan, pelestarian, perlindungan dan keamanankawasan laut, serta penentuan batas wilayah Indonesia.
b) Melakukan koordinasi dengan departemen dan badan yang terkait, dalam rangkaketerpaduan perumusan dan penetapan kebijakan mengenai masalah laut.
Paradigma nasional selanjutnya adalah Deklarasi Bunaken yang dicetuskan tanggal26 September 1998 pada masa pemerintahan Presiden Prof. Dr. B.J. Habibie. Deklarasi inipada dasarnya secara tegas menyatakan dua hal pokok yaitu kesadaran bangsa Indonesia
9
akan geografik wilayahnya dan kemauan yang besar dari bangsa Indonesia untukmembangun kelautan. Kesadaran geografik adalah kesadaran bangsa Indonesia untukmemahami dan menyadari akan kondisi obyektif wadah kepulauan Indonesia yang 2/3 (duaper tiga) bagian wilayahnya adalah merupakan laut. Kesadaran bangsa Indonesia akangeografik wilayahnya menjadi sangat penting bagi keberhasilan bangsa dalam melaksanakanpembangunan kelautan yang mempunyai arti strategis dalam mengembalikan kondisiekonomi nasional yang sedang menyelesaikan berbagai krisis ini.
Inti dari Deklarasi Bunaken adalah laut merupakan peluang, tantangan dan harapanuntuk masa depan persatuan, kesatuan dan pembangunan bangsa Indonesia. DeklarasiBunaken merupakan pernyataan politis strategis pemerintah atau sebagai komitmen bangsayang memberikan peluang seluas-luasnya dalam penyelenggaraan pembangunan bidangkelautan. Melalui Deklarasi Bunaken, pemerintah juga akan mengorientasikan PembangunanNasional ke laut dengan memberikan perhatian dan dukungan optimal terhadappembangunan kelautan.
Deklarasi Bunaken dapat juga dikatakan sebagai kunci pembuka babak barupembangunan nasional yang berorientasi ke laut karena mengandung komitmen bahwa:Pertama, Visi pembangunan dan persatuan nasional Indonesia harus juga berorientasi kelaut dan Kedua, Semua jajaran pemerintah dan masyarakat hendaknya juga memberikanperhatian untuk pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan potensi kelautan Indonesia.
Kemudian, pada masa pemerintahan, tumbuh kesadaran bahwa potensi dan kekayaanyang ada di laut merupakan sumber ekonomi utama Negara. Laut adalah kehidupan masadepan bangsa. Atas pemikiran ini, maka Presiden Abdurrahman Wahid membentukkementerian baru yakni Departemen Eksplorasi Laut dengan Keputusan Presiden No.355/M Tahun 1999 tanggal 26 Oktober 1999. Dalam perjalanannya, namanya berubah-ubahdan akhirnya saat ini menjadi Kementrian Kelautan dan Perikanan berdasarkan PeraturanPresiden No. 47 tahun 2009. Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid jugadibentuk Dewan Maritim Indonesia (DMI) yang bertugas untuk mengkoordinasikan danmensinergikan program pembangunan kelautan di Indonesia.
Selanjutnya pada tahun 2001, tepatnya tanggal 27 Desember 2001, bertempat diPelabuhan Rakyat Sunda Kelapa Jakarta, Presiden RI Megawati Sukarnoputri telahmencanangkan “Seruan Sunda Kelapa”. Pada intinya seruan tersebut mengajak seluruhbangsa Indonesia untuk bersama-sama membangun kekuatan maritim/kelautan, denganberlandaskan pada kesadaran penuh bahwa bangsa Indonesia hidup di negara kepulauanterbesar di dunia, dengan alam laut yang kaya akan berbagai sumberdaya alam. PadaSeruan Sunda Kelapa menyatakan meliputi 5 pilar program pembangunan kelautan, yaitu:
10
1. Membangun kembali wawasan bahari,
2. Menegakkan kedaulatan secara nyata di laut,
3. Mengembangkan industri dan jasa maritim secara optimal dan lestari bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
4. Mengelola kawasan pesisir, laut dan pulau kecil, dan
5. Mengembangkan hukum nasional di bidang maritim.
Dengan lahirnya Seruan Sunda Kelapa diharapkan menimbulkan kesadaran danmengarahkan kembali bangsa Indonesia ke wawasan bahari. Dengan demikian, SeruanSunda Kelapa merupakan paradigma nasional untuk membangkitkan ekonomi kelautannasional untuk memberi kontribusi nyata bagi pertumbuhan perekonomian nasional, mem-bangkitkan kembali kekuatan armada niaga nasional, mempercepat penggapaian masadepan bangsa, dan sekaligus memperkuat tali kehidupan bangsa.
Dan paradigma nasional yang terkini, yakni pada masa pemerintahan Presiden Dr. H.Susilo Bambang Yudhoyono, adalah mengganti nomenklatur Dewan Maritim Indonesia (DMI)menjadi Dewan Kelautan Indonesia (DEKIN) melalui Keppres No.21 Tahun 2007 danmenyelengarakan konferansi kelautan dunia atau World Ocean Conference (WOC) diManado pada tanggal 11 – 15 Mei 2009 dengan tema “Dampak perubahan iklim terhadaplaut dan dampak laut terhadap perubahan iklim”. Kegiatan ini merupakan inisiatif Indonesiadalam forum internasional yang ditujukan bagi para pemimpin dunia dan pengambil keputusanuntuk mengembangkan kolaborasi internasional dan membuat komitmen bersama dalammenghadapi isu kelautan dunia dan sekaligus masalah perubahan iklim global. PenyelengaraanWOC 2009 didukung oleh 123 negara yang tergabung dalam The Eighteenth Meeting ofStates Parties to the United Nations Convention on the Law of the Sea dan dalampelaksanaannya dihadiri oleh 423 delegasi yang berasal dari 87 negara dan organisasi-organisasi antar negara.
Agenda utama dalam WOC 2009 adalah (1) Pertemuan antar pemerintah atau SeniorOfficials Meeting yang dimaksudkan untuk mengerucutkan perumusan Manado OceanDeclaration yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran negara partisipan WOC 2009terhadap peran penting laut dalam perubahan iklim, dan (2) Kesepakatan Coral TriangleInitiative atau CTI dalam bentuk CTI Regional Plan of Action oleh 6 negara, yakni Indonesia,Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor Leste, untuk meningkatkanperlindungan terhadap sumber daya laut dan pantai yang berada di wilayah coral triangledalam wilayah laut 6 negara tersebut.
Deklarasi Kelautan Manado (Manado Ocean Declaration) yang menjadi menjadi salahsatu output utama dari WOC 2009 ini merupakan tonggak sejarah dan dokumen pentinguntuk menyelamatkan planet bumi dan kelangsungan hidup generasi penerus dimasa akan
11
datang, sehingga dokumen tersebut akan diperjuangkan oleh wakil tetap pemerintahIndonesia di PBB untuk dimasukan dalam agenda resmi dan dibahas dalam Meeting of theStates Parties to the United Nations Convention on the Law of the Sea. Selain itu, outputlainnya, yakni CTI Regional Plan of Action yang dilakukan oleh 6 negara, juga merupakanhal penting dalam menyelamatkan keanekaragaman sumber daya hayati laut dunia,utamanya ikan dan terumbu karang. Dengan demikian, WOC 2009 dapat dinyatakan sebagaikomitmen Bangsa Indonesia dalam upaya mengembangkan, mengelola, dan melestarikansumber daya laut nasional dan internasional secara berkelanjutan.
3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional
Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambunganyang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakantugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunantersebut memuat kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan menaikkantingkat kesejahteraan masyarakat dari generasi demi generasi. Pelaksanaan upaya tersebutdilakukan dalam konteks memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangikemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 yang telahditetapkan dalam UU No. 17 Tahun 2007 merupakan kelanjutan dari pembangunansebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalamPembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk itu,dalam 20 tahun mendatang, sangat penting dan mendesak bagi bangsa Indonesia untukmelakukan penataan kembali berbagai langkah-langkah, antara lain di bidang pengelolaansumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup dan kelembagaannya sehinggabangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan mempunyai posisi yang sejajar sertadaya saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat Internasional.
Dengan ditiadakannya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedomanpenyusunan rencana pembangunan nasional dan diperkuatnya otonomi daerah dandesentralisasi pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka untukmenjaga pembangunan yang berkelanjutan, Rencana Pembangunan Jangka PanjangNasional sangat diperlukan. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentangSistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang memerintahkan penyusunanRencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional yang menganut paradigmaperencanaan yang visioner, maka RPJP Nasional hanya memuat arahan secara garis besar.
Kurun waktu RPJP Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun. Pelaksanaan RPJP Nasional
12
2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasiperencanaan pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunan, yang dituangkandalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional I Tahun 2005-2009,RPJM Nasional II Tahun 2010-2014, RPJM Nasional III Tahun 2015-2019, dan RPJM NasionalIV Tahun 2020-2024.
Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan selama ini telah menunjukkankemajuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat, yang meliputi bidang sosial budayadan kehidupan beragama, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), politik,pertahanan dan keamanan, hukum dan aparatur, pembangunan wilayah dan tata ruang,penyediaan sarana dan prasarana, serta pengelolaan sumber daya alam (SDA) danlingkungan hidup. Namun demikian, masih banyak pula tantangan atau masalah yang belumsepenuhnya terselesaikan, salah satu yang utama adalah pengelolaan dan pemanfaatansumber daya kelautan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini terjadi karenabeberapa hal, antara lain: (1) belum adanya penataan batas maritim; (2) adanya konflikdalam pemanfaatan ruang di laut; (3) belum adanya jaminan keamanan dan keselamatan dilaut; (4) adanya otonomi daerah menyebabkan belum ada pemahaman yang sama terhadappengelolaan sumber daya kelautan; (5) adanya keterbatasan kemampuan sumber dayamanusia dalam mengelola sumber daya kelautan; dan (6) belum adanya dukungan risetdan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan. Padahal berdasarkan fakta dan dinyatakanpula dalam UUD 1945 perubahan Pasal 25A bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesiaadalah negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan laut.
Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia, tantangan yang akan dihadapi dalam 20 tahunanmendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia,dan amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945, visi pembangunan nasional tahun 2005–2025adalah:
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR
Kemudian, untuk mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui8 (delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut:
1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradabberdasarkan falsafah Pancasila.
2) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing.
3) Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum.
4) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu.
5) Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.
13
6) Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.
7) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, danberbasiskan kepentingan nasional.
8) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.
Dari 8 misi yang diemban tersebut, terdapat satu misi yang terkait langsung denganpembangunan kelautan nasional, yakni: “Mewujudkan Indonesia menjadi negarakepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional”.Pencapaian sasaran pokok misi ini ditandai oleh hal-hal berikut:
1) Terbangunnya jaringan sarana dan prasarana sebagai perekat semua pulau dankepulauan Indonesia.
2) Meningkat dan menguatnya sumber daya manusia di bidang kelautan yang didukungoleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Menetapkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset, dan hal-hal yangterkait dalam kerangka pertahanan negara.
4) Membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan meng-optimalkan pemanfaatansumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
5) Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut.
Pembangunan bidang kelautan pada masa yang akan datang di arahkan pada polapembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya laut berbasiskanekosistem, yang meliputi aspek-aspek sumber daya manusia dan kelembagaan, politik,ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pertahanan keamanan, dan teknologi.Selanjutnya, untuk mencapai terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri,maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, arah pembangunan kelautan nasionalselama kurun waktu 20 tahun mendatang adalah sebagai berikut:
1) Membangkitkan wawasan dan budaya bahari, antara lain, melalui (a)pendidikan dan penyadaran masyarakat tentang kelautan yang dapat diwujudkan melaluisemua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; (b) melestarikan nilai-nilai budaya sertawawasan bahari serta merevitalisasi hukum adat dan kearifan lokal di bidang kelautan;dan (c) melindungi dan menyosialisasikan peninggalan budaya bawah air melalui usahapreservasi, restorasi, dan konservasi.
2) Meningkatkan dan menguatkan peranan sumber daya manusia di bidang kelautanyang diwujudkan, antara lain, dengan (a) mendorong jasa pendidikan dan pelatihanyang berkualitas di bidang kelautan untuk bidang-bidang keunggulan yang diimbangidengan ketersediaan lapangan kerja dan (b) mengembangkan standar kompetensisumber daya manusia di bidang kelautan. Selain itu, perlu juga dilakukan peningkatan
14
dan penguatan peranan ilmu pengetahuan dan teknologi, riset, dan pengembangansistem informasi kelautan.
3) Menetapkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset, dan hal-halterkait di dalamnya, termasuk kewajiban-kewajiban yang telah digariskan oleh hukumlaut United Nation Convention on the Law Of Sea (UNCLOS) 1982. Indonesia telahmeratifikasi UNCLOS pada tahun 1986 sehingga mempunyai kewajiban, antara lain,(a) menyelesaikan hak dan kewajiban dalam mengelola sumber daya kelautanberdasarkan ketentuan UNCLOS 1982; (b) menyelesaikan penataan batas maritim(perairan pedalaman, laut teritorial, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif, dan landaskontinen); (c) menyelesaikan batas landas kontinen di luar 200 mil laut; (d)menyampaikan laporan data nama geografis sumber daya kelautan kepada PerserikatanBangsa-Bangsa. Di sisi lain, Indonesia juga perlu pengembangan dan penerapan tatakelola dan kelembagaan nasional di bidang kelautan, yang meliputi (a) pembangunansistem hukum dan tata pemerintahan yang mendukung ke arah terwujudnya Indonesiasebagai Negara Kepulauan serta (b) pengembangan sistem koordinasi, perencanaan,monitoring, dan evaluasi.
4) Melakukan upaya pengamanan wilayah kedaulatan yurisdiksi dan aset NegaraKesatuan Republik Indonesia, yang meliputi (a) peningkatan kinerja pertahanan dankeamanan secara terpadu di wilayah perbatasan; (b) pengembangan sistem monitoring,control, and survaillance (MCS) sebagai instrumen pengamanan sumber daya,lingkungan, dan wilayah kelautan; (c) pengoptimalan pelaksanaan pengamanan wilayahperbatasan dan pulau-pulau kecil terdepan; dan (d) peningkatan koordinasi keamanandan penanganan pelanggaran di laut.
5) Mengembangkan industri kelautan secara sinergi, optimal, dan berkelanjutan yangmeliputi (a) perhubungan laut; (b) industri maritim; (c) perikanan; (d) wisata bahari; (e)energi dan sumber daya mineral; (f) bangunan laut; dan (g) jasa kelautan.
6) Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut dilakukan melalui (a)pengembangan sistem mitigasi bencana; (b) pengembangan early warning system; (c)pengembangan perencanaan nasional tanggap darurat tumpahan minyak di laut; (d)pengembangan sistem pengendalian hama laut, introduksi spesies asing, danorganisme laut yang menempel pada dinding kapal; serta (e) pengendalian dampaksisa-sisa bangunan dan aktivitas di laut.
7) Meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di kawasan pesisir dilakukan denganmengembangkan kegiatan ekonomi produktif skala kecil yang mampu memberikanlapangan kerja lebih luas kepada keluarga miskin
15
Berdasarkan arah pembangunan kelautan nasional diatas dan sekaligus untukmenyatukan seluruh modal dasar, potensi dan kekuatan nasional dalam rangka pencapaianmisi pembangunan nasional, untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yangmandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional”, maka secara garis besar terdapat5 (lima) pilar utama yang menjadi landasan dalam pelaksanaan pembangunannya, yakni:
1) Budaya Kelautan (Ocean Culture)
2) Tata Kelola Kelautan (Ocean Governance)
3) Keamanan Laut (Maritime Security)
4) Ekonomi Kelautan (Ocean Economic)
5) Lingkungan Laut (Marine Environment)
4. Pokok-Pokok Pikiran yang Melandasi Kebijakan Kelautan Indonesia
Alasan utama mengapa perlu menyusun kebijakan kelautan Indonesia adalah sebagaiberikut. Pertama, Indonesia memiliki sumberdaya laut yang besar baik ditinjau dari kuantitasmaupun diversitasnya. Kedua, Sumberdaya laut sebagian besar bersifat sumberdaya yangdapat diperbaharui (renewable resources), sehingga akan bertahan dalam jangka panjangasal diikuti dengan kebijakan yang tepat dan kuat. Ketiga, Industri di bidang kelautan memilikiketerkaitan (backward and forward linkage) yang kuat dengan industri-industri lainnnya,sehingga dapat menciptakan multiplier effects yang tinggi. Keempat, Jumlah penduduk yangcenderung meningkat dan ketersediaan lahan yang semakin terbatas, sehingga perlualternatif ruang untuk menjaga ketahanan pangan. Kelima, Dengan memanfaatkan sumberdaya laut, utamanya di wilayah perbatasan negara, secara tidak langsung akan menjagakeutuhan dan kedaulatan wilayah NKRI.
Oleh karena itu, dalam melakukan penyusunan kebijakan kelautan untuk melaksanakanpembangunan bidang kelautan tersebut, seyogyanya diarahkan pada berbagai upayaterobosan yang berpihak kepada masyarakat dan industri dalam negeri serta bertumpukepada empat grand strategi pembangunan nasional yaitu: pro-growth strategy (pertumbuhanekonomi); pro-job strategy (penyerapan tenaga kerja), pro-poor strategy (pengentasankemiskinan), dan pro-environment strategy (pembangunan yang ramah lingkungan). Dengandemikian, pembangunan bidang kelautan Indonesia juga harus bertumpu pada empat grandstrategi tersebut, mulai dari tingkat hulu hingga ke hilir dan dari skala kecil (rumah tangga) hinggaskala besar (industri). Selain itu, pembangunan bidang kelautan Indonesia harus ber-kelanjutan, yakni pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini dangenerasi yang akan datang. Menurut Munasinghe (2002), konsep pembangunan berkelanjutan padaprinsipnya adalah pembangunan yang mengintegrasikan masalah ekologi, ekonomi, dan sosial.
16
Perhatian dunia terhadap kondisi ekosistem laut dan pesisir menjadi isu utama padapertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Rio+20 di Brazil, Juni 2012, dimana berbagainegara dan organisasi dunia mulai menyerukan adanya perhatian lebih serius terhadapkondisi ekosistem laut dan pesisir yang semakin terdegradasi akibat pemanfaatan yangcenderung berlebihan dan dampak perubahan iklim. Terdapat 19 poin kesepakatan, yangterkait langsung dengan bidang kelautan. Penekanannya terutama pada perlunya konservasidan pemanfaatan sumberdaya laut secara berkelanjutan untuk menanggulangi kemiskinan,ketahanan pangan, dan mata pencaharian, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Padamomen ini pula, Presiden RI, Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakanBlue Economy sebagai pendekatan dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia.
Blue Economy merupakan paradigma baru model pembangunan ekonomi yangmenyatukan pembangunan laut dan daratan secara optimal, efisien, dan berkelanjutandengan memperhitungkan daya dukung sumberdaya dan lingkungannya. Melalui pendekatanBlue Economy, pembangunan bidang kelautan diharapkan mampu menjadi motor penggerakutama pembangunan nasional dan sumber pertumbuhan baru. Blue Economy tidak hanyadiharapkan dapat memacu pembangunan berkelanjutan tetapi juga dapat menjaga kesehatanlingkungan melalui perekonomian rendah karbon (low carbon economy).
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka prinsip-prinsip utama yang harus dikandungdalam pembangunan bidang kelautan nasional adalah sebagai berikut: 1) terintegrasi denganpembangunan daratan, 2) pemanfaatan sumber daya kelautan yang efisien dan sesuaidengan kapasitas daya dukung, 3) bersifat rendah karbon dan nir-limbah (zero waste), 4)berorientasi pada kesejahteraan seluruh masyarakat (social inclusiveness), 5) berkelanjutan,dan 6) investasi kreatif dan inovatif. Selanjutnya, Adrianto dan Kusumastanto (2004)menyatakan sedikitnya ada tiga hal yang menjadi penyebab ketidakseimbangan dalampembangunan kelautan Indonesia, yaitu: (1) masih rendahnya muatan teknologi, (2) lemahnyapengelolaan, dan (3) masih kurangnya dukungan ekonomi-politik. Oleh karena itu, agartercipta pembangunan bidang kelautan yang optimal, efisien, dan berkelanjutan, makadiperlukan penyusunan kebijakan kelautan Indonesia yang tepat dan kuat.
Suatu keputusan pemerintah untuk mengelola dan memecahkan masalah-masalahnegara atau masyarakat di suatu sektor dapat diidentikan dengan bentuk kebijakan. Kebijakankelautan dapat didefinisikan sebagai suatu keputusan atau tindakan pemerintah untukmengarahkan, mendorong, mengendalikan dan mengatur pembangunan kelautan gunamewujudkan tujuan pembangunan nasional (Simatupang, 2001). Dengan melihat definisiini, maka kebijakan kelautan harus dipandang dalam konteks untuk pembangunan nasionalyang tujuannya tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir saja,tetapi juga kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwakebijakan kelautan termasuk kedalam kategori kebijakan publik, yang harus dilakukan oleh
17
pemerintah, karena berpengaruh luas terhadap kehidupan masyarakat Indonesia.
Wilayah laut Indonesia yang begitu luas dengan potensinya yang besar, memungkinkanberbagai jenis kegiatan berlangsung di dalamnya, seperti: perikanan, pelayaran, industrimaritim, pariwisata, pertambangan dan energi, dan lain sebagainya. Potensi yang besartersebut akan mampu menghasilkan devisa negara untuk mencapai kesejahteraan rakyatIndonesia. Namun demikian, dalam pengelolaan dan pemanfaatannya tidak boleh sertamerta hanya berprinsip eksploitasi secara maksimal semata, tetapi harus mengacu padaprinsip-prinsip utama pembangunan kelautan nasional, agar dapat berjalan secara optimal,efisien, dan berkelanjutan. Pada prinsipnya semua kegiatan di laut, seperti: perikanan,pelayaran, industri maritim pariwisata, pertambangan dan energi, harus dapat berjalan secarasinergi, efisien, dan berkelanjutan, serta diatur dengan regulasi sedemikian rupa yang mampumelindungi dan menjamin kelestarian lingkungan ekosistem lautnya.
18
1. Umum
Sebagai bidang yang relatif baru diperhatikan dan difokuskan dalam khazanahpembangunan nasional, bidang kelautan tentu masih menghadapi berbagai tantangan danpermasalahan besar, seperti: aspek prasarana dan sarana, kelembagaan dan organisasi,sumberdaya manusia, manajemen, anggaran dan dana pembangunan. Disisi lain, kalanganswasta, organisasi profesi dan lembaga non pemerintah (LSM) di bidang kelautan jugabelum memiliki kemampuan yang setara dengan organisasi sejenis di bidang lain. Secaraumum, stakeholder bidang kelautan masih memiliki keterbatasan, utamanya dalam halpengelolaan dan penguasaan IPTEKS. Terlebih, bila melihat kehidupan masyarakat pesisiryang menjadi subyek utama pembangunan bidang kelautan, kondisinya hingga kini sebagianbesar masih penuh dengan keterbelakangan ekonomi, politik maupun sosial budaya.Keadaan ini jelas mencerminkan bahwa kebijakan pembangunan bidang kelautan nasionaldapat dinyatakan masih belum tepat dan berjalan optimal.
Namun demikian, dalam lima tahun terakhir ini, setidaknya landasan dan kerangkadasar kebijakan nasional untuk membangun bidang kelautan telah diletakkan, yakni dalamUU No.17 tahun 2007 tentang RPJP Nasional. Kebijakan tersebut, tentu memberikan hasilyang positif dan cukup baik bagi pembangunan bidang kelautan, walaupun belum optimal.Hasil positif yang dapat dilihat dalam pembangunan bidang kelautan nasional adalah adanyapeningkatan kinerja bidang ini dari waktu ke waktu, yang ditunjukkan dari beberapa aspek,diantaranya adalah kontribusi produk domestik bruto (PDB) bidang kelautan, penyerapantenaga kerja di bidang kelautan, dan penerimaan devisa dari hasil ekspor produk kelautan.Hasil pembangunannya juga telah dirasakan, baik di tingkat nasional maupun di tingkatdaerah, seperti adanya perbaikan taraf hidup atau kesejahteraan dari sebagian masyarakatpesisir, seperti: nelayan dan pembudidaya ikan, serta mulai tertata dan terpeliharanyakelestarian lingkungan laut dan pesisir. Meskipun demikian, hasil yang dicapai tersebut belummemberikan manfaat yang optimal bagi bangsa dan masyarakat Indonesia, utamanya bagimasyarakat pesisir, serta tantangan yang dihadapi ke depan juga masih besar, sehinggaPemerintah perlu mengakselerasi pembangunannya melalui Kebijakan Kelautan Indonesiayang komprehensif dan terpadu, agar dapat mempercepat terwujudnya bangsa Indonesiayang mandiri, maju, adil, dan makmur.
Bab 3 KONDISI KEBIJAKANKELAUTAN INDONESIA SAAT INI
19
2. Kondisi Kebijakan Kelautan Indonesia Saat Ini
Gambaran umum kondisi kebijakan kelautan Indonesia saat ini, dapat dilihat dari capaianhasil pembangunan bidang kelautan yang telah dilaksanakan dalam kaitannya denganpembangunan nasional. Berikut ini adalah uraian tentang gambaran kondisi kebijakankelautan Indonesia saat ini yang direpresentasikan dari 5 (lima) pilar utamanya, yakni: BudayaKelautan (Ocean Culture), Tata Kelola Kelautan (Ocean Governance), Keamanan Laut(Maritime Security), Ekonomi Kelautan (Ocean Economic), dan Lingkungan Laut (MarineEnvironment).
1) Budaya Kelautan (Ocean Culture)
Membangun bidang kelautan seyogianya diawali dengan kebulatan persepsi bagiseluruh anak bangsa akan kondisi fisik laut, fungsi dan peran laut bagi kehidupan negara,pemahaman tersebut dikenal sebagai wawasan kelautan. Memahami wawasan kelautanmerupakan modal dasar dalam pembangunan bidang kelautan Indonesia, karenabagaimana mungkin kita mampu mengelola sumberdaya kelautan yang kita miliki tanpadiimbangi dengan adanya pemahaman terhadap wilayah laut yang kita punyai dengansegala sumberdaya kelautan yang tersimpan didalamnya.
Apabila wawasan kelautan telah tersebar merata diseluruh anak bangsa, pemimpinpemerintahan dan masyarakat di pusat maupun daerah, maka diharapkanpembangunan kelautan akan berhasil baik, sehingga akhirnya bidang kelautan akanmenjadi pilar ekonomi utama bagi kehidupan NKRI sekaligus sebagai senjata mutahiruntuk membasmi kemiskinan dan ketertinggalan masyarakat. Dalam kenyataannyasebagaimana hasil kajian yang dilakukan Dewan Kelautan Indonesia pada tahun 2009dan 2010 pemahaman wawasan kelautan sangat minim, seperti data yang disajikandibawah ini:
Tabel 3.1
Hasil Survei Tentang Wawasan Kelautan Tahun 2009 dan 2010
2009 38.3 51.2 11.7 76.9
2010 47.4 52.4 38.8 54.6
Tahun
Pemahaman tentangWawasan kelautan (%)
Kebijakan PEMDA yang berpihakpada bidang kelautan (%)
Paham Tidak Sudah Belum
Sumber: Dewan Kelautan Indonesia
20
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia belum pahambenar tentang laut, apalagi fungsinya sebagai pilar ekonomi negara. Data diatasdiperoleh dari 33 provinsi dan 20 kabupaten/kota, sehingga hasil survei dapatmemberikan gambaran. Kenyataan itu tentunya menyedihkan bagi Indonesia sebagaiNegara Kepulauan.
Adanya wawasan kelautan yang masih terbatas inilah yang diperkirakan mempengaruhikontribusi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) sektor-sektor di bidang kelautan masihrelatif kecil, bila dibandingkan dengan potensi yang dimilikinya. Padahal PDBmerupakan salah satu indikator keberhasilan kebijakan bidang kelautan dalampembangunan Indonesia. Nilai kontribusi tersebut apabila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia, terlihat masih relatif jauh tertinggal.
Sebagai ilustrasi salah satu sektor di bidang kelautan yakni sektor perikanan di Indonesiayang hanya mencapai sekitar 2,9 % jauh dibawah kontribusi sektor perikanan terhadapPDB/Gross Domestic Product (GDP) Kamboja, untuk perikanan tangkap sebesar 11.4%dan perikanan budidaya sebesar 1.3%, sedangkan Vietnam untuk perikanan tangkapsebesar 9.5% dan perikanan budidaya sebesar 16.0%, Myanmar untuk perikanantangkap sebesar 9.9%, dan perikanan budidaya 8.8%, Filipina untuk perikanan tangkapsebesar 3.0% dan perikanan budidaya sebesar 1.5 %, tetapi di Indonesia kontribusisektor perikanan baru mencapai 1.9% bagi perikanan tangkap dan 1.0% bagi perikananbudidaya, seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2
Kontribusi Sektor Perikanan terhadap GDP di Kawasan ASEAN
Sumber: FAO, 2006
1 Vietnam 9.5 16.0 25.5
2 Myanmar 9.9 8.8 18.7
3 Kamboja 11.4 1.3 12.7
4 Filipina 3.0 1.5 4.5
5 Indonesia 1.9 1.0 2.9
No. Nama NegaraKontribusi GDP (%)
Total (%)Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya
21
Ilustrasi tersebut menggambarkan bahwa kontribusi ekonomi bidang kelautan masihrelatif rendah yang diduga akibat masih minimnya wawasan kelautan di kalanganpengambil kebijakan. Kondisi yang sama juga terjadi pada beberapa sektor lainnya dibidang kelautan yang kontribusi ekonominya masih relatif rendah pula apabiladibandingkan dengan potensi yang dimilikinya, seperti: a) sektor perhubungan, yangkondisi armada pelayarannya masih didominasi kapal-kapal asing, b) sektor pariwisatabahari, yang belum berkembang optimal karena masih menghadapi hambatan-hambatan yang serius tentang perijinan (seperti: clearance approval for Indonesianterritory, custom, immigration, quarantine,and port clearance dan infrastruktur (port ofentry/exit, marina, mooring buoys, dll), c) sektor energi dan sumber daya mineral, yangbelum menyentuh potensi mineral di dasar laut dan di tanah bawah laut maupun potensienergi dari lautnya, e) sektor bangunan kelautan, yang belum berfungi optimal dankalah bersaing dengan pelabuhan laut negara-negara tetangga, dan f) sektor industrimaritim, yang belum berkembang baik jika dibandingkan dengan negara lain di dunia(seperti: industri perkapalan, industri mesin kapal, industri bioteknologi, industri farmasilaut dan industri garam).
Kemudian, riset ilmiah kelautan juga mempunyai peranan penting dalam menggalipotensi kekayaan sumberdaya kelautan yang kemudian harus dioptimalkan bagipembangunan nasional, sehingga Indonesia tidak hanya bangga pada status sebagainegara kepulauan dengan kekayaan sumberdaya alam yang besar, tetapi harus benar-benar dapat memanfaatkan kekayaan tersebut untuk kesejahteraan rakyat dankeunggulan bangsa. Oleh karena itu, penyediaan anggaran yang cukup, pembenahankerjasama dan koordinasi yang baik, serta peralatan yang memadai antara instansiyang terkait mutlak diperlukan dalam melaksanakan riset ilmiah kelautan Indonesia.
Selain itu, unsur yang paling utama dalam pembangunan bidang kelautan adalahsumberdaya manusia (SDM). Unsur ini tentu harus dituangkan kedalam kebijakankelautan. Sebab daya dukung serta kemampuan manusia dalam mengoperasikan aset-aset kelautan seperti armada pelayaran dan industri maritim sangat menentukankeberhasilan program pembangunan.
Dalam rapat-rapat Dewan Kelautan Indonesia dengan para pemangku kepentingan dilaut, terungkap dari Badan Kerjasama Pendidikan Tinggi Maritim Swasta Indonesia(BKS PMSI), bahwa sumberdaya manusia di sektor transportasi laut yaitu menyangkutdengan awak kapal, awak industri perkapalan dan awak kepelabuhanan. SDM akanbermutu jika pendidikan yang handal sesuai dengan kompetensi, sehingga SDM yangdihasilkan berkualitas internasional (Standar IMO) SDM untuk transportasi khususnyapengawakan kapal, pada saat ini pelayaran Nasional maupun Internasionalmembutuhkan ratusan ribu Perwira. IMO (Internasional Maritime Organization) meminta
22
Indonesia menyiapkan (mensuplai) perwira untuk pelayaran niaga sebanyak, 24 ribuorang perwira/tahun. Sedang menurut BIMCO/ISF total kebutuhan pelaut tahun 2010yaitu perwira 637.000 dan bawahan/anak buah kapal 747.000 orang. Ini merupakantantangan dan peluang bagi bangsa Indonesia.
Lembaga pendidikan pemerintah dan swasta yang telah berpengalaman bertahun-tahundalam membina pendidikan, mempunyai produktivitas yang masih kecil untukmeluluskan perwira/crew kapal niaga dengan standard IMO. Ada 19 lembaga pendidikantingkat Akademi/ Perguruan Tinggi Maritim dan 7 Lembaga Pendidikan Maritim Negeriserta 70 SMK Pelayaran. Keseluruhan lembaga pendidikan tersebut hanya mampumencetak 1.300 Perwira kapal Niaga.
Kementerian perhubungan memiliki pusat pendidikan dan latihan, yang sesungguhnyabadan ini menyiapkan tenaga atau awak kapal bagi pelayaran niaga. Namun demikianbadan ini tidak mampu menyiapkan tenaga yang diharapkan untuk memenuhipermintaan internasional. Sampai tahun 2010 badan ini hanya menghasilkan pendidikanpembentukan sebanyak 1.228 orang, pendidikan penjejangan sebanyak 13.962 orangsedang pelatihan ketrampilan khusus pelaut hanya berjumlah 115.030 orang. Dengandemikian kegiatan pendidikan dan pelatihan awak kapal sangat rendah produknya setiaptahun, padahal permintaan pasar dunia sangat besar. Ditambah lagi, daya saingsumberdaya manusia pelayaran Indonesia, baik pelaut maupun SDM di industripelayaran, relatif masih dibawah beberapa negara lain.
Data yang diperoleh dari Organisasi Pelaut/Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI), ternyatajumlah pelaut untuk dalam negeri pun belum terpenuhi. Secara rinci perkiraanketersediaan jumlah pelaut dan kebutuhan sampai dengan 2015 disajikan pada tabelberikut.
Tabel 3.3.
Perkiraan ketersediaan dan kebutuhan Pelaut dalam
pelayaran Domestik Indonesia sampai dengan 2015 (orang)
Perwira 7.200 19.500 (-) 12.300
Bawahan 10.300 25.200 (-) 14.900
Total 17.500 44.700 (-) 27.200
Jabatan Ketersediaan Kebutuhan Selisih
Sumber: Kesatuan Pelaut Indonesia, 2010
23
Kementerian Kelautan dan Perikanan juga memiliki Lembaga Pendidikan dan PelatihanPerikanan Tangkap, serta sekolah-sekolah kejuruan perikanan di Indonesia,menyelenggarakan pendidikan profesi bersertifikat Nasional dan Internasional, sampaitahun 2011 telah meluluskan sebanyak 7.696 orang. Data rinci lulusan sejak tahun2006 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.4, rata-rata lulusannya1.283 orang per tahun. Terdiri dari tingkat sarjana 317 lulusan, program D3 sebanyak83 lulusan, sedang tingkat sekolah menengah 780 lulusan, dan hasil pendidikanpelatihan 380 lulusan.
Tabel 3.4.
Jumlah Lulusan Pendidikan Kedinasan Kementerian KKP selama 6 Terakhir
Sumber. Badan Pengembangan SDM Kementerian KP, 2011
Untuk menghasilkan awak kapal perikanan yang berkualitas seperti yang dituntut olehKonvensi Internasional mengenai STCW-F 1995, maka penyelenggaraan pendidikan
1. Sekolah TinggiPerikanan 296 309 335 304 327 331 1902
2. Akademi PerikananSidoarjo 106 78 100 100 99 97 580
3. Akademi PerikananBitung 66 59 97 86 55 90 453
4. Akademi PerikananSorong 48 78 81 84 75 77 443
5. SUPM N. Ladong 42 29 24 107 113 66 381
6. SUPM N. Pariaman 78 80 96 80 90 81 505
7. SUPM N. KotaAgung 85 71 71 72 78 72 449
8. SUPM N. Tegal 131 114 118 136 131 129 759
9. SUPM N. Pontianak 82 52 76 94 85 79 468
10. SUPM N. Bone 84 113 113 110 78 82 580
11. SUPM N. Waiheru 80 67 96 104 69 74 490
12. SUPM N. Sorong 84 74 83 92 84 86 503
13. SUPM N. Kupang 44 44
14. SUPM N. Dumai 69 69
15. SUPM N. Muh. Tuban 70 70
Jumlah 1.182 1.124 1.290 1.369 1.284 1.147 7.696
NoSatuan
pendidikan
Tahun LulusJumlah
2006 2007 2008 2009 2010 2011
24
dan pelatihan awak kapal perikanan harus memenuhi standar yang ditentukan. KuantitasSDM perikanan memang dari tahun ke tahun cenderung meningkat, namun dari sisikualitasnya, SDM perikanan hingga kini masih tetap memprihatinkan. Sebagai gambaranpada tahun 2011 jumlah nelayan perikanan laut di Indonesia tercatat sebanyak 2.237.640orang, sedangkan jumlah pembudidaya ikan (marikultur dan tambak) sebanyak1.051.326 orang. Dari jumlah yang besar tersebut ternyata sebagian besar (sekitar60%) tingkat pendidikannya hanya tamat SD. Disamping itu juga, mereka umumnyatidak memiliki skill atau ketrampilan dengan kualifikasi tertentu. Hal ini jelas meng-gambarkan bahwa kualitas SDM perikanan Indonesia masih terbatas tingkatprofesionalitasnya, sehingga jumlah SDM yang besar tersebut masih menjadi salahsatu kendala dalam mengembangkan dan mengoptimalkan sektor perikanan. Akibatlain dari rendahnya kualitas SDM perikanan ini menyebabkan kegiatan usaha perikanandi Indonesia sebagian besar belum efisien dan profesional, sehingga baik langsungmaupun tidak langsung hal tersebut akan memberikan dampak terhadap, daya saingproduk yang dihasilkan.
2) Tata Kelola Kelautan (Ocean Governance)
Bidang kelautan saat ini dilihat dari perspektif tata kelola dan politik sudah menunjukkankomitmen pada tataran perundangan yang cukup kuat, hal ini terbukti dengan lahirnyabeberapa Undang-Undang (UU) yang mendukung bidang kelautan, diantaranya adalahUU No.1/1973 tentang Landas Kontinen, UU No.5/1983 tentang ZEEI, UU No.17/1985tentang Pengesahan UNCLOS 1982, UU No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia,UU No.31/2004 jo UU No.45/2009 tentang Perikanan, UU No.27/2007 tentangPengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dan UU No.17/2008 tentangPelayaran. Namun demikian, Implementasi UU tersebut masih dilakukan secaraterkotak-kotak atau fragmented, sehingga pengembangan bidang kelautan berjalansecara sektoral, bahkan tidak sedikit terjadi perebutan kewenangan dan tumpang tindihdalam program pembangunannya.
Kemudian, kemauan politik (political will) pada tataran kebijakan nasional juga relatifbelum kuat, terutama agar pembangunan kelautan dapat terencana dan berjalan secarasinergis dan terpadu. Hal ini dapat dilihat dari sulitnya merealisasikan peraturanpelaksanaan dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) yang dapat mengaturpelaksanaannya agar berjalan lebih efektif, efisien, dan terpadu. Semua institusi negarayang berkepentingan dengan laut umumnya membuat kebijakan lebih bersifat sektoral.Belum ada suatu mekanisme atau aransemen kelembagaan yang mampu mensinergikandan memadukan peningkatan keamanan di laut. Akibatnya, tidak sedikit terjadi
25
perbedaan penafsiran tentang pengelolaan dan kewenangan di wilayah laut yangberdampak seringkali menimbulkan konflik kepentingan ketimbang solusi integral.
Terdapat sekurang-kurangnya 14 instansi negara yang berkaitan dengan pembangunandi bidang kelautan, yaitu: Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri,Kementerian Pertahanan, Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan,Kementerian Energi Sumberdaya Mineral, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Negara PerencanaanPembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, TentaraNasional Indonesia Angkatan Laut dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Tabel 3.5.
Institusi Negara yang Berkaitan dengan Pembangunan Bidang Kelautan
1 Kementerian • Implementasi otonomi daerah Kabupaten/KotaDalam Negeri di wilayah laut yang memiliki
• Penataan aransemen kelembagaan wilayah laut,otda di daerah Provinsi yang
• Penataan ulang masalah perbatasan memiliki wilayahdaerah di wilayah laut laut
2 Kementerian Luar • Wilayah perbatasan NKRI Laut territorial,Negeri • Ratifikasi hukum-hukum laut Perairan ZEEI, Alur
internasional laut kepulauan• Jalur pelayaran internasional Indonesia (ALKI)• Perbatasan dengan negara tetangga
3 Kementerian Kebijakan pertahanan di wilayah Seluruh wilayahPertahanan laut laut
4 Kementerian Perumusan kebijakan pembiayaan Seluruh wilayahKeuangan pembangunan kelautan laut
5 Kementerian • Transportasi Laut Seluruh wilayahPerhubungan • Kepelabuhanan Syahbandar laut dan sungai
6 Kementerian Energi • Pertambangan Minyak dan Wilayah pesisirdan Sumberdaya Gas lepas pantai dan pulau-pulauMineral • Pertambangan Mineral dan golongan kecil,Perairan
C di pantai dan lepas pantai lepas pantai
7 Kementerian Hukum • Penyusunan dan penataan Laut territorial,dan Hak Asasi hukum-hukum kelautan Perairan ZEEIManusia • Penyidikan, penyelidikan hukum
di laut
No. Institusi Negara Kewenangan/TanggungjawabCakupan
Teritorial Laut
26
Sumber: Kusumastanto, 2003 yang telah disesuaikan
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tanggung jawab/ kewenangan di bidangkelautan melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu, tidak mungkin pembangunanbidang kelautan hanya akan dapat dilakukan oleh sebuah institusi negara saja yangkewenangannya terbatas atau derajat institusionalnya sejajar dengan lembaga negarayang lainnya. Pembangunan bidang kelautan dapat maju dan berkembang pesat, apabiladilaksanakan secara bersama dan terpadu yang dilandasi oleh persepsi danpemahaman yang sama tentang kepentingan nasional.
No. Institusi Negara Kewenangan/TanggungjawabCakupan
Teritorial Laut
8 Kementerian • Pengembangan Sumber Daya Kabupaten/Kota ygPendidikan dan Manusia (SDM) di Bidang Kelautan memiliki wilayahKebudayaan • Budaya Bahari laut, Provinsi yang
memiliki wilayahlaut
9 Kementerian Wisata Bahari (diving, snorkeling, Perairan pesisirPariwisata dan atraksi laut, surfing, dll) dan pulau-pulauEkonomi Kreatif kecil
10 Kementerian • Perikanan tangkap Perairan pantai,Kelautan dan • Perikanan budidaya (laut dan darat) Perairan lepasPerikanan • Aransemen kelembagaan perikanan pantai,Perairan
(hukum-hukum perikanan nasional) ZEEI,Perairan• Pengelolaan pesisir dan pulau- terrestrial/tawar
pulau kecil
11 Kementerian Negara Perencanaan pembangunan nasional Seluruh wilayahPerencanaan lintas sektoral, maupun institusi NegaraPembangunan negaraNasional / Bappenas
12 Kementerian Negara • AMDAL pesisir dan pulau-pulau Perairan pesisirLingkungan Hidup kecil termasuk muara
• Perumusan kebijakan pengelolaan sungai,Perairanlingkungan pesisir, laut dan pulau laut nasionalkecil
13 Tentara Nasional • Pengamanan wilayah laut dan Seluruh perairanAngkatan Laut wilayah perbatasan NKRI Indonesia,
• Patrol dan Penegakkan hukum termasuk ZEEIdi laut
14 Kepolisian Negara Penyidik, penyelidikan, keamanan Perairan pantaiRepublik Indonesia di laut(Polair)
27
Koordinasi antar sektor secara konsep dan teori terlihat mudah untuk dilaksanakan,seperti dibentuknya Menteri Koordinator (Menko) yang berfungsi untuk mengkoordinirantara sektor terkait tersebut. Namun, pada prakteknya dalam mengkoordinasikan satumasalah penting untuk diputuskan secara bersama dalam rangka mendorongpembangunan kelautan, masih sulit dilaksanakan. Hal ini disebabkan oleh praktik sistempolitik pemerintahan dalam Kabinet Presidentil kurang memberikan peluang adanyasistem koordinasi yang efektif dan sulit menghasilkan produk hukum bersama antarMenteri. Dalam pandangan hukum, Menko dan Menteri memiliki kedudukan yang relatifsama, tidak merupakan superior dan inferior, kewenangan memerintah Menteri hanyaada pada Presiden.
Disamping itu, sistem perundangan yang bersifat pengaturan pelaksanaan pembangunandi Indonesia masih menganut azas sektoral. Artinya suatu produk UU pada umumnyahanya mengatur suatu sektor tertentu saja, kemudian dijabarkan oleh PP, Perpres danPermen yang sifatnya juga sektoral. Suatu masalah yang memerlukan konsolidasikewenangan antar Lembaga setingkat kementerian, seharusnya dapat diatur dalamPP, Perpres atau SKB Menteri, namun pada prakteknya hal tersebut sulit untukdilaksanakan, karena masih sangat menonjolnya sifat ego sektoral dari setiap lembagaatau institusi kementerian.
Tata kelola kelautan adalah sebuah proses interaksi antara sektor publik dan sektorprivat yang dilakukan untuk memecahkan persoalan kelautan dan menciptakankesempatan sosial-ekonomi di bidang kelautan, seperti peningkatan kesempatan kerja,peningkatan pendapatan, pelestarian sumberdaya dan lain sebagainya. Konsepsi inimenunjukkan bahwa tata kelola memiliki spektrum yang lebih luas di mana persoalankelautan merupakan persoalan publik yang harus diselesaikan melalui interaksikomprehensif antara sektor publik dan privat, dimana sektor publik biasanya menjadidomain pemerintah, sedangkan sektor privat menjadi domain pelaku pemanfaatansumberdaya kelautan. Secara umum dapat dinyatakan tata kelola bidang kelautan saatini belum berjalan baik, terintegrasi, efektif, dan efisien. Uraian ringkas dibawah inimengemukakan kondisi tata kelola kelautan saat ini diltinjau dari setiap bidangnya:
a) Tata Kelola di Bidang Budaya Kelautan
Kebudayaan merupakan ciri kehidupan masyarakat dari suatu bangsa yangdibentuk oleh sejarah dan terus berlangsung dalam waktu yang lama. Secaraumum nilai-nilai budaya kelautan sangat langka ditanamkan kepada masyarakat,baik melalui sistem pendidikan maupun kegiatan kemasyarakatan. Dengan latarbelakang sejarah bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim, dimana pelautmemiliki jiwa: pemberani, egaliter (tidak bersifat “monarchy”), dan toleransi/
28
kerjasama yang tinggi, seharusnya terpatri pada karakter pemimpin bangsa dansekaligus dijadikan sebagai jati diri bangsa.
Saat ini cerminan budaya bahari di masyarakat Indonesia telah berkurang. Nilaidan perilaku bangsa, terutama generasi muda saat ini sudah tidak berjiwa bahari.Padahal kondisi obyektif bangsa Indonesia adalah Negara kepulauan, sehinggasudah sepatutnya menanamkan jiwa bahari pada setiap generasi bangsa agartujuan pembangunan nasional cepat terwujud dan NKRI tetap hidup ditengahbangsa-bangsa lain di dunia.
Kemudian, tata kelola SDM kelautan di Indonesia juga belum baik, hal inidisebabkan belum adanya koordinasi antar instansi yang terkait masalah SDMkelautan. Selain itu, saat ini belum tercipta grand design untuk dapat menghasilkanSDM kelautan yang berkualitas dan berkompetensi. Muatan kurikulum pendidikannasional, baik pada pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi, yang terkaitdengan bidang kelautan juga masih minim. Kebijakan pendidikan nasional masihdisusun oleh unit kerja terkecil secara fragmented, tanpa lintas fungsi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) kelautan yang menjadi salah satu faktorpenentu bagi keberhasilan pembangunan kelautan nasional juga belum dikuasaidengan baik. Fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini keterbatasan IPTEKkelautan merupakan kendala dalam pengelolaan sumberdaya kelautan secaraoptimal. Permasalahan dalam pengembangan IPTEK kelautan, antara lain:berkaitan dengan keterbatasan alokasi dana, tenaga ahli, teknologi, dan sistempendidikan yang belum berpihak kepada IPTEK Kelautan.
Tambahan pula, berbagai hasil riset kelautan dari pelbagai badan penelitian danpengembangan suatu kementerian maupun universitas, dalam kenyataan hanyadisimpan pada instansi yang melakukannya. Sesungguhnya, hasil kajian dariberbagai kementerian maupun universitas-universitas harus ada bank data dalamsuatu badan/lembaga, agar informasi ilmiah tidak membuat kebingungan bagipara penguna data tersebut. Disamping itu, data hasil riset seharusnya “link” dengandunia industri.
Dengan demikian, secara umum kondisi tata kelola budaya kelautan saat ini belumberjalan baik, sehingga perlu diatur dan dikelola lebih baik lagi, agar pembangunankelautan nasional dapat berjalan secara maksimal.
b) Tata Kelola di Bidang Pemerintahan
Bidang kelautan adalah wilayah kerja yang sangat luas, berbagai kementerianmaupun swasta terlibat dalam memanfaatkan laut, baik mengestraksi sumberdayaalam laut maupun laut sebagai media penghubung. Sampai saat ini, hubungan
29
antar lembaga di pusat dalam menata bidang kelautan belum berjalan harmonisdan sinergis, malah masih kental dengan kepentingan ego sektoralnya. Masing-masing lembaga masih mengutamakan kepentingan lembaga mereka sendiri. Halini, menyebabkan pengelolaan dan pemanfaatan laut hingga sekarang belumterpadu dan terintegrasi.
Desentralisasi pembangunan dan otonomi daerah pun juga tidak sedikit yangmengakibatkan meningkatnya konflik pemanfaatan dan pengelolaan sumberdayaalam di periaran laut, baik antar wilayah, antara pusat dan daerah, serta antarpengguna. Masih sering terjadi ketidakpaduan antara regulasi daerah denganregulasi pemerintah pusat, yang juga menjadi salah satu penghambatberkembangnya bidang kelautan nasional. Sebagai salah satu contoh yang terkini(2012) adalah terhalangnya kapal tongkang pengangkut batubara untuk merapatke dermaga khusus pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) oleh ribuan pelampungkeramba budidaya di Bolok-Kupang, NTT.
c) Tata Kelola di Bidang Keselamatan, Keamanan dan Penegakkan Hukum diLaut
Saat ini pelayaran sebagai salah satu transportasi masal yang umum digunakanmasyarakat Indonesia, banyak diselenggarakan oleh pihak swasta. Namunsayangnya, keselamatan pelayaran terkadang menjadi hal yang dianggap tidakpenting oleh operator kapal, terutama pada pelayaran rakyat serta pelayaran antarpulau dengan jarak yang dekat.
Sarana penting lainnya dalam sistem keselamatan pelayaran adalah ketersediaanstasiun radio pantai (SROP). Saat ini jumlah SROP mengalami penurunan jumlahyang cukup signifikan, yakni dari 222 unit pada tahun 2007 menjadi 155 unit padatahun 2011. Padahal kebutuhan ideal adalah sebesar 302 unit, yang terdiri dari 84unit SROP dengan GMDSS dan 218 unit SROP dengan mobile device.(Kementerian Perhubungan, 2012).
Selanjutnya, kemampuan arrmada TNI angkatan laut Indonesia juga masih jauhdari harapan untuk dapat menjadi armada angkatan laut yang kuat dan tangguh.Saat ini kapal perang yang dimiliki angkatan laut tidak sebanding dengan luasnyawilayah lautan yang harus dijaga. Belum lagi kapal-kapal perang yang dimilikiIndonesia rata-rata berumur diatas 50 tahun dan merupakan kapal perang bekasUni Soviet di era perang dingin. Demikian halnya juga dengan kapal selam, yangjumlahnya kini tinggal 2 unit kapal selam, jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkandengan Malaysia yang memiliki wilayah lautan yang lebih sempit dari wilayahIndonesia.
30
Kemudian kekuatan armada polisi air juga sangat terbatas, bahkan biayaoperasionalnya pun juga relatif terbatas. Bagaimana mungkin keamanan dankeselamatan di laut yang wilayah jangkauannya luas bisa tercapai berhasil baik.
Indonesia yang berbatasan dengan laut lepas, yaitu Samudera Hindia, SamuderaPasifik, dan Laut Cina Selatan menjadi jalur pelayaran yang sangat penting bagijalur perdagangan dan pelayaran dunia. ALKI yang menjadi jalur pelayaran bagiperekonomian dunia menjadikannya rentan terhadap kriminalitas yang terjadi dilaut. Selat Malaka menjadi jalur yang berbahaya bagi setiap kapal niaga yangmelewatinya. Hingga saat ini banyak terjadi kriminalitas yang dilakukan perompakterhadap kapal-kapal dagang dan kapal yang bermuatan ekonomis lainnya.Meskipun telah dilaksanakan kerjasama antar angkatan laut Indonesia denganangkatan laut negara lain, akan tetapi kasus perompakan masih sering terjadi.Hal ini dikarenakan luasnya lautan serta minimnya kapal patroli untuk menumpaspara perompak.
Perdagangan manusia (human trafficking) juga masih menjadi permasalahan,perdagangan manusia lebih banyak dipekerjakan pada sektor informal seperti ditempat hiburan. Hal ini tentunya dapat menurunkan martabat bangsa Indonesia.Umumnya perdagangan manusia dilakukan melalui laut, karena dianggap lautlemah dalam hal pengawasan dari aparat keamanan. Selain perdagangan manusia(human trafficking), narkoba juga masih menjadi pekerjaan bagi aparat keamananuntuk dapat diatasi. Umumnya peredaran narkoba juga melewati perairan laut.
Tata kelola dibidang keselamatan, keamanan dan penegakkan hukum di laut, dapatdikatakan belum berjalan efektif dan sinergis, padahal potensi dan kejadian kasuskriminal dan transaksi ilegal yang terjadi di wilayah yurisdiksi perairan laut Indonesiacukup besar. Untuk itu, tata kelola di bidang keselamatan, keamanan danpenegakkan hukum di laut perlu dibenahi secepat mungkin, agar wilayah laut kitaaman dari segala kondisi berbahaya.
d) Tata Kelola di Bidang Ekonomi Kelautan
Sektor pembangunan sebagai pemasok ekonomi negara bersumber dari laut, yaituperikanan, pelayaran, energi dan mineral laut, wisata bahari, industri maritim,bangunan kelautan, dan jasa kelautan. Agar setiap sektor tersebut dapatberkembang dibutuhkan adanya dukungan yang kondusif dari berbagai sektorlainnya, seperti: perbankan, infrastruktur, sistem logistik dan perdagangan danlain-lain. Namun, dalam kenyataan hingga saat ini masih belum terwujud suatusistem tata kelola ekonomi kelautan yang mampu memadu-serasikan lintas sektorsecara memadai. Hal ini salah satunya, diakibatkan dari tiadanya kesamaan
31
wawasan kelautan dalam pencabaran visi dan misi pembangunan nasionalsebagaimana yang dirumuskan dalam RPJP Nasional 2025.
Umumnya sektor-sektor yang diuraikan diatas, tata kelolanya sampai saat ini masihbelum berjalan sinergi dan optimal, sehingga diperlukan penataan dan regulasi,agar semua kegiatan pembangunannya dapat terintegrasi, terpadu, dan sesuaidengan visi dan misi pembangunan nasional dalam RPJP Nasional 2025, sertaharmoni dengan pembangunan yang ada di daratan.
e) Tata Kelola di Bidang Lingkungan Laut
Ekosistem laut dan pesisir sering menerima ancaman pencemaran dan perusakanlingkungan, baik dari daratan maupun di laut, seperti tumpahan minyak akibatkecelakaan kapal tanker maupun air ballast. Ancaman ini berpengaruh besarterhadap kehidupan hayati di laut. Belakangan ini tiga habitat pantai (terumbukarang, padang lamun dan bakau) telah terjadi kerusakan berat akibat aktifitas dipesisir pantai.
Sisi lain, wilayah Indonesia rawan bencana sebagai akibat gerakan lempenganEurasia dan Australia yang bergerak terus mengakibatkan wilayah pantai rentandengan kerusakan, ditambah lagi oleh adanya gelombang dan arus dibawahpermukaan mengakibatkan pengikisan pantai, sehingga mengancam ekosistempesisir. Selain pertimbangan tersebut, ekosistem laut dan pantai memilikikemampuan sebagai pengendali efek rumahkaca (adanya kandungan karbondioksida), sehingga kedua ekosistem itu perlu dijaga dan dikontrol.
Ancaman lingkungan yang diuraikan diatas sampai saat ini belum diatur tatakelolanya dengan baik. Hal ini dapat dilihat dengan belum tertatanya pembangunanwilayah pesisir dengan baik, bahkan hampir sebagian besar kota dan desa diwilayah pesisir Indonesia masih terkesan kumuh, kotor, dan rentan terhadappencemaran dan bencana alam.
3) Keamanan Laut (Maritime Security)
Sebagai negara kepulauan terbesar didunia dengan 2/3 wilayahnya merupakan laut,sudah pasti laut memiliki arti penting bagi Bangsa dan Negara Indonesia. Minimalterdapat 4 (empat) faktor penting yaitu:
a. Laut sebagai sarana pemersatu wilayah NKRI
b. Laut sebagai sarana transportasi dan komunikasi
c. Laut sebagai sumberdaya alam untuk pembangunan ekonomi
d. Laut sebagai medium pertahanan (untuk proyeksi kekuatan)
32
Oleh karena itu, Indonesia memiliki kepentingan yang sangat besar dalam hal keamananmaritim yang tujuannya harus diarahkan untuk mencapai dan menciptakan kondisi yangaman dari ancaman pelanggaran wilayah dari pihak luar, aman dari bahaya navigasipelayaran, aman dari eksploitasi illegal sumber daya alam serta pencemaran lingkungandan aman dari tindakan pelanggaran hukum.
Dari sudut pandang ekonomi, terdapat beberapa fakta empiris yang menjadi perhatiankhusus berkaitan dengan keamanan di laut, yaitu:
a) Alur pelayaran transit Selat Malaka dewasa ini dilewati oleh 60.000 kapal berbagaijenis per tahun, merupakan 1/3 volume perdagangan dunia dengan jumlah $ 390 milyar.
b) Selat Lombok dilewati 3.900 kapal/tahun dengan nilai $ 40 milyar.
c) Selat Sunda, 3.500 kapal/tahun dengan nilai $ 5 milyar.
d) Jika seandainya ketiga selat ini ditutup, kerugian akibat pengalihan rute akanmencapai $ 8 milyar per tahun.
e) Tahun 2015 ekonomi China, India, dan Jepang akan sebesar 2(dua) kali AS dan 4(empat) kali Eropa ($ 19.8 triliun : $ 14 triliun : dan $ 11.6 triliun).
Kemudian, wilayah laut NKRI berbatasan dengan 10 negara tetangga (India, Malaysia,Singapura, Vietnam, Thailand, Filipina, Palau, Papua New Guinia, Australia dan TimorLeste). Hal ini tentu membawa sebuah konsekuensi bahwa laut menjadi kawasanperbatasan atau tapal batas dengan beberapa negara tetangga tersebut. Disampingitu, sesuai konvensi internasional, wilayah Indonesia pada alur pelayaran tertentu dapatdilewati oleh kapal asing yang dikenal sebagai Alur Kepulauan Laut Indonesia (ALKI)seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 3.1ALKI di Wilayah Perairan Indonesia
33
Dalam peta perdagangan dunia, wilayah Indonesia menyediakan jalur perdaganganterdekat melalui chokepoints yang menghubungkan antara negara-negara di belahanbumi Utara dan Selatan, Timur dan Barat. Lima dari enam chokepoint vital dalamperdagangan dunia di kawasan Asia Pasifik berada di Indonesia (Tabel 3.5). Dalamteori strategi maritim, blokade Angkatan Laut dapat berbentuk distant blockade, bisapula berupa close blockade. Dewasa ini, isu blokade masih tetap dikhawatirkan olehnegara-negara yang mempunyai kepentingan jauh dari wilayah nasionalnya.
Tabel 3.5
World Vital Chokepoint
Bosporus Malacca Strait* Great Belt Mozambique PanamaChannel Canal
Dardanelles Sunda Strait* Kiel Canal Cabot Strait
Suez Canal Lombok Strait* Dover Strait Florida Strait
Strait of Hormuz Luzon Strait Gibraltar Strait YucatanChannel
Bab el-Mandab Singapore WindwardStrait* PassageMakassar MonaStrait* Passage
EasternMediterranian
And Persian Gulf
EasternPacific
Europe Africa The Americas
*) Chokepoint yang terdapat di wilayah perairan Indonesia
Wilayah perairan Indonesia juga berfungsi sebagai life line pelayaran baik nasionalmaupun internasional, yang tunduk pada berbagai pengaturan internasional khususnyayang berkaitan dengan teknis pelayaran dan perlindungan lingkungan yang menjadimandat dari International Maritime Organization (IMO), antara lain Convention for thePrevention of Pollution from Ships (MARPOL) 1973 beserta Protokolnya, Conventionfor the Safety of Life at Sea (SOLAS) 1974 beserta Amandemennya, Convention forthe Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Maritime Navigation (SUA) 1973dan International Convention on Maritime Search and Rescue (SAR Convention) 1998.
Dalam waktu akhir-akhir ini, penciptaan keamanan di laut menjadi kian rumit denganmaraknya berbagai kejahatan, seperti perompakan di laut (sea piracy), perompakanbersenjata (armed robbery), dan terorisme (maritime terrorism), serta kejahatan lintasnegara atau transnational organised crime (TOC). Hampir seluruh kejahatan yang
34
termasuk kategori TOC dapat dilakukan di laut atau menggunakan laut sebagaimedianya seperti pencurian ikan (illegal fishing), pencurian kayu (illegal logging),peredaran obat terlarang (illicit drug trafficking) penyelundupan/perdagangan manusia(trafficking in person) dan penyelundupan senjata (arm smuggling).
Wilayah-wilayah yang terbuka, terlebih yang berhimpitan dengan choke points danALKI ini sangat mudah menjadi sasaran. Bahkan lebih buruk lagi bisa terjadi benturanantara freedom of navigation dan isu kedaulatan di daerah-daerah yang berhimpitanatau menjadi choke points dan ALKI tersebut. Dalam perspektif defence proper,keberadaan ALKI berarti pembagian Indonesia kedalam beberapa kompartemenstrategis yang sangat potensial rawan terhadap berbagai ancaman, yang bersumberpada masalah (a) Sea Lines of Communication (SLOC) dan Sea Line of Oil Trade (SLOT),(b) klaim pemilikan pulau-pulau terluar Indonesia, sesuai data ada 92 pulau-pulau kecildan sekaligus menjadi titik terluar wilayah RI, dimana 12 pulau diantaranya diperkirakandapat menjadi sumber konflik dengan negara tetangga, dan (c) kehadiran kekuatanAngkatan Laut Asing di Perairan Indonesia, khususnya di Selat Malaka dan Selat Singapura.
Hingga saat ini Indonesia masih dihadapkan pada beberapa persoalan besar di laut,yakni:
a) Masalah perbatasan laut dengan 10 (sepuluh) Negara tetangga yang belum adakesepakatan batas-batas yang jelas, bahkan berpotensi menimbulkan konflik antarNegara.
b) Belum mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengontrol seluruh perairanguna menanggulangi kejahatan transnasional seperti terorisme, perompakan,penyelundupan senjata api, penjualan manusia (human trafficking), penyelundupanmanusia (people smuggling), penyelundupan narkotika dan obat terlarang, illegalfishing, illegal logging, penyelundupan elektronik, penyelundupan bahan bakarminyak, penyelundupan otomotif dan sebagainya.
c) Mengamankan 3 buah ALKI (ALKI Barat, ALKI Tengah dan ALKI Timur) darikemungkinan penyalahgunaan hukum laut internasional yang dapat merugikanIndonesia.
d) Bertanggung jawab dalam upaya keamanan nasional-regional (Asia Tenggara)
e) Terdapat 15 instansi pemerintah yang terkait dalam penegakkan hukum, keamanandan keselamatan di laut, namun berjalan secara sinergis dan terpadu.
Berdasarkan keberadaan satuan tugas patroli laut yang dimiliki, maka terdapat duakategori instansi yang terkait dalam penegakkan hukum, keamanan dan keselamatandi laut, yaitu: instansi yang memiliki satuan tugas patroli di laut dan instansi tanpasatuan tugas patroli di laut, seperti disajikan pada tabel berikut
35
Tabel 3.6.Satuan Tugas Patroli Laut berdasarkan Instansi Tahun 2011
1. Kementerian Keuangan 1. Kementerian Lingkungan Hidup- Ditjen Bea dan Cukai 2. Kementerian Pertanian
2. Kementerian Perhubungan 3. Kementerian Kehutanan- Ditjen Perhubungan Laut (KPLP) 4. Kementerian Kesehatan
3. Kementerian Hukum dan HAM 5. Kementerian Energi dan Sumber- Ditjen Imigrasi Daya Mineral
4. Kementerian Kelautan dan Perikanan 6. Kejaksaan Agung- Ditjen Pengawasan Sumberdaya 7. Mahkamah Agung
Kelautan dan Perikanan
5. Tentara Nasional Indonesia (TNI)- TNI Angkatan Laut
6. Kepolisian Negara Republik Indonesia- Direktorat Polisi Perairan
7. Badan Koordinasi Keamanan Laut
8. Badan SAR Nasional
Instansi Terkait denganSatgas Patroli Laut
Instansi Terkait tanpaSatgas Patroli Laut
Kondisi saat ini, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh instansi terkait bidangkeamanan laut antar instansi yang satu dengan yang lain sangat berbeda baik mengenaijumlah maupun kualitas, dan secara umum sarana prasarana tersebut belum memadaijika dibandingkan dengan wilayah perairan yang dimiliki oleh Negara Indonesia. Berikutini adalah gambaran umum sarana dan prasarana yang dimiliki oleh instansi yangterkait dengan bidang keamanan laut, sebagai berikut:
a) Sarana dan prasarana yang dimiliki TNI AL terkait upaya penegakkan keamanandi laut berupa beberapa jenis kapal yang usianya telah lebih dari 20 tahun danhanya 46% yang memiliki kondisi teknis siap operasi. Jumlah kapal yang dimilikioleh TNI AL sebanyak 147 unit, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.7.
Jumlah Kapal Milik TNI AL Tahun 2011
1 Kapal Markas (MA) 1 unit
2 Kapal Perusak Kawal (PK) 15 unit
3 Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) 14 unit
No. Jenis Kapal Jumlah
36
b) Sarana dan prasarana yang dimiliki Direktorat Polisi Perairan terkait upayapenegakkan keamanan di laut berupa kapal yang terdiri dari berbagai jenissebanyak 120 unit. Tabel berikut ini menunjukan jenis dan jumlah kapal yang dimilikiDitpolair Baharkam Polri.
No. Jenis Kapal Jumlah
4 Kapal Selam (KS) 2 unit
5 Kapal Cepat Rudal (KCR) 4 unit
6 Kapal Cepat Torpedo (KCT) 2 unit
7 Kapal Patroli Cepat (PC) 46 unit
8 Kapal Penyapu Ranjau (PR) 4 unit
9 Kapal Buru Ranjau (BR) 2 unit
10 Kapal Angkut Tank (AT) 28 unit
11 Kapal Angkut Serba Guna (ASG), 2 unit
12 Kapal Tanker (BCM) 5 unit
13 Kapal Tunda Samudra (BTD) 1 unit
14 Kapal Hidro-Oceanografi (BHO) 5 unit
15 Kapal Bantu Umum (BU) 3 unit
16 Kapal Bantu Angkut Personel (BAP) 3 unit
17 Cepat Angkut Pasukan (CAP) 3 unit
18 Kapal Latih (LAT) 2 unit
19 Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) 1 unit
20 landing Platform Dock (LPD) 4 unit
21 Pesawat NOMAD N-22/24 19 unit
TOTAL 166 Unit
37
Tabel 3.8.
Jumlah Kapal Milik Kepolisian Negara RI Tahun 2011
1. Kapal Kelas A2 2
2. Kapal Kelas A3 9
3. Kapal Kelas B2 18
4. Kapal Kelas B3 14
5. Kapal Kelas C1 10
6. Kapal Kelas C2 4
7. Jet Sky 2
8. Perahu Karet 61
TOTAL 120
NO JENIS KAPAL JUMLAH
Sumber : Ditpolair Baharkam Polri, 2011
c) Hingga tahun 2011, sarana dan prasarana yang dimiliki Ditjen Bea dan Cukai,Kementerian Keuangan dalam proses penegakkan keamanan di laut berupa kapalpatrol sebanyak 43 unit, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.9.
Jumlah Kapal Ditjen Bea dan Cukai Tahun 2011
d) Sarana dan Prasarana yang dimiliki Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai(KPLP) - Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan untukpenegakkan keamanan di laut berupa kapal patroli sebanyak 457 unit denganrincian sebagai berikut:
1 Kapal Patroli berukuran 28-38 meter 33 unit
2 Kapal Patroli berukuran 16 meter 10 unit
TOTAL 43 unit
No Jenis Kapal Jumlah
38
e) Sarana dan prasarana yang dimiliki Kementerian Kelautan dan Perikanan untukpenegakkan hukum dan keamanan di laut berupa kapal pengawas sebanyak 25unit kapal dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.11.
1 Kapal Patroli ADPEL 236 unit
2 Kapal Patroli KANPEL 221 unit
TOTAL 457 unit
No Jenis Kapal Jumlah
1 KP. Barracuda 2 unit
2 KP. Hiu 10 unit
3 KP. Hiu Macan 6 unit
4 KP. Todak 2 unit
5 KP. Takalamongan 1 unit
6 KP. Padaido 1 unit
7 KP. Catamaran 1 unit
8 KP. Hiu Macan Tutul 1 unit
9 KP. Akar Bahar 1 unit
Jumlah 25 unit
No Kapal Pengawas Surveillance Vessel Jumlah
Kapal Pengawas milik Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2011
f) Sarana dan Prasarana yang dimiliki Direktorat Jenderal Imigrasi, KementerianHukum dan Hak Asasi Manusia berupa kapal patroli sebanyak 3 unit dengan rinciansebagai berikut :
39
Tabel 3.10.
Jumlah Kapal Patroli KPLP Tahun 2011
Tabel 3.12.
Jumlah Kapal Patroli Direktorat Imigrasi Tahun 2011
g) Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Badan Search And Research NasionalBASARNAS terkait dengan upaya keselamatan di laut sebanyak 75 unit, yangterdiri dari rescue boat dan rigid inflatable boat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihatpada tabel berikut:
Tabel 3.13.
Jumlah Kapal Milik BASARNAS Tahun 2011
1 Kantor Imigrasi Batam 1 unit
2 Kantor Imigrasi Dumai 1 unit
3 Kantor Imigrasi Nunukan 1 unit
TOTAL 3 unit
No Kantor Imigrasi Jumlah Kapal
1. Medan I 1 2
2. Jakarta II 1 1
3. Surabaya III 1 1
4. Denpasar IV 1 2
5. Makassar V 2 2
6. Biak IV 1 1
7. Banda Aceh VII 1 3
8. Padang VIII 1 1
9. Pekanbaru IX 2 2
10. Tj. Pinang X 1 2
11. Palembang XI 2 3
12. Semarang XII 2 2
No Kantor SAR Rescue BoatRigid Infla-table Boat
40
h) Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) yang memiliki fungsi sebagaikoordinator terhadap 14 instansi yang memiliki kewenangan dalam prosespenegakkan keamanan di laut, belum memiliki sarana dan prasarana berupa kapalataupun sarana lainnya, namun saat ini BAKORKAMLA sedang membangun 1unit kapal patroli dan direncanakan pada tahun 2012 akan mulai dioperasikan.
Jika membandingkan antara luas wilayah perairan RI dengan jumlah kapal yangmenangani penegakkan hukum dan keamanan di laut, yaitu = Luas Wilayah (5.800.000km2) : Jumlah kapal (870 unit) = 6.666 km2/kapal. Artinya rata-rata setiap 1 kapal patroliharus mengawasi luas wilayah perairan laut seluas 6.666 km2. Ditambah lagi dengankesiapan pangkalan utama dan pangkalan aju yang masih jauh dari kebutuhan untukmendukung operasi kapal. Melihat gambaran kasar tentang fakta ini, terlihat bahwaproses penegakkan keamanan di wilayah laut yurisdiksi NKRI masih menghadapitantangan dan kendala yang cukup besar
Kemudian, untuk membantu penegakkan keamanan di laut melalui dukungan udaradengan kekuatan alutsista TNI AU, juga tidak jauh berbeda dengan kekuatan di laut,
No Kantor SAR Rescue BoatRigid Infla-table Boat
13. Mataram XIII 1 1
14. Kupang XIV 1 2
15. Pontianak XV 1 1
16. Banjarmasin XVI 3 2
17. Balikpapan XVII 1 2
18. Kendari XVIII 1 3
19. Manado XIX 2 4
20. Ambon XX 2 2
21. Sorong XXI 1 1
22. Jayapura XXII 1 1
23. Timika XXIII 1 1
24. Merauke XXIV 1 1
TOTAL 32 Unit 43 Unit
41
khususnya jumlah pesawat tempur TNI AU sangat terbatas, disamping kemampuanpangkalan dukungan operasional masih juga terbatas. Saat ini sarana dan prasaranayang dimiliki TNI AU untuk membantu menegakkan keamanan di laut, antara lain: 16pesawat SU-27 sebanyak 1 squadron di tempatkan di pangkalan Makassar, 1 squadronF-16 di tempatkan di pangkalan utama madiun bersama sama dengan 1 squadronPSE (Tiger), 1 squadron Hawk di pangkalan Pekanbaru, dan 1 squadron Hawk dipangkalan Pontianak. Terlihat kekuatan TNI AU tersebut masih jauh dari kemampuanpenguasaan kedaulatan udara. Namun, secara bertahap sedang diadakan penambahanjenis dan jumlah pesawat tempur, antara lain pesawat tempur baru jenis Stucano sebagaipengganti dari pesawat tempur ringgan jenis Ovi-10.
Dengan keterbatasan jumlah dan kemampuan operasional dalam menjaga kedaulatandan keamanan wilayah NKRI, sebenarnya masih dapat dibantu dan didukungkemampuan operasi dan jelajahnya dengan mengunakan sistem Monitoring, Controling,and Surveilance (MCS). Namun, kondisi sistem MCS saat ini masih berbatas padasatuan masing-masing dan belum diintegrasikan, karena masih membutuhkanpenambahan peralatan yang canggih dan mahal.
Berdasarkan UU No. 34 Tahun 2004 pasal 9 b yang menyatakan bahwa TNI AL memilikitugas menegakkan hukum dan menjaga keamanan laut yurisdiksi nasional sesuaidengan ketentuan hukum nasional maupun internasional. Kewenangan atas telahtertuang dalam UNCLOS 1982 dan beberapa perundangan nasional bahwa wilayahkewenangan tersebut berlaku tidak hanya di laut teritorial (12 mil), namun berlaku hinggaperairan zona tambahan (24 mil), ZEE (200 mil) dan bahkan di laut lepas (>200 mil).
Selain TNI AL Institusi penyelenggara penegakkan hukum dan keamanan lautdiselenggarakan oleh Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla). Unsur-unsuryang dikoordinasikan dalam Bakorkamla adalah unsur-unsur dari badan/lembaga lainmemiliki kewenangan penegakkan hukum di laut berdasarkan UU yang dimilikinya,yaitu: Kepabeanan, Keimigrasian, Pelayaran, Perikanan, Karantina, Lingkungan Hidup,dan Kepolisian, dan kewenangannya hanya mencakup batas wilayah teritorial (12 mil).
Sifat koordinasi yang dilaksanakan oleh Bakorkamla sesuai dengan UU No. 6 Tahun1996 pasal 23 dan Perpres No. 81 Tahun 2005, tetapi hingga saat ini sifat koordinasidari Bakorkamla belum didukung sepenuhnya oleh unsur-unsur dari badan/lembagalain yang memliki kewenangan penegakkan hukum di laut berdasarkan UU yangdimikinya. Badan/lembaga tersebut secara sendiri-sendiri melaksanakan operasipenegakkan hukum di laut, sehingga di lapangan terdapat berbagai-bagai satuanpenegakkan hukum di luar Bakorkamla, sehingga operasi penegakkan hukum di lautbelum dilaksanakan secara integratif dan terpadu dalam satu kesatuan dan satu
42
komando. Kondisi tersebut mengakibatkan tidak efektif dan tidak efisien, hal tersebutjuga menimbulkan persaingan kewenangan atau kepentingan antar instansi, yangkesemuanya merugikan output pelaksanaan penegakkan hukum dan merugikanpengguna jasa kelautan serta kepentingan nasional umumnya.
Penyelenggaraan operasi penegakkan hukum dan keamanan di laut, seperti tersebutdi atas membawa akibat bahwa masing-masing badan/lembaga melaksanakanpelaporan deteksi, identifikasi dan penindakan (MCS) belum dapat berfungsi sebagaiinformasi Operasi Keamanan di Laut untuk Pusat Komando Pengendali Bakorkamla.Sehingga informasi keamanan secara umum atau khususnya penegakkan hukum dankeamanan di laut belum tergambar secara nasional.
4) Ekonomi Kelautan (Ocean Economic)
Dalam rangka mencermati pembangunan kelautan Indonesia, maka sepatutnyamengkaji kembali bagaimana posisi bidang ekonomi kelautannya yang terdiri beberapasektor, yakni: perhubungan atau transportasi laut, industri maritim, perikanan, wisatabahari, energi dan sumberdaya mineral, bangunan kelautan, dan jasa kelautan, berperandi masa lalu dan bagaimana seharusnya bangsa Indonesia meletakkan dasar yangkuat bagi pembangunan negara kepulauan yang dapat memakmurkan rakyat nusantara(Kusumastanto, 2007). Secara empiris, pembangunan kelautan selama tiga dasa warsaterakhir kurang mendapat perhatian dan selalu diposisikan sebagai pinggiran (periphery)dalam pembangunan ekonomi nasional. Kondisi ini sangat ironis mengingat hampir70% wilayah Indonesia merupakan lautan dengan potensi ekonomi yang sangat besar,sehingga sebagai negara yang merupakan “the largest archipelagic country in the world”(negara kepulauan terbesar didunia), ternyata memang belum memiliki keberpihakanpolitik maupun ekonomi dalam pembangunan ekonomi kelautan, sehingga sampai saatbidang kelautan tersebut belum memberikan sumbangsih optimal bagi pertumbuhanekonomi nasional.
Bila dilihat dari kontribusi bidang kelautan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)Indonesia pada tahun 2005 sebenarnya sudah mengalami peningkatan walaupun belumoptimal jika melihat membandingkannya dengan potensi yang ada. Pada tahun 2001kontribusi bidang kelautan terhadap PDB nasional sebesar 20,15 %, tahun 2002 sebesar20,71%, tahun 2003 sebesar 20,77%, tahun 2004 sebesar 20,83%, dan pada tahun2005 meningkat menjadi 22,42%. Pada Tabel 3-3, dapat dilihat peningkatan persentasekontribusi bidang kelautan tersebut beserta masing-masing ketujuh sektor ekonominya.
43
Tabel 3.14.Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Bidang Kelautan
periode tahun 2001 - 2005
1. Perhubungan Laut 0,74 1,39 1,67 1,49 1,48
2. Industri Maritim
- Pengilangan Minyak Bumi 2,09 2 2,01 2,05 2.10
- LNG 1,2 1,11 1,13 1,12 1,14
- Industri maritim lainnya 0,51 0,7 0,71 0,51 0,53
3. Perikanan 2,43 2,56 2,59 2,66 2,79
4. Wisata Bahari 1,47 1,56 1,52 1,51 1,52
5. Energi dan Sumberdaya Mineral 9,29 9,32 9,36 9,38 9,13
6. Bangunan Kelautan 0,96 0,96 0,5 0,77 1,01
7. Jasa Kelautan 1,46 1,2 1,28 1,34 1,32
Jumlah PDB Sektor Kelautan (5) 20,15 20,71 20,77 20,83 22.42
No. Bidang KelautanPersentase ( %) Produk Domestik Bruto
2001 2002 2003 2004 2005
Sumber : data BPS diolah.
Nilai kontribusi ini tentu jauh belum optimal, bila membandingkannya dengan negara-negara lain yang memiliki laut lebih sempit dibanding Indonesia, misalnya saja Cinayang hanya memiliki luas laut kurang dari separuh Indonesia, bidang kelautannyamemberikan kontribusi 48,40% terhadap PDB nasionalnya, Korea dengan luas lautyang jauh lebih kecil memberikan kontribusi 37%, dan Jepang yang juga lautnya lebihkecil dari Indonesia memberikan kontribusi 54%. Sehingga Indonesia yang memilikilaut lebih luas, harusnya bidang kelautan dapat memberikan kontribusi yang lebih besardari saat ini, apalagi mengingat potensi serta posisi geopolitis Indonesia yang sangatstrategis.
Besarnya potensi ekonomi kelautan yang dimiliki Indonesia, diperkirakan mencapaiUS$ 171 miliar per tahun atau dengan kurs US$ 1 = Rp 9.500, setara dengan nilai Rp1.624,50 trilyun per tahun (sumber: Institut Pertanian Bogor, 1997; Asian DevelopmentBank, 1997; Departemen Pariwisata dan Kebudayaan 2000; Ikatan Ahli GeologiIndonesia 1999; Badan Perencana Pembangunan Nasional 2000; dan DepartemenPerhubungan 2000). Nilai perkiraan potensi ini setara dengan nilai RAPBN Indonesia
44
tahun 2013. Diestimasi bangsa Indonesia baru memanfaatkannya sebesar 20% darinilai potensi ekonomi kelautan tersebut. Padahal, jika potensi kelautan Indonesia inidapat dimanfaatkan secara optimal, maka cita-cita bangsa Indonesia sebagai bangsayang mandiri, maju, adil dan makmur segera dapat terwujud.
Selanjutnya, kondisi saat ini dari ke 7 (tujuh) sektor ekonomi bidang kelautan tersebut,secara singkat dideskripsikan pada uraian berikut:
a) Perhubungan Laut
Badan Perencana Pembangunan Nasional dan Departemen Perhubunganmengestimasi bahwa nilai potensi ekonomi nasional dari aktivitas transportasi lautadalah sebesar US$ 20 miliar per tahun, sementara sampai tahun 2011 tercatatPDB sektor transportasi laut sebesar Rp 18.5 milyar (US$ 1,95 milyar) atau barusekitar 9,7 % dari nilai potensi. Kondisi ini menggambarkan bahwa kebijakan sektorperhubungan laut belum optimal memacu pertumbuhan ekonomi aktivitastransportasi laut nasional.
Untuk menggairahkan transportasi laut perlu diupayakan berbagai kebijakan yangmendukung. Misalnya menetapkan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai internationalhub port (pelabuhan pengumpul internasional) yang diharapkan bisa mengurangicost akibat transit di Singapura. Diperkirakan peng-hematan bisa mencapai US$500 juta per tahun. Menurut data statistic, Indonesia mempunyai peti kemas sebesar5,3 juta twenty feet equivalent unit’s (TEU’s) per tahun. Sebanyak 90% dari jumlahtersebut dikirim ke Singapura terlebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan ke Negara-negara tujuan ekspor. Untuk impor barang pun berlaku hal yang sama. Artinyaada sekitar 9,4 juta TEU’s yang keluar dan masuk Indonesia setiap tahunnya.
Dalam periode waktu tahun 2002-2011, PDB sektor transportasi laut terusmengalami peningkatan, walaupun belum memberikan kontribusi yang optimalbagi perekonomian nasional. Perkembangan PDB sektor transportasi laut dantotal transportasi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
45
Kalau diperhatikan dari tabel diatas, terlihat bahwa kontribusi sub-sektortransportasi laut masih relatif kecil dan bahkan cenderung menurun. Nilai kontribusiini masih jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan kontribusi sub-sektortransportasi darat (55,3%), padahal kondisi geografis Indonesia yang sebagianbesar merupakan lautan. Kendala utama yang dihadapi oleh para pengusahatransportasi laut adalah masalah peraturan. Saat ini belum ada peraturan pelayarannasional yang memadai, sehingga selama ini peraturan internasional dijadikansebagai acuan. Peraturan internasional tersebut banyak yang tidak sesuai dengankondisi Indonesia. Selain itu, peraturan di pusat dan masing-masing daerah jugabelum ada keseragaman, terlebih sejak pemberlakuan otonomi daerah.
Selain itu, sampai tahun 2011 sebesar 90% muatan angkutan laut ke luar negeridikuasai oleh kapal berbendera asing. Akibatnya setiap tahun Indonesia membayarkapal asing sekitar Rp 100 Triliun dan menghasilkan defisit pada transaksi berjalan,yaitu membayar jasa kepada kapal luar negeri lebih besar ketimbang mendapatpenerimaan dari komoditi yang diekspor. Kemudian, ditinjau dari segi daya saing,
2002 10.625,0 72.234,0 14,7%
2003 11.997,6 62.627,0 19,2%
2004 12.328,3 88.310,3 14,0%
2005 13.974.4 110.271,2 12,7%
2006 16.120,7 142.980,0 11,3%
2007 16.043,4 149.973,5 10,7%
2008 16.019,2 171.246,8 9,4%
2009 15.812,7 182.908,2 8,6%
2010 16.929,9 217.311,2 7,8%
2011 18.504,0 254.427,0 7,3%
TahunTransportasi
Laut
Total
Transportasi
Kontribusi
terhadap Total
Transportasi
Tabel 3.15
Produk Domestik Bruto (PDB) Bidang Transportasi Laut Berdasarkan HargaBerlaku, 2002-2011 (dalam Milyar Rupiah)
46
pangsa muatan armada kapal nasional untuk angkutan laut luar negeri juga relatifmasih sangat rendah (sekitar 10%). Namun, hal yang cukup menggembirakanadalah armada kapal nasional mulai dapat menguasai pangsa muatan untukangkutan dalam negeri secara penuh (99%). Hal ini, menandakan bahwa azascabotage sudah mulai berjalan. Walaupun demikian, biaya angkutan barang dalamnegeri masih belum efisien atau masih mahal, sebagai contoh, ongkos pengapalanpeti kemas dari Padang ke Jakarta mencapai US$ 600, sedangkan ongkospengapalan serupa dari Singapura ke Jakarta hanya US$ 185 (Kompas, 21Desember 2012).
Tabel 3.16
Perkembangan Pangsa Muatan Pelayaran Nasional
untuk Angkutan Laut Luar Negeri.
1. Nasional 7% 9% 9% 10%
2. Asing 93% 91% 91% 90%
No. PelayaranTahun
2008 2009 2010 2011
1. Nasional 79% 90% 98% 99%
2. Asing 21% 10% 2% 1%
No. PelayaranTahun
2008 2009 2010 2011
Sumber : Kementerian Perhubungan, 2012 yang telah diolah
Tabel 3.17
Perkembangan Pangsa Muatan Pelayaran Nasional
untuk Angkutan Laut Dalam Negeri.
Sumber : Kementerian Perhubungan, 2012 yang telah diolah
Tambahan pula, sebanyak 75% kapal-kapal Indonesia yang berlayar di perairannusantara sudah berumur tua, walaupun masih laik pakai untuk pelayaran (Hartoto,2012). Selain itu, infrastruktur pelabuhan di Indonesia juga belum mampu melayanikapal-kapal berteknologi terkini. Hartoto, (2012) mengatakan kapal-kapalberteknologi terkini membutuhkan pelabuhan dengan kedalaman tinggi, sedangkan
47
pelabuhan-pelabuhan di Indonesia rata-rata dangkal sehingga Indonesian NationalShipowner Association (INSA) belum bisa menggunakan kapal-kapal teknologiterkini.
Dengan melihat kondisi saat ini tersebut, maka sektor perhubungan laut, utamanyapelayaran nasional, sangat memerlukan dukungan kebijakan yang tepat agar dapattumbuh secara efisien dan mampu bersaing dengan pelayaran asing utamanyauntuk membawa produk-produk nasional ke negara-negara tujuan ekspor.
b) Industri Maritim
Industri maritim adalah salah satu sektor kelautan yang dapat menjadi sumberdayaekonomi potensial utama sebagai penyumbang penerimaan devisa negara.Menurut Asian Development Bank/ADB (1997), diperkirakan potensi aktivitasekonomi di wilayah pesisir Indonesia adalah sebesar US$ 56 miliar per tahun.Kegiatan ekonomi industri maritim adalah mencakup industri-industri yangmenunjang kegiatan ekonomi di wilayah pesisir dan juga perairan laut, seperti:industri galangan kapal dan jasa perbaikannya (docking), industri pengolahan hasilpengilangan minyak bumi, dan industri gas alam cair (LNG).
Industri maritim sangat berpotensi dalam menjawab tantangan-tantangan masadepan dan memberi nilai tambah yang cukup tinggi untuk produk-produktransportasi laut yang menghasilkan tambahan devisa negara. Saat ini, terdapatindustri galangan kapal nasional yang telah mampu membuat berbagai jenis kapaldi Indonesia, baik yang merupakan proses alih teknologi maupun kerjasama denganpihak luar negeri. Tabel berikut menyajikan jenis kapal yang telah diproduksi diIndonesia.
Tabel 3.18
Jenis-Jenis Kapal Produksi Dalam Negeri
1 Kapal barang dan semi peti kemas 1500 DWT dan 3650 DWT
2 Kapal barang dengan kombinasi layar dan mesin 1000 DWT
3 Tanker kimia 16000 DWT
4 Tanker minyak 1500 DWT, 3500 DWT, 6500 DWT, 17000 DWT
5 Kapal penumpang & trailer roro 18900 GT
6 Kapal penumpang & mobil roro 200 - 600 GT dan 5000 GT
No Jenis Kapal
48
Potensi galangan kapal di Indonesia saat ini tercatat ada sekitar 240 galangankapal, yang sebagian besar adalah galangan kapal dalam skala kecil dan 4 buahgalangan kapal milik pemerintah yaitu: PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari, PTPAL Indonesia, PT Dok dan Perkapalan Surabaya, dan PT Industri Kapal Indonesia.Dimana total investasi di sektor industri kapal ini sejumlah kurang lebih 1.426 jutaUS Dollar dengan menyerap tenaga kerja sebesar 35.000 tenaga kerja, denganfasilitas yang dimiliki antara lain:
1) Building Berth ukuran sampai 50.000 DWT
2) Graving Dock ukuran sampai 50.000 DWT
3) Footing Dock ukuran sampai 6.500 TLC
4) Slipway ukuran sampai 6.000 DWT
5) Shiplift ukuran sampai 300 TLC
No Jenis Kapal
7 Kapal pemasok anjungan lepas pantai 3000 HP
8 Kapal pesiar penumpang FRP
9 Kapal patrol cepat 8000 HP / 57 m / 30 knot
10 Kapal patrol cepat 2440 HP / 28 m / 30 knot
11 Kapal penangkap ikan 150 GT, 300 GT
12 Kapal tunda 800 HP - 4200 HP
13 Kapal penangkap ikan tuna long-line
14 Kapal penangkap ikan tuna pool & line
15 Kapal penumpang PAX-500
16 Kapal curah (bulk carrier) sampai ukuran 42.000 DWT
17 Kapal LPG kapasitas 5.600 Cbm (cubic meter)
18 Pusher Tug/ Fire Fitting Tug Boat ukuran 4,200 HP
19 Kapal keruk ukuran 12.000 Ton
20 Reparation floating storage ukuran 150.000 DWT
21 Kapal kontainer (Container Carrie) 600 TEU & 1600 TEU
22 Floating repair 150.000 DWT (Cinta Natomas)
49
Sebaran 240 perusahaan galangan dalam negeri tersebut adalah sebagai berikut:37% berada di pulau Jawa, 26% di Sumatra, 25% di Kalimantan dan 12% beradadi Kawasan Timur Indonesia. Kapasitas total galangan kapal nasional terpasangsebesar 140.000 GT per tahun. Namun, galangan kapal nasional yang berkapasitasantara 1001-30.000 GT masih terbatas, yakni sebesar 10%, sementara galangankapal nasional yang berkapasitas antara 501 - 1000 GT sebanyak 25%, dan sisanya(65%) yang merupakan dominasi galangan kapal nasional adalah yang berskalakecil dengan kapasitas sampai dengan 500 GT. Sebenarnya potensi pasar galangankapal dalam negeri sangatlah besar. Namun, karena galangan kapal nasional kalahbersaing dengan galangan kapal asing, maka walaupun perusahaan pelayarannasional menguasai angkutan laut dalam negeri, namun kapal-kapal laut yangdigunakannya sebagian besar merupakan kapal impor, bukan kapal buatan dalamnegeri. Hal ini menjadi ironis, disatu sisi harus meng-implementasikan azascabotage, namun disisi lain memenuhinya dengan cara menggunakan kapal-kapalimpor. Hal ini terjadi karena ketidaksiapan galangan kapal nasional untuk memenuhipermintaan yang tinggi akan kapal-kapal berskala besar dengan harga yangkompetitif. Ditambah lagi, dalam konteks pemeliharaan, galangan kapal Indonesiabelum mampu melakukan perbaikan kapal dengan ukuran lebih besar dari 20.000DWT, karena ukuran docking domestik sangat terbatas.
Selain industri galangan kapal, terdapat juga industri penunjang yang dapatmemberikan kontribusi ekonomi nasional, yaitu pengembangan industripenunjangnya, seperti pabrikasi bahan-bahan pembangunan kapal, permesinan,peralatan dan komponen lainnya seperti pelat baja, rantai jangkar, tali kabel,jangkar, mesin utama kapal, genset, main switch boards, radio, mesin kulkas,hatch cover, heat exchargers, cat kapal, dan lain sebagainya.
Secara makro, kontribusi nilai tambah galangan kapal dalam negeri bagi PDBIndonesia baru mencapai 0,034 % dari total PDB. Dengan total nilai investasi sekitarRp 2,3 triliun dan total nilai produksi kapal sekitar Rp 700 milyar, maka kontribusitersebut relatif masih rendah. Sebagai bahan perbandingan, industri sepeda dankomponennya yang relatif tidak memerlukan teknologi canggih dan investasi besarsaja mampu memberikan kontribusi sekitar 0,023 % dari total PDB.
Melihat kondisi diatas dapat dinyatakan bahwa industri galangan kapal Indonesiamasih belum berkembang baik. Padahal peranan industri ini sangat besar karenamempunyai rantai hulu-hilir yang panjang. Identifikasi akar masalah industriperkapalan, menunjukkan bahwa pajak masih terlalu besar dibandingkan negaratetangga terdekat, seperti Singapura dan Malaysia. Kemudian, dukunganperbankan terhadap pengembangan industri perkapalan pun masih sangat rendah,
50
misalnya dikenakan suku bunga yang relatif tinggi terhadap kredit investasi dankredit modal kerja. Di tataran kebijakan pun sama saja, belum mampu mendorongtumbuhnya industri galangan kapal berikut industri penunjangnya. Sektor lainpun,belum memberikan dukungan optimal, padahal industri perkapalan merupakanbagian integral dari keseluruhan industri maritim.
Kemudian, dalam dekade belakangan ini, perhatian besar negara-negara industri,seperti Jepang, Jerman dan Cina, sudah melirik ke laut untuk pengembanganindustri farmasi laut, lebih populer dengan istilah “drugs from the sea”. Indonesiayang terletak di daerah tropis memiliki keaneka ragaman hayati berlimpah sehinggadapat dijamin di laut Indonesia terdapat ribuan senyawa bioaktif dan biotoksin.Berdasarkan penelitian, potensi ekonomi hanya dari farmakologi laut sajadiperkirakan sebesar US$ 4 milliar/tahun. Potensi tersebut hanya didasarkan padasenyawa murni yang dapat diskreening dari bahan hayati laut. Nilai potensi tersebutdapat berlipat ganda apabila senyawa dikembangkan lewat sintesa lanjut. InstitutPertanian Bogor (1997) mengestimasi nilai potensi ekonomi dari pengembanganindustri bioteknologi kelautan dapat mencapai US$ 40 miliar per tahun. Namundemikian, potensi tersebut belum termanfaatkan. Kedepan, industri farmasi lautdapat merupakan terobosan ekonomi kelautan yang dapat diharapkan sebagaipemasok utama devisa negara.
Wilayah Indonesia juga memiliki banyak perairan dalam, seperti di Laut Banda,Perairan sekitar Aceh, di Laut Arafura, Perairan sekitar Kalimantan Timur, diPerairan Sulawesi Utara (dekat Filipina) dan di bagian selatan Pulau Sumatera.Kawasan-kawasan itu dapat dijadikan sumber air mineral berkualitas sangat baikuntuk kebutuhan air minum manusia, dan produk sampingannya menghasilkangaram dapur dengan kandungan mineral cukup banyak. Kondisi sekarang barusatu industri air minum mineral bersumber dari laut dalam, yaitu berada di Bali.Sesungguhnya potensi kawasan itu di Indonesia cukup banyak, diperkirakan bisamendidirikan 25 pusat industri air minum bermineral tinggi
c) Perikanan
Sumber daya perikanan nasional sampai saat ini belum memberikan manfaat dankontribusi yang maksimal bagi kesejahteraan masyarakat dan bangsa Indonesia.Padahal, menurut Institut Pertanian Bogor (1997), diperkirakan nilai potensiperikanan Indonesia adalah sebesar US$ 32 miliar per tahun. Nilai PDB perikanannasional pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp 41,42 triliun atau setara denganUS$ 4,36 miliar, yang berarti secara keseluruhan Indonesia baru memperolehmanfaat sebesar 13,6% dari nilai potensi perikanan nasional.
51
Kemudian, sebagai gambaran, pada subsektor perikanan tangkap, walaupuntingkat pemanfaatan sumberdaya ikan diperkirakan telah lebih dari 80% dari potensilestarinya, tetapi sebagian besar (sekitar 95%) struktur armada penangkapannyamasih tergolong dalam skala kecil (dibawah 30 GT) yang daya jelajahnya hanyaterbatas di perairan pantai dengan tingkat produktivitas dan efisiensi usaha yangrelatif rendah. Hal ini mencerminkan konsentrasi pusat penangkapan ikan saat inibertumpu pada wilayah-wilayah perairan pantai saja. Kenyataan ini menunjukkan,adanya ketidak-seimbangan dalam pemanfaatan potensi sumber daya ikan yangada, sehingga mengakibatkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan di wilayahtertentu atau overfishing, namun disisi lain ada wilayah yang masih under fishing.Akibat langsung dari adanya ketidakseimbangan pemanfaatan tersebut adalah diwilayah-wilayah perairan yang overfishing umumnya akan terjadi degradasilingkungan, kemiskinan, dan rawan konflik pada kawasan tersebut.
Hal yang sama juga terjadi pada perikanan budidaya yang diperkirakan tingkatpengusahaannya masih dibawah 20% dari luas lahan potensial yang tersedia.Konsentrasi usaha budidaya ikan umumnya berada di kawasan-kawasan yangberdekatan dengan konsentrasi penduduk, sehingga masih menimbulkanpermasalahan tersendiri, utamanya permasalahan konflik pemanfaatan ruangdengan sektor-sektor lainnya. Hal ini terjadi karena lemahnya kebijakan yang adapada saat ini, utamanya dalam masalah pengaturan tata ruang wilayah pesisirdan laut. Produksi perikanan budidaya Indonesia masih jauh dari optimal, sebagaicontoh: pada tahun 2011 total produksi perikanan budidaya (laut, tambak, dan airtawar) Indonesia baru mencapai 6.976.750 ton, sementara negara China produksitotal perikanan budidayanya pada tahun 2007 saja sudah mencapai sekitar32.444.000 ton. Padahal, bila luas potensi lahan kegiatan budidaya di wilayahpesisir dan laut yang diperkirakan mencapai sekitar 10,4 juta hektar dapatdiberdayakan dan dengan asumsi produktivitas moderat saja sebesar 2 ton/ha/tahun, maka produksi potensial budidaya di wilayah pesisir dan pantai saja dapatmencapai 20,8 juta ton per tahun.
Pengelolaan sumberdaya perikanan juga mendapat permasalahan tersendiri,dengan diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi denganUU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang salah satu pasalnyamengamanatkan pengaturan kewenangan pengelolaan sumber daya di wilayahlaut. Dalam UU tersebut diatur bahwa kewenangan Pemda Provinsi adalah wilayahlaut selebar 12 mil laut diukur dari garis pantai, sedangkan Pemda Kabupaten/Kota adalah sepertiga lebar wilayah Provinsi atau 4 mil diukur dari garis pantai.Sayangnya hingga kini, masih ada pejabat daerah maupun masyarakat yang salah
52
tafsir menerapkan UU ini dalam kewenangan mengelola dan memanfaatkansumber daya kelautan dan perikanannya. Akibatnya masih dijumpai konflikhorisontal antar daerah atau kelompok masyarakat.
Kemudian, kuantitas SDM perikanan memang dari tahun ke tahun cenderungmeningkat, namun dari sisi kualitasnya, SDM perikanan hingga kini masih tetapmemprihatinkan. Sebagai gambaran pada tahun 2011 jumlah nelayan perikananlaut di Indonesia tercatat sebanyak 2.237.640 orang, sedangkan jumlahpembudidaya ikan (marikultur dan tambak) sebanyak 1.051.326 orang. Dari jumlahyang besar tersebut ternyata sebagian besar (sekitar 50%) tingkat pendidikannyahanya tamat SD. Disamping itu juga, mereka umumnya tidak memiliki skill atauketrampilan dengan kualifikasi tertentu. Hal ini jelas menggambarkan bahwa kualitasSDM perikanan Indonesia masih terbatas tingkat profesionalitasnya, sehinggajumlah SDM yang besar tersebut masih menjadi salah satu kendala dalammengembangkan dan mengoptimalkan sektor perikanan. .
Selain itu, penyebaran SDM perikanan di Indonesia belum menyebar secara meratadi seluruh wilayah NKRI, artinya masih terjadi konsentrasi pada wilayah-wilayahtertentu saja, umumnya lebih 50% terkonsentrasi di wilayah barat Indonesia,utamanya di Pulau Jawa dan Sumatera. Hal ini tentu merupakan suatu kendalatersendiri dalam upaya membangun sektor perikanan secara merata di seluruhpelosok nusantara. Tidak sedikit daerah yang memiliki sumberdaya perikanan yangpotensial tetapi di wilayah tersebut jumlah SDM yang ada sangat terbatas, bahkanjuga ada yang tidak berpenghuni, utamanya di daerah-daerah perbatasan danremote area. Wilayah-wilayah ini tentu rawan terhadap kegiatan-kegiatan illegaldari negara asing.
Pembangunan sektor perikanan, seperti sektor lainnya, masih berjalan secarasektoral dan bahkan seringkali program pembangunannya tidak dapat berjalanoptimal, karena kurangnya dukungan dari sektor lain. Dukungan sektor lain yangmerupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan perikanan antara lain:dukungan fiskal dan perpajakan, sarana dan prasarana (pelabuhan dan irigasitambak), perdagangan luar negeri, kesyahbandaran dan perkapalan, penegakkanhukum, perindustrian (pabrikasi dan galangan kapal), konservasi sumber dayaikan dan lingkungan.
Walaupun demikian, berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),selama tiga tahun terakhir nilai ekspor produk perikanan Indonesia mengalamipeningkatan yakni dari 2,17 miliar dollar AS pada tahun 2009 meningkat menjadi2,71 miliar dollar AS pada tahun 2011. Hal ini tentu cukup menggembirakan, karena
53
berarti telah terjadi upaya perbaikan mutu dan nilai tambah yang signifikan padasektor perikanan. Tambahan pula, selama periode tahun 2009 – 2011, kontribusi sektorperikanan terhadap PDB nasional, naik, dari 2,77% pada tahun 2009 menjadi3,11 pada tahun 2011. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara makro pembangunansektor perikanan mulai memberikan kontribusi yang nyata terhadap pertumbuhanekonomi nasional.
Tantangan yang paling mendasar bagi Indonesia untuk membangun sektorperikanan sebagai pilar ekonomi kelautan adalah menyediakan dana investasiyang cukup agar dapat tumbuh secara cepat. Dalam situasi keuangan negara yangrelatif terbatas seperti sekarang ini, kiranya sulit mengharapkan pemerintah untukmenjadi investor utama untuk menggerakkan roda perikanan nasional. Alternatifhyaadalah mendorong peran para pengusaha nasional dan investor mancanegaradalam pembangunan sektor perikanan. Bagi pengusaha atau investor, persyaratandasar untuk melakukan penanaman modal di suatu perekonomian adalah adanyaiklim investasi yang kondusif. Ikiim investasi yang kondusif merupakan resultantedari berbagai faktor, seperti kemudahan perizinan, jaminan keamanan hakkepemilikan dan perlindungan HAM, serta ketersediaan infrastruktur bisnis
d) Wisata Bahari
Secara umum pembangunan pariwisata bahari, merupakan bagian daripembangunan kelautan yang terdiri dari berbagai sektor. Kepuiauan nusantaramemiliki potensi wisata bahari cukup besar. Saat ini belum digarap dandikembangkan bagi peningkatan perekonomian nasional.
Ciri khas keanekaragaman alam, flora, dan fauna yang tersebar di kepuiauannusantara menjadi sumber potensi bisnis yang bisa dijual dan memberi kontribusipada pendapatan negara sektor industri pariwisata. Tetapi pada kenyataanya,potensi ini belum dilirik oleh kalangan pengusaha. Sebagian dari mereka belumyakin bahwa bisnis yang dijalankan dengan basis sektor pariwisata ini menjadipeluang bagus dan potensial mendulang uang di masa datang.
Potensi obyek wisata bahari ditawarkan dalam bentuk taman nasional laut, tamanwisata laut, suaka alam laut, suaka margasatwa laut, dan situs peninggalan budayabawah air tersebar di wilayah perairan seluas 5,6 juta hektar dan ribuan pulau-pulau kecil. Selain itu wisatawan bahari dengan menggunakan kapal layar pribadimaupun komersial dapat menjangkau pulau-pulau kecil ynag tidak mungkin dijangkaulewat darat atau udara. Hal ini tentu sangat membantu dalam meningkatkanekonomi masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil, yang banyak tersebar diseluruh pelosok nusantara. Oleh karenanya pariwisata bahari dapat dijadikan piranti
54
kebijakan untuk percepatan pembangunan utamanya pada wilayah yang bercorakgugus pulau-pulau kecil.
Hingga saat ini dukungan pemerintah bagi pariwisata bahari masih sangat kurang,akibatnya usaha wisata bahari di hampir semua wilayah perairan Indonesia belumberkembang dengan baik. Akibatnya, kontribusi wisata bahari terhadap duniapariwisata di Indonesia secara umum masih sangat minim. Padahal, nilai potensiwisata bahari Indonesia sebenarnya cukup besar, diestimasi sebesar US$ 2 miliarper tahun (Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, 2000). Ini berbeda dengannegara tetangga, seperti Malaysia, dimana industri wisata bahari mampumenyumbang 60% terhadap sektor kepariwisataan karena dukungan pemerintahsetempat yang maksimal.
Sebagai negara maritim dengan 75% wilayahnya adalah laut yang terdiri dari ribuanpulau, diperkirakan sekitar 10.000 buah di antaranya tidak berpenghuni (Prof. J.Rais, pers.com, April 2009). Indonesia berpotensi sebagai salah satu negara tujuanatau destinasi wisata bahari kelas dunia. Dengan banyaknya pulau yang sangatindah seharusnya dapat menarik wisatawan dunia yang ada. Artinya, pulau-pulautersebut ditetapakan sebagai pulau pariwisata bahari karena memiliki keindahandan estetika laut yang unik.
Kekayaan kawasan pantai Indonesia sebagai bagian dari komponen lingkunganlaut memiliki sekitar 950 spesies terumbu karang yang hidup dalam kawasan seluas75.000 km2; 8500 spesies ikan tropis, 18 spesies padang lamun serta kumunitasmasyarakat pantai dengan multi budaya. Kemudian, guna memperoleh nilai tambah,telah ditetapkan 13 kawasan laut sebagai destinasi unggulan Kawasan WisataBahari Kepulauan (Kurnia, 2009), yaitu: Kepulauan Wakatobi (Sulawesi Tenggara),Kupulauan Padaido, Biak (Papua), Kepulauan Derawan (Kalimantan Timur),Kupulauan Selayar-Takabonarate (Sulawesi Selatan), Pulau Nias dan KepulauanMentawai (Sumatera Utara), Kepulauan Raja Empat (Papua Barat), KepulauanUjung Kulon dan Anak Krakatau (Banten), Pulau Komodo (Nusa Tenggara Timur),Teluk Tomini dan Kepulauan Togean (Sulawesi Tengah), Kepulauan Bali danLombok, Pulau Batam-Rempang-Galang (Kepulauan Riau), Kepulauan Seribu(DKI. Jakarta) dan Kepulauan Bunaken (Sulawesi Utara) - (Gambar 3.2).
55
Gambar 3.2.Kawasan unggulan potensi terumbu karang dan tujuan wisata bahari
(dikompilasi dari berbagai sumber)
Ciri khas keanekaragaman alam, flora, dan fauna serta tanaman laut yang tersebardi kepulauan nusantara menjadi sumber potensi bisnis yang bisa dijual danmemberi kontribusi pada pendapatan negara sektor industri pariwisata. Tetapi padakenyataanya, potensi ini belum dilirik oleh kalangan pengusaha. Sebagian darimereka belum yakin bahwa bisnis yang dijalankan dengan basis sektor pariwisataini menjadi peluang bagus dan potensial mendulang uang di masa datang.
Potensi obyek wisata bahari ditawarkan dalam bentuk taman nasional laut, tamanwisata laut, suaka alam laut, suaka margasatwa laut, dan situs tinggalan budayabawah air tersebar di wilayah perairan seluas 5,6 juta hektar. Tetapi banyak halperlu dipersiapkan lebih jauh terkait dengan kesiapan Indonesia menuju negaraindustri wisata bahari.
Saat ini pulau-pulau kecil tersebut sedang diposisikan untuk menjadikannyasebagai “masa depan” pembangunan, dimana berbagai potensi yang dimilikinyadipandang sebagai peluang untuk dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomisehingga berperan dalam mengatasi krisis ekonomi yang sedang melanda NegaraKesatuan Republik Indonesia. Rencana tersebut merupakan suatu tantangan yang“tidak” kecil, karena banyak sekali faktor yang mempengaruhinya dan hingga saatini belum ditemukenali secara jelas. Memang komitmen pemerintah baru digulirkantahun 2007 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi, yang
56
menyatakan pemerintah akan mengembangkan kegiatan wisata bahari di pulau-pulau kecil terutama yang berada di wilayah perbatasan dengan negara lain.
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah munculnya berbagai pertanyaan yangsangat mendasar, yakni layakkah pulau-pulau kecil untuk dikembangkan dan dijualatau dipromosikan? Memang dalam upaya membangun dan mengembangkanpulau-pulau kecil di Indonesia dibutuhkan suatu pendekatan pemikiran yang agaksedikit “meloncat”. Pendekatan dan pemikiran yang terjadi saat ini dinilai tidakakan mampu untuk menjawab ke arah perkembangan pulau-pulau kecil tersebut.
Jika hanya berdasarkan atas kekuatan faktor internal saja, kiranya tidak ada dayauntuk dapat menjawab tantangan yang dihadapi. Akan tetapi dengan bantuanderivative factor eksternal kiranya dapat diperoleh peluang-peluang pengembangandi masa yang akan datang. Dalam kaitan ini, pemahaman terhadap peluang-peluang “pasar” menjadi sangat penting dalam menentukan produk “barang ataujasa” yang seyogyanya harus dihasilkan oleh pulau-pulau kecil tersebut.
e) Energi dan Sumberdaya Mineral
Sekitar 70% produksi minyak dan gas bumi berasal dari kawasan pesisir dan lautan.Dari 60 cekungan potensial mengandung migas, 40 cekungan terdapat di lepaspantai, 14 di pesisir, dan hanya enam yang di daratan. Dari seluruh cekungantersebut diperkirakan potensinya sebesar 11,3 miliar barel minyak bumi. Cadangangas bumi diperkirakan sebesar 101,7 triliun kaki kubik (Dahuri, 2009). Kawasanini juga kaya akan berbagai jenis bahan tambang dan mineral, seperti emas, perak,timah, bijih besi, dan mineral berat. Belum lama ini ditemukan jenis energi barupengganti BBM berupa gas hidrat dan gas biogenik di lepas pantai barat Sumateradan selatan Jawa Barat serta bagian utara Selat Makassar dengan potensi yangsangat besar (Richardson, 2008). Nilai potensi energi dan sumberdaya mineral diwilayah yurisdiksi perairan laut Indonesia diestimasi sebesar US$ 21 milyar pertahun (Ikatan Ahli Geologi Indonesia, 1999).
Hingga akhir tahun 1990-an, kebutuhan bahan energi primer dunia sebanyak 85%disuplai oleh bahan bakar fosil, yakni minyak bumi sebesar 40%, batubara 25%,dan gas bumi 20%. Adapun sisanya dipenuhi dari tenaga hidro dan lain-lain.Penyediaan BBM dalam negeri sebagian besar diperoleh dari kilang dalam negeri(sekitar 72%), sedangkan sisanya diperoleh dari pasar impor. Disamping impordalam bentuk BBM, Indonesia juga mengimpor minyak mentah untuk diolah dikilang-kilang dalam negeri. Saat ini impor minyak mentah mencapai sekitar 360ribu barrel per hari (hampir 50% dari produksi). Bila konsumsi bahan bakar minyak(BBM) Indonesia diperkirakan naik sekitar 56% setiap tahunnya, maka pada awal
57
abad baru nanti Indonesia diperkirakan akan menjadi negara importir neto BBM.
Keadaan ini mesti diantisipasi dengan melakukan diversifikasi energi gunamengurangi ketergantungan sumber energi pada BBM dengan memanfaatkansumber energi alternatif misalnya gas bumi, batu bara, panas bumi, dan air, sertasumber energi nir-konvensional dari lautan seperti OTEC, air pasang, gelombangarus, atau perbedaan salinitas perairan. Oleh karena itu perlu dipikirkan teknologipemanfaatan sumber energi alternatif lainnya terutama sumber energi dari laut.Kondisi kini sumber energi dari OTEC, gelombang, arus laut maupun angin belumdieksploitasi. Kekayan mineral di dasar dan tanah bawah laut yang terikat dalam“nodules” sangat besar potensinya untuk dimanfaatkan menjadi “high technologyindustries” seperti: bahan bakar peluncuran setelit ke angkasa luar dan kebutuhanindustri “mikro elektri”. Saat ini belum belum ada upaya pemerintah Indonesiauntuk eksplorasi dan eksploitasinya.
f) Bangunan Kelautan
Indonesia memiliki keunggulan dan keunikan yang tidak dimiliki oleh negara lain.Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia terletak di antara BenuaAsia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.Dengan hampir 90% perdagangan internasional mempergunakan laut untuk jalurlogistiknya, Indonesia berada di posisi strategis dalam sistem logistik dunia karena40% nya melalui perairan Indonesia. Selain itu, 2/3 minyak dunia berasal darilepas pantai dan setengahnya dikirimkan ke kilang-kilang minyak juga melaluilaut dengan menggunakan kapal tanker. Tambahan pula, Indonesia memilikiwilayah perairan laut yang sangat besar, yakni seluas 5,8 juta km2, yang terdiridari 2,7 juta km2 perairan teritorial dan 3,1 juta km2 perairan Zona Ekonomi EksklusifIndonesia (ZEEI). Berdasarkan data empiris tersebut, menunjukkan bahwa bilabidang kelautan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal lestari melaluikebijakan pembangunan yang tepat, maka bukan mustahil bidang ini akan menjadiprime mover perekonomian nasional dan sekaligus juga akan mengatasipermasalahan kemiskinan dan pengangguran nasional.
Namun demikian, kebijakan yang diterapkan dalam pembangunan bidang kelautansampai saat ini dirasakan belum berjalan optimal dan masih bersifat parsial sertatidak komprehensif. Hal ini dapat dilihat dengan ketimpangan hasil pembangunannasional, sebagai salah satu contohnya adalah kemajuan pembangunan saranadan prasarana (bangunan) di wilayah daratan jauh lebih baik dan lengkapdibandingkan dengan di wilayah pantai atau laut (bangunan kelautan), belum lagibila melihat perbedaan kemajuan wilayah antara Indonesia bagian barat dengan
58
Indonesia bagian timur, yang memang terpisah oleh lautan. Kemudian ditambahpula, bahwa pengembangan wilayah yang dititik beratkan pada keserasian dankeseimbangan antara pembangunan wilayah hulu dengan hilir; wilayah daratan(mainland) dengan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (perairan); serta antarakawasan lindung dengan kawasan budidaya, di Indonesia juga masih sangatkurang. Pola-pola pembangunan kawasan pesisir belum dilaksanakan secaraterintegrasi dengan pola pengembangan “integrated coastal management”.
Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasipembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotifpembangunan nasional dan daerah. Kondisi infrastruktur di Indonesia pada tahun2010 jika dikomparasikan dengan negara-negara di dunia, maka Indonesia beradapada peringkat ke 82 dari 139 negara. Hal ini menandakan bahwa infrastruktur diIndonesia masih sangat tertinggal. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasapelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital,sedangkan dalam dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayananinfrastruktur berpengaruh terhadap biaya produksi
Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dankesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatanproduktifitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatankemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutanfiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja.
Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, umumnya hanya berperan sebagai cabangatau ranting dari Singapura atau lainnya. Sistem pelabuhan Indonesia masih tidakefisien, tidak aman, dan tidak produktif. Daya saing sumber daya manusiapelayarannya pun relatif rendah, baik itu pelaut maupun di industri pelayaran.
Persoalan yang dihadapi sistem pelabuhan Indonesia, antara lain: kurang dariseparuh pelabuhan di Indonesia, yang sudah memperoleh sertifikat InternationalShip and Port Facilities Security (ISPS), port days kapal-kapal nasional masihterlalu tinggi, terdapat kegiatan yang tidak ada pelayanan tetapi dikenakan biaya,dan belum ada pemisahan yang jelas antara fungsi pemerintah (regulator) danfungsi pengusahaan (operator). Juga belum terjadi kompetisi antar terminal danantar pelabuhan, lemahnya pengawasan, penegakan hukum belum efektif, danbelum tersedia terminal khusus karena rendahnya arus barang.
Tambahan pula, 2 (dua) pelabuhan laut utama di Indonesia telah dioperasikanoleh swasta asing, yakni terminal peti kemas di Tanjung Priok oleh perusahaanHongkong dan pelabuhan peti kemas di Tanjung Perak, Surabaya, oleh perusahaan
59
Australia. Kehadiran asing di Tanjung Perak tak pernah menimbulkan kontroversi.Namun, tidak demikian halnya dengan keberadaan asing di Tanjung Priok. Sejakproses awal privatisasi hingga kini sering menimbulkan kontroversi.
Setelah lebih dari satu dasawarsa, ternyata privatisasi dan kehadiran asing takmemberikan banyak maslahat. Juga tak banyak mengubah peta dunia pelayarannasional. Arus keluar-masuk peti kemas masih saja lewat Singapura dan lebihdari 90% diangkut oleh kapal-kapal asing. Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia tetapsaja tidak efisien dengan tarif efektif jasa pelabuhan yang relatif sangat mahal.
Sementara itu, PT Pelindo praktis jalan di tempat sehingga kinerja pelabuhan-pelabuhan Indonesia kian tertinggal dari pelabuhan-pelabuhan negara tetangga.Tanpa pembenahan mendasar, pelayanan pelabuhan di Tanah Air akan semakinkewalahan melayani arus ekspor dan impor yang terus naik.
Dampak lain akibat tidak optimalnya pelayanan pelabuhan dan infrastrukturpendukungnya, sektor industri manufaktur dan sektor pertanian tentu akan sulitberkembang secara optimal dalam bertarung di kancah pasar global. Industrimanufaktur akan tersingkir dari pola jaringan produksi global yang mensyaratkankeandalan sistem logistik dan supply chain.
Pembenahan kepelabuhanan dan pelayaran harus dilakukan secara terintegrasi.Titik pijak dalam melakukan pembenahan ialah mewujudkan visi negara kelautanyang tangguh dan mengokohkan Indonesia sebagai negara kesatuan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Semua pemangku kepentingan yang terkait denganusaha kepelabuhanan dan pelayaran harus tunduk pada visi tersebut. Boleh sajamengedepankan dimensi bisnis, tetapi jangan sampai merapuhkan kedaulatannegara. Kemampuan armada pelayaran nasional harus terus dikedepankan danmenikmati porsi yang kian besar dalam lalu lintas barang, terutama dalam pelayarannusantara/nasional.
g) Jasa Kelautan
Jasa kelautan meliputi aktivitas pendidikan dan pelatihan, penelitian, arkeologilaut dan benda muatan kapal tenggelam, perdagangan, pengamanan laut sertajasa-jasa lingkungan meliputi keanekaragaman hayati, penyerapan karbon,pengolahan limbah secara alamiah, keindahan alam, dan udara bersih dapatmembangkitkan aktivitas sosial, ekonomi maupun budaya. Pengembangan aktivitastersebut tentu akan memberikan kontribusi pada produk domestik bruto maupunpenyerapan lapangan kerja.
Jasa lingkungan yang diperoleh dari pelestarian sumberdaya pesisir dan laut jugamemberikan dorongan terhadap berkembangnya jasa pendidikan dan penelitian
60
dibidang jasa lingkungan terkait dengan konservasi sumberdaya. Maraknya degradasisumberdaya pesisir dan laut yang terjadi membutuhkan penanganan yang lebih ekstraagar tidak terjadi degradasi yang semakin parah. Kemampuan sumberdaya pesisirdan laut, seperti hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang untuk memberikankehidupan dan penghidupan bagi masyarakat pesisir sangat signifikan dibutuhkan.Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya khusus agar daya dukung lingkungansumberdaya pesisir dan laut tersebut tetap terjaga, seperti melalui upaya perlindungan,pelestarian, reboisasi dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut.
Jasa kelautan lainnya, adalah benda muatan kapal tenggelam memiliki potensi yangbesar dana harus dikelola dengan baik sehingga tidak menghancurkan nilai sejarahdari benda-benda purbakala. Pendidikan dan riset kelautan diharapkan mendorongsektor-sektor ekonomi dapat dikembangkan oleh tenaga terampil dan terdidik sehinggadihasilkan terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan memberikan nilaitambah ekonomi bidang kelautan.
Kemudian, jasa lainnya adalah jasa lalu lintas perhubungan laut nasional. Namun saatini, jasa lalu lintas perhubungan laut nasional belum didukung dengan infrastruktursistem navigasi yang handal, seperti vessel traffic services (VTS). Salah satu akibat,ketiadaan sistem navigasi yang handal tersebut adalah terjadinya kecelakaan laut,yakni tabrakan antara kapal ferry nasional Bahuga Jaya dengan kapal MT NorgasCathinka berbendera Singapura di Selat Sunda pada tanggal 26 September 2012.
5) Lingkungan Laut (Marine Environment)
Kebijakan lingkungan laut Indonesia saat ini disusun berdasarkan arahan strategisdan komprehensif dari implementasi Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentangPenanggulangan Bencana, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang PenataanRuang, Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil,Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-UndangNo. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dan Undang-Undang No. 17 tahun 2009tentang Pelayaran, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup.
Berdasarkan undang-undang dimaksud, maka pengembangan lingkungan lautIndonesia diarahkan pada pembangunan kelautan berkelanjutan berdasarkan dayadukung lingkungan alami, berbasiskan pada keseimbangan ekosistem pantai dan lautdengan berorientasi pada pengembangan sumberdaya manusia, ekonomi, iptek, sosialbudaya, kelembagaan, politik, pertahanan keamanan, dalam rangka mencapaikemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
61
Secara alamiah, lingkungan pantai dan laut sebagai daerah rendahan di bumi sehinggamerupakan lokasi akhir dari aliran berbagai polutan dan sedimen asal darat. Kondisi inimenyebabkan lingkungan pantai dan laut sangat rentan terhadap kerusakan. Di sampingitu daya tarik lingkungan pantai dan laut, menyebabkan terjadinya urbanisasi ke arahpesisir dan eksploitasi yang menyebabkan degradasi lingkungan. Bahkan, kondisisebagian besar kota dan desa pesisir saat ini di Indonesia terkesan kumuh, kotor, danrawan bencana. Oleh sebab itu, penataan ruang lingkungan pesisir dan laut berdasarkanundang-undang di atas merupakan langkah penting dalam penyelamatan lingkunganlaut.
Perencanaan dan pemanfaatan tata ruang dalam rangka kelestarian lingkungan lautjuga harus memperhatikan dampak yang ditimbulkan akibat perubahan iklim sepertiterjadinya pemanasan global (global warming) saat ini. Bagi wilayah pesisir, pemanasanglobal dapat mengakibatkan kenaikan muka air laut, sehingga dapat mengakibatkanperubahan arus laut, terjadinya rob, kerusakan mangrove, serta secara tidak langsungberdampak pada kehidupan sosial-ekonomi masyarakat pesisir. Oleh karena itu,perencanaan tata ruang dan pembangunan wilayah harus memperhatikan keserasiandan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dengan kelestarian lingkungan,dengan menerapkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainabilitydevelopment).
Selain berdampak terhadap kenaikan permukaan air laut, pemanasan global jugameningkatkan curah hujan. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan terjadinyaerosi, dimana endapan erosi yang masuk ke laut akan menyelimuti berbagai organismelaut, termasuk tumbuhan karang. Penurunan tingkat salinitas air juga akan menimbulkanefek yang merugikan terhadap species-species laut yang tidak toleran.
Peningkatan permukaan air laut secara langsung akan mempengaruhi geomorfologipantai. Daerah banjir pada dataran rendah merupakan daerah-daerah yang pertamakali akan mengalami dampak peningkatan air laut ini. Terjadinya banjir tergantung padakemiringan dan konfigurasi garis pantai, dimana keduanya akan berubah bila permukaanair laut meningkat. Aspek lain yang penting adalah tinggi rendahnya pasang surut, dimana daerah-daerah yang mempunyai tingkat pasang surut kecil akan lebih terpengaruhdaripada daerah-daerah yang mempunyai tingkat pasang surut besar.
Keadaan seperti tersebut di atas ditambah dengan perubahan-perubahan yang terjadidalam pola arus, akan mengakibatkan tingkat pengendapan dan erosi pantai meningkatsedemikian rupa, sehingga merubah geomorfologi pantai. Kondisi ini diperburuk olehhilangnya ekosistem alam, yang pada akhirnya mengakibatkan hilangnya kemampuanuntuk melindungi garis pantai.
62
Perubahan pada suhu udara, curah hujan dan permukaan laut, secara langsung memilikidampak sosial-ekonomi pada wilayah pesisir Timur Sumatera, pesisir Utara Jawa danpesisir Barat Kalimantan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan serta sebagiandari Papua. Sebuah studi tentang skenario perubahan iklim yang dilakukan oleh CSIROAustralia (1992,1993) untuk kawasan regional, diperkirakan terjadi perubahan suhu,curah hujan dan permukaan laut pada tahun 2010, 2019 dan tahun 2070. Studi CSIROmenunjukan bahwa permukaan laut naik di kawasan Selatan dan Asia Tenggaratermasuk Indonesia menjadi 15 cm pada tahun 2010, 25 cm pada tahun 2019, dan 90cm tahun 2070 berdasarkan skenario kenaikan permukaaan laut dalam. Prediksi lain,dari naiknya permukaan air laut pada kawasan Selatan dan tenggara Asia disajikanoleh Panel Internasional untuk Perubahan Iklim (IPCC) yang memprediksi tingkatmaksimum mencapai 110 cm pada tahun 2070, dan oleh UNEP diperkirakan kenaikanpermukaan laut mencapai 1 meter pada tahun 2090 pada kawasan Asia tenggara.Bahkan dengan skenario yang konservatif terjadi kenaikan 45 cm atas permukaan airlaut di tahun 2070. Hasil ini hampir serupa dengan dua penelitian baik model CSIROmaupun IPCC. Jika perkiraaan ini tepat, banyak daerah yang berpopulasi padat dankota industri yang berada di tepi pesisir menghadapi permasalahan yang serius. Masalahini menjadi semakin buruk berdasarkan kenyataan bahwa daerah-daerah tersebutkondisinya merupakan daerah berpenduduk sangat padat, dibandingkan tempat lain diIndonesia.
Diperkirakan lebih dari 2 juta orang di Indonesia bertempat tinggal di ketinggian 2 meterdari permukaan laut dan di sepanjang pesisir. Dengan demikian diperkirakan terdapat3,3 juta orang yang mungkin perlu diungsikan segera karena banjir dan air pasangpada tahun 2070. Biaya rehabilitasi untuk masalah ini ditaksir mencapai US$ 8 juta(Indonesia Country Report from Climate Change in Asia).
Lebih jauh akibat naiknya 60 cm permukaan laut, diperkirakan 800 ribu ha sawahberirigrasi, dan 20% dari 5,5 juta ha gambut yang dipergunakan bagi budidaya padipasang surut serta 300 ribu ha tambak di sepanjang pesisir akan lenyap, yang secarakeseluruhan dapat mencapai 3,4 juta ha. Kerugian masyarakat ini diperkirakan mencapaiUS$ 11,3 juta setiap tahunnya.
Kemudian, fakta lain yang masih terjadi saat ini dan menyebabkan kerusakan lingkunganlaut adalah memanfaatkan sumberdaya kelautan dengan cara yang merusak, seperti:penangkapan ikan dengan menggunakan racun atau bom ikan. Kegiatan semacam initentunya memberikan dampak sangat negatif bagi terumbu karang. Penangkapan ikandengan racun sianida ke daerah terumbu karang, akan membunuh atau membius ikan-ikan. Sementara itu, karang yang terkena racun sianida berulang kali akan mengalamipemutihan dan kematian. Pengeboman ikan dengan dinamit atau bom rakitan lainnya,
63
dapat menghancurkan struktur terumbu karang, dan dapat membunuh ikan secaramasal, termasuk anak-anak ikan yang sebenarnya penting bagi regenerasi kehidupanikan dan spesies lainnya. Penangkapan ikan dengan menggunakan racun maupunbom tentunya dapat mengganggu kelestarian lingkungan, serta merugikan sektorekonomi dan pariwisata.
Selanjutnya, karena letak Indonesia di posisi silang dan strategis menjadi jalur pelayaranyang penting bagi kapal-kapal internasional, maka tak urung jika perairan Indonesiacukup padat bagi lalu lintas pelayaran kapal, termasuk kapal tanker yang mengangkutminyak. Kondisi yang paling sering terjadi saat ini adalah proses bongkar muat airballast (sistem kestabilan kapal menggunakan mekanisme bongkar-muat air) dalamkapal yang ternyata masih mengandung minyak, sehingga turut menyebabkan terjadinyapencemaran lingkungan laut.
3. Implikasi Pembangunan Bidang Kelautan terhadap Pertumbuhan Ekonomi danKetahanan Nasional
Secara umum, implikasi kebijakan bidang kelautan saat ini dalam mendorongpertumbuhan ekonomi bangsa dirasakan belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat darikeragaan beberapa aspek utamanya, yakni aspek manfaat ekonomi, penyerapan tenagakerja dan tingkat kesejahteraan masyarakat, serta kedaulatan negara di laut. Beberapaimplikasi masih lemahnya kebijakan bidang kelautan tersebut dapat dijelaskan sebagaiberikut.
a. Implikasi terhadap pertumbuhan ekonomi
Dewan Kelautan Indonesia (Dekin) mengestimasi (2007) nilai ekonomi potensi sumberkekayaan laut Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebesar 156.582.651.400 dollar ASper tahun. Jika dirupiahkan dengan kurs Rp 9.000 per 1 dollar AS, nilai ini setara denganRp 1.409 triliun. Potensi laut Indonesia tersebut, antara lain berasal dari sektor perikanansebesar 31.939.651.400 dollar AS, dari wilayah pesisir sebesar 56 miliar dollar AS, darisektor bioteknologi kelautan sebesar 40 miliar dollar AS, dari sektor pariwisata baharisebesar 2 miliar dollar AS, dari sektor minyak bumi lepas pantai sebesar 6,643 milyardollar AS, dan dari sektor transportasi laut sebesar 20 miliar dollar AS.
Jika dianalogikan secara sederhana, nilai ekonomi potensi kekayaan laut yang Rp1.409 triliun tersebut, nilainya setara dengan nilai APBN Indonesia saat ini (tahun 2012).Hal ini berarti, hanya dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi kekayaansumberdaya laut saja, Indonesia sebenarnya sudah sanggup menjalankan rodapemerintahan secara mandiri dan mensejahterakan rakyatnya.
64
Namun kenyataannya, kontribusi bidang kelautan terhadap PDB nasional ternyata masihrelatif rendah. Menurut catatan PKSPL (2004), pada tahun 2002 bidang kelautanmenyumbang kontribusi 22,63% dari pangsa PDB nasional, dimana sebagian besardisumbangkan oleh sub-sektor pertambangan minyak dan gas bumi di laut sebesar41,44 % dari total PDB Kelautan. Dan diperkirakan hingga saat ini kontribusi bidangkelautan tersebut belum mencapai 30% dari PDB nasional. Belum lagi bila melihatdata historis pertumbuhan PDB bidang kelautan dari tahun 1995 hingga tahun 2002,rata-rata pertumbuhannya sangat kecil, yakni sekitar 1,58%. Bila hal tersebut dihadapkandengan angka inflasi nasional rata-rata sekitar 8% saja per tahun, maka berarti bidangkelautan belum memberikan sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi pada saat itu.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa potensi kekayaan sumberdaya laut Indonesiayang sangat besar tersebut masih disia-siakan dan belum dioptimalkanpemanfaatannya. Berbeda dengan negara lain, seperti Jepang, Republik Rakyat China,Korea Selatan dan Norwegia, yang sudah memanfaatkan laut sedemikian rupa hinggamemberikan kontribusi di atas 30% terhadap PDB nasional mereka. Semestinya,kelautan Indonesia dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dari negara-negaratersebut, karena memiliki luas wilayah laut yang relatif lebih luas. Indonesia sebaiknyatidak terlena dan hanya bangga memiliki kekayaan laut yang melimpah, tetapiseharusnya cepat dikelola dan dimanfaatkan secara optimal demi mengakselerasikemakmuran bangsa.
Hal tersebut diatas dapat menyatakan bahwa kebijakan bidang kelautan nasional saatini belum mampu memberikan sumbangan yang signifikan bagi pertumbuhan ekonominasional. Padahal dengan pertumbuhan ekonomi yang mantap selain akanmeningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia juga akan memperkokoh ketahanannasional. Oleh karena itu, agar bidang kelautan dapat memberikan kontribusi yanglebih nyata bagi pertumbuhan ekonomi bangsa, perlu suatu kebijakan kelautan Indonesiayang komprehensif, sinergis, dan terintegrasi.
b. Implikasi terhadap penyerapan tenaga kerja
Penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh adanya kegiatan usaha dari hulu sampai kehilir. Di bidang kelautan, umumnya semua sektornya memiliki daya serap tenaga kerjayang relatif tinggi. Namun, kondisi saat ini menunjukkan bahwa untuk kegiatan usahabidang kelautan belum mampu menyerap tenaga kerja tinggi, meskipun sudah mulaimenunjukkan kecenderungan yang positif.
Sebagai gambaran angka ILOR (index of labor output ratio) untuk bidang perikananadalah sekitar 7,8, artinya tiap pertumbuhan investasi 1% baru berdampak kepada
65
penambahan tenaga kerja langsung sebesar 7,8%. Berdasarkan hal ini dan jugainformasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yang menyatakan bahwapertumbuhan investasi sektor perikanan di Indonesia hingga kini masih relatif rendah,maka dapat dinyatakan bahwa penyerapan tenaga kerja baru pada sektor perikananbelum optimal. Kondisi ini kini makin diperparah lagi dengan harga BBM yang cenderungmeningkat dan banyaknya industri pengolahan ikan di dalam negeri yang kekuranganbahan baku. Akibat sulitnya mendapatkan pasokan bahan baku ikan, industri pengolahanikan yang ada rata-rata hanya berproduksi sebesar 30% dari kapasitas terpasang. Bilahal ini terus dibiarkan terjadi, niscaya banyak industri di sektor perikanan dan turunannyayang mengurangi jumlah tenaga kerjanya. Kondisi ini lambat laun tentu akan memper-lemah kesatuan dan persatuan bangsa yang ada. Oleh karenanya, pemerintah harussegera membuat suatu terobosan kebijakan yang tepat, komprehensif, dan terintegrasi,utamanya untuk mendukung tumbuhnya industri-industri atau kegiatan-kegiatan usahabidang kelautan serta menjamin kelangsungan usahanya.
c. Implikasi terhadap ketahanan nasional
Kebijakan pembangunan bidang kelautan sampai saat ini diakui belum dapatmengentaskan kemiskinan secara signifikan. Sebagian besar masyarakat pesisir masihtergolong miskin dan mereka umumnya hanya dapat sekedar memenuhi kebutuhanpokok sehari-harinya saja. Indikator kemiskinan tersebut dapat dilihat dari pendapatanper kapita yang sebagian besar masih dibawah pendapatan per kapita rata-rata nasional,kondisi perumahannya pun masih relatif kumuh dan tingkat kemampuan inovasi danadopsi mereka terhadap teknologi maju juga relatif rendah.
Kondisi diatas, tentu lambat laun akan menimbulkan permasalahan yang kompleksdan akhirnya juga akan memperlemah ketahanan nasional. Diperkirakan kondisi initerjadi karena implikasi masih lemahnya kebijakan bidang kelautan yang ada sekarang,utamanya yang berpihak dan melindungi masyarakat pesisir dalam kegiatan usahadan kehidupannya.
d. Implikasi terhadap kelestarian lingkungan
Secara umum kondisi kondisi lingkungan pesisir dan laut Indonesia kini mengalamidegradasi karena polusi oleh limbah perkotaan, dan limbah industri, siltasi dansedimentasi yang diakibatkan pemanfaatan dan penataan ruang wilayah hulu yanglemah. Kondisi lingkungan laut semakin rusak disebabkan, antara lain oleh:
(1) Land based pollution, terutama akibat limbah rumah tangga yang berasal dari kota-kota besar dan pemukiman disepanjang daerah aliran sungai dan sepanjang pesisir.
66
(2) Sea based pollution, yang memberikan kontribusi pada pencemaran laut sebesar30%, terutama pencemaran akibat limbah industri, tumpahan dan ceceran minyak,dan limbah bahan berbahaya lainnya.
Selain itu, terjadi pula pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang tidak ramahlingkungan (misalnya: penambangan pasir, dan Iain-lain) dan penebangan hutan mangroveyang menyebabkan meningkatnya proses abrasi dan erosi pantai sehingga menimbulkankerugian yang besar. Tambahan pula, terjadi pemanfaatan sumberdaya perikanan secaraillegal (IUU Fishing) dan tidak ramah lingkungan yang juga menyebabkan kerusakansumberdaya ikan dan terumbu karang. Keberadaan masyarakat adat yang sangat bergantungpada sumberdaya alam dan memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alamjuga belum dipahami dengan baik. Kearifan lokal sangat diperlukan untuk menjaminketersediaan sumberdaya laut dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
4. Permasalahan yang dihadapi.
Secara garis besar permasalahan umum yang dihadapi dalam bidang kelautan adalahsebagai berikut:
a) SDM Kelautan yang berkarakter kuat dan profesional masih terbatas
Political will dari pemerintah untuk mengembangkan SDM kelautan memang sudahada. Hal ini dapat dilihat dalam UU No.17 Tahun 2007 tentang RPJPN dalam misi yangke 7. Namun, sebagai tindak lanjut dari realisasi misi ke 7 tersebut belum terlihat jelas.SDM kelautan saat ini juga masih terbatas, karena masih belum optimalnya institusipendidikan yang menyelenggarakan program profesional kelautan. Komitmenpemerintah untuk memajukan pembangunan kelautan tentunya perlu didukung denganSDM kelautan yang handal. Untuk meningkatkan SDM kelautan tersebut, salah satunyadengan memasukkan wawasan kelautan dalam kurikulum pendidikan nasional untukberbagai tingkatan dari SD hingga perguruan tinggi.
b) Tata Kelola Pemerintahan yang masih fragmented dan parsial
Bidang kelautan yang mencakup banyak sektor memerlukan pengelolaan yang terpadu.Apalagi, untuk wilayah laut Indonesia yang luas dengan potensi yang begitu besar.Keterpaduan pengelolaan ini dimaksudkan agar tidak ada tumpang tindih (overlapping)kewenangan antar pemangku kepentingan. Jika kita lihat saat ini, tata kelolapemerintahan di laut di Indonesia masih terkesan fragmented dan parsial Pelayanan dilaut tidak terkoordinasi, dimana masing-masing lembaga menangani fungsinya secaraterpisah, sehingga seringkali suatu kasus bergerak dari satu fungsi ke fungsi yang lain.Ditambah lagi dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka seolah-olah pemerintahdaerah diberi kewenangan seluas-luasnya tanpa adanya control dari pusat.
67
c) Sarana dan sistem prosedur pertahanan dan keamanan yang terbatas dan fragmented
Letak Indonesia yang strategis di posisi silang jalur perdagangan dunia menyimpanpotensi kejahatan dan tindakan kriminal lain. Pencurian kekayaan laut Indonesia,perampokan, penyelundupan senjata dan barang-barang illegal merupakan contohkejahatan yang sering terjadi. Tetapi permasalahan yang lebih membahayakan lagiadalah klaim atas suatu wilayah oleh negara tetangga akibat masih belum selesainyasengketa batas wilayah di beberapa wilayah perbatasan. Alutsista yang masih terbatas,sehingga sulit untuk melaksanakan pengawasan yang optimal terhadap seluruh wilayahyurisdiksi perairan laut Indonesia. Ditambah lagi, sistem prosedur pertahanan dankeamanan yang masih minim dan fragmented, dimana hanya tergantung pada TNI,yang merupakan suatu kelemahan dalam melindungi kedaulatan wilayah NKRI. Tugasuntuk menjaga kedaulatan wilayah NKRI seharusnya merupakan kewajiban setiap warganegara dan juga pemerintah.
d) Kegiatan usaha bidang kelautan yang masih terbatas dan fragmented
Berbagai kegiatan usaha di bidang kelautan seperti apa yang dijelaskan diatas, masihbanyak menghadapi permasalahan dan kendala. Permasalahan tidak hanyamenyangkut dampak dari kegiatan itu terhadap lingkungan laut, yang pada umumnyamenimbulkan pencemaran, tetapi juga menyangkut lingkup kegiatan yang masihterbatas dan pengelolaan yang fragmented. Lingkup kegiatan yang terbatas itulah yangkemudian membuka celah bagi pihak asing untuk menguasai kegiatan-kegiatantersebut. Sementara itu, egosektoral dari masing-masing instansi yang berwenang,menyebabkan ketidakterpaduan dalam pengelolaan. Hal ini yang kemudian menjadikelemahan bagi pembangunan kelautan Indonesia.
e) Entrepreneurship bidang kelautan yang langka
Saat ini SDM kelautan Indonesia yang berkecimpung dan mampu mengelola usahabidang kelautan dengan baik, masih sangat minim. Sementara itu, wujud nyata komitmendari pemerintah untuk memajukan pembangunan kelautan juga belum maksimal.Padahal, wilayah laut Indonesia yang luas memerlukan pengelolaan yang terpadu.Selain itu, perlu adanya entrepreneurship sehingga potensi laut Indonesia dapat dikelolasecara optimal. Saat ini, penyelenggaraan entrepreneurship dari pemerintah masihsangat jarang.
f) Penataan ruang wilayah pesisir dan laut yang belum berjalan baik
Penataan ruang dalam perencanaan wilayah pesisir dan laut di Indonesia saat ini belumberjalan baik. Hal ini, ditunjukkan dengan gambaran sebagian besar pertumbuhan kotadan desa di wilayah pesisir Indonesia terkesan kumuh, kotor, dan rentan terhadapbencana. Permasalahan lainnya yang juga terjadi terkait dengan penataan ruang ini
68
adalah adanya potensi konflik kepentingan, tumpang tindih (overlaping), dankekosongan (gap) yang tidak hanya terjadi antar sektor (pemerintahan, masyarakatsetempat, maupun swasta), namun juga antar penggunaan. Di pihak Pemerintah sendiriterdapat konflik kewenangan (jurisdictional conflict) dalam pengelolaan pemanfaatanwilayah laut dan pesisir berupa konflik antar wilayah, sebagai contoh adalah dalampengelolaan tata ruang laut, dimana sering terjadi konflik kewenangan antaraKementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, dan Kementerian Kelautandan Perikanan. Selain itu, konflik kepentingan juga terjadi dengan pemerintah daerahseiring dengan pemberlakuan otonomi daerah.
Saat ini sasaran pembangunan masih lebih terfokus pada aspek-aspek ekonomi danpolitik serta lebih memperhatikan produksi komoditas dan skala wilayah pemerintahan, tanpamemperhatikan aspek-aspek lingkungan dan karakteristik ruang hidup tersebut. Oleh karenaitu, kedepan, sebaiknya dalam menyusun penataan ruang wilayah pesisir dan laut perluadanya pendekatan ecoregion. Penetapan wilayah ecoregion dilaksanakan denganmempertimbangkan kesamaan: karakteristik bentang alam, daerah aliran sungai, iklim, floradan fauna, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan masyarakat, dan hasil inventarisasilingkungan hidup. Dengan penyusunan tata ruang pesisir dan laut yang tepat, selain akanmenjaga kelestarian lingkungan, juga akan mencegah timbulnya konflik kepentingan antarsektor atau kegiatan. Selain itu, pertumbuhan aktivitas usaha di bidang kelautan juga akanberkembang dengan optimal dan berkelanjutan.
69
1. Umum
Perkembangan lingkungan strategis, baik global, regional maupun nasional, sangatmempengaruhi perkembangan dan kemajuan kelautan nasional. Perkembangan global atauinternasional dapat mempengaruhi banyak hal, seperti: aturan main atau persyaratan dalamperdagangan dunia, tatacara pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan, danperkembangan ilmu dan teknologi dunia. Hal yang sama juga terjadi pada kondisi lingkunganregional, seperti di lingkungan negara-negara Asia Tenggara atau ASEAN dan lingkungannegara-negara Asia Pasifik atau APEC. Lingkungan nasional pun sangat pasti mempengaruhiperkembangan dan kemajuan bidang kelautan di Indonesia, yang tentunya tidak terlepasdari perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya dan Hankam dalam negeri. Perkembanganlingkungan strategis yang semakin dinamis tersebut merupakan perkembangan pentingyang harus sejak dini diantisipasi dalam Kebijakan Kelautan Indonesia.
2. Perkembangan Global
Liberalisasi perdagangan merupakan ciri utama dari era globalisasi. Globalisasiperekonomian dunia yang semakin kompleks dan kompetitif tersebut menuntut tingkatefisiensi yang tinggi. Dampak dari kondisi tersebut adalah persaingan yang ketat dalamkualitas produk dan jasa. WTO (World Trade Organization) merupakan suatu wadah dalamsistem perdagangan di dunia. Kini anggotanya mencapai lebih 90% dari total seluruh negaradi dunia. Ketentuan WTO dilandasi oleh prinsip perdagangan bebas dalam bentuk persainganbebas dan kawasan perdagangan bebas. Umumnya negara-negara maju yang menjadianggota WTO menginginkan dengan segera adanya pasar yang terbuka di seluruh duniadan memberikan peluang persaingan yang sama bagi seluruh negara anggota. Namun haltersebut bagi Indonesia tentu akan menjadi suatu ancaman, karena kapasitas ataukemampuan Indonesia untuk bersaing masih terbatas dan juga belum mampu secara optimalmemanfaatkan hak dan kewajibannya sesuai ketentuan WTO.
Keikutsertaan Indonesia sebagai anggota WTO sangat penting, karena akan melindungidari persaingan yang tidak sehat dan juga mengamankan kepentingan perdaganganIndonesia di dunia internasional. Indonesia masuk WTO tahun 1995, kemudian membentukkomite anti dumping-nya tahun 1997. Hingga kini, sudah ada 30 kasus dumping yangditangani oleh komite ini dalam rangka menyelamatkan produk Indonesia.
Bab 4 PERKEMBANGAN LINGKUNGANSTRATEGIS
70
Akibat perkembangan global, perekonomian nasional, termasuk bidang kelautan,dihadapkan kepada dua masalah utama, yaitu hambatan tarif dan hambatan non-tarif.Padahal, seharusnya dengan globalisasi perekonomian dunia, masalah hambatan tarif dannon--tarif tersebut dapat diminimalkan. Namun, disinilah letak permasalahan yang dihadapibanyak negara berkembang, termasuk Indonesia, yakni munculnya hambatan tarif dan non-tarif yang diberlakukan oleh negara-negara maju yang terkadang sering merupakan bagiandari upaya mereka dalam melindungi industri dan kepentingan ekonomi domestiknya.
a. Hambatan Tarif
Hambatan tarif yang kini diberlakukan negara maju sangat bervariasi. Disamping itu,tingkat tarif bea masuk yang diberlakukan juga biasanya sangat tergantung dari jeniskomoditi hasil laut dan bentuk olahannya. Secara umum, tingkat tarif yang diberlakukanoleh Uni Eropa adalah yang paling tinggi dibandingkan dengan negara-negara majulainnya seperti: Jepang dan Amerika Serikat. Walaupun beberapa negara Uni Eropaada yang memberikan fasilitas GSP (Generalized System of Preference) terhadapbeberapa komoditi hasil laut yang diimpor dari negara berkembang termasuk Indonesia,namun fasilitas GSP tersebut saat ini sudah mulai secara bertahap dikurangi. Sebagaigambaran, tarif impor udang segar beku dari Indonesia dinaikkan menjadi sekitar 8 %,sedangkan untuk udang rebus beku naik menjadi 16 %.
Secara umum terlihat, Uni Eropa cenderung memberlakukan tarif bea masuk yangpaling tinggi, diikuti oleh Jepang dan Amerika Serikat. Tarif bea masuk biasanya akansemakin tinggi bagi “value added product”. Disamping tingkat tarif yang tinggi, UniEropa juga memberlakukan tarif secara diskriminatif, dimana negara-negara bekasjajahan Uni Eropa yang tergabung dalam kelompok ACP (Africa, Carribea and Pacificcountries) mendapatkan keringanan atau dibebaskan dari kewajiban membayar tarifbea masuk dengan alasan untuk membantu perekonomian bagi “least developedcountries”.
Dengan tingginya tarif bea masuk impor produk perikanan ke Uni Eropa, jugamelemahkan daya saing komoditi hasil laut Indonesia, khususnya ikan tuna kalengan.Hal ini disebabkan karena tarif bea masuk ikan tuna yang diberlakukan adalah sebesar24 %. Padahal komoditi serupa dari negara anggota ACP, tidak ada tarif atau bea masuk0 %. Oleh karena itu, dalam beberapa tahun terakhir ini telah terjadi pergeseran dominasiekspor ikan tuna kalengan dari negara-negara ASEAN ke negara-negara anggota ACPutamanya dari Benua Afrika.
Tambahan lagi, posisi tawar Indonesia yang cenderung lebih lemah dibandingkannegara-negara ASEAN lainnya utamanya Thailand dan Vietnam. Seperti diketahui,walaupun mulai awal tahun 2000 Thailand sudah tidak mendapatkan fasilitas GSP dari
71
Uni Eropa, namun daya saingnya di pasar Uni Eropa sangat kuat. Bahkan saat iniThailand adalah merupakan eksportir produk perikanan terbesar ke Uni Eropa dandunia.
b. Hambatan Non Tarif
Seperti pada hambatan tarif, jenis dan tingkat hambatan non tarif yang diberlakukannegara-negara di dunia juga sangat variatif, tergantung pada jenis produk dan negarapengimpor. Negara-negara berkembang umum-nya semakin khawatir terhadapmeningkatnya hambatan non tarif ini dalam perdagangan global, walaupun “Agreementon Non-Tariff Barriers” secara tegas menyatakan bahwa “setiap anggota WTO yangmenggunakan hambatan non tarif harus benar-benar mengikuti kaidah-kaidah perjanjianyang telah disepakati, antara lain harus transparan, terukur, dan secara proseduralmudah diikuti oleh para eksportir. Uni Eropa adalah pihak yang paling banyakmenerapkan hambatan non tarif dibandingkan negara maju lainnya, seperti AmerikaSerikat dan Jepang. Sebagai gambaran, hambatan non tarif yang sering diberlakukanoleh negara-negara maju terhadap salah satu sumberdaya laut utama, yakni komoditiperikanan adalah sebagai berikut:
(1) Harmonisasi: yaitu hanya “approved packers” dari negara-negara yang telahmasuk dalam kategori “harmonized countries” yang diizinkan untuk mengeksporkomoditi perikanan ke negara terkait.
(2) Health Certificate: setiap ekspor produk perikanan diwajibkan untuk dilengkapidengan sertifikat mutu (quality certificate) dan sertifikat kesehatan (healthcertificate). Namun untuk ekspor ke Uni Eropa, maka bahasa yang dipergunakandalam sertifikat harus sesuai dengan bahasa nasional di pelabuhan masuk danditandatangani oleh inspektur yang telah terakreditasi.
(3) Standar Sanitasi: masalah utama yang dikeluhkan para eksportir adalahpemberlakuan standar sanitasi yang tidak transparan atau diskriminatif (meng-gunakan standar ganda). Misalnya: dalam peraturan Uni Eropa -tidak ada peraturanyang menyebutkan bahwa udang beku (kecuali udang rebus beku) harus bebasdari bakteri Salmonella. Namun dalam peraturan nasional yang diterapkan masing-masing negara anggota Uni Eropa dengan tegas mempersyaratkan bahwa semuaekspor udang beku harus bebas dari bakteri patogen. Uni Eropa juga memper-syaratkan bahwa semua kerang-kerangan yang diekspor ke negara-negaraanggota Uni Eropa harus bebas dari E. coli dan bakteri patogen. Sementara kerang-kerangan sejenis yang diproduksi/dipanen dari wilayah Uni Eropa, walaupuntercemar E. coli, masih boleh dijual di pasaran asalkan diberi label “B-area product”.
72
(4) Standar Mutu: walaupun standar mutu yang dipakai oleh negara-negara pengimporrelatif lebih lunak dibanding dengan standar sanitasi, namun pengujian mutu secaraorganoleptik masih merupakan cara konvensional yang lazim dipakai untukmenentukan kualitas dan penerimaan suatu produk di pelabuhan masuk. Padahaluji ini tidak mempunyai nilai ukuran mutlak, bahkan kadangkala unsur subyektivitasdapat mempengaruhi hasil penilaiannya. Oleh karena itu, ekspor produk perikanannegara berkembang seringkali ditolak karena tidak lolos uji organoleptik.
(5) Isu Lingkungan: masalah “dolphin issue”, yang digunakan Amerika Serikat untukmemblokir impor ikan tuna serta embargo terhadap udang ekspor dalam kaitannyadengan isu penggunaan TED/BED (turtle excluder device l by-catch excluderdevice) beberapa tahun terakhir ini, secara jelas menunjukkan adanya penggunaanisu lingkungan sebagai hambatan teknis terhadap ekspor komoditi perikanan darinegara berkembang. Demikian pula embargo Uni Eropa terhadap ikan tuna yangdiimpor dari Belize dan Equatorial Guinea adalah merupakan indikasi bahwa hanyaikan-ikan yang ditangkap dari sumber daya yang lestari yang boleh diperdagangkandi pasar internasional.
(6) Rapid Alert System: untuk mengawasi standar sanitasi dan mutu produk perikananimpor, Uni Eropa menerapkan Rapid Alert System (RAS), sedang Amerika Serikatdan Australia masing-masing menggunakan “automatic detention” dan “holdingorder”. Penerapan RAS, automatic detention maupun holding order ini cenderungmengganggu kelancaran ekspor produk perikanan dari Indonesia.
Disamping hal diatas, terdapat juga beberapa perjanjian internasional yang berpengaruhlangsung dan mengatur mekanisme perdagangan komoditi hasil laut di pasar internasional.Secara garis besar beberapa perjanjian internasional tersebut dapat dikelompokkan kedalam3 kategori, yakni:
(1) Perjanjian internasional yang terkait dengan kelestarian sumberdaya perikanan,seperti Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yang dikeluarkan FAO(1995), International Convention for the Conservation of Atlantic Tuna (ICCAT) danAgreement on Straddling Stocks and Highly Migratory Fish Species. Dengan adanyaperjanjian tersebut, maka ikan-ikan komersial penting yang dijual di pasar internasionalharus ditangkap dari sumber daya ikan yang lestari. Selain itu, Committee on FisheriesFAO telah menyepakati tentang International Plan of Action (IPOA) on Illegal, Unreportedand Unregulated (IUU) Fishing yang mengatur mengenai (1) praktek ilegal sepertipencurian ikan, (2) praktek perikanan yang tidak dilaporkan atau laporannya salah,atau laporannya di bawah standar, dan (3) praktek perikanan yang tidak diatur sehinggamengancam kelestarian stok ikan global.
73
(2) Perjanjian internasional yang terkait dengan perlindungan satwa yang terancampunah, seperti CITES (Convention on Intemational Trade of Endangered Species).Melalui perjanjian ini, maka beberapa jenis fauna, termasuk komoditi fauna laut dibatasipemasarannya karena populasinya dikhawatirkan akan punah. Jenis-jenis satwa yangekspornya dibatasi atau dilarang oleh CITES antara lain: penyu, corral, kerang Tridacnid,dan ikan cucut.
(3) Perjanjian internasional yang terkait dengan perdagangan, seperti Perjanjian GATT/WTO, termasuk di dalamnya Perjanjian SPS (Sanitary and Phytosanitary Measures)dan Agreement on Technical Barriers to Trade. Perjanjian GATT/WTO mempunyaiimplikasi yang sangat besar terhadap perdagangan global komoditi perikanan, karenasektor perikanan belum secara resmi dimasukkan dalam perjanjian WTO, sehinggagraduasi tingkat tarif komoditi perikanan nampaknya masih mengalami kesulitan.
Selain itu, terdapat pula beberapa standar internasional yang harus dipatuhi, misalnyamengenai pembinaan sumberdaya manusia kelautan yang harus sesuai ketentuan IMO(International Maritime Organization), yakni para pelaut niaga dituntut untuk memenuhipersyaratan Standard Training Certification and Watchkeeping for Seaferer (STCW) 1995,sedangkan untuk pelaut kapal perikanan dituntut untuk memenuhi persyaratan StandardTraining Certification and Watchkeeping for Fishing Vessel Personnels (STCW-F) 1995.
Wilayah perairan Indonesia juga berfungsi sebagai life line pelayaran baik nasionalmaupun internasional, yang tunduk pada berbagai pengaturan internasional khususnya yangberkaitan dengan teknis pelayaran dan perlindungan lingkungan yang menjadi mandat dariInternational Maritime Organization (IMO), antara lain Convention for the Prevention ofPollution from Ships (MARPOL) 1973 beserta Protokolnya, Convention for the Safety of Lifeat Sea (SOLAS) 1974 beserta Amandemennya, Convention for the Suppression of UnlawfulActs Against the Safety of Maritime Navigation (SUA) 1973 dan International Convention onMaritime Search and Rescue (SAR Convention) 1998.
Kemudian, isu internasional lain yang tidak kalah pentingnya adalah masalah CleanDevelopment Mechanism atau lebih dikenal dengan CDM, adalah salah satu mekanismepada Kyoto Protokol yang mengatur negara maju yang tergabung dalamAnnex I dalamupayanya menurunkan emisi gas rumah kaca. Mekanisme CDM ataudiistilahkan sebagaiMekanisme Pembangunan Bersih ini merupakan satu-satunya mekanisme yang terdapatpada Protokol Kyoto yang mengikutsertakan Negara berkembang dalam upaya membantunegara maju dalam menurunkan emisinya. Selain membantu negara maju, diharapkan pulamelalui mekanisme CDM ini akan memungkinkan adanya bantuan keuangan, transferteknologi, dan pembangunan berkelanjutan dari negara maju ke negara berkembang.
Kesepakatan internasional ini memberikan kesempatan bagi Indonesia. Di sektor energi
74
Indonesia memiliki kesempatan untuk mengembangkan energi hijau yang mencakuppemanfaatan energi terbarukan, teknologi yang efisien dan teknologi energi bersih. Terkaitdengan keberadaan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan luas laut lebih dari 3,1juta km2 atau sekitar 63% dari total wilayah, Indonesia memiliki kesempatan untukmemasukan laut dalam perdagangan emisi disamping hutan, pada perundingan internasionaltentang kebijakan iklim global. Luas laut dan sebaran terumbu karang di Indonesia memilikipotensi dalam menyerap dan menyimpan gas karbon dioksida (CO2).
Dan perkembangan lingkungan global yang terkini (2012) adalah Konferensi PBBtentang Pembangunan Berkelanjutan yang dikenal juga sebagai Pertemuan Rio 2012 atauRio+20 sebagai bentuk dari tindak lanjut atas Konferensi PBB tentang Lingkungan danPembangunan atau KTT Bumi yang pernah diselenggarakan di kota yang sama pada tahun1992. Konferensi ini secara khusus diadakan oleh Departemen Urusan Ekonomi dan SosialPBB bersama tuan rumah Brasil di Rio de Janeiro pada tanggal 20-22 Juni 2012
Konferensi ini memiliki tiga tujuan, yaitu (1) memperbaharui komitmen politik ataspembangunan berkelanjutan, (2) mengidentifikasi kesenjangan antara progres kemajuandan implementasi dalam mencapai komitmen-komitmen lama yang telah disetujui, serta (3)mengatasi berbagai tantangan baru yang terus berkembang. Tema yang diusung dalamkonferensi ini adalah: (1) Ekonomi Hijau dalam Konteks Pembangunan Berkelanjutan danPemberantasan Kemiskinan atau Green Economy in the Context of Sustainable Developmentand Poverty Eradication, dan (2) Kerangka Kerja Kelembagaan untuk PembangunanBerkelanjutan atau Institutional Framework for Sustainable Development.
Kesepakatan dari konferensi ini adalah bahwa negara-negara didunia didorong untukmelaksanakan kegiatan ekonomi yang ramah lingkungan dengan program pembangunanyang berkelanjutan dan sekaligus untuk menanggulangi masalah kemiskinan. Dari 283 poinkesepakatan, terdapat 19 poin yang terkait langsung dengan bidang kelautan. Penekanannyaterutama pada perlunya konservasi dan pemanfaatan sumberdaya laut secara berkelanjutanuntuk menanggulangi kemiskinan, ketahanan pangan, dan mata pencaharian, sertameningkatkan pertumbuhan ekonomi.
3. Perkembangan Regional
Pada tingkat regional, Indonesia juga dihadapkan pada tantangan tersendiri, sepertiAFTA (pasar bebas ASEAN) yang sudah berlaku sejak tahun 2003, dan APEC (pasar bebasAsia Pasifik) yang akan berlaku tahun 2010 bagi negara maju dan tahun 2020 bagi negaraberkembang. Sebagai gambaran, kini sudah mulai terjadi persaingan yang ketat diantaranegara-negara ASEAN maupun Asia untuk menembus pasar produk sumberdaya laut,utamanya komoditi perikanan di berbagai negara di dunia. Berbagai upaya telah dilakukan
75
oleh beberapa negara Asia untuk mempertahankan segmen pasarnya, seperti dumpingyang dilakukan oleh Negara Cina dan Vietnam untuk produk udangnya serta lobby bilateralyang dilakukan oleh Thailand untuk mendapatkan keringanan tarif bea masuk di Jepangdan Amerika. Melihat hal diatas, maka Indonesia pun harus segera mengantisipasi persaingantersebut dengan negara lain melalui peningkatan kemampuan daya saing dan kerjasamayang saling menguntungkan.
Selain itu, bidang kelautan nasional ditingkat regional juga dihadapkan kepada kaidah-kaidah yang telah ditetapkan melalui organisasi/komisi-komisi regional. Sebagai contoh,pada sektor perikanan adalah IOTC (Indian Ocean Tuna Comission) dan CCSBT (Conventionfor Conservation of Southern Bluefin Tuna) yang mengatur penangkapan tuna di perairanSamudera Hindia dan merupakan organisasi-organisasi yang dibentuk di dalammelaksanakan amanat Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) di wilayahgeografis tertentu maupun jenis ikan tertentu. Indonesia sudah menjadi anggota IOTCmaupun CCSBT, karena wilayah perairan internasional yang dikelola oleh dua komisi regionalini, berbatasan langsung dengan wilayah perairan laut Indonesia. Konsekuensi logis darikeikutsertaan dalam keanggotaan komisi-komisi regional tersebut adalah terkait denganpartisipasi dalam pengelolaan sumber daya dan kuota penangkapan ikan di wilayah perairantersebut. Hal tersebut berimplikasi bahwa Indonesia sudah semestinya wajib turut sertamengelola dan menjaga sumber daya ikan tuna di perairan tersebut dan juga menjagatingkat produksinya, yakni harus sesuai dengan nilai kuota yang telah ditentukan bersama.
Kemudian, terdapat pula beberapa bentuk kerjasama regional lainnya yang jugamenentukan dalam pengembangan bidang kelautan diantaranya, adalah:
a. Pengembangan Kerjasama Laut Tertutup dan Separuh Tertutup yang melingkupiIndonesia :
1). Pengembangan kerjasama Laut Cina Selatan
2). Pengembangan Kerjasama Laut Sulawesi
3). Pengembangan kerjasama Laut Arafura
4). Pengembangan kerjasama Laut Timor
5). Pengembangan kerjasama Selat Malaka
b. Pengembangan Kerjasama Samudera Hindia
1). IOR-ARC (Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation)
2). IOMAC (Indian Ocean marine Affair Cooperation)
3). Conference (US PACOM MILOPS)
76
c. Pengembangan Kerjasama Samudera Pasifik
1). MHLC (Multilateral Highlevel Conference) / Ratifikasi UNIA-United NationsImplementing Agreement (Hight Seas Fisheries)
2). US-Pacific Command on Military and law Operations
3). ARF (ASEAN Regional Forum)
4). CSCAP (Council for Security Cooperation in the Asia Pacific), khususnya tentangkerjasama bidang maritim
d. Pengembangan Kerjasama Tripartite Indonesia-Malaysia-Singapura, untuk memajukankeselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan laut, baik secara langsung maupunmelalui International Maritime Organization (IMO).
4. Perkembangan Nasional
Undang-Undang Dasar (UUD) RI Tahun 1945 pasal 25A perubahan menyatakan bahwaNegara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan, dan selanjutnya pasal 33pada hakekatnya telah mengamanatkan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumber dayakelautan di wilayah Indonesia dikuasai negara dan ditujukan kepada terwujudnya manfaatyang sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat dan kemakmuran bangsa Indonesia.Oleh karena itu, pemerintah wajib melakukan pengembangan dan pembangunan kelautannasional guna memberikan manfaat ekonomi, sosial dan budaya dalam usaha untuk meng-antarkan bangsa menuju masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, makmur, berkeadilandan berkelanjutan.
Kemudian, terdapat pula beberapa Undag-Undang (UU), seperti tertera pada Tabel4.1, yang berdampak kepada perubahan mendasar dalam pengelolaan dan pembangunankelautan nasional, baik dilihat dari prinsip-prinsip pemanfaatan, kelestarian lingkunganmaupun pembagian kewenangan Pusat dan Daerah. Implementasi UU tersebut selanjutnyadijabarkan dalam berbagai perangkat pengatur, seperti Peraturan Pemerintah, PeraturanPresiden dan Peraturan Menteri. Namun demikian, pelaksanaan pembangunan kelautannasional ke depan masih memerlukan upaya keras dalam mewujudkan visi dan misinya.
77
Tahun Undang-UndangUmum
Undang-Undangyang mengatur Kelautan Konvensi lainnya
Tabel 4.1.Undang-Undang dan Konvensi yang terkait dengan Bidang Kelautan Nasional.
1939 TZMKO
1945 UUD 45
1957 Deklarasi Juanda
1958 Konferensi ITahun 1958
1960 PERPU. No. 4 tahun 1960 Konferensi IIPERAIRAN INDONESIA Tahun 1960
1973 UU No. 1 Tahun 1973 Sidang 1 Konferensi IIILANDAS KONTINEN
1982 Sidang 12 KonferensiIII UNCLOS 82
1983 UU No. 5 Tahun 1983 ZEEI
1984 UU No. 5 Tahun 1984PERINDUSTRIAN INDUSTRI KELAUTAN
1985 UU No. 17 Tahun 1985Pengesahan UNCLOS 1982
1990 UU No. 5 Tahun 1990KONSERVASI KONSERVASI LAUT
1992 UU No. 24 Tahun 1992TATA RUANG TATA RUANG KELAUTAN
1996 UU No. 6 Tahun 1996PERAIRAN INDONESIA
2000 UU No. 24 Tahun 2000PERJANJIANINTERNASIONAL WILAYAH PERBATASAN DI LAUT
2002 UU No. 18 Tahun 2002 LITBANG TEKNOLOGI DANSISNASLITBANG BIOTEKNOLOGI KELAUTAN
UU No. 3 Tahun 2002 PENEGAKAN KEDAULATANPERTAHANAN DAN HUKUM DI LAUTNEGARAUU No.2 Tahun 2002POLRI
2004 UU No. 31 Tahun 2004 jo UUNo.45 Tahun 2009 PERIKANAN
78
Dalam pelaksanaan pembangunan bidang kelautan yang terkait dengan penyelenggaraanotonomi daerah, terjadi dinamika yang positif dimana sebagian Provinsi dan Kabupatenyang berbatasan dengan laut mulai menjadikan bidang kelautan sebagai salah satu sumberpenggerak ekonomi yang penting. Perkembangan yang demikian tentu akan semakin mem-percepat pembangunan kelautan nasional ke depan, karena semakin mendapat dukunganpolitik yang kuat hingga ke tingkat daerah. Implementasi otonomi daerah juga membawasejumlah konsekuensi terhadap aktivitas pemanfaatan sumberdaya laut. Pertama, sudahseharusnya daerah mengetahui potensi sumberdaya serta batas-batas wilayahnya sebagaidasar untuk meregulasi pengelolaan sumberdayanya, seperti penentuan jenis dan tipe
Tahun Undang-UndangUmum
Undang-Undangyang mengatur Kelautan Konvensi lainnya
UU No. 32 Tahun 2005 WEWENANG PENGELOLAANPEMERINTAHAN WILAYAH ADMINISTRATIFDAERAH DI LAUT
UU No. 34 Tahun 2004 PENEGAKAN KEDAULATANTENTARA NASIONAL DI LAUTINDONESIA
2006 UU No. 17 Tahun 2006 PEMBIAYAAN PEMBANGUNANKEPABEANAN DAN USAHA DI BIDANG KELAUTAN
2007 UU No. 17 Tahun 2007 RENCANA PEMBANGUNANRPJP NASIONAL BIDANG KELAUTAN INDONESIA
UU No. 27 Tahun 2007PENGELOLAAN WILAYAHPESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
UU No. 30 Tahun 2007 PERTAMBANGAN MINYAKENERGI DAN GAS DI LAUT
2008 UU No. 17 Tahun 2008PELAYARAN
2009 UU No. 4 Tahun 2009 PERTAMBANGAN MINERALPERTAMBANGAN DAN GOLONGAN C DI LAUTMINERAL & BATUBARA
UU No. 10 Tahun 2009KEPARIWISATAAN WISATA BAHARI
UU No. 32 Tahun 2009 PENGELOLAAN LINGKUNGANPERLINDUNGAN DAN HIDUP DI LAUTPENGELOLAANLINGKUNGAN HIDUP
2010 UU No. 11 Tahun 2010 CAGAR BUDAYA BAWAHCAGAR BUDAYA AIR LAUT
79
kegiatan bidang kelautan yang sesuai di daerahnya. Kedua, daerah dituntut bertanggungjawab atas kelestarian sumberdaya laut di wilayahnya. Ketiga, semakin terbuka peluang bagimasyarakat lokal untuk terlibat dalam proses pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya laut.
Perkembangan ekonomi nasional, kini menunjukkan kinerja yang semakin membaik,terbukti dengan relatif stabilnya nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi makro yangsecara perlahan semakin mantap serta tingkat inflasi per tahun yang terkendali. Kondisiekonomi makro yang mengarah kepada stabilitas dan pertumbuhan tersebut, juga didukungoleh pembenahan di berbagai bidang, antara lain perpajakan, penyelesaian hutang luarnegeri, penciptaan daya tarik investasi serta pembenahan infrastruktur. Ditambah lagi, dengandiplomasi luar negeri Pemerintah RI yang memfokuskan kepada kerjasama ekonomi danmenarik investor, terbukti menghasilkan respons positif pula. Kondisi demikian, tentu akanmenjadikan ekonomi nasional semakin kuat dan kondusif, yang pada akhirnya juga akanmendukung pembangunan kelautan nasional.
Selain kondisi ekonomi nasional, situasi keamanan dalam negeri juga sangat mem-pengaruhi pembangunan kelautan nasional. Dalam masa krisis ekonomi periode tahun 1997sampai tahun 2002, terjadi gangguan keamanan yang cukup tinggi. Namun demikian,masalah-masalah keamanan tersebut dapat ditangani dengan baik, sehingga sejak tahun2002 sampai saat ini kondisinya sudah semakin kondusif. Apalagi untuk penangananpelanggaran hukum di laut sudah menjadi perhatian utama Pemerintah, denganmengeluarkan Peraturan Presiden nomor 78 tahun 2006 tentang pembentukan BadanKoordinasi Keamanan Laut yang pelaksanaannya dibawah koordinasi Menko Polhukam.
Kemudian, Pemerintah Indonesia juga telah menyadari bahwa perubahan iklim globaldapat mempengaruhi kondisi laut dan sebaliknya, sehingga pemerintah berinisiatif meng-kombinasikan dua substansi masalah tersebut, yaitu kelautan dan perubahan iklim dunia,ke dalam forum internasional dengan mengadakan suatu konferansi kelautan dunia atau WorldOcean Conference (WOC) di Manado pada tanggal 11 – 15 Mei 2009 dengan tema “Dampakperubahan iklim terhadap laut dan dampak laut terhadap perubahan iklim” dan dibuka secararesmi oleh Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. World Ocean Conference (WOC)merupakan suatu forum bagi para pemimpin dunia dan pengambil keputusan untuk mengembangkankolaborasi internasional dan membuat komitmen bersama dalam menghadapi isu kelautandunia dan sekaligus masalah perubahan iklim global. Penyelengaraan WOC 2009 didukungoleh 123 negara yang tergabung dalam The Eighteenth Meeting of States Parties to theUnited Nations Convention on the Law of the Sea dan dalam pelaksanaannya dihadiri oleh423 delegasi yang berasal dari 87 negara dan organisasi-organisasi antar negara.
Agenda utama dalam WOC 2009 adalah (1) Pertemuan antar pemerintah atau SeniorOfficials Meeting yang dimaksudkan untuk mengerucutkan perumusan Manado Ocean
80
Declaration yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran negara partisipan WOC 2009terhadap peran penting laut dalam perubahan iklim, dan (2) Kesepakatan Coral TriangleInitiative atau CTI dalam bentuk CTI Regional Plan of Action oleh 6 negara, yakni Indonesia,Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor Leste, untuk meningkatkanperlindungan terhadap sumberdaya laut dan pantai yang berada di wilayah coral triangledalam wilayah laut 6 negara tersebut.
Deklarasi Kelautan Manado yang menjadi menjadi salah satu output utama dari WOC2009 ini merupakan tonggak sejarah dan dokumen penting untuk menyelamatkan planetbumi dan kelangsungan hidup generasi penerus dimasa akan datang, sehingga dokumenttersebut akan diperjuangkan oleh Pemerintah Indonesia di PBB untuk dimasukan dalamagenda resmi dan dibahas dalam Meeting of the States Parties to the United NationsConvention on the Law of the Sea. Selain itu, output lainnya, yakni CTI Regional Plan ofAction yang dilakukan oleh 6 negara, juga merupakan hal penting dalam menyelamatkankeanekaragaman sumberdaya hayati laut dunia, utamanya ikan dan terumbu karang. Dengandemikian, World Ocean Conference (WOC) 2009 dapat dinyatakan sebagai komitmenBangsa Indonesia dalam upaya mengembangkan, mengelola, dan melestarikan sumberdayalaut secara berkelanjutan.
5. Peluang dan Kendala
a. Peluang
Peluang yang dimiliki Bangsa Indonesia untuk meningkatkan pembangunannasionalnya, utamanya pada bidang kelautan, adalah sebagai berikut:
1) Laut Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang luas, lebih kurang sebesar 5,8juta km2 dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, dan kaya akan potensisumberdaya laut, baik untuk jenis sumberdaya hayati laut (seperti: ikan, terumbukarang, rumput laut dan lainnya); sumberdaya non-hayati laut (seperti: minyakdan gas bumi, dan bahan tambang dan mineral lainnya); energi laut (seperti:gelombang, pasang surut, arus dan Ocean Thermal Energy Conversion/OTEC);dan jasa lingkungan laut (seperti: transportasi laut, keindahan alam, penyerapanlimbah, dan lainnya).
Untuk sumberdaya hayati laut dikenal pula sebagai sumberdaya yang dapatdiperbaharui (renewable resources), sehingga bila dikelola dengan baik, dapatdimanfaatkan secara berkelanjutan. Sebagai gambaran salah satu potensisumberdaya hayati laut adalah sumberdaya ikan laut Indonesia yang potensilestarinya diperkirakan mencapai 6,4 juta ton per tahun. Dari seluruh potensisumber daya ikan tersebut, jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) untuk
81
dimanfaatkan sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar 80 persen dari potensilestarinya. Kemudian, dari sisi diversivitas, lebih dari 25.000 jenis ikan ditemukan diperairan Indonesia dari sekitar 28.400 jenis yang ada di dunia. Di samping itu,terdapat potensi pengembangan untuk: a) budidaya laut terdiri dari: budidaya ikan(antara lain kakap dan kerapu), budidaya moluska (kekerangan, mutiara, danteripang), dan budidaya rumput laut; dan b) budidaya air payau (udang, bandeng, danrumput laut) yang potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha.
Laut Indonesia juga kaya akan sumberdaya non-hayati laut, diantaranya adalah:minyak, gas dan bahan tambang lainnya. Sebagai gambaran bahwa sekitar 70%produksi minyak dan gas bumi berasal dari kawasan pesisir dan lautan. Dari 60cekungan potensial mengandung minyak dan gas (migas), 40 cekungan terdapatdi lepas pantai, 14 di pesisir, dan hanya enam yang di daratan. Dari seluruhcekungan tersebut diperkirakan potensinya sebesar 11,3 miliar barel minyak bumi.Cadangan gas bumi diperkirakan sebesar 101,7 triliun kaki kubik (Dahuri, 2009).Selain itu, laut Indonesia juga kaya akan berbagai jenis bahan tambang dan mineral,seperti emas, perak, timah, bijih besi, dan mineral berat. Belum lama ini ditemukanjenis energi baru pengganti BBM berupa gas hidrat dan gas biogenik di lepas pantaibarat Sumatera dan selatan Jawa Barat serta bagian utara Selat Makassar denganpotensi yang sangat besar (Richardson, 2008).
Secara umum, potensi energi laut yang dapat menghasilkan listrik dapat dibagikedalam 3 jenis potensi energi fisik, yaitu energi pasang surut (tidal power), energigelombang laut (wave energy), energi arus (current energy), dan energi perbedaanpanas laut (ocean thermal energy conversion). Energi laut dapat dikategorikansebagai energi terbarukan. Di wilayah Indonesia, energi yang punya prospek bagusadalah energi arus laut. Hal ini dikarenakan Indonesia mempunyai banyak pulaudan selat. Selain itu, akibat interaksi Bumi-Bulan diperkirakan menghasilkan daya energiarus pasang surut setiap harinya sebesar 3.17 TW, lebih besar sedikit dari kapasitaspembangkit listrik yang terpasang di seluruh dunia pada tahun 1995 sebesar 2.92TW (Kantha & Clayson, 2000). Namun demikian, untuk wilayah Indonesia besarnyapotensi daya energi laut yang dimilikinya belum dapat diprediksi kapasitasnya.
Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki potensi wisata bahari yang belumdigali secara serius, namun karena kurangnya dukungan pemerintah maka kegiatanwisata bahari di hampir semua wilayah perairan Indonesia belum berkembangdengan baik. Indonesia berpotensi sebagai salah satu negara tujuan atau destinasiwisata bahari kelas dunia. Dengan banyaknya pulau yang sangat indah seharusnyadapat menarik wisatawan dunia yang ada. Ditambah lagi dengan ciri khaskeanekaragaman alam, flora, dan fauna serta tanaman laut yang tersebar di kepulauan
82
nusantara menjadi sumber potensi bisnis yang bisa dijual dan memberi kontribusibagi pendapatan negara dari sektor industri pariwisata di masa datang.
2) Sebagai sarana vital bagi lalu lintas perdagangan internasional, karena posisigeografis Indonesia terletak pada persilangan 2 benua (Australia dan Asia) dan 2samudera (Hindia dan Pasifik). Karena kegiatan ekspor-impor barang antar negaraumumnya diangkut oleh kapal melalui transportasi laut, bahkan hingga kinitransportasi laut (pelayaran) masih mendominasi (sekitar 90%) pengangkutanbarang ekspor-impor. Dengan demikian bila peluang ini dimanfaatkan secara baik,maka tidak mustahil kita kembali berjaya menjadi negara besar dan kuat sertamenguasai laut dan lalu lintas perdagangan dunia, seperti pada jaman KerajaanSriwijaya dan Majapahit dahulu.
3) Besarnya potensi ekonomi bidang kelautan yang dimiliki Indonesia, diperkirakanmencapai US$ 171 miliar per tahun, yang berasal dari potensi perikanan sebesarUS$ 32 miliar per tahun, potensi wilayah pesisir sebesar US$ 56 miliar per tahun,potensi bioteknologi kelautan sebesar US$ 40 miliar per tahun, potensi wisatabahari sebesar US$ 2 miliar per tahun, potensi minyak bumi, gas dan sumberdayamineral di laut sebesar US$ 21 milyar per tahun, dan potensi transportasi lautsebesar US$ 20 miliar per tahun. Jika potensi tersebut dirupiahkan dengan kursRp 9.500 per 1 dollar AS, nilainya setara dengan Rp 1.624,5 triliun yang berartipula nilai potensi tersebut relatif sama dengan nilai RAPBN Indonesia tahun 2013.Dengan demikian, tentunya bila potensi kelautan Indonesia ini dapat dimanfaatkansecara optimal, maka cita-cita bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mandiri,maju, adil dan makmur segera dapat terwujud.
4) Semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia, sehingga jumlah permintaan(demand) produk kelautan juga akan semakin meningkat dari tahun-ke tahun.Apalagi, ketersediaan lahan atau ruang di darat untuk melakukan budidaya danpengembangan produksi semakin terbatas. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkirilagi bahwa laut di masa depan akan menjadi sumber produksi, utamanya produksipangan, bagi umat manusia. Oleh karena itu, Indonesia memiliki peluang yangbesar untuk menjadi pemasok kebutuhan pangan dunia bila sumberdaya lautnyadikelola secara tepat.
5) Berkembangnya teknologi farmasi, kosmetika, probiotik dan bioaktif yang berbahanbaku dari sumberdaya hayati laut. Hal ini tentu merupakan peluang bagipengembangan industri bidang kelautan masa depan yang bernilai ekonomi tinggi.
83
b. Kendala
Kendala yang kini masih dihadapi dalam membangun bidang kelautan adalah sebagaiberikut:
1) Belum kuatnya kesadaran bangsa tentang arti penting dan nilai strategis kelautanbagi pembangunan ekonomi nasional (kemakmuran bangsa), sehingga perhatian,pengetahuan (wawasan) dan penguasaan serta penerapan IPTEK kelautanmenjadi rendah. Hal ini dapat dilihat bahwa hingga kini fokus pembangunannasional masih lebih berorientasi pada basis sumberdaya daratan, seperti tercermindalam pembangunan sektor perhubungan, industri, energi, pertahanan dankeamanan, produksi pangan, jasa lingkungan, pendidikan dan budaya, danregulasi. Ditambah pula dengan kebijakan moneter, fiskal dan investasi yang belumkondusif untuk mendukung tumbuhnya industri kelautan. Apabila hal ini,berlangsung terus-menerus, tentu akan menjadi ancaman bagi bangsa, dimanalaut Indonesia dan sumberdaya yang terkandung didalamnya akan dikuasai olehbangsa asing.
2) Liberalisasi perdagangan dunia yang semakin kompleks dan kompetitif yangmenuntut tingkat efisiensi yang tinggi. Dampak dari kondisi tersebut adalahpersaingan yang ketat dalam kualitas produk dan jasa. Bila hal tersebut tidakdipersiapkan dengan baik, maka akan menjadi suatu ancaman bagi Indonesia,apalagi saat ini kapasitas atau kemampuan Indonesia untuk bersaing masihterbatas dan juga belum efisien.
3) Perusakan lingkungan laut. Kegiatan-kegiatan yang disengaja yang berakibat padaterjadinya bencana lingkungan laut, berdampak negatif yang luas bagi kelangsunganekonomi dan politik disuatu wilayah regional. Dekade belakangan ini seolah-olahterjadi kompetisi dalam merusak sumberdaya laut, misalnya aktivitas penangkapanikan secara berlebihan, baik yang legal maupun ilegal, yang seringkali menimbulkansengketa kekerasan antara nelayan penangkap ikan. Demikian pula terjadinyapolusi laut yang sering dilakukan oleh kapal-kapal tanker yang sengaja membuangsisa-sisa hasil pembersihan tangkinya dilaut. Aksi-aksi pencemaran dilaut ini jikadibiarkan akan merusak lingkungan laut bahkan lebih jauh lagi dapat berakibatterjadinya konflik antar negara bertetangga sehingga akan mengganggu stabilitaskeamanan regional.
4) Kejahatan Trans Nasional dan Pembajakan, Perdagangan internasional yangsemakin berkembang, masih bertumpu pada domain laut telah pula dibarengi denganpenggunaan laut untuk tujuan-tujuan kriminal. Kejahatan yang menonjol dalamkategori ini adalah: penyelundupan manusia (people’s smuggling), obat-obat
84
terlarang, senjata api dan barang-barang terlarang lainnya, serta perompakan ataupembajakan bersenjata diatas kapal, telah menjadi ancaman nyata bagi keamananmaritim.
5) Penguasaan teknologi kelautan yang relatif masih tertinggal dibandingkan dengannegara-negara lain, sehingga industri kelautan nasional hingga kini belumberkembang dengan baik dan optimal, bahkan sebagian besar aktivitas usahabidang kelautan di Indonesia masih dikuasai oleh Asing. Tambahan pula, sebagianbesar industri kelautan nasional yang ada pun juga belum mampu berkompetisi dipasar dunia, karena produk yang dihasilkannya tidak memiliki keunggulankompetitif dan daya saing tinggi.
6) Kemiskinan. Kemiskinan merupakan persoalan yang cukup pelik tidak hanya baginegara berkembang, tetapi juga bagi sebagian negara maju. Akibat yangditimbulkan dari kemiskinan juga sistemik, seperti masalah kesehatan, pendidikan,sampai kejahatan atau perbuatan kriminal. Saat ini masih banyak pendudukIndonesia terutama mereka yang tinggal di wilayah pesisir masih tergolongpenduduk miskin. Dalam konteks lingkungan laut, kerusakan yang ditimbulkanbukan tidak mungkin sebagai dampak tidak langsung dari kemiskinan. Karenakondisi yang miskin tersebut, mereka terpaksa melakukan tindakan-tindakan yangdilarang oleh hukum, dan tidak menghiraukan lagi pada kelestarian lingkungan.Hal itu dilakukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan ekonomi secara cepatatau sesaat.
7) Belum terpadunya rencana pembangunan bidang kelautan di Indonesia, karenamasih tingginya ego-sektoral dari sektor-sektor utama yang terkait dengan bidangkelautan, sehingga tidak sedikit terjadi tumpang tindih dan tarik ulur kepentinganantar sektor tersebut. Akibatnya, pelaksanaan pembangunan kelautan nasionaldan penanganan masalah yang menghadapinya sulit dilakukan secara sistematis.
85
1. Umum
Kelautan Indonesia ke depan diharapkan dapat menjadi mainstream pembangunannasional dengan memanfaatkan ekosistem perairan laut beserta segenap sumber dayayang terkandung di dalamnya secara berkelanjutan (on a sustainable basis) untuk kesatuan,kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Keinginan tersebut dijabarkan dalam lima tujuan yangharus dicapai, yaitu: (1) Membangun jaringan sarana dan prasarana sebagai perekat semuapulau dan kepulauan Indonesia, (2) Meningkatkan dan menguatkan sumber daya manusiadi bidang kelautan yang didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (3)Menetapkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset, dan hal-hal yang terkaitdalam kerangka pertahanan negara, (4) Membangun ekonomi kelautan secara terpadudengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan, dan (5)Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut
Profil kelautan nasional seperti harapan diatas, bila melihat dengan pencapaian kinerjapembangunan saat ini, dapat disimpulkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harusdibenahi agar kelautan nasional dapat berperan lebih besar dan signifikan lagi, guna mem-percepat terwujudnya bangsa Indonesia yang maju, mandiri, adil dan makmur. Atas dasarpotensi sumber daya laut yang dimiliki, sesungguhnya peran dan kontribusi kelautanIndonesia terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dapat dinyatakan masih relatif minim.Jadi, walaupun potensi sumber daya laut yang dimiliki cukup besar, namun karena kinerjapembangunannya belum optimal dan efektif, maka manfaat yang diperoleh Bangsa Indonesiadari bidang kelautan masih relatif jauh dari harapan bersama yang diinginkan. Hal ini terjadi,diantaranya disebabkan karena kurangnya dukungan politik yang kuat, baik dari lembagaeksekutif (Pemerintah) dan legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat). Selain itu, dalam melaksanakanpembangunan kelautan nasional masih terjadi mismanagement (salah urus), dilaksanakansecara parsial dan belum dilakukan secara komprehensif, terintegrasi, dan sinergis.
Oleh karena itu, perlu meluruskan kembali pandangan dan cara-cara dalam membangunkelautan nasional melalui kebijakan dan strategi yang tepat, sistematik dan efektif, agarmampu menghantarkan bangsa Indonesia seperti yang di cita-citakan dalam pembukaanUUD 1945. Secara umum pembangunan kelautan nasional yang diinginkan adalah untukmewujudkan:
Bab 5 KONDISI KEBIJAKAN KELAUTANINDONESIA YANG DIHARAPKAN
86
a. Pembangunan kelautan nasional yang berpegang teguh pada prinsip kepentingannasional, keadilan dan manfaat sebesar-besarnya untuk bangsa dan rakyat Indonesia.
b. Pemanfaatan sumber daya laut yang seimbang, optimal, dan berkelanjutan sesuaipotensi yang tersedia, baik secara spasial maupun temporal.
c. Pembangunan kelautan yang sesuai dengan tata ruang dan berbasis kelestarian lingkungan.
d. Tingkat pendapatan yang layak dan kualitas hidup yang baik bagi SDM kelautan.
e. Kuantitas dan kualitas sarana pendidikan dan penelitian kelautan yang optimal, memadaidan tersebar merata secara nasional.
f. SDM kelautan yang optimal, baik secara kuantitas dan kualitas, serta bertaraf internasional.
g. Praktik pemanfaatan sumber daya laut yang sesuai dengan kaidah-kaidah berlaku,baik tingkat regional maupun internasional.
h. Perundangan dan peraturan yang kuat dibidang kelautan.
i. Posisi tawar yang baik dalam menentukan berbagai pengaturan pengelolaan sumberdaya laut.
j. Investasi di bidang kelautan yang signifikan, baik PMA (Penanaman Modal Asing)maupun PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri).
k. Industri kelautan nasional beroperasi dan berkembang dengan baik.
l. Penyerapan tenaga kerja yang maksimal, mulai dari kegiatan di hulu sampai hilir.
m. Produk kelautan mempunyai daya saing yang tinggi, sehingga mampu berkompetisidengan negara lain.
n. Penerimaan devisa dari ekspor produk kelautan yang maksimal.
o. Jumlah prasarana dan sarana kelautan nasional yang optimal dan memadai serta layakoperasional.
p. Kontribusi yang maksimal dan signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB) Nasional.
q. Implementasi dan penegakan hukum kelautan yang efektif dan tegas.
r. Koordinasi kerjasama pembangunan kelautan nasional yang efektif, sinergis danharmonis diantara sektor-sektor terkait.
2. Kondisi Kebijakan Kelautan Indonesia yang diharapkan
Kondisi kebijakan kelautan Indonesia yang diharapkan adalah kebijakan yang dapatmemperkuat dan mengakselerasi pembangunan nasional melalui pengelolaan dan peman-faatan sumberdaya laut secara optimal, efisien, dan berkelanjutan. Berikut ini dipaparkanuraian singkat tentang kondisi Kebijakan Kelautan Indonesia yang diharapkan dari 5 (lima)pilar utamanya, yakni: Budaya Kelautan (Ocean Culture), Tata Kelola Kelautan (Ocean
87
Governance), Keamanan Laut (Maritime Security), Ekonomi Kelautan (Ocean Economic),dan Lingkungan Laut (Marine Environment).
1) Budaya Kelautan (Ocean Culture)
Ditinjau dari pilar budaya kelautan, kebijakan kelautan Indonesia diharapkan mampumenciptakan kualitas masyarakat kelautan Indonesia yang lebih baik dari kondisi saatini. Dengan demikian, kondisi kebijakan kelautan Indonesia yang diharapkan selarasdengan budaya kelautan adalah yang dapat menciptakan kondisi sebagai berikut:
a. Masyarakat Indonesia memiliki pemahaman yang baik terhadap wawasan kelautan,nilai-nilai budaya bahari, dan kearifan lokal di bidang kelautan. Diharapkan denganmantapnya wawasan kelautan di seluruh masyarakat Indonesia, termasuk parapengambil kebijakan (eksekutif, legislatif dan yudikatif), akan mempercepatpembangunan kelautan nasional sebagai pilar utama ekonomi bangsa, sehinggaakan membantu ketahanan pangan, menjaga kedaulatan, mengentaskankemiskinan, dan meningkatkan peran Indonesia di kancah internasional.
b. Pelaku usaha bidang kelautan yang memahami pentingnya kelestarian lingkunganbagi keberlanjutan usaha mereka dan masyarakat luas lainnya. Diharapkan tidakada lagi pelaku usaha di bidang kelautan yang melakukan praktik-praktik peman-faatan yang berbahaya, merusak lingkungan dan melanggar hukum demikeuntungan ekonomi sesaat.
c. Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya manfaat sumberdaya laut (seperti: ikan, alga, mineral, dan lainnya) bagi kesehatan semakinmeningkat. Diharapkan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap produkpangan dan suplemen dari laut semakin meningkat dari tahun ke tahun, sehingga,baik secara langsung maupun tidak langsung, akan meningkatkan kualitas hiduprakyat Indonesia, yang pada akhirnya juga akan meningkatkan nilai HumanDevelopment Index (HDI) nasional.
d. Terbangun Sekolah Tinggi Kelautan Terpadu yang merupakan center of excellencesberstandar internasional di beberapa kota pesisir, seperti di Banda Aceh, Batam,Jakarta, Yogyakarta, Makasar, Bitung, dan Ambon.
e. Mampu menghasilkan SDM kelautan yang trampil (skilled labor), profesional, danbertaraf internasional, sehingga dapat bersaing dengan tenaga kerja asing.
f. Mandiri untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja industri kelautan nasional.
g. Memiliki SDM kelautan nasional dengan kualitas kehidupan (kesehatan danpendidikan) yang baik, sehingga mampu mendukung usaha bidang kelautan yangproduktif, efisien dan berkelanjutan.
88
i. Meningkatnya jumlah hak paten ilmuwan Indonesia dalam bidang kelautan tropis
j. Indonesia menjadi pusat pengembangan riset kelautan tropika dunia.
2) Tata Kelola Kelautan (Ocean Governance)
Dari perspektif pilar tata kelola kelautan, kebijakan kelautan Indonesia diharapkan dapatmengefesienkan, mengefektifkan, dan memantapkan pengelolaan dan pemanfaatanaktivitas sumberdaya kelautan nasional. Dengan kebijakan bidang kelautan yang tepat,efektif, dan sinergis dengan bidang lain, setidaknya akan meningkatkan kesejahteraanmasyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang pada akhirnya tentuhal ini akan meredam gejolak konflik masyarakat, bahkan juga konflik nasional. Kondisikebijakan kelautan Indonesia yang diharapkan dari pilar tata kelola kelautan adalahyang dapat menciptakan kondisi sebagai berikut:
a) Pembangunan bidang kelautan nasional yang mendapat dukungan politik penuhdan kuat, baik dari supra struktur politik, yakni Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)maupun pemerintah.
b) Indonesia yang memiliki perundangan dan peraturan bidang kelautan yang kuat.Diharapkan dalam waktu yang tidak lama, Indonesia sudah mempunyai Undang-Undang yang mengatur bidang kelautan secara terpadu, sehingga pengembanganbidang kelautan yang komprehensif, integral, dan sinergis dapat segera direalisasikan dan diimplementasikan oleh semua pemangku kepentingan(stakeholders).
c) Indonesia yang berperan aktif dalam percaturan bidang kelautan, baik level regionalmaupun internasional, untuk membantu memudahkan Indonesia dalammengembangkan industri kelautan nasional menembus pasar regional dan dunia.Hal ini dapat dicapai melalui kebijakan keikutsertaan Indonesia dalam berbagaiorganisasi kelautan regional dan dunia, agar Indonesia memiliki posisi tawar yangbaik dalam menentukan berbagai pengaturan pengelolaan bidang kelautan.
d) Pemanfaatan sumberdaya laut nasional mencapai tingkat yang optimal, berjalansinergis, dan sesuai dengan kapasitas daya dukung, serta dilakukan berdasarkankaidah-kaidah nasional dan internasional.
e) Sistem tata kelola kelautan Indonesia yang adil, transparan, dan bertanggungjawab
f) Setiap warga negara Indonesia (WNI) memiliki kesempatan dan hak yang samauntuk memanfaatkan sumberdaya laut, Pemerintah hanya mengatur jumlah alokasioptimalnya, sesuai dengan kapasitas daya dukungnya.
89
g) Pengelolaan sumberdaya laut nasional dapat memberikan manfaat, baik moril maupunmateril, yang maksimal bagi masyarakat Indonesia, utamanya masyarakat pesisir.
3) Keamanan Laut (Maritime Security)
Kebijakan kelautan Indonesia dilihat dari pilar keamanan laut harus dapat memberikanmanfaat bagi penegakkan hukum, keamanan, dan keselamatan di laut, dimana hasilpembangunan pada pilar ini dapat difungsikan pula sebagai komponen pendukungpertahanan negara. Kondisi yang diharapkan selaras dari pilar keamanan laut adalahyang dapat mewujudkan kondisi bangsa Indonesia:
a) mampu menjaga keamanan dan melakukan penegakkan hukum di wilayahyurisdiksi laut Indonesia secara efektif, efisien, dan tegas, guna mengatasi masalahkejahatan transnasional, pencurian kekayaan negara, penyelundupan, terorisme,dan kejahatan lainnya. Diharapkan dapat terwujud suatu lembaga/institusi yangefektif dalam mengelola keamanan dan penegakkan hukum di laut secarakomprehensif dan terpadu, serta berfungsi pula sebagai komponen cadangannasional untuk kepentingan pertahanan negara.
b) mampu secara efektif menjaga kedaulatan dan wilayah perbatasan negara dariancaman pihak asing. Diharapkan Indonesia memiliki kekuatan laut yang diperhitungkandan disegani oleh negara-negara lain, utamanya negara-negara tetangga. Olehkarenanya, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) harus mempunyai alatutama sistem persenjataan (Alutsista) yang modern dan dalam jumlah yang optimal.
c) memiliki prasarana pelabuhan yang memadai dan layak operasional di berbagailokasi yang potensial dan strategis. Fasilitas ini tentu digunakan untuk mendukungkepentingan operasi keamanan dan pertahanan laut, utamanya pada masa krisisatau perang. Oleh karenanya, pemilihan posisi pelabuhan yang dapat menampungkapal-kapal besar, selain mempertimbangkan aspek teknis dan ekonomi, juga harusmempertimbangkan aspek strategis untuk kegiatan operasi pertahanan dankeamanan negara. Diharapkan fasilitas atau prasarana pelabuhan ini kedepanterus dapat ditingkatkan, baik kuantitas maupun kualitasnya, terutama di wilayah-wilayah terdepan yang dekat dengan wilayah perbatasan negara.
d) mempunyai industri maritim nasional yang mandiri, kuat dan berkembang denganbaik. Industri ini dalam kondisi perang dapat dijadikan sebagai supply logistik,baik untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun sarana pada saat krisis atauperang atau bencana nasional. Selain itu, industri maritim nasional dapat berperanpula menjadi industri untuk memproduksi sarana pertahanan negara (fasilitasmiliter), seperti kapal perang.
90
4) Ekonomi Kelautan (Ocean Economic)
Dari sudut pilar ekonomi kelautan, kebijakan kelautan Indonesia sudah tentu diharapkandapat meningkatkan perekonomian nasional, utamanya dalam kontribusi pertumbuhanekonomi, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.Oleh karenanya, kondisi kebijakan kelautan Indonesia yang diharapkan dari pilarekonomi kelautan adalah yang dapat menghasilkan kondisi sebagai berikut:
a) Dapat memberikan kontribusi yang signifikan kepada produk domestik bruto (PDB)nasional. Diharapkan pilar ekonomi kelautan ini akan memberikan kontribusi yangsemakin meningkat dari tahun ke tahun sampai ke titik yang optimal.
b) Dapat menyerap tenaga kerja secara maksimal. Diharapkan bidang kelautan dapatmenyerap lebih dari 30% angkatan kerja nasional, mulai dari kegiatan di hulusampai di hilir.
c) Terbangunnya armada pelayaran nasional yang dapat memenuhi seluruhkebutuhan di dalam negeri dan berdaya saing internasional sehingga dapatberperan fair share, yaitu 50 persen kegiatan ekspor impor.
d) Penerimaan devisa dari ekspor produk kelautan yang optimal. Diharapkan produkdari bidang kelautan mempunyai daya saing yang tinggi, sehingga mampuberkompetisi dengan produk sejenis dari negara lain, yang pada akhirnya dapatmemberikan kontribusi nilai devisa yang cenderung meningkat dari tahun ke tahunhingga mencapai ke titik yang optimal.
e) Terbangun 2 kawasan industri galangan kapal utama nasional, yaitu di Batam-Bintan-Karimun dan Bitung.
f) Terbangun sekurang-kurangnya 3 pelabuhan hub-internasional yaitu di Sabang,Batam, dan Bitung yang didukung oleh sub-sub sistem pelabuhan di dalam tatananpelabuhan nasional yang berdaya saing
g) Terbangunnya kawasan budidaya perikanan (marikultur, payau dan air tawar) yangbaru seluas 100.000 Ha yang tersebar di pesisir Timur Sumatera, Selat Karimata,Utara Jawa, Nusa Tenggara, Teluk Tomini, Sangihe, Talaud, Maluku Utara danPapua Utara, Maluku dan Papua Selatan, dan Selat Makasar.
h) Terbangunnya kawasan industri (cluster) pengolahan hasil perikanan terpadudengan pusat-pusat distribusi dan pemasaran pada kawasan-kawasan di pesisirBarat Sumatera, Selat Karimata, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Teluk Tomini,Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku dan Papua, dan di pesisir Timur Sumatera,Selat Karimata, Utara Jawa, Nusa Tenggara, Teluk Tomini, Maluku Utara dan PapuaUtara, Maluku dan Papua Selatan, dan Selat Makasar
91
i) Terbangunnya daya saing dari kawasan pariwisata bahari andalan yang telah ada,antara lain: di Pulau Nias, Mentawai, Batam, Bintan Kepulauan Seribu, Krakatau,Pelabuhan Ratu, Pangandaran, Parang Tritis, Bali, Lombok, Komodo, Moyo,Derawan, Wakatobi, Togean, Bunaken, Banda, Takabonerate, dan Raja Ampat.
j) Terbangunnya sarana dan prasarana kawasan pariwisata bahari baru, antara lain:di Pulau Weh, Pulau Banyak, Pulau Enggano, Pulau Rupat, Kepulauan BangkaBelitung, Anambas, Natuna, Roti, Kupang, Lembata, Alor, Siparamanita, Banggai,Sangihe, Talaud, Ternate, Biak, dan Mapia
k) Terpenuhinya kebutuhan energi untuk dalam negeri.
l) Termanfaatkannya energi kelautan alternatif yang merupakan energi non-konvensionaldan termasuk sumber daya kelautan nonhayati yang dapat diperbarui, seperti:ocean thermal energy conversion (OTEC), energi gelombang, arus dan pasang-surut.
m) Termanfaatkannya sumber daya mineral laut, seperti: biji besi, timah dan nodulmangan, secara optimal.
n) Tingkat pendapatan SDM kelautan yang layak dan sejahtera. Diharapkan masyarakatIndonesia, utamanya masayarakat pesisir nelayan, dapat terbebas dari kemiskinandan memiliki kualitas hidup yang layak. Sekurang-kurangnya tingkat pendapatannyadiatas upah minimum regional yang berlaku.
o) Investasi di bidang kelautan, baik PMA (Penanaman Modal Asing) maupun PMDN(Penanaman Modal Dalam Negeri), meningkat secara nyata, dari tahun ke tahun.
p) Setiap industri kelautan yang berdiri di wilayah Indonesia mem-prioritaskan meng-gunakan tenaga kerja domestik dengan upah/gaji yang layak untuk memenuhikebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan
q) Tumbuh dan kokohnya usaha bidang kelautan yang berbasis pada masyarakat,seperti: koperasi, kelompok usaha, dan sejenisnya.
5) Lingkungan Laut (Marine Environment)
Ditinjau dari pilar lingkungan laut, kebijakan kelautan Indonesia diharapkan dapatmenjaga dan melestarikan lingkungan lautnya secara berkelanjutan. Secara rinci, kondisikebijakan kelautan Indonesia yang diharapkan dari pilar lingkungan laut adalah yangdapat menghasilkan kondisi sebagai berikut:
a) Terciptanya kondisi wilayah pesisir dan laut yang bersih, tertata rapi, nyaman danaman untuk tinggal dan melakukan kegiatan usaha, bebas dari pencemaran limbahberacun dan berbahaya, aman dari ancaman bencana tsunami dan alga bloom,serta mempunyai akses jalan dan prasarana yang baik.
92
b) Sistem pengelolaan mitigasi bencana yang holistik dan integral, yang mencakupaspek legal, kelembagaan, mekanisme pendanaan, hingga penyusunan programpenanggulangannya
c) Konsep kewilayahan terpolakan dan terinventarisasi dengan baik, dimana hal inikemudian menjadi basis bagi pengelolaan lingkungan baik secara fisik maupunmanajemennya, termasuk dalam kerjasama antar institusi/stakeholders. Sehinggapembangunan bidang kelautan akan dilaksanakan sesuai dengan tata ruang dankondisi lingkungan sekitarnya.
d) Tata ruang lingkungan kelautan yang meliputi pengelolaan ruang, perubahanbentang alam di pesisir terintegrasi dengan baik dari hulu sampai ke hilir, denganmemperhitungkan segala aspek lingkungan laut.
e) Pemanfaatan sumberdaya kelautan menggunakan cara-cara dan teknologi yangramah lingkungan.
f) Penggunaan teknologi energi yang ramah lingkungan dan bersifat renewablesemakin meluas.
g) Pengelolaan keindahan alam, dalam hal ini merujuk pada kegiatan pariwisatabahari, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Artinya, perencanaandan pembangunan pariwisata terutama di wilayah pesisir harus menyeluruh, darihulu ke hilir. Ke depannya, memungkinkan untuk menyatukan pelabuhan perikanandengan pelabuhan rekreasi, dengan cara menciptakan pelabuhan perikanan yangsehat, bersih dan nyaman sehingga tidak mengganggu unsur keindahan dankenyamanan yang diperlukan sektor pariwisata.
h) Sistem MCS yang handal terhadap kegiatan-kegiatan aktivitas pengeboran minyakdi laut dan pelayaran (lalu lintas kapal) yang rawan menyebabkan pencemaran minyak.
i) Sistem peringatan dini yang cepat dan efektif.
j) Pendidikan tentang lingkungan laut sejak usia dini menjadi salah satu bagian utamadalam kurikulum pendidikan nasional.
3. Indikator Keberhasilan Kebijakan Kelautan Indonesia terhadap Bidang Kelautan
Keberhasilan efektivitas kebijakan kelautan Indonesia dapat dilihat dari beberapaindikator utamanya, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, yakni sebagai berikut:
a. Kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, dinyatakan berhasil bilakontribusinya semakin besar (minimal memberikan kontribusi 50% terhadap PDB Nasional).
b. Jumlah penerimaan devisa dari ekspor produk kelautan, dinyatakan berhasil bilajumlahnya semakin meningkat hingga mencapai nilai yang optimal.
93
c. Tingkat penyerapan tenaga kerja bidang kelautan, dinyatakan berhasil bila menyerapminimal 50% jumlah tenaga kerja nasional.
d. Tingkat pendapatan masyarakat pesisir dan pelaku usaha bidang kelautan, dinyatakanberhasil bila pendapatannya semakin layak.
e. Tingkat kemiskinan masyarakat pesisir, dinyatakan berhasil bila angka kemiskinannyasemakin berkurang.
f. Tingkat pemanfaatan sumberdaya laut optimal, dinyatakan berhasil bila tingkatpemanfaatannya mendekati atau sama dengan jumlah potensi yang tersedia (ataunilainya mendekati atau sama dengan 100%)
g. Jumlah keluhan atau pengaduan dari pelaku usaha di bidang kelautan, dinyatakanberhasil bila jumlahnya semakin sedikit.
h. Kinerja industri atau usaha di bidang kelautan, dinyatakan berhasil bila kinerjanyasemakin efisien dan berdaya saing.
i. Perundangan dan peraturan di bidang kelautan, dinyatakan berhasil bila perundangandan peraturan yang ada semakin kuat dan harmoni.
j. Jumlah kasus pelanggaran hukum di wilayah perairan laut, dinyatakan berhasil bilajumlahnya semakin sedikit.
k. Jumlah ancaman kedaulatan wilayah laut NKRI, dinyatakan berhasil bila jumlahnyasemakin sedikit.
l. Jumlah kawasan konservasi yang berfungsi efektif (terjaga dan terpelihara baik),dinyatakan berhasil bila ratio antara jumlah kawasan konservasi yang berfungsi efektifterhadap jumlah semua kawasan konservasi yang ada, nilainya mendekati atau samadengan 1 (satu).
m. Jumlah wilayah laut yang tercemar, dinyatakan berhasil bila jumlahnya semakin sedikit.
n. Tingkat pendidikan masyarakat pesisir dan pekerja di bidang kelautan, dinyatakanberhasil bila tingkat pendidikannya semakin tinggi
o. Jumlah penelitian dan pengembangan bidang kelautan, dinyatakan berhasil bilakuantitasnya semakin dominan dengan kualitasnya semakin baik.
p. Jumlah terjadinya konflik sosial pada masyarakat pesisir, dinyatakan berhasil bilajumlahnya semakin menurun dan mendekati nihil.
Kemudian, guna mewujudkan bidang kelautan menjadi bidang andalan (leading sector)dalam pembangunan nasional, terdapat tiga syarat atau tolok ukur mutlak yang harusdipenuhi. Pertama, bidang kelautan harus memberikan dampak ekonomi yang signifikansecara makro (seperti peningkatan perolehan devisa dan peningkatan kontribusi terhadapPDB). Kedua, bidang kelautan harus dapat memberikan keuntungan secara signifikan untuk
94
meningkatkan kesejahteraan terhadap semua pelaku usaha didalamnya. Ini berarti bidangkelautan harus dapat memberikan pemerataan (equity) kesejahteraan bagi semua pelakuusahanya. Ketiga, pembangunan bidang kelautan yang dilaksanakan harus berkelanjutan,tidak hanya secara ekonomi tetapi juga secara ekologi.
Dengan demikian, agar dapat memanfaatkan sumberdaya laut sebagaimana yangdiharapkan, maka langkah yang harus dilakukan adalah menyatukan kesamaan misipembangunan bidang kelautan. Misi pembangunan bidang kelautan Indonesia sampaidengan tahun 2025 adalah “Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri,maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional”.
Untuk menjawab tantangan di atas, maka kebijakan kelautan Indonesia harus diarahkanuntuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang ada melalui pengembangan kegiatanusaha yang efisien, berkelanjutan, dan semaksimal mungkin berbasis pada masyarakat.Selain itu pula, perlu dukungan dan keinginan kuat dari para pelaku pembangunan bidangkelautan untuk lebih bertanggungjawab dalam menjalankan usahanya guna mencapai hasilyang optimal dan berkelanjutan. Demi memenuhi tuntutan kebutuhan di masa mendatang,maka pemerintah harus memberikan perhatian secara maksimal pada kebijakanpengembangan industri kelautan yang bersifat padat modal, padat teknologi, dan jugasekaligus padat karya. Sifat padat karya dalam industri kelautan cukup penting, karenadengan karakteristik seperti itu akan tercipta banyak peluang kerja bagi masyarakat.
Guna merangsang minat para pengusaha nasional untuk berpartisipasi dalampembangunan kelautan nasional yang sekaligus juga menumbuhkan ekonomi nasional,sudah saatnya format kebijakan pembangunan yang kurang kondusif diperbaiki dandisempurnakan, seperti memberikan insentif bagi yang mau menanamkan investasi padabidang kelautan di daerah-daerah terpencil atau perbatasan. Bahkan untuk percepatanpemerataan perkembangan wilayah, perlu membangun beberapa kawasan Free BoundedArea yang berbasis sumber daya laut di Indonesia Bagian Timur. Namun, yang palingfundamental dari semua itu adalah perlu adanya perubahan dalam kultur dan etos hidupmasyarakat, agar lebih memperhatikan dan berorientasi pada dunia kelautan, sebab disinilahsalah satu letak kunci keberhasilan kebijakan pembangunan kelautan nasional.
Untuk keperluan tersebut, diperlukan serangkaian penguatan kebijakan yang dapatdijalankan secara sistematis sebagai bagian esensial dalam strategi pembangunan bidangkelautan. Mengingat bahwa semua kerangka pemecahan ini bersifat multi aspek dan multidimensi serta memiliki hubungan interdependensi dengan berbagai aspek pembangunanyang lain, maka sudah saatnya Pemerintah juga memperkuat kebijakan kelembagaankelautan agar fungsi koordinasi terhadap berbagai kegiatan pembangunan terkait denganbidang kelautan dapat berjalan secara efektif.
95
Selain itu, perlu adanya kesadaran yang dalam dan visi yang tajam dalam menatapmasa depan serta kemauan politik untuk memecahkan masalah-masalah yang ada secarafundamental. Kelengahan dalam mengantisipasi tuntutan kebutuhan masa depan akanmembawa efek berantai bagi pembangunan pada bidang lainnya, bahkan juga bagikelangsungan hidup bangsa dan negara ini. Karenanya, sangat tepat bila langkah antisipasiyang kongkrit dimulai dengan menyusun Kebijakan Kelautan Indonesia (Indonesian’s OceanPolicy) dan dari sekarang, agar kita sebagai bangsa tidak akan menyesal di kemudian hari.
4. Kontribusi Kebijakan Kelautan Indonesia terhadap Pertumbuhan Ekonomi danPenciptaan Lapangan Kerja
Dengan tersedianya Kebijakan Kelautan Indonesia yang komprehensif dan terpadudiharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional danpenciptaan lapangan kerja, sekaligus juga memberikan kontribusi signifikan bagipembangunan nasional, sehingga akan mempercepat terwujudnya masyarakat Indonesiayang mandiri, maju, adil dan makmur secara berkelanjutan. Secara ringkas, kontribusi sektorini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tumbuhnya bidang kelautan dapat meningkatkan kegiatan produksi secara nasional.Peningkatan produksi tersebut tentu akan meningkatkan nilai penjualan dan nilaitambah, baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor, yang pada akhirnya akanmeningkatkan kontribusi sektor ini pada PDB nasional. Dengan meningkatnya PDBnasional, nantinya tentu akan menumbuhkan perekonomian nasional yang lebih baik,sehingga juga akan menambah penciptaan lapangan kerja.
b. Berjalannya pembangungan kelautan nasional juga akan membangkitkan industri dalamnegeri, baik industri kelautan primer maupun industri sekunder dan tersiernya. Dengandemikian bidang kelautan dapat memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonominasional dan penciptaan lapangan kerja. Hal ini karena bidang kelautan mempunyaimultiplier effect (efek ganda) ekonomi yang besar. Efek ganda ekonomi diperoleh padasetiap proses produksi mulai dari hulu sampai ke hilir dan kegiatan ikutan lainnya,termasuk perbankan.
c. Pembangunan kelautan nasional yang didukung dengan paket kebijakan dan deregulasiyang tepat akan memberikan kontribusi bagi peningkatan investasi, baik dari dalammaupun luar negeri, yang pada gilirannya akan meningkatkan pula pertumbuhanekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan angka ICOR rata-ratauntuk kelautan sebesar 3,4 dan ILOR rata-rata sebesar 7 - 9.
d. Pengembangan produk kelautan melalui peningkatan nilai tambah dan industrialisasiakan meningkatkan daya saingnya di pasar Internasional, sehingga dapat menjadikan
96
Indonesia sebagai salah satu negara produsen yang terkemuka. Peningkatan nilaitambah suatu komoditi umumnya akan diikuti dengan pertumbuhan industrinya, yangberarti pula akan menumbuhkembangkan roda perekonomian dan menambah lapangankerja baru.
e. Pengembangan bidang kelautan akan mendorong pula bangkitnya industri hulu danhilir, yang tentunya akan memacu pertumbuhan ekonomi dan pada gilirannya akanmenyediakan lapangan kerja dalam jumlah besar serta akan meningkatkankesejahteraan masyarakat.
f. Kebijakan kelautan nasional yang diarahkan untuk meningkatkan kemandirian bangsa,akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi peningkatan kondisi sosial budaya,posisi tawar politik di luar negeri, meningkatkan neraca perdagangan luar negeri, danmeningkatkan kemampuan Hankam serta dapat mewujudkan persatuan dan kesatuanbangsa Indonesia.
97
1. Umum
Pembangunan bidang kelautan merupakan upaya sistematis dan terencana yangdilakukan untuk memperkuat bidang ini, baik secara geopolitik, ekonomi, ekologi, maupunsosial-budaya dalam mewujudkan kedaulatan bangsa dan kemakmuran rakyat.Pembangunan bidang kelautan merupakan bagian dari upaya mewujudkan Indonesiasebagai Negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasis kepentingan nasionalsebagaimana diamanatkan oleh UU 17 tahun 2007 tentang RPJP Nasional. Dalam konsepsiNegara kepulauan tersebut, maka daratan dan lautan merupakan kesatuan wilayah yangutuh, sehingga penguatan bidang kelautan juga tidak terlepas dari upaya-upayapembangunan di darat. Begitu pula pembangunan di darat tidak bisa mengabaikankepentingan bangsa di laut. Konsepsi Negara kepulauan tersebut juga menunjukkanpentingnya pemerataan pembangunan, baik pemerataan hasil maupun kesempatan. Halini sekaligus menggambarkan bahwa pembangunan harus dirasakan oleh setiap masyarakatyang mendiami kepulauan, baik besar maupun kecil. Hal ini pun selaras dengan konsepwawasan nusantara yang diinspirasi Deklarasi Djuanda.
Keseriusan Pemerintah untuk mengimplementasikan paradigma diatas, kemudian lebihdipertegas lagi oleh pernyataan Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono yangdisampaikan pada KTT Rio+20 di Brasil akhir Juni 2012 tentang komitmen Indonesia dalammelaksanakan pembangunan nasional dengan pendekatan Blue Economy. Blue Economymerupakan model pembangunan ekonomi yang mengintegrasikan pembangunan darat danlaut dengan memperhitungkan daya dukung sumberdaya dan lingkungannya. Karena padaprinsipnya potensi darat dan laut harus disinergikan sehingga menjadi kekuatan, dan halutama yang perlu digunakan sebagai landasan dalam mengembangkan pemikiran tersebutadalah bagaimana kekuatan laut yang luasnya hampir dua pertiga wilayah Indonesia sertaberbagai peluang ekonomi secara internasional perlu dikembangkan bagi kemakmuranIndonesia secara berkelanjutan. Pembangunan nasional dengan pendekatan Blue Economyditujukan pula untuk mempercepat terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang pro-poor(pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan tenaga kerja)dan pro-environtment (melestarikan lingkungan).
Prinsip penyusunan Kebijakan Kelautan Indonesia (KKI) pada dasarnya mengacukepada kondisi bidang kelautan pada saat ini yang dihadapkan kepada kondisi bidang
Bab 6 KEBIJAKAN KELAUTANINDONESIA
98
kelautan yang diharapkan dapat dicapai. Selanjutnya, dituangkan kedalam Visi, Misi,Kebijakan, dan Strategi, serta Upaya yang diperlukan guna mewujudkannya.
Visi adalah suatu pemikiran untuk mencapai suatu cita-cita yang jauh ke depan danharus dicapai, sedangkan misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan dalamusahanya mewujudkan visi. Sementara, kebijakan atau policy adalah arah yang pasti ataumetode bertindak terpilih untuk memandu keputusan saat ini dan yang akan datang (TheMerriam Webster Dictionary, 1998). Kemudian, strategi merupakan suatu cara untukmencapai sasaran yang diinginkan. Batu bangun strategi ada tiga, yaitu: sumberdaya(resources), rencana atau konsep (concepts) dan sasaran (objectives). Muatan strategimeliputi tiga yaitu sarana (means), cara-cara (ways) dan tujuan (ends) (Naryadi, 2006).Untuk upaya adalah langkah-langkah aksi sebagai penjabaran dari strategi.
2. Visi, Misi, dan Kebijakan
Pengertian pembangunan bidang kelautan diatas dapat dipahami pula bahwa dimensipembangunan kelautan mencakup dimensi kemakmuran dan keadilan, pengelolaan,kedaulatan dan pengamanan laut, pendidikan dan penelitian, dan keberlanjutan. Orientasikemakmuran dan keadilan dimaknai sebagai pentingnya pembangunan kelautan dapatmembawa kemakmuran dan keadilan bagi bangsa Indonesia. Orientasi pengelolaan dimaknaisebagai pentingnya bangsa Indonesia untuk mengatur dan mengurus pembangunan danusaha kelautan secara efektif, efisien, dan sinergis. Kemudian, orientasi kedaulatan danpengamanan laut dimaknai sebagai pentingnya bangsa Indonesia secara empiris mampumenjaga wilayah lautnya dari berbagai ancaman secara mandiri tanpa didikte oleh pihakasing. Untuk orientasi pendidikan dan penelitian dimaknai sebagai pentingnya bangsaIndonesia untuk membangun karakter bangsa yang kuat dan berkualitas serta mampumenguasai teknologi. Sementara itu, orientasi keberlanjutan dimaknai sebagai pentingnyamemperhatikan kelestarian sumberdaya guna kepentingan generasi mendatang.
Berdasarkan pada harapan dan pandangan diatas, maka dirumuskan visi kelautanIndonesia adalah sebagai berikut:
“INDONESIA MENJADI NEGARA KEPULAUAN YANG MANDIRI, MAJU, KUAT, DANBERBASISKAN KEPENTINGAN NASIONAL”
Dengan misi utamanya mengintegrasikan pembangunan kelautan nasional yangdiarahkan pada pola pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber dayalaut berbasiskan ekosistem, yang meliputi aspek-aspek sumber daya manusia dankelembagaan, politik, ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pertahanan keamanan,dan teknologi. Secara lebih rinci misi kelautan Indonesia dirumuskan sebagai berikut:
99
1) Membangkitkan wawasan dan budaya bahari
2) Meningkatkan dan menguatkan peranan sumber daya manusia di bidang kelautan.
3) Menetapkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset, dan hal-hal terkaitdi dalamnya, termasuk kewajiban-kewajiban yang telah digariskan oleh hukum lautUnited Nation Convention on the Law Of Sea (UNCLOS) 1982.
4) Melakukan upaya pengamanan wilayah kedaulatan yurisdiksi dan aset Negara KesatuanRepublik Indonesia.
5) Mengembangkan industri kelautan secara sinergi, optimal, dan berkelanjutan.
6) Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut.
7) Mengelola dan Memanfaatkan laut secara bijaksana, terpadu, dan berkelanjutan untukkesejahteraan rakyat.
Selanjutnya, dengan memperhatikan cakupan visi dan misi ini, maka dapat ditentukanarah pembangunan kelautan nasional yang menjadi landasan kebijakan utamanya, yaknisebagai berikut:
a) Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia serta memperkuat nilai-nilai budayabahari yang bersumber pada nilai-nilai luhur bangsa. Untuk itu, perlu kebijakankebudayaan kelautan (ocean culture policy).
b) Memperkuat kemampuan nasional untuk pengelolaan sumberdaya kelautan gunamendorong terwujudnya pembangunan dan pengembangan usaha kelautan yang efektif,efisien dan sinergis. Dengan demikian, memerlukan kebijakan tata kelola kelautan(ocean governance policy).
c) Memperkuat sistem pertahanan dan keamanan yang mencerminkan Negara kepulauanyang bermartabat dan berkedaulatan. Hal yang mendasar dalam rangka penguatankedaulatan bangsa di laut adalah penetapan batas maritim yang harus segeradituntaskan. Oleh karenanya, perlu kebijakan keamanan maritim (maritime security policy).
d) Membangun ekonomi berbasis sumberdaya kelautan guna meningkatkan kesejahteraanrakyat. Dalam hal ini dituntut kemampuan untuk memobilisasi sumberdaya nasionalmelalui formulasi desain program kelautan nasional yang disertai kelengkapan instrumenfiskal, moneter, keuangan serta mobilisasi lintas sektor untuk mendukung bidangkelautan. Untuk itu, perlu suatu kebijakan ekonomi kelautan (ocean economic policy).
e) Memperhatikan kelestarian dan mengutamakan keberlanjutan sumberdaya kelautanguna kepentingan generasi mendatang. Hal ini penting sebagai upaya memeliharaekosistem laut yang kini sudah terancam akibat pencemaran, over-eksploitasisumberdaya, dsb. Oleh karena itu, perlu kebijakan lingkungan laut (marine environmentpolicy).
100
Dengan berdasarkan hal tersebut diatas dan mengacu kepada luasnya permasalahanyang harus ditangani, peluang dan kendala yang ada, serta kondisi yang diharapkan yangdihadapkan kepada kondisi saat ini, maka kebijakan yang diambil harus komprehensif,terintegrasi, terukur dan realistik, karena langkah yang diambil tersebut juga harus efektifatau dapat diimplementasikan secara nyata. Berdasarkan pemikiran tersebut, makadirumuskanlah kebijakan utama sebagai berikut:
“Kebijakan Kelautan Indonesia untuk pemanfaatan potensi kelautan dalam mengakselerasipembangunan nasional melalui kebijakan kebudayaan kelautan (ocean culture policy),kebijakan tata kelola kelautan (ocean governance policy), kebijakan keamanan maritim(maritime security policy), kebijakan ekonomi kelautan (ocean economic policy), dan kebijakanlingkungan laut (marine environment policy), guna mewujudkan negara kepulauan yangmandiri, maju, kuat, dan berbasis kepentingan nasional”.
Kemudian, secara lebih rinci Kebijakan Kelautan Indonesia untuk setiap pilarnya adalahsebagai berikut:
1) Kebijakan Kebudayaan Kelautan (Ocean Culture Policy):
“Menjadikan laut sebagai ruang hidup dan ruang juang, tempat belajar, berkarya, bekerja,berolah raga, dan berekreasi serta mendidik masyarakat
Indonesia agar mencintai, memelihara, mengelola, mengolah, meneliti, mengembangkanilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan secarabertanggungjawab dan berkelanjutan”.
2) Kebijakan Tata Kelola Kelautan (Ocean Governance Policy):
“Menciptakan sistem tata kelola kelautan nasional yang komprehensif, terintegrasi,efektif, dan efisien”.
3) Kebijakan Keamanan Maritim (Maritime Security Policy):
“Menegakkan kedaulatan dan hak-hak berdaulat serta hukum di laut dalam yurisdiksinasional, demi terwujudnya keutuhan, keamanan dan keselamatan Negara KesatuanRepublik Indonesia”.
4) Kebijakan Ekonomi Kelautan (Ocean Economic Policy):
“Mewujudkan perekonomian nasional berbasis kelautan yang kokoh, mandiri, berdayasaing, memberi nilai tambah, dan berkelanjutan dengan prinsip-prinsip blue economy,untuk kesejahteraan rakyat”.
5) Kebijakan Lingkungan Laut (Marine Environment Policy):
“Menjamin pemanfaatan laut dengan melestarikan lingkungan bagi kepentingan nasionaluntuk kesejahteraan rakyat”.
101
3. Strategi
Komponen strategi meliputi means (sumberdaya atau sarana dan prasarana), ends(tujuan atau sasaran) dan ways (cara dalam mencapai tujuan atau sasaran). Kemudian,untuk perumusan strategi ini mengacu kepada kebijakan yang telah dirumuskan di atas,namun tetap berdasarkan kondisi nyata yang memungkinkan untuk dicapai. Strategi yangdirumuskan sebagai penjabaran lebih lanjut dari kebijakan, adalah sebagai berikut:
a. Strategi untuk Kebijakan Kebudayaan Kelautan (Ocean Culture Policy):
1) Strategi 1: Membangkitkan wawasan dan budaya bahari.
Strategi ini bertujuan agar masyarakat Indonesia memiliki pemahaman yang baikterhadap wawasan kelautan, nilai-nilai budaya bahari, dan kearifan lokal di bidangkelautan, untuk mendukung ketahanan pangan, menjaga kedaulatan, mengentaskankemiskinan, dan meningkatkan peran Indonesia di kancah internasional. Sasaranyang ingin dicapai adalah mantapnya wawasan kelautan di seluruh lapisanmasyarakat Indonesia, termasuk para pengambil kebijakan (eksekutif, legislatifdan yudikatif), sehingga akan mengoptimalkan pembangunan kelautan nasionalsebagai salah satu pilar utama ekonomi bangsa, serta terlembaganya nilai-nilaipositif budaya bahari, seperti menjunjung tinggi nilai-nilai keuletan, kerja keras,keberanian menanggung resiko (enterpreunership), gotong royong, menghargaiperbedaan, dan cinta akan lingkungan.
2) Strategi 2: Harmonisasi unsur-unsur kearifan lokal ke dalam sistempengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk mencegah terjadinya konflik sosial dalammemanfaatkan sumberdaya laut. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalahterciptanya pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan dengan lingkunganusaha yang aman dan kondusif.
3) Strategi 3: Mempertahankan dan mengembangkan kota-kota pelabuhanbersejarah.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk melestarikan dan mengembangkan wisatabudaya bahari nusantara. Sasaran yang hendak dicapai adalah:
i. Terjaganya bukti-bukti sejarah kejayaan bahari di nusantara yang merupakanbagian dari sejarah perkembangan budaya bangsa.
ii. Berkembangnya wisata budaya bahari nusantara sebagai salah satu tujuanutama para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
102
4) Strategi 4: Meningkatkan dan memberdayakan sumber daya manusia (SDM)bahari.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk mampu menghasilkan SDM kelautan yangtrampil (skilled labor), profesional, dan bertaraf internasional, sehingga mampubersaing dengan tenaga kerja asing. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:
i. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja untuk tata kelola dan industri kelautannasional.
ii. Terwujudnya pengusaha bidang kelautan yang produktif, efisien, danberkelanjutan.
5) Strategi 5: Meningkatkan dan menguatkan peranan IPTEK dan Riset Kelautan.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan danteknologi kelautan di Indonesia, serta menjadi salah satu pusat riset kelautan tropisdunia. Sasaran yang hendak dicapai adalah:
i. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendukungpengembangan usaha bidang kelautan.
ii. Tumbuhnya usaha bidang kelautan yang inovatif, kreatif, dan berdaya saingtinggi.
iii. Termanfaatkannya sumberdaya kelautan Indonesia secara efisien, optimal,dan berkelanjutan.
b. Strategi untuk Kebijakan Tata Kelola Kelautan (Ocean Governance Policy):
1) Strategi 1: Menata sistem hukum nasional di bidang kelautan.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk mengharmonikan dan mengoptimalkanperaturan hukum di bidang kelautan. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalahterwujudnya tertib hukum secara tegas dan jelas dalam mengelola sumber dayakelautan nasional.
2) Strategi 2: Mempercepat terbentuknya peraturan perundang-undangan yangmengatur bidang kelautan secara komprehensif dan terpadu.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk menghasilkan Undang-undang tentangKelautan sebagai payung hukum utama dan acuan bersama bagi semuastakeholders bidang kelautan di Indonesia. Sasaran yang hendak dicapai adalahadanya dukungan politik yang kuat, baik dari supra struktur politik, yakni DewanPerwakilan Rakyat (DPR) maupun pemerintah, dalam melaksanakan pembangunankelautan nasional.
103
3) Strategi 3: Mengimplementasikan dan menindaklanjuti Konvensi PBB tentangHukum Laut Internasional 1982 (UNCLOS 1982).
Tujuan dari strategi ini adalah untuk menerapkan UNCLOS 1982 untuk kepentinganIndonesia dalam menentukan batas wilayah lautnya dan ikut berperan dalammemanfaatkan sumber daya alam di perairan internasional. Sasaran yang hendakdicapai adalah terselesaikannya batas wilayah laut NKRI secara jelas dan utuhserta turut andil dalam memanfaatkan sumber daya alam di perairan internasional.
4) Strategi 4: Menuntaskan penyelesaian hak dan kewajiban dalam mengelolawilayah perbatasan maritim berdasarkan ketentuan UNCLOS 1982.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk segera menuntaskan perjanjian-perjanjianbatas maritim Indonesia dengan negara-negara tetangga yang masih terbengkalaidan memperjuangkan pembagian beban bersama dalam menjaga keselamatan,keamanan dan perlindungan wilayah maritim perbatasan dengan negara-negaratetangga sesuai amanat UNCLOS 1982. Sasaran yang hendak dicapai adalahjelasnya batas wilayah laut yurisdiksi nasional, guna mendapat kepastian hukumdalam melaksanakan pengelolaan sumberdaya laut dan penegakan hukum diwilayah laut perbatasan.
5) Strategi 5: Membentuk sistem kelembagaan pemerintahan di bidang kelautanyang terintegrasi, komprehensif, berwenang untuk membuat perencanaandan mengevaluasi implementasi program-program pembangunan kelautannasional secara keseluruhan.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk membentuk sistem kelembagaan pemerintahyang memiliki wewenang menyusun dan memadukan perencanaan atauroadmap seluruh pembangunan kelautan nasional serta mengevaluasi tahapanimplementasinya. Sasaran yang hendak dicapai adalah sinergis dan harmoninyapembangunan bidang kelautan nasional, baik diantara internal sektornya maupundengan bidang lainnya.
6) Strategi 6: Membangun sistem tata kelola kelautan Indonesia yang baik,transparan, adil, dan bertanggungjawab.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk membuat aktivitas pengelolaan dan peman-faatan sumberdaya laut berjalan efektif, selaras, dan berkelanjutan serta dapatmencegah timbulnya potensi konflik sosial. Adapun sasaran yang hendak dicapaiadalah :
i. Usaha bidang kelautan berjalan optimal, efisien, dan sesuai dengan kapasitasdaya dukungnya.
104
ii. Nihilnya potensi konflik sosial yang diakibatkan oleh pemanfaatan sumberdayalaut.
7) Strategi 7: Meningkatkan pengelolaan aset Negara di Bidang Kelautan,
Strategi ini bertujuan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya bagikesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia sesuai amanat pasal 33 UUD 1945.Sasaran yang ingin dicapai adalah Optimalnya pengelolaan aset/kekayaan negaradi bidang kelautan (seperti: wilayah pesisir, laut, dasar laut, tanah di bawah dasarlaut dan segala kekayaan yang terkandung didalam/diatasnya termasuk keindahan,serta kekayaan yang tidak terlihat (intangible), contohnya: rute-rute pelayaran).
8) Strategi 8: Memperkuat sumberdaya manusia untuk menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan di bidang kelautan yang didasarkan pada peraturanperundangan baik nasional maupun internasional.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk meningkatkan kemampuan profesionalismesumberdaya manusia yang bertugas menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan dilaut sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, baik ditingkat nasionalmaupun internasional. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah sumber dayamanusia yang cakap dan profesional dalam menjalan tugas-tugas pokok danfungsi-fungsi pemerintahan di laut Indonesia.
9) Strategi 9: Mengefektifkan sistem koordinasi dalam perencanaan,pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kebijakan di bidang kelautan.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk meningkatkan efektivitas koordinasi antarsektor dalam merumuskan pengembangan bidang kelautan. Adapun sasaran yanghendak dicapai adalah terselesaikannya permasalahan yang terkait dengan bidangkelautan secara cepat dan tepat.
c. Strategi untuk Kebijakan Keamanan Maritim (Maritime Security Policy):
1) Strategi 1: Membentuk Badan Keamanan Laut Indonesia yang profesional.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk membentuk satu lembaga yang memilikikewenangan multifungsi sebagai maritime law enforcement, search and rescue atsea, environmental protection, shipping safety, fishery protection, dan custom andimmigration secara efektif dan efisien. Lembaga/Instutusi ini akan mengintegrasikanBAKORKAMLA dengan seluruh instansi-instansi yang berwenang mengadakanoperasi penegakan hukum dan keamanan di laut, yang selama ini menjalankanfungsi-fungsi seperti tersebut diatas secara sendiri-sendiri, sehingga menjadikurang efektif dan efisien, bahkan cenderung tumpang tindih dalam pelaksana-
105
annya. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah laut Indonesia menjadi amandan terjaga dari kejahatan perompakan, penyelundupan, pencurian kekayaannegara, kejahatan transnasional, dan kejahatan-kejahatan laut lainnya.
2) Strategi 2: Meningkatkan kemampuan dan kinerja pertahanan dan keamanansecara terpadu di seluruh wilayah laut dalam yurisdiksi nasional dan kinerjakeamanan di laut lepas.
Strategi ini bertujuan untuk mampu secara efektif menjaga kedaulatan dan keutuhanwilayah NKRI dari ancaman pihak asing melalui penyediaan fasilitas armadapengawas termasuk alutsista untuk memperkuat hankam wilayah laut dalamyuridiksi nasional, khususnya yang berbatasan dengan Negara tetangga. Adapunsasaran yang hendak dicapai adalah :
i. Terjaganya kedaulatan dan keutuhan wilayah laut NKRI.
ii. Terwujudnya kekuatan laut nasional yang diperhitungkan dan disegani olehnegara-negara lain.
3) Strategi 3: Meningkatkan peran aktif dalam kerjasama pertahanan dankeamanan bidang kelautan di tingkat regional dan internasional.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk memperkuat eksistensi bangsa Indonesiadalam mengelola dan mengembangkan bidang kelautan di tingkat regional daninternasional. Hal ini dapat dicapai melalui kebijakan keikutsertaan Indonesia dalamberbagai organisasi kelautan regional dan dunia, seperti ARF (Asean RegionalForum), ADMM (Asean Defence Minister Meeting), ASPC (Asean Political andSecurity Council), PSI (Prolifereaction Security Initiative) dan CSI (ContainerSecurity Initiative). Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah Indonesia memilikiposisi tawar yang tinggi di tingkat regional dan internasional dalam pengelolaanbidang kelautan.
4) Strategi 4: Mengembangkan Sistem Monitoring, Controling, and Surveilance(MCS) dan Penanganan Pelanggaran di laut yang efektif.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, danketerpaduan pelaksanaan deteksi, identifikasi, pengawasan dan penindakanterhadap pelanggaran di wilayah laut NKRI. Sasaran yang hendak dicapai adalahterkendalinya pelanggaran hukum di wilayah laut yurisdiksi nasional untukpengembangan usaha bidang kelautan
5) Strategi 5: Mempercepat pembangunan wilayah di choke points dan sabukbatas wilayah teritorial Indonesia.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk memperkuat jati diri bangsa dan stabilitashankam di wilayah-wilayah perbatasan dari pengaruh ideologi, politik, ekonomi,
106
sosial, dan budaya negara asing/negara tetangga. Sasaran yang hendak dicapaiadalah terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan lingkungan yang kondusif disekitar wilayah perbatasan negara.
d. Strategi untuk Kebijakan Ekonomi Kelautan (Ocean Economic Policy):
1) Strategi 1: Menciptakan iklim investasi usaha di bidang kelautan yangkondusif dan efisien.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk menarik minat para investor, utamanya investordalam negeri, untuk berinvestasi di bidang kelautan. Adapun sasaran yang hendakdicapai adalah :
i. Pemanfaatan sumberdaya laut nasional yang optimal dan sesuai dengankapasitas daya dukungnya.
ii. Berkembangnya industri kelautan nasional.
2) Strategi 2: Menciptakan sistem fiskal dan moneter yang mendukungpengembangan usaha bidang kelautan.
Strategi ini bertujuan untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan industrikelautan nasional, mulai dari hulu hingga hilir. Sasaran yang ingin dicapai adalahindustri kelautan nasional tumbuh kuat dan memiliki daya saing yang baik.
3) Strategi 3: Membangun kawasan ekonomi kelautan secara terpadu denganmenggunakan prinsip-prinsip blue economy di wilayah pesisir dan perairanlaut Indonesia.
Tujuan dari strategi ini adalah jaminan kepastian tempat pengembangan usahabidang kelautan yang efisien, aman, dan berkelanjutan serta berbasis lingkunganatau ekosistem. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah tumbuhnya sentra-sentra pengembangan usaha atau bisnis bidang kelautan yang inovatif, terintegrasi,efisien, nir-limbah, berdaya saing, dan berjalan sinergis dengan sektor dan bidanglain yang terkait.
4) Strategi 4: Mengoptimalkan penyediaan fasilitas infrastruktur yangdibutuhkan dunia usaha di bidang kelautan.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk mendukung dan mempermudah usaha bidangkelautan tumbuh dan berkembang dengan stabil, efisien dan berkelanjutan.Sasaran yang hendak dicapai adalah terpenuhinya fasilitas infrastruktur dasar(seperti: energi listrik, air bersih, bahan bakar minyak/BBM atau substitusinya,aksesibilitas, dan pelabuhan) untuk pengembangan usaha bidang kelautan.
107
5) Strategi 5: Mengembangkan dunia usaha di bidang kelautan nasional yangberdaya saing dan bertaraf internasional.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk menumbuhkan dan membangun usaha atauindustri kelautan di Indonesia guna menggerakkan perekonomian, memperluaslapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan nasional. Sasaran yang hendakdicapai adalah meningkatnya kontribusi bidang kelautan terhadap pertumbuhanekonomi, PDB, penyerapan tenaga kerja dan tingkat kesejahteraan nasional.
6) Strategi 6: Mengembangkan kemitraan usaha bidang kelautan yang salingmenguntungkan antara usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) denganusaha besar.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk mempercepat tumbuhnya usaha bidangkelautan secara merata dan berkembang secara sinergis untuk saling melengkapiserta saling menguntungkan dalam upaya mengembangkan usaha bidang kelautanyang terpadu dan efisien. Sasaran yang hendak dicapai adalah usaha bidangkelautan yang tumbuh dan berkembang luas di masyarakat serta memberikanmanfaat yang nyata dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.
7) Strategi 7: Mengembangkan kota bandar dunia
Tujuan dari strategi ini adalah untuk mengoptimalkan letak posisi strategis BangsaIndonesia yang berada di tengah persimpangan jalur penting perdagangan dunia(dilalui 40% kapal-kapal perdagangan internasional) dengan mengembangkankota-kota pantainya sebagai kota bandar dunia untuk kawasan industri danperdagangan internasional. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:
i. Tumbuh pesatnya pembangunan ekonomi di kawasan pesisir dan sekitarnya.
ii. Terciptanya banyak lapangan kerja.
iii. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat pesisir
8) Strategi 8: Memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan kesejahteraanbagi sumber daya manusia (SDM) di bidang kelautan.
Tujuan dari strategi ini adalah agar sumber daya manusia kelautan Indonesia,utamanya tenaga kerja yang bekerja di industri-industri kelautan nasional, mem-peroleh akses kesempatan kerja, pendapatan, pendidikan dan kesehatan yanglayak. Sekurang-kurangnya tingkat pendapatannya bisa mencukupi kebutuhanminimum untuk pangan dan sandang, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatandi lingkungan tempat tinggalnya. Sasaran yang hendak dicapai adalah bidangkelautan memberikan kontribusi nyata bagi berkurangnya jumlah kemiskinan diIndonesia.
108
9) Strategi 9: Mengembangkan kerjasama ekonomi dengan negara-negara mitradagang bidang kelautan.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk menyediakan jaminan kepastian pasar globalbagi industri kelautan nasional. Sasaran yang hendak dicapai adalah kuatnya posisitawar industri kelautan nasional dalam perdagangan internasional.
e. Strategi untuk Kebijakan Lingkungan Laut (Marine Environment Policy):
1) Strategi 1: Memperkuat dan mengembangkan Wilayah Daerah Aliran Sungai(DAS), pesisir, laut dan pulau-pulau kecil melalui pengelolaan secara terpadudan berkelanjutan.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk membangun pola-pola pengelolaan wilayahDAS, pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang saling mendukung dan terpadu sertaharmoni dengan lingkungan daratan. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:
i. Terwujudnya sistem pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang terpadudan berkelanjutan.
ii. Terbentuknya wilayah pesisir hijau yang serasi dan harmoni denganlingkungan.
2) Strategi 2: Memperkuat konservasi ekosistem laut.
Strategi ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut dan sekaligusmemelihara kelestarian sumberdaya hayatinya. Sasaran yang ingin dicapai adalahterlindungnya wilayah pesisir dari gangguan atau kerusakan alam dan memberikanmanfaat nyata bagi kehidupan masyarakat.
3) Strategi 3: Mencegah, menanggulangi. dan pemulihan sumber pencemarandan dampak pencemaran, bencana, dan perubahan iklim.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk memelihara dan menjaga lingkungan lautbagi kehidupan dan kesehatan manusia, baik saat ini maupun yang akan datang,serta untuk meminimalisir resiko bencana yang berpotensi terjadi di wilayah pesisirdan laut. Wilayah Indonesia sebagian besar adalah laut, sehingga bila lingkunganlaut tersebut terpelihara dan terjaga dengan baik, maka akan menunjang sumberkehidupan yang masyarakat pesisir secara berkelanjutan. Selain itu, juga akanmenjadi sumber makanan sehat dan obat-obatan bagi manusia. Jadi sudahsemestinya laut menjadi sumber kehidupan bangsa untuk masa kini dan masadepan. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah meningkatnya kesejahteraandan kualitas hidup serta keselamatan rakyat Indonesia, utamanya masyarakatpesisir.
109
4) Strategi 4: Mengembangkan tata guna dan infrastruktur pesisir dan laut(coastal and sea use) yang berkelanjutan.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk menerapkan perencanaan sistem tata gunadan infrastruktur pesisir dan laut yang sinergi dan harmoni dengan lingkungannya.Sasaran yang hendak dicapai adalah terciptanya keterpaduan dalam perencanaantata ruang antara satu sektor dengan sektor lainnya tanpa mengorbankankelestarian lingkungan pesisir dan laut.
5) Strategi 5: Mengembangkan kerjasama bilateral, regional dan global di bidangpengelolaan lingkungan kelautan.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan lautdengan ruang lingkup yang lebih luas dan terpadu. Sasaran yang hendak dicapaiadalah terjaga dan lestarinya kawasan ekosistem laut secara utuh dan menyeluruhdengan pendanaan secara bersama.
4. Upaya-Upaya
110
Tabe
l 6.1
Upa
ya-U
paya
yan
g D
ilaku
kan
untu
k Im
plem
enta
si S
trat
egi d
ari K
ebija
kan
Keb
uday
aan
Kel
auta
n (O
cean
Cul
ture
Pol
icy)
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
“Keb
ijaka
n K
elau
tan
Oce
an C
ultu
re1.
Mem
bang
kitk
ana)
Men
sosi
alis
asik
an n
ilai-n
ilai
Kem
dikb
ud d
anJa
ngka
Indo
nesi
a un
tuk
Polic
y:w
awas
an d
anbu
daya
bah
ari I
ndon
esia
kep
ada
DE
KIN
Men
enga
hpe
man
faat
an p
oten
siM
enja
dika
n la
utbu
daya
bah
ari
mas
yara
kat u
mum
unt
ukke
laut
an d
alam
seba
gai r
uang
hid
upm
enin
gkat
kan
min
at d
an a
pres
iasi
men
gaks
eler
asi
dan
ruan
g ju
ang,
nasi
onal
dal
am p
emba
ngun
anpe
mba
ngun
ante
mpa
t ber
kary
a,ke
laut
anna
sion
al m
elal
uibe
kerja
, ber
olah
kebi
jaka
n ke
buda
yaan
raga
, ber
suka
riab)
Mem
bang
un m
useu
m-m
useu
mK
emdi
kbud
,Ja
ngka
kela
utan
(oc
ean
dan
mas
yara
kat
IPTE
K K
elau
tan
dan
Bud
aya
Kem
negr
iste
k, d
anP
anja
ngcu
lture
pol
icy)
,In
done
sia m
encin
tai,
Bah
ari
Pem
dake
bija
kan
tata
kel
ola
mem
elih
ara,
kela
utan
(oc
ean
men
gem
bang
kan,
c)M
erum
uska
n da
n m
enge
mba
ng-
Kem
dikb
ud, K
KP,
Jang
kago
vern
ance
pol
icy)
,m
enge
lola
, men
g-ka
n W
awas
an K
elau
tan,
yai
tuKe
mhu
b, D
iklat
Kel
auta
nP
ende
kke
bija
kan
keam
anan
olah
dan
mem
an-
Waw
asan
Bah
ari
Orm
as/L
SM
Kel
auta
ns/
dm
ariti
m (
mar
itim
efa
atka
n su
mbe
rLe
mba
ga K
eaga
maa
nM
enen
gah
secu
rity
polic
y),
daya
laut
sec
ara
kebi
jaka
n ek
onom
ibe
rtang
gung
jaw
abd)
Mer
umus
kan
Waw
asan
Bah
ari
kela
utan
(oc
ean
dan
berk
elan
juta
nse
baga
i Geo
-life
ban
gsa
Indo
nesi
aec
onom
ic p
olic
y), d
andi
sam
ping
Waw
asan
Nus
anta
rake
bija
kan
lingk
unga
nse
baga
i Geo
-pol
itik
laut
(m
arin
een
viro
nmen
t pol
icy)
,e)
Men
gem
bang
kan
Bud
aya
Bah
ari
guna
mew
ujud
kan
men
jadi
bag
ian
dari
Bud
aya
nega
ra k
epul
auan
Nas
iona
lya
ng m
andi
ri, m
aju,
kuat
, dan
ber
basi
sf)
Mem
asuk
kan
Waw
asan
Bah
ari,
Kem
dikb
ud, K
KP
Jang
kake
pent
inga
nke
arifa
n lo
kal,
adat
istia
dat B
ahar
iK
emhu
b, D
ikla
tP
ende
k s/
dna
sion
al”.
dan
Buda
ya B
ahar
i ke
dala
m s
ilabi
Kel
auta
n O
rmas
/Ja
ngka
Dik
latn
asLS
M K
elau
tan
Pan
jang
g)M
emel
ihar
a pe
ning
gala
n Bu
daya
Baw
ah A
ir m
elal
ui R
eser
vasi
,R
esto
rasi
dan
Kon
serv
asi
111
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
h)M
enye
leng
gara
kan
Pem
iliha
nK
emdi
kbud
,Ja
ngka
Put
ra P
utri
Bah
ari s
etia
p ta
hun
Kem
pare
kraf
,P
ende
km
enja
di b
agia
n ac
ara
perin
gata
nK
empo
raH
ari N
usan
tara
2.H
arm
onis
asi u
nsur
-a)
Mel
akuk
an p
enel
itian
dan
men
-K
emdi
kbud
, LIP
I,Ja
ngka
unsu
r ke
arifa
n lo
kal
doku
men
tasi
kan
tent
ang
dan
Per
guru
an T
ingg
iM
enen
gah
keda
lam
sis
tem
kebu
daya
an k
elau
tan
dan
nila
i-pe
ngel
olaa
n da
nni
lai b
uday
a tra
disi
onal
pem
anfa
atan
mas
yara
kat m
ariti
msu
mbe
r day
ake
laut
anb)
Mem
asuk
an u
nsur
-uns
ur k
earif
anK
emdi
kbud
, Lem
baga
Jang
kalo
kal y
ang
term
uat d
alam
trad
isi-
adat
dan
Lem
baga
-P
ende
k s/
dtra
disi
loka
l ke
dala
m s
iste
mle
mba
ga s
wad
aya
Jang
kape
ndid
ikan
form
al d
an in
form
alm
asya
raka
tP
anja
ng
c)M
enja
dika
n pe
lest
aria
nlin
gkun
gan
laut
seb
agai
bag
ian
dari
buda
ya b
ahar
i
3.M
empe
rtaha
nkan
a)M
elak
ukan
pen
eliti
an d
an m
enK
emdi
kbud
, LIP
I, da
nJa
ngka
dan
men
gem
bang
-do
kum
enta
sika
n ko
ta-k
ota
Per
guru
an T
ingg
iM
enen
gah
kan
kota
-kot
aba
ndar
/pel
abuh
an la
ma/
tua
yang
pela
buha
n se
jara
hm
enja
di b
ukti
seja
rah
keja
yaan
baha
ri nu
sant
ara
b)M
erev
italis
asi k
ota-
kota
ban
dar/
Kem
dikb
ud, K
em-P
UJa
ngka
pela
buha
n se
jara
hda
n P
emda
Pan
jang
4.M
enin
gkat
kan
dan
a)M
embe
ntuk
Lem
baga
Dik
lat y
ang
Kem
dikb
ud, K
emhu
b,Ja
ngka
Mem
berd
ayak
anbe
rkua
litas
ses
uai d
enga
nK
KP,
Pen
dek
s/d
sum
berd
aya
lapa
ngan
pek
erja
anP
anja
ngm
anus
ia (
SD
M)
Bah
ari
b)M
erum
uska
n St
anda
r kom
pete
nsi
SD
M B
ahar
i
c)M
emas
ukka
n ku
rikul
um m
ater
ike
laut
an k
e se
tiap
Dik
latlu
h
112
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
d)M
emba
ngun
Uni
vers
itas
Kela
utan
dan
Inst
itut T
ekno
logi
Mar
itim
e)M
enge
mba
ngka
n pr
ogra
m b
eaK
emdi
kbud
Jang
kasi
swa
khus
us d
i bid
ang
kela
utan
Pan
jang
f)M
embe
ntuk
Oce
an C
ente
r di
Inst
ansi
Pem
erin
tah
Jang
kaP
usat
, Reg
iona
l dan
Kab
/Kot
aya
ng te
rkai
t,Sw
asta
,P
ende
kya
ng a
nggo
tany
a pe
mer
inta
h,D
ikla
t kel
auta
n, d
ans/
ddi
klat
, sw
asta
dan
mas
yara
kat
Toko
h m
asya
raka
tP
anja
ngke
laut
an
g)M
enye
diak
an S
DM
Bah
ari y
ang
Kem
dikb
ud,K
KP,
Jang
kata
nggu
h da
n be
rtara
f int
erna
sion
alK
emhu
b,P
ende
kun
tuk
mem
enuh
i keb
utuh
anK
emna
kertr
ans
s/d
nasi
onal
dan
inte
rnas
iona
lP
anja
ng
5.M
enin
gkat
kan
dan
a)M
enyu
sun
renc
ana
indu
k ris
etK
emne
gris
tek,
Jang
kam
engu
atka
nke
laut
an n
asio
nal d
an m
eng-
Kem
dikb
ud,
LIP
I,P
ende
kpe
rana
n IP
TEK
dan
inte
gras
ikan
nya
deng
an k
egia
tan
Per
guru
an T
ingg
i,R
iset
Kel
auta
nin
dust
ri ke
laut
an n
asio
nal
dan
Aso
sias
i
b)M
emba
ngun
pus
at-p
usat
ris
etK
emne
gris
tek,
Jang
kake
laut
an tr
opis
yan
g m
erup
akan
Kem
dikb
ud, L
IPI,
dan
Pan
jang
cent
er o
f exc
elen
ces
duni
aP
ergu
ruan
Tin
ggi
c)M
enin
gkat
an s
aran
a da
n pr
a-K
emne
gris
tek,
Jang
kasa
rana
rise
t dan
ipte
k k
elau
tan
Kem
dikb
ud, d
an L
IPI
Pan
jang
d)M
emac
u pe
man
faat
an d
anK
emko
min
fo d
anJa
ngka
pene
rapa
n ha
sil-h
asil
riset
Kem
negr
iste
kP
anja
ngke
laut
an y
ang
tela
h di
hasi
lkan
mel
alui
pro
gram
difu
si d
andi
sem
inas
i
113
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
e)M
engu
asai
IPTE
K k
elau
tan
Kem
negr
iste
k, L
IPI,
Jang
kaK
KP,
Kem
dikb
ud,
Pen
dek
Kem
hub,
Kem
kom
info
s/d
Pem
da, P
ergu
ruan
Pan
jang
Ting
gi, d
an In
dust
rim
ariti
mf)
Men
yele
ngga
raka
n R
iset
Kel
auta
n
g)M
emba
ngun
Sis
tem
Info
rmas
iM
ariti
m N
asio
nal
h)M
engi
nteg
rasi
kan
kegi
atan
Ris
et d
an IP
TEK
kel
auta
nde
ngan
keg
iata
n in
dust
ri
i)M
enga
daka
n ke
rjasa
ma
anta
rle
mba
ga k
elau
tan,
bai
k na
sion
alm
aupu
n in
tern
asio
nal
114
115
“Keb
ijaka
n K
elau
tan
Oce
an1.
Men
ata
sist
ema)
Mel
akuk
an p
enel
usur
an,
DE
KIN
, KK
PJa
ngka
Indo
nesi
a un
tuk
Gov
erna
nce
huku
m n
asio
nal d
iin
vent
aris
asi,
dsn
iden
tifik
asi
Kem
kum
ham
,M
enen
gah
pem
anfa
atan
pot
ensi
Polic
y:bi
dang
Kel
auta
npe
ratu
ran
peru
ndan
g-un
dang
anda
n D
PR
kela
utan
dal
amM
enci
ptak
an s
iste
mdi
bid
ang
kela
utan
men
gaks
eler
asi
tata
kel
ola
kela
utan
pem
bang
unan
nasi
onal
yan
gb)
Mel
akuk
an p
enel
itian
/pen
gkaj
ian:
DE
KIN
, KK
P,Ja
ngka
nasi
onal
mel
alui
kom
preh
ensi
f,-
Pen
gatu
ran
huku
m y
ang
perlu
Kem
kum
ham
,M
enen
gah
kebi
jaka
n ke
buda
yaan
terin
tegr
asi,
efek
tif,
dici
ptak
an (b
elum
ada
pen
g-da
n D
PR
kela
utan
(oc
ean
dan
efis
ien
atur
anny
a)cu
lture
pol
icy)
,-
Pen
gatu
ran
huku
m y
ang
kebi
jaka
n ta
ta k
elol
am
emer
luka
n as
pek
kela
utan
kela
utan
(oc
ean
nya
(bel
um a
da a
spek
gove
rnan
ce p
olic
y),
kela
utan
nya)
kebi
jaka
n ke
aman
an-
Pen
gatu
ran
huku
m y
ang
mar
itim
(m
ariti
me
mem
erlu
kan
harm
onis
asi/
secu
rity
polic
y),
sink
roni
sasi
( m
ence
gah
kebi
jaka
n ek
onom
itu
mpa
ng t
indi
h/be
rtent
anga
n)ke
laut
an (
ocea
nec
onom
ic p
olic
y), d
an2.
Mem
perc
epat
ter-
a)M
ensin
kron
kan
kons
ep R
anca
ngan
DE
KIN
dan
DP
DJa
ngka
kebi
jaka
n lin
gkun
gan
bent
ukny
a pe
ratu
ran
Und
ang-
Und
ang
(RU
U)
Kel
auta
nP
ende
kla
ut (
mar
ine
peru
ndan
g-un
dang
anD
PD
dan
DE
KIN
envi
ronm
ent p
olic
y),
yang
men
gatu
rgu
na m
ewuj
udka
nbi
dang
kel
auta
nb)
Men
gupa
yaka
n R
UU
Kel
auta
nD
EK
IN, K
KP,
Jang
kagu
na m
ewuj
udka
nse
cara
kom
pre-
mas
uk p
riorit
as P
role
gnas
201
3Ke
mku
mha
m, d
an D
PRP
ende
kne
gara
kep
ulau
anhe
nsif
dan
terp
adu
yang
man
diri,
maj
u,ku
at, d
an b
erba
sis
3.M
engi
mpl
emen
tasi
-a)
Men
yele
saik
an b
atas
wila
yah
laut
/K
KP,
DE
KIN
,Ja
ngka
kepe
ntin
gan
kan
dan
men
inda
km
ariti
m a
ntar
a la
in Z
ona
Kem
kum
ham
, Kem
lu,
Men
enga
hna
sion
al”.
lanj
uti K
onve
nsi P
BBTa
mba
han,
Lan
das
Kon
tinen
Kem
han,
dan
Mab
es T
NI
tent
ang
Huk
um L
aut
Inte
rnas
iona
l 198
2b)
Men
yele
saik
an D
elim
itasi
wila
yah
(UN
CLO
S 1
982)
laut
den
gan
nega
ra te
tang
ga a
.l.
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
Tabe
l 6.2
Upa
ya-U
paya
yan
g D
ilaku
kan
untu
k Im
plem
enta
si S
trat
egi d
ari K
ebija
kan
Tata
Kel
ola
Kel
auta
n (O
cean
Gov
erna
nce
Polic
y)
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
Sin
gapu
ra, M
alay
sia,
Indi
a,Ti
mor
Les
te, P
alao
c)M
erum
uska
n pe
ngat
uran
hak
dan
kew
ajib
an In
done
sia
di L
aut
Beb
asd)
Mem
perk
uat k
erja
sam
a de
ngan
Inte
rnat
iona
l Sea
bed
Aut
horit
yda
lam
ran
gka
Pem
anfa
atan
Inte
rnat
iona
l Sea
bed
Are
a
4.M
enun
task
ana)
Men
gaks
eler
asi p
enye
lesa
ian
Kem
lu, K
emha
n,Ja
ngka
peny
eles
aian
hak
&pe
neta
pan
bata
s m
ariti
m d
enga
nS
etne
g, d
anM
enen
gah
kew
ajib
an d
alam
nega
ra-n
egar
a te
tang
gaK
emku
mha
mm
enge
lola
wila
yah
perb
atas
an m
ariti
mb)
Men
unta
skan
pen
ataa
n na
ma-
Kem
han,
TN
I AL,
Jang
kabe
rdas
arka
nna
ma
geog
rafis
(top
onim
i) m
ariti
mS
etne
g, d
an K
emlu
Men
enga
hke
tent
uan
UN
CLO
S19
82c)
Men
gelo
la w
ilaya
h pe
rbat
asan
BN
PP,
KK
P,Ja
ngka
mar
itim
dan
pul
au-p
ulau
kec
ilK
empa
rekr
afM
enen
gah
terlu
ar s
ecar
a ef
ektif
dan
efis
ien
5.M
embe
ntuk
sis
tem
a)M
enin
gkat
kan
dan
mem
perk
uat
Pre
side
n da
n D
EK
INJa
ngka
kele
mba
gaan
pera
n da
n fu
ngsi
DE
KIN
seb
agai
Pen
dek
pem
erin
taha
n di
Lem
baga
Pem
erin
tah
Non
bida
ng k
elau
tan
Kem
ente
rian
bida
ng K
elau
tan
yang
terin
tegr
asi,
(Nat
iona
l Oce
an O
ffice
dan
kom
preh
ensi
f, da
nSt
eerin
g C
omm
ittee
)be
rwen
ang
untu
km
embu
at p
eren
-b)
Men
ata
Tata
Pem
erin
taha
nK
emda
gri d
an D
EK
INJa
ngka
cana
an d
an m
eng-
Kel
auta
n an
tar s
trata
(Pus
at d
anM
enen
gah
eval
uasi
impl
emen
tasi
Dae
rah)
prog
ram
-pro
gram
pem
bang
unan
kela
utan
nas
iona
lse
cara
kes
elur
uhan
116
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
6.M
emba
ngun
sis
tem
a)M
emba
ngun
sis
tem
tata
Kem
dagr
i,Ja
ngka
tata
kel
ola
kela
utan
pem
erin
taha
n di
bid
ang
kela
utan
Kem
negp
an,
Men
enga
hIn
done
sia
yang
bai
k,ya
ng e
fisie
n, k
ompr
ehen
sif
dan
DE
KIN
, dan
Pem
datra
nspa
ran,
adi
l, da
nte
rinte
gras
i, ba
ik d
i tin
gkat
pus
atbe
rtang
gung
jaw
ab.
mau
pun
daer
ah.
b)M
enyu
sun
renc
ana
indu
k pe
nge-
BA
PP
EN
AS
dan
Jang
kalo
laan
dar
at, p
esis
ir, d
an la
utB
AP
PE
DA
Men
enga
hda
lam
kes
atua
n Ta
ta R
uang
Nas
iona
l
7.M
enin
gkat
kan
a)M
enyu
sun
dan
men
yem
purn
akan
DP
R, S
etne
g,Ja
ngka
peng
elol
aan
ase
tpe
ratu
ran
yang
men
jadi
land
asan
Kem
kum
ham
, dan
Pan
jang
Neg
ara
di b
idan
gle
gal b
agi k
erja
sam
a si
nerg
is d
anP
emda
Kel
auta
nsa
ling
men
gunt
ungk
an d
alam
mem
anfa
atka
n su
mbe
r day
a la
ut
b)M
enyu
sun
dan
men
yem
purn
akan
Kem
keu,
Kem
-ES
DM
,Ja
ngka
sist
em b
agi h
asil
pem
anfa
atan
Kem
hub,
KK
P,M
enen
gah
sum
ber d
aya
laut
mili
k N
egar
aK
emne
g-B
UM
N,
yang
mem
berik
an m
anfa
atK
empa
rekr
afm
aksi
mal
unt
uk k
emak
mur
anba
ngsa
dan
raky
at In
done
sia
c)M
enye
mpu
rnak
an s
iste
mK
emke
u, K
em-E
SD
M,
Jang
kam
anaj
emen
dan
pel
ayan
an d
alam
Kem
hub,
KK
P,M
enen
gah
peng
elol
aan
aset
/ kek
ayaa
nK
emne
g-B
UM
N,
Neg
ara
di b
idan
g K
elau
tan
Kem
pare
kraf
8.M
empe
rkua
ta)
Men
dirik
an p
usat
pen
didi
kan
dan
Kem
dikb
ud d
anJa
ngka
sum
berd
aya
man
usia
pela
tihan
ket
enag
aker
jaan
unt
ukK
emen
aker
trans
Pan
jang
untu
k m
enja
lank
anbi
dang
pen
gelo
laan
kek
ayaa
nfu
ngsi
-fung
sila
utpe
mer
inta
han
di
117
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
bida
ng k
elau
tan
b)M
enin
gkat
kan
kapa
sita
s su
mbe
rK
emhu
b, K
em-E
SD
M,
Jang
kaya
ng d
idas
arka
nda
ya m
anus
ia d
i ins
tans
iK
KP,
Kem
perin
,P
anja
ngpa
da p
erat
uran
pem
erin
taha
n pu
sat d
an d
aera
hK
empa
rekr
af,
peru
ndan
gan
baik
yang
terk
ait d
enga
n pe
ngel
olaa
nK
emke
u, T
NI-A
L,na
sion
al m
aupu
nbi
dang
kel
auta
nda
n P
OLR
Iin
tern
asio
nal
9.M
enge
fekt
ifkan
a)D
EK
IN m
engu
ndan
g se
cara
sist
em k
oord
inas
ipe
riodi
k ke
men
teria
n/le
mba
gada
lam
per
enca
naan
,te
rkai
t dal
am r
angk
a ko
ordi
nasi
pela
ksan
aan,
bida
ng k
elau
tan
mon
itorin
g d
anev
alua
si k
ebija
kan
b)M
enja
dika
n D
EK
IN s
ebag
aiD
EK
IN d
anJa
ngka
bida
ng k
elau
tan
inst
itusi
terd
epan
dal
am m
em-
Kem
ente
rian
/P
ende
kba
has
isu-
isu
atau
per
istiw
aLe
mba
ga te
rkai
tte
rkin
i di b
idan
g ke
laut
an
118
119
“Keb
ijaka
n K
elau
tan
Mar
itim
e Se
curit
y1.
Mem
bent
uk B
adan
a)M
empe
rcep
at te
rben
tukn
ya B
adan
Kem
enko
polh
ukam
,Ja
ngka
Indo
nesi
a un
tuk
Polic
y :
Kea
man
an L
aut
Kea
man
an L
aut I
ndon
esia
yan
gTN
I AL,
PO
LRI,
Pen
dek
pem
anfa
atan
pot
ensi
Men
egak
kan
Indo
nesi
a ya
ngm
emili
ki k
ewen
anga
n m
ultif
ungs
iK
emhu
b, K
emke
u,s/
dke
laut
an d
alam
keda
ulat
an d
anpr
ofes
iona
lda
lam
mar
itim
e la
w e
nfor
cem
ent,
KK
P, B
asar
nas,
dan
Jang
kam
enga
ksel
eras
ihu
kum
di l
aut
sear
ch a
nd re
scue
at s
ea,
Kem
negp
anM
enen
gah
pem
bang
unan
yurid
iksi
nas
iona
l,en
viro
nmen
t pro
tect
ion,
shi
ppin
gna
sion
al m
elal
uide
mi t
erw
ujud
nya
safe
ty, f
ishe
ry p
rote
ctio
n, d
anke
bija
kan
kebu
daya
anke
satu
an w
ilaya
hcu
stom
and
imm
igra
tion.
kela
utan
(oc
ean
NK
RI,
serta
ter-
cultu
re p
olic
y),
jam
inny
a ke
aman
anb)
Men
yusu
n si
stem
man
ajem
enK
emen
kopo
lhuk
am,
Jang
kake
bija
kan
tata
kel
ola
dan
kese
lam
atan
oper
asi B
adan
Kea
man
an L
aut
TNI A
L, P
OLR
I,P
ende
kke
laut
an (
ocea
npe
laya
ran,
dan
Indo
nesi
a ya
ng e
fekt
if da
n ef
isie
nK
emhu
b, K
emke
u,go
vern
ance
pol
icy)
,ke
aman
an s
umbe
rK
KP,
dan
Bas
arna
ske
bija
kan
keam
anan
daya
hay
ati d
anm
ariti
m (
mar
itim
esu
mbe
r day
a al
am2.
Men
ingk
atka
na)
Mem
perk
uat d
an m
emod
erni
sasi
Kem
han,
TN
I AL,
Jang
kase
curit
y po
licy)
,la
ut y
ang
kuat
dan
kem
ampu
an d
ansi
stem
ALU
TSIS
TA d
i lau
tda
n P
OLR
IP
anja
ngke
bija
kan
ekon
omi
terk
oord
inas
iki
nerja
per
taha
nan
kela
utan
(oc
ean
dan
keam
anan
b)M
emba
ngun
Pan
gkal
an U
tam
aK
emha
n, T
NI A
L,Ja
ngka
econ
omic
pol
icy)
, dan
seca
ra te
rpad
u di
dan
Pang
kala
n Aj
u se
rta la
pang
anda
n TN
I AU
Men
enga
hke
bija
kan
lingk
unga
nse
luru
h w
ilaya
h la
utte
rban
g un
tuk
men
duku
ng k
eter
-s/
dla
ut (
mar
ine
dala
m y
uris
diks
ipa
duan
ope
rasi
di p
erba
tasa
nP
anja
ngen
viro
nmen
t pol
icy)
,na
sion
al d
an k
iner
jala
ut w
ilaya
h N
KR
Igu
na m
ewuj
udka
nke
aman
an d
i lau
tgu
na m
ewuj
udka
nle
pas
c)M
emba
ngun
pos
-pos
pen
gaw
asan
Kem
han,
TN
I AL,
Jang
kane
gara
kep
ulau
anpa
da w
ilaya
h Al
ur L
aut K
epul
auan
dan
PO
LRI
Men
enga
hya
ng m
andi
ri, m
aju,
Indo
nesi
a (A
LKI).
kuat
, dan
ber
basi
sd)
Men
gint
ensi
fkan
ker
jasa
ma
Kem
han,
TN
I AL,
Jang
kake
pent
inga
nan
tara
pem
erin
tah
pusa
t den
gan
PO
LRI,
dan
Pem
da.
Men
enga
hna
sion
al”.
pem
erin
tah
daer
ah u
ntuk
men
-du
kung
dal
am m
emen
uhi s
aran
ada
n pr
asar
ana
perta
hana
n da
nke
aman
an d
i lau
t.
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
Tabe
l 6.3
Upa
ya-U
paya
yan
g D
ilaku
kan
untu
k Im
plem
enta
si S
trat
egi d
ari K
ebija
kan
Kea
man
an M
ariti
m (M
ariti
me
Secu
rity
Polic
y)
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
e)M
enin
gkat
kan
kapa
sita
s s
umbe
rK
emha
n, P
OLR
IJa
ngka
daya
man
usia
kel
auta
n, u
tam
anya
dan
Pem
daP
anja
ngne
laya
n, m
elal
ui k
erja
sam
ape
ndid
ikan
dan
pel
atih
anha
nkam
di l
aut
f)M
engh
adirk
an s
ecar
a te
rus
Kem
han,
Mab
es T
NI,
Jang
kam
ener
us d
isel
uruh
wila
yah
raw
anTN
I AL,
TN
I AU
Pen
dek
di p
erba
tasa
n ol
eh s
atua
n tu
gas
s/d
TNI A
L, T
NI A
U d
an B
akam
laJa
ngka
untu
k m
enga
daka
n op
eras
iP
anja
ngpe
ngaw
asan
dan
pen
cega
han
pela
ngga
ran
wila
yah
perb
atas
an,
sesu
ai d
enga
n tin
gkat
ker
awan
anan
cam
an
g)M
emad
ukan
ope
rasi
pen
gaw
asan
dan
penc
egah
an p
elan
ggar
anbe
rsam
a-sa
ma
deng
an s
atua
n-sa
tuan
Bak
amla
, den
gan
dem
ikia
n ke
giat
an d
iata
s ak
anda
pat m
enja
min
keh
adira
n se
cara
teru
s m
ener
us d
ari k
e 3
satu
andi
atas
di p
ulau
-pul
au k
ecil
ter-
depa
n, y
ang
akan
dap
at m
em-
berik
an ra
sa a
man
dan
ban
gga
terh
adap
NK
RI
h)M
elak
sana
kan
latih
an b
ersa
ma
atau
latih
an g
abun
gan
deng
an A
ngka
tan
Laut
neg
ara
teta
ngga
di w
ilaya
h pe
rbat
asan
gun
am
engu
rang
i kem
ungk
inan
kon
flik
i)M
enge
mba
ngka
n se
cara
teru
sm
ener
us S
atua
n Tu
gas
anta
raTN
I AL,
TN
I AU
dan
Bak
amla
di
120
setia
p pe
laks
anaa
n op
eras
i di
perb
atas
an la
ut u
ntuk
mew
ujud
-ka
n ke
terp
adua
n da
lam
upa
yam
enja
ga k
edau
lata
n, k
eutu
han
wila
yah
NK
RI.
j)M
enyi
apka
n ke
kuat
an p
emuk
ulre
aksi
cep
at d
enga
n ke
kuat
anTr
i Mat
ra te
rpad
u se
baga
i kek
uata
nte
rpus
at d
alam
ran
gka
antis
ipas
ite
rhad
ap b
erba
gai p
erke
mba
ngan
lingk
unga
n st
rate
gik
yang
urg
endi
wila
yah
perb
atas
an m
aupu
nw
ilaya
h ke
raw
anan
yan
g tin
ggi
3.M
enin
gkat
kan
pera
nM
enin
gkat
kan
pera
n ak
tif In
done
sia
Kem
lu, K
emha
n, T
NI
Jang
kaak
tif d
alam
ker
ja-
dala
m k
erja
sam
a le
mba
ga k
eam
anan
dan
PO
LRI
Men
enga
hsa
ma
perta
hana
nla
ut d
i ber
baga
i for
um re
gion
al d
anda
n ke
aman
anin
tern
asio
nal,
sepe
rti A
RF
(Ase
anbi
dang
kel
auta
n di
Reg
iona
l For
um),
AD
MM
( A
sean
tingk
at r
egio
nal d
anD
efen
ce M
inis
ter M
eetin
g), A
SP
Cin
tern
asio
nal
(Ase
an P
olitic
al a
nd S
ecur
ity C
ounc
il),
PSI (
Prol
ifere
actio
n Se
curit
y In
itiat
ive)
dan
CSI
(Con
tain
er S
ecur
ity In
itiat
ive)
4.M
enge
mba
ngka
na)
Mem
perc
epat
terb
entu
k da
nM
enko
Pol
kam
,TN
I AL,
Jang
kaS
iste
m M
onito
ring,
berfu
ngsi
nya
sist
em M
CS
yan
gP
OLR
I, K
emku
mha
m,
Pen
dek
Con
trolin
g, a
ndte
rinte
gras
i ole
h :
Kem
hub,
Kem
keu,
s/d
Sur
veila
nce
(MC
S)
-S
elur
uh u
nsur
-uns
ur T
NI A
L,K
KP
Jang
kada
n P
enan
gana
nTN
I AU
den
gan
kom
ando
Pan
jang
Pel
angg
aran
di
Mab
es T
NI A
L da
n TN
I AU
laut
yan
g ef
ektif
seca
ra te
rinte
gras
i dal
ampe
nyel
engg
araa
n fu
ngsi
perta
hana
n-
berfu
ngsi
nya
sist
em M
CS
ter-
inte
gras
i dar
i sel
uruh
uns
ur-
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
121
unsu
r Bak
amla
den
gan
pusa
tko
man
do d
i Bak
amla
-be
rfung
siny
a M
CS
terin
tegr
asi
yang
men
caku
p M
abes
TN
I,M
abes
Al,
Mab
es A
U, M
abes
AD
,M
abes
Pol
ri, B
akam
la,M
enha
mda
n M
enko
polk
am d
alam
wuj
ud M
CS
Nas
iona
l-
Dih
arap
kan
deng
an te
rwuj
ud-
nya
sist
em M
CS
nas
iona
l ter
-in
tegr
asi b
aik
dise
ktor
perta
hana
n da
n ke
aman
anse
rta k
esel
amat
an d
ilaut
mak
aak
an d
apat
dic
apai
per
wuj
udan
sist
em p
enga
was
an,
peng
enda
lian
, pen
cega
han
selu
ruh
ATH
G d
i wila
yah
laut
Nus
anta
ra s
ecar
a op
timum
dan
efis
ien
b)M
enin
gkat
kan
kapa
sita
sK
emku
mha
m,
Jang
kake
lem
baga
an p
eneg
ak h
ukum
Kej
aksa
an, P
OLR
I,M
enen
gah
di la
ut d
an p
erad
ilan
mar
itim
dan
TNI A
L.
c)M
enge
mba
ngka
n si
stem
huk
umK
emku
mha
m,
Jang
kake
laut
an u
ntuk
neg
ara
kepu
laua
nK
ejak
saan
, PO
LRI,
Men
enga
hya
ng s
esua
i den
gan
kons
titus
ida
n TN
I AL
d)M
enin
gkat
kan
kual
itas
dan
Kem
dikb
ud, K
emha
n,Ja
ngka
kuan
titas
SD
M k
eam
anan
laut
TNI A
L da
n P
OLR
IP
anja
ngda
lam
rang
ka m
enja
ga k
eam
anan
dan
pene
gaka
n hu
kum
di w
ilaya
hpe
raira
n la
ut In
done
sia
e)M
enge
mba
ngka
n pr
oses
per
adila
nM
enko
Pol
kam
,TN
I AL,
Jang
kasa
tu a
tap
untu
k m
empe
rcep
atP
OLR
I Kem
kum
ham
, P
ende
kpe
nang
anan
pel
angg
aran
di l
aut
Kem
hub,
Kem
keu,
KKP
s/d
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
122
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
di k
ota-
kot
a pa
ntai
terd
ekat
Jang
kade
ngan
wila
yah
kera
wan
an P
anja
ng
f)M
embe
rday
akan
pot
ensi
Kem
han,
PO
LRI
Jang
kam
asya
raka
t sip
il un
tuk
men
duku
ngda
n P
emda
Men
enga
hpe
ngaw
asan
kea
man
an m
ariti
mdi
wila
yah
seki
tarn
ya
5.M
empe
rcep
ata)
Men
gem
bang
kan
arm
ada
Kem
han
dan
TNI A
LJa
ngka
pem
bang
unan
peng
awas
an d
i wila
yah
“mar
itim
eP
anja
ngw
ilaya
h di
cho
kebo
unda
ry” d
an 4
cho
ke p
oint
s di
poin
ts d
an s
abuk
wila
yah
pera
iran
Indo
nesi
aba
tas
wila
yah
terit
oria
l Ind
ones
iab)
Mem
perc
epat
pen
etap
anK
emha
n, S
etne
g da
nJa
ngka
Per
atur
an P
emer
inta
h te
ntan
gK
emku
mha
mP
ende
kS
ecur
ity B
elt
123
124
“Keb
ijaka
n K
elau
tan
Oce
an E
cono
mic
1.M
enci
ptak
an ik
lima)
Men
yede
rhan
akan
/K
emda
g, K
empe
rin,
Jang
kaIn
done
sia
untu
kPo
licy:
inve
stas
i usa
ha d
im
enye
mpu
rnak
an p
erat
uran
yan
gK
KP,
Kem
hub,
Pen
dek
pem
anfa
atan
pot
ensi
Mew
ujud
kan
indu
stri
bida
ng k
elau
tan
men
yang
kut p
eriz
inan
usa
haK
empa
rekr
af, K
em-
kela
utan
dal
amke
laut
an y
ang
yang
kon
dusi
f dan
bida
ng k
elau
tan
ES
DM
, dan
Pem
dam
enga
ksel
eras
iko
koh,
man
diri,
efis
ien
pem
bang
unan
berd
aya
sain
g, d
anb)
Mer
ealis
asik
an s
iste
m p
elay
anan
Kem
dag,
Kem
perin
,Ja
ngka
nasi
onal
mel
alui
terk
emuk
a di
dun
ia,
terp
adu
untu
k pe
nana
man
mod
alK
KP,
Kem
hub,
Pen
dek
kebi
jaka
n ke
buda
yaan
serta
mem
berik
anus
aha
bida
ng k
elau
tan
deng
anK
empa
rekr
af, K
em-
kela
utan
(oc
ean
nila
i tam
bah
pem
bagi
an k
ewen
anga
n an
tara
ES
DM
, dan
Pem
dacu
lture
pol
icy)
,ek
onom
i yan
g tin
ggi
pusa
t dan
dae
rah
yang
jela
ske
bija
kan
tata
kel
ola
guna
mem
perc
epat
kela
utan
(oc
ean
pertu
mbu
han
c)M
embe
rikan
inse
ntif
perp
ajak
anK
emke
uJa
ngka
gove
rnan
ce p
olic
y),
ekon
omi n
asio
nal
Pen
dek
kebi
jaka
n ke
aman
anm
ariti
m (
mar
itim
ed)
Mem
berik
an ja
min
an k
eam
anan
PO
LRI,
TNI A
L,Ja
ngka
secu
rity
polic
y),
dan
aset
usa
ha, s
erta
Kem
kum
ham
, Pem
daP
ende
kke
bija
kan
ekon
omi
perli
ndun
gan
HA
M.
kela
utan
(oc
ean
econ
omic
pol
icy)
, dan
e)M
empe
rbai
ki s
iste
m d
istri
busi
Kem
dag,
Kem
hub,
Jang
kake
bija
kan
lingk
unga
nlo
gist
ik y
ang
efis
ien
dan
terp
adu
dan
Pem
daM
enen
gah
laut
(m
arin
een
viro
nmen
t pol
icy)
,2.
Men
cipt
akan
sis
tem
a)M
endo
rong
keb
ijaka
n pe
mer
inta
hK
emke
u, B
I, Le
mba
gaJa
ngka
guna
mew
ujud
kan
fiska
l dan
mon
eter
dan
lem
baga
keu
anga
n un
tuk
perb
anka
n da
nP
ende
kgu
na m
ewuj
udka
nya
ng m
endu
kung
mem
biay
ai p
enge
mba
ngan
keua
ngan
lain
nya
nega
ra k
epul
auan
peng
emba
ngan
indu
stri
mar
itim
yan
g ef
isie
n da
nya
ng m
andi
ri, m
aju,
usah
a bi
dang
berd
aya
sain
gku
at, d
an b
erba
sis
kela
utan
kepe
ntin
gan
b)M
enge
mba
ngka
n si
stem
pem
-K
emke
u, B
I, da
nJa
ngka
nasi
onal
”.bi
ayaa
n be
rsam
a di
bid
ang
Lem
baga
per
bank
anM
enen
gah
kela
utan
mel
alui
kon
sep
publ
ic-
dan
keua
ngan
lain
nya
priv
ate-
peop
le p
artn
ersh
ip
Tabe
l 6.4
Upa
ya-U
paya
yan
g D
ilaku
kan
untu
k Im
plem
enta
si S
trat
egi d
ari K
ebija
kan
Ekon
omi K
elau
tan
(Oce
an E
cono
mic
Pol
icy)
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
c)M
embe
ntuk
Indo
nesi
a M
ariti
me
Kem
keu,
BI,
dan
Jang
kaFu
ndA
sosi
asi
Men
enga
h
3.M
emba
ngun
a)M
engk
oord
inas
ikan
dan
men
g-K
emda
gri,
Kem
-PU
,Ja
ngka
kaw
asan
eko
nom
iha
rmon
ikan
pe
renc
anaa
nda
n P
emda
Men
enga
hke
laut
an s
ecar
ape
mba
ngun
an d
an p
eman
faat
ante
rpad
u de
ngan
kaw
asan
pes
isir
dan
laut
den
gan
men
ggun
akan
tata
ruan
g da
rata
n se
suai
kai
dah
prin
sip-
prin
sip
blue
ekos
iste
mec
onom
y di
wila
yah
pesi
sir d
an p
erai
ran
b)M
enyu
sun
ceta
k bi
ru k
awas
anK
emda
gri,
KK
P,Ja
ngka
laut
Indo
nesi
ape
ngem
bang
an e
kono
mi k
elau
tan
Kem
-ES
DM
, Kem
hub,
Men
enga
h n
asio
nal
terp
adu
deng
an m
odel
Kem
-PU
, Kem
pare
kraf
,pe
ndek
atan
blu
e ec
onom
yK
emha
n, K
emhu
t,da
n P
emda
4.M
engo
ptim
alka
na)
Men
ingk
atka
n pe
mba
ngun
anK
em-P
U, K
em-E
SD
M,
Jang
kape
nyed
iaan
fasi
litas
infra
stru
ktur
das
ar/p
rimer
sec
ara
Kem
hub,
BA
PP
EN
AS
,P
anja
ngin
frast
rukt
ur y
ang
terp
adu
(sep
erti:
pen
yedi
aan
dan
Pem
dadi
butu
hkan
indu
stri
ener
gi d
an a
ir be
rsih
, fas
ilita
ske
laut
anke
aman
an d
an k
esel
amat
anla
ut, s
aran
a pe
nghu
bung
, dll)
b)M
enci
ptak
an ik
lim y
ang
kond
usif
Kem
keu,
BI,
BU
MN
,Ja
ngka
untu
k pi
hak
swas
ta d
alam
dan
Sw
asta
Men
enga
hm
emba
ngun
infra
stru
ktur
sek
unde
r(y
ang
bers
ifat k
omer
sial
)
5.M
enge
mba
ngka
na)
Men
yusu
n bl
uepr
int p
emba
ngun
anB
AP
PE
NA
S, K
emhu
b,Ja
ngka
duni
a us
aha
diin
dust
ri ke
laut
an n
asio
nal y
ang
Kem
perin
, KK
P,P
ende
kbi
dang
kel
auta
nko
mpr
ehen
sif d
an te
rinte
gras
iK
empa
rekr
af, K
em-
nasi
onal
yan
g be
r-E
SD
M, K
em-P
U, d
anda
ya s
aing
dan
ber
-K
emne
g-B
UM
N.
tara
f int
erna
sion
alb)
Mel
aksa
naka
n pe
nega
kan
asas
Kem
hub,
Kem
perin
,Ja
ngka
cabo
tage
100
%K
emda
g, K
emne
g-M
enen
gah
BU
MN
, dan
Aso
sias
i
125
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
c)M
enin
gkat
kan
pera
n a
rmad
aK
emhu
b, K
emda
g,Ja
ngka
pela
yara
n na
sion
al s
ebag
aida
n A
sosi
asi
Pan
jang
pem
ain
utam
a da
lam
keg
iata
nek
spor
-impo
r
d)M
enge
mba
ngka
n si
stem
Kem
hub
dan
Kem
neg-
Jang
kake
pela
buha
nan
yang
efis
ien
dan
BU
MN
(Pel
indo
dan
Men
enga
hse
suai
den
gan
stan
dar
Per
um P
elab
uhan
inte
rnas
iona
lP
erik
anan
)
e)M
enge
mba
ngka
n si
stem
Kem
hub,
Pel
indo
,Ja
ngka
man
ajem
en tr
ansp
orta
si la
utIN
SA
, dan
Kem
-PU
Men
enga
hya
ng e
fekt
if da
n ef
esie
n se
rtate
rpad
u de
ngan
sis
tem
trans
porta
si d
arat
dan
uda
ra
f)M
empe
rkua
t pel
ayar
an ra
kyat
Kem
hub,
Kem
keu,
Jang
kam
elal
ui p
enin
gkat
an e
fisie
nsi d
anda
n A
sosi
asi
Pan
jang
kese
lam
atan
gun
a m
endu
kung
sist
em lo
gist
ik n
asio
nal d
iw
ilaya
h-w
ilaya
h re
mot
e
g)M
enja
lin k
eter
padu
an in
put,
pros
esK
empe
rin, K
emne
g-Ja
ngka
dan
outp
ut in
dust
ri m
ariti
m d
alam
BU
MN
, Sw
asta
Men
enga
hra
ngka
mem
bang
un k
ekua
tan
stru
ktur
eko
nom
i ind
ustri
mar
itim
h)M
emba
ngun
sis
tem
pro
duks
iK
empe
rin, K
emne
g-Ja
ngka
dala
m in
dust
ri m
ariti
m y
ang
ber-
BU
MN
, Kem
hub,
KK
P,P
anja
ngor
ient
asi p
ada
nila
i tam
bah
dari
Kem
-ES
DM
,se
tiap
rang
kaia
n pr
oses
Kem
pare
kraf
prod
uksi
yan
g ef
esie
n
i)M
engi
nteg
rasi
kan
outp
ut d
ari
DE
KIN
, BA
PP
EN
AS
indu
stri
mar
itim
dal
am s
iste
mK
emhu
b, K
empe
rin,
pere
kono
mia
n na
sion
al s
ehin
gga
Kem
neg-
BU
MN
mam
pu m
enin
gkat
kan
per-
tum
buha
n ek
onom
i nas
iona
l
126
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
j)M
empe
rcep
at k
emam
puan
Kem
perin
, Kem
neg-
Jang
kast
akeh
olde
r ind
ustri
mar
itim
dal
amB
UM
N, K
emke
u, d
anM
enen
gah
men
gem
bang
kan
kapa
sita
sB
Ius
aha
dan
sine
rgi a
ntar
akt
ivita
sek
onom
i
k)M
enci
ptak
an r
anta
i pem
asar
anKe
mpe
rin, K
KP, K
emlu
,Ja
ngka
prod
uk in
dust
ri m
ariti
m y
ang
Kem
dag,
Kem
neg-
Men
enga
hef
esie
n da
n ad
il se
rta m
emili
kiB
UM
N, K
emen
egko
pda
ya s
aing
glo
bal
& U
KM
l)M
enge
depa
nkan
per
an in
dust
riK
emen
perin
d, K
KP,
Jang
kam
ariti
m n
asio
nal d
alam
mem
enuh
iK
emlu
, Kem
enris
tek,
Pen
dek
kebu
tuha
n pr
oduk
-pro
duk
indu
stri
Kem
dag,
Kem
enko
pm
ariti
m s
ehin
gga
mam
pu m
en-
& U
KM
cipt
akan
indu
stri
yang
tang
guh
m)
Men
gem
bang
kan
dan
mem
per-
Kem
perin
, Kem
dag,
Jang
kaku
at in
dust
ri ga
lang
an k
apal
Kem
keu,
dan
Aso
sias
iP
anja
ngda
lam
neg
eri
n)M
engo
ptim
alka
n da
n m
empe
r-K
KP,
Kem
perin
,Ja
ngka
kuat
usa
ha d
an in
dust
ri pe
rikan
anK
emda
g, K
emke
u,M
enen
gah
tang
kap
yang
terp
adu,
efis
ien,
dan
Aso
sias
ida
n be
rkel
anju
tan
sesu
ai d
enga
nka
idah
CC
RF
o)M
enge
mba
ngka
n da
n m
empe
r-K
KP,
Kem
perin
,Ja
ngka
kuat
usa
ha d
an in
dust
ri pe
rikan
anK
emda
g, K
emke
u,M
enen
gah
budi
daya
yan
g te
rpad
u, e
fisie
n,da
n A
sosi
asi
dan
berk
elan
juta
n se
suai
den
gan
kaid
ah C
CR
F
p)M
enge
mba
ngka
n da
n m
empe
r-K
KP,
Kem
perin
,Ja
ngka
kuat
usa
ha d
an in
dust
ri pe
ng-
Kem
dag,
Kem
keu,
Men
enga
hol
ahan
has
il pe
rikan
an y
ang
dan
Aso
sias
ief
isie
n da
n te
rpad
u de
ngan
perik
anan
tang
kap
dan
budi
daya
127
q)M
empe
rkua
t sis
tem
pro
duks
i dan
KK
P, K
empe
rin,
Jang
kape
mas
aran
ser
ta m
anaj
emen
Kem
dag,
Kem
keu,
Men
enga
hus
aha
perik
anan
dan
Aso
sias
i
r)M
enge
mba
ngka
n da
n m
empe
r-K
KP,
Kem
perin
,Ja
ngka
kuat
usa
ha d
an in
dust
ri pe
ng-
Kem
dag,
Kem
keu,
Men
enga
hol
ahan
has
il la
ut n
on-ik
an y
ang
dan
Aso
sias
ief
isie
n da
n be
rkel
anju
tan
s)M
enge
mba
ngka
n da
n m
empe
r-K
KP,
Kem
perin
,Ja
ngka
kuat
usa
ha d
an in
dust
ri ga
ram
Kem
dag,
Kem
keu,
Men
enga
hda
n m
iner
al la
ut la
inny
a se
cara
dan
Aso
sias
ief
isie
n da
n be
rkel
anju
tan
t)M
enge
mba
ngka
n da
n m
empe
r-K
empa
rekr
af, K
KP,
Jang
kaku
at in
dust
ri pa
riwis
ata
baha
riK
emhu
b, d
anM
enen
gah
yang
ber
kela
s du
nia
Aso
sias
i
u)M
enge
mba
ngka
n be
bera
pa lo
kasi
Kem
hub,
Jang
kaP
ort o
f Ent
ry u
ntuk
wis
ata
baha
riK
empa
rekr
af,
Men
enga
hya
ng d
isine
rgika
n de
ngan
pen
gem
-da
n A
sosi
asi
bang
an k
epel
abuh
anan
nas
iona
l
v)M
enge
mba
ngka
n si
stem
Kem
keu
dan
Jang
kape
laya
nan
wis
ata
baha
ri ya
ngK
empa
rekr
afM
enen
gah
kond
usif
mel
alui
der
egul
asi
CAI
T(c
lear
ranc
e ap
prov
al fo
r Ind
ones
ian
terri
tory
), C
IQP
(cus
tom
, im
mig
ratio
n,qu
aran
tine,
and
por
t cle
aran
ce),
dan
periz
inan
terp
adu
w)
Men
ingk
atka
n pr
omos
i wis
ata
Kem
pare
kraf
, KK
P,Ja
ngka
seca
ra e
fekt
if da
n ef
isie
n di
dal
amda
n A
sosi
asi
Men
enga
hm
aupu
n di
luar
neg
eri
x)M
enge
mba
ngka
n ka
pasi
tas
Kem
-ESD
M, K
empe
rin,
Jang
kana
sion
al d
alam
pen
gelo
laan
Kem
neg-
BU
MN
,P
anja
ngen
ergi
dan
sum
berd
aya
min
eral
Per
guru
an T
ingg
i,S
was
ta
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
128
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
y)M
engi
nteg
rasi
kan
kebi
jaka
nKe
m-E
SDM
, Kem
perin
,Ja
ngka
peng
elol
aan
dala
m m
endo
rong
Kem
neg-
BU
MN
,P
ende
kus
aha
dibi
dang
ene
rgi d
anK
emke
u, K
LHsu
mbe
rday
a m
iner
al y
ang
kom
petit
if
z)M
enge
mba
ngka
n in
dust
ri en
ergi
Kem
-ESD
M, K
empe
rin,
Jang
kala
ut (t
enag
a ar
us, O
TEC
, dan
KKP,
Per
guru
an T
ingg
i,P
anja
ngla
inny
a)da
n In
vest
or/P
engu
saha
aa)M
enge
mba
ngka
n in
dust
riKe
mne
grist
ek, K
empe
rin,
Jang
kabi
otek
nolo
gi k
elau
tan
KKP,
Per
guru
an T
ingg
i,P
anja
ngda
n In
vest
or/
Pen
gusa
ha
bb)M
enge
mba
ngka
n in
dust
riKe
mne
grist
ek, K
empe
rin,
Jang
kafa
rmas
i lau
tK
KP,
Kem
enke
s,P
anja
ngP
ergu
ruan
Tin
ggi,
dan
Inve
stor
/ Pen
gusa
ha
cc)M
enge
mba
ngka
n da
n m
empe
r-Ke
mha
n, K
emne
gris
tek,
Jang
kaku
at in
dust
ri st
rate
gis
untu
k pe
r-K
empe
rin, T
NI d
anP
anja
ngta
hana
n d
an k
eam
anan
laut
PO
LRI,
dan
BU
MN
dd)M
engh
arm
onis
kan
pere
ncan
aan
Kem
-PU
, BA
PP
EN
AS
,Ja
ngka
dan
impl
emen
tasi
ser
ta p
eng-
Kem
hub,
Pel
indo
,P
ende
kel
olaa
n pe
mba
ngun
an s
ekto
rK
KP,
Kem
pare
kraf
,ba
ngun
an k
elau
tan
anta
ra p
usat
KLH
, Pem
dada
n da
erah
seh
ingg
a di
capa
ief
isie
nsi d
an m
enin
gkat
kan
daya
sain
g ek
onom
i nas
iona
l
ee)M
enge
mba
ngka
n st
anda
rK
em-P
U,
Kem
hub,
Jang
kaba
ngun
an k
elau
tan
yang
ses
uai
Pel
indo
, KK
P,P
anja
ngde
ngan
keb
utuh
an n
asio
nal d
anK
empa
rekr
af, K
LH,
mem
enuh
i krit
eria
inte
rnas
iona
lP
emda
serta
mem
perti
mba
ngka
n as
pek
lingk
unga
n
129
ff)M
enda
yagu
naka
n po
tens
i sek
tor
Kem
pare
kraf
, KK
P,Ja
ngka
jasa
kel
auta
n se
cara
efe
ktif
dan
Kem
perin
, KLH
,P
anja
ngef
esie
n m
elal
ui p
enge
lola
an b
er-
Kem
dikb
ud, K
emen
PU,
basi
skan
ipt
ek d
an k
eles
taria
nK
emen
riste
k, P
emda
lingk
unga
n la
ut
gg)M
enge
mba
ngka
n in
dust
ri ja
saK
empa
rekr
af, K
KP,
Jang
kake
laut
an m
elal
ui k
ebija
kan
yang
Kem
perin
, KLH
,P
anja
ngko
mpr
ehen
sif d
an k
ondu
sif
Kem
-PU
, Pem
dase
hing
ga p
eran
sek
tor j
asa
kela
utan
men
ingk
at
6.M
enge
mba
ngka
na)
Men
yem
purn
akan
mek
anis
me
Kem
neg
Kop
& U
KM
,Ja
ngka
kem
itraa
n us
aha
dan
pera
tura
n ya
ng b
erka
itan
KK
P, K
empa
rekr
af,
Pen
dek
bida
ng k
elau
tan
deng
an p
ola
kem
itraa
n di
bid
ang
Kem
perin
, Kem
dag,
yang
sal
ing
men
g-ke
laut
anda
n A
sosi
asi
untu
ngka
n an
tara
usah
a m
ikro
, kec
ilb)
Mem
berik
an in
sent
if ba
gi p
elak
uK
emne
g K
op &
UK
M,
Jang
kada
n m
enen
gah
kem
itraa
nK
emke
u, d
an B
IM
enen
gah
(UM
KM
) den
gan
usah
a be
sar
c)M
enin
gkat
kan
pera
n U
KM
dal
amK
emne
g K
op &
UK
M,
Jang
kaak
tivita
s ek
onom
i kel
auta
nK
empe
rin, K
emne
gM
enen
gah
BU
MN
, BI,
KK
P,Ke
mhu
b, K
empa
rekr
af,
d)M
emba
ngun
ket
erpa
duan
Kem
perin
, Kem
enen
gJa
ngka
peng
emba
ngan
indu
stri
mar
itim
Kop
& U
KM
,M
enen
gah
mel
alui
rise
t pen
ingk
atan
tekn
olog
iK
emen
riste
kda
n m
elib
atka
n se
ktor
eko
nom
ibe
sar d
an U
MK
M
7.M
enge
mba
ngka
na)
Men
gem
bang
kan
bebe
rapa
kot
aKe
m-P
U, K
emhu
b, K
KP,
Jang
kako
ta b
anda
r dun
iape
labu
han
utam
a di
Indo
nesi
aK
em-E
SD
M, P
emda
,P
anja
ngm
enja
di b
ersk
ala
inte
rnas
iona
lSw
asta
, dan
Lem
baga
yang
dap
at m
elay
ani k
apal
-kap
alpe
rban
kan
dan
inte
rnas
iona
l “po
st p
anam
ax”
keua
ngan
lain
nya
(> 3
00.0
00 D
WT)
, yan
g m
emili
ki
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
130
kaw
asan
indu
stri
dan
perd
agan
gan
inte
rnas
iona
l, se
rta k
awas
anhu
nian
inte
rnas
iona
l yan
g m
enar
ik,
deng
an k
onse
p pe
nata
an k
ota
hija
u (g
reen
con
cept
)
b)M
enyi
apka
n si
stem
pen
gelo
laan
Kem
keu,
Kem
neg
Jang
kako
ta b
anda
r dun
ia y
ang
efis
ien
BU
MN
, dan
Pem
daM
enen
gah
seba
gai k
awas
an e
kono
mi k
husu
sya
ng m
ener
apka
n pr
insi
ppe
rdag
anga
n be
bas,
pel
ayan
anad
min
istra
si te
rpad
u, d
an p
enye
-le
ngga
raan
man
ajem
en u
saha
dan
aset
den
gan
kaid
ah b
isni
s
8.M
empe
rluas
a)M
enyu
sun
pera
tura
n ya
ng te
rkai
tK
emen
aker
trans
,Ja
ngka
kese
mpa
tan
kerja
deng
an s
iste
m p
engu
paha
n at
auP
engu
saha
Indu
stri
Pen
dek
dan
men
ingk
atka
nga
ji ya
ng la
yak
bagi
indu
stri
Kel
auta
n, d
an A
sosi
asi
kese
jaht
eraa
n ba
gike
laut
anP
eker
jasu
mbe
r day
am
anus
ia (S
DM
) di
b)M
enin
gkat
kan
kual
itas
dan
Kem
dikb
ud, K
KP,
Jang
kabi
dang
kel
auta
nke
tram
pila
n S
DM
kel
auta
n m
en-
Kem
hub,
Kem
perin
,P
anja
ngja
di te
naga
pro
fesi
onal
mel
alui
Kem
pare
kraf
, dan
pend
idik
an d
an p
elat
ihan
.K
em-E
SD
M
c)M
emak
sim
alka
n pe
man
faat
anK
emen
aker
trans
, KK
P,Ja
ngka
SD
M n
asio
nal d
alam
pen
gem
-K
emhu
b, K
empe
rin,
Men
enga
hba
ngan
akt
ivita
s ek
onom
i kel
auta
n.K
empa
rekr
af, d
anK
em-E
SD
M
d)M
enja
min
terja
diny
aK
emen
aker
trans
, KK
P,Ja
ngka
kesi
nam
bung
an p
enge
mba
ngan
Kem
hub,
Kem
perin
,P
anja
ngpr
ofes
iona
lism
e S
DM
kel
auta
nK
empa
rekr
af, d
ande
ngan
pas
ar te
naga
ker
jaK
em-E
SD
Mna
sion
al d
an in
tern
asio
nal.
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
131
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
9.M
enge
mba
ngka
na)
Men
gaks
eler
asi p
enge
mba
ngan
Kem
hub,
KK
P, K
emlu
,Ja
ngka
kerja
sam
a ek
onom
isi
stem
dan
pro
sedu
rK
emda
g, d
anP
ende
kde
ngan
neg
ara-
kepe
labu
hana
n da
n pe
rkap
alan
BA
PP
EN
AS
s/d
nega
ra m
itra
daga
ngbe
rsta
ndar
inte
rnas
iona
l mel
alui
Jang
kabi
dang
kel
auta
nke
rjasa
ma
deng
an n
egar
a-M
enen
gah
nega
ra tu
juan
eks
por
b)M
enge
mba
ngka
n S
DM
kel
auta
nK
emdi
kbud
, KK
P,Ja
ngka
mel
alui
pro
gram
kem
itraa
nK
emhu
b, K
empe
rin,
Pen
dek
deng
an n
egar
a-ne
gara
tuju
anK
empa
rekr
af,
s/d
eksp
or (s
eper
ti: U
ni E
ropa
, AS
,K
em-E
SD
M, d
anJa
ngka
dan
Jepa
ng)
BA
PP
EN
AS
Pan
jang
132
133
Tabe
l 6.5
Upa
ya-U
paya
yan
g D
ilaku
kan
untu
k Im
plem
enta
si S
trat
egi d
ari K
ebija
kan
Ling
kung
an L
aut (
Mar
ine
Envi
ronm
ent P
olic
y)
“Keb
ijaka
n K
elau
tan
Mar
ine
1.M
enpe
rkua
t dan
a)M
elak
ukan
har
mon
isas
i huk
umB
appe
da (
Pem
da),
Jang
kaIn
done
sia
untu
kEn
viro
nmen
tm
enge
mba
ngka
nda
n pe
nata
an ru
ang/
zona
si d
alam
DP
R, K
em-P
U, K
LH,
Pen
dek
pem
anfa
atan
pot
ensi
Polic
y:W
ilaya
h D
aera
hpe
ngel
olaa
n D
AS
, pes
isir
dan
Kem
dagr
i, Ke
men
riste
k,ke
laut
an d
alam
Men
jadi
kan
pesi
sir
Alira
n Su
ngai
(DAS
),la
ut.
Kem
hut,
Kem
kum
ham
,m
enga
ksel
eras
ida
n la
ut In
done
sia
pesi
sir,
laut
dan
KK
P.pe
mba
ngun
anse
baga
i tem
pat
pula
u-pu
lau
keci
lna
sion
al m
elal
uihi
dup
mas
yara
kat
mel
alui
pen
gelo
laan
b)M
enin
gkat
kan
kesa
dara
nB
appe
da (
Pem
da),
Jang
kake
bija
kan
kebu
daya
anya
ng s
ehat
dan
seca
ra te
rpad
u da
nm
asya
raka
t dal
am m
emah
ami
Kem
kom
info
,P
ende
kke
laut
an (
ocea
nte
rlind
ung
dari
berk
elan
juta
n.pe
ngel
olaa
n da
n pe
lindu
ngan
Kem
dikb
ud, K
em-P
U,
cultu
re p
olic
y),
benc
ana,
ser
talin
gkun
gan
yang
ber
basi
sK
LH, K
emda
gri,
kebi
jaka
n ta
ta k
elol
ase
kalig
us d
apat
ekos
iste
m s
ecar
a ke
berla
njut
anK
emen
riste
k, K
emhu
t,ke
laut
an (
ocea
nm
embe
rikan
man
-m
elau
i keg
iata
n pe
nyul
uhan
,K
emku
mha
m,
KK
P,go
vern
ance
pol
icy)
,fa
at y
ang
ber-
pela
tihan
, bim
bing
an te
knis
,K
empe
rin,
kebi
jaka
n ke
aman
anke
lanj
utan
bag
ipe
nyad
aran
mas
yara
kat
Kem
-ES
DM
,m
ariti
m (
mar
itim
em
asya
raka
t dan
(pen
deka
tan
buda
ya lo
kal),
pap
anK
emhu
b.se
curit
y po
licy)
,ba
ngsa
nya)
info
rmas
i, se
rta d
enga
n m
en-
kebi
jaka
n ek
onom
ice
gah
pem
buan
gan
limba
h at
auke
laut
an (
ocea
npu
n sa
mpa
k ke
bad
an s
unga
i.ec
onom
ic p
olic
y), d
anke
bija
kan
lingk
unga
nc)
Men
ginv
enta
risas
i dat
a, s
iste
mB
appe
da (
Pem
da),
Jang
kala
ut (
mar
ine
info
rmas
i dan
pen
eliti
an d
i bid
ang
Kem
-PU
, KLH
,P
ende
ken
viro
nmen
t pol
icy)
,lin
gkun
gan
hidu
p m
elal
ui k
egia
tan
Kem
dagr
i,gu
na m
ewuj
udka
npe
ngua
tan
basi
s da
ta, p
engu
atan
Kem
enris
tek,
guna
mew
ujud
kan
sist
em in
form
asi,
dan
peng
uata
nK
emhu
t, K
KP,
ES
DM
,ne
gara
kep
ulau
anris
et te
rkai
t dal
am ra
ngka
PT.
yang
man
diri,
maj
u,m
enge
mba
ngka
n m
odel
sis
tem
kuat
, dan
ber
basi
spe
ngel
olaa
n te
rpad
u D
AS, p
esis
irke
pent
inga
nda
n la
ut p
ada
wila
yah
yang
krit
is.
nasi
onal
”.d)
Men
gint
egra
sika
n ka
jian-
kajia
nB
appe
da (
Pem
da),
Jang
kate
ntan
g da
ya d
ukun
g da
n da
yaK
em-P
U, K
LH,
Pen
dek
tam
pung
sua
tu k
awas
an d
anK
emda
gri,
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
men
yusu
n st
rate
gi p
enge
lola
anK
emen
riste
k,lim
bah
dala
m ra
ngka
pen
ingk
atan
Kem
hut,
KK
P.pe
ngel
olaa
n lim
bah
deng
anm
empe
rtim
bang
kan
inte
rkon
eksi
laut
dan
dar
atan
.
e)M
ener
apka
n bl
ue e
cono
my
Sem
ua s
ekto
rJa
ngka
deng
an m
empe
rhitu
ngka
n da
yaP
ende
k/du
kung
dan
day
a ta
mpu
ngM
enen
gah/
kaw
asan
.P
anja
ng
f)M
ener
apka
n pr
insi
p-pr
insi
pS
emua
sek
tor
Jang
kain
tegr
ated
oce
an a
nd c
oast
alP
ende
k/m
anag
emen
t dan
wat
ersh
edM
enen
gah/
man
agem
ent u
ntuk
kep
entin
gan
Pan
jang
pem
bang
unan
ber
kela
njut
an.
g)M
elak
ukan
koo
rdin
asi d
enga
nB
appe
da (
Pem
da),
Jang
kast
akeh
olde
rs d
an p
embe
rday
aan
Kem
-PU
, KLH
,P
ende
km
asya
raka
t dal
am p
enge
lola
an,
Kem
dagr
i,pe
rlind
unga
n D
AS
, pes
isir,
laut
Kem
enris
tek,
Kem
hut,
dan
pula
u-pu
lau
keci
l, m
enya
ngku
tK
KP.
kepa
da a
spira
si m
asya
raka
t,ke
arifa
n lo
kal,
kera
gam
an k
arak
ter,
dan
fung
si e
kosi
stem
. Pro
gram
yang
dap
at d
ilaku
kan
oleh
mas
yara
kat a
ntar
a la
in a
dala
h:-
kom
post
ing,
bio
gas.
-m
ikro
hidr
o, d
estil
asi,
ener
gim
atah
ari d
an a
ngin
. -
Men
ingk
atka
n pe
ngel
olaa
nda
n pe
rlind
unga
n D
AS, p
esis
ir,la
ut d
an p
ulau
-pul
au k
ecil
berb
asis
mas
yara
kat a
tau
co-m
anag
emen
t.
134
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
h)M
erum
uska
n si
stem
pen
dana
anB
appe
nas,
Kem
keu,
Jang
kaya
ng te
pat d
an m
emad
ai.
Bap
peda
(P
emda
),P
ende
kK
em-P
U, K
LH,
Kem
dagr
i, Ke
men
riste
k,K
emhu
t, K
KP.
i)M
elak
sana
kan
peng
awas
anB
appe
da (
Pem
da),
Jang
kasi
stem
ber
kala
dan
terp
adu
serta
Kem
-PU
, KLH
,P
ende
kle
bih
keta
t unt
uk m
emas
tikan
Kem
dagr
i,po
llute
r-pay
s pr
inci
ple
bagi
Kem
enris
tek,
penc
emar
yan
g m
embu
ang
Kem
perin
, KK
P,lim
bahn
ya, b
aik
lang
sung
mau
pun
Kem
Hub
.tid
ak la
ngsu
ng k
e su
ngai
, mua
rada
n la
ut.
j)M
empe
rcep
at p
enyu
suna
nB
appe
da (
Pem
da),
Jang
kaR
enca
na P
enge
lola
an p
esis
irK
em-P
U, K
LH, K
em-
Pen
dek
dan
Wila
yah
pula
u-pu
lau
keci
l.da
gri,
Kem
enris
tek,
KKP
.
k)M
empe
rcep
at p
enyu
suna
n Ta
taK
em-E
SD
M, K
PU
,Ja
ngka
Rua
ng P
esis
ir da
n P
ulau
-Pul
auK
KP,
Kem
hub,
Pen
dek
Kec
il ya
ng b
erba
sis
miti
gasi
Kem
dagr
i , P
emda
,s/
dbe
ncan
a m
elal
ui p
enyu
suna
nK
LH, B
NP
B.
Men
enga
hZo
nasi
Tat
a R
uang
Pes
isir
dan
Pul
au P
ulau
Kec
il.
l)M
empe
rcep
at p
enge
mba
ngan
Kem
-ESD
M, K
PU, K
KP,
Jang
kain
frast
rukt
ur p
esis
ir da
n ja
ringa
nK
emhu
b, K
emda
gri ,
Pen
dek
s/d
listri
k.P
emda
, KLH
.M
enen
gah
m)
Men
gem
bang
kan
Des
a pe
sisi
rK
em-E
SD
M, K
KP,
Jang
kada
n in
dust
ri ke
laut
an d
i pes
isir,
Kem
dagr
i , P
emda
,P
ende
kan
tara
lain
den
gan
cara
:K
LH, K
empe
rin,
s/d
-M
enin
gkat
kan
usah
a ek
onom
iK
emen
par d
an IK
,M
enen
gah
pede
saan
mel
alui
ber
baga
iK
emne
g-B
UM
N.
kegi
atan
bud
iday
a pe
sisi
r,pa
riwis
ata
dan
indu
stri
krea
tifbe
rdas
arka
n ka
rakt
eris
tik d
an
135
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
pote
nsi u
nggu
lan
kaw
asan
. -
Men
ingk
atka
n ek
onom
ipe
desa
an m
elal
uipe
ngem
bang
an in
dust
rike
laut
an m
elal
ui p
engo
laha
nha
sil t
angk
apan
ikan
dan
rum
put l
aut.
n)M
enin
gkat
kan
pena
taan
ped
esaa
nK
em-E
SD
M, K
PU
,Ja
ngka
di w
ilaya
h pe
sisi
r yan
g se
hat d
anK
KP,
Kem
dagr
i ,P
ende
kle
star
i mel
alui
pem
bang
unan
Pem
da, K
LH, B
NP
B.
s/d
desa
pes
isir
berw
awas
anM
enen
gah
lingk
unga
n.
2.M
empe
rkua
ta)
Mel
indu
ngi d
an m
eles
tarik
anB
appe
da (
Pem
da),
Jang
kako
nser
vasi
kean
ekar
agam
an h
ayat
i, da
nK
em-P
U, K
LH,
Pen
dek
ekos
iste
m la
ut.
peni
ngga
lan
buda
ya b
awah
air
Kem
dagr
i,s/
dm
elal
ui u
saha
pre
serv
asi d
anK
emen
riste
k, K
emhu
t,Ja
ngka
kons
erva
si, a
ntar
a la
in d
enga
n:K
KP.
Pan
jang
-M
enom
inas
ikan
spe
sies
laut
yang
dili
ndun
gi.
-M
enyu
sun
pera
tura
n ya
ngm
ende
finis
ikan
krit
eria
peni
laia
n st
atus
per
lindu
ngan
biot
a la
ut.
-M
enyu
sun
sist
em p
emul
ihan
spes
ies
yang
tera
ncam
pun
ah.
b)M
enge
mba
ngan
kan
mod
elB
appe
da (
Pem
da),
Jang
kape
ngel
olaa
n d
an p
erlin
dung
anK
em-P
U, K
LH,
Men
enga
hte
rum
bu k
aran
g, p
adan
g la
mun
,K
emda
gri,
man
grov
e, d
an s
ea g
rass
yan
gK
emen
riste
k,le
star
i di p
erai
ran
Indo
nesi
a,K
emhu
t, K
KP,
PT.
term
asuk
di k
awas
an C
TI.
c)M
ener
apka
n pr
insi
p-pr
insi
pB
appe
da (
Pem
da),
Jang
kain
tegr
ated
oce
an a
nd c
oast
alK
em-P
U, K
LH,
Pen
dek
136
man
agem
ent ,
sus
tain
able
Kem
dagr
i,fis
herie
s m
anag
emen
t dan
Kem
enris
tek,
prec
autio
nary
app
roac
h un
tuk
Kem
hut,
KK
P.ke
pent
inga
n pe
mba
ngun
anbe
rkel
anju
tan
d)M
elak
ukan
pen
etap
an w
ilaya
hB
appe
nas,
Kem
-PU
,Ja
ngka
kons
erva
si e
kosi
stem
laut
di
KLH
, Kem
dagr
i,P
ende
kpe
raira
n pe
dala
man
, lau
t ter
itoria
l,K
emen
riste
k, K
emhu
t,s/
dpe
raira
n ke
pula
uan,
zon
aK
KP,
ES
DM
, Kem
Hub
.Ja
ngka
tam
baha
n, z
ona
ekon
omi e
kskl
usif
Pan
jang
dan
land
as k
ontin
en s
esua
ide
ngan
kar
akte
ristik
sum
berd
aya
dan
lingk
unga
n pe
raira
n m
elal
uipe
ndek
atan
eko
regi
on d
enga
nm
empe
rtim
bang
kan
pote
nsi
ekon
omi.
e)M
embe
rikan
duk
unga
n an
ggar
anB
appe
nas,
Kem
keu,
yang
tepa
t dan
mem
adai
.B
appe
da (
Pem
da),
Kem
-PU
, KLH
, Kem
-da
gri,
Kem
enris
tek,
Kem
hut,
KK
P.
f)M
enin
gkat
kan
perli
ndun
gan
Bap
peda
(P
emda
),Ja
ngka
lingk
unga
n te
rhad
ap M
PA s
ecar
aK
em-P
U, K
LH,
Pen
dek
efek
tif, s
erta
Mem
bent
uk s
atua
nK
emda
gri,
peng
awas
/ pen
jaga
/ kea
man
anK
emen
riste
k, K
emhu
t,di
MPA
.K
KP.
g)M
enyu
sun
Per
atur
an te
ntan
gK
LH, K
emen
riste
k,Ja
ngka
akse
s te
rhad
ap s
umbe
r day
aK
emhu
t, K
KP,
LIP
I,M
enen
gah
gene
tik d
i per
aira
n In
done
sia
PT,
DE
KIN
.de
ngan
men
ggun
akan
tekn
olog
ire
kaya
sa g
enet
ika.
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
137
h)M
ence
gah
intro
duks
i je
nis
asin
gK
LH, K
KP,
Jang
kain
vasi
ve/IA
S (s
enga
ja d
an ti
dak
Kem
ente
rian
Men
enga
hse
ngaj
a, te
rmas
uk d
ari a
ir ba
llast
)P
erhu
bung
an (
Dirj
en-
s/d
dan
men
gend
alik
an IA
S (In
vasi
veP
erhu
bung
an L
aut,
Jang
kaAl
ien
Spec
ies)
jen
is a
sing
inva
sif,
Kar
antin
a, O
torit
asP
anja
ngas
pek
ini m
asih
kur
ang
dita
ngan
iP
elab
uhan
-per
lupa
daha
l ini
sal
ah s
atu
kont
robu
tor
diko
nfirm
asi k
emba
li )
terb
esar
hila
ngny
a be
bera
paflo
ra d
an fa
una
( Kea
neka
Rag
aman
Hay
ati)
loka
l.
3.M
ence
gah,
a)M
engu
atka
n ke
lem
baga
an d
anm
enan
ggul
angi
,ko
ordi
nasi
dal
am b
idan
g:da
n pe
mul
ihan
-Pe
ngen
dalia
n da
n pe
ngel
olaa
nsu
mbe
r pen
cem
aran
wila
yah
pesi
sir d
an la
ut.
dan
dam
pak
-M
itiga
si b
enca
na d
an a
dapt
asi
penc
emar
an,
peru
baha
n ik
lim d
i wila
yah
laut
,be
ncan
a, d
anpe
sisi
r da
n pu
lau-
pula
u ke
cil.
peru
baha
n ik
lim.
b)P
enge
mba
ngan
dat
a, in
form
asi,
Bap
pena
s,Ja
ngka
pote
nsi d
an k
arak
teris
tik s
umbe
rK
emne
gpan
, Kem
-PU
,P
ende
kda
ya a
lam
wila
yah
pesi
sir d
anK
LH, K
emda
gri,
laut
, dan
pul
au-p
ulau
kec
il da
lam
Kem
enris
tek,
Kem
hut,
rang
ka m
elak
ukan
:K
KP.
-Pe
ngen
dalia
n da
n pe
ngel
olaa
nw
ilaya
h pe
sisi
r dan
laut
.-
Miti
gasi
ben
cana
dan
ada
ptas
ipe
ruba
han
iklim
di w
ilaya
h la
ut,
pesi
sir
dan
pula
u-pu
lau
keci
l.H
al te
rseb
ut d
i ata
s da
pat
berfu
ngsi
seb
agai
:-
Dal
am r
angk
a m
enen
tuka
nda
mpa
k pe
ncem
aran
dan
tingk
at k
erus
akan
sua
tuw
ilaya
h pe
sisi
r dan
lau
dan
pula
u-pu
lau
keci
l.
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
138
-D
alam
ran
gka
men
entu
kan
tingk
at re
siko
dan
ker
enta
nan
suat
u w
ilaya
h pe
sisi
r dan
laut
dan
pula
u-pu
lau
keci
l.
c)M
enyu
sun
Ren
cana
Aks
i Nas
iona
lB
appe
nas,
Bap
peda
Jang
kaA
dapt
asi P
erub
ahan
Iklim
(Pem
da),
Kem
-PU
,P
ende
k(R
AN
AP
I) da
n R
enca
na A
ksi
KLH
, Kem
dagr
i,s/
dN
asio
nal P
engu
rang
an R
isik
oK
emen
riste
k,Ja
ngka
Ben
cana
(RA
N P
RB
) yan
g di
ikut
iK
emhu
t, K
KP.
Men
enga
hde
ngan
lang
kah-
lang
kah
yang
dapa
t dio
pera
sion
alka
n di
lapa
ngan
mel
alui
ker
jasa
ma
stak
ehol
der
d)M
enyu
sun
prog
ram
nas
iona
lK
KP,
KLH
,Ja
ngka
peng
enda
lian
dan
peng
elol
aan
Kem
enH
ub,
Pen
dek
dam
pak
penc
emar
an d
anK
emnd
agri
s/d
keru
saka
n lil
ngku
ngan
di w
ilaya
hJa
ngka
pesi
sir d
an la
ut d
an p
ulau
-pul
auM
enen
gah
keci
l.
e)M
engi
dent
ifika
si d
an m
engu
sul-
Kem
Hub
, KLH
, KK
P,Ja
ngka
kan
Par
ticul
arly
Sen
sitiv
e S
eaK
emen
Lu, K
emH
anM
enen
gah
Are
as (P
SS
A) /
Mar
ine
Pro
tect
ion
s/d
Jang
kaA
rea
(MPA
).P
anja
ng
f)M
enin
gkat
kan
pend
idik
an,
Bap
pena
s (P
emda
),Ja
ngka
pene
litia
n, p
enge
mba
ngan
, dan
KLH
, KK
P, K
emda
gri,
Pen
dek
sosi
alis
asi k
epad
a se
mua
inst
ansi
Kem
enris
tek,
Kem
hut.
s/d
terk
ait,
term
asuk
mas
yara
kat
Jang
kape
sisi
r dan
nel
ayan
, unt
uk m
em-
Men
enga
hbe
rikan
pem
aham
an te
ntan
gda
mpa
k ya
ng d
iaki
batk
an d
ari
peru
baha
n ik
lim.
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
139
g)M
elak
ukan
pen
gaw
asan
ber
kala
Kem
hub,
KLH
,Ja
ngka
dan
terp
adu
untu
k m
enga
tasi
Kem
-ES
DM
, KK
P,P
ende
km
asal
ah p
embu
anga
n lim
bah
Bak
orka
mla
dom
estik
mau
pun
limba
h in
dust
ri,an
tara
lain
den
gan
men
amba
hkan
sara
na d
an p
rasa
rana
pen
gola
h-an
lim
bah.
h)M
engi
nven
taris
asi k
egia
tan/
Kem
-ES
DM
, KK
P,Ja
ngka
usah
a / i
ndus
tri P
erta
mba
ngan
Kem
hub,
Bak
orka
mla
.P
ende
kM
iner
al d
an M
igas
yan
g be
rpot
ensi
men
imbu
lkan
pen
cem
aran
dan
belu
m m
elak
ukan
aba
ndon
men
tan
d si
te re
stor
atio
n ba
gi a
njun
gan
yang
ber
ada
di Z
EE
.
i)M
enin
gkat
kan
pera
n se
rtaE
SD
M, K
emH
ub,
Jang
kaka
lang
an in
dust
ri at
au s
was
taK
emH
ut, K
KP,
KLH
Pen
dek
s/d
dala
m k
egia
tan
kons
erva
si.
Jan
gka
Pan
jang
j)M
enge
mba
ngka
n pe
nelit
ian
dan
BP
PT
Jang
kape
ngua
saan
tekn
olog
i unt
ukP
ende
k s/
dm
ence
gah
penc
emar
an.
Jang
kaP
anja
ng
k)M
enge
mba
ngka
n pr
ogra
mK
LH, K
KP,
Jang
kape
nera
pan
Cle
an D
evel
opm
ent
Kem
enris
tek,
DN
PI.
Men
enga
hM
echa
nism
(CD
M) –
Kyo
toP
roto
col d
i wila
yah
laut
, pes
isir
dan
pula
u-pu
lau
keci
l.
4.M
enge
mba
ngka
na)
Mem
perc
epat
pen
yusu
nan
Bap
peda
(P
emda
),Ja
ngka
tata
gun
a da
nR
enca
na P
enge
lola
an W
ilaya
hK
em-P
U, K
LH,
Pen
dek
infra
stru
ktur
pes
isir
pula
u-pu
lau
terd
epan
.K
emda
gri,
dan
laut
(co
asta
lK
emen
riste
k, K
KP
and
sea
use)
yan
gbe
rkel
anju
tan
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
140
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
b)M
enin
gkat
kan
pend
ayag
unaa
nB
appe
nas,
Jang
kaen
ergi
terb
aruk
an (e
nerg
i non
Kem
enris
tek,
Kem
-M
enen
gah
konv
ensi
onal
).E
SD
M, K
KP,
KLH
,K
emne
g-B
UM
N.
c)M
enge
mba
ngka
n te
knol
ogi
Kem
enris
tek,
Jang
kaek
splo
rasi
dan
eks
polit
asi s
umbe
rK
em-E
SD
M, K
KP,
Men
enga
hda
ya a
lam
yan
g tid
ak te
rbar
ukan
KLH
(per
tam
bang
an) y
ang
ber-
waw
asan
ling
kung
an.
d)P
enge
mba
ngan
sis
tem
eko
nom
iK
LH, K
KP,
Jang
kalin
gkun
gan
mel
alui
val
uasi
Men
riste
k, K
emhu
t,M
enen
gah
lingk
unga
n su
mbe
r day
a al
am.
Kem
en E
SD
M
5.M
enge
mba
ngka
na)
Men
ingk
atka
n pe
ran
aktif
dal
amB
appe
da (
Pem
da),
Jan
gka
kerja
sam
a bi
late
ral,
foru
m k
erja
sam
a ke
laut
an re
gion
alK
em-P
U, K
LH,
Pen
dek
regi
onal
, dan
glo
bal
dan
inte
rnas
iona
l, te
rmas
ukKe
mda
gri,
Kem
enris
tek,
s/d
di b
idan
g pe
ngel
olaa
npe
netu
an ja
lur S
outh
Eas
t Ase
anK
empe
rin, K
KP,
Jang
kalin
gkun
gan
kela
utan
Grid
unt
uk in
terk
onek
si tr
ansm
isi
Kem
lu, E
SD
M.
Pan
jang
listri
k da
n ja
lur t
ranp
orta
si G
asA
lam
mel
alui
pip
a di
das
ar la
ut.
b)M
enin
gkat
kan
kem
ampu
anK
em-P
U, K
LH,
Jang
kam
asya
raka
t Ind
ones
ia u
ntuk
Kem
dagr
i,P
ende
km
enja
di a
nggo
ta le
mba
ga-
Kem
enris
tek,
lem
baga
inte
rnas
iona
l ter
mas
ukK
empe
rin, K
KP,
NG
O in
tern
atio
nal d
i bid
ang
Kem
lu, A
ssos
iasi
.pe
mba
ngun
an k
elau
tan.
c)M
enin
gkat
kan
pera
n di
plom
asi
Pem
da, K
em-P
U,
Jang
kaun
tuk
men
empa
tkan
put
ra-p
utra
KLH
, Kem
dagr
i,M
enen
gah
Indo
nesi
a pa
da p
osis
i yan
gKe
men
riste
k, K
empe
rin,
stra
tegi
s di
lem
baga
kel
auta
nK
KP,
Kem
lu,
inte
rnas
iona
l. A
ssos
iasi
.
141
KEB
IJA
KA
NSU
B-K
EBIJ
AK
AN
STR
ATEG
IU
PAYA
Inst
ansi
/ Le
mba
gaya
ngB
erta
nggu
ngja
wab
Perio
deW
aktu
d)M
elan
jutk
an k
omitm
en In
done
sia
Kem
-PU
, KLH
,Ja
ngka
terh
adap
pem
bent
ukan
iden
titas
Kem
dagr
i, Ke
men
riste
k,P
ende
kda
n pe
man
tapa
n in
tegr
asi r
egio
nal
Kem
perin
, KK
P,da
n m
engo
ptim
alka
n pa
rtisi
pasi
Kem
lu, A
ssos
iasi
.da
n pe
ran
aktif
indo
nesi
a da
lam
foru
m r
egio
nal d
an m
ultil
ater
al.
e)M
ener
apka
n st
rate
gi r
egio
nal
Kem
-PU
, KLH
,Ja
ngka
yang
mem
aduk
an a
spek
ker
ja-
Kem
dagr
i,P
ende
ksa
ma
lingk
unga
n ya
ng ti
dak
Kem
enris
tek,
terle
pas
dari
stra
tegi
eko
nom
i,K
empe
rin, K
KP,
polit
ik d
an k
eam
anan
, ant
ara
lain
Kem
lu, A
ssos
iasi
.de
ngan
car
a m
elak
ukan
ker
ja-
sam
a re
gion
al d
i Asi
a (L
arge
Mar
ine
Eco
syte
m).
f)M
emba
ngun
con
fiden
ce b
uild
ing
Kem
dag,
KLH
,Ja
ngka
mea
sure
s (C
BM
) di f
ora
regi
onal
Kem
enris
tek,
Kem
perin
Men
enga
hm
aupu
n in
tern
asio
nal.
KKP,
Kem
lu, A
ssos
iasi
.
g)M
enin
gkat
kan
kapa
sita
s ke
rjaK
emen
riste
k, K
KP,
Jang
kasa
ma
pene
litia
n ya
ng b
erta
raf
KLH
, Kem
lu.
Men
enga
hin
tern
asio
nal d
enga
n te
tap
mem
perh
atik
an k
epen
tinga
nna
sion
al.
142
Keterangan :
BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Basarnas : Badan Search And Rescue Nasional
BI : Bank Indonesia
BNPP : Badan Nasional Pengelola Perbatasan
BPBN : Badan Penanggulangan Bencana Nasional
BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
DEKIN : Dewan Kelautan Indonesia
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
Kemdag : Kementerian Perdagangan
Kemdagri : Kementerian Dalam Negeri
Kemdikbud : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kemenkopolhukam : Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan
Kemneg-BUMN : Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara
Kemnegpan ; Kementerian Negara Penertiban Aparatur Negara dan ReformasiBirokrasi
Kemneg Kop & UKM : Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Kemnegristek : Kementerian Negara Riset dan Teknologi
Kem-ESDM : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Kemhub : Kementerian Perhubungan
Kemhut : Kementerian Kehutanan
Kemkeu : Kementerian Keuangan
Kemkominfo : Kementerian Komunikasi dan Informasi
Kemkumham : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kemlu : Kementerian Luar Negeri
Kemnakertrans : Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kemparekraf : Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif
Kemperin : Kementerian Perindustrian
Kempora : Kementerian Pemuda dan Olahraga
Kem-PU : Kementerian Pekerjaan Umum
143
KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan
KLH : Kementerian Negara Lingkungan Hidup
LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Pelindo : Pelabuhan Indonesia
Pemda : Pemerintah Daerah
POLRI : Polisi Republik Indonesia
Setneg : Sekretariat Negara
TNI AL : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut
144
Argumentasi utama perlunya membangun bidang kelautan karena didasarkan padakenyataan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara bahari terbesar di dunia, sehinggasudah seharusnya bangsa ini memberikan prioritas utama terhadap upaya mendayagunakansumber daya laut yang dimiliki untuk kesejahteraan masyarakatnya. Dengan demikian,diperlukan suatu Kebijakan Kelautan Indonesia yang komprehensif agar proses pendayagunaansumber daya laut dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan guna mengakselerasitercapainya cita-cita Bangsa Indonesia yakni INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADILDAN MAKMUR.
Kebijakan Kelautan Indonesia yang disusun ini merupakan landasan bagi implementasipembangunan bidang kelautan nasional yang terintegrasi dalam pembangunan nasional.Dengan ditetapkannya Kebijakan Kelautan Indonesia, maka segenap komponen bangsadan negara dapat melaksanakan pembangunan kelautan dengan sumber hukum dan acuanyang jelas. Kebijakan Kelautan Indonesia ini tentunya harus menjadi arah dan pedomanbagi pengembangan bidang kelautan di Indonesia untuk masa kini dan mendatang.
Implementasi dari Kebijakan Kelautan Indonesia ini haruslah dipantau dan dievaluasi,secara berkala, agar tetap berada dalam sasaran, tujuan, dan kerangka pembangunankelautan nasional yang telah ditentukan bersama, untuk menjadi dasar dalam perbaikanperencanaan maupun revisi implementasi pada masa mendatang.
Rekomendasi utama yang diusulkan untuk dapat membantu mengakselerasipembangunan kelautan nasional adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah perlu melakukan upaya penyadaran kembali jati diri Bangsa Indonesiasebagai Negara Kepulauan (Archipelagic state) melalui peningkatan KESADARANNASIONAL TENTANG KELAUTAN secara sistematik dan komprehensif, yang diawalidengan suatu GERAKAN NASIONAL KELAUTAN
2. Perlu merubah paradigma pembangunan nasional dari “LAND BASE ORIENTED” ke“ARCHIPELAGIC ORIENTED”. Dengan memanfaatkan potensi yang ada di darat dandi laut, maka akan mempercepat mewujudkan kemandirian dan kemakmuran bangsa.
3. Pemerintah perlu segera melakukan PENATAAN KELEMBAGAAN dan peraturanperundangan terkait dengan pengelolaan dan percepatan pembangunan kelautannasional. Pembangunan Kelautan mencakup dan melibatkan beberapa sektor dan
Bab 6 P E N U T U P
145
instansi pemerintahan, oleh karena itu perlu satu Lembaga yang yang langsung bertugasdibawah Unit Kerja Presiden dan bekerjasama dengan setiap Kementerian Koordinator(Kemenko Perekonomian, Kemenko Polhukam, dan Kemenko Kesra) dan Bappenasuntuk membentuk Deputi Bidang Kelautan sebagai mitra kerjanya.
4. Guna mengoptimalkan pengamanan, keselamatan, dan penegakan hukum di laut yangkomprensif, efektif dan efisien, perlu dibentuk satu lembaga BADAN KEAMANAN LAUT(BAKAMLA) yang multifungsi.
5. Pembangunan Ekonomi Kelautan Nasional harus dilaksanakan dengan pendekatanBlue Economy untuk mengakselerasi terwujudnya pembangunan berkelanjutan yangpro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapantenaga kerja) dan pro-environtment (melestarikan lingkungan)
6. Agar hasil Pembangunan Ekonomi Kelautan dapat dengan menggunakan prinsip-prinsipBlue Economy
7. Menyempurnakan SISTIM PENDIDIKAN NASIONAL dengan memberikan muatanbidang kelautan, agar generasi penerus bangsa tidak melupakan jati diri bahwa merekatinggal di negara kepulauan.
Namun, betapapun bagus dan lengkapnya rumusan Kebijakan Kelautan Indonesia untukmempercepat keberhasilan pembangunan kelautan Indonesia yang telah disusun ini, padaakhirnya yang utama dan sangat menentukan keberhasilannya adalah faktor manusiaIndonesia di bawah kepimpinan pemerintahan. Betapapun luhur dan tingginya cita-cita yaitumembangun kelautan Indonesia, tidak akan tercapai tanpa adanya komitmen penuh dariseluruh stakeholders kelautan Indonesia dan penyelenggaraan tata pemerintahan yang bersih(clean government). Oleh karena itu marilah kita teguhkan bersama semangat dan tekadseluruh bangsa untuk membangun Kelautan Indonesia secara utuh dan sinergis denganPembangunan Nasional.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa merestui.
146
Lam
pira
n 1.
Alu
r P
ikir
Pen
yusu
nan
Keb
ijaka
n K
elau
tan
Indo
nesi
a G
una
Per
tum
buha
n E
kono
mi d
an P
enci
ptaa
n La
pang
anK
erja
Dal
am R
angk
a M
empe
rkok
oh K
etah
anan
Nas
iona
l
147
Lam
pira
n 2.
Pol
a P
ikir
Pen
guat
an K
ebija
kan
Kel
auta
n In
done
sia
Gun
a P
ertu
mbu
han
Eko
nom
i dan
Pen
cipt
aan
Lapa
ngan
Ker
ja D
alam
Ran
gka
Mem
perk
okoh
Ket
ahan
an n
asio
nal
148
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, L. dan Kusumastanto, T. 2004. Penyusunan Rencana pengelolaan Perikanan(Fisheries Management Plan) dan Rencana Pengelolaan kawasan Pesisir (CoastalManagement Plan). Makalah pada Training of Trainer (TOT) Marginal FishingCommunity Development Pilot. Bappenas, Cipayung 8 Oktober 2004.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan, DKP 2006. Draft Naskah Akademik Kebijakan KelautanIndonesia Dewan Maritim Indonesia 2006. Grand Strategi Pembangunan KelautanIndonesia. Jakarta
Dahuri, R. 2009. Enhancing sustainable ocean development : An Indonesian Experience.Center for Coastal and Marine Resource Studies - IPB. Bogor
Dewan Kelautan Indonesia 2011. Ocean Culture Policy. JakartaDewan Kelautan Indonesia 2011. Ocean Governance Policy. JakartaDewan Kelautan Indonesia 2011. Maritime Security Policy. JakartaDewan Kelautan Indonesia 2011. Ocean Economic Policy. JakartaDewan Kelautan Indonesia 2011. Marine Environment Policy. JakartaDewan Maritim Indonesia 2005. Draft Peraturan Presiden tentang Kebijakan Kelautan
Indonesia. JakartaDewan Maritim Indonesia 2007. Naskah Kesepahaman dan Dukungan Antar Menteri tentang
Pembangunan Berkelanjutan Kelautan Indonesia. JakartaDewan Maritim Indonesia 2007. Draft Instruksi Presiden tentang Percepatan Pembangunan
Indonesia. JakartaDewan Maritim Indonesia 2007. Draft Naskah Akademik dan Rancangan Undang-Undang
tentang Kelautan. Jakarta[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 1995. Code Of Conduct For
Responsible Fisheries. FAO. Rome.[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2006. The State of World
Fisheries and Aquaculture 2006. FAO. Rome.Ikatan Ahli Geologi Indonesia. 1999. Proceedings of Indonesian Association of Geologists:
Developments in Stratigraphy and Sedimentology. Vol.3. The 28th Annual Convention30 November-1 December 1999. Jakarta.
Kantha, L.H. and Clayson, C.A. 2000. Numerical Models of Oceans and Oceanic Processes.Academic Press. London.
Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2012. Statistik Energi dan SumberdayaMineral 2011. Jakarta
149
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2011.Jakarta
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja KementerianKelautan dan Perikanan Tahun 2011. Jakarta
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2012. Laporan Akuntabilitas KinerjaKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2011. Jakarta
Kementerian Perhubungan. 2012. Statistik Perhubungan 2011. JakartaKementerian Perindustrian. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian
Tahun 2011. JakartaKesatuan Pelaut Indonesia. 2010. Prediksi Kebutuhan Tenaga Pelaut Indonesia. JakartaKusumastanto, T. 2003. Ocean Policy dalam Membangun Negeri Bahari di Era Otonomi
Daerah. PT. Gramedia Pustaka Utama. JakartaKusumastanto, T. 2007. Analisis Ekonomi Kelautan dan Arah Kebijakan Pengembangan
Jasa Kelautan. PKSPL-IPB. BogorMunasinghe, M. 2002. Macroeconomis and the Environment. International Library of Critical
Writings in Economics. Edward Elgar Publication. London.Murtadi, S. 1999. Pengantar Kuliah Kebijakan Pembangunan Perikanan. (Tidak
Dipublikasikan). Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan. Institut Pertanian Bogor.Bogor
Mustodidjaja. 1992. Kebijakan Pembangunan: Proses, Masalah dan Praktek. Yayasan OborIndonesia. Jakarta .
Naryadi. 2006. Strategi, teori dasar dan perkembangan. Lemhannas R.I., Jakarta: Lemhannas R.I.Pokja Geostrategi & Tannas. 2006. Ketahanan Nasional Indonesia. Jakarta: Lemhannas
R.I. JakartaPusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL)-IPB. 2004. Kajian Kontribusi Sektor
Kelautan dan Perikanan. Kerjasama BAPPENAS dan PKSPL-IPB. JakartaSekretariat Negara R.I. 1983. Undang-undang No. 5 tahun 1983 tentang Zone Ekonomi
Eksklusif (ZEE). JakartaSekretariat Negara R.I. 1985. Undang-undang Nomor 17 tahun 1985 tentang Pengesahan
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang HUKUM LAUT 1982. JakartaSekretariat Negara R.I. 1996. Undang-undang No.6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.
JakartaSekretariat Negara R.I. 2007. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional. JakartaSekretariat Negara R.I. 2003. Undang-Undang Dasar 45 dan Perubahannya. Jakarta
150