12
LANGKAH STRATEGIS BANK PERMATA DALAM MENGATASI KERUGIAN (Djoko Hanantijo-IKPIA Perbanas Jakarta Email: [email protected]) Abstract The banking industry faces the challenge of slowing economic growth, geopolitical uncertainty and macroeconomic pressures in 2015 resulting in increasingly problematic loans and bad credit as measured by the ratio of Non Performing Loans (NPL) to financial distress. This was experienced by PT Bank Permata Tbk (BNLI), which reported a net loss of Rp.6.48 trillion in December 2016 due to an increase in reserve expenses against a decrease in credit quality. Bank Permata continues to take proactive steps with asset restructuring and financial restructuring to improve the company's performance by managing Non-Performing Loans through improving asset quality, tightening control of risks, strengthening capital structure and increasing capital through rights issues or Pre-emptive Rights (HMETD). The funds obtained are used to strengthen the company's capital structure and all will be used to finance the increase in productive assets in the context of business development. The financial performance of Permata Bank in early 2017 is good because it has a good business foundation with strong capabilities, dedicated employees, loyal customers, innovative products and services and strong support from the two main shareholders, namely Astra International and Standard Chartered Bank and also has a very good level of capital and liquidity. Keywords: financial distress, non performing loan, HMETD, right issue PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis merupakan suatu kondisi yang tidak dapat dihindari oleh semua pihak dan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan perusahaan-perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Krisis dapat menimpa berbagai aspek, tidak terkecuali aspek ekonomi dalam sektor perbankan. Pada tahun 1997, perekonomian Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi yang salah satu akibatnya adalah bangkrutnya sejumlah bank yang tidak mampu untuk tetap melanjutkan usahanya dan berujung pada likuidasi. Terjadinya likuidasi pada sejumlah bank ini telah menimbulkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan stakeholder dan shareholder. Kondisi ini tentu saja membuat para investor dan kreditur merasa khawatir jika perusahaannya mengalami kesulitan keuangan yang bisa mengarah ke kebangkrutan. Tahun 2015 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi industri perbankan, karena harus menghadapi berbagai permasalahan seperti pertumbuhan ekonomi yang melambat serta ketidakpastian geopolitik dan tekanan ekonomi makro. Dampak dari kondisi tersebut bagi industri perbankan adalah semakin meningkatnya kredit bermasalah yang disebabkan oleh kondisi beberapa sektor usaha yang masih lesu yang terkena imbas perlambatan ekonomi. Beberapa bank di Indonesia mengalami kondisi kesulitan keuangan dengan indikasi menurunnya perolehan laba bersih. Untuk melihat kondisi financial distress di perusahaan perbankan dapat diukur melalui laporan keuangannya. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi perusahaan yang dihasilkan oleh pihak manajemen dan memberikan informasi mengenai prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar untuk memberikan proyeksi dan peramalan dalam pembuatan kebijakan di masa depan. Berdasarkan laporan keuangan tersebut, maka akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat keuangan bermasalah. Dengan menganalisis rasio-rasio keuangan terhadap kompenen laporan keuangan dapat diketahui seberapa baik kinerja keuangan bank tersebut.

LANGKAH STRATEGIS BANK PERMATA DALAM MENGATASI …

  • Upload
    others

  • View
    34

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LANGKAH STRATEGIS BANK PERMATA DALAM MENGATASI …

LANGKAH STRATEGIS BANK PERMATA DALAM MENGATASI KERUGIAN (Djoko Hanantijo-IKPIA Perbanas Jakarta

Email: [email protected])

Abstract The banking industry faces the challenge of slowing economic growth, geopolitical uncertainty and macroeconomic pressures in 2015 resulting in increasingly problematic loans and bad credit as measured by the ratio of Non Performing Loans (NPL) to financial distress. This was experienced by PT Bank Permata Tbk (BNLI), which reported a net loss of Rp.6.48 trillion in December 2016 due to an increase in reserve expenses against a decrease in credit quality. Bank Permata continues to take proactive steps with asset restructuring and financial restructuring to improve the company's performance by managing Non-Performing Loans through improving asset quality, tightening control of risks, strengthening capital structure and increasing capital through rights issues or Pre-emptive Rights (HMETD). The funds obtained are used to strengthen the company's capital structure and all will be used to finance the increase in productive assets in the context of business development. The financial performance of Permata Bank in early 2017 is good because it has a good business foundation with strong capabilities, dedicated employees, loyal customers, innovative products and services and strong support from the two main shareholders, namely Astra International and Standard Chartered Bank and also has a very good level of capital and liquidity. Keywords: financial distress, non performing loan, HMETD, right issue PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis merupakan suatu kondisi yang tidak dapat dihindari oleh semua pihak dan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan perusahaan-perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Krisis dapat menimpa berbagai aspek, tidak terkecuali aspek ekonomi dalam sektor perbankan. Pada tahun 1997, perekonomian Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi yang salah satu akibatnya adalah bangkrutnya sejumlah bank yang tidak mampu untuk tetap melanjutkan usahanya dan berujung pada likuidasi. Terjadinya likuidasi pada sejumlah bank ini telah menimbulkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan stakeholder dan shareholder. Kondisi ini tentu saja membuat para investor dan kreditur merasa khawatir jika perusahaannya mengalami kesulitan keuangan yang bisa mengarah ke kebangkrutan.

Tahun 2015 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi industri perbankan, karena harus menghadapi berbagai permasalahan seperti pertumbuhan ekonomi yang melambat serta ketidakpastian geopolitik dan tekanan ekonomi makro. Dampak dari kondisi tersebut bagi industri perbankan adalah semakin meningkatnya kredit bermasalah yang disebabkan oleh kondisi beberapa sektor usaha yang masih lesu yang terkena imbas perlambatan ekonomi. Beberapa bank di Indonesia mengalami kondisi kesulitan keuangan dengan indikasi menurunnya perolehan laba bersih.

Untuk melihat kondisi financial distress di perusahaan perbankan dapat diukur melalui laporan keuangannya. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi perusahaan yang dihasilkan oleh pihak manajemen dan memberikan informasi mengenai prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar untuk memberikan proyeksi dan peramalan dalam pembuatan kebijakan di masa depan. Berdasarkan laporan keuangan tersebut, maka akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat keuangan bermasalah. Dengan menganalisis rasio-rasio keuangan terhadap kompenen laporan keuangan dapat diketahui seberapa baik kinerja keuangan bank tersebut.

Page 2: LANGKAH STRATEGIS BANK PERMATA DALAM MENGATASI …

Salah satu faktor penyebab terjadinya kondisi financial distress pada suatu perusahaan perbankan adalah membengkaknya jumlah kredit yang bermasalah dan kredit macet yang dapat diukur dengen rasio Non Performing Loan (NPL). Hal tersebut dialami oleh PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang melaporkan rugi bersih sebesar Rp6,48 trilliun pada Desember 2016 yang disebabkan oleh meningkatnya beban pencadangan terhadap penurunan kualitas kredit. A. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ditetapkan adalah berikut ini: 1. Apakah penyebabkerugian yang dialami Bank Permata? 2. Bagaimana langkah strategis Bank Permata dalam mengatasi kondisi kerugian? 3. Bagaimana hasil implementasilangkah strategis Bank Permata dalam mengatasi kondisi

kerugian?

B. Landasan Teori 2.1. Financial Distress

Ross dkk (2016) mengatakan bahwa financial distress atau kesulitan keuangan adalah kondisi tekanan keuangan yang dialami oleh perusahaan yang disebabkan oleh beragam kejadian yang dapat menimpa perusahaan. Beragam kejadian tersebut antara lain seperti pengurangan dividen, likuidasi, kerugian dan menurunnya harga saham. Saat mengalami financial distress, perusahaan dihadapkan dengan situasi di mana arus kas operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban lancar, seperti kredit perdagangan atau beban bunga dan perusahaan dihadapkan dengan pengambilan keputusan untuk melakukan perbaikan secara cepat.Kesulitan keuangan dapat menyebabkan perusahaan mengalami kegagalan dalam memenuhi kewajibannya, dan mungkin melibatkan restrukturisasi keuangan atau restrukturisasi aset antara perusahaan, kreditor, dan investor ekuitasnya. Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi kesulitan keuangan antara lain :

1. Menjual aset utama. 2. Melakukan penggabungan dengan perusahaan lain 3. Mengurangi belanja modal, penelitian dan pengembangan. 4. Menerbitkan sekuritas baru. 5. Bernegosiasi dengan bank dan kreditor lainnya. 6. Menukar hutang untuk ekuitas 7. Mengajukan permohonan pailit.

Untuk langkah strategis nomor 1 hingga nomor 3 merupakan langkah strategis yang melibatkan restrukturisasi aset, sedangkan untuk nomor 4 hingga 7 merupakan langkah strategis yang melibatkansisi kanan neraca perusahaan dan merupakan contoh restrukturisasi keuangan. Dari penjelasan tersebut, maka financial distress dapat diatasi dengan melakukan restrukturisasi aset dan restrukturisasi keuangan, yaitu perubahan pada kedua sisi neraca.

Page 3: LANGKAH STRATEGIS BANK PERMATA DALAM MENGATASI …

2.2. Restrukturisasi, Likuidasi dan Reorganisasi

Bramantyo (2004) mengatakan bahwa restrukturisasi adalah kegiatan merubah struktur perusahaan, dalam hal ini bisa berarti memperbesar atau memperkecil. Strategi restrukturisasi digunakan untuk mencari jalan keluar bagi perusahaan yang tidak berkembang, sakit atau adanya ancaman bagi organisasi, atau industri diambang pintu perubahan yang signifikan. Pemilik umumnya melakukan perubahan dalam tim unit manajemen, perubahan strategi, atau masuknya teknologi baru dalam perusahaan. Selanjutnya sering diikuti oleh akuisisi untuk membangun bagian yang kritis, menjual bagian yang tidak perlu, guna mengurangi biaya akuisisi secara efektif. Hasilnya adalah perusahaan yang kuat, atau merupakan transformasi industri. Restrukturisasi perusahaan bertujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan. Bagi perusahaan yang telah go public, maksimalisasi nilai perusahaan dicirikan oleh tingginya harga saham perusahaan, dan harga tersebut dapat bertengger pada tingkat atas.

Menurut Ross dkk (2016), Likuidasi berarti langkah penghentian perusahaan sebagai kelangsungan usaha yang melibatkan penjualan aset perusahaan untuk upaya penyelamatan. Hasil perolehan penjualan setelah dikurangi biaya transaksi, didistribusikan ke kreditur sesuai urutan prioritas. Sedangkan Reorganisasi adalah pilihan untuk menjaga kelangsungan usaha perusahaan, seperti melibatkan penerbitan sekuritas baru untuk menggantikan sekuritas lama.

Page 4: LANGKAH STRATEGIS BANK PERMATA DALAM MENGATASI …

C. Profil Bank Permata

PT Bank Permata Tbk (BNLI) dibentuk sebagai hasil merger dari 5 bank di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yakni PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot pada tahun 2002. Di tahun 2004, Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk mengambil alih Bank Permata dan memulai proses transformasi secara besar-besaran didalam organisasi. Selanjutnya, sebagai wujud komitmennya terhadap Bank Permata, kepemilikan gabungan pemegang saham utama ini meningkat menjadi 89,12% atau masing-masing memiliki saham sebesar 44,56% sejak 2006 hingga per Desember 2016. Sedangkan sisa kepemilikan saham sebesar 10,88% dipegang oleh publik.

Saat ini Bank Permata telah berkembang menjadi sebuah bank swasta utama yang menawarkan produk dan jasa inovatif serta komprehensif terutama di sisi delivery channel-nya termasuk Internet Banking dan Mobile Banking. Bank Permata memiliki aspirasi untuk menjadi penyedia jasa keuangan terkemuka di Indonesia, dengan fokus di segmen konsumer dan komersial. Melayani lebih dari 2 juta nasabah di 63 kota di Indonesia, per September 2016 Bank Permata memiliki 331 cabang (Cabang konvensional dan Syariah termasuk 304 layanan syariah), 22 Cabang Bergerak (Mobile Branch), enam Payment Point, 1012 ATM dengan akses di lebih dari 100.000 ATM (VisaPlus, Visa Electron, MasterCard, Alto, ATM Bersama dan ATM Prima) dan jutaan ATM di seluruh dunia yang terhubung dengan jaringan Visa, Mastercard, Cirrus.

Berdasarkan Laporan Keuangan Tahunan Bank Permata dalam lima tahun terakhir, yaitu tahun 2012-2016, Bank Permata mengalami penurunan labadimulai pada tahun 2014. Pada tahun 2015 terjadi penurunan laba bersih sebesar 84 persen menjadi Rp 247 miliar yang disebabkan oleh meningkatnya biaya provisi sebagai konsekuensi dari naiknya kredit bermasalah. Sepanjang tahun 2016 kondisi tertekan tersebut terus dialami oleh bank hingga pada Desember 2016 Bank mencatatkan kerugian sebesar Rp6.48 triliun dan total aset perseroan turun menjadi Rp165,5 triliun dari Rp182,6 triliun.Sementara untuk imbal hasil aset (ROA) dan imbal hasil ekuitas (ROE) Bank Permata turut mengalami penurunan dari tahun 2012 ke 2016, pada akhir Desember 2016 ROA Bank Permata menjadi -4,9 persen dari 0,2 persen. Untuk imbal hasil ekuitas (ROE) turun menjadi -38,3 persen dari 1,8 persen. Net Interest Margin (NIM) turun tipis menjadi 3,9% dari sebelumnya sebesar 4,0% di akhir Desember 2015. Peningkatan NPL yang terus berlangsung menyebabkan diperlukannya pembentukan beban penyisihan kerugian penurunan nilai aset keuangan dengan jumlah yang signifikan, sehingga BOPO meningkat menjadi 150,8%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 98,9% di tahun sebelumnya. Total aset perseroan tercatat menurun sebesar Rp17.161,84 miliar atau turun sebesar 9,4 persen menjadi Rp165.527,51 miliar pada akhir tahun 2016. Penurunan kinerja keuangan tersebut terutama didorong oleh turunnya kualitas kredit sebagai dampak masih lemahnya pertumbuhan ekonomi.

Tabel 1 Kinerja Bank Permata 2012-2016 (jutaanrupiah)

Page 5: LANGKAH STRATEGIS BANK PERMATA DALAM MENGATASI …

2012 2013 2014 2015 2016

ROA 1,70% 1,60% 1,20% 0,20% -4,90%

ROE 17,54% 15,70% 12,20% 1,80% -38,30%

NIM 5,03% 4,20% 3,60% 4,00% 3,90%

BOPO 83,10% 85,00% 89,80% 98,90% 150,80%

Asset Rp131.798.595 Rp165.837.996 Rp185.353.670 Rp182.689.351 Rp165.527.512

Laba/Rugi Rp1.368.133 Rp1.729.346 Rp1.587.771 Rp247.112 -Rp6.483.084 Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

Page 6: LANGKAH STRATEGIS BANK PERMATA DALAM MENGATASI …

E.PEMBAHASAN 4.1. Penyebab Kerugian yang dialami Bank Permata

Pada semester pertama 2016, Bank Permata mengalami kondisi kesulitan keuangan yang berlanjut hingga Desember 2016 dimana bank mencatatkan rugi sebesar Rp6,48 triliun.Sebelumnya bank telah mempublikasikan Laporan Keuangan posisi Juni 2016 yang membukukan rugi sebesar Rp840 milyar. Kerugian yang dialami Bank Permata disebabkan oleh menurunnya kualitas kredit yang diukur dengan kenaikan rasio gross non-performing loan (NPL) dari 2,7 persen pada akhir 2015 menjadi 8,8persen pada akhir 2016. Sementara rasionet-NPL pun ikut meningkat dari 1,4persen menjadi 2,2persen pada akhir 2016.

Tabel 2

Financial Distress Bank Permata Tahun 2012-2016 (juta rupiah)

2012 2013 2014 2015 2016

Pencadangan NPL Rp498.724 Rp502.595 Rp1.178.152 Rp3.678.035 Rp12.207.656

Beban Operasional Rp4.029.507 Rp4.447.434 Rp5.372.316 Rp8.055.934 Rp16.786.254

Laba/Rugi Rp1.368.133 Rp1.729.346 Rp1.587.771 Rp247.112 -Rp6.483.084 Sumber: Laporan Tahunan Bank Permata 2012-2016 (diolah)

Berdasarkan tabel2, kenaikan NPL sudah dirasakan oleh Bank Permata pada akhir Desember 2014 yang menyebabkan Bank perlu meningkatkan pencadangan (provisi) atas kredit bermasalah menjadi Rp12,2 triliun pada Desember 2016, atau meningkat sebesar 239,1 persen dibandingakan pada Desember 2015. Peningkatan provisi mendorong kenaikan beban operasional menjadi Rp16,79 triliun pada Desember 2016. Kenaikan beban operasional yang dialami oleh Bank dalam kurun waktu lima tahun berimbas pada kondisi kesulitan keuangan, sehingga terjadi penurunan laba pada tahun 2014 dan terus tertekan hingga mengalami rugi Rp6,48 triliun pada posisi Desember 2016.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi menjadi penyebab rasio NPL Bank Permata terus meningkat dalam periode tiga tahun terakhir. Sektor-sektor ekonomi yang mengalami kontraksi pertumbuhan selama tahun 2016 terdiri dari sektor pertambangan, industri pengolahan, dan perdagangan dimana peningkatan kredit bermasalah Bank Permata terjadi pada sektor industri pengolahan yang berkontribusi paling besar terhadap NPL bank, yaitu sebesar Rp1,09 triliun atau sebesar 27,27 persen dari total NPL dan disusul oleh sektor perdagangan yang menyumbangkan NPL sebesar Rp1,08 triliun atau sebesar 27 persen.Berdasarkan informasi dari beberapa media massa, salah satu penyebab memburuknya kualitas kredit dan meningkatnya rasio NPL yang dialami Bank adalah kredit macet dari Grup Garasindo yang merupakan salah satu debitur terbesar Bank Permata senilai Rp1,24 trilliun. Garasindo merupakan perusahaan yang bergerak di industri perdagangan besar sebagai importir umum dan Agen Pemegang Merek (APM) mobil dan motor kelas atas asal Eropa dan Amerika Serikat. Beberapa merk yang dinaungi oleh Garasindo antara lain, yaitu Fiat, Alfa Romeo, Chrysler, Jeep, dan Dodge. Selain itu, untuk kendaraan roda dua terdiri dari Ducati, Italjet, dan Peugeot Scooters.

Meningkatnya kredit macet yang disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi juga dirasakan oleh bank lain di Indonesia, salah satunya adalah Bank Danamon yang merupakan bank yang sebanding bagi Bank Permata.

Page 7: LANGKAH STRATEGIS BANK PERMATA DALAM MENGATASI …

Gambar 1 Kenaikan NPL Bank Permata dan Bank Danamon

Sumber: Laporan Tahunan 2012- 2016 Bank Permata dan Bank Danamon (diolah)

Kinerja Bank Permata dinilai yang paling buruk, baik berdasarkan aset, ROA, ROE, NPL dan CAR jika dibandingkan dengan 10 bank dengan aset terbesar di Indonesia. Pada semester pertama 2016, Bank Permata berada di peringkat ke-7 dengan total aset sebesar Rp182,6 triliun. Namun, pada akhir Desember 2016 terjadi penurunan jumlah aset sebesar Rp17,16 miliar menjadi sebesar Rp165,5 triliun sehingga Bank Permata turun ke peringkat-10. Berikut data perbandingan 10 bank dengan aset terbesar di Indonesia:

Page 8: LANGKAH STRATEGIS BANK PERMATA DALAM MENGATASI …

Tabel 3

Bank 10 Besar Indonesia Posisi Desember 2016 (jutaanrupiah)

No Bank Asset ROA ROE NPL CAR

1 Bank Mandiri Rp1.038.706.009 1.95% 11.12% 3,96% 21,36%

2 Bank BRI Rp1.003.600.000 3,74% 18,90% 2,16% 21,71%

3 Bank BCA Rp676.739.000 4,00% 20,50% 1,30% 21,90%

4 Bank BNI Rp603.032.000 2,70% 15,50% 3,00% 19,40%

5 CIMB Niaga Rp241.571.728 1,09% 5,81% 3,89% 17,96%

6 Bank BTN Rp214.168.479 1,76% 18,35% 2,84% 20,34%

7 Bank Panin Rp199.175.000 1,69% 8,29% 2,81% 20,59%

8 Bank Danamon Rp174.087.000 2,50% 8,00% 3,10% 20,90%

9 Bank Maybank Rp166.678.902 1,60% 11,85% 3,42% 16,77%

10 Bank Permata Rp165.527.512 -4,90% -38,30% 8,80% 15,60% Sumber: Annual Report 2016 dan www.idx.co.id (data diolah)

Publikasi kerugian yang dialami bank apabila tidak ditanggapi dengan serius juga dapat menurunkan kepercayaan masyarakat kepada bank dan mengakibatkan timbulnya penarikan dana secara besar-besaran. Selain itu, memburuknya reputasi bank yang disebabkan oleh kerugian akan berdampak pula pada penurunan harga saham dikarenankan sentimen negatif dari investor yang menilai kinerja keuangan bank yang tidak optimal yang salah satu indikatornya adalah penurunan rasioReturn on Asset(ROA). Selain itu, faktor fundamental perusahaan yang memburuk juga menjadi penyebab utama menurunnya harga saham BNLI. Sepanjang tahun 2016, grafik saham Bank Permata terjadi trend menurun yang terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2 Harga Saham Bank Permatavs IHSGJanuari 2015- Desember2016

Sumber: finance.yahoo.com

4.2.Langkah Strategis Bank Permata dalam Mengatasi Kondisi Kerugian

Page 9: LANGKAH STRATEGIS BANK PERMATA DALAM MENGATASI …

Kerugian besar yang dialami Bank Permata (BNLI) di tahun 2016 diantisipasi oleh pihak Bank dengan sangat cepat dan diyakini akan membawa perubahan di tahun 2017. Bank telah mengambil sejumlah langkah strategis untuk mengatasi financial distress, antara lain melalui restrukturisasi aset maupun restrukturisasi keuangan secara proaktif. Langkah restrukturisasi aset yang dialakukan oleh Bank Permata antara lain yaitu:

1. Meningkatkan kualitas aset dengan meningkatkan rasio pencadangan NPL dari Rp3,68 triliun pada Desember 2015 menjadi Rp12,2 triliun untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2016.

2. Menjual aset bermasalah dengan nilai hingga Rp1,12 triliun sebagai salah satu langkah dalam menyelesaikan permasalahan kredit macet. Dengan upaya tersebut, Bank Permata menargetkan rasio Non Performin Loan (NPL) perseroan bisa turun hingga 5 persen dalam satu tahun. Langkah strategis lainnyayang dilakukan untuk memperbaiki kondisi kerugian adalah

dengan restrukturisasi keuangan. Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan antara lain:

1. Bank Permata memperkuat pertumbuhan Global Markets, Bancassurance dan Wealth Management dalam rangka merealisasikan perencanaan jangka pendek bank untuk meningkatkan pertumbuhan laba, yaitu mengutamakan pendapatan non-bunga (fee based income). Bank mencatatkan peningkatan fee based income sebesar 7 persen yoy. Bisnis Wealth Management pada Retail Banking, mencatatkan kinerja yang mumpuni pada 2016 dengan kenaikan pendapatan sebesar 41 persen yoy.

2. Bank Permata terus meningkatkan struktur pendanaannyadengan meningkatkan porsi dana murah. Sebagaimana tercermin pada rasio CASA yang menguat di angka 47% pada Desember 2016, dibanding 38% di Desember 2015. Posisi CASA naik sebesar 10% yoy yang merupakan pertumbuhan yoy tertinggi selama tiga tahun terakhir yang tercapai berkat kesuksesan berbagai program yang dijalankan Bank, salah satunya dengan mengurangi porsi deposito yang berbiaya mahal.

3. Pada semester pertama tahun 2016, Bank Permata telah melaksanakan right issuemelalui Penawaran Umum Terbatas VIIsetelah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada hari Kamis, 19 Mei 2016. Dalam right issue tersebut, Bank Permata menerbitkan 10.456.095.082 saham baru Kelas B dengan Harga Pelaksanaan Rp526 per lembar saham, dimana harga saham penutupan BNLI di pasar saat pembukaan periode perdagangan adalah sebesar Rp645. Setiap pemegang saham yang terdaftar dalam Daftar Pemegang Saham Bank pada tanggal pencatatan atau recordingdate (31 Mei 2016 pukul 16.00 WIB) yang memiliki 283 saham, berhak atas 249 Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan setiap HMETD memberikan hak untuk membeli satu saham baru. Periode perdagangan akan dilaksanakan selama 5 hari kerja, mulai tanggal 2 sampai dengan 8 Juni 2016. Kedua pemegang saham utama Bank Permata, yaitu PT Astra International Tbk dan Standard Chartered Bank (SCB) telah memberikan dukungan yang kuat pada right Issue tersebut, dimana Astra dan SCB telah menyatakan komitmennya untuk melaksanakan haknya dan juga akan bertindak sebagai pembeli siaga (standby buyer) untuk membeli sisa saham yang tidak dibeli oleh pemegang saham publik.Jumlah dana yang berhasil dihimpunoleh Bank Permatamelalui right issue tersebut sebesar Rp5,5 triliun.

4. Memasuki tahun 2017, Bank Permata berencana melakukan right issuemelalui Penawaran Umum Terbatas VIII dengan realisasi penerimaan Rp 3 triliun yang diharapkan secara utuh diperoleh pada semester pertama 2017, di mana pada tanggal 6 Desember 2016 Bank telah menerima Rp1,5 triliun sebagai capital advance dari kedua pemegang saham utama, yaitu Astra dan Standard Chartered Bank. Sedangkan untuk 1,5 triliun sisanya, Bank masih menunggu persetujuan dari regulator dan diharapkan rampung pada Juni 2017.

Page 10: LANGKAH STRATEGIS BANK PERMATA DALAM MENGATASI …

Selain melakukan restrukturisasi pada aset dan keuangan, Bank Permata juga melakukan restrukturisasi pada komposisi dewan direksi. Pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 13 Desember 2016, terjadi pergantian dua orang Direktur, dimana Roy Arman Arfandy sebagai Direktur Utama Bank Permata mengundurkan diri dan digantikan oleh Ridha DM Wirakusumah. Selanjutnya Michael Alan Coye sebagai Direktur Risiko Bank Permatadigantikan oleh Loh Tee Boon. 4.3. Hasil Implementasi Langkah Strategis Bank Permata dalam Mengatasi Kerugian

Implementasi langkah strategis yang dilakukan bank dalam memperbaiki kinerja menghasilkanperubahan positif diawal tahun 2017. Bank Permata memperoleh laba sebesar Rp136 milyar pada Januari 2017,Rp215 miliar pada Februari 2017 dan Rp453 miliar pada Maret 2017. Meningkatnya laba perusahaan salah satunya ditopang oleh kesuksesan bank meningkatkan pendapatan non-bunga yang tumbuh sebesar 85 persendalam periode Januari-Maret 2017.Selain itu, Rasio NPL Gross Bank Permata tercatat sebesar 6,4 persen per 31 Maret 2017, turun dari 8,8 persen pada Desember 2016. Sedangkan rasio NPL Net tetap di kisaran 2,2 persen sebagai hasil dari upaya Bank dalam meningkatkan kualitas aset.

Perubahan positif lainnya yang dialami Bank setelah melakukan langkah-langkah strategis adalah menguatnya harga saham BNLI di bursa efek. Pada penutupan tanggal 28 April 2017, saham BNLI berada diposisi Rp695 per lembar saham. Berdasarkan analisis pada sub-bab sebelumnya, kerugian yang dialami bank permata berdampak penurunan tajam hampir 60% terhadap harga saham BNLI sepanjang 2016. Namun penulis menilai buruknya kinerja dan penurunan harga saham tersebut hanya bersifat sementara dan paling lambat sampai akhir 2016 karena perbaikan kinerja ke arah positif yang telah dijalankan seiring dengan langkah proaktif Bank Permata dalam mengatasi kondisi kesulitan keuangan. Memasuki tahun 2017, harga saham BNLI diproyeksikan kembali menguat sebagaimana terlihat pada gambar 6.

Gambar 3 Kenaikan Harga Saham Bank Permata Memasuki 2017

Sumber: https://finance.yahoo.com

Keberhasilan Bank Permata memperoleh dana dari investor melalui right issue merupakan salah satu penyebab yang dapat menguatkan saham BNLI. Melalui right issue yang dilakukan pada pertengahan tahun 2016, Bank Permata memperoleh dana hingga Rp5,5 triliun yang akan dibukukan sebagai tambahan pada modal inti, dan akan memberikan dampak pada penguatan struktur permodalan serta mendukung bisnis Bank. Apabila right issue lanjutan di tahun 2017 senilai Rp 3 triliun telah rampung dan mendapatkan persetujuan dari regulator, maka modal Bank yang berkode BNLI ini akan menguat sebesar Rp 8.5 triliun di pertengah tahun 2017 dan turut meningkatkan Rasio kecukupan modal Bank Permata pada sebesar 17

Page 11: LANGKAH STRATEGIS BANK PERMATA DALAM MENGATASI …

persen. Angka ini meningkat dibandingkan dengan 15,6 persen pada akhir Desember 2016, dan jauh diatas persyaratan minimum regulator sebesar 8 persen.

Selain sukses dalam menjalankan langkah-langkah strategis untuk mengatasi kondisi financial distress, Bank Permata juga memiliki beberapa kekuatan penting, yaitu:

1. Bank Permata memiliki pengalaman, pangsa pasar dan landasan bisnis yang kuat. Meskipun pada tahun 2016 kinerja kreditnya buruk, nasabah bank ini tetap solid dan percaya dengan manajemen Bank Permata.

2. Rasio Loan Deposit Ratio (LDR) tercatat 80,5%, yaitu pendanaan diatas jumlah kredit yang disalurkan, yang menunjukkan bank memiliki pendanaan (funding) lebih dari cukup untuk menjamin likuditas dan membiayai penyaluran kredit.

3. Bank Permata juga didukung dengan permodalan yang kuat yang bisa diukur melalui rasio CAR sebesar 15,6 persen. Likuiditas yang sehat dan modal yang kuat merupakan kunci pertumbuhan bisnis

perbankan yang berkelanjutan. Oleh karena itulah inverstor menilai Bank Permata memiliki prospek yang baik dimasa yang akan datang. Menguatnya permodalan Bank Permata sebagai efek dari rightissue yang dilakukan dapat dioptimalkan oleh bank untuk membiayai peningkatan aset produktif dalam rangka mengembangkan usaha. Selain pengalaman dan kekuatan pendanaan yang kuat, penulis juga menilai kekuatan utama lainnya yang dimiliki Bank Permata adalah terdapat pada dukungan kedua pemegang saham pengendali, yaitu Astra Internasional dan Standard Chartered Bank (SCB). Kehadiran Astra membuka pasar untuk Bank Permata. Astra memiliki jutaan nasabah, mulai dari pembeli sepeda motor sampai perusahaan tambang, yang bisa dilakukanleverage untuk cross-selling produk perbankan. Contohnya, nasabah Astra World secara otomatis mendapatkan kartu kredit Permata, supplier anak perusahaan Astra mendapatkan kredit SME dari Bank Permata. Jika Astra memberikan pangsa pasar, SCB memiliki reputasi kuat dalam produk, layanan perbankan inovatif dan manajemen risiko. Secara Mayoritas Chief Executive Ofiicer (CEO) dan Direktur Manajemen Risiko Bank Permata berasal dari ex-SCB. F. Penutup 1. Kesimpulan

Salah satu faktor penyebab terjadinya kondisi financial distress pada suatu perusahaan perbankan adalah membengkaknya jumlah kredit yang bermasalah dan kredit macet. Hal tersebut dialami oleh PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang melaporkan rugi bersih sebesar Rp6,48 trilliun pada Desember 2016yang disebabkan oleh pemburukan kualitas kredit akibat dari melambatnya pertumbuhan ekonomi. Namun Bank Permata dengan cepat mengantisipasi kondisi tersebut dan diyakini membawa perubahan positif. Bank terus mengambil langkah-langkah proaktif baik dengan restrukturisasi aset maupun restrukturisasi keuangan untuk meningkatkan kinerja perseroan dengan mengelola Non-Performing Loan melalui peningkatan kualitas aset, memperketat kontrol terhadap risiko dan memperkuat struktur permodalan. Salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi kerugian yang dialami adalah dengan melakukan penambahan modal melalui right issue atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).Dana hasil right issuetersebut akan digunakan untuk memperkokoh struktur permodalan perseroan dan seluruhnya akan digunakan untuk membiayai peningkatan aset produktif dalam rangka pengembangan usaha.

Sebagai hasil dari langkah strategis yang dilakukan bank dalam memperbaiki kinerja keuangannya, bank mengalami perubahan positif pada kinerja keuangan diawal tahun 2017. Hasil tersebut dapat dicapai karena Bank Permata memiliki landasan bisnis yang baik dengan kapabilitas yang kuat, karyawan yang berdedikasi, nasabah yang setia serta produk dan layanan yang inovatif. Bank Permata juga memiliki dukungan kuat dari kedua pemegang saham utama, yaitu Astra International dan Standard Chartered Bank, serta memiliki tingkat permodalan dan likuiditas yang amat baik.

Page 12: LANGKAH STRATEGIS BANK PERMATA DALAM MENGATASI …

DAFTAR PUSTAKA https://finance.yahoo.com. (diakses 26 April 2017) Katadata.co.id. “Bank Permata Terbebani Kredit Macet Garasindo Rp1,2 Triliun”.

http://katadata.co.id/berita/2017/03/25/bank-permata-terbebani-kredit-macet-garansindo-rp-12-triliun (diakses 26 April 2017).

Djohanputro, Bramantyo. 2004. “Restrukturisasi Perusahaan Berbasis Nilai”. Jakarta: PPM. https://finance.yahoo.com. (diakses 28 April 2017). Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, and Jeffrey Jaffe. 2016. Corporate Finance.

Eleventh Edition. United States of America: Irwin / McGraw-Hill. www.cnnindonesia.com. “Bank Permata Merugi Rp6,48 Triliun”.

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170217174745-78-194310/bank-permata-merugi-rp648-triliun/. (diakses 28 April 2017).

www.danamon.co.id. Annual Report PT Bank Danamon Tbk, tahun 2012-2016 (diakses 28 April

2017). www.idx.co.id (diakses 28 April 2017). www.permatabank.com. “Annual Report PT Bank Permata Tbk, tahun 2012-2016”. (diakses 28

April 2017).