Upload
vucong
View
278
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
54
LAMPIRAN
WAWANCARA AKADEMISI, PRAKTISI, DAN BUDAYAWAN
&
PELANGGARAN-PELANGGARAN PESBUKERS
55
Wawancara dengan Akademisi, Praktisi, dan Budayawan
Drs. Pamerdi Giri Wiloso. Msi. PhD selaku akademisi (14 Okt 2014 jam
13.30 di Kantor)
1. Budaya populer dapat digunakan untuk menjelaskan produksi, artistik, dan
komersial, diciptakan bagi konsumsi massa dan dapat memahami bagian
penting dari publik, bebas dari kontrol standar minoritas, dan pola pikir
yang umumnya disebarkan dan disetujui oleh masyarakat (Nye, 1978:5).
Menurut anda, arti dari budaya populer itu apa ?
2. Menurut anda, apakah kekerasan bisa digolongkan sebagai budaya populer
?
3. Bagaimanakah pendapat anda tentang kekerasan yang marak pada acara
komedi di televisi seperti YKS dan Pesbukers ?
4. Bagaimanakah tanggapan anda tentang pengendalian massa ?
5. Menurut anda, apa saja konsep budaya populer itu ?
6. Komodifikasi adalah sesuatu yang diproduksi bukan terutama atas dasar
nilai guna, tetapi lebih pada nilai tukar. Artinya sesuatu di produksi bukan
semata-mata memiliki kegunaan bagi khalayak, tetapi lebih karena sesuatu
itu bisa dipertukarkan di pasar. Dengan demikian orientasi produksi bukan
untuk memenuhi kebutuhan objektif masyarakat tetapi lebih mendorong
akumulasi modal. Menurut anda, pengertian komodifikasi itu apa ?
Apakah Pesbukers bisa dibilang melakukan komodifikasi kekerasan ?
Bagaimana tanggapan anda ?
Jawaban :
1. Budaya populer itu budaya yang disukai oleh population, budaya yang
disukai oleh masyarakat, budaya yang disukai oleh rakyat, apapun kalau
itu disukai oleh rakyat banyak, itu menjadi istilahnya populer, populisme
rakyat disukai rakyat banyak. Itu biasanya seperti itu pemahamannya
budaya populer jadi tidak elitis hanya disukai sedikit kelompok elit tapi
56
disukai oleh rakyat banyak sehingga menjadi miliknya population,
miliknya rakyat banyak, itu budaya pop. Di Indonesia bisa dilihat budaya
apa yang disukai masyarakat banyak, musik dangdut, musik pop, lagu-
lagunya Ariel Peterpan, lagu-lagunya D‟Masiv, lagu-lagunya orang
pesantren yang disukai rakyat banyak itu pasti budaya pop karenaya ya itu
supaya gampang untuk distribusi penikmatan ya direkam dalam kaset,
VCD, apa macam-macam teknologi
2. Kekerasan itu bidang yang bertentangan dengan budaya, yang disebut
budaya itu sebetulnya hal yang baik-baik saja, kekerasan pembunuhan
kejahatan tidak boleh disebut sebagai budaya hanya karena kekerasan
kejahatan sering dilakukan padahal itu sebetulnya hal yang tidak baik
maka sering disebut membudaya sebetulnya barang salah barang
kekerasan tidak mendukung kehidupan manusia, tapi karena sering banyak
dilakukan. Jadi sering orang mengatakan kekerasan membudaya, padahal
yang disebut kebudayaan tidak memasukkan hal-hal yang mematikan,
membunuh, kekerasan, tapi kenyataannya sering orang mengatakan itu
membudaya, karena seringnya dilakukan seperti lazimnya kebudayaan
yang lain yang baik-baik juga sering dilakukan.
3. Kekerasan tentu tidak baik untuk pendidikan jadi kalau tv sebagai media
menjadi salah satu komponen pendidikan bagi perkembangan anak-anak
ini maka sebetulnya kekerasan jangan dimasukkan dalam acara televisi,
tapi nyatanya kan dimasukkan, jadi itu salah. Televisi sebagai media yang
dinikmati banyak orang mestinya harus menyampaikan hal-hal yang baik,
nilai-nilai ynag luhur mestinya, tapi kenyataannya juga media televisi
menyiarkan kekerasan tentu salah, mengapa tidak ?
4. Jadi, massa itu idealnya dalam kehidupan sehari-hari juga perlu mungkin,
kalau istilah pengendalian terlalu keras, mungkin perlu menaati norma-
norma peraturan demi kedamaian bersama, kalau kedamaian bersama
57
terciptakan orang jadi bisa mengungkapkan potensi-potensi dengan lebih
baik karena kekerasan itu ya tentu tidak ideal untuk hidup sehari-hari jadi
pengendalian massa perlu, tapi tentu dalam pengendalian juga jangan
memakai kekerasan. Pengendalian harus dilakukan sedemikian sehingga
jangan melakukan kekerasan, tata tertib terkendali harus ditegakkan itukan
ada aparat petugasnya terutama kepolisian memang tugasnya
mengendalikan menertibkan kehidupan masyarakat.
5. Populer itu kata akarnya population artinya penduduk, kalau disukai oleh
semua penduduk, kata sifatnya menjadi populer. Jadi, populer artinya
disukai oleh population, disukai penduduk, disukai oleh rakyat, disukai
oleh massa. Itu istilah itu berasal dari itu ya. Populer itu ejektif, kata sifat.
Kata bendanya population. Jadi hal yang populer, itu hal yang disukai oleh
population, hal yang disukai oleh rakyat, oleh penduduk, populationkan
penduduk. Dangdut di Jawa ini kan, di Indonesia disukai, terutama
dikawasan-kawasan Jawa ini sangat disukai penduduk, jujur mau
mengatakan atau tidak kalau saya suka. Maka dangdut menjadi populer,
termasuk musik pop itu dangdut, karena memang populer sama dengan
sepopuler seperti lagu-lagunya Peterpan, lagu-lagunya D‟Masiv.
6. Komodifikasi sebetulnya menjadikan segala hal menjadi komoditi menjadi
barang komoditi barang yang bisa diperdagangkan, barang yang bisa
dikomersialisasikan itu komodifikasi artinya disitu. Dan saya sedang
berpikir kalau lewat Facebook apa yang bisa diperdagangkan lewat
Facebook. Maksud saya Pesbukers..Acara Pesbukers saya belum lihat itu.
Tapi yang jelas kalau istilah komodifikasi itu artinya membuat segala hal
menjadi barang komoditi, menjadi barang komersial, menjadi barang yang
bisa diperdagangkan. Facebookers, pecinta Facebook tatkala saling
berinteraksi dengan Facebooker yang lain. Bukan Facebook itu..tapi nama
acara komedinya Pesbukers, Itu hari apa ya ? Setiap hari. Di televisi mana
? AN TV. Kontennya apa ? kontennya itu ya pantun-pantun tapi menghina
58
fisik, kasus lkemarin menghina agama. Begini Van, hina menghina
menurut Ivan, tapi menurut pelakunya diacara itu, itu bikin humor.
Menurut mereka itu bikin lucu, di Indonesia sayangnya maunya melucu
tapi bahannya menghina disitu yang harus dibenahi. Tidak boleh melucu
dengan cara menghina, sebelumnya Tukul Arwana diacara Empat Mata
dulu kan juga gitu, mungkin ini kultur kita ini ya, mengejek, menghina,
merendahkan itu dikiranya itu lucu, padahal itu menyangkut harga diri
manusia. Kita sering membuat ejekan, hinaan sebagai hal yang lucu,
termasuk itu lho bahasa, bahasa inggris itu dipakai oleh para humoris itu
untuk bahan lucu-lucuan. Bagaimana bahasa asing dipakia untuk lucu-
lucuan, itu hanya ada di Indonesia lho. Bagaimana orang-orang bisa pintar
bahasa inggris kalau bahasa inggris sebagai bahasa asing dipakai untuk
lucu-lucuan. Bagaimana itu van. Tapi kalau lihat Pak Pam, wah ini selera
humornya kayak gini, kok menghina bahasa ya ? mengucapkan kata-kata
dalam bahasa inggris dipleset-plesetkan, intinya merendahkan, mengejek.
Menurut saya, padahal menurut mereka itu maksudnya melucu,
pertanyaannya mengapa melucu dengan cara menghina, mengapa melucu
dengan cara merendahkan, mengejek. Itu pertanyaan saya yang belum bisa
menjawab. Dulu saya mewawancarai humasnya, itu tidak bermaksud
untuk menghina siapa-siapapun tapi jenis lucunya itu Slapstick caranya
seperti fisik mendorong menghina. Itu yang gemuk-gemuk yang hidung
nggak mancung itu menjadi bahan hinaan. Hidungnya mancung, mancung
ke dalam. Apa itu pantas ? diekspos dipublik dilihat banyak orang. Itu
dibarat tidak ada, dikebudayaan barat televisi-televisi barat tidak menghina
kekurangan-kekurangan kita. Kalau disini bahan hinaan, fisik kita yang
gemuk, hidung yang tidak mancung, untuk bahan lucu-lucuan. Ini yang
harus kita berlatih bagaimana membuat humor, menciptakan lucu-lucuan
tapi dengan penuh kesadaran jangan mengekspos kekurangan-kekurangan
yang kita tidak minta itu kekurangannya kalau saya seperti ini kan, saya
tidak minta, saya lahir begitu saja. Tapi itu mengapa dijadikan bahan
hinaan. Itu yang saya kritik keras, dan saya peka ketika bahasa inggris
59
dipakai untuk ejek-ejekan. Coba perhatikan, suatu saat kamu akan melihat
bahasa inggris tidak untuk dikuasai dengan baik tapi dipakai untuk
melucu. Kita tidak akan pandai berbahasa inggris kalau gitu caranya dan
diacara Bukan Empat Mata kesana juga. Tapi saya juga sering tertawa juga
tapi itu salah sebetulnya, saya sadar, bahasa inggris untuk ejek-ejekan
supaya lucu. Jelas, dipakai untuk melucu, dipakai untuk menjelek-jelekan
orang, dipakai untuk menghina , kenyataannya bangga, ditonton orang
banyak, pasang iklan juga banyak, jelas komodifikasi. Dan sebenarnya itu
salah secara etis.
Bonardo Aritonang, S. Sos. selaku praktisi penyiaran. (Melalui E-mail
pada jam 20.38 PM )
1. Budaya populer dapat digunakan untuk menjelaskan produksi, artistik, dan
komersial, diciptakan bagi konsumsi massa dan dapat memahami bagian
penting dari publik, bebas dari kontrol standar minoritas, dan pola pikir
yang umumnya disebarkan dan disetujui oleh masyarakat (Nye, 1978:5).
Menurut anda, arti dari budaya populer itu apa?
1. Menurut anda, apakah kekerasan bisa digolongkan sebagai budaya
populer? Alasannya?
2. Bagaimanakah pendapat anda tentang kekerasan yang marak pada acara
komedi di televisi seperti YKS dan Pesbukers?
2. Menurut KPI, Pesbukers melakukan pelanggaran berupa kekerasan seperti
menghina, melempar tepung dan lain-lain dan Pesbukers ditayangkan pada
jam prime time. Bagaimanakah tanggapan anda?
3. Bagaimanakah tanggapan anda tentang pengendalian massa?
4. Menurut anda, apa saja konsep budaya populer itu?
5. Komodifikasi adalah sesuatu yang diproduksi bukan terutama atas dasar
nilai guna, tetapi lebih pada nilai tukar. Artinya sesuatu di produksi bukan
semata-mata memiliki kegunaan bagi khalayak, tetapi lebih karena sesuatu
itu bisa dipertukarkan di pasar. Dengan demikian orientasi produksi bukan
60
untuk memenuhi kebutuhan objektif masyarakat tetapi lebih mendorong
akumulasi modal. Menurut anda, pengertian komodifikasi itu apa? Apakah
Pesbukers bisa dibilang melakukan komodifikasi kekerasan? Bagaimana
tanggapan anda?
Jawaban :
1. Budaya populer yang saya pahami adalah budaya menyenangkan yang
dimiliki dan disukai banyak orang atau khalayak ramai. Budaya populer
bukan budaya adi luhung atau budaya tinggi (high culture), seperti budaya
klasik. Dan budaya populer itu merupakan “culture in the making” atau
budaya dalam proses pembuatan yang sifatnya kontemporer.
2. Karena budaya populer itu merupakan budaya tertinggal (rendah) dan
praktik budayanya tidak memenuhi persyaratan budaya tinggi, maka
kekerasan bisa digolongkan sebagai budaya populer. Dan tindak kekerasan
kerap identik dengan masyarakat kelas rendah. Sosiolog Prancis, Pierre
Bourdieau menegaskan bahwa perbedaan budaya kerap dimanfaatkan
untuk memperlebar dan memelihara perbedaan kelas. Karena itu budaya
pop menjadi budaya komersial sebagai dampak dari produksi massal,
sedangkan budaya adi luhung (budaya tinggi) adalah kreasi dari hasil
kreativitas individu. Dengan demikian budaya tinggi bisa diterima secara
moral dan estetis yang lebih, sedangkan budaya pop malah mendapatkan
pengawasan secara sosiologis untuk mengendalikan sedikit yang bisa
diberikannya.
3. Kekerasan yang marak pada acara komedi di televisi seperti YKS dan
Pesbukers jelas merupakan budaya populer yang diproduksi dan
dikomersialkan secara massal lewat media elektronik televisi. Audiens
(penonton) tayangan YKS dan Pesbuker sangat jelas bahwa mereka adalah
sosok-sosok konsumen yang tidak memilih. Bahkan mereka cenderung
menerima dan memandang joget bareng ala caesar di acara YKS menjadi
suatu hal yang menyenangkan. Apalagi joget ala caesar itu diiringi lagu
dan musik dangdut yang dipandang sebagai budaya rendah. Aksi lempar
61
tepung pun mereka anggap sebagai candaan baru yang menyegarkan.
Padahal masyarakat budaya tinggi melihat seluruh konten acara YKS dan
Pesbuker sebagai budaya yang tidak bisa diterima secara moral dan estetis.
Terutama dampak buruknya bagi anak-anak di bawah umur yang
menonton kedua acara tersebut.
4. Saya sangat sepakat dengan teguran KPI terhadap acara Pesbukers di
ANTV. Seluruh konten acara tidak mengandung unsur-unsur yang
mendidik, apalagi muncul pada jam tayang prime time, yang notabene
banyak ditonton oleh berbagai kalangan, terutama anak-anak di bawah
umur. Konyolnya, acara tersebut kerap mempertontonkan kekerasan baik
secara fisik seperti aksi melempar tepung diantara para artis yang tampil
maupun kekerasan psikis seperti menghina, dan menghujat. Jenis
pelanggaran tersebut dikategorikan sebagai palanggaran atas norma
kesopanan dan perlindungan terhadap anak.
5. Media massa dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan
sosial, budaya, ekonomi, hingga politik. Dari aspek sosial-budaya, media
adalah institusi sosial yang membentuk definisi dan citra realitas serta
dianggap sebagai ekspresi sosial yang berlaku umum; secara ekonomis,
media adalah institusi bisnis yang membantu masyarakat untuk
memperoleh keuntungan dari berbagai usaha yang dilakoni. Sedangkan
dari aspek politik, media memberi ruang atau arena pertarungan bagi
kepentingan berbagai kelompok sosial-politik yang ada dalam masyarakat
demokratis. Vitalnya peran media massa dalam berbagai aspek kehidupan
publik, memicu banyak pihak dari golongan politik tertentu yang mencoba
memanfaatkan media massa sebagai alat pengendali massa untuk
mencapai tujuannya yang secara hegemonik kerap memaksakannya
kepada publik. Diantara mereka bahkan mampu menguasai media secara
keseluruhan, yakni menjadi pemilik perusahaan media massa. Kondisi
tersebut saya alami saat masih menjadi Produser news di stasiun televisi
TVONE. Pemiliknya yakni Aburizal Bakrie (ARB), sudah terang-terangan
berafiliasi dengan partai politik Golkar. Bahkan sempat mencalonkan diri
62
sebagai calon presiden, meski akhirnya gagal. Namun “cakar”
hegemoninya masih mencengkeram para pekerja medianya. Hal tersebut
sangat terasa saat TVONE kembali secara terang benderang menjagokan
pasangan capres Prabowo-Hatta Rajasa. TVONE telah menjelma sebagai
pengendali massa agar seluruh penontonnya bisa terpengaruh dengan
pencitraan capres Prabowo-Hatta lewat setiap pemberitaan di TVONE.
Pembentukan opini publik yang disesuaikan dengan kepentingan politis
ARB pun diharapkan bisa berhasil, meski saat ini masyarakat Indonesia
sudah cerdas mencerna setiap pemberitaan di media massa.
6. Menurut saya konsep budaya populer adalah mempelajari produk manusia
yang berkembang saat ini (populer) dan secara sadar atau tidak sadar telah
memengaruhi mayoritas aspek hidupnya. Budaya pop selalu berubah serta
muncul secara unik di berbagai tempat dan waktu. Membentuk arus dan
pusaran dan mewakili nilai-nilai yang memengaruhi masyarakat dan
lembaga-lembaganya dengan berbagai cara.
7. Menurut saya komodifikasi itu sama dengan komersialisasi. Artinya ada
sebuah upaya untuk mengubah produk tayangan acara menjadi sesuatu
yang bernilai jual atau menguntungkan secara finansial. Media massa
dalam hal ini televisi yang didalamnya terdapat orang-orang kreatif
diarahkan oleh pemilik media seolah-olah menjadi mesin industri yang
harus mampu menghasilkan profit dari setiap produk tayangannya, tanpa
melihat manfaat dan kegunaannya kepada masyarakat atau penontonnya.
Dalam acara Pesbuker jelas ada praktik komodifikasi di seluruh konten
acaranya. Kekerasan fisik maupun psikis di acara tersebut dikemas
menjadi tontonan yang katanya menghibur dan menjadi penghilang stress
di tengah kepenatan ibukota Jakarta. Padahal tidak ada nilai guna bagi
masyarakat dari acara Pesbuker itu. Acara komedi “murahan” itu nyatanya
hanya menjual adegan kekerasan secara fisik dalam bentuk verbal seperti
intimidasi, mencaci atau umpatan dan asosiasi binatang atau benda.
Ironisnya kekerasan yang dipertontonkan tersebut disambut antusiasme
penontonnya yang dibuktikan dengan perolehan rating yang cukup tinggi
63
terhadap acara itu. Saya menilai dalam kasus ini masyarakat kita adalah
masyarakat yang sakit karena secara sadar maupun tidak sadar telah
memaklumi tindakan kekerasan tersebut.
Didik Indaryanto selaku budayawan (24 November 2014 di Rumah Pak
Didik (Salatiga) pada jam 11.30)
1. Budaya populer dapat digunakan untuk menjelaskan produksi, artistik, dan
komersial, diciptakan bagi konsumsi massa dan dapat memahami bagian
penting dari publik, bebas dari kontrol standar minoritas, dan pola pikir
yang umumnya disebarkan dan disetujui oleh masyarakat (Nye, 1978:5).
Menurut anda, arti dari budaya populer itu apa?
2. Menurut anda, apakah lawak kan yang berbau kekerasan bisa digolongkan
sebagai budaya populer? Alasannya?
3. Bagaimanakah pendapat anda tentang lawak kan yang berbau kekerasan
yang marak pada acara komedi di televisi seperti YKS dan Pesbukers?
4. Menurut KPI, Pesbukers melakukan pelanggaran berupa kekerasan seperti
menghina, melempar tepung dan lain-lain dan Pesbukers ditayangkan pada
jam prime time. Bagaimanakah tanggapan anda?
5. Bagaimanakah tanggapan anda tentang pengendalian massa?
6. Menurut anda, apa saja konsep budaya populer itu?
7. Komodifikasi adalah sesuatu yang diproduksi bukan terutama atas dasar
nilai guna, tetapi lebih pada nilai tukar. Artinya sesuatu di produksi bukan
semata-mata memiliki kegunaan bagi khalayak, tetapi lebih karena sesuatu
itu bisa dipertukarkan di pasar. Dengan demikian orientasi produksi bukan
untuk memenuhi kebutuhan objektif masyarakat tetapi lebih mendorong
akumulasi modal. Menurut anda, pengertian komodifikasi itu apa? Apakah
Pesbukers bisa dibilang melakukan komodifikasi kekerasan? Bagaimana
tanggapan anda?
Jawaban :
64
1. Menurut pendapat saya sendiri budaya popular atau serring di sebut
dengan „pop culture” merupakan representasi dari pada suatu kebiasaan
yang di sukai oleh khalayak umum. Yang membudaya dan memjadi suatu
hal yang menarik untuk selalu di kembangkan dalam setiap jaman nya,
tidak ubahnya dalam tatanan masyarakat yang sangat majemuk seperti
Indonesia, suatu perilaku dan kebudayaan mudah di temukan di mana-
mana, tapi kebanyakan kebudayaan yang dilakukan dan di senangi
masyarakat pada umummya adalah yang berasal dari kehidupan sehari-
hari, baik itu nanti di bingkai dalam suatu karya, lagu, lawakkan dan juga
lifestyle. Budaya populer dalam konteks Indonesia menurut saya sangat
menarik sekali karena banyak sekali karakteristik dari budaya dasar itu
sendiri, jadi tidak menutup kemungkinan akan terjadi suatu perkembangan
di dalam budaya itu sendiri.
2. Seperti dalam pernyataan saya di atas tadi bagaimana suatu kebiasaan yang
sering dilakukan oleh masyarakat seiring banyaknya orang yang
melakukan itu dan menjadi budaya dan membubaya. Dalam kaitannya
lawakan yang berbau kekerasan dalam kehidupan sehari-hari hal ini sudah
tidaklah tabu dalam pemikiran kita, saling mengejek kekurangan, bahkan
ada yang sampai di kerjain dalam suatu kelompok sudah menjadi bagian
dari rrutinitas kehidupan masyarakat, dalam kaitannya lawakan yang
berbau kekerasan, sedari dulu dalam setiap acara pewayangan dan dagelan
dalam transisi jawa sering di bawakan lawakan yang saling mengejek aib
mereka masing-masing bahkan sampai fisik yang di bungkus dalam
adegan lawakan, yang membuat masyarakat yang menonton jadi tertawa
terpingkal-pingkal dan menghibur. Perbedaannya dengan sekarang
lawakan-lawakan tersebut sudah terbingkai dalam acara media yang
gampang di saksikan oleh masyarakat keseluruhan, tanpa ada spesifikasi
tertentu...kekerasan dalam lawakan menjadi sangat jelas dalam konteks
Indonesia merupakan representasi dari “pop culture “ atau budaya popular.
65
3. Sebagai salah satu acara tv pada era sekarang ini suatu hiburan memang
terlebih banyak mendapatkan porsi dari pada berita dan headline new di
setiap stasiun televisi, tidak ubahnya juga dengan dua acara yang pada saat
kemaren selalu menjadi buah bibir setiap masyarakat di Indonesia mulai
tua maupun muda, PESBUKERS ataupun YKS menjadi salah satu hiburan
masyarakat yang sangat di idolakan karena konsep acara mereka yang
memang ringan dan sangat menghibur, berkaitan erat dengan konsep acara
tersebut, menjadi aneh ketika lawakan-lawakan yang mereka kembangkan
menjadi berbumbu kekerasan dan sifatnya tidak hanya verbal tapi juga
fisik, secara norma dan nilai-nilai budaya hal itu sudah tidak wajar
dilakukan, tetapi efek dari kebiasaan yang membudaya menjadikan hal
tersebut yaitu kekerasan menjadi modal utama dalam acara tersebut, kita
semua tidak harus kaget dengan adengan itu, karena sebelum-sebelumnya
kekerasan dalam suatu lawakan sering di bawakan dalam era 90an sampai
era milenium,... inilah produk yang terus berkembang dan berproses,
kekerasan menjadikan suatu hal yang tidak baik secara norma dan nilai
tapi di bingkai dengan lawakan dan canda tawa pemain di media tersebut
menjadi suatu modal yang sangat berharga dalam acara tersebut.
4. Ya, itu merupakan salah satu tugas KPI sebagai lembaga yang mengontrol
setiap acara dan juga sebagai salah satu alat untuk menyajikan acara yang
layak dan juga bermanfaat dalam acara televise yang notabennya di tonton
oleh semua lapisan masyarakat, adanya teguran terhadap kekerasan dalam
lawakan tersebut. Menurut saya wajar-wajar saja karena itu jaga membuat
semua ada batasannya dan jd terkontrol. Bukan hanya sepihak kenapa ada
peringatan. Pasti juga acara seperti itu, tentu ada yang pro dan kontra. Jadi
menurut saya wajar saja, tinggal kita lihat saja perkembangan apa lagi
yang akan dilakukan dari pihak acara televisi itu untuk menyikapi teguran
dari KPI.
5. Pengendalian media, secara teoritis pengendalian media bersifat luas dan
berhubungan dengan pemilik media atau pemilik rumah produksi, hal ini
66
tentu menjadi catatan penting dalam kaitannya pengendalian media dengan
budaya popular dengan lawakan yang di perankan oleh PESBUKER,
dalam normatifnya pengendalian masa memang penting karena dalam
kaidah alam siapa yang biasa mengendalikan masa dan juga memperoleh
relasi yang banyak akan mempermudah kita untuk tetap eksis dan
berkembang, dalam kaitannya dengan acara ini, semakin banyak yang
menyaksikan Pesbuker dan pengikut acara tersebut akan menambah rating
mereka semakin tinngi dan menambah provit buat acara tersebut. Itu
secara normative , kalau dalam konsep yang dikatakan di atas dalam
pertanyaan ini tidak ada hubungannya kalau menurut saya pribadi.
6. Konsep budaya popular, menurut pendapat saya adalah, “motivasi,
modifikasi, popularitas, masyarakat”. Empat kata-kata itu selalu saya
rumuskan dalam pemikiran saya, seperti dalam pernyataan saya di atas
dalam konsep budaya pupuler, bagaimana kebiasaan menjadi budaya yang
membudaya. Landasan pertama adalah Motivasi untuk selalu berupaya
dalam setiap perbuatan kita dan perhatian kita terhadap budaya yang telah
lahir dan diturunkan oleh pendahulu kita sebagai generasi kita harus punya
motivasi untuk slalu menjaga dan eksis dalam setiap kebudayaan yang ada
dalam pepatah jawa sering di sebut “nguri-nguri lan sak wis e ngurip-
ngurip budoyo jawi supoyo dadining pangesthi”. Terus yang ke dua
adalah Modifikasi sesuai dengan perkembangan yang ada selalu ada
inovasi-inovasi tertentu yang dilakukan kepada mereka pencinta seni dan
kebudayaan di Indonesia, ini sudah banyak contoh dan keinginan dan niat
orang-orang Indonesia dalam inovasi dan modifikasi sangat besar dan
kreatif, dan hal ini yang harus selalu di perhatikan dan di usahakan untuk
terus bertumbuh. Yang ketiga adalah popularitas, tidak usah di
pertanyakan lagi siapa yang tidak tau akan budaya jawa, mulai dari seni
tari,seni musik, sampai wayang kulit, bahkan budaya-budaya seperti batik
dan lain, kita sudah punya modal itu tinggal bagaimana kita
mengembangkan dan membingkai itu dalam suatu konsep tanpa
67
meninggalkan pakem yang sudah ada, dan yang terakir adalah
Masyarakat, menjadi lucu ketika kita sebagai pelaku budaya hanya
berinovasi tanpa adanya masyarakat. Masyarakat menjadi elemen terakhir
dan paling penting dalam 4 konsep itu bagaimana kita menjadi jembatan
bagi masyarakat untuk ikut merasakan kalau ini adalah budaya popular
yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan, secara singkat masyarakat
menjadi pengontrol buat pergerakan budaya populer.
7. Sudah barang tentu kalau ini komodifikasi, dalam realitas nya apa sih yang
tidak dapat di komodifikasi kalau sudah menyangkut media,politik dan
jabatan, itu sudah menjadi rahasia umum munculnya keinginan dan ambisi
untuk memperoleh kekuasaan dan provit sebanyak-banyaknya itu sudah
menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Indonesia, tidak terlepas juga
dalam media, jadi terkadang saya sering tertawa dalam hati ketika orang
habis-habis meneriaki para penjabat dan pengusaha sebagai Kapitalis yang
merugikan bangsa, padahal anda sendiri ini produk dari Kapitalis, coba
lihat diri anda, lihat apa yang anda pakai, apa pekerjaan anda, dan
bagaimana anda bersosialisai, jadi saya sering berpikir masak “produk
kapitalis teriak Kapitalis di brantas, Jadi sebelum mencabut akarnya
pohonnya dulu yg di tebang”.. jadi komodifikasi sangat mungkin dan
bahkan harus dilakukan oleh mereka yang bergerak dalam lingkungan
media yang berhubungan dengan rating dan profit terhadap hak siar
Pelanggaran-pelanggaran Pesbukers
1. Penghentian Sementara Program Siaran Pesbukers AN TV
Diterbitkan pada Selasa, 03 Juli 2012 07:00
Ditulis oleh ST
Dilihat: 1577 Tgl Surat 3 Juli 2012
68
No. Surat 424K/KPI/07/12 Status Penghentian Sementara Stasiun TV ANTV Program Siaran "Pesbukers"
Deskripsi
Pelanggaran
Pada tanggal 19 Juni 2012 muali pukul
18.00 WIB telah menayangkan adegan
salah satu pengisi acara (Olga Syahputra)
mengatakan "Jupe dikit-dikit
Assalamualaikum, bagus sih.. Tapi kalau
Assalamualaikum terus lama-lama kayak
pengemis yee..". Perkataan ini dilontarkan
untuk mengomentari pengisi acara lain
(Julia Perez) yang sebelumnya menjawab
telepon langsung dari pemirsa degan
ucapan "Assalamualaikum". Jenis
pelanggaran ini dikategorikan sebagai
pelanggaran atas penghormatan terhadap
nilai-nilai agama dan norma kesopanan.
KPI Pusat juga telah menerima surat No.
B-318/MUI/VII/2012 tertanggal 08 Sya'ban
1433 H/28 Juni 2012 M perihal hasil
Penilaian Rekaman Tayangan uang berisi
penilaian Majenlis Ulama Indonesia (MUI),
bahwa penayangan adegan tersebut tidak
dapat dibenarkan dan mengurangi arti
salam sebagai doa dan mengarah
mempermainkan lafadz-lafadz keagamaan.
Selain itu terjadi pelanggaran lain di
episode tanggal 24 Mei 2012 yang
menampilkan adegan salah satu pengisi
acara (Junia Perez) menyanyikan lagu
"Belah Duren" yang berisi muatan dewasa
69
di hadapan para pelajar SMK. Dan episode
tanggal 18 April 2012 yang menampilkan
adegan Julia Perez menutupi kepala Raffi
Ahmad dengan rok yang dipakainya.
Penayangan tindakan tersebut telah
melanggar P3 Pasal 7 dan Pasal 9 Serta
SPS Pasal 6 ayat (2) huruf a dan Pasal 9.
Atas pelanggaran-pelanggaran tersebut,
KPI Pusat memberikan sanksi administratif
penghentian sementara selama 7 (tujuh)
hari berturut-turut. Pelaksanaan sanksi
tersebut wajib dilaksanakan mulai hari
senin tanggal 9 Juli hingga Minggu tanggal
15 Juli 2012. Selama menjalani sanksi
administratif tersebut, KPI Pusat meminta
ANTV untuk tidak membuat program
sejenis degan format yang sama atau waktu
lainnya.
2. AN TV Jalankan Sanksi Penghentian Sementara Pesbukers
Diterbitkan pada Kamis, 17 Januari 2013 00:17
Ditulis oleh RG
Dilihat: 657
70
Jakarta – Stasiun televisi ANTV akhirnya melaksanakan sanksi
administratif penghentian sementara terhadap program acara “Pesbukers” yang
diberikan KPI Pusat pada 3 Juli 2012. Penghentian sementara selama 7 hari
berturut-turut tersebut berlangsung sejak tanggal 5 Januari 2012 hingga 11 Januari
2013. Demikian disampaikan ANTV dalam suratnya No.4092/DIR-UT/I/2013
yang ditandatangani Presiden Direktur ANTV, Dudi Hendrakusuma, kepada KPI,
Senin, 7 Januari 2013 lalu.
Surat tersebut ditembuskan kepada Presiden RI, Komisi I DPR RI, Kementerian
Kominfo, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Kepala Polisi Republik Indonesia (Kapolri), Majelis Ulama Indonesia (MUI),
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Persatuan Perusahaan Periklanan
Indonesia (P3I), dan semua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID).
Sementara itu, Komisioner sekaligus Koordinator bidang Isi Siaran KPI Pusat,
Nina Mutmainnah menyatakan membenarkan ANTV sudah melaksanakan sanksi
penghentian sementara “Pesbukers”. “Kita sudah lihat pelaksanaan penghentian
sementara itu,” katanya. Red
3. Teguran Tertulis “Sahurnya Pesbukers”
Diterbitkan pada Senin, 15 Juli 2013 20:00
Ditulis oleh RG
Dilihat: 5339
Tgl Surat 15 Juli 2013
No. Surat /K/KPI/07/13
Status Teguran Tertulis
Stasiun TV ANTV
Program “Sahurnya Perbukers”
71
Deskripsi
Pelanggaran
Komisi Penyiaran Indonesia (“KPI”) Pusat
berdasarkan kewenangan menurut Undang-
Undang No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran
(“UU Penyiaran”), pengaduan masyarakat,
pemantauan, dan hasil analisis telah
menemukan pelanggaran Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran (“P3
dan SPS”) Komisi Penyiaran Indonesia tahun
2012 pada Program Siaran “Sahurnya
Pesbukers” (selanjutnya disebut program)
yang ditayangkan oleh stasiun ANTV pada 10
Juli 2013 mulai pukul 01.56 WIB.
Pelanggaran yang dilakukan adalah
penayangan adegan yang melecehkan orang
dan/atau masyarakat dengan kondisi fisik
tertentu serta pelanggaran terhadap norma
kesopanan. Adegan-adegan tersebut adalah:
1. Sapri berkata kepada Andika yang
menggendong Daus Mini “Tadi gue lihat lu
bawa monyet tiga, sekarang tinggal satu”.
2. Eko berkata tentang Daus Mini,
“Ganteng-ganteng dibilang monyet… Itu
bukan monyet … (tapi) nying-nying”.
3. Eko menyebut Daus Mini, “Ini bukan
catur. Ini biji congklak”.
4. Andhika berkata kepada Eko, “Daus kalo
lihat ini suka sedih (sambil menunjuk corong).
Inget zaman lahirnya dulu. Nyokapnya nggak
nyampe ke bidan akhirnya lahirnya pake
corong jadinya keluarnya kecil”.
72
5. Andhika berkata kepada Gading tentang
Daus, “Dia bingung. Orang dari dulu ngga
pernah gede, kok lu tanyain kalo udah gede
mau jadi apa?” Gading menyambung, “Daus
kalau tetap kecil mau jadi apa?”
6. Andhika berkata tentang Daus, “Daus itu
hidupnya sial banget ya! Udah tua, kecil,
ketiban banci lagi.”
Jenis pelanggaran ini dapat dikategorikan
sebagai pelanggaran terhadap perlindungan
kepada orang dan/atau masyarakat tertentu,
perlindungan anak, dan penggolongan
program siaran.
KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan
menayangkan adegan tersebut telah melanggar
Pedoman Perilaku Penyiaran tahun 2012 Pasal
9, Pasal 14, Pasal 15 ayat (1) huruf b dan c,
Pasal 15 ayat (2), dan Pasal 21 ayat (1) serta
Standar Program Siaran Pasal 9, Pasal 15 ayat
(1), Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) huruf b dan
d, dan Pasal 37 ayat (4) huruf a.
Berdasarkan pelanggaran di atas, KPI Pusat
memutuskan memberikan sanksi administratif
berupa teguran tertulis.
Selain tayangan di atas, kami juga menemukan
pelanggaran yang sama pada adegan yang
ditayangkan pada tanggal 12 Juli 2013.
73
4. Teguran Kedua “Sahurnya Pesbukers”
Diterbitkan pada Selasa, 30 Juli 2013 15:12
Ditulis oleh RG
Adegan-adegan tersebut adalah:
1. Opik menyebut Sapri sebagai “turunan
curut”.
2. Opik berkata kepada Sapri, “Sapri lu
jangan sok ganteng, muka lu kayak koreng
kucing”
3. Sapri menyebut pria berbaju kuning,
“dodol penggorengan”.
4. Andika mengatai pria berbadan besar,
“Gajah bengkak! Lu jangan sok ganteng, muka
lu kayak jenset kondangan”.
5. Eko berkata kepada seorang penonton,
“Banci lu!”
KPI Pusat meminta kepada Saudara agar
menjadikan Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Standar Program Siaran (“P3 dan SPS”)
Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012
sebagai acuan utama dalam penayangan
sebuah program dan diharapkan terdapat
perbaikan pada program siaran yang sesuai
dengan ketentuan P3 dan SPS sehingga
program siaran bermanfaat bagi kepentingan
masyarakat.
Demikian agar surat sanksi administratif
teguran tertulis ini diperhatikan. Terima
kasih.
74
Dilihat: 3098
Tgl Surat 30 Juli 2013
No. Surat 407/K/KPI/07/13
Status Teguran Tertulis Kedua
Stasiun TV ANTV
Program "Sahurnya Pesbukers"
Deskripsi
Pelanggaran
Komisi Penyiaran Indonesia (“KPI”) Pusat
berdasarkan kewenangan menurut Undang-
Undang No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran
(“UU Penyiaran”), pengaduan masyarakat,
pemantauan, dan hasil analisis telah
menemukan pelanggaran Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran (“P3
dan SPS”) Komisi Penyiaran Indonesia tahun
2012 pada Program Siaran “Sahurnya
Pesbukers” (selanjutnya disebut program)
yang ditayangkan oleh stasiun ANTV pada 23
Juli 2013 mulai puku 01.47 WIB.
Pelanggaran yang dilakukan adalah
penayangan adegan yang melecehkan orang
dan/atau masyarakat dengan kondisi fisik
tertentu, ditampilkannya anak-anak dalam
siaran langsung melewati pukul 21.30 waktu
setempat, serta pelanggaran terhadap norma
kesopanan dan kesusilaan. Adegan-adegan
tersebut adalah:
1. Eli (karena giginya) disebut oleh pemain-
pemain lainnya dengan sebutan “landak”,
“obeng”, “ikan sapu-sapu”, “giginya kayak
75
talang kelurahan”, “rayap”, “gigi selonjoran”,
“serokan pasir”, “penangkal petir”. Dalam
adegan lain gigi Eli seolah-olah dijadikan alat
pembuka botol oleh Andika.
2. Daus Mini disebut oleh pemain-pemain
lainnya dengan sebutan “jenglot”, “ampas
kecap”, “obeng kembang ”, “orang unyil”,
“sadel becak”.
3. Kepala Opie Kumis disebut sebagai
“tanah wakaf”.
4. Andika berkata kepada Dewi Perssik,
“Cewek begini yang ngabisin sampo di rumah
nih”.
5. Dua anak perempuan kecil ditampilkan
dalam program siaran langsung dan berjoget
saat Dewi Perssik menyanyikan lagi dangdut.
Salah seorang dari mereka disebut berpacaran
dengan Daus Mini. Anak-anak tersebut
disuruh membubuhi bedak di kepala Sapri.
6. Sapri disebut “korengan”, “borok”.
7. Andika menyebut seorang perempuan
berbadan besar dengan “bison”.
8. Jessica beberapa kali disebut “koplak”.
9. Andika memperagakan berjalan
mengangkang menunjukkan orang memakai
pembalut.
10. Yadi, Opie Kumis, dan Dewi Perssik
bermain “puk ame-ame”, menekankan kalimat
”kalau malam minum susu”. Yadi berkata,
“Mau nyebutinnya ampe linu banget dah!”
76
Jenis pelanggaran ini dapat dikategorikan
sebagai pelanggaran terhadap perlindungan
kepada orang dan/atau kelompok masyarakat
tertentu, norma kesopanan dan kesusilaan,
perlindungan anak, dan penggolongan
program siaran.
KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan
menayangkan adegan tersebut telah melanggar
Pedoman Perilaku Penyiaran tahun 2012 Pasal
9, Pasal 14, Pasal 15 ayat (1) huruf c, Pasal 15
ayat (2), dan Pasal 21 ayat (1) serta Standar
Program Siaran Pasal 9, Pasal 15 ayat (1) dan
(4), Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) huruf d, dan
Pasal 37 ayat (4) huruf a.
Berdasarkan catatan kami, program ini telah
mendapatkan surat sanksi administratif teguran
tertulis No. 386/K/KPI/07/13 tertanggal 15 Juli
2013.
Berdasarkan pelanggaran di atas, KPI Pusat
memutuskan memberikan sanksi administratif
berupa teguran tertulis kedua.
Selain tayangan di atas, kami juga menemukan
pelanggaran pada beberapa tayangan, yakni
menampilkan adegan yang melecehkan orang
dan/atau masyarakat dengan kondisi fisik
77
tertentu serta orientasi seks dan identitas
gender tertentu, melanggar perlindungan anak,
serta melanggar norma kesopanan dan
kesusilaan. Tayangan yang dimaksud adalah
tayangan tanggal 20, 22, 24, dan 25 Juli 2013.
Pada tayangan 20 Juli 2013, adegan yang
dimaksud adalah:
1. Kepala Opie Kumis disebut dengan
sebutan-sebutan “melon", “lobby hotel”,
“botak".
2. Sapri disebut dengan “tikus lemari", “tikus
laci".
3. Yadi mencium ketiak Jessica.
4. Andika menyebut Yoga dengan “banci,
“tumor ganas”.
5. Yoga berkata kepada Eko Patrio, "Kalo
jam satu lewat bang, maenin aye dong bang".
Ia juga berkata kepada Andika, “Bang Andika
kalo mau masukin jangan di sini, di kos-kosan
aku aja."
6. Andika menyebut Yadi dengan “pantat
bekantan".
7. Gading berkata kepada pria berbaju
putih,“Yah ngga usah dikasih gini dah
ngondek”.
Pada tayangan 22 Juli 2013, adegan yang
dimaksud adalah:
1. Opie Kumis beberapa kali disebut
“botak".
78
2. Sapri disebut “koreng", “kunyuk",
“bahlul, majnun”.
3. Yadi disebut “belegug banget”, “jurig
banget", “ayam kalkun”.
4. Beberapa pemain menyebut seseorang
yang kepalanya tidak berambut dengan
“melon”, “orang gila kemasukan setan”,
“lampu taman”, “gundu”, “biji karet".
Pada tayangan 24 Juli 2013, adegan yang
dimaksud adalah:
1. Sapri dan Gisele ditakut-takuti dengan
ular sungguhan.
2. Vincent dengan gaya keperempuan-
perempuanan berkata kepada Sapri, “Kamu
ternyata main gila sama wanita lain ya? Kamu
ngga inget kemarin ngajakin aku ke WC
ngapain?” Vincent juga berkata, “Aku PMP,
Pria Mirip Perempuan”. Dalam adegan lain
Vincent disebut “banci” oleh Andika.
3. Sapri disebut dengan “anak tikus”.
4. Berulangkali Opie Kumis disebut “botak”
oleh pemain lain.
5. Andika berkata kepada seorang peserta,
”Lu masuk ngondek banget! Lu nggak malu
ama ratu ngondek?” Andika menunjuk
Vincent dan kemudian memanggil Vincent
sambil berkata, “Sini, siapa yang lebih
ngondek.”
6. Seorang wanita berbadan besar berbaju
putih disebut sebagai “ular berbis-bis” dan
79
“badan sih udah kayak Melly Goeslow... muka
kayak Melly gusi berdarah“.
7. Jessica berulangkali disebut “koplak” oleh
pemain lain.
8. Seorang penonton perempuan bertubuh
agak besar disebut “ondel-ondel PRJ”.
9. Seorang anak perempuan berusia 10 tahun
ditampilkan dalam program siaran langsung
dan diwawancara tentang orang tuanya yang
sudah meninggal.
Pada tayangan 25 Juli 2013, adegan yang
dimaksud adalah:
1. Jessica berkata ke arah kepala boneka
angsa (asesoris baju yang diletakkan di
dadanya): “Di sini aja, empuk". Opie Kumis
menimpali, “Ya, di situ aja!”
2. Kepala Opie Kumis disebut sebagai
“kelapa", “ubur-ubur”.
3. Bedu berbincang dengan Jessica, "Kamu
biasa dipegang apa dipegangin mike-nya?"
Jessica menjawab, “Saya sih kalau mike,
tergantung bang”... Bedu bertanya lagi, "Kalau
sama cowok yang sore-sore, mike-nya
dipegang sendiri atau dipegangin?" Jessica
menjawab, "Ngga bisa dipegang bang!
Lemes."
4. Kepada Andika yang bergaya
keperempuan-perempuanan, Jessica membawa
papan bertuliskan “Andika lebih banci lagi!”
Bedu berkata kepada Andika, “Kalau mau
80
belajar banci lagi nih sama Bela. Bela artinya
„bencong lanjut usia‟” sambil menunjuk Opie
Kumis.
5. Andika mengejek Opie Kumis yang
bergaya keperempuan-perempuanan, “Ini
banci lebih mirip ama kutang kendor ya!”
6. Andika berkata kepada Opie Kumis,
“Saya penasaran deh, dulu kenapa sih bang
Opie jadi banci?” Opie menjawab “…Waktu
itu kan rumah eike bocor, gentengnya.. eike
disuruh naik ama emak eike, terus kawan eike
dari bawah iseng, disodok eike ama galah, eike
jadi begini ... ee, cucok.. gitu!”
7. Bedu (memakai baju wanita) disebut
“bencong serem”.
8. Gading berkata kepada Jessica, “Itu enak
banget jadi bebeknye, nyendeeeer aje”
(ditujukan kepada kepala angsa yang
bersandar di dada Jessica). Jessica berkata,
“Ih,ih ih bebeknya gigiiit…” Gading yang
berperan sebagai putri duyung menyahut,
“Putri duyung juga mau gigit ah!”
9. Bedu mencium pipi penonton pria dengan
sebelumnya menjulur-julurkan lidahnya.
10. Andika mengambil kertas yang menjadi
penyumpal di BH seorang pria yang
berpenampilan seperti perempuan.
KPI Pusat meminta kepada Saudara agar
81
5. Sanksi Pengurangan durasi siaran Pesbukers
Diterbitkan pada Kamis, 23 Januari 2014 18:29
Ditulis oleh RG
Dilihat: 2237
Jakarta - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat memberikan sanksi
pengurangan durasi 30 menit untuk Program Siaran “Pesbukers” ANTV selama
tiga hari berturut-turut. Hal itu disampaikan KPI Pusat melalui Ketua bidang Isi
Siaran KPI Pusat S. Rahmat Arifin dan Komisioner KPI Pusat Agatha Lily. Surat
sanksi itu diberikan kepada perwakilan ANTV yang hadir dalam pertemuan di
kantor KPI Pusat pada Kamis, 23 Januari 2014.
menjadikan Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Standar Program Siaran (“P3 dan SPS”)
Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012
sebagai acuan utama dalam penayangan
sebuah program dan diharapkan terdapat
perbaikan pada program siaran yang sesuai
dengan ketentuan P3 dan SPS sehingga
program siaran bermanfaat bagi kepentingan
masyarakat.
Kami akan melakukan pemantauan terhadap
program ini. Bila masih ditemukan
pelanggaran kembali, kami akan
meningkatkan sanksi administratif berupa
penghentian sementara atau pembatasan
durasi.
Demikian agar surat sanksi administratif
teguran tertulis kedua ini diperhatikan. Terima
kasih.
82
Sanksi pengurangan durasi yang diberikan KPI Pusat atas pelanggaran
program “Pesbukers” pada 19 Desember 2013. Adapun jenis pelanggarannya,
yakni adanya adegan pelukan dengan durasi kurang lebih 3 menit. Jenis
pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran ketentuan perlindungan anak,
norma kesopanan, dan kesusilaan serta penggolongan program yang diatur dalam
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS).
Menanggapi sanksi itu, perwakilan ANTV Zoraya Perucha yang hadir
dalam pembacaan putusan itu mengatakan terpukul atas putusan itu. Namun
menurutnya, pihak ANTV akan tetap menghargai sanksi yang diputuskan KPI
Pusat. “Kami meminta KPI Pusat untuk lebih obyektif dalam memberikan sanksi,
karena program “Pesbukers” pernah mendapatkan sanksi penghentian sementara
yang mengakibatkan kerugian materiil cukup banyak,” kata Zoraya.
Sedangkan Direktur Program ANTV Herty Purba meminta adanya masa
berlakunya sanksi yang dijalankan lembaga penyiaran. “Kami mengusulkan
kepada KPI agar ada batasan waktu atau masa berlaku sanksi dalam upaya untuk
memberikan ruang bagi insan penyiaran dalam berkreasi dan kami tidak khawatir
sanksi diakumulasi,” tambah Herty.
Selain itu, Herty menyampaikan pihaknya tidak pernah berhenti untuk
terus melakukan perbaikan terhadap acara “Pesbukers” sesuai dengan masukan
KPI Pusat. Wujud nyata adanya perbaikan itu adalah sudah tidak ada lagi host pria
yang berpakaian wanita. Selain akan terus melakukan perbaikan, ANTV segera
menyampaikan permintaan maaf atas pelanggaran yang terjadi dalam program
“Pesbukers”. Red
6. Pengurangan durasi Program Siaran Pesbukers
Diterbitkan pada Kamis, 23 Januari 2014 16:03
Ditulis oleh ST
Dilihat: 1086
83
Tgl Surat 23 Januari 2014
No. Surat 91/K/KPI/01/14
Status Pengurangan Durasi
Stasiun TV ANTV
Program Siaran “Pesbuker”
Deskripsi
Pelanggaran
Pada tanggal 19 Desember 2013 mulai pukul
18.23 WIB menayangkan adegan kedua
presenter yang berpelukan di lantai studio
dengan jangka waktu yang panjang (± 3
menit). Program ini telah diberikan sanksi
administrasi teguran tertulis sebanyak 2 (dua)
kali, melalui Surat Keputusan KPI Pusat
Tentang Teguran Tertulis Pertama No.
582/K/KPI/08/11 tanggal 18 Agustus 2011
dan Surat Keputusan KPI Pusat Tentang
Teguran Tertulis Kedua No. 62/K/KPI/02/12
tanggal 8 Februari 2012.
Selain itu program juga telah diberikan sanksi
administratif penghentian sementara melalui
Surat KPI Pusat Penghentian Sementara No.
424/K/KPI/07/12 tanggal 3 Juli 2012. KPI
Pusat juga telah melaksanakan tahap
klarifikasi pada tanggal 7 Januari 2014 di
Kantor KPI Pusat.
Berdasarkan pelanggaran yang telah dilakukan
program ini, sesuai dengan ketentuan Pasal 79
ayat (3) Standar Program Siaran dan hasil
84
rapat Pleno Komisioner KPI Pusat tentang
pemutusan sanksi administratif program pada
tanggal 8 Januari 2014 dan tanggal 17 Januari
2014 di kantor KPI Pusat memutuskan :
1. Menjatuhkan Sanksi Administratif
Pengurangan Durasi Program Siaran Pesbuker
selama 30 (tiga puluh) menit per hari selama 3
(tiga) hari berturut-turut dengan pelanksanaan
sanksi administratif mulai tanggal 27 Januari
2014 hingga tanggal 29 Januari 2014.
2. Melakukan permintaan maaf melalui
program kepada publik atas pelanggaran
pedoman perilaku penyiaran dan standar
program siaran.
KPI Pusat meminta agar menjadikan P3 dan
SPS KPI tahun 2012 sebagai acuan utama
dalam penayangan sebuah program siaran.
KPI Pusat memutuskan bahwa program
tersebut telah melanggar P3 Pasal 9, Pasal 14
ayat (2), dan Pasal 21 ayat (1) serta SPS Pasal
9, Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 37 ayat (4) huruf
a. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai
pelanggaran ketentuan perlindungan anak,
norma kesopanan dan kesusilaan serta
penggolongan program yang diatur dalam P3
dan SPS.
7. Pesbukers Laksanakan Sanksi Pengurangan Durasi
Diterbitkan pada Senin, 03 Februari 2014 13:06
85
Ditulis oleh RG
Dilihat: 466
Jakarta – Stasiun TV ANTV melaksanakan keputusan sanksi
administratif yang diberikan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat atas
pengurangan durasi waktu tayang program “Pesbukers” selama 30 menit.
ANTV telah menjalani pelaksanaan sanksi pada 29, 30, dan 31 Januari
2014.Hal itu diungkapkan bagian pemantauan langsung KPI Pusat.
Sebelumnya, KPI Pusat memutuskan memberikan sanksi berupa
pengurangan durasi 30 menit untuk Program Siaran “Pesbukers” di ANTV
selama tiga hari berturut-turut, Kamis bulan lalu, 23 Januari 2014. Sanksi
pengurangan durasi yang diberikan KPI Pusat atas pelanggaran program
“Pesbukers” pada tanggal 19 Desember 2013. Pelanggarannya yaitu
adanya adegan pelukan dalam durasi kurang lebih 3 menit. Jenis
pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran ketentuan perlindungan
anak, norma kesopanan, dan kesusilaan serta penggolongan program yang
diatur dalam P3 dan SPS KPI. Red
8. Teguran Tertulis Program Siaran Pesbukers
Diterbitkan pada Rabu, 19 Februari 2014 15:26
Ditulis oleh ST
Dilihat: 782
Tgl Surat 19 Februari 2014
No. Surat 300/K/KPI/02/14
86
Status Teguran Tertulis
Stasiun TV ANTV
Program Siaran “Pesbukers"
Deskripsi
Pelanggaran
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat
berdasarkan tugas dan kewajiban yang diatur
dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran (UU Penyiaran), pengaduan
masyarakat, pemantauan dan hasil analisis telah
menemukan pelanggaran Pedoman Perilaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan
SPS) Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012
pada Program Siaran “Pesbukers” yang
ditayangkan oleh stasiun ANTV pada tanggal 5
Februari 2014 pada pukul 19.09 WIB.
Program tersebut menayangkan adegan yang
sangat berbahaya, yaitu menampilkan adegan
Pampam tengah makan telur balado, kemudian
Raffi yang berada persis di belakang Pampam
dengan sengaja menuangkan piring yang berisi
telur balado tersebut ke muka Pampan dan tepat
mengenai mata Pampam. Jenis pelanggaran ini
dikategorikan sebagai pelanggaran atas norma
kesopanan dan perlindungan kepada anak.
KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan
penayangan tersebut telah melanggar Pedoman
Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia
Tahun 2012 Pasal 9 dan Pasal 14. Standar
Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia
Tahun 2012 Pasal 9 ayat (2), Pasal 15 ayat (1)
87
dan Pasal 37 ayat (4) huruf a. Berdasarkan
pelanggaran diatas. KPI Pusat memberikan
sanksi administratif Teguran Tertulis.
KPI Pusat meminta kepada Saudara agar
senantiasa menjadikan P3 dan SPS KPI Tahun
2012 sebagai acuan utama dalam penayangan
sebuah program siaran.
Demikian agar surat sanksi administratif teguran
tertulis ini diperhatikan dan dipatuhi. Terima
kasih.