18
Perubahan Spesifikasi Umum Pekerjaan Jalan dan Jembatan 2010 No Permasalahan Spesifikasi Umum 2010 Perubahan Spesifikasi Umum 2011 1 Dalam mobilisasi personil sering tidak dimasukkan ahli KMKL, K3 dan QC Manager. Pasal 1.2.1.1).a).ii) Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur organisasi pelaksana yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan termasuk para pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak dan Personil Ahli K3 atau Petugas K3 sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 1.19 dari Spesifikasi ini Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur organisasi pelaksana yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan termasuk para pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak termasuk tetapi tidak terbatas Koordinator Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (KMKL) sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 1.8 dan Personil Ahli K3 atau Petugas K3 sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 1.19 dari Spesifikasi ini dan Manajer Kendali Mutu (QC Manager) sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 1.21 dari Spesifikasi ini. 2 Dalam mobilisasi peralatan, alat telah dimobilisasi diawal pekerjaaan sehingaa saat konstruksi dilaksanakan, banyak peralatan dalam posisi idle. Penambahan pasal 1.2.1.1).a).vi) Mobilisasi personil dan peralatan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan lapangan yang disepakati dalam Rapat Persiapan Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) yang disebutkan dalam Pasal 1.2.2 dalam Spesifikasi ini yang kemudian dituangkan dalam Adendum. 3 Dikarenakan pembayaran seksi 1.8 Manajemen dan Keselamatan lalu Lintas berbentuk lump Pasal 1.8.1.1).d) Semua perlengkapan yang disebutkan di atas harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari Direktorat Jenderal Bina Marga dan peraturan terkait lainnya yang berlaku Jumlah rambu lalu lintas dan perlengkapan yang diperlukan harus sesuai dengan rencana penutupan jalan (jumlah lokasi kerja dan volume lalu lintas yang ada) dan memenuhi 1

Lampiran Ringkasan Perubahan

  • Upload
    ujhie

  • View
    121

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PETTEARANI

Citation preview

Page 1: Lampiran Ringkasan Perubahan

Perubahan Spesifikasi Umum Pekerjaan Jalan dan Jembatan 2010

No Permasalahan Spesifikasi Umum 2010 Perubahan Spesifikasi Umum 20111 Dalam mobilisasi personil sering

tidak dimasukkan ahli KMKL, K3 dan QC Manager.

Pasal 1.2.1.1).a).ii)Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur organisasi pelaksana yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan termasuk para pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak dan Personil Ahli K3 atau Petugas K3 sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 1.19 dari Spesifikasi ini

Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur organisasi pelaksana yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan termasuk para pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak termasuk tetapi tidak terbatas Koordinator Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (KMKL) sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 1.8 dan Personil Ahli K3 atau Petugas K3 sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 1.19 dari Spesifikasi ini dan Manajer Kendali Mutu (QC Manager) sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 1.21 dari Spesifikasi ini.

2 Dalam mobilisasi peralatan, alat telah dimobilisasi diawal pekerjaaan sehingaa saat konstruksi dilaksanakan, banyak peralatan dalam posisi idle.

Penambahan pasal 1.2.1.1).a).vi)Mobilisasi personil dan peralatan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan lapangan yang disepakati dalam Rapat Persiapan Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) yang disebutkan dalam Pasal 1.2.2 dalam Spesifikasi ini yang kemudian dituangkan dalam Adendum.

3 Dikarenakan pembayaran seksi 1.8 Manajemen dan Keselamatan lalu Lintas berbentuk lump sump, terdapat kebingungan mengenai penentuan kebutuhan alat dan perlengkapan untuk manajemen lalin tersebut.

Pasal 1.8.1.1).d)Semua perlengkapan yang disebutkan di atas harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari Direktorat Jenderal Bina Marga dan peraturan terkait lainnya yang berlaku

Jumlah rambu lalu lintas dan perlengkapan yang diperlukan harus sesuai dengan rencana penutupan jalan (jumlah lokasi kerja dan volume lalu lintas yang ada) dan memenuhi ketentuan-ketentuan dan panduan dari Direktorat Jenderal Bina Marga dan peraturan terkait lainnya yang berlaku.

4 Untuk penanganan K3 dalam Permen PU no 07 tahun 2011, ditentukan bahwa untuk penanganan K3 masuk ke dalam overhead.

Pasal 1.19.8.2)Perhitungan biaya penangananan K3 tersebut sudah merupakan satu kesatuan dengan biaya pelaksanaan konstruksi, yang diperhitungkan dalam Analisa Harga Satuan pada setiap jenis pekerjaan yang mengandung risiko K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

Perhitungan biaya penangananan K3 tersebut sudah merupakan satu kesatuan dengan biaya pelaksanaan konstruksi, yang diperhitungkan dalam biaya overhead (permen PU No.7 tahun 2011) pada setiap jenis pekerjaan yang mengandung risiko K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

1

Page 2: Lampiran Ringkasan Perubahan

No Permasalahan Spesifikasi Umum 2010 Perubahan Spesifikasi Umum 20115 Ada ketidaksesuaian ketentuan

spesifikasi dengan syarat kontrak.

Pasal 1.21.2.1)Sebagai bagian dari Jaminan Mutu Penyedia Jasa yang disyaratkan dalam Pasal 4.9 dari Syarat-syarat Kontrak, Penyedia Jasa harus bertanggung-jawab atas semua Pengendalian Mutu selama pelaksanaan Pekerjaan.

Sebagai bagian dari Jaminan Mutu Penyedia Jasa yang disyaratkan dalam Pasal 22 dan Pasal 7 dari Syarat-syarat Kontrak, Penyedia Jasa harus bertanggung-jawab atas semua Pengendalian Mutu selama pelaksanaan Pekerjaan.

6 Dalam pekerjaan galian, untuk batuan muda harus dibayar dengan galian batu, padahal metode kerjanya relatif lebih mudah.

Penambahan Pasal 3.1.1.1).f)Galian Cadas Muda harus mencakup galian yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dilakukan dengan menggunakan excavator bucket biasa, namun tidak memerlukan pengeboran atau peledakan seperti halnya galian batu, dan cukup menggunakan excavator yang dilengkapi dengan kuku baja khusus (steel tines).Termasuk mata pembayarannya.

7 Belum adanya ketentuan mengenai galian perkerasan beton.

Penambahan Pasal 3.1.1.1).j)Galian Perkerasan Beton mencakup galian pada perkerasan beton lama dan pembuangan bahan perkerasan beton yang tidak terpakai seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

8 Timbunan diatas tanah lunak belum ada, yang ada hanya diatas tanah rawa.Belum ada ketentuan untuk pengukuran timbunan diatas tanah lunak, terutama jika digunakan timbunan biasa.

Pasal 3.2.5.1).b).iii).Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah rawa yang dapat diperkirakan terjadinya konsolidasi tanah asli. Dalam kondisi demikian maka timbunan akan diukur untuk pembayaran dengan salah satu cara yang ditentukan menurut pendapat Direksi Pekerjaan berikut ini:

Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur penurunan (settlement) ........dst.

Dengan volume gembur yang diukur pada kendaraan pengangkut sebelum pembongkaran muatan di lokasi penimbunan. ...dst

Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah lunak, tanah organik, dan tanah gambut yang dapat diperkirakan terjadinya konsolidasi tanah asli, maka pembayaran akan dilakukan tergantung apakah timbunan biasa atau pilihan yang digunakan:A. Jika bahan Timbunan Biasa digunakan, pengukuran

akan dilakukan:Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur penurunan (settlement) yang harus ditempatkan dan diamati bersama oleh Direksi Pekerjaan dengan Penyedia Jasa. Kuantitas timbunan dapat ditentukan berdasarkan elevasi tanah asli setelah penurunan (settlement). Pengukuran dengan cara ini akan dibayar menurut Mata Pembayaran 3.2.1 dan hanya diijinkan jika catatan penurunan (settlement) yang didokumentasikan dipelihara dengan baik.

2

Page 3: Lampiran Ringkasan Perubahan

No Permasalahan Spesifikasi Umum 2010 Perubahan Spesifikasi Umum 2011B. Jika bahan Timbunan Pilihan digunakan, pengukuran

akan dilakukan dengan salah satu cara yang ditentukan menurut pendapat Direksi Pekerjaan berikut ini:Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur penurunan (settlement) ........dst.Dengan volume gembur yang diukur pada kendaraan pengangkut sebelum pembongkaran muatan di lokasi penimbunan. ...dst

Termasuk mata pembayarannya.

9 Belum terakomodasinya pekerjaan penyiapan badan jalan untuk bahu yang diatas permukaan tanah akibat pelebaran jalan.

Pasal 3.3.1).a).Pekerjaan ini mencakup .........dst.... yang tidak ditetapkan sebagai Pekerjaan Pengembalian Kondisi.

Pekerjaan ini mencakup ....dst..... yang tidak ditetapkan sebagai Pekerjaan Pengembalian Kondisi dan di daerah bahu jalan baru yang bukan diatas timbunan baru akibat pelebaran lajur lalu lintas

10 Sering ditemui pada pelebaran terjadi penurunan karena tidak sempurnanya proses pemadatan.

Pasal 4.1.3.1).a)Pasal Galian untuk Pelebaran Perkerasan harus mampu menyediakan ruang gerak yang cukup untuk alat penggilas (roller). Sampai saat ini lebar alat penggilas (roller) minimum adalah 1,0 m yaitu baby roller, maka lebar penggalian yang dibutuhkan adalah 1,2 m untuk dapat memberikan ruang gerak yang lebih baik. Bilamana lebar galian melebihi lebar pelebaran perkerasan yang diperlukan, maka bahan galian tersebut harus diisikan kembali dan dipadatkan bersama-sama dengan setiap bahan yang akan digunakan untuk pelebaran perkerasan. Perhatian khusus harus diberikan untuk menjamin agar bahan yang digunakan untuk pelebaran perkerasan tidak terkontaminasi dengan bahan galian yang diisikan kembali, sedemikian rupa sehingga diperlukan suatu acuan untuk memisahkan kedua jenis bahan selama penghamparan. Acuan pemisah ini harus ditarik keluar bilamana pemadatan segera akan dilaksanakan. Dalam hal ini, lebar galian yang melebihi lebar pelebaran perkerasan yang diperlukan tidak akan dipandang sebagai kuantitas galian tambahan yang dapat dibayar.

Galian untuk Pelebaran Perkerasan harus mampu menyediakan ruang gerak yang cukup untuk alat penggilas (roller) normal untuk memadatkan badan jalan (sub-grade). Lebar galian untuk pelebaran selebar 1,2 m dipandang sebagai pelebaran praktis minimum. Detail pelebaran akan ditunjukkan dalam Gambar.

3

Page 4: Lampiran Ringkasan Perubahan

No Permasalahan Spesifikasi Umum 2010 Perubahan Spesifikasi Umum 201111 Lapis Pondasi Agregat Kelas S

mata pembayarannya masuk ke divisi 5, padahal merupakan pekerjaan bah.

Memasukkan mata pembayaran baru :4.2.(2a) Lapis Pondasi Agregat Kelas S (meter kubik)

12 Seksi 5.2 Perkerasan berbutir tanpa penutup aspal

Seksi baru mengenai perkerasan berbutir tanpa penutup aspal, berisi tentang :lapis permukaan agregat tanpa penutup aspal (baru)lapis pondasi agregat tanpa penutup aspal (kelas C)

13 Persyaratan kekuatan beton minimum untuk perkerasam beton semen membingungkan, dimana kuat lentur digunakan satuan K.

Tabel 5.3.2.(3)Uraian Syarat Kuat Tekan Syarat Kuat Lentur

Beton Percobaan Campuran K400(1) (fc’ 35) @ 28 hari K47 (fc’ 4) @ 28 hari

Perkerasan Beton Semen

(pengendalian produksi)K350(1) (fc’ 30) @ 28 hari K45 (fc’ 4) @ 28 hari

14 Fc’ ditulis terlebih dahulu Tabel 5.3.2.(3) Kekuatan beton minimum untuk perkerasan betonBeton percobaan campuran

K 400, 28 hari

Tabel 5.3.2.(3) Kekuatan beton minimum untuk perkerasan betonBeton percobaan campuran

Fc’ 35 (K 400), 28 hari

15 5.3.2.11.d Duplikasi persyaratan slump

(salah satu dihapus)

16 5.3.4.4.c Persyaratan penggergajian 12 jam Persyaratan penggergajian 8 jam17 Kesalahan jenis perkerasan

yang harus menggunakan tack coat dan prime coat.

Pasal 6.1.1.1)Lapis Resap Pengikat harus dihampar di atas permukaan pondasi tanpa bahan pengikat aspal atau semen (misalnya Lapis Pondasi Agregat), sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas permukaan berbahan pengikat semen atau aspal(seperti Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton, Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dll).

Lapis Resap Pengikat harus dihampar diatas permukaan pondasi tanpa bahan pengikat aspal (misalnya Lapis Pondasi Agregat, Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton), sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas permukaan berbahan pengikat aspal(seperti, Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dll).

18 Belum jelas latex yang digunakan untuk aspal emulsi modifikasi sbg bahan tack coat dan prime coat.

Pasal 6.1.2.2).c)Aspal emulsi modifikasi reaksi cepat (rapid setting) harus bahan latex dengan kandungan karet kering minimum 60 %. Kadar bahan modifikasi dalam aspal emulsi haruslah 2-3 % terhadap berat residu aspal.

Aspal emulsi modifikasi reaksi cepat (rapid setting) harus bahan styrene butadiene rubber latex atau polycholoprene latex sesuai dengan AASHTO M316-99 (2003) Table 1 CRS-2L dengan kandungan karet kering minimum 60%. Kadar bahan modifikasi (polymer padat) dalam aspal emulsi haruslah min 2,5% terhadap berat residu aspal.

4

Page 5: Lampiran Ringkasan Perubahan

No Permasalahan Spesifikasi Umum 2010 Perubahan Spesifikasi Umum 201119 Ketentuan aspal emulsi

modifikasi untuk tack coat tidak tepat.

Tabel 6.1.2.(1)No Sifat Metode Satuan Batasan

1Viskositas Saybolt Furol

pada 50oCSNI 03-6721-2002 Detik 20 – 100

2 Pengendapan dalam 5 hari ASTM 244 % berat Maks. 5

3Stabilitas Penyimpanandalam 24 jam

ASTM 244 % berat Maks. 1

4 Tertahan saringan No. 20 SNI 03-3643-1994 % berat Maks. 0,1

5 Muatan ion SNI 03-3644-1994 - Positf

6Kemampuan mengemulsikembali

ASTM D244 % berat Min. 30

7Kadar residu dengandestilasi

SNI 03-3642-1994 % berat Min. 60

8 Minyak hasil penyulingan SNI 06-2440-1991 % volume Maks. 3

9 Titik lembek Cincin & Bola SNI 06-2434-1991 oC Min. 45

10 Penetrasi SNI 06-2456-1991 0,1 mm 100 – 200

11 Daktilitas SNI 06-2432-1991 cm Min. 50

12Kelarutan dalam Tricloroethylene

AASHTO T44-90 % berat Min. 97.5

Pengujian pada Aspal Emulsi

Pengujian pada Residu Hasil Penguapan

No Sifat Standar Satuan Batasan

1Viskositas Saybolt Furol

pada 50oCSNI 03-6721-2002 Detik 100 - 400

2Stabilitas Penyimpanandalam 24 jam

AASHTO T59-01(2005)

% berat Maks. 1

3 Tertahan saringan No. 20 SNI 03-3643-1994 % berat Maks. 0,1

4 Muatan ion SNI 03-3644-1994 - Positf

5Kemampuan mengemulsikembali

AASHTO T59-01(2005)

% berat Min.40

6Kadar residu dengandestilasi

SNI 03-3642-1994 % berat Min.65

7 Penetrasi SNI 06-2456-1991 0,1 mm 100 - 175

8 Daktilitas 4°C, 5 cm/menit SNI 06-2432-1991 cm Min.30

9Daktilitas 25°C, 5 cm/menit

SNI 06-2432-1991 cm Min.125

10Kelarutan dalam Tricloroethylene

AASHTO T44-03 % berat Min.97.5*

Pengujian pada Aspal Emulsi

Pengujian pada Residu Hasil Penguapan

20 Belum ada aturan mengenai precoating pada pekerjaan burtu dan burda.

Penyesuaian penempatan pasal 6.2.2.2).c) dan d)c) Bila digunakan agregat precoated (precoated chip) maka

aspal yang digunakan untuk precoated chip harus berupa aspal cair atau aspal emulsi sesuai dengan sifat aspal lapis perekat Seksi 6.1. Kuantitas Aspal emulsi atau aspal cair yang digunakan precoated harus dalam rentang 1,00% – 1,75% terhadap berat chip dan harus diaduk merata dengan menggunakan beton molen hingga seluruh permukaan chip terselimuti aspal. Precoated chip harus disimpan minimum selama satu hari sebelum digunakan. Pekerjaan pelaburan baru dapat dimulai bila telah tersedia precoated chip minimal untuk 100 meter panjang pekerjaan pelaburan.

d) BURTU/BURDA yang menggunakan aspal modifikasi harus menggunakan precoated chip aspal emulsi modifikasi.

5

Page 6: Lampiran Ringkasan Perubahan

No Permasalahan Spesifikasi Umum 2010 Perubahan Spesifikasi Umum 2011BURTU/BURDA yang menggunakan aspal keras modifikasi dapat menggunakan precoated chip dari aspal emulsi atau aspal cair.

21 Persyaratan AMP laik produksi menjadi masalah karena seharusnya laik operasi.

Pasal 6.3.1.6).e)Hasil pemeriksaan kelaikan peralatan laboratorium dan pelaksanaan. Khusus peralatan instalasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) harus ditunjukkan sertifikat ”laik produksi” yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.

Hasil pemeriksaan kelaikan peralatan laboratorium dan pelaksanaan.

22 Permasalhan dalam ketentuan agregat halus.

Tabel 6.3.2.(2a)Nilai Setara Pasir : min 50% untuk SS, HRS, dan AC bergradasi halus.Material lolos ayakan no 200

Nilai Setara Pasir : min 60%

dihapuskan23 Masih terdapat kualitas agregat

halus yang rendah dari hasil crusher.

Pasal 6.3.2.3).d)Apabila fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama (primary crusher), tidak memenuhi pengujian Standar Setara Pasir sesuai Tabel 6.3.2.(2a), maka fraksi agregat harus dipisahkan sebelum masuk pemecah batu tahap kedua (secondary crusher) dan tidak diperkenankan untuk campuran aspal jenis apapun.

Apabila fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama (primary crusher), tidak memenuhi pengujian Standar Setara Pasir sesuai Tabel 6.3.2.(2a), maka fraksi agregat harus dipisahkan dengan scalping screen sebelum masuk pemecah batu tahap kedua (secondary crusher) atau harus diperoleh melalui proses pencucian dan tidak diperkenankan untuk campuran aspal jenis apapun.

24 Belum jelasnya ketentuan bahan untuk filler added.

Pasal 6.3.2.4)a) Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu

kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan.

b) Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI 03-1968-1990 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya.

c) Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan sebagai bahan pengisi yang ditambahkan maka proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1,0% dari berat total campuran beraspal. Kapur yang seluruhnya terhidrasi

a) Bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) terdiri atas debu batu kapur (limestone dust, Calcium Carbonate, CaCO3), atau debu kapur padam yang sesuai dengan AASHTO M303-89 (2006), semen atau mineral yang berasal dari Asbuton yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Jika digunakan Aspal Modifikasi dari jenis Asbuton yang diproses maka bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) haruslah berasal dari mineral yang diperoleh dari Asbuton tersebut.

b) Debu kapur padam haruslah terdiri dari kapur padam berkalisum tinggi (high calcium hydrate lime) dengan kadar Magnesium tidak lebih dari 4% (terhadap berat) atau debu kapur dolomite (dolomite lime) dengan kadar magnesium lebih dari 4% (terhadap berat) tetapi tida belih dari 36%

6

Page 7: Lampiran Ringkasan Perubahan

No Permasalahan Spesifikasi Umum 2010 Perubahan Spesifikasi Umum 2011

yang dihasilkan dari pabrik yang disetujui dan memenuhi persyaratan yang disebutkan pada Pasal 6.3.2..(2b) diatas, dapat digunakan maksimum 2% terhadap berat total campuran beraspal.

d) Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi yang ditambahkan tidak kurang dari 1% dan maksimum 2%

(terhadap berat).

c) Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI 03-4142-1996 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya kecuali untuk mineral Asbuton. Mineral Asbuton harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.100 (150 micron) tidak kurang dari 95% terhadap beratnya.

d) Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan sebagai bahan pengisi yang ditambahkan maka proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1,0% dari berat total campuran beraspal. Kapur yang seluruhnya terhidrasi yang dihasilkan dari pabrik yang disetujui dan memenuhi persyaratan yang disebutkan pada Pasal 6.3.2.(2b) diatas, dapat digunakan maksimum 2% terhadap berat total agregat.

e) Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) tidak kurang dari 1% dari agregat total agregat.

25 Belum jelasnya ketentuan mengenai penggunaan aspal modifikasi yang boleh digunakan.

Penambahan kalimat pada pasal 6.3.2.6)Pengujian penetrasi dan titik lembek harus dilakukan pada saat kedatangan aspal curah Tipe I dan Tipe IIB dan IIC. Bilamana jenis aspal modifikasi tidak disebutkan dalam Gambar maka Penyedia Jasa dapat memilih Aspal Tipe II dalam Tabel 6.3.2.(5) dibawah ini.

26 Terdapat beberapa ketentuan mengenai aspal keras yang dipertanyakan.

Tabel 6.3.2.5 :Viskositas untuk aspal Tipe I : 385 cStIndeks penetrasi untuk semua tipe aspalPengujian kelarutan dengan toluenePartikel halus dari 150 micron untuk aspal tipe II A, B, dan C.Catatan Tabel 6.3.2.5 :Ketentuan pengujian TFOT dan RTOFT untuk residu aspal.

Viskositas untuk aspal Tipe I : ≥ 300 cStPengujian kelarutan dengan trikloroetilenePartikel halus dari 150 micron untuk aspal tipe II A.

Dihilangkan.

27 Masih terdapat pertanyaan Pasal 6.3.2.7:

7

Page 8: Lampiran Ringkasan Perubahan

No Permasalahan Spesifikasi Umum 2010 Perubahan Spesifikasi Umum 2011mengenai kewajiban penggunaan anti stripping agent.

Aditif kelekatan dan anti pengelupasan (anti striping agent) harus ditambahkan dalam bentuk cairan kedalam campuran agregat dengan mengunakan pompa penakar (dozing pump) pada saat proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif anti striping dalam rentang 0,2% - 0,3 % terhadap berat aspal. Anti striping harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak boleh tidak digunakan pada aspal modifikasi yang bermuatan positif. Jenis aditif yang digunakan haruslah yang disetujui Direksi Pekerjaan. Penyediaan aditif dibayar terpisah dari pekerjaan aspal.

Bahan anti pengelupasan (anti striping agent) harus ditambahkan dalam bentuk cairan kedalam campuran aspal dengan mengunakan pompa penakar (dozing pump) pada saat akan dilakukan proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif anti striping dalam rentang 0,2% - 0,4% terhadap berat aspal. Bahan anti pengelupasan harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak boleh digunakan pada aspal modifikasi yang bermuatan positif. Bilamana stabilitas Marshall sisa setelah perendaman selama 24 jam pada temperatur 60ºC sama atau lebih besar dari 90% maka bahan anti pengelupasan tidak perlu digunakan. Jenis bahan anti pengelupasan yang digunakan haruslah yang disetujui Direksi Pekerjaan. Penyediaan bahan anti pengelupasan akan dibayar terpisah dari pekerjaan campuran aspal.

28 Nilai rongga untuk laston dimodifikasi lebih renggang dari Laston biasa.

Tabel 6.3.1.1d)Rongga dalam campuran 3% - 5,5% Rongga dalam campuran 3% - 5%

29 Terdapat masalah dalam kegiatan sertifikasi dan badan yang melakukan kalibrasi perlengkapan di AMP.

Pasal 6.3.4.1).a)Harus disertifikasi oleh Instansi yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Jika belum disertifikasi maka bukti-bukti yang menyatakan bahwa sertifikasi sedang dilaksanakan, minimal bisa menunjukan kalibrasi timbangan aspal dan agregat dari badan metrologi. Jika perlu Direksi Pekerjaan dapat malkukan inspeksi dan membuat persetujuan sementara sebagai pengganti dari sertifikasi yang tertunda tersebut.

Instalasi Pencampur Aspal harus mempunyai sertifikat “laik operasi” dan sertifikat kalibrasi dari Metrologi untuk timbangan aspal, agregat dan bahan pengisi (filler) tambahan, yang masih berlaku.

30 Permasalahan dengan kewajiban kapasitas drum mix yang harus 800 kg.

Pasal 6.3.4.1.b)Berupa pusat pencampuran dengan sistem penakaran (batching) atau drum mix dan harus memiliki kapasitas minimum 800 kg dan mampu memasok mesin penghampar secara terus menerus bilamana menghampar campuran pada kecepatan normal dan ketebalan yang dikehendaki.

Berupa pusat pencampuran dengan sistem penakaran (batching) dan mampu memasok mesin penghampar secara terus menerus bilamana menghampar campuran pada kecepatan normal dan ketebalan yang dikehendaki.

31 Untuk pugmill dilapangan sering Pasal 6.3.4.1).f)

8

Page 9: Lampiran Ringkasan Perubahan

No Permasalahan Spesifikasi Umum 2010 Perubahan Spesifikasi Umum 2011bermasalah dengan timbangan. Mempunyai pengaduk (pug mill) dengan kapasitas minimum

800 kg jika diperlukan untuk memproduksi AC bergradasi kasar atau AC-Base selain dari pekerjaan minor.

Mempunyai pengaduk (pug mill) dengan kapasitas minimum 800 kg dan dilengkapi dengan sistem pemimbangan secara komputerisasi jika digunakan untuk memproduksi AC bergradasi kasar atau AC-Base selain dari pekerjaan minor.

32 Belum jelasnya boleh atau tidak menggunakan batubara untuk pemanasan di AMP.

Penambahan pasal 6.3.4.1).j)Penggunaan batu bara sebagai bahan bakar untuk memanaskan agregat diperkenankan bilamana sistem pemanasannya adalah tidak langsung dimana batu bara diolah menjadi gas terlebih dahulu. Batu bara yang digunakan haruslah min. 5.500 KCal/kg.

Persyaratan AMP Batu Bara dipertegas dengan memasukkan SE Menteri Pekerjaan Umum No. 10/SE/M/2011 tanggal 31 Oktober 2011 perihal Pedoman Penggunaan Batu Bara untuk Pemanas Agregat pada Unit Produksi Campuran Beraspal

33 Sering ada masalah di AMP jika menggunakan aspal modifikasi.

Pasal 6.3.4.2)Untuk campuran aspal yang dimodifikasi, sekurang-kurangnya sebuah tangki penyimpan aspal tambahan dengan kapasitas yang tidak kurang dari 20 ton, tidak boleh dipanaskan langsung dengan minyak atau pemanas listrik dan harus dilengkapi dengan pengendali temperatur termostatik yang mampu mempertahankan temperatur sebesar 175 oC harus disediakan. Tangki ini harus disediakan untuk penyimpanan aspal yang dimodifikasi selama periode dimana aspal tersebut diperlukan untuk proyek.

Untuk campuran aspal yang dimodifikasi, sekurang-kurangnya sebuah tangki penyimpan aspal tambahan dengan kapasitas yang tidak kurang dari 20 ton harus disediakan, dipanaskan tidak langsung dengan kumparan minyak atau pemanas listrik dan dilengkapi dengan pengendali temperatur termostatik yang mampu mempertahankan temperatur sebesar 175 oC. Tangki ini harus disediakan untuk penyimpanan aspal yang dimodifikasi selama periode dimana aspal tersebut diperlukan untuk proyek

34 Permasalahan dalam pelaksanaan pengujian viskositas di lapangan untuk aspal modifikasi.

Pasal 6.3.5.5)Viskositas aspal untuk masing-masing prosedur pelaksanaan dan rentang temperatur untuk Aspal Tipe I yang umumnya harus seperti yang dicantumkan dalam Tabel 6.3.5.1. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui rentang temperatur untuk Aspal Tipe II berdasarkan pengujian viskositas aktual aspal yang dimodifikasi yang digunakan pada proyek tersebut, dalam rentang viskositas seperti diberikan pada Tabel 6.3.5.1 dengan melihat sifat-sifat campuran di lapangan saat penghamparan, selama pemadatan dan hasil pengujian kepadatan pada ruas percobaan.

Viskositas aspal untuk masing-masing prosedur pelaksanaan dan perkiraan temperatur aspal umumnya seperti yang dicantumkan dalam Tabel 6.3.5.(1). Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui rentang temperatur lain berdasarkan pengujian viskositas aktual aspal atau aspal modifikasi yang digunakan pada proyek tersebut, dalam rentang viskositas seperti diberikan pada Tabel 6.3.5.(1) dengan melihat sifat-sifat campuran di lapangan saat penghamparan, selama pemadatan dan hasil pengujian kepadatan pada ruas percobaan.

9

Page 10: Lampiran Ringkasan Perubahan

No Permasalahan Spesifikasi Umum 2010 Perubahan Spesifikasi Umum 201135 Permasalahan dalam

pelaksanaan pengujian viskositas di lapangan untuk aspal modifikasi.

Tabel 6.3.5.1Viskositas

Aspal

(PA.S)

1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 1

2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 1

3 Pencampuran, rentang temperatur sasaran 0,2 - 0,5 145 – 155

4Menuangkan campuran aspal dari alat pencampur ke dalam truk

0,5 135 – 150

5 Pemasokan ke Alat Penghampar 0,5 - 1,0 130 – 150

6 Pemadatan Awal (roda baja) 01-Feb 125 – 145

7 Pemadatan Antara (roda karet) Feb-20 100 – 125

8 Pemadatan Akhir (roda baja) < 20 > 95

No. Prosedur Pelaksanaan

Rentang Temperatur Aspal Tipe

I (C)

Viskositas Aspal

(PA.S) Tipe I Tipe II

1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 1 165 1

2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 1 155 1

3 Pencampuran, rentang temperatur sasaran 0,2 - 0,5 145 – 155 155 – 165

4Menuangkan campuran aspal dari alat pencampur ke dalam truk

0,5 135 – 150 145 – 160

5 Pemasokan ke Alat Penghampar 0,5 - 1,0 130 – 150 140 – 160

6 Pemadatan Awal (roda baja) 01-Feb 125 – 145 135 – 155

7 Pemadatan Antara (roda karet) Feb-20 100 – 125 110 – 135

8 Pemadatan Akhir (roda baja) < 20 > 95 > 105

No. Prosedur Pelaksanaan

Perkiraan Temperatur Aspal (C)

36 Permasalahan untuk pengambilan sampel benda uji inti untuk segmen yang kurang dari 200 m.

Pasal 6.3.2.7).c)Jumlah total benda uji inti yang diambil acak dalam setiap segmen tidak kurang dari 3 (tiga) benda uji inti duplo untuk setiap kelipatan 200 meter panjang dan jumlah 3 panjang untuk sisa panjang yang kurang dari 200 m dengan lokasi titik uji ditentukan secara acak sesuai dengan SNI 03-6868-2002.

Jumlah total benda uji inti yang diambil acak dalam setiap segmen tidak kurang dari 6 (enam) benda uji inti untuk setiap kelipatan 200 meter panjang per lajur dan jumlah 3 panjang dari “kelipatan terakhir dari 200 meter ditambah sisa panjang yang kurang dari 200 meter” per lajur dengan lokasi titik uji ditentukan secara acak sesuai dengan SNI 03-6868-2002.Termasuk dalam Tabel 6.3.7.(2).

37 Belum ada ketentuan untuk pengendalian mutu untuk filler added.

Penambahan Pasal 6.3.7.4).vii)Untuk bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) dari Kapur, Semen, Asbuton yang digunakan sebagai bahan pengisi tambahan (filler added) ditentukan dengan mencatat kuantitas silo atau penampung sebelum dan setelah produksi.

38 Belum ada ketentuan untuk pengendalian mutu untuk anti stripping agent.

Penambahan Pasal 6.3.7.4).x)Kadar bahan anti pengelupasan (anti stripping agent) ditentukan dengan mencatat volume tanki sebelum dan sesudah produksi dan juga diperiksa dengan pengujian Stabilitas Marshall sisa untuk setiap 200 ton produksi.

39 Belum ada tata cara pengukuran untuk filler added dan anti stripping agent.

Penambahan Pasal 6.3.8.1).a).iii)Untuk aspal keras, aspal modifikasi dan Asbuton sebagai bahan pengisi tambahan (filler added) adalah jumlah ton bahan yang digunakan dan diterima. Sedangkan untuk bahan anti

10

Page 11: Lampiran Ringkasan Perubahan

No Permasalahan Spesifikasi Umum 2010 Perubahan Spesifikasi Umum 2011pengelupasan dan bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) adalah jumlah kilogram bahan yang digunakan dan diterima.

40 Terdapat multitafsir untuk pembayaran mineral asbuton yang terkandung dalam campuran beraspal modifikasi asbuton yang diproses.

Penambahan Pasal 6.3.8.1).a).iv)Tidak ada pengukuran terpisah untuk pembayaran mineral yang dikandung dalam Aspal Modifikasi Tipe Asbuton yang Diproses. Kadar Aspal Modifikasi Tipe Asbuton yang diproses yang diperoleh dari hasil ektraksi campuran aspal merupakan kadar aspal modifikasi final dan dibayar menurut mata pembayaran 6.3.(8b).

41 Terdapat multitafsir untuk pembayaran bitumen yang terdapat dalam filler added asbuton.

Penambahan Pasal 6.3.8.1).a).v)Tidak ada pengukuran terpisah untuk pembayaran bitumen yang berasal dari Asbuton yang digunakan sebagai bahan pengisi tambahan (filler added). Kadar aspal yang diperoleh dari hasil ektraksi campuran aspal merupakan kadar aspal final dan dibayar menurut mata pembayaran 6.3.(8a)

42 Belum jelas tatacara pengukuran untuk pekerjaan levelling.

Penambahan kalimat pada pasal 6.3.8.1.c)Bilamana tebal rata-rata campuran beraspal melampaui yang perkiraan yang dibutuhkan (diperlukan untuk perbaikan bentuk), maka tebal rata-rata yang digunakan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan yang diperhitungkan untuk pembayaran.

43 Permasalahan dalam ketentuan kadar aspal aktual.

Pasal 6.3.8.1).i)Kadar aspal aktual (kadar aspal efektif + penyerapan aspal) yang digunakan Penyedia Jasa dalam menghitung harga satuan untuk berbagai campuran beraspal yang termasuk dalam penawarannya haruslah berdasarkan perkiraannya sendiri. Tidak ada penyesuaian harga yang akan dibuat sehubungan dengan perbedaan kadar aspal yang disetujui dalam JMF dan kadar aspal dalam analisa harga satuan dalam penawaran.

(dihapus)

44 Belum jelas pembayaran asbuton sebagai filler added.

Perubahan mata pembayaran :Bahan Pengisi (Filler) Tambahan Asbuton Asbuton (bitumen dan mineral) sebagai Bahan Pengisi (Filler)

Tambahan.45 Terdapat dua istilah untuk anti

stripping agentIstilah :Aditif Anti Pengelupasan Bahan Anti Pengelupasan

Mata Pembayaran di seksi 6.2 disesuaikan menjadi dalam kg

11

Page 12: Lampiran Ringkasan Perubahan

No Permasalahan Spesifikasi Umum 2010 Perubahan Spesifikasi Umum 201146 Lasbutag dan Lastabusir sudah

tidak lagi digunakan.Seksi 6.4 dihapuskan.

47 Ada masalah kelongsoran dangkal.

Pasal 8.3.1.1).b)Pekerjaan ini meliputi restorasi galian atau lereng timbunan yang tidak stabil dan melengkapi dengan penanaman dan pemeliharaan rumput atau bambu untuk mencegah erosi.

Pekerjaan ini meliputi restorasi galian atau lereng timbunan yang tidak stabil dan melengkapi dengan penanaman dan pemeliharaan rumput atau bambu untuk mencegah erosi dan kelongsoran dangkal.

48 Permasalahan stabilisasi lereng dan timbunan.

Penambahan ketentuan mengenai rumput vetiver untuk stabilisasi lereng.Pasal 8.3.2.1.c)Pasal 8.3.2.2).b)Pasal 8.3.2.2).d)Pasal 8.3.3.2).a).ii)Pasal 8.3.3.2).b).ii)Pasal 8.3.3.2).c).ii)Pasal 8.3.3.2).e)Pasal 8.3.4.1)Termasuk mata pembayaran

49 Permasalahan mengenai tinggi semak pada median.

Penambahan kalimat pada Pasal 8.3.3.3).d).i)Kecuali disebutkan lain dalam Gambar maka tinggi semak/perdu di median minimum adalah 50 cm diukur dari permukaan lapangan.

50 Permasalahan dalam diameter penanaman pohon.

Pasal 8.3.3).d).ii)Pohon harus ditanam pada lubang yang minimum berukuran 2 m x 2 m dengan ke dalaman 1 m. Diamater pohon harus dalam rentang 8 sampai 20 cm. Persiapan harus dibuat untuk pematokan dan pengikatan yang benar pada tanaman yang baru ditanam.

Kecuali disebutkan lain dalam Gambar maka diameter pohon minimum adalah 10 cm diukur 1 meter dari pemukaan lapangan dan tinggi pohon minimum 5 m serta ditanam minimum 4 m dari tepi perkerasan.

Perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan tanaman serta detail pohon dalam Gambar harus merujuk dan sesuai dengan “Pedoman Teknis Penanaman Pohon pada Sistem Jaringan Jalan” No.066/BM/2010 yang diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Desember 2010.

12