131
LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS DISUSUN OLEH NAMA : NIP : 0

Lampiran - PTK THE FRONTIERS OF NEW TECHNOLOGY Web viewPenelitian yang dilakukan termasuk ... Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Bermodul yang Berwawasan SMK Terhadap Hasil Belajar

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DISUSUN OLEH

NAMA :NIP :

0

LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DISUSUN OLEH

NAMA :NIP :

i

KOP SEKOLAH

PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMA Negeri ............ menerangkan

bahwa:

Nama : .......................................

NIP : ........................................

Jabatan : ........................................

Memang benar yang tersebut di atas telah melakukan penelitian

tentang .......................................................................................................................

.......

Mengetahui ......................, ......................Kepala Dinas Pendidikan Kab. .......... Kepala SMA Negeri..............

................................................... ......................................... NIP. NIP.

ii

KOP SEKOLAH

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini Pengelola Perpustakaan SMA Negeri ............

menyatakan bahwa:

Nama : ................................

NIP : ................................

Jabatan : .................................

Memang benar yang tersebut di atas telah mempublikasikan Penelitian Tindakan

Kelas dengan judul.............................................. di sekolah kami dan menaruh 1

(satu) buah karyanya di perpustakaan SMA Negeri ..............................................

Demikian pernyataan ini dibuat agar dapat dipergunakan dimana mestinya.

Mengetahui ......................, ......................Kepala SMA Negeri .......... Pengelola Perpustakaan

SMA Negeri..................

................................................... ......................................... NIP. NIP.

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini asli dan tidak berisi material-

material yang telah dipublikasikan di tempat lain, terkecuali yang dikutip sebagai

sumber referensi dan digunakan dalam teks tulisan ini, yang sumbernya sudah

dinyatakan. Karya Tulis Ilmiah ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh

derajat kesarjanaan atau diploma pada institusi tertentu, begitu juga tidak ada

kolaborasi yang telah dibuat dengan orang lain.

Penulis

......................................

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena berkat rahmatNya penulis mendapat kekuatan, semangat, pikiran yang kuat

sehingga karya tulis yang berjudul “.......................................................................”,

dapat terselesaikan sesuai jadwal waktu yang telah direncanakan.

Karya ini penulis kerjakan dengan sekuat tenaga, dengan pengorbanan

material dan pemikiran untuk dapat memperoleh angka kredit pengembangan

profesi sebagai syarat bagi seorang guru untuk bisa naik ke jenjang kepangkatan

setingkat lebih tinggi dengan kewajiban mengumpulkan angka kredit minimal 12

poin.

Rasa terimakasih perlu penulis sampaikan kepada Bapak-bapak, Ibu-ibu

yang telah membantu sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Untuk itu

terimakasih yang sebanyak-banyaknya penulis lanjut sampaikan kepada:

1. Kepala Sekolah SMA Negeri ................................

2. Para siswa dan siswi, yang telah menunjukkan objektivitas yang tinggi

sehingga data-data hasil penelitian ini benar-benar dapat

dipertanggungjawabkan.

Demikian secara singkat pengantar yang dapat penulis sampaikan, semoga

karya ini bermanfaat dalam meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar di

SMA Negeri ...........................

......................, ......................

Penyusun

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

PENGESAHAN KEPALA SEKOLAH...................................................... ii

PERNYATAAN PERPUSTAKAAN.......................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................... iv

KATA PENGANTAR................................................................................. v

DAFTAR ISI................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL........................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi

ABSTRAK................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................. 4

C. Tujuan Penelitian................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian.............................................................. 5

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nama-nama Siswa Kelas ....................................................... 12

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Wawancara..............................................

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Observasi Proses Pembelajaran..............

Tabel 4. Instrumen Wawancara.............................................................

Tabel 5. Instrumen Observasi Proses Pembelajaran.............................

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Rancangan Penelitian.............................................................. 5

Gambar 2.

viii

DAFTAR LAMPIRAN

HalamanLampiran 1. Pedoman Wawancara...........................................................

Lampiran 2. Jawaban-jawaban yang Penting dari Pertanyaan Tentang Wawancara...........................................................................

ix

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri .................................. di Kelas ........ yang kemampuan siswanya untuk materi .................. cukup rendah.

Tujuan penulisan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran Co-Op Co-Op dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

Metode pengumpulan datanya adalah observasi dan tes prestasi belajar. Metode analisis datanya adalah deskriptif baik untuk data kualitatif maupun untuk data kuantitatif.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Co-Op Co-Op dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Ini terbukti dari hasil yang diperoleh pada Siklus I meningkat ........% untuk keaktifan belajar siswa dan .....% untuk prestasi belajar. Dari Siklus I ke Siklus II naik .......% untuk aktivitas belajar dan ....... untuk prestasi belajar.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pembelajaran Co-Op Co-Op dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar.

x

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran di kelas akan sangat efektif apabila guru

melaksanakannya dengan memahami peran, fungsi dan kegunaan mata

pelajaran yang diajarnya. Selain pemahaman akan hal-hal tersebut keefektipan

itu juga ditentukan oleh kemampuan guru untuk merubah model pengajaran

menjadi model pembelajaran sesuai yang diharapkan oleh Permen No. 41

tahun 2007 tentang Standar Proses.

Peran mata pelajaran .................. adalah untuk pengembangan intelektual,

sosial dan emosional siswa serta berperan sebagai kunci penentu menuju

keberhasilan dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Fungsi mata

pelajaran .................. adalah sebagai suatu bidang kajian untuk

mempersiapkan siswa mampu merefleksikan pengalamannya sendiri dan

pengalaman orang lain, mengungkapkan gagasan-gagasan dan perasaan serta

memahami beragam nuansa makna, sedang kegunaannya adalah untuk

membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat,

membuat keputusan yang bertanggung jawab pada tingkat pribadi, sosial,

menemukan serta menggunakan kemampuan analitic dan imajinatif yang ada

dalam dirinya. Disamping mengetahui peran, fungsi dan kegunaan mata

pelajaran, sebagai seorang guru juga diperlukan untuk mampu menerapkan

beberapa metode ajar sehingga paradigma pengajaran dapat dirubah menjadi

paradigma pembelajaran sebagai tuntutan peraturan yang disampaikan

pemerintah (Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, Permen No.

16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Guru).

Kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran yang

dilakukan selama ini yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa

tentu tidak sepenuhnya disebabkan oleh faktor luar seperti kesibukan guru,

keadaan rumah tangga, lingkungan dan lain-lain. Kelemahan-kelemahan yang

ada tentu banyak pula dipengaruhi oleh faktor dari dalam guru itu sendiri

1

seperti kemauan menyiapkan bahan yang lebih baik, termasuk kemauan guru

itu sendiri untuk menerapkan metode-metode ajar yang telah didapat di

bangku kuliah. Selain itu guru juga kurang mampu untuk dapat

mengembangkan keterampilan mengajar yang dapat menarik perhatian siswa

dan merangsang siswa untuk belajar. Keterampilan yang mesti dikuasai guru

dalam melaksanakan pembelajaran ada 7, yaitu: 1) keterampilan bertanya, 2)

keterampilan memberi penguatan, 3) keterampilan mengadakan variasi, 4)

keterampilan menjelaskan, 5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran,

6) keterampilan membimbing diskusi, 7) keterampilan mengelola kelas.

Keterampilan-keterampilan ini berhubung dengan kemampuan guru untuk

menguasai dasar-dasar pengetahuan yang berhubungan dengan persiapan dan

pelaksanaan proses pembelajaran yang akan memberikan dukungan terhadap

cara berpikir siswa yang kreatif dan imajinatif. Hal inilah yang menunjukkan

profesionalisme guru (I G. A. K. Wardani dan Siti Julaeha, Modul IDIK 4307:

1-30).

Penggunaan model-model pembelajaran juga merupakan hal yang sangat

penting dalam upaya memajukan suatu bidang tertentu. Model sangat

berkaitan dengan teori. Model merupakan suatu analog konseptual yang

digunakan untuk menyarankan bagaimana meneruskan penelitian empiris

sebaiknya tentang suatu masalah. Jadi model merupakan suatu struktur

konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang dan

sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berpikir

dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang

(Mark 1976 dalam Ratna Wilis Dahar, 1989: 5).

Cuplikan di atas menunjukkan betapa pentingnya model untuk diterapkan

dalam mencapai suatu keberhasilan, begitu pula terhadap kegunaan model-

model pembelajaran. Sebelum ada model, dikembangkan terlebih dahulu teori

yang mendasari model tersebut, sehingga boleh dikatakan bahwa teori lebih

luas daripada model. Model-model, baik model fisika, model-model

komputer, model-model matematika, semua mempunyai sifat “jika – maka”,

dan model-model ini terkait sekali pada teori (Shelbeeker, 1974 dalam Ratna

Wilis Dahar, 1989: 5).

2

Dari semua uraian di atas dapat diketahui hal-hal yang perlu dalam upaya

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa seperti penguasaan metode-

metode ajar; penguasaan model-model pembelajaran; penguasaan teori-teori

belajar; penguasaan teknik-teknik tertentu; penguasaan peran, fungsi serta

kegunaan mata pelajaran. Apabila betul-betul guru menguasai dan mengerti

tentang hal-hal tersebut dapat diyakini bahwa prestasi belajar peserta didik

pada mata pelajaran ........................ tidak akan rendah. Namun kenyataannya

keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa kelas....................... di

semester ........... tahun ajaran ................... baru mencapai nilai D dan untuk

keaktifan belajar dan untuk prestasi belajar baru mencapai rata-rata......

Melihat kesenjangan antara harapan-harapan yang telah disampaikan

dengan kenyataan lapangan sangat jauh berbeda, dalam upaya memperbaiki

mutu pendidikan utamanya pada mata pelajaran.........................., sangat perlu

kiranya dilakukan perbaikan cara pembelajaran. Salah satunya adalah

perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Co-Op

Co-Op. Oleh karenanya penelitian ini sangat penting untuk dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah dan Cara Pemecahannya

1. Rumusan Masalah

Melihat adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang

ada di lapangan seperti yang sudah dipaparkan pada latar belakang

masalah, maka rumusan penelitian ini dapat disampaikan sebagai berikut:

1) Apakah model pembelajaran Co-Op Co-Op dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa kelas ..... SMA Negeri .................

2) Apakah model pembelajaran Co-Op Co-Op dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa kelas ..... SMA Negeri ..................

2. Cara Pemecahan Masalah

Model pembelajaran Co-Op Co-Op merupakan salah satu dari

banyak cara yang bisa dilakukan guru dalam upaya meningkatkan mutu

pembelajaran. Model ini mempunyai langkah-langkah yang mendorong

keaktifan siswa dalam belajar dengan cara memberikan kesempatan bagi

3

siswa untuk siap tampil dihadapan teman-temannya. Untuk mampu tampil

dihadapan orang banyak bukanlah hal yang gampang. Untuk mampu

tampil dihadapan orang banyak bukanlah hal yang gampang. Hal itu

memerlukan persiapan yang matang. Untuk persiapan yang matang ini,

guru memberik kesempatan yang sebanyak-banyaknya, guru memberi

kesempatan agar siswa menyiapkan sebaik-baiknya apa yang akan

ditampilkan dihadapan siswa-siswa yang lain. Model Co-Op Co-Op ini

mampu merangsang siswa untuk dapat bertanggung jawab terhadap

pekerjaannya, menuntut persiapan yang sangat matang, menuntut

kemampuan yang matang dalam presentasi, menutut semangat yang tinggi

untuk mengikuti pelajaran agar dapat mempersiapkan tampilan yang

diharapkan, menuntut sebab akibat dari pelaksanaan diskusi. Contoh sebab

akibat tersebut adalah, apabila siswa giat mengikuti pelajaran, akibatnya

adalah mampu memberi tampilan yang diharapkan. Siswa akan menjadi

aktif akibat diberikan giliran untuk berbicara di depan teman-temannya,

yang sudah pasti akan menimbulkan tuntutan-tuntutan kemampuan yang

tinggi baik dalam penampilan maupun keilmuan. Tanpa keilmuan yang

mencukupi tidak akan mungkin tampilannya akan memuaskan, dalam hal

ini siswa tidak bisa sembarangan saja, mereka harus betul-betul mampu

menyimpulkan terlebih dahulu apa yang mereka akan bicarakan. Tuntunan

langkah-langkah, motivasi, interpretasi yang inovatif dipihak guru akan

menentukan keberhasilan pelaksanaan model ini.

Dari uraian singkat ini jelas bahwa model pembelajaran Co-Op

Co-Op menuntut kemampuan siswa untuk giat mempelajari apa yang

disampaikan guru, mampu menampilkan dirinya di depan siswa-siswa

yang lain. Dipihak lain, untuk dapat menyelesaikan tuntutan tersebut,

inovasi yang dilakukan guru akan sangat menentukan. Inovasi tersebut

berupa tuntunan-tuntunan, motivasi-motivasi, interpretasi serta

kemampuan implementasi yang tinggi. Cara inilah yang dapat digunakan

sebagai dasar pemecahan masalah yang ada.

4

C. Tujuan Penelitian

Berdasar rumusan masalah yang telah disampaikan, rumusan masalah

yang dapat disampaikan adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan aktivitas belajar yang akan

dicapai siswa setelah diterapkan model pembelajaran Co-Op Co-Op dalam

pembelajaran.

2. Untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar siswa akan

terjadi setelah diterapkan model pembelajaran Co-Op Co-Op dalam

pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai

acuan dalam memperkaya teori dalam rangka peningkatan kompetensi guru.

Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah,

khususnya SMA Negeri ........ dalam rangka meningkatkan kompetensi guru

IPS/IPA/................... Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan

bermanfaat sebagai informasi yang berharga bagi teman-teman guru, kepala

sekolah di sekolahnya masing-masing.

5

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif

Kebanyakan sekolah yang belajar pada kompetisi individu belajar

kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran di mana siswa dalam

kelompok kecil yang heterogen saling bertukar tanggung jawab. Akhirnya,

siswa belajar dari seseorang ke yang lainnya. Mereka belajar untuk

menghargai perbedaan pada masing-masing yang lainnya dan membangun

kekuatan individu termasuk kekuatan kelompok.

Beberapa peneliti telah menemukan bahwa strategi belajar kooperatif

mendorong harga-diri individu dan menganjurkan siswa untuk mengambil

kendali dari belajarnya sendiri. Tuntutan ini melengkapi suatu ringkasan dan

strategi belajar kooperatif dan menunjukkan bagaimana guru-guru dapat

mengintegrasikan strategi-strategi tersebut dalam rencana pembelajaran

mereka (Hilke, 1998: 3).

Lebih lanjut Hilke mengemukakan tujuan utama dari belajar kooperatif

adalah: (1) untuk membantu perkembangan kerjasama akademik di antara

siswa, (2) untuk menganjurkan hubungan kelompok yang positif, (3) untuk

mengembangkan harga-diri siswa, dan (4) untuk meningkatkan pencapaian

akademik.

Siswa dapat mengejar tujuan pembelajaran melalui tiga cara: secara

kompetitif, secara individu, dan secara kerjasama. Pada tahun 1940, Morton

Deutsch (1949) menyusun suatu teori tentang bagaimana orang-orang

berhubungan dan berinteraksi pada masing-masing susunan tersebut. Pada

susunan kompetitif, seorang siswa bekerja melawan masing-masing yang

lainnya dan tampilan mereka dibandingkan. Beberapa siswa mengalami

kekeliruan dalam susunan ini, hasilnya kehilangan harga-diri dan kadang-

kadang berperasaan negatif terhadap teman sebaya mereka secara bebas pada

langkah mereka sendiri untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh guru.

Guru selanjutnya mengevaluasi sekelompok tujuan untuk masing-masing

individu.

6

Dalam susunan kooperatif, kelompok siswa yang heterogen bekerja

bersama untuk menemukan tujuan. Masing-masing pribadi

mempertanggungjawabkan pembelajarannya sendiri dan membantu yang

lainnya. Kekuatan yang dapat dicapai untuk setiap pribadi dalam kelompok.

Keterampilan komunikasi dan sosial yang baik di-butuhkan dalam urut-urutan

perkembangan hubungan kerja yang baik. “Dalam ke-lompok belajar

kooperatif, di sana cenderung terjadi peraturan teman sebaya, umpan balik,

dukungan, dan anjuran belajar yang agak beragam. Dukungan akademik

teman sebaya demikian tidak tersedia pada situasi belajar kompetitif dan

individualistik” (Johnson and Johnson, 1987: 28).

Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif

adalah strategi pembelajaran yang memusatkan perhatian pada proses

penalaran nilai-nilai moral, melalui diskusi dan proses tanya jawab dialektis

yang bersifat mengajar dan menantang proses pemahaman (Lickona, 1992:

236-238). Menurut Slavin (1995: 2), metode pembelajaran kooperatif

menunjuk pada bermacam-macam model pembelajaran, di mana para siswa

bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu, berdiskusi dan saling

memberi argumentasi, untuk saling menilai pengetahuan yang dimiliki

sekarang dan mengisi kesenjangan pemahaman di antara mereka.

Dari kedua pendapat di atas mengenai model pembelajaran kooperatif,

maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan

kegiatan siswa, yaitu belajar dalam kelompok kecil yang heterogen, di mana

setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan atau menyampaikan

argumentasinya, sehingga terjadi interaksi antara guru dengan siswa, antara

siswa dengan siswa lainnya, komunikatif dan bersifat multi arah.

Menurut Slavin (1995: 5), terdapat enam metode utama dalam

pembelajaran bertim (Student Teams Learning). Empat di antaranya, berlaku

secara umum pada semua bidang studi, yaitu sebagai berikut : “Student

Teams-Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournaments (TGT),

Jigsaw II, dan Co-Op Co-Op”. Sedangkan dua metode lainnya hanya berlaku

secara khusus, yaitu: “Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC)”.

7

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe ini, maka

dapat meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa

dengan siswa lainnya, komunikatif, dan bersifat multi arah.

Johnson and Johnson (1984: 15) mengidentifikasi lima elemen dasar

dalam belajar kooperatif, yaitu: (1) saling ketergantungan tujuan yang positif,

(2) memajukan interaksi tatap muka, (3) pertanggungjawaban individu, (4)

keterampilan sosial, dan (5) proses kelompok. Pembicaraan masing-masing

elemen tersebut seperti berikut.

1) Saling ketergantungan yang positif

Saling ketergantungan tujuan yang positif terjadi bila siswa

melaksanakan tugas kelompok dengan perasaan saling menguntungkan.

Mereka perlu mengerjakan bagian mereka sendiri, untuk keuntungan seluruh

kelompok. Sebagai contoh, bila tugas kelompok untuk meneliti dan menulis

laporan, nilai untuk laporan merupakan nilai kelompok. Pencapaian yang

rendah dalam kelompok menimbulkan usaha kerja terbaik mereka untuk

keselamatan seluruh kelompok. Pencapaian yang tinggi, ingin

mempertahankan kualitas kerja mereka yang tinggi, akan membantu yang

lainnya dalam menyelesaikan tugas kelompok. Selanjutnya masing-masing

individu memperoleh manfaat yang penting dan harga-diri. Johnson et al.

(1984) berpendapat bahwa saling ketergantungan yang positif dicapai:

‘melalui tujuan yang saling menguntungkan (saling ketergantungan tugas);

pembagian material, sumber-sumber, atau informasi di antara anggota

kelompok (saling ketergantungan sumber); pemberian peranan siswa yang

berbeda (saling ketergantungan peran); dan melalui pemberian penguatan

bersama (saling ketergantungan penguatan). Dalam urutan untuk situasi

belajar menjadi kooperatif, siswa harus bersedia bahwa mereka secara positif

saling ketergantungan dengan anggota lainnya dari kelompok belajar mereka’.

2) Memajukan interaksi tatap muka

Kemajuan interaksi terjadi bila pertukaran verbal mengambil tempat di

mana siswa menjelaskan bagaimana mereka memperoleh suatu jawaban atau

8

bagaimana suatu masalah bisa dipecahkan. Mereka juga dapat membantu

masing-masing yang lainnya untuk memahami suatu tugas. Siswa memeriksa

masing-masing pemahaman yang lainnya dan menyatakan pertanyaan pada

anggota kelompok sebelum menyatakan pada guru untuk klarifikasi. Bila

sebuah tugas sudah lengkap, anggota kelompok meringkaskan apa yang telah

dipelajari.

3) Pertanggungjawaban individu

Pertanggungjawaban individu merupakan pengambilan pertanggung-

jawaban pribadi untuk materi belajar. Sebagai tambahan untuk kontribusi

kelompok, masing-masing siswa memerlukan penguasaan material tertentu.

Salah satunya guru menentukan tingkat penguasaan, anggota kelompok sering

mendukung dan membantu masing-masing yang lainnya dalam mencapai

tingkat penguasaan tersebut.

Suatu pertanyaan yang sering muncul dalam diskusi tentang belajar

kooperatif adalah apa yang dikerjakan siswa yang tidak berpartisipasi,

membiarkan yang lainnya untuk bekerja, dan memastikan untuk belajar materi

dasar. Untuk mencegah kejadian ini, seorang guru dapat merata-ratakan skor

ujian individu untuk nilai kelompok. Selanjutnya bila seseorang skor ujiannya

lebih rendah dari rata-rata teman sebaya bukan hanya mendesak bahkan secara

halus menekan individu untuk belajar lebih giat. Atau mereka akan melihat

perlunya bekerja dengan individu dalam urutan untuk mencapai tingkat

ketuntasan. Juga dari waktu ke waktu, guru bisa menyeleksi penempatan nilai

individu, yang menganjurkan semua anggota kelompok untuk

mengerjakannya secara langkap dalam waktu yang tepat dan dengan cara yang

wajar.

4) Keterampilan sosial

Kritik untuk kesuksesan belajar kooperatif adalah keterampilan sosial

demikian seperti mengetahui bagaimana berkomunikasi secara efektif dan

bagaimana mengembangkan rasa hormat dan kepercayaan dalam kelompok.

Kelompok yang bertugas dengan baik tidak terjadi secara wajar; siswa

9

memerlukan petunjuk bagaimana mengikuti dan juga berperan. Bila

pertanggungjawaban belajar diperlukan, siswa membutuhkan anjuran masing-

masing anggota lainnya untuk melengkapi tugas yang diberikan. Mereka perlu

mengetahui bagaimana meminta bantuan bila mereka membutuhkannya. Bila

muncul konflik (dan konflik memang akan muncul), siswa perlu mengetahui

bagaimana menggunakan strategi resolusi konflik.

5) Proses kelompok

Secara periodik siswa memerlukan pencerminan pada bagaimana

kelompok yang baik bekerja dan menganalisis bagaimana keefektifan mereka

bisa diperbaiki. Ini disebut proses kelompok. Pengamatan oleh anggota

kelompok, guru, atau seorang individu yang berperan sebagai pengamat dapat

melengkapi umpan-balik yang esensial untuk proses kelompok. Seorang

pengamat bisa mencatat apa yang terjadi dalam kelompok bila rencana suatu

projek mengenai adanya kekuatan perbedaan pendapat. Dengan umpan-balik

ini, siswa dapat bergerak untuk menemukan suatu pemecahan dan

menawarkan usul untuk menangani perselisihan tersebut di masa yang akan

datang. Keluaran dari proses ini, kelompok bisa bersimpulan: ‘Kita telah

membuat permulaan yang baik dalam rencana projek, tetapi kita perlu bekerja

lebih giat untuk mendengar ide-ide setiap orang’.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op Co-Op

Co-Op Co-Op benar-benar sama untuk investigasi kelompok. Ini

Menempatkan tim dalam kooperasi dengan yang lainnya untuk mempelajari

suatu topik kelas. Bahkan Slavin (1995: 111) menyatakan bahwa tiga tipe

belajar kooperatif yang bisa diterapkan dalam spesialisasi tugas adalah

investigas kelompok (group investigation), Co-op Co-op, dan jigsaw.

Co-Op Co-Op mengizinkan siswa untuk bekerja bersama dalam

kelompok kecil, pertama untuk kemajuan pemahaman mereka mengenai diri

mereka sendiri dan dunia, dan selanjutnya untuk kesediaan mereka dengan

kesempatan untuk berbagi pemahaman baru itu dengan teman-teman sebaya

mereka. Metodenya sederhana dan felskibel. Suatu situasi seorang guru

10

memegang filosofi di belakang Co-Op Co-Op, dia bisa memilih sejumlah cara

untuk menerapkan pendekatan yang akan diberikan di dalam ruang-kelas.

Slavin (1995: 119-122) mengemukakan sembilan tahapan spesifik dalam

peningkatan kemungkinan kesuksesan dari metode ini.

Tahap 1: Diskusi kelas yang terpusat pada siswa

Pada awalnya, suatu unit kelas yang menggunakan metode Co-Op Co-Op

menganjurkan siswa untuk mengungkapkan dan minatnya dalam subjek yang

akan dipelajari. Suatu inisial kelompok membaca, ceramah, atau eksperimen

dapat tersimpan pada tujuan ini. Selanjutnya lakukan diskusi kelas yang

berpusat pada siswa. Tujuan dari diskusi ini akan meningkatkan keterlibatan

siswa dalam mempelajari suatu unit melalui penemuan dan stimulasi

kuriositas, bukan membawa mereka ke topik studi. Diskusi akan membawa ke

suatu pemahaman di antara guru dan semua siswa tentang apa yang siswa

inginkan untuk dipelajari dan pengalaman dalam hubungan ke topik yang akan

dipelajari.

Waktu yang dibutuhkan untuk tahap pertama ini bergantung pada bagian

tingkatan perbedaan minat yang dimiliki siswa pada suatu topik. Manfaat awal

dari diskusi yang berpusat pada siswa tidak dapat diremehkan; ini tidak

memungkinkan bahwa Co-Op Co-Op akan menjadi berhasil untuk beberapa

siswa yang tidak berminat secara aktif dalam suatu topik yang dihubungkan ke

suatu unit dan tidak termotivasi untuk belajar lebih banyak tentang suatu

topik.

Tahap 2: Pemilihan tim belajar siswa dan pembentukan tim

Bila siswa tidak siap bekerja dalam tim, tandai mereka dan distribusikan

ke dalam 4-5 anggota tim yang heterogen seperti dalam STAD. Gunakan

latihan pembentukan tim yang digunakan dalam STAD atau mereka telah

bekerja beberapa minggu pada unit STAD atau jigsaw II sebelum memulai

11

unit Co-Op Co-Op. Siswa dituntut sudah mengembangkan kejujuran dan

keterampilan bekerja kelompok yang baik sebelum memulai Co-Op Co-Op.

Tahap 3: Pemilihan topik

Izinkan siswa memilih topik untuk tim mereka. Bila pemilihan topik tim

tidak secara langsung mengikuti diskusi kelas yang berpusat pada siswa,

mengingatkan siswa (lewat papan tulis, overhead, atau ringkasan) mengenai

topik kelas secara keseluruhan yang telah ditunjukkan dan paling diminati.

Penunjukkan bahwa tim dapat bekerjasama sangat penuh dalam mewujudkan

tujuan kelas bila mereka memilih topik yang dihubungkan kepada minat kelas.

Doronglah siswa untuk mendiskusikan variasi topik di antara diri mereka juga

dapat menyelesaikan topik yang paling diminati untuk tim mereka.

Seperti diskusi tim yang menjadi minat mereka dan mulai menyelesaikan

suatu topik, sebarkan di antara mereka dan bertindak sebagai fasilitator. Bila

dua tim mulai menyelesaikan pada topik yang sama, Anda dapat menunjukkan

hasil ini dan mendorong tim untuk mencapai kompromi, melalui pembagian

topik itu atau melalui pengalihan salah satu tim memilih topik yang diminati

lainnya. Bila tidak ada tim yang menyelesaikan pada suatu topik berarti kelas

menganggap penting, Anda dapat menunjuk hasil ini dan mendorong siswa

untuk merespon yang dibutuhkan.

Bila tahap ketiga dari Co-Op Co-Op ini berhasil secara lengkap, masing-

masing tim mempunyai sebuah topik dan merasa kenal dengan topik tersebut.

Guru bisa memfasilitasi kesatuan kelas melalui penunjukan masing-masing

topik yang membuat kontribusi yang penting untuk tujuan kelas, yakni

ketuntasan unit belajar.

Tahap 4: Pemilihan minitopik

Seperti kelas sebagai keseluruhan membagi unit belajar ke dalam bagian-

bagian topik untuk menciptakan suatu pembagian kerja di antara anggota.

12

Masing-masing siswa memilih minitopik yang mengungkap satu aspek dari

topik tim.

Minitopik bisa tumpang tindih, dan anggota tim didorong untuk berbagi

referensi dan sumber, tetapi masing-masing minitopik harus menyediakan

kontribusi yang unik untuk usaha tim. Guru melibatkan siswa dalam

pemilihan minitopik yang bervariasi, bergantung pada tingkat kemampuan

siswa. Guru perlu mengetahui bahwa minitopik sesuai dengan siswa atau

siswa cocok dan menerimanya. Dengan kata lain, minitopik-minitopik tersebut

cocok untuk level minat siswa atau cukup sumber-sumber yang tersedia pada

mereka.

Karena perbedaan dalam kemampuan dan minat, ini dapat diterima dan

alami untuk beberapa siswa berkontribusi lebih daripada yang lainnya untuk

usaha tim, tetapi semua anggota perlu untuk membuat suatu kontribusi yang

bermanfaat. Guru-guru dapat mengerjakan ini melalui: (1) mengizinkan siswa

untuk mengevaluasi kontribusi teman yang menjadi anggota tim mereka; (2)

menandai kertas kerja individu atau projek untuk siswa pada minitopik

mereka; dan (3) memantau kontribusi individu. Bila minitopik dipilih dengan

tepat, masing-masing siswa akan membuat kontribusi yang unik untuk usaha

kelompok, dan dengan demikian anggota kelompok mempunyai sumbangan

untuk ketuntasan minitopik mereka.

Tahap 5: Persiapan minitopik

Setelah siswa membagi topik tim ke dalam minitopik, mereka bekerja

secara individu. Mereka masing-masing mengetahui bahwa mereka dapat

mengerjakan untuk minitopik mereka dan kelompok bergantung pada mereka

untuk mengungkap suatu aspek penting dari usaha tim.

Penyediaan minitopik mengambil bentuk yang berbeda-beda, bergantung

pada sifat-sifat unit kelas yang akan diungkap. Penyediaan bisa melibatkan

penelitian perpustakaan, pengumpulan data melalui wawancara atau

eksperimentasi, kreasi projek individu, atau suatu aktivitas ekspresif seperti

menulis atau melukis. Aktivitas tersebut mengambil minat yang sangat tinggi

13

karena siswa tahu mereka akan berbagi produk mereka dengan anggota tim

mereka dan pekerjaan mereka itu akan berkontribusi untuk presentasi tim.

Tahap 6: Presentasi minitopik

Setelah siswa bekerja sendiri secara lengkap, mereka menampilkan

minitopik mereka untuk anggota timnya. Presentasi minitopik dalam tim akan

menjadi formal, yaitu masing-masing anggota tim memberikan waktu yang

khusus, dan menunggu saat menampilkan minitopiknya.

Presentasi minitopik dan diskusi dalam tim dilakukan dalam suatu cara yang

sesuai dengan pengetahuan atau pengalaman semua anggota tim yang

diperlukan oleh masing-masing anggota. Mengikuti presentasi, anggota lain

mendiskusikan topik tim seperti suatu panel ahli. Siswa mengetahui

minitopik-minitopik itu, seperti irisan teka-teki jigsaw, harus diambil bersama-

sama seluruhnya bertalian untuk keberhasilan presentasi tim untuk kelas.

Interaksi dengan teman sebaya atas suatu topik umum berkenaan dengan

melengkapi suatu kesempatan untuk beberapa pembelajaran yang sangat

penting untuk terjadi.

Selama presentasi minitopik, pembagian kerja dalam tim mungkin dianjurkan

juga bahwa salah satu anggota tim membuat catatan, yang lainnya mengajukan

kritik, yang lainnya berperan sebagai pendukung, dan yang lainnya mengecek

bagian-bagian pendapat yang benar dan yang keliru dalam informasi yang

dipresentasikan.

Waktu mungkin disediakan untuk umpan-balik, siswa bisa melaporkan

kembali kepada tim setelah mereka meneliti, memperbaiki, atau memikirkan-

kembali minitopik mereka dalam penjelasan dari umpan-balik yang mereka

terima dari tim. Anggota mendorong anggota tim untuk mengetahui sisa

pertanyaan yang berkenaan dengan minitopik yang tidak terjawab; anggota

tim dapat merespon untuk kelompok mereka.

14

Tahap 7: Persiapan presentasi tim

Siswa didorong untuk mengintegrasikan semua material minitopik dalam

presentasi tim. Di sini harus terjadi suatu sintesis aktif dari minitopik yaitu

selama diskusi tim, tampilan tim akan menjadi lebih dari seluruh presentasi

minitopik.

Diskusi dalam bentuk presentasi tim akan mengikuti sintesis material

minitopik. Presentasi panel yang mana masing-masing laporan anggota tim

pada minitopik juga mengecilkan hati, seperti mereka bisa menampilkan suatu

kesalahan untuk mendekati sintesis kooperatif tingkat tinggi. Bentuk tampilan

akan ditentukan oleh isi material. Sebagai contoh, bila suatu kelompok tidak

dapat datang untuk suatu konsensus, bentuk ideal untuk presentasi mereka

akan menjadi tampilan suatu debat untuk kelas. Format tanpa-ceramah, seperti

pameran, demonstrasi, pusat belajar, lakon pendek yang lucu, dan tim yang

berhubungan dengan diskusi kelas sangat didorong. Penggunaan papan tulis,

overhead, media pandang-dengar, dan ringkasan juga didorong.

Tahap 8: Presentasi tim

Selama presentasi, tim mengambil kontrol ruangan-kelas. Anggota tim

dapat merespon mengenai waktu, ruangan, dan sumber-sumber kelas yang

digunakan selama presentasi mereka; dan mereka didorong untuk membuat

penggunaan penuh dari fasilitas-fasilitas ruang-kelas.

Karena tim sulit mengelola waktu secara umum harus menunjuk seorang

pencatat waktu kelas yang bukan anggota dari tim yang tampil. Pencatat

waktu mengangkat kartu perhatian bila ada lima, satu, dan tidak ada menit

yang tersisa.

Tim bisa masuk dalam periode menjawab-pertanyaan presentasinya

dan/atau waktu untuk mengomentari dan umpan-balik. Sebagai tambahan,

selama mengikuti presentasi guru bisa menemukan manfaat presentasi untuk

membawa suatu bagian umpan-balik dan/atau untuk wawancara tim, yaitu tim

lainnya dapat belajar sesuatu dari apa yang terlibat dalam pengembangan

15

presentasi. Teristimewa tim yang berhasil diangkat sebagai model. Selama

wawancara di akhir-presentasi, guru mengungkap strategi-strategi yang bisa

berguna untuk tim lainnya pada unit Co-Op Co-Op yang akan datang.

Tahap 9: Evaluasi

Evaluasi mengambil tempat pada tiga tingkatan, yaitu: (1) tampilan tim

dievaluasi oleh kelas; (2) kontribusi individu untuk usaha tim dievaluasi oleh

anggota tim; dan (3) tulisan atau presentasi minitopik dari masing-masing

siswa dievaluasi oleh guru.

Mengikuti masing-masing presentasi, guru bisa menunjukkan suatu

diskusi kelas mengenai kekuatan dan kelemahan isi dan format presentasi.

Bentuk evaluasi formal juga kadang-kadang digunakan untuk anggota tim dan

kontribusi tim.

Beberapa cara pembelajaran CO-Op Co-Op menyatakan bahwa guru dan

kelas menyukai untuk aktif belajar dan berbagi hadiah; yang lainnya menyukai

evaluasi formal. Dalam kasus lainnya, kelas akan dapat mempunyai

pertimbangan pernyataan dalam menentukan bentuk evaluasi.

Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op

Co-op di dalam pembelajaran sejarah pada siswa kelas II SMP untuk

kelompok eksperimen. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya model

pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dapat berlaku secara umum dalam

semua bidang studi dan penelitian ini menggunakan spesialisasi tugas untuk

setiap anggota kelompok.

16

C. Prestasi Belajar

Prestai belajar dimulai dengan kegiatan atau aktivitas, setelah itu belajar

dan terakhir baru prestai belajar.

1. Aktivitas

Kata “Aktivitas” berasal dari Bahasa Inggris ‘activity’ yang artinya

‘state of action, lireliness or ingorous mation’ (Webster’ New American

Dictionary: 12). Apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia kata ini berarti

kebenaran dari perlakuan, kegiatan yang aktif, kegiatan yang aktual atau

giat dalam melakukan gerak-gerik, usul. Dalam bahasa Indonesia aktif

berarti giat belajar, giat berusaha, dinamis, mampu berkreasi dan beraksi

(Kamus Besar Bahasa Indonesia: 32).

Aktivitas merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa, baik

dalam aktivitas jasmani maupun dalam aktivitas rohani. Aktivitas ini jelas

merupakan ciri bahwa siswa berkeinginan untuk mengikuti proses. Siswa

dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemui ciri-ciri seperti berikut (Tim

Instruktur PKG, 1992: 2):

1. Antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran

2. Terjadi interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa

3. Siswa terlibat dan bekerjasama dalam diskusi kelompok

4. Terjadi aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran

5. Siswa berpartisipasi dalam menyimpulkan materi.

Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari

(Nana Sudjana, 2000: http://www.scribd.com/doc/90372008):

1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

2. Terlibat dalam pemecahan masalah

3. Bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya

4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

memecahkan masalah

5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya

7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis

17

8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperolehnya

dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

2. Belajar

Belajar dalam Bahasa Inggris adalah “Study” yang artinya ‘The act

of using the mind to require knowledge’ (Webster’ New American

Dictionary: 1993). Apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia, belajar

adalah perbuatan menggunakan ingatan/pikiran untuk mendapatkan/

memperoleh pengetahuan. Belajar artinya berusaha untuk memperoleh

ilmu atau menguasai suatu keterampilan; juga berarti berlatih (Kamus

Besar Bahasa Indonesia: 27). Selanjutnya belajar juga berarti perubahan

yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat

pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dari praktek yang

dilakukannya (Glosarium Standar Proses, Permen Diknas No. 41 tahun

2007). Dari ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah penggunaan pikiran untuk memperoleh ilmu. Ini berarti bahwa

belajar adalah perbuatan yang dilakukan dari tahap belum tahu ke tahap

mengetahui sesuatu yang baru.

Prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar

siswa aktif adalah: stimulus, perhatian dan motivasi, respon, penguatan

dan umpan balik (Sriyono, 1992: http://www.scribd.com/doc/90372081).

Juga dikatakan bahwa ativitas belajar berupa keaktifan jasmani dan rohani

yang meliputi keaktifan panca indra, keaktifan akal, keaktifan ingatan dan

keaktifan emosi. Pendapat lain menyatakan bahwa aktivitas belajar

dilakukan dalam bentuk interaksi antara guru dengan siswa dan antara

siswa siswa dengan siswa lain (Abdul, 2002 dalam

http://www.scribd.com/doc/90372081/).

Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa belajar

sebenarnya merupakan cara yang membuat siswa aktif, baik dengan

penggunaan cara simulasi, respon, motivasi, penguatan, umpan balik yang

dapat membangkitkan keaktifan jasmani dan rohani siswa sehingga

18

muncul interaksi antar siswa dengan guru begitu juga interaksi antara

siswa yang satu dengan siswa lainnya.

Dengan menggabungkan semua pendapat yang telah disampaikan

serta pengertian-pengertian tentang belajar dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah penggunaan ingatan atau pikiran untuk memperoleh

pengetahuan baru yang belum diketahui sebelumnya dengan penggunaan

cara-cara tertentu seperti Inquiri, simulasi, respon, motivasi, penguatan,

umpan balik yang dapat membangkitkan keaktifan siswa baik jasmani

maupun rohani yang dapat membangun interaksi positif bagi para siswa.

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar ................ sama dengan prestasi belajar bidang studi

yang lain merupakan hasil dari proses belajar siswa dan sebagaimana biasa

dilaporkan pada wali kelas, murid dan orang tua siswa setiap akhir

semester atau akhir tahun ajaran.

Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat penting bagi

anak didik, pendidik, orang tua/wali murid dan sekolah, karena nilai atau

angka yang diberikan merupakan manifestasi dari prestasi belajar siswa

dan berguna dalam pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap siswa

yang bersangkutan maupun sekolah. Prestasi belajar merupakan

kemampuan siswa yang dapat diukur, berupa pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Djamarah (1994:23) mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang

diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri

individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Kalau perubahan

tingkah laku adalah tujuan yang mau dicapai dari aktivitas belajar, maka

perubahan tingkah laku itulah salah satu indikator yang dijadikan pedoman

untuk mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang diperolehnya

di sekolah. Dengan kata lain prestasi belajar merupakan kemampuan-

kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebagai akibat perbuatan belajar

atau setelah menerima pengalaman belajar, yang dapat dikatagorikan

menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

19

Dengan mengkaji hal tersebut di atas, maka faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar menurut Purwanto (2000: 102) antara lain:

(1) faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang dapat disebut

faktor individual, seperti kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan,

motivasi, dan faktor pribadi, (2) faktor yang ada diluar individu yang

disebut faktor sosial., seperti faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru

dan cara mengajamya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-

mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

Dalam penelitian ini factor ke 2 yaitu factor yang dari luar seperti guru dan

cara mengajarnya yang akan menentukan prestasi belajar siswa. Guru

dalam hal ini adalah kemampuan atau kompetensi guru, pendidikan dan

lain-lain. Cara mengajarnya itu merupakan factor kebiasaan guru itu atau

pembawaan guru itu dalam memberikan pelajaran. Juga dikatakan oleh

Slamet (2003: 54-70) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja,

yaitu faktor intern dan faktor ekstem. Faktor intern diklasifikasi menjadi

tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

Faktor jasmaniah antara lain: kesehatan, cacat tubuh. Faktor psikologis

antara lain: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,

kesiapan. Faktor kelelahan antara lain: kelelahan jasmani dan rohani.

Sedangkan faktor ekstern digolongkan menjadi tiga faktor yaitu: faktor

keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat. Faktor keluarga antara lain:

cara orang tua mendidik, relasi antara keluarga, suasana rumah tangga dan

keadaan ekonomi keluarga. Faktor sekolah antara lain: metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin

sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,

metode belajar dan tugas rumah. Faktor masyarakat antara lain: kegiatan

siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan

masyarakat. Peningkatan prestasi belajar yang penulis teliti dalam hal ini

dipengaruhi oleh factor ekstern yaitu metode mengajar guru.

Sardiman (1988: 25) menyatakan prestasi belajar sangat vital dalam

dunia pendidikan, mengingat prestasi belajar itu dapat berperan sebagai

20

hasil penilaian dan sebagai alat motivasi. Adapun peran sebagai hasil

penilaian dan sebagai alat motivasi diuraikan seperti berikut.

Dalam pembahasan sebelumnya telah dibicarakan bahwa prestasi

belajar adalah hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan prestasi siswa

setelah melakukan aktivitas belajar. Ini berarti prestasi belajar tidak akan

bisa diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktivitas belajar siswa.

Fungsi prestasi belajar bukan saja untuk mengetahui sejauhmana kemajuan

siswa setelah menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi yang lebih penting

adalah sebagai alat untuk memotivasi setiap siswa agar lebih giat belajar,

baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembahasan ini akan

dibicarakan mengenai prestasi belajar sebagai hasil penilaian dan pada

pembahasan berikutnya akan dibicarakan pula prestasi belajar sebagai alat

motivasi. Prestasi belajar sebagai hasil penilaian sudah dipahami. Namun

demikian untuk mendapatkan pemahaman, perlu juga diketahui, bahwa

penilaian adalah sebagai aktivitas dalam menentukan rendahnya prestasi

belajar itu sendiri.

Abdullah (dalam Mamik Suratmi, 1994: 22), mengatakan bahwa

fungsi prestasi belajar adalah: (a) sebagai indikator dan kuantitas

pengetahuan yang telah dimiliki oleh pelajar, (b) sebagai lambang

pemenuhan keingintahuan, (c) informasi tentang prestasi belajar dapat

menjadi perangsang untuk peningkatan ilmu pengetahuan dan (d) sebagai

indikator daya serap dan kecerdasan murid.

Mohammad Surya (1979), mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,

antara lain dari sudut si pebelajar, proses belajar dan dapat pula dari sudut

situasi belajar.

Bila kita coba lihat lebih dalam dari pendapat di atas, maka prestasi

belajar dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor dari si pebelajar sendiri

atau faktor dalam diri siswa dan faktor luar. Faktor dalam diri siswa seperti

IQ, motivasi, etos belajar, bakat, keuletan, dan lain-lain sangat

berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

21

Penjelasan Surya selanjutnya adalah: dari sudut si pembelajar (siswa),

prestasi belajar seseorang dipengaruhi antara lain oleh kondisi kesehatan

jasmani siswa, kecerdasan, bakat, minat, motivasi, penyesuaian diri dan

kemampuan berinteraksi siswa. Sedangkan yang bersumber dari proses

belajar, maka kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran

sangat menentukan prestasi belajar siswa. Guru yang menguasai materi

pelajaran dengan baik, menggunakan metode dan media pembelajaran

yang tepat, mampu mengelola kelas dengan baik dan memiliki

kemampuan untuk menumbuhkembangkan motivasi belajar siswa untuk

belajar, akan memberi pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar

siswa. Sedangkan situasi belajar siswa, meliputi situasi lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah

hasil yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar yang

berbentuk angka sebagai simbol dari ketuntasan belajar bidang studi

sejarah. Prestasi belajar ini sangat dipengaruhi oleh factor luar yaitu guru

dan metode. Hal inilah yang menjadi titik perhatian peneliti di lapangan.

Terkait dengan penelitian ini, untuk mengukur prestasi

belajar ................... digunakan tes hasil belajar, dengan mengacu pada

materi pelajaran .................. pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) yang berlaku di sekolah ini.

D. Kerangka Berpikir

Kemampuan menampilkan sesuatu yang baik di depan orang lain bukan

merupakan hal yang gampang untuk dilakukan. Hal ini memerlukan pelatihan-

pelatihan yang perlu dimatangkan, dilatih, diulang serta dicoba beberapakali

tampilan.

Kemampuan menampilkan sesuatu yang baik tentu memerlukan

bimbingan orang lain, dalam hal ini adalah bimbingan guru terhadap

siswanya. Apabila guru telah melakukan inovasi-inovasi untuk mematangkan

siswanya memperoleh kemampuan yang diharapkan dalam menampilkan

sesuatu tentu dapat diharapkan para siswa akan memiliki kebiasaan-kebiasaan,

22

keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan. Untuk dapat terwujudnya apa

yang diharapkan tersebut, inovasi langkah-langkah yang diupayakan guru

akan dapat memecahkan permasalahan yang ada. Langkah-langkah Co-Op

Co-Op tersebut meliputi: diskusi kelas yang terpusat pada siswa, pemilihan

tim belajar, pemilihan topik, pemilihan mini topik, persiapan mini topik,

presentasi mini topik, persiapan presentasi tim, presentasi tim, dan evaluasi.

Dasar berpikir inilah yang dijadikan acuan dalam memecahkan masalah yang

sedang diteliti.

E. Hipotesis Tindakan

Melihat langkah-langkah model pembelajaran Co-Op Co-Op yang ampuh

dalam memecahkan masalah yang ada, yang lebih diyakini lagi dengan

kebenaran teori yang disampaikan, maka hipotesis tindakan ini dapat

dirumuskan seperti berikut:

Langkah-langkah Model Pembelajaran Co-Op Co-Op dapat

Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas...... SMA

Negeri ...................................

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian tindakan. Oleh karenanya,

rancangan yang khusus untuk sebuah penelitian tindakan sangat diperlukan.

Penelitian tindakan didasarkan pada filosofi bahwa setiap manusia tidak suka

atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik.

Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai

tujuan tercapai (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 6-7).

Dalam melaksanakan penelitian, rancangan merupakan hal yang sangat

penting untuk disampaikan. Tanpa rancangan, bisa saja alur penelitian akan

ngawur dalam pelaksanaannya.

Untuk penelitian ini penulis memilih rancangan penelitian tindakan yang

disampaikan oleh ........................ seperti terlihat pada gambar berikut.

24

IDE AWAL

Temuan dan Analisa

Rencana UmumLangkah Tind. 1

Langkah Tind. 2

Langkah Tind. 3

ImplementasiLangkah Tindk. 1

Minitor Implementasi dan Efeknya

Penjelasan kegagalan untuk implementasi

Revisi rencana umum

Rencana diperbaiki

Langkah Tind. 1

Langkah Tind. 2

Langkah Tind. 3

Implementasi langkah berikut

Monitor implementasi dan efek

Jelaskan setiap implementasi dan efek Revisi ide umum

Rencana diperbaiki

Langkah Tind. 1

Langkah Tind. 2

Langkah Tind. 3

Implementasi langkah berikut

Monitor implementasi dan efek

DAUR

DAUR

DAUR

Model No. 1 (Model Ebbut) (Desain 1)

Model Ebbut merupakan salah satu model PTK yang dikembangkan oleh

Dave Ebbut.

Gambar 1

Penelitian Tindakan Model Ebbut (1985)

25

REFLECT

TA

Plan

Plan

Plan

Plan

REFLECT

TA

1

2

5

6

4

3

8

7

Model No. 2 (Kemmis dan Mc. Taggart) (Desain 2)

Gambar 2

Penelitian Tindakan Model Spiral (Kemmis & Mc Taggart, 1988)

Sebagai alur PTK, Kemmis dan Mc. Taggart memberi contoh sebagai

berikut:

1. Siswa mengira bahwa sain sekedar mengingat fakta dan bukan proses

inkuiri. Bagaimana saya dapat merangsang inkuiri pada siswa? Apakah

dengan mengubah teknik bertanya? Teknik bertanya yang sama?

Menukar strategi bertanya agar siswa dapat menggali jawaban atas

pertanyaan sendiri.

26

Ide Umum

Reconnaissance

Rencana Menyeluruh

Memperbaiki/ Mengubah

Tindakan 2 dst Tindakan 1 Tindakan 3 dst

Tindakan 2 dst

atauMonitor dan

reconnaissance

Pengintaian/ Peninjauan

Rencana Menyeluruh

Rencana Menyeluruh

atau

atau

Model No. 3 (Elliot) (Desain 3)

Gambar 3

Penelitian Tindakan Model Elliot (1991)

Ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam memahami langkah-

langkah yang ada di dalam model PTK yang dikembangkan oleh Ebbut, Elliot,

dan Kemmis. Bila guru akan menerapkan atau mengadopsi untuk penelitian

tindakan kelas.

27

TINDAKAN DAUR ITindakan perlu perbaikan DAUR 2

Penerapan Definisi masalah

Evaluasi tindakan Need assessement

Implementasi tindakan Hipotesis ide

Develop action plan T 1

Penerapan Redefine problem

Evaluate action Need assessement

Impl. Revise plan New hypothesis

Revise action plan T 2

dst

Model No. 4 (Mc. Kernan) (Design 4)

Gambar 4

Penelitian Tindakan Model Mc. Kernan ((1991)

Diadopsi dari (Sukidin, Basrowi, Suranto, 2002: 46 – 54)

Perlu diketahui bahwa sebenarnya model-model ini lebih memberikan

gambaran garis besar proses daripada suatu teknologi. Urutan langkah-langkah

memang diperlihatkan, tetapi hanya sedikit sekali yang menyinggung soal

‘apa’nya dan ‘bagaimana’ antara langkah-langkah ini. Tidak mengherankan

kalau model-model ini dapat membingungkan para praktisi. Bahkan Ebbut

sendiri mengakui bahwa gambar Elliot cenderung sulit untuk dimengerti.

28

Model No. 5

Gambar 5. Rancangan Penelitian

Diadopsi dari Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi (2006)

29

Permasalahan

Siklus I

Perencanaan

Tindakan I

Pelaksanaan

Tindakan I

Refleksi

I

Pengamatan/ Pengumpulan Data I

Perencanaan

Tindakan II

Pelaksanaan

Tindakan II

Refleksi

II

Pengamatan/ Pengumpulan Data

II

Permasalahan baru

hasil refleksi

Dilanjutkan ke siklus

berikutnya

Apabila

permasalahan belum

terselesaikan

Siklus II

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas......... SMA

Negeri ................................... Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 01. Nama-nama siswa Kelas ..... SMA Negeri ..........................

No Nama Siswa1 Abdurrahman2 Saleh3456789101112131415161718192021222324252627282930

2. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian ini adalah peningkatan aktivitas dan

prestasi belajar siswa kelas ....... SMA Negeri ............................. setelah

diterapkan model Co-Op Co-Op dalam proses pembelajaran.

30

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan .................... sampai

bulan ...................... Sebagai gambaran dari pelaksanaan penelitian ini dapat

dilihat pada tabel berikut:

31

Tabel 02. Jadwal Penelitian

No Kegiatan1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyusunan proposal dan

perencanaan tindakan I

2. Pelaksanaan tindakan I

3. Pengamatan/pengumpulan data I

4. Refleksi I

5. Perencanaan tindakan II

6. Pelaksanaan tindakan II

7. Pengamatan/ pengumpulan data II

8. Refleksi II

9. Penulisan laporan/ penjilidan

32

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data penelitian ini digunakan observasi dan tes

prestasi belajar.

E. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini

adalah metode deskriptif baik untuk data kualitatif maupun untuk data

kuantitatif. Untuk data kualitatif dianalisis dengan memberi pertimbangan-

pertimbangan, memberi komentar-komentar, mengklasifikasikan data,

mencocokan dengan validitas internal dan validitas eksternal, mencari

hubungan-hubungan, mencari perbandingan-perbandingan, mengkategorikan

data dan selanjutnya membuat kesimpulan refleksi dengan mencari makna dari

kesimpulan hubungan antarkategori.

Sebelum melakukan analisis kualitatif sebaiknya kita mencoba melihat

pendapat para ahli analisis. Menurut Matthew B. Miles dan A. Michael

Hubberman (1992: 390), dalam penelitian kualitatif cendrung diabaikan. Ini

terjadi karena inti penelitian kualitatif adalah menjangkau sesuatu yang lebih

dari sekedar, yang dapat dikatakan kepada kita akan pentingnya kualitas

tersebut. Selanjutnya dikatakan, akan tetapi sebagaimana yang kita perhatikan

sebelumnya, terjadi banyak perhitungan pada saat penentuan kualitas dibuat.

Jadi dalam penelitian kualitatif perlu diketahui, yang pertama-tama adalah

bahwa kita juga menghitung. Untuk data kuantitatif dianalisis dengan mencari

mean, median, modus, standar deviasi, membuat interval kelas dan melakukan

penyajian dalam bentuk tabel dan grafik.

F. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Tabel 2. Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar

No Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Indikator Bentuk Tes

2. Instrumen Penelitian

Instrumen Penilaian Prestasi Belajar Siswa

Instrumen yang digunakan untuk menilai prestasi belajar siswa kelas.........

adalah tes. Tes ini terdiri dari...... soal dengan bentuk tes adalah.......,

seperti terlihat di bawah ini.

34

Tes Prestasi Belajar :.....................

Hari/Tanggal :

Petunjuk : Jawablah ...................................

35

G. Indikator Keberhasilan Penelitian

Dalam penelitian ini diusulkan tingkat keberhasilan per siklus yaitu untuk

prestasi belajar siswa diharapkan pada siklus I mencapai nilai 6,5 dan pada

siklus II mencapai nilai 8,5.

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini, akan dipaparkan data yang diperoleh dari penelitian

tindakan ini secara rinci berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA

Negeri ................................ Sebelum menyampaikan hasil-hasil penelitian ada

baiknya dilihat dahulu pendapat para ahli pendidikan berikut: dalam

menyampaikan hasil penelitian dan pembahasan, perlu menyajikan uraian

masing-masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek

keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal yang

mendasar, yaitu hasil pembahasan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan,

guru, motivasi dan aktivits belajar, situasi kelas dan hasil belajar, kemukakan

grafik dan tabel hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi

disertai pembahasan secara sistimatis dan jelas (Suharsimi Arikunto,

Suhardjono, Supardi, 2006: 83). Melihat paparan ini jelaslah apa yang harus

dilihat dalam Bab ini yaitu menulis lengkap mulai dari apa yang dibuat sesuai

perencanaan, hasilnya apa, bagaimana pelaksanaanya, apa hasil yang dicapai,

sampai pada refleksi berikutnya semua hasilnya. Oleh karenanya pembicaraan

pada bagian ini dimulai dengan apa yang dilakukan dari bagian perencanaan.

1. Siklus I

1. Rencana Tindakan I

Hasil yang didapat dari kegiatan perencanaan meliputi:

a. Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

akan dilaksanakan dengan metode Co-Op Co-Op sepeti terlihat

pada lampiran 8. Berdasar hasil awal kemampuan siswa kelas.....

yang tertera pada latar belakang, peneliti merencanakan kegiatan

yang lebih intensif seperti berkonsultasi dengan teman-teman guru

dan kepala sekolah tentang persiapan pelaksanaan pembelajaran

menggunakan metode Co-Op Co-Op .

37

b. Menentukan waktu pelaksanaan, yang menyangkut hari, tanggal,

sesuai dengan jadwal penelitian yaitu pada minggu ke..... bulan....

c. Meminta kepada teman-teman guru bidang studi sejenis dan kepala

sekolah sebagai mitra kesejawatan dalam pelaksanaan RPP yang

sudah direncanakan. Hasilnya adalah kesiapan teman-teman guru

untuk ikut melaksanakan supervisi kunjungan kelas.

d. Menentukan yang menjadi prinsip supervisi teknik kunjungan

kelas. Hasilnya adalah format-format perencanaan teknik

kunjungan kelas untuk penilaian guru (terlampir di lampiran 7).

e. Sebelum masuk kelas, peneliti meminta guru untuk membawa

lembar penilaian yang berisikan tentang penilaian proses

pembelajaran. Berdasar format yang sudah dibawa guru, peneliti

melakukan pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran

yang telah dibuat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

melakukan supervisi kelas adalah:

a) Supervisor sudah diberitahu terlebih dahulu untuk memahami

metode pembelajaran yang menggunakan Co-Op Co-Op dan

kehadirannya di kelas bukan mencari kesalahan, tetapi untuk

kepentingan bersama yaitu memperbaiki pembelajaran.

b) Supervisor telah diberitahu untuk lebih memahami tentang

prinsip-prinsip supervisi sehingga tidak lagi cenderung

instruktif dan lebih bersahabat dengan prinsip kesejawatan.

c) Dalam pelaksanaan supervisi, supervisor diharapkan

menunjukkan rasa kesejawatan yang akrab.

d) Guru yang disupervisi diharap tidak selalu memperhatikan

supervisor, tetapi tetap berkonsentrasi pada pelaksanaan

pembelajaran.

f. Peneliti memberikan penjelasan pada siswa bahwa kehadiran

supervisor ke kelas bukan untuk mencari kesalahan atau kelemahan

guru dalam pembelajaran, tapi untuk meningkatkan kemampuan

menguasai ilmu.

38

g. Memperbanyak jumlah/frekuensi kunjungan kelas dalam siklus

berikutnya sehingga kedekatan supervisor dengan guru dan siswa

akan terjalin dengan baik.

h. Merencanakan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan.

Menentukan bahan pelajaran, dengan cara menyesuaikan dengan

silabus yang berlaku dan penjabarannya dengan cukup baik.

i. Memilih dan mengorganisaasikan materi, media, dan sumber

belajar.

Pada siklus pertama ini, peneliti mengorganisasikan materi

pembelajaran dengan baik. Urutan penyampaiannya dari yang

mudah ke yang sulit, cakupan materi cukup bermakna bagi siswa,

menentukan alat bantu mengajar. Sedangkan dalam penentuan

sumber belajar sudah disesuaikan dengan tujuan, materi

pembelajaran dan tingkat perkembangan peserta didik.

j. Merancang skenario pembelajaran.

Skenario pembelajaran disesuikan dengan tujuan, materi dan

tingkat perkembangan siswa, diupayakan variasi dalam

penyampaian. Susunan dan langkah-langkah pembelajaran sudah

disesuaikan dengan tujuan, materi, tingkat perkembangan siswa,

waktu yang tersedia, sistematiknya adalah menaruh siswa dalam

posisi sentral, mengikuti perubahan strategi pendidikan dari

pengajaran ke pembelajaran sesuai Permen Diknas No. 41 Tahun

2007.

2. Pelaksanaan Tindakan I

a. Pengelolaan Kelas

Mengelola kelas dengan persiapan yang matang, mengajar materi

dengan benar sesuai perencanaan di RPP.

b. Alat Penilaian

Pembahasan dan jenis penilaian, terlampir di RPP berikut format

penilaian, memulai dengan pembukaan, pembelajaran inti,

pembelajaran penutup dan dilanjutkan dengan penilaian.

39

c. Penampilan

Penampilan secara umum, peneliti berpakaian rapi, menggunakan

bahasa yang santun, menuntun siswa semaksimal mungkin dengan

penggunaan metode Co-Op Co-Op, peneliti mengupayakan strategi

agar mudah mengamati siswa yang sedang belajar. Setelah

pembelajaran selesai dilakukan, dilanjutkan dengan mengadakan

pertemuan dengan guru yang mengawasi proses pembelajaran

untuk mendiskusikan hasil pengamatan

d. Dari diskusi dengan guru, terungkap bahwa:

1. Pembelajaran yang dilakukan belum maksimal, karena peneliti

baru pertamakali mencoba metode ini.

2. Siswa-siswa memang belum aktif menerima pelajaran dan

memberi tanggapan, ini sesuai dengan tujuan metode Co-Op

Co-Op.

3. Peneliti mengusulkan agar guru yang mengamati mau kembali

dan bersedia mengamati kembali pada kesempatan di siklus II.

4. Untuk sementara, peneliti belum yakin bahwa pelaksanaan

supervisi kunjungan kelas akan meningkatkan aktivitas dan

prestasi belajar siswa, tetapi menurut pengamat, cara yang

dilakukan peneliti cukup mampu mendorong meningkatkan

kreativitas dan prestasi belajar.

5. Penyampaian pengamat pada peneliti dapat disampaikan

sebagai berikut:

Pengelolaan ruangan, waktu, dan fasilitas belajar

Dalam mengelola ruang kelas, waktu serta fasilitas belajar,

dapat dipaparkan sebagai berikut:

1) Peneliti menyediakan alat bantu/media pembelajaran.

2) Peneliti kurang memperhatikan kebersihan papan tulis,

kebersihan seragam siswa, dalam hal lain yang berguna

untuk menumbuhkan motivasi belajar dan disiplin siswa.

3) Peneliti belum begitu baik dalam waktu. Memulai

pelajaran tidak tepat waktu akibat hal-hal tertentu.

40

6. Penggunaan strategi pembelajaran

1) Jenis kegiatan sesuai dengan tujuan serta lingkungan

siswa. Namun, guru kurang memperhatikan kebutuhan

siswa, guru masih menerapkan gaya pembelajaran

tradisional. Guru juga kurang memperhatikan disiplin

siswa. Banyak siswa yang tidak memperhatikan

penjelasan guru.

2) Guru sama sekali tidak menggunakan alat bantu pelajaran,

walaupun sekolah telah menyediakannya.

3) Dalam menjelaskan pelajaran, guru kurang

memperhatikan keterkaitan materi yang satu dengan

materi yang lain. Guru tidak memberikan kesimpulan dan

tindak lanjut pada akhir pelajaran.

4) Kelebihannya, guru telah menggunakan cara

pembelajaran yang baru yaitu Co-Op Co-Op.

7. Pengelolaan interaksi kelas

1) Penjelasan guru cukup dimengerti oleh siswa. Hal ini bisa

dilihat dari respon siswa. Jika ada siswa yang belum

mengerti, guru berusaha menjelaskan ulang.

2) Dalam bertanya, guru menggunakan kata atau tindakan

yang mengurangi keberanian siswa untuk bertanya atau

menjawab pertanyaan guru. Guru mengabaikan partisipasi

aktif siswa.

3) Dalam menyajikan pelajaran, guru menggunakan

komunikasi lisan, tulisan, isyarat, token atau gerakan

badan. Pembicaraan guru cukup lancar dan dimengerti

siswa, namun gerakan badan atau tangan guru kurang

menunjukkan keantusiasan dalam mendorong siswa untuk

berpartisipasi aktif.

4) Guru tidak membantu siswa dalam mengingat kembali

pengalaman atau pengetahuan yang telah diperoleh siswa

dan kurang memberikan peluang kepada siswa yang pasif

41

untuk berpartisipasi. Guru tidak memberi pertanyaan yang

menggali reaksi siswa. Cara guru merespon siswa yang

berpartisipasi aktif masik kurang baik.

5) Dalam mengakhiri pelajaran, guru kurang mengupayakan

kesimpulan yang lengkap. Guru juga kurang melibatkan

siswa dalam membuat kesimpulan. Dengan demikian,

pembelajaran kurang bermakna bagi siswa.

8. Sikap guru

1) Dalam kegiatan pembelajaran, kadang-kadang guru

kurang bersikap ramah. Guru kurang menunjukkan sikap

bersahabat dengan siswa. Dalam menegur siswa yang

berbuat salah, guru menggunakan kata yang kurang

sopan. Jika ada pendapat siswa yang kurang sesuai

dengan pendapat guru, guru langsung menepis begitu saja.

2) Guru sangat bergairah dalam mengajar. Hal itu terlihat

dari ekspresi wajah dan pandangan matanya. Tetapi, suara

monotun, isyarat tangan dan gerakan tubuh kurang

beraturan.

3) Dalam membantu siswa yang menghadapi kesulitan,

bantuan guru kurang maksimal. Guru juga tidak

mendorong siswa untuk memecahkan masalah sendiri.

4) Guru tidak memperhatikan perbedaan individual siswa.

Guru tidak memberi perhatian khusus kepada siswa yang

memiliki kelainan, misalnya yang suka usil, pembohong

yang pura-pura ikut bekerjasama, tapi dia ngomong lain-

lain dari pelajaran. Guru juga tidak memberikan

penghargaan kepada siswa yang memiliki kelebihan. Guru

tidak membina kerjasama diantara siswa.

9. Pelaksanaan penilaian

Guru mengadakan apersepsi penilaian awal sehingga guru

mengetahui kesiapan siswa terhadap materi pelajaran yang

42

akan diajarkan. Penilaian juga dilakukan dalam proses

pembelajaran.

10. Kesan umum dalam proses

1) Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar

cukup jelas, tetapi kurang baku karena bercampur dengan

bahasa daerah. Demikian juga Tata Bahasa Indonesianya

kurang baik.

2) Penampilan guru dilihat dari perkataan, rambut dan

perlengkapan yang lain cukup rapi. Suara cukup jelas

tetapi kurang bervariasi. Posisi guru juga kurang ada

variasi.

3. Refleksi Siklus I

Sebelum memulai refleksi, ada baiknya melihat pendapat para

pakar pendidikan tentang apa yang dimaksud dengan refleksi.

Pendapat ini akan merupakan panduan terhadap cara atau hal-hal yang

perlu dalam menulis refleksi. Refleksi merupakan kajian secara

menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah

terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan

tindakan. Refleksi menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian

terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan (Hopkin,

1993 dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 80).

1) Analisis kuantitatif prestasi belajar siswa siklus I

Sesuai data pada lampiran ..........

1. Rata-rata (mean) yang diperoleh adalah.................................

2. Median (titik tengahnya) adalah ............................................

3. Modus (angka yang paling banyak muncul)..............................

4. Standar deviasi dihitung dengan rumus:

SD = √∑ (X−x)2

N−1

SD = √ …..(…… .. x …….)2

N−1

43

SD = 1,549

No Nama Siswa Nilai(X)

(X-x) (X-x)2

X

5. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal

berikut dihitung terlebih dahulu.

1. Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N) = ........

2. Rentang kelas (r) = skor maksimum – skor minimum

3. Panjang kelas interval (i) = rK

=………

4. Tabel data kelas intervalNo

Urut Interval NilaiTengah

FrekuensiAbsolut

FrekuensiRelatif

1 4.0 – 4.95 3 302 5.0 – 5.95 1 103 6.0 – 6.9 3 304 7.0 – 8.0 3 30

Total ........... 100

Frekuensi Relatif = nilai F absolut

jumlahnilai f absolut x 100

5. Penyajian dalam bentuk grafik/histogram

Contoh Histrogram

44

10

9

8

7

6

5

4

3

2

10

0 4 5 6 7 8

Grafik 01. .......................................................

Untuk penyajian tabel rekapitulasi hasil penelitian ini

sekaligus disampaikan pada akhir analisis refleksi siklus II.

2. Siklus II

1. Perencanaan

Dengan melihat semua hasil yang didapat pada siklus I, baik

refleksi data kualitatif maupun refleksi data kuantitatif, maka untuk

perencanaan pelaksanaan penelitian di siklus II ini ada beberapa hal

yang perlu dilakukan yaitu:

a. Peneliti merencanakan kembali jadwal untuk melakukan

pembelajaran di kelas dengan melihat jadwal penelitian pada Bab

III dan waktu dalam kalender pendidikan. Hasil dari refleksi siklus

i merupakan dasar dari pembuatan perencanaan di siklus ini.

b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik serta

membuat instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpulan

data yang dibuat seperti instrumen-instrumen sebelumnya yang

meliputi instrumen observasi keaktifan belajar dan instrumen tes

prestasi belajar.

c. Merencanakan kunjungan kelas bersama-sama guru dan kepala

sekolah sebagai upaya trianggulasi data. Untuk ini peneliti

berkonsultasi dengan kepala sekolah, minta kesediaannya untuk

ikut proses pembelajaran yang dilakukan. Inovasi ini dilakukan

agar peneliti dapat berupaya lebih maksimal untuk melaksanakan

pembelajaran yang lebih baik dan lebih berkualitas. Hasil

konsultasi dengan kepala sekolah adalah adanya kesiapan kepala

sekolah untuk ikut melakukan supervisi kunjungan kelas. Guru

yang akan mengobservasi diberitahu bahwa kepala sekolah akan

ikut berpartisipasi, masuk ke ruangan untuk bersama-sama

melakukan supervisi. Hal ini diberitahukan pada guru dengan

45

harapan agar guru yang akan mengobservasi bisa lebih siap lagi

untuk melakukan supervisi yang lebih berkualitas.

d. Bersama guru merancang skenario penerapan pembelajaran dengan

melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I dengan

mengidentifikasi hal-hal yang bisa dilakukan untuk peningkatan

pembelajaran. Untuk hal ini, semua catatan tentang kekurangan

yang ada di siklus I yang merupakan hasil refleksi disampaikan

pada guru untuk dipelajari. Memberitahu guru apa-apa yang perlu

dilaksanakan, apa saja yang siswa mesti kerjakan, cara penerapan

metode Co-Op Co-Op yang benar sesuai dengan yang diharapkan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Uraian tentang pelaksanaan tindakan pada siklus II ini disampaikan

sebagai berikut:

a. Pada hari yang sudah ditentukan sesuai jadwal, peneliti memulai

tahap pelaksanaan tindakan dengan membawa semua persiapan

yang sudah dibuat. Terkait Co-Op Co-Op mulai diupayakan dalam

pembelajaran, pada kali yang kedua ini peneliti mengajak kepala

sekolah untuk ke kelas dan ikut melakukan pengamatan. Hal ini

dilakukan dengan harapan peneliti akan lebih bersemangat untuk

dapat melaksanakan pembelajaran lebih serius. Dengan kepala

sekolah ikut mengamati berarti ada orang lain yang mesti dilihat

oleh siswa yang akan menimbulkan keseriusan mereka yang lebih

dari biasanya. Peneliti membawa instrumen pengamatan observasi

keaktifan belajar dan instrumen tes prestasi belajar. Setelah masuk

kelas bersama guru yang akan mengamati proses pembelajaran

memulai aktivitas pembelajaran sambil mempersilahkan kepala

sekolah dan guru yang mengamati duduk di bangku paling

belakang yang sudah disediakan. Setelah pelaksanaan

pembelajaran berjalan, tiba-tiba kepala sekolah dicari oleh

pegawainya karena ada urusan kantor, sehingga pengamatan

melaksanakan pembelajaran hanya dilanjutkan oleh guru yang

46

penulis minta untuk mengobservasi proses selanjutnya. Di

belakang, guru yang mengamati proses pembelajaran sangat aktif

menulis hal-hal yang terjadi di kelas untuk memberi penilaian

terhadap kemampuan dan profesionalisme guru sedangkan di

depan kelas peneliti sibuk dengan pelaksanaan pembelajaran yang

dilaksanakan di kelas. Pada pembelajaran inti peneliti

melaksanakan explorasi, elaborasi dan konfirmasi dengan

membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil untuk siap

menerima pembelajaran, dan terakhir peneliti melaksanakan

penutupan pembelajaran. Untuk pelaksanaan explorasi, elaborasi

dan konfirmasi bagian-bagiannya cukup banyak dan penulis tidak

paparkan panjang lebar karena kegiatan yang mesti dilakukan

seperti diskusi, presentasi dan lain-lain sudah bisa dibaca pada

instrumen rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilampirkan di

lampiran 8.

3. Observasi/Penilaian

Penilaian terhadap aktivitas belajar siswa dilakukan pada saat

peneliti melakukan tindakan. Peneliti menilai keaktifan belajar siswa

sesuai format penilaian aktivitas belajar yang dibawa. Dari catatan-

catatan yang cepat tersebut penulis mengetahui dibagian mana

diperbaiki, dibagian mana diperlukan penekanan-penekanan, dibagian

mananya perlu diberi saran-saran serta penguatan-penguatan.

Disamping itu pada catatan cepat yang dilakukan peneliti, dicatat juga

kreativitas siswa, kemauan siswa untuk ikut berpartisipasi dalam

pembelajaran, kontribusi diantara para siswa. Apabila semua ini

terlaksana dengan baik sudah pasti guru dalam melaksanakan tugas

pembelajaran akan cukup profesional. Pelaksanaan penilaian akhirnya

dilanjutkan minggu depannya karena setelah guru melakukan proses

pembelajaran, waktu untuk memberikan tes tidak mencukupi sehingga

dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.

47

4. Refleksi Siklus II

Analisis Kuantitatif untuk Perolehan Nilai Tes Prestasi Belajar Siklus

II

Sesuai data pada lampiran 13.

1. Rata-rata (mean) hasil tes prestasi belajar siswa adalah ............

2. Median (titik tengahnya) adalah ............................................

3. Modus (atau angka yang paling sering muncul) adalah.......

4. Standar deviasinya adalah: ............................

5. Untuk menyajikan data tersebut dalam bentuk grafik maka

dilakukan perhitungan-perhitungan sebagai berikut:

1) Banyak kelas dihitung dengan rumus STURGES:

K = 1 + 3,3 x log N

= .......................

= .......................

= .......................

2) Rentangan dihitung dengan:

r = skor maksimum – skor minimum

= ................ - ................

= .............

3) Panjang kelas interval dihitung dengan:

i =rK

=¿

i = ...................

4) Tabel data kelas interval disajikan sebagai berikut:

NoUrut

Interval NilaiTengah

FrekuensiAbsolut

FrekuensiRelatif

1 16 – 17,20 2345

Total ........... 100

48

1009080706050403020100

100200300400500600700

6. Penyajian dalam bentuk grafik/histogram

Contoh Histrogram

Grafik 02. .......................................................

49

Tabel ....... Rekapitulasi Hasil Penelitian dari Siklus I sampai Siklus II

Variabel Awal

Siklus I Siklus II

Skor rata-rata

Rata-rata kenaikan

% kenaikan

Skor rata-rata

Rata-rata

kenaikan

% kenaikan

Prestasi Belajar

50

B. Pembahasan

1. Pembahasan Hasil yang Diperoleh dari Siklus I

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembahasan data kualitatif

adalah: kelemahan-kelemahan yang ada, kelebihan-kelebihan, perubahan-

perubahan, kemajuan-kemajuan, efketivitas waktu, keaktifan yang

dilakukan, konstruksi, kontribusi, diskripsi fakta, pengecekan validitas

internal dan validitas eksternal, identifikasi masalah, faktor-faktor yang

berpengaruh, cara-cara untuk memecahkan masalah, pertimbangan-

pertimbangan, perbandingan-perbandingan, komentar-komentar,

tanggapan-tanggapan, tambahan pengalaman, summary, pendapat-

pendapat, gambaran-gambaran, interpretasi/penafsiran-penafsiran, makna

di belakang perbuatan, trianggulasi, hubungan antaraspek, klasifikasi,

standar-standar penetapan nilai, alasan-alasan penggunan teknik tertentu,

alasan penggunaan langkah-langkah tertentu, penggolongan-

penggolongan, penggabungan-penggabungan, tabulasi, pemakaian,

kriteria-kriteria, katagorisasi, pengertian-pengertian, hubungan antar

kategori.

Hasil tes prestasi belajar yang merupakan tes ....................... memforsir

siswa untuk betul-betul dapat memahami apa yang sudah dipelajari. Nilai

rata-rata siswa di siklus I sebesar...... menunjukkan bahwa siswa setelah

menguasai materi yang diajarkan walaupun belum begitu sempurna. Hasil

ini menunjukkan peningkatan kemampuan siswa menguasai mata

pelajaran ..................... Apabila dibandingkan dengan nilai awal siswa

sesuai data yang sudah disampaikan dalam analisis sebelumnya.

Hasil tes prestasi belajar di siklus I telah menemukan efek utama

bahwa penggunaan metode tertentu akan berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa yang dalam hal ini adalah metode Co-Op Co-Op. Hal ini

sesuai dengan hasil meta analisis metode pembelajaran yang dilakukan

51

oleh Soedomo, 1990 (dalam Puger, 2004) yang menyatakan bahwa metode

pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru berpengaruh terhadap

prestasi belajarnya.

Seperti telah diketahui bersama bahwasannya mata pelajaran.......

menitikberatkan pembelajaran pada aspek kognitif, .............., dan .......

sebagai pedoman prilaku kehidupan sehari-hari siswa. Untuk

penyelesaian kesulitan yang ada maka penggunaan metode ini dapat

membantu siswa untuk berkreasi, bertindak aktif, bertukar pikiran,

mengeluarkan pendapat, bertanya, berdiskusi, berargumentasi,

bertukar informasi dan memecahkan masalah yang ada bersama

dengan anggota kelompok diskusinya. Hal inilah yang membuat siswa

berpikir lebih tajam, lebih kreatif dan kritis sehingga mampu untuk

memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan efek selanjutnya

adalah para siswa akan dapat memahami dan meresapi mata

pelajaran ........... lebih jauh.

Kendala yang masih tersisa yang perlu dibahas adalah prestasi

belajar yang dicapai pada siklus I ini belum memenuhi harapan sesuai

dengan tuntutan KKM mata pelajaran............ di sekolah ini yaitu......

Oleh karenanya upaya perbaikan lebih lanjut masih perlu diupayakan

sehingga perlu dilakukan perencanaan yang lebih matang untuk siklus

selanjutnya.

2. Pembahasan Hasil yang Diperoleh dari Siklus II

Hasil yang diperoleh dari tes prestasi belajar di siklus II menunjukkan

bahwa kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah cukup baik. Ini

terbukti dari rata-rata nilai siswa mencapai.......... Hasil ini menunjukkan

bahwa metode Co-Op Co-Op telah berhasil meningkatkan kemampuan

siswa menempa ilmu sesuai harapan. Co-Op Co-Op merupakan model

yang cocok bagi siswa apabila guru menginginkan mereka memiliki

kemampuan berkreasi, berargumentasi, mengeluarkan pendapat secara

lugas, bertukar pikiran, berargumentasi, mengingat penggunaan metode ini

adalah untuk memupuk kemampuan berbicara dihadapan orang banyak.

52

Hasil penelitian ini ternyata telah memberi efek utama bahwa model

yang diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh secara signifikan

terhadap prestasi belajar siswa. Temuan ini membuktikan bahwa guru

sudah tepat memilih metode dalam melaksanakan proses pembelajaran

karena pemilihan metode merupakan hal yang tidak boleh

dikesampingkan. Hal ini sejalan pula dengan temuan-temuan peneliti lain

seperti yang dilakukan oleh Inten (2004) dan Puger (2004) yang pada

dasarnya menyatakan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Mata pelajaran............ menitikberatkan kajiannya pada aspek

kognitif, ............. sebagai pedoman atas kemampuan siswa baik pikiran,

prilaku maupun keterampilan yang dimiliki. Untuk semua bantuan

terhadap hal ini, model Co-Op Co-Op menempati tempat yang penting

karena dapat mengaktifkan siswa secara maksimal. Dari nilai yang

diperoleh siswa, lebih setengah siswa mendapat nilai ........, ........ siswa

memperoleh nilai menengah dan ...... siswa memperoleh nilai rendah. Dari

perbandingan nilai ini sudah dapat diyakini bahwa prestasi belajar siswa

dapat ditingkatkan dengan penggunaan model Co-Op Co-Op. Walaupun

penelitian ini sudah bisa dikatakan berhasil, namun pada saat-saat peneliti

mengajar di kelas cara selanjutnya, cara ini akan terus dicobakan termasuk

di kelas-kelas lain yang peneliti ajar.

Setelah dibandingkan nilai awal, nilai siklus I dan nilai siklus II, terjadi

kenaikan yang signifikan, yaitu dari rata-rata nilai awal adalah ..... naik di

siklus I menjadi........ dan di siklus II naik menjadi ....... Kenaikan ini tidak

bisa dipandang sebelah mata karena kenaikan nilai ini adalah dari upaya-

upaya yang maksimal yang dilaksanakan peneliti demi peningkatan mutu

pendidikan dan kemajuan pendidikan khususnya di SMA

Negeri ................................

53

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Bertitik tolak dari pemicu rendahnya aktivitas belajar dan prestasi belajar

ada pada faktor-faktor seperti metode yang digunakan guru, sehingga

penggunaan atau penggantian metode konvensional menjadi metode-metode

yang sifatnya konstruktivis sangat diperlukan, akibatnya peneliti mencoba

metode Co-Op Co-Op dalam upaya untuk dapat memecahkan permasalahan

yang ada.

Bertumpu pada rendahnya aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa yang

disampaikan pada latar belakang masalah, penggunaan model pembelajaran

Co-Op Co-Op diupayakan untuk dapat menyelesaikan tujuan penelitian yaitu

untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar. Seberapa besar peningkatan

yang dicapai sudah dipaparkan dengan jelas pada akhir analisis. Dari hasil

penelitian yang telah disampaikan di Bab IV dan dengan melihat semua data

yang telah dipaparkan, dapat disampaikan bahwa pencapaian tujuan penelitian

di atas dapat dibuktikan dengan argumentasi sebagai berikut:

Untuk pencapaian tujuan peningkatan prestasi belajar dapat dilihat bukti-

bukti:

a. Dari data awal ada ....... siswa mendapat nilai di bawah 25 dan pada siklus I

menurun menjadi ...... siswa dan siklus II hanya ....... siswa mendapat nilai

5.

b. Dari rata-rata awal ....... naik menjadi ...... pada siklus I dan pada siklus II

naik menjadi.....

c. Dari data awal siswa yang tuntas hanya ...... orang sedangkan pada siklus I

menjadi lebih banyak yaitu ...... siswa dan pada siklus II menjadi cukup

banyak yaitu ...... siswa.

54

Dari semua data pendukung pembuktian pencapaian tujuan

pembelajaran dapat disampaikan bahwa model Pembelajaran Co-Op Co-Op

dapat memberi jawaban yang diharapkan sesuai tujuan penelitian ini. Semua

ini dapat dicapai adalah akibat kesiapan dan kerja keras peneliti dari sejak

pembuatan proposal, review hal-hal yang belum bagus bersama teman-teman

guru, penyusunan kisi-kisi dan instrumen penelitian, penggunaan sarana

trianggulasi data sampai pada pelaksanaan penelitian yang maksimal.

B. Saran

Berdasarkan temuan yang sudah disimpulan dari hasil penelitian, dalam upaya

mencapai tujuan pembelajaran dalam bidang studi..............................., dapat

disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran...............,

penggunaan model pembelajaran Co-Op Co-Op semestinya menjadi

pilihan dari beberapa metode yang ada mengingat metode ini telah terbukti

dapat meningkatkan kerjasama, berkreasi, bertindak aktif, bertukar

informasi, mengeluarkan pendapat, bertanya, berdiskusi, berargumentasi

dan lain-lain.

2. Walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek utama dari model

pembelajaran Co-Op Co-Op dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi

belajar, sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum

sempurna dilakukan, oleh karenanya kepada peneliti lain yang berminat

meneliti topik yang sama untuk meneliti bagian-bagian yang tidak sempat

diteliti.

3. Selanjutnya untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan bagi peneliti

lain untuk melakukan penelitian lanjutan guna verifikasi data hasil

penelitian.

55

DAFTAR PUSTAKA

Abdul. 2002. http://www.scribd.com/doc/9037208/

Adnyani, Nyoman. 2002. Kelemahan-Kelemahan Penerimaan Siswa SMP yang

Beracuan pada NUAN. Makalah yang Disampaikan dalam Seminar Ilmiah

Universitas Mahasaraswati, September 2003.

Anastasi, Anne. 1976. Psychological Testing. Fifth Edition. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

Ardana, Nengah. 1999. Hubungan antara Motivasi Belajar dan Pola Pemberian Tugas dengan Prestasi Belajar Bidang Studi Fisika pada Siswa SMP Negeri 1 Denpasar. Skripsi. IKIP Mahasaraswati Tabanan.

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Aryana, Wayan. 2003. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar IPA pada Siswa SMP Negeri 1 Denpasar. Ringkasan Hasil Penelitian yang Disampaikan dalam Seminar Hasil Penelitian Dosen Kopwil VIII, Tanggal 22-24 September 2003.

Azwar, Saifuddin. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Jakarta: BSNP.

Budiadnya, Made. 2004. Ujicoba Model Pembelajaran Generatif dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di SMP Negeri 5 Singaraja. Tesis. Singaraja: Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja.

Budiadnyana, Putu. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Bermodul yang Berwawasan SMK Terhadap Hasil Belajar Biologi (Eksperimen pada Siswa Kelas II SMA di Singaraja). Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.56

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2002. Co-Op Co-Op . Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar-Mengajar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

-------. 1996. Petunjuk Teknis Mata Pelajaran IPS-Sejarah. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

-------. 1984/1985. Program Akta Mengajar V-B Komponen Dasar Kependidikan: Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.

Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Fernandes, H.J.X. 1984. Testing and Measurement. Jakarta. National Education Planning, Evaluation and Curriculum Development.

Fraenkel, Jack R. and Norman E. Wallen. 1993. How to Design and Evaluate Research in Education. Second Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.

Good, Thomas L. & Jere E. Brophy. 1990. Educational Psychology, A Realistic Approach. New York: Longman.

Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning. Third Edition. New York: Holt, Reinhart and Winston.

Gay, L. R. 1987. Educational Research: Competencies for Analysis and Application. Seventh Edition. Columbus, Ohio: Merrill Publishing Company.

Gregory, Robert J. 2000. Psychological Testing: History, Principles, and Applications. Boston: Allyn and Bacon.

Gronlund, Norman E. 1982. Constructing Achievement Tests. Third Edition. London: Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

57

Herrhyanto, Nar dan Hamid, Akib. 2006. Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hilke, Eileen Veronica. 1998. Fastback Cooperative Learning. New York: McGraw-Hill, Inc.

INTEN, I Gede. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Pengetahuan Awal Siswa Terhadap Prestasi Belajar PKN dan Sejarah Pada Siswa Kelas II SMU Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Tesis. Singaraja. Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja.

Irianto, Agus. 1989. Bahan Ajaran Statistika Pendidikan (Buku Kedua). Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Johnson, David W. and Roger T. Johnson. 1984. Cooperation in the Classroom. Edina,Minnesota: A publication Interaction Book Company.

------- et al. 1984. Circles of Learning. Fairfax, Va.: Association for Supervision and Curriculum Development.

------- and R.T. Johnson. 1987. Learning Together and Alone: Cooperation, Competition, and Individualistic Learning. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall.

Lickona, Thomas. 1992. Educating For Character. How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Maba, Wayan. 2002. Evaluasi Pembelajaran. Makalah yang disampaikan dalam penataran PBM Dosen Kopertis Wilayah VIII, Tanggal 27-30 Oktober 2002.

Marhaeni, A.A.I.N. 2005. Pengaruh Asesmen Portofolio dan Motivasi Berprestasi dalam Belajar Bahasa Inggris Terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Negeri Singaraja, 2004). Desertasi: IKIP Negeri Jakarta.

Miles, Matthew, B. Dan A. Michael Hubberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Roheadi Rohidi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Modern Educators and Lexicographers. 1939. Webster’s New American Detionary. New York: 140 Broadway, Books, Inc.

58

Modern Educators and Lexicographers. 1939. Webster’s New American Detionary. New York: 140 Broadway, Books, Inc.

Montgomery, Douglas C. 1991. Design and Analysis of Experiments. Third Edition. Canada: John Willy & Sons, Inc.

Murwansyah dan Mukaram. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pusat Penerbit Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung, Indonesia..

Nana Sudjana. 2000. http//www.scribd.com/doc/9037208/

Nasution, S. 1972. Didaktik Sekolah Pendidikan Guru: Asas-Asas Didaktik Metodologi Pengajaran dan Evaluasi. Depdikbud: Jakarta.

Nur, Mohamad et al. 2001. Teori Belajar. Surabaya: University Press.

Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sunartana. 1990. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Popham, W. James dan Eva L. Baker. 1984. Bagaimana Mengajar Secara Sistematis. Diterjemahkan Oleh R.H. Dj. Sinurat et al. Yogyakarta: Kanisius.

Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Belajar Kooperatif. Diktat Perkuliahan Mahasiswa Unipas.

-------. 2004. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Silogisme Terhadap Prestasi Belajar Biologi pada Siswa Kelas III SMP Negeri Seririt (Eksperimen pada Pokok Bahasan Reproduksi Generatif Tumbuhan Angiospermae). Tesis. Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja.

Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 Tanggal 23 November 2007. Jakarta: Depdiknas.

Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Silogisme Terhadap Prestasi Belajar Biologi Pada Siswa Kelas III SMP Negeri Seririt (Experimen Pada Pokok Bahasan Reproduksi Generatif Tumbuhan Angiospermae). Tesis. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Sahertian, Piet A & Aleida Sahertian. 1992. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program Inservice Education. Jakarta: Rineka Cipta.

Sardiman, A.M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

59

Sax, Gilbert. 1979. Foundations of Educational Research. New Jersey: Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs.

Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpanbalik. Jakarta: PT Grasindo.

Slameto. 2000. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice. Boston: Allyn and Bacon.

Soedomo, M. 2001. Landasan Pendidikan. Malang: Penyelenggara Pendidikan Pascasarjana Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi.

Soemanto, Wasty. 2001. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar-Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Sriyono. 1992. http://www.scribd.com/doc/9037208/

Sudiarta, Wayan. 1996. Pengaruh Penyisipan Berpikir Silogisme dalam Proses Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar IPA pada Siswa SMP Negeri 1 Denpasar. Ringkasan Hasil Penelitian yang Disampaikan dalam Seminar Hasil Penelitian Dosen Kopwil VIII, Tanggal 22-24 September 1996.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

-------. 2001. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiarto et al. 2001. Teknik Sampling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sukarta, Wayan. 2005. Pengaruh Pemberian Pretest Terhadap Prestasi Belajar PKPS pada Siswa Kelas V SD Lab. Singaraja. Laporan Penelitian. Denpasar: IKIP PGRI.

Sukidin, Basrowi, Suranto. 2002. Menajemen Penelitian Tindakan Kelas. Penerbti: Insan Cendekia ISBN: 979 9048 33 4.

60

Supardi, 2005. Pengembangan Profesi dan Ruang Lingkup Karya Ilmiah. Jakarta: Depdiknas.

Suryabrata, Sumadi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Tim Prima Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Press.

Tim Redaksi Focus Media. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Bandung: Focus Media.

Tim Redaksi Fokus Media. 2006. Himpunan Perundang-Undangan dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005. Bandung: Focus Media.

Tuckman, Bruce W. 1972. Conducting Educational Research. New York: Harcourt Brace Javonovich, Inc.

Universitas Negeri Jakarta. 2000. Aplikasi Komputer: Kalibrasi Instrumen, Pengolahan Data, dan Pemanfaatan Internet. Jakarta: Laboratorium Komputer UNJ.

Uno, B. Hamzah, et. al. 2001. Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian. Jakarta: Delima Press.

Wardani, I. G. A. K Siti Julaeha. Modul IDIK 4307. Pemantapan Kemampuan Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wartawan, I Wayan. 2004. “Pembinaan Kualitas Pembelajaran Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II SMU Negeri 2 Singaraja”. Dalam Jurnal IKA, Vol. 2 No.1 Mei 2004 Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.

Wojowasito. 1982. Kamus Umum Lengkap Inggris Indonesia – Indonesia Inggris. Malang: Delta Citra Grafindo.

Woolfolk, Anita E. 1993. Educational Psychology. Fifth Edition. Boston: Allyn and Bacon.

61

Lampiran 1. Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) yang Digunakan dalam Pembelajaran untuk Memperoleh Data Awal

62

Lampiran 2. Tes Prestasi Belajar ...................................... (tes yang digunakan untuk mencari data awal penelitian)

63

Lampiran 3. Data Awal Siswa yang Diambil dari Semester lalu

NO NAMA SISWANILAI BAHASA INGGRIS SEMESTER ....... TAHUN

AJARAN ........./........

64

65

Lampiran 4. Penilaian Guru oleh Teman Sejawat

FORMAT B

OBSERVASI BELAJAR MENGAJAR

Instrumen Penilaian Profesionalisme Guru sesuai Standar Proses

NO INDIKATOR SUB INDIKATOR SKOR1 Persiapan Program Tahunan

Program SemesteranSilabusR P PDaftar NilaiFormat Analisis Hasil PenilaianProgram RemedialProgram PengayaanAgenda/Jurnal

2 SK Ada Standar Kompetensi3 KD Ada Kompetensi Dasar4 Indikator Pencapaian

KompetensiAda minimal 3 buah indikatorAda indikator mengukur kognitifAda indikator mengukur afektif/ psikomotorik

5 Tujuan Pembelajaran Ada tujuan yang mengukur kognitifAda tujuan yang mengukur afektif/ psikomotorikTujuan teratur, berurut-urut sesuai tingkat kognitif, afektif, dan psikomotor

6 Materi Ajar Materi dibuat dengan melihat indikatorMateri bisa kognitif, bisa afektif, bisa psikomotorMateri sistimatis (teratur, bersistim, berurut-urut) dan sistemik (saling terkait, holistik atau satu kesatuan lebih penting daripada bagian-bagian; tidak terpisah, explorasi, elaborasi dan konfirmasi)Materi bermanfaat sehingga dapat memberi inspirasi/cita-cita kelak dan menyenangkanBerhubungan dengan kehidupan siswa sehari-hari, sesuai karakteristik siswa dan lingkungan

7 Alokasi Waktu Alokasi waktu pertemuan keseluruhan di RPP

Ketepatan penggunaan waktu di pembukaanKetepatan penggunaan waktu di intiKetepatan penggunaan waktu di penutup

8 Metode Pembelajaran Ada strategi/model pembelajaran yang digunakanAda minimal 3 metode ajar Discovery Inquiry

9 Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan

Ada salam pendahuluanAda motivasi/apresiasiAda apersepsi yang dilakukan Ada penyampaian tujuan, ada uraian cakupan materi

Kegiatan Pembelajaran Inti/Explorasi (kegiatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mencaritemukan berbagai informasi, pemecahan masalah dan inovasi)

Kompetensi Evaluasi Pendidikan (Depdiknas, 2009)

Ada pelibatan siswa mencari informasiAda ragam pendekatan pembelajaranAda guru memberi penjelasan bahwa materi yang sedang diexplorasi sangat bermanfaat untuk memecahkan kehidupan sehari-hari siswaAda upaya guru memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa, antar siswa dan guru, siswa dengan lingkunga dan sumber belajarAda upaya guru melibatkan seluruh siswa secara aktifUpaya guru memfasilitasi siswa membuat percobaan-percobaan, melakukan tindakan-tindakan

Kegiatan Pembelajaran Inti/Elaborasi (yang memungkinkan siswa mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri melalui berbagai kegiatan dan karya yang bermakna)

Kompetensi Evaluasi Pendidikan (Depdiknas, 2009)

Ada kegiatan yang membuat siswa terbiasa membaca dan menulisAdatugas yang diberikan yang membuat gagasan-gagasan siswa munculAda kegiatan-kegiatan seperti diskusi, tanya jawab, presentasi, dllAda pemberian kesempatan berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalahAda cara pembelajaran kooperatif (kerjasama) dan kolaboratif (bekerja bersama)Ada cara membuat kompetisi yang sehatAda pembahasan laporan explorasi Ada perintah-perintah yang jelas diucapkan guru dalam menuntun keberhasilan pencapaian KD

67

Ada aktivitas oleh siswa baik individual maupun kelompokAda penyampaian produk oleh siswa pada guruAda kegiatan yang menimbulkan kebanggaan dan rasa percaya diriAda kegiatan guru yang menuntut kreativitas, prakarsa, perkembangan minat, bakat, serta perkembangan fisik peserta didikAda kegiatan guru yang mengarah pada penempatan siswa sebagai posisi sentralDalam penggunaan metode tanya jawab ada terlihat yang dilakukan adalah tanya jawab lebih dari dua arah yang membuat siswa interaktif dan tertantang

Kegiatan Pembelajaran Inti/Konfirmasi (yang memungkinkan ada kesepakatan penilaian, penguatan, umpan balik)

Ada umpan balik, penguatan yang (baik lisan, tulisan, isyarat, token atau hadiah bagi siswa yang berhasil)Ada konfirmasi terhadap hasil explorasi dan elaborasi (menggunakan berbagai sumber)Ada refleksi yang digunakanAda memfasilitasi siswa dalam menjawab pertanyaanAda upaya guru membantu penyelesaian masalahAda pemberian acuan untuk mencek hasil explorasiAda pemberian motivasi bagi siswa yang kurang/belum berpartisipasi

Kegiatan Pembelajaran Penutup

Ada pembuatan rangkuman/simpulanAda refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukanAda pemberian tindak lanjut seperti remidi dan pengayaan, tugas-tugas individual maupun kelompokAda penyampaian rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnyaAda kegiatan guru menyuruh siswa mengatakan dan melakukan, untuk 90% pencapaian penguasaanAda tugas tidak terstruktur Ada salam penutupGuru melakukan penilaian proses atau penilaian akhir

68

10 Penilaian Hasil Belajar

Penilaian yang dilakukan hierarchinya benar (bertahap, misalnya: C1, terus C2, dst.)Penilaian yang dilakukan sistimatiknya benar (penggolongan, misalya: beberapa soal mudah, beberapa sedang, beberapa sulit)Penggunaan index sensitivitas bagi yang menggunakan pre test post testAda penilaian yang digunakan bisa test, bisa non testPenilaian mengacu pada tujuanTest tepat mengukur kognitif, afektif, psikomotor yang ditujuTerbukti bahwa test yang dilakukan berdasar acuan kriteria pada sistim penilaian yang berkelanjutanAda minimal 2 penilaian seperti penugasan, fortofolio, proyek dan/atau produk, penilaian diri, kinerja, pengukuran sikap, tugas, observasi, laporan praktikum, unjuk kerja, performansi, responsi (ujian praktek), dll.

Tambahan Penilaian Guru oleh Pengawas

Ada pengajaran interaktif yaitu memfasilitasi terjadinya interaksi yang bermakna antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan lingkungan dan sumber belajarAda cara pengajaran inspiratif yaitu mendorong dan memicu siswa agar aktif mencaritemukan hal-hal yang baru dan inovatif, misalnya penggunaan pendekatan, metode dan teknik-teknik tertentuAda pembelajaran yang memotivasi yaitu mendorong dan memberi semangat untuk mencapai prestasi, berkompetisi, berani mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri dengan materi pelajaranMengupayakan pembelajaran yang menyenangkan yaitu memungkinkan siswa belajar dalam suasana tanpa tekanan, bebas, terlibat secara psikis dan fisik

69

Ada pembelajaran yang menantang yaitu menghadapkan siswa pada masalah, persoalan-persoalan delematis, yang jawabannya membutuhkan kreativitas dan kemungkinan-kemungkinan baru sesuai tingkat kognitif siswa

11 Sumber Belajar Ada sumber belajar berupa buku-bukuAda sumber belajar berupa alatAda sumber belajar berupa bahanAda sumber lain seperti lingkungan, orang (nara sumber), peristiwa, media non buku

Jumlah SkorNilai KuantitatifNilai Kualitatif

Keterangan:Skor adalah 1 – 4Skor maksimal adalah: 80 x 4 = 3201 = tidak sempurna/D2 = kurang sempurna/C3 = sempurna/B4 = sangat sempurna/A

Nilai Kuantitatif = Jumlah skorJumlah skor maksimal

x 100 =. .. . .. .. .?

Nilai Kualitatif = A : 85 – 100B : 70 – 84C : 55 – 69D : di bawah 55

Kata kunci:Kegiatan inti adalah kegiatan dengan menggunakan strategi, metode dan teknik tertentu sesuai karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi (Evaluasi Pendidikan, Depdiknas, 2009: 24).

Kepala Sekolah Guru Yang Mengamati

( ) ( )

70

FORMAT C

DAFTAR PERTANYAAN POST OBSERVASIPENGAWAS MASUK KE RUANG TERTENTU DAN BERDISKUSI

DENGAN GURU

NO PERTANYAAN JAWABAN12

3

456

7

8

Apakah KBM sesuai dengan yang Anda rencanakan?Dapatkah saudara menjelaskan hal-hal yang dirasakan kurang memuaskan dalam proses pembelajaran tadi?Bagaimana perkiraan saudara mengenai ketercapaian tujuan pembelajaran?, Metode?, Strategi?, Tehnik, dll.Apa yang menjadi kesulitan siswa?Apa yang menjadi kesulitan saudara?Marilah kita bersama-sama mengidentifikasi hal-hal yang perlu ditingkatkan berdasarkan pengalaman saudara dan pengamatan saudara, Pengawas berdiskusi dengan guru bidang studi.Dengan demikian apa yang akan saudara lakukan untuk pertemuan berikutnya?Diadakan pembicaraan tentang penggunaan lab, perpustakaan dan media-media lain seperti internet, komputer, surat kabar, majalah, dll.Apa Anda membuat program analisis hasil belajar? Boleh dilihat? Kesulitannya apa? dll.

9 Program Remidial (Depdiknas, 2008: 8, diberikan minimal setelah beberapa KD selesai atau setelah selesai 1 standar kompetensi yang harus dihargai sebagai nilai tambah karena yang baik menentukan nilai adalah guru sendiri)a. Keterlaksanaan Hasil Belajar Remidial

Mata Pelajaran Terlaksana Pencapaian(%)Ya Tidak

b. Pertanyaan terhadap keberhasilan program remidialPertanyaan Jawaban

1. Apakah Anda puas degan hasil pelaksanaan program remidial yang Anda lakukan? Ya Tidak2. Apakah bentuk remidial yang Anda lakukan:

a. Mengulang bagian-bagian materi yang belum tuntas?b. Memberikan tugas pada siswa yang belum tuntas?c. Mengulang seluruh materi?d. Memberi bimbingan secara khusus bagi siswa yang belum tuntas?e. Memberi tugas latihan secara khusus?f. Pemanfaatan tutor sebaya?g. Tes ulang bagi mereka yang belum tuntas?

3. Apakah pelaksanaan remidial dilakukan berdasarkan permintaan:a. Siswa?b. Guru?c. Ketentuan Sekolah?

4. Apabila remidial tidak dilakukan, disebabkan karena:a. Tidak ada waktu?b. Siswa yang bersangkutan tidak menginginkan mengikuti remidial?c. ...................................................................

10 Program Pengayaan (Depdiknas, 2008: 8; diberikan minimal setelah beberapa KD selesai atau setelah selesai 1 standar kompetensi yang harus dihargai sebagai nilai tambah karena yang boleh menentukan nilai adalah guru sendiri)a. Keberhasilan Program Pengayaan

Mata Pelajaran TerlaksanaPencapaian

(%)Ya Tidak

1. Apa Anda melaksasnakan pengajaran terhadap materi-materi baru?2. Apa Anda memberi tugas yang lebih menantang?3. Apa Anda menyuruh siswa menjawab 10 soal baru dalam 15 menit?4. Apa Anda memperkaya siswa yang tuntas?5. Apa memberi pengembangan keterampilan berpikir?6. Apa membuat pengembangan kreativitas?7. Apa memberi keterampilan memecahkan hal-hal baru?

71

Lampiran 5. RPP Siklus I

72

Lampiran 6. Hasil Tes Siswa Kelas.......... Semester ............ Tahun Pelajaran ........................ Siklus I

No Nama Siswa Nilai

73

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

74

Lampiran 8. Hasil Tes Prestasi Belajar Kelas....... Semester....... Tahun Ajaran....../........ Siklus II

75

Lampiran 9. Masukan-masukan/Saran guru yang Mengobservasi Pembelajaran

1. Saran pada siklus I

a. Agar guru lebih terfokus pada perubahan pengajaran ke pembelajaran

b. Agar lebih memberi rangsangan-rangsangan agar siswa lebih giat untuk

belajar

c. Agar guru lebih memperhatikan keinginan-keinginan siswa

d. Agar Guru mampu mendorong motivasi intrinsik siswa

2. Saran/masukan pada siklus II

a. Giliran siswa tampil sangat mempengaruhi kesiapan mental mereka.

b. ..........................

c. ..............................

d. ......................................

76

Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Penelitian

Variabel Awal

Siklus I Siklus IISkor rata-rata

Rata-rata Kenaikan

% Kenaikan

Skor rata-rata

Rata-rata Kenaikan

% Kenaikan

Prestasi Belajar

77