Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
L A P O R A N
KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI
KE PROVINSI JAWA BARAT
RESES MASA PERSIDANGAN II
TAHUN SIDANG 2017-2018
KOMISI VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya
berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur, Samudera Hindia
di selatan, serta Banten dan DKI Jakarta di barat. Kawasan pantai utara
merupakan dataran rendah. Di bagian tengah merupakan pegunungan, yakni
bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur
Pulau Jawa. Titik tertingginya adalah Gunung Ciremai, yang berada di sebelah
barat daya Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai
Citarum dan Sungai Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa.
Provinsi Jawa Barat terdiri dari 27 kabupaten/kota, meliputi 18
Kabupaten dan 9 Kota, Sedangkan jumlah kecamatan 626, daerah perkotaan
71 dan 3.291 perdesaan. Pada tahun 2013 penduduk Jawa Barat terbanyak
berada di Kabupaten Bogor, yaitu sebesar 5,2 juta jiwa dan diikuti oleh
Kabupaten Bandung 3,4 juta jiwa. Hal ini tidak berbeda dengan kondisi di tahun
sebelumnya. Sedangkan penduduk terkecil berada di kota Banjar yaitu
sebanyak 0,18 juta jiwa.
Minyak dapat ditemukan di sepanjang Laut Jawa, utara Jawa Barat,
sementara cadangan geothermal (panas bumi) terdapat di beberapa derah di
Jawa Barat. Tambang lain sepert Batu gamping, andesit, marmer, tanah liat
merupakan pertambangan mineral yang dapat ditemukan, termasuk mineral
lain yang cadangan depositnya sangat potensial, Emas yang dikelola PT. Aneka
Tambang, potensinya sebesar 5,5 million ton, dan menghasilkan 12,1 gram
emas per ton.
Namun yang terjadi saat ini pembangunan di bidang energi masih
menghadapi tantangan utama, berupa peningkatan yang sangat pesat terhadap
kebutuhan dan konsumsi energi yang tidak diimbangi secara proporsional
oleh ketersediaan sumber-sumber energi. Sumberdaya energi merupakan
sarana produksi dan sarana kehidupan sehari-hari yang memegang peranan
2
penting dalam pembangunan. Ketersediaan energi yang
berkesinambungan,handal, terjangkau dan ramah lingkungan merupakan hal
yang sangat penting dalam pembangunan, baik secara nasional maupun di
daerah. Salah satu daerah yang perlu menjadi perhatian dalam pembangunan di
bidang energi dan sumber daya mineral adalah Provinsi Jawa Barat. Sektor
energi baru dan terbarukan (EBT) yang didorong pengembangannya di Provinsi
Jawa Barat, adalah panas bumi. Data Kementerian ESDM RI menyebut bahwa
potensi panas bumi Jawa Barat mencapai 6.101 MW yang tersebar di 44 titik di
beberapa kab/kota. Angka ini berarti mencapai 20,8 persen dari total potensi
panas bumi Indonesia.
Selain potensi energi yang dimiliki tersebut, sementara ini Provinsi Jawa
Barat juga masih menghadapi permasalahan di bidang energi berupa masih
adanya kekurangan pasokan sumber energi, baik dalam penyediaan bahan
bakar maupun masalah kelistrikan, padahal provinsi ini merupakan salah satu
provinsi yang sebenarnya mempunyai sumber-sumber energi yang cukup besar.
Masalah infrastruktur, pengembangan wilayah dan pemenuhan kebutuhan
listrik juga menjadi prioritas bagi pembangunan di Provinsi Jawa Barat.
Kebutuhan energi listrik akan terus meningkat sejalan dengan berkembangnya
roda pembangunan perekonomian daerah di sektor perindustrian dan
bertambahnya pengguna listrik rumah tangga. Tahun 2013 jumlah pelanggan
listrik sebanyak 10.276.128 dengan daya tersambung 17.998.810.968 VA
sedangk an energi listrik yang terjual 39.931.828.559 kwh. Untuk itu, perlu
melakukan pengawasan langsung terhadap pelaksanaan pembangunan,
khususnya pembangunan di bidang energi dan pemanfaatan sumber daya
mineral agar dapat langsung diketahui tentang masalah yang dihadapi dan
alternatif solusi yang bisa dilakukan.
Kebutuhan energi listrik di Provinsi Jawa Barat pada umumnya meningkat
seiring dengan pertumbuhan daerah, apalagi ini merupakan daerah yang sedang
giat-giatnya melakukan percepatan pembangunan dan pengembangan wilayah.
Dalam percepatan pembangunan diperlukan pasokan sumber energi listrik
untuk mencukupi kebutuhan tersebut, termasuk diantaranya dengan
3
pembangunan pembangkit listrik baru. Untuk itu, perlu peninjauan dan melihat
langsung perkembangan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan dan
kehandalan pasokan listrik.
Selain itu, sebagai provinsi yang terus melakukan pengembangan dan giat-
giatnya melakukan pembangunan, Provinsi Jawa Barat juga perlu
memanfaatkan dan mengembangkan riset dan teknologi untuk akselerasi
pembangunan. Ristek juga perlu menjadi perhatian bagi pemerintah daerah
dalam pengembangannya. Hal penting yang juga harus diperhatikan adalah
tentang perlindungan dan pemanfaatan lingkungan hidup. Perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup harus menjadi pertimbangan utama dalam
pembangunan dan pengembangan wilayah di Provinsi Jawa Barat, agar ke
depan tidak terjadi kerusakan lingkungan hidup akibat salah dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, Komisi VII DPR RI memandang perlu
untuk menjadikan Provinsi Jawa Barat sebagai lokasi kunjungan pada reses
Masa Persidangan II Tahun Sidang 2017 – 2018. Kunjungan ini dalam rangka
melakukan fungsi pengawasan dan merupakan kegiatan untuk menyerap
aspirasi masyarakat dan pemerintah daerah serta stakeholder. Melalui
kunjungan kerja ini diharapkan dapat mendukung pemerintah daerah dalam
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi serta membawa informasi dan data
terkait bidang – bidang kerja Komisi VII DPR RI untuk ditindak lanjuti dalam
menjalankan fungsinya.
1.2. Dasar Hukuum
Dasar Hukum pelaksanaan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI adalah:
1.2.1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
1.2.2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2014 tentang Tata Tertib beserta Perubahannya.
4
1.2.3. Keputusan Rapat Intern Komisi VII DPR RI tentang Agenda Kerja Masa
Persidangan II Tahun Sidang 2017-2018.
1.3. Maksud Dan Tujuan Kunjungan Kerja
Maksud diadakannya Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi
Jawa Barat adalah dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan serta
menyerap aspirasi dan melihat secara langsung perkembangan di daerah
khususnya pengelolaan energi dan sumber daya mineral, lingkungan hidup
serta riset dan teknologi.
Adapun tujuan kunjungan kerja ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan informasi dan melihat secara langsung perkembangan
sektor energi dan sumber daya mineral, lingkungan hidup serta riset dan
teknologi;
2. Mengetahui berbagai persoalan dan masalah yang dihadapi di Provinsi
Jawa Barat khususnya di sektor energi dan sumber daya mineral,
lingkungan hidup serta riset dan teknologi;
3. Mengetahui tingkat efektivitas peran yang dilakukan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah dalam mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi
oleh masyarakat di daerah.
4. Secara khusus, fokus perhatian kunjungan kerja ke Provinsi Jawa Barat
pada kesempatan ini pada sektor penyediaan energi dan pengelolaan
pertambangan mineral dan batubara.
1.4. Lokasi Kunjungan, Waktu Dan Agenda Kegiatan
Kegiatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi Jawa Barat
direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 14 – 18 Desember 2017.
Sedangkan agenda kegiatan Kunjungan Kerja adalah melakukan pertemuan
dengan pihak yang terkait di daerah dan meninjau langsung ke lokasi, dengan
agenda sebagai berikut:
1. Pertemuan dan Peninjauan di PLTU Sumur Adem-Indramayu, dengan
dihadiri oleh: Dirjen Ketenagalistrikan KESDM RI; Direksi PT. PLN
(Persero), beserta jajarannya.
5
2. Pertemuan dan Peninjauan ke PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan,
Indramayu, yang dihadiri oleh: Dirjen Migas Kementerian ESDM RI, Kepala
SKK Migas, Direksi PT. Pertamina (Persero), GM PT. Pertamina MOR II, dan
GM PT. Pertamina (Persero) RU VI, beserta jajarannya,
3. Pertemuan dan Peninjauan jaringan gas PT.PGN (Persero) di kelurahan
Harja Mukti yang dihadiri oleh: Dirjen Migas Kementerian ESDM RI,
Kepala SKK Migas, dan Direksi PT. PGN (Persero), beserta jajarannya,
4. Pertemuan membahas sektor Ketenagalistrikan dan Migas di Prov. Jabar
yang dihadiri oleh: Dirjen Migas Kementerian ESDM RI, Komite BPH Migas,
Kepala SKK Migas, Direksi PT Pertamina (Persero), Direktur PT.
Pertamina EP, Direktur PT. Pertamina Hulu Energi (PHE), Direksi PT. PLN
(Persero), Direksi PT. PGN (Persero) Tbk, Hiswana Migas, dan Direksi
AKR Corporindo, beserta jajarannya
5. Pertemuan di kantor Gubernur Provinsi, yang dihadiri oleh: Gubernur
Prov. Jawa Barat, beserta jajarannya, Pimpinan DPRD Prov. Jawa Barat,
Kapolda Jawa Barat, Bupati dan Walikota Bandung, Dirjen Kementerian
ESDM RI, Dirjen Kementerian LHK RI, Dirjen Kementerian Ristek dan Dikti
RI, Kepala LAPAN, Kepala LIPI, Kepala BPPT, Kepala BIG, Kepala BATAN,
Kepala BAPETEN, Direktur PT. Dirgantara Indonesia, Direksi PT Pertamina
(Persero), Direksi PT. PLN (Persero), Direksi PT. PGN (Persero) Tbk,
Komite BPH Migas, Kepala SKK Migas, dan Hiswana Migas, beserta
jajarannya,
6. Pertemuan dan peninjauan N-219 di PT. Dirgantara Indonesia yang
dihadiri oleh: Dirjen Kementerian Ristek Dikti, Kepala LAPAN, dan
Direktur PT. Dirgantara Indonesia, beserta jajarannya,
7. Pertemuan dan Peninjauan Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda yang dihadiri
oleh:Dirjen Kementerian LHK RI, Kepala LIPI, Direksi PT. PLN (Persero),
dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jabar, beserta jajarannya,
Jadwal dan agenda kunjungan lebih lengkap dalam lampiran.
6
1.5. Sasaran Dan Hasil Kegiatan
Sasaran dari kegiatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi Jawa
Barat adalah melihat langsung untuk memperoleh informasi terkait dengan
bidang Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Lingkungan Hidup (LH), serta
Riset dan Teknologi (RISTEK) serta ketenagalistrikan.
Hasil kegiatan kunjungan Komisi VII DPR RI diharapkan bisa menjadi
rekomendasi untuk ditindaklanjuti dalam rapat-rapat Komisi VII DPR RI dengan
mitra terkait, khususnya dalam melaksanakan fungsi legislasi, pengawasan dan
anggaran.
1.6. Metodologi Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan kunjungan lapangan Komisi VII DPR RI dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan (menghimpun data dan informasi awal sebagai informasi
sekunder, koordinasi dengan pihak terkait, dan persiapan administrasi
kegiatan)
2. Pelaksanaan kegiatan, dilakukan pertemuan dengan berbagai instansi dan
melihat langsung objek kunjungan.
3. Pelaporan, berisi seluruh rangkaian kegiatan dan hasil kegiatan beserta
rekomendasinya.
4. Pembahasan dan tindaklanjut hasil-hasil kunjungan lapangan pada rapat-
rapat Komisi VII DPR RI.
1.7. Anggota Tim Kunjungan Lapangan
Kunjungan kerja ini diikuti oleh Anggota Komisi VII DPR RI yang merupakan
representasi dari tiap-tiap fraksi, Tenaga Ahli Komisi VII DPR RI, Sekretariat
Komisi VII DPR RI, sebagaimana daftar dalam lampiran. Selain itu juga
didampingi oleh mitra Komisi VII DPR RI.
7
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1. Pertemuan dan Peninjauan di PLTU Sumur Adem-Indramayu, dengan
dihadiri oleh: Dirjen Ketenagalistrikan KESDM RI; Direksi PT. PLN
(Persero), beserta jajarannya.
Pertemuan dengan PT PLN (Persero), Direktur Regional Jawa Bagian
Tengah dilaksanakan di PLTUSumur Adem-IndramayuJawa Barat dengan
memperoleh informasi sebagai berikut :
PLTU Indramayu adalah salah satu pembangkit listrik berbahan bakar
batubara dari 10 pembangkit lainnya (Lontar 3x315 Mw, Suralaya #8
1x625 Mw, Labuan 2x300 Mw, Pelabuhan Ratu 3x350 Mw, Adipala 1x660
Mw, Pacitan 2x316 Mw, Paiton #9 1x660 Mw, Tj.Anwar2 2x350 Mw,
Rembang 2x330 Mw dan Indramayu 3x330 Mw) yang dibangun
berdasarkan penugasan Pemerintah untuk melakukan percepatan
diversifikasi energy pembangkit tenaga listrik ke non bahan bakar Minyak.
Peningkatan Kinerja tahun 2017 didukung oleh penyelesaian program
unggulan hasil kajian Reliability, Efficiency, Outage dann Operation
Management, sesuai Manajemen Aset Pembangkitan yang diterapkan oleh
PJB. PLTU Sumur Adem sebagai salah satu percontohan bagaimana
pengelolaan pembangkit PLTU 10.000 Mw.
Dari 821 Pekerja Rutin di PLTU Indramayu, terdapat 498 orang atau
setara 60,73% karyawan yang merupakan warga lokal. Selain pekerja
rutin, terdapat pula pengusaha lokal yang tergabung dalam mitra kerja
PLTU Indramayu.
PT PLN (Persero) berusaha mengelola pembangkit yang baru pertama kali
digunakan di Indonesia (produk China), sebelumnya banyak
menggunakan mesin dari Eropa dan jepang yang relative harganya jauh
lebih mahal dibandingkan pembangkit dari China, tetapi dari segi
perawatan/maintenancenya perlu dilakukan pengecekan setiap harinya
(ada cek list hariannya). Untuk pengawasan terhadap pembangkit dari
China tidak seperti pembangkit dari Jepang/Eropa tidak perlu dilakukan
8
perawatan secara intensif, dalam proses pembelian pembangkit dari China
pihak PLN melakukan kontrol mulai dari bahannya, cara
pembuatan/prosesnya sampai pembangkit tersebut didatangkan ke
Indonesia. Pada saat pembangkit sudah menghasilkan energy/COD
diberlakukan garansi 1 th dan setelah itu dilakukan pengecekan terhadap
spare part pembangkit apakah diperlukan penggantian atau tidak.
Dalam pengembangan ke depannya terhadap pembangkit yang sudah ada
(1x1000 Mw) masih ada kendala ijin dari Bupati meskipun pihak PLN
sudah mempunyai ijin lingkungan. Dan terkait status lingkungan yang
menjadi perhatian di PLTU Sumur Adem dari status biru perlu
ditingkatkan ke Gold.
Terkait penyederhanaan harga Listrik masih tergantung terhadap harga
energy primer yang berbasis batu bara walaupun pihak PLN sudah
melakukan efisiensi dalam pengoperasian pembangkitnya. Pengadaan
kontrak batu bara selama 20th yang diperbarui setiap tahunnya, harga
batu bara mengikuti aturan dari Minerba per 3 bulan terakhir (Okt,Nov
dan Desember) dan diberlakukan pada bulan Januari nya. Pemerintah
perlu mengatur kembali harga batu bara tersebut karena kuantitas sudah
ditetapkan tetapi harga masih belum ditetapkan
Gambar 1. Pertemuan dan kunjungan tim kunker Komisi VIII DPR RI ke
PT. PLN (Persero) Indramayu
9
2.2. Pertemuan dan Peninjauan ke PT. Pertamina (Persero) RU VI
Balongan, Indramayu, yang dihadiri oleh: Dirjen Migas Kementerian
ESDM RI, Kepala SKK Migas, Direksi PT. Pertamina (Persero), GM PT.
Pertamina MOR II, dan GM PT. Pertamina (Persero) RU VI, beserta
jajarannya,
Dalam pertemuan ini diperoleh informasi sebagai berikut:
Pengolahan Minyak di Indonesia tidak semuanya bisa diolah di Kilang
Indonesia karena ada spek yang tidak cocok sehingga perlu diolah di
kilang minyak luar negeri (import 1 jt barel/hr). Pertamina memiliki
template capacity sudah mencapai 1 jt barel/hr tetapi kilang baru
beroperasi 850-900 barel/hr, 50% berasal dari domestic crude yang
diolah di kilang minyak Pertamina.
Ketersediaan Crude yang terbatas diperlukan cadangannya yang terbentur
dengan pembelian dengan harga lebih mahal dan jenis sweet crude yang
hanya ada didaerah Afrika Barat. Jenis crude yang diolah adalah type
sweet crude dengan kadar sulfur kurang dari 0.42%. Dalam penanganan
kontrak bagi hasil di hulu atau yang dikenal dengan pembayaran cost
recovery melalui volume crude yang menjadi hak kontrakor untuk
membawa ke luar pengolahannya atau menjual kembali ke Pertamina.
Kendala yang dihadapi Pertamina dalam pembelian crude dari Company
trading terbentur adanya Pajak. Ini merupakan salah satu factor
Pertamina harus upgrading kilang-kilang yang ada dari kemampuan
pengolahan minyak type sweet crude menjadi Sour crude dengan harga
yang lebih murah.
10
Gambar 2. Pertemuan dan kunjungan tim kunker Komisi VIII DPR RI ke
Kilang Balongan PT. Pertamina (Persero)
2.3. Pertemuan dan Peninjauan jaringan gas PT.PGN (Persero) di
kelurahan Harja Mukti yang dihadiri oleh: Dirjen Migas Kementerian
ESDM RI, Kepala SKK Migas, dan Direksi PT. PGN (Persero), beserta
jajarannya,
Dalam pertemuan ini diperoleh informasi sebagai berikut:
Telah melaksanakan kerjasama dengan BUMD Pemprov Jawa Barat dalam
kegiatan pengaliran gas di Cirebon dan Majalengka. Proyeksi Total
Demand Gas hingga 2027 dari 60 potensi industry di Cirebon dan
Majalengka.
Jargas Rumah Tangga Cirebon mulai operasi th 2014, 3.844 sambungan
yang masih aktif, 25 rerata pemakain Gas per Bulan (m3), 42 rata-rata
tagihan Bulanan (ribu rupiah). Untuk rencana pengembangannya 3.100
pada tahun 2018.
PGN telah menyiapkan Cirebon sebagai Kota Berbasis Energi Gas Bumi
dan telah menyediakan infrastruktur Gas Bumi untuk menjamin
ketahanan energy.
PGN telah melayani seluruh sector Pelanggan, mulai dari Industri,
Komersial dan Rumah Tangga. Untuk keberlangsungan penyaluran gas ke
11
pelanggan dalam jangka panjang, penjamin pasokan gas perlu mendapat
dukungan dari semua pihak.
PGN siap bersinergi untuk mendukung program-program pembangunan
ekonomi Pemerintah Daerah demi memberikan nilai tambah tidak hanya
bagi perusahaan, namun juga bagi stakeholder lainnya termasuk
pemerintah, masyarakat, dan pelanggan akhir gas bumi.
Gambar 3. Pertemuan dan kunjungan tim kunker Komisi VIII DPR RI ke
PT. PGN (Persero) Cirebon
2.4. Pertemuan membahas sektor Ketenagalistrikan dan Migas di Prov.
Jabar yang dihadiri oleh: Dirjen Migas Kementerian ESDM RI, Komite
BPH Migas, Kepala SKK Migas, Direksi PT Pertamina (Persero),
Direktur PT. Pertamina EP, Direktur PT. Pertamina Hulu Energi
(PHE), Direksi PT. PLN (Persero), Direksi PT. PGN (Persero) Tbk,
Hiswana Migas, dan Direksi AKR Corporindo, beserta jajarannya
Dalam pertemuan ini diperoleh informasi sebagai berikut :
- PT Pertamina EP asset 3 memiliki 3 field di Provinsi Jawa Barat, yaitu :
Field Tambun sebesar 24,77 MMSCFD berada pada Kabupaten Bekasi dan
Kabupaten Kerawang, Field Subang sebesar 219,55 MMSCFD berada pada
Kabupaten Subang dan Kabupaten Kerawang, dan Field Jatibarang sebesar
12
44,30 MMSCFD untuk wilayah Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu,
dan Kabupaten Majelengka.
- Profil produksi minyak/kondensat area Jawa Barat tahun 2013-2017 yaitu
pada tahun 2013 (PEP Aset 3: 14.023 BOPD dan PHE-ONWJ: 38.283
BOPD), tahun 2014 (PEP Aset 3: 13.989 BOPD dan PHE-ONWJ: 40509
BOPD), tahun 2015 (PEP Aset 3: 12.298 BOPD dan PHE-ONWJ: 40.031
BOPD), tahun 2016 (PEP Aset 3: 9.796 BOPD dan PHE-ONWJ: 35.829
BOPD), dan tahun 2017 (PEP Aset 3: 9.715 BOPD dan PHE-ONWJ: 32.481
BOPD).
- Profil produksi Gas Bumi area Jawa Barat tahun 2013-2017 yaitu pada
tahun 2013 (PEP Aset 3: 419,29 MMSCFD dan PHE-ONWJ: 207,81
MMSCFD), tahun 2014 (PEP Aset 3: 383,80 MMSCFD dan PHE-ONWJ:
186,16 MMSCFD), tahun 2015 (PEP Aset 3: 343,27 MMSCFD dan PHE-
ONWJ: 179,24 MMSCFD), tahun 2016 (PEP Aset 3: 316,64 MMSCFD dan
PHE-ONWJ: 156,18 MMSCFD), dan tahun 2017 (PEP Aset 3: 299,98
MMSCFD dan PHE-ONWJ: 123,52 MMSCFD).
- Ringkasan Pencapaian KPI SKK Migas tahun 2017 sebagai berikut :
1. Penahanan laju produksi tahun 2017, target pencapaian rata-rata
decline rate produksi minyak bumi nasional <5%. Realisasi terhadap
target 3.5% tercapai.
2. Peningkatan cadangan minyak dan gas, pencapaian Reserve
Replacement Ratio pada tahun 2017 untuk minyak dan gas bumi
sebesar 60% (barrel oil equivalent). Realisasi terhadap target 109,8%
tercapai.
3. Pencapaian target Lifting minyak dan gas sesuai target komisi
pengawas (APBN 2017) :
a. Minyak ; 815 Mbopd (lifting minyak : 825 Mbopd), realisasi 803,8
Mbpod / 97%.
b. Gas ; 6.440 MMscfd (lifting gas : 7.140 MMscfd), realisasi 6.405
MMscfd / 90%.
c. Migas ; 1.965 MBOEPD (lifting minyak dan gas : 2.100 Mboepd),
realisasi 1.947 Mboepd / 93%.
4. Pengendalian atas Cost Recovery sesuai target Komisi Pengawas
(APBNP 2017 : us$10,71 Miliar), realisasi Cost Recovery : usd 10,49
Miliar.
13
5. Realisasi penerimaan Negara sesuai target APBN 2017 (APBN 2017 :
us$ 10,91 Miliar), target pencapaian realisasi penerimaan Negara :
usd 10,91 Miliar.
6. Perbaikan Tata Kelola :
a. Laporan keuangan SKK Migas tahun 2016 mendapat status
“Wajar Tanpa Pengecualian” (WTP)
b. Implementasi Enterprise Resource Planning (ERP) dapat
menghasilkan laporan Posisi Keuangan (financial Statement) SKK
Migas yang akuntabel, transparent dan terintegrasi.
- Rencana Kegiatan Eksploitasi Tahun 2018 PT.PHE ONWJ (Offshore North
West Java) pada tahun 2017 dan 2018 diantaranya :
1. Akuisisi Seismic dikerjakan tahun 2018 ( 2D, 1400 Km )
2. Bor Eksplorasi dikerjakan tahun 2018 (KKX-1)
3. Bor Pengembangan pada tahun 2017 sudah dikerjakan 5 sumur dan
pada tahun 2018 sudah dikerjakan 5 sumur dan 3 sumur
pengembangan baru SPA.
4. Pipeline (sectional replacement), untuk tahun 2017 2 pipeline dan
pada tahun 2018 ditingkatkan menjadi 3 pipeline
- Kegiatan Community Development pada tahun 2017 sebagai berikut:
pendidikan sebesar 1,850,337 USD, kesehatan sebesar 353,901 USD,
lingkungan sebesar 403,922 USD, ekonomi sebesar 2,689,708 USD dan
infrastruktur sebesar 492,896 USD.
- Alur Proses Pelaksanaan Program Community Development :
1. Melakukan Pemetaan Sosial (social Mapping) bekerjasama
dengan salah satu perguruan tinggi, dilakukan observasi
langsung (wawancara langsung kebutuhan yang diperlukan)
kepada masyarakat maupun Pemerintah daeah setempat
maupun observasi pemangku masyarakat lainnya.
2. Mengumpulkan aspirasi dan masukan masyarakat saat
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (musrenbang) Pemda
Kabupaten mulai musrenbang tingkat kelurahan, tingkat
kecamatan maupun tingkat kabupaten.
14
3. Membuat Surat Kesepakatan Bersama (SKB) yang
ditandatangani oleh KKKS, Lurah dan Camat setempat sebagai
hasil final program TJS yang disepakati dan sesuai anggaran dan
program yang disetujui SKK Migas.
4. Melaksanakan program bersama-sama para pihak terkait dan
dilaksanakan secara swakelola bersama masyarakat ataupun
tender di KKKS.
5. Melakukan monitoring dan evaluasi (Monev) kegiatan.
- Fasilitas Penyimpanan dan Lembaga Penyalur AKR sejak tahun 2010
diantaranya penambahan volume kapasitas tangki penyimpanan AKR
sebesar 167.501 KL sampai tahun 2017 mencapai 666.000 KL. Retail
Lembaga Penyalur (SPBKB & SPBN) AKR 2017 & 2018 sudah melayani 12
Wilayah Propinsi, 79 Kota/Kabupaten, 10 Depot/Terminal dengan 142
unit penyalur.
- Aspirasi dari AKR Corporindo mengalami kendala antara lain Kesulitan
nelayan dalam mengurus Surat Rekomendasi Per Pengisian BBM
Bersubsidi di Lapangan, seperti yang dikarenakan oleh jarak pengurusan
dari kampung nelayan ke kantor DKP yang letaknya jauh dari sebagian
wilayah. Sehingga para nelayan tersebut memerlukan biaya transportasi
lagi untuk pengisian BBM.
- Sehubungan dengan pembatasan-pembatasan pengisian BBM Solar
Bersubsidi di SPBKB / SPBN yang diberlakukan AKR, yang merupakan
bagian dari pengawasan untuk ketepatan sasaran pendistribusian JBT, hal
ini kadang menyebabkan SPBKB / SPBN AKR mendapatkan complain dari
Konsumen/Nelayan sehubungan dengan pembatasan-pembatasan yang
diberlakukan tersebut.
-
15
Gambar 4. Pertemuan tim kunker Komisi VIII DPR RI dengan SKK Migas,
KKKS, dan Kementerian ESDM RI di Cirebon
2.5. Pertemuan di kantor Gubernur Provinsi, yang dihadiri oleh:
Gubernur Prov. Jawa Barat, beserta jajarannya, Pimpinan DPRD
Prov. Jawa Barat, Kapolda Jawa Barat, Bupati dan Walikota Bandung,
Dirjen Kementerian ESDM RI, Dirjen Kementerian LHK RI, Dirjen
Kementerian Ristek dan Dikti RI, Kepala LAPAN, Kepala LIPI, Kepala
BPPT, Kepala BIG, Kepala BATAN, Kepala BAPETEN, Direktur PT.
Dirgantara Indonesia, Direksi PT Pertamina (Persero), Direksi PT.
PLN (Persero), Direksi PT. PGN (Persero) Tbk, Komite BPH Migas,
Kepala SKK Migas, dan Hiswana Migas, beserta jajarannya,
Dalam pertemuan ini diperoleh informasi sebagai berikut:
Pemerintah Provinsi Jawa Barat sangat senang atas kedatangan Tim
Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI.
Dalam bidang Energi sumber daya Mineral, Ristek dan Ipti serta
Lingkungan Hidup Kehutanan yang merupakan lingkup kerja
Komisi VII, Saat ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai
provinsi yang berbatasan langsung dengan ibu kota memainkan
peranan penting dalam pembangunan Nasional terutama :
1. Produsen Beras terbesar Nasional
2. Kontributor Energi Listrik Nasional terbesar
16
3. Penanaman Modal Asing terbesar ( untk PMDN ke-2 setelah
Jawa Timur )
4. Kontributor ekspor industry manufactur nasional terbesar
hampir 60 %
5. Memiliki berbagai perguruan tinggi kelas dunia dan instalasi
vital nasional.
Dari aspek SDM selain memiliki jumlah penduduk terbesar saat ini
mencapai 47 jt jiwa, hampir 18% angkatan kerja nasional dari
investasi industri manufactur sehingga terjadi 64% migrasi ke
provinsi Jawa Barat. Maka dari itu ketahanan energi, peningkatan
akses dan mutu pendidikan, pengembangan pemanfaatan hasil riset
dan teknologi serta peningkatan daya dukung dan kualitas
lingkungan hidup menjadi issue strategis yang harus menjadi
perhatian seluruh stakeholder pembangunan di Jawa Barat.
Pokok permasalahan utama dalam bidang energy antara lain:
1. Pengembangan energy baru terbarukan dan konservasi energy
dengan kegiatan unggulan jasa mandiri energy melalui
pengembangan pembangkit listrik tenaga air berskala mikro /
Micro Hydro serta program listrik pedesaan untuk mewujudkan
rasio elektrifikasi 100%.
2. Bidang Riset dan pengembangan penelitian Iptek saat ini
Pem.Prov.Jabar telah memiliki badan khusus yaitu BP2D yang
focus utamanya adalah pengembangan inovasi daerah dalam
berbagai sector sesuai dengan potensi wilayah komoditas
unggulan di Jawa Barat yaitu :
a. Pada bidang pertanian, perikanan, peternakan dan
perkebunan yang dilaksanakan secara kolaburatif bersama
perguruan tinggi, pemerintah, industry dan masyarakat Jawa
Barat telah mendapatkan 5 kali penghargaan Budi Pura oleh
Pemerintah hasil dari pengembangan dan inovasi Ikan Patin,
17
Ikan Lele Sangkuriang, Indigovera, penghijauan Pakan
Ternak, serta Kopi.
3. Dalam bidang Lingkungan Hidup fokus concern utama Pem.Prov
Jabar adalah perlindungan ekosistem hutan dan pantai,
rehabilitasi hutan dan lahan kristis, serta revitalisasi daerah
aliran sungai ( DAS ) program unggulannya antara lain :
a. Gerakan Ecovillage yang melibatkan masyarakat,
b. Gerakan tanam dan pelihara hutan,
c. Pengelolaan Hutan Lestari,
d. Perencanaan Pembangunan berwawasan Lingkungan
bersama Pemerintah Kebun Kota,
e. Selain itu secara intensif membangun kebersamaan dengan
pihak Swasta dan pemimpin informal untuk menumbuhkan
perilaku masyarakat berbudaya lingkungan.
Dalam masalah penanganan sampah Sungai Citarum sudah
ada program gerakan Citarum Lestari, membentuk
diberbagai desa masyarakat ecovillage persoalan yang non-
struktural dan yang cultural menjadi perhatian khusus. Saat
ini sungai Citarum yang awalnya sebagai sungai terkotor
sudah berubah tidak ada sampah kembali tetapi menjadi
hitam dikarenakan limbah cair industri, sehingga menjadi PR
kedepan bagaimana membina pengusaha-pengusaha
industry tersebut.
1) Pokok-pokok Paparan Ketua Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI
ke Provinsi Jawa Barat, antara lain :
Bidang energi yang akan dibicarakan tentang ketahanan, keamanan,
kemandirian dan kedaulatan energi. Sektor energi adalah siklus
peradaban seperti halnya dengan sektor pangan, apabila tidak ada
pangan tidak ada kehidupan tetapi tidak akan ada peradaban
apabila tidak ada energi. Seluruh yang terkait dengan sektor energi
18
menjadi sangat penting dari mulai pertamina EP, PHE, dan seluruh
yang dibawah SKK Migas sebagai penghasil energi primer yang
tentu menjadi sangat penting untuk mendukung energi. Begitupun
PLN keberadaannya menjadi sangat penting dari seluruh sisi
pembangkit maupun pendistribusiannya.
Dari hasil peninjauan PGN di Cirebon sudah ada sekitar 4.000 home
conection yang langsung dari sumur yang dimiliki oleh SKK Migas
dan Kementrian ESDM langsung disalurkan kepada masyarakat dan
adanya efisiensi terhadap penggunaan Gas. Masyarakat yang
biasanya mengeluarkan biaya harian Rp80-100 ribu per bulan
untuk membeli gas LPG bersubsidi sekarang hanya butuh Rp30 ribu
dengan cara home connection jaringan gas alam PGN tersebut.
Tentu ini tidak terlepas dari dukungan kementrian ESDM yang
setiap tahunnya memprogramkan revitalisasi dan menambah
jumlah home connection ke rumah-rumah masyarakat yang perlu
support dari pemerintah provinsi. Jadi kedepannya anggaran bukan
hanya disiapkan dari kementrian ESDM tetapi oleh Pemerintah
provinsi, kabupaten/kota untuk menambah Jaringan Gas / Jargas
oleh PGN agar bisa dimanfaatkan bagi masyarakat banyak.
Pada kunjungan ke PLTU Sumur Adem ( PJB Indramayu ) sudah
banyak perubahan, tampak lebih bersih kawasan plantnya dan
pengelolaan kawasan Industrinya bisa dijadikan contoh meski
perawatannya sangat tinggi dikarenakan pembangkit (existing)
disana seluruhnya made in China.
Hasil kunjungan ke Pertamina RU VI Balongan akan melakukan
pengembangan dan perlu ditingkatkan kapasitasnya karena masih
undercapacity untuk memenuhi seluruh kebutuhan BBM diseluruh
Indonesia yang menjadi tugas besar di Pertamina.
Kegiatan selanjutnya akan melakukan kunjungan ke Taman Hutan
Raya Juanda untuk melihat adanya potensi PLTA eksisting yang
19
tentunya sebagai kawasan konservasi dan bisa dikembangkan ke
depannya kepada energi-energi lainnya.
Kunjungan terakhir ke PT.Dirgantara karena adanya kerjasama
dengan mitra kerja Komisi VII yaitu Lapan mengenai
pengembangan terhadap N-219 sebagai kebanggaan PT.Dirgantara
dan Lapan yang tentunya tidak terlepas dari dukungan Provinsi
Jawa Barat.
2) Paparan dari Direktur Regional Jawa Bagian Tengah PT PLN (Persero)
Overview PLN Jawa Barat Ratio Elektrifikasi sudah 99.85% dan
peresmian di dusun-dusun yang belum teraliri listrik bersama
Wagub Jawa Barat di Tasik sudah 322 dusun dan bulan februari
2018 akan ditargetkan 600 dusun.
Rencana Pengembangan Kelistrikan Jawa Barat untuk kebutuhan
Industrinya dan sudah ada permintaan 1.200 MW terutama di
daerah Krawang Bekasi.
Target 100% di 2019 untuk daerah dusun-dusun yang belum
teraliri listrik.
3) Paparan dari PT PGN, Tbk (Persero)
1. Telah melaksanakan kerjasama dengan BUMD Pemprov Jawa Barat
dalam kegiatan pengaliran gas untuk pelanggan Industri di
sepanjang Bekasi-Krawang-Cikampek yang merupakan kawasan
Industri. Selain kawasan tersebut Bogor-Sukabumi sudah dilayani
sampai dengan pabrik Aqua dan rencananya bersama kementrian
ESDM pengembangan ke depannya untuk menghubungkan pipa Gas
dari Barat ke Timur.
2. Gas yang dibawa berasal dari Sumatera Selatan (Grisik dan Pagar
Dewa) yang didaratkan di Muara Bekasi melalui instalasi pipa ke
pelanggan-pelanggan rumah tangga dan transportasi, instalasi pipa
PGN baru mencapai Purwakarta (ujung pipa PGN), rencana akan
dikembangkan ke Kota Bandung untuk pengembangan kebutuhan
Industri.
20
4) Paparan SKK Migas
Ada 2 (dua) hal yang disampaikan dalam kesempatan pertemuan ini,
yaitu :
PT.Pertamina EP dan PHE menghasilkan 400 mm skalf digunakan
untuk industry umum, 46% untuk kebutuhan Listrik, dan hanya
sebagian kecil untuk jaringan gas yang langsung dinikmati oleh
masyarakat terkait adanya komitmen penjualan dari PT.Pertamina
EP dan PHE.
Jaringan Gas (JarGas) yang perlu ditingkatkan untuk masyarakat
kecil dan menengah tergantung adanya pasokan gas dari sektor
hulunya karena selain untuk keperluan rumah tangga/memasak
bisa digunakan sebagai usaha untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
5) Paparan PT.Pertamina MOR III
Terkait kelangkaan tabung gas 3 kg sudah teratasi dengan
menambah pasokan yang ada.
6) Paparan KemenRistek Dikti, Lippi, Lapan, Big, PT.DI dan Bappetan
Terkait Lippi daerah penelitiannya ada di Bandung, Bogor, dan
Cibinong bekerjasama dengan Pemprov Jawa Barat. Bidang energy
menjadi perhatian terhadap pengembangan energy baru dan
terbarukan khususnya untuk elektrifikasi didaerah terpencil,
seperti Biogas, Tenaga Surya, Tenaga Air, Micro Hydro dan Tenaga
Angin.
LAPAN memiliki lokasi penelitian di Tangerang, Pusat Roket. Kalau
di Bandung Deputi science yang mengamati antariksa angkasa dan
awan serta uji coba peluncuran roket. Adanya kendala karena
banyak daerah peluncuran roket tersebut menjadi objek wisata.
BIG ada di Cibinong untuk penelitian terhadap remote sensing dan
aplikasi Geopartial.
Bapetan yang mengawasi semua penggunaan bahan-bahan nuklir
untuk aplikasi kesehatan dan industry
21
Gambar 5. Pertemuan dan kunjungan tim kunker Komisi VIII DPR RI ke
Pemerintah Provinsi Jawa Barat
2.6. Pertemuan dan Peninjauan Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda yang
dihadiri oleh:Dirjen Kementerian LHK RI, Kepala LIPI, Direksi PT.
PLN (Persero), dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jabar,
beserta jajarannya,
Dalam pertemuan ini diperoleh informasi sebagai berikut:
Aspirasi dari Ditjen Kementerian LHK RI
Peresmian dari tahun 1985 melalui Keppres , Luas 528 ha Taman Hutan
Raya (TAHURA) H.Juanda yang tipe ekosistemnya bervarian atau
pinggiran sungai, memiliki fungsi sangat strategis khususnya untuk
kawasan bandung raya bagian utara sebagai benteng terakhir menjaga
keseimbangan ekosistem hutan alam yang masih tersisa di bandung.
Fungsi utamanya sebagai konservasi alam, lingkungan, tumbuhan maupun
Faunanya serta pendidikan, penelitian dan wisata.
Pada tahun 2006 ada kajian untuk perluasan Taman Hutan Raya diusulkan
2.772 ha yang terkendala masalah sosialisasi kepada masyarakat mulai
dari batas Cihideung, Cibodas sampai ke Kampus Unpad Jatinangor dan
menyambung dengan tanah milik PemProv Jawa Barat (hutan daerah /
leuweung Pajajaran).
Adanya Pembangkit Listrik Tenaga Air/PLTA tertua dengan kapasitas 3.8
Mw yang memiliki sejarah penyediaan listrik untuk masyarakat Bandung
22
sejak jaman Belanda. Kendala yang dihadapi adanya aktifitas masyarakat
khususnya di Lembang dan sekitarnya terkait sampah, kotoran hewan
yang akan berpengaruh terhadap kualitas air yang sebagian diolah mejadi
bahan baku PDAM kota Bandung.
Sedangkan Aspirasi dari PT. Indonesia Power sebagai pengelola (total
pembangkit yang dikelola 14.500 Mw)
Hydro Electric Power Plant ( HEPP ) / PLTA Bengkok
Sub Unit PLTA Bengkok merupakan salah satu sub unit dari unit
pembangkit Saguling. PLTA Bengkok berlokasi di desa Ciburial, Kec
Cimenyan Kab, Bandung Jawa Barat dengan Total Kapasitas Daya Listrik
3.85 MW.
Hydro Electric Power Plant( HEPP ) / PLTA Bengkok sudah hampir 100
tahun yang berdiri sejak th1923. Kendala yang dihadapi dalam
menjaga/maintenance PLTA dimanapun adalahsedimentasi karena
langsung berkorelasi dengan usia waduk. Usia waduk berkurang jika
kapasitas waduk yang ditampung volumenya airnya akan berkurang.
Gambar 6. Pertemuan dan kunjungan tim kunker Komisi VIII DPR RI ke
Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda
23
2.7. Pertemuan dan peninjauan N-219 di PT. Dirgantara Indonesia yang
dihadiri oleh: Dirjen Kementerian Ristek Dikti, Kepala LAPAN, dan
Direktur PT. Dirgantara Indonesia, beserta jajarannya,
Dalam pertemuan ini diperoleh informasi sebagai berikut:
Meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah terpencil dan
perbatasan melalui ketersediaan sarana transportasi udara perintis.
Menumbuhkan industri penerbangan nasional, meliputi : industry utama
penerbangan (PT Dirgantara Indonesia), industry pendukung (avionic &
elektronika,mekanika, manufacturing & permesinan, karet & Ban, Interior
dll) dan industry pengopersian pesawat terbang (airliner, air charter,
cargo maupun penumpang).
Meningkatkan kemandirian nasional dalam penguasaan teknologi dan
Produksi sarana transportasi udara melalui penelitian dan pengembangan
yang berkesinambungan.
Pertumbuhan jumlah penumpang udara di Indonesia selalu meningkat
tajam dari tahun ke tahunnya.
Dari 310 bandara udara yang ada di Papua, 90% nya mempunyai
keterbatasan panjang landasan yaitu kurang dari 800 meter, yang hanya
mampu didarati oleh pesawat kecil sekelas pesawat N219.
Terbatasnya Pesawat Udara Komuter Kapasitas 19 penumpang sebagai
pesawat komuter, feeder dan pembuka isolasi wilayah-wilayah Indonesia
dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa, serta
mengembangkan Industri Kedirgantaraan Nasional.
Kekurangan Anggaran dalam Pengembangan dan Pembangunan Pesawat
N-219 sebesar 81,833,713,778 IDR. Komisi VII DPR RI sepakat
kekurangan anggaran ini akan dibahas di APBN Perubahan 2018 antara
Kemristekdikti , LAPAN, PT DI dan Komisi VII DPR RI, sehingga
penyelesaian Project N219 tidak lagi terkendala oleh ketersediaan
anggaran. Sementara soal komersialisasi akan menjadi tanggung jawab PT
Dirgantara Indonesia.
24
Gambar 7. Pertemuan dan kunjungan tim kunker Komisi VIII DPR RI ke
PT. Dirgantara Indonesia (PTDI)
BAB III
KESIMPULAN
1) Domestic Market Obligation (DMO) batubara secara aturan telah memiliki
payung hukum yang sebesar 25% belum dapat diimplementasikan secara
baik. Untuk itu, perlu dukungan dari Komisi VII DPR RI untuk dapat
mendorong agar dapat dilaksanakan dalam mensupplai kebutuhan batu
bara pada pembangkit di dalam negeri.
2) Tim Kunjungan kerja Komisi VII DPR RI kepada BPH Migas untuk
menyampaikan formula perhitunganalokasi gas, untuk keperluan
komersial, rumah tangga, industri dan lainnya.
3) Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI bersepakat dengan Direktur
Utama PT. PGN (Persero) untuk meningkatkan pemanfaatan Corporate
Social Responsibility (CSR) bagi konsumen jaringan gas agar dapat
meningkatkan perekonomian bagi masyarakat.
4) Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI memperoleh informasi bahwa
pada tahun 2019 direncanakan terdapat alokasi gas dari lapangan Parigi
yang dapat dipergunakan mensupplai kebutuhan jaringan gas kota.
25
5) Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI bersepakat dengan Dirut PT.
Pertamina Hulu Energi (PHE) untuk menyampaikan kelengkapan data
sumur aktif, non aktif dan intermittent serta estimasi perkiraan usia
kemampuan sumur tersebut.
6) Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI bersepakat dengan SKK Migas
agar menyampaikan alokasi anggaran Corporate Social Responsibility
(CSR) masing-masing Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) kepada
Komisi VII DPR RI pada rapat dengar pendapat di masa sidang III tahun
sidang 2017-2018.
7) Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI merekomendasikan untuk
diagendakan rapat dengar pendapat dalam panja migas Komisi VII DPR RI
dengan seluruh GM PT. Pertamina (Persero) MOR I hingga MOR VIII dan
Dirut PT. AKR Corporindo untuk membahas pendistribusian BBM
Bersubsidi.
8) Tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI merekomendasikan untuk
diagendakan rapat dengar pendapat dengan Kepala LAPAN dan Direktur
Utama PT. Dirgantara Indonesia guna membahas pengembangan rancang
bangun pesawat N-219.
BAB IV
PENUTUP
Demikian Laporan Kegiatan Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke
Provinsi Jawa Barat, dengan harapan dapat sebagai masukan dalam
menjalankan tugas-tugas konstitusional.
Jakarta, Desember 2017
Komisi VII DPR RI
Ketua Tim,
DR. IR. EMAN HERMAN KHAERON,MSI