Upload
hendra-setiawan-pangaribuan
View
52
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Praktikum Kewirausahaan
PEMBUATAN PUPUK
Hendra pangaribuanNPM : E1J012075
Shift: 1. Senin (08.00-10.00)
Fakultas PertanianUniversitas Bengkulu
2013
BAB1. PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organic seperti
tanaman, hewan, atau limbah organic lainnya. Kompos yang digunakan sebagai pupuk
disebut pupuk organic karena bahan penyusunnya terdiri dari bahan-bahan organic. Sifat
kompos adalah :
1) memperbaiki struktur tanah
2) memperbesar daya ikat tanah berpasir
3) meningkatkan daya ikat air pada tanah
4) memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah
5) mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara
6) membantu pelapukan bahan mineral
7) memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikroba
8) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan.
Larutan Effective Microorganism 4 (EM4) ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo
Higa dari Universitas Ryukyus Jepang dengan kandungan mikroorganisme sekitar 80 genus.
Mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan
bahan organik. Dalam proses fermentasi bahan organik, mikroorganisme akan bekerja dengan
baik apabila kondisinya sesuai, yaitu apabila dalam kondisi anaerob, pH rendah (3-4), kadar
gula tinggi, kadar air 30-40%, dan suhu sekitar 40-50oC.
Kompos yang dihasilkan melalui proses fermentasi dengan pemberian EM4 dinamakan
BOKHASI. Kata BOKHASI diambil dari bahasa Jepang yang artinya bahan organik yang
terfermentasi.
2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar para praktikan dapat mengetahui dan memahami
tentang:
1. Proses pembuatan bokashi.
2. Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan bokashi.
3. Kegunaan bokashi bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan
sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80%
merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan
kembali. sampah organik dibedakan menjadi sampah organik yang mudah membusuk (misal:
sisa makanan, sampah sayuran dan kulit buah) dan sampah organik yang tidak mudah
membusuk (misal : plastik dan kertas) (Anonymous, 2004).
Bokashi adalah fermentasi bahan organik (sisa panen, sekam, kotoran ternak dll)
dengan bantuan Effective Microorganisms. Aplikasi di lahan pertanian dapat membantu
memperbaiki struktur fisik kimia dan biologi tanah. Infomasi lebih lengkap mengenai
Effektive Mikroorganisme sebagai berikut: Diambil dari brosur PT Songgolangit Persada
Effektive Mikroorganisme atau yang dikenal dengan nama EM, ditemukan pertama kali oleh
Prof. Teruo Higa dari University Ryukyus, Okinawa, Jepang (Gasol, 2008).
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian
bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4). Keunggulan
penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu
yang relatif singkat dibandingkan dengan cara konvensional. Ada banyak merk EM yang
beredar dipasaran baik buatan lokal maupun formula import, misalnya Stardec, Orgadec dan
EM4. Fungsinya sama karena mengandung Azotobacter sp, Lactobacillus sp, ragi, bakteri
fotosintetik dan jamur pengurai selulosa.
Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan
pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk
gergajian. Namun bahan yang paling baik digunakan sebagai bahan pembuatan bokashi
adalah dedak karena mengandung zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme
(Kusumaningwarti, 2009)
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan
organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan
pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat
terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang,
pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
(Handayani, 2009).
Sampah organik yang dihasilkan oleh proses pengemasan di tingkat pengepul tersebut
ternyata memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan menjadi pupuk kompos.
Pengolahan pupuk kompos dapat dilakukan dengan hanya menimbun samapah organik
tersebut dalam tanah untuk ditunggu selama kurang lebih tiga bulan dan kemudian menjadi
kompos, atau dapat dilakukan dengan bantuan mikroorganisme khusus yang dapat mengubah
sampah organik tersebut menjadi pupuk kompos dalam hitungan hari.
Terdapat beberapa macam mikroorganisme yang dapat digunakan untuk membantu
dan mempercepat pengomposan sampah organik agar menjadi pupuk kompos.
Mikroorganisme tersebut antara lain Streptomyces sp., Acetybacter sp., Actynomycetes sp.
Dalam pengabdian yang akan dilakukan ini, audiens akan diajarkan untuk menggunakan
bahan aktivator untuk mempercepat pembuatan kompos antara lain produk Dectro, OrgaDec,
serta EM-4 yang diproduksi (Gunam, 2007).
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah
organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang
sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma,
sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering
digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan
cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru,
gulma air, eceng gondok, dan azola. Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di
sekeliling tanaman. Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai
dengan menurunnya temperatur kompos di bawah 400 C (Praatmaja, 2006).
Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya tidak
tampak, dan baunya telah berkurang. Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang
belum siap digunakan. Penggunaan pupuk yang belum matang akan menghambat
pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman.. Penggunaan pupuk kandang yang
berbentuk cair paling bauk dilakukan setelah tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang
terdapat dalam pupuk kandang cair ini akan cepat diserap oleh tanaman (Lilis, 2005).
BAB 3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pembuatan pupuk ( Pengolahan Sampah Organik Menjadi Kompos)
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 29 April 2013 bertempat di laboratorium IHPT(Ilmu
Hama Penyakit Tumbuhan) pada Pukul 08.00 WIB.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. sekam padi
2. air beras
3. tanah
4. pupuk kotoran
3.2.2 Alat
1. cangkul
2. Ember
3. Aqua cup
4. Polibek
3.3 Cara Kerja
1. Ambil tanah sebanyak 12 ember
2. Masukkan sekam padi ke tumpukan tanah tersebut
3. Sekam padi yang dimasukkan di campur/diratakan,kemudian di tambahkan pupuk kotoran 3
ember.
4.Ratkan atau aduk pupuk tersebut bersama dengan sekam dan tanah tadi
5.Setelah merata,masukkan campuran pupuk tadi kedalam polibet.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.Hasil
Gambar sekam padi. Gambar sekam padi yang telah bercampur tanah
2.Pembahasan
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian
bahan organik (jerami, pupuk kandang, arang sekam, serbuk gergaji, gulma, sisa tanaman tak
berguna, sampah pasar) dengan menggunakan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4).
Pemanfaatn EM (evektive microorganism) dalam pembuatan kompos telah banyak
dilakuakan berdasarkan pada tingkat proses fermentasi yang lebih cepat dan mempercepat
pengomposan sampah organik atau kotoran hewan, membersihkan air limbah, serta
meningkatkan kualitas air pada tambak udang dan ikan. EM-4 merupakan kultur campuran
dari mikroorganisme yang meng- untungkan bagi pertumbuhan tanaman. Sebagian besar
mengandung mikroorganisme Lactobacillus sp. bakteri penghasil asam laktat, serta dalam
jumlah sedikit bakteri fotosintetik Streptomyces sp. dan ragi. EM-4 mampu meningkatkan
dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta
menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen.
EM-4 biasanya diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan
populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat meningkatkan
kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman secara berkelanjutan.
Proses pembuatan pupuk organik secara biasanya membutuhkan waktu 8 - 12 minggu,
sedang apabila menggunakan sistem baru (penambahan inokulan), yakni menggunakan EM-4
hanya memerlukan waktu 4 sampai 8 minggu dan hasilnya lebih baik.
Terdapat beberapa keuntungan dalam aplikasi EM-4, yakni :
· Menyiram tanaman (EM dicampur dengan air)
· Dipergunakan pada hewan atau ikan
· Menekan bau tak sedap toilet atau kandang
· Meragikan kompos
· EM5 à penangkal hama serangga
· Menjaga lingkungan
· Pada pembuatan Bokashi à EM4
Setiap jenis effective microorganisme mempunyai fungsi masing-masing dalam proses
fermentasi bahan organik, namun bakteri fotosintetik adalah pelaksana kegiatan EM yang
terpenting. Bakteri ini mendukung kegiatan mikroorganisme lain, di lain pihak bakteri ini
memanfaatkan zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme lain. Terdapat beberapa prinsip
dalam pembuatan bokasi. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
· Kelembaban à kadar air 50%
· Temperatur à 40 – 50 0C
· Tempat pembuatan à dibawah naungan
· Tempat penyimpanan à ruang beratap
· Air à air sumber, sumur
Pada Fieldtrip tentang pembuatan pupuk bokashi dilakukan di Pusat Pelatihan
Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4.S) yang bertempat di Jl. Soekarno Hatta 44 Bagorejo,
Gumukmas Jember. Berdasarkan fieldtrip yang telah dilakukan, didapatkan informasi
mengenai cara pembuatan pupuk bokashi menggunakan kultur miroorganisme dalam proses
pengomposan yang berasal dari EM-4 dan bakteri ESSO yang telah dibiakkan sendiri oleh
bapak Sholikin dalam P4S. Pupuk organik yang dihasilkan juga ada dua macam yaitu pupuk
organik yang berbentuk seperti biasa/ remah (tanah) dan pupuk organik yang berbentuk
granular.
Pembuatan kompos sendiri sebenarnya meniru proses terbentuknya humus dialam.
Melalui rekayasa kondisi lingkungan, kompos dapat dibuat serta dipercepat prosesnya hanya
dalam beberapa minggu. Waktu melebihi kecepatan pembentukan humus secara alami. Oleh
karena itu, kompos dapat tersedia dalam waktu yang relatif singkat. Pengomposan juga
bertujuan untuk menurunkan rasio C/N dan tergantung jenis tanamannya. Rasio C/N sisa
tanaman yang masih segar umumnya tinggi sehingga tidak mendekati rasio C/N tanah. Bila
rasio bahan organik yang memiliki rasio C/N tinggi tidak dikomposkan terlebih dahulu, maka
proses penguraiannya akan terjadi di tanah . Ini tentu kurang baik karena proses penguraian
bahan segar dalam tanah biasanya berjalan cepat karena kandungan air dan udaranya cukup.
Akibatnya, CO2 dalam tanah akan meningkat sehingga dapat berpengaruh buruk bagi
pertumbuhan tanaman. Bahkan, untuk tanah ringan dapat mengakibatkan daya ikatnya
terhadap air menjadi kecil serta struktur tanahnya menjadi kasar dan berserat.
Terdapat beberapa manfaat dari penggunaan bokasi bagi tanaman, diantaranya :
Kompos bokasi sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Kompos tidak hanya
menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik. Manfaat kompos bagi tanaman adalah:
1.Kompos memberikan nutrisi bagi tanaman
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman, unsur hara yang diperlukan tanaman dibagi
menjadi dua golongan. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah
banyak seperti Nitrogen (N), Posfor (P), dan Kalium (K). Unsur hara mikro yaitu unsur yang
dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit seperti Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S),
Besi (Fe), Mangan (Mn), Klor (Cl), Molibdenum (Mo), dan lain-lain.
2. Kompos memperbaiki struktur tanah
Kompos merupakan perekat pada butir-butir tanah dan mampu menjadi
penyeimbang tingkat kerekatan tanah. Selain itu, kehadiran kompos pada tanah menjadi daya
tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah. Dengan demikian, tanah
yang semula keras dan sulit ditembus air dan udara, kini dapat menjadi gembur akibat
mikroorganisme. Struktur tanah yang gembur sangat baik bagi tanaman.
3. Kompos meningkatkan kapasitas tukar kation
Kapasitas tukar kation (KTK) adalah sifat kimia yang berkaitan erat dengan
kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi lebih mampu menyediakan unsur hara dari pada
tanah dengan KTK rendah.
4. Kompos menambah kemampuan tanah untuk menahan air
Tanah mempunyai pori-pori, yaitu suatu bagian yang tidak terisi bahan padat. Bagian
yang tidak terisi ini akan diisi oleh air dan udara. Tanah yang bercampur dengan bahan
organik seperti kompos mempunyai pori-pori dengan daya rekat yang lebih baik sehingga
mampu mengikat serta menahan ketersediaan air didalam tanah. Kompos dapat menahan
erosi secara langsung.
5. Kompos meningkatkan aktivitas biologi tanah
Kompos berisi mikroorganisme yang menguntungkan tanaman. Jika berada di dalam
tanah, kompos akan membantu kehidupan mikroorganisme di dalam tanah. Selain berisi
bakteri dan jamur dekomposer, keberadaan kompos akan membuat tanah menjadi sejuk,
kondisi ini disenangi oleh mikroorganisme.
6. Kompos mampu meningkatkan pH pada tanah asam
Unsure hara lebih mudah diserap oleh tanaman kondisi pH tanah netral , yaitu tujuh
( 7 ). Pada nilai ini, unsur hara menjadi mudah larut di dalam air. Jika tanah semakin asam
maka dengan penambahan kompos pH tanah akan meningkat.
7. Kompos meningkatkan unsur hara mikro
Disamping unsur hara makro, kompos juga menyediakan unsur hara mikro yang
sangat penting bagi tanaman.
8. Kompos tidak menimbulkan masalah lingkungan
Pupuk kimia dapat menimbulkan masalah lingkungan yaitu dapat merusak keadaan
tanah dan air, sedangkan kompos justru memperbaiki sifat tanah dan lingkungan.
Bahan - Bahan Pembuat Kompos
Rasio C/N bahan baku kompos merupakan faktor terpenting dalam laju pengomposan.
Proses pengomposan akan berjalan baik jika rasio C/N bahan organik yang dikomposkan
antara 20-30. Setiap bahan organik memiliki rasio C/N yang berbeda. Rasio C/N limbah
ternak umumnya lebih rendah dibandingkan dengan C/N dari tanaman. Karena itu
penggunaannya sebagai bahan baku kompos harus dicampur dengan bahan organik yang
memiliki rasio C/N tinggi sehingga dapat menghasilkan C/N yang cocok. Berikut merupakan
berbagai sumber bahan baku pembuatan kompos beserta C/N rasionya :
Sumber bahan baku pembuat kompos
dan rasio C/N nya Jenis Bahan
Organik
Rasio C/N
Urine ternak 0,8
Kotoran ayam 5,6
Kotoran sapi 15,8
Kotoran babi 11,4
Kotoran manusia (tinja) 6 – 10
Darah 3
Tepung tulang 8
Urine manusia 0,8
Eceng gondok 17,6
Jerami gandum 80 – 130
Jerami padi 80 – 130
Ampas tebu 110 – 120
Tongkol Jagung 50 – 60
Sesbania sp. 17,9
Serbuk gergaji 500
Sisa Sayuran 11 – 27
Faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan
1. Rasio C/N
Kecepatan dekomposisi bahan organik ditunjukkan oleh perubahan rasio C/N. selama
proses demineralisasi, rasio C/N bahan-bahan yang mengandung N akan berkurang menurut
waktu. Kecepatan kehilangan C lebih besar daripada N sehingga diperoleh rasio C/N yang
lebih rendah (10-20). Apabila rasio C/N sudah mencapai angka tersebut, artinya proses
dekomposisi sudah mencapai tingkat akhir atau kompos sudah matang.
2. Suhu Pengomposan
Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap pengomposan. Suhu optimum bagi
pengomposan adalah 40 – 60oC. Jika suhu pengomposan mencapai 40oC, aktivitas
mikroorganisme mesofil akan digantikan oleh mikroorganisme termofil. Jika suhu mencapai
60oC, fungi akan berhenti bekerja dan proses perombakan dilanjutkan oleh aktinomicetes
serta strain bakteri pembentuk spora.
3. Tingkat Keasaman pH
Salah satu faktor bagi pertumbuhan mikroorganisme yang terlibat dalam proses
pengomposan adalah tingkat keasaman. Karena itu, pengaturan pH selama proses
pengomposan perlu dilakukan. Pada awal pengomposan, reaksi cenderung agak asam karena
bahan organik yang dirombak menghasilkan asam-asam organik sederhana. Namun pH akan
mulai naik sejalan dengan waktu pengomposan dan akhirnya akan stabil pada pH sekitar
netral.
4. Jenis Mikroorganisme yang terlibat
Proses pengomposan bila dipercepat dengan menambahkan starter atau aktivator yang
kandungannya berupa mikroorganisme (kultur bakteri), enzim, dan asam humat.
Mikroorganisme yang ada di dalam aktivator akan merangsang aktivitas mikroorganisme
yang ada dalam bahan kompos sehingga cepat berkembang. Akibatnya, mikroorganisme yang
terlibat dalam pengomposan semakin banyak dan proses dekomposisi akan semakin cepat.
5. Aerasi
Aerasi yang baik sangat dibutuhkan agar proses dekomposisi (pengomposan) bahan
organik berjalan lancar. Pada umumnya pengaturan aerasi dilakukan dengan cara membalik-
balikkan tumpukan bahan kompos secara teratur.
6. Kelembapan
Kelembapan optimum untuk proses pengomposan aerobik sekitar 50-60% setelah
bahan organik dicampur. Selama proses pengomposan berlangsung, kelembapan dalam
tumpukan bahan kompos harus terus dikontrol.
7. Ukuran Bahan Baku
Ukuran bahan baku kompos akan mempengaruhi kecepatan proses pengomposan.
Semakin kecil ukuran bahan proses pengomposan akan semakin cepat berlangsung.
BAB 5. PENUTUP
Bokashi adalah sebuah metode pengomposan yang dapat menggunakan starter aerobik
maupun anaerobik untuk mengkomposkan bahan organik, yang biasanya berupa campuran
molasses, air, starter mikroorganisme, dan sekam padi. Kompos yang sudah jadi dapat
digunakan sebagian untuk proses pengomposan berikutnya, sehingga proses ini dapat diulang
dengan cara yang lebih efisien. Starter yang digunakan amat bervariasi, dapat diinokulasikan
dari material sederhana seperti kotoran hewan, jamur, spora jamur, cacing, ragi, acar, sake,
miso, natto, anggur, bahkan bir, sepanjang material tersebut mengandung organisme yang
mampu melakukan proses pengomposan.
Berdasarkan hasil data praktikum yang telah didapatkan, maka dapt disimpulkan bahwa :
1. EM-4 dapat mempercepat proses pengomposan.
2. Bokasi dapat menyuburkan tanah serta tanaman.
3. Manfaat Bokashi Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian.
4. Pembuatan bokashi menggunakan pengurai EM dan dapat diganti dengan menggunkan
Bakteri ESSO.
5. Terdapat dua macam bentuk pupuk bokashi yang dihasilkan yakni, bentuk remahan dan
bentuk granular.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2004. RENTEC Renewable Energy Technologies Inc, www. rentec. ca, California, Amerika Serikat, diakses 16 September 2006.
Gasol. 2008. Pengertian Bokasi. http://gasolorganik.com. Diposkan pada 12 februari 2008.
Gunam, w. 2007. Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos dengan Bantuan Mikroorganisme di Desa Sibetan Karangasem. Teknologi industri pertanian – fakultas teknologi pertanian. Universitas udayana.
Handayani, Mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit Salam, sebuah skripsi. Dalam IPB Information Resource Center diunduh 13 Juni 2010.
Kusumaningwarti, R. 2009. Tanah, Lingkungan, dan Pertanian. http://tjimpolo.blogg.com/?p=79. Diposkan pada 16 November 2009.
Lilis Sulistyorini. 2005. Pengelolaan Sampah dengan Cara Menjadikannya Kompos. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005: 77-84.
Pramatmaja, W. A. 2008 Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Dusun Karangbendo Banguntapan Bantul Yogyakarta. UUI. Jogyakarta.