44
BAB IX. SUPPLY : DERIVASI KURVA PENAWARAN (SUPPLY CURVE OF A COMPETITIVE FIRM) REVIEW DAN LANJUTAN UNTUK COST DAN REVENUE SERTA STRUKTUR PASAR DAN PRINSIP MAKSIMUM PROFIT SERTA MINIMUM COST DAN DERIVASI SUPPLY CURVE UNTUK PERUSAHAAN KOMPETITIF A. CAKUPAN BAHASAN Untuk derivasi kurva penawaran (supply curve) dan pembuktian the law of supply, perlu dibahas : 1. Review dan lanjutan teori biaya (cost theory). 2. Review teori pendapatan perusahaan atau produsen (revenue theory). 3. Review dan lanjutan teori struktur pasar (theory of market structure). 4. Prinsip maksimum laba (maximizing profit) dan minimum biaya (minimizing cost). 5. Derivasi supply curve bagi perusahaan dalam struktur pasar kompetitif sempurna (perfect competition). B. REVIEW DAN LANJUTAN TEORI BIAYA (COST) 1. Cost hasil minimizing cost 55

KURVA PERMINTAAN (DEMAND CURVE)eda203.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/... · Web viewPada maksimisasi laba (maximizing profit), dimana Q yang dicari dengan r dan w

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KURVA PERMINTAAN (DEMAND CURVE) --

BAB IX.

SUPPLY : DERIVASI KURVA PENAWARAN

(SUPPLY CURVE OF A COMPETITIVE FIRM)

REVIEW DAN LANJUTAN

UNTUK COST DAN REVENUE SERTA STRUKTUR PASAR

DAN

PRINSIP MAKSIMUM PROFIT SERTA MINIMUM COST

DAN

DERIVASI SUPPLY CURVE UNTUK PERUSAHAAN KOMPETITIF

A. CAKUPAN BAHASAN

Untuk derivasi kurva penawaran (supply curve) dan pembuktian the law of supply, perlu dibahas :

1. Review dan lanjutan teori biaya (cost theory).

2. Review teori pendapatan perusahaan atau produsen (revenue theory).

3. Review dan lanjutan teori struktur pasar (theory of market structure).

4. Prinsip maksimum laba (maximizing profit) dan minimum biaya (minimizing cost).

5. Derivasi supply curve bagi perusahaan dalam struktur pasar kompetitif sempurna (perfect competition).

B. REVIEW DAN LANJUTAN TEORI BIAYA (COST)

1. Cost hasil minimizing cost

Minimzing cost pada Bab III. butir D. menghasilkan berapa K dan L dan Total Cost (C) dengan fungsi sebagai berikut :

K = k(r,w,QT) dan L = l(r,w,QT), sehingga

C = rK + wL = c(r,w,QT)

artinya, bahwa besarnya K, L dan C tergantung dari (fungsi dari) : (1). parameter (konstan atau angka), (2). harga K (r), (3). harga L (w), (4). jumlah tertentu output Q (Qt).

Pada maksimisasi laba (maximizing profit), dimana Q yang dicari dengan r dan w yang tetap, maka fungsi adalah C = c(Q)

2. Review struktur biaya (cost structure) dan kurvanya : Figure 12, 13, 14 (Lihat bahan Ekonomi Mikro I---Microeconomics-TheBeginning Level).

MC memotong AVC dan ATC pada titik minimum masing-masing, dan lebih dahulu memotong minimum AVC. Bukti :

· Minimum ATC sebelah kanan minimum AVC, karena ATC = AVC + AFC, dan AFC menurun terus.

· Pernyataan mengenai hubungan marginal dan average pada Bab II. butir C. diatas, juga berlaku untuk MC dengan ATC dan AVC.

· MCATC (atau AVC), maka ATC (AVC) ; sebaliknya MCATC (AVC), maka ATC (AVC) .

· Matematis :

C. REVIEW PENDAPATAN (REVENUE)

(Lihat bahan Ekonomi Mikro I---Microeconomics-The Beginning Level)

1. Struktur pendapatan (revenue structure)

2. Hubungan Harga (P) dengan Marginal Revenue (MR)

D. REVIEW STRUKTUR PASAR (MARKET STRUCTURE)

(Lihat bahan Ekonomi Mikro I---Microeconomics-The Beginning Level)

1. Pasar, mekanisme pasar, keseimbangan pasar

2. Struktur pasar (market structure)

Figure 15 : Ciri-ciri struktur pasar

Jenis

Pasar

Jumlah

Penjual (Pembeli

banyak)

Penghalang masuk/ Barrier entry

Jenis produk/ Product nature

Trans-

pransi

infor- masi

Bentuk

Kurva D

untuk perusahaan

Perfect

competi-

tion

Numerous (banyak sekali), small (kecil), inde-pendent

None (tidak ada)

Homo- geneous (persis sama)

Transpa-

ran

sekali

Perfectly elastic (horizontal) karena pe-rusahaan Price Taker

Monopoly

Satu

Insurmount-able (berat)

Homo- geneous

Terbatas

Miring/slope negatif

Monopo- listic com- petition

Many (banyak), small, independent

None (tidak ada)

Diffe-

rentiated

Cukup terbatas

Miring/slope negatif

Oligoply

Few (be-berapa), inter-dependent

Substantial (cukup berat)

Homoge-neous or Differentiated

Agak terbatas

Miring/ slope negatif

Imperfect competition meliputi Monopoly, Monopolistic competition, Oligopoly.

Monopsoni & Oligopsoni : dilihat dari jumlah permintaan (demand)

Jadi, pasar dibedakan ke dalam 4 jenis struktur berdasarkan jumlah penjual dan pembeli, penghalang perusahaan masuk ke dalam suatu industri, jenis produk, tingkat transparansi informasi bagi peserta pasar (Figure 15).

Setiap struktur pasar akan menentukan jenis Kurva D yang dihadapi oleh setiap perusahaan dalam suatu industri ..... yaitu menentukan besarnya kemampuan atau pengaruh dari setiap perusahaan menentukan harga atau menetapkan penawaran jumlah kuantitas.

3. Konsekuensi Struktur Pasar Terhadap Kurva Permintaan

1). Kurva D untuk setiap perusahaan pada Perfect Competition

· Ciri-ciri dalam Perfect Compe-tition di atas menyebabkan setiap perusahaan menjadi Price Taker. Ini karena apabila suatu peru-sahaan mengubah harga naik atau turun, maka perusahaan akan rugi dan keluar (exit) dari industri (market). Begitupula, apabila su-atu perusahaan masih mempe-roleh profit, maka akan terjadi Entry perusahaan baru ke industri.

· Akibatnya, setiap perusahaan perfect competition menjadi Price Taker, yang berarti :

· Setiap perusahaan menerima harga pasar bagi setiap kuantitas diminta atau dijual.

· Berarti perusahaan menghadap D Curve yang horizontal atau Perfectly Elastic pada harga pasar yang terjadi

· D = P = AR = MR, karena P = 0, sehingga MR = TR/Q =

= [(P/Q)Q] + [P(Q)/Q] = 0 + [(PQ)/Q] = P

2). Kurva D pada Imperfect Competition (Monopoly, Monopolistic Competition, Oligopoly)

· Ciri-ciri pada Imperfect Competition di atas menyebabkan setiap perusahaan menjadi Price Maker yang mampu menentukan Price (P) dan Kuantitas (Q) guna mencapai Profit Maksimum (Maximum Profit).

· Review pembagian area kurva D menurut elastisitas, dimana pada titik tengah = 1, di area diatas titik tengah 1 dan dibawahnya 1.

· Akibatnya bagi perusahaan dalam struktur pasar dimaksud :

· Perusahaan menghadap kurva D yang miring dengan slope negatif.

· D = P = AR MR, karena P 0, sehingga MR = TR/Q =

= [(P/Q)Q] + [(P(Q/Q] = P[(P/Q)Q/P + 1] = P[1 – 1/]

dimana = Elastisitas Permintaan (angka absolut)

· Maka, MR=P, dengan = ; MR

1 (elastis);

MR=0 dengan =1 (unitary inelastic); MR 0 dengan < 1 (inelastis).

E. PRINSIP MAKSIMISASI LABA (MAXIMIZING PROFIT) DAN

MAKSIMISASI PENJUALAN (SALES MAXIMIZATION)

1. Prinsip maximizing profit dan the sale maximization

Setiap perusahaan tentunya bertujuan memaksimumkan laba (maximizing profit), sehingga menyebabkan fokus perusahaan harus mencari :

1). Berapa output (Q) diproduksi dan dijual, dan

2). Berapa harga (P) produk dijual.

Maximizing profit dan the sale maximization model

Maximizing profit terjadi pada MR = MC, sedangkan the sale maximization terjadi pada MR = 0 tapi memberi profit lebih rendah dari hasil maximizing profit.

Maximzing profit :

Laba (profit) atau rugi (loss) --- , pada dasarnya adalah selisih antara Penerimaan Penjualan (R = Revenue) dikurangi Biaya (C = Cost), yaitu :

= R – C --- karena R = PQ = harga produk produk dijual,

C merupakan fungsi dari Q, jadi :

(Q) = R(Q) – C(Q)

Maximizing profit berarti MR = MC --- (Margianl Revenue = Marginal Cost), bukti secara matematis (dengan derivatif fungsi profit ) :

d(Q)/dQ = 0 = dR(Q)/dQ – dC(Q)/dQ = MR – MC,

maka, MR = MC, seperti terlihat pada Figure 18 :

· Terjadi pada perpotongan kurva MR dan kurva MC

· MR sejajar MC --- MR = slope kurva TR dan MC = slope kurva TC

Sales maximization (lihat Figure 18) :

The sales maximization model oleh W.J.Baumol di tahun 1960, menyatakan bahwa manajer perusahaan modern mencari maksimum penjualan (sales) dengan syarat (constraint) minimal memperoleh tingkat keuntungan minimum (minimum laba) untuk pemegang saham.

Prestise dan kepuasan manajer diperoleh dengan sales maximization. Gaji dan benefit yang mereka peroleh akan dikaitkan dengan tingkat penjualan.

2. Perbandingan maximizing profit, minimizing cost, maximizing output Q

Minimizing cost

Maximizing output Q

Maximizing profit

Diketahui (given) :

· Harga faktor K (r) dan faktor L (w)

· Total output (produk) Q yang akan diproduk-si --- isoquant tertentu

Dicari :

· K dan L, berarti C = rK + wL + TFC,

Jadi yang dicari adalah isocost terendah yang bersinggungan dengan isoquant dimaksud.

Diketahui (given) :

· Harga r dan w

· Total biaya, yaitu

C = rK + wL + TFC

--- isocost tertentu

Dicari :

· Total Q yang akan diproduksi --- yaitu isoquant tertinggi yang bersinggung-an dengan isocost terentu dimaksud.

Diketahui :

· Harga r dan w

· Harga produk P

Dicari :

· Total output yang akan memaksimi-sasi laba (profit). Jadi termasuk dicari berapa faktor K dan L.

Kalkulus Constrained maximizing output (optimisasi),

Constarined minimizing cost (optimisasi), dan Maximizing profit.

F. DERIVASI KURVA PENAWARAN (SUPPLY CURVE)

BAGI PERUSAHAAN DALAM PERFECT COMPETITION

Penjelasan Figure 19 :

· Berdasarkan ciri-ciri perfect competition diatas, maka :

1). Industri terdiri dari banyak perusahaan, setiap perusahaan menjual barang atau jasa yang persis sama (homogeneous).

2). Setiap perusahaan berperilaku “price taker” karena tidak bisa menentukan harga jual maupun totla output Q yang akan dijual --- jadi tidak bisa sama sekali mempengaruhi pasar --- review bahan Ekonomi MIkro I (The Beginning Level of Microeconomics). Ini berarti : (1). Kurva D adalah horizontal atau perfectly elastic, (2). MR = P (= AR = D) --- sehingga kurva MR jadi dengan kurva D.

· Penjelasan derivasi supply curve :

1). Mulai dari situasi pasar dimana perusahaan dapat membuat laba maksimum, dimana MR = MC pada titik E, dengan kurva d=P=MR diatas kurva ATC.

2). Akibatnya, perusahaan-perusahaan baru masuk atau muncul dalam industri, yang mengakibatkan penjualan terus menurun sehingga :

a. Kurva d = P = MR turun sehingga berpotong dengan kurva MC (MR = MC) dibawah kurva ATC, sehingga perusahaan mengalami rugi.

Namun penerimaan dari penjualan masih dapat menutup sebagian TFC dan semua TVC, sehingga walaupun merugi perusahaan cenderung terus beroperasi dengan harapan penjualan dapat meningkat kembali.

b. Kurva d = P = MR terus turun sehingga berpotong dengan kurva MC (MR = MC) pada titik minimum kurva AVC, sehingga perusahaan rugi sebesar TFC karena penerimaan dari penjualan hanya dapat menutup minimumAVC.

Dalam situasi ini, perusahaan bisa terus beroperasi kalau situasi dimaksud diperkirakan bersifat sementara, apabila tidak maka perusahaan perlu ditutup.

Jadi perusahaan mulai berproduksi dan jual (supply) sejak titik perpotongan kurva MC dengan kurva MR pada titik minimum kurva AVC, dan supply naik terus sepanjang kurva MC keatas.

Dengan kata lain, kurva supply adalah bagian atas kurva MC sejak titik minimum kurva AVC.

BAB X. MONOPOLI

A. CAKUPAN BAHASAN

Pembahasan tentang monopoli meliputi :

1. Ciri monopoli dan sumber monopoli

2. Kurva permintaan (kurva D) yang dihadapi oleh monopolis

3. Pengukuran kekuatan pasar (market power) monopolis

4. Penentuan harga (P) dan penjualan (Q) oleh monopolis --- Monopolist’s pricing, dengan :

1). Maksimisasi laba --- untuk Short run dan Long run

2). Diskriminasi harga

3). Mark-up pricing

4). Marginal cost pricing

5). Penetapan harga untuk monopoli dengan beberapa pabrik

6). Perbandingan pricing : perfect competition dan monopoly

5. Kerugian kesejahteraan masyarakat (the welfare cost atau the social cost of monopoly) karena monopoli

B. CIRI MONOPOLI DAN SUMBER MONOPOLI

1. Ciri monopoli dan contoh monopoli

Pada Figure 15 dikemukakan ciri struktur pasar monopoli: industri mempunyai hanya 1 (satu) perusahaan dan 1 (satu) produk, serta mempunyai beberapa penghalang (barriers) berat untuk dimasuki oleh perusahaan baru.

Contoh monopoli : Perusahaan Listrik dan Gas Negara, Pertamina, OPEC, Bogasari, berbagai kartel seperti semen dan pupuk, dan lainnya.

2. Sumber monopoli

1). Menguasai sumber bahan baku (raw materials) produksi.

2). Memiliki hak patent atau copyright terhadap produk baru.

3). Memilki skala operasi yang besar sehingga terdapat economies of scale --- monopoli ini disebut natural monopoly.

4). Memilki market franchise oleh pemerintah.

C. KURVA PERMINTAAN (KURVA D) BAGI

PERUSAHAAN MONOPOLI (MONOPOLIS)

Karena ciri monopoli dimaksud, maka monopolis mempunyai kekuatan pasar (market power) menentukan harga (P) dan kuantitas penjualan (Q). Ini berarti :

· Kurva D yang dihadapi oleh monopolis adalah miring ke-bawah dengan slope negatif --- jadi berlaku the law of demand yaitu cetris paribus P Q.

· MR (P AR), jadi kurva MR dibawah kurva D dimana D = P = AR, karena (price elasticity of demand) pada setiap titik sepanjang kurva D tidak sama.

Bukti Kurva MR dibawah kurva D, berdasarkan MR = P[1 – 1/)] --- lihat bahan Ekonomi Mikro I, sehingga apabila (angka absolut, karena bertanda minus) pada titik kurva D :

· = (takterhingga), maka MR = P[1 – (1/)] = P[1 – 0] = P

· = 1, maka MR = P[1 – (1/1)] = P[0] = 0

· 1 (misal = 3), maka MR = P[1 – (1/3)] = P[2/3] = (2/3)P

· 1 (misal = 1/3), maka MR = P[1 – {1/(1/3)}] = P[1– 3]=P(– 2)= –2P

D. PENGUKURAN KEKUATAN PASAR (MARKET POWER)

1. Market power berdasarkan The Lerner Index

Abba P. Lerner merumuskan the Lerner index (LI) :

(P – MC)/MC atau (AR – MC)/MC

1 – (MR/AR) 1/, karena MR = P[1 – 1/)]

Jadi market power menurun kalau membesar. Misal, pada perfect competition = (tak terhingga) karena perusahaan adalah price taker, maka market power meningkatkan harga menjadi 0 (nol).

Untuk ekspor : LI = (Domestic price – Export price)/Domestic price, maka

Domestic monopoly power = LI (Domestic sales + Export sales)/D. sales.

2. Market power berdasarkan concentration ratio

1). Concentration ratio mengukur peranan (share) dari perusahaan-perusahaan besar dalam penjualan (atau laba atau aset) industri.

CR4 = concentration ratio dari 4 perusahaan besar dalam industri (seluruh perusahaan). CR4 50, maka industri dikategorikan sebagai oligopoli.

2). The Herfindahl index (HI)

n n = jumlah perusahaan dalam industri

HI = Si i = satu perusahaan

i=1 S = market share dari setiap perusahaan i

Semakin tinggi HI semakin besar tingkat konsentrasi dalam industri.

Misal, monopoly (satu perusahaan) HI = 1002 = 10.000. Oligopoli dengan 4 perusahaan yang sama besarnya, maka HI = 4(252) = 4(625) = 2500. 100 perusahaan yang sama besarnya, maka HI = 100(12) = 100.

E. MONOPOLIST’S PRICING FOR MAXIMIZING PROFIT

1. Prinsip maksimisasi laba monopoli --- Short run (SR) dan Long run (LR)

Makimisasi laba (maximizing profit) terjadi pada MR = MC, dengan kurva SRTC untuk SR, dan kurva LRTC untuk LR.

Monopolis beroperasi pada bagian elastis kurva D yaitu dengan 1.

Monopolis beroperasi pada bagian elastis kurva D yaitu dengan 1

2. Dengan diskriminasi harga

Terdapat 2 (dua) kelompok konsumen yang dihadapi monopolis, masing-masing dengan marginal revenue MR1 dan MR2 serta elastisitas permintaan terhadap harga 1 dan 2 .

Penetapan harga oleh monopolis lebih tinggi pada kelompok dengan permintaan yang inelastis :

· MR1 = P1(1–1/1) =

= MR2=P2(1–1/2),

jadi bila 1 2 1/11/2, sehingga (1–1/1) (1–1/2), berarti P1 P2.

· Jadi monopolis menetapkan harga lebih tinggi terhadap grup konsumen yang permintaannya kurang elastis ( 1 tetapi lebih kecil). Misal dumping, karena permintaan lebih elastis di luar negeri.

· Kalau P1, P2, 1 diketahui, maka dapat dicari, dengan P1/P2 = MR1/MR2.

Di atas titik E, bagian elastis (1) dari kurva D1 dan kurva D2, tetapi lebih elastis pada kurva D2.

Untuk maksimisasi laba, maka MR1 = MR2 = MC --- karena jika :

(1). MR1 MR2, monopolis akan menambah penjualan terus pada pasar 1, atau sebaliknya; (2). MR1 = MR2 MC, maka penjualan akan ditambah; (3). MR1 = MR2 MC, maka penjualan aakan diturunkan.

3. Dengan mark-up pricing

Maksimisasi laba : MR = MC P(1 – 1/) = MC P = MC[/( – 1)].

[/( – 1)] = mark-up berarti [/( – 1)] 1 kalau 1 jadi monopolis akan menjual di daerah yang elastis.

4. Dengan Average Cost (AC) pricing dan Marginal Cost (MC) pricing

AC pricing: P = AC.

Jadi tidak ada laba, tapi P lebih rendah dan Q (sales) lebih besar, dibandingkan dengan maksimisasi laba pada MR = MC.

Kesejahteraan rakyat lebih tinggi.

Monopolis mungkin da-pat menetapkan P = MC karena beroperasi de-ngan kapasitas atau pro-duksi yang tinggi, se-hingga terdapat econo-mies of scale. Misal, perusahaan listrik, tele-pon, gas, dan jalan.

P jauh lebih rendah, Q jauh lebih tinggi, di-bandingkan dengan maksimisasi laba (MR = MC).

Jadi memberikan kese-jahteraan yang tinggi.

5. Perbandingan pricing : monopoly dan perfect competition

P jauh lebih rendah dan Q jauh lebih besar pada perfect competition (P = 11 dan Q = 500), dibandingkan pada monopolist pricing (P = 6 dan Q = 1000).

6. Penetapan harga untuk monopoli (monopolist’s pricing)

dengan beberapa pabrik (multiplant monopoly) --- misal 2 pabrik

Figure 27 : Penetapan MC dan pabrik untuk produksi

Q

P

TR

MR

MC1

MC2

MC

Pabrik

1

6.00

6.00

6.00

2.30

2.45

2.30

Pabrik 1

2

5.50

11.00

5.00

2.40

2.55

2.40

Pabrik 1

3

5.10

15.30

4.30

2.50

2.65

2.45

Pabrik 2

4

4.80

19.20

3.90

2.60

2.75

2.50

Pabrik 1

5

4.56

22.80

3.60

2.70

2.85

2.55

Pabrik 2

6

4.35

26.10

3.30

2.80

2.95

2.60

Pabrik 1

7

4.17

29.19

3.09

2.90

3.05

2.65

Pabrik 2

8

4.01

32.08

2.89

3.00

3.15

2.70

Pabrik 1

9

3.87

34.83

2.75

3.10

3.25

2.75

Pabrik 2

10

3.73

37.30

2.47

3.20

3.35

2.80

Pabrik 1

Untuk setiap jumlah Q, monopolis melihat apakah dapat diproduksi dengan Marginal Cost (MC) lebih rendah pada pabrik 1 atau pabrik 2, dan pilihan pada MC terendah.

BAB XI.

MONOPOLISTIC COMPETITION

A. CAKUPAN BAHASAN

1. Pengertian dan karakter monopolistic competition

2. Kurva permintaan (kurva D) yang dihadapi oleh perusahaan monopolistic competition

3. Pricing oleh perusahaan monopolistic competition --- Short run dan Long run

4. Upaya meningkatkan penjualan dan laba oleh monopolistic competition : Product variation dan Selling expenses

B. PENGERTIAN DAN KARAKTER

MONOPOLISTIC COMPETITION

1. Pengertian dan contoh monopolistic competition

Ciri monopolistic competition. Pada Figure 15 dikemukakan ciri monopolistic competition : industri monopolistic competition terdiri dari banyak perusahaan tapi dengan skala cukup kecil dan bersifat independen satu sama lain, tidak ada penghalang untuk entry, produk sejenis tapi berbeda (differentiated product).

Kenapa disebut monopolistic competition :

1). Istilah monopolistic, karena ciri differentiated product menyebabkan perusahaan monopolistic mempunyai kekuatan pasar menentukan harga (P) dan penjualan (Q).

2). Istilah competition, karena ciri dimana industri terdiri dari banyak perusahaan dengan skala kecil dan bersifat independen, serta tidak ada penghalang untuk entry.

Contoh industri monopolistic competition : sikat gigi, odol, sabun, obat, makanan, restoran, pakaian, tukang gunting, sepatu, dan lainnya.

2. Karakter monopolistic competition

Berdasarkan pengertian dan ciri monopolistic competition diatas, maka karakter penting monopolistic competition :

1). Product differentiation dan monopoly power.

Produk adalah heterogen, tapi hanya kecil perbedaannya, jadi serupa atau sejenis dan karenanya bersifat substitusi.

Sumber product differentiation antara lain adalah bahan, iklan, pembungkusan, brand, lokasi, design --- sehingga menurut konsumen produk saling berbeda walaupun sejenis.

Karena product differentiation ini, maka perusahaan dalam monopolistic competition mempunyai monopoly power, tetapi karena produknya mempunyai substitusi, maka setiap kenaikan harga akan cenderung menyebabkan penjualan menurun karena konsumen mengganti dengan produk yang lain.

2). Persaingan bukan harga (nonprice competition).

Perusahaan melakukan kompetisi dengan mempertajam product differentiation.

3). Jumlah perusahaan cukup banyak dan terdapat kebebasan bagi perusahaan masuk keluar industri (large number of firms and freedom of entry and exit) berdasarkan kinerja memperoleh laba atau rugi.

4). Perusahaan bersifat independen (independen behavior).

Tindakan suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan lain.

C. KURVA PERMINTAAN (KURVA D)

PERUSAHAAN MONOPOLISTIC COMPETITION

· Karena perusahaan mono-polistic competition mem-punyai monoply power dan bersifat independen sebagai akibat dari product differentiation dan jumlah perusahaan banyak dalam industri, maka kurva D yang dihadapi oleh perusahaan adalah sama dengan yang dihadapi oleh monopoli (sama dengan Figure 20).

· Kurva D dimaksud miring dari kiri atas ke kanan bawah sehingga mempunyai slope negatif dan berarti berlaku the law of demand.

D. PRICING OLEH PERUSAHAAN MONOPOLISTIC COMPETITION --- SHORT RUN DAN LONG RUN

· Kurva ATC dan MC adalah Short Run

· Perusahaan beroperasi pada bagian kurva D yang elastis ( 1)

· Kurva ATC dan MC adalah Long Run dan Short Run

· Perusahaan beroperasi pada bagian kurva D yang elastis ( 1)

E. PENINGKATAN PENJUALAN :

PRODUCT VARIATION DAN SELLING EXPENSES

Product variation dan Selling expenses adalah upaya perusahaan yang menimbulkan biaya, dengan maksud untuk meningkatkan penjualan dan laba :

1). Product variation adalah perubahan karakteristik produk agar lebih menarik bagi konsumen.

2). Selling expenses adalah biaya karena iklan, peningkatan sarana penjualan, peningkatan servis, dan lainnya.

Bandingkan Figure 31 dengan Figure 30, Product variation dan Selling expenses menyebabkan kurva D dan MR serta LAC dan LMC (Figure 31) lebih tinggi dari D dan MR serta LAC dan LMC (Figure 30).

BAB XII.

OLIGOPOLI & GAME THEORY

A. CAKUPAN BAHASAN

1. Ciri oligopoli sumber oligopoli

2. Beberapa model oligopoli bagi perusahaan menetapkan harga dan penjualan untuk memperoleh maksimum laba --- pricing model pada oligopoli termasuk Game Theory

B. CIRI OLIGOPOLI DAN SUMBER OLIGOPOLI

1. Ciri oligopoli (oligopoly) dan contoh oligopoli

Ciri oligopoli. Pada Figure 15 dikemukakan ciri oligopoli : industri oligopoli terdiri dari beberapa perusahaan (oligopolist) dan bersifat interdependen satu sama lain, terdapat penghalang yang berarti untuk entry, produk bisa persis sama (homogeneous) --- disebut pure oligopoly, atau produk sejenis tapi berbeda (differentiated) --- disebut differentiated oligopoly.

Apabila hanya terdapat dua oligopolist disebut duopoli (duopoly).

Karena jumlah oligopolist hanya beberapa (few), maka menyebabkan :

1). Setiap oligopolist mempunyai kekuatan pasar (market power) menentukan harga (P) dan penjualan (Q), tetapi saling interdependen.

Independen artinya bahwa setiap tindakan (langkah atau kebijakan) suatu oligopolist akan berakibat pada oligopolist lain, dan karenanya setiap oligopolist harus memperhitungkan kemungkinan tindakan yang akan diambil oleh lawannya (rivalnya) --- jadi ada ekspektasi (expectation) atau dugaan (conjecture) sehingga timbul suatu permainan (game) antara perusahaan, dan oleh karena itu perumusan tindakan (managerial decision making) menjadi kompleks dibandingkan pada struktur pasar lainnya.

Jadi, setiap oligopolist harus memperhitungkan kemungkinan reaksi rivalnya antara lain dalam kebijakan harga, tingkat diferensiasi produk, tingkat advertensi, macam dan jumlah servis yang akan diciptakan.

2). Perusahaan-perusahaan oligopolist akan terbagi menjadi : leader (dominant firms), dan follower.

Contoh industri oligopoli : mobil, speda motor, rokok, baja, taksi, bis, ban, mal, supermarket.

2. Sumber oligopoli

Sumber olgopoli pada dasarnya sama dengan sumber monopoli :

1). Keuntungan ekonomis karena besarnya skala perusahaan atau produksi perusahaan -- economies of scale.

2). Modal investasi sangat besar.

3). Bahan produksi yang bersifat spesial (specialized inputs).

4). Penguasaan bahan (raw material).

5). Hak patent.

6). Franchise dari pemerintah.

7). Limit pricing --- penetapan harga yang relatif rendah agar market share meningkat, sehingga short run profit dikorbankan untuk memperoleh long run profit yang maksimum.

C. BEBERAPA MODEL OLIGOPOLI BAGI OLIGOPOLIST MENENTUKAN HARGA DAN PENJUALAN

Karena oligopolist interdependen dan bisa sebagai leader atau follower, maka reaksi menjadi beragam, sehingga model oligopoli bagi oligopolist menentukan harga (P) dan penjualan (Q) dalam mencapai maksimum laba adalah beberapa :

1). The kinked demand curve.

2). Cartel arrangements.

3). Price leadership.

4). Game theory.

5). Berdasakan dugaan (conjectures) atau ekspektasi :

a. Cournot’s solution

Para oligopolist tidak melakukan kolusi dan dengan conjecture bahwa rivalnya tidak merubah jumlah produk yaitu tetap seperti pada saat sekarang.

b. Edgeworth’s solution

Para oligopolist tidak melakukan kolusi dan dengan conjecture bahwa rivalnya tidak merubah harga jual yaitu tetap seperti pada saat sekarang.

c. Hotelling’s spatial equilibrium model

Para oligopolist dibedakan menurut lokasi.

d. Stackelberg’s solution

Para oligopolist dibedakan sebagai leader dan follower, jadi conjecture follower mengikuti tindakan leader.

Di bawah ini rincian dari model 1) sampai dengan model 4).

D. MODEL THE KINKED DEMAND CURVE

Paul Sweezy, penemu model the Kinked Demand Curve Model, menyatakan bahwa apabila suatu oligopolist menaikkan harga maka dia akan kehilangan langganan karena tindakan ini tidak akan diikuti oleh oligopolist lainnya, sedangkan tindakan menurunkan harga tidak akan menaikkan pembeli karena tindakan ini akan diikuti oleh para oligopolist lainny sehingga setiap oligopolist tidak akan kehilangan pembeli atau langganan.

Akibatnya, suatu oligpolist dimaksud menghadapi kurva permintaan kinked (kinked demand curve) pada harga pasar yang berlaku, diatas harga tersebut (harga dinaikkan) kurva elastic sedangkan dibawahnya (harga diturunkan) kurva less elastic, seperti terlihat pada Figure 31 dan penjelasannya dibawah.

Jadi dalam model ini, para oligopolist menyadari ciri interdependen mereka yaitu saling mempengaruhi dan bergantungan satu sama lain, tetapi mereka tidak melakukan kolusi dalam mempertahankan harga pasar yang berlaku walaupun menghadapi perubahan biaya dan kondisi permintaan. Mereka lebih suka bersaing atas dasar kualitas, iklan, servis, dan bentuk lain persaingan selain harga (nonprice competition).

Penjelasan Figure 31

· Kurva D adalah ABC, mempunyai kinked (patah) di titik B pada harga pasar $6 dan volume 40. Bagian kurva D diatas kinked lebih elastic dibanding bagian kurva D dibawah kinked, karena peningkatan harga oleh suatu oligopolist bersangkutan tidak akan diikuti oleh para oligopolist lainnya, sedangkan penurunan harga akan diikuti.

· Kurva MR (marginal revenue) adalah AGHJ, AG adalah kurva MR terhadap kurva D bagian atas yaitu AB, sedangkan HJ berkaitan dengan kurva D bagian bawah yaitu BC.

· The best level output adalah 40 dengan harga (P) $6 per unit, berdasarkan MR = MC pada titik E.

· Oligopolist, seperti perusahaan pada struktur pasar lainnya, dapat mengalami laba atau break even atau rugi. Tetapi akan terus berproduksi (tidak ditutup) sepanjang harga lebih besar dari AVC (P AVC).

· Pergeseran kurva MC di porsi kurva MR (discontinuos part) sepanjang GH yaitu dari MC dan MC, tidak akan menyebabkan oligopolist merubah harga pasar $6 dan volume 40, sepanjang P AVC.

Kalau kurva MC naik diatas MC, oligopolist akan terdorong menaikkan harga dan mengurangi volume, sebaliknya apabila kurva MC turun dibawah MC oligopolist akan dapat menurunkan harga dan meningkatkan volume.

· Kritik terhadap model, ternyata harga adalah inflexible atau rigid dan bahkan cenderung dinaikkan.

E. CARTEL ARRANGEMENTS

Terdapat dua jenis kartel : (1). The centralized cartel; (2). The market-sharing cartel.

· The market-sharing cartel menetapkan kepada setiap anggota hak untuk beroperasi di area geograpis tertentu. Contoh, Du Pont of the United States dan Imperial Chemicals of the United Kingdom sepakat membagi pasar untuk chmeicals, Du Pont di North and Central America (except for British passessions) sedangkan Imperial Chemical di British Empire and Egypt.

· Bentuk kartel terkenal adalah the centralized cartel (lihat Figure 32), para anggota sepakat menetapkan harga monopoli, alokasi produksi, dan laba untuk dimiliki bersama. Contoh, OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries).

Pada kedua kartel dimaksud terdapat collusion bersifat jelas (overt) atau eksplisit, atau bersifat implisit (tacit or implicit) seperti pada Price leadership models. Di Amerika Serikat, cartel adalah ilegal (the Sherman Antitrust Act of 1890, walaupun perusahaan Amerika Serikat bisa bergabung dalam international cartel arrangements, seperti IATA.

The centralized cartel

· D adalah kurva pasar (total market demand curve), dan kurva MR.

· Kurva MC merupakan total (by summing horizontally) dari MC setiap perusahaan anggota kartel.

· The centralized cartel menetapkan P = $8 dan volume jual 50 berdasarkan perpotongan kurva MC dengan kurva MR, sehingga mengalokasi 20 unit untuk perusahaan 1 dan 30 unit untuk perusahaan 2, dimana MC1 = MR1 pada E1 dan MC2 = MR2 pada E1.

Jadi kartel seperti monopoli beroperasi dengan 2 pabrik (multiplant model).

· Apabila MC1 MR1, maka total cost of cartel bisa diturunkan dengan memindahkan produksi dari perusahaan 1 ke perusahaan 2 sampai MC1 = MC2.

F. PRICE LEADERSHIP

Dengan model price leadership, para oligopolists tidak melakukan perang harga (price war) atau kolusi (overtcollusion). The price leader (the barometric firm atau the dominant oligopolist) biasanya oligopolist yang besar atau dominan dalam industri, atau oligopolist yang mempunyai biaya rendah.

The price leader menetapkan atau merubah harga --- price makers, dan kemudian diikuti oleh para oligopolists lainnya sebagai follower --- jadi the followers bertindak selaku price takers dan mengisi suplai ke pasar sisa dari the price leader.

· DT yaitu ABCFG adalah kurva D pasar oligopoli.

· MCF adalah jumlah semua (the horizontal summation) dari MC semua follower.

· DL yaitu HNFG adalah kurva D bagi follower, yaitu DT – MCF = DL (follower demand), dan marginal revenue adalah MRL.

Follower supplai ke pasar atau follower penjualan, ditetapkan pada harga yang ditetapkan oleh price leader = MCF. Apabila price leader menetapkan :

· Harga $7, maka harga $7 = MCF pada titik B, sehingga follower penjualan HB = 50 unit, sedangkan leader penjualan 0.

· Harga $2, maka harga $2 = MCF pada titik T, sehingga follower penjualan 0, sedangkan leader penjualan TF = 100.

· Harga $6, maka harga $6 = MCF pada titik R, sehingga follower penjualan JR = 40 unit, sedangkan leader penjualan = 20.

G. STRATEGIC BEHAVIOR AND GAME THEORY

1. Istilah (terms)

Studi mengenai strategic behavior merupakan substansi dari Game Theory (diprakarsai oleh matematis John von Neumann dan ekonomis Oskar Morgenstern pada tahun 1944.

Pada dasarnya, Game Theory mengenai pilihan dari strategi yang terbaik atau optimal dalam situasi konflik.

· Strategic behavior adalah rencana tindakan (the plan of action) setelah memperhitungkan langkah (tindakan) yang akan dilakukan oleh pesaing.

· Dalam Game Theory terdapat :

· Players yaitu the decision makers.

· Strategies yaitu pilihan (choices) merubah atau menetapkan harga, atau membuat produk baru, melakukan iklan baru, membangun pabrik baru, dan lainnya yang mempengaruhi penjualan dan laba dari suatu oligopolist dan saingannya (its rival).

· Payoff yaitu hasil (outcome atau consequence) dari setiap startegy. Payoff matrix yaitu tabel payoffs.

· The dominant startegy yaitu pilihan optimal bagi suatu player apapun para pesaing (rival) --- the optimal choice for a player no matter what opponent does.

· Payoff matrix, misal untuk an advertising game

Figure 35 : Payoff matrix of an advertising game

Membaca tabel (strategi A) :

Kalau B lakukan X (adver-tise), maka laba A 4 kalau A lakukan X, 2 kalau lakukan Y (Don’t Advertise).

Tapi kalau B lakukan Y, maka laba A 5 jika X, 3 jika Y.

Jadi, the dominant strategy bagi A adalah X (advertise), apapun B lakukan X atau Y.

Payoff (angka) adalah laba (kiri untuk Firm A, kanan untuk Firm B) hasil strategi (X = Advertise, Y = Don’t Advertise).

FIRM B

Advertise

(X)

Don’t Advertise

(Y)

FIRM

A

Advertise

(X)

4,3

5,1

Don’t Advertise

(Y)

2,5

3,2

Membaca tabel (strategi B) :

Kalau A lakukan X (advertise), maka laba B 3 kalau B lakukan X, 1 kalau lakukan Y (Don’t Advertise). Tapi kalau A lakukan Y, maka laba B 5 jika X, 2 untuk Y.

Jadi, the dominant strategy untuk B juga X (advertise), apapun A lakukan X atau Y.

2. Nash Equilibrium

Figure 36 : Payoff matrix of an advertising game

Membaca tabel (strategi A) :

Kalau B lakukan X (adver-tise), maka laba A 4 kalau A lakukan X, 2 kalau lakukan Y (Don’t Advertise).

Tapi kalau B lakukan Y, maka laba A 5 jika X, 6 jika Y.

Jadi A tidak memiliki the dominant strategy (karena payoff A pada pojok kanan diganti dari 3 menjadi 6).

Payoff (angka) adalah laba (kiri untuk Firm A, kanan untuk Firm B) hasil strategi (X = Advertise, Y = Don’t Advertise).

FIRM B

Advertise

(X)

Don’t Advertise

(Y)

FIRM

A

Advertise (X)

4,3

5,1

Don’t Advertise (Y)

2,5

6,2

Membaca tabel (strategi B) :

Kalau A lakukan X (advertise), maka laba B 3 kalau B lakukan X, 1 kalau lakukan Y (Don’t Advertise). Tapi kalau A lakukan Y, maka laba B 5 jika X, 2 untuk Y.

Jadi, the dominant strategy untuk B adalah X (advertise), apapun A lakukan X atau Y.

Pada matrik payoff diatas, B memperoleh the dominant strategy sedangkan A tidak. Akibatnya, apa yang harus A lakukan tergantung pada apa yang akan B lakukan --- yaitu karena B lakukan X (advertise), maka A harus melakukan X, ini disebut the Nash Equilibrium.

The Nash Equilibrium (oleh matematis John Nash pada tahun 1951, John Nash pemenang Nobel Prize tahun 1994) adalah situasi dimana setiap player memilih masing-masing the optimal startegy atas dasar strategi yang dipilih oleh player saingannya.

3. The prisoners’ dilemma

Figure 37 : Payoff matrix of confessing game

A dan B dinterograsi terpisah tan-pa ada komunikasi, maka kalau :

A dan B mengaku, masing-masing dituntut 5 tahun --- 5,5.

A mengaku dan B tidak mengaku, A bebas tapi B dituntut 10 tahun -- 0,10.

B mengaku dan A tidak mengaku, B bebas tapi A dituntut 10 tahun -- 10,0.

A dan B tidak mengaku, masing-masing dituntut 1 tahun --- 1,1

Payoff (angka) adalah hu-kuman penjara (kiri untuk A, kanan untuk B) hasil strategi (X = Confess, Y = Don’t Confess).

INDIVIDUAL B

Confess

(X)

Don’t

Confess

(Y)

INDIVI- DUAL

A

Confess (X)

5,5

0,10

Don’t Confess (Y)

10,0

1,1

The best or dominant strategy untuk A dan B masing-masing adalah confess --- 5,5. Karena A dan B tidak bisa berkomunikasi untuk kolusi, maka masing-masing akan dituntut 5 tahun.

· The prisoners’ dilemma (juga situasi dihadapi oleh para oligopolists) adalah situasi dimana setiap perusahaan mengadopsi atau menerapkan masing-masing dominant strategy, tetapi masing-masing dapat berbuat lebih baik lagi dengan kerjasama atau kooperatif satu sama lain.

· Untuk memahami the prisoners’ dilemma, lihat situasi yang dihadapi oleh dua tersangka (suspects) tuduhan perampok A dan B dengan negative payoff seperti pada matrik payoff diatas.

· Konsep the prisoners’ dilemma dapat digunakan untuk strategi pada price competition dan non price competition, insentif untuk melakukan cheating (melakukan tindakan secara diam-diam) dalam kartel, ancaman (threats), halangan untuk perusahaan baru berdiri (entry deterrence), kebijakan perdagangan luar negeri.

55