25
Kurikulum Berbasis Kompetensi Di Pesantren OLeh : Omay Komarudin Tugas Makalah Mata Kuliah KBK Prodi Pengembangan Kurikulum S2 1. Ancangan Fenomena masyarakat atau orang tua sekarang kecenderungannya meyekolahkan anaknya ke sekolah yang bernuansa keagamaan ( TKIT,SDIT,SMPIT dan SMAIT ) bahkan ke sekolah yang berbasis pesantren. Menurut catatan penulis, di daerah Tasikmalaya yang sekolahnya menerapkan system pesantren ( di asrama kan ) selalu dibanjiri oleh calon santri yang mendaftar bahkan banyak yang tidak tertampung . Berikut ini data penerimaan siswa baru ( PSB ) dari sekolah yang menerapkan system berasrama ( pesantren ) dan sekolah yang disekitarnya ada pesantren : No pendaftar diterima Ditolak Pesantren Sukamanah 550 550 - Pesantren Sukahideng 750 700 50 Pesantren At- Tajdid 90 90 - Pesantren Al- Furqon 400 280 120 Pesantren Condong 550 500 50 Pesantren Amanah 700 600 100 Tren ini nampaknya akan terus meningkat, kepercayaan masyarakat akan terus tumbuh, tidak pernah surut. Yang pada awalnya masyarakat memandang sebelah mata pada pesantren, justru sekarang menjadi

Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

Kurikulum Berbasis Kompetensi Di Pesantren

OLeh : Omay Komarudin

Tugas Makalah Mata Kuliah KBK

Prodi Pengembangan Kurikulum S2

1. Ancangan

Fenomena masyarakat atau orang tua sekarang kecenderungannya meyekolahkan anaknya ke sekolah

yang bernuansa keagamaan ( TKIT,SDIT,SMPIT dan SMAIT ) bahkan ke sekolah yang berbasis pesantren.

Menurut catatan penulis, di daerah Tasikmalaya yang sekolahnya menerapkan system pesantren ( di

asrama kan ) selalu dibanjiri oleh calon santri yang mendaftar bahkan banyak yang tidak tertampung .

Berikut ini data penerimaan siswa baru ( PSB ) dari sekolah yang menerapkan system berasrama

( pesantren ) dan sekolah yang disekitarnya ada pesantren :

No pendaftar diterima Ditolak

Pesantren Sukamanah 550 550 -

Pesantren Sukahideng 750 700 50

Pesantren At-Tajdid 90 90 -

Pesantren Al-Furqon 400 280 120

Pesantren Condong 550 500 50

Pesantren Amanah 700 600 100

Tren ini nampaknya akan terus meningkat, kepercayaan masyarakat akan terus tumbuh, tidak pernah

surut. Yang pada awalnya masyarakat memandang sebelah mata pada pesantren, justru sekarang

menjadi pilihan pertama menyekolahkan anaknya sebelum ke sekolah negeri. Ada apa dengan

fenomena ini? Apa rahasia proses pendidikan pesantren? Apa Pesantren itu ? Dan kurikulum apa yang

diterapkan pada pesantren itu?

2. Tentang Pesantren

Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti

rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal

dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya

digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau

menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau (Madjid,1997).

a. Etimologi

Page 2: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

Menurut situs Wikipedia.org Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an artinya tempat santri,

di mana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa (Wikipedia ) Istilah pondok berasal dari

Bahasa Arab funduuq (فن�دوق) yang berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga

dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk mengatur kehidupan

pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya,

mereka biasanya disebut lurah pondok.Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga

mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan

dengan kyai dan juga Tuhan.

Pesantren telah ada di Indonesia sejak tahun 1596 ( Wikipedia.org), mungkin namanya belum

pesantren hanya disebut kegiatan keagamaan. Bahkan dalam catatan Howard M. Federspiel- salah

seorang pengkaji keislaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh

(pesantren disebut dengan nama Dayah di Aceh) dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di

Gowa (Sulawesi) telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk

belajar.[5]

b. Elemen Dasar Sebuah Pesantren

Beberapa ilmuwan yang mengamati pesantren menyepakati unsur-unsur sebuah pesantren adalah ;

pondok, kiai, masjid, kitab klasik dan santri.

Pondok

Pondok pada dasarnya adalah asrama pendidikan Islam Tradisional tempat siswa ( santri ) tinggal dibawah

bimbingan Kiai.BIasanya pondok lokasinya berdekatan dengan rumah Kiai supaya lebih memdudahkan

komunikasi dengan santrinya dalam hal pengggemblengan akhlak atau perilakunya.( Wikipedia.org ).

Bahkan Zamakhsari Dhofir (1982:46) mengulas hubungan kiai dan santrinya supaya dekat agar ada sikap

timbal balik antara Kyai dan santri di mana para santri menganggap Kyai seolah-olah menjadi bapaknya

sendiri, sedangkan santri dianggap Kyai sebagai titipan Tuhan yang harus senantiasa dilindungi

Sikap timbal balik tersebut menimbulkan rasa kekeluargaan dan saling menyayangi satu sama lain,

sehingga mudah bagi Kyai dan ustaz untuk membimbing dan mengawasi anak didiknya atau

santri. Segala sesuatu yang dihadapi oleh santri dapat dimonitor langsung oleh Kyai dan ustaz,

sehingga dapat membantu memberikan pemecahan ataupun pengarahan yang cepat terhadap

santri, mengurai masalah yang dihadapi para santri.

Page 3: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

Masjid

Masjid ini merupakan unsur pesantren yang tidak bias dipisahkan dan dianggap sebagai tempat

yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik ibadah lima waktu, khotbah

dan salat Jumat dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Zamakhsyari Dhofir (1982: 49)

berpendapat bahwa: “Kedudukan masjid sebagai sebagai pusat pendidikan dalam tradisi

pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional” .

Pengajaran Kitab-kitab Klasik

Pengajaran kitab-kitab klasik di pesantren bertujuan untuk meneruskan tujuan utama pesantren

yaitu mendidik calon-calon ulama yang setia terhadap paham Islam tradisional. Karena itu kitab-

kitab Islam klasik merupakan bagian integral dari nilai dan paham pesantren yang tidak dapat

dipisah-pisahkan.Masyarakat menyebut kitab klasik itu “kitab kuning”, entah dari mana asal-usul

istilah ini, mungkin disebabkan warna kertas dari kitab tersebut berwarna kuning, tetapi

realitasnya saat ini kitab-kitab Islam klasik sudah banyak dicetak dengan kertas putih.

Pengajaran kitab-kitab Islam klasik oleh pengasuh pondok (Kyai) atau ustaz biasanya dengan

menggunakan sistem sorogan, wetonan, dan bandongan. Adapun kitab-kitab Islam klasik yang

diajarkan di pesantren menurut Zamakhsyari Dhofir dapat digolongkan ke dalam 8 kelompok,

yaitu: (1) Nahwu (syntax) dan Sharaf (morfologi), (2) Fiqih (hukum), (3) Ushul Fiqh (yurispundensi),

(4) Hadits, (5) Tafsir, (6) Tauhid (theologi), (7) Tasawuf dan Etika, (8) Cabang-cabang lain seperti

Tarikh (sejarah) dan Balaghah” [11] Zamakhsyari Dhofir, 1982: 50

Keberadaan kitab klasik tidaklah dapat dipisahkan dengan Kyai di pesantren. Kitab-kitab Islam

klasik merupakan modifikasi nilai-nilai ajaran Islam, sedangkan Kyai merupakan personifikasi dari

nilai-nilai itu. Selain itu kiai mempunyai kekuatan-kekuatan kharismatik dan mistik yang juga

karena kemampuannya menguasai kitab-kitab Islam klasik.

Sehubungan dengan hal ini, Moh. Hasyim Munif mengatakan bahwa: “Ajaran-ajaran yang

terkandung dalam kitab kuning tetap merupakan pedoman hidup dan kehidupan yang sah dan

relevan. Sah artinya ajaran itu diyakini bersumber pada kitab Allah Al-Qur’an dan sunnah

Rasulullah (Al-Hadits), dan relevan artinya ajaran-ajaran itu masih tetap cocok dan berguna kini

atau nanti” [12] Moh. Hasyim Munif, 1989: 25

Page 4: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

Santri

Santri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar mendalami agama di pesantren. Menurut

Zamakhsyari Dhofir berpendapat bahwa: “Santri yaitu murid-murid yang tinggal di dalam

pesantren untuk mengikuti pelajaran kitab-kitab kuning atau kitab-kitab Islam klasik yang pada

umumnya terdiri dari dua kelompok santri yaitu: - Santri Mukim yaitu santri atau murid-murid

yang berasal dari jauh yang tinggal atau menetap di lingkungan pesantren. - Santri Kalong yaitu

santri yang berasal dari desa-desa sekitar pesantren yang mereka tidak menetap di lingkungan

kompleks peantren tetapi setelah mengikuti pelajaran mereka pulang (Dhofir, 1982: 51)

Dalam menjalani kehidupan di pesantren, pada umumnya mereka mengurus sendiri keperluan

sehari-hari dan mereka mendapat fasilitas yang sama antara santri yang satu dengan lainnya.

Santri diwajibkan menaati peraturan yang ditetapkan di dalam pesantren tersebut dan apabila

ada pelanggaran akan dikenakan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

Kyai

Istilah Kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasa Jawa ( Manfred Ziemek, 1986

130 ).Kata Kyai mempunyai makna yang agung, keramat, dan dituahkan. Sebutan Kyai

dimaksudkan untuk para pendiri dan pemimpin pesantren, yang sebagai muslim terhormat telah

membaktikan hidupnya untuk Allah SWT serta menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-ajaran

serta pandangan Islam melalui pendidikan.

Begitu pentingnya kedudukan Kiai, selain sebagai tokoh sentral dalam tata kehidupan pesantren,

sekaligus sebagai pemimpin pesantren bahkan pemimpin agama di masyarakat sekitarnya. Dalam

kedudukan ini nilai kepesantrenannya banyak tergantung pada kepribadian Kyai sebagai suri

teladan dan sekaligus pemegang kebijaksanaan mutlak dalam tata nilai pesantren.

Jenis pesantren

Dari sekian banyak pesantren di Indonesia, dapat dikategorikan menjadi dua yaitu : pesantren

salaf dan pesantren kholaf ( modern ), entah siapa yang mencetuskan istilah tersebut. Tapi

ringkasnya, pesantren Salaf adalah pesantren yang murni mengajarkan Pendidikan Agama

Page 5: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

sedangkan Pesantren Modern menggunakan sistem pengajaran pendidikan umum atau

Kurikulum.

Pesantren salaf

Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya disebut pesantren salaf . Pola

tradisional yang diterapkan dalam pesantren salafi adalah para santri bekerja untuk kyai mereka -

bisa dengan mencangkul sawah, mengurusi empang (kolam ikan), dan lain sebagainya - dan

sebagai balasannya mereka diajari ilmu agama oleh kyai mereka tersebut. Sebagian besar

pesantren salafi menyediakan asrama sebagai tempat tinggal para santrinya dengan

membebankan biaya yang rendah atau bahkan tanpa biaya sama sekali. Para santri, pada

umumnya menghabiskan hingga 20 jam waktu sehari dengan penuh dengan kegiatan, dimulai dari

salat shubuh di waktu pagi hingga mereka tidur kembali di waktu malam.Pada waktu siang, para

santri pergi ke sekolah umum untuk belajar ilmu formal, pada waktu sore mereka menghadiri

pengajian dengan kyai atau ustaz mereka untuk memperdalam pelajaran agama dan al-Qur'an.

Pesantren modern

Ada juga pesantren yang mengajarkan pendidikan umum, di mana persentase ajarannya lebih

banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum (matematika, fisika, dan lainnya).

Ini sering disebut dengan istilah pondok pesantren modern, dan umumnya tetap menekankan

nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri.Pada pesantren

dengan materi ajar campuran antara pendidikan ilmu formal dan ilmu agama Islam, para santri

belajar seperti di sekolah umum atau madrasah.Pesantren campuran untuk tingkat SMP kadang-

kadang juga dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah, sedangkan untuk tingkat SMA dengan

nama Madrasah Aliyah.

3. Tentang Kurikulum dan Kompetensi

Pengertian Kurikulum

Page 6: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

Robert S. Zais mengatakan dalam curriculum principle and foundation bahwa kurikulum adalah …………… a

race course of subject matters to be mastefred, artinya suatu lapangan dari mata pelajaran yang harus

dikuasai oleh siswa. Pengertian kurikulum ini menekankan pada isi, sedangkan pengertian Menurut

caswell dan Campbell dalam bukunya curriculum development ( 1935 ) kurikulum ………. To be composed

of all experiences children have under the guidance of teachers. ( nana syaodih ; pengembnagan kurikulum

teri dan praktek( remaja rosda karya tahun 2007 hal 4 ). Nampkanya menekankan pada pengalaman

belajar.

Sedangkan rumusan yang agak lebih lengkap kurikulum di definiskan oleh : Romine ( 1994 ) yang dikutip

oleh Oemar Hamalik dalam bukunya dasar2 pengembangan kurikulum “ yaitu curriculum is interpreted to

mean all of oraganized course,activities and experiences which pupils have under direction of school wether

in classroom or not”. Dari pendapat diatas jelas kurikulum bukan hanya sebatas mata pelajran saja tetapi

meliputi semua kegiatan baik di dalam atau pun di luar sekolah.

Sdangkan versi pemerintah kurikulum tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Dari sekian definsi kurikulum, penulis mengambil intisari degfinisinya yaitu kurikulum adalah : mata

pelajaran ( isi dan bahan),pengalaman atau aktivitas belajar, cara dan tujuan yang ingin dicapai.

Pengertian Kompetensi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan

atau memutuskan sesuatu hal. Sedangkan menurut berbagai literature, Kompetensi dapat diartikan :

1. “Pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu

“(Rustyah, 1982). Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai

dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak.

2. “Kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau latihan “(Herry,

1998).

3. “Penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk

menunjang keberhasilan”, menurut Finch dan Crunkilton dalam Mulyasa (2004: 38). Hal itu

menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan sikap dan apresiasi yang harus

Page 7: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

dimiliki peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas - tugas pembelajaran sesuai dengan jenis

pekerjaan tertentu.

4. ”Gambaran Hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti”, menurut Broke dan

Stone (Uzer Usman, 2007:14)

5. “Kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap

kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan”,menurut UU No. 13/2003 tentang

Ketenagakerjaan: pasal 1 (10).

6. “Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standard nasional yang telah disepakati”,

menurut UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas penjelasan pasal 35 (1)

7. “Pernyataan tentang bagaimana sesorang dapat mendemontrasikan: keterampilan,

pengetahuan dan sikapnya di tempat kerja sesuai dengan standar Industri atau sesuai

dengan persyaratan yang ditetapkan oleh tempat kerja (industri)”, menurut Standard

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

Dari berbagai definisi kompetensi menurut para ahli diatas, jelas saling melengkapi ada yang

Nampak kurang lengkap mungkin disesuaikan dengan kondisi saat itu dan tempat itu,ada pula

pengertian kompetensi yang dianggap cocok atau sesuai. Kalau di kolaborasikan dari no 1-7,

intinya kompetensi adalah Kemampuan yang dapat didemonstraikan mencakup keterampilan,

pengetahuan dan sikap.

Jika digabungkan pengertian kurikulum dan pengertian kompetensi adalah kemampuan tentang

materi pelajaran, pengalaman belajar yang dapat didemonsatraikan dalam bentuk pengetahuan,

keterampilan dan sikap sesuai dengan tujuan kurikulum yang akan dicapai. Dalam hal ini

difokuskan pada aktivitas di pesantren

4. Kurikulum Berbasis Kompetensi di Pesantren

Dari pengertian pesantren, kurikulum dan kompetensi, penulis coba menganalisa tentang aktivitas

pesantren yang dekat dengan rumah yaitu ;

1. Pesantren Al-Falah Kebonkalapa ( Salaf )

2. Pesantren Sukahideng dan Sukamanah ( semi modern )

Page 8: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

3. Pesantren At-Tajdidd Muhammadiyah ( SMP-SMA ) kategori boarding school

4. Pesantren Gontor ( pesantren modern )

No urut 1 s.d 3, penulis dating langsung dan mengamati serta mewawancarai proses

belajarnya, sedangkan no urut 4 hasil analisa penulis karena keingin tahuan proses belajar

mengajat di Gontor. Berikut perbandingan empat pesanten yang mewakili golomgan

peantren Salaf, kholaf dan boarding school.

Tabel Perbandingan Pesantren Bidang Non Kurikulum

Aspek Pesantren Al-

Falah (Salaf )

Semi Boarding

School

( Sukamanah )

Boarding School ( P-

At-tajdiid )

Pesantren Modern

(Gontor)

Status

- Milik

pribadi

-Sub system

pendidikan

nasional

- Milik institusi

Milik

muhammadiyah

Milik yayasan

Falsafah - - - Keihklasan,Kesederh

anaan, Berdikari,

Ukhuwah Islamiyah,

Kebebasan

Sifat

- Bebas

waktu,

tempat,

bebas biaya

dan waktu

- Masih berlaku

Bagi PNF dan tidak

berlaku untuk PF

Pendidikan formal

baik kurikulum

sekolah dan Gontor

nya

Pendidikan formal baik

kurikulum sekolah dan

Gontor nya

Tujuan - Agama

(Ukhrawi)

- Memahami

dan

mengamalka

n secara

- Agama (Ukhrawi)

- Memahami dan

mengamalkan

secara tekstual

- Agama (duniawi)

- Memahami dan

mengamalkannys

sesuai dengan

tenpat dan zaman

- Agama (duniawi)

- Memahami dan

mengamalkannys

sesuai dengan tenpat

dan zaman

Page 9: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

tekstual

Kepemimpi

nan

- Karismatik Rasional - Rasional Kharismatik dan

rasional

Madzhab As’ariyah As’ariyah Wahabiyah /

Muhammadiyah

Non Madzhab

Hapalan Sangat

diharuskan

Sangat diharuskan diharuskan ditambah

dengan diskusi dan

analisa

Sangat diharuskan

Pengasuhan Tidak ada

pengasuhan

oleh senior

Ada pengasuhan

oleh senior

Ada pengasuh dan

pembimbing khusus

setiap 15 orang satu

pengasuh

Dibimbing oleh senior

dan pengasuh

Bahasa

pengantar

Bahasa Daerah - Daerah

- Arab

- Indonesia

- Indonesia

- Arab

- Inggris

- Bahasa Arab

- Bahasa Inggris

- Kadang Bahasa

Indonesia

Jenjang/

Lamanya

Belajar

Bebas Bebas tapi pada

umumnya mengikuti

pendidikan formal

Sesuai dengan

pendidikan formal

Minimal 6 tahun

Peran Santri terbatas diberdayakan diberdayakan Diberi delegasi

Biaya Bebas Ada biaya

makan,listrik,mengaji

, uang bangunan dan

lain2

Ada biaya

makan,listrik,mengaji

, uang bangunan dan

lain2

Ada biaya

makan,listrik,mengaji,

uang bangunan dan

lain2

Kepatuhan Sangat patuh Sangat patuh patuh Sangat patuh

Peran Kiai Sangat

dominan

Sangat Dominan Ada manajemen

sistem

Ada manajemen sistem

Kedispilinan Bebas hanya

diberitahukan

norma-norma

agama saja

Ada peraturan ketat Ada peraturan ketat Ada peraturan ketat

Asrama - Hidup

bersama

- Hidup

bersama

Hidup bersama

- Dialog

Hidup bersama

- Dialog

Page 10: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

menerima.,

memiliki ilmu

dan

mengamalka

nnya

- Dialog

- Menjadi ilmu

sebagai sarana

pengembangan diri

- Menjadi ilmu

sebagai sarana

pengembangan diri

- Menjadi ilmu

sebagai sarana

pengembangan diri

Pengurus

-

Mengabdi

pada kyai

-

Bertanggungjawab

pada unit kerjanya

- Memberi

masukan/pertimba

ngan kyai

-

Bertanggungjawab

pada unit kerjanya

- Memberi

masukan/pertimba

ngan kyai

-

Bertanggungjawab

pada unit kerjanya

- Memberi

masukan/pertimban

gan kyai

Tabel Perbandingan Komponen Pengembangan Kurikulum

Aspek Pesantren

Al-Falah

(Salaf )

Semi Boarding

School

( Sukamanah )

Boarding School ( P-At-

tajdiid )

Pesantren Modern

(Gontor)

Tujuan

- Agama

(Ukhrawi)

-

Memahami

dan

mengamalk

an secara

tekstual

- Agama

(Ukhrawi)

- Memahami

dan

mengamalkan

secara tekstual

- Agama (duniawi)

- Memahami dan

mengamalkannys sesuai

dengan tenpat dan

zaman

- Agama (duniawi)

- Memahami dan

mengamalkannys

sesuai dengan

tempat dan zaman

Mata

Pelajaran

Al-qur’an,

Jurumiyah,

safinatunnaj

a, Sulam

Taufik,

Akhalul

- Al-Qur’an

- Tajwid :

Hidayatus

Sibyan

- Tauhid

: Jawahirul

Mapel dari Diknas ditambah

dengan :

Durusullughoh

Mutholaah

Imla/Dictation

Insya/Composition

Khat

Bahasa Arab

Dirasah

Islamiyah

Ilmu keguruan

dan psikologi

Page 11: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

Baniin Kalamiyah

- Fiqih :

Safinatun

Naja’, Sulam

Taufiq, Sulam

Munajat

- Akhlak ;

Washaya dan

Akhlakul

Banin

- Nahwu :

Nahwu

Wadhih dan

jjurumiyah

- Shorof

: Al Amshilatut

Tasrifiyah

Mahfudzot

Muhadatsah

Nahwu

Sharaf

Balaghoh

Tajwid/Tahsinul Qur'an

Terjamah Qur'an

Tafsir

Ulumul Qur'an

Tauhid

Tarikh Islam

Fiqh

Usul Fiqh

Ahadits Mukhtarah

Ulumul Hadits

Akhlak

Faraid

Reading

Grammar

Tarbiyah

pendidikan

Bahasa Inggris

Ilmu Pasti

Ilmu

Pengetahuan

Alam

Ilmu

Pengetahuan

Sosial

Keindonesiaan/

Kewarganegara

an.

Jam Belajar Setiap ba’da

Sholat

Pengjian Agama

Setiap ba’ada

Sholat, waktu

PBM di sekolah

dari pukul 07.00

s.d 14.00

Dari pukul 04.00 s.d 22.00 Jam belajar di

pondok gontor

dimulai pada jam

04.30 saat salat

subuh dan berakhir

pada pukul 22:00.

Jam belajar ini

terbagi menjadi

dua bagian:

Pendidikan

formal dimulai

dari pukul 07:00

Page 12: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

- 12:15

Pengasuhan 24

jam

Metode wetonan,

sorogan,

halaqoh dan

klasikal

wetonan,

sorogan,

halaqoh dan

klasikal

Diskusi, classical,

demonstrasi dll

Diskusi, classical,

demonstrasi dll

Sumber

belajar

Kitab-kitab

klasik

Kitab kuning Materi keagamaan

bernuansa

kemuhammadiyahan dan

buku dari Gontor

Membuat buku

sendiri bidang

keagamaan, bahasa

dan keterampilan

serta pelajaran

umum

Madzhab As’ariyah As’ariyah Wahabiyah /

Muhammadiyah

Non Madzhab

Hapalan Sangat

diharuskan

Sangat diharuskan Sangat diharuskan

ditambah dengan diskusi

dan analisa

Sangat diharuskan

Pengasuhan Tidak ada

pengasuhan

oleh senior

Ada pengasuhan

oleh senior

Ada pengasuh dan

pembimbing khusus setiap

15 orang satu pengasuh

Dibimbing oleh

senior dan pengasuh

Bahasa

pengantar

Bahasa

Daerah

- Daerah

- Arab

- Indonesia

- Indonesia

- Arab

- Inggris

- Bahasa Arab

- Bahasa Inggris

- Kadang Bahasa

Indonesia

Evaluasi Hapalan, tes

essai

hafalan , tes

esai,berkemban

g menjadi

bentuk praktek

secara langsung

hafalan , tes

esai,berkembang

menjadi bentuk praktek

secara langsung

hafalan , tes

esai,berkembang

menjadi bentuk

praktek secara

langsung

Page 13: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

Eskul Tidak ada

ekskul

Bahasa,keterampil

an

Bahasa,keterampilan,silat Keterampilan,

kesenian,

Kepramukaan dan

olahraga.

Perpustakaa

n,

dokumentas

i dan alat

pendidikan

- Tidak ada

- Manual

- Ada

-Manual,

elektronika

- Computer

- Ada

- Manual, elektronika

- Computer

- Ada

-Manual,

elektronika

- Computer

5. Bagaimana memulai pengembangan kurikulum di pesantren ?

Untuk mengembangkan kurikulum di pesantren, diasumsikan tidak terlepas dari kehidupan dan

pengalaman pendiri pesantren itu. Seperti halnya pesantren Gontor yang didirikan pada tanggal 9

Oktober 1926 M memadukan berbagai ilmu dan pengalaman dengan cara mensintesis dari berbagai

perguruan tinggi kenamaan di Asia dan Afrika. Dari Universitas Al Azhar (Mesir) yang tampil

sebagai kubu pertahanan Islam, wakaf dan usaha pertanian yang luas dan abadi, Universitas

Syanggit (Afrika Utara) dengan sistem beasiswanya, Universitas Aligargh (India) yang berusaha tak

kenal lelah dengan modernisasinya, dan Shantini Ketan (Tagore, India) dengan kebersahajaan atau

kesederhanaannya, kekeluargaan, dan kedamaiannya, telah berhasil ‘membentuk’ masa depan

anak-anak bangsanya melalui pendidikan.

Sedangkan pesantren Al-Falah yang didirikan pada tahun 1936 menduplikasi hasil mengajinya K.H Ahmad

Faqih di Cilenga yang satu angkatan dengan K.H ZaenAL Mustopa Pahlawan Nasional dari pesantren

Sukamanah. Sama halnya dengan pesantren Al-falah, Pesantren Sukamanah juga mengajarkan materi

sesuai dengan apa yang didapatkan ketika mengaji di Pesantren Cilenga yaitu pengkajian kitab kuning.

Sedangkan Pesantren At-tajdid mengadopsi system pondok gontor yang digabungkan dengan kurikulum

Diknas ditambah dengan ciri khas kemuhammadiyahan.

Selanjutnya untuk pengembangan kurikulum di Pesantren Salaf nyaris tidak ada, yang ada di

pengembangan kurikulum yaitu di pesantren At-tajdiid dan Gontor, yang meramu dan membuat sendiri

silabus dan modulnya.

Dari gambaran contoh kegiatan sehari-hari kita bisa melihat implementasi

kurikulum Berbasis Kompetensi di pesantren.

Page 14: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

Contoh

JADWAL KEGIATAN HARIAN PESANTREN AL-FALAH

WAKTU KEGIATAN

04.00 – 04.30 Bangun pagi dan persiapan shalat shubuh

04.30 – 05.00 Shalat shubuh berjamaah

05.00 – 06.00 Tasrifan/Nahwu

06.00 – 07.15 Safinah,Tijan

12.00 - 13.00 Shalat Dhuhur

12.40 – 13.40 Sulam Taufik dan Munajat

15.00 – 15.30 Shalat ‘Ashar berjamaah

15.30 – 17.30 Akhlak Banin

17.30 – 18.00 Persiapan shalat Maghrib (membaca al-Quran)

18.00 – 19.00 Shalat Maghrib, membaca dzikir, tadarus al-Quran

19.00 – 19.30 Makan malam

19.30 – 20.00 Shalat Isya’ berjamaah

20.00 – 21.30 Imriti

21.30 – 22.00 Persiapan tidur malam

22.00 – 04.00 Tidur malam

Comments

JADWAL KEGIATAN HARIAN PESANTREN SUKAMANAH

WAKTU KEGIATAN

04.00 – 04.30 Bangun pagi dan persiapan shalat shubuh

04.30 – 05.00 Shalat shubuh berjamaah

05.00 – 06.00 Tilawah/tahfidz al-Quran dan pembelajaran bahasa Arab

06.00 – 07.15 Persiapan masuk sekolah (mandi, makan pagi, membersihkan kamar/menertibkan barang pribadi)

07.15 – 07.30 Apel pagi (persiapan masuk sekolah)

07.30 – 12.00 Kegiatan pembelajaran di sekolah

Page 15: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

12.00 - 13.00 Shalat Dhuhur berjamaah dan makan siang

13.00 – 15.00 Kegiatan pembelajaran di sekolah

15.00 – 15.30 Shalat ‘Ashar berjamaah

15.30 – 17.30 Sulam Taufik

17.30 – 18.00 Persiapan shalat Maghrib (membaca al-Quran)

18.00 – 19.00 Shalat Maghrib, membaca dzikir, tadarus al-Quran

19.00 – 19.30 Makan malam

19.30 – 20.00 Shalat Isya’ berjamaah

20.00 – 21.30 Kitab Kunimh

21.30 – 22.00 Belajar pelajaran sekolah dan Persiapan tidur malam (diabsen, berdoa)

22.00 – 04.00 Tidur malam (dikontrol oleh murobbi/yah secara insidentil)

Comments   

JADWAL KEGIATAN HARIAN PESANTREN AT-TAJDID

WAKTU KEGIATAN

04.00 – 04.30 Bangun pagi dan persiapan shalat shubuh

04.30 – 05.00 Shalat shubuh berjamaah

05.00 – 06.00 Tilawah/tahfidz al-Quran dan pembelajaran bahasa Arab

06.00 – 07.15 Persiapan masuk sekolah (mandi, makan pagi, membersihkan kamar/menertibkan barang pribadi)

07.15 – 07.30 Apel pagi (persiapan masuk sekolah)

07.30 – 12.00 Kegiatan pembelajaran di sekolah

12.00 - 13.00 Shalat Dhuhur berjamaah dan makan siang

13.00 – 15.00 Kegiatan pembelajaran di sekolah

15.00 – 15.30 Shalat ‘Ashar berjamaah

15.30 – 17.30Kegiatan mandiri (kegiatan ekstrakurikuler, mengerjakan PR, belajar, bermain yang edukatif, istirahat, mandi, dan

lain-lain)

17.30 – 18.00 Persiapan shalat Maghrib (membaca al-Quran)

18.00 – 19.00 Shalat Maghrib, membaca dzikir, tadarus al-Quran

19.00 – 19.30 Makan malam

19.30 – 20.00 Shalat Isya’ berjamaah

Page 16: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

20.00 – 21.30 Kegiatan pembelajaran agama/pesantren.

21.30 – 22.00 Persiapan tidur malam (diabsen, berdoa)

22.00 – 04.00 Tidur malam (dikontrol oleh murobbi/yah secara insidentil)

Comments

Referensi

1. ̂ Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3S, Jakarta, 1983,

hlm.18.

2. ̂ Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997),

hal.5

3. ̂ Sudjono Prasodjo, Profil Pesantren, (Jakarta: LP3S, 1982), hlm. 6.

Page 17: Kurikulum berbasis kompetensi di pesantren

4. ̂ Wahab, Rochidin. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung: Alfabeta,CV, 2004)

hal.153,154

5. ̂ Hielmy, Irfan. Wancana Islam (ciamis:Pusat Informasi Pesantren,2000), hal. 120

6. ̂ Fatah, H Rohadi Abdul, Taufik, M Tata, Bisri, Abdul Mukti. Rekontruksi Pesantren Masa Depan,

(Jakarta Utara: PT. Listafariska Putra, 2005), hal.11

7. ̂ Zamakhsyari Dhofir, 1982: 49

8. ̂ Zamakhsyari Dhofir, 1982: 49

9. ̂ Imron Arifin, 1993: 6

10. ̂ Zamakhsari Dhofir, 1982: 49

11. ̂ Zamakhsyari Dhofir, 1982: 50

12. ̂ Moh. Hasyim Munif, 1989: 25

13. ̂ Zamakhsari Dhofir, 1982: 51

14. ̂ Manfred Ziemek, 1986 130

15. ̂ M. Habib Chirzin, 1983: 94

16. ̂ HS, Mastuki, El-sha, M. Ishom. Intelektualisme Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2006), hal.1

17. ̂ Haedari, H.Amin. Transformasi Pesantren, (Jakarta: Media Nusantara, 2007), hal.3

18. ̂ Majalah Tajdid (ciamis:Lembaga Penelitian dan Pengembangan, 2009), hal. 358

19. ̂ http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1301-ulama-pembaharu-

pesantren