97
Kumpulan Cerita Wayang Bram Palgunadi

KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Kumpulan

Cerita Wayang

Bram Palgunadi

Page 2: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 2

MENGENAL KEMBALI PAGELARAN

WAYANG KULIT PURWA

Bram Palgunadi

11 Desember 2012 pukul 9:44 ·

Pagelaran wayang kulit purwa yang semarak dan sesekali juga mencekam, merupakan salah satu daya tarik. Tetapi pagelaran wayang kulit purwa masa sekarang, banyak yang melenceng jauh dari hakikatnya sebagai pagelaran wayang. Lalu 'digantikan' menjadi pagelaran lainnya, seperti campur-sari, dhang-dhutan, lawak, dan bahkan pagelaran wayangnya sendiri pelan-pelan tapi pasti, lalu berubah mengkerdil menjadi sekedar 'pelengkap penderita'. Pagelaran wayang lalu kehilangan peran dan fungsinya sebagai media untuk merenungkan hikmah kehidupan. Seperti tampak pada gambar di atas, pagelaran wayang kulit purwa berubah menjadi 'pagelaran pesindhen'; dan sederet pesindhen ini lalu dipajang, maaf, seperti layaknya barang dagangan.

Saat pertama kali mendengar kata „wayangan‟ atau „karawitan wayangan‟,

kebanyakan orang berpikir, ini merupakan suatu pagelaran yang rumit, sukar,

penuh ritual, mistis, dan memerlukan keterampilan dan pengalaman luar biasa

untuk bisa memainkannya. Ini merupakan pandangan umum, yang lazim kita

temukan pada kebanyakan orang di kalangan masyarakat awam. Benarkah

demikian?

Sebagian dari pendapat ini, harus diakui saja, memang benar. Tetapi, ada

sejumlah besar hal, yang mungkin saja tidak diketahui khalayak ramai, yang

sebenarnya mencerminkan bahwa memainkan wayang kulit, khususnya wayang

kulit purwa tidaklah seseram dan sesukar yang dibayangkan orang. Misalnya,

adanya pandangan di kalangan masyarakat luas, bahwa gendhing-gendhing

Page 3: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 3

pengiring pagelaran wayangan, merupakan iringan yang maha sukar, dan

karenanya lalu memerlukan keterampilan, kemampuan khusus, pemahaman,

dan bahkan pengetahuan khusus; untuk bisa menjalankannya. Pandangan ini,

tentu saja berakibat timbulnya pendapat, bahwa pagelaran wayang kulit purwa

merupakan pagelaran yang maha sukar, dan karenanya lalu memerlukan „orang-

orang pilihan dengan kemampuan dan keahlian khusus‟. Pendapat inilah yang

hendak „dibalikkan‟. Karena nyatanya, sebuah pagelaran wayang kulit purwa

tidaklah selalu merupakan suatu pagelaran yang maha sukar.

Jadi, pertanyaannya, sebenarnya apa saja yang merupakan „kebutuhan

minimal‟ (minimum requirement) untuk bisa melaksanakan suatu pagelaran

wayang kulit purwa? Di bawah ini, dijelaskan secara singkat jawabnya. Juga

termasuk berbagai renik-renik yang merupakan kekhasan pagelaran wayang

kulit purwa.

Gendhing pengiring suatu pagelaran wayang kulit purwa

Pagelaran wayang kulit purwa memerlukan sejumlah rangkaian gendhing

sebagai pengiring seluruh pagelaran. Dalam hal ini, kebutuhan minimal jenis

gendhing yang harus dikuasai, dan sedapat-dapatnya dihafalkan; adalah: 1)

ladrang, 2) ketawang, 3) lancaran, 4) ayak-ayak, 5) srepegan, dan 6) sampak.

Meskipun demikian, keenam jenis gendhing ini, bisa diperas menjadi tiga jenis

gendhing, yakni 1) ayak-ayak, 2) srepegan, dan 3) sampak. Karena suatu

pagelaran wayang kulit purwa lazimnya dibagi atas tiga babak besar atau tiga

pathet; yaitu 1) babak pathet nem, 2) babak pathet sanga, dan 3) babak pathet

manyura; maka diperlukan sekurang-kurangnya tiga ayak-ayak, tiga srepegan,

dan tiga sampak; masing-masing untuk memenuhi keperluan iringan untuk

ketiga babak pagelaran wayang kulit purwa, yaitu pathet nem, pathet sanga, dan

pathet manyura. Jadi ringkasnya, diperlukan penguasaan atas 3 × 3 gendhing =

9 gendhing.

Gendhing-gendhing utama yang harus dikuasai untuk bisa melakukan pagelaran

wayang kulit purwa, adalah ayak-ayak, srepegan, dan sampak. Menggunakan

ketiga jenis gendhing ini, seluruh pagelaran wayang kulit purwa sudah bisa

dilaksanakan. Karena, pagelaran wayang kulit purwa terdiri dari tiga babak

(pathet), maka jenis gendhing yang harus dikuasai adalah sebagai berikut.

a) Iringan minimum untuk babak pathet nem, adalah: gendhing ayak-

ayak nem, srepegan nem, dan sampak nem.

b) Iringan minimum untuk babak pathet sanga, adalah: gendhing ayak-

ayak sanga, srepegan sanga, dan sampak sanga.

Page 4: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 4

c) Iringan minimum untuk babak pathet manyura, adalah: gendhing

ayak-ayak manyura, srepegan manyura, dan sampak manyura.

Jadi, kebutuhan minimum (dan bersifat wajib) untuk bisa mengiring suatu

pagelaran wayang kulit purwa yang lengkap, sebenarnya hanyalah sembilan

gendhing, yakni terdiri atas tiga gendhing yang berbeda untuk tiga pathet yang

berbeda. Ya, hanya itu!

Di luar kesembilan gendhing tersebut di atas, karena merupakan pagelaran

wayang kulit purwa, maka haruslah dilengkapi dengan permainan Gendhing

Talu Wayangan, yang juga dalam kondisi „minimum requirement‟.

Tangga-nada yang digunakan

Secara tradisional, suatu pagelaran wayang kulit purwa diiringi memakai

gendhing-gendhing „laras slendro‟ (bertangga-nada slendro). Bahkan, di masa

lampau, suatu pagelaran wayang kulit purwa hanya diiringi gendhing-gendhing

laras slendro.[1] Karena itulah penyebutan babak (pathet) yang digunakan pada

pagelaran wayang kulit purwa, mengacu pada penyebutan babak (pathet) laras

slendro; yaitu pathet nem, pathet sanga, dan pathet manyura. Adapun iringan

gamelan laras pelog, secara tradisional dulunya dipakai untuk mengiringi

pagelaran wayang kulit madya,[2] wayang gedhog, dan wayang beber. Namun,

perubahan jaman rupanya besar pengaruhnya juga. Karenanya, pada jaman

sekarang, pagelaran wayang kulit purwa umumnya menggunakan seperangkat

gamelan laras slendro dan laras pelog. Meskipun demikian, penggunakan

gendhing laras slendro, tetap sangat dominan dan merupakan mayoritas. Dalam

pemahaman ini, pemakaian gendhing laras pelog pada suatu pagelaran wayang

kulit purwa, dapatlah dikatakan hanya sebagai sisipan atau pelengkap semata.

Total theater

Pagelaran wayang kulit purwa, merupakan suatu pagelaran „total theater‟, yang

amat sangat berbeda dengan pertunjukan barat (Eropa). Pada pagelaran wayang

kulit purwa, penonton berada di dua sisi panggung pagelaran, yakni di depan

dan belakang; atau berada di depan dan belakang layar wayang. Selain itu,

seluruh unsur yang ada di sekeliling dan di sekitar panggung pagelaran,

merupakan bagian dari pagelaran wayang. Karena karakternya yang seperti itu,

maka seluruh penonton, pemain, dan bahkan orang-orang yang berada di sekitar

tempat pagelaran (misalnya orang-orang yang berjualan makanan, minuman,

mainan anak-anak, cindera-mata, atau lainnya), termasuk seluruh

lingkungannya; merupakan bagian langsung dari pertunjukannya.

Page 5: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 5

Karena hal ini pula, maka penerapan „duduk lesehan‟ menggunakan tikar

(bukan kursi), merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi, guna

membangun suasana total theater dan juga suasana tradisional. Suasana total

theater ini akan semakin nyata, jika pagelaran dilakukan di tempat terbuka yang

dilengkapi „tarub‟ atau di pendhapa. Pagelaran yang bersifat „total theater‟,

menghasilkan suasana tidak formal, semarak, menyenangkan, penuh

kebersamaan, bebas, dan santai (relax); dengan berbagai aktifitas lainnya

berlangsung bersama-sama pagelaran wayang. Termasuk kegiatan makan,

minum, berbincang, dan bahkan tidur.

Karakter garap gendhing dan karawitan wayangan pada pagelaran

wayang kulit purwa

Garap gendhing pada suatu pagelaran wayang kulit purwa, dapat dikatakan amat

sangat berbeda, jika dibandingkan dengan garap gendhing yang dilakukan untuk

pagelaran karawitan biasa atau iringan tari (beksan). Penjelasan selanjutnya,

menjelaskan tentang hal ini.

Diawali dengan permainan gendhing Talu wayangan

Hanya pada pagelaran wayang dimainkan rangkaian Gendhing Talu Wayangan.

Ini juga merupakan salah satu kekhasan pagelaran wayang kulit purwa.

Gendhing Talu Wayangan, dimainkan sesaat sebelum pagelaran wayang

dimulai. Gendhing Talu Wayangan, merupakan „ringkasan‟ dari seluruh

perjalanan hidup manusia sejak ia belum ada dan masih dalam bentuk mimpi

indah orang tuanya, sampai ia lahir, menjadi remaja, menjadi dewasa, dan

akhirnya kembali tiada, saat ia menghadap Sang Penguasa Jagat Raya.

Sepersekian juta dari ringkasan cerita perjalanan hidup manusia itulah, yang

nantinya akan dipagelarkan selama semalam suntuk.

Menerapkan permainan ‘kosek wayangan’

Salah satu karakter khas garap karawitan yang hanya ada di karawitan

wayangan, adalah penerapan garap „kosek wayangan‟, yang diperankan oleh

ricikan kendhang. Kekhasan garap kosek wayangan, terletak pada pengaturan

kecepatan irama/laya yang relatif lebih cepat daripada laya tamban, tetapi

berada di bawah laya sesegan. Dalam beberapa hal, laya ini sering disalah-

artikan dan di sebut sebagai irama/laya tanggung. Sebenarnya, laya/irama kosek

wayangan bukanlah laya/irama tanggung. Karena sebutan „kosek wayangan‟

tidak hanya berkait erat dengan kecepatan permainan (irama/laya), melainkan

dengan pola permainan kendhang yang sangat khas, juga digunakannya „kecer

wayang‟ dan eksploitasi suara „keplok‟ para pradangga. Pengaturan laya/irama

Page 6: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 6

permainan gendhing wayang, menerapkan „irama kosek‟ yang sangat khas

wayangan.

Secara ringkas, irama kosek adalah suatu garap gendhing yang menerapkan

kecepatan (laya/irama) tertentu sedemikian rupa, sehingga selama

permainannya, gendhing dapat dilengkapi permainan irama „keplok‟ (tepukan

tangan) atau „kecer‟. Laya/irama kosek, merupakan suatu laya/irama yang

berada di antara irama/laya seseg dan tamban (lambat). Indikasi bahwa irama

kosek sudah tepat penerapannya, adalah saat dilengkapi „keplok‟ atau bunyi

„kecer‟, pradangga-nya merasa nyaman dan enak terdengar di telinga.

Kecepatan laya/irama kosek wayangan, kira-kira setara dengan irama/laya

ciblon, dengan dominasi suara permainan kendhang yang sangat khas.

Memakai ‘kecer wayang’ dan ‘keplok’ sepanjang malam

„Kecer wayang‟ merupakan salah satu ricikan gamelan yang umumnya hanya

digunakan pada pagelaran wayangan, dan berperan sebagai kelengkapan

permainan yang menerapkan laya/irama kosek wayangan. Kecer wayang

seringkali juga dilengkapi dengan „keplok‟. Dalam sejumlah kasus, „keplok‟

sering menggantikan peran kecer wayang. Misalnya, jika ricikan kecer wayang

tidak tersedia pada gamelan yang digunakan sebagai pengiring pagelaran

wayang. Penggunaan kecer wayang dan/atau keplok, lazimnya dimainkan para

pradangga hampir di seluruh waktu pagelaran yang menerapkan pola permainan

„kosek wayangan‟ dan „ciblon‟; kecuali pada laya/irama tamban, saat sirep,

janturan, sampak; dan pada garap yang berhubungan dengan „tlutur‟ serta

ketawang.

Rangkaian gendhing yang berubah-ubah secara dinamis

Tidak seperti pada pagelaran karawitan biasa, yang lazimnya menerapkan

rangkaian gendhing yang teratur dan menerapkan irama/laya yang umumnya

tamban. Rangkaian gendhing yang dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang

kulit purwa lazimnya menyesuaikan diri dengan keperluan pagelaran. Termasuk

dimungkinkan mengganti, menghentikan, atau memindahkan gendhing ke

gendhing lainnya secara tiba-tiba. Dalam sejumlah hal, perpindahan atau

pergantian gendhing bahkan dimungkinkan dan boleh dilakukan, meskipun

gendhing yang sedang dimainkan belum selesai (belum mencapai akhir

permainan atau belum sampai pada gong).

Keprak dan gedhog dhalang sebagai pemberi aba-aba utama

Pada pagelaran karawitan, hampir seluruh aba-aba diberikan oleh ricikan

kendhang. Sebaliknya, pada pagelaran wayang kulit purwa, „gedhog‟ dan

Page 7: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 7

„keprak‟ memegang peran yang amat sangat dominan, utamanya dalam hal

sebagai pemberi aba-aba dan perintah tertentu. Sejumlah tanda atau aba-aba

yang diberikan menggunakan gedhog atau keprak, lazimnya merupakan bagian

awal dari tanda atau aba-aba yang diberikan oleh kendhang. Dalam pengertian

ini, hampir semua tanda atau aba-aba yang diberikan oleh kendhang, bisa

dilakukan dan digantikan perannya oleh gedhog dan keprak; termasuk

pengaturan irama/laya, pengaturan kecepatan permainan, tanda berhenti, tanda

perpindahan, tanda mulai memainkan, tanda menghentikan permainan, tanda

mengubah pola permainan karawitan menjadi irama rangkep atau sebaliknya,

tanda pembicaraan/dialog selesai, tanda sirepan selesai, tanda meminta sesegan,

tanda selesai janturan, tanda penghentian dalam pola sesegan atau gropak, tanda

mengubah pola permainan menjadi kebar atau kiprah, dan sebagainya.

Tanda atau aba-aba yang merupakan penggalan atau potongan tanda atau aba-

aba yang diberikan kendhang, lazimnya merupakan bagian depan tanda atau

aba-aba kendhang. Dalam sejumlah kasus, tanda atau aba-aba berupa suara

gendhog dan/atau keprak, bisa juga dilengkapi dengan suara/vokal dhalang,

yang lazimnya dalam bentuk „kombangan‟.

Sesegan dan sirepan

Hanya di pagelaran wayang ada penerapan pola sesegan dan sirepan pada garap

karawitannya. Sesegan, lazimnya digunakan sebagai pertanda sudah selesainya

penataan wayang di layar (geber), dan akan segera dilanjutkan dengan

„janturan‟, yang lazimnya merupakan narasi dhalang yang menceritakan sesuatu

suasana, kondisi, atau cerita. Janturan dilaksanakan setelah silakukan sirepan.

Suwuk sesegan atau suwuk gropak

Adalah pola penghentian permainan gendhing yang dilakukan dalam kecepatan

tinggi, menerapkan tabuh sora (gamelan dibunyikan atau ditabuh sangat keras),

serta penghentian yang dilakukan secara mendadak (tiba-tiba). Pola ini,

biasanya hanya dikenal di permainan karawitan wayangan.

Garap kebar dan kiprah dengan surak dan senggakan

Garap karawitan wayangan yang menerapkan garap kebar atau kiprah, biasanya

dilengkapi dengan surak dan senggakan yang riuh; bahkan bisa saja penuh

dengan teriakan. Hal ini, hanya ada di karawitan wayangan.

Page 8: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 8

Garap kebar dan kiprah dalam laya/irama seseg

Garap karawitan wayangan saat kebar atau kiprah, biasanya jauh lebih cepat

laya/iramanya, jika dibandingkan dengan pada pagelaran karawitan biasa atau

jika dibandingkan dengan pada pagelaran tari (beksan).

Sirepan yang sangat tamban

Pada saat sirepan, hanya ricikan gender barung, rebab, gender panembung

(slenthem), kendhang, kethuk, kenong, kempul, dan gong; yang dimainkan

dalam irama/laya yang sangat lambat. Ricikan/instrumen lainnya tidak

dibunyikan. Seluruh ricikan yang tetap dibunyikan ini, biasanya dimainkan

dalam pola irama/laya yang relatif sangat tamban (sangat lambat). Sirepan

lazimnya diterapkan saat dhalang sedang melakukan „janturan‟.

Semua pendukung pagelaran menghadap layar wayang

Pada pelaksanaan pagelaran wayang kulit purwa tradisional, seluruh pradangga,

pesindhen, wiraswara, dan dhalang; duduk menghadap layar wayang (geber).

Pertimbangan utamanya adalah, bahwa ini merupakan pagelaran wayang kulit

purwa, dan sama sekali bukan pagelaran sindhen, wiraswara, pradangga, atau

lainnya.

Dhalang adalah tokoh sentral dalam pagelaran wayang kulit purwa

Tokoh sentral dan utama dalam suatu pagelaran wayang kulit purwa, adalah

dhalang. Karenanya, seharusnya tidak boleh dan tidak selayaknya ada orang lain

yang dalam pagelaran wayang kulit purwa bertindak menggantikan peran dan

fungsi dhalang, meskipun hanya sejenak atau hanya sebentar; termasuk

pagelaran campur-sari, dhagelan, lawak, dhang-dhutan, penyanyi, atau lainnya.

Jika dhalang sampai bersedia digantikan perannya sebagai tokoh sentral,

meskipun hanya sebentar atau beberapa saat, maka hal ini sama saja dengan

merendahkan martabat, kehormatan, dan profesinya.

Mengeksploitasi suasana dan emosi

Pada pagelaran wayang kulit purwa, suasana memegang peran yang sangat

penting. Karenanya, mengeksploitasi suasana (oleh dhalang) menjadi salah satu

faktor yang memegang peran sangat penting, termasuk „mempermainkan emosi‟

penonton.

Page 9: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 9

Pagelaran delapan jam

Pagelaran wayang kulit purwa, jika dilaksanakan secara lengkap dan tradisional,

akan memakan waktu semalam suntuk (atau sehari suntuk), selama kurang-lebih

delapan jam. Yaitu, dari sejak sekitar jam sembilan malam (atau jam sembilan

pagi), sampai sekitar jam empat subuh hari berikutnya (atau jam empat sore).

Namun, harap diketahui, bahwa lama seluruh pagelarannya sebenarnya bisa

lebih dari delapan jam, jika dilaksanakan secara lengkap. Jika pagelaran wayang

kulit purwa dilakukan pada malam hari, pagelaran bisa diawali dan dilengkapi

dengan permainan „gendhing sore‟ atau „gendhing pahargyan tamu‟, lalu

dilanjutkan dengan pagelaran „karawitan wayangan‟, dan pagelaran Gendhing

Talu Wayangan.

Pembagian waktu berdasar pathet

Waktu pagelaran wayang kulit purwa, dibagi menjadi tiga babak utama, yaitu:

a) Pathet Nem

b) Pathet Sanga

c) Pathet manyura

Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa pembagian waktu pada pagelaran

wayang kulit purwa yang dilaksanakan semalam suntuk, adalah a) waktu awal

(awal malam hari), b) waktu sekitar tengah malam, dan c) waktu menjelang pagi

hari. Pembagian waktu ini, berlaku tidak saja untuk pagelarannya, tetapi juga

berlaku untuk pemilihan gendhing yang dipergunakan selama pagelaran.

Meskipun demikian, jika dimainkan secara lengkap, maka urutan pathet pada

suatu pagelaran wayang kulit purwa adalah sebagai berikut.

a) Pathet Nem

b) Pathet Lindur

c) Pathet Sanga

d) Pathet Nyamat

e) Pathet Manyura

Sebagai catatan, pada pagelaran wayang kulit purwa, Pathet Lindur dan Pathet

Nyamat tidak selalu digunakan.

Mengintegrasikan berbagai hal

Pagelaran wayang kulit purwa, pada dasarnya mengintegrasikan banyak hal,

antara lain bahasa, sastra, komunikasi, musik iringan (karawitan wayangan),

Page 10: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 10

cerita, narasi, skenario, suasana psikologis, termasuk emosi penonton,

keterampilan, kemampuan olah vokal, dialog, tembang (nyanyian), syair, serta

sudah barang tentu juga tari dan gerak wayang (sabetan).

Menyenangkan, semarak, dan mencekam

Pagelaran wayang, merupakan suatu pagelaran yang menyenangkan banyak

pihak, tidak hanya penontonnya, tetapi juga para pendukung pagelaran dan

semua orang yang berada di sekitarnya. Ini merupakan salah satu dampak dari

pendekatan „total theater‟ pada pagelaran wayang kulit purwa. Meskipun

demikian, suatu pagelaran wayang kulit purwa juga bisa merupakan suatu

pagelaran yang „mencekam‟ dan mempengaruhi emosi penontonnya. Misalnya,

jika cerita dan drama yang ditampilkan sedemikian memikat penontonnya.

Media untuk merenungkan makna kehidupan

Pagelaran wayang kulit purwa, dapat berfungsi sebagai media refleksi

kehidupan nyata manusia. Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa

seseorang yang pernah sekali saja menikmati pagelaran wayang kulit purwa,

jika ia mengerti dan memahami isi cerita dan suasananya, maka ia akan

cenderung „kecanduan‟ dan merindukan untuk kembali menonton pagelaran

wayang.

Pada pagelaran wayang kulit purwa, apa yang kita lihat di layar wayang,

sebenarnya bukanlah pagelaran yang sesungguhnya. Sebaliknya, pagelaran yang

sesungguhnya sebenarnya ada di alam imajinasi kita. Adapun apa yang kita lihat

di layar wayang, sebenarnya lebih berperan sebagai pemicu imajinasi kita.

Sedangkan tokoh-tokoh wayang tertentu yang ditampilkan di layar wayang,

seringkali oleh penontonnya merefleksikan dan dipersonifikasikan sebagai

dirinya. Demikian pula peristiwa yang diceritakan. Karena itu pula, maka

hubungan emosional antara tokoh yang ditampilkan dengan kita sebagai

penontonnya, bisa menjadi amat sangat erat, dan bahkan bisa membawa kita

seakan-akan sebagai tokoh yang sedang ditampilkan itu.

Bisa dimainkan dalam tingkat kerumitan dan kesulitan yang berbeda

Melakukan pagelaran wayang kulit purwa, bisa dilakukan dalam bentuk yang

amat sangat sederhana, dan secara bertahap menjadi semakin sukar dan semakin

rumit. Semua itu, bisa dilakukan sesuai dengan tingkat pemahaman dan tingkat

penguasaannya. Artinya, pada tahap belajar, bisa saja pagelaran wayang

dilaksanakan dalam bentuk yang amat sangat sederhana dan mudah. Hal inilah

yang serinkali tidak disadari, baik oleh pelatih maupun oleh siswa.

Page 11: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 11

Pagelaran wayang kulit purwa, juga bisa dimainkan dalam penggal waktu yang

relatif amat sangat pendek. Misalnya, suatu pagelaran wayang kulit purwa bisa

dimainkan dalam pola penggal waktu selama satu jam atau bahkan kurang dari

satu jam. Hal ini, biasanya diterapkan bagi mereka yang sedang dalam tahap

belajar, atau pagelaran wayang kulit purwa yang dilaksanakan dalam rangka

peragaan.

Seperti telah disinggung selintas di awal bahasan, suatu pagelaran wayang kulit

purwa yang dimainkan secara lengkap sekalipun, sebenarnya bisa dimainkan

hanya dengan tiga jenis gendhing; yaitu ayak-ayak, srepegan, dan sampak.

Karena itulah, maka belajar melakukan pagelaran wayang kulit purwa dapat

dikatakan tidaklah sesukar yang dibayangkan orang.

_____________________________________________

[1] Pagelaran wayang kulit purwa versi Jawa yang boleh dikatakan masih asli, justru dapat dilihat

pada pagelaran wayang kulit purwa versi Bali, yang diiringi ricikan gender laras slendro.

Sebagai informasi, pagelaran wayang kulit purwa versi Jawa, pada masa lampau berkembang

pada masa perkembangan agama Hindhu dan Buddha; sebagai bagian dari pelaksanaan ritual

adat dan kepercayaan. Tetapi setelah agama Islam masuk dan berkembang di Pulau Jawa,

sebagian penduduk yang beragama Hindu, beserta berbagai bentuk kesenian asli Jawa, termasuk

pagelaran wayang kulit purwa, para pegiat dan masyarakat pendukung keseniannya,

„menyelamatkan diri‟ ke arah timur dan menyeberang ke Pulau Bali. Sebagai catatan, bentuk

asli wayang kulit Jawa pada masa awal, sama dengan dengan bentuk wayang kulit versi Bali

(yang sampai sekarang masih bisa dilihat dan relatif tidak banyak berubah bentuknya).

[2] Pagelaran wayang kulit madya, lazimnya membawakan cerita wayang yang didasarkan atas

berbagai cerita yang berkembang seusai Perang Barata-Yudha. Batas awal yang bisa dikatakan

sebagai „bagian transisi‟ antara wayang kulit purwa dan wayang kulit madya, adalah pagelaran

wayang yang menceritakan episode setelah Pandhawa memenangkan Perang Barata-Yudha.

Misalnya, cerita „Parikesit Jumeneng Nata‟. Wayang Madya adalah wayang kulit yang

diciptakan oleh Mangkunegara IV sebagai penyambung cerita Wayang Purwa dengan Wayang

Gedog. Cerita Wayang Madya merupakan peralihan cerita Purwa ke cerita Panji. Salah satu

cerita Wayang Madya yang terkenal adalah cerita Anglingdarma. Wayang madya tidak sempat

berkembang di luar lingkungan Pura Mangkunegaran. Cerita Wayang Madya menceritakan

sejak wafatnya Prabu Yudayana sampai Prabu Jaya-Lengkara naik tahta. Cerita Wayang Madya

ditulis oleh R. Ngabehi Tandakusuma dengan judul Pakem Ringgit Madya yang terdiri dari lima

jilid, dan tiap jilid berisi 20 cerita atau lakon. Wayang madya (Jawa) adalah wayang yang

menggunakan unsur „cerita sesudah zaman purwa‟. Cerita itu mengisahkan para raja Jawa yang

dianggap keturunan Pandawa. Sementara itu wayang gedog, wayang klitik, dan wayang beber

(ketiganya dari Jawa), juga wayang gambuh dan wayang cupak dari Bali, melakonkan cerita

panji.

Page 12: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 12

Pagelaran wayang kulit purwa di masa lampau. Seringkali merupakan bagian dari kehidupan tradisi dan ritual masyarakat.

Lukisan suatu pagelaran wayang kulit purwa di masa lampau. Menyenangkan dan penuh kenangan.

Page 13: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 13

Suatu pagelaran wayang kulit purwa di pedalaman. Penuh kenangan dan mengingatkan dari mana kita dulu berasal...

Melihat pagelaran wayang kulit purwa, seakan seperti melihat kembali seluruh kehidupan kita....

Page 14: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 14

Bayang-bayang wayang, refleksi seluruh kehidupan kita saat kita masih berada di alam janaloka....

Page 15: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 15

KRONIK DAN INTRIK DI ANTARA BOMA NARA

SURA, GATHUTKACA, DAN KRESNA....

Bram Palgunadi

17 Oktober 2012 pukul 14:29

Radyan Bima-Sena, tak bisa menahan diri, karena merasa puteranya secara sengaja telah dikorbankan.....

Perang besar Barata-Yudha sudah mulai menggemakan genderang perangnya di

medan laga Tegal Kuru-Setra. Negara-negara sekutu lawan masing-masing

sudah mudah mempersiapkan diri dan mengerahkan seluruh kekuatan angkatan

bersenjatanya. Bahkan, korban sudah mulai berjatuhan di pihak Kurawa

maupun Pandhawa. Lamat-lamat tembang ada-ada perang Durma terdengar

mengalun mengarungi angkasa medan perang, membuat suasana di medan

perang Tegal Kuru-Setra semakin mencekam.

Ridhu mangawur-awur wurahan,

Tengaraning ajurit,

Gong maguru gangsa,

Teteg kadya butula,

Wor panjriting turanggesti,

Rekatak ingkang,

Bajra lelayu sebit......

Page 16: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 16

Di pakuwon markas besar para kerabat Pandhawa, terjadi pertemuan serius yang

amat sangat menegangkan. Persoalan serius mencuat, setelah timbul perdebatan

sengit dan polemik, siapa yang akan diangkat dan ditetapkan sebagai Panglima

Operasi Angkatan Bersenjata Amarta-Pura melawan Angkatan Bersenjata

Hastina-Pura. Dari polling di antara para pejabat tinggi Pandhawa, ternyata

terjadi perpecahan. Di kalangan kerabat Pandhawa dan sekutunya, ternyata ada

dua calon kuat, yaitu Prabu Boma Nara Sura raja Negeri Traju-Trisna dan Prabu

Anom Gathutkaca raja muda Negeri Pringgandani. Dua tokoh ini, sama-sama

mempunyai pendukung kuat dan kesempatan untuk dipilih sebagai Panglima

Operasi Angkatan Bersenjata Amarta-Pura. Celakanya, di masa lampau, kedua

tokoh ini juga pernah bersitegang dan mengalami gesekan politik. Pergolakan

politik yang akhirnya meluas menjadi 'perang terbatas' di antara keduanya,

bahkan juga sempat terjadi, saat pecah peristiwa perebutan wilayah tak bertuan

'Kikis Tunggarana', yang lokasinya terletak tepat di wilayah perbatasan Negeri

Traju-Trisna dan Negeri Pringgandani. Latar belakang masa lalu yang

mencekam itu, rupanya sedikit-banyak basih terbawa sampai bertahun-tahun

kemudian. Dari catatan dinas intelejen dan para pengamat militer, kedua tokoh

itu memang mempunyai reputasi yang sama-sama kelam; tetapi keduanya juga

mempunyai reputasi gemilang. Fakta intelejen menyatakan sebagai berikut.

Tentang Prabu Anom Gathutkaca

Prabu Anom Gathutkaca, mempunyai reputasi hitam

di masa lalu, karena pernah melakukan pembunuhan

terhadap pamannya, yaitu Kala Bendana; hanya

karena sang paman melaporkan dan menyatakan

secara terus terang tanpa tedeng aling-aling, soal

perselingkuhan Radyan Abimanyu dengan Dewi

Utari; pada suatu persidangan agung Negeri

Pringgandani. Saat melaporkan, kebetulan ada Dewi

Siti Sundari, isteri Radyan Abimanyu, yang sedang

'curhat' kepada Prabu Anom Gathutkaca saudara

sepupunya, soal kepergian suaminya yang tak jelas ke mana.

Jadi, Kala Bendana dianggap tidak tahu diri, tidak sopan, dan tidak mengerti

tata-krama, karena melaporkan dan menceritakan perselingkuhan Radyan

Abimanyu dengan Dewi Utari, di depan seorang isteri (Dewi Siti Sundari) yang

sedang bersedih hati karena suaminya sudah lama tidak pulang ke rumah.

Akibatnya, Dewi Siti Sundari seketika jadi mengetahui, bahwa suaminya,

Radyan Abimanyu ternyata telah berselingkuh dengan Dewi Utari. Hal ini,

membuat Prabu Anom Gathutkaca sangat marah, karena menurutnya

seharusnya laporan pamannya itu disampaikan kepadanya pada kesempatan

lain, yakni pada saat Dewi Siti Sundari sedang tidak ada bersama mereka.

Page 17: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 17

Namun, pamannya, Kala Bendana, terus saja bercerita soal perselingkuhan

Radyan Abimanyu dengan Dewi Utari, tanpa perduli di depannya ada Dewi Siti

Sundari, yang begitu mendengar bahwa suaminya ternyata berselingkuh, lalu

menangis tersedu-sedu penuh kesedihan.

Prabu Anom Gathutkaca tidak bisa lagi menahan amarahnya, melihat pamannya

terus bercerita soal perselingkuhan itu, lalu menampar mulut Kala Bendana.

Maksudnya, supaya pamannya itu diam dulu dan tidak melanjutkan ceritanya.

Kala Bendana menyatakan, bahwa dia pergi mencari Radyan Abimanyu atas

perintah keponakannya, Prabu Anom Gathutkaca, untuk menyelidiki dan

mencari ke mana perginya Radyan Abimanyu. Perintah ini, diberikan kepada

Kala Bendana oleh Prabu Anom Gathutkaca, guna memenuhi permintaan Dewi

Siti Sundari, yang meminta tolong Prabu Anom Gathutkaca, dan sedang

mengalami kebingungan, karena suaminya sudah lama tidak pulang ke rumah.

Kala Bendana merasa sangat terhina dan tidak habis mengerti, mengapa saat dia

melaporkan hasil penyelidikannya tanpa sedikit pun dikurangi atau ditambah,

dia kok malah dimarahi keponakannya. Karena itu, Kala Banda lalu menyatakan

protes keras atas perlakuan Prabu Anom Gathutkaca kepada dirinya. Hasilnya?

Prabu Anom Gathutkaca malah semakin marah, karena beranggapan Kala

Bendana semakin tidak tahu adat. Menurut versi Gathutkaca, pamannya, Kala

Bendana sudah diberi 'kode' supaya diam dulu, dengan cara ditampar mulutnya,

tapi malah melakukan protes keras dan bercerita keras-keras soal

perselingkuhan Radyan Abimanyu, sambil terus nerocos, berkeluh-kesah soal

perlakuan keponakannya yang keterlaluan terhadap dirinya yang jauh lebih tua

umurnya. Akibatnya, Dewi Siti Sundari tak bisa lagi menahan beban kesedihan

hatinya, lalu jatuh pingsan! Dan, terjadilah kegemparan!

Dan, karena Kala Bendana tidak diam juga, maka dengan amarah yang sangat

memuncak, untuk kedua kalinya Prabu Anom Gathutkaca lalu memukul Kala

Bendana! Kali ini, pukulan Prabu Anom Gathutkaca benar-benar luar biasa

keras, sehingga membuat tubuh Kala Bendana terpental dan rubuh seketika.

Pukulan Prabu Anom Gathutkaca ternyata telah meremukkan wajah Kala

Bendana. Sebelum menemui ajalnya, Kala Bendana meneriakkan kutukannya,

yang menyatakan bahwa Gathutkaca akan mati dengan cara yang tak lazim,

untuk itu Kala Bendana akan 'mrayang' dan selalu menunggu tibanya saat

kematian Gathutkaca, dan saat kematian Gathutkaca itu tiba, Kala Bendana

akan menjemput sukmanya, untuk pergi dari alam janaloka bersama dirinya.

Sesaat setelah meneriakkan kutukannya, Kala Bendana akhirnya

menghembuskan nafas.......

Page 18: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 18

Tentang Prabu Boma Nara Sura

Prabu Boma Nara Sura, mempunyai reputasi hitam di

masa lalu, karena telah membunuh dan memutilasi

permaisurinya, Dewi Hagnyanawati serta adik

kandungnya, Radyan Samba (seorang ksatria dari

Parang-Garuda); karena keduanya tertangkap basah

saat melakukan perselingkuhan. Perselingkuhan

permaisuri Prabu Boma Nara Sura, sebenarnya di

masa lalu dilatar-belakangi oleh kutukan kutukan

Sang Hyang Endra, saat memergoki putra-putri

kesayangannya, yaitu Bathara Darma (Bathara Ulam

Derma)[1] dan Bathari Dermi (Bathari Ulam

Dermi)[2] yang ternyata melakukan hubungan inses (hubungan sex antar

saudara kandung). Dengan penuh kemarahan, kedua putra-putrinya itu lalu

dikutuk oleh Sang Hyang Endra; dan di akhir kutukannya dinyatakan bahwa

keduanya nanti akan 'nitis' kepada dua orang manusia di alam janaloka. Bathara

Ulam Derma akan me-nitis kepada Radyan Samba, adik kandung Prabu Boma

Nara Sura. Sedangkan Bathari Ulam Dermi akan me-nitis kepada Dewi

Hagnyanawati, permaisuri Prabu Boma Nara Sura.

Pada saat pelaksanaan perayaan pernikahan agung Dewi Hagnyanawati dengan

Prabu Boma Nara Sura, untuk pertama kalinya bertemulah Dewi Hagnyanawati

dengan Radyan Samba. Saat itu, keduanya seakan seperti tersengat sejuta

halilintar, dan tiba-tiba saja tumbuh perasaan cinta di antara keduanya. Sejak

saat itu pula malam pengantin dan malam-malam seterusnya, tak pernah terjadi

apapun di dalam kehidupan Prabu Boma Nara Sura dan Dewi Hagnyanawati.

Pengantin baru itu, tak memperoleh kebahagiaan yang diidamkan. Malam-

malam selanjutnya menjadi malam-malam neraka jahanam. Dewi

Hagnyanawati hilang keinginnan hatinya melayani hasrat hati dan cinta sang

Prabu Boma Nara Sura. Ia bahkan membuat syarat yang maha berat dan

diperkirakan tak akan dapat dipenuhi oleh Prabu Boma Nara Sura, yaitu

meminta jalan tol yang lurus, yang menghubungkan Negeri Traju-Trisna dengan

negeri asal sang dewi. Padahal, jika jalan tol itu dibuat, maka akan menerjang

'wilayah tanah keramat' tempat para tetua dikebumikan, yaitu wilayah Astana

Gada-Madana.

Saat jalan tol ini sedang dalam proses pelaksanaan pembuatannya, Radyan

Samba yang sedang galau hatinya (sejak bertemu dengan Dewi Hagnyanawati,

isteri kakak kandungnya), pergi menemui saudara tuanya, yaitu Sang Guna-

Dewa. Kepada saudara tuanya yang seorang pertapa, Radyan Samba curhat dan

meminta nasehat. Radyan Samba juga menanyakan, mengapa tiba-tiba dia jatuh

hati kepada Dewi Hagnyanawati, sedangkan wanita itu kakak iparnya. Sang

Guna-Dewa yang halus perasaannya dan 'weruh sak durunge winarah', segera

bisa meraba apa yang sebenarnya sedang terjadi. Secara tak sengaja, Sang

Page 19: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 19

Guna-Dewa kelepasan pembicaraan dan menceritakan bahwa Radyan Samba

dan Dewi Hagnyanawati adalah titisan Bathara Ulam Derma dan Bathari Ulam

Dermi, yang di masa lampau karena perbuatan dan dosa yang dilakukannya, lalu

dikutuk oleh ayahandanya Sang Hyang Endra.

Mendengar penjelasan Sang Guna-Dewa, Radyan Samba seperti memperoleh

kekuatan dan pembenaran atas perasaan cintanya kepada kakak iparnya, Dewi

Hagnyanawati. Dan atas dasar hal itu pula, Radyan Samba lalu berusaha

menemui Dewi Hagnyanawati, yang ternyata juga mengalami perasaan yang

sama. Pertemuan gelap kedua insan itu, seperti mempertemukan kembali

Bathara Ulam Derma dan Bathara Ulam Dermi dalam wujud yang lain.

Keduanya, kembali mereguk asmara seperti saat mereka berdua masih berwujud

dewata, tanpa memperdulikan hubungan kekerabatan, persaudaraan, dan

statusnya sekarang. Hubungan gelap keduanya, kemudian kepergok para

punggawa Negeri Traju-Trisna dan keduanya akhirnya ditangkap oleh pihak

sekurit Negeri Traju-Trisna. Ringkas cerita, Prabu Boma Nara Sura yang

menghadapi masalah serius itu, semula marah besar dan merasa amat sangat

terhina. Tetapi, setelah melihat yang melakukan selingkuh ternyata adik

kandungnya sendiri, akhirnya luluhlah hatinya, dan memaafkan tindakan adik

kandungnya itu. Menurut versi Prabu Boma Nara Sura, ia selama ini toh 'belum

pernah meniduri' Dewi Hagnyanawati, meskipun mereka sudah agak lama

menikah. Jadi boleh dikatakan Dewi Hagnyanawati sebenarnya masih 'perawan'

dan masih suci. Penyebabnya? Dewi Hagnyanawati baru bersedia 'ditiduri' dan

melayani hasrat cinta Prabu Boma Nara Sura, jika persyaratan dan

permintaannya untuk membuat jalan tol antara Negeri Traju-Trisna dan negeri

asal sang dewi selesai dibuat dan sudah diresmikan pemakaiannya. Atas dasar

hal itulah, maka bahkan Prabu Boma Nara Sura akhirnya memutuskan untuk

menikahkan saja kedua sejoli yang sedang dimabuk asmara itu, dari pada terus

berselingkuh dan menjalin hubungan gelap yang memalukan.

Niat itu, akhirnya juga disampaikan ke ayahandanya Prabu Kresna, dan usul itu

disetujui. Dalam perjalanan pulang dari Negeri Dwara-Wati ke Negeri Traju-

Trisna, Prabu Boma Nara Sura bersama kedua sejoli itu (Radyan Samba dan

Dewi Hagnyanawati) menaiki kendaraan terbang ruang angkasa yang disebut

'Wilmana' atau 'Wimana' (dalam mitologi India disebut 'vimana')[3] yang

berteknologi tinggi dan merupakan kendaraan yang dapat berpikir seperti

manusia, karena mengunakan teknologi 'artifisial intellegen' (AI). Saat dalam

perjalanan, kendaraan terbang yang canggih inilah yang berulang-ulang

memprovokasi Prabu Boma Nara Sura. Akibat ulah dan provokasi kendaraan

canggih yang bisa berpikir inilah, Prabu Boma Nara Sura tidak lagi bisa

mengendalikan dirinya dan akhirnya dengan penuh kemarahan membunuh

kedua sejoli ini dengan cara mencabik-cabik dan memutilasi tubuh keduanya.

Page 20: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 20

Panglima Operasi Angkatan Bersenjata Amarta-Pura

Kembali pada persoalan pencalonan Panglima Operasi Angkatan Bersenjata

Amarta-Pura, perdebatan menjadi semakin sengit di antara para pejabat tinggi

Negeri Amarta-Pura. Latar belakang kedua calon Panglima Operasi Angkatan

Bersenjata Amarta-Pura itu menjadi perdebatan yang kelihatannya tak

terkendali dan tak berkesudahan. Padahal, waktu sudah semakin mendesak, dan

keputusan harus segera dibuat. Secara politis dan sikap personal, kedua

calon Panglima Operasi Angkatan Bersenjata Amarta-Pura sebenarnya sudah

saling berdamai dan saling menghormati, meskipun di masa lalu keduanya

pernah saling bermusuhan. Di lain pihak, keduanya juga sudah saling

mengetahui keunggulan dan kelemahan masing-masing. Pada peristiwa 'Rebut

Kikis Tunggarana', perang terbatas itu berakhir dengan tidak ada yang menang

dan tidak ada yang kalah. Karena kedua pihak akhirnya ditengahi dan

didamaikan oleh Radyan Bima-Sena (ayahanda Prabu Anom Gathutkaca) dan

Prabu Kresna (ayahanda Prabu Boma Nara Sura). Sejak dicapainya gencatan

senjata dan perdamaian di antara Negeri Traju-Trisna dan Negeri Pringgandani,

hubungan kedua tokoh itu sebenarnya sudah membaik dan saling menghormati.

Dalam ketegangan proses pemilihan Panglima Operasi Angkatan Bersenjata

Amarta-Pura (Amarta-Pura), Prabu Boma Nara Sura menyatakan, bahwa jika

para kerabat Pandhawa memilih Prabu Gathutkaca sebagai Panglima Operasi

Angkatan Bersenjata Amarta-Pura, maka pilihan itu sama saja dengan

menyuruh Prabu Anom Gathutkaca bunuh diri. Itu pendapat Prabu Boma Nara

Sura. Argumentasinya? Menurut Prabu Boma Nara Sura, yang pertama, pada

saat terjadi perang terbatas dalam peristiwa 'Rebut Kikis Tunggarana', Prabu

Anom Gathutkaca ternyata tidak bisa mengalahkan dan tidak bisa membunuh

dirinya. Karena Prabu Boma Nara Sura mempunyai aji-aji 'Panca-Sona' atau aji-

aji 'Rawa-Rontek', yang membuat dirinya tidak bisa mati setiap kali tubuhnya

jatuh dan bersentuhan dengan permukaan bumi.

Jadi, meskipun Prabu Boma Nara Sura dibunuh seribu kali sehari, ia akan tetap

hidup kembali, setiap kali tubuhnya bersentuhan dengan permukaan bumi.

Kedua, semua kerabat Pandhawa tahu, bahwa jika nanti Prabu Anom

Gathutkaca ternyata harus berhadapan dengan Adipati Karna, dipastikan Prabu

Anom Gathutkaca akan terbunuh. Karena senjata peluru kendali canggih milik

Adipati Karna yang disebut senjata 'Konta', akan mengejar dan 'homing' pada

diri Prabu Anom Gatht-Kaca. Sedangkan menurut laporan dinas intelejen

Amarta-Pura, para kerabat Kurawa sekarang ini sedang mempertimbangkan

pengangkatan Adipati Karna sebagai Panglima Operasi Angkatan Bersenjata

Kurawa (Hastina-Pura). Jadi, menurut Prabu Boma Nara Sura, sebaiknya jangan

mengangkat Prabu Anom Gathutkaca sebagai Panglima Operasi Angkatan

Bersenjata Amarta-Pura. Sebaliknya, lebih tepat dan lebih baik mengangkat

dirinya (Prabu Boma Nara Sura) sebagai Panglima Operasi Angkatan Bersenjata

Amarta-Pura. Dengan demikian, kematian Prabu Anom Gathutkaca yang

Page 21: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 21

dipandang sebagai sia-sia oleh Prabu Boma Nara Sura, bisa dihindarkan. Selain

itu, dengan kemampuan dan kesaktiannya, Prabu Boma Nara Sura memberikan

jaminan bahwa kemenangan besar akan jatuh di pihak Pandhawa, karena ia

tidak akan bisa dibunuh oleh orang-orang Kurawa yang manapun.

Pernyataan politik dan sikap Prabu Boma Nara Sura itu, didengar oleh seluruh

kerabat Pandhawa dan para pejabat tinggi negara dan para pejabat tinggi militer,

yang saat itu sedang mempertimbangkan siapa yang akan diangkat sebagai

Panglima Operasi Angkatan Bersenjata Amarta-Pura. Tetapi, diam-diam ada

seorang pejabat tinggi penasehat Negeri Amarta-Pura, yang tidak setuju! Dia,

adalah Prabu Kresna, ayahanda Prabu Boma Nara Sura! Hal ini mengejutkan

semua peserta sidang penting itu. Argumentasi Prabu Kresna adalah sebagai

berikut.

Kedua tokoh calon Panglima Operasi Angkatan Bersenjata Amarta-Pura itu,

keduanya mempunyai masa lalu yang kelam. Keduanya, harus menebus

kesalahan dan dosa-dosanya. Demikian pendapat Prabu Kresna. Selain itu, jika

Prabu Boma Nara Sura dijadikan Panglima Operasi Angkatan Bersenjata

Amarta-Pura, maka tidak akan ada lawan yang sepadan dengan dirinya. Di luar

persoalan itu, Prabu Kresna juga sudah mengetahui, bahwa di dalam diri Prabu

Boma Nara Sura, ikut bersemayam sukma Prabu Bomantara, yang selalu

membayangi kehidupan Radyan Suteja (nama Prabu Boma Nara Sura, saat

masih muda, sebelum berhasil mengalahkan Prabu Bomantara).[4] Sukma

kedua yang merasukinya inilah, yang seringkali mempengaruhi sikap dan peri-

laku Prabu Boma Nara Sura, sehingga Prabu Boma Nara Sura seringkali

berubah menjadi bersikap dan berwatak jahat, saat ia sedang marah.

Meskipun Prabu Boma Nara Sura merupakan putera Prabu Kresna dari Sang

Hyang Bathari Pertiwi, dari Kahyangan Sapta Pratala, namun sejak ia kerasukan

sukma Prabu Bomantara dan sejak ia melakukan pembunuhan sadis terhadap

permaisuri (Dewi Hagnyanawati) dan adik kandungnya (Radyan Samba); Prabu

Kresna merasa bahwa Prabu Boma Nara Sura telah berubah watak dan tidak

lagi seperti puteranya saat masih muda. Karena itu, Prabu Kresna diam-diam

juga menginginkan kematian puteranya (Prabu Boma Nara Sura).

Pemilihan Panglima Operasi Angkatan Bersenjata Amarta-Pura, telah membuka

jalan bagi Prabu Kresna untuk 'melenyapkan' puteranya, yang di matanya sudah

bukan merupakan puteranya lagi. Karena itu pula Prabu Kresna bersikeras untuk

mencalonkan Prabu Anom Gathutkaca sebagai Panglima Operasi Angkatan

Bersenjata Amarta-Pura, meskipun semua orang tahu, hal itu sama saja dengan

mengorbankan Prabu Anom Gathutkaca. Tetapi, Prabu Kresna sebagai

penasehat tertinggi Negeri Amarta-Pura, dengan segala kekuasaan dan

kecanggihan strateginya, secara diam-diam menyampaikan kepada para tetua

dan penguasa Negeri Amarta-Pura, bahwa keputusan mengangkat Prabu Anom

Gathutkaca sebagai Panglima Operasi Angkatan Bersenjata Amarta-Pura

Page 22: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 22

merupakan sebuah keputusan yang paling tepat, dipandang dari segala sudut dan

strategi.

Saat mendengar paparan argumentasi Prabu Kresna, seluruh kerabat Pandhawa

terdiam. Pernyataan bahwa di dalam tubuh Prabu Boma Nara Sura bersemayam

sukma lain, yaitu sukma Prabu Boma Naraka-Sura; yang bersifat sangat agresif,

intimidatif, jahat, dan buruk; membuat semua kerabat Pandhawa memikirkan

berbagai kemungkinan yang akan terjadi, jika Prabu Boma Nara Sura diangkat

menjadi Panglima Operasi Angkatan Bersenjata Amarta-Pura. Apalagi, jika

kemudian ternyata berhasil memenangkan seluruh pertempuran Barata-Yudha

dan memusnahkan seluruh kerabat Kurawa. Apa yang akan terjadi? Saat

kemenangan telah dicapai, dan kerabat Kurawa telah punah, tidak tertutup

kemungkinan sukma kedua dalam diri Prabu Boma Nara Sura akan

memprovokasi Prabu Boma Nara Sura. Jika hal ini terjadi, maka situasi pasca

Perang Barata-Yudha bisa berbalik!

Sukma kedua dalam diri Prabu Boma Nara Sura bisa saja memprovokasi dan

mempengaruhi sikap dan membuat Prabu Boma Nara Sura berbalik memusuhi

kerabat Pandhawa, dengan tujuan supaya seluruh kerabat Pandhawa lenyap dari

muka bumi. Jika hal ini terjadi, maka Prabu Boma Nara Sura akan menjadi

penguasa tunggal jagat raya tanpa tandingan. Menurut Prabu Kresna,

kemenangan para Pandhawa atas para kerabat Kurawa, tidak boleh menjadi

senjata makan tuan, yang bisa berakhir dengan punahnya seluruh kerabat

Padhawa. Atas dasar ini, Prabu Kresna meminta Radyan Bima-Sena untuk

merelakan dan mengiklaskan, jika memang Prabu Anom Gathutkaca harus

gugur di medan perang Barata-Yudha. Pengorbanan ini, menurut Prabu Kresna

merupakan konsekuensi logis dari sebuah keputusan, tindakan politik, dan

perjuangan menegakkan kebenaran; yang sedang diperjuangkan oleh seluruh

kerabat Pandhawa dan sekutunya. Secara jelas dan gamblang, Prabu Kresna

menjelaskan kepada seluruh kerabat Pandhawa, bahwa pada hari-hari

berikutnya, akan gugur dua putera Pandhawa dan sekutunya, yaitu Prabu Anom

Gathutkaca dan Prabu Boma Nara Sura.

Saat mendengar penjelasan Prabu Kresna, seluruh tetua dan kerabat Pandhawa

diam terpaku. Radyan Bima-Sena yang merasa bahwa puteranya secara sengaja

hendak dikorbankan oleh Prabu Kresna, merasa bahwa keputusan itu sangat

tidak adil bagi dirinya. Karenanya, Radyan Bima-Sena dengan perasaan marah

mempertanyakan, bagaimana bisa seorang penasehat tertinggi negeri Amarta-

Pura seperti Prabu Kresna, sampai tega mengorbankan Prabu Anom Gathutkaca

yang notabene adalah keponakannya sendiri, sementara anaknya sendiri, Prabu

Boma Nara Sura diam-diam diselamatkan dan sama sekali tidak dikorbankan.

Mendengar pertanyaan Radyan Bima-Sena yang disampaikan dengan penuh

kemarahan, Prabu Kresna terdiam sesaat. Suasana menjadi tegang.

Page 23: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 23

Dalam ketegangan yang semakin memuncak itu, Prabu Kresna berkata,

lengkingan kata-katanya menggaung di dalam ruang pakuwon: "Bima, saya juga

akan berkorban. Sama dengan pengorbananmu. Bahkan mungkin engkau tidak

terbayangkan apa yang akan terjadi, dan dosa apa yang akan ditimpakan kepada

diriku. Dengarkan penyataanku ini. Jika nanti saatnya tiba, saya sendiri yang

akan membunuh anak kesayanganku Boma Nara Sura. Engkau pasti tidak akan

bisa merasakan bagaimana perasaan hatiku saat harus membunuh anak

kesayanganku. Meskipun sekarang ia sudah berubah, karena kerasukan sukma

Prabu Boma Naraka-Sura, tetapi bagaimanapun juga ia tetap anak

kesayanganku. Karena peri-laku dia yang kerasukan sukma Prabu Boma

Naraka-Sura, saya juga sudah kehilangan anak, yaitu Radyan Samba, dan juga

kehilangan menantuku Dewi Hagnyanawati, yang sudah dibunuh oleh Boma

Nara Sura." Semua hadirin yang mendengar kata-kata Prabu Kresna, terdiam

seribu bahasa......

Maka hari itu pula, suatu keputusan yang maha sukar itu sudah dibuat. Para

kerabat Pandhawa akhirnya memutuskan, Prabu Anom Gathutkaca diangkat

menjadi Panglima Operasi Angkatan Bersenjata Amarta-Pura! Berita segera

tersebar luas! Bahkan, dalam waktu yang sangat singkat, berita itu juga telah

sampai ke telinga pada kerabat Kurawa, yang dengan segera lalu memutuskan

untuk mengangkat Adipati Karna sebagai Panglima Operasi Angkatan

Bersenjata Hastina-Pura. Kegemparan segera merebak di

seluruh pakuwon Pandhawa dan Kurawa. Semua orang memperbincangkan

pengangkatan kedua panglima perang masing-masing. Berita televisi dan radio

penuh dengan breaking news dan ulasan para pengamat militer tentang

pengangkatan kedua tokoh penting itu.

Di luar segala hiruk-pikuk itu, diam-diam Radyan Bima-Sena merasakan

kesedihan hati yang luar biasa. Perasaan bahwa putera kesayangannya telah

dikorbankan dengan sengaja oleh Prabu Kresna, tetap tak bisa dilenyapkan dari

hati sanubarinya. Hatinya tetap tidak bisa menerima. Sementara semua saudara-

saudaranya hanya melihat dirinya tanpa komentar apapun. Semuanya seakan

mendiamkan dirinya. Radyan Bima-Sena merasa, seakan-akan ikut

mengorbankan puteranya, hanya untuk melestarikan kekuasaan dirinya sebagai

kerabat Pandhawa. Ada perasaan malu, sendu, dan sedih tak bisa dikatakan; saat

memikirkan dan membayangkan bagaimana seorang ksatria ternama seperti

dirinya, bisa bertahan di pusat kekuasaan Negeri Amarta, dengan mengorbankan

putera kesayangannya.

Radyan Bima-Sena merasakan dunia begitu hampa. Ia merasa kesepian di antara

keramaian di sekitarnya. Beban emosi dan perasaan yang sedemikian berat, tak

tertanggungkan oleh seorang Bima-Sena, sehingga akhirnya tubuhnya limbung.

Dunianya semakin lama semakin gelap. Penglihatannya semakin lama semakin

kabur. Ia tak ingat apa-apa lagi. Tubuhnya yang tinggi besar, akhirnya rubuh.

Page 24: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 24

Radyan Bima Sena pingsan! Kegemparan pun terjadi. Oleh sejumlah kerabat,

tubuhnya diangkat dan dipindahkan ke ruang tidur dalam pakuwon......

Berita tentang pengangkatan Prabu Anom Gathutkaca sebagai Panglima Operasi

Angkatan Bersenjata Amarta-Pura dalam sidang tertutup para kerabat

Pandhawa, akhirnya terdengar pula oleh Prabu Boma Nara Sura. Entah apa yang

terjadi, ia tidak bisa merasakan. Tiba-tiba saja timbul rasa marah yang luar

biasa. Seakan dendam kesumatnya kepada Prabu Anom Gathutkaca tiba-tiba

muncul kembali ke atas permukaan. Prabu Boma Nara Sura bergegas

menghadap para kerabat Pandhawa. Tanpa menunggu dan tanpa basa-basi, ia

bertanya mengapa usulannya untuk mengangkat dirinya sebagai Panglima

Operasi Angkatan Bersenjata Amarta-Pura ditolak. Semua kerabat Pandhawa

yang mendengar pertanyaan tajam itu, terdiam dan semua mata mengarah

kepada Prabu Kresna.

Suasana mendadak berubah menjadi tegang. Karena semua orang melihat

kepada dirinya, maka perlahan-lahan Prabu Kresna maju ke depan dan berusaha

menjelaskan dengan kalimat yang terasa sangat ditata, dan dinyatakan secara

perlahan-lahan. Tetapi, yang keluar dari mulut Prabu Kresna hanyalah kalimat

pendek: "Boma anakku, ketahuilah, semua manusia harus mempertanggung-

jawabkan peri-laku dan dosa-dosanya."

Mendengar kalimat ayahandanya Prabu Kresna itu, entah apa yang terjadi,

Prabu Boma Nara Sura tiba-tiba berteriak memaki: "Bangsat! Jadi, inilah yang

terjadi. Persekongkolan untuk dengan sengaja membunuh adikku si Gathutkaca!

Saya kan sudah bilang, begitu berita pengangkatan Gathutkaca sebagai

Panglima Operasi Angkatan Bersenjata Amarta-Pura tersebar dan sampai ke

telinga para bedebah Kurawa itu, pasti Adipati Karna yang akan diangkat

sebagai Panglima Operasi Angkatan Bersenjata Kurawa untuk menandingi

adikku si Gathutkaca! Apa semua tetua dan para gegeduk penguasa Pandhawa

sudah sedemikian bodohnya, sampai tega mengorbankan adikku si Gathutkaca

hah....? Apa apa sih dengan kalian semua....?" Dan, masih banyak lagi kalimat

umpatan dan caci-maki yang disampaikan dengan berteriak oleh Prabu Boma

Nara Sura, tanpa memperdulikan lagi tata-krama. Seluruh yang hadir di dalam

ruang pakuwon itu terperangah. Seakan, mereka berhadapan dengan seorang

yang sangat asing. Seorang yang berkata dengan kalimat tajam di hadapan

mereka itu, seakan seperti bukan Prabu Boma Nara Sura yang selama ini

mereka kenal.

Kalimat-kalimat yang diucapkan Prabu Boma Nara Sura itu, membuat telinga

para tetua Pandhawa menjadi merah. Beberapa di antara mereka itu, berbisik-

bisik antar sesamanya. Prabu Kresna berusaha menenangkan para hadirin dan

para tetua kerabat Pandhawa. Tiba-tiba terdengar teriakan Prabu Boma Nara

Sura: "Begini sajalah...., saya menantang kalian semuanya, termasuk adikku

Gathutkaca, untuk membuktikan di hadapan kalian semua, bahwa saya Boma

Page 25: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 25

Nara Sura, jauh lebih pantas menjadi Panglima Operasi Angkatan Bersenjata

Amarta-Pura dibanding kalian semua!"

Mendengar kalimat tantangan itu, Prabu Kresna tiba-tiba timbul amarahnya. Ia

maju, berdiri tegak, tepat di hadapan Prabu Boma Nara Sura, sambil berkata tak

kalah keras: "Boma...., jangan banyak bicara! Coba kamu kalahkan si

Gathutkaca! Jika dia bisa kau kalahkan, maka jabatan Panglima Operasi

Angkatan Bersenjata Amarta-Pura akan diserahkan kepadamu!" Mendengar

kata-kata ayahandanya, tanpa menunggu lagi Prabu Boma Nara Sura bergegas

ke luar, menuju lapangan luas di depan pakuwon Pandhawa. Prabu Boma Nara

Sura segera menaiki kendaraan ruang angkasanya, Garuda Wilwana. Beberapa

saat kemudian Prabu Anom Gathutkaca pun ke luar menemuinya. Tiba-tiba saja

sudah terjadi pertempuran di antara keduanya.

Tanpa ada yang mengetahui, ternyata berita pertempuran keduanya, sampai juga

ke pihak Kurawa. Mereka juga segera melakukan analisis secara cermat.

Laporan intelejen yang menyatakan bahwa Prabu Boma Nara Sura tidak akan

bisa mati, meskipun terbunuh seribu kali sehari, selama tubuhnya tersentuh

permukaan bumi, membuat para kerabat Kurawa was-was. Mereka juga sampai

pada kesimpulan, jika Prabu Boma Nara Sura sampai bisa memenangkan

pertempuran melawan Prabu Anom Gathutkaca, maka seluruh kerabat Kurawa

bisa dilibas habis, karena ia dipastikan tidak akan ada yang bisa

mengalahkannya.

Dan, akhirnya para kerabat Kurawa itu sampai pula pada pemikiran untuk

menghentikan sementara Perang Barata-Yudha! Ya, harus dilakukan 'gencatan

senjata' sementara! Prabu Suyudana yang kebingungan saat mendengar laporan

dinas intelejen Hastina-Pura yang datang terus-menerus dan bertubi-tubi, tiba-

tiba membuat keputusan yang sangat penting. Ia memutuskan untuk mengirim

sejumlah besar pasukan Hastina-Pura dan sekutunya ke Amarta-Pura, dengan

tujuan 'membantu' pihak Pandhawa untuk melenyapkan Prabu Boma Nara Sura

dan kekuatan militernya. Keputusan penting lainnya yang dibuat adalah, Adipati

Karna tidak diperbolehkan ikut serta, supaya kehadiran tentara Kurawa tidak

dicurigai sebagai upaya menepuk di air keruh. Semua kerabat Kurawa sepakat,

yang harus dilenyapkan dari muka bumi lebih dahulu adalah Prabu Boma Nara

Sura. Jika hal ini bisa direalisasi, maka persoalan Gathutkaca merupakan hal

sepele, yang nantinya pasti bisa diselesaikan oleh Adipati Karna. Para kerabat

Kurawa itu tersenyum lebar, dan semuanya memuji keputusan Prabu Suyudana

yang dipandang sangat strategis, jenius, dan brilian.

Bala tentara Hastina-Pura beserta sekutunya itu, disepakati dipimpin oleh Maha

Patih Sangkuni, yang terkenal pandai berdiplomasi, licin bagaikan belut, dan

pandai memutar-balikkan fakta. Keputusan soal siapa yang menjadi pemimpin

tertinggi pasukan Hastina-Pura ini pun disambut dengan gembira. Sekali lagi,

para kerabat Kurawa memberikan tepuk tangan gegap gempita ‘mbata

Page 26: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 26

rubuh’ serta pujian setinggi langit kepada Prabu Suyudana, yang secara

gemilang dan sangat cerdik telah membuat keputusan yang tepat dan sangat

strategis. Dan, pada akhir rapat sidang kenegaraan Hastina-Pura itu, juga

diputuskan untuk membekali Maha Patih Sangkuni dengan „surat penyataan

gencatan senjata‟ dan surat „pernyataan kesediaan‟ pihak Hastina-Pura untuk

membantu pihak Amarta-Pura dalam upaya memerangi dan melenyapkan Prabu

Boma Nara Sura dari muka bumi.

Empat keputusan maha penting dan sangat strategis, telah dibuat oleh Prabu

Suyudana hanya dalam beberapa menit! Wooooow…. Hal ini belum pernah

terjadi dalam sejarah panjang Negeri Hastina-Pura! Teriakan “Hidup Prabu

Suyudana” dan teriakan “Hidup Negeri Hastina-Pura” berulang-ulang bergema

gegap-gempita di dalam ruang pakuwon Hastina-Pura yang mewah dan sangat

besar itu. Senyum lebar penuh kebanggaan, tersungging di wajah sang Prabu

Suyudana. Seakan-akan kemenangan Perang Barata-Yudha sudah

diraih. Minuman dan makanan lezat segera disuguhkan kepada seluruh hadirin,

untuk merayakan dibuatnya keputusan penting hari itu. Bunyi denting gelas

minuman beradu dengan gelas minuman di tangan para hadirin, seakan

memberikan pertanda bahwa mereka semua sedang merayakan sebuah

kemenangan besar……

Sesuai dengan strategi dan kebijakan yang telah dinyatakan sang Prabu

Suyudana, segera setelah selesai dengan sidang kenegaraan yang amat sangat

penting itu, segera diadakan „konferensi pers‟. Para wartawan dalam negeri dan

luar negeri dari berbagai kantor berita, stasiun televisi, dan stasiun radio;

berdesak-desak di depan ruang pakuwon Hastina-Pura, menginginkan berita

paling mutakhir, yang dipastikan akan membuat pemirsa dan mendengar di

seluruh jagat terpana! Dalam hitungan detik, berita tentang apa yang terjadi di

Negeri Hastina-Pura itu segera menyebar ke seantero jagat.

Kegemparanpun tiba-tiba terjadi di Negeri Traju-Trisna. Panglima Tentara

Nasional Traju-Trisna, Maha Patih Pancat-Nyana, tiba-tiba menerima laporan

dinas intelejen Traju-Trisna yang menyatakan adanya gerakan mencurigakan

pasukan Hastina-Pura secara besar-besaran, yang diperkirakan sedang menuju

kepakuwon Traju-Trisna dan Pandhawa! Dinas intelejen Amarta-Pura juga

melaporkan hal yang sama. Belum lagi kebingungan para kerabat Pandhawa dan

Traju-Trisna itu selesai, di pakuwon Pandhawa tiba-tiba datang Maha Patih

Sangkuni bersama sejumlah pengawal, sambil mengibarkan bendera putih tanda

perdamaian. Kepada para tetua Pandhawa Maha Patih Sangkuni menyampaikan

surat resmi dari Prabu Suyudana. Tanpa menunda waktu, sidang darurat segera

dilakukan secara tergesa-gesa, guna membahas kedatangan Maha Patih

Sangkuni yang membawa surat permintaan 'gencatan senjata sementara' pihak

Kurawa dan sekutunya; juga tentang surat kesediaan pihak Kurawa untuk

membantu Pandhawa dalam upaya mengalahkan Prabu Boma Nara Sura dan

Page 27: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 27

kekuatan militernya. Semua kejadian ini sangat mengejutkan para kerabat

Pandhawa dan seluruh sekutunya.

Rapat penting kerabat Pandhawa dan sekutunya masih berlangsung, ketika tiba-

tiba datang laporan intelejen yang disampaikan kepada Maha Patih Pancat-

Nyana, yang menyatakan bahwa Prabu Boma Nara Sura dan Prabu Anom

Gathutkaca tengah terlibat pertempuran sengit. Semua itu serba

membingungkan! Lebih membingungkan lagi, tersebar berita yang belum bisa

dipastikan kebenarannya, bahwa saat ini pihak Hastina-Pura sedang melakukan

perundingan resmi dengan pihak Amarta-Pura, untuk melenyapkan Prabu Boma

Nara Sura! Maha Patih Pancat-Nyana tidak habis mengerti! Bagaimana bisa,

Prabu Boma Nara Sura yang jelas-jelas berpihak kepada kerabat Pandhawa,

dikabarkan sedang bertempur melawan Prabu Anom Gathutkaca yang juga

kerabat Pandhawa. Para analisis dinas intelejen Negeri Traju-Trisna segera

melakukan analisis dan mencernati segala laporan dan berita yang semuanya

serba membingungkan itu.

Dan, di akhir proses analisis berbagai laporan intelejen itu, para pejabat militer

Negeri Traju-Trisna sampai pada kesimpulan, „dipastikan ada provokator di

dalam tubuh pihak Negeri Amarta-Pura dan sekutunya, yang telah dengan amat

sangat sukses telah berhasil membuat seluruh persekutuan kekuatan militer

Pandhawa menjadi pecah berantakan!‟ Ini merupakan kesimpulan paling

penting, yang dibuat oleh Kepala Dinas Rahasia Negeri Traju-Trisna. Dan, yang

lebih mengejutkan lagi, tersiar berita-berita dalam laporan intelejen paling

mutakhir, bahwa yang bertindak sebagai provokator adalah Prabu Kresna,

pejabat tertinggi dalam Biro Keamanan Nasional (National Security Agency,

NSA) Negeri Amarta-Pura. Berita ini, bagaikan sambaran halilintar di siang

bolong bagi Maha Patih Pancat-Nyana! Sangat aneh dan tidak di akal Maha

Patih Pancat-Nyana, bagaimana bisa ayahanda Prabu Boma Nara Sura, justru

bertindak sebagai provokator yang bisa saja berakibat jatuh korban di pihaknya

sendiri. Bisa saja Prabu Anom Gathutkaca, Prabu Boma Nara Sura, atau

keduanya gugur dalam pertempuran sengit di antara keduanya. Memikirkan hal

ini, Maha Patih Pancat-Nyana diam terpaku, termenung, dan tak mengerti;

bagaimana semua ini bisa terjadi.

Bagaimanapun juga, Maha Patih Pancat-Nyana harus membuat keputusan,

sementara junjungannya, Prabu Boma Nara Sura sedang tidak berada di tempat.

Jika nanti ternyata ada kesalahan dalam pembuatan keputusan penting, tentu

seluruh kesalahan akan ditumpukan kepadanya. Maha Patih Pancat-Nyana

beserta keempat Kepala Staf Angkatan Bersenjata Negeri Traju-Trisna segera

melakukan rapat tertutup. Dalam rapat penting itu, akhirnya disepakati bahwa

karena Prabu Boma Nara Sura sedang tidak ada di tempat, dan diketahui sedang

dalam bahaya; maka demi menjamin keselamatan Prabu Boma Nara Sura dan

Negeri Traju-Trisna, segala keputusan dan wewenang harus diambil alih oleh

Maha Patih Pancat-Nyana.

Page 28: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 28

Setelah diam sesaat, Maha Patih Pancat-Nyana tanpa ragu-ragu sedikitpun

berkata: “Baiklah…., sesuai dengan wewenang, hak, dan kewajiban yang

diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negeri Traju-Trisna, maka seluruh

wewenang Prabu Boma Nara Sura sejak saat ini saya ambil-alih sementara,

sampai sang Prabu Boma Nara Sura berada kembali di lingkungan kita dengan

selamat. Sekarang, saya perintahkan kepada seluruh jajaran wadya-bala tentara

Negeri Traju-Trisna untuk segera bersiaga dan bersikap waspada. Persiapkan

seluruh persenjataan. Jika ada gerakan pasukan yang mencurigakan, dari mana

pun itu, segera lakukan serangan secara besar-besaran. Jangan perdulikan lagi,

apakah serangan itu berasal dari pihak Pandhawa atau dari pihak Kurawa. Sejak

saat ini, kita tidak lagi bisa mempercayai pihak mana yang sebenarnya

merupakan sekutu Negeri Traju-Trisna. Sejak saat ini pula, kita tidak bisa lagi

berbagi informasi dengan pihak mana pun. Laporan intelejen paling mutakhir,

justru menunjukkan, bahwa semua pihak kerabat Kurawa dan sekutunya, yang

semula menjadi musuh para kerabat Pandhawa; ternyata telah bergabung

bersama-sama. Saya belum bisa menetapkan secara pasti, apakah hal ini

merupakan pertanda bahwa mereka semua telah berbalik dan akan memerangi

Negeri Traju-Trisna. Tetapi, jika melihat gelagat dengan telah terjadinya

pertempuran antara sinuwun Prabu Boma Nara Sura dengan Prabu Anom

Gathutkaca; saya sementara ini dapat menyimpulkan dan memastikan, bahwa

rupanya telah terjadi upaya untuk melenyapkan eksistensisinuwun Prabu Boma

Nara Sura, dan juga seluruh kekuatan Negeri Traju-Trisna. Karenanya, sejak

saat ini saya memutuskan dan memerintahkan, supaya seluruh jajaran kekuatan

militer Negeri Traju-Trisna ditarik dari persekutuan dengan Negeri Amarta-

Pura.” Semua pejabat tinggi Negeri Traju-Trisna yang terlibat dalam rapat

terbatas itu menganggukkan kepalanya tanda setuju.

Dalam waktu yang amat singkat, seluruh kekuatan militer Negeri Traju-Trisna

yang terkenal sangat kompak, loyal, dan disiplin itu; sudah ditarik mundur

menjauhi wilayah sekitar Palagan Kuru-Setra. Dalam waktu yang amat singkat

pula, segera terlihat adanya dua pihak kekuatan militer yang saling berhadapan

dalam jarak yang cukup jauh. Di salah satu sisi, terlihat jajaran bala tentara

Negeri Traju-Trisna, sedangkan di sisi lainnya terlihat gabungan bala tentara

yang berasal dari enam negara, termasuk Negeri Amarta-Pura dan Hastina-Pura.

Dari sikap yang ditunjukkan, terlihat bahwa kedua jajaran bala tentara itu, siap

siaga untuk bertempur. Tinggal menunggu komando serangan saja. Di medan

tempur semuanya berlangsung secara senyap. Semua gerakan, dilakukan secara

diam-diam. Meskipun demikian, masing-masing pihak sebenarnya bisa saling

mengamati apa yang sedang terjadi di seberang tempat kedudukan masing-

masing.

Maha Patih Pancat-Nyana bersama keempat Kepala Staf Tentara Nasional

Traju-Trisna, dengan teropong jarak jauhnya, mengamati kedudukan jajaran

bala tentara yang berada jauh di seberang tempat pertahanan pasukannya. Di

Page 29: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 29

kejauhan, bergerak-gerak seperti gelombang bayangan hitam, terlihat gabungan

tentara enam negara membayang di batas cakrawala. Di antara kedua jajaran

pasukan besar itu, terbentang medan Palagan Kuru-Setra yang terlihat diam

menunggu datangnya kematian dan tumpahan darah. Suasananya semakin lama

menjadi semakin mencekam. Debumangampak-ampak tertiup samirana di

Palagan Kuru-Setra, membuat pandangan menjadi kabur. Awan debu yang

tertiup angin itu, beberapa saat lamat-lamat seperti menampakkan wujud

Bathara Yama-Dipati, sang pencabut nyawa. Sesekali, juga menampakkan

bayangan seperti Bathara Kala, sang pemakan nasib manusia di alam janaloka.

Bayangan debu yang mangampak-ampak tertiup angin itu, semakin membuat

medan Palagan Kuru-Setra tampak seperti neraka yang menggelegak di

alamjanaloka. Namun, di seluruh sisi Palagan Kuru-Setra semuanya diam

membisu, meskipun memendam ketegangan luar biasa……

Jauh di ruang angkasa, pertempuran antara Prabu Boma Nara Sura dan Prabu

Anom Gathutkaca masih berlangsung sengit. Setiap kali Prabu Anom

Gathutkaca berhasil membunuh Prabu Boma Nara Sura, setiap kali pula ia

hidup kembali. Aji-aji Panca-Sona atau aji-aji Rawa Rontek bekerja baik sekali

hari ini, sehingga membuat Prabu Anom Gathutkaca habis akal. Pendar-pendar

pertempuran, dari kejauhan terlihat membiaskan warna api yang menyemburat,

ditimpa suara ledakan-ledakan dahsyat berulang kali. Seperti kata para tetua

Pandhawa yang setiap kali memberi petuah kepada Prabu Anom Gathutkaca,

“Seribu kali engkau berhasil membunuh Boma Nara Sura, seribu kali pula ia

akan hidup kembali.” Kalimat nasehat para tetua itu, selalu mengiang-ngiang di

telinga Prabu Anom Gathutkaca, seakan memberi tahu dirinya, bahwa ia tak

akan bisa memenangkan pertempuran itu.

Di antara kesibukannya melawan serangan Prabu Boma Nara Sura, tiba-tiba saja

Prabu Anom Gathutkaca seperti mendengar ada sesuatu bisikan di telinganya. Ia

seperti mengenali suara yang membisikkan itu. Bisikan itu seperti bercerita

tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Seakan mengingatkan

kembali pada perang terbatas dalam peristiwa Rebut Kikis Tunggarana. Bisikan

itu semakin jelas: “Gathutkaca…., di masa perang terbatas dalam peristiwa

Rebut Kikis Tunggarana, engkau hampir saja bisa dikalahkan oleh Boma Nara

Sura, saat topeng baja pelindung wajahmu berhasil dihancurkan oleh Boma

Nara Sura. Tetapi ada peristiwa yang sangat menguntungkan dirimu saat itu,

dan persitiwa itulah yang membuat dirimu selamat dan sampai sekarang

membuat dirimu masih bisa hidup, yaitu senjata yang dipakai Boma Nara Sura

untuk menghancurkan topeng baja pelindung wajahmu itu, ternyata ikut hancur.

Leburnya senjata milik Boma Nara Sura dan topeng baja pelindung wajahmu

itu, yang terbukti telah menyelamatkan jiwamu itu, ternyata engkau lupakan,

hanya karena engkau dan Boma Nara Sura setelah peristiwa Rebut Kikis

Tunggarana itu, berhasil mencapai perdamaian. Engkau bahkan sama sekali

tidak tahu, apa yang kemudian terjadi dengan senjata milik Boma Nara Sura dan

Page 30: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 30

topeng baja pelindung wajahmu itu.” Mendengar bisikan itu, Prabu Anom

Gathutkaca mulai memikirkan. Suara bisikan siapakah itu? Dan, mengapa

bisikan itu menceritakan kembali peristiwa yang sudah hampir dilupakannya?

Tetapi, kesibukan melawan serangan Prabu Boma Nara Sura, telah membuat

Prabu Anom Gathutkaca tidak bisa memikirkan lebih lanjut.

Beberapa saat kemudian, Prabu Anom Gathutkaca mendengar kembali bisikan

itu. “Topeng baja pelindung wajahmu dan senjata milik Boma Nara Sura itu,

sebenarnya merupakan dua teknologi yang amat sangat mutakhir. Engkau dan

Boma Nara Sura bahkan sama sekali tak akan bisa membayangkan apa yang

sudah terjadi dengan kedua benda itu. Engkau sama sekali tak menyadarinya.

Begitu juga Boma Nara Sura. Penyebabnya? Engkau dan Boma Nara Sura

terlanjur terbuai oleh perdamaian yang amat sangat menyenangkan dan

membahagiakan. Karena perdamaian itu telah menyelamatkan dirimu dan Boma

Nara Sura. Bahkan engkau dan Boma Nara Sura sesaat setelah berdamai, saling

berpelukan dan saling memaafkan. Dan, sejak saat itu, engkau dan Boma Nara

Sura bahkan kembali dengan bergandeng tangan layaknya saudara kandung

yang sudah lama terpisah dan tak bertemu. Tetapi, jika saja salah satu di antara

engkau berdua sadar akan hal itu, maka pertempuran hari ini tak akan ada dan

tak akan pernah terjadi. Karena dipastikan salah satu darimu, entah Boma Nara

Sura atau dirimu pasti sudah lama lenyap dari muka bumi.”

Mendengar bisikan itu, Prabu Anom Gathutkaca mencoba memikirkan kembali

seluruh peristiwa yang sudah lama terjadi dan hampir saja membuat dirinya

terbunuh. Tetapi, ingatannya hanya sebatas sampai kepada peristiwa

perdamaian yang membahagiakan dirinya. Selanjutnya, tak ada lagi yang bisa

diingatnya lagi. Atau, lebih tepat jika dikatakan bahwa ia memang tak pernah

berusaha memikirkannya lagi.

Bisikan itu mengiang lagi: “Topeng baja pelindung wajahmu dan senjata milik

Boma Nara Sura itu, sebenarnya sama sekali tidak hancur, tetapi tanpa kau

ketahui ternyata telah menyatukan diri, dan mengubah fungsinya menjadi

sebuah senjata baru yang sangat mutakhir, berupa jala raksasa yang tak nampak

oleh penglihatan manusia. Selama ini, jala raksasa yang tak nampak itu,

mengambang di atas permukaan bumi. Benda itu, dulu terlempar dan jatuh

mengambang di atas suatu lapang rumput luas padhang pangonan di wilayah

hutan Kikis Tunggarana. Tentu saja tidak ada yang berhasil menemukannya,

karena benda itu memang tidak tampak di mata manusia maupun binatang.

Sejauh ini, hanya mata para dewa yang bisa melihat keberadaannya.” Prabu

Anom Gathutkaca terperangah oleh informasi baru itu, tetapi ia memang sama

sekali tak pernah menyangka bahwa topeng baja pelindung wajahnya dan

senjata milik Boma Nara Sura bisa bersatu dan malah berhasil mengubah diri

menjadi suatu senjata baru yang tak terbayangkan kemampuannya.

Page 31: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 31

Telinga Prabu Anom Gathutkaca masih terdengar mengiang-ngiang bisikan:

“Engkau pasti masih ingat „kata sandi‟ yang kau pakai untuk memakai dan

membuka topeng baja pelindung wajahmu. Jika engkau bisa mengingat kembali

apa kata sandi yang harus kau ucapkan untuk „memanggil‟ topeng baja

pelindung wajahmu itu, maka engkau akan bisa „memanggil dan menempatkan‟

senjata baru itu supaya benda itu pergi ke tempatmu sekarang. Satu-satunya

kesulitan yang terjadi, adalah engkau tetap tidak akan bisa melihat keberadaan

benda itu, karena sifatnya yang tak nampak oleh mata manusia. Tetapi,

keberadaan benda itu tetap bisa kau amati dari tersangkutnya burung yang

sedang terbang dan kemudian tersangkut karena menabrak jaring raksasa yang

tak nampak itu.” Begitu mendengar bisikan yang terakhir itu, seperti tersengat

aliran listrik bertegangan jutaan volt, Prabu Anom Gathutkaca segera tersadar!

Jadi…., ia harus bisa membunuh Prabu Boma Nara Sura dan segera

menjatuhkan tubuh lawannya itu tepat di atas jaring raksasa yang tak nampak di

mata manusia. Ini merupakan pekerjaan yang tak terlampau sukar bagi Prabu

Anom Gathutkaca, andai saja ia masih segar. Tetapi karena pertempuran yang

sudah berlangsung sedemikian lamanya, ternyata telah menguras habis hampir

seluruh tenaga dan pikiran Prabu Anom Gathutkaca.

Prabu Anom Gathutkaca berusaha memikirkan dan mengingat kembali, apa

„kata sandi‟ yang dipakai untuk memanggil „benda yang terlupakan itu‟. Prabu

Anom Gathutkaca hanya ingat bahwa kata sandi itu berupa

tembang mantra sulukan dhalang yang amat panjang. Lama ia tak dapat

mengingat bait-bait syairnya, meskipun ia sudah berusaha mengingatnya.

Tetapi, perlahan-lahan ia seperti bisa melihat ada bayangan tulisan kuno yang

berisi kata sandi itu di pelupuk matanya. Tulisan berisi syairmantra tembang

kuno, yang dulu biasa ditembangkannya jika ia ingin melindungi dirinya.

Seperti terbangun dari mimpi, Prabu Anom Gathutkaca memejamkan mata,

berusaha memperjelas penglihatan batinnya. Lalu, di dalam bayangan matanya,

tiba-tiba seperti terpapar lembar-lembar ‘ron tal’ yang berisi bait-bait syair

tembang mantra sulukan dhalang. Deretan huruf kuno yang semula terlihat

membayang kabur, bergerak-gerak seperti mengambang di atas ombak samodra.

Lalu, perlahan-lahan semakin lama semakin tenang dan semakin jelas. Dan,

akhirnya Prabu Anom Gathutkaca seperti bisa melihat jelas, apa yang terbayang

di pelupuk matanya…..

O,

Kamahatmyan setyaning tanaya,

Mangaji mangastuti laku utami,

Myang ingajara ilmu kang winadi,

O,

Kayogyan ika huriping driya,

Lir pawarahing dewa,

Page 32: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 32

Kang winarah ing jaman parwa,

Sangsaya isti istyakara kang utama,

O,

Pindha manikam cahyanya,

O,

O……[5]

Prabu Anom Gathutkaca segera mencoba membaca bayangan kata-kata bait

tembang mantra sulukan dhalang itu. Semula tidak lancar. Lalu, perlahan-lahan

seluruh ingatannya kembali ke masa lampau. Dan, dengan suaranya merdu

tetapi sedikit parau, Prabu Anom Gathutkaca mulai menembangkanmantra

sulukan dhalang dalam nada Slendro gaya Pesisir yang terasa sendu……

Ruang angkasa terasa sepi seketika. Seakan tak ada makhluk hidup di sana. Di

kejauhan, awan-awan bergerak-gerak, seakan ada tangan raksasa yang

menguakkannya. Di batas angan cakrawala, tiba-tiba memendar cahaya

cemerlang. Semburat berkas-berkas putih cahayanya, seperti menandakan

bahwa ada sesuatu yang sedang melayang menghampiri. Pendar-pendar cahaya

itu, seperti melingkup sesuatu yang amat sangat besar. Hanya kedip-kedip

cahaya cemerlang yang tampak di ruang angkasa. Prabu Anom Gathutkaca

terpesona melihat pemandangan yang menakjubkan itu. Sesaat it lupa bahwa di

kejauhan ada Prabu Boma Nara Sura yang juga memperhatikan terjadinya

fenomena ajaib itu. Mereka sama-sama terpesona. Tak nampak apa-apa, kecuali

pendar-pendar cahaya yang menyilaukan. Pendar-pendar cahaya itu, seakan

bergerak-gerak, bergelombang seperti mengambang di atas air samodra yang

tak tampak.

Di kejauhan, entah dari mana, tiba-tiba tampak sekumpulan

burung Branjangan yang terbang cepat beriringan. Terbang berkelok-kelok tak

teratur. Lalu, burung-burung itu seperti tersihir, sayapnya tetap mengepak tetapi

berhenti terbang. Suara cicit burung-burung Branjangan itu seakan

menampakkan kepanikan, saat sayap yang mengepak tak menghasilkan gerak

kemana-mana. Prabu Anom Gathutkaca seperti dibangunkan dari mimpi saat

melihat sekumpulan burung mengepakkan sayapnya, tetapi berhenti terbang. Ia

seperti diingatkan kembali, bahwa jala raksasa yang terbentang luas itu hanya

bisa diamati keberadaannya saat ada sekumpulan burung yang terperangkap di

jaring raksasa yang tak nampak oleh penglihatan makhluk hidup.

Tersadar dari pemandangan yang menakjubkan, Prabu Anom Gathutkaca segera

sadar bahwa sekaranglah saatnya bertindak. Dengan sisa-sisa tenaga yang masih

dimilikinya, Prabu Anom Gathutkaca berusaha menyerang Prabu Boma Nara

Sura. Upaya ini dilakukannya berkali-kali, tetapi rupanya antara niat dan usaha,

sudah mulai tak sejalan. Niat yang sangat kuat, sudah tidak didukung lagi oleh

tenaga yang cukup. Dalam beberapa kali upaya menyerang, bahkan Prabu Boma

Page 33: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 33

Nara Sura berhasil memukul mundur serangan yang dilakukan Prabu Anom

Gathutkaca. Pada suatu ketika, dengan seluruh sisa tenaganya Prabu Anom

Gathutkaca berusaha menyerang. Tetapi suatu ledakan dahsyat terdengar di

telinganya. Kilauan cahaya yang sangat terang membuat pedih matanya. Tubuh

Prabu Anom Gathutkaca terlempar jauh. Badannya serasa remuk. Tubuh Prabu

Anom Gathutkaca melayang di ruang angkasa. Prabu Anom Gathutkaca ingin

menggerakkan anggauta tubuhnya. Tetapi ia ternyata sama sekali tak dapat

menggerakkan seluruh anggauta badannya. Seluruh tenaganya seakan lenyap.

Tubuhnya melayang-layang di angkasa. Sementara di kejauhan tampak Prabu

Boma Nara Sura mengawasinya dari dalam kendaraan Garuda Wilmana-nya.

Pertempuran kedua ksatria itu seakan berhenti seketika. Tetapi, tiba-tiba

terdengar suara gemuruh memenuhi ruang angkasa yang semula sunyi. Di sisi

batas cakrawala tampak semburat berkas cahaya yang amat sangat terang

menyeruak angkasa. Pendaran cahayanya sedemikian terangnya, sampai

membutakan sesaat semua makhluk yang melihat. Gemuruh suaranya semakin

lama semakin terdengar keras. Di antara gemuruh suara yang menggema ke

seluruh ruang angkasa itu, tampak sekilas ujung senjata Cakra Baskara yang

melesat dengan kecepatan tak terkirakan memecah awan-awan, disertai cahaya

yang amat sangat terang. Prabu Boma Nara Sura sedetik hanya sempat melihat

senjata bercahaya cemerlang itu ternyata menuju ke dirinya. Tak sempat

berpikir, tak sempat bereaksi, tubuh Prabu Boma Nara Sura tiba-tiba saja

terpental menabrak dinding logam dalam kendaraan Garuda Wilmana-nya.

Kendaraan Garuda Wilmana-nya sempat memberikan peringatan sekejab.

Terdengar lengkingan teriakan peringatan parau Garuda Wilmana yang

menyatakan bahwa badannya mulai hancur. Ledakan yang amat sangat keras

terdengar saat pendaran cahaya di ujung senjata Cakra Baskara itu menyentuh

dinding luar kendaraan Garuda Wilmana. Hanya sedetik, semuanya lebur

bertebaran menjadi pecahan dan lelehan logam disertai semburan api. Hanya

sedetik…..! Lalu semuanya menjadi sunyi kembali…….

Tubuh Prabu Boma Nara Sura dan sisa-sisa badan kendaraan ruang angkasanya

Garuda Wilmana, melayang terbanting-banting di kelamnya ruang angkasa.

Sekejab kemudian, tubuh dan sisa kendaraan ruang angkasa yang canggih itu

tiba-tiba seperti berhenti mendadak. Mengambang terguncang-guncang di atas

angkasa. Tertahan jaring yang tak terlihat mata. Tak ada suara apapun yang

terdengar. Semuanya sunyi mengerikan…. Semua mata yang melihat kejadian

itu dari kejauhan, terbelalak. Keringat dingin mengucur dari tubuh setiap orang

yang memandang kejadian mengerikan itu. Peperangan di darat terhenti

seketika!

Belum lagi hilang ketakutan orang yang melihat kejadian itu, tiba-tiba jauh di

angkasa seberkas cahaya cemerlang melintas. Dalam keremangan ruang

angkasa, tiba-tiba muncul suatu kereta angkasa yang luar biasa besar, disertai

pendaran cahaya menyilaukan. Dari kendaraan angkasa itu, tiba-tiba muncul

Page 34: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 34

berkas cahaya yang menyorot ke atas jaring raksasa yang tak terlihat mata

makhluk hidup. Sekejab kemudian, tubuh Prabu Boma Nara Sura beserta

seluruh sisa-sisa kendaraan Garuda Wilmana-nya yang telah hancur lebur itu,

terlihat disinari berkas cahaya yang menyilaukan. Dan, tiba-tba saja tubuh Prabu

Boma Nara Sura dan sisa-sisa kendaraan angkasanya lenyap dari pandangan

mata, disertai suara gemuruh yang memekakkan telinga. Sesaat kemudian,

ruang angkasa menjadi sunyi kembali.

Di antara kesunyian ruang angkasa itu, tiba-tiba saja terdengar suara parau yang

entah dari mana datangnya. Suara itu seperti datang dari ruang gelap dalam

kereta angkasa yang amat sangat besar dan mengambang jauh di kedalaman

ruang angkasa. Lalu terdengar suara menggelegar: “Kresna, hari ini engkau

telah mengorbankan dua orang ksatria! Meskipun engkau titisan Sang Hyang

Wisnu, tetapi hari ini engkau adalah manusia seperti manusia lainnya. Dan,

seperti engkau sering menasehatkan kepada para ksatria, bahwa „manusia harus

bertanggung-jawab atas perbuatannya‟, maka hari ini engkau juga harus

bertanggung-jawab atas perbuatanmu. Saya…., Sang Hyang Naga-Raja, kakek

cucuku Boma Nara Sura, bersaksi bahwa saya akan membawa kembali tubuh

Boma Nara Sura ke Kahyangan Jala-Tundha. Bahkan jika engkau tetap

menyatakan bahwa Boma Nara Sura sebagai manusia yang hina dan rendah, di

mataku ia tetap cucuku, kstaria yang membela kehormatan dirinya. Meskipun

engkau mengatakan bahwa cucuku telah membunuh isterinya Hagnyanawati

dan adik kandungnya si Samba, tetapi ketahuilah ia membunuh karena

mempertahankan martabat dan kehormatannya. Bahkan jika pun pembunuhan

itu bukan karena provokasi Garuda Wilmana, aku tetap akan membela cucuku si

Boma Nara Sura, karena ia adalah suami si Hagnyanawati. Ia sejak awal

memang sangat cinta kepada si Hagnyanawati. Puteramu saja, si Samba keparat

dan menantumu si Hagnyanawati yang tak tahu diri, tak tahu adat, dan tak bisa

menjaga kehormatan dirinya sendiri; sehingga mereka berlaku rendah

dan candhala. Kelakuan mereka berdua, bukan seperti layaknya seorang ksatria

dan seorang dewi yang patut dipuja dan dihormati. Kelakuan mereka, bahkan

lebih rendah dari peri-laku binatang. Binatang saja bahkan masih punya rasa

kesetiaan dan tata-krama, mereka tidak akan merebut milik lain. Maka

saksikanlah….! Dalam beberapa hari ini dua kstaria akan menjadi tumbal atas

perbuatanmu. Dan, sesuai apa yang pernah kau katakan kepada banyak ksatria,

maka engkau akan termakan oleh kata-katamu sendiri. Akhir hidupmu akan

penuh kesengsaraan, dan karena itu pula kematianmu nanti akan penuh

kesulitan yang sangat menyakitkan; sama seperti engkau menyakiti banyak hati

para ksatria yang secara semena-mena telah engkau korbankan hanya demi

mempertahankan sejengkal tanah dan demi langgengnya sebuah

kekuasaan……”

Suara menggelegar itu lenyap seketika. Seluruh medan perang Tegal Kuru-Setra

sunyi sepi. Pasukan Negeri Traju-Trisna berhasil memukul mundur seluruh

Page 35: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 35

pasukan Hastina-Pura. Tetapi, Maha Patih Pancat-Nyana dan seluruh

pasukannya yang selalu setia kepada junjungannya, Prabu Boma Nara Sura

akhirnya melakukan upacara ‘puputan’ (bunuh diri), sebagai tanda bakti kepada

junjungannya yang telah sekian lama sudah memberikan kehormatan,

kesejahteraan, dan martabat; kepada mereka semua. Kepada seluruh jajaran

pasukan Negeri Traju-Trisna, sebelum melakukan upacara ‘puputan’,Maha

Patih Pancat-Nyana sempat memberikan kata-kata terakhirnya di hadapan

seluruh pasukan Negeri Traju-Trisna: “Kita semua memang jenis bangsa

raksasa, yang seringkali dipandang rendah oleh bangsa manusia. Tetapi hari ini,

kita akan membuktikan kepada mereka semua, bahwa kita, bangsa raksasa, bisa

menjaga dan mempertahankan kehormatan, martabat, dan harga diri yang kita

pegang teguh selama ini. Junjungan kita sinuwun Prabu Boma Nara Sura telah

meninggalkan kita semua. Beliau tidak gugur, tetapi akan tetap hidup di dalam

hati setiap penduduk Negeri Traju-Trisna. Dan, karena itu pula setelah kita nanti

menyelesaikan upacara puputan, kita akan bersama beliau, kembali ke haribaan

Sang Penguasa Jagat Raya. Sinuwun Prabu Boma Nara Sura, selama hidupnya

telah memberikan semua yang kita mimpikan sebagai makhluk hidup, yang

selama ini selalu direndahkan martabatnya oleh bangsa manusia. Kita semua

bisa menjadi terhormat seperti sekarang ini, karenasinuwun Prabu Boma Nara

Sora. Jadi, sebagai balas budi dan sebagai darma bakti kita kepada seorang yang

telah membuat kita menjadi seperti sekarang; maka hanya ada satu yang bisa

dipersembahkan kepada beliau, yaitu ‘bela pati’ dalam upacara puputan. Kita

akan melakukan serangan besar-besaran. Semua perajurit Negeri Traju-Trisna

secara bersama-sama, sehati, dan seperjuangan; akan menyerang musuh sampai

titik darah terakhir dan sampai perajurit terakhir. Saya akan berdiri bersama

kalian semua saat melakukan puputan bela pati ini. Sebelum melaksanakan

perintah, tolong bacakan doa terakhir bagi kita semua……..”

Ribuan wadya-bala Negeri Traju-Trisna diam tunduk mendengar dengan hikmat

kalimat terakhir Maha Patih Pancat-Nyana. Lalu doa dan mantra ditembangkan

perlahan. Suasana berubah menjadi mencekam saat semua perajurit Negeri

Traju-Trisna itu bersama-sama mengganti baju keprajuritannya dengan

lembaran kain putih. Umbul-umbul peperangan juga diganti dengan umbul-

umbul kain berwarna putih. Lautan ribuan pasukan bangsa raksasa itu, tiba-tiba

saja berubah menjadi lautan putih. Lembar kain putih menutupi setiap tubuh

perajurit Negeri Traju-Trisna, demikian pula mahkota-mahkota yang semula

dipakai semuanya digantikan dengan ikatan kain putih. Bergelombang-

gelombang pasukan Negeri Traju-Trisna seluruhnya sudah bersiap untuk

melakukan serangan. Tidak seperti biasanya, seluruh perajurit Negeri Traju-

Trisna hari itu melakukan serangan besar-besaran sambil melantunkan

tembang mantra dan doa. Suara tembang mantra puputan bela pati dan doa-

doanya bagaikan suara jutaan kumbang…..

Page 36: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 36

Hari itu, seluruh pasukan Negeri Traju-Trisna memenuhi janjinya

kepada sinuwun junjungan mereka sang Prabu Boma Nara Sura. Sejauh mata

memandang, medan perang Tegal Kuru-Setra memutih, dipenuhi tubuh ribuan

pasukan Negeri Traju-Trisna yang berselimut kain putih itu, terbaring diam di

atas permukaan tanah bumi pertiwi. Di antara tubuh-tubuh yang diam tak

bergerak itu, tampak tubuh Maha Patih Pancat-Nyana terbaring sambil tetap

memegang keris pusakanya yang dalam keadaan‘ligan’ (tak disarungkan).

Darah membasahi tubuhnya yang tinggi besar.

Beberapa hari setelah peristiwa menyedihkan itu, Perang Barata-Yudha

berkobar kembali. Dan, seperti sudah ditakdirkan, Prabu Anom Gathutkaca

gugur saat melawan Adipati Karna. Di sisi tubuh sang Prabu Anom Gathutkaca,

berdiri memaku ayahandanya Radyan Bima-Sena tak bisa berkata-kata. Baru

kali ini, orang melihat Radyan Bima-Sena menangis berjam-jam. Di kejauhan,

tampak berdiri dua orangabdi dalem Negeri Traju-Trisna, sang Teja-Mantri dan

Sara-Wita. Kedua tangan abdi dalem kinasih itu diangkat tinggi-tinggi sambil

menggumankan suara: “Sinuwun Prabu Boma Nara Sura dan seluruh perajurit

Negeri Traju-Trisna, selamat jalan. Semoga sinuwun menemukan kebahagiaan

yang abadi di alam sana, bersama seluruh rakyat Traju-Trisna yang telah

melakukan puputan bela pati.” Air mata keduanya bercucuran tak

tertahankan……

Di kejauhan terdengar tembang sendu dinyanyikan orang, seakan diam-diam

ditujukan kepada Prabu Boma Nara Sura….

Dhuh nyawa rerentenging raga,

Sun arsa ambeberaken,

Goreh runtik jroning nala,

Sun anandang lara brangti,

Dhuh puspita aneng teleng kalbu,

Gawe sun tan bisa nendra,

Mung sira pepujaningsun,

Langgeng lami salawasnya,

Karon sih lan sira nini,

Tunggal sajiwa sajati….[6]

Malam menjadi semakin dingin. Di antara sepinya malam, terdengar lamat-

lamat „Gendhing Laler Mengeng‟ dimainkan para pradangga, seakan

mengingatkan kepada seluruh riwayat hidup sang Prabu Boma Nara Sura.

Seorang ksatria yang dilupakan. Di jalan-jalan raya Negeri Dwara-Wati

sekalipun, nama Boma Nara Sura tidak pernah diabadikan menjadi nama jalan.

Sebaliknya, nama Radyan Samba selalu diabadikan menjadi nama jalan di

setiap kota dalam wilayah Negeri Dwara-Wati. Di Negeri Traju-Trisna,

Page 37: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 37

meskipun kekuasaan sang Boma Nara Sura telah lama digantikan, tetapi di

setiap rumah penduduknya selalu terpasang dan tersimpan lukisan atau gambar

Prabu Boma Nara Sura. Di hati rakyat Negeri Traju-Trisna, Prabu Boma Nara

Sura ternyata tetap hidup……..

PENUTUP, RENUNGKANLAH KEHIDUPANMU SAAT INI

___________________________

[1] Bathara Darma, sering disebut dengan nama lain, yaitu Bathara Ulam Derma atau Bathara

Wulan Derma. Sedangkan sebutan ‘bathara’ seringkali juga diganti dengan

sebutan ‘hyang’ ,‘sang hyang’, ‘hywang’, atau ‘sang hywang’. Karenanya, lalu sering disebut

„Sang Hyang Wulan Derma‟.

[2] Bathara Darmi, sering disebut dengan nama lain, yaitu Bathara Ulam Dermi atau Bathara

Wulan Dermi. Sedangkan sebutan ‘bathara’ seringkali juga diganti dengan

sebutan ‘hyang’ ,‘sang hyang’, ‘hywang’, atau ‘sang hywang’. Karenanya, lalu sering disebut

„Sang Hyang Wulan Dermi‟.

[3] Istilah 'vimana', pada masa sekarang justru dikenal sebagai kendaraan ruang angkasa yang

sekarang kita kenal sebagai 'UFO" (unidentified flying object)atau 'benda terbang tak dikenal',

yang dalam istilah populer sering disebut 'piring terbang' (flying saucer).

[4] Saat masih muda, Prabu Boma Nara Sura bernama Radyan Suteja atau seringkali juga disebut

Radyan Sitija. Pada saat ia berhasil mengalahkan Prabu Bomantara, sukma Prabu Bomantara

merasuki dan bersemayam dalam tubuh Radyan Sitija. Peristiwa inilah yang membuat Radyan

Sitija akhirnya dikenal mempunyai 'kepribadian ganda'. Pada saat ia sedang tidak marah, maka

sukma aslinya yang dominan. Hal ini, membuat Radyan Sitija bersikap dan berperi-laku baik,

seperti seorang ksatria. Tetapi pada saat marah, sukma Prabu Bomantara menjadi dominan dan

menguasai dirinya. Akibatnya, sikap dan peri-laku Prabu Boma Nara Sura lalu berubah menjadi

jahat dan semena-mena, seperti seorang raksasa. Pada saat Radyan Sitija berhasil membunuh

Prabu Bomantara, ia kemudian memakai gelar 'Prabu Boma Nara Sura' saat menjadi penguasa

(raja) di Negeri Traju-Trisna, menggantikan Prabu Bomantara.

[5] Bait-bait syair ini, merupakan suluk tembang dhalang, Pathetan Gagrak Pesisir Ngelik

Jangkep, Laras Slendro Pathet Nem.

[6] Suluk sendhon Langen Asmara Gagrak Pesisir, Laras Slendro.

Page 38: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 38

PAGELARAN WAYANG KULIT PURWA

DI TENGAH HUTAN RIMBA BELANTARA

Bram Palgunadi

13 Juni 2012 pukul 19:19 ·

Pagelaran 'bayang-bayang' wayang kulit purwa, yang menggetarkan hati, mengharu-biru emosi, dan memikat hati penonton, merupakan dambaan....

Ini adalah kenangan indah saat saya masih anak-anak dan masih duduk di kelas

3 sampai kelas 6 Sekolah Rakyat (sekarang disebut Sekolah Dasar), di Kota

Jember, Jawa Timur. Peristiwa ini terjadi pada sekitar tahun 1962 – 1963. Di

masa-masa yang saat itu dikenal dengan sebutan „masa perebutan Irian Barat‟,

atau oleh kalangan masyarakat umum sering juga disebut „jaman Trikora‟. [1]

Pada masa itu, ayah saya bekerja sebagai seorang ADM (administratur) PN

Perhutani[2] di kantor KPH Jember. [3] Jika sedang masa liburan, saya

seringkali ikut truk milik PN Perhutani ke hutan. Kebetulan kita tinggal di

komples perumahan dinas PN Perhutani, yang lokasinya berhadapan dengan

garasi dan bengkel PN Perhutani, yang lokasinya di Patrang, sedikit di sisi utara

Kota Jember. Naik truk ke hutan, merupakan salah satu pengalaman yang

menyenangkan saya. Biasanya truk-truk PN Perhutani itu berangkat pagi-pagi,

sekitar jam 07.00 pagi Waktu Jawa (sekarang penyebutan waktu sudah diubah

menjadi jam 07.00 Waktu Indonesia Barat atau WIB), dan pulang dari hutan

Page 39: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 39

sore hari. Pada masa itu, truk-truk tua yang dipakai umumnya bertonase sekitar

3,5 ton, merknya Chevrolet, Dodge, dan Fargo. Ketiga merk truk itu, buatan

Amerika.

Pada masa itu, rute truk hutan yang paling saya sukai, adalah yang menuju

hutan di sekitar Sempolan atau Garahan, yakni ke arah timur, di jalan raya yang

menuju Kota Banyu-Wangi. Selewat kota kecil Kali-Sat, truk akan menuju

Sempolan dan akhirnya berbelok ke kiri, memasuki jalan hutan. Sebelum masuk

jalan hutan, truk-truk itu biasanya berhenti untuk melapor lebih dahulu di

kantor ‘kemantren’atau kantor KRPH (Kesatuan Resor Pemangkuan Hutan)

Sempolan, yang lokasinya di sisi kiri jalan raya Jember – Banyu-Wangi. Saya

sangat senang dan karenanya juga sangat sering ikut truk yang melewati ke rute

ini dan sangat senang jika truk yang saya tumpangi mampir

ke ‘kemantren’ Sempolan ini. Mengapa? Tidak lain, karena Pak Mantri Hutan

yang tinggal di sebelah kantor kemantren ini, adalah seorang dhalang wayang.

Mantri hutan yang pada masa itu sangat terkenal ini, namanya Pak Sugondo;

yang biasanya dipanggil Pak Gondo. Disebut sangat terkenal, karena seragam

pakaiannya yang luar biasa gagah, memakai pakaian safari dan celana berwarna

cokal muda, dengan ikat pinggang kulit berukuran besar. Di ikat pinggangnya,

selalu tergatung sebuah pistol Colt „revolver‟ kaliber 38 dan sebuah „veldvles‟

(tempat air minum), serta pisau rimba berukuran besar. Sementara sepatu yang

digunakannya adalah jenis sepatu „laars‟ kulit berwarna hitam, yang tingginya

hampir mencapai lutut. Pak mantri hutan ini seringkali pergi memeriksa hutan

sambil naik kuda. Saat naik kuda ia memakai topi lebar berwarna coklat tua,

seperti topi ‘vilt’ yang biasa dipakai para koboi Amerika, tetapi dibuat dari

anyaman ‘mendong’, yang salah satu sisi sampingnya sedikit dilengkungkan ke

arah atas dan sisi samping lainnya rata. Kelihatannya gagah sekali, dan sangat

mirip dengan seorang ‘sherif’(kepala polisi „daerah pedalaman‟ Amerika).

Di samping rumah dinas tempat tinggalnya, yang letaknya hanya beberapa

meter di sebelah kanan kantor kemantren, saya bisa melihat beberapa orang

sedang ‘ngerok’ (mengikis) lembaran kulit sapi atau kulit kerbau, yang ditarik

kuat-kuat ke arah samping sampai tegang memakai tali-tali yang diikatkan pada

konstruksi batang kayu berbentuk kotak (seperti pigura lukisan). Lembaran kulit

sapi atau kerbau itu, dikikis memakai „pecok‟ (seperti pacul kecil yang

ditajamkan), supaya seluruh permukaan kulitnya rata, halus, dan hilang bulu-

bulunya. Mengikis kulit sapi atau kerbau, biasanya dilakukan pagi hari sampai

menjelang siang hari, dan dilakukan di halaman luar. Dan, yang lebih

menyenangkan hati saya, sisa kikisan kulit yang berbentuk gulungan-gulungan

kecil terputus-putus, sesudah dikeringkan, biasanya dimasak dengan cara

digoreng, dan menjadi ‘krupuk kulit’ atau ‘krupuk krecek’. Atau, dimasak

menjadi ‘sambel goreng krecek’, yang jangankan dimakan, bahkan saat melihat

saja, sudah timbul air liur saya. Lembar-lembar kulit itu, setelah kering dan rata,

Page 40: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 40

lalu dipotong dan dipakai untuk membuat wayang kulit, yang proses

pembuatannya juga dilakukan di teras rumah Pak Gondo.

Selain mengikuti truk hutan, saya juga sering ikut ayah melakukan pemeriksaan

wilayah hutan, yang di kalangan kehutanan kegiatan seperti ini lazim

disebut ‘tourne’. Mobil dinas milik PN Perhutani yang dipakai ayah, adalah

sebuah kendaraan jip Willys kuno, buatan tahun 1942, warna hijau tua, dengan

lampu besarnya yang sangat khas. Letak lampu depannya, di dalam lubang

besar pada panel depan kendaraan. Jip Willys kuno yang bernomor polisi P-310

ini, setiap kali akan dipakai ‘tourne’ harus diisi air dingin lebih dulu. Peralatan

baku „inventaris‟ ayah saya yang dibawa di kendaraan ini, biasanya meliputi

senapan laras ganda (double loop) berkaliber 16 mm lengkap dengan sekotak

peluru (ukuran pelurunya besar sekali, karena berkaliber 16 mm dan panjang

setiap peluru sekitar 10 cm), kompas, teropong binokular, peta petak (peta

khusus kehutanan), pisau rimba, ‘veldvles’ (tempat minum versi militer, yang

digantung di sabuk celana), sepatu ‘laars’, dan tak lupa juga sebuah jaket. Ayah

saya, biasanya memakai baju „dinas‟ berupa baju safari lengan pendek dan

celana panjang yang dibuat dari bahan „dril‟ berwarna ‘khaki’ (coklat muda). Ia

biasanya juga memakai topi pet, berwarna coklat muda. Pada masa itu, kain

yang bisa dibeli hanyalah kain dril warna cokla muda itu dan kain belacu warna

putih. Seperti juga kesenangan saya ikut truk hutan, saya juga sangat senang

jika tourne dilakukan di wilayah hutan sekitar Sempolan. Penyebabnya juga

sama, yaitu karena sering mampir di kantor kemantren Sempolan itu.

Selain bersama pengemudi jip Willys tua yang bernama Pak Saleh, seringkali

ayah saya juga melakukantourne bersama beberapa pegawai kantor KPH

Jember. Di antara mereka, yang paling sering ikut melakukan peninjauan

bersama, adalah ‘sinder hutan’ dan ‘mantri hutan’ yang menanggung-jawabi

wilayah hutan yang akan ditinjau. Pemeriksaan wilayah hutan seringkali

dilaksanakan dengan cara jalan kaki potong kompas, dengan hanya melihat peta

petak, langsung menuju petak hutan yang akan ditinjau. Jip Willys tua dan

pengemudinya, biasanya dititipkan di rumah penduduk desa setempat, diparkir

begitu saja di sisi jalan hutan, atau diminta menunggu di suatu tempat di

wilayah sekitar petak hutan yang akan dituju.

Pada masa itu, sebagian wilayah hutan di sekitar Sempolan sedang ditebang dan

diganti dengan tanaman hutan produksi jenis pohon pinus. Saat liburan, saya

juga sering ikut truk hutan yang mengangkut bibit pohon pinus, yang tingginya

sekitar 15 – 20 cm dan diletakkan (dengan media tanahnya) di keranjang-

keranjang kecil, yang dibuat dari anyaman bambu. Bibit pohon pinus yang

masih kecil ini, biasanya diambil dari tempat pembibitan, yang lokasinya dekat

dengan base campperalatan mekanik Sempolan. Beratus-ratus bibit pohon pinus

ini, kemudian diangkut ke tempat penamanan, jauh di tengah hutan. Di tempat

penaman pohon pinus itu, biasanya sudah ada sekelompok besar penduduk

desa ‘mager-sari’, yang oleh PN Perhutani diperbolehkan melakukan kegiatan

Page 41: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 41

bertani palawija sambil menanam dan memelihara pohon-pohon pinus yang

masih kecil. Biasanya, mereka akan tinggal selama beberapa tahun di lokasi

yang sama, sampai pohon-pohon pinus itu menjadi cukup besar dan bisa

ditinggalkan. Setelah pohon-pohon pinus itu besar (setinggi kira-kira 2 – 3

meter), mereka akan dipindahkan ke lokasi lain, untuk melakukan peran dan

kegiatan yang sama. Jika kita sekarang melakukan perjalanan dari Kota Jember

ke arah Banyu-Wangi, maka setelah melewati Sempolan, sebelum memasuki

wilayah hutan Garahan (hutan Gunung Kemitir), kita akan melewati hamparan

hutan pohon pinus yang tumbuh subur dan sekarang sudah berubah menjadi

pohon pinus yang sangat tinggi dan lebat. Melihat pemandangan ini, membuat

saya terharu dan jadi teringat masa kecil saya, saat sering ikut menanam bibit

pohon-pohon pinus kecil itu, di sekitar tahun 1962 – 1963. Waktu serasa berlalu

sedemikian cepatnya. Tak terasa, pohon-pohon pinus yang dulu terlihat sangat

kecil dan ringkih, sekarang sudah menjadi hutan pinus yang indah, lebat, teduh,

dan rindang.

Di dalam hutan Sempolan, pada suatu lokasi yang jaraknya beberapa kilometer

dari jalan-raya Jember – Banyu-Wangi, ada suatu tempat semacam base

camp, tempat para pegawai kehutanan dari bagian mekanisasi kehutanan tinggal

beserta seluruh keluarga dan alat-alat berat yang ditanggung-jawabi. Mereka itu,

merupakan kelompok pegawai mekanik kehutanan pindahan dari Saradan. [4]

Uniknya, semua pegawai mekanik ini (pengemudi traktor raksasa, pengemudi

buldozer raksasa, pengemudi truktrailer pengangkut kayu gelondongan), beserta

seluruh keluarganya, adalah pemain, penari, dan penabuh gamelan yang sangat

canggih. Saya masih ingat benar, salah seorang pengemudi traktor penyeret

kayu gelondongan bermesin diesel, beroda rantai raksasa, tipe D-9 merk Allis

Chalmers, yang beratnya sekitar 39 ton; adalah seorang penari dan pemeran

raksasa ‘cakil’ yang sangat bagus, terampil, sangat cekatan gerak tarinya.

Tubuhnya yang tinggi ramping, terlihat sangat cocok dengan peran ‘cakil’-nya

itu. Sekali sebulan, saat ada perayaan tertentu, perayaan ‘syawalan’, atau

peringatan hari kemerdekaan; mereka bisa tiba-tiba berubah menjadi

sekumpulan grup kesenian, lengkap dengan penari dan penabuh gamelan-nya.

Di base camp mereka itu, setiap bulan sekali kita bisa menyaksikan mereka

melakukan pagelaran wayang wong atau kethoprak.

Di antara sejumlah pagelaran wayang itu, beberapa kali dilaksanakan di

halaman depan kantorkemantren Sempolan. Biasanya, yang menjadi dhalang ya

Pak Mantri Sugondo itu. Sedangkan penabuh gamelan,

pesindhen, dan wiraswara-nya; para pegawai mekanik kehutanan dan

keluarganya. Tetapi ada suatu pagelaran wayang kulit purwa yang benar-benar

unik. Pagelaran wayang ini dilakukan di tengah hutan di tengah hutan rimba di

sisi barat laut Sempolan. Pada masa itu, PN Perhutan KPH Jember sedang giat-

giatnya membuat jalan rintisan (jalan tembus hutan) di wilayah pedalaman barat

luat Sempolan. Bukan membuat jalan raya, tetapi membuat jalan hutan yang

Page 42: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 42

bisa dilewati truk dan jip saja. Pada saat awal, jalan hutan itu dibuat dengan cara

meratakan tanah memakai buldozer raksasa dari unit mekanisasi Sempolan dan

beberapa peralatan berat lainnya. Pembuatan jalan hutan ini memakan waktu

selama beberapa bulan. Jika menemui hambatan berupa jurang atau sungai,

biasanya dilakukan upaya untuk membuat jembatan. Biasanya yang dibangun

adalah jembatan kayu. Beberapa dari jembatan kayu itu, mempunyai bentangan

yang cukup panjang dan melewati sungai atau jurang yang cukup dalam.

Pada saat awal pembangunan, biasanya seluruh pegawai PN Perhutani yang

terlibat proses pembangunan, termasuk teknisi dan para operator peralatan berat,

dipimpin oleh kepala proyek, akan melakukan selamatan, di lokasi dekat

jembatan. Selamatan, biasanya dilakukan siang hari, dan hanya secara

sederhana saja. Peristiwa yang benar-benar menyenangkan tetapi juga agak

mencemaskan, sebenarnya bukan saat awal pembangunan, tetapi saat jembatan

itu sudah jadi dan akan diresmikan pemakaiannya. Pada saat jembatan di tengah

hutan rimba itu sudah diselesaikan, maka seperti awalnya, akan dilakukan

selamatan dan syukuran. Tetapi yang bagi saya paling menyenangkan, adalah

dilaksanakan pagelaran wayang kulit purwa lengkap semalam suntuk.

Ceritanya biasanya dipilih yang menarik dan ramai. Dhalang-nya….? Ya Pak

Gondo itulah, lengkap dengan para penabuhgamelan yang para operator

peralatan berat.

Sejak pagi hari, ‘tarub’ (tenda besar) biasanya sudah didirikan di dekat lokasi

jembatan baru. Lalu sekumpulan ibu-ibu (para isteri) keluarga operator

peralatan berat itu sudah kelihatan sibuk memasak, di sejumlah tarub kecil,

dibantu sejumlah ‘blandhong’ dan anak-anak putri mereka. Sementara, para pria

biasanya mempersiapkan penyembelihan sapi, kerbau, atau beberapa kambing.

Suasana di sekitar jembatan baru itu, benar-benar semarak dan kelihatan sangat

sibuk. Sebagian dari para pria itu, selain sibuk meletakkan deretan kursi, meja,

dan tikar mendong untuk duduk lesehan yang dibentangkan di atas

lembaran ‘gedheg’ (anyaman bambu); juga sibuk memasang selang-selang kecil

di tiang-tiangtarub, yang akan dipasang pada lampu-lampu ‘stromking’. [5]

Siang hari, sekitar jam satu siang, setelah selesai makan, saya bersama ayah

melihat-lihat berkeliling dan memperhatikan bagaimana beberapa penabuh

gamelan yang sehari-harinya adalah para operator alat berat itu

memasang ‘geber wayang’ (layar wayang) dan ‘menyimping’ (menata) wayang

kulit dan menancapkannya di atas ‘debog’ pisang panjang, di sebelan kanan dan

kiri gunungan. Saya memperhatikan saat wayang-wayang kulit itu ditata secara

berurut dan sangat rapi. Beberapa orang sibuk menata ricikan gamelan dan

mengatur letaknya, sehingga ada ruang yang cukup untuk para penabuhnya

duduk saat menabuh. Tepat di bagian tengah layar wayang, agak ke atas,

beberapa orang terlihat sedang sibuk memasang lampu stroomking. Sekitar jam

empat sore, seluruh proses penataan panggung pagelaran wayang sudah selesai.

Di mata saya, panggung wayang dan gamelan itu tampak sangat indah dan

Page 43: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 43

memberikan kesan semarak. Apalagi dengan rancak gamelan-nya yang

berwarna merah menyala dengan hiasan ornamen berwarna keemasan.

Sekitar jam tujuh malam, para pejabat PN Perhutani dan para undangan lainnya,

termasuk penduduk desa setempat, para sepepuh desa, lurah, carik, kepala

dukuh, serta sanak keluarga para operator peralatan berat dan seluruh pekerja

proyek jembatan; sudah pada hadir dan duduk di tempat masing-

masing. Gendhing-gendhing juga sudah mulai dimainkan. Suara gendhing-nya

biasanya bisa terdengar dari kejauhan (beberapa kilometer). Beberapa saat

kemudian, upacara pembukaan pun dimulai. Biasanya dilakukan sambutan-

sambutan resmi dari para pejabat, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa

yang dilakukan oleh kyai setempat. Setelah seluruh acara resmi dan pembacaan

doa selesai dilaksanakan, lalu dilanjutkan dengan makan bersama-sama.

Hidangan yang paling disukai adalah sate sapi dan sate kambing, dengan saus

kacang dan kecap yang pedas bercampur potongan bawang merah. Sementara

itu, ada juga hidangan gulai daging kerbau. Ada juga sayur sop dengan

potongan-potongan kecil wortel, kentang, dan kubis, yang biasanya sangat gurih

rasanya. Sudah barang tentu, kiriman makanan yang berasal dari sumbangan

Pak Mantri Sugondo yang sangat khas, yaitu ‘sambel goreng krecek’, tidak

pernah lupa disajikan. Nasi hangat (memakai beras „Raja Lele‟) yang masih

mengepul, membuat perut seluruh pengunjung semakin lapar saja. Suasana

makan bersama ini, berlangsung sekitar satu jam dengan penuh kegembiraan.

Sebagai pelengkap, biasanya disajikan rokok. Rokok putih, umumnya tidak

terlalu disukai. Sebaliknya, lazimnya disajikan rokok kretek, yang biasanya

dihidangkan dalam keadaan sudah dibuka bungkusnya dan batang-batang

rokoknya diletakkan di dalam gelas-gelas. Berbagai merk rokok kretek

dicampur begitu saja di dalam gelas-gelas. Minuman teh hangat dan kopi

umumnya menjadi minuman standar yang disajikan. Suasana malam peresmian

jembatan itu benar-benar semarak dan membuat senang seluruh yang hadir.

Deretan kursi (tidak terlampau banyak), biasanya ditempati para pejabat dan

para pamong desa, sedangkan para hadirin lainnya dan penduduk setempat

biasanya duduk lesehan di atas tikar. Seluruh yang hadir, biasanya berjumlah

sekitar 150 – 200 orang. Semuanya duduk berkumpul di bawah

naungan tarub besar itu.

Sekitar jam delapan malam, udara sudah semakin dingin. Gendhing-

gendhing dimainkan para pengrawitmenemani para hadirin makan bersama.

Bulan sudah purnama dan menyinarkan cahayanya bagaikan bola emas bersinar

terang di angkasa. Dan, sekitar jam setengah sembilan malam, Gendhing Talu

Wayang mulai dimainkan. Suasana mulai berubah menjadi

semakin ‘gayeng’ dan semarak. Hadirin sedikit demi sedikit berusaha mendekat

ke arah panggung. Mereka duduk bersila lesehan di atas tikar. Lalu sekitar jam

sembilan malam, Pak Mantri Sugondo yang sudah memakai pakaian tradisional

Jawa, seakan „berubah‟ peran dan menjelma menjadi seorang dhalang, berdiri

Page 44: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 44

tegak, lalu berjalan perlahan-lahan mendekati para pejabat, sesepuh, dan

pamong desa. Sesaat, ia bersalaman dengan para pejabat dan memohon ijin

untuk memulai pagelaran wayang. Bersamaan dengan terdengarnya Gendhing

Sampak Manyura yang ditabuh bertalu-talu, ia naik ke atas panggung pagelaran.

Tepat saat Gendhing Sampak Manyura berubah menjadi melambat dan

terdengar semakin sayup-sayup karena hendak dihentikan, Pak Gondo yang

sudah menjadi dhalang pagelaran wayang kulit purwa malam itu, duduk tegak

bersila di tempatnya, tepat di depan layar wayang. Sesaat kemudian, nyala

lampu-lampustroomking dipadamkan. Dan, tinggal sebuah

lampu stroomking yang menyala di depan layar wayang. Tiba-tiba saja bau asap

kemenyan menyeruak menyebar ke seluruh bagian dalam tarub. Suasana

seketika berubah menjadi remang-remang penuh sakral. Begitu Gendhing

Sampak Manyura berhenti. Suasanya hening sejenak. Tak ada yang berkata-

kata. Hanya kesunyian yang terjadi. Dhalangmembaca mantra dan doa sesaat.

Suaranya terdengar lirih, seakan berbisik kepada Sang Penguasa Jagat Raya,

memohon berkah, rakhmat, dan karunia-Nya. Hanya terdengar suara burung-

burung malam di kejauhan dan gemerisik angin malam yang berhembus.

Lalu gedhog dhalang dibunyikan, dan tiba-tiba pagelaran wayang pun

dimulai……

Di tengah hutan rimba belantara, pagelaran wayang kulit purwa itu

menghasilkan suasana yang menggetarkan. Selama beberapa waktu,

saat gendhing jejer pathet nem mulai dimainkan, suaragamelan mengalun

seakan menyihir seluruh hadirin, yang duduk terpaku di tempatnya masing-

masing. Adegan demi adegan berlangsung di bawah sorot mata para hadirin.

Perlahan-lahan, suasana berubah menjadi semakin cair. Semakin malam suasana

semakin cair, dan semakin menyenangkan. Semua yang hadir, masuk ke

dalam tarub besar itu dan berusaha menempatkan dirinya seenak mungkin.

Sementara di luar tarub besar, jauh di atas ranting dan dahan pohon-pohon

rimba yang tegak berdiri agak jauh, samar-samar terlihat sejumlah pasangan

cahaya bulat hijau kebiru-biruan bersinar terang di dalam kegelapan. Pasangan

cahaya itu sesekali bergerak-gerak ke kanan dan ke kiri. Jumlah pasangan

cahaya itu, lebih dari sepuluh pasang. Saya yang berdiri di pinggir tarub,

terpaku saat melihat pasangan cahaya yang jumlahnya cukup banyak dan selalu

bergerak-gerak. Ada sedikit rasa takut saat melihat pasangan cahaya-cahaya itu.

Saya mencoba menyipitkan mata, berusaha melihat lebih jelas dan bertanya-

tanya dalam hati, cahaya apakah gerangan itu. Bermenit-menit saya berusaha

memperhatikan titik-titik pasangan cahaya itu, tetapi tak juga mengerti apa

sebenarnya pasangan cahaya itu.

Tanpa saya ketahui, rupanya seorang mandor hutan, melihat apa yang sedang

saya perhatikan. Dia lalu menggamit bahu saya. Saya sedemikian terkejutnya,

sampai-sampai terlonjak kaget. Mandor hutan itu lalu memberitahu saya sambil

berbisik: “Anakmas, jangan keluar dari tarub ya.” Saya terkejut dan balik

Page 45: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 45

bertanya: “Kenapa Pak?” Dengan tetap berbicara perlahan-lahan, dia menjawab:

“Sebab pasangan cahaya berwarna hijau kebiru-biruan yang bergerak-gerak dan

ada jauh di atas dahan dan ranting pohon rimba di sana itu, adalah mata macan

tutul dan macan kumbang yang akan bersinar jika terkena pendaran cahaya

lampu. Harimau-harimau itu menunggu saat yang tepat untuk turun dan makan

sisa hidangan, termasuk makan sisa-sisa daging hewan yang siang tadi

disembelih di luar tarub. Jadi, sebaiknya Anakmas jangan ke luar dari tarub.

Harimau-harimau itu takut pada api dan cahaya. Karena itu, di luar tarub orang

menyalakan beberapa api unggun kecil. Api unggun ini harus tetap hidup

sampai besok pagi. Harimau-harimau itu, sangat sabar menunggu. Nanti, setelah

semua hadirin selesai menikmati makan malamnya, beberapa blandhong akan

melemparkan sisa-sisa makanan dan daging ke luar, dilempar jauh-jauh ke arah

harimau-harimau itu.” Mendengar penjelasan pak mandor hutan itu, saya jadi

bergidik dan timbul rasa takut juga. Tapi dia „ngayem-ayemi‟ (menteramkan

hati saya), dengan berkata: “ Jangan kuatir Anakmas, pokoknya jangan keluar

dari tarub ya….” Saya hanya menganggukkan kepala. Pak mandor hutan itu

rupanya tahu juga kekecutan hati saya. Ia lalu berkata kepada saya: “Begini saja

Anakmas, bagaimana kalau Anakmas saya antar naik ke atas panggung, dan

duduk di antara para penabuh gamelan?” Mendengar usulannya itu, saya

terkejut dan balik bertanya: “Apa boleh begitu?” Dia menjawab: “Ya boleh saja.

Ayo saya antar ke sana…..” Sesaat kemudian, saya diantar pak mandor hutan

dan kemudian dicarikan tempat yang agak longgar di antara para

penabuh ricikan saron dan demung yang letaknya di deretan paling belakang

para penabuh. Nah, sejak itulah, jika nonton pagelaran wayang kulit purwa,

saya selalu berusaha untuk naik ke panggung dan duduk di belakang para

penabuh ricikan balungan.

Pagi-pagi tubuh saya terasa terguncang-guncang! Ternyata saya telah tertidur

pulas di belakang badan para penabuh gamelan. Begitu membuka mata, samar-

samar saya melihat ayah saya berdiri di belakang panggung dan berkata: “Ayo

kita pulang, wayangan-nya sudah selesai dan hari sudah pagi….” Pagi itu, hari

Minggu, dengan mata masih terkantuk-kantuk kami naik jip Willys tua yang

setia, kembali ke Kota Jember. Saya tidak tahu lagi melewati mana saja

perjalanan pulang itu, karena saya tak bisa lagi menahan kantuk dan

meneruskan tidur di jok belakang jip tua itu. Sejak itulah, saya menyukai

nonton pagelaran wayang kulit purwa dalam kondisi yang sangat tradisonal.

Kenangan indah saat menonton pagelaran wayang kulit purwa di tengah hutan

rimba belantara Sempolan itu, tidak akan pernah hilang dari ingatan saya

sampai kapan pun…….

Page 46: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 46

____________________________________

[1] „Trikora‟ adalah singkatan judul pidato Bung Karno, yang isinya memerintahkan rakyat

Indonesia bergabung menjadi sukarelawan dan menyerbu Irian Barat, yang saat itu masih

menjadi wilayah jajahan Belanda.

[2] PN adalah singkatan dari „perusahaan negara‟. Sekarang, sebutannya sudah berganti menjadi

PERUM, singkatan dari „perusahaan umum‟.

[3] KPH merupakan singkatan dari „Kesatuan Pemangkuan Hutan‟. Pejabat tertinggi di kantor

KPH adalah seorang „administratur‟, yang di kalangan kehutanan sering disingkat

penyebutannya menjadi ADM. Seorang ADM, biasanya membawahi beberapa „sinder‟ yang

kantornya lazim disebut „kesinderan‟. Seorang „sinder kehutanan‟, biasanya membawahi

beberapa „mantri hutan‟, yang kantornya lazim disebut „kemantren‟ atau kantor KRPH

(Kesatuan Resor Pemangkuan Hutan). Seorang „mantri hutan‟, biasanya membawahi sejumlah

„mandor hutan‟. Dan, seorang „mandor hutan‟ biasanya membawahi sejumlah „blandhong‟,

yaitu pekerja yang bekerja secara langsung di hutan. Di wilayah kemantren tertentu, biasanya

terdapat suatu lokasi yang khusus melakukan pembibitan atau penyemaian tanaman hutan,

TPK (tempat penimbunan kayu) hasil tebangan hutan, dan kadang-kadang ada juga base

workshop dan base station tempat menyimpan sejumlah peralatan berat untuk keperluan

kehutanan, seperti traktor, buldozer, truk trailer, truk katrol, dan kelengkapan bahan bakar serta

minyal pelumas untuk keperluan berbagai mesin itu. Unit ini, seringkali disebut sebagai unit

peralatan mekanisasi kehutanan, yang lokasinya biasanya terpencil di tengah hutan.

[4] Saradan, adalah nama sebutan sebuah TPK (tempat Penimbunan Kayu) gelondongan kayu jati

dan pohon rimba milik PN Perhutani KPH Madiun, yang sangat terkenal dan sangat besar

kapasitasnya. Lokasinya terletak di tengah hutan jati, di sebelah timur Kota Madiun; pada jalan

raya Madiun – Jombang.

[5] ‘Stroomking’ adalah sejenis lampu seperti ‘petromax’, tetapi mempunyai tangki minyak yang

terpisah. Lampu stroomking, biasanya menerima minyak tanah bertekanan tinggi dari tangki

melalui selang-selang kecil yang dipasang di antara tangki dan lampu stroomking. Tangki

minyak tanah yang dipakai, biasanya berukuran cukup besar, karena harus bisa menyalakan

semua lampu stroomkingsemalam suntuk. Seperti pada petromax, setiap

lampu stroomking sebelum dinyalakan, harus dipanaskan lebih dahulu memakai minyak

spiritus selama beberapa menit. Sementara lampu-lampustroomking itu dipanaskan memakai

minyak spiritus, tangki minyak tanah dipompa, sehingga menghasilkan tekanan yang cukup

tinggi. Setelah lampu stroomking menjadi cukup panas dan tekanan minyak tanah sudah

mencukupi, maka keran kecil pengatur aliran minyak tanah bertekanan di lampustroomking itu

dibuka sedikit demi sedikit, sehingga nyala lampu stroomking diatur sehingga menjadi terang

benderang seperti lampu petromax. Sebagai tambahan, istilah ‘stroomking’ yang lazim dipakai

di kalangan masyarakat, sebenarnya merupakan penyebutan yang salah dari merk lampu

minyak tanah bertekanan itu. Lampu ini, sebenarnya bermerk „Storm King‟. Tetapi bagi lidah

penduduk lokal, mungkin karena sukar menyebutnya, lalu supaya mudah lalu

disebut ‘stroomking’.

Page 47: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 47

Pagelaran wayang beber di masa lampau. Sederhana, penuh ritual, sesaji, dan mistik.

Hutan pohon pinus yang indah, lebat, rindang, dan subur; di wilayah Garahan, yang letaknya di sebelah timur Sempolan.

Page 48: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 48

Terowongan kereta-api di Garahan, merupakan salah satu pemandangan unik dan indah wilayah ini.

Tanjakan jalan raya di sekitar Garahan, pada rute Jember - Banyu-Wangi.

Page 49: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 49

Kereta-api penumpang Sri-Tanjung sedang melewati rute di sekitar Garahan.

Page 50: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 50

ARJUNA SANG IDOLA

Bram Palgunadi

12 Juli 2011 pukul 20:04

Ini adalah sebuah cerita imajiner, yang selama berminggu-minggu saya

pikirkan. Sebagian besar pecinta wayang (tentu saja tidak semuanya), umumnya

sangat menyukai figur Arjuna. Dhalang yang memainkan tokoh ini di jagat

pewayangan, bahkan seringkali mengungkapkan sejumlah 'nama alias' kepada

Arjuna. Misalnya, Pandhusiwi (karena putra Pandhu), Janaka, Permadi,

Kombang Ali-ali, Panengah Pandhawa (karena ia merupakan anak ketiga di

antara lima anak), Palguna (karena lahir di musim kemarau. Palguna = musim

kemarau). Dan, tentu masih banyak lagi nama alias yang diberikan kepada

Arjuna. Dalam jagat pewayangan, Arjuna seringkali digambarkan sedemikian

sempurnanya sebagai seorang laki-laki. Atau, bolehlah dikatakan sebagai 'lelaki

idaman'. Paling tidak, hal itu sering dinyatakan oleh dhalang saat 'nyandra'

(menceritakan) Sang Arjuna. Sedemikian sempurnanya, sosok Arjuna itu,

sehingga kita sendiri seringkali menjadi terjerumus dan menjadi tidak obyektif,

Page 51: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 51

saat menalar tentang dirinya. Ada semacam sisi fanatisme yang kelewatan dan

sangat berlebihan. Ulasan di bawah ini, saya sampaikan untuk memberikan

gambaran sebaliknya. Bukan untuk memburuk-burukkan sosok Arjuna yang

luar biasa itu, tetapi sekedar untuk memberikan gambaran, bahwa jika kita

memandang dan memperlakukan seorang tokoh secara berlebihan, maka yang

terjadi adalah 'lupa diri'. Selain itu, juga untuk merenungkan, apakah benar

seperti itu yang tampak atau justru sebenarnya kita sama sekali tidak tahu yang

sebenarnya. Hal ini, bisa terjadi pada tokoh yang dipuja, maupun pada kita

sebagai pemuja fanatiknya. Saat membaca tulisan di bawah ini, diperlukan

imajinasi, perasaan, dan pemahaman logika; bukan fanatisme buta. Karenanya

bacalah dengan perlahan-lahan saja, sambil minum kopi, dan menikmati

makanan kecil. Pokoknya sambil santai sajalah. Bagi pendukung kuat dan

pecinta tokoh Arjuna, jangan membawa-bawa unsur emosi saat membacanya,

meskipun mungkin anda bisa saja tersinggung dan marah, saat membaca ulasan

ini. Renungkan sajalah......

Bagi saya, sosok Arjuna adalah seorang pejabat tinggi dari suatu negeri yang

terkenal di seantero jagat, dan lazim disebut 'Kerajaan Amarta' (Amarta

Kingdom), yang terkenal sangat makmur, sejahtera, dan sangat dihormati oleh

banyak negeri lainnya. Segala keteraturan dan hasil yang didapat Kerajaan

Amarta itu, tentu saja berkat usaha dan upaya para kerabat Pandhawa, yang

merupakan penguasa Kerajaan Amarta. Sangat mungkin, sukses Kerajaan

Amarta itu juga dibantu dan didukung oleh masyarakat Amarta yang memang

sangat mencintai para kerabat Pandhawa. Salah satu kerabat Pandhawa yang

sangat terkenal dan jelas sudah menjadi 'selebritas papan atas', adalah Arjuna.

Selain berperan sebagai pejabat tinggi negara di Amarta, ia memang terkenal

sangat 'dandy', banyak sekali fans-nya, dan memang harus diakui saja, ia

terkenal sangat tampan, modist, pintar, cerdik, sakti, luas wawasannya, banyak

pengetahuannya, dan apalagi didukung postur tubuh yang sangat atletis. Ia

bukan tipe seperti peragawan, yang sangat mengekspolitasi otot, tetapi kurang

mengeksploitasi akal dan otaknya. Karena hal itulah, maka sejumlah besar

selebritas pria di Amarta banyak yang iri hati dan diam-diam sangat

mengidolakan Arjuna. Sedangkan para selebritas wanita, seringkali secara sadar

atau tidak sadar, memuja Arjuna secara berlebihan.

Di Kota Metropolitan Amarta-Pura, papan-papan iklan raksasa banyak

menampilkan wajah dan tubuh Arjuna, dalam upaya untuk membujuk dan

memikat orang supaya membeli produk-produk dalam negeri Amarta. Bahkan

sejumlah produk parfum untuk wanita, yang biasanya memakai tokoh selebritas

wanita sebagai unsur penarik hati, sudah digantikan oleh selebritas yang

namanya Arjuna! Dengan senyumnya yang manis dan mempesona, foto Sang

Arjuna yang oleh perancang iklannya posenya diatur sedemikian rupa, supaya

kelihatan sangat 'sensual' itu, seakan-akan hendak merayu dan memikat hati

para wanita dan gadis Amarta, untuk membeli produk parfum yang diiklankan.

Page 52: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 52

Dalam suatu berita sore yang dilansir oleh stasiun televisi 'Amarta TV',

diberitakan telah terjadi sedikit kericuhan, saat produk parfum bermerk 'Gairah

Kinanthi' itu untuk pertama kali di-'launching'. Sejumlah wanita diberitakan

berdesak-desak tak terkendali, saat waktu pembelian dengan harga miring

karena dikorting, dimulai. Beberapa wanita, terutama para remaja dan janda,

dikabarkan pingsan dan ini merepotkan para petugas sekuriti yang menjaga stan

tempat 'launching' pertama produk parfum terkenal itu. Seorang reporter

'Amarta TV' memberitakan, bahwa sejumlah wanita dan remaja putri melakukan

protes dan marah kepada para SPG (sales promotion girl), karena tidak kebagian

parfum 'Gairah Kinanthi' yang diidam-idamkannya! Di layar pesawat televisi,

tampak sejumlah wanita dan remaja putri sedang mengacung-acungkan tinjunya

kepada sejumlah SPG yang kalang kabut melayani pembelian yang sudah di

luar kendali itu! Mereka yang protes dan marah itu, seperti kerasukan setan saja,

dan seakan sudah kehilangan sifat kewanitaannya yang lemah lembut! Yang

terlihat adalah sekumpulan orang yang berang dan dengan muka merah padam

karena marah, berteriak-teriak liar, meminta 'jatah parfum' idolanya!

Lalu, ada juga iklan yang di-'launch' oleh suatu perusahaan developer kompleks

perumahan mewah 'Amarta Luxury House Developer', yang memakai Sang

Arjuna sebagai tokoh idola yang sukses. Digambarkan dalam iklannya, Sang

Arjuna didampingi sejumlah wanita cantik dan sexy, sedang bercengkerama di

dalam suatu taman di depan salah satu rumah tinggal mewah yang diiklankan.

Iklannya sendiri, tetap santun dan sangat sopan. Tetapi jelas menampilkan sosok

Arjuna secara spektakuler dan sangat diekspos, sehingga ia seakan tampil di

antara sejumlah besar bidadari, sedang menikmati hari-hari bahagianya di taman

sari depan rumah tinggal yang diiklankan itu. Dalam suatu wawancara, direktur

perusahaan developer itu menyatakan, bahwa figur Arjuna sebagai tokoh

selebritas tingkat internasional, memang diakui memliliki daya pikat yang

sangat luar biasa. Dan sambil tersenyum, sang direktur itu menyatakan: "Saya

berharap, dari iklan kami itu, para wanita karir dan ibu rumah-tangga di Amarta

akan merengek kepada suami masing-masing, untuk dibelikan rumah mewah

itu". Dengan sedikit bercanda, sang direktur menambahkan: "Terus terang saja,

kami berusaha mengeksploitasi daya tarik dan daya pikat Arjuna, untuk

membuat produk kami laku Mas!" Lalu dengan bangga ia menambahkan: "Dan,

jika melihat kecenderungannya, sejak iklan kami dipasang, banyak sekali

pasangan keluarga kaya yang datang membeli atau memesan rumah mewah

kepada perusahaan kami. Hari ini saja, saya bisa memberikankabar kepada anda

semua, bahwa kami sudah hampir kehabisan stok rumah tinggal mewah. Ini

semua kan sekedar gaya hidup Mas, 'life style' kata orang kita yang sok

modern". Sang direktur, dengan wajah cerah ceria, sambil merapikan jasnya,

berjalan sambil tetap tersenyum bahagia, meninggalkan kerumunan wartawan

berbagai media, menuju mobil sedan Jaguar-nya, yang diparkir di depan tempat

pertemuan dengan para wartawan itu.

Page 53: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 53

Di sebuah jalan raya yang luar biasa lebarnya, yang terkenal dengan sebutan

'Amarta Boulevard Street', seorang penjaja majalah dan koran, mencoba

menarik perhatian para pejalan kaki, dengan menunjukkan sebuah kover

majalah mode terkenal 'Amarta Fashion', yang menampilkan sosok Arjuna

dalam setelan pakaian setengah formal, gaya Italia. Celana panjang agak

longgar, dengan kain campuran wool ringan yang bertenun sangat halus, ikat

pinggang kulit serasi berwarna coklat tua dengan gesper logam berwarna kuning

emas gemerlap berkilau, kemeja berwarna 'white sand' dengan setrip-setrip kecil

berwarna 'light brown' model 'mafioso', dihias sebuah dasi warna merah tua

yang sengaja dipasang longgar, dan dipasangkan dengan jaz model mutakhir.

Kemejanya hanya dikancingkan sebagian. Satu dua kancing sebelah atas,

sengaja dibuka, memperlihatkan sebagian dada bidang sang Arjuna. Seorang

model wanita yang cantik dengan pakaian yang tidak kalah sexy-nya,

ditampilkan sedang berdiri di samping kiri Sang Arjuna, dengan jari tangan

kanan yang lentik sengaja ditampilkan sedang bersandar di pundak Sang

Arjuna. Wajah ceria sang wanita, dengan senyum yang sangat menawan dan

sinar mata berbinar-binar; memandang kagum dan terpesona kepada Sang

Arjuna. Jari-jari tangan kiri sang wanita, terlihat sedang memegang sekuntum

bunga mawar merah, seakan hendak dipersembahkan kepada Arjuna pujaan

hatinya. Masih di kover depan majalah mode terkenal 'Amarta Fashion' itu,

sebagai latar belakang, ditampilkan sekelompok wanita dan remaja yang cantik-

cantik dan sexy, memakai pakaian yang sangat modist dan besutan mutakhir,

semuanya diskenariokan sedang memandang iri kepada sang wanita yang

digambarkan sangat beruntung bisa berdiri berdampingan, dengan jari-jari lentik

sedang menyentuh pundak Sang Arjuna. Beberapa pejalan kaki yang terpesona

(kebanyakan wanita), sejenak mampir melihat-lihat isi majalah mode itu, dan

kemudian dengan sedikit malu-malu membelinya. Beberapa remaja putri yang

datang bersama-sama, membeli dan melihat-lihat halaman majalah mode itu.

Dan, sambil tertawa cekikikan, mereka memandangi dengan gemas, satu per

satu foto-foto Sang Arjuna yang memang ditampilkan secara sangat sensual dan

sangat mengundang mata wanita untuk memperhatikan dari ujung rambut

sampai ujung kaki. Bayangan Sang Arjuna yang memang sangat tampan,

seakan-akan selalu datang dalam mimpi-mimpi para remaja putri, yang masih

tergolong 'teenager' itu. Seorang selebritas wanita muda yang terkenal sebagai

'janda kembang', ikut-ikutan membeli majalah mode itu, sambil melirik sebal

kepada sekumpulan remaja putri yang sedang tertawa-tawa ceria, saat

memandangi foto Arjuna idolanya, yang ditampilkan dalam pose-pose yang

sangat sensual itu. Seakan si janda kembang itu seperti hendak mengatakan

kepada sekumpulan remaja putri itu: "Tahu apa kamu tentang Arjuna pria

pujaanku hah?" Sebuah lirikan mata penuh iri, bercampur dengan rasa benci

kepada para pesaingnya yang jauh lebih muda, diperlihatkan oleh si janda

kembang....

Page 54: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 54

Di suatu perempatan jalan, di ujung jalan 'Amarta Boulevard Street', terdapat

suatu papan iklan super besar, yang suka atau tidak suka akan membuat mata

orang yang lalu-lalang di jalan raya besar itu memandang ke arah papan iklan

besar itu. Sebuah iklan film laga paling mutakhir, yang mengangkat kisah

perjalanan Sang Arjuna, yang berjudul 'Journey to Nirwana', hasil besutan

perusahaan film terkenal 'Amarta Film Corporation', rupanya juga sedang

menampilkan pertunjukan 'primier'-nya di gedung bioskop yang terkenal mewah

dan mahal. Di depan gedung pertunjukan itu, terlihat segerombolan anak-anak

muda, pria dan wanita, dan juga sekumpulan selebritas; sibuk berbincang sambil

antri tiket pertunjukan. Rupanya, film mutakhir itu demikian menarik perhatian,

sehingga orang berjubel hendak menontonnya. Tentu saja, di dalam dan di luar

gedung pertunjukan itu, dipasang poster-poster besar tentang film 'Journey to

Nirwana' yang sedang naik daun dan laku keras. Gambar di poster-poster film

itu, jelaslah menampilkan adegan laga Sang Arjuna melawan musuh

bebuyutannya, seorang raja raksasa 'alien', yang berupa monster yang dikenal

oleh para penggemarnya sebagai 'Rivigz, The King of Long Red Hair Monster',

yang digambarkan bertubuh gempal, tinggi besar, berambut 'riwig' dan

gondrong berwarna merah api, lengkap dengan kepala bertanduk lima. Sudah

barang tentu, di akhir film itu sudah bisa ditebak, siapa pemenangnya. Tentulah

Sang Arjuna! Sejumlah wartawan, terlihat sibuk mewawancarai beberapa anak

muda penggemar film laga. Sejumlah awak stasiun 'Amarta TV' juga terlihat

sibuk mengatur peralatannya, untuk suatu acara siaran 'live', langsung dari

gedung pertunjukan itu. Pokoknya, semua sibuk mengeksploitasi Sang Arjuna.

Masing-masing disesuaikan dengan kepentingan, bisnis, dan jarahan rejeki

sendiri-sendiri. Sungguh suatu pemandangan dan kegiatan yang luar biasa!

Sejauh ini, kita sudah mulai memahami bagaimana kehidupan Sang Arjuna!

Paling tidak, dari bahasan imajiner di atas itu. "Sudah memahami?" tanya

sahabat saya secara tiba-tiba, menyadarkan saya dari segala lamunan tentang

kehidupan Sang Arjuna yang serba penuh gemerlap. Lalu sahabat saya itu,

melanjutkan bertanya: "Sudahkah kamu tahu benar apa yang sebenarnya terjadi

dengan kehidupan Sang Arjuna?" Saya hanya terbengong-bengong saja,

mendengar pertanyaan sahabat saya itu. "Mau mendengar kisah yang

sesungguhnya?", tanya sahabat saya tanpa menunggu saya bereaksi. Dan,

sebelum saya sempat berkata-kata barang sepatah katapun, sahabat saya itu

langsung saja nerocos bercerita tentang kisah hidup Sang Arjuna yang

sesungguhnya. "Coba engkau duduk di sini, dekat saya! Pesan makanan kecil

dan minuman dulu ya, biar enak ceritanya. Akan aku ceritakan kepadamu kisah

yang sebenarnya!" Makanan dan kopi hangat sudah dipesan dan sudah ada di

muka saya dan sahabat saya itu. Sambil mencicipi makanan kecil dan 'nyruput'

sedikit kopi yang terasa masih sangat panas itu, cerita sahabat sayapun

dimulailah....

Page 55: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 55

"Apa yang kita tahu tentang Sang Arjuna itu, sepenuhnya benar", begitu kata

sahabat saya memulai ceritanya secara tiba-tiba. "Tapi banyak bagian-bagian

dari kehidupan Sang Arjuna, yang kita sebenarnya sama sekali tidak pernah

tahu", begitu lanjutnya. Lalu ia asyik nerocos bercerita tentang kehidupan Sang

Arjuna, sementara saya hanya bisa terbengong-bengong dan manggut-manggut,

sambil menjublak terkesiap, terkesima, dan terpana; mendengar semua cerita

sahabat saya itu.....

Cobalah bayangkan siapakah Sang Arjuna itu? Kita hanya mengenal dia sebagai

seorang ksatria pejabat tinggi negara di Kerajaan Amarta, yang terlihat sukses

hidupnya, penuh dengan gemerlap, penuh dengan berbagai bintang tanda jasa,

dan penuh dengan penghormatan karena dia banyak berjasa. Banyak wanita

yang tergila-gila kepadanya, karena ia memang tampan, pintar, cerdas, banyak

pengetahuannya, luas wawasannya, dan tubuhnya itu lo benar-benar membuat

para wanita menjadi 'keblinger', lupa diri, klepek-klepek, dan gelap mata.

Mereka semua pada bermimpi ingin memiliki Sang Arjuna. Ingin bersama

dengan Sang Arjuna selamanya. Ingin dijadikan isterinya. Ingin jadi

kekasihnya. Atau, setidak-tidaknya ingin supaya namanya bisa dikenang oleh

Sang Arjuna. Kalau mereka sudah berhasil memiliki coretan tanda-namanya,

seakan-akan seluruh isi dunia ini sudah dihadiahkan kepada mereka. Jangankan

wanita lajang, janda kembang, atau remaja putri; bahkan wanita yang sudah

bersuami dan berumah-tangga pun masih juga memimpikan Sang Arjuna

sebagai pendamping hidupnya. Ini sudah keterlaluan! Lalu suami mereka itu

mau dikemanakan? Apa suami mereka itu dianggap patung, semut, belalang,

'manuk' (burung), atau angin? Lo, ini faktanya lo! Bukan isu, tapi merupakan

kenyataan! Bahkan tidak hanya wanita yang tergila-gila kepadanya, priapun

juga banyak yang tergila-gila kepada Sang Arjuna. Mereka itu, memimpikan

hendak menjadi seperti Sang Arjuna. Padahal mereka itu kan bukan Arjuna?

Bagaimana bisa mereka memimpikan dirinya menjadi Arjuna? Caranya

berpakaian ditiru, cara berbicaranya ditiru, cara berpidatonya ditiru, caranya

merayu wanita ditiru, bahkan caranya berperi-laku ditiru. Waaaaah! Semuanya

ditiru, dari urusan kepala sampai kaki kok dipakai sebagai acuan hidup.

Bagaimana mereka bisa seperti itu? Apa mereka itu sudah kehilangan

kepribadiannya? Apa mereka itu tidak mikir? Lawong kenyataannya badannya

berbeda, rejekinya berbeda, pengetahuannya berbeda, dan segalanya kan

berbeda, kok mau jadi seperti Arjuna!

Itu tadi baru urusan kesukaan dan gaya hidup lo. Cobalah memahami

bagaimana kehidupan Arjuna. Kata pak dhalang, Arjuna itu "garwanipun

sakethi kurang siji" (isterinya sejuta kurang satu). Waaaaa... Kelihatannya hidup

Arjuna jadi menyenangkan seperti 'playboy' ya? Tapi tunggu dulu! Sejuta

kurang satu! Berapa itu? Itu isterinya semua? La kalau isterinya sebanyak itu,

terus kapan Sang Arjuna mau mengunjungi mereka? Apa bisa dia mengatur

waktu untuk menggilir mereka satu per satu? Jumlah hari saja, setahun cuma

Page 56: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 56

360. Jadi kalau isterinya hampir sejuta, kan dia harus mengunjungi dan

menggilir isterinya kira-kira sehari tiga atau empat isteri. Memangnya bisa

melakukannya? Dan, memangnya bisa melakukan kayak makan obat? La kalau

misalnya dia memang sanggup melakukan hal itu, maka saya yakin Sang Arjuna

itu merupakan laki-laki yang paling loyo di dunia! Dan, liat aja, nanti pas umur

40 tahun, dia sudah megap-megap kehabisan tenaga! Terus, kalau itu memang

bisa dilakukan, lalu kapan dia bekerja untuk negara? Jangan lupa lo, dia kan

pejabat tinggi negara Kerajaan Amarta! Lo, ini pertanyaan logis saja...

Hal lainnya, kalau isterinya segitu bayaknya, terus bagaimana dia menghidupi

seluruh isterinya itu? Lalu berapa besar uang belanja setiap isteri atau setiap

rumah-tangganya? Waaa, kayaknya mulai kelihatan rumit! Saya sih sangat

yakin, Arjuna tidak akan bisa hafal semua nama isterinya, lawong terlalu

banyak. Itu baru isterinya, belum lagi simpanannya, wanita-wanita yang hanya

menjadi pemujanya, dan belum termasuk pula gadis-gadis remaja yang

seringkali berebut coretan tanda-nama Arjuna sebagai 'fans'-nya. Ini masih

belum termasuk sejumlah wanita yang dengan sengaja mengaku-ngaku sebagai

isteri Arjuna! Bagaimana Arjuna bisa menolak, kalau mereka yang datang

mengaku-ngaku sebagai isterinya itu, berparas cantik, sexy, bertubuh sintal, dan

muda belia. Kalau sudah seperti ini, Arjuna biasanya lebih sering menyerah

kalah. Atau, mungkin saja, sengaja menyerah kalah. Dan, seperti biasanya,

luluhlah hati Sang Arjuna, menghadapi wanita-wanita cantik yang sangat

memujanya itu. Mau tertipu atau tidak, itu urusan belakangan. Meskipun

kenyataannya banyak juga yang menipu Arjuna dan kenyataannya Arjuna juga

sangat sering tertipu oleh muslihat seperti ini. Tapi apa boleh buat, lawong

penipunya cantik, sexy, bertubuh sintal, dan yang jelas juga pandai merayu.

Kalau sudah begini, tertipu juga nggak apa-apalah, yang penting tidak sampai

masuk berita gosip sore di stasiun 'Amarta TV' dan tidak ketahuan sama

wartawan 'paparazi' yang suka mengumbar gambar-gambar seronok di majalah

dan koran kuning. Tapi belakangan ini, Sang Arjuna agak was-was juga, karena

media 'internet' sudah membanjiri hampir seluruh wilayah Kerajaan Amarta.

Selain itu, banyak orang punya telepon genggam yang dilengkapi kamera

digital. Jadi, Sang Arjuna harus lebih ekstra 'eling lan waspada'. Yang penting,

jangan sampai dia kepergok, sehingga foto atau video dia yang sedang

bermesra-ria dengan seorang wanita, bisa terpampang di 'youtube' atau di

'internet'. Kalau hal ini sampai kejadian, waaaah, bisa perang dunia keempat

salah tempat nanti.

Masih ada lagi, gerombolan remaja putri yang seringkali 'menyerang' Sang

Arjuna dengan senyuman, lambaian tangan, dan teriakan histeris; kalau mereka

secara kebetulan bertemu Sang Arjuna. Mereka ini, masih terlampau muda

untuk bercinta. Kata orang, masih 'bau kencur'. Kebanyakan dari mereka itu,

hanya senang jika diperlakukan secara manis, dimanja-manjain, dijajanin,

dibawa makan-makan ke restauran, dan diperlakukan sebagai puteri jelita oleh

Page 57: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 57

pria yang namanya Arjuna. Mereka itu, seringkali juga dibawa serta ke pesta-

pesta mewah, sambil sedikit berhura-hura, diperkenalkan dengan para selebritas

Ibu-Kota Metropolitan Amarta-Pura, dan nampang di depan kamera televisi.

Meskipun hanya sampai segitu, tapi jelas hal ini juga membawa risiko. Isteri-

isteri Sang Arjuna kan seringkali melihat foto suaminya itu, terpampang di

koran sore bersama dengan beberapa orang gadis manis dan manja-manja. Atau,

di 'facebook' suaminya tiba-tiba ada kiriman berita yang berisi ucapan 'salam

sayang' atau 'salam MPRS' (salam mesra penuh rasa sayang) untuk Sang

Arjuna. Tapi yang lebih sering, adalah ketahuan ada 'sms gelap' di HP Sang

Arjuna, saat sedang dipegang dan diperiksa oleh sang isteri, dan kalimat berita

sms-nya (yang seperti kode rahasia intelejen itu), yang terbaca adalah 'aq

cayang kmu', atau 'Arjn I love u 4ever', atau 'aa Arjn kpn dtng?', atau 'aq ign

bertemu'. Kalau melihat berita berkode rahasia seperti ini, isteri Sang Arjuna

pastilah mengernyitkan dahi dan menjadi sangat curiga. Jangan-jangan

suaminya punya 'simpanan baru' atau sekurang-kurangnya punya 'calon

simpanan baru'. Tapi itupun sebenarnya bergantung kepada isteri yang mana

yang memergoki sms gelap itu. Kalau yang memergoki Dewi Wara Subadra,

biasanya dia hanya tertunduk dan menangis sedih. Ia wanita yang sangat halus

dan amat sangat sayang kepada Sang Arjuna. Kalau sudah begitu, keluarlah

kalimat manja 'senjata andalan' Sang Arjuna: "Sudahlah Diajeng-ku yang manis.

Kan Diajeng tahu, Kakangmas memang banyak penggemarnya. Jadi jangan

digubrislah. Kan yang penting Kakangmas masih sangat sayang sama Diajeng".

Naaaah loe...., mati kutulah Sang Dewi Wara Subadra kalau mendengar rayuan

maut Sang Arjuna itu. Apalagi, kalau malam harinya rayuannya diteruskan di

peraduan. Waaaa... sudahlah, menyerah kalahlah Sang Dewi Wara Subadra di

dalam pelukan mesra Sang Arjuna. Lagi pula dia kan bukan 'tentara wanita', jadi

bisa apa dia? Kalau suaminya nanti marah kepadanya, urusannya kan malah jadi

lebih runyam. Jadi, Dewi Wara Subadra seringkali bersikap mengalah saja

kepada suaminya yang benar-benar tampan itu. Apalagi kalau malam itu lalu

berubah menjadi malam syahdu yang indah, yang selalu menjadi impian banyak

wanita lainnya.....

Tapi lain ceritanya, kalau yang memergoki sms gelap itu Dewi Wara Srikandhi.

Dalam ukuran detik Sang Dewi bisa kalap dan serta merta menantang berkelahi

sang suami. Jangan lupa lo, Dewi Wara Sri Kandhi itu kan anggauta 'tentara

wanita', bahkan pelatihnya dulu kan Sang Arjuna. Dia itu jago berkelahi dan

bukan main-main lo. Kalau sedang marah dan memukul tembok, bisa ambrol

seketika. Tenaganya luar biasa dan kuat bagaikan pria saja. Tapi apa yang

terjadi saat dia selesai dilatih Arjuna dulu itu? Apa kamu nggak ingat? Dulu,

Sang Arjuna kan dibuat menyerah kalah, dan tunduk kepada semua kemauan

Sang Dewi Wara Sri Kandhi. Tahu sebabnya nggak? Begitu 'ganasnya' peri-laku

Sang Dewi yang satu ini, sampai-sampai Sang Arjuna menyerah saja mau

diapakan juga. Saya masih sangat ingat, menurut berita gosip pada masa itu,

Page 58: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 58

Sang Arjuna jatuh hati kepada Dewi Wara Sri Kandhi, justru karena tampilan

sang dewi yang cantik tapi 'tomboy', dengan potongan rambut sangat pendek,

dia terihat sangat sexy. Paling tidak, itu menurut pendapat Sang Arjuna lo.

Tubuh sang dewi yang jauh lebih gempal dari pada Sang Arjuna, justru

membuat Sang Arjuna lemah lunglai dan jatuh hati setengah mati. Itu di jaman

itu lo. Entah kalau di jaman sekarang, apa Sang Arjuna masih jatuh hati atau

enggak. Kalau kejadian Sang Arjuna ditantang berkelahi melawan Sang Dewi

Wara Sri Kandhi, maka dengan serta merta Sang Arjuna akan menyapanya

dengan halus dan penuh pesona: "Diajeng Sri Kandhi, jangan marah dulu dong.

Sabar sedikitlah. Itu hanya berita gosip yang dikirim untuk merusak reputasi

Kakangmas. Bagaimanapun juga, Diajeng masih jauh lebih disayang oleh

Kakangmas. Masih ingatkah Diajeng dulu, saat kita bersama-sama belajar dan

berlatih? Bukankan Diajeng sudah mendengar janji sehidup semati Kakangmas?

Jadi, jangan gusar dan jangan pula marah. Biasaaaa, pria tampan kan memang

banyak penggemarnya. Acuhkan sajalah. Sekarang Diajeng kepingin apa?

Kepingin diapain? Sini, Kakangmas penuhi permintaanmu". Kalau Dewi Wara

Sri Kandhi mendengar ujung kalimat yang terakhir itu, rontoklah segala

'kegalakannya' dan segala 'keganasannya'. Seketika ia berubah menjadi manis

manja, dan dengan serta merta lalu balik bertanya Sang Arjuna: "Kakangmas

Arjuna yang tampan, ingin diapain sekarang?" Kalau sudah keluar kata-kata itu,

berarti Perang Barata-Yudha usai sudah. Perkelahian seketika berganti dengan

gencatan senjata. Dan keluarlah kata-kata rayuan gombal dari pasangan sehidup

semati itu. Dunia lalu seakan menjadi milik mereka berdua, sedangkan orang

lain dianggap 'ngontrak' di dunia ini!

Lo, itu kalau soal sms gelap! Tapi misalkan kita sepakat gaji Sang Arjuna itu

memang buuuesaaar sekali, pertanyaannya seberapa besar sih gaji Sang Arjuna

itu? Kalau mau dihitung, berapa sih gaji Sang Arjuna sebagai seorang pejabat

tinggi negara di Kerajaan Amarta? Semilyar? Dua milyar? Atau berapa

sebenarnya? Yang jelas, gaji dia sebagai seorang pejabat tinggi negara di

Kerajaan Amarta, nggak mungkinlah melebihi gaji kakaknya, Yudhistira, yang

seorang raja, super-eksekutif di Kerajaan Amarta. Gaji kakaknya itu, kan cuma

beberapa puluh juta sebulan. Gaji Sang Arjuna pastilah berada di bawah gaji

kakaknya. Itu sudah pasti dan nggak bisa dipungkiri! Lalu bagaimana Arjuna

bisa menghidupi seluruh isteri dan rumah-tangganya? Itu yang selama ini

menjadi pertanyaan dan mengherankan banyak orang. Jika pun gaji dia itu satu

milyar sebulan misalnya, dibagi sejuta, kan boleh dibilang habislah gaji dia!

Herannya, banyak juga yang tidak mau tahu gaji Arjuna! Aneh sekali! Lebih

aneh lagi, ternyata masih banyak wanita yang ingin diperisteri Arjuna. Kalau

nggak bisa diperisteri Arjuna, ya berharap jadi 'teman tapi mesra', atau apalah

namanya. Pokoknya berusaha mati-matian untuk bisa dekat dan merebut hati

Sang Arjuna.

Page 59: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 59

Cobalah juga kaubayangkan, Arjuna itu kan banyak sekali isterinya. Bayangkan

kalau saja setiap isteri itu punya satu anak saja, lalu anaknya Arjuna itu

sebenarnya berapa? Kan jadi sejuta? Jadi anggauta seluruh keluarga Sang

Arjuna itu, kan jadinya dua juta orang. Itu kalau setiap satu isteri punya satu

anak. Apa ya semuanya kenal bapaknya? Lawong ibunya saja nggak pernah

dikunjungi. Ibunya, sekali-kalinya bertemu suaminya, kan saat menikah atau

dinikahkan, lalu berbulan-madu, lalu semua berakhir begitu saja. Semua

berakhir di situ. Isterinya lalu ditinggalkan begitu saja. Sang Arjuna lalu

berkelana lagi sekehendak hatinya. Katanya sih mencari ilmu pengetahuan,

menambah wawasan, dan pengalaman. Tapi kenyataannya, yang lebih sering

terjadi kan buntut-buntutnya bertemu gadis lain dan akhirnya menikah di suatu

tempat antah-berantah. Menurut berita yang bisa dipertanggung-jawabkan

sumber dan kebenarannya, Sang Arjuna paling sering menikahi anak gadis

guru-guru spiritualnya. Namanya juga guru spiritual, jadi tempat tinggalnya

juga harus sesuai dong dengan istilah 'spiritual', jadi adanya ya di tempat-tempat

yang asing, di gunung-gunung, di hutan belantara, di gua-gua yang amat jauh

dari peradaban. Aneh juga lo. Orang yang berasal dari sebuah kota metropolitan

seperti Kota Amarta-Pura, kok bisa-bisanya jatuh cinta kepada gadis dusun yang

berasal dari pedalaman. Tapi itulah kenyataan yang terjadi. Kalau menurut

berita gosip paling mutakhir, Sang Arjuna yang memang orang kota

metropolitan itu, sangat suka jika dikagumi oleh gadis remaja yang 'masih

hijau', yang cenderung tidak tahu apa-apa, apalagi soal cinta. Jadi sebenarnya

yang jatuh cinta itu, lagi-lagi adalah si gadis, bukan Sang Arjuna! Itu awalnya

saja. Adapun Sang Arjuna, awalnya bolehlah dikatakan sebenarnya hanya ingin

menyenangkan hati si gadis gunung itu. Sudahlah tentu ayah sang gadis itu akan

merasa sangat bingung, jika anak gadisnya ternyata jatuh cinta kepada orang

kota, yang sedang menjadi muridnya. Apalagi ayahnya kan juga sangat tahu,

jika Sang Arjuna itu merupakan salah satu kerabat Pandhawa dan seorang

pejabat tinggi negara di Kerajaan Amarta. Apalagi yang mau dipertimbangkan?

Anaknya mau, muridnya tidak menolak! Di lain pihak, bagi Sang Arjuna kan

juga tidak etislah kalau menolak permintaan si ayah yang notabene adalah guru

spiritualnya, untuk menikahi anak gadisnya. Jadi ini sebenarnya soal ada

kesempatan yang terjadi karena berbagai 'kebetulan'. Kebetulan Sang Arjuna

sedang jadi murid, kebetulan kenal anak gadis guru spiritualnya, kebetulan anak

gadis itu manis, kebetulan si gadis sering kepergok sedang mencuri-curi

pandang, kebetulan tinggalnya berdekatan, kebetulan sering bertemu, kebetulan

keduanya sama-sama senang, kebetulan sama-sama mau, kebetulan jauh dari

isteri, kebetulan sedang dinas luar katanya, kebetulan tidak ada yang tahu,

kebetulan ada kesempatan, kebetulan tiap hari saling berpandangan mata,

kebetulan sering membantu mengantar si gadis, kebetulan ayahnya setuju,

kebetulan akhirnya Sang Arjuna juga jatuh cinta akhirnya, dan .... ah banyaklah

kebetulan-kebetulan lainnya.....

Page 60: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 60

Karena peristiwa seperti inilah, maka

menurut gosip, maka Sang Arjuna

sangat sering punya isteri di wilayah

pedalaman. Tentu saja, besar

kemungkinan isteri-isterinya yang

tinggal di kota besar tidak tahu apa

yang terjadi dengan suaminya yang

suka berkelana itu. Hal yang paling

sering terjadi, adalah ke rumah dinas

Sang Arjuna, tiba-tiba datanglah

seorang remaja yang mengaku sebagai

putera atau puteri Sang Arjuna. Dengan

sedikit kalang-kabut sudahlah tentu

terjadi suatu huru-hara kecil di rumah

dinas itu. Tapi, karena bukti-buktinya

biasanya kelewat lengkap dan kelewat

kuat, apalagi di jaman sekarang sudah

ada foto digital yang bisa dibuat hanya

memakai HP, maka Sang Arjuna

biasanya segera menyerah dan segera

mengaku saja kepada isteri-isterinya

yang datang dengan muka berang

penuh amarah. Motto Sang Arjuna,

'mengaku lebih cepat lebih baek, dari

pada harus terus berbohong'.

Tapi kembali ke soal gaji, seperti sudah kuceritakan, Sang Arjuna itu kan

gajinya tidak besar, meskipun dia seorang pejabat tinggi negara dari Kerajaan

Amarta. Kalau untuk setiap isteri dan rumah-tangganya diamisalkan bisa

membelikan satu saja rumah mewah dengan beberapa mobil, lalu dari mana

uangnya? Kalau itu yang terjadi, pastilah Sang Arjuna mengkorupsi uang

kerajaan! Itu sudah bisa dipastikan! Mengapa? Karena selama ini dia dikenal

tidak punya perusahaan. Kan gaji dia cuma dari negara doang. Nah, ini dia

rahasia pribadi Sang Arjuna, mengapa dengan gaji kecil dia bisa punya isteri

segitu banyak. Ternyata menurut sebuah survei, semua isteri dia itu

melaksanakan operasi 'self supporting' alias menjadi pengusaha mandiri, dengan

pengecualian tentunya yang tinggal di rumah dinasnya, seperti Dewi Wara

Subadra dan Dewi Wara Sri Kandhi itu misalnya. Jadi, Sang Arjuna itu,

meskipun sering bingung, tapi sebenarnya pengeluaran per bulannya tidaklah

sebesar yang dibayangkan banyak orang! Gitu lo! Meskipun begitu, tetap saja

sebagai pejabat tinggi negara dia perlu banyak dana untuk melaksanakan

berbagai kegiatan sosial dan tugas-tugas kenegaraannya....

Ini adalah gambaran Sang Arjuna. Ia sama sekali tidak memakai perhiasan apapun di seluruh badannya.

Page 61: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 61

Bayangkan saja, kalau Sang Arjuna harus membiayai sendiri seluruh rumah-

tangga isterinya, maka saya yakin dia akan menjadi koruptor paling besar di

Kerajaan Amarta! Lawong, gajinya cuma segitu, kok punya isteri dan anak

segitu banyak. Belum lagi kalau lagi kenaikan kelas, kan anak-anaknya pada

minta hadiah dari bapaknya. Coba kamu perhatikan juga, badan Sang Arjuna

itu, kan nggak pantas sebagai pejabat tinggi negara kok kurus kering begitu! Dia

itu bukan ramping tapi kurus kering! Juga perhatikan, apa dia punya perhiasan?

Kan di seluruh tubuhnya sama sekali tidak ada perhiasan apapun. Lawong HP

aja yang megang isterinya kok! Dia itu, sebagai manusia kasihan sekali lo.

Pejabat tinggi negara lainnya, kan pakaiannya mentereng, badannya penuh

dengan berbagai perhiasan, bintang jasa, HP beberapa biji, belum lagi jam

tangannya, pakai gelang mutakhir yang katanya sebagai tanda bahwa dia ikut-

ikutan dengan tindakan sosial tertentu. Liat aja, apa Arjuna punya itu semua?

Kalau kamu cermati, semua itu nggak ada pada diri Sang Arjuna. Dia itu kayak

orang miskin aja penampilannya. Tapi dia penjabat tinggi negara! Penampilan

seperti itu sih bukan sederhana, tapi miskin! E...., saya bukan mau menghina,

tapi memang seperti itulah kenyataannya. Kebanyakan isteri, kebanyakan anak,

kebanyakan urusan cinta, kebanyakan urusan yang nggak jelas; jadinya ya

begitu. Belum lagi kalau Mbak Dewi Banowati, itu tuh isteri Raden Mas

Suyudana, minta tolong ke Mas Arjuna sang pujaan hati. Wah, tanpa menungu

waktu, tanpa pamit, langsung pergi dia ke rumah Mbak Dewi Banowati. Dia

bisa lupa segalanya.... ha ha ha

Coba kamu perhatikan apa yang dilakukan Sang Arjuna kalau sedang bingung

dan sedang ada di rumah dan nggak ada acara ke mana-mana. Paling sering, dia

itu dengerin 'klenengan' atau 'uyon-uyon nyamleng'. Dia paling suka, kan

mendengarkan 'Gendhing Jineman Gathik Glindhing', minggah 'Langgam

Rengu', yang dimainkan dengan gaya Tayuban Jawa Timuran. Kamu tau nggak,

kenapa dia sangat suka lagu 'Langgam Rengu'? Karena bunyi syairnya, bercerita

tentang seorang pria yang sangat suka mengumbar 'katresnan' (cinta) dan

berakhir dengan bingung bagaimana cara mengatasi dan menyesaikannya..... he

he he

"Nah, begitulah kisah Sang Arjuna yang sesungguhnya", kata sahabat saya

mengakhiri ceritanya yang panjang-lebar tentang Sang Arjuna itu, sambil

'nyruput' kopi panas pesenannya tadi, yang ternyata sudah mulai dingin. Dan,

saya dengan masih terbengong-bengong, ikut beranjak berdiri, lalu mulai

melangkah bersama dengan sahabat saya itu. Sambil berjalan perlahan, pulang

berdua, saya mengajukan kesimpulan saya: "Jadi, Arjuna itu orangnya ternyata

penuh kerepotan dan hidupnya penuh was-was ya?" Sahabat saya,

menghentikan langkah kakinya, dan sambil menatap saya sejenak, lalu dengan

setengah berteriak berkata keras-keras: "La iya dong, lawong hidup seperti itu,

dipuja-puja banyak orang, tapi banyak yang sama sekali nggak tau apa yang

sebenarnya terjadi. Banyak yang salah sangka. Banyak juga yang nggak tau

Page 62: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 62

kalau dia itu setiap hari sebenarnya selalu kebingungan! Jangankan ngurus

negara, lawong ngurus dirinya sendiri saja dia bingung! Kan orang nggak mau

tau soal itu. Orang kan taunya semuanya beres dan indah saja. Seperti yang

terlihat setiap hari di siaran 'Amarta TV' itu!", begitu celoteh sahabat saya, dan

kita berdua lalu tertawa terbahak-bahak, merasa tertipu setiap saat oleh koran,

majalah, dan media seperti televisi seperti 'Amarta TV' itu, tetapi kita ternyata

juga menyenangi tipuan itu! Kebangetan....

Page 63: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 63

TEJAMANTRI, SANG KONSULTAN

Bram Palgunadi

8 Juli 2011 pukul 22:52

Dalam dunia pewayangan, kita mengenal adanya sejumlah 'panakawan', yang

secara umum artinya 'sahabat dekat'. Ini merupakan sejumlah tokoh wayang,

yang umumnya berperan sebagai penasehat, dan sekaligus juga sahabat bagi

tokoh yang diikutinya. Sejumlah tokoh panakwan ini, bolehlah kita katakan

sebagai 'tokoh abadi', karena di setiap cerita wayang yang manapun, mereka

selalu ada. Misalnya, tokoh Limbuk, Cangik, Semar, Gareng, Petruk, Bagong,

Togog, dan Sarawita. Tokoh lain yang juga abadi, adalah denawa Cakil, raksasa

Rambut Geni, dan beberapa tokoh lainnya. Mereka ini, selalu muncul di dalam

pagelaran wayang yang manapun. Dalam kehidupan kita sehari-hari, nyatanya

kita lebih sering memperhatikan tokoh-tokoh panakawan yang empat, yaitu

Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Lalu, juga dengan dua tokoh wanita, yaitu

Limbuk dan Cangik. Tetapi bagaimana dengan tokoh Togog dan Sarawita?

Karena itulah, maka kali ini kita akan sedikit berkenalan dengan dengan tokoh

Togog dan Sarawita, yang sebenarnya sama terkenalnya dengan tokoh-tokoh

panakawan lainnya.

Tokoh Togog (sering juga disebut 'Tejamantri' atau 'Wijamantri') dan Sarawita

(sering disebut 'Mbilung'), seringkali dipandang sebagai tokoh 'panakawan

jahat', hanya karena mereka berdua itu selalu berada di pihak musuh, raja jahat,

atau tokoh-tokoh yang berperangai buruk. Ini merupakan sebuah pandangan

umum, yang sangat lazim dinyatakan orang tentang kedua tokoh ini. Tetapi

apakah benar demikian?

Page 64: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 64

Togog khususnya, sebenarnya sama dengan Semar, mereka berdua adalah 'dewa

yang turun ke bumi'. Masing-masing mempunyai tugas dan peran khusus.

Semar, menjadi penasehat para ksatria pembela kebenaran. Sedangkan Togog?

Apakah ia dapat dikatakan sebagai penasehat pada ksatria pembela kejahatan?

Menurut saya, di sinilah letak kesalahan-pahaman kita dalam memandang peran

dan fungsi mereka. Menurut saya, Baik Semar maupun Togog, keduanya

merupakan penasehat para ksatria. Jika kita mencermati dialog-dialog keduanya

dengan para ksatria yang diikutinya, maka semuanya akan segera menjadi jelas.

Keduanya selalu memberikan nasehat-nasehat yang baik dan berguna. Bedanya,

keduanya berdiri pada pihak yang berseberangan.

Jika kita memakai kondisi jaman sekarang sebagai analoginya, maka tokoh

Togog, adalah 'penasehat agung' atau mungkin juga bisa kita sebut sebagai

seorang 'konsultan yang bekerja di luar negeri'. Sebaliknya, Semar adalah

'penasehat agung' yang bekerja sebagai 'konsultan yang bekerja di dalam negeri'.

Secara logika, di seluruh dunia manapun, dengan tidak memandang apakah dia

konsultan asing atau dalam negeri, semestinya tidak ada konsultan yang

memberikan 'nasehat buruk'. Semua konsultan pastilah akan memberikan

nasehat yang baik dan berguna bagi orang yang mempekerjakannya. Paling

tidak, ia memperkirakan bahwa nasehatnya itu akan berguna bagi orang yang

diikutinya. Kalaupun nasehat-nasehat mereka yang jelas baik itu tidak

diperhatikan, dianggap seperti angin lalu, atau diabaikan oleh atasan masing-

masing, maka hal itu berada di luar tanggung-jawab mereka.

Dalam kasus tokoh Togog atau Tejamantri, sebagai seorang konsultan yang

'bonafide', apalagi sebagai konsultan bagi pihak asing, maka pantaslah jika ia

bertubuh tambun, berkepala botak, pandai berbicara, dan pandai pula berdebat.

Memang begitulah seharusnya. Paling tidak, dipandang dari segi 'citra' yang

diperlukan supaya pendapat dan nasehatnya diperhatikan. Ia, bahkan selalu

memakai tata-krama yang baik, berbahasa baik, santun, serta didukung oleh

segudang ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Penampilan Togog yang

'modist', juga penting untuk diperhatikan. Bukankah dia bekerja di negeri

seberang? Nah, untuk memperkuat citranya sebagai penasehat yang sangat ahli,

ia memerlukan seorang 'asisten' atau katakanlah seorang 'staf ahli'. Di sinilah

letak peran dan fungsi Sarawita. Supaya nasehatnya menjadi semakin afdol,

maka staf ahli atau asistennya, haruslah memakai bahasa asing. Dalam hal ini,

Sarawita selalu diperankan berbahasa Melayu dan sama sekali tidak berbahasa

Jawa. Fungsi utama Sarawita, adalah membenarkan dan mendukung berbagai

argumentasi yang ditampilkan Togog.

Cobalah perhatikan baik-baik, bagaimana intonasi suara dan argumentasi yang

disampaikan Togog dalam berbagai dialog 'internasional'. Ia tidak pernah

marah, tidak pernah tersinggung, dan bahkan tidak pernah langsung

menyanggah pendapat orang lain (terutama orang yang diikutinya). Ia, selalu

memikirkan lebih dahulu, dan dengan kalimat yang jelas, iramanya lambat, serta

Page 65: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 65

berkata-kata dengan nada rendah dan berat; saat menyatakan pendapatnya. Ia

bahkan tidak pernah berkata-kata dengan kalimat yang dinyatakan secara cepat

dan bernada tinggi. Baginya, semua masalah pasti bisa diatasi secara baik.

Togog, adalah tipikal orang yang selalu berpikir positif. Bahkan saat atasannya

menyatakan kepadanya tentang niat dan gagasan jahatnya, ia selalu memberikan

wawasan yang tetap berkutub positif, dan sama sekali tidak pernah terbawa arus

menjadi berpendapat negatif. Meskipun lawan bicaranya berbicara dengan

berteriak-teriak, memaki, serta memakai rangkaian kalimat bernada tinggi yang

disampaikan secara sangat cepat (karena sangat emosional), Togog tetap

berperi-laku santun, tetap memegang tata-krama, dan berbahasa halus. Bahkan

nada bicaranya tidak ikut-ikut menjadi bernada tinggi. Ia tetap menggunakan

nada yang rendah, dengan kecepatan bicara yang relatif lambat, dan suara yang

berat.

Jika dalam suatu dialog, ternyata Sarawita sang asisten membuat kesalahan.

Misalnya, salah ucap atau salah berargumentasi, maka biasanya Togog dengan

sabar dan bijak, akan mengingatkan Sarawita. Jangan lupa, Sarawita adalah

tokoh yang seringkali memberikan reaksi terlalu cepat dan dengan nada bicara

yang juga cepat dan agak terburu-buru. Karenanya, bisa saja ia salah ucap,

karena belum sempat memikirkan dalam-dalam sudah mengucapkan apa yang

dirasakannya. Ia juga terkenal sebagai tokoh yang seringkali terlampau cepat

memberikan tanggapan dan persetujuan kepada boss-nya (Togog), sebelum

Togog menyelesaikan seluruh pembicaraannya. Nah, di sinilah letak kesulitan

seorang Togog. Ia memerlukan seorang staf ahli, tetapi Sarawita seringkali

malah mempersulit keadaan, dengan berkata-kata sebelum Togog

menyelesaikan kalimatnya. Maksudnya sih baik, tetapi maksud yang baik, jika

diungkapkan terlalu terburu-buru, seringkali dampaknya menjadi buruk. Dari

pasangan Togog dan Sarawita inipun, kita bisa belajar banyak. Misalnya, belajar

tentang perlunya kompak dalam menyampaikan pendapat, perlunya belajar

menyatukan pandangan, perlunya belajar saling mendukung untuk mencapai

suatu tujuan, perlunya saling berterus terang di antara anggauta tim, dan

perlunya belajar untuk selalu berdamai dan saling bertenggang-rasa dengan

kawan seiring (teman sejawat).

Seperti saya sudah sampaikan, Togog adalah tokoh baik dan bijak, ia penasehat

yang baik. Kebetulan saja ia berdiri di pihak asing atau musuh. Setiap kali

terjadi dialog dengan atasanya yang mempunyai niat atau gagasan jahat, ia

selalu berusaha untuk menasehati dan memberikan wawasan tentang berbagai

risiko yang harus ditanggung, jika niat dan gagasan jahat itu dilaksanakan. Jika

perlu, ia akan berusaha membujuk, supaya niat dan gagasan jahat itu dibatalkan

saja. Ringkasnya, ia selalu berusaha, supaya junjungannya itu berubah menjadi

orang baik. Namun, namanya juga orang jahat. Mana ada yang mau dinasehati

supaya berubah menjadi orang baik? Dalam kasus seperti ini, jelaslah Togog

tidak pernah goyah dan tidak pernah berputus asa untuk selalu menasehati

Page 66: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 66

atasannya itu, supaya berubah dan menjadi berperi-laku baik. Bahkan, jika ia

dimaki-maki oleh atasannya, karena sikap dan pendapatnya itu seolah-olah

seperti ingin menggagalkan gagasan dan niat jahat atasannya, maka Togog

dengan kepala dingin tetap tidak bergeming. Bahkan ia tidak lantas membalas

memaki, membuat isu, atau melawan kata-kata yang diucapkan atasannya. Ia

lebih suka mendengarkan lebih dahulu selama beberapa saat, lalu menyatakan

pendapatnya dengan bahasa yang santun, bernada rendah, dan berimana lambat.

Suatu upaya yang sangat bijak, untuk meredam kemarahan atasannya.

Belajar dari semua hal ini, maka jelaslah bahwa kita saat ini sebenarnya sangat

memerlukan tokoh-tokoh seperti Togog, yang bekerja di kalangan para ksatria

yang berwatak jahat. Kita memerlukan banyak tokoh Togog, karena justru

negara kita sekarang ini penuh dengan para ksatria berwatak jahat, candhala,

culika, dan tidak tahu malu; yang tidak saja mempermalukan diri sendiri, tetapi

juga mempermalukan negara dengan segala kelakuan, sifat, dan tindak-

tanduknya. Kita sangat kekurangan tokoh-tokoh seperti Togog, yang tidak

pernah berhenti menasehati para ksatria jahat itu. Kita bahkan cenderung

melupakan, bahwa tokoh seperti Togog justru sangat diperlukan di dalam

kehidupan nyata kita. Sebaliknya, kita sudah amat sangat mengenal tokoh

seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong; yang bekerja pada kelompok

ksatria yang berperi-laku dan berwatak baik. Tetapi harap dicatat, bahwa dalam

kehidupan nyata, gagasan dan niat buruk; bisa saja timbul bahkan tidak saja dari

para ksatria yang berperi-laku dan berwatak jahat, tetapi juga dari kalangan para

ksatria yang sehari-harinya dikenal berperi-laku dan berwatak baik. Misalnya,

saat mereka lupa diri, khilaf, atau berubah menjadi membutakan diri; karena

sedang berkuasa atau sedang berharta.

Maka sejenak kita perlu merenungkan, dengan berdiam sesaat dan

mengheningkan cipta, karsa, dan rasa kita. Berusaha merasakan kembali,

apakah kita sudah menjadi orang baik, atau masih juga menjadi orang buruk.

Masihkah kita ingat kepada Sang Penguasa Jagat Raya, yang menguasai hidup

dan mati kita, atau kita mengacuhkan dan sudah melupakan-Nya. Jika kita

memang sedang sial atau memang meniatkan diri, dan kebetulan menjadi ksatria

jahat, maka ingatlah bahwa kita memerlukan pendamping dan penasehat seperti

'Togog', sang konsultan, yang akan selalu mengingatkan dan memberikan

nasehat kepada kita, untuk selalu kembali ke jalan yang benar. Mudah-

mudahan, kita selalu bertemu dengan tokoh, orang, atau sahabat; yang bersedia

berperan sebagai 'Togog' bagi kita. Semoga kita menemukannya....

Page 67: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 67

CANGIK DAN LIMBUK, DUA SAHABAT DENGAN

KESETIAAN TANPA BATAS....

Bram Palgunadi

9 Mei 2011 pukul 16:03

Cangik dan Limbuk, dua tokoh klasik dalam jagat pewayangan, yang menggambarkan orang yang setia kepada junjungannya. Mereka bukan sekedar orang biasa atau 'parekan' (dayang-dayang), tetapi lebih dari itu,mereka adalah sahabat dekat para junjungan putri atau permaisuri, yang mengabdikan diri dengan kesetiaan tanpa batas.

Di dunia pewayangan, kita selalu berhadapan dengan dua tokoh wanita, yaitu

Cangik dan Limbuk. Mereka berdua, selalu ditampilkan saat tiba pada

adegan 'keputren' di suatu kerajaan. Ini merupakan suatu adegan yang boleh

dikatakan selalu ada di setiap pagelaran wayang. Saking seringnya kedua tokoh

ini tampil, sampai-sampai kita tidak pernah tahu atau tidak mau tahu, siapakah

sebenarnya mereka berdua itu. Pada judul bahasan ini, saya memakai istilah

'dua sahabat' dan bukannya memakai istilah 'dua wanita'. Memang keduanya,

Cangik dan Limbuk, adalah dua orang wanita. Tetapi keduanya sebenarnya

sudah meningkatkan level dirinya, menjadi 'dua sahabat' bagi sang putri atau

permaisuri yang diikutinya.

Kesalahan terbesar dari kita sebagai pengamat dan penikmat pagelaran wayang,

khususnya wayang kulit, adalah bahwa tokoh Cangik dan Limbuk seringkali

kita pandang sebagai dua orang dayang-dayang atau kasarnya sebagai

'pembantu' seorang putri atau permaisuri raja. Ini merupakan kesalahan

Page 68: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 68

pemahaman yang bisa dikatakan fatal. Mengapa demikian? Sebab mereka

berdua, Cangik dan Limbuk, sebenarnya bukanlah dayang-dayang dan bukan

pula pembantu dalam pemahaman umum seperti yang kita kenal. Mereka

berdua, adalah 'panakawan', yang artinya 'sahabat'. Jika tokoh panakawan

Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong; adalah panakawan bagi para tokoh ksatria;

maka Limbuk dan Cangik adalah panakawan bagi tokoh putri atau permaisuri.

Mereka berdua, bukanlah tokoh biasa. Mereka berdua, adalah tokoh yang peran

dan fungsinya sangat luar biasa. Meskipun kenyataannya, mereka berdua kalah

pamor dengan para panakawan ksatria yang lebih banyak diekspos dan

ditampilkan.

Gambaran bahwa Cangik adalah wanita tua renta yang bertubuh jelek dan buruk

rupa, merupakan gambaran yang benar-benar menggambarkan pemahaman kita

yang salah terhadap Cangik. Begitu pula tentang Limbuk yang digambarkan

tubuhnya tambun (gemuk) dan bermuka jelek. Cangik bukanlah wanita

berwajah buruk seperti banyak dikatakan orang. Cangik, adalah gambaran

seorang wanita tua yang sangat setia kepada majikannya. Ia adalah seorang

wanita yang bertindak sebagai 'rewang' bagi majikan perempuan (misalnya:

isteri, permaisuri). Bersama anaknya, yang bernama 'Limbuk", keduanya

merupakan teman atau sahabat sejati, tempat sang putri atau permaisuri curhat,

merenungkan kehidupannya, dan mendiskusikan kegundahan hatinya. Mereka

berdua, bukanlah orang biasa! Mereka berdua adalah orang-orang dalam

lingkungan terdalam suatu istana. Kalau memakai istilah jaman sekarang,

mereka berdua itu termasuk orang-orang yang 'berada di lingkaran ring satu',

yang merupakan orang-orang kepercayaan yang berada paling dekat dan sangat

erat hubungannya dengan orang terpenting di istana. Mereka juga 'pemegang

rahasia' sang puteri atau permaisuri. Begitu dekat dan eratnya hubungan mereka

dengan junjungannya, sehingga bisa dikatakan hubungannya jauh melebihi yang

bisa dilakukan oleh seorang menteri atau mahapatih (menteri koordinator,

menko).

Cangik dan Limbuk, bukanlah 'babu' seperti yang banyak digambarkan

orang. Mereka berdua, adalah 'rewang'. Dalam bahasa Jawa, artinya 'orang yang

membantu'. Dalam pemahaman ini, mereka bukanlah 'pembantu' (babu).

Rewang, artinya 'penolong'. Istilah 'ngrewangi', artinya membantu atau

menolong. Maksudnya membantu atau menolong mendengar curhat sang

junjungan, membantu memberikan saran, membantu menenangkan sang

junjungan, membantu menyenangkan hati sang junjungan, membela

junjungannya [1], dan membantu mencarikan jalan keluar jika ada masalah.

Dalam budaya tradisional Jawa, seorang 'rewang' akan tinggal bersama, jika

perlu tidur dan menjaga di kamar sang puteri, makan menu dan makanan yang

sama dengan junjungannya. Mereka seringkali juga merawat dan membesarkan

anak-anak dari keluarga yang diikutinya.[2] Mereka bukanlah 'orang belakang',

tetapi lebih tepat disebut sebagai 'orang dalam'. Dalam kehidupan nyata, mereka

Page 69: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 69

seringkali diberi kepercayaan yang sangat luar biasa, yang berhubungan dengan

harta, kekayaan, rahasia, rumah tinggal, dan anak-anak. Karena itu, mereka

berdua, bukanlah 'parekan' (dayang-dayang). Kalau di jaman sekarang, mungkin

mereka berdua itu lebih tepat disebut 'asisten pribadi'.

Cangik, lazimnya digambarkan sebagai wanita dewasa yang banyak

pengalamannya. Sedang Limbuk, lazimnya digambarkan sebagai wanita muda

sedang magang (untuk nantinya menggantikan Cangik). Mengapa Limbuk

digambarkan bertubuh gemuk dan Cangik bertubuh kurus? Sebab, seseorang

yang mengabdi tanpa pamrih kepada seseorang lainnya (junjungannya),

meskipun ia semula bertubuh gemuk, jika pengabdian itu dilakukan tanpa

pamrih, maka ia akan menjadi kurus dengan sendirinya. Kurus, menggambarkan

orang yang jujur, sederhana, tidak banyak tuntutan, hidupnya tidak mengejar

materi dan kekayaan. Juga menggambarkan sifat orang yang sederhana, tidak

neka-neka. Limbuk yang tubuhnya tambun, menggambarkan seorang wanita

yang masih muda dan masih memikirkan materi dan duniawi.

Cangik dan Limbuk, menggambarkan 'asisten pribadi' seorang putri/wanita. Di

negara/kerajaan manapun, peran keduanya ini selalu ada. Bahkan di jaman

sekarang pun (di abad ke-21) peran keduanya pun ada (dalam dunia yang

nyata). Bahagialah anda, yang masih bisa menikmati kesetiaan mereka yang

tanpa batas. Selamat merenungkan......

________________________________

[1] Saya mempunyai seorang sahabat karib (seorang pria) bersuku-bangsa Jawa, yang rumah-

tangganya berantakan, gara-gara isterinya selingkuh dengan seorang pemuda yang kost di

rumahnya. Rewangnya, seorang wanita tua, dengan berani dan tanpa ragu-ragu memarahi

majikan perempuannya dan mengusir kedua pasangan selingkuh itu dari rumah tinggalnya.

Selama bertahun-tahun setelah peristiwa itu, sahabat karib saya itu, dirawat, dilayani, dan dijaga

oleh rewangnya ini, seperti seorang ibu menjaga anaknya. Hal ini, secara jelas menunjukkan

bagaimana peran seorang rewang dalam kondisi yang sebenarnya.

[2] Saya, sewaktu masih kecil, tinggal di Yogyakarta (sekitar tahun 1952 - 1959), sempat

merasakan bagaimana seorang rewang keluarga yang bernama Mbok Wirya, setiap hari

merawat saya dan adik-adik saya. Mbok Wiryo ini, setiap hari menggendong saya dan

menimang-nimangnya seperti anaknya sendiri, seringkali sampai saya tertidur. Saya masih ingat

benar, bagaimana Mbok Wiryo, seringkali menggendong diri saya yang saat itu masih kecil,

sambil menyanyikan tembang Jawa 'Pendhidisl-pendhisil', 'Jamuran', 'Gathutkaca Edan',

'Cempe-cempe', atau 'Kebon Raja'. Sungguh merupakan kenangan indah di masa kecil saya

yang tak akan terlupakan sepanjang hayat.

________________________________________

Di bawah ini, saya tambahkan cerita Mas Yohanes Triwidiantono, yang sangat

menyentuh perasaan.

Yohanes Triwidiantono 09 Mei 5:46

Pak Bram ingkang kinurmatan, Saya juga punya kenangan sepanjang hayat

seperti panjenengan; sewaktu kecil (1962 - 1968) saya dimong oleh mbok-dhe

Karso, yang adalah suami-isteri tetangga sebelah rumah, tanpa anak. Bukan

Page 70: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 70

hanya mbok-dhe Karso yang nggemateni saya, namun juga pakdhe Karso. Oleh

orang-tua saya, suami-isteri ini digaduhi sepasang cempe. Tak heran, saya pun

sering ikut angon cempe ke ladang. Yang saya tahu adalah saya dijagai melebihi

apapun, termasuk memenuhi keinginan dan saya. Suatu saat saya diberi pondoh

(pucuk batang pohon kelapa), karena terasa manis lembut dan tidak keras, saya

menikmatinya, sayang hanya sedikit karena hanya pembagian entah tetangga

mana yang menebang pohon. Saya bertanya asal-usul pondoh itu, dan dijelaskan

apa adanya. Ketika suatu saat pakdhe Karso memetik kelapa, saya minta

pondoh. Ibu saya terperanjat, dan bilang bahwa yang bisa dipentik hanya

dawegan, pondoh tidak bisa dan tidak ada. Saat pakdhe turun tidak membawa

pondoh, saya ngambek. Hari berikutnya pakdhe keliling kampung mencari

orang menebang kelapa, tidak ketemu, sampai akhirnya ketemu di kampung

tetangga ada yang menebang. Dengan segala upaya pakdhe minta pondoh

kepada pemilik pohon. Sampai saya menjadi seorang bapak, olok-olok ini masih

sering saya dengar dari ayah saya, bahwa asaya minta pondoh pada pemetik

kelapa. Setelah sekolah di SD, saya diikutkan ke keluarga kakek-nenek saya

yang jaraknya sekitar 10 km. Orang-tua saya bekerja ke Malaysia (1969 - 1973).

Sepertinya, ini petaka bagi pakdhe-mbokdhe Karso, hampir tiap minggu

menjenguk saya. Keduanya tidak dapat bersepeda, hanya berjalan kaki. Lama-

lama berangsur semakin jarang menjenguk saya, tetapi saya tidak tahu

penyebabnya. Namun mereka masih tetap berkunjung, yang saya tahu mereka

pasti selalu membawa hasil kebun seperti; ketela, nangka, pisang dsb. dan masih

setia menunggui sampai saya memakannya. Kunjungan mereka masih saja terus

berlangsung hingga saya dewasa, bahkan sepasang cempe yang sudah menjadi

belasan ekor tidak pernah diakui sebagai miliknya, tetapi dianggap itu milik

saya, padahal ayah saya sudah menyerahkan semuanya kepada mereka. Ketika

ada yang dijual, uangnya diberikan kepada saya. Setelah saya dewasa dan kuliah

ke luar kota, mereka masih berkunjung ke orangtua saya, mencari-cari saya

sambil membawa hasil kebun. Setiap pulang ke Yogya, saya memang kadang

menyempatkan mampir ke rumah (sebenarnya gubuk) mereka, hanya sekedar

memberi sebotol kecil madu sebagai buah tangan, tapi malah mereka memberi

saya beras sekandi. Sekarang, mereka memang sudah tiada, pakdhe Karso sudah

sekitar 10 tahun yang lalu, dan mbokdhe sekitar 5 tahun lalu. Tidak ada barang

apapun di dunia ini yang dapat menggantikan kasih-sayang mereka kepadaku,

juga baktiku kepada mereka tidak akan mungkin sebanding. Gubuknya

ditinggali oleh anak angkat (pupon) mereka, tetapi saya tidak kenal. Saya

kadang berkunjung ke gubuk itu, tapi tidak ada kata yang dapat menjelaskan

apapun mengenai hubungan saya dengan pakdhe dan mbokdhe Karso.

Page 71: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 71

CINTA RAHWANA HANYA UNTUK SINTA

Bram Palgunadi

11 April 2011 pukul 2:41

Saat Rahwana menculik Dewi Sinta, perbuatannya ketahuan oleh Jatayu.

Jatayu berusaha merebut Dewi Sinta, namun gagal.

Ini merupakan obrolan antar sahabat, saat sedang suntuk dan capek bekerja.

Topiknya, sudah jelas mempertanyakan, apakah Rahwana itu raja yang jahat

atau bukan? Bagi saya dan sejumlah sahabat, ini jelas merupakan dilema yang

bisa menyebabkan saya dan beberapa sahabat saya dibenci orang. Sebabnya

jelas, kita mencoba melihat Rahwana dari sisi dia sebagai manusia. Sebagian

besar dari kita, umumnya melihat Rahwana sebagai tokoh yang jahat.

Sedangkan Rama, sebagai orang baik yang dizalimi. Itu pandangan orang pada

Page 72: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 72

umumnya. Sedangkan dalam pandangan saya (dan beberapa sahabat saya

lainnya), kita bisa bersikap begitu karena kita selalu menerima 'wejangan' dari

orang tua kita, bahwa Rahwana itu orang jahat dan Rama orang baik. Kita

bahkan menerima pandangan itu begitu saja, tanpa pernah mempertanyakan, apa

saja kebaikan Rahwana dan apa pula keburukan Rama.

Dalam cerita Ramayana yang lazim disampaikan kepada kita, sesuai dengan

pakem pewayangan, diceritakan bahwa Rahwana sangat ingin memperisteri

Dewi Sinta. Padahal, Dewi Sinta saat itu sudah menjadi isteri Rama. Untuk itu,

ia berupaya memperdaya Rama dan Laksmana, supaya bisa menculik Dewi

Sinta. Penculikan itu berhasil sukses! Meskipun selama perjalanan Rahwana

diserang oleh Jatayu, tetapi halangan itu bisa diatasinya, dan Dewi Sinta bisa

diboyong Rahwana ke Alengkadiraja. Tiga tahun, Dewi Sinta ditawan di sebuah

'keputren', ditemani DewiTrijatha, adik Rahwana. Dan selama tiga tahun pula

Rahwana selalu berusaha membujuk Dewi Sinta untuk bersedia menjadi

permaisurinya. Segala upayanya untuk menjadikan Dewi Sinta sebagai

permaisuri, ditolak oleh Dewi Sinta secara halus. Jadi Rahwana sebenarnya

dapat dikatakan gagal memperisteri Dewi Sinta. Bahkan, saat Rahwana agak

kelewatan sikapnya, saat sedang membujuk Dewi Sinta, ia dihalangi oleh Dewi

Trijatha, adiknya. Tentu saja Rahwana menjadi marah, dan Dewi Trijatha

dikutuk oleh Rahwana. Kutukan Rahwana menyatakan, bahwa Dewi Trijatha

akan mendapat jodoh jika sudah menjadi 'perawan tua' dan jodohnya adalah

seorang wanara tua yang bertubuh pendek, jelek, dan buruk muka. Kutukan

Rahwana ini, membuat Dewi Trijatha sedih berkepanjangan. Keinginan

Rahwana untuk bisa menjadikan Dewi Sinta sebagai permaisurinya, telah

mengorbankan banyak hal, termasuk kekuasaan, keluarga, sanak saudara, dan

kerajaan Alengka. Rahwana, akhirnya terbunuh dalam suatu pertempuran

melawan Rama yang dibantu ribuan pasukan wanara (kera). Ia merupakan orang

terakhir dari Kerajaan Alengka yang mati di medan laga, melawan musuh.

itulah ringkasan seluruh cerita tentang Rahwana yang sangat terkenal itu.

Sekarang cobalah kita pahami barang sedikit cerita kebalikannya, ditinjau dari

sisi Rahwana. Cobalah untuk mendinginkan kepala dan tidak emosional

sewaktu membaca cerita ini. Tentu saja, cerita ini merupakan cerita imajiner,

jadi gunakanlah juga imajinasi anda saat membacanya.....

Bayangkalah, Alengkadiraja adalah sebuah negara adidaya, yang terkenal

sangat kaya dan makmur. Kerajaan ini, politiknya sangat stabil, keamanan di

seluruh wilayah Kerajaan Alengkadiraja sangat terkendali dan sangat aman.

Rakyatnya demikian sejahtera, sehingga banyak orang yang berasal dari manca

negara, datang dan akhirnya tinggal bermukim di Kerajaan Alengkadiraja.

Menurut sejarahnya, Kerajaan Alengkadiraja juga tidak pernah memperlakukan

kerajaan-kerajaan di sekitar wilayahnya sebagai negara jajahan. Alengkadiraja

juga tidak pernah menyerbu negara lain. Kerajaan Alengkadiraja, memang

bukan sebuah negara demokratis seperti Amerika. Kerajaan Alengkadiraja,

Page 73: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 73

memang merupakan sebuah negara monarki (kerajaan), yang dipimpin oleh

seorang diktator luar biasa besar dan sangat luas kekuasaannya, yang berjuluk

Prabu Rahwana. Kerajaan besar ini, bahkan tidak memerlukan adanya Dewan

Perwakilan Rakyat untuk membuat berbagai undang-undang. Segala aturan dan

undang-undang, cukup ditangani oleh Rahwana yang dibantu sejumlah pejabat

tinggi kepercayaannya. Sejak Kerajaan Alengkadiraja berdiri, sampai akhirnya

tumbang oleh serbuan para 'monyet' yang membantu Rama, tidak pernah ada

berita negatif sedikitpun yang menyatakan bahwa Rahwana pernah berbuat

menzalimi rakyatnya. Begitu juga para pejabat tingginya, selalu mempunyai

'track record' yang baik dan tidak tercela. Bagi rakyat di Kerajaan

Alengkadiraja, pemerintahan diktatorial nyatanya justru jauh lebih baik dari

pada pemerintahan demokratis yang centang-perenang dan tak jelas

juntrungannya.

Rahwana sangat menginginkan Dewi Sinta sebagai permaisurinya. Sebagai

manusia, itu merupakan hal yang wajar. Namanya juga naksir. Salahnya, Dewi

Sinta sudah menjadi isteri orang lain. Bahwa Rahwana menculik Dewi Sinta, itu

memang kesalahan fatal. Tapi bagaimana lagi? Namanya juga usaha! Apalagi

dilandasi rasa cinta yang membara. Segala cara bisa ditempuh. Kalau nggak

begitu, kan malah dipertanyakan orang, seberapa besar cintanya? Kan kata

pepatah juga menyatakan bahwa 'cinta itu buta'. Bahkan cinta itu, mudah

indikasinya. Orang yang benar-benar cinta, akan berada pada kondisi hilang

akal dan hilang ingatan. Kalau masih bisa berpikir jernih dan tidak hilang akal,

pastilah orang itu tidak benar-benar jatuh cinta. Mungkin hanya pura-pura jatuh

cinta. Kalau tidak hilang ingatan (terhadap banyak hal), pastilah orang itu juga

tidak jatuh cinta. Cobalah renungkan saat anda dulu jatuh cinta. Apakah benar

anda tidak hilang akal dan hilang ingatan? Contohnya, saat anda jatuh cinta,

bukankah anda menjadi bingung dan tidak tahu apa yang harus diperbuat?

Segala kecanggihan diri anda tiba-tiba lenyap begitu saja, saat berhadapan dan

bertemu dengan wanita idaman anda. Saat anda jatuh cinta dulu, bukankah anda

juga hilang ingatan? Lupa daratan, lupa makan, lupa tidur, dan bahkan lupa

segalanya. Anda hanya bisa mengingat satu hal saja. Yaitu wanita idaman anda!

Hal lainnya? Tentu saja anda lupakan. Ingatan anda tentang nasehat orang tua

yang mengatakan bahwa hidup harus berhati-hati, juga bisa anda abaikan

seketika. Anda tiba-tiba berubah menjadi manusia yang berani mati demi sang

pujaan hati. Woooooo..... luar biasa! Jatuh cinta, ternyata bisa mengubah

segalanya........

Begitu juga dengan Raja Rahwana yang julukan aslinya adalah 'King of Forest

Blood', dari sebuah kerajaan adidaya yang sangat terkenal di seantero jagat

maya dengan sebutan 'The Great Alengka Kingdom'. Rahwana, seorang

'manusia berdarah rimba raya' telah jatuh cinta! Ini merupakan suatu fenomena

dan peristiwa yang sangat luar biasa yang amat sangat langka, yang diliput oleh

semua stasiun televisi di seluruh dunia sebagai sebuah peristiwa besar! Ia telah

Page 74: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 74

dinobatkan menjadi 'the greatest man of the year', yang selalu

ditayangkan dalam bentuk 'headline' di semua surat-kabar, majalah, harian lokal

dan internasional, internet, stasiun televisi, stasiun radio dalam negeri dan

manca negara.

Seorang Rahwana yang semula lebih dikenal sebagai penguasa sebuah kerajaan

adidaya yang sangat jarang tersenyum, tiba-tiba berubah menjadi seorang pria

yang berdandan necis dan 'dandy', dengan pakaian keluaran rumah mode

terkenal, bergaya mode mutakhir, dengan potongan rambut yang sedang trendy.

Semua orang jadi memperhatikan Rahwana yang sedang menjadi pokok

pembicaraan di mana-mana. Bahkan sejumlah anak muda Alengkadiraja yang

sebelumnya cenderung menjauhinya, tiba-tiba secara sangat antusias dan

bersuka hati, membentuk sebuah organisasi komunitas sosial yang dinamakan

'Rahwana Fans Club'. Majalah mode manca negara yang sangat terkenal, lantas

memuat foto-foto kegiatan sehari-hari Rahwana dan menobatkannya menjadi

'The man who give new inspiration to other peoples'.

Jangan lupa, Rahwana memang sudah 'sugih' (kaya raya) dari sononya. Jadi, ia

jelas bukan seorang koruptor. Saat pergi ke Istana Negara Alengkadiraja, ia

mengendarai mobil sport merk Jaguar model terbaru. Pakai mobil Jepang? No

way! Mobil bikinan Jepang kurang keren, katanya dalam suatu wawancara

eksklusif dengan sejumlah wartawan. Tanpa sungkan ia juga bercerita, bahwa ia

sekarang punya kebiasaan baru, yaitu selalu membuka semua jendela dan kap

atas mobilnya, jika sedang melakukan perjalanan memakai mobil Jaguar-nya.

Ia, selalu melambaikan tangan sambil menebar senyum gembira kepada seluruh

rakyatnya yang selalu menantikannya di pinggir jalan, saat rombongan mobil

kerajaan itu lewat di jalan protokol Kerajaan Alengkadiraja. Suasana itu, juga

menjalar ke Istana Kenegaraan Alengkadiraja. Suasana istana yang semula

terlihat angker, formal, resmi, dan kaku; lalu berubah menjadi sebuah istana

yang menyenangkan, indah, ceria, selalu penuh bunga.

Berbagai pagelaran wayang kulit, wayang wong, wayang klithik, musik

keroncong, jaipongan, wayang golek, orkestra, band musik pop, musik klasik,

jazz, rock, dan blues; lantas menjadi pagelaran yang secara rutin menghias

pendhapa istana Alengkadiraja. Hanya musik kamar (chamber music) yang

tetap tidak diijinkan Rahwana main di istana. "Musik kamar terlalu berisik,

kalau dimainkan di dalam kamar yang sempit. Saya bisa jadi 'budheg' (tuli)!

Kan saya hanya menonton dengan beberapa sahabat. Jadi kurang siplah kalau

dimainkan di dalam kamar yang sempit di istana," begitu kata Rahwana, seperti

dikutip oleh sejumlah wartawan istana.

Tetapi jika ada wartawan yang bertanya tentang Dewi Sinta yang menurut kabar

angin, selentingan, dan gosip; telah diculik dan dijadikan tawanan jelita,

Rahwana selalu diam terpaku dan selalu menjawab "no comment". Sangat nyata

terlihat di air mukanya, betapa pertanyaan seperti itu telah melukai perasaannya.

Page 75: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 75

Menurut berita-berita yang santer dibocorkan oleh sejumlah pejabat istana

Alengkadiraja, Rahwana akhir-akhir ini sering terlihat duduk termenung sendu,

saat sedang sendirian di Istana Alengkadiraja. Meskipun masyarakat

Alengkadiraja melihat Rahwana sebagai manusia yang sehari-hari terlihat

gembira, penuh senyum, dan seringkali menyapa rakyatnya dengan tebaran

senyumnya yang sangat khas, tetapi di balik itu semua ia ternyata menyimpan

kesedihan luar biasa. Dan, justru karena Rahwana merupakan penguasa tertinggi

di Kerajaan Alengkadiraja, maka tidak ada yang berani menanyakan kepadanya

tentang apa yang telah membuatnya gundah dan bersedih. Banyak orang hanya

menebak-nebak saja di dalam hati dan tidak pernah berani mengungkapkkannya

secara terbuka, takut melukai hati orang yang menjadi pujaannya itu.

Diam-diam, tanpa terungkap di media massa, dan tanpa pernah dipublikasikan;

ternyata banyak juga rakyat Alengkadiraja yang ikut merasa sedih atas apa yang

sedang menimpa Rahwana, raja yang sangat dihormati rakyatnya itu. Pendapat

mereka, umumnya terpecah menjadi dua. Sebagian mengatakan bahwa

Rahwana sebagai seorang raja besar, tidak sepatutya menculik Dewi Sinta,

meskipun ia sangat mencintainya. Tetapi, sebagian lagi, merasa bahwa seorang

Rahwana adalah seorang laki-laki sejati, yang berani mengambil risiko apapun

demi cinta matinya kepada Dewi Sinta, meskipun mereka juga tahu bahwa

tindakan itu salah. Tetapi, secara umum, rakyat Alengkadiraja tetap berpendapat

bahwa bagaimanapun juga, Rahwana adalah laki-laki sejati, yang menjadi

dambaan setiap wanita. Ia dimimpikan oleh banyak wanita, karena keteguhan

dan ketegaran sikapnya. Tidak banyak wanita Alengkadiraja yang mempunyai

kekasih atau suami seperti Rahwana, yaitu jika sudah jatuh cinta, apapun

rintangannya akan diterjang, apapun penghalangnya akan dilibas, dan apapun

akan dilakukan demi cintanya kepada pujaan hatinya. Rahwana sebenarnya

adalah seorang laki-laki ideal pujaan hati wanita.....

Tiga tahun sudah, Dewi Sinta disekap di dalam 'keputren' Alengkadiraja,

ditemani Dewi Trijatha yang setia. Setiap hari, Rahwana selalu datang

mengunjunginya dan dengan kata-kata yang selalu diusahakan diucapkan

sehalus mungkin, selalu ditanyakannya kepada Dewi Sinta, apakah ia bersedia

dipersunting dirinya dan dijadikan permaisuri, menjadi Ibu Negara

Alengkadiraja. Dinyatakannya juga, bahwa ia hanya mempunyai satu cinta, dan

cinta itu telah dipersembahkannya kepada Dewi Sinta. Setiap kali Rahwana

berhadapan dengan Dewi Sinta, ia seperti hilang akal dan tidak tahu apa yang

harus diperbuat. Ia merasa seakan semua kekuasaan yang dimilikinya menjadi

sama sekali tidak berarti di mata Dewi Sinta. Rahwana selalu berkata, bahwa ia

menculik Dewi Sinta karena rasa cintanya yang tiada tara. Untuk tindakannya

itu, Rahwana selalu meminta maaf kepada Dewi Sinta. Ia juga selalu

mengatakan kepada Dewi Sinta, bahwa ia bersedia berkorban apa saja, asalkan

Dewi Sinta bersedia dimuliakan dan dipersunting menjadi permaisurinya.

Namun, setiap kali ia bertanya kepada Dewi Sinta, Rahwana selalu mendapat

Page 76: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 76

jawaban menolak, yang membuat hatinya remuk redam. Tiap kali Rahwana

mendapat jawaban penolakan seperti itu, setiap kali pula ia terdiam. Dan,

perlahan-lahan ia berjalan meninggalkan Dewi Sinta sendirian tanpa

mengucapkan sepata katapun. Begitulah yang terjadi setiap kali dan setiap hari.

Rahwana selalu menerima jawaban yang membuatnya merasa seakan dunia

hendak kiamat. Tetapi, entah mengapa, tiap kali Rahwana selalu kembali

memberanikan dirinya untuk menanyakan hal yang sama. Meskipun ia tahu

benar, jawaban yang akan diterimanya akan selalu sama, yaitu berupa jawaban

menolak. Tetapi, manusia hidup dari harapan dan mimpi. Selama harapan dan

mimpi itu belum pudar, maka selama itu pula manusia bisa berharap bahwa

mimpinya suatu ketika akan menjadi kenyataan. Karena itu pula, Rahwana

selalu kembali menguatkan dirinya untuk selalu datang bertanya kepada Dewi

Sinta. Meskipun ia sangat sadar, bahwa harga dirinya sebagai laki-laki,

sebenarnya sudah hancur. Rahwana telah mengambil risiko mengorbankan

harga dirinya, demi cintanya kepada Dewi Sinta. Tetapi Rahwana menganggap

hal itu sebagai sebuah konsekuensi logis yang harus ditanggungnya. Dalam

pandangannya, harga dirinya akan pulih secara perlahan-lahan, jika ia berhasil

mempersunting Dewi Sinta, dan mempersembahkannya kepada rakyatnya untuk

dimuliakan sebagai seorang Ibu Negara.

Rahwana bukanlah seorang penyair, yang bisa menulis puisi jika hatinya sedang

gundah. Ia juga bukan seorang penyanyi, yang bisa membuat tembang balada

jika hatinya sedang sedih. Ia juga bukan seorang sastrawan, yang bisa

mencurahkan isi hatinya ke dalam bentuk karya sastra, saat ia memikirkan

pujaan hatinya. Pada saat-saat seperti itu, Rahwana bahkan merasa sendirian,

kesepian, dan seperti sama sekali tak berteman. Ia merasa sendirian di tengah

keramaian dunia. Di tempat yang sangat ramai sekalipun, ia merasa tetap

kesepian. Ia selalu memimpikan bisa bergandeng tangan dengan mesra,

bercengkerama, berjalan berdua dengan Dewi Sinta, sambil menyapa lambaian

tangan rakyatnya. Mimpi-mimpi itulah yang selalu datang setiap malam, dan

membuat hatinya kuat untuk kembali menemui Dewi Sinta pada esok hari

berikutnya.

Selama tiga tahun, Dewi Sinta hampir setiap hari bertemu dengan Rahwana.

Selama itu pula, ia tidak pernah disentuh atau dijamah sekalipun oleh Rahwana.

Meskipun ada rasa rindu yang menggebu-gebu kepada Rama, tetapi sebagai

wanita dewasa Dewi Sinta juga sering mempertanyakan kepada dirinya sendiri,

apa yang telah terjadi dan bagaimana seharusnya ia bersikap. Secara jujur Dewi

Sinta juga mengakui di dalam hati (hal ini secara diam-diam juga sering

diutarakan kepada Dewi Trijatha), bahwa Rahwana dipandang dari satu segi,

memang telah melakukan kejahatan, yaitu menculik dirinya. Namun, dari segi

lainnya, selama tiga tahun disekap itu, ia selalu mendapat perlakuan yang sangat

baik dan sopan oleh Rahwana. Dari berita dan cerita yang diterimanya dari

berbagai pihak secara sembunyi-sembunyi, Dewi Sinta juga mendengar

Page 77: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 77

berbagai kabar tentang Rahwana. Sebagian besar kabar yang diterimanya itu,

menceritakan bahwa Rahwana telah berubah menjadi orang yang gembira,

penuh senyum, dan bahkan suasana istana sudah sangat berubah. Semua berita

tentang Rahwana, ternyata merupakan berita yang sangat positif. Dewi Sinta

sebenarnya juga berpikir, bahwa jika Rahwana benar-benar orang jahat, maka

pada hari pertama saat ia diculik, bisa saja ia langsung diperkosa dan

ditinggalkan begitu saja oleh Rahwana. Tetapi kenyataannya, Dewi Sinta tidak

pernah mengalami hal itu. Bahkan selama disekap di 'keputren' Alengkadiraja,

disentuh atau dijamahpun tidak pernah dilakukan Rahwana.

Saat Rahwana berkunjung, ia selalu menyatakan cintanya dan menanyakan

kesediaannya untuk dipersunting menjadi permaisuri. Dan saat ia mengatakan

penolakannya, Dewi Sinta selalu melihat, betapa air muka Rahwana yang

seketika berubah menjadi sendu. Setiap kali Dewi Sinta mengatakan

penolakannya, setiap kali pula Rahwana terdiam tak bisa berkata-kata. Dan,

akhirnya Rahwana selalu berjalan perlahan-lahan meninggalkannya sendirian.

Ada perasaan galau bercampur kasihan pada diri Dewi Sinta, setiap kali

Rahwana perlahan-lahan pergi meninggalkannya sendirian.

Dewi Sinta juga sering berpikir dan mempertanyakan kepada dirinya sendiri,

tentang Rama kekasihnya. Ia juga sudah mendengar kabar yang diselundupkan

dari Ayudia. Semakin lama, serpihan demi serpihan kabar dari Ayudia itu

semakin lengkap. Sehingga akhirnya Dewi Sinta bisa mengumpulkan seluruh

serpihan berita itu secara lengkap, sehingga Dewi Sinta akhirnya bisa

memahami apa yang sebenarnya telah terjadi selepas penculikan atas dirinya.

Meskipun hanya selintas, Dewi Sinta juga sering memikirkan mengapa Rama

kekasih hatinya itu, tidak juga datang menolongnya? Apa yang telah terjadi?

Setelah tiga tahun ia tinggal di Alengkadiraja, Dewi Sinta juga seringkali

berpikir, bagaimana seharusnya sikap seorang suami jika isterinya diculik. Di

dalam benaknya, timbul sejumlah logika yang saling berbalikan. Secara logika,

jika seorang laki-laki sangat mencintai isterinya, dan tiba-tiba isterinya diculik,

maka yang yang dilakukannya adalah segera mengejar dan berusaha mencari

isterinya. Tetapi dari berita-berita yang diterimanya, Rama ternyata tidak segera

melakukan upaya mencari dirinya. Bukankah ia titisan Dewa Wisnu? Bukankah

Rama juga sakti? Mengapa ia tak melakukan usaha apapun, saat isterinya

diculik? Mengapa Rama justru mengutus 'agen rahasia' yang bernama Anoman

untuk menemui dirinya? Mengapa perintah Rama kepada Anoman, adalah

supaya mengabarkan bahwa Rama dalam keadaan baik-baik saja? Mengapa

Anoman hanya disuruh menyerahkan sebuah cincin kepadanya? Mengapa

Anoman tidak diperintahkan untuk 'menculik' Dewi Sinta dan membawanya

kembali ke Ayudia? Berjuta pertanyaan bergaung berulang-ulang di dalam

benak Dewi Sinta.

Page 78: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 78

Meskipun Dewi Sinta tetap mencintai Rama, tetapi penantian yang begitu lama

dan kesepian yang merajam hatinya setiap hari dan setiap malam, membuatnya

akhirnya juga berpikir. Pikiran buruk itu, juga seringkali melintas di benaknya.

Ia selalu berusaha menepis berbagai pikiran buruk itu. Tetapi, pikiran dan

bayangan itu selalu saja datang sendiri setiap kali ia merenung. Sesekali ia

sempat juga terpikir, bahwa Rama bukanlah laki-laki yang sejati. Bagaimana

bisa seorang laki-laki sejati bisa membiarkan isterinya diculik selama tiga tahun

dan ternyata ia tidak melakukan upaya apapun? Sesekali, muncul juga pikiran

yang menyatakan bahwa Rama merupakan suami yang tidak bertanggung-

jawab. Jika ia memang suami yang bertanggung-jawab, mengapa selama

bertahun-tahun membiarkan saja isterinya disekap di keputren negara

lain? Sesekali, muncul juga pikiran yang mempertanyakan sumpah dan janji

Laksmana, yang didengarnya sangat jelas, saat membuat garis 'rajah kalacakra'

pelindung, sambil mengucapkan sumpah, yang menyatakan akan selalu menjaga

dan melindungi Dewi Sinta selama hayatnya.

Dewi Sinta juga manusia biasa. Ia juga wanita seperti layaknya wanita lainnya.

Yang membedakannya hanya kedudukannya semata. Saat Rahwana datang

menemuinya, sesekali sempat juga ia memperhatikan tubuh Rahwana yang

tinggi besar, gempal, berotot, dan atletis. Bahkan tubuh Rahwana jauh lebih

tegap dari pada Rama suaminya. Rahwana, jelas jauh lebih 'macho' dan tentu

bisa membuat setiap wanita gandrung dan mabuk kepayang. Sebagai seorang

wanita muda yang sudah sekian lama tak tersentuh laki-laki. Dewi Sinta

beberapa kali juga sempat merasakan detak jantungnya tiba-tiba berdegup keras

tak terkendali. Bulu kuduknya seringkali berdiri meremang, saat

membayangkan tubuh Rahwana menyentuh dirinya. Bukan karena takut, tetapi

karena terbuai oleh bayangan indah yang tiba-tiba merangsek ke dalam

benaknya. Keringat dinginnya mengucur begitu saja di seluruh permukaan

tubuhnya. Tubuhnya, tiba-tiba berubah menjadi panas dan seketika otaknya

tidak lagi bisa berpikir jernih. Ada gejolak gairah yang tiba-tiba menyeruak

tanpa bisa dikendalikannya. Badannya bergetar hebat, lidahnya terasa menjadi

kelu dan sukar untuk berkata-kata. Jari-jari tangannya yang lentik, tiba-tiba

menjadi gemetar. Tubuhnya lemas dan seakan ia tidak mempunyai kekuatan

untuk menggerakkannya. Hatinya sejenak menjadi resah dan gelisah. Saat ia

menjawab pertanyaan Rahwana, kalimat yang terlontar dari mulut mungilnya

begitu bergetar, sehingga saat mengucapkannya menjadi terbata-bata.

Untunglah, Rahwana menganggap kalimat yang diucapkan terbata-bata itu,

sebagai ucapan seorang yang sedang dilanda ketakutan hebat. Andai saja

Rahwana tahu apa yang sedang dirasakannya, mungkin ceritanya akan menjadi

lain.....

Malam-malam yang dingin, sepi, dan hanya ditingkah oleh suara cengkerik dan

binatang malam, membuat Dewi Sinta sering melamun kesepian. Dalam

tidurnya, semakin lama semakin sering ia memimpikan Rahwana; dan semakin

Page 79: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 79

lama semakin berkurang pula mimpi-mimpi tentang Rama. Mimpi-mimpi

'indah' itu selalu datang sendiri tanpa diminta. Diam-diam Dewi Sinta telah

jatuh cinta kepada Rahwana! Itulah kenyataan yang dialaminya. Ada perasaan

galau, sewaktu memikirkan betapa Rahwana sangat mencintai dirinya,

sementara Rama yang dicintainya justru tak pernah ada kabar beritanya, seakan

Rama telah membiarkan dan menelantarkan dirinya. Namun, otak dan perasaan

seringkali memang tidak sejalan. Di malam-malam yang sepi, Dewi Sinta sering

menangis, karena merasa telah berdosa. Ia merasa telah membagi dua cintanya.

Di dalam hatinya, diam-diam telah terukir nama Rahwana sebagai seseorang

laki-laki yang selalu dimimpikannya, tetapi akan pernah tidak bisa

dimilikinya.......

Page 80: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 80

CERITA CINTA SINTA....

Bram Palgunadi

13 April 2011 pukul 20:00

Dewi Sinta, menjalani penantian datangnya sang kekasih Sri Rama, yang tak kunjung

datang juga....

Mas-Mas dan Mbak-Mbak sahabat kinasih saya,

Setelah terjadinya drama 'Rahwana cintanya hanya untuk Sinta', yang

menggegerkan dunia 'kangouw' (persilatan), ini saya kirimkan satu lagi copy

dari puisi karya Mbak Dorothea Rosa Herliany, yang besar kemungkinan akan

membuat sekumpulan sahabat saya menjadi kebakaran jenggot. Tapi seperti

kata saya sebelumnya, mohon dengen amat dari pada sangat, supaya jangan

membaca dengan rasa emosional. Dengan kepala dinginlah, dan ini yang

menulis kan seorang wanita lo. Jadi, bacalah dengen perlahan-lahan saja, lima

kilometer per jam saja. Selamat menikmatinya....

Page 81: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 81

ELEGI SINTA

(Dorothea Rosa Herliany)

Aku sinta yang urung membakar diri,

Demi darah suci,

Bagi lelaki paling pengecut bernama Rama,

Lalu aku basuh tubuhku, dengan darah hitam,

Agar hangat gelora cintaku,

Tumbuh di padang pendakian yang paling hina.

Kuburu Rahwana,

Dan kuminta ia menyetubuhi nafasku,

Menuju kehampaan langit,

Kubiarkan terbang, agar tangan yang takut dan kalah itu tak mampu

menggapaiku.

Siapa bilang cintaku putih?

Mungkin abu,

Atau bahkan segelap hidupku,

Tapi dengarlah ringkikku yang indah,

Menggosongkan segala yang keramat dan abadi.

Kuraih hidupku, tidak dalam api,

Rumah bagi para pendosa,

Tapi dalam kesunyian yang sia-sia dan papa,

Agar sejarahku terpisah dari para penakut dan pendusta,

Rama ....

Cinta Dewi Sinta yang mengharu-biru karena

digandrungi dua pria yang berbeda...

Page 82: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 82

Dewi Sinta, cantik, manja, dan membuat Rama dan Rahwana jatuh hati.

Sinta-Sinta abad duapuluh satu! Centil, cantik, sexy, dan gaya. Jadi pantas saja Rahwana dan Rama jatuh hati setengah mati....

Page 83: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 83

SRIKANDHI: THE YOUNG WARRIOR PRINCESS

(PART 1)

Bram Palgunadi

7 November 2011 pukul 1:12

Srikandhi memang terkenal sebagai gadis yang cantik rupawan, sexy, sensual, dan karena itu pula banyak pria yang tergila-gila padanya. Tetapi kepandaiannya berkelahi sudah jelas

membuat ciut para pria teman-teman sebayanya.

Srikandhi sebagai seorang gadis 'tomboy' yang hidup di kalangan keluarga

istana Kerajaan Pancala Radya, memang terkenal sebagai seorang gadis yang

pandai, bengal, tangkas, pandai berkelahi, sexy, sensual, pandai bergaul, pandai

pula bicara, dan berani dalam banyak hal. Matanya yang besar dan selalu

berbinar-binar saat memandang lawan bicaranya, seolah memancarkan sihir

yang memukau lawan bicaranya. Sehari-hari Srikandhi, selalu berdandan dan

menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman. Namanya juga 'gadis masa

sekarang'. Di kampus Universitas Negeri Pancala Radya, ia lebih dikenal

sebagai seorang mahasiswi yang pintar, cerdik, berani, banyak pengetahuannya,

Page 84: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 84

dan sebagai seorang gadis ia dikenal suka berkata

terus terang, tanpa tedeng aling-aling. Karena ikut

grup bela diri, maka Srikandhi juga dikenal sebagai

'gadis pemberani', yang sesekali juga ikut terlibat

perkelahian jalanan atau membuat onar. Banyak

teman sebayanya, yang tentu saja kebanyakan

adalah pria, mengaguminya tetapi sekaligus juga

agak takut kepadanya. Keberanian Srikandhi,

seringkali juga membuat ciut nyali para pria yang

mau naksir dirinya. Bagaimana nggak ciut,

Srikandhi yang jago berkelahi itu kan anak

penggede pemilik negara, anak Raja Pancala Radya,

yang terkenal sebagai negara besar yang

kekuasaannya sedemikian luas, dan disegani banyak

negara asing.

Sebenarnya, Srikandhi tidak terlalu suka dikawal, ia

merasa bisa mengatasi berbagai gangguan 'pria

nakal' dan para bergajulan. Tetapi, pihak protokoler

istana selalu memaksa untuk mengawalnya

kemanapun ia pergi. Hal ini, sedikit banyak sering

membuat hatinya jengkel. Gara-gara ada pengawal

yang selalu menguntitnya, maka jika ia naksir

cowok, selalu saja bubar acaranya, bubar pula

rencananya, hanya karena di sekitarnya selalu

berdiri beberapa orang satuan pengawal pribadi,

yang dengan badan gempal, mata mengawasi

dengan tajam, dan selalu bersikap waspada;

memata-matai semua kegiatan sang putri nan cantik

dan sexy itu. Ini sangat menjengkelkan dan makin

lama, sejalan dengan bertambahnya umur sang putri

yang semakin menginjak masa remaja, justru

semakin ketat saja para pengawal pribadi itu

menjaganya. Wuuuuiiiih....! Setiap kali, ada saja

berbagai hal yang membuat sang putri ini mencak-

mencak, tidak terima, atau marah-marah. Semuanya,

gara-gara satuan pengawal pribadi yang menurutnya

semakin lama semakin ketat saja mengawasinya,

dan menurutnya mereka sama sekali tidak

memberikan kebebasan pada dirinya! "Ke kamar

kecil saja aku diawasi!" teriaknya suatu ketika, saat

sang putri ini kebelet pipis, pas sedang di jalan raya

dalam perjalanan pulang kuliah, dan ia dengan tiba-

Srikandhi, sang putri yang jago berkelahi, dikenal sebagai gadis yang juga pandai bicara.

Kepandaiannya berkelahi, telah membuat Srikandhi dikenal sebagai gadis pemberani.

Panah merupakan salah satu senjata andalan Srikandhi.

Page 85: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 85

tiba minta berhenti dan langsung melompat ke luar

dari mobil, lalu berlari-lari kecil masuk 'mall'

mencari 'toilet'.... Tentu saja para pengawal

pribadinya menjadi kalang kabut, dan segera ikut

meloncat ke luar dari mobil, berhamburan mengikuti

sang putri jelita yang berlari masuk ke dalam 'mall'

dan terus diikuti sampai ke depan pintu toilet yang

di atasnya bertuliskan 'ladies'....

Manajer 'mall', satuan pengamanan 'mall', dan

beberapa orang yang berada di 'mall' menjadi

gempar dan terjadilah kegaduhan, saat melihat

seorang gadis berlari cepat diikuti sejumlah 'pria

berbadan tegap berambut cepak'. Para 'pengejar' itu,

tiba-tiba diberhentikan oleh petugas keamanan 'mall'

yang meneriaki mereka: "Berhentiiii! Pria dilarang

masuk ke area toilet wanita!" Kontan, para pengejar

itu berhenti dan beberapa dari mereka mencabut

senjata laras pendeknya, dan menodongkan ke

kepala beberapa orang anggauta satuan pengamanan

'mall' sambil berteriak: "Mingggiiiiiir!

Kami pengawal istana kerajaan!" Para anggauta

satuan pengamanan 'mall' itu tiba-tiba jadi lemas

dan tak mampu berkata-kata lagi, setelah mereka

melihat kartu identitas para pengawal pribadi itu

disorongkan ke depan muka mereka. Srikandhi

sudah masuk melewati pintu yang bertulis 'ladies'.

Para pengawal tiba-tiba terhenti begitu saja di depan

'pintu sakti' itu. Semua orang, termasuk para

pengawal pribadi dan para anggauta satuan

pengamanan 'mall' berdiri termangu-mangu

bagaikan patung batu di depan pintu 'ladies' itu.

Setiap kali ada yang keluar dari dalam toilet wanita

itu, semua orang lalu memandanginya. Beberapa

wanita yang ke luar dari toilet, berjalan sambil

ngedumel: "Ngapain kamu lihat-lihat aku haaaah!?"

Dan, para pria bertubuh gempal itu lama-lama jadi

jengah juga, setiap kali ada wanita yang keluar dari

dalam toilet wanita, tiap kali pula mereka menerima

sumpah serapah seperti itu. Komandan pengawal

pribadi tiba-tiba nyeletuk, seperti berkata kepada

dirinya sendiri: "Ngapain aja ya Mbak Srikandhi?

Kok lama sekali di dalam toilet? Katanya cuma mau

Lembut, penuh perasaan, juga merupakan keanggunan Srikandhi yang tersembunyi.

Sesekali Srikandhi sebagai seorang selebriti terkenal, juga bisa ditemukan sedang 'shoping' di 'mall'.

Seperti layaknya seorang selebritis, Srikandhi sesekali juga suka nampang di majalah mode.

Page 86: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 86

pipis, tapi sudah lama begini kok belum keluar juga

ya?" Ada nada sedikit curiga dalam kalimatnya.....

Srikandhi yang sedang pipis, sambil tersenyum

memandangi dinding di sekeliling ruang 'pipis' itu.

Tiba-tiba, dia seperti menemukan akal bulus, setelah

melihat jendela kaca yang agak tinggi itu ukurannya

besar dan ternyata mempunyai kunci tarik di sisi

dalam dan kuncinya ternyata bisa dibuka dengan

mudah. Dengan mendongakkan kepalanya,

Srikandhi mencoba membuka jendela besar itu dan

ternyata bisa! Ia melihat ke arah luar. Rupanya,

yang dia lihat adalah halaman belakang 'mall'.

Senyum lebarnya tiba-tiba menyeruak di mukanya.

Akal bulusnya tiba-tiba muncul begitu saja di benak

kepalanya. Setelah merapihkan pakaiannya, lalu

dengan sigap tapi hati-hati dan tak menimbulkan

suara, Srikandhi segera memanjat jendela dan

meloncat ke luar! Sampai di luar, ia melihat

sekeliling, celingukan, mencoba melihat apakah

para pengawal pribadinya ada yang tahu atau tidak,

ia sudah berada di luar gedung 'mall'. Setelah

memastikan bahwa segalanya 'aman', maka

Srikandhi segera berjalan menjauhi gedung 'mall'

dan segera memanggil taxi. Dan....., lenyaplah

Srikandhi dari pantauan para pengawal

pribadinya! Di dalam taxi yang ber-AC Srikandhi

duduk sambil tersenyum penuh kemenangan. "Ke

Pantai Rose Garden Pak!" katanya kepada

pengemudi taxi, yang tidak sadar siapa

penumpangnya....

Sementara itu, di depan pintu toilet komandan

pengawal pribadi berjalan hilir-mudik tak sabar.

Lalu, ia memanggil komandan satuan pengamanan

"mall" dan berkata: "Mas....! Saya dan anak buah saya harus masuk ke dalam

Mas! Masak cuma pipis kok lama begini! Saya takut orang yang saya kawal

diculik!" Mendengar kata 'diculik', komandan satuan pengamanan 'mall' jadi

pucat pasi. Ia sudah terbayang, kalau orang yang dicari itu ternyata benar

diculik, maka iapun akan terbawa-bawa urusan yang pasti menjadikan hidupnya

jadi kusut. Tetapi ia ragu-ragu. Aturan internal dan SOP pengamanan sekalipun,

tidak membolehkan laki-laki masuk ke dalam ruang wanita. "Sebentar ya Pak,

saya hubungi dulu atasan saya, untuk minta ijin masuk ke ruang ladies itu," kata

komandan satuan pengamanan 'mall'. "Hlo...., kamu melarang kami masuk?

Srikandhi dalam pakaian fesyen bergaya Asia Tengah yang anggun.

Dalam balutan pakaian fesyen mutakhir, Srikandhi juga sering muncul pada sejumlah pesta selebritis di Ibu Kota Kerajaan Pancala Radya.

Page 87: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 87

Kamu kan sudah tahu siapa kami!? Apa kamu mau ditangkap!?" bentak

komandan pengawal pribadi dengan muka garang. "Bukan begitu Pak, kami

cuma menjalankan perintah atasan!" jawab sang komandan satuan pengamanan

'mall' dengan cemas. "Ya sudah, sana minta ijin! Cepaaaaat!" bentak komandan

pengawal pribadi. Dengan tergesa-gesa komandan satuan pengamanan memakai

handy-talky-nya untuk menghubungi atasannya. Dengan suara terbata-bata

karena mulai panik, ia berkata: "Pak manajer keamanan, saya mohon ijin untuk

masuk ke ruang toilet wanita!" Sesaat kemudian, terdengar jawaban yang

meledak-ledak: "Apa katamu!? Mau masuk ke ruang toilet wanita!? Kamu kan

kepala satuan keamanan, kenapa malah mau ngajari bertindak kurang-ajar? Apa

kamu lupa SOP di 'mall' ini kan melarang laki-laki masuk ke ruang wanita! Apa

kamu lupa itu haaah!?" Pucat pasi air muka sang komandan satuan pengamanan

'mall'. Keringat dingin mulai mengalir membasahi baju dinasnya. "Bukan

Pak....! Bukan itu maksud saya. Saya mau masuk tidak sendirian, tapi dengan

beberapa orang lainnya. Benar Pak, saya nggak mau masuk sendirian!" Jawaban

dari ujung lainnya, semakin menyalak: "Mau masuk dengan orang lain!? Kamu

benar-benar kurang ajar! Dibilangin sendiri saja dilarang, kok malah mau masuk

beramai-ramai! Berengsek kamu! Apa kamu mau dipecat!? Memalukan

manajemen saja kamu!" Mendengar suara yang menyalak bagaikan anjing

menggonggong itu, sang komandan satuan pengamanan 'mall' semakin ciut

nyalinya. Dengan keringat dingin mengucur deras, dia memandang komandan

satuan pengawal pribadi, dan dengan muka kecut pucat pasi dia berkata dengan

lesu: "Paaaak gagal Paaaak...... Gimana Yaaaa......?" Komandan satuan

pengawal pribadi memandang wajah komandan satuan pengamanan 'mall' tanpa

berkata-kata. Keduanya sama-sama bingung. Hilang sudah kegarangannya.

Mereka saling terdiam dan saling memandang. Lalu, tiba-tiba sang komandan

pengawal pribadi berkata: "Mas....., bagaimana kalau kita nekat masuk saja

bersama-sama? Nanti kalau ada yang marah, biar saya yang tanggung-jawab

deh!" Mereka terdiam beberapa saat. Sang komandan satuan pengamanan

menjawab perlahan: "Bagaimana ya Mas? Saya takut dimarahi atasan saya.

Saya takut dipecat Mas. Tadi aja sewaktu saya minta ijin sama dia, kan Mas

juga tahu, saya kan dimaki-maki." Diam lagi mereka berdua tak berkata-kata.

Sama-sama bingung......Lima belas menit sudah berlalu. Habislah kesabaran

sang komandan satuan pengawal pribadi. Dia lalu berkata: "Sudahlah Mas....,

kita masuk sajalah, dari pada kita sama-sama nggak punya kepastian. Soal pipis,

sudah jelas nggak masuk akal. Sudah lewat limabelas menit, masak belum

selesai juga pipisnya? Ayo! Kita masuk sajalah!" Maka dengan tergopoh-gopoh

mereka berramai-ramai masuk lewat pintu yang bertulis 'ladies'. Sejumlah

wanita terbengong-bengong melihat para lelaki itu bergegas memasuki pintu

'ladies' itu. Lalu, mereka berhenti di sebuah pintu kedua, yang merupakan pintu

masuk ke ruang toilet wanita. Pintu tertutup rapat! Tidak terdengar suara apapun

dari dalamnya! Komandan satuan pengawal pribadi berkata kepada komandan

Page 88: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 88

satuan pengamanan 'mall': "Kita dobrak saja ya?" Dan, tanpa menunggu

jawaban dari sang komandan satuan pengamanan 'mall', dengan suara keras

pintu didobrak! Benturan badan sang komandan satuan pengawal pribadi

membuat pintu terpelanting dengan suara gemeretak! Kuncinya gesernya

terlempar, lepas dari tempatnya, sekrupnya pada rontok! Dan......... di dalam

ruang toilet itu ternyata kosong! Sang putri Srikandhi benar-benar lenyap......!

Pucat pasilah wajah sang komandan satuan pengawal pribadi! Terbayang

sudah, hukuman, makian, dan sumpah serapah yang pasti akan diterimanya, saat

ia melaporkan peristiwanya nanti kepada atasannya! Salah seorang anak

buahnya, tiba-tiba datang membawa sebotol minuman segar. Disambarnya

minuman botol itu tanpa berkata apapun, dan langsung ditenggaknya isinya

sampai habis. Mereka semua terdiam tak tahu apa yang harus diperbuat.

Perlahan-lahan, mereka semua berjalan gontai ke luar dari ruang toilet wanita

itu. Seperti sepasukan tentara yang kalah judi, mereka berjalan bersama-sama

dan kemudian memandang ke sekeliling 'mall', dan akhirnya menemukan

deretan tempat duduk. Di tempat duduk itu, mereka semua duduk diam

berderet-deret, sambil mencangkung dan menopang dagu, seakan sedang

berpikir keras! Tidak seorangpun di antara mereka yang saling berkata-kata.

Semuanya terdiam seribu kata.

Tiba-tiba HP komandan satuan pengawal pribadi berdering keras. Suara dering

HP itu membuatnya begitu kaget, sampai-sampai pantatnya melonjak terangkat

dari tempat duduknya. Lalu dengan tergopoh-gopoh diambilnya HP-nya dari

sakunya. Dan, segera ia memencet tombol bergambar telepon berwarna hijau,

dan segera mendengarkan di telinganya. Samar-samar, orang-orang di sekeliling

sang komandan satuan pengawal pribadi itu bisa mendengar suara sang

Srikandhi yang merdu dan nakal: "Pak komandan...., sudah hilang bingungnya?

Jangan tanya saya ada di mana ya. Nanti saja, kalau urusan saya bersenang-

senang sudah selesai, Pak komandan pasti akan saya telepon lagi. Sekarang Pak

komandan dan anak buah Bapak jalan-jalan sajalah, sambil cariin saya cemilan

dan minuman kaleng kesukaan saya ya. Jangan lupa, bawain saya hamburger

ya..... Nanti akan saya beritahu deh, di mana saya, dan baru jemput saya di

tempat yang nanti saya sebutkan. Ha ha ha ha." Tawa ceria Srikandhi yang

nakal dan centil itu, terdengar samar-samar oleh semua orang yang duduk

berdekatan dengan komandan satuan pengawal pribadi. Suara telepon pun

terputus tiba-tiba......

Air muka komandan satuan pengawal pribadi itu, tiba-tiba berubah menjadi

sumringah, meskipun di wajahnya masih tampak keringat kepanikan yang dari

tadi mengalir deras. Hilang sudah rasa takutnya. "Mas...., ayo saya traktir

makan dan minum di restauran yang ada di sekitar sini!" katanya tiba-tiba

kepada komandan satuan pengamanan 'mall', yang dengan terbengong-bengong

melongo masih tak mengerti apa yang sedang terjadi.....

Page 89: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 89

SRIKANDHI: THE YOUNG WARRIOR PRINCESS

(PART 2)

Bram Palgunadi

11 November 2011 pukul 6:01

Srikandhi telah menjelma menjadi seorang gadis dewasa yang mempesona. Postur

tubuhnya yang tinggi semampai, wajahnya yang selalu cantik dan penuh ceria, selalu membuat para pria terpesona saat mereka memandangnya.

Sang Sasadara telah menyinarkan cahaya purnamanya ke angkasa luas.

Cahayanya bersinar keemasan di antara mega-mega, seakan hendak

menyampaikan tarian cerita sendu. Bias cahayanya, berpendar-pendar

menyeruak di antara gumpalan awan yang berjalan perlahan dengan enggan.

Sepasang burung malam, tampak terbang berputaran dengan cekatan, saling

menyambar di atas angkasa malam Pancala Radya, bagaikan menarikan bias

kehidupan manusia di alam janaloka. Lalu, dari kejauhan, terdengar samar-

samar terbawa sang Samirana, tembang Kidung Kinanthi dinyanyikan

Page 90: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 90

para pradangga dan waranggana, meniti lembut nada-nada Ketawang

Pangarum-arum, melantunkan cerita-cerita parwa yang menyayat hati, bercerita

tentang hidup dan perjalanan manusia, saat gamelan ditabuh memainkan

rangkaian Talu yang menyentuh pagelaran agung kehidupan anak-anak

manusia. Bercerita tentang hidup dan mati. Tentang kelahiran dan kematian.

Tentang kemegahan dan kesengsaraan. Tentang cinta dan kesedihan.

Tentang 'sangkan paraning dumadi' manusia, yang pada suatu ketika nanti

pasti akan 'bali mulih mring mula-mulanya' (kembali pulang ke asal mulanya).

Tentang kesendirian, yang membuat siapapun yang mendengarnya akan

terketuk relung hatinya dan meneteskan air mata. Maka Talu-pun dimulai,

menceritakan berbagai peristiwa kehidupan Sang Srikandhi, putri Pancala

Radya....

Wus munya gangsa ing dalu,

Angelangut gya rinukmi,

Tembanging carita parwa,

Ngarum-arum wanci ratri,

Rinengga wulan kartika,

Heneng hana hanawengi.

Wus munya gangsa gya Talu,

Suluk myang tembang respati,

Ginawa Sang Samirana,

Kidung kandha jroning ratri,

Angidung lakoning jalma,

Sesuluh laku utami. [1]

Sang Srikandhi diam termenung di malam itu. Gelisah perasaannya. Berita-

berita tentang para kerabat Pandhawa yang diusir dari Hastina-Pura oleh para

kerabat Kurawa, telah sampai pula di telinganya. Berita-berita tentang peristiwa

pengusiran kerabat Pandhawa itu, setiap hari memenuhi halaman depan koran

dan televisi Pancala Radya dan berita-berita itu selalu menjadi 'headline' yang

ditulis dengan huruf-huruf yang besar dan mencolok, disertai dengan ulasan,

bahasan, dan cerita; yang hampir semuanya menyalahkan dan memojokkan para

kerabat Pandhawa, akibat peri-lakunya kalah berjudi melawan para kerabat

Kurawa. Miris hatinya, jika merasakan bagaimana sekelompok kerabat ksatria

itu diperlakukan secara nista dan hina. Tetapi saat membaca banyak berita itu,

Srikandhi juga bisa merasakan, menimbang, serta membuat kesimpulan; bahwa

segala peristiwa itu sebenarnya dimulai dari kebodohan para kerabat Pandhawa

sendiri, yang menerima begitu saja tantangan berjudi dari para kerabat Kurawa,

tanpa tahu bahwa sebagian besar dari lawannya itu terkenal sebagai penjudi

ulung yang licik.

Page 91: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 91

Srikandhi, sebenarnya tidaklah begitu kenal dengan

para kerabat Pandhawa itu. Tetapi berita-berita yang

sangat gencar dan membanjirinya setiap saat,

membuatnya sedikit-banyak terpengaruh juga.

Timbul rasa kasihan setiap kali melihat tayangan di

televisi yang memperlihatkan bagaimana para

kerabat Pandhawa itu diolok-olok, direndahkan, dan

dihinakan martabatnya secara keterlaluan oleh para

kerabat Kurawa. Para kerabat Pandhawa itu, diusir

dan diperlakukan seakan seperti segerombolan

anjing kurap saja. Martabatnya direndahkan

sedemikian rupa, sehingga mereka dianggap tak

perlu diperlakukan sebagai manusia. Benar-benar

keterlaluan.....

Myat langening kalagyan,

Aglar pandham muncar....[2]

Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi

bulan, dan warsa demi warsa; berlalu begitu saja tak

terasakan. Begitu lama berlalu, sehingga akhirnya

berita tentang kerabat para Pandhawa itu hilang

ditelan waktu. Seakan mereka lenyap dan musnah

dari muka bumi. Semua kehidupan, seakan kembali

seperti awal mulanya. Begitu pula Sang Srikandhi,

kembali kepada kehidupan sehari-harinya yang

penuh dengan berbagai kegiatan seperti dulu. Tak

terasakan, waktu telah berlalu begitu lama, dan Sang

Srikandhi telah menjelma menjadi seorang putri

remaja yang dewasa. Tubuhnya yang semampai,

dengan perawakan tegak tinggi bagaikan seorang

ksatria, tampil dengan berbagai kepandaian dan

kelincahan dalam berolah diri. Sahabat-sahabatnya

yang dulunya menjulukinya sebagai 'si pembuat

onar', telah lama mengganti julukannya menjadi 'si

jelita dari Pancala Radya'. Julukan ini, kelihatan

memang lebih cocok untuk Sang Srikandhi yang

sudah mulai menginjak dewasa dan seringkali

tampil lebih lembut, meskipun masih juga kelihatan

'tomboy'.

Sesekali, Sang Srikandhi menyenangkan dirinya bermain dan bercengkerama di pantai Pancala Radya...

Srikandhi yang enerjik, telah berubah menjadi wanita dewasa yang mempesona...

Seperti layaknya seorang wanita yang mulai menapak masa dewasa, mimpi-mimpi Srikandhi juga mulai mengembara jauh ke relung-relung kehidupan yang berbunga-bunga...

Page 92: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 92

Hari itu, Sang Srikandhi nan jelita baru pulang dari sebuah kuliah 'stadium

generale', yang membahas tentang 'ksatria dan perannya dalam bela negara'.

Kuliah umum seperti ini, sangat disukai Sang Srikandhi. Ia merasakan,

bagaimana darahnya menggelegak, emosinya tersulut, dan semangatnya

terbakar; saat mendengar kuliah yang dibawakan sangat berapi-api oleh seorang

pejabat tinggi negara Kerajaan Pancala Radya, yang diundang secara khusus

untuk memberikan kuliah, dalam rangka menanamkan rasa nasionalisme dan

bela negara. Sambil berjalan keluar dari ruang kuliah umum, Sang Srikandhi

berbincang riuh penuh semangat dengan sejumlah sahabatnya. Suaranya yang

merdu, terdengar melengking nyaring, sesekali diseling dengan derai tawanya

yang khas. Meskipun Sang Srikandhi merupakan putri seorang raja, tetapi saat

berjalan bersama-sama dengan para sahabatnya, ia sama sekali tak terlihat

canggung, dan sama sekali tak terlihat seperti layaknya seorang putri pemilik

negeri Pancala Radya. Ia bahkan terlihat seperti remaja biasa, yang penuh

dengan idealisme. Mungkin, hal ini juga ditunjang pakaian sehari-harinya yang

cenderung terlihat praktis, seperti pakaian pria saja. Celana panjang jeans

berwarna biru tua, dengan kaos berlengan pendek warna putih, yang di bagian

depannya ada tulisan 'We love our country', seakan hendak menunjukkan bahwa

ia adalah seorang pembela negeri Pancala Radya. Memakai sepatu 'lars' yang

tingginya hampir selutut, dengan 'hak' yang agak tinggi, membuat dirinya

terlihat semakin anggun saja. Bunyi langkah dan sepatunya yang beradu dengan

ubin, menghasilkan bunyi ritmis, yang membuat semua orang berada di

sekitarnya menoleh kagum kepada Sang Srikandhi yang cantik, sexy, dan penuh

pesona.

Di dekat pintu gerbang keluar, Sang Srikandhi berhenti sejenak, dan dengan

diring senyum manisnya yang sangat khas, ia berpamitan kepada sahabat-

sahabatnya. Lalu, melambaikan tangannya kepada sahabat-sahabatnya, sambil

mengucap: "See you tomorrow...." Kemudian Sang Srikandhi berjalan menuju

para pengawal pribadinya yang sudah menunggunya di depan pintu

gerbang depan kampus Universitas Negeri Pancala Radya. Dengan sedikit

tergesa-gesa, para pengawal pribadinya itu membukakan pintu mobil dan

mempersilahkan sang putri naik. Pintu mobil sudah ditutup rapat, dan para

pengawal sudah pula duduk di mobil. Dan, perjalanan pulang pun dimulailah.

Di dalam mobil, seperti biasa pula Sang Srikandhi bertanya kepada komandan

satuan pengawal pribadinya: "Pak..., nggak lupa membelikan minuman kaleng

kesukaan saya?" Dengan cepat, komandan satuan pengawal pribadi membuka

kulkas yang ada di dalam mobil, lalu mengambil minuman kaleng kesukaan

Sang Srikandhi dan menyorongkannya kepada sang putri setelah membukakan

tutupnya. "Terima-kasih Pak", Srikandhi menerima minuman kaleng dan

langsung menenggaknya beberapa teguk.

"Eh...., Pak komandan, hari ini ada berita apa dari istana?" tanya Srikandhi tiba-

tiba kepada komandan satuan pengawal pribadinya, setelah beberapa lama

Page 93: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 93

mereka berdiam diri saja. "Nggak ada berita penting kok Mbak Srikandhi.

Cuma ayahanda tadi sempat menelepon saya. Kata beliau, Mbak Srikandhi

kalau sudah sampai di istana diminta menghadap ayahanda. Cuma itu saja berita

dari istana Mbak," jawab komandan satuan pengawal pribadi itu. "Ada apa ya?

Kok agak nggak biasanya, ayah ingin saya menghadap," tanya Sang Srikandhi

sambil agak mengernyitkan dahinya. "Waaaah, saya nggak tahu Mbak. Nanti

aja ditanyakan langsung kepada ayahanda."

Dialog itu terhenti, saat mobil mulai memasuki halaman istana, lalu berbelok ke

arah samping bangunan istana. Tepat di depan pintu samping istana, mobil

berhenti. Para pengawal pribadi segera membuka pintu mobil dan meloncat

keluar, lalu segera membuka pintu tempat duduk Sang Srikandhi.

"Silahkan Mbak...." kata pengawal pribadi yang membukakan pintu mobilnya.

"Terima-kasih Mas" jawab Srikandhi kepada pengawal pribadinya.

Srikandhi dengan anggun lalu berjalan perlahan menuju ruang ayahandanya,

diiring sejumlah pengawal pribadinya. Di benaknya tersusun sejumlah

pertanyaan: "Mengapa ayahanda memanggilku?" Sesampai di depan pintu

ruang ayahandanya, para pengawal pribadinya melapor kepada pengawal istana,

dan memberitahukan bahwa Sang Srikandhi sudah sampai dan hendak

menghadap ayahandanya. Pengawal istana yang menerima laporan itu, segera

masuk melapor. Beberapa saat kemudian pengawal istana itu keluar dan

mempersilahkan Sang Srikandhi masuk ke ruang istana ayahandanya.

Di ruang istana ayahandanya itu, bunyi langkah Sang Srikandhi yang memakai

sepatu 'lars' berhak tinggi itu terdengar bergema ritmis di ruang istana yang luas

dan indah. Dari kejauhan Sang Drupada, melambaikan tangannya kepada

Srikandhi dan menyapanya: "Hei Srikandhi putriku yang cantik! Ke sinilah,

ayah ingin mengatakan sesuatu kepadamu!"

"Ya ayah", jawab Srikandhi sambil mendatangi ayahandanya dan kemudian

mencium tangan kanannya, sambil agak membongkokkan badannya. "Ke

sinilah putriku. Duduklah yang nyaman. Ayah mempunyai berita bagus

untukmu. Dengarkan ya..."

Drupada lalu menceritakan kepada Srikandhi, tentang adanya penerimaan

pegawai baru di kalangan istana. Dan, khusus untuk Srikandhi dan sejumlah

putri istana, Drupada mengatakan bahwa ia telah membuat suatu keputusan

untuk menerima seorang instruktur, yang akan bertugas melatih mereka menari

dan bela diri. Menurut Drupada, hal ini didasarkan kepada kebisaan pelamar,

yang setelah diwawancara dan diuji oleh para pejabat tinggi istana, ternyata

memenuhi dua unsur itu. Dengan cermat Srikandhi mendengarkan ayahandanya

berbicara. Ia tak berkata sepatah katapun. Hanya saja, ia merasa sangat heran,

mengapa instruktur yang ditugaskan melatih dirinya adalah seorang pria. Di

kalangan istana Pancala Radya, khususnya untuk kebutuhan keputrian, selama

Page 94: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 94

ini belum pernah ada pria yang ditugaskan di sana. Jadi, jika benar instrukturnya

kali ini adalah seorang pria, maka hal ini akan merupakan peristiwa pertama kali

di Pancala Radya. Rupanya, apa yang menjadi pertanyaan di dalam hati

Srikandhi itu, tertangkap juga oleh Drupada.

"Begini Srikandhi...., ayah tahu perasaanmu yang sedikit galau dan heran,

begitu mendengar intsruktur baru yang ditugaskan melatih dirimu dan sejumlah

putri istana di keputren itu adalah seorang pria. Kan biasanya, instruktur untuk

urusan keputren Pancala Radya, diserahkan kepada wanita. Tapi, ayah kemarin

sudah bertemu orangnya. Memang benar dia seorang pria, tetapi peri-lakunya

seperti wanita. Dia itu kaum 'shemale'. Memang ayah merasa sedikit aneh juga,

karena dia mengatakan pandai menari dan awalnya dia memang melamar

sebagai instruktur tari. Ayah lalu ingat, guru tarimu yang sejak beliau

meninggal, tidak ada gantinya. Seingat ayah, banyak orang yang melamar untuk

menjadi pengganti gurumu itu, tetapi rupanya tidak ada yang mampu

menggantikannya. Hla kemarin itu, ayah sudah melihat sebentar dan selintas.

Memang belum bisa dikatakan melihat seluruh kemampuannya, tapi paling

tidak dari gerak oleh tari yang sempat diperagakan sebentar, ayah bisa membuat

kesimpulan, bahwa dia memang benar-benar penari yang sangat mumpuni. Dan,

setelah melihat dia memperagakan kebiasaannya, ayah lalu memutuskan untuk

menunjuk dia sebagai instruktur untuk mengajar tari di keputren Pancala Radya.

Ya..... karena dia kaum 'shemale', maka ayah berpendapat dia sama sekali tidak

berbahaya bagi putri-putriku. Dan lagi, kaum shemale itu hanya tertarik kepada

pria, dan sama sekali tidak tertarik kepada wanita." Sang Drupada bercerita

panjang lebar tentang instruktur tari yang baru saja diangkat dan ditugasinya.

Sejenak berhenti bercerita, Drupada lalu melanjutkan: "O ya..... Srikandhi....,

ayah hampir lupa, nama instruktur barumu itu Kandhi-Awan. Tolong diingat ya,

namanya Kandi-Awan. Nanti, kalau dia mulai bertugas tolong hormati dia

selayaknya seorang guru dan instruktur, dan jangan sekali-kali engkau meledek

atau mempermainkan dirinya ya. Jangan gara-gara dia termasuk

kaum shemale, lalu engkau meledeknya atau mempermainkannya. Jangan

sekali-kali melakukan hal itu ya....! Ingat baik-baik ya nasehat ayah yang satu

ini! Jangan sampai engkau menyinggung perasaannya! Ayah serius lo soal yang

satu ini. Bukannya apa-apa, engkau selama ini terkenal sebagai putriku yang

nakal, bengal, suka membuat onar, suka berkelahi, dan setiap kali para

pengawal pribadimu data melapor ke ayah, setiap kali pula sebenarnya ayah

merasakan pusing tujuh keliling memikirkan ulah dirimu," begitu kata-kata

nasehat Drupada secara 'khusus' kepada Srikandhi putri kesayangannya itu.

Mendengar penuturan ayahandanya, raut muka Sang Srikandhi lalu berubah

menjadi sedikit cemberut. Dan, dengan manja dan dengan gaya sedikit merajuk,

Srikandhi mengatakan kepada ayahandanya: "Ayaaaaah....., jangan begitu

doooong. Kan Srikandhi selama ini sudah banyak berubah. Masak ayah nggak

tahu? Berkelahi yaaaa masih terjadi sesekali sih, tapi kan sudah jaraaaaaaang

Page 95: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 95

sekali. Yang diingat ayah itu kok cuma yang buruk-buruk saja. Aneh sekali!

Padahal, Srikandhi sudah banyak berubah hlo. Coba dong lihat nilai ujian semua

mata-kuliah yang diambil Srikandhi belakangan ini. Angkanya tinggi-tinggi

kan.... Yang diingat ayah tentang Srikandhi, kok cuma yang jelek-jeleknya aja

sih? Coba dong lihat Srikandhi dari sisi baiknya juga.......," kata Srikandhi

nerocos, seperti mau menasehati ayahandanya.

Drupada ayahandanya tersenyum dan menimpali kata-kata putrinya: "Eeeee

Srikandhi....., bukannya ayah tidak tahu perkembangan dirimu. Tapi semua itu

kan fakta semata? Selama ini engkau kan memang terkenal sebagai 'trouble

maker' di kalangan keputren. Ha ha ha ha." Sang Drupada tertawa terkekeh-

kekeh. "Reputasimu itu lo, kan sudah sangat terkenal di berbagai kalangan.

Mungkin sudah tidak terhitung lagi peristiwa yang melibatkan dirimu. Sesekali

ayahmu ini tercengang-cengang melihat dirimu di tayangan stasiun TV Pancala

Radya, yang memperlihatkan engkau baku hantam dengan sejumlah pria

bergajulan. Memang engkau seringkali menang berkelahi. Tapi mbok coba

dibayangkan ta. Engkau ini anak siapa? Apa engkau sama sekali nggak

memikirkan dampak negatifnya? Apa jadinya jika setiap hari TV Pancala Radya

isi berita dan tayangannya cuma adegan perkelahian Srikandhi......?"

Lalu, setelah menghela nafas sejenak, Drupada melanjutkan: "Jangan dikira

ayahmu ini nggak memikirkan lo. Coba bayangkan, putri seorang raja besar

Pancala Radya, tiap hari beritanya masuk TV gara-gara membuat onar dan

berkelahi. Ha ha ha ha..... Cobalah engkau pikirkan, apa yang harus ayah

katakan, jika ada wartawan yang iseng menanyakan soal ini? Memangnya ayah

harus mengatakan bahwa putri ayah yang satu ini memang ditakdirkan

jadi 'trouble maker' dan pembuat onar? Kasihan dong sama para pejabat humas

istana, yang setiap kali mendengar engkau membuat ulah, kan mereka juga yang

kusut dan harus menghadapi wartawan pada waktu terjadi 'press conference'.

Sementara engkau? Menghilang lenyap tak berbekas, bak ditelan bumi! Ha ha

ha ha...." terbahak-bahak Sang Drupada....

Mendengar penuturan ayahandanya itu, makin cemberutlah muka Srikandhi.

Lalu dengan menyorongkan mukanya yang manja, ia menimpali:

"Ayaaaaah......, kan Srikandhi yang sekarang sudah banyak berubah! Srikandhi

janji deh, nggak akan membuat ulah dan onar lagi. Srikandhi sekarang, kan

sudah dewasa dan sudah jadi anak gadis yang pintar, baik hati, dan tidak

sombong....." Begitu kata Srikandhi dengan manja sejadi-jadinya kepada

ayahandanya.

Masih dengan senyum lebar, Sang Drupada berkata: "Iyaaaaa.... iyaaa,

Srikandhi. Ayah percaya, sekarang engkau sudah banyak berubah, dan katamu

sekarang sudah menjadi anak yang baik dan tidak sombong. Anak yang baik?

Tidak sombong? Tapi sejak kapan itu? Ha ha ha ha," kembali meledak gelak

Page 96: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 96

tawa terbahak-bahak Sang Drupada, terdengar nyaring memenuhi ruang istana

yang luas itu.

Lama sekali bapak dan anak itu berbincang berdua tentang berbagai hal di ruang

istana yang lengang dan sepi itu. Tak terasa hari sudah menjelang sore. Sambil

bergandeng tangan, keduanya berjalan perlahan-lahan masuk menuju ruang

dalam istana. Sang Respati sudah berada jauh di ufuk barat. Sisa-sisa sinarnya

cemerlang memancar bagaikan lajur-lajur emas bercahaya menjulur di antara

awan-awan yang berjalan perlahan, semakin lama semakin redup, sampai

akhirnya berubah menjadi malam. Perlahan-lahan Sang Sasadara yang sedang

purnama timbul, melayang di angkasa Pancala Radya, bagaikan sang dewi

malam. Haripun berubah menjadi malam. Hamparan jutaan kartika perlahan-

lahan membuai angkasa raya, berkedip-kedip seakan hendak bercerita tentang

perjalanan jutaan manusia di alam janaloka.

Di tempat peraduannya, Sang Srikandhi tiduran sambil termenung memandang

bintang-bintang di angkasa. Bayangannya melayang pada peristiwa

pertemuannya dengan ayahandanya siang tadi. Dia merasa tidak seperti

biasanya ayahandanya memperhatikan dirinya seperti itu. Rasanya itu

merupakan pertemuan dirinya dengan ayahnya yang paling lama. Biasanya

ayahnya hanya meluangkan waktu sebentar saja dengan dirinya. Biasanya

ayahandanya hanya bertanya tentang beberapa hal kecil, yang menurutnya tidak

penting. Menanyakan angka-angka hasil ujian, merupakan salah satu pertanyaan

klise yang paling sering diajukan. Dan, ia selalu menjawab juga dengan jawaban

klise juga. "Nggak ada masalah ayah.... everything under control...." Itu

merupakan jawaban yang paling sering ia gunakan untuk menjawab pertanyaan

ayahandanya. Tapi kali ini, ayahandanya seakan benar-benar meluangkan waktu

khusus untuk dirinya.

Malam semakin larut, Sang Srikandhi akhirnya tertidur lelap dengan mimpi-

mimpi indah yang melayangkan cerita berbagai peristiwa menakjubkan yang

dialaminya. Di bibirnya, tersungging senyum. Selimut yang menutupi tubuhnya,

seakan melenyapkan seluruh kehidupan hari itu dan menyimpannya di awan dan

bintang-bintang malam. Sebuah perjalanan malam penuh mimpi dimulai.........

____________________________

[1] Terjemahan bebas:

Telah berbunyi gamelan di malam hari,

Lembut mengalun bagai tersusun,

Nyanyian cerita lama,

Mengharumkan suasana malam,

Berhiaskan bulan dan bintang-bintang,

Sunyi sepi di malam hari.

Telah berbunyi gamelan hendak segera melagukan Talu,

Nyanyian suluk dan tembang nan indah,

Terbawa oleh samirana (angin),

Page 97: KUMPULAN CERITA WAYANG.pdf

Bram Palgunadi: Kumpulan cerita wayang untuk pengisi waktu 97

Nanyian pembawa cerita di malam hari,

Menyanyikan perjalanan manusia,

Menjadi penerang peri-laku utama.

[2] Terjemahan bebas:

Maka dimulailah peristiwa yang menawan hati,

Tergelar menyebar luas bias cahayanya....