12
Cerita ini menggambarkan sampai dimana keikhlasan seekor binatang dengan amalnya. Dahulu kala Sang Bodhisattva dilahirkan kembali sebagai seekor kelinci. Tempat tinggalnya di dalam rimba raya yang penuh dengan pohon-pohon yang rindang dan daun-daunnya yang berwarna hijau sepanjang masa. Rumahnya di dalam lubang kecil di tepi sungai. Karena tabiatnya yang halus dan peramah, maka semua penghuni hutan itu menjadi sahabatnya. Oleh karenanya ia merasa sangat bahagia. Tambahan lagi ia mempunyai tiga sahabat yang sangat akrab, yaitu seekor anjing air, seekor serigala dan seekor kera. Mereka merupakan empat serangkai yang tidak terpisahkan dan selalu bersama-sama. Seperti kata pepatah “ringan sama dijinjing berat sama dipikul”. Tidak ada satupun di antara kawan-kawannya yang mengira, bahwa kelinci itu bukanlah kelinci yang biasa. Mengapa demikian? Ya, karena kelinci itu demikian sederhananya, dan tingkah lakunya pun tidak berbeda dengan binatang-binatang lain. Tetapi kita tahu, bahwa kelinci itu adalah penjelmaan dari Buddha yang akan datang. Sebab itu ia memiliki sifat-sifat yang luhur. Dan keluhuran budinya itu ditunjukkannya dengan sederhana sekali. Tetapi yang terpenting baginya ialah menjalankan kebajikan beramal. Pada tiap-tiap kesempatan ia selalu menganjurkan supaya kawan-kawannya berbuat amal. Karena sangat rajin selalu menganjurkan berbuat amal, maka kelinci itu sangat menarik perhatian binatang-binatang lain. Hali ini sampai pula terdengar di khayangan, tempat tinggal para para dewa, terutama dewa Cakra, yang memerintah semua dewa-dewa sangat tertarik kepada kelinci itu. Timbullah pertanyaan pada diri Sang Cakra, apakah kelinci itu yakin benar akan apa yang dianjur-anjurkannya tentang

KUMPULAN CERITA DONGENG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

CERITA ANAK

Citation preview

Cerita ini menggambarkan sampai dimana keikhlasan seekor binatang dengan amalnya.

Dahulu kala Sang Bodhisattva dilahirkan kembali sebagai seekor kelinci. Tempat tinggalnya di dalam rimba raya yang penuh dengan pohon-pohon yang rindang dan daun-daunnya yang berwarna hijau sepanjang masa. Rumahnya di dalam lubang kecil di tepi sungai. Karena tabiatnya yang halus dan peramah, maka semua penghuni hutan itu menjadi sahabatnya.

Oleh karenanya ia merasa sangat bahagia. Tambahan lagi ia mempunyai tiga sahabat yang sangat akrab, yaitu seekor anjing air, seekor serigala dan seekor kera. Mereka merupakan empat serangkai yang tidak terpisahkan dan selalu bersama-sama. Seperti kata pepatah ringan sama dijinjing berat sama dipikul.

Tidak ada satupun di antara kawan-kawannya yang mengira, bahwa kelinci itu bukanlah kelinci yang biasa. Mengapa demikian? Ya, karena kelinci itu demikian sederhananya, dan tingkah lakunya pun tidak berbeda dengan binatang-binatang lain.

Tetapi kita tahu, bahwa kelinci itu adalah penjelmaan dari Buddha yang akan datang. Sebab itu ia memiliki sifat-sifat yang luhur. Dan keluhuran budinya itu ditunjukkannya dengan sederhana sekali. Tetapi yang terpenting baginya ialah menjalankan kebajikan beramal. Pada tiap-tiap kesempatan ia selalu menganjurkan supaya kawan-kawannya berbuat amal.

Karena sangat rajin selalu menganjurkan berbuat amal, maka kelinci itu sangat menarik perhatian binatang-binatang lain. Hali ini sampai pula terdengar di khayangan, tempat tinggal para para dewa, terutama dewa Cakra, yang memerintah semua dewa-dewa sangat tertarik kepada kelinci itu. Timbullah pertanyaan pada diri Sang Cakra, apakah kelinci itu yakin benar akan apa yang dianjur-anjurkannya tentang kebajikan beramal. Maka tidaklah tertahan lagi keinginannya untuk mengetahui hal itu, lalu dicarinya akal untuk mencoba keyakinan sang kelinci.

Dengan maksud itu ia turun dari khayangan dan menjelma menjadi seorang pendeta yang sudah tua usianya. Badannya dibuatnya berkerut dan sengsara seperti orang tua yang banyak menderita, miskin dan lapar.

Demikian pendeta itu sampai di hutan tempat tinggal kelinci. Tidak jauh dari rumah kelinci, ia merendahkan diri dan merintih-rintih minta tolong.

Seperti telah diterangkan di atas, kelinci itu selalu bersama kawan-kawannya. Demikian juga sekarang. Ketika mereka mendengar suara orang merintih minta tolong, berlari-larilah keempat binatang itu menuju tempat datangnya suara. Dan apakah yang mereka lihat? Seorang pendeta yang sudah tua, badannya kurus kering dan kepayahan.

Ibalah hati keempat binatang itu melihat kesengsaraan orang tua, apalagi seorang pendeta yang suci. Bertambahlah terharu mereka melihat sang pendeta hampir meninggal karena sangat lapar dan dahaga.

Tunggulah, kata mereka, Kami akan mencarikan makanan dan minuman. Ya, memang demikianlah, mereka harus mencari dahulu jika hendak makan dan minum. Anak-anak tentu mengerti juga, bahwa binatang-binatang hutan itu tidak mempunyai apa-apa di rumahnya. Mereka harus mencari makanan di mana-mana. Dan di mana saja terdapat makanan, di situlah mereka makan sampai kenyang.

Demikianlah, maka tidak lama kemudian si anjing air kembali dengan membawa tujuh ekor ikan. Ikan-ikan itu diberikannya semua kepada sang pendeta. Kemudian datanglah serigala membawa seekor kadal dan sedikit susu asam. Si kera datang pula dengan membawa beberapa buah mangga yang lezat-lezat. Dan akhirnya datanglah kelinci

Anak-anak tentu mengira kelinci itu membawa makanan yang enak-enak pula, bukan? Sebab tidaklah dia yang selalu menganjur-anjurkan supaya orang menjalankan amal! Tetapi, apa yang terjadi? Kelinci tidak membawa apa-apa. Satu butir makanan pun tidak ada padanya. Memang hari itu hari sial baginya. Dengan tangan hampa ia berdiri di hadapan orang tua itu. Ia sangat malu, lebih-lebih terhadap kawan-kawannya.

Dalam hati ia berkata, Ah, benar-benar binatang tidak berguna aku ini! Aku yang seringkali berbicara tentang kebajikan beramal, tetapi kenyataannya aku tidak mampu memberikan apa-apa kepada orang suci ini. Orang tua yang sangat memerlukan pertolongan dengan segera? Satu-satunya yang dapat kuamalkan kepadanya hanyalah badanku sendiri. Dan ini harus kulakukan!

Karena pendeta itu sebenarnya adalah dewa Cakra, maka ia dapat mengetahui pikiran orang lain. Oleh karena itu mengertilah ia akan maksud kelinci itu. Tetapi sebagai pendeta ia dilarang membunuh makhluk. Sekarang yang perlu diketahui ialah, apakah kelinci itu benar-benar menyerahkan badannya sebagai makanan? Dikumpulkannya beberapa batang kayu dan dibakarnya. Kemudian dengan diam ia memandang kepada kelinci.

Dengan tidak berpikir panjang lagi kelinci itu meloncat ke dalam api yang menyala-nyala. Dan matilah ia dengan ikhlas dan bahagia, dengan keyakinan, bahwa perkataan-perkataannya tentang amal telah dibuktikannya dengan perbuatan.

Dan untuk memperingati perbuatan kelinci yang penuh keikhlasan dalam menjalankan amalnya, maka dewa Cakra menganugerahi kepadanya keputusan untuk menghias menara istana-istana para dewa. Dan anak-anak pun bisa melihatnya di bulan purnama.Dongeng Singa dan Tikus

Pada suatu hari, ada seekor tikus kecil yang sedang asik mencari makan. Saking asiknya, dia tak sadar bahwa dia sudah berjalan terlalu jauh dari rumahnya hingga masuk ke dalam hutan yang cukup lebat. Sadar akan hal itu, si Tikus pun segera bergegas mencari jalan untuk pulang, tapi nasibnya sungguh malang, dia malah tersesat lebih jauh lagi ke dalam hutan. Lama dia mencari jalan untuk bisa pulang kerumahnya, tapi tikus itu belum juga mendapat jalan dan ahirnya kelelahan.

Tak terasa, waktu sudah hampir gelap. Tikus itu masih terus berusaha mencari jalan pulang. Tapi sepertinya hari ini nasibnya benar-benar buruk, ketika tengah kebingungan mencari jalan untuk bisa pulang, dirinya malah tak sengaja masuk di sarang seeekor singan yang tengah tidur pulas. Ranting yang tak sengaja diinjaknya membuat singa yang sedang tidur itu terbangun dan segera mencengkeram tikus itu dengan kuku-kuku tajamnya. Hai mahluk kecil.. berani benar kau mengganggu tidur ku. Jika sudah bangaun begini, harus ada yang bisa ku makan. Maka kau akan menjadi makan malam ku. Grrrr. Kata singa menggeram.

Mendengar singa yang tengah marah, si tikus malang itu menjadi sangat ketakutan. Dia pun memberanikan diri untuk angkat bicara maaf singa yang perkasa.. aku tak sengaja. Aku tersesat di hutan ini ketika sedang mencari makan. Aku sudah beruaha mencari jalan untuk keluar dari hutan, tapi malah tak sengaja aku malah masuk ke dalam sarang mu. Maaf kan aku.. kasihanilah anak-isteriku yang sedang menunggu ku di rumah. Aku janji, jika kau melepaskan aku, maka suatu saat aku akan membalas kebaikan mu. Kata tikus memelas.

Mendengar perkataan tikus, singa menjadi tertawa terpingkal-pingkal. Hahaha.. mahluk kecil seperti mu bisa apa? Hingga kau berani berjanji untuk menolong ku? Tapi baiklah.. karena kau sudah membuat ku tertawa dan aku juga kasihan dengan anak dan isteri mu, maka kali ini kau akan ku lepaskan. Kau jalanlah lurus kea rah utara, maka kau akan bisa keluar dari hutan ini. dan ingat..!! jangan sampai kau kembali lagi ke sini, atau aku akan memakan mu dan tak akan mengampuni mu. Kata singa. Mendengar itu, si tikus menjadi sangat senang. Tak henti-hentinya dia memanjatkan syukur dan bertekad akan menepati jajinya pada singa suatu saat nanti.

Tiga bulan sudah berlalu setelah kejadian itu, pada suatu pagi.. si tikus mencari makan seperti biasa. Kini dia hanya berkeliling di sekitar perbatasan hutan saja, karena takut jika kembali tersesat seperti dulu. Ketika si tikus tengah asik mencari makan, lamat-lamat dia mendengar suara erangan. Suaranya sudah sangat lemah. Dia pun mencari dari mana arah suara itu. Betapa kagetnya dia ketika melihat singa yang dulu pernah di temuinya tengah tak berdaya terjebak dalam jaring yang di pasang oleh pemburu. Tikus pun mendekatinya dan bertanya tentang perihal kejadian yang menimpa singa.

Ternyata, sudah tiga hari lamnya singa terjebak di situ. Dia sudah berusaha meronta dan berusaha keluar dari jerat jaring itu, tapi sia-sia. Ahirnya dia terkulai lemas karena kehabisan tenaga dan kelaparan. Mendengar kisah singa itu, si tikus menjadi iba. Lalu dia pun ingat pada janjinya dahulu, bahwa kelak dia akan membantu singa sebagai balas budi. Maka dia pun berkata pada singa Hai singa yang perkasa.. dahulu kau meragukan janji ku yang akan menolong mu karena ukuran tubuh ku yang kecil, Tapi kali ini mahluk kecil ini akan menunjukan bahwa dia bisa menepati janji meski ukuranya tak seberapa. Mendengar perkataan si tikus, singa sedikit kaget. Ternyata mahluk kecil itu masih ingat dengan janjinya dan bukan di buat alas an hanya sekedar untuk melarikan diri. Maka dalam hatinya, singa mengakui sifat yang di milikioleh si tikus.

Tikus itu lalu dengan segera menghampiri singa, dan menggigit tiap tali yang menjerat tubuh sang singan hingga semua tali itu putus. Ahirnya setelahbeberapa waktu, semua tali itu dapat di putuskan dan sang singa ahirnya bebas. Lalu singa menghampiri tikus dan berkata Terimakasih kau telah menolong ku. Kini aku mengakui keberanian dan kemampuan mu. Kemampuan tak di ukur dari bentuknya, tapi lebih dari apa yang mampu mereka lakukan. Maka mulai saat ini, aku mengangkat mu menjadi sahabat. Dan kelak jika kau butuh pertolongan ku, maka aku akan dating untuk membantu mu. Kata singan kemudian kembali ke dalam lebatnya hutan. Sementara si tikus segera kembali ke rumahnya. Hatinya merasa senang karena kini dia mendapat teman baru serta sudah mampu menepati jani yang pernah dia buat dulu.

TAMAT

DONGENG AYAM JAGO ELANG dan JARUM EMAS

Oleh muhammad rifai

Pada zaman dahulu,sebenarnya ayam dan elang adalah sahabat baik.Mereka hampir seperti keluarga.

Saling membantu dan menolong satu sama lain.Pada suatu hari ketika si ayam jago sedang asik mencari makan di pinggir hutan,tiba-tiba ada kucing hutan yang muncul dan ingin memangsanya.

Ayam jago pun berlari kencang sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri,tapi si kucing hutan tetap mengejarnya dengan gigih.

Kucing hutan yang kelaparan itu tak mau kehilangan mangsa yang sudah di depan mata.

Sedang si ayam jago berusaha berlari lebih cepat,karena dulu ayam tidak bisa terbang.Sama sekali tidak bisa terbang,hanya berjalan dan berlari di tanah.Ayam jago semakin terdesak,karena tentu saja kecepatan larinya tak bisa menandingi kecepatan kucing hutan.

Ketika keadaan semakin gawat,tiba-tiba sang elang datang.

Dia menyambar kucing hutan itu berkali-kali.Di patuk dan di cakar dengan paruh dan kukunya yang tajam.

Ahirnya kucing hutan itupun lari kembali ke hutan dengan luka dan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

"Hah..Hah..Terimakasih elang sahabat ku,untung kau datang.Kalau tidak,mungkin aku sudah di mangsa oleh kucing hutan itu".Kata ayam jago dengan nafas tersenggal-senggal karena lelah berlari.

"Sama-sama kawan.Bukankah sebagai sahabat kita memang harus saling membantu".Kata elang dengan tersenyum ramah.

"Memang sih..Tapi kan tak selamanya kamu bisa menolong ku..Yah contohnya seperti hari ini,aku termasuk beruntung karena kau datang.

Andai saja tadi kau tak ada,aku pasti sudah "tinggal nama"....".Kata ayam jago dengan wajah murung.

"Hei..Tenanglah kawan.Tak usah murung begitu.Mungkin ucapan mu memang benar.Andai saja aku bisa melakukan sesuatu untuk membuat mu bisa merasa tenang,pasti akan aku lakukan".Kata elang coba menghibur.

"Yah..Mungkin memang sudah takdir kawan.Aku ini cuma seekor ayam,takdir ku hanya bisa berjalan di atas tanah.Andai saja aku bisa terbang seperti mu,pasti tak ada lagi yang bisa mengganggu ku".Kata ayam setengah mengeluh.

"Hmm..Kalau itu keinginan mu,mungkin aku bisa membantu".Jawab elang.

"Benarkah?Bagaimana caranya?".Tanya ayam bersemangat mendengar kabar gembira itu.

"Bangsa burung mempunyai sebuah benda pusaka berupa jarum emas.Jarum itu kami gunakan untuk menyulam sayap-sayap kami agar kami bisa terbang.

Tapi..Jarum itu tak bisa di pinjamkan pada semua orang..Karena jarum itu adalah benda pusaka bangsa kami".Jawab elang.

"Wah benarkah?Apa kau juga tak bisa meminjamkanya pada ku?Kita kan sahabat baik,masa kau tak percaya pada ku?".Tanya ayam coba membujuk.

Elang mencoba berfikir dan membuat pertimbangan,tapi setelah ayam terus merengek dan membujuknya...Ahirnya elang pun meminjamkan jarum emas itu pada ayam.

"Nah gunakanlah dengan bijak.Jaga jarum emas ini baik-baik.Jangan sampai hilang.Karena aku yang meminjamnya dari raja burung.Jika sampai ada apa-apa pada jarum ini,maka bangsa elang yang akan menanggung aib dan di salahkan oleh semua bangsa burung.

Dan pesan ku..Setelah selesai kau pakai,simpanlah baik-baik sampai aku datang mengambilnya.Jangan kau pinjamkan pada siapapun tanpa seijin ku".Kata elang berpesan panjang lebar.

"Aku mengerti kawan.Aku berjanji akan memenuhi semua pesan mu.Dan jarum ini akan ku jaga baik-baik".Jawab ayam jago.

"Baiklah kalau begitu.Jarum itu aku percayakan pada mu.Tiga hari lagi aku akan datang untuk mengambilnya kembali".Kata elang kemudian terbang tinggi ke cakrawala.Setelah elang pergi,ayam jagopun cepat-cepat menyulam sayapnya dengan jarum emas.Dia tak sabar untuk segera dapat terbang.

Baru setengah sayap yang di sulamnya,dia tak sabar untuk segera mencoba.

Diapun menaruh jarum emas itu di atas batu,kemudian dia mencoba terbang naik ke atas pagar.

"Yuhuuu..Ahirnya aku bisa terbang".Teriak ayam jago dengan bangganya.Walau hanya baru setinggi pagar,dia sudah sangat merasa bangga.

Tiba-tiba si ayam betina datang.Dia sangat heran dan takjub melihat ayam jago yang bisa naik di atas pagar.

"Hai ayam jago,bagaimana kau bisa naik setinggi itu?".Tanya si ayam betina penasaran."Aku terbang untuk naik ke sini".Kata ayam jago membanggakan diri pada ayam betina."Wah..Terbang?!Bagaimana bisa?".Tanya ayam betina semakin penasaran."Tentu saja bisa.Aku menyulam sayap ku dengan jarum emas yang aku pinjam dari elang sahabat ku".Jawab ayam jaga sambil terus mengepakan sayapnya tanpa memperhatikan ayam betina."Wah..Hebat.Apakah aku boleh meminjamnya juga agar aku bisa terbang dan bertengger di samping mu".Kata ayam betina merayu."Wah..Tentu saja.Ambilah jarum itu di atas batu di sebelah mu.Lalu cepatlah terbang ke samping ku".Kata ayam jago dengan gembira.Dia telah lupa pada janjinya.

Si ayam betina pun segera menyulam sayapnya.Karena tak sabar ingin segera bisa terbang seperti ayam jago,sebentar-sebentar dia terus mencoba terbang.Begitu dia lakukan berkali-kali.

Dan ahirnya..Ayam betina pun bisa terbang ke atas pagar menyusul ayam jago.

Mereka berduapun sangat senang dan gembira sekali.

Setelah mereka puas bertengger,merekapun kembali turun untuk meneruskan menyulam agar bisa terbang sepenuhnya.

Tapi..Jarum emas yang mereka gunakan telah hilang entah kemana.Mungkin karena kibasan sayap ayam betina tadi,jarum itu terpelanting."Wah gawat..! Kau taruh dimana jarum emas tadi?".Tanya ayam jago."Aku tak tahu,aku lupa menaruhnya..".Jawab ayam betina."Kalau sampai jarum itu hilang,elang pasti akan sangat marah pada ku.Ayo kita segera mencarinya sama-sama".Kata ayam jago panik.Mereka berduapun segera mencari jarum itu.Mereka mencari di sekitar tempat itu.Mereka juga mencakar-cakar tanah berharap jarum itu mereka temukan,siapa tahu jarum itu terselip dan tertimbun ke dalam tanah.

Tapi sampai hari menjelang gelap,jarum itu tak mereka temukan.Dan pada esok hari mereka pun kembali meneruskan pencarian.Tapi sampai hari ketiga,jarum itu tetap tak di temukan.

Sampai pada ahirnya elang pun datang untuk mengambil jarum itu.Tapi setelah mendengar jarum itu telah hilang,elang sangat murka.Dia sangat marah karena ayam jago sahabatnya telah melanggar janji.Ayam jago telah meminjamkan jarum emas itu tanpa seijin sang elang,hingga membuat jarum itu kini hilang."Hai ayam..Beginikah kau balas semua kebaikan ku selama ini?Aku percaya pada mu,tapi kau menghianati kepercayaan ku.

Apakah kau tak sadar? Karena kecerobohan mu,bangsa elang yang menanggung akibatnya.Kami akan di asingkan dan di kucilkan oleh bangsa burung.Pokoknya aku tak mau tahu,kau harus tanggung jawab.Selama kau belum menemukan jarum emas itu,anak cucu keturunan mu tidak akan aman dari ancaman bangsaku".Kata elang kemudian terbang dengan membawa amarah yang meluap-luap.Dan karena kisah di atas,itulah yang jadi sebab elang selalu menyambar anak-anak ayam dan ayam juga selalu mencakar-cakar tanah ketika mereka mencari makan.Berharap mungkin mereka bisa menemukan jarum emas yang pernah mereka hilangkan.Dan kebiasaan itu terus berjalan sampai saat ini.Nah adek-adek yang manis,kita bisa mengambil hikmah dari cerita ini.

Jangan pernah menghiati kepercayaan yang di berikan kepada kita,karena itu akan membuat orang lain kecewa dan tak mempercayai kita lagi.

Dan satu lagi..Jangan pernah mengambil atau meminjamkan sesuatu tanpa seijin pemilik yang bersangkutan. :)