Upload
hatta-ata-coy
View
2.095
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal
pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam jenis tumbuhan, akar-
akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk
menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk
mempercantik diri. Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan oleh nenek
moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya,
hingga ke zaman kita sekarang. Di berbagai daerah di tanah air, kita menemukan
berbagai kitab yang berisi tata cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional. Di
Bali, misalnya, ditemukan kitab usadha tuwa, usadha putih, usadha tuju, dan
usadha seri yang berisi berbagai jenis obat tradisional. Dalam cerita rakyat seperti
cerita Sudamala, dikisahkan bagaimana Sudamala berhasil menyembuhkan mata
pendeta Tambapetra yang buta. Demikian pula relief cerita
Mahakarmmawibhangga pada kaki Candi Borobudur, menggambarkan seorang
anak kecil yang sakit dan sedang diobati dua orang tabib. Salah satu relief lainnya,
juga memperlihatkan kegiatan seorang tabib sedang meracik obat (Anonymous,
2009).
Di tengah-tengah serbuan obat-obatan modern, jamu dan ramuan
tradisional tetap menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat kita. Tidak hanya
1
masyarakat di pedesaan, masyarakat di perkotaan pun mulai mengkonsumsi obat-
obatan tradisional ini. Diberbagai pelosok tanah air, dengan mudah kita
menjumpai para penjual jamu gendong berkeliling menjajakan jamu sebagai
minuman sehat dan menyegarkan. Demikian pula, kios-kios jamu tersebar merata
di seluruh penjuru tanah air. Jamu dan obat-obatan tradisional, telah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat kita. Keragaman obat-
obatan tradisional di tanah air, telah memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, dan
kesehatan bangsa kita. Negara kita menjadi salah satu pusat tanaman obat di
dunia. Ribuan jenis tumbuhan tropis, tumbuh subur di seluruh pelosok negeri.
Belum semua jenis tanaman itu kita ketahui manfaat dan khasiatnya. Kita hanya
berkeyakinan bahwa Tuhan menciptakan semua jenis tumbuhan itu, pastilah tidak
sia-sia. Semua itu pasti ada manfaatnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
konservasi sumber daya alam, agar jangan ada jenis tanaman yang punah.
Kebakaran hutan bukan saja memusnahkan satwa dan fauna, tetapi juga
menimbulkan polusi dan meningkatkan suhu pemanasan global. Jamu dan obat
tradisional, sampai saat ini belum dikembangkan secara optimal. Produksi jamu
dan obat-obatan tradisional lebih banyak diproduksi oleh homeindustry. Hanya
sebagian kecil jamu dan obat-obatan tradisional yang diproduksi secara masal
melalui industri jamu dan obat tradisional di pabrik-pabrik. Untuk meningkatkan
kualitas, mutu, dan produk jamu serta obat-obatan yang dihasilkan oleh
masyarakat kita, diperlukan kerjasama seluruh pihak yang terkait. Kerjasama itu
dimaksudkan agar jamu dan obat tradisional yang dihasilkan dapat bersaing, baik
di pasar regional maupun global. Beredarnya jamu dan obat-obatan yang tidak
2
terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan, akan merugikan konsumen. Di
samping itu, secara ekonomi, beredarnya obat-obatan seperti itu justru akan
merusak citra obat tradisional. Citra yang rusak akhirnya akan memukul produksi
dan pemasaran obat-obatan tradisional, di dalam maupun di luar negeri.
Pemerintah, terus berupaya melakukan pengawasan demi meningkatkan
keamanan, mutu, dan manfaat obat tradisional. Hal ini dilakukan agar masyarakat
terlindung dari obat tradisional yang dapat menimbulkan efek yang tidak
diinginkan. Melalui penelitian dan pengembangan yang cermat dan teliti, jamu
dan obat-obatan tradisional dapat diarahkan untuk menjadi obat yang dapat
diterima dalam pelayanan kesehatan formal. Memang harus kita akui, bahwa para
dokter dan apoteker, hingga saat ini masih belum dapat menerima jamu sebagai
obat yang dapat mereka rekomendasikan kepada para pasiennya. Akibatnya,
pemasaran produk jamu tidak dapat menggunakan tenaga detailer seperti pada
obat moderen. Akhir-akhir ini, tampak adanya trend hidup sehat pada masyarakat
untuk menggunakan produk yang berasal dari alam. Oleh karena itu, jamu dan
obat-obatan tradisional perlu didorong untuk menjadi salah satu pilihan
pengobatan. Jamu dan obat-obatan tradisional harus didorong pula untuk menjadi
komoditi unggulan yang dapat memberikan sumbangan positif bagi meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kegiatan itu juga memberikan peluang
kesempatan kerja, dan mengurangi kemiskinan (Anonymous, 2010).
Obat tradisional ini (baik berupa jamu maupun tanaman obat) masih
banyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah
dalam upaya pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan
3
kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan (promotatif). Bahkan dari
masa ke masa obat tradisional mengalami perkembangan yang semakin
meningkat, terlebih dengan munculnya isu kembali kealam (back to nature)
(Katno, dkk, 2004).
Purwati (2004) Mengatakan bahwa pada saat sekarang, kecenderungan dan
kesadaran masyarakat semakin meningkat dalam penggunaan obat tradisional. Hal
ini dikarenakan utuk mendapatkan cara yang lebih murah dan aman dibanding
obat-obat moderen atau sebagai alternatif pengganti jika obat-obat moderen tidak
dapat lagi memberikan kesembuhan untuk menanggulangi masalah kesehatan
tertentu. Obat tradisional mendapat tempat tersendiri dihati masyarakat karena
konsep back to nature yang ditawarkan memberikan kesan aman dikonsumsi
seluruh keluarga. Minum obat tradisional sudah jadi kebiasaan dan khasiatnya
diyakini ampuh sejak zaman nenek moyang. Apalagi jika obat-obatan itu
didukung pengemasan yang baik, mudah didapat dan harganya murah.
Dibandingkan obat-obat moderen, memang obat tradisional memiliki
beberapa kelebihan, antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam satau
ramuan dengan komponen berbeda memiliki efek samping mendukung, pada satu
tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk
penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif (Katno, dkk, 2004).
Departemen kesehatan mendukung pengobatan tradisional yang
berkembang di Indonesia, terutama untuk mengantisipasi harga obat yang mahal.
Untuk itu telah terbit surat keputusan menteri kesehatan No.
0584/Menkes/SK/VI/1995 tentang pembentukan sentral pengembangan dan
4
penerapan pengobatan tradisional (sentral P3T). saat ini sudah terbentuk 12
sentral P3T di 12 propinsi, satu diantaranya di DKI Jakarta yang berkedudukan di
RSU. Dr. Cipto Mangunkusumo. Hari kesehatan nasional tanggal 12 November
1998 yang lalu pun bertemakan “kembali ke alam, manfaatkan obat asli
Indonesia”. (Dalimartha, S. 1999).
Sebagai gambaran, nilai jual obat tradisional pada tahun 1992 didunia
mencapai US $ 8 milyar , US $ 45 milyar pada tahun 2001 , dan dierkirakan akan
terus meningkat menjadi US $ 5 triliun pada tahun 2005 . secara nasional
permintaan obat tradisional cukup besar dan terus meningkat. industri obat
tradisional indonesia dari tahun ketahun terus meningkat. Peningkatan jumlah
industri obat tradisional tersebut signifikan dengan eningkatan total nilai jual
produk obat asli indonesia didalam negeri , yang mana 95,5 milyar ruiah pada
tahun 1991 meningkat hingga mencapai nilai 600 milyar pada tahun 1999 .
Survey perilaku konsumen daam negeri menunjukkan 61,3% responden
mempunyai kebiasaan meminum obat tradisional (Anonymous, 2009).
Melalui resolusi 1977 WHO menyatakan bahwa pelayanan kesehatan
masyarakat tidak dapat merata tanpa mengikutsertakan pengobatan tradisional .
Pengobatan tradisional dengan obat-obat tradisionalnya mempunyai latar belakang
sosial bdaya masyarakat dan dapat digolongkan sebaga teknologi tepat guna
karena bahan-bahan yang dipakai terdapat disekitar masyarakat itu sendiri ,
sehingga mudah didapat, murah dan mudah menggunakannya tanpa memerlukan
peralatan yang mahal untuk mempersiapkannya (Agoes,A, 1996).
5
Dalam penelitiannya Muchtaruddin menemukan bahwa pemakai jamu
lebih banyak wanita 54,6% berumur antara 24-25tahun, mempunyai pendidikan
SD, bekerja sebagai petani atau nelayan. Sedangkan Moeryati Sudibyo
menemukan bahwa ditapos 70,8% ibu menggunakan obat tradisional untuk
pengobatan dan 29,9% untuk tujuan suportif untuk kesehatan tubuh dan sesudah
melahirkan. Dengan uji statistik pengetahuan ibu merupakan faktor utama yang
mempungaruhi penggunaan obat tradisional , disusul oleh ketersediaan dan
kepercayaan (Agoes,A, 1999).
Atas dasar uraian diatas peneliti sangat tertarik untuk meneliti tentang
gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat tradisional bagi ibu
nifas di BPS Hj. Kamsinar Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti ingin mengetahui
bagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat
tradisional bagi ibu nifas di BPS Hj. Kamsinar.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas
6
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas ditinjau dari segi
pengetahuan.
b. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas ditinjau dari segi
kepercayaan.
c. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas ditinjau dari segi
penghasilan.
D. KEASLIAN PENELITIAN
Sebelumnya Supardi (1997) pernah melakukan penelitian dengan judul
Pola Pengobatan Sendiri Menggunakan Obat, Obat Tradisional dan Cara
Tradisional serta Pengobatan Rawat Jalan Memanfaatkan Pengobatan Tradisional
Di Lampung Selatan.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat untuk instansi/BPS
Sebagai bahan masukan bagi pemberi pelayanan kebidanan yang berada di
BPS untuk dapat memberikan informasi yang benar tentang obat
tradisional bagi ibu nifas.
7
2. Manfaat unutk Pendidikan
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan serta menambah referensi
buku di pendidikan, khususnya mengenai penggunaan obat tradisional
bagi ibu nifas.
3. Bagi peneliti/mahasiswa
Mengembangkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang
penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Obat Tradisional
1. Pengertian
Obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang
berasal dari tumbuhan, hewan dan mineral. Sediaan gelanik atau campuran
bahan-bahan tersebut secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman obat tradisional ini (baik berupa jamu maupun
tanaman obat) masih banyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari
kalangan menengah kebawah dalam upaya pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
serta peningkatan kesehatan (promotif). Bahkan dari masa ke masa obat
tradisional mengalami perkembangan yang semakin meningkat, terlebih
dengan munculnya isu (back to nature), (Katno, dkk, 2004).
Menurut Anief (2003) obat tradisional adalah obat jadi atau obat
berbungkus yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
mineral. Sediaan gelanik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang
usaha pengobatannya berdasarkan pengalaman.
WHO menyatakan pengobatan tradisional ialah ilmu dan seni
pengobatan berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman
praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah maupun tidak, dalam
9
melakukan diagnosis, prevensi dan pengobatan terhadap
ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial (Agoes, A, 1996).
2. Perkembangan Obat Tradisional Di Masyarakat
Ramuan/Obat tradisional banyak di manfaatkan secara turun-
temurun untuk pengobatan sendiri atau kalangan masyarakat dalam ruang
lingkup terbatas. Ramuan itu dikemas secara sederhana dalam bentuk cair,
rajangan, tapel, pilis dan parem. Pemanfaatannya untuk tujuan memelihara
kesehatan dan menjaga kebugaran jasmani serta untuk pengobatan
penyakit yang diderita sendiri ataupun orang lain sebagai penganti atau
pendamping pada pengunaan obat modern (Mursito, B, 2002).
Menurut Redaksi Agromedia (2003) kecendrungan meningkatnya
penggunaan obat tradisional didasari pada beberapa alasan sebagai berikut:
a Harga Obat-obatan buatan pabrik saat ini sudah semakin mahal,
sehingga masyarakat mulai menerima alternative pengobatan yang
murah dan mudah didapatkan tetapi tidak kalah manjurnya dengan
obat-obat buatan pabrik.
b Efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional sangat kecil,
bahkan beberapa jenis tanaman tertentu tidak menunjukan efek
samping sama sekali.
c Kandungan unsur kimia yang terkandung dalam obat tradisional
sebenarnya menjadi dasar pengobatan kedokteran modern.
10
Soesilo,S (1996) mengatakan bahwa alasan pemakaian obat
tradisional karena manjur dan cocok, sudah merupakan kebiasaan
keluarga, mudah didapat, murah dan lebih yakin akan khasiatnya.
B. Konsep Dasar Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa Nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam 3 priode, yaitu :
Puerperium Dini, Puerperium Intermedial dan remote Puerperium
(Mochtar, R, 1998)
Masa Puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada
keadaan yang normal. Dijumpai dua kejadian penting pada Puerperium,
yaitu Involusi Uterus dan proses laktasi (Manuaba, 1998).
Masa Puerperim atau masa nifas dimulai setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu akan tetapi, seluruh alat genetalia baru
pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan
(Winkjosastro,2003).
2. Tujuan Perawatan Masa Nifas
Dalma masa nifas ibu memerlukan perawatan dan pengawasan.
Perawatan masa nifas ini termasuk perawatan kebidanan, karena arti
kebidanan secara luas tidak hanya terbatas pada masa hamil dan bersalin
11
tetapi juga masa sesudah bersalin sampai uterus dan ovarium kembali
seperti semula, siap mengadakan kehamilan lagi, yang berarti proses
kebidanan akan seperti semuala kembali.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah untuk
memulihkan kesehatan umum ibu, untuk mendapatkan kesehatan emosi,
untuk mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi, untuk memperlancar
pembentukan Asi, dan Ibu dapat melaksanakan perawatan sampai masa
nifas selesai serta dapat memelihara bayinya dengan baik agar
pertumbuhan dan perkembangan bayinya normal. Tujuan-tujuan tersebut
akhirnya menuju kepada satu tujuan penting yaitu agar ibu dan anak sehat,
sehingga memperoleh keluarga yang sejahtera (Christina,1993).
Menurut Winkjosastro, (2002) tujuan perawatan masa nifas yaitu
menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologik,
mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayinya. Memberi pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi
dan perawatan bayi sehat.
3. Perawatan Masa Nifas
Perawatan masa nifas yang dilakukan dalam bentuk pengawasan
adalah sebagai berikut: Rawat Gabung, Pemeriksaan Umum tentang
kesadaran penderita dan keluhan yang terjadi setelah persalinan,
pemeriksaan khusus (vital sign, fundus Uteri, Payudara, lochea dan luka
jahitan), pemulangan ibu dan pengawasan lanjutan. Nasehat yang perlu
12
diperhatikan adalah diet ibu, pakaian, miksi, defekasi, pengeluaran ASI
dan perawatan puting susu serta kembalinya haid atau menstruasi
(Manuaba, 1998).
Mochtar, R (1993) mengemukakan bahwa pemeriksaan Postnatal
antara lain, meliputi ; Pemeriksaan umum, keadaan umum, payudara,
Dinding perut, Perineum, kandung kemih, Rektum, secret yang keluar
misalnya: Lochia, Flour albus, dan keadaan alat-alat kandungan.
Yang perlu diperhatikan untuk menjaga kebersihan ibu sesudah
persalinan atau masa nifas adalah, ibu mandi paling sedikit 2 kali sehari,
menjaga kebesihan kemaluan dan payudara, menjaga kebersihan badan
dan pakaian, mencuci tangan dan kaki setelah bepergian, menjaga
kebesihan gigi dan mulut serta makanan, menjaga kebersihan tempat tidur
dan menghindari merokok (Kusmiati, 1990).
Siklus kehidupan seorang wanita umumnya menempuh tahap-tahap
masa remaja, menjelang perkawinan, masa kehamilan dan melahirkan,
menyusui dan menopause. Dalam setiap tahap siklus kehidupan tersebut
dikenal perawatan-perawatan khusus. Masarakat dan kebudayaan kita
telah mengembangkan kebolehan-kebolehan yang diturunkan dalam
perawatan tersebut.
Setelah melahirkan, paraman dipakai pagi dan sore sesudah mandi
untuk memberi rasa segar dan menghilangkan kelelahan. Ramuan untuk
param tersebut antara lain mengandung jahe, kencur, minyak sereh, dan
bangle. Tapel digunakan juga agar perut menjadi kemps/kecil kembali dan
13
mengembalikan peranakan seperti semula. Ramuan tapel berisi kapur sirih
yang diberi minyak kayu putih dan jeruk nipis. Semakin lama ramuan
tapel semakin panas agar darah kotor yang masih tersisa dikeluarkan lebih
lancar. Selain itu ada juga pilis yang bertujuan mengembalikan kesejukan
pada mata, menghangatkan tubuh dan menghilangkan pusing kepala. Yang
memiliki kandungan rimpang akar tinggal bangle buah kapulaga, sintok
dan daun kemuning.
Untuk jamu setelah melahirkan, ramuannya antara lain terdiri atas
kunyit yang berkhasiat menyembuhkan luka dan mengeringkan koreng.
Selain itu kedaun berkhasiat sebagai obat anti kembung. Daun katuk
menurunkan panas, membersihkan darah dan memperlancar pengeluaran
air susu ibu. Kayu rapet berguna untuk menguncupkan rahim yang
membesar.
Selain jamu yang diminum, adapula ramuan yang dipakai untuk
perawatan dari luar misalnya Rempah rahasia wanita untuk cebokan dan
berendam, ramuannya mengandung daun sirih yang berguna untuk
menghilangkan bau badan serta berfungsi sebagai antiseptik dan
membersihkan lender-lendir. Ramuan rahasia wanita dan menyegarkan
Vagina, menghilangkan keputihan, menghilangkan bau yang tidak sedap,
membersihkan lendir, menghilangkan gatal-gatal dan menyembuhkan luka
atau peradangan (Tilaar, M, 1996).
Menurut Koesmariyah (2005), tapel yang terbuat dari aneka
rempah jejamuan ini dimaksudkan untuk menghangatkan daerah sekitar
14
perut. Selain untuk membantu merontokkan lapisan kulit perut yang
berwarna kehitaman akibat pemelaran selama kehamilan. Kendati
mengundang rasa gatal dan keinginan untuk menggaruk, sarannya, cobalah
tahan untuk tak menggaruknya. Cukup dielus-elus agar tak muncul
garis/guratan yang bukan tak mungkin membuat suami jadi tak berselera.
Sedangkan penggunaan pilis dengan cara menempelkannya di kening
dimaksudkan untuk merelakskan mata karena sifatnya yang
mendinginkan. Selain untuk menurunkan darah putih dari daerah mata.
Karena bila tidak, mata cenderung cepat belekan/ngeres seolah ada sesuatu
yang mengganjal terus yang membuat si ibu cepat lamur/rabun.
C. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi penggunaan Obat
Tradisional dan Obat Modern Bagi Ibu Nifas.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (Notoatmojdo, 2003).
Pengetahuan berarti apa yang telah diketahui dan lebih jelasnya
lagi bahwa pengetahuan adalah mengerti sesudah melihat,menghasilkan,
mengalami atau diajarkan (Poerwadaminto, 1993).
15
Penelitian Rogers (dalam Notoatmodjo, 2003) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) .
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut
3. Evolution (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
4. Trial, dimana objek mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima oleh sebab itu
“Tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
16
materi terserbut secara benar . Orang yang telah paham tentang materi atau
objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi criil sebenarnya aplikasi
disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tesebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilain-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
17
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan tentang obat tradisional merupakan Ilmu kuno yang
diperoleh dari warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Ilmu kuno yang
bermanfaat ini diketahui secara luas oleh masyarakat. Tidak dapat di
pastikan sejak ramuan tradisional digunakan untuk pengobatan namun
dari informasi yang berkembang pengobatan tradisional telah dilakukan
sejak zaman nenek moyang dan diwariskan secara turun temurun kepada
anak cucunya. Artinya, pengetahuan mengenai ramuan tradisional
diterimanya dari angkatan sebelumnya dan dipergunakan begitu saja
sesuai dengan pengalaman atau anjuran angkatan sebelumnya (Redaksi
Agromedia, 2003).
2. Kepercayaan
Kepercayaan adalah anggapan (keyakinan), sesuatu yang
dipercayai (dianggap benar), harapan dan keyakinan (Poerwadarminta,
2005).
Percaya adalah yakin atau mengakui kebenaran atas pengakuan
seseorang (Novia, 2001)
Kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa dirinya boleh
mengendalikan kehidupannya dengan baik serta segala cobaan yang
dihadapi dengan jayanya (Suhaimin, 2006).
18
Kepercayaan seringkali dikaitkan dengan keyakinan yang artinya
adalah suatu keadaan psikologis pada seseorang yang menganggap sesuatu
(Wikipedia, 2006).
Kepercayaan yang luar biasa terhadap keampuhan tanaman obat
terkadang menjadi sesuatu kekuatan besar pendorong bagi kesembuhan
penyakit tertentu. Secara umum, penyakit-penyakit yang relative mudah
diatasi dan terbukti keberhasilannya secara emperis adalah penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan kulit, perut, atau masalah pencernaan,
sakit kepala, luka dan kelahiran anak. Sementara tingkat kelahiran yang
masih tinggi dibeberapa pedesaan dan tingkat kepercayaan terhadap dukun
yang dapat digunakan untuk ibu-ibu sebelum maupun sesudah melahirkan
(Hidayat, S, 2005).
Efek samping negatif yang terkandung dalam obat tradisional
sangat kecil jika dibandingkan dengan obat-obatan moderen lainnya.
Alasannya bahan baku pembuatannya berasal dari alam berbeda dengan
obat moderen yang berasal dari hasil sintetik kimiawi. Selama mengikuti
takaran yang dianjurkan, proses pembuatan yang higenis dan cara
penyimpanan yang baik maka efek samping obat tradisional dapat
diperkecil (Redaksi Agromedia, 2003).
3. Penghasilan
Penghasilan adalah pendapatan yang diperoleh (yang diterima) dari
hasil kerja atau hasil usaha (DEPDIKBUD, 1999).
19
Tingkat perekonomian adalah tingkat perolehan uang yang
diterima oleh orang tua selama 1 bulan yang berasal dari berbagai sumber
dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang ditanggung. Untuk Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, kriteria pendapatan dibagi atas dua bagian
yaitu kota dan desa. Untuk kota yang dikatagorikan pendapatan rendah
adalah kurang dari Rp. 885.000,- pendapatan sedang sebesar Rp. 885.000,-
sampai dengan Rp. 1.603.000,- dan pendapatan tinggi adalah lebih dari
Rp. 1.603.000,-. Untuk desa yang dikatagorikan pendapatan rendah adalah
kurang dari Rp. 500.000,- pendapatan sedang sebesar Rp. 500.000,-
sampai dengan Rp. 900.000,- dan pendapatan tinggi adalah lebih dari Rp.
900.000,- (BPS, 2004).
Penghasilan seseorang atau keluarga memberi suatu dampak
kearah yang lebih baik atau ke arah yang lebih buruk. Dimana kurangnya
pendapatan akan menghambat aktifitas baik yang bersifat materialistis
maupun non materialistis seperti tingkat pendidikan. Besar pendapatan
seseorang atau keluarga mempunya hubungan erat dalam pemenuhan
hidup keluarga, menurut data BPS Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
2009, tinggi bila pendapatan perbulan ≥ Rp. 1.500.000,- rendah bila
pendapatan perbulan < Rp. 1.500.000,- (UMP NAD, 2009).
Menurut Redaksi Agromedia (2003) obat tradisional masih banyak
digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah.
Dengan tingkat harga yang tinggi terhadap obat modern maka penggunaan
20
obat tradisional dapat menjadi pilihan yang menguntungkan, dikarenakan
beberapa alasan, sebagai berikut :
a Harga obat tradisional lebih murah jika dibandingkan dengan obat
modern.
b Bahan obat tradisional mudah diperoleh disekitar lingkungan tempat
tinggal.
c Pengolahannya tidak rumit, sehingga dapat dibuat didapur sendiri
tanpa memerlukan peralatan yang khusus dan biaya yang besar.
21
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Penilaian
Alasan pemakaian obat tradisional adalah karena manjur dan cocok, sudah
merupakan kebiasaan keluarga, mudah didapat, murah dan lebih yakin akan
khasiat, dan telah dilakukan uji statistik bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor
utama yang mempengaruhi penggunaan obat tradisional, disusul oleh ketersediaan
dan kepercayaan (Soesilo, 1996).
Karena keterbatasan pengetahuan dan waktu yang tersedia dengan ini
penulis hanya meneliti dengan variabel independen pengetahuan, kepercayaan dan
penghasilan seperti yang tergambar pada kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
22
Pengetahuan
Kepercayaan
Penghasilan
Penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas
B. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil UkurSkala Ukur
Dependen1. Pengunaan Obat
tradisionalPemakaian Obat Tradisional Oleh ibu-ibu nitas
Wawancara Kuesioner AdaTidak
Nominal
Independen2. Pengetahuan Pemahaman ibu nifas
tentang obat tradisional
Wawancara Kuesioner BaikX ≥
KurangX ≤
Ordinal
3. Kepercayaan Segala sesuatu yang di yakini atau dipercaya oleh ibu-ibu nifas tentang manfaat/khasiat dari obat tradisional
Wawancara KuesionerPercaya
Tidak Percaya
Nominal
4. Penghasilan Pendapatan keluarga yang diperoleh setiap bulan atau pendapatan yang diproleh dari usaha yang telah dilakukan
Wawancara KuesionerTinggi≥ UMP
Rendah≤ UMP
Ordinal
23
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan
pendekatan cross sectional dimana penelitian ini ingin mengetahui gambaran
faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas
terhadap pengetahuan, kepercayaan dan penghasilan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan diwilayah propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
yaitu di BPS. HJ. Kamsinar lam ateuk Kecamatan Kuta Baro, kabupaten Aceh
Besar pada bulan Agustus 2010.
C. Populasi dan Sample
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu nifas yang pernah
bersalin di BPS HJ. Kamsinar Lam Ateuk Kecamatan Kuta Baro, Aceh
Besar. Berdasarkan data registrasi di BPS kamsinar pada bulan juni 2010
tercatat 25 orang ibu melahirkan di BPS Hj. Kamsinar.
2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling pada ibu-ibu nifas
yang pernah bersalin di BPS HJ. Kamsinar Lam Ateuk Kecamatan Kuta
Baro. Pada penelitian berlangsung kriteria sampel adalah :
24
1) Ibu Nifas dengan usia 0 – 6 minggu post partum
2) Bersalin di BPS Hj. Kamsinar
3) Bertempat tinggal di desa Lam Ateuk
4) Bersedia jadi Responden
D. Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang langsung
diperoleh dari lapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi
pertanyaan yang selanjutnya diisi oleh responden kecuali bila ada Responden
yang buta aksara dilakukan wawancara dan kemudian data tersebut
dikumpulkan untuk rencana pengolahan dan analisa data dan data sekunder
diperoleh dari BPS HJ. Kamsinar Aceh Besar Tahun 2010.
E. Instrumen Penelitian
Sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
lembar kuesioner yang terbagi dalam 2 bagian yaitu:
a. Bagian A merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti dengan
mengacu pada kerangka konsep yang mengukur pada tingkat penggunaan
obat tradisional bagi ibu nifas yang terdiri dari 1 (satu) pertanyaan. Bila
responden menjawab benar maka diberi nila 1 (satu), bila responden
menjawab salah maka diberi nilai 0 (nol).
b. Bagian B merupakan kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti
dengan mengacu pada kerangka konsep yang mengukur tngkat
pengetahuan responden tentang penggunaan obat tradisional yang sudah
disusun terdiri dari 10 pertanyaan. Bila responden menjawab benar maka
25
akan diberi nilai 1 (satu), dan bila responden menjawab salah diberi nilai 0
(nol).
c. Bagian C merupakan kuesioner juga dikembangkan sendiri oleh peneliti
dengan mengacu pada kerangka konsep yang mengukur tingkat
kepercayaan responden terhadap penggunaan obat tradisional, yang terdiri
atas 1 (satu) pertanyaan bila renponden menjawab benar maka diberi nilai
1 (satu), bila responden menjawab salah maka diberi nilai 0 (nol).
d. Bagian D juga merupakan kuesioner yang juga dikembangkan oleh
peneliti dengan mengacu pada kerangka konsep yang mengukur tingkat
penghasilan responden terhadap penggunaan obat tradisional bagi ibu nifas
yang terdiri dari 2 (dua) pertanyaan bila responden menjawab benar maka
diberi nilai 1 (satu), dan bila responden menjawab salah maka diberi nilai
0 (nol).
F. Pengelolaan Data dan Analisa Data
1. Pengelolaan Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut di
olah dengan cara sebagai berikut:
a. Editing, yaitu melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian
kuesioner yang meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang
diberikan oleh responden.
b. Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut mcamnya dengan
memberikan kode tertentu.
26
c. Trasfering, yaitu menyusun total nilai dari sub-sub variabel penelitian
untuk keseluruhan responden.
d. Tabulating, yaitu mengelompokkan responden berdasarkan katagori
yang telah dibuat untuk tiap-tiap sub variabel yang diukur dan
selanjunya di masukkan kedalam tabel frekuensi.
2. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data
univariat. Analisa yang digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif
untuk melihat distribusi frekuensi variabel yang diteliti baik variabel
dependent maupun variabel independent.
Data yang diperoleh diolah secara manual dan dianalisis secara
deskriptif untuk menghitung setiap variabel dengan rumus rata-rata sampel:
Keterangan :
= Rata-rata sampel
x = Nilai tiap sampel
n = Jumlah sampel
= Total nilai (Budiarto, 2002).
27
Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis
dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
P = Persentase
f = Frekuensi
n = Jumlah responden yang menjadi sampel (Budiarto, 2002).
28
x 100 %
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL BAGI IBU NIFAS DI BPS
HJ. KAMSINAR KECAMATAN KUTA BARO TAHUN 2010
No Responden :
Umur Responden :
Tgl Wawancara :
A. Obat Tradisional
1. Apakah pada masa nifas ibu pernah menggunakan obat tradisional?
a. Ada
b. Tidak
B. Pengetahuan
1. Obat tradisisonal adalah…….
a. Obat yang berasal dari ramuan bahan alam tumbuh-tumbuhan dan
hewan.
b. Obat yang berasal dari bahan alam yang diolah secara kimiawi.
2. Penyakit yang berhubungan denagn kuli, perut, sakit kepala, luka dan
kelahiran anak dapat diatasi dengan…….
a. Obat herbal
b. Obat tradisional
3. Menggunakan parem dan pilis pada masa nifas berpengaruh pada produksi
ASI………
a. Ya
b. Tidak
4. Menggunakan parem dan pilis pada masa nifas dapat memberikan……..
a. Rasa segar dan menghilangkan kelelahan
b. Rasa segar dan menghilangkan luka
29
5. Apakah mengkonsumsi …………….. pada masa nifas dapat melancarkan
ASI.
a. Daun sirih
b. Daun katuk
6. Minum air kunyit pada masa nifas dapat menyembuhkan…………..
a. Luka yang terdapat pada rahim ibu
b. Luka pada badan
7. Menggunakan pilis pada masa nifas dapat memberikan…………..
a. Kesejukan pada muka dan mata
b. Kesejukan pada mata dan menghilangkan sakit kepala
8. Ramuan yang mengandung daun sirih yang berguna untuk
menghilangkan……….
a. Bau badan dan membersihkan lendir-lendir
b. Lambung dan menurunkan panas
9. Adakah yang ibu ketahui tentang efek samping dari obat tradisional……
a. Ada
b. Tidak ada
10. Menurut ibu, apa keuntungan pemakaian obat tradisiona.
a. Harga lebih murah
b. Harga lebih mahal
C. Kepercayaan
1. Apakah ibu percaya denan khasiat yang yang ditimbulkan oleh obat
tradisional?
a. Percaya
b. Tidak percaya
D. Penghasilan
1. Berapa penghasilan keluarga ibu dalam sebulan?
a. ≥ Rp. 1.500.000
b. ≤ Rp. 1.500.000
30