51
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mineral (menurut Barry and Masson) adalah suatu benda padat homogen yang erdapat di alam, terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia pada batas batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. Di alam mineral dijumpai bermacam-macam dengan berbagai bentuk yang bervariasi, terkadang hanya terdiri dari sebuah kristal atau gugusan kristal- kristal dalam rongga-rongga atau celah batuan, tetapi umumnya mineral dijumpai sebagai kumpulan butiran kristal yang tumbuh bersama membentuk batuan. Bentuk kristal mineral merupakan suatu system tersendiri dimana setiap jenis mineral mempunyai bentuk kristal sendiri. System ini di kelompokkan menjadi enam yaitu : 1. Isometrik 2. Tetragonal 3. Hexagonal/Trigonal 4. Orthorhombik 5. Monoklin 6. Triklin

Kristal 1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kristal 1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mineral (menurut Barry and Masson) adalah suatu benda padat homogen

yang erdapat di alam, terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia pada

batas batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.

Di alam mineral dijumpai bermacam-macam dengan berbagai bentuk yang

bervariasi, terkadang hanya terdiri dari sebuah kristal atau gugusan kristal-kristal

dalam rongga-rongga atau celah batuan, tetapi umumnya mineral dijumpai

sebagai kumpulan butiran kristal yang tumbuh bersama membentuk batuan.

Bentuk kristal mineral merupakan suatu system tersendiri dimana setiap jenis

mineral mempunyai bentuk kristal sendiri. System ini di kelompokkan menjadi

enam yaitu :

1. Isometrik

2. Tetragonal

3. Hexagonal/Trigonal

4. Orthorhombik

5. Monoklin

6. Triklin

Kristalisasi dapat terjadi dari larutan, hal ini merupakan hal yang umum yaitu

bila larutan telah jenuh, selain itu juga jika temeratur larutan di turunkan. Benda

padat akan meleleh karena tigginya temperature yang membeku, membentuk

kristal-kristal bila mendingin.

Gas dengan unsur kimia tertentu akan dapat mengkristal, unsure tersebut

misalnya belerang, kristalisasi terjadi dari larutan peleburan, uap atau gas.

Meskipun telah di definisiskan kristalin tetapi di anggap sebagai mineral, tipe ini

di kenal ada dua macam yaitu :

1. Metamic mineral, dimana asalnya adalah kristalin yang kemudian struktur

kristalnya hancur. Umumnya senyawa dari asm lemah seperti zirkon

(ZrSiO4) dan Thorite (ThSiO4).

Page 2: Kristal 1

2. Mineral amorf, yang terjadi karena pedinginan yang ce[at sehingga tidak

terbentuk kristal. Mineral ini yang paling umum adalah opal, mineral

lempung, hydrated iron dan alluminium oxides.

Page 3: Kristal 1

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. MaksudMaksud dari pada praktikum mineralogi ini adalah untuk dapat memenuhi

persyaratan mengikuti ujian akhir praktikum mineralogi dan dapat mengikuti

praktikum-praktikum selanjutnya sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan

pada jurusan Teknik Pertambangan Institut Teknologi Medan. Serta untuk

mengetahui tata cara dalam melakukan pendeskripsian kristal.

1.2.2. Tujuan

Dalam kegiatan mempelajari dan melakukan praktikum Mineralogi, kita

dituntut untuk dapat :

1. Mengaplikasikan ilmu tentang kristal yang telah didapat sebelumnya.

2. Mengetahui defenisi dari mineral itu sendiri.

3. Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral.

4. Mampu melakukan penyelidikan secara fisik dari mineral.

5. Mengetahui keterdapatan mineral dalam batuan.

6. Mengetahui persentase komponen-komponen mineral.

7. Mengetahui aplikasi dari ilmu tentang mineral.

1.3. Aplikasi Mineralogi pada Bidang Geologi

Dalam bidang Geologi, mempelajari Mineralogi adalah sebagai dasarnya.

Karena mineral adalah satuan pembentuk Bumi dan pada dasarnya Bumi ini

dibentuk dari mineral-mineral yang menyatu dan membentuk batuan. Jadi, adalah

hal yang tidak mungkin jika mempelajari Geologi namun tidak mempelajari dan

menguasai Mineralogi. Karena Geologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari

Bumi.

Dengan mempelajari Mineralogi, kita akan dapat mengetahui bagaimana

Bumi ini terbentuk dari pembentukan mineral. Kita juga akan dapat mengetahui

bagaimana bisa batuan-batuan yang ada di Bumi ini terbentuk. Dengan

mempelajari Mineralogi, kita juga dapat mengenal sifat-sifat dari mineral itu

sendiri hingga dapat mengetahui apa kegunaannya. Kita tahu bahwa benda-benda

yang memiliki nilai tertinggi didunia sekarang ini salah satunya adalah mineral.

Mineral-mineral tersebut memiliki berbagai macam nilai guna dalam kehidupan

Page 4: Kristal 1

manusia, mulai dari sebagai perhiasan karena nilai estetikanya yang tinggi hingga

sebagai benda terpenting dalam usaha pengeboran khususnya minyak Bumi

karena sifat mineral tersebut. Mineral juga banyak digunakan dalam dunia

industri.

Dalam Geologi sendiri, Mineralogi adalah salah satu ilmu dasar dan

merupakan syarat untuk dapat melanjutkan studi pada tingkat berikutnya.

Khususnya Petrologi atau ilmu tentang batuan, yang tidak memungkinkan untuk

dapat dipelajari tanpa dasar Mineralogi. Karena batuan dibentuk dari mineral.

Page 5: Kristal 1

BAB II

PENGENALAN MINERAL

2.1. Pengertian Mineral

Dahulunya ilmu mineralogi memiliki dua defenisi mineral, yaitu :

1. Sebelum tahun 1977

Defenisi ini disebut sebagai “Defenisi Klasik”, yang dipelopori oleh Whitten,

Brook, Robinson, Barry, Mason.

Mineral adalah suatu benda padat yang anorganik yang terbentuk secara alami,

homogen (tidak dapat diuraikan lagi menjadi ukuran terkecil) yang mempunyai

bentuk kristal dan rumus kimia yang tetap. Jadi, menurut pengertian ini yang

termasuk mineral hanya berbentuk padat saja.

2. Sesudah tahun 1977

Defenisi ini disebut sebagai “Defenisi Kompilasi”, yang dipelopori oleh Potter

dan Robinson.

Mineral adalah suatu bahan zat yang homogen, anorganik yang terbetuk secara

alami yang mempunyai sifat-sifat fisik dan sifat-sifat kimia yang tetap. Jadi,

menurut defenisi ini yang termasuk mineral adalah juga cair daan gas seperti air,

air raksa, gas belerang tetapi minyak bumi dan batubara tidak termasuk mineral.

Persamaan dan perbedaan dari kedua defenisi tersebut, yaitu :

Persamaan defenisi mineral dari kedua defenisi tersebut adalah mineral

bersifat homogen yang mempunyai bentuk kristal (fisik) dan rumus kimia

yang tetap

Perbedaan kedua defenisi tersebut adalah menurut defenisi klasik mineral

adalah hanya benda padat saja, sedangkan menurut defenisi kompilasi mineral

adalah semua zat.

Jadi, dari kedua defenisi tersebut defenisi mineral adalah suatu benda padat

homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, dengan komposisi

kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara

teratur.

Mineral dapat juga kita definisikan bahan padat anorganik yang terdapat secara

alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu,

Page 6: Kristal 1

dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis.

Mineral dapat kita jumpai dimana-mana di sekitar kita, dapat berwujud sebagai

batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa mineral

tersebut mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar,

sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak. Mineral,

kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya,

sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya

memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan

sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai “kristal”. Dengan

demikian, kristal secara umum dapat di-definisikan sebagai bahan padat yang

homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi

yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya

bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.

Pengetahuan tentang “mineral” merupakan syarat mutlak untuk dapat

mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian

luar yang padat dari Bumi ini disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari

batuan, dengan mengambil “lithos” dari bahasa latin yang berarti batu, dan

“sphere” yang berarti selaput. Tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang kita

ketahui sekarang. Beberapa daripadanya merupakan benda padat dengan ikatan

unsur yang sederhana. Contohnya adalah mineral intan yang hanya terdiri dari

satu jenis unsur saja yaitu “Karbon”. Garam dapur yang disebut mineral halit,

terdiri dari senyawa dua unsur “Natrium” dan “Clorite” dengan simbol NaCl.

Setiap mineral mempunyai susunan unsur-unsur yang tetap dengan perbandingan

tertentu. Studi yang mempelajari segala sesuatunya tentang mineral disebut

“Mineralogi”, didalamnya juga mencakup pengetahuan tentang “Kristal”, yang

merupakan unsur utama dalam susunan mineral. Pengetahuan dan pengenalan

mineral secara benar sebaiknya dikuasai terlebih dahulu sebelum mempelajari

dasar-dasar geologi atau “Geologi Fisik”, dimana batuan, yang terdiri dari

mineral, merupakan topik utama yang akan dibahas. Diatas telah dijelaskan bahwa

salah satu syarat utama untuk dapat mengenal jenis-jenis batuan sebagai bahan

yang membentuk litosfir ini, adalah dengan cara mengenal mineral-mineral yang

membentuk batuan tersebut.

Page 7: Kristal 1

2.2 Proses Pembentukan Mineral

Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis,

maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari

mengenai proses pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-

mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana

keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya

yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi,

penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan

suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara

lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek biologis dan fisika.

Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-

logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas

magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat

dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah

ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara

mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya

akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.

Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat dibagi

atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang bernilai

ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.

1. Proses Magmatis

Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa,

lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat

dan bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai

membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral

yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis

ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1) Early magmatis, yang terbagi atas:

Disseminated, contohnya Intan

Segregasi, contohnya Crhomite

Injeksi, Contohnya Kiruna

2) Late magmatis, yang terbagi atas:

Page 8: Kristal 1

Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg

Residual liquid injection, contohnya magmatis Adirondack

Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa

Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein

2. Proses Pegmatisme

Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan

pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara

600˚C sampai 450˚C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya

Granit.

3. Proses Pneumatolisis

Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai

membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer.

Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan

samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses

sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan

yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut mineral

pneumatolitis.

Page 9: Kristal 1

4. Proses Hydrotermal

Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur

dan tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya.

Secara garis besar, endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :

1) Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :

Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.

Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi

dengan kedalaman yang besar.

Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena

dan Spalerite serta oksida besi.

Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z.

2) Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya :

Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada

endapan hipotermal.

Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat

dengan permukaan bumi.

Tekstur akibat “cavity filling” jelas terlihat, sekalipun sering

mengalami proses penggantian antara lain berupa “crustification” dan

“banding”.

Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan

Oksida Sn.

Proses pengayaan sering terjadi.

3) Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :

Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.

Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).

Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.

Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).

Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade structure”.

Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral

“gangue”-nya berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.

Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan

hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi

Page 10: Kristal 1

berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas

mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan batuan, yang

berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs,

Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan collapse), Solution

cavity filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space filling, Vessiculer

fillings.

5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)

Adalah prsoses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang

didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan

sangat penting dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan

metasomatic kontak telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol

oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi unsur-unsur

endapan mineral lainnya. Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang

sangat penting berupa pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara

serentak dimana terjadi penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineral-

mineral baru yang lain. Atau dapat juga diartikan bahwa penggantian mineral

membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang

digantikan. Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang

dibawa keluar oleh larutan dan merupakan kontak terbuka yang terbagi atas :

Massive, Lode fissure, dan Disseminated.

6. Proses Sedimenter

Terbagi atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.

7. Proses Evaporasi

Terdiri dari evaporasi laut, danau dan air tanah.

8. Konsentrasi Residu dan Mekanik

Terdiri atas :

Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lain-

lain.

Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai, alluvial dan

eolian.

9. Supergen enrichment

Page 11: Kristal 1

10. Metamorfisme

Terbagi atas endapan endapan termetamorfiskan dan endapan metamorfisme.

2.3. Mineral Pembentuk Batuan

Mineral-mineral pembentuk batuan dapat dibedakan atas :

2.3.1. Felsic Mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna terang dan

cerah serta mempunyai berat jenis yang kecil atau ringan.

Contoh :

Kuarsa

Sistem : Hexagonal (Prisma, Bipyramid dan kombinasi)

Berat Jenis : 2,65

Kekerasan : 7

Warna : Jernih atau putih keruh bila terdapat bersama Feldspar,

sering terdapat inklusi dari gas, cairan atau mineral lain

didalamnya, yang merupakan unsur pengotor dan sangat

mempengaruhi warna pada kuarsa, sehingga dari warna

yang ditunjukkan dapat diperkirakan derajat kemurnian

dari kuarsa tersebut.

Belahan : Tidak punya

Pecahan : Sebagai bahan baku utama atau pelengkap

- Industri gelas

- Industri refractory

- Industri pengecoran logam

- Industri ferro silikon

- Industri glass-wool

- Industri ampelas

- Industri bangunan dan semen

Variasi :

Kristal Gunung tak berwarna/jernih

Amethyst violet/ungu

Kuarsa Asap hitam kabut/coklat

Kuarsa Puan putih

Micro Kristal (Kaldeson)

Page 12: Kristal 1

Agat Hitam butir-butir

Yaspis Coklat hijau

Chert Coklat

Opal (SiO2NH2O)

Opal Padi Hitam

Opal Kayu Berserat coklat, hijau

Pasir Kuarsa

Feldspar

Dibedakan dalam dua golongan besar, yaitu :

1. Alkali Feldspar terdiri dari :

- Orthoklas

- Mikroline

- Sanidine

- Anothoklas

- Pertit

- Antipertit

2. Plagioklas terdiri dari :

- Albit

- Anorthit (Calsic)

- Oligoklas

- Andesin

- Bytownit

- Labradorit

Praktikum secara megaskopic hanya dapat membedakan Alkali Feldspar

(Didominir Orthoklas) dengan Plagioklas.

3. Orthoklas (KalSi3O8)

Merupakan Feldspar sumber utama dari unsur K yang ada dalam tanah.

Berat Jenis : 2,6

Kekerasan : 6

Warna : Abu-abu kemerahan atau tak berwarna

Sistem Kristal : Monoklin, Prismatik, memanjang sejajar atau membutir

Page 13: Kristal 1

dan masif.

Kilap : Vitreous luster dengan kenampakan transparent atau

transculent.

Penggunaan : Karena sifatnya yang tidak stabil sering dijumpai orthoklas

yang

terkonsentrasi dalam keadaan segar, tetapi ditemukan dalam

keadaan alterasi menjadi Serisit (Muscovite) dan Kaolinyang

merupakan bahan dasar industri keramik.

4. Plagioklas (NaCaAl2Si3O8)

Dalam penentuan antara Albit-Anortit, volume persentase An+Ab = 100%.

Jadi, antara Albit-Anortit menunjukkan anggota Isomorphus Series.

Albit lebih dikenal dengan Sodic Plagioclase (sebab banyak mengandung Na).

Sedang Anortit (Calcic) sebab mengandung Ca.

Sistem Kristal : Triklin

Berat Jenis : Albit = 2,26 ; Anortit = 2,76

Kekerasan : 6

Warna : Biasanya berwarna kekuning-kuningan putih dan

merah.

Belahan : Plagioklas punya Twining (kembaran).

Page 14: Kristal 1

Secara optik Plagioklas dapat dikelompokkan menjadi :

- Albit (NaAlSi3O8) Alkali Plagioklas KNaAl >> Asam

- Oligoklas

- Andesine

Calc Alkali Plagioklas

- Labradorit

- Bytownit

- Anortit (CaAlSi3O8) Calcic Plagioklas Ca >> Basa

Feldspatoid

Mineral ini disebut juga mineral penggaci Feldspar atau Feldspatoid, oleh

karena terbentuk bila dalam sebuah batuan tidak cukup terdapat SiO2. Dalam

batuan yang mengandung SiO2 bebas, mineral Feldspatoin tidak dapat dibentuk

karena yang akan terbentuk adalah Feldspar.

Mineral yang termasuk di dalam kelompok Feldspatoid (Foida), adalah :

Nefelin KNaAl2Si2O4

Leusite KAlSi2O6

Sodalite Na4Al3Si3O12Cl

Scapolite Ca4(Al2Si2O8)3(CO3)

Cancrinite Na3Ca(Al3Si3O12)CO3(OH)2

Analcite Na(AlSi2O6)H2O

Tetapi dari keenam jenis mineral Foid hanya dua yang umum dan sering

dijumpai yaitu Nefelin dan Leucite.

Nefelin (KNaAl2Si2O4)

Sistem Kristal : Hexagonal tetapi bentuk kristalnya jarang dijumpai,

biasanya masif dan fine grain.

Berat Jenis : 2,55-2,65

Kekerasan : 5,5-6,0

Page 15: Kristal 1

Belahan : Paralel permukaannya berbentuk prisma yang terdapat dalam

kristal- kristal besar.

Kilap : Vitrous Luster dan sering Greassy Luster.

Warna : Putih, Kuning, tetapi yang masif warnanya bervariasi,

abu-abu merah.

Nefelin berupa Rock Forming Mineral yang sering dijumpai pada batuan beku

dalam bentuk Dike.

Leucit (KAlSi2O6)

Sistem Kristal : Pseudo Isometrik dalam bentuk Trapezohedron

Berat Jenis : 2,45-2,50

Kekerasan : 5,50-6,60

Warna : Putih abu-abu

Leucit mempunyai bentuk halus dan kecil dan terkenal dengan nama Fine Grain

Matrix.

2.3.2. Mafic Mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna gelap dan

mempunyai berat jenis yang besar atau berat.

Contoh :

Olivin (MgFe)2SiO4

Merupakan kristaal-kristal campuran antara Mg2SiO4 dengan Fe 2SiO4 dalam

hal ini Mg selalu lebih banyak daripada Fe. Olivin kadang-kadang disebut dengan

Chrysolite, adalah suatu bentuk mineral yang merupakan mineral pembentuk

batuan terutama beku berwarna gelap.

Berat Jenis : 3,27-4,27

Kekerasan : 5,50-7,00

Kilap : Vitreous Luster

Umum terdapat pada batuan beku basa (Gabro, Basalt, Peridotite, Dunite).

Forsterite Fayalite

Mg2SiO4 Fe2SiO4

Olivin

Kelompok Piroksen

Merupakan kelompok mineral Silikat yang komplek dan mempunyai

hubungan erat dalam struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia

Page 16: Kristal 1

walaupun mereka mengkristal dalam dua sistem yang berbeda yaitu Orthorombik

dan Monoklin.

Secara struktur Piroksen terdiri atas mata rantai yang tidak ada habisnya dan

Tetrahedra SiO4 yang diikat bersama-sama secara lateral oleh ion-ion logam Mg

dan Ca yang berikatan dengan Oksigen, tetapi tidak secara langsung dengan

Silikon.

Sejak setiap ion Silikon berikatan dengan ion Oksigen dan setiap Oksigen dengan

Silikon lainnya atau ion logam menghasilkan ratio Si : O = 1 : 3 dan memberi

rumus kimia Piroksen MgSiO3 atau CaMg(SiO3)2 . Bentuk kristal Piroksen adalah

prismatik sedangkan belahannya spesifik. Komposisi kimia Piroksen secara

umum adalah W1-p(X3Y)1+pZ2O6 dimana simbol W X Y Z menunjukkan unsur yang

mempunyai jari-jari ion yang sama dan dapat mereplace yang satu terhadap yang

lainnya dalam struktur.

W = Na, Ca Y = Al, Fe, Ti

X = Mg, Fe, Li, Mn Z = Si dan Al dalam jumlah kecil

Ukuran atom dari W ke Z berkurang. Karena substitusi atom maka rumus

kimia Piroksen bervariasi. Dari rumus di atas p adalah o atau mendekati 0 untuk

Diopside Hedenbergite dan Gegirite Yodeite Series.

- p = 1 atau hampir 1 untuk Piroksen Series

- p = variasi untuk Piroksen Monoklin dan Pigionite

Unsur-unsur yang lebih lengkap dari Piroksen mungkin sebagai contoh adalah :

* Ozthopiroksen Mg, Fe +2 Fe+3Al(SiAlO3)2

* Diopsiede Hedenbergite CaMgFe(SiO3)2

* Augite (CaMgFe+2) (MgFe+2AlFe+3)(SiAlO3)2

Unsur-unsur yang digarisbawahi adalah unsur penting.

Dalam tubuh batuan vulkanik Piroksen adalah Augote Calcio rendah atau

Pigionite, sedang dalam batuan Plutonik Piroksen adalah Augite Piroksen

Orthorombik, kalsium hampir bebas.

Dalam petrologi biasanya secara megaskopis disebut saja Piroksen dengan ciri

warna hijau sampai hijau kehitaman mempunyai belahan dengan sudut lebih

kurang 900.

Page 17: Kristal 1

Kelompok Amphibol

Amphibole mungkin dapat dibagi menjadi lima seri, yaitu Anthopillite,

Cumingtonite-Qrunerite, Tremolite-Actinolite, Alluminian Amphibole, Sodic

Amphibole. Mereka ada hubungannya dalam sifat-sifat Kristalografi, sifat fisik

dan kimia.

Struktur Amphibole adalah type Tetrahedra SiO4 dalam struktur rantai ganda,

berupa dua mata rantai tunggal dengan disela-sela Tetrahedra dihubungkan oleh

bagian dari Oksigen, memberi ratio Si : O = 4 : 11 pengganti 1: 3 sebagai dalam

mata rantai tunggal. Dalam struktur mata rantai ganda menempati sejajar sumbu C

dan diikat bersama secara lateral oleh ion logam.

Kekuatan ikatan antara rantai-rantai tidak sekuat ikatan Si – O, ini

direfleksikan dalam serta yang berkembang baik atau keadaan prismatik dari

Amphibole dan dalam belahan prismatik.

Umumnya Amphibole membentuk seri Isomorf dan replacement yang Intensif

dari suatu ion oleh ion-ion lainnya mempunyai ukuran yang sama sehingga sangat

kompleks variasi komposisi kimianya.

Secara megaskopis untuk Amphibole sebut saja Hornblende belahan

membentuk sudut 540 dan 1260.

Amphibole dan Piroksen mempunyai persamaan terdapat dalam batuan beku

yang bersifat basa, dengan perbedaannya, adalah :

Amphibole : @ Komposisi kimianya mengandung O

@ Kristalnya panjang/Prismatik

@ Belahan membentuk sudut 1240

Piroksen : @ Komposisi kimianya tidak mengandung OH

@ Kristalnya lebih Pendek

@ Belahan berdiri saling tegak lurus

Kelompok Mika

Struktur Mika adalah type Tetrahedron dalam lembar-lembar. Tiap SiO4

mempunyai tiga Oksigen dan satu Oksigen bebas, sehingga komposisi dan

valensinya diwakili oleh (Si4O10)4-.

Page 18: Kristal 1

Jumlah Oksigen dalam Mika, dua diantaranya membentuk berupa kelompok

hidroksil. F adalah unsur minor yang konstan dalam Mika, ia mereplace OH dan

mungkin sebesar 6% dan Mika Lithia.

Kelompok hidroksil diikat oleh Al, Mg atau Fe sendirian. Struktur ini

membutuhkan lembar-lembar ganda dengan K ion terletek diantaranya.

Struktur lembar direfleksikan oleh belahan bawah pada semua Mika adalah

elastis dan bisa dibedakan Chlorite yang brittle.

Rumus umum Mika dapat ditulis : W(XY)2-3Z4O10)OHF)2 dimana W = K (Na

dalam Paragonite mineral yang sangat baik pada sekiot).

X, Y = Al, Li, Mg, Fe

Z = Ai, Al

Dari analisa kimia batuan telah membuktikan bahwa hanya beberapa unsur-

unsur saja yang bertanggung jawab membentuk kerak bumi.

Empat orang ahli melakukan analisa kimia sebanyak 5159 analisa batuan yaitu

: Washington, Clarke, Nigli, Daly, dengan unsur-unsur yang ada dalam kerak

bumi.

O = 24 % Fe = 5 % K = 2,5 %

Si = 27 % Ca = 3,5 % Mg = 2,5 %

Al = 8 % Na = 2,5 %

Ternyata jumlahnya baru 98 % sedang yang 2 % lainnya terdiri dari unsur-unsur

yang jarang terdapat.

BAB III

CARA PENDESKRIPSIAN MINERAL

3.1 Sifat Fisik Mineral

Setiap mineral mempunyai sifat-sifat fisik tertentu, dengan mengetahui sifat-

sifat ini, maka setiap jenis mineral dapat dikenal meskipun tidak semua sifatnya

yang secara khusus tidak memerlukan alat yang rumit. Adapun sifat-sifat fisik

yang diselidiki pada saat praktikumnya, yaitu :

3.1.1. Warna (Colour)

Page 19: Kristal 1

Warna dapat dilihat ketika terjadi beberapa proses pemindahan panjang

gelombang , beberapa menyerap panjang gelombang spesifik dari spectrum yang

dapat dilihat. Spectrum yang dapat dilihat terdiri dari warna merah, oranye,

kuning, hijau, biru, nila, dan violet.

Ketika terjadi pemindahan panjang gelombang akan mempengaruhi energi dan

akan terjadi perubahan warna dan jika permata itu mengandung besi biasanya

akan terlihat berwarna kelam, sedangkan yang mengandung alumunium biasanya

terlihat berwarna cerah, tetapi juga ada mineral yang berwarna tetap seperti air

(berkristal) dan dinamakan Idhiochromatic.

Disini warna merupakan sifat pembawaan disebabkan karena ada sesuatu zat

dalam permata sebagai biang warna (pigment agent) yang merupakan mineral-

mineral yaitu : belerang warnanya kuning; malakit warnanya hijau; azurite

warnanya biru; pirit warnanya kuning; magatit warnanya hitam; augit warnanya

hijau; gutit warnanya kuning hingga coklat; hematite warnanya merah dan

sebagainya.

Ada juga mineral yang mempunyai warna bermacam-macam dan diistilahkan

allokhromatik, hal ini disebabkan kehadiran zat warna (pigmen), terkurungnya

sesuatu benda (inclusion) atau kehadiran zat campuran (Impurities). Impurities

adalah unsur-unsur yang antara lain terdiri dari Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, dan

biasanya tidak hadir dalam campuran murni, unsur-unsur yang terkonsentrasi

dalam batu permata rendah.

Aneka warna batu permata ini sangat mempersona manusia sehingga manusia

memberi gelar “mulia” pada batu-batu itu, contoh intan yang hanya terdiri dari

satu unsur mineral yakni zat arang merupakan benda yang padat yang bersisi

delapan karena adanya zat campuran yang berbeda akan menyebabkan warna

yang berbeda : tidak berwarna, kuning, kuning muda, agak kebiru-biruan, merah,

biru agak hijau, merah jambu, merah muda, agak kuning coklat, hitam yang

dinamakan carbonado, hijau daun. Banyak mineral hanya memperlihatkam warna

yang terang pada bagian-bagian yang tipis sekali. Mineral yang lebih besar dan

tebal selalu memberi kesan yang hitam, tanda demikian antara lain diperlihatkan

oleh banyak mineral.

Page 20: Kristal 1

Warna hijau muda, jika warna tersebut makin tua berarti makin bertambah

Kadar Fe didalam molekulnya.

3.1.2. Kilap (Luster)

Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah

mineral, yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan

(refleksi). Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila

makin besar indeks bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya yang

dipantulkan.

Secara garis besar kilap (luster) dibedakan atas tiga kelompok, antara lain :

Kilap Logam (metallic luster)

Mineral-mineral opaq yang mempunyai indeks bias sama dengan 3 atau lebih,

bila mineral tersebut mempunyai kilap seperti logam.

Contoh : Galena (PbS), Magnetite(Fe3O4), Native Metal, Sulphide, Pyrite.

Kilap Sub-Metallic (Metallic Luster)

Terdapat pada mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6 sampai 3.

SContoh : Cuprite (Cu2O), Hematit (Fe2O3), Cinnabar (HgS).

Kilap Bukan Logam (Non Metallic Luster)

Mineral-mineral yang mempunyai warna terang dan dapat membiaskan,

dengan indeks bias kurang dari 2,5. Gores dari minera-mineral ini biasanya

tak berwarna atau berwarna muda. Kilap Bukan Logam (Non Metallic Luster)

terdiri atas beberapa bagian, yaitu :

Kilap kaca (vitreous luster)

Kilap yang ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas.

Contoh : Kuarsa, Carbonat, Sulphates, Silicats, Spinel, Garnet, Leucite,

Fluorite, Corundum, dan Halite

Kilap Intan (adamantine luster)

Kilap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau permata.

Contoh : Diamond, Cassiterite, Sulphur, Sphalerite, Zircon, dan Rutile.

Kilap Lemak (greasy luster)

Kenampakan kilap dari suatu mineral seperti lemak atau sabun.

Contoh : - Nepheline yang sudah teralterasi

- Halite yang sudah terkena udara

Page 21: Kristal 1

Kilap Lilin (waxy luster)

Kenampakan dari suatu mineral seperti lilin yang khas.

Contoh : Serpentinite, Cerragyrite

Kilap Sutera (silky luster)

Kilap seperti sutera yang terdapat pada mineral-mineral yang paralel atau

berserabut.

Contoh : Asbestos, Selcaite, Serpentinite, Hematite

Kilap Mutiara (pearly luster)

Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran

dan menyerupai mutiara.

Contoh : Talc, Mica, Gypsum

Kilap Tanah (earthy luster)

Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan sinar yang masuk

tidak dipantulkan kembali.

Contoh : Kaoline, Montmorilonite, Chalk, Diatomea, Pyrolusite

3.1.3. Cerat atau Gores (Streak)

Cerat atau gores adalah warna asli dari mineral apabila mineral tersebut

ditumbuk (dihancurkan) sampai halus. Goers ini penting untuk membedakan dua

kristal yang warnanya sama namun goresnya berbeda.

Mineral yang mempunyai kekerasan < 7 jika digosokkan pada lempengan

porselin yang kasar biasanya meninggalkan ditempat penggosokan tersebut suatu

garis yang karakteristik dan seringkali berwarna lain dari mineral itu sendiri.

Pirit yang warnanya kuning emas meninggalkan garis hitam.

Hematit (Fe2O3) yang berkilap kelogam–logaman atau memberi garis

merah darah.

Fluisvat memberikan garis putih (mineral yang berwarna terang tetapi

memberi garis putih).

3.1.4. Kekerasan (Hardness)

Kekerasan mineral umumnya diartikan sebagai daya tahan permukaan

mineral terhadap goresan (scratching), bila 2 mineral digoreskan satu sama lain

maka dikatakan mineral tersebut diadu kekerasannya. Bila dalam penggoresan

tersebut salah satu mineral tergores atau luka maka dikatakan kekerasan mineral

Page 22: Kristal 1

yang luka tersebut lebih kecil dari yang menggoresnya. Kekerasan tersebut

dinamakan kekerasan relatif oleh F. Mohs (1882).

Page 23: Kristal 1

Skala kekerasan mineral dari mohs adalah :

Tabel 3.1 Skala kekerasan mohs

Mineral Rumus kimia Skala relatif Skala kekerasan sebenarnya

Talc Mg3Si4O10(OH)2 1 12

Gypsum CaSO42H2O 2 32

Calcite CaCO3 3 135

Fluorite CaF2 4 163

Apatite Ca5(PO4)3F 5 395

Orthoklas K(AlSi3O8) 6 560

Quartz SiO2 7 750

Topaz Al2SiO4(FOH)2 8 1250

Corundum Al2O3 9 1900

Diamond C 10 8300

Misal suatu mineral digores dengan Calcite (H = 3) ternyata mineral itu tidak

tergores, tetapi dapat tergores oleh Fluorite (H = 4). Maka mineral tersebut

mempunyai kekerasan anatara 3 dan 4. Dapat pula penentuan kekerasan relatif

mineral dengan mempergunakan alat-alat sederhana yang sering terdapat disekitar

kita, misalnya :

Kuku jari manusia H = 2,5

Kawat tembaga H = 3

Pecahan kaca H = 5,5

Pisau baja H = 5,5

Kikir baja H = 6,5

Lempeng baja H = 7

3.1.5. Belahan (Cleavage)

Belah adalah kecenderungan batu permata untuk membelah kearah tertentu

menyusur permukaan bidang rata, lebih spesifik lagi ia menunjukkan kearah mana

ikatan-ikatan diantara atom relative lemah dan biasanya reta-retak menunjukan

arah belah.Belahan ialah sifat untuk menjadi belah menurut bidang yang agak

sama licinnya.

Pembagian jenis-jenis belahan pada mineral adalah :

Sangat Sempurna

Sempurna

Sedang

Page 24: Kristal 1

Buruk

Tidak ada belahan sama sekali

3.1.6. Pecahan (Fracture)

Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas

plastisitas dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah. Bila cara

pecahnya tidak teratur disebut dengan nama “Pecahan”. Pecahan dapat dibedakan

atas :

Choncoidal Fracture

Choncoidal fracture adalah apabila pecahan mineral menyerupai pecahan

botol atau kulit bawang.

Contoh : Quartz, Cerrusite, Obsidian, Rutile, Zincite, Anglesite

Gambar 3.1 Choncoidal Fracture

Hackly Fracture

Hackly fracture adalah apabila pecahan mineral seperti pecahan besi runcing-

runcing tajam serta kasar tak beraturan atau seperti bergerigi.

Contoh : Copper, Platinum, Silver, dan Gold

Gambar 3.2 Hackly Fracture

Even Fracture

Even fracture adalah apabila pecahan mineral dengan permukaan bidang

pecah kecil-kecil dengan ujung pecahan masih mendekati bidang datar.

Page 25: Kristal 1

Contoh : Muscovite, Biotite, Talc, dan Lempung

Gambar 3.3 Even Fracture

Uneven Fracture

Uneven fracture adalah apabila pecahan mineral menunjukkan permukaan

bidang pecahnya kasar dan tidak teratur. Kebanyakan mineral mempunyai

pecahan jenis ini.

Contoh : Calcite, Marcasite, Chromite, Orthoklas, Rutile, Rhodonite,

Pyrolusite dan Geothite

Gambar 3.4 Uneven Fracture

Splintery Fracture

Splintery fracture adalah apabila pecahan mineralnya hancur menjadi kecil-

kecil dan tajam menyerupai benang atau berserabut.

Contoh : Fluorite, Antigorite, Anhydrite, dan Serpentinite

Page 26: Kristal 1

Gambar 3.5 Splintery Fracture

Earthy Fracture

Earthy fracture adalah apabila pecahan mineral hancur seperti tanah.

Contoh : Kaoline, Biotite, Muscovite, dan Talc

Gambar 3.6 Earthy Fracture

3.1.7. Perawakan Kristal (Habit)

Perawakan ditentukan dari karakteristik kristal. Bentuk yang sempurna

jarang dijumpai dialam, karena pertumbuhan kristal sering mengalami gangguan.

Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi

sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik

yang berdiri sendiri maupun yang dalam kelompok-kelompok.

Bentuk khas mineral dialam ditentukan oleh bidang yang membangunnya,

termasuk bentuk dan ukuran relative bidang-bidang tersebut. Meskipun

perawakankristal bukan ciri mineral yang tetap (karena factor-faktor tersebut),

namun ada beberapa perawakan kristal masih dapat juga sebagai suatu ciri yang

dapat dipergunakan dalam penentuan jenis mineral.

Perawakan kristal dibedakan menjadi 3 golongan pada umumnya, yaitu

meniang atau berserabut, lembaran tipis dan membutir.

Page 27: Kristal 1

A. Meniang atau Berserabut (Elangated habit)

Meniang (Columnar)

Menyerat (Fibrous)

Menjarum (Acicular)

Menjaring (Recticulate)

Membenang (Filiform)

Merambut (Capillary)

Mondok (Stout)

Membintang (Stellated)

Menjari (Radiated)

B. Lembaran tipis (Flattened habit)

Membilah (Bladed)

Memapan (Tabular)

Membata (Blocky)

Mendaun (Foliated)

Memencar (Divergent)

Membulu (Plumose)

C. Membutir (Rounded habit)

Mendada (Mamillary)

Membulat (Colloform)

Membulat jari (Colloform radial)

Membutir (Granular)

Memisolit (Pisolitic)

Stalaktit (Stalactitic)

Mengginjal (Reniform)

3.1.8. Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)

Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkokan,

penghancuran, dan pemotongan. Macam-macam Tenacity, yaitu :

Brittle

Yaitu apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.

Contoh : Calcite, Quartz, Marcasite, dan Hematite

Sectile

Page 28: Kristal 1

Yaitu apabila mineral mudah terpotong dengan pisau dengan tidak berkurang

menjadi tepung.

Contoh : Gypsum, Cerargyrite

Malleable

Yaitu apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.

Contoh : Gold, Silver, dan Copper

Flexible

Yaitu apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.

Contoh : Talc, Gypsum, dan Mica

Ductile

Yaitu apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan apabila dilepaskan

maka mineral tidak akan kembali seperti semula.

Contoh : Copper, Silver, Olivine, dan Cerargyrite

Elastic

Yaitu apabila mineral dapat merenggang bila ditarik dan kembali seperti

semula apabila dilepaskan.

Contoh : Muscovite dan Hematite tipis

3.1.9. Berat Jenis (Specific Gravity)

Berat jenis adalah angka perbandingan antara massa jenis (density) suatu

mineral dibandingkan massa jenis (density) air. Untuk mengukur berat jenis suatu

mineral adalah dengan mengukur berat (massa) dan volume mineral tersebut.

Berat jenis mineral adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk analisa

mineral baik secara fisik maupun secara kimia.

3.1.10. Kemagnitan

Kemagnitan adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Dikatan sebagai

feromagnetik bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnit seperti mineral

Magnetit dan Phirotit.

Mineral-mineral yang menolak gaya magnit disebut dengan diamagnetik,

dan mineral yang hanya tertarik dengan gaya kuat dari elektromagnetik disebut

paramagnetik.

BAB IV

Page 29: Kristal 1

PENDESKRIPSIAN MINERAL

4.1. Native Element (Unsur Murni)

Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan

dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas

ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada

umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa

dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat

memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan.

Kelas mineral native element ini terdiri dari dua bagian umum.

Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya emas, perak, dan

tembaga.

Semimetal dan non metal (bukan logam). Contohnya antimony, bismuth,

graphite dan sulfur.

Sistem kristal pada native element dapat dibahgi menjadi tiga berdasarkan

sifat mineral itu sendiri. Bila logam, seperti emas, perak dan tembaga, maka

sistem kristalnya adalah isometrik. Jika bersifat semilogam, seperti arsenic dan

bismuth, maka sistem kristalnya adalah hexagonal. Dan jika unsur mineral

tersebut non-logam, sistem kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem

kristalnya orthorhombic, intan sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem

kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini

tinggi, kisarannya sekitar 6.

4.2. Sulfida

Golongan Sulfides merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam

dengan Belerang (S), misalnya Galena (PbS), Pirit (FeS2), Proustit (Ag3AsS3), dll.

Golongan Sulfida bukan merupakan pembentuk batuan akan tetapi merupakan

golongan yang penting yang unsur kimia pembentuk merupakan kombinasi

berbagai bentuk Belerang (S). Asal mula terbentuknya Sulfides sangat berkaitan

erat dengan pengendapan dari cairan panas atau aktifitas vulkanik atau gunung

api.

4.3 Mineral Oksida dan Hidroksida

Page 30: Kristal 1

Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari

kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O) dan gugus hidroksil

hidroksida (OH atau H).

Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara

oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral

oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka

juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah

besi, chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang

paling umum adalah “es” (H2O), korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan

kassiterit (SnO2).

Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran

atau persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH). Reaksi

pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti

oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-

unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah goethit (FeOOH) dan

limonite (Fe2O3.H2O).

4.4. Carbonat

Carbonates merupakan kombinasi antara logam/semi logam dengan anion

komplek, CO3 atau Nitrat, NO3 atau Borat (BO3). Contohnya: Kalsit (CaCO3),

Niter (NaNO3), dan Borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O). Termasuk mineral-mineral dari

senyawa asam karbon. Mineral-mineral ini berasal dari endapan dan metamorfosa

lapisan tanah dan batu. Mineral dari golongan ini dapat ditemukan pada batuan

beku dan batuan sedimen dan biasanya mengandung unsur CO3.

Contohnya : Dolomite (CaMg(CO3)2 ; Magnesit (MgCO3) ; Ankerite

(CaFe(CO3)2).

4.5. Mineral Sulfat

Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam

dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada

daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan

menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.

Page 31: Kristal 1

Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan

tungstat. Dan sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari

kombinasi logam dengan anion-anionnya masing-masing.

Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah anhydrite

(calcium sulfate), Celestine (strontium sulfate), barite (barium sulfate), dan

gypsum (hydrated calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate,

molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.

4.6. Silikat

Silikat merupakan komponen batuan utama terbentuk akibat pembekuan dan

pendinginan magma dan juga terbentuk akibat batuan mengalami metamorfosa

region-thermal. Golongan Silikat merupakan mineral yang jumlahnya meliputi

25% dari keseluruhan mineral yang dikenal atau 40% dari mineral yang umum

dijumpai. Kelompok mineral ini mengandung ikatan antara Si dan O. Contohnya:

Kuarsa (SiO2) ; Orthoklas (KAlSi3O8).

BAB V

KETERDAPATAN MINERAL DALAM BATUAN

Page 32: Kristal 1

Batuan yang ada dibumi ini adalah kumpulan dari mineral-mineral.

Mineral-mineral tersebut pada proses pembentukannya yang bermacam-macam

secara proses geologi tentunya tidak terbentuk sendiri. Mineral-mineral tersebut

terbentuk bersama dengan mineral-mineral lainnya yang berasal dari satu sumber

yang sama. Oleh karena itu, hanya sedikit jumlah mineral yang mempunyai atau

terbentuk dari satu unsur kimia saja. Mineral-mineral pada umumnya mempunyai

ikatan kimia antara unsur utamanya dengan unsur-unsur pembentuk lainnya,

kecuali kelas native element. Unsur-unsur pembentuk mineral yang berikatan

dengan unsur utama mineral umumnya juga menentukan kelas mineral tersebut.

Seperti unsur sulfat, phosfat, carbonat dan silikat.

Keterdapatan mineral pada batuan sangat beragam, karena proses

pembentukannya yang juga berbeda-beda. Namun pada dasarnya, seluruh mineral

dan juga batuan yang terbentuk berasal dari magma. Dsan akhirnya setelah

mengalami proses-proses geologi lainnya, maka terbentuk mineral dan batuan

tersebut hingga menjadi berbeda-beda.

Selain pengertian mineral sebagai pembentuk batuan, mineral juga adalah

sebagai pembagi atau pembeda batuan. Sehingga batuan terbagi menjadi tiga

bagian berdasarkan komposisi mineral pembentuknya. Selain itu, faktor yang juga

menyebabkan pembedaan batuan tersebut adalah komposisi kimia, tekstur dan

proses yang menyebabkan mineral itu terbentuk. Hal-hal tersebut juga masih

berkaitan dengan mineral-mineral pembentuk batuan.

Berdasarkan alasan tersebut, maka secara garis besar batuan yang ada di

alam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Batuan Sedimen

Batuan beku adalah batuan yang erat sekali proses pembentukannya dengan

proses pengendapan material sedimen klastik dan non klastik yang terdiri dari

material organik dan akibat proses kimiawi (evaporasi), yang diikuti oleh

kompaksi dari partikel material sediment tersebut serta sementasi yang

berlangsung pada bersamaan dengan terjadinya proses diagenesa dan material

sedimen.

2. Batuan Beku

Page 33: Kristal 1

Batuan baku adalah batuan yang terbentuk akibat proses pendinginan dari

magma, yang terjadi melalui dua macam cara yakni yang pertama melalu cara

plutonik yaitu sebagai akibat proses menerobosnya magma ( intrusi magmatik)

naik ke atas menuju permukaan bumi melalui rekahan-rekahan dan batuan

terbentuk secara mengkristal dengan perlahan seiring dengan menurunnya

temperatur dari magma, dan yang kedua melalui cara vulkanik yaitu melalui

letusan gunung api dimana magma mencapai permukaan sebagai lava atau

fragmen-fragmen yang dimuntuahkan gunung api.

3. Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah merupakan batuan ubahan atau malihan, yakni

batuan yang mengalami perubahan menjadi batuan metamorf akibat mengalami

perubahan tekanan dan temperatur yang tinggi. ( temperatur dan tekanan yang

terjadi lebih tinggi dari temperature dan pressure di permukaan bumi).

Perubahan temperatur dan tekanan yang tinggi inilah yang menyebabkan

terubahnya mineral-mineral asli penyusun batuan menjadi mineral-mineral yang

lain.

Dari analisa kimia batuan telah membuktikan bahwa hanya beberapa unsur

saja yang bertanggung jawab dalam pembentukan kerak bumi. Empat orang ahli

mengadakan analisa kimia sebanyak 5.159 analisa batuan, yaitu oleh Washington,

Nigli, Clarke dan Daly. Dengan unsur-unsur yang ada dalam kerak bumi.

Tabel 5.1 Persentase Unsur di Alam

No Nama Unsur Kimia Persentase di Alam

1 Silicon (Si) 27%

2 Oksigen (O) 24%

3 Alumunium (Al) 8%

4 Ferrum / Besi (Fe) 5%

5 Calsium (Ca) 3,5%

6 Natrium (Na) 2,5%

7 Kalium (K) 2,5%

8 Magnesium (Mg) 2,5%

Page 34: Kristal 1

Ternyata jumlahnya baru mencapai 98%, sedangkan sisanya terdiri dari unsur

yang jarang terdapat atau ditemukan. Sehingga berdasarkan jumlah

keterdapatannya dalam batuan, mineral dibedakan menjadi tiga bagian.

1. Mineral primer 3. Mineral tambahan

2. Mineral sekunder

5.1. Mineral Primer

Mineral primer adalah mineral yang keterdapatannya paling banyak dalam

batuan. Mineral ini umumnya terdapat lebih dari 10%, dimana mineral ini

mempengaruhi penamaan dalam batuan. Mineral-mineral primer atau utama ini

hampr semua anggotanya adalah dari kelas mineral silicate, khususnya yang

termasuk dalam Bowen Series.

Mineral primer ini pembentukannya pada umumnya terkait dengan proses

magmatis. Yaitu berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, yang

kemudian mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral.

Mineral-mineral ini umumnya terdapat pada batuan beku, yaitu batuan dari

hasil proses magmatis. Contoh mineral primer adalah kuarsa, orthoklas,

plagioklas, foid, feldspar, biotit, hornblende, piroksen, dan olivin.

Gambar 5.1 Bowen Series

5.2. Mineral Sekunder

Page 35: Kristal 1

Mineral sekunder adalah mineral yang terbentuk dari mineral utama yang

mengalami proses pelapukan pada batuan. Batuan, baik beku, sediment maupun

metamorf yang tersingkap diatas permukaan, bersentuhan dengan atmosfir,

hidrosfir dan biosfir akan mengalami proses pelapukan. Batuan akan terubah

secara fisik maupun kimiawi, di alam, kedua proses ini sulit dibedakan, karena

berlangsung secara bersamaan. Namun secara teoritis kedua proses ini dibedakan.

Proses pelapukan inilah salah satu proses yang mengubah permukaan bumi setiap

saat meskipun perubahannya tidak tampak dengan segera karena prosesnya yang

berlangsung dengan sangat lambat.

Pelapukan mekanik atau pelapukan secara fisik adalah pelapukan yang hanya

berlangsung secara fisik saja, secara mekanik dan tidak disertai perubahan kimia.

Sehingga yang berubah hanya bentuk fisiknya saja, sedangkan komposisi

kimianya tetap. Seperti yang semula mempunyai bentuk dan volume besar,

kemudian hancur menjadi bentuk yang kecil-kecil. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pelapukan fisik ini adalah rekahan, pertumbuhan kristal, tekanan

es, pengaruh suhu serta pengaruh makhluk hidup.

Pelapukan kimia adalah proses pelapukan yang terjadi pada batuan dan

menyebabkan berubahnya sifat atau komposisi kimia suatu batuan. Pada

umumnya pelapukan ini terjadi karena batuan atau mineral secara kimiawi dengan

zat-zat atau senyawa yang ada di alam. Beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya pelapukan kimia ini adalah hidrolisa, oksidasi, dan pencucian.

Beberapa contoh mineral sekunder ini adalah hematite, kalium feldspar,

orthoklas dan mineral lempung.

5.3. Mineral tambahan

Mineral tambahan atau sering disebut juga mineral aksesori ini adalah

mineral yang persentasenya sangat sedikit dalam batuan, namun selalu ditemukan.

Mineral ini jumlahnya kurang dari 10% dari seluruh komposisi batuan. Dan

karena keterdapatannya sangat sedikit, menjadikan mineral-mineral tambahan ini

memiliki nilai yang ekonomis yang tinggi. Pada umumnya mineral tambahan ini

digunakan untuk perhiasan seperti rutil. Namun ada juga yang digunakan dalam

Page 36: Kristal 1

industri dan memiliki nilai yang sangat tinggi seperti zircon. Contoh lainnya dari

mineral tambahan ini adalah turmalin.