Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
“KOTO” ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG
KERTAS KARYA
DIKERJAKAN
OLEH
INDRI SRI UTAMI
NIM: 142203045
PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkakn atas kehadiran Allah Yang Maha Esa.
Hanya karena berkat dan karunianya saya sebagai penulis kertas karya berjudul
“Koto Alat Musik Tradisional Jepang” ini dapat menyelesaikan kertas karya ini
sebagai persyaratan untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi
Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Banyaknya kekurangan dalam pengerjaan ini yang saya sadarin, materi
maupun penjelasan belumlah sempurna. Untuk itu saya harapkan kritik dan saran
yang membangun untuk di kemudian hari yang saya dapatkan.
Adapun pengerjaan kertas karya ini tak lepas dari dukungan dan bantuan
orang-orang terdekat. Untuk itu saya ucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono. M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Diah Syahfitri Handayani. M.Litt, selaku Ketua Jurusan Bahasa
Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Adriana Hasibuan SS M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik
dan Dosen Pembimbing dalam pengerjaan kertas karya ini yang telah
meluangkan waktu dan tempat untuk memberi arahan kepada saya.
4. Kepada seluruh staf pengajar Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
5. Untuk yang teristimewa, Ibunda yang saya cintai, Candra Prasadianti yang
dengan segenap jiwa dan raga membesarkan saya. Ayahanda, Suriadi.
Kakak tercinta Dian Sari Pratiwi dan adik kita tersayang Cynthia Ayu
Lestari.
6. Terimakasih pula saya ucapka kepada teman saya Elfira yang selalu
mengdengarkan keluh kesah saya. Kepada Rahmawati Lubis, Dinda Nuri,
Nurmaya Marisa dan Tika Murniati selaku sahabat seperjuangan selama
menempuh jalan perkuliahan yang selalu mendukung serta semua teman-
teman yang tidak bisa saya sebut namanya satu persatu.
Medan, Agustus 2017
Penulis,
Indri Sri Utami
NIM: 142203054
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................ i
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul ....................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 2
1.4 Metode Penulisan ................................................................................. 3
BAB II GAMBARAN UMUM ALAT MUSIK JEPANG
2.1 Pengertian Alat Musik ......................................................................... 4
2.2 Jenis-Jenis Alat Musik di Jepang ......................................................... 6
BAB III ALAT MUSIK KOTO
3.1 Pengertian Koto .................................................................................. 11
3.2 Sejarah Koto ....................................................................................... 14
3.3 Penggunaan Koto ............................................................................... 16
BAB IV KESIMPUAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 19
4.2 Saran ................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Jepang adalah salah satu negara di asia yang terkenal dengan budayanya yang
menarik. Bahkan dalam dunia yang berperang dalam globalisasi ini, Jepang masih
memegang unsur budayanya sendiri. Dari segi musik misalnya. Musik-musik
tradisional masih sering diperdengarkan pada kesempatan tertentu seperti; festival,
pertunjukan Kabuki ataupun ucapara adat. Selain itu alat-alat tradisional Jepang
masih dikembangkan hingga saat ini.
Alat musik tradisional Jepang yang terkenal ada beberapa jenis. Salah satunya
adalah koto. Koto adalah alat musik petik yang digunakan dalam ruang lingkup
istana pada zaman dahulu. Seiring bertambahnya waktu, alat musik koto mulai
populer di kalangan bangsawan sebagai alat musik yang elegan. Alat musik koto
berkedudukan sama dengan piano di Eropa. Dimainkan oleh anak perempuan
bangsawan sebagai sebuah prestasi. Alat musik yang menjadi juara dunia dalam
katagori alat musik rumahan yang bertahan melawan liburan siap pakai dewasa
ini.
Ketertarikan orang Jepang terhadap alat musik koto semakin tinggi karema
nada dari senar yang dimainkan terdengar lembut. Berbeda dari kebanyakan
musik di Jepang yang terdengar mencolok. Koto yang memang dimainkan solo
tanpa iringan membuat siapapun yang mendengarnya fokus pada nada koto itu
sendiri. Tak seperti shamisen atau biwa yang permainannya diiringin alat musik
Universitas Sumatera Utara
lainnya untuk menyempurakan nada. Koto adalah alat musik tradisional Jepang
yang sempurna karena itulah koto tumbuh di ruang lingkup istana pada awal
kedatangannya di Jepang.
Dengan semua ketertarikan akan alat musik koto seperti yang terjabarkan di
atas, penulis memilih untuk memperdalam pengetahuan tentang alat musik koto
yang elegan. Pengambilan judul utama “koto alat musik tradisional Jepang” untuk
kemudian dikembangkan berdasarkan pengertian, sejarah hingga ke penggunaan
koto itu sendiri dari masa ke masa.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengenal alat musik tradisional Jepang khususnya “koto”
2. Sebagai pembelajaran bagi kita untuk lebih mencintai budaya dan
mengembangkannya.
3. Sebagai syarat untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi
Bahasa Jepang.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam karya tulis ini, penulis membahas koto meliputi pengertian koto,
gambaran umum sejarah setra perkembangan alat musik koto di Jepang.
1.4 Metode Penulisan
Universitas Sumatera Utara
Penulis menggunakan metode perpustakaan dalam menyelesaikan karya tulis
ini. Dimana pengumpulan data dilakukan dengan merangkum data yang di baca
pada buku tertentu dan penjaringan dari internet. Data akan dibahas terlebih
dahulu kemudian didiskripsikan dalam kertas karya ini.
BAB II
Universitas Sumatera Utara
GAMBARAN UMUM ALAT MUSIK JEPANG
2.1 Pengertian Alat Musik
Alat musik adalah suatu instrument yang diciptakan atau dimodifikasi untuk
tujuan mengahasilkan musik. Pada prinsipnya, selaga sesuatu yang memproduksi
suara dan dengan cara tertentu dapat menghasilkan sebuah nada bisa disebut
sebagai alat musik. Walau demikian, istilah ini umunya mengarah pada alat yang
khusus ditujukan untuk musik. Ilmu untuk mempelajari sebuah alat musik dikenal
dengan sebutan Organologi.
Pada zaman dahulu alat musik diciptakan dari bahan-bahan yang ada di sekitar
masyarakat. Misalnya seperti berasal dari tumbuhan, kulit hewan atau kerang.
Seiring berjalannya waktu, alat musik banyak mengalami perubahan. Mulai dari
bentuk, bahan yang digunakan untuk menciptakan alat musik hingga nada yang
dihasilkan. Dengan perkembangannya, alat musik di dunia dapat dibedakan
menurut cara memainkannya, yaitu:
a. Alat musik pukul: alat musik yang menghasilkan suara sewaktu dipukul
atau ditambuh. Alat musik pukul dibedakan atas dua jenis yakni, bernada
dan tidak bernada. Contoh: Gendang.
b. Alat musik gesek: alat musik yang menghasilkan suara ketika senar
digesekan. Tinggi rendahnya nada pada alat musik ini tergantung pada
panjang-pendeknya dan tebal-tipisnya senar. Contoh: Biola
Universitas Sumatera Utara
c. Alat musik tiup: alat musik tiup menghasilkan suara ketika suatu kolum
udara di dalamnya digetarkan. Tinggi renndahnya nada ditentukan oleh
frekuensi gelombang yang dihasilkan. Terkait dengan panjang kolum
udara dan bentuk instrument. Contoh: Terompet.
d. Alat musik petik: alat musik yang menghasilkan suara ketika senar
digetarkan dengan cara dipetik. Tinggi nada ditentukan oleh panjang dan
pendeknya serta tebal dan tipisnya senar itu sendiri. Contoh: Harva.
Selain dibedakan berdasarkan cara memainkannya, alat musik juga
dikelompokan berdasarkan sumber bunyinya. Hal ini terkadi karena setiap alat
musik dibuat dari komposisi yang berbeda-beda. Sehingga sumber bunyi yang
dihasilkan juga berbeda. Contoh kecilnya adalah alat musik gendang. Gendang
adalah alat musik yang sumber suaranya berasal dari suatu pukulan. Biasanya
terbuat dari kayu dan kulit hewan. Namun tidak semua gendang terbuat dari kayu
dan kulit hewan yang sama. Ini mempengaruhi kualitas suara dari alat musik itu
sendiri.
Alat musik dikelompokan juga berdaarkan sumber bunyinya. Berikut adalah
pembagian alat musik bedasarkan sumber bunyinya:
a. Idiofon: alat musik yang sumber bunyinya berasal dari bahan
dasarnya. Contoh: Drum
Universitas Sumatera Utara
b. Aerofon: alat musik yang sumber bunyinya berasal dari henbusan
udara. Contoh: Suling
c. Kordofon: alat musik yang sumber bunyinya berasal dari senar.
Contoh: Kecapi
d. Membranofon: alat musik yang sumber bunyinya berasal dari
selaput atau membran. Contoh: Rebana
e. Elektrofon: alat musik yang sumber bunyinya berasal dari tenaga
listrik. Contoh: Keyboard
2.2 Jenis-Jenis Alat Musik di Jepang
Setiap negara memiliki alat musik yang berbeda. walau bentuk dan cara
memainkannya hampir sama, namun nada yang dihasilkan akan berbeda. Hal ini
terjadi karena alat musik di setiap negara dibuat dengan keadaan alam dan
geografis yang berbeda pula. Misalnya seperti kecapi dari Indonesia dan koto dari
Jepang. Bentuk kedua alat musik ini hampir sama, cara memainkannya pun
hampir sama, namun nada atau melodi yang dihasilkan berbeda.
Dalam bahasa Jepang musik berarti ongoku. On berarti suara dan gaku berarti
musik. Musik Jepang dari zaman dahulu adalah yang menarik karena memiliki
ciri khasnya tersendiri. Secara tradisional, musik Jepang terbagi atas dua bentuk.
Sejak zaman Nara dan Heian keberadaan dua jenis musik tradisional Jepang ini
sudah diakui sebagai musik Jepang tertua.
Universitas Sumatera Utara
Yang pertama adalah shoumyou. Shoumyou berarti nyanyian Buddha Jepang.
Sementara yang berikutnya adalah gagaku. Gagaku sendiri berarti musik istana.
Gagaku adalah musik klasik yang telah ada pada istana kekaisaran sejak zaman
Heian. Gagaku dibagi atas dua jenis. Kangen atau yang disebut sebagai musik
instrument dan Bugaku yaitu musik gagaku yang mengiringin tarian istana.
Berikut adalah beberapa contoh alat musik tradisional Jepang:
1. Shamisen
Shamisen adalah alat musik petik tradisioal Jepang yang memiliki bentuk
yang indah seperti gitar berleher panjang. Banyak anggapan tentang lekuk tubuh
wanita yang menjadi inspirasi dari pembuatan alat musik ini. Namun belum ada
hipotesis yang menyakinkan tentang itu.
Shamisen memiliki tiga senar dengan ketebalan yang berbeda. senar yang
lebih tipis akan mengahasilkan nada yang lebih tinggi dan sebaliknya, suara yang
lebih rendah akan dihasilkan oleh senar yang lebih tebal. Biasanya senar ini
terbuat dari sutra, namun sekarang ini senar shamisen lebih sering menggunakan
bahan sintetis.
Shamisen adalah alat musik yang tumbuh dan berkembang di kalangan
masyarakat biasa di Jepang sejak abad ke-7. Kayu untuk membuat shamisen
bernama koboku. Yaitu kayu yang sangat keras dan berasal dari India Selatan.
Bagian depan dan belakang shamisen dilapisi oleh kulit hewan agar suara yang
dihasilkan lebih keras. Kulit yang digunakan adalah kulit perut kucing betina yang
Universitas Sumatera Utara
belum kawin untuk kualitas tinggi. Sementara untuk kualitas yang lebih rendah
bisa menggunakan kulit punggung anjing sebagai lapis.
2. Taiko
Taiko dalam bahasa Jepang berarti gendang. Asal usul taiko sendiri belum
mendapat kepastian. Namun diperkirakan ada sejak abad ke-7. Ketika zaman
perang dulu, taiko digunakan untuk membangkitkan semangat para prajurit dan
sebagai alat komunikasi untuk memberi perintah tertentu. Taiko juga digunakan
dalam musik religius Buddha dan Shinto. Tidak hanya laki-laki, kaum perempuan
juga memainkan alat musik ini.
3. Biwa
Biwa adalah alat musik tradisional Jepang yang berbentuk seperti kecapi
berleher pendek. Hampir mirip seperti gitar. Biwa masuk ke Jepang sebelum
priode Nara. Biwa berasal dari Persia dan masuk ke Jepang melalui China sebagai
alat musik gagaku atau alat musik istana kekaisaran Jepang. Untuk memainkan
alat musik ini, biasanya menggunakan plektrum atau alat bantuk memetik senar.
Ada tiga variasi yang berbeda dari biwa. Yang pertama adalah Gaku biwa,
ciri-cirinya memiliki pasak yang tebal dan kecil untuk ukuran senarnya. Kedua
adalah Chikuzen biwa. Jenis ketiga dikenal sebagai Biwa Satsuma yang ditandai
oleh ukuran yang besar dengan jembatan yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
4. Sakuhachi
Sakuhachi adalah alat musik suling yang terbuat dari bambu. Masyarakat
sekarang mengenal alat musik ini dengan nama Fukusakuhachi. Berasal dari
zaman pertengahan era Kamakura yang dibawa oleh seorang biksu zen
bernama Kakushin. Biksu ini belajar di negeri China dan mempelajari lagu-
lagu sakuhachi untuk menyampaikan ajaran zen.
Sakuhachi dibuat dari bambu yang berada di dekat akar dengan diameter
3,2 cm sampai 4,0 cm. Ada lima lubang pengatur nada pada alat musik
sakuhachi. 4 lubang berada di bagian depan dan 1 berada pada bagian
belakang. Sisi dalam sakuhachi digosok hingga halus agar menghasilkansuara
yang hallus dan indah. Pada bagian mulut dipasangi tanduk rusa atau kerbau
agarlebih kokoh.
5. Koto
Koto adalah alat musik petik yang mirip kecapi yang berasal dari
Indonesia. penulis mengambil judul utama Koto untuk kemudian dibahas pada
bab selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
ALAT MUSIK KOTO
3.1 Pengertian Koto
Koto adalah alat musik tradisional Jepang yang menyerupai kecapi di
Indeonesia. Koto adalah alat musik gagaku atau alat musik istana yang
dimainkan secara tunggal. Tanpa iringan dari alat musik lainnya atau
nyanyian, suara koto jadi terdengar lebih menarik. Terlebih pada dasarnya
suara yang dihasilkan koto bernuansa sendu dan lebih lembut, tidak seperti
kebanyakan musik Jepang yang terdengar mencolok.
Badan koto terbuat dari kayu kiri atau kayu paulownia. Lalu bagian dalam
kayu itu dilubangi untuk membentuk kotak suara. Di bagian dalam koto, pola
khusus yang disebut Ayasugi diukir untuk memperbaiki nada. Bentuk koto
biasanya hanya persegi panjang dengan bagian kanan lebih tinggi dari pada
bagian kiri.
Di Jepang, koto diibaratkan sebagai naga atau Ryu. Bagian-bagian alat
musik koto juga dinamai sesuai dengan anggota tubuh naga, yaitu: Ryukaku
atau tanduk naga, Ryukou atau mulut naga dan Ryubi atau ekor naga. Dari
zaman dahulu, orang Jepang menghormati naga seperti dewa dan dianggap
sebagai makhluk mitos dengan priritual yang tinggi. Sama seperti naga, koto
bagi orang Jepang zaman dahulu adalah sebuah kemuliaan.
Universitas Sumatera Utara
Secara garis besar koto bisa dibagi atas dua jenis, yaitu Yamada koto dan
Ikuta koto. Jenis ini dibedakan berdasarkan teknik dan pengajaran koto.
Keduanya memiliki bentuk yang sedikit berbeda. Jika Yamada koto biasanya
berukuran enam kaki, maka Ikuta koto lebih panjang dan ramping. Perbedaan
ini juga terjadi pada tsume (kuku palsu) yang digunakan pengguna koto untuk
memetik senar. Jika Yamada kotomenggunakan tsume berbemtuk setengah
lingkaran seperti parabola, maka Ikuta koto menggunakan tsume dengan
bentuk persegi. Posisi duduk saat memainkan koto juga akan berbeda jika koto
yang dimainkan berbeda. ini karena bentuk tsume yang dipakai berpengaruh
pada posisi duduk saat memainkan koto. Pengguna Yamada koto biasanya
akan duduk disudut kanan koto dan pengguna Ikuta koto akan duduk pada
sudut miring ke koto.
Anatara koto dan senar terdapat penyanggah yang disebut ji. Untuk
mengatur nada dapat dilakukan dengan menggeser ji. Ji biasanya terbuat dari
kayu atau gading, namun untuk akhir-akhir ini ji terbuat dari plastik. Biasanya
koto dimainkan dengan menggunakan kuku palsu atau tsume yang dipakai
pada tiga jari di tangan kanan. Yaitu jari tengah, jari telunjuk dan ibu jari.
Penggunaan kuku palsu ini dilakukan agar saat proses pemetikan senar
menjadi lebih mudah dan nada yang dihasilkan juga semakin nyaring karena
getaran senar itu semakin besar.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa tektik untuk memainkan koto. Biasanya pemain koto akan
menekan senar dengan tangan kiri lalu memetiknya hingga menghasilkan
suara bernada vibrato (bergetar). Ada juga teknik seperti menyapu panjang
satu senar dengan dua jari. Ini menghasilkan desisan aneh. Selain itu ada
teknik memutar tali dengan tangan kiri. Ini menghasilkan perubahan pitch dan
nada yang sangat halus. Bagaimanapun teknik-teknik ini hanyalah teknik
dasar dari permainan koto. Masih banyak teknik lainnya yang lebih menarik
yang telah dikembangkan oleh para musisi koto.
Awalnya koto memiliki lima senar. Kemudian bertambah menjadi tujuh.
Pada priode Nara, senar pada koto bertambah menjadi dua belas senar dan di
zaman modren ini senar pada koto bertambah menjadi tiga belas senar.
Alat musik tradisional Jepang pada dasarnya hanya menggunakan lima
tangga nada, yaitu; “do re mi sol la”. Kurang dua dari musik Eropa yang
memiliki tujuh tangga nada, “do re mi fa sol la si”. Namun seiring berjalannya
waktu, musik Jepang banyak menyerap musik di luar Jepang sehingga
beberapa alat musik tradisional Jepang yang kita temui saat ini ada yang sudah
memiliki tujuh tangga nada.
Koto yang merupakan alat musik tradisional Jepang juga memiliki lima
tangga nada. Meskipun koto hanya menggunakan lima tangga nada dalam
permainannya, nada yang dihasilkan bisa mencapai 2,5 oktaf, lebih tinggi atau
rendah dari notasi pada umumnya. Hal ini terjadi karena koto memiliki tiga
belas senar. Walaupun begitu, dengan menyerap beragam tangga nada lainnya,
Universitas Sumatera Utara
musik koto bisa terdengar menjadi sedikit lebih berbelit namun menarik untuk
didengarkan.
3.2 Sejarah Koto.
Koto adalah alat musik yang berasal dari China, yaitu Guzheng. Kata koto
awal mulanya digunakan untuk semua alat musik yang memliki senar di Jepang.
Penggunaan kata yang praktis ini memang khas Jepang. Namun, bagaimanapun
tetap merujuk pada salah satu alat musik yang sumber bunyinya beraal dari senar
yang dipetik berbentuk persegi panjang.
Koto merupakan alat musik yang awal kedantangannya di Jepang adalah
sejak abad ke-7. Disebut berasal dari daratan China dan dimainkan sebagai bagian
dari musik istana untuk kaisar Jepang. Koto menjadi terkenal di kalangan
masyarakat sejak abat ke-17. Hal ini terjadi karena Yatsuhashi Kengyo, seorang
maestro koto, menciptakan karya-karya legendaris, yaitu Hachidan (delapan
babak) dan juga Midare (lagu berirama lepas). Yatsuhashi kengyo menciptakan
pakem dasar untuk lagu-lagi koto atau yang disebut sokyoku.
Dasar musik istanna atau musik aristokat diciptakan dengan menggunakan
nada “do re mi sol la” atau “re mo sol la si”. Cara ini disebut Yo-onkai yang
memiliki nada telatif riang.sementara Yatsuhashi Kengyo membuat Hirajoshi,
sebuah nada datar yang di dalam tangga nadanya menggunakan “mi fa la si do”
yang diantaranya ada semitone sebagai nada dasar. Nada ini disebut In-ongkai,
yaitu musik yang bernuansa lebih sendu dan menggugah emosi sehingga
masyarakat Jepang pada zaman itu kerap terharu mendengar musik koto. Setelah
Universitas Sumatera Utara
memperkenalkan hirajoshi, sokyoku sangat berkembang dan digemarin sehingga
diakui sebagai musik rakyat Jepang.
Yatsuhashi Kengyo sebagai pencipta sokyoku meninggal dunia pada tahun
1685. Meninggalkan karya legendaris terbaiknya dan dikenang hingga saat ini. Di
tahun yang sama dengan kematiannya, Bach yang di kenal sebagai pencipta musik
barat lahir. Hal ini menjelskan bahwa musik koto jauh lebih tua dan bersejarah
dari pada musik barat.
Walau pada mula keberadaannya koto adalah alat musik tunggal, pada
abad ke-17 juga koto terlihat digunakan sebagai iringan tarian dan pertemuan
khusus. Ada pula koto yang dimainkan dengan koto lainnya (lebih dari satu koto).
Hal ini terjadih karena seorang guru bernama Ikuta Kengyo mendirikan sebuah
sekolah koto dengan gaya musik yang baru. Inovasi besarnya adalah
menggabungkan koto dengan shamisen dan mengembangkan musik yang lebih
menekankan pada peran instrumennya dari pada vocal.
Pada abad ke-18, guru koto lainnya beralih ke musik shamisen untuk
mempelajari gaya baru dalam permainan koto juga. Yamada Kengyo meminjam
gaya berbagai bentuk shamisen edo negatif. Di bawah pengaruh seperti ini,
sekolah Yamada mengembangkan gaya baru di mana jalur suara lebih penting.
Perbedaan utama antara sekolah Ikuta dan Yamada masih dijelaskan dalam hal
orientasi instrument dan vocal masing-masing.
Pada abad ke-20, musik koto telah menjadi yang paling sukses dari semua
bentuk alat musik tradisional Jepang dalam upaya membangun gaya musik baru
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan gagasan barat. Pria yang paling terkenal dalam bidang ini adalah
almarhum Miyagi Michio. Terjatuh dari kereta yang melaju cepat membuat
kematiannya menjadi terlalu dini, yakni pada tahun 1959. Hal ini menyebabkan
berakhirnya karir yang begitu cemerlang.
3.3 Penggunaan Koto
Seperti yang kita tahu bahwa Jepang adalah negara yang menghargai
budaya leluhur mereka. Walau banyak perubahan yang terjadi akibat globalisasi,
Jepang masih tetap mencoba mempertahankan budayanya. Begitu juga dengan
alat musik tradisionalnya.
Sama seperti di Indonesia, alat musik tradisional Jepang juga masih sering
dipertunjukan di kesempatan-kesempatan yang ada. Berikut adalah penggunaan
koto dari masa ke masa.
a. Penggunaan Koto pada Zaman Dulu
Sudah dijelaskan bahwa koto adalah alat musik istana atau yang disebut
sebagai gagaku ketika Jepang mengenalnya. Alat musik petik ini dimainkan untuk
menghibur kaisar Jepang dulunya. Namun pada abad ke-17, koto mulai dimainkan
oleh masyarakat kalangan bangsawan. Jika piano adalah alat musik elit di neraga-
negara Eropa, makan sama halnya dengan piano, koto pun begitu.
Anak-anak perempuan di kalangan bangsawan akan diminta oleh orang tuanya
untuk mempelajari dan menguasai tekni koto. Hal ini terjadi agar anak perempuan
Universitas Sumatera Utara
itu bisa memiliki setidaknya sedikit prestasi dalam bidang seni musik sebelum
pada akhirnya dinikahi seorang pria. Ini menunjukkan bahwa permainan koto oleh
anak perempuan pada zaman dahulu adalah sebagai alat pengukur kecerdasan dan
keterampilan. Koto juga merupakan iringan untuk para geisha dibeberapa tempat
di kota Kyoto dulunya ketika alat musik ini sudah lebih merakyat.
b. Penggunaan Koto pada Zaman Sekarang
Dunia dewasa ini sudah sangat modern hanya untuk menciptakan musik.
Orang-orang pun lebih tertarik pada musik yang tercipta dari aliran listrik karena
biasanya lebih mendorong emosi. Namun dibeberaoa negara seperti Jepang masih
tetap akan menyimpan musik-musik leluhur mereka. Alat musik yang sudah
‘ketinggalan zaman’pun akan ditampilkan sebagai sebuah penghormatan di
beberapa acara kebudayaan.
Jepang adalah negara dengan begitu banyak festival yang diselenggarakan
di setiap musimnya. Kesempatan ini digunakan untuk menampilkan budaya lama
yang harus dilestarikan. Di beberapa festival, koto masih sering diperdengarkan
sebagai alat musik klasik asal Jepang. ada pula yang menggunakan koto untuk
beberapa upacara adat.
Dikalangan istana sendiri koto masih dimainkan. Sekarang ini koto
dimainkan sebagai pengiring pertemuan khusus para pejabat. Bukan lagi sebagai
penghibur kaisar Jepang. pertemuan khusus ini bisa berupa pertemuan adat atau
Universitas Sumatera Utara
pun pertemuan para petinggi Jepang. Bahkan ada kalanya koto dimainkan untuk
menyambut tamu dari luar negeri.
Peran koto di abad-21 ini tidak begitu mencolok. Lebih kepada pengguna
sampingan dari alat musik tradisional yang harus dilestarikan dan diperkenalkan
sebagai alat musik tua yang masih hidup di Jepang yang semakin menjadi negara
modern.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 kesimpulan
Dengan membaca tugas akhir ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
• Koto adalah alat musik petik tradisional Jepang yang awal keberadaannyya
merupakan alat musik istana yang disebut gagaku.
• orang yang pertama kali memperkenalkan musik koto pada masyarakat
luas adalah Yatsuhashi Kengyo melalui sokyoku atau aliran musik yang
bernada sendu pada abad ke-17.
• Permainan koto yang cendrung lembut membuat koto tampil lebih elegan
jika dibandingkan dengan permainan alat musik tradisional yang lainnya.
Hal ini pula yang mendasari musik koto diakui sebagai musik rakyat
Jepang.
• Koto diakui sebagai musik rakyat Jepang juga. Dari sejak zaman nara dan
Heian hingga di zaman modern ini, koto masih kerap dimainkan dalam
festival, upaara adat, atau pertemuan khusus.
• Koto adalah alat musik yang pada awalnya dimainkan secara tunggal
namun belakangan ini bisa dimainkan bersama-sama dengan koto lainnya
atau instrument lainnya. Sebagai pengiring tarian juga.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Saran
Budaya adalah hal yang harus dilestarikan bahkan dari negara dan daerah
manapun. Dengan budaya yang diturunkan oleh leluhur, ada baiknya manusia bisa
melestarikannya agar hidup menjadi lebih harmonis.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Tuttle Charles E. 1959. Manufactured in Japan. London. Prentice-Hell
International.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Musik_Jepan
https://id.m.m.wikipedia.org/wiki/Alat_musik
http://sawadaa.blogspot.co.id/2012/01/koto-alat-musik-tradisional-
jepang.html?m=1
http://www.japantimes.co.jp/culture/2000/11/04/musik/yamada-style-koto-mater-
performs-song-suite-classics/
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Abstrak saya berjudul Koto alat musik tradisional Jepang. Untuk
melestarikan budaya lama, ada baiknya kita mengetahu budaya itu sendiri.
Khususnya di Jepang, negera yang terkenal kaya akan budaya. Salah satu budaya
itu adalah alat musik tradisional yaitu Koto.
Koto adalah alat musik petik yang mirip dengan kecapi di Indonesia.
Masuk ke Jepang pada abat ke -7. Koto terkenal sebagai alat musik istana atau
yang disebut dengan gagaku. Kemudian pada abad ke-17, Yatsuhashi Kengyo
memperkennalkan koto pada masyarakat. Dengan menggunakan nada yang sendu
dan menyentuh, aliran musik koto yang diciptakan Yatsuhashi Kengyo menjadi
terkenal.
Jenis koto muncul seiring berkembangnya teknik permainan koto. Sekolah
Ikuta koto yang pertama membuat inovasi baru. Menggabungkan permainan koto
dengan shamisen. Aliran musik Ikuta koto ini lebih menonjolkan peran
instrumennya dari pada vokal. Kemudian ada pula Yamada koto. Aliran musik ini
menonjolkan vokal. Yamada koto mengambil teknik permainan shamisen untuk
membuat inovasi baru.
Bentuk koto hanya persegi panjang. Terbuat dari kayu kiri yang di lubangi
dalamnya. Kira-kira panjangnya 6 kaki. Sisi kanan lebih tinggi dari sisi kiri.
Namun orang Jepang mengibaratkan koto sebagai naga. Karena itu bagian-bagian
badan koto dinamai dengan bagian-bagian tubuh naga juga.
Universitas Sumatera Utara
Permainan koto sekarang ini hanya sebatas formalitas. Biasa di mainkan
pada festival, upacara adat atau dalam pertemuan khusus baik di bidang
pemerintahan maupun umum. Biasaya untuk menyambut datangnya tamu
terhormat dari negara lain juga.
Dari karya tulis yang saya buat bisa diambil kesimpulan bahwa: koto
adalah alat musik istana atau yang di sebut gagaku. orang yang pertama kali
memperkenalkan musik koto pada masyarakat luas adalah Yatsuhashi Kengyo
melalui sokyoku atau aliran musik yang bernada sendu pada abad ke-17.
Permainan koto yang cendrung lembut membuat koto tampil lebih elegan jika
dibandingkan dengan permainan alat musik tradisional yang lainnya. Koto diakui
sebagai musik rakyat Jepang juga. Dari sejak zaman nara dan Heian hingga di
zaman modern ini, koto masih kerap dimainkan dalam festival, upaara adat, atau
pertemuan khusus.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara