Upload
one-ty-noer-nurwanti
View
621
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
KONSERVASI TANAH DAN AIR
Oleh :
Nurwanti (G111 08 289)Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin
Makassar, 2011
ABSTRAK
Konservasi tanah adalah penempatan tiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Pemakaian istilah konservasi tanah sering diikuti dengan istilah konservasi air. Meskipun keduanya berbeda tetapi saling terkait. Secara umum, tujuan konservasi tanah adalah meningkatkan produktivitas lahan secara maksimal, memperbaiki lahan yang rusak/kritis, dan melakukan upaya pencegahan kerusakan tanah akibat erosi. Kegiatan praktek lapang terpadu ini dilaksanakan pada hari Minggu, 24 April 2011 yang secara administrasi daerah praktek lapang terletak dalam wilayah Kelurahan Darma, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Adapun yang melatarbelakangi diambilnya kelurahan Darma sebagai daerah praktek lapang karena penggunaan wilayahnya didasarkan pada pertimbangan praktek-praktek usaha konservasi tanah dan air serta merupakan areal percontohan usaha konservasi oleh Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah dan pelestarian lingkungan oleh masyarakat setempat. Kegiatan praktek lapang terpadu ini dilaksanakan karena dapat dipergunakan untuk membantu menerangkan prediksi erosi dan pengaruh penggunaan lahan terhadap erosi dengan tujuan untuk mendapatkan angka prediksi erosi yang mewakili kondisi lapangan yang sangat penting dalam penetapan rekomendasi teknik konservasi.
PENDAHULUAN
Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan sumber
kehidupan manusia dan sebagai pendukung kelangsungan hidup manusia sekaligus
merupakan sumberdaya yang sangat menentukan hidup dan kehidupan manusia. Untuk itu
penggunaan sumberdaya alam tersebut perlu disadari bahwa keseimbangan harus dicapai
antara kemampuan sumberdaya alam terhadap penggunaannya karena bagaimanapun juga
kemampuan sumberdaya alam tersebut adalah terbatas.
Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen
padat, cair, dan gas dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik. Benda alami ini
terbentuk oleh hasil kerja interaksi antara iklim (i) dan jasad hidup (o) terhadap suatu
Nurwanti (G111 08 289) 1
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
bahan induk (b) yang dipengaruhi oleh relief tempatnya terbentuk (r) dan waktu (t)
(Sitanala Arsyad, 1989).
Tanah yang merupakan sumberdaya alam mempunyai pengaruh yang besar bagi
kehidupan manusia, baik dipandang sebagai tempat melakukan segala aktifitas
dipermukaan bumi, maupun sebagai media alami bagi pertumbuhan tanaman, sehingga
tanah akan mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan
manusia. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya serta tidak diikuti
dengan usaha-usaha konservasi tanah dan air, akan menyebabkan tanah menjadi kritis,
sehingga akan menurunkan kualitas sumberdaya alam yang ada. Penurunan kualitas
sumberdaya alam tersebut salah satunya bisa di sebabkan karena kerusakan lingkungan,
erosi merupakan salah satu dari sekian banyak kerusakan lingkungan yang terjadi. Erosi
Tanah adalah proses penguraian dan proses pengangkutan partikel-partikel tanah oleh
tenaga erosi, seperti air dan angin (Morgan, 1979 dalam Taryono 1995).
Erosi tanah adalah peristiwa terangkutnya tanah dari satu tempat ke tempat lain
oleh air atau angin (Arsyad, 1976). Pada dasarnya ada tiga proses penyebab erosi yaitu
pelepasan (detachment) partikel tanah, pengangkutan (transportation), dan pengendapan
(sedimentation). Erosi menyebabkan hilangnya tanah lapisan atas (top soil) dan unsur hara
yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Erosi yang disebabkan oleh air hujan
merupakan penyebab utama degradasi lahan di daerah tropis termasuk Indonesia. Tanah-
tanah di daerah berlereng mempunyai risiko tererosi yang lebih besar daripada tanah di
daerah datar. Selain tidak stabil akibat pengaruh kemiringan, air hujan yang jatuh akan
terusmenerus memukul permukaan tanah sehingga memperbesar risiko erosi. Berbeda
dengan daerah datar, selain massa tanah dalam posisi stabil, air hujan yang jatuh tidak
selamanya memukul permukaan tanah karena dengan cepat akan terlindungi oleh genangan
air.
Nurwanti (G111 08 289) 2
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
Tanah yang hilang akibat proses erosi tersebut terangkut oleh air sehingga
menyebabkan pendangkalan saluran drainase termasuk parit, sungai, dan danau. Erosi yang
telah berlanjut menyebabkan rusaknya ekosistem sehingga penanganannya akan memakan
waktu lama dan biaya yang mahal. Menurut Kurnia et al. (2002), kerugian yang harus
ditanggung akibat degradasi lahan tanpa tindakan rehabilitasi lahan mencapai Rp 291.715,-
/ha, sedangkan apabila lahan dikonservasi secara vegetatif, maka kerugian akan jauh lebih
rendah. Pencegahan dengan teknik konservasi yang tepat sangat diperlukan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor penyebab erosi. Kondisi sosial ekonomi dan sumber daya
masyarakat juga menjadi pertimbangan sehingga tindakan konservasi yang dipilih
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan, menambah pendapatan petani serta
memperkecil risiko degradasi lahan.
Sitanala Arsyad (1989) mengemukakan bahwa konservasi tanah diartikan sebagai
penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan
tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai syarat-syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah dan keadaan topografi lapangan
menentukan kemampuan tanah untuk suatu penggunaan dan perlakuan yang diperlukan.
Sistem penilaian tanah untuk maksud tersebut dirumuskan dalam system klasifikasi
kemampuan lahan yang ditujukan untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi,
memperbaiki tanah yang rusak dan memelihara serta meningkatkan produktifitas tanah
agar dapat dipergunakan secara lestari.
Permasalahan yang sering dihadapi di daerah yang berbukit-bukit, adalah
permasalahan yang dapat menimbulkan kerusakan tanah, seperti dengan adanya proses
erosi, dan faktor manusia dan vegetasi yang kurang mendukung konservasi tanah. Oleh
karena itu perhatian pada tindakan konservasi tanah sangat diperlukan. Agar tindakan
konservasi tanah dapat efisien dan efektif baik dari segi waktu maupun biaya, maka
Nurwanti (G111 08 289) 3
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
diperlukan perencanaan yang matang. Perencanaan dapat dimulai dengan mengidentifikasi
jenis dan penyebab kerusakan pada tanah. Identifikasi diperlukan agar dalam pelaksanaan
dapat diarahkan sesuai dengan sasaran-sasaran yang dituju, yang merupakan sumber
kerusakan, sehingga dapat ditentukan prioritas mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu
dan akhirnya dapat ditentukan metode perlakuan konservasi tanah pada masing-masing
lahan.
Bentuk-bentuk konservasi tanah dapat di bedakan menjadi 3, yaitu : cara mekanis,
vegetatif dan cara gabungan dari kedua cara tersebut, cara mekanis dapat dilihat dengan
adanya pembuatan teras-teras seperti teras kredit, teras guludan dan teras bangku
sedangkan cara vegetatif yakni berupa penanaman sejajar kontur dan reboisasi serta
penghijauan tanah milik penduduk (Kartasaputra, Mul Mulyadi Sutedjo, 2000).
Sitanala Arsyad (1989) juga mengemukakan tentang dua strategi konservasi tanah.
Pertama, metode prediksi erosi yaitu cara untuk memperkirakan laju erosi yang akan
terjadi dari tanah yang dipergunakan untuk penggunaan dan pengelolaan lahan tertentu.
Prediksi erosi merupakan salah satu hal penting untuk mengambil keputusan dalam
perencanaan konservasi tanah pada suatu bidang lahan. Model prediksi erosi yang umum
digunakan di Indonesia adalah model USLE (Universal Soil Loss Equation).
Metode untuk mengetahui erosi yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith
(1978 dalam Sitanala Arsyad, 1989), yang disebut dengan metode USLE adalah metode
yang paling umum. Pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pemakaian
rumus USLE antara lain:
1. USLE hanya memperkirakan erosi lembar dan erosi alur, dan tidak untuk erosi parit.
2. USLE tidak memperhiraukan endapan sedimen, hanya memperkirakan besarnya tanah
yang tererosi, tetapi tidak memperhatikan deposisi sedimen dalam perhitungan
besarnya perkiraan erosi.
Nurwanti (G111 08 289) 4
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
Metode USLE adalah model prediksi erosi yang dirancang untuk memprediksi
erosi jangka panjang dari erosi lembar dan alur pada keadaan tertentu dengan
menggunakan rumus :
A = R x K x LS x C x PDimana :
A = Besarnya kehilangan tanah (ton\ha\tahun), diperoleh dari perkaitan faktor-faktor erosi.
Besarnya kehilangan tanah atau erosi dalam hal ini hanya terbatas pada erosi
permukaan. Tidak termasuk sedimen yang diendapkan.
R = Indeks erosivitas hujan
K = Indeks erodibilitas tanah
L = Indeks Panjang Lereng
S = Indeks Kemiringan Lereng
C = Indeks penutup tanah
P = Indeks tindakan konservasi tanah
Metode yang kedua adalah metode konservasi tanah. Metode konservasi tanah
adalah masalah menjaga agar struktur tanah tidak terdepresi. dan mengatur kekuatan gerak
dan jumlah aliran pernukaan. Berdasarkan asas ini ada tiga cara pendekatan dalam
konservasi tanah, yaitu (1) menutup tanah dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman atau
sisa-sisa tanaman atau tetumbuhan agar terlindung dari daya perusak butir-butir hujan yang
jatuh, (2) memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap penghancuran
agregat dan terhadap pengangkutan, dan lebih besar dayanya untuk menyerap air di
permukaan tanah, dan (3) mengatur air aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan
yang tidak merusak dan memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah.
Secara Administrasi daerah praktek lapang terletak dalam wilayah Kelurahan
Darma, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Jenis
Penggunaan lahan yang ada meliputi lahan sawah, permukiman, hutan, dan perkebunan.
Nurwanti (G111 08 289) 5
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
Adapun yang melatarbelakangi diambilnya kelurahan Darma sebagai daerah praktek
lapang karena penggunaan wilayahnya didasarkan pada pertimbangan praktek-praktek
usaha konservasi tanah dan air serta merupakan areal percontohan usaha konservasi oleh
Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah dan pelestarian lingkungan oleh
masyarakat setempat.
Oleh karena itu diperlukan pengamatan yang cermat atas kenyataan yang
berlangsung di dalam penanganan konservasi tanah dan air. Sehingga dapat dirumuskan
suatu konsep sebagai perkakas pembanguna menuju harapa di masa depan yang lebih cerah
dalam pembangunan pertanian, khususnya yang menyangkut pengembangan sumbe daya
alam terutama upaya konservasi tanah dan air.
METODE PENELITIAN
Praktek lapang dilaksanakan di Desa Darma, Kecamatan Polewali, Kabupaten
Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Pelaksanaan praktek lapang terpadu dimulai pada hari
Minggu, 24 April 2011.
Metode yang digunakan adalah metode survei, analisa lapangan, dan analisa
laboratorium serta pengumpulan data sekunder. Sedangkan untuk besarnya indikasi erosi
digunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation).
Metode pengambilan sampel dalam praktek lapang ini adalah stratified sampling
dimana satuan lahan sebagai stratanya. Pada setiap satuan lahan tersebut dilakukan
pencatatan kenampakan erosi, pengelolaan tanaman dan pengelolaan lahan atau konservasi
tanah.
Data primer yang digunakan dalam praktek lapang terpadu ini, yang merupakan
hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan meliputi panjang dan kemiringan lereng,
dan tindakan pengendalian erosi. Selain dari data primer (pencatatan dan pengamatan di
Nurwanti (G111 08 289) 6
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
lapangan) juga diperlukan data sekunder berupa data curah hujan bulanan dan tahunan
daerah praktek lapang terpadu.
Dari data tersebut diatas kemudian dilakukan analisis data. Hasil dari data dari
masing-masing faktor erosi untuk memperkirakan besar erosi tanah (Nilai A) dan
digunakan untuk rekomendasi konservasi daerah penelitian. Hasil analisis tanah di
laboratorium meliputi nilai faktor erosivitas hujan, faktor erodibilitas tanah, tekstur tanah,
kandungan bahan organik, permeabilitas, faktor vegetasi penutup tanah, dan faktor
tindakan konservasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor Erosivitas Hujan (R)
Indeks erosivitas hujan (R) yang digunakan adalah EI30 yang menurut Bols (1978) dapat
ditentukan dengan persamaan berikut:
EI30 = 6.119 (R)1.21(H)-0.47(RM)0.53
Dimana :
EI30 = indeks erosivitas hujan bulanan rata-rata
R = curah hujan rata-rata bulanan (cm)
H = jumlah hari hujan rata-rata bulanan (hari)
RM = curah hujan maksimum 24 jam bulanan (cm)
Tabel 1. Data Curah Hujan Tahun 2007Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Curah Hujan Rata-Rata (cm/bulan)
9 16 21 15 21 10 12 19 24 15 10 18
Jumlah Hari Hujan (hari)
6 11 4 16 12 10 4 2 1 11 11 15
Curah Hujan Maksimal (cm)
20 27 43 45 40 23 20 26 24 29 17 40
Besarnya indeks erosivitas hujan pada lahan praktek lapang diketahui sebesar
6076.11 cm/bulan.
Nurwanti (G111 08 289) 7
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
Faktor Erodibilitas Tanah (K)
Erodibilitas tanah (K) adalah kepekaan tanah terhadap erosi. Erodibiltas tanah dapat diduga
dengan mengetahui nilai analisis ukuran partikel (tekstur tanah), kandungan C-organik dan
permeabilitasnya. Erodibiltas tanah dapat diduga dengan menggunakan nomograf
(Wischmeier, 1971), atau menggunakan rumus Hammer (1978) berikut :
K=2 . 713 M 1 .14 (10−4 ) (12−a )+3 .25 (b−2 )+2 .5 (c−3)
100
Dimana :
M = persen pasir sangat halus + persen debu nya (100 - %liat)
A = kandungan bahan organik (%C nya 1,724)
B = harkat struktur tanah
C = harkat permeabilitas tanah
Tabel 2. Kelas erodibilitas tanah menurut USDA-SCSKelas USDA-SCS Nilai K Uraian Kelas
123456
0 – 0,100,11 – 0,200,21 – 0,320,33 – 0,430,44 – 0,550,56 – 0,64
Sangat rendahRendahSedang
Agak tinggiTinggi
Sangat tinggi
Berdasarkan dari hasil analisis tersebut maka diketahui bahwa nilai erodibiltas
tanah (K) pada lahan praktek lapang terpadu yaitu sebesar 0,1199 dengan kriteria rendah.
Penetapan Tekstur Tanah
Penetapan tekstur tanah dapat diketahui dengan analisis laboratorium menggunakan
metode segitiga tekstur (USDA) sehingga akan diperoleh persentase pasir, debu, dan liat.
Hasil analisis tekstur menunjukkan bahwa lahan praktek lapang memiliki 44,42 % pasir,
1,71 % debu, dan 53,87 % liat, dalam analisis segitiga tekstur (USDA) tergolong kedalam
kelas liat.
Nurwanti (G111 08 289) 8
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
Penetapan Bahan Organik
Pada prinsipnya metode penetapan bahan organik dapat dikelompokkan
berdasarkan kehilangan berat, kandungan unsur C, dan Reagen. Bahan organik pada suatu
lahan dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
%C=(mlB−ml t ) Nx 3 x 1 ,33
mg contohtanah tanpaair
% Bahan Organik=%C x 1 ,724
Dari hasil analisis diketahui bahwa persentase bahan organik pada lahan praktek lapang
terpadu, yaitu sebesar 0,013.
Penentuan Permeabilitas
Permeabilitas merupakan sifat yang menyatakan laju pergerakan suatu zat cair
melalui suatu media yang berpori-pori, dan disebut pula konduktifitas hidrolik yang
dipengaruhi oleh kadar air pada saat air dialirkan sehingga permeabilitas tanah dan
hantaran hidrolik tanah sebagian besar pada ukuran pori dan tingkat pengisian pori-pori
oleh air pada suatu tingkat tertentu. Perhitungan permeabilitas dengan dasar Hukum Darcy
(Syarief, 1989) :
K=Qt
xLh
x1A
cm / jam
Dimana :
K = permeabilitas (cm/jam)
Q = banyaknya air yang mengalir pada setiap pengukuran (ml)
L = tebal contoh tanah (cm) (tinggi ring sample)
A = luas contoh tanah (cm) (luas permukaan tanah)
t = waktu pengukuran (jam)
Hasil analisis diketahui bahwa nilai permeabilitas lahan tersebut yaitu sebesar 0,4 cm/jam
dengan kriteria lambat.
Nurwanti (G111 08 289) 9
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
Faktor Panjang Lereng dan Kemiringan Lereng (LS)
Faktor panjang dan kemiringan lereng dihitung menggunakan rumus Morgan
(1979), menggunakan nomograf nilai faktor LS (Arsyad, 2006), dengan persamaan :
LS= √L100
¿)
Dimana :
LS = faktor lereng
L = panjang lereng
S = persen kemiringan lahan
Sedangkan untuk nilai faktor panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S), dapat
diketahui dari persamaan berikut :
L=√ Lo22
dan S=[ s9 ]
1. 4
Nilai faktor panjang dan kemiringan lereng pada lahan praktek lapang tersebut, diketahui
sebesar 0,75 cm
Faktor Vegetasi Penutup Tanah (C)
Kondisi tutupan lahan berdasarkan jenis penggunaan lahan untuk mengetahui nilai
indeks tutupan vegetasi di lokasi praktek. Dan nilai C dapat dihitung dengan persamaan :
C= AR x K x LS x P
Dimana :
A = Banyaknya tanah yang tererosi
R = Faktor Erosivitas hujan
K = Faktor Erodibilitas tanah
L = Faktor panjang lereng
S = Faktor kemiringan lereng
C = Faktor vegetasi penutup tanah
Nurwanti (G111 08 289) 10
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
P = Faktor tindakan konservasi tanah
Nilai C juga dapat diketahui dengan menggunakan tabel indeks pengelolaan tanaman
berikut, sehingga diperoleh niilai indeks tutupan vegetasi di lokasi praktek lapang
diketahui sebesar 0,43.
Tabel 3. Indeks Pengelolaan Tanaman (Nilai C)Jenis Tanaman C Jenis Tanaman CPadi sawah 0,01 Kopi 0,6Tebu 0,2 – 0,3* Coklat 0,8Padi gogo (lahan kering) 0,53 Kelapa 0,7Jagung 0,64 Kepala sawit 0,5Sorgum 0,35 Cengkeh 0,5Kedelai 0,4 Jambu mete 0,5Kacang tanah 0,4 Serai wangi 0,45kacang hijau 0,35 Rumput Brachiaria decumbens tahun 1 0,29Kacang tunggak 0,3 Rumput Brachiaria decumbens tahun 2 0,02Kacang gude 0,3 Rumput gajah, tahun 1 0,5Ubi kayu 0,7 Rumput gajah, tahun 2 0,1Talas 0,7 Padang rumput (permanen) bagus 0,04Kentang ditanam searah lereng 0,9 Padang rumput (permanen) jelek 0,4Kentang ditanam menurut kontur 0,35 Alang-alang, permanen 0,02Ubi jalar 0,4 Alang-alang, dibakar sekali setiap tahun 0,1Kapas 0,7 Tanah kosong, tak diolah 0,95Tembakau 0,4 – 06* Tanah kosong diolah 1,0Jahe dan sejenisnya 0,8 Ladang berpindah 0,4Cabe, bawang, sayuran lain 0,7 Pohon reboisasi, tahun 1 0,32Nanas 0,4 Pohon reboisasi, tahun 2 0,1Pisang 0,4 Tanaman perkebunan, tanah ditutup dengan bagus 0,1Teh 0,35 Tanaman perkebunan, tanah berpenutupan jelek 0,5Karet 0,6–0,75* Semak tak terganggu 0,01
Sumber: Abdurrachman et al. (1984); Ambar dan syahfrudin dikutip oleh BPDAS Wampu Sei ular (2005) dan Rahmawaty (2009).
Faktor Tindakan Konservasi (P)
Nilai faktor tindakan manusia dalam konservasi tanah (P) adalah nisbah antara
besarnya erosi dari lahan dengan suatu tindakan konservasi tertentu terhadap besarnya
erosi pada lahan tanpa tindakan konservasi (Suripin, 2001). Nilai P adalah 1,0 yang
diberikan untuk lahan tanpa adanya tindakan pengendalian erosi. Menurut USLE
persamaan umum nilai P yaitu sebagai berikut:
P= AR x K x LS x C
dimana :
Nurwanti (G111 08 289) 11
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
C = nilai faktor pertanaman
R = erosivitas
K = erodibilitas
LS = faktor lereng
P = faktor tindakan konservasi
Nilai faktor tindakan manusia dalam konservasi tanah (P) sebesar 0,04.
Tabel 4. Nilai faktor P Berbagai Aktivitas Konservasi Tanah di JawaNo. Teknik Konservasi Tanah Nilai P1 Teras Bangku 0,20
a) Baik 0,350b) Jelek 0,056
2 Teras bangku : jagung – ubi kayu / kedelai 0,0243 Teras bangku : sorghum – sorghum 0,404 Teras tradisional 0,0135 Teras gulud : padi – jagung 0,0636 Teras gulud : ketela pohon 0,0067 Teras gulud : jagung – kacang + mulsa sisa tanaman 0,1058 Teras gulud : kacang kedelai9 Tanaman dalam kontur :
a) Kemiringan 0 – 8 % 0,50b) Kemiringan 9 – 20 % 0,75c) Kemiringan > 20% 0,90
10 Tanaman dalam jalur-jalur : jagung-kacang tanah+mulsa 0,0511 Mulsa limbah jerami :
a) 6 ton / th / ha 0,30b) 3 ton / th / ha 0,50c) 1 ton / th / ha 0,80
12 Tanaman perkebunana) Penutup rapat 0,10b) Penutup sedang 0,50
13 Padang rumputa) Baik 0,04b) Jelek 0,40
Sumber : Abdulrachman, dkk (1981) dan Hammer (1981 dalam Taryono, 1997)
Dari faktor erosivitas hujan, faktor erodibilitas tanah, tekstur tanah, permeabilitas
tanah, kandungan bahan organik, faktor panjang dan kemiringan lereng, faktor vegetasi
penutup tanah, dan faktor tindakan konservasi, maka diketahui indikasi erosi lokasi praktek
lapang terpadu, yaitu sebesar 5,45 cm/jam yang diperoleh dari persamaan berikut :
A = R x K x L x S x C x PDimana :
Nurwanti (G111 08 289) 12
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
A = Banyaknya tanah yang tererosi
R : Indeks erosivitas hujan
K : Indeks erodibilitas tanah
L : Indeks Panjang Lereng
S : Indeks Kemiringan Lereng
C : Indeks penutup tanah
P : Indeks tindakan konservasi tanah
KESIMPULAN
Hasil praktikum teknik konservasi tanah dan air dengan panjang lahan 200 cm dan
kemiringan lereng 60% sehingga diperoleh nilai faktor panjang dan kemiringan lereng
0,75 cm memiliki indikasi erosi 9,37 cm/jam, yang diperoleh dari faktor erosivitas hujan
6076,11 cm/hari, faktor erodibiltas tanah 0.1199, dengan tekstur liat (44,42% pasir, 1,71%
debu, dan 53,87% liat), kandungan bahan organik 0.013 %, permeabilitas 0,4 cm/jam, dan
faktor vegetasi penutup tanah 0,43 dan tindakan konservasi 0,04.
Teknik konservasi tanah yang baik dan benar umumnya dilakukan pada dataran
tinggi, sehingga kehilangan tanah (erosi) dari lahan pertanaman terus terjadi, menyebabkan
produktivitas tanah terus menurun. Selain itu, erosi membawa sejumlah unsur hara dari
dalam tanah, menyebabkan berkurangnya tingkat kesuburan tanah. Penerapan teknik
konservasi tanah yang sesuai dengan agroekosistem dan sosial budaya petani dataran tinggi
sudah saatnya dilakukan dan dimasyarakatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Nurwanti (G111 08 289) 13
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
Abdurachman, A., S. Abuyamin, dan U. Kurnia. 1984. Pengelolaan tanah dan tanaman untuk usaha konservasi tanah. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 3: 7-11.
Anonim. 2011. Modul dan Penuntun Praktikum Konservasi Tanah dan Air. Laboratorium Fisika Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin. Makassar. 2011.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Kurnia, et al. 2002. Pengaruh Bedengan dan Tanaman Penguat Teras terhadap Erosi dan Produktivitas Tanah pada Lahan Sayuran. Hlm. 207-219 dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Pupuk. Cisarua – Bogor, 30 – 31 Oktober 2001. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Buku II.
Kartasapoetra, A.G, dan M.M. Sutedjo. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Taryono. 1995. Kajian Erosi Permukaan dan Perlakuaan Konservasai Tanah di Sub Daerah Aliran Sungai Gobeh Kabupaten Wonogiri. Thesis. Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM.
Nurwanti (G111 08 289) 14
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
LAMPIRAN
Faktor Erosivitas Hujan (R)
Diketahui data curah hujan untuk lokasi praktek lapang Polewali Mandar untuk tahun
2007 sebagai berikut :
Tabel 1. Data Curah Hujan Tahun 2007Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Curah Hujan Rata-Rata /R (cm/bulan)
9 16 21 15 21 10 12 19 24 15 10 18
Jumlah Hari Hujan/H (hari)
6 11 4 16 12 10 4 2 1 11 11 15
Curah Hujan Maksimal/RM (cm)
20 27 43 45 40 23 20 26 24 29 17 40
Penyelesaian :
R = ∑n = 1 E I30 E I30 = E ( I 30 10-2)
Atau dengan digunakan berbagai formula atau persamaan untuk memperoleh nilai R,
diantaranya rumus pendugaan EI 30 menurut Bols (1978), yaitu :
E I 30 = 6.119 (R)1,21 (H) -0,47 ( RM)0,53
EI30 (Jan) = 6.119 (9)1,21 (6) -0,47 (20)0,53 = 184,13
EI30 (Feb) = 6.119 (16) 1,21 (11) -0,47 (27)0,53 = 325,71
EI30 (Mar) = 6.119 (21) 1,21 (4 ) -0,47 (43) 0,53 = 931,83
EI30 (Apr) = 6.119 (15) 1,21 (16) – 0,47 (45) 0,53 = 331,14
EI30 (Mei) = 6.119 (21) 1,21 (12) -0,47 (40) 0,53 = 535,11
EI30 (Jun) = 6.119 (10 ) 1,21 (10) -0,47 (23) 0,53 = 177,17
EI30 (Jul) = 6.119 (12) 1,21 (4) -0,47 (20) 0,53 = 315,55
EI30 (Ags) = 6.119 (19)1,21 (2) -0,47 (26) 0,53 = 875,84
EI30 (Sep) = 6.119 (24) 1,21 (1) -0,47 (24) 0,5 = 1542,58
EI30 (Okt) = 6.119 (15) 1,21 (11) -0,47 (29) 0,53 = 312,87
EI30 (Nov) = 6.119 (10) 1,21 (11) -0,47 (17) 0,53 = 144,33
EI30 (Des) = 6.119 (18) 1,21 (15) -0,47 (40) 0,53 = 399,84
Total = 6076,11
Jadi, nilai faktor erosivitas hujan sebesar 6076,11 cm/hari
Nurwanti (G111 08 289) 15
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
Faktor Erodibilitas Tanah (K)
Diketahui persentase pasir 44,42%, debu 1,71%, dan liat 53,87%, dengan harkat struktur
tanah 0,07 cm/jam dan permeabilitas tanah 0,4 cm/jam, memiliki kandungan bahan organik
0,013 gram.
Penyelesaian :
M = Persen pasir sangat halus + persen debu x (100 - % liat)
= 44,42% + 1,71% x (100 – 53,87%)
= 123,225%
K=2 . 713 M 1 .14 (10−4 ) (12−a )+3 .25 (b−2 )+2 .5 (c−3)
100
¿2. 713(123,225)1 .14 (10−4 ) (12−0,013 )+3 . 25 (0,07−2 )+2 .5(0,4−3)
100 = 0,1199
Jadi, nilai faktor erodibilitas tanah sebesar 0,1199
Penetapan Tekstur di Laboratorium
Diketahui nilai H1 8, H2 7, T1 29, dan T2 28, serta nilai c sebesar 3,9.
Penyelesaian :
berat d ebudan liat (a)=[ H 1+0,3(t 1−19,8)2 ]−0,5
¿ [8+0,3 (29−19,8)2 ]−0,5
= 4,88
berat liat (b )=[ H 2+0,3(t 2−19,8)¿¿¿2 ]
¿ [ 8+0,3 (29−19,8)2 ]−0,5
= 4,73
Berat debu = berat (debu + liat ) – berat liat
Nurwanti (G111 08 289) 16
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
= 4,88 – 4,73 = 0,15
persentase pasir, debu dan liat dengan persamaan
% pasir= Ca+c
x100 %
¿ 3,94,88+3,9
x100 %
= 44,42 %
% debu=(a−b)a+c
x100 %
¿(4,88−4,73)
4,88+3,9x100 %=1,71 %
% liat= ba+c
x100 %
¿ 4,734,88+3,9
x100 %=53,87 %
Jadi, persentase pasir 44,42 %, debu 1,71%, dan liat 53,87%.
Penetapan Bahan Organik
Diketahui ml b 32,9 gram, ml t 23,6 gram, normalitas 0,2 N, dan contoh tanah tanpa air
1000 gram.
Penyelesaian :
%C=(32,9−23,6 ) Nx 3x 1,33
1000
¿(32,9−23,6 ) Nx 3 x1,33
1000
= 0,0074
% bahan organik = % C x 1,724
= 0,0074214 x 1,724 = 0,013
Nurwanti (G111 08 289) 17
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
Jadi, nilai kandungan bahan organik yaitu 0,013
Penentuan Permeabilitas
Diketahui banyaknya air yang mengalir pada setiap pengukuran 400 ml, waktu pengukuran
1 jam, dan tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah konstan 4 cm.
Penyelesaian :
K=Qt
xLh
x1A
cm / jam
= 0,4 cm/jam
Jadi, permeabilitas tanah 0,4 cm/jam
Faktor Panjang Dan Kemiringan Lereng (LS)
Diketahui Lo 200 cm dan s 60 %
Penyelesaian:
L=√ Lo22
=√ 20022
=3,0 2
S=( S9 )
1,4
=( 609 )
1,4
=14,24
Faktor panjang dan kemiringan lereng dihitung menggunakan rumus Morgan (1979).
Menggunakan nomografi nilai faktor LS (Arsyad,2006 ) dengan persemaan :
LS= √L100
¿)
¿ √3,02100
(1,38+0,965 x14,24+14,242 )
¿0 ,75
Jadi, nilai faktor panjang dan kemiringan lereng, yaitu 0,75 cm.
Nurwanti (G111 08 289) 18
Jurnal Konservasi Tanah dan Air 2011
Indikasi Erosi
Diketahui faktor erosivitas hujan 6076,11 cm/hari, faktor erodibilitas tanah 0,1199, faktor
panjang dan kemiringan lereng 0,75 cm, faktor vegetasi penutup tanah 0,43 dan faktor
tindakan konservasi tanah 0,04.
Penyelesaian :
A = R x K x LS x C x P
= 6076,11 x 0,1199 x 0,75 x 0,43 x 0,04
= 9,37
Jadi, banyaknya tanah yang terosi yaitu sebesar 9,37 cm/jam.
Nurwanti (G111 08 289) 19