40
BAB I PENDAHULUAN Dalam Operative Dentistry dikenal beberapa jenis pekerjaan restorasi. Adapun dalam makalah ini akan dibahas tentang restorasi amalgam kavitas kelas III dan kelas V. Restorasi klas III diindikasikan untuk permukaan proximal dari gigi anterior, tetapi tidak melibatkan sudut incisal. Bagian permukaan fasial atau lingual juga dapat terlibat pada restorasi kelas III. Kelas III biasanya digunakan pada permukaan distal caninus maxilla dan mandibula apabila : 1. Preparasi diperluas dengan hanya melibatkan sedikit permukaan facial 2. Margin gingiva melibatkan sementum primer 3. Pengontrolan air yang sulit Untuk alasan estetik, amalgam jarang diindikasikan pada permukaan proximal incisal dan permukaan mesial dari caninus. Amalgam bisa digunakan pada restorasi kelas III yang tidak melibatkan permukaan fasial atau dibawah dari sudut incisal. Adapun restorasi kelas V diindikasikan pada bagian 1/3 servikal dari permukaan fasial atau lingual pada gigi manapun. Restorasi amalgam kelas V bisa digunakan dimana saja di dalam mulut, sama seperti restorasi amalgam kelas III, biasanya

konser kelompok1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: konser kelompok1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam Operative Dentistry dikenal beberapa jenis pekerjaan restorasi. Adapun dalam

makalah ini akan dibahas tentang restorasi amalgam kavitas kelas III dan kelas V.

Restorasi klas III diindikasikan untuk permukaan proximal dari gigi anterior, tetapi tidak

melibatkan sudut incisal. Bagian permukaan fasial atau lingual juga dapat terlibat pada restorasi

kelas III. Kelas III biasanya digunakan pada permukaan distal caninus maxilla dan mandibula

apabila :

1. Preparasi diperluas dengan hanya melibatkan sedikit permukaan facial

2. Margin gingiva melibatkan sementum primer

3. Pengontrolan air yang sulit

Untuk alasan estetik, amalgam jarang diindikasikan pada permukaan proximal incisal dan

permukaan mesial dari caninus. Amalgam bisa digunakan pada restorasi kelas III yang tidak

melibatkan permukaan fasial atau dibawah dari sudut incisal.

Adapun restorasi kelas V diindikasikan pada bagian 1/3 servikal dari permukaan fasial

atau lingual pada gigi manapun. Restorasi amalgam kelas V bisa digunakan dimana saja di dalam

mulut, sama seperti restorasi amalgam kelas III, biasanya digunakan non estetis, dimana area

yang akses nya terbatas dan tidak mudah terlihat serta kontrol airnya sulit. Karena akses dan area

yang terlihat terbatas, banyak restorasi kelas V yang sulit dilakukan dan menimbulkan masalah

khusus selama preparasi dan prosedur restoratif. Amalgam, komposit, SIK, dan kompomer

sering digunakan untuk merawat karies servikal.

Kualitas dan sifat material yang penting untuk restorasi amalgam kelas III dan kelas V

antara lain kekuatan, keawetan, kemudahan dan keberhasilan sebelumnya.

(Roberson,2006)

Page 2: konser kelompok1

Kontra Indikasi

Restorasi amalgam kelas III dan Kelas V biasanya dikontraindikasikan pada kepentingan

estetik karena banyak pasien yang mengeluhkan restorasi amalgam yang terlihat saat berbicara.

Keuntungan

Restorasi amalgam lebih kuat daripada restorasi langsung dari kelas III dan kelas V.

Sebagai tambahan, restorasi amalgam lebih mudah ditempatkan dan biaya yang dikeluarkan

pasien lebih murah. Karena amalgam berwarna metalik maka amalgam sangat mudah

dibedakan dengan struktur gigi di sekitarnya. Restorasi amalgam biasanya lebih mudah untuk

dilakukan finishing dan polishing tanpa merusak permukaan di sebelahnya.

Kerugian

Kerugian utama dari restorasi amalgam kelas III dan kelas V adalah warna metalik yang

menyebabkan tidak estetik. Potensi kontaminasi merkuri merupakan kerugian lainnya.

(Roberson, 2006)

Lesi kelas III Lesi kelas V

Page 3: konser kelompok1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 CLASS III AMALGAM RESTORATIONS

A. Initial Procedure

Setelah review tabel sesuai dengan pasien (termasuk riwayat kesehatannya, rencana

perawatan, dan radiografi, perpanjangan gingiva pada saat preparasi juga harus diantisipasi).

Anestesi sering dibutuhkan ketika gigi vital direstorasi. Untuk menghasilkan restorasi yang baik

maka perlu dilakukan :

1. Perlindungan terhadap jaringan lunak dengan rubber dam

Jika gambaran radiograf menunjukan karies dentin yang luas, maka rubber dam harus

digunakan. Kontrol kelembaban penting pada kavitas yang dalam karena dapat

menimbulkan micro-exposure.

2. Sedikit separasi gigi untuk memperoleh akses

menggunakan bur fissure tungsten carbide. Penggunaan bur kuncup dan bukan bur

fissure sejajar adalah untuk mencegah terbentuknya undercut.

3. Pembentukan kembali kontak proksimal

berkaitan dengan aspek preparasi kavitas yang berperan dalam mempertahankan gigi

dalam kondisi sehat. Yang terpenting adalah perluasan untuk mencegah timbulnya

kembali karies, hal ini sudah menjadi keharusan dari suatu desain kavitas yang baik.

Penggunaan rubber dam umum direkomendasikan, meskipun isolasi dari kapas rol dapat

diterima jika kelembabannya dapat dikendalikan secara baik.

Page 4: konser kelompok1

B. Preparasi Gigi

Preparasi permukaan lingual dimulai dari distal caninus rahang atas yang

dicomendasikan, karena penggunaan amalgam mungkin dilakukan di lokasi ini. Restorasi rahang

bawah sering tidak terlihat ketika berbicara.

Bentuk outline dari preparasi amalgam kelas III pada caninus serupa dengan preparasi

konvensional komposit klas III. Perbedaannya, preparasi amalgam menggunakan bur dari

diamond dan menggabungkan enamel bevels. Diperlukan retensi sekunder dan kedalaman axial

yang spesifik dan sama.dan spesifik.Biasanya bentuk outline hanya mencakup permukaan

proksimal, namun dovetail lingual dapat diindikasikan jika sebelumnya sudah ada dovetail atau

jika dibutuhkan retensi tambahan karena restorasi yang lebih besar.

(Roberson,2006)

Tahap awal preparasi gigi.

Pilihan ukuran bur tergantung pada ukuran restorasi. Biasanya digunakan bur No.2 untuk

membuka jalan pada bagian distolingual marginal ridge. Bur No.1/2 atau No.1 digunakan ketika

lesi atau karies gigi kecil. Bur diposisikan sehingga bisa memotong masuk menembus ke dalam

lesi karies, yang biasanya untuk kontak area ginggival (dan sedikit ke dalam) .Idealnya bur

diposisikan pada sumbu tegak lurus terhadap permukaan lingual gigi, dan bur diarahkan pada

sudut mesial gigi tetangga.Posisi penetrasi bur melalui email akan menambah isolasi

pemotongan proksimal enamel yang karies dan menghilangkan beberapa dentin yang terinfeksi.

Penetrasi harus berada pada kedalaman aksial dengan batas awal (yaitu, 0,5-0,6 mm) di dalam

DEJ atau pada 0,75 - 0,8 mm kedalaman aksial ketika margin ginggival berada di permukaan

akar (di sementum). Pada kedalaman aksial 0,75 mm,di permukaan akar memungkinkan jarak 0,

25 mm (diameter bur no.1 / 4 adalah 0,5 mm) antara retensi groove (yang ditempatkan

kemudian) dan margin ginggival cavosurface. Infeksi yang lebih dalam dari kedalaman aksial

akan dibuang kemudian pada waktu preparasi akhir.

Untuk lesi kecil, margin facial diperpanjang 0,2 sampai 0,3 mm ke dalam facial

embrasure (jika perlu), dengan garis lengkung dari insisal ke margin ginggival (yang

mengakibatkan margin yang terlihat sedikit).

Lingual outline menyatu dengan margin incisal dan gingival membentuk preparasi

Page 5: konser kelompok1

dengan sedikit bahkan tanpa dinding lingual. Cavosurface angle harus 90 derajat pada semua

margin. Dinding facial, insisal, dan gingival harus bertemu dengan dinding aksial pada angle

yang benar (meskipun dinding lingual bertemu dengan dinding aksial pada sudut tumpul).

Apabila menggunakan round bur yang besar, sudut internal menjadi lebih bulat. Dinding aksial

harus memiliki kedalam yang sama pada dentin dan mengikuti kontur faciolingual dari

permukaan gigi eksternal. Kedalaman dinding aksial terdapat pada dentin yang terinfeksi atau

pada bahan restorasi yang ada.

Ekstensi insisal untuk menghilangkan struktur gigi yang mengalami karies dapat

menghilangkan kontak proksimal. Sangat penting untuk mempertahankan struktur gigi, seperti

pada sudut distoincisal (yaitu kanopi) untuk mengurangi potensi fraktur selanjutnya. Yang

terbaik adalah membiarkan margin insisal berkontak dengan gigi yang berdekatan.

Saat mempreparasi dinding gingiva yang berada di dekat rubber dam atau pada bagian

apikalnya, akan bermanfaat jika menempatkan wedge dalam gingival embrasure sebelumnya

untuk menekan dan melindungi jaringan lunak dan rubber dam. Ketika sedang mempreparasi

dinding gingival, bur dapat mengenai wedge. Wedge segitiga digunakan untuk margin gingiva

yang dalam.

Preparasi gigi diselesaikan dengan menggunakan bur No. ½ untuk menonjolkan aksial

line angle, khususnya sudut axiogingival. Ini memfasilitasi penempatan alur retensi dan

meninggalkan internal line angle sedikit membulat. Rounded internal preparation angle

mengurangi konsentrasi tegangan pada gigi, mengurangi potensi fraktur restorasi. Selain itu, juga

mengkondensasi amalgam secara keseluruhan. Bur No.1/2 juga dapat digunakan untuk

menghaluskan enamel yang terbentuk pada margin gingival dan facial. Margin insisal dari

preparasi yang diperpanjang sering tidak dapat diakses dengan round bur yang lebih besar tanpa

mengenai gigi yang berdekatan.

(Roberson,2006)

Tahap Akhir Preparasi Gigi.

Tahap akhir preparasi gigi melibatkan penghilangkan dentin yang terinfeksi;

perlindungan pulpa; pengembangan resistensi dan retensi sekunder; finishing dinding external;

serta membersihkan, memeriksa, dan bonding. Dokter gigi menghilangkan semua sisa karies

Page 6: konser kelompok1

dentin yang terinfeksi pada dinding aksial menggunakan round bur dengan kecepatan lambat

(No.2 atau No.4) atau eskavator ataupun keduanya.

Untuk restorasi amalgam Kelas III, bentuk resistensi terhadap fraktur postrestorative

didapat dari (1) margin cavosurface dan margin amalgam 90 derajat, (2) dinding enamel

didukung oleh sound dentin, (3) ketebalan yang cukup dari amalgam (minimal 1 mm), dan (4)

tidak ada sudut tajam. Bentuk preparasi seperti box menyediakan bentuk retensi primer. Bentuk

retensi sekunder disediakan oleh alur gingiva, incisal cove, dan terkadang lingual dovetail.

Sebuah alur retensi gingiva dibuat dengan menempatkan bur no. ¼ (pada kecepatan

rendah) di axiofacio-gingiva point angle.  Bur diposisikan pada dentin untuk mempertahankan

0,2 mm dari dentin antara alur dan DEJ. Seorang dokter gigi menggerakkan bur lingual

sepanjang axio-gingiva line angle, dengan sudut potong umumnya membagi dua sudut antara

dinding gingiva dan aksial. Idealnya, arah dari alur gingival adalah gingiva sedikit lebih ke aksial

(dan arah suatu insisal [yaitu, oklusal] alur akan sedikit lebih ke insisal [yaitu, oklusal] dari

aksial).

Alternatifnya, jika bentuk retensi minimal diperlukan, dua lekukan gingival mungkin bisa

digunakan, sebagai kebalikan dari alur lanjutan. Masing-masing dapat ditempatkan pada

axiogingivofacial dan axiogingivolingual point angle. Diameter dari bur adalah 0,5 mm, dan

kedalaman alur harus setengah ini diameter (0,25 mm). (Lihat arah lokasi dan alur depthwise,

dimana sudut garis gingiva terletak, mengarahkan alur depthwise (seperti yang dijelaskan)

seharusnya tidak merusak enamel. Ketika mempersiapkan retensi alur pada permukaan akar,

sudut pemotongan yang lebih cavosurface margin gingiva untuk alur menjadi sekitar 0,3 mm.

Diperlukan kehati-hatian dalam membuat alur retensi gingiva. Jika dentin yang mendukung

email gingiva dihapus, email akan dengan mudah fraktur. Selain itu, jika alur hanya ditempatkan

di dinding aksial, tidak ada perkembangan bentuk retensi yang efektif , dan ada risiko

keterlibatan pulpa.

Seorang dokter gigi menyiapkan lekuk retensi insisal di axiofacioincisal point angle

dengan bur no. ¼ dalam dentin, diperlukan kehati-hatian agar tidak terjadi kerusakan pada

enamel. Hal ini juga ditujukan ke incisal point angle dan siap untuk setengah diameter bur

tersebut. Merusak email insisal (atau insisal kanopi) harus dihindari. Untuk gigi Caninus

Maxilla, palm and thub grasp digunakan untuk mengurangi bagian incisal. Preparasi gigi

Page 7: konser kelompok1

amalgam klas III mungkin telah siap. Mirip seperti klas I dan II amalgam, direkomendasikan

bahwa klinisi mempersiapkan retensi mekanis (bahkan jika menggunakan sistem Adhisive).

Sebuah lingual dovetail tidak diperlukan berukuran kecil atau sedang pada restorasi

amalgam Kelas III. Ini dapat digunakan dalam preparasi besar, terutama preparasi dengan

ekstensi insisal berlebihan dalam bentuk apa retensi tambahan yang diperlukan. Dovetail

mungkin tidak diperlukan (bahkan pada preparasi besar), namun, jika bentuk retensi insisal

sekunder dapat dilakukan secara tepat dan efektif

Jika lingual dovetail diperlukan, dokter gigi hanya mempersiapkan setelah preparasi

awal dari bagian proksimal telah selesai. Pada kenyataannya, struktur gigi dibutuhkan untuk

isthmus antara bagian proximal dan dovetail mungkin hilang ketika bentuk proximal outline

dipersiapkan. Lingual dovetail harus konservatif, umumnya tidak menjangkau lebih jauh dari

titik tengah mesiodistal pada permukaan lingual, hal ini bervariasi menurut besarnya karies

proksimal. Kedalaman aksial dove tail harus mendekati 1 mm, dan dinding aksial harus paralel

terhadap permukaan lingual gigi. Dinding ini mungkin atau tidak ada di dalam dentin. Dokter

gigi memposisikan bur no.245 di bagian proksimal pada kedalaman dan angulasi yang

benar,serta menggerakkan bur dalam arah mesial. Angulasi yang benar menempatkan sumbu

panjang bur tegak lurus terhadap permukaan lingual. Dokter gigi menggerakan bur ke titik yang

sesuai dengan tingkat paling mesial dari dovetail. Berikutnya, dokter gigi menggerakan bur

pada bagian insisal dan gingival untuk membuat dimensi incisogingival yang cukup pada

dovetail(sekitar 2.5mm). Dokter gigi mempersiapkan dinding insisal dan gingiva isthmus pada

kurva yang mulus untuk menghubungkan dovetail pada outline proksimal.

Trimmer margin gingiva dapat digunakan untuk bevel (atau putaran) garis sudut

axiopulpal (yaitu perbatasan proksimal dan preparasi dovetail). Hal ini dapat meningkatkan

kekuatan restorasi di perbatasan proksimal dan lingual dengan menyediakan bagian yang

terbesar dan mengurangi konsentrasi tegangan. Konvergensi lingual dari dinding eksternal

dovetail (disiapkan dengan bur no.245) biasanya menyediakan bentuk retensi yang cukup.

Retensi cove, satu di sudut insisal dan satu di pojok gingiva, dapat ditempatkan pada dovetail

untuk meningkatkan retensi jika dinding aksial dovetail berada di dentin. Cove dipreparasi

dengan bur no.33 1 /2 di dalam dentin yang tidak langsung mendukung enamel lingual. Preparasi

ini mungkin memerlukan pendalam dari dinding aksial.

Page 8: konser kelompok1

Dokter gigi menghilangkan setiap email yang tidak mendukung, menghaluskan dinding

enamel dan margin, dan menghaluskan sudut cavosurface jika diindikasikan. Semua dinding

preparasi harus memenuhi permukaan gigi eksternal untuk membentuk sudut yang benar (yaitu,

butt joint). Preparasi gigi yang sudah selesai harus diperiksa dengan benar dan dibersihkan

sebelum restorasi. Penilaian yang benar harus dilakukan untuk melihat apakah semua karies telah

dihilangkan, kedalamnnya sudah layak, margin cukup untuk amalgam dan sudut preparasi.

(Roberson, 2006)

C. Teknik Restoratif

1. Aplikasi Sealer

Penggunaan dentin desensitizer pada struktur gigi yang akan di preaprasi sebelum

penempatan amalgam, secrara umum direkomendasikan sebagai sealer. Dentin desensitizer

di berikan pada permukaan gigi yang akan di preparasi selama 30 detik dan dikeringkan,

kemudian amalgam di kondensasi pada gigi yang akan direstorasi.

2. Penempatan Matrix

Insersi amalgam pada preparasi gigi kelas III biasanya dilakukan dari lingual. Ini penting

untuk mengurangi porsi lingual dari material garis matrix secara tepat untuk menghindari

matrix menutupi semua restorasi dan menghalangi akses untuk insersi amalgam. Matrix

yang digunakan adalah material matrix stainless steel dengan lebar 8 mm dan tebal 0.05

mm. Dokter gigi kemudian memotong panjang yang menutupi 1/3 permukaan permukaan

facial dan menambahkan melalui permukaan proksimal lalu ke permukaan facial. Dokter

gigi mengurangi porsi lingual dengan memotong garis pada sudut yang kira-kira sesuai

dengan kemiringan permukaan lingual gigi. Berikutnya, dokter gigi dengan menggunakan

jari membentuk garis mendekati kontur circmferencial gigi. Dokter gigi menepatkan garis

pada resilient paper pad dan burnishes menggunakan egg-shaped burnisher, imparting the

desired contact and countur form. Dokter gigi menempatkan garis pada posisi dan

memasukkan wedges dari facial atau lingual embrasure, yang manapun yang paling baik.

Dokter gigi menstabilkan bagian lingual dari garis menggunakan low-fusing compound.

Sejumlah kecil compound mungkin dapat digunakan pada bagian lingual dan menstabilisasi

material matrix yang dapat tidak stabil karena sudut linguogingival. Operator yang

Page 9: konser kelompok1

berpengalaman mungkin melindungi ujung wedge dengan compound yang lebih lembut

sebelum wedge di masukkan dan memposisikan compound serta wedges secara simultan.

Precountured matrik logam dapat digunakan (kecuali custom-made matriks) jika kontur dari

matriks coinsides precontoured dengan permukaan proksimal dipulihkan. Jika preparasi

kecil, dan matrix nya kaku, senyawa tidak boleh digunakan.

3. Condensation dan Carving

Menginsersikan amalgam ke dalam kavitas dengan menggunakan amalgam pistol, kemudian

mengkondensasikan amalgam menggunakan amalgam kondensor. Setelah mengkondensasi ,

menghilangkan permukaan amalgam yang berlebih dengan menggunakan karver yang

berfungsi untuk menyesuaikan tinggi gigitan atau memotong permukaan amalgam yang

berlebihan. Bila ditempatkan dengan benar, maka restorasi amalgam pada gigi incisor dan

caninus ini terlihat cukup mencolok.

4. Finishing and Polishing

Finishing restorasi amalgam mungkin diperlukan untuk memperbaiki perbedaan marjinal

dan juga memperbaiki kontur. Polishing sebuah restorasi amalgam tidak diperbolehkan

dalam waktu kurang dari 24 jam setelah pengisian karena kristalisasi belum sempurna.

Finishing dan polishing dari permukaan proksimal ditunjukkan dimana amalgam proksimal

dapat diakses. Kawasan ini biasanya meliputi margin facial dan lingual serta oklusal

amalgam yang berkontak. Untuk amalgam bagian proksimal, salah satu alat yang harus

digunakan adalah sandpaper disks yang berputar dengan kecepatan lambat, untuk

manghaluskan enamel dan margin amalgam. Sandpapaer disk juga dapat digunakan untuk

menghaluskan dan kontur marjinal. Dalam persiapan konservasi, apabila margin proksimal

facial tidak dapat diakses untuk finishing dan polishing, Fine abrasive disks atau ujung dari

rubber polishing point yang sudah diasah digunakan untuk memoles bagian proksimal yang

dapat diakses. Margin proksimal dan lingual juga dapat dipoles dengan menggunakan

abrasive rubber-polishing cup. Akhir polishing dapat dicapai dengan fine-grit rubber

polishing point atau dengan rubber cup yang ditambah dengan pumice yang sudah disertai

oleh agen yang tinggi-kilau, seperti endapan kapur.

(Roberson, 2006)

Page 10: konser kelompok1

2.2 CLASS V AMALGAM RESTORATIONS

A. INITIAL PROCEDURE

Isolasi yang tepat dapat mencegah kontaminasi uap dari area operasi, meningkatkan

asepsis, dan memfasilitasi akses dan visibilitas. Saliva, cairan sulcus gingival atau perdarahan

gingival harus dihilangkan selama prosedur penghilangan karies, aplikasi liner dan adhesif, serta

insersi dan pengukiran amalgam. Gangguan seperti saliva, cairan sulcus gingival atau

perdarahan gingival tersebut dapat membatasi penilaian visual, sehingga menyebabkan

kontaminasi pulpa selama prosedur penghilangan karies (terutama pada kasus pulpa terbuka),

dan berefek negative terhadap sifat fisik dari material restorative yang akan ditumpatkan. Margin

gingival dari preparasi gigi kelas V biasanya sering dilakukan dari apical sampai gingival crest.

Objektif dari isolasi ini memerlukan anestesi local dan isolasi menggunakan:

1. Gulungan kapas dan benang retraksi, atau

2. Rubber dam dan retainer servikal

Hasil akhir isolasi dengan gulungan kapas dan benang retraksi dapat memuaskan jika

dilakukan dengan benar. Isolasi jenis ini praktis dan sering dilakukan pada operative dentistry.

Benang retraksi ditempatkan ke dalam sulcus gingival sebelum preparasi inisial gigi untuk

mengurangi kemungkinan terjadinya luka pada gingival karena instrument potong. Penempatan

benang retraksi bersifat sementara, dilakukan untuk retraksi apical nontraumatik, dan

menghasilkan defleksi lateral pada gingival. Benang retraksi dapat diaplikasikan dengan

epinefrin. Epinefrin diabsorpsi dengan cepat pada system sirkulatori gingival yang diretraksi

sehingga dapat menyebabkan tekanan darah naik, meningkatkan denyut jantung dan disritmia.

Prosedur operatif dentistry yang tepat sebaiknya tidak mengabrasi gingival, walaupun preparasi

gigi meluas sampai area subgingiva. Gingival yang terabrasi dapat membuka pintu kapiler

sehingga saat epinefrin terabsorpsi dapat menyebabkan perdarahan. Hal ini dapat mengganggu

visibilitas saat dilakukan prosedur restorasi. Pada pasien dengan risiko penyakit jantung dapat

dilakukan retraksi dengan benang retraksi tanpa menggunakan epinefrin.

Page 11: konser kelompok1

Praktisi menempatkan gulungan kapas dan mengeringkan area operasi dengan air

syringe. Benang retraksi dipotong dengan diameter ¼ inchi (6mm) lebih panjang dari tinggi

margin gingival sehingga dapat dengan mudah ditempatkan pada sulcus gingival. Diameter

benang retraksi disesuaikan dengan kedalaman sulcus gingival yang akan diretraksi. Jika sulcus

cukup lebar untuk ditempatkan dua benang retraksi, maka benang yang lebih besar dapat

ditempatkan setelah benang pertama tadi. Biasanya benang dengan diameter kecil ditempatkan

pada area sulcus bagian facial anterior dan gigi premolar karena gingival bebas nya tipis, licin,

dan rapat.

Beberapa praktisi biasanya menempatkan benang retraksi pada Dappen Dish, dibasahi

dengan larutan styptic dan kemudian dikeringkan dengan kain kasa berukuran 2x2 inch (5x5 cm)

untuk menyerap kelebihan cairan. Lalu benang dipilin dengan kuat untuk menghilangkan

kelebihan cairan dan mengurangi diameternya. Instrument ujung tumpul atau ujung eksplorer

dapat digunakan untuk menempatkan benang retraksi. Untuk mengantisipasi perdarahan kecil,

benang retraksi dibasahi dengan larutan styptic sebelum dan setelah diletakkan dalam sulcus.

Benang retraksi juga dapat digunakan saat kering. Selanjutnya digunakan air syringe atau kapas

untuk mengurangi atau menyerap cairan sulcus gingival pada benang retraksi yang sudah

ditempatkan.

(Roberson,2006)

Prosedur pemeriksaan sebelum preparasi restorasi gigi ialah sebagai berikut:

Access

Untuk menciptakan visualisasi jaringan karies dan memudahkan dalam melakukan prosedur

penghilangan karies sebaiknya dibuat akses (jalan). Akses ini dibuat dengan menggunakan

tungsten carbide pendek kuncup dengan kecepatan tinggi.

(Ford, 1993)

Menentukan Luas Karies

Jika akses telah diperoleh, kavitas dilebarkan ke arah buko-palatal sampai enamodentinal

junction yang sehat.

Page 12: konser kelompok1

(Ford, 1993)

Penghilangan Karies dan jaringan yang lemah

Stain dan substansi lunak pada gigi yang termasuk ke dalam karies harus dihilangkan. Stain pada

amelodentinal junction dihilangkan, tetapi jangan sampai mencapai pulpa pada karies yang

dalam. (Heasman,2003)

Desain harus dapat memungkinkan dibersihkannya semua karies pada bagian tepi gigi,

khususnya pada enamodentinal junction. Sisa karies yang diperbolehkan tetap ada yaitu sejumlah

kecil karies yang terletak di atas pulpa. Pemakaian pewarna dapat digunakan untuk membedakan

antara jaringan yang perlu dipreparasi dan jaringan yang tidak. Segera setelah karies dibersihkan

kavitas harus diperiksa untuk memastikan bahwa barier dentin antara kavitas dan pulpa masih

tetap utuh dan pulpa tidak terbuka.

(Eccbs,1994)

Pembuangan karies dalam

Karies yang mungkin masih tertinggal di dinding axial dibuang dengan bur ukuran medium

dengan kecepatan rendah. Jika dentin karies telah terbuang, periksalah kemungkinan adanya

undercut pada daerah enamodentinal junction. Undercut itu harusnya dibersihkan.

(Ford,1993)

Penghilangan unsupported enamel

Enamel yang tidak disupport oleh dentin memiliki risiko tinggi untuk fraktur selama proses

fungsional, sehinga dapat menyebabkan kegagalan restorasi.

(Heasman,2003)

Membuat bentuk yang memuaskan secara biologis

Hal terpenting ialah perluasan untuk mencegah timbul kembalinya karies dan juga hubungan

kavitas terhadap kamar pulpa.

(Eccbs, 1994)

Page 13: konser kelompok1

Membuat bentuk yang memuaskan secara mekanik

Untuk mencegah pergeseran atau patahnya restorasi. Efek kavitas terhadap kekuatan gigi juga

harus diperhatikan bersamaan dengan konsentrasi stress tambahan yang dihasilkan oleh restorasi.

(Eccbs, 1994)

ILUSTRASI GAMBAR

B. Preparasi Gigi

Lesi kelas adalah gigi dengan karies maupun tanpa karies pada sepertiga servikal pada

sisi fasial atau lingual/ palatal permukaan gigi. Dimana dibutuhkan perhatian khusus,

perencanaan perawatan khusus, dan teknik restoratif khusus karena perbedaannya dengan lesi

karies lainnya. Lesi karies kelas V disebabkan karena bacterial plaque yang menempel pada

permukaan gigi dan menyebabkan demineralisasi gigi. Namun pada lesi non-karies kelas V,

masih belum jelas dan kontroversial. Yang jelas adalah, erosi dan abrasi berperan penting pada

etiologi terjadinya lesi non-karies kelas V. Karena letak lesinya tersebut, maka lesi kelas V

terkadang membutuhkan teknik restoratif yang “troublesome”. Kontrol kelembaban sangat sulit

Page 14: konser kelompok1

didapat maupun dipertahankan pada area lesi kelas V, dan pendekatan operatif pada jaringan

lunak sangat sering dilakukan pada lesi ini (Summitt, 2001).

Sebenarnya bentuk outline preparasi gigi klas V amalgam adalah perluasan dari tepi

cavosurface atau struktur gigi, dan mempertahankan kedalaman aksial yaitu 0.5mm di dalam

Dentino-Enamel Junction (DEJ) dan 0.75mm di dalam sementum (ketika di permukaan akar).

Bentuk outline preparasi klas V amalgam mempertimbangkan lokasi dan ukuran karies atau

material restorasi yang sudah lama.

Operator harus memperhatikan persiapan enamel wall untuk mengevaluasi kedalaman

enamel yang terdekalsifikasi dan untuk menentukan apakah kavitas ada pada perifer dinding atau

tidak. Ketika tidak terjadi kavitas dan ketika dekalsifikasi tidak terlihat meluas pada enamel,

besarnya bentuk outline seharusnya berhenti. Pada beberapa kasus, jika semua dekalsifikasi

termasuk pada bentuk outline, preparasi akan meluas ke area proksimal di servikal. Preparasi

akan susah dan mungkin tidak dapat dikembalikan. Full-crown restorasi harus dipertimbangkan

untuk gigi dengan dekalsifikasi servikal yang luas.

Pertimbangan Umum

Restorasi ini, dibatasi pada permukaan fasial dari molar dan premolar, dimaksudkan

untuk menumpat karies dan menggantikan substansi gigi yang berpotensi karies di dekat gingiva.

Secara umum, ragangan kavitas klas V hanya meliputi email dan dentin. Suatu kesalahan yang

umum terjadi adalah pembatasan panjang kavitas dan mengakhiri tepi mesial dan distal di

tengah-tengah email yang terdekalsifikasi.

Walaupun restorasi klas V adalah restorasi satu permukaan, tetapi dapat menjadi sumber

kegagalan klinis. Ada beberapa kesulitan preparasi, penempatan dan penyelesaian akhir,

khususnya di sepanjang gingiva. Sesuai dengan bentuk permukaan luar yang cembung, dinding

aksial dipreparasi sedemikian rupa sehingga gigi mendapat tambalan amalgam yang cembung

serta mempunyai ketebalan yang sama.

Tugas utama operator dalam preparasi gigi adalah untuk mempertahankan keseragaman

dalamnya kavitas pada permukaan molar yang panjang dan untuk membentuk butt-joint. Retensi

didapat dari undercut ke arah oklusal dan gingival, dan boleh bulat dan bersudut, tergantung atas

jenis bur yang dipakai. Pembersihan kavitas dari karies dilakukan secara manual dengan

Page 15: konser kelompok1

ekskavator, demikian juga dengan perubahan pada ragangan untuk membuang email yang tidak

disokong dentin.

Urutan Preparasi

Jika visibilitasnya baik dan tumpuan jari ideal, lebih baik dipakai handpiece kecepatan

tinggi daripada kecepatan rendah. Keseragaman kedalaman kavitas tidak mudah dikontrol karena

operator menggerakkan bur dan handpiece di atas permukaan bukal yang cembung. Untuk alasan

ini, lebih baik dipakai bur konus terbalik yang besar untuk memotong massa yang tebal. Karena

retensi tambahan dibutuhkan untuk kavitas klas V, garis sudut internal boleh tajam dan lebih

baik persegi (angular) daripada bulat. Tepi oklusal harus bertemu dengan permukaan pada sudut

tegak lurus, sehingga sejajar dengan batang email. Undercut gingival dan oklusal tidak perlu

berlebihan tetapi harus jelas dan terpotong rapi.

Dalam beberapa keadaan, email tak tersokong dentin dapat meluas ke bawah sudut-sudut

gigi menuju ke bagian proksimal tambalan amalgam yang lama. Pada kasus ini, merupakan

tindakan yang tepat untuk memperluas kavitas ke tambalan di dekatnya, mengakhiri kavitas

seakan berakhir pada email.

Pertimbangan Tambahan

- Sering suatu gigi terkena lesi pada sisi proksimal yang berseberangan dengan sisi yang sudah

ditambal. Biasanya tambalan yang sudah ada dibongkar dan dibuat kombinasi tambalan

mesio-oklusal-distal (MOD).

- Jika bagian oklusal amalgam sulit diungkit, pemotongan tambahan pada ujung alur bukal dan

lingual biasanya bisa membuka kunci gesekan yang masih ada dan memungkinkan fragmen-

fragmen dikeluarkan dengan mudah. (Grundy, 1992)

- Jika keutuhan struktural diragukan, pemasangan pelindung tonjol profilaktik merupakan in-

dikasi. Hal ini berlaku terutama pada premolar atas, karena setelah lesi proksimal yang dalam

diekskavasi, dentin yang menghubungkan tonjol fasial dan lingual bisa hilang atau menjadi

sangat lemah. Pada keadaan seperti ini. Tonjol lingual harus dipotong dan diganti dengan

amalgam bersama dengan MOD.

- Permukaan distal dari kaninus sebaiknya tidak direstorasi dengan komposit karena tekanan

oklusal yang disalurkan ke atasnya dari premolar pertama bawah. Karena cingulum cenderung

Page 16: konser kelompok1

menekan tonjol lingual dari premolar, preparasi parit yang dimodifikasi sudah cukup.

(Grundy, 1992)

- Lesi-lesi yang lebih besar memerlukan penjangkaran tambahan dalam bentuk dovetail, yang

mencangkup permukaan lingual.

- Amalgam, meskipun merupakan bahan yang rapuh, bisa memenuhi kebutuhan untuk semua

gigi.

Preparasi Inisial Gigi

Restorasi amalgam klas V jarang digunakan pada gigi kaninus mandibula, tapi di sini

ditampilkan sebagai ilustrasi. Prinsip umum yang sama diterapkan untuk preparasi semua lokasi

gigi lainnya. Menggunakan tapered fissure bur (fig. 1) atau ukuran yang sesuai, operator

mengaplikasikannya pada lesi karies (atau yang ada restorasinya) pada kedalaman inisial aksial

0,5mm di dalam DEJ (fig. 2). Kedalaman ini biasanya 1-1,25mm dari total kedalaman aksial,

tergantung pada lokasi incisogingival (oklusogingival). Enamel lebih tebal pada oklusal dan

insisal daripada servikal. Namun, jika preparasi pada permukaan akar, kedalaman aksial rata-rata

0,75mm.

Figur 1. Tapered fissure bur.

Figur 2. Aplikasi tapered fissure bur pada inisiasi preparasi restorasi klas V amalgam.

Page 17: konser kelompok1

Ujung bur pada kedalaman inisial adalah terletak pada dentin, pada dentin yang sudah

berkaries, atau pada material restorasi yang sudah lama. Tepi pada ujung bur dapat digunakan

untuk penetrasi area, ini lebih efisien daripada menggunakan flat end bur, mengurangi

kemungkinan bur mengalami “crawling”. Ketika preparasi inisial sudah dibuat, bur

dipertahankan untuk menjamin bahwa semua dinding luar perpendikuler terhadap permukaan

gigi luar dan paralel ke enamel rods (fig. 2). Seringnya hal ini menyebabkan penyesuaian

orientasi handpiece untuk mencukupi kecembungan servikal, mesio-distal, dan incisogingival

(oklusogingival) pada gigi. Dokter gigi dapat memperluas preparasi pada insisal, gingival,

mesial, maupun distal sampai selisih cavosurface diposisikan pada struktur gigi yang tepat untuk

menyeimbangkan kedalaman inisial aksial yang sebesar 0,5mm

di dalam DEJ (jika pada permukaan akar kedalaman aksial nya

0,75mm).

Saat memperluas sisi mesial dan distal, besar kemungkinan diperlukan upaya untuk

melindungi rubber dam dari bur dengan menempatkan flat-bladed instrument melampaui rubber

dam. Dinding aksial harus terletak pada dentin, jika tidak ada bekas infeksi karies atau material

restorasi yang lama. Preparasi pada kedalaman dinding aksial 0,5mm di dalam DEJ hasil dari

kedalaman yang seragam untuk seluruh preparasi. Karena dinding aksial mengikuti kontur

mesio-distal dan incisogingival (oklusogingival) pada permukaan fasial gigi, biasanya cembung

pada kedua arahnya.

Alternatifnya, round carbide burs dengan ukuran yang sesuai (biasanya no. 2 atau no.4)

(fig. 4 dan fig. 5) dapat digunakan untuk preparasi inisial gigi. Round bur diindikasikan pada

area yang sulit dijangkau untuk fissure bur yang tertahan secara perpendikuler terhadap

permukaan gigi. Jika dibutuhkan, round bur yang lebih kecil mungkin juga digunakan untuk

membatasi sudut internal pada preparasi-preparasi ini, yang dapat meningkatkan ketepatan

tempat retensi groove.

Figur 3. Dinding luar preparasi kavitas, paralel terhadap enamel rods.

Page 18: konser kelompok1

Figur 4. Round carbide burs No. 2

Figur 5. Round carbide burs No. 4

Preparasi akhir gigi

Preparasi akhir gigi termasuk menghilangkan sisa dentin yang terinfeksi; perlindungan

pulpa; pembentukan retensi; menyelesaikan dinding eksterior; dan pembersihan, memeriksa dan

desensitizing. Sisa dari dinding aksial dentin yang terinfeksi dihilangkan dengan bur No. 2 atau

No. 4. Material restorasi lama (termasuk base dan liner), sisanya dapat dibiarkan jika: (1) Tidak

ada tanda klinis atau radiografis karies rekuren, (2) tepi base dan liner-nya masih utuh, dan (3)

gigi asimtomatik.

Karena dinding mesial, distal, gingival, dan insisal gigi yang dipreparasi tegak lurus

terhadap permukaan luar gigi, sehingga bentuknya menjadi divergen ke arah fasial. Akibatnya,

bentukan ini tidak menghasilkan retensi yang cukup cekat, dan bentuk retensi harus disediakan

karena bentuk retensi primer untuk restorasi amalgam adalah makromekanikal. Bur No. ¼ (fig.

6) digunakan untuk preparasi dua retensi groove, yang satu sepanjang incisoaxial line angle dan

yang satu lagi sepanjang gingivoaxial line angle. Handpiece diatur sedemikian rupa sehingga bur

No. ¼ diarahkan sampai sudut yang terbentuk di persimpangan dinding aksial dan dinding insisal

(oklusal).

Figur 6. Round carbide burs No. 1/4

Menggunakan empat coves, 2 grooves penuh, dapat menjaga dentin di dekat pulpa,

mengurangi kemungkinan pulpa terbuka secara mekanik. Kedalaman harus mendekati 0,25mm,

yang merupakan setengah dari diameter bur. Groove sebaiknya tidak sampai menghilangkan

dentin yang mendukung enamel.

Page 19: konser kelompok1

Jika tidak mungkin menggunakan bur No. ¼ untuk akses, chisel pembentuk sudut 7-85-

2½-6 dapat digunakan untuk preparasi bentuk retensi. Pembentukan retensi bundar dengan bur

No. ¼ lebih disukai, karena amalgam lebih mudah terkondensasi pada area bundar daripada area

yang bersudut tajam, menghasilkan adaptasi yang lebih baik dari amalgam ke retensi groove.

Terakhir, operator membersihkan preparasi menggunakan semprotan udara-air dan evacuation.

Penggunaan semprotan udara untuk menghilangkan kelembaban (tanpa mengeringkan struktur

gigi). Jika preparasi telah selesai, desensitizer diaplikasikan.

Preparasi Area Luas yang Mencakup Line Angles

Karies pada permukaan lingual dapat melebihi sudut garis gigi. Gigi molar rahang atas,

terutama molar kedua paling sering mengalami kerusakan (karies) yang luas. Contoh, jika

terdapat distal karies di sebelah fasial (lingual), maka restorasi harus mengelilingi sudut garis

gigi. Hal ini untuk mencegah kebutuhan restorasi klas II proksimal untuk mengembalikan

permukaan distal.

Preparasi seringkali menggunakan fissure bur, kemudian menggunakan round bur yang

memiliki diameter yang sama dengan fissure bur. Round bur digunakan untuk mengutamakan

sudut internal pada bagian distal.Untuk membuat retensi pada restorasi maka retensi groove

berada di sepanjang oklusoaksial dan gingivoaksial.

Jika bentuk outline klas V mendekati restorasi proksimal, maka lebih baik preparasi

dilakukan sampai restorasi proksimal, daripada meninggalkan struktur gigi yang tipis di antara

kedua restorasi. Jika dalam perawatan terdapat restorasi klas II dan klas V pada gigi yang sama,

maka preparasi dan restorasi klas II diselesaikan terlebih dahulu sebelum memulai restorasi klas

V. Jika restorasi klas V dilakukan pertama, kemungkinan restorasi akan rusak oleh matrix band

dan wedge yang diperlukan untuk restorasi klas II.

C. TEKNIK RESTORASI

1. Lining pada kavitas

Semen zinc phosphate tersedia dalam bentuk serbuk dan cairan yang dicampurkan dalam

glass slab dengan spatula stainless steel. Serbuk tersusun dari zinc oxide dan magnesium oxide

Page 20: konser kelompok1

dengan sedikit modifier. Komponen uatama penyusun cairan adalah orthophosphoric acid

dengan penyangga berupa garam larut seperti aluminium, zinc, dan magnesium phosphate. Air

yang terkandung dalam cairanharus dipertahankan pada level konstan ketika digunakan

(Hampson, 1973).

Ketika serbuk dicampur dengan cairan terjadi reaksi yang memproduksi panas,

menghasilkan substansi solid yang mungkin merupakan zinc phosphate tersier. Mungkin saja

permukaan partikel serbuk larut terlebih dahulu dan pada tahap ini semen dimasukkan ke dalam

kavias. Belakangan terbentuk garam tersier dan presipitat dalam bentuk kristal. Pencampuran

yang terlalu lama harus dihindari sebab dapat mengganggu pembentukan kristal dan membuat

semen menjadi rapuh (Hampson, 1973).

Semen harus dicampurkan dengan hati-hati agar hasil yang sempurna tercapai. Proporsi

srbuk dan cairan yang telaah ditetapkan oleh pabrik harus dipakai. Untuk ahli bedah gigi, agar

waktu memanipulasi semen cukup, bias menggunakan slab yang telah didinginkan, terutama

apabila suhu udara panas. Temperature slab harus tidak lebih rendah dari titik embun ruangan,

jika lebih rendah akan terjadi kelembaban yang dapat merusak semen. Serbuk dimasukkan dalam

cairan sedikit demi sedikit dan meluas, pengadukan harus dilakukan secara cepat dan seluruh

partikel semen harus teraduk merata. Proses pencampuran hrus mencapai lebih kurang 90 detik.

Serbuk dan cairan harus disimpan dalam tempat yang kering dan bertutup sebagai pelindung agar

tahan lama dari udara yang mengandung kelembaban yang dapt mengubah keseimbangan kimia

semen (Hampson, 1973).

Semen zinc oxide dan minyak cengkeh bias didapat dalam bentuk serbuk dan cairan yang

akan dicampur menjadi satu dengan cara yang sama dengan semen zinc phosphate. Penelitian

memperlihatkan bahwa semen zinc phosphate mengiritasi pulpa apabila bahan tersebut

ditempatkan pada kavitas yang dalam, sedangkan semen zinc oxide dan minyak cengkeh lebih

netral dan tidak mengiritasi. Semen zinc oxide dan minyak cengkeh memiliki waktu setting yang

lama, ini menyebabkan sulit dilakukannya filling material lain secara cepat. Kekurangan ini

dapat diatasi dengan menambahkan akselerator berupa zinc acetate dan glacial acetic acid pada

semen sehingga protective lining menjadi keras dalam waktu kurang lebih 4 menit. Preparasi lain

menggunakan calcium hydroxide base seperti Dycal dan Hydrex juga dapat digunakan sebagai

alternatif terhadap preparasi zinc oxide dan eugenol. Bai preparasi zinc oxide maupun calcium

Page 21: konser kelompok1

hydroxide, sangat dianjurkan apabila kavitas dalam. Lapisan dari salah satu material diletakkan

di bagian yang terdalam pada kavitas dan dilapisi zinc phosphate atau polycarbonate lining

(Hampson, 1973).

Lining pada Kavitas

Kavitas harus dilapisi sehingga dasarnya lebih kurang 1 mm di bawah amelo-dentinal

junction agar memungkinkan cukup amalgam untuk di-carving dan polishing. Karena semen

hanya merupakan perlindungan pada pulpa, konsistensinya harus minimal dengan ketebalan

yang sesuai agar tidak larut. Kita tidak boleh menempatkan terlalu banyak semen pada bagian

pulpo-axial line angle dan pada posisi ini line angle yang tumpul lebih diharapkan daripada line

angle yang tajam. Harus hati-hati, kita tidak boleh menutupi dinding tepi kavitas dengan semen,

karena cepat atau lambat, semen akan larut dan meninggalkan celah di antara amalgam dan gigi,

hal ini dapat menyebabkan karies nantinya (Hampson, 1973).

2. Penempatan Matriks

Umumnya restorasi amalgam kelas V ditempatkan tidak menggunakan matriks.

Kondensasi tersulit dijumpai pada preparasi gigi dengan dinding axial yang mesio-distalnya

konveks. Metode yg banyak dipakai untuk pengaplikasian matriks adalah dengan membatasi

amalgam di bidang mesial dan distalnya (Fig. 18-36). Matriks berbahan stainless steel yang

pendek, masing-masing di permukaan mesial dan distal ditempatkan di kontak proksimal, lalu

secara hati-hati di arahkan ke sulkus gingiva, lalu di wedge. Strip matriks dibuat cukup lebar

dengan meluas ke arah oklusal sepanjang masing-masing kontak proksimal dan cukup panjang

untuk melewati facial line angles. Strip tersebut membutuhkan bahan yang memberikan

kestabilan dan kekakuan. Hal ini sangat membantu saat pengaplikasian bahan campuran dalam

jumlah yang kecil di ujung wedge sebelum insersi wedge. Strip tersebut harus memberikan

resistensi agar dapat menahan bidang mesial dan distal, dimana mendukung kondensasi di pusat

restorasi. Tepi gingiva steel strip harus sering dirapikan agar sesuai dengan kontur dari dasar

sulkus gingiva untuk mencegah kerusakan jaringan lunak. Daripada menggunakan steel strip

yang pendek, yang lebih panjang lebih tepat digunakan dengan arah satu kontak proksimal yang

melewati permukaan lingual, dan diarahkan ke kontak yang lain, dengan matrix berbentuk U-

shaped. Merapikan tepi gingival agar sesuai anatomi interproximal jaringan lunak lebih sulit

dengan satu strip matrix daripada menggunakan dua strip (Roberson, 2006).

Page 22: konser kelompok1

3. Kondensasi dan Pengukiran

Dokter gigi memasukkan campuran amalgam menggunakan amalgam carrier ke dalam

preparasi sedikit demi sedikit dan mengkondensasi ke daerah retensi, dengan ukuran kondensor

yang sesuai. Selanjutnya, dokter gigi mengkondensasi amalgam pada dinding mesial dan distal.

Kemudian, memasukkan amalgam di bagian tengah preparasi agar dapat diukir untuk

membentuk kontur yang benar. Semakin permukaan restorasi menjadi lebih cembung,

kondensasi menjadi semakin sulit. Sebuah kondensor besar atau plastic instrument yang

diaplikasikan pada amalgam dapat membantu melawan tekanan yang terjadi di restorasi.

(Roberson, 2006)

Carving/ pengukiran dapat dimulai segera setelah insersi amalgam. Semua ukiran harus

dilakukan dengan menggunakan sisi explorer tine atau carver Hollenback no. 3, yang dipegang

sejajar dengan tepi. Prosedur pengukiran ini dimulai dengan menghilangkan kelebihan amalgam

untuk memperlihatkan tepi incisal (atau oklusal). Dilanjutkan dengan menghilangkan kelebihan

amalgam untuk memperlihatkan tepi mesial dan distal. Kemudian, dokter gigi menghilangkan

ekses pada margin gingiva. Pengukiran pada daerah tepi harus menghasilkan kontur cembung

pada restorasi. Penggunaan carving instrument yang tidak tepat dapat mengakibatkan restorasi

memiliki kontur yang buruk. Catatan pada Figure 18-41 bagaimana carving instrument

diposisikan untuk memberikan kontur yang diinginkan. Seharusnya tidak ada kelebihan amalgam

pada tepi, karena hal ini dapat menyebabkan lepasnya restorasi , membuat cacat pada tepi, atau

menyebabkan iritasi gingiva. (Roberson, 2006).

Page 23: konser kelompok1

Ada saat-saat yang tepat dimana dibutuhkan pengubahan kontur facial akibat terjadi

perubahan tingkat jaringan lunak (misal, lesi cervical pada pasien yang dirawat secara

periodontal). Kontur facial dapat ditambah sehingga mencegah impaksi makanan di sulkus

gingiva serta memudahkan pasien untuk membersihkannya. Overkontur harus dihindari karena

dapat mengurangi stimulasi dan mengurangi pembersihan gingiva selama mastikasi (Roberson,

2006).

Saat rubber dam dan retainer servikal no. 212 digunakan untuk mengisolasi, operator

wajib membersihkan area menggunakan semprotan udara-air dan explorer untuk membuang

semua partikel amalgam, terutama di area sulkus. Operator menyingkirkan retainer no. 212

secara hati-hati untuk membuka penghubung retainer sehingga cukup lebar, hal ini dilakukan

untuk menghindari kerusakan permukaan restorasi. Lalu operator menyingkirkan rubber dam dan

membersihkan kembali area tersebut untuk memastikan bahwa tidak ada amalgam yang tersisa di

sulkus (Roberson, 2006).

Setelah amalgam diukir untuk memperoleh kontur yang tepat, permukaan yang lebih

halus dapat diperoleh dengan burnishing (mengkilapkan) selanjutnya smoothing (menghaluskan)

menggunakan rubber cup dan pasta abrasive halus. Walaupun polishing tidak menunjukkan

manfaat dalam jangka waktu yang lama, namun dengan adanya permukaan yang halus dapat

mengurangi deposit plak (Summit et.al, 2006).

Page 24: konser kelompok1

4. Finishing dan Polishing

Tujuan dari polishing adalah untuk menciptakan sebuah restorasi yang halus dan

permukaan gigi yang diinginkan dengan mengembailkan kontur normal, tepi yang halus, serta

menciptakan penampilan secara keseluruhan dan ketahanan dari restorasi itu sendiri. Pada

permukaan interproksimal sering terdapat kelebihan amalgam yang dapat menjadi lokasi

potensial untuk retensi plak. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan kerentanan terhadap

kerusakan dan penyakit periodontal. (Hampson, 1973).

Jika prosedur pengukiran (carving) telah dilakukan dengan benar, maka tidak diperlukan

finishing pada restorasi. Sedikit kapas yang dibasahi cukup untuk menghaluskan hasil ukiran

pada restorasi. Akan tetapi, finishing dan polishing restorasi amalgam tetap diperlukan untuk

memperbaiki restorasi jika terdapat perbedaan tepi ataupun untuk meningkatkan kontur.

Operator harus berhati-hati ketika menggunakan instrument batu atau alat potong berputar pada

bagian tepi di bawah CEJ karena dapat menyebabkan hilangnya sementum atau bentukan

struktur gigi dan tepi gingival (Fig. 18-42). Fig. 18-43 menggambarkan pembentukan rubber

abrasive point untuk mempermudah akses ke daerah gingival pada restorasi amalgam kelas V.

Polishing restorasi amalgam tembaga tinggi (high-copper) tidak diperlukan karena amalgam

tembaga tinggi tidak mudah terkena korosi serta kerusakan tepi jika dibandingkan dengan

tembaga rendah (low-copper). Namun, beberapa operator lebih memilih untuk memoles semua

restorasi amalgam untuk memperoleh permukaan yang halus dan mengkilap. (Roberson, 2006)

Page 25: konser kelompok1

Polishing Restorasi Amalgam Kelas V :

1. Haluskan permukaan dengan menggunakan 3/8 inci extrafine garnet disk. Selama

menggunakan disk, usahakan agar tetap pada gerakan konstan dan gunakan light pressure

serta slow speed.

2. Haluskan dengan menggunakan extrafine sand disk.

3. Polish dengan menggunakan rubber cup dan serbuk pumice.

4. Mengkilapkan dengan tin oxide.

(Howard, 1973)

Page 26: konser kelompok1

KESIMPULAN

Restorasi klas III diindikasikan untuk permukaan proximal dari gigi anterior, tetapi tidak

melibatkan sudut incisal.

Restorasi kelas V diindikasikan pada bagian 1/3 servikal dari permukaan fasial atau

lingual pada gigi manapun.

Restorasi amalgam kelas III dan Kelas V biasanya dikontraindikasikan pada kepentingan

estetik.

Restorasi amalgam lebih kuat, lebih mudah ditempatkan, biaya yang dikeluarkan pasien

lebih murah, mudah dibedakan dengan struktur gigi di sekitarnya, dan lebih mudah

untuk dilakukan finishing dan polishing tanpa merusak permukaan di sebelahnya.

Kerugian utama dari restorasi amalgam kelas III dan kelas V adalah warna metalik yang menyebabkan tidak estetik.

Page 27: konser kelompok1

Daftar Pustaka

Eccbs, J. D et al. 1994. Konservasi Gigi, Edisi 2. Widya Medika : Jakarta

Ford, Pitt. 1993. Restorasi Gigi, Edisi 2. EGC : Jakarta

Grundy JR, Jones JG. 1992. A Colour Atlas of Clinical Operative Dentistry: Crowns and

Bridges, 2nd ed. Aylesdbury: Wolfe Publishing Ltd.

Hampson, I.E. 1973. Textbook of Operative Dentistry. 3rd ed. London: William Heinemann

Medical Books Ltd.

Heasman, Peter. 2003. Master Dentistry, Pediatric Dentistry, and Orthodontic, vol.2. China:

Churchill Livingstone.

Howard, W.W. 1973. Atlas of Operative Dentistry. 2nd ed. St. Louis: The CV Mosby

Company.

Roberson, T.M. 2006. Studervant’s Art and Science of Operative Dentistry. 5th ed. St.

Louis: Mosby Elsevier.

Summit, J.B, et.al. 2001. Fundamentals of Operative Dentistry: A Contemporary Approach,

2nd ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.

Summit, J.B et.al. 2006. Fundamental of Operative Dentistry: A Contemporary Approach.

3rd ed. Illnois: Quintessence Publishing Co, Inc.