18
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020 Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814 A.09 | 1 KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19 Design Concept of Batik Mask in The Covid-19 Pandemic Joni Setiawan 1 , Euis Laela 2 , Istihanah Nurul Eskani 3 , Novita Ekarini 4 1,2,3,4 Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No 7 Yogyakarta 55166 Korenspondesi Penulis Email : [email protected] Kata kunci: batik, fungsional, masker, pandemi Keywords: batik, functional, mask, pandemic ABSTRAK Pandemi COVID-19 masih terasa hingga saat ini. Berbagai penelitian dan pengembangan dicari untuk pencegahan dan pengobatannya. Salah satu produk yang banyak dicari dan berkembang adalah masker. Masker yang semula sebagai produk pencegahan, seiring adaptasi manusia terhadap pandemi, mulai muncul produk – produk masker untuk fashion. Keterpurukan industri batik di tengah – tengah masa pandemi ini menyebabkan IKM berinovasi. Produk masker batik merupakan hasil pengembangan produk industri batik di masa pandemi. Namun apakah masker batik yang ada sudah sesuai dengan persyaratan untuk menolak droplet, menyaring partikel dan menyaring bakteri/virus?. Penelitian ini bertujuan merancang konsep masker batik yang berfungsi sebagai pencegah virus corona dan sekaligus fashion. Metode penelitian yang dipergunakan adalah studi pasar melalui Google Trends, survey pemahaman konsumen terhadap masker kain, studi pustaka terkait masker, standar mutu masker medis, standar mutu sebagai pertimbangan penyusunan konsep desain masker. Hasil yang didapatkan adalah konsep desain masker batik fungsional. ABSTRACT The COVID-19 pandemic is still being felt today. Various research and development are sought for its prevention and treatment. One of the most sought-after and growing products is a mask. Masks, which were originally a preventive product, along with human adaptation to the pandemic, began to appear masks for fashion. The downturn in the batik industry in the midst of this pandemic has caused IKM to innovate. Batik mask products are the result of the development of batik industry products during the pandemic. However, do the existing batik masks meet the requirements for rejecting droplets, filtering particles and filtering out bacteria / viruses? This study aims to design the concept of batik masks that function as a corona virus deterrent and at the same time fashion. The research method used is a market study through Google Trends, a survey of consumers understanding of cloth masks, literature study related to masks, medical mask quality standards, quality standards as a consideration for the preparation of a mask design concept. The result obtained is a functional batik mask design concept.

KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 1

KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Design Concept of Batik Mask in The Covid-19 Pandemic

Joni Setiawan1, Euis Laela2, Istihanah Nurul Eskani3, Novita Ekarini4

1,2,3,4Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No 7 Yogyakarta 55166

Korenspondesi Penulis

Email : [email protected]

Kata kunci: batik, fungsional, masker, pandemi

Keywords: batik, functional, mask, pandemic

ABSTRAK

Pandemi COVID-19 masih terasa hingga saat ini. Berbagai penelitian dan pengembangan dicari untuk

pencegahan dan pengobatannya. Salah satu produk yang banyak dicari dan berkembang adalah masker.

Masker yang semula sebagai produk pencegahan, seiring adaptasi manusia terhadap pandemi, mulai

muncul produk – produk masker untuk fashion. Keterpurukan industri batik di tengah – tengah masa

pandemi ini menyebabkan IKM berinovasi. Produk masker batik merupakan hasil pengembangan produk

industri batik di masa pandemi. Namun apakah masker batik yang ada sudah sesuai dengan persyaratan

untuk menolak droplet, menyaring partikel dan menyaring bakteri/virus?. Penelitian ini bertujuan

merancang konsep masker batik yang berfungsi sebagai pencegah virus corona dan sekaligus fashion.

Metode penelitian yang dipergunakan adalah studi pasar melalui Google Trends, survey pemahaman

konsumen terhadap masker kain, studi pustaka terkait masker, standar mutu masker medis, standar mutu

sebagai pertimbangan penyusunan konsep desain masker. Hasil yang didapatkan adalah konsep desain

masker batik fungsional.

ABSTRACT

The COVID-19 pandemic is still being felt today. Various research and development are sought for its

prevention and treatment. One of the most sought-after and growing products is a mask. Masks,

which were originally a preventive product, along with human adaptation to the pandemic, began to

appear masks for fashion. The downturn in the batik industry in the midst of this pandemic has caused

IKM to innovate. Batik mask products are the result of the development of batik industry products

during the pandemic. However, do the existing batik masks meet the requirements for rejecting

droplets, filtering particles and filtering out bacteria / viruses? This study aims to design the concept

of batik masks that function as a corona virus deterrent and at the same time fashion. The research

method used is a market study through Google Trends, a survey of consumers understanding of cloth

masks, literature study related to masks, medical mask quality standards, quality standards as a

consideration for the preparation of a mask design concept. The result obtained is a functional batik

mask design concept.

Page 2: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 2

PENDAHULUAN

Pandemi covid-19 yang melanda dunia saat ini masih terus berlangsung. Masuknya virus

corona ke Indonesia sejak 2 Maret 2020, ketika diumumkan pertama kali oleh pemerintah

Indonesia, belum menunjukkan penurunan hingga saat ini dan semakin bertambah. Dalam

jangka waktu enam bulan ini, pandemi covid-19 ini telah memukul semua sektor, tidak hanya

pada sektor kesehatan namun juga sektor ekonomi termasuk pada sektor industri. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Thaha (2020) pada bulan Juni 2020, sedikitnya 50% UMKM

mengalami dampak pandemi ini (Thaha, 2020).

Dalam menghadapi pandemic covid-19 ini, terdapat fase - fase yang telah dilalui dan

ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dengan diberlakukannya yaitu fase tanggap darurat, fase

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dan fase PSBB transisi (new normal).

Pada masa awal masuknya virus corona di Indonesia terjadi kepanikan dan masyarakat

ramai–ramai memborong kebutuhan pokok dan peralatan kesehatan. Hand sanitizer dan masker

termasuk barang yang paling diburu oleh masyarakat, baik itu masker medis maupun non medis

sehingga menjadi barang yang langka di pasar dan harganya menjadi sangat mahal. Seiring

dengan berjalannya waktu munculah masker kain sebagai solusi terhadap langkanya masker

medis. PT. Sritex pada kisaran bulan Maret meluncurkan masker kain dengan fungsi antibakteri

dan antiair (Akbar & Hidayat, 2020). Masker tersebut laris diserbu masyarakat. Kemudian muncul

jenis masker lainnya seperti masker scuba dan masker bahan kain lainnya.

Setelah itu fase beradaptasi pada new normal dengan pembiasaan mencuci tangan,

memakai masker, menjaga jarak. Penggunaan masker juga telah mengalami perubahan yang

semula masker yang mempunyai fungsi utama menyaring udara, namun sekarang telah

berkembang dengan sentuhan estetika yaitu masker yang berfungsi ganda yaitu untuk

kesehatan dan penampilan (fashionable).

Walaupun terbilang muncul agak terakhir, produsen fashion dari Jepang dengan Merek

UNIQLO pada tanggal 21 September 2020 juga meluncurkan masker AIRsm dan mengklaim

dapat menyaring bakteri 99% (UNIQLO, 2020). UNIQLO dalam promosinya sangat terbuka dan

menampilkan keterangan yang detail terkait dengan masker AIRsm termasuk juga ukuran

maskernya. Produsen kain dari India juga tidak ketinggalan, Birla Selulose juga telah

mengeluarkan produk masker yang bersifat antibakteri dan antivirus. Dengan banyaknya produk

masker dari luar negeri yang mengklaim antibakteri, maka perlu disaingi dengan produk masker

yang menunjukkan identitas dalam negeri, salah satunya adalah masker berbahan kain batik.

Balai Besar Kerajinan dan Batik pada tahun 2019 telah mengembangkan batik yang bersifat

antibakteri dengan mengaplikasikan agen antibakteri ZnO nanopartikel pada kain katun, baik

sebelum maupun sesudah diproses batik. Sifat antibakteri kain batik tersebut memiliki

ketahanan hingga lebih dari 20 kali pencucian rumah tangga (Eskani et al., 2020)

Page 3: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 3

Rumusan masalah

Munculnya berbagai masker pada fase new normal ini merupakan respon terhadap

penyesuaian atau adaptasi kebiasaan baru. Kesadaran masyarakat mulai tumbuh dengan tidak

menggunakan masker medis. Sebagai gantinya penggunaan masker berbahan kain seperti

scuba dan buff, serta masker – masker bahan kain lainnya. Pada tataran lebih lanjut, masker kain

tidak hanya sebatas menjadi pelindung dari droplet dan penyaring partikel, bakteri maupun

virus, namun sekaligus menambah penampilan.

(a) (b)

Gambar 1. Masker

Pada Gambar 1 (a) menunjukkan contoh masker batik. Pada Gambar 1 (b) menunjukkan

Bapak Achmad Yurianto selaku juru bicara pemerintah mengenakan masker batik pada saat

mengumumkan perkembangan Covid-19 di Indonesia (Kamila, 2020).

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2. Masker batik karya desainer Indonesia yaitu:

(a) Anne Avantie; (b) Hian Tjen; (c) Ferry Sunarto; dan (d) Poppy Dharsono

Page 4: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 4

Demikian pula para desainer tidak kalah dalam hal kreatifitasnya. Salah satunya adalah

Anne Avantie yang mengembangkan berbagai macam masker dengan megadopsi kain

tradisional Indonesia diantaranya batik dan tenun, seperti hasil karyanya yang dimuat dalam

Popmama.com (Syifa, 2020).

(a) (b)

Gambar 3. Masker kain dari kain tradisional lainnya; (a) Lurik (b) Jumputan

Tidak hanya masker batik, masker dari kain tradisional Indonesia juga berkembang. Salah

satunya pada Gambar 3 (a) adalah masker lurik karya Anne Avantie (Krisyanti, 2020). Di tempat

lain juga berkembang seperti kain tradisonal Palembang yaitu jumputan juga ikut sebagai motif

pada masker dan menjadi trend di daerah asalnya yaitu Palembang (Suryani, 2020).

Dengan berkembangnya masker-masker ini, yang menjadi permasalahan adalah apakah

masker-masker tersebut telah sesuai dengan persyaratan standar masker kain dalam menangkal

partikel, bakteri dan virus corona? Apakah secara ergonomic, desain masker tersebut telah

nyaman dipakai?

Tinjauan pustaka dan landasan teori

Masker bukanlah merupakan produk yang baru. Masker sudah banyak dipergunakan untuk

tujuan-tujuan tertentu sebelum pandemi covid-19. Namun dengan adanya pandemi covid-19

ini, kebutuhan masker menjadi kebutuhan yang pokok. Pengambangan masker untuk

pengendara sepeda motor diteliti oleh (Muthia & Hendrawan, 2017). Perancangan masker

sesuai antropometri juga dilakukan oleh (Ramadhan, 2018). Penelitian dan pengembangan

terkait dengan pandemi covid-19 terus dilakukan.

Masker sebagaimana diatur dalam SNI 8914:2020 Tekstil - Masker dari kain, merupakan kain

penutup mulut dan hidung yang berfungsi sebagai penyaring partikel, virus dan bakteri. Masker

dari kain terdiri dari minimal dua lapis yang terpisah atau menyatu dengan teknik tertentu.

Masker dari kain diklasifikasikan menjadi tiga yaitu 1) tipe A : masker kain untuk penggunaan

umum; 2) tipe B : masker kain untuk penggunaan filtrasi bakteri; 3) tipe C : masker kain untuk

penggunaan filtrasi partikel (BSN, 2020). Persyaratan mutu masker dari kain terlihat pada Tabel 1

berikut ini:

Page 5: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 5

Tabel 1. Persyaratan mutu masker dari kain sesuai SNI 8914:2020

No Uji Satuan Tipe A Tipe B Tipe C Ket.

1

Daya tembus udara cm3/cm2

/detik 15 - 65 - -

2 Daya serap 1) detik ≤60 ≤60 ≤60 maksimum

3 Kadar formaldehida

bebas mg/kg 75 75 75 maksimum

4 Ketahanan luntur

terhadap :

a. Pencucian 2) - Perubahan

warna 3)

- Penodaan

warna 4)

b. Keringat asam dan

basa 5) - Perubahan

warna 3)

- Penodaan

warna 4)

c. Saliva 5)

Skala

4

3-4

4

3-4

5

4

3-4

4

3-4

5

4

3-4

4

3-4

5

minimum

minimum

minimum

minimum

minimum

5 Zat warna azo

karsinogen 5)6) mg/kg

Tidak

digunakan 7)

Tidak

digunakan 7)

Tidak

digunakan 7)

6 Kadar logam 5)

- Arsen (As)

- Timbal (Pb)

- Kadmium (Cd)

- Kobalt (Co)

- Tembaga (Cu)

- Nikel (Ni)

- Merkuri (Hg)

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

1,0

1,0

0,1

4,0

50

4,0

0,02

1,0

1,0

0,1

4,0

50

4,0

0,02

1,0

1,0

0,1

4,0

50

4,0

0,02

maksimum

maksimum

maksimum

maksimum

maksimum

maksimum

maksimum

7 Ketahanan terhadap

pembasahan

permukaan (Uji siram)

skala ISO 2 ISO 2 ISO 2 minimum

8 Kadar PFOS dan PFOA 8)9)

µg/m2 Tidak

terdeksi 10)

Tidak

terdeksi 10)

Tidak

terdeksi 10)

minimum

9 Nilai aktivitas

antibakteri 11)

a. Staphylococcus

aureus

b. Klabsiella

pneumiae

2,07

0,42

2,07

0,42

2,07

0,42

minimum

minimum

10 Efisiensi Filtrasi bakteri - ≥60 % -

Page 6: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 6

11 Tekanan differensial mm

H2O

- ≤ 15 ≤ 21

12 Efisiensi filtrasi

partikulat

- - ≥60 %

(sub-mikron

0,1 mikron)

Catatan : Lapisan dalam dan lapisan luar masker dari harus dapat dibedakan dengan jelas supaya

mudah dikenali perbedaannya oleh pengguna

1) Berlaku untuk lapisan dalam

2) Berlaku untuk masker yang berwarna

3) Skala abu-abu (grey scale)

4) Skala penodaan

5) Berlaku untuk lapisan dalam yang berwarna

6) Daftar senyawa amina sesuai SNI ISO 14362-1

7) Bila kurang dari 30 mg/kg dilaporkan :’tidak digunakan”

8) Berlaku untuk masker yang melalui proses penyempurnaan tahan air (water repelent)

9) Berlaku untuk lapisan luar

10) Berdasarkan SNI 8360, bila kurang dari 1,0 µg/m2 dilaporkan : “tidak terdeteksi”

11) Berlaku untuk masker yang melalui proses penyempurnaan antibakteri Keterangan: skala : 1 = Sangat Jelek; 2 = Jelek; 3 = Cukup; 4 = Baik; 5 = Sangat Baik

Sesuai Tabel 1, terdapat 12 parameter mutu yaitu daya tembus udara, daya serap, kadar

formaldehida bebas, ketahanan luntur warna, kandungan zat warna azo karsinogen, kadar

logam, ketahanan terhadap pembahasan permukaan, kadar PFOS dan PFQA, nilai efektifitas

bakteri, nilai efisiensi filtrasi bakteri, tekanan differensial, dan efisiensi filtrasi partikulat. Jadi jika

produsen masker akan memasang tanda SNI pada produk masker kainnya, harus memenuhi

kedua belas persyaratan mutu di atas. Standardisasi masker diatur dalam beberapa standar

berikut ini. Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang merupakan badan khusus yang menangani

standardisasi produk telah mengeluarkan SNI Masker yaitu : SNI EN 14683:2019+AC:2019

masker medis-persyaratan dan metode uji; SNI 8914:2020 Tekstil - Masker dari kain.

Masker kain merupakan salah satu alternatif dari masker medis yaitu sebagai alat

pencegahan terhadap virus corona. Dimana disinyalir terdapat kelompok yang tanpa disadari

dapat menyebarkan virus corona atau disebut orang tanpa gejala (OTG). Oleh karena itu masker

berfungsi untuk mencegah meluasnya penularan virus. Penggunaan masker kain lebih efektif

dibandingkan tanpa proteksi apapun terutama saat diluar rumah. Masker digunakan apabila

beraktifitas diluar rumah, berada diruang tertutup seperti kantor, pabrik, supermarket, apotek,

transportasi umum, pasar dan sebagainya.

Masker kain digunakan bagi masyarakat sehat. Masker digunakan saat berada di luar rumah

dengan tetap menjaga jarak 1-2 meter. Pengecualian untuk masyarakat yang mempunyai

kegiatan yang berbahaya seperti penanganan jenazah covid-19, maka tidak disarankan

menggunakan masker kain

Page 7: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 7

SNI 8914:2020 merupakan standar kain yang digunakan untuk masker non medis dari kain

yang berupa kain tenun atau kain rajut minimal 2 lapisan. Semakin banyak lapisan kain dan

kerapatan tenun kain maka efesiensi penyaringan meningkat lebih dari 80 % untuk partikel kecil

dan lebih 90% untuk partikel ukuran besar (BSN, 2020).

Masker kain dapat dicuci dan dipakai berulang kali namun sebaiknya tidak dipakai lebih dari

4 jam karena masker kain tidak se-efektif masker medis dalam menyaring partikel, virus dan

bakteri.

Terkait dengan masker untuk fashion yang salah satunya adalah masker batik. Mengapa

masker batik dapat menjadi trend? Batik merupakan kain tradisional bangsa Indonesia yang

sudah sangat melekat di masyarakat Indonesia. Selain batik, masih terdapat kain-kain tradisonal

yang lainnya juga seperti tenun, jumputan, sasirangan, ecoprint. Selain itu pemasaran batik dan

kain tradisional lainya juga sedang mengalami keterpurukan, maka IKM batik merubah

produknya menjadi masker batik yang sedang laku di pasaran.

Batik antibakteri merupakan kain batik yang memiliki kemampuan menghambat

pertumbuhan bakteri. Kain yang biasa digunakan untuk batik adalah kain dari serat alami seperti

katun dan sutera. Kelemahan kain dari serat alami adalah mudah ditumbuhi oleh

mikroorganisme, oleh karena itu finishing antibakteri pada kain batik selain berfungsi

melindungi pemakainya dari bakteri juga melindungi kain batiknya sendiri agar lebih awet.

Finishing antibakteri dapat dilakukan menggunakan senyawa antibakteri komersial,

menggunakan agen finishing alami seperti kitosan atau menggunakan nanoteknologi (Eskani et

al., 2019). Untuk masker hendaknya dipilih finishing antibakteri yang aman. Finishing antibakteri

menggunakan senyawa antibakteri komersial biasanya digunakan triclosan, N-Halamine yang

mengandung Chlor, sehingga tidak aman apabila terhirup. Finishing antibakteri secara

nanoteknologi menggunakan zat berukuran nano, sebagai contoh nanoperak atau oksida logam

nano (TiO2, ZnO, CuO, MgO). Dari oksida logam tersebut yang paling aman adalah ZnO

sehingga ZnO banyak digunakan di industri sebagai agen antibakteri. Pada tahun 2019 yang lalu

Balai Besar Kerajinan dan Batik telah mengembangkan batik antibakteri yang diproses

menggunakan agen antibakteri ZnO nanopartikel. Diharapkan kain batik tersebut dapat

digunakan sebagai bahan baku masker kain antibakteri.

Dalam sebuah perancangan produk, faktor kenyamanan menjadi sangat penting. Produk

yang berkualitas mempunyai tingkat kenyamanan yang tinggi. Untuk itu pada proses

perancangan desain sudah mempertimbangkan faktor ergonomi. Dalam perancangan produk

yang nyaman diperlukan antropometri wajah diperoleh data-data 10 dimensi kepala, dimana ke

10 dimensi tersebut digunakan dalam perancangan desain produk. Dimensi tersebut meliputi

Tinggi masker = 139.8 mm, Sungkup masker = 50.8 mm, Sungkup masker = 25.2 mm, Panjang

tali dan ukuran masker = 295.7 mm, Lebar jngkauan tali = 141.2 mm, Lebar masker = 117.5 mm,

Sungkup masker = 43.3 mm, Lebar masker bagian bawah = 121.4 mm, Jarak tali atas dan bawah

= 63.7 mm, dan Sungkup masker = 15.7 mm. Pengukuran ini menggunakan perhitungan

persentil 5, 10, 50, 90, dan 95, yang dalam penggunaan persentil tersebut disesuaikan dengan

Page 8: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 8

desain yang akan dibuat. Desain dibuat untuk tinggi masker, sungkup masker, panjang tali, lebar

masker, dan jarak antar tali atas dan bawah (Ramadhan, 2018).

Selain SNI 8914:2020, sebelumnya gugus tugas percepatan penanganan covid-19 atau

disingkat Gugus Tugas Covid-19 telah mengeluarkan Standar Alat Pelindung Diri (APD) untuk

Penanganan Covid-19 di Indonesia. Dokumen yang disusun oleh tim yang terdiri dari para ahli

dan dokter-dokter di Indonesia dengan mempertimbangkan data dan informasi dari WHO.

Dokumen yang dibuat dengan tujuan untuk menyeragamkan atau menstandardisasi spesifikasi

APD yang dipergunakan di Indonesia. Dokumen yang terus diperbaharui hingga pada bulan

Agustus 2020 merupakan dokumen revisi ke-3 (Gugus Tugas Covid-19, 2020).

Tujuan penelitian

Pada penelitian ini mengaplikasikan batik fungsional (batik antibakteri) yang telah diteliti

oleh peneliti di Balai Besar Kerajinan dan Batik sebagai produk masker. Tujuan penelitian ini

adalah merancang masker batik yang sesuai dengan standar mutu. Diharapkan dengan konsep

desain ini dapat menjadi contoh bagi IKM batik yang akan mengembangkan produk batik

menjadi masker batik yang sesuai dengan persyaratan mutu SNI 8914:2020 Tekstil - Masker dari

kain.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan studi

mengenai kebutuhan pasar terhadap masker kain, survey pemahaman konsumen terhadap

masker kain, persyaratan mutu masker, kajian analisis karakteristik jenis-jenis masker yang ada di

pasaran. Konsep desain ini mempertimbangkan bahan baku, fungsi dan tampilan. Persyaratan

mutu masker dari kain menggunakan SNI 8914:2020 Tekstil – Masker dari kain.

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal

dari hasil kuesioner dan data sekunder yang didapatkan dari literatur baik berupa naskah dari

jurnal, dokumen standar dan informasi lain dari internet. Adapun peralatan yang dipergunakan

adalah kuesioner dan peralatan desain yang terdiri atas kertas, pensil, dan komputer.

Prosedur Kerja

Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini yang pertama adalah studi pasar terkait

kebutuhan masker kain. Studi pasar dilakukan dengan cara mencari data secara online dengan

kata kunci masker kain melalui search engine google. Hasil yang didapatkan kemudian

dianalisis apakah kebutuhan masker kain masih tinggi atau sudah pada taraf menurun. Survey

yang dilakukan melalui kuesioner dengan responden karyawan dan karyawati di Balai Besar

Kerajinan dan Batik. Tahapan yang kedua yaitu studi literatur meliputi dokumen standar masker,

antropometri wajah, motif batik, jenis kain. Tahapan yang ketiga adalah menganalisa data hasil

Page 9: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 9

studi pasar, kuesioner dan studi pustaka. Tahapan keempat adalah menggambar sketsa masker

kemudian dilanjutkan dengan gambar desain dengan komputer menggunakan software Affinity

Designer.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara keseluruhan pengembangan desain produk mempunyai tahapan yaitu conceptual

design, preliminary design, design development stage, dan detail engineering design. Pada

penelitian ini hanya melakukan kegiatan pada tahapan konseptual desain. Pada tahapan

konseptual desain mempunyai pertimbangan-pertimbangan meliputi syarat mutu standardisasi

produk masker dari kain.

Hasil

Hasil penelusuran di Google Trends dengan kata kunci masker kain ditemukan tersebar

merata di Indonesia seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Peringkat asal daerah pencarian masker kain pada Google Trends

Berdasarkan data dari Google Trends, pencarian dengan kata masker batik terlihat

menyebar ke seluruh Indonesia dengan ditandai warna biru muda. Namun pada daerah tertentu

lebih banyak nilainya ditandai dengan warna biru lebih tua. Daerah yang paling banyak mencari

dengan kata kunci masker kain di search engine Google adalah D.I. Yogyakarta, kemudian

disusul Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Utara dan Kepulauan Bangka Belitung.

Page 10: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 10

Gambar 5. Grafik pencarian pada Google Trends dengan kata kunci masker kain

Gambar 5 menunjukkan trend pencarian di internet melalui search engine Google yang

diolah menjadi Google Trends. Berdasarkan grafik, pencarian masker kain mulai naik ketika

Covid-19 diumumkan oleh pemerintah pada tanggal 2 Maret 2020 dan terus naik hingga pada

puncak pencarian terjadi pada 6 April 2020 dengan nilai 100. Kemudian secara teratur menurun

dan melandai hingga pada akhir September 2020 dengan nilai 16. Berdasarkan data ini maka

masker kain masih mempunyai prospek mengingat pandemi Covid-19 belum menunjukkan

akan berakhir.

Gambar 6. Kata kunci terkait masker kain yang sedang naik

Daftar kata kunci yang terkait dengan masker kain yang dicari melalui Google Trends adalah

kata kunci kain scuba masker, kain scuba, masker scuba, pola masker, masker scuba kain. Masker

scuba menjadi tren dalam pencarian di Google dikarenakan jenis masker ini sudah dilarang oleh

pemerintah, dikarenakan masker scuba hanya terdiri dari satu lapis kain yang mempunyai pori

yang besar, sehingga tidak mampu menyaring udara dengan baik.

Tahapan yang kedua yaitu melakukan survey terhadap pemahaman konsumen masker.

Kuesioner dibuat menggunakan fasilitas Google Form dan diedarkan secara daring. Responden

mengisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan dibuat secara tertutup agar

Page 11: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 11

responden lebih mudah dalam melakukan pengisian. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan

menghasilkan data-data sebagai berikut. Kuesioner bagian 1 adalah jumlah responden sebanyak

73 responden dengan 50,7% perempuan dan 49,3% laki-laki. Responden terdiri dari usia 14-21

tahun sebanyak 9,9% dan diatas 22 tahun (dewasa) sebanyak 91,1%

Kuesioner bagian 2 adalah survey kebutuhan masker menunjukkan sebagain besar yaitu

95,8% responden mempunyai masker polos. Sebanyak 70,4 % responden mempunyai masker

yang menunjang penampilan. Terkait kepemilikan masker sebanyak 73,2% responden memiliki

masker lebih dari 7 buah. Dan sebanyak 47,9% responden mengganti masker sebanyak 1 kali

dalam setiap hari dan 21,1% responden tidak berganti masker dalam sehari dan 31% responden

berganti sebanyak lebih dari 1 kali. Sebanyak 64,8% responden memiliki masker dua lapis,

32,45% responden mempunyai masker tiga lapis dan 2,8% responden yang memiliki masker

satu lapis.

Kuesioner bagian 3 adalah pengetahuan tentang standar masker sebanyak 100% responden

mengetahui kegunaan masker pada saat pandemi. Jumlah responden yang mengetahui standar

masker sebanyak 62%, yang mengetahui tipe-tipe masker kain sebanyak 53,5%, yang

mengetahui fungsi kain masker bagian luar sebanyak 66,2%, yang mengetahui fungsi kain

masker bagian dalam sebanyak 64,8%, yang mengetahui istilah hidrofobik kain sebanyak 57,7%,

yang mengetahui kain antibakteri sebanyak 69%.

Kuesioner bagian 4 adalah spesifikasi masker. Untuk bahan masker yang disukai menjawab

sangat beragam, namun yang paling banyak adalah bahan katun. Model tali yang paling disukai

adalah tali silang 56,3%, tali loop sebanyak 32,4% dan model loop dengan tali sebanyak 11,3%.

Untuk unsur ergonomi sebanyak 63,4% mengetahui perlunya ukuran wajah (antropometri

wajah). Sebanyak 95,8% lebih memilih kesehatan daripada model masker. Dan sebanyak 73,2%

yang memilih model yang dijual di umum daripada masker dari desainer.

Tahapan ketiga adalah data mengenai ukuran antropometri wajah. Dalam penelitian ini

digunakan data sekunder yaitu ukuran masker dari UNIQLO sebagaimana tersaji pada Gambar 7.

Gambar 7. Ukuran masker dari UNIQLO (UNIQLO, 2020).

Page 12: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 12

Setelah mendapatkan hasil pertimbangan di atas maka langkah selanjutnya adalah

membuat sketsa. Hasil tahap keempat yaitu membuat sketsa masker seperti terihat pada

Gambar 8.

(a) (b)

(c)

Gambar 8. Sketsa masker untuk (a) perempuan tanpa hijab (b) perempuan berhijab (c) laki-laki

(Gambar sketsa oleh Novita Ekarini)

(a) (b)

Gambar 9. Contoh desain masker batik (a) motif truntum (b) motif bunga

(Gambar desain oleh Novita Ekarini)

Page 13: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 13

Pembahasan

BSN telah menerbitkan SNI 8914:2020 Tekstil - Masker dari kain. Walaupun dapat dikatakan

terbitnya SNI ini agak terlambat karena pandemi covid telah melalui masa 6 bulan. Namun ini

dapat dipahami karena proses pembahasan SNI membutuhkan konsensus dari stakeholder SNI

yang terdiri dari unsur pemerintah, produsen, konsumen, tenaga ahli, akademisi. Dan untuk

mengkoordinasikan dan membahas konsep SNI membutuhkan waktu.

Pada SNI 8914:2020 berisi definisi, sayarat mutu dan metode pengujian. Definisi masker

sudah dijelaskan di atas. Syarat mutu yang berisi ketentuan yang harus dipenuhi pada sebuah

masker kain. Terdapat 12 parameter syarat mutu yaitu daya tembus udara, daya serap, kadar

formaldehida bebas, ketahanan luntur warna, kandungan zat warna azo karsinogen, kadar

logam, ketahanan terhadap pembahasan permukaan, kadar PFOS dan PFQA, nilai efektifitas

bakteri, nilai efisiensi filtrasi bakteri, tekanan differensial, dan efisiensi filtrasi partikulat.

Tinjauan terhadap bahan baku kain yang dipergunakan pada masker kain didasarkan oleh

tipe-tipe masker yang ditetapkan dalam dokumen SNI 8914:2020 yaitu 1) tipe A : masker kain

untuk penggunaan umum; 2) tipe B : masker kain untuk penggunaan filtrasi bakteri; 3) tipe C :

masker kain untuk penggunaan filtrasi partikel. Untuk masker tipe A dapat dibuat dengan kain

batik yang biasa dipergunakan dalam memproduksi batik yaitu kain katun.

Pada dokumen SNI 8914:2020 terdapat penjelasan terkait dengan kelebihan dan

kekurangan jenis masker kain jika dibandingkan dengan masker bedah, masker N95 dan masker

reusable facepiece respirator seperti terihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan jenis masker

Aspek

Tipe Masker

Masker kain

Masker

bedah (3

lapis)

N95 (atau

ekuivalen 1))

Reusable

facepiece

respirator

Perlindungan pemakai

terhadap droplet besar Ya Ya Ya Ya

Perlindungan pemakai

terhadap

aerosol/partikel airbone

Tidak Tidak Ya Ya

Pencegahan keluarnya

droplet besar dari batuk

/ bersin pemakai

Ya Ya Ya Ya

Efektivitas filtrasi 3 mikron : 10 %

- 60%

0,1 mikron : 30

% - 95 %

0,1 mikron : ≥

95 %

0,1 mikron : ≥

99 %

Face seal fit Longgar Longgar Ketat Ketat

Dapat dipakai ulang Ya 2) Tidak Tidak 3) Ya 4)

Page 14: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 14

Keharusan mengecek

face seal fit Tidak Tidak Ya Ya

Tidak ada kebocoran Tidak Tidak Ya5) Ya 5)

Catatan :

1) Masker filtering facepiece respirator (FFR) ekuivalen N 95, Amerika; FFP2, Eropa; KN95 cina;

P2 , australia/newzeland; KF 94, Korea; DS, Jepang .

2) Dicuci dengan sabun (detergen hingga bersih)

3) Idealnya tidak digunakan kembali, namun dengan stok N95 yang sedikit, dapat dipakai

ulang dengan catatan sering dipakai ulang maka kemampuan filtrasi menurun. Jika akan

menggunakan metode pemakaian kembali, bisa dengan memiliki beberapa masker

sehingga masker yang sudah ada dipakai dapat dikeringkan tanpa terkena sinar UV secara

langsung selama 3-4 hari.

4) Facepiece respirator dapat digunakan kembali setelah dibersihkan dengan desinfektan

secara benar.

5) Tidak ada kebocoran dari N95 dan facepiece respirator jika dipakai dengan benar.

Menurut Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (Dirjen IKFT) Kemenperin

Muhammad Khayam menjelaskan pada SNI 8914:2020 masker kain mensyaratkan masker harus

memiliki minimal dua lapis kain. Kombinasi bahan yang paling efektif digunakan adalah kain dari

serat alam seperti katun, ditambah dua lapis kain chiffon mengandung polyester-spandex yang

mampu menyaring 80-90% partikel, tergantung pada ukuran partikelnya.

Lapisan luar dari masker dianjurkan terbuat dari bahan yang tidak menyerap air sehingga

dapat menolak droplet yang besar dari luar untuk masuk melewati masker. Lapisan dalam harus

menyerap air (BSN, 2020). Berdasarkan informasi tersebut maka kain batik yang bahan dasarnya

mori (serat kapas) dapat digunakan sebagai masker kain dengan dilapisi 2 lapis kain chiffon

yang bahan dasarnya mengandung polyester-spandex.

Serat kapas memiliki beberapa sifat istimewa misalnya mudah dicuci, mempunyai daya

serap yang baik dan nyaman dipakai. Serat polyester adalah serat sintetik yang mempunyai

beberapa sifat yang baik yaitu tahan gosokan, sifat cuci dan pakai (wash and wear), sifat tahan

kusut dan dimensi yang stabil serta daya serap yang rendah. Spandex merupakan serat

poliuretan yang mempunyai sifat mulur yang tinggi berkisar antara 520-610 %. Selain itu

memiliki gaya kembali yang tinggi yaitu antara 93-96 % (Jumaeri, Jufri, & Okim Djamhir, 1977).

Serat spandex berfungsi untuk membuat daya elastis pada kain.

Serat polyester karena mempunyai daya serap yang rendah digunakan sebagai lapisan luar

masker sehingga dapat mencegah partikel-partikel yang masuk. Serat kapas karena mempunyai

daya serap yang baik maka digunakan sebagai lapisan dalam sehingga partikel yang berasal dari

dalam tetap akan terserap oleh serat kapas sehingga tidak bisa bertransmisi keluar. Selain itu

serat kapas mempunyai sifat yang nyaman dipakai sehingga tidak mengganggu di kulit.

Formaldehida digunakan dalam tekstil sebagai pengawet kain. Untuk mengurangi hingga

menghilangkan kandungan formaldehida sebaiknya kain dibiarkan di udara terbuka atau dicuci

terlebih dahulu.

Page 15: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 15

Zat warna yang digunakan pada pembuatan kain adalah zat warna yang tidak mengandung

senyawa aril amina sesuai SNI ISO 14362-1. Dimana zat warna tersebut bersifat racun dapat

menyebabkan kanker pada manusia dan hewan.

Untuk memperoleh nilai tahan luntur warna yang baik yang memenuhi syarat mutu di SNI

8914:2020 sebaiknya menggunakan golongan zat warna reaktif atau bejana untuk serat kapas

dan polyester untuk serat polyester. Karena 3 (tiga) golongan zat warna tersebut mempunyai

nilai tahan luntur warna yang baik.

Kadar logam dalam kain diperoleh dari zat warna yang digunakan karena tiap warna yang

dihasilkan berasal dari logam tertentu yang digunakan sebagai katalis selama proses pembuatan

zat warna atau merupakan bagian molekul dari zat warna tersebut. Untuk menghindari kadar

logam yang melebihi ambang batas yang diisyaratkan dalam syarat mutu SNI 8914:2020 maka

sebaiknya digunakan zat warna alam.

Untuk membuat kain luar yang dapat menahan droplet maka dibutuhkan kain luar yang

mempunyai daya tolak air atau bersifat hidrofobik. Pada SNI 8914:2020 kadar PFOS dan PFOA

untuk 3 tipe mempersyaratkan “senyawa tersebut tidak terdeteksi (kadar kurang dari 1.0

սg/m2)”. Perfluorooktana-sulfonat (PFOS) dan Perfluorooktanoat (PFOA) digunakan pada proses

penyempurnaan tahan air.

Senyawa tersebut dapat merugikan kesehatan seperti dapat menyebabkan penyakit

kardiovaskular, penanda asma, kerusakan kualitas semen, insufisiensi ovarium, perubahan

metabolisme glukosa, turun kadar testosteron pada remaja laki-laki, berhubungan dengan

panjang lahir yang lebih pendek pada anak perempuan, peningkatan darah tekanan, haid tidak

normal, berat badan lahir rendah pada bayi, kemungkinan peningkatan risiko perempuan

infertilitas akibat endometriosis, dan penurunan fungsi paru pada anak penderita asma

(Balifokus & IPEN, 2019).

Daya tembus udara (air permeability), yaitu untuk menyatakan berapa volume udara yang

dapat melalui kain pada suatu satuan luas tertentu dengan tekanan tertentu. Terdapat

hubungan antara rapat tidaknya kain dengan udara yang dapat menembus kain. Makin terbuka

struktur suatu kain akan makin besar daya tembus udaranya, hanya dalam kenyataannya faktor-

faktor lain turut mempengaruhi seperti daya penutup kain, nomor benang dan twist benang

(Khaerudin, 2013).

Ketahanan terhadap pembasahan permukaan (uji siram) untuk menentukan ketahanan

semua jenis kain yang tidak atau sudah diproses penyempurnaan tahan air atau tolak air

terhadap pembasahan permukaan oleh air. Daya tolak air dari bahan tekstil adalah kemampuan

suatu serat tekstil, benang atau kain untuk menahan pembasahan. Kain tahan air (water-proof)

merupakan kain yang dilapisi dengan lemak, wax atau karet untuk mencegah menyerapnya air

ke dalam kain. Penambahan zat antiair dapat dilakukan dengan melapisi permukaan kain secara

mekanis atau juga dapat secara reaksi antara serat dan zat penyempurnaan. Sifat khusus dari

kain antiair adalah daya tembus udara yang rendah. Kain tolak air (water – repellant) merupakan

kain yang tidak menyebarkan butiran air keseluruh permukaan kain. Karena kain yang antiair

Page 16: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 16

biasanya tidak tembus udara, maka sifatnya menjadi kurang nyaman dipakai sebagai bahan

pakaian.

Untuk membuat masker dengan tipe B yaitu untuk filtrasi antibakteri, Balai Besar

Kerajinan dan Batik telah meneliti aplikasi nano ZnO sebagai bahan antibakteri yang

diaplikasikan pada batik. Kain batik antibakteri hasil pengembangan Balai Besar

Kerajinan dan Batik tahun 2019 menggunakan agen antibakteri memiliki kemampuan

menghambat pertumbuhan bakteri E coli dan S aureus sebesar 60%-75% dari

chloramphenicol (obat antibakteri) (Eskani et al., 2020). Uji antibakteri dilakukan dengan

metode difusi agar yaitu dengan mengamati pertumbuhan mikroba di sekitar kain batik

yang diletakkan pada media agar. Zona bening di sekitar kain menunjukkan daya

hambat terhadap bakteri. Metode uji yang dipakai sesuai dengan standar AATCC

(American Association of Textile Chemist and Colorist) test method 147 : Agar Plate

method sehingga walaupun metode uji antibakteri belum menggunakan ISO 20743

seperti yang dipersyaratkan dalam SNI, namun dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

Kain batik antibakteri ini menggunakan agen antibakteri nanopartikel ZnO yang telah

dikategorikan aman oleh US Food and Drag Administration (Verbic, Gorjanc, &

Simoncic, 2019). Mekanisme antibakteri ZnO nanopartikel adalah dengan

memanfaatkan sifat katalitiknya. Apabila terkena sinar matahari, elektron-elektron ZnO

nanopartikel akan tereksitasi dan membentuk ROS (Reactive Oxigen Species) yang

merupakan oksidator kuat yang bisa membunuh mikroorganisme di sekitarnya.

Sehingga dengan sifat antibakteri yang aman dari ZnO nanopartikel maka kain batik

antibakteri ini bisa digunakan sebagai masker.

Saat ini SNI 8914:2020 masker kain bersifat sukarela. Untuk mendukung penerapan SNI

tersebut Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah menawarkan penunjukan LSPro pada

beberapa lembaga sertifikasi produk (LSPro) untuk lingkup Sertifikasi SNI 8914:2020 Tekstil –

Masker dari kain yaitu pada PT. Global Inspeksi Sertifikasi, PT Sucofindo ICS, Balai Besar

Teknologi Kekuatan Struktur, Balai Riset dan Standardisasi Industri Surabaya, PT. TUV Nord

Indonesia, Balai Besar Barang dan Bahan Teknik, Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan,

Balai Besar Kimia dan kemasan, PT. TUV Rheinland Indonesia, Balai Sertifikasi Direktorat

Standardisasi dan Pengendalian Mutu, Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang, Balai

Besar Tekstil dan Balai Besar Kerajinan dan Batik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi pasar, masker kain masih dicari dan dibutuhkan oleh masyarakat

dalam kurun waktu ke depan, walaupun dengan permintaan yang sedikit sekitar 16%. Hasil

Page 17: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 17

survei menunjukkan kebutuhan dan pengetahuan masyarakat terkait standar masker kain sudah

cukup bagus.

Dengan pemilihan kain yang tepat yaitu kain katun ditambah dua lapis kain chiffon dalam

penggunaan masker batik dapat memenuhi persyaratan mutu SNI 8914:2020. Zat warna batik

yang dipergunakan adalah zat warna yang tidak mengandung gugus Azo. Zat warna alam dapat

dipergunakan sebagai pewarna batik yang memenuhi SNI 8914:2020. Untuk membuat masker

batik tipe B antibakteri dapat menggunakan aplikasi nano ZnO sebagai agen antibakteri seperti

yang diteliti oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik. Dengan diterbitkannya SNI 8914:2020

diharapkan dapat menjadi acuan bagi industri dalam memproduksi masker kain yang sesuai dan

memenuhi standar.

Saran

Pada saat ini SNI 8914:2020 masih diberlakukan sukarela. Masyarakat industri batik dapat

membacanya pada website www.akses-sni.bsn.go.id.

KONTRIBUSI PENULIS

Joni Setiawan, Euis Laela, Istihanah Nurul Eskani dan Novita Ekarini merupakan kontributor

utama pada penelitian ini.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami sampaikan terima kasih seluruh panitia Seminar Nasional Industri Kerjinan dan Batik

2020 yang diselenggarakan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, C., & Hidayat, A. A. N. (2020). Banjir Peminat, Sritex Buka Lagi Pemesanan Masker pada Besok Pagi.

Retrieved September 28, 2020, from https://bisnis.tempo.co/read/1322594/banjir-peminat-sritex-

buka-lagi-pemesanan-masker-pada-besok-pagi

Balifokus,& IPEN. (2019). PFAS Situation Report : Indonesia.

BSN (2020). SNI 8914:2020 Tekstil - Masker dari kain. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Eskani, I.N., Haerudin, A., Setiawan, J., Lestari, D. W., Isnaini, & Astuti, W. (2020). Application of ZnO

nanoparticles for Producing Antibacterial Batik. In IOP Conference Series: Materials Science and

Engineering (Vol. 722). Institute of Physics Publishing. https://doi.org/10.1088/1757-

899X/722/1/012029

Eskani, Istihanah Nurul, Haerudin, A., Setiawan, J., Lestari, D. W., & Astuti, W. (2019). BATIK FUNGSIONAL

SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK DALAM MEMASUKI ERA

INDUSTRI 4 . 0. In Seminar Nasional Batik dan Kerajinan (pp. 1–12).

Eskani, Istihanah Nurul, Haerudin, A., Setiawan, J., Lestari, W., & Astuti, W. (2020).Ketahanan Sifat

Antibakteri Kain Batik Teraplikasi Nanopartikel ZnO.In Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan (pp.

14–15). Yogyakarta: Departemen Teknik Kimia UPN Veteran Yogyakarta.

Gugus Tugas Covid-19.(2020). Standar Alat Pelindung Diri (APD) untuk Penanganan Covid-19 di Indonesia

(Revisi 3). Jakarta: Gugus Tugas Covid-19. Retrieved from

https://covid19.go.id/storage/app/media/Materi Edukasi/standar-apd-revisi-3.pdf

Jumaeri, W., Jufri, R., & Okim Djamhir, H. G. (1977).Pengetahuan Barang Tekstil. Institut Teknologi Tekstil.

Page 18: KONSEPTUAL DESAIN MASKER BATIK DI ERA PANDEMI COVID-19

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2020

Yogyakarta, 6 Oktober2020 eISSN 2715-7814

A.09 | 18

Bandung: Institut Teknologi Tekstil.

Kamila, M. (2020). Tren Masker Batik Achmad Yurianto, Gaya Khusus Lawan Virus Corona. Retrieved

September 28, 2020, from https://www.genpi.co/gaya-hidup/43319/tren-masker-batik-achmad-

yurianto-gaya-khusus-lawan-virus-corona

Khaerudin.(2013). Pengujian Bahan Tekstil 2 untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Krisyanti, B. (2020). Ragam Masker Kain dari Desainer Tanah Air. Retrieved September 28, 2020, from

https://mediaindonesia.com/read/detail/312356-ragam-masker-kain-dari-desainer-tanah-air

Muthia, A., & Hendrawan, A. (2017).Perancangan Masker sebagai Alat Pelindung Diri Bagi Pengendara

Sepeda Motor Wanita.Jurnal AVTRAT.

Ramadhan, S. (2018).Desain Masker dengan Antropometri di PT. JAPFA Comfeed Indonesia TBK SBU

Edible Oil and Pelletizing Perak Surabaya.UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945.

Suryani, E. (2020). Masker Jumputan, Tren Semasa Pandemi Paling “Yeah” di Palembang. Retrieved

September 28, 2020, from

https://www.kompasiana.com/ellysuryani/5f1265f2097f3651953d1b62/masker-jumputan-trend-

semasa-pandemi-paling-yeah-di-palembang?page=all

Syifa, N. (2020). Unik, Ini 5 Desainer Indonesia yang Produksi Masker Keren! Retrieved September 28,

2020, from https://www.popmama.com/life/fashion-and-beauty/putri-syifa-nurfadilah/desainer-

indonesia-yang-produksi-masker-keren/5

Thaha, A. F. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap UMKM di Indonesia. Jurnal Brand, 2(1), 147–153.

UNIQLO.(2020). UNIQLO meluncurkan AIRsm Mask di Indonesia pada 21 September 2020. Retrieved

September 28, 2020, from https://www.uniqlo.com/id/news/topics/2020092001/

Verbic, A., Gorjanc, M., & Simoncic, B. (2019). Zinc Oxide for Functional Textile Coatings : Recent Advances.

Coatings, 9(550), 17–23.