30
MELIHAT WAJAH PENDIDIKAN DI INDONESIA Untuk melihat bagaimana wajah pendidikan di negeri ini, marilah kita “mendengarkan” berbagai komentar para tokoh dan pemerhati pendidikan. Prof. Ahmad S a’arif dalam tuli!annya di harian "epublika !udah memberi penilaian bahwa pendidik Indone!ia !udah !angat kroni!. #aik kroni! dari !egi parahnya penyakit yang diderit kroni! dari !egi lamenya penanganan, yang !eperti !udah tidak memberi harapan lagi !embuh. $ajah pendidikan di Indone!ia maa!ih !angat jauh dari yang diharapkan, bahk tertinggal dari %egara&negara lain. Sedangkan Prof. 'i Supriyoko di harian 'edaulatan "akyat memberi penilaian ter kualita! pendidikan kita yang dida!arkan laporan The International Baccalaureate Or (I#)*, yatu lembaga yang didirikan pada tahun + - , berpu!at di Swit/erland (admini di Inggri! (ri!et, kurikulum, dan a!e!men*ternyata berke!impulan bahwa pendidikan di Indone!ia ma!ih jauh dari harapan. enurut I#), dari +0 .1-2 S3 di Indone!ia, terny delapan !ekolah !aja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The PrimaryYears Program (P4P*. 3ari 21. +5 SP di Indone!ia ternyata juga hanya delapan !ekolah yan mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Mddle Years Program (4P* dan dari 5.1 SA ternyata hanya tujuh !ekolah !aja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori Diploma Program (3P*. Publika!i I#) ter!ebut !enada dengan publika!i !ebelumnya yang dilakukan oleh $eek, yang menyatakan !angat !edikit perguruan tinggi di Indone!ia yang d kualita! dunia. 3ari 2111&an perguruan tinggi di Indone!ia yang ternyata hanya empa tinggi !aja yang mendapatkan pengakuandalam dunia dalam kategori Multi Discipline University !erta hanya !atu perguruan tinggi yang mendapat pengakuan dunia dalam kateg Science and Technologi University. 3ody 7eriawan Priatmoko memberikan penilaian yang lebiih terperin8i lagi. enu beliau, paling tidak ada tiga perma!alahan yang !aat ini tengah merudung negeri In perma!alahan ter!ebut adalah:

Konsep Pendidikan Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Konsep pendidikan Indonesia (Makalah)

Citation preview

MELIHAT WAJAH PENDIDIKAN DI INDONESIA

Untuk melihat bagaimana wajah pendidikan di negeri ini, marilah kita mulai dengan mendengarkan berbagai komentar para tokoh dan pemerhati pendidikan. Prof. Ahmad SyafiI Maarif dalam tulisannya di harian Republika sudah memberi penilaian bahwa pendidikan di Indonesia sudah sangat kronis. Baik kronis dari segi parahnya penyakit yang diderita, maupun kronis dari segi lamenya penanganan, yang seperti sudah tidak memberi harapan lagi untuk sembuh. Wajah pendidikan di Indonesia maasih sangat jauh dari yang diharapkan, bahkan jauh tertinggal dari Negara-negara lain.Sedangkan Prof. Ki Supriyoko di harian Kedaulatan Rakyat memberi penilaian terhadap kualitas pendidikan kita yang didasarkan laporan The International Baccalaureate Organization (IBO), yatu lembaga yang didirikan pada tahun 1956, berpusat di Switzerland (administrasi) dan di Inggris (riset, kurikulum, dan asesmen) ternyata berkesimpulan bahwa pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan. Menurut IBO, dari 146.052 SD di Indonesia, ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The PrimaryYears Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Mddle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).Publikasi IBO tersebut senada dengan publikasi sebelumnya yang dilakukan oleh Asia Week, yang menyatakan sangat sedikit perguruan tinggi di Indonesia yang diakui memiliki kualitas dunia. Dari 2000-an perguruan tinggi di Indonesia yang ternyata hanya empat perguruan tinggi saja yang mendapatkan pengakuan dalam dunia dalam kategori Multi Discipline University serta hanya satu perguruan tinggi yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori Science and Technologi University.Dody Heriawan Priatmoko memberikan penilaian yang lebiih terperinci lagi. Menurut beliau, paling tidak ada tiga permasalahan yang saat ini tengah merudung negeri Indonesia. Tiga permasalahan tersebut adalah:Pertama, adalah kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jendral Lembaga departemen Agama menunjukkan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD hanya mencapai 94.4% (28.3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54,8% (9.4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu dibutuhkan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidak merataan tersebut.Kedua, adalah rendahnya tingkat relevansi pendidikan dengan kebutuhan. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukkan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25.47%, Diploma/S0 sebesar 27.5% dan PT sebesar 36.6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13.4%, 14.21%, dan 15.07%. Menurut data Balitbang Depdiknas, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolahdan tidak memiliki ketrampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Antara ketidak serasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang fungsional terhadap ketrampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik mamasuki dunia kerja.Ketiga, adalah rendahnya mutu pendidikan. Indikator rendahnya mutu pendidikan nasional dapat dilihat pada prestasi siswa. Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (International Assotiation for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukkan bahwa ketrampilan membaca untuk siswa kelas VI SD berada pada tingkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75.5 (Hongkong), 74.0 (Singapura), 65.1 (Thailand), 52.5 (Filipina), 51.7 (Indonesia). Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafaldan mengerjakan soal pilihan ganda. Selain itu studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika.Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di Asia Pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73, dan k e-75. Indicator lain yang menunjukkan betapa rendahnya mutu pendidikan di Indonesiadapat dilihat dari data UNESCO tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari perinkat pencapaian pendidikan, kesehatan dan penhasialn per-kepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.Diantara 173 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 pada tahun 1996, ke-99 pada tahun 1997, ke-105 tahun 1998, dqn ke-109 pada tahun 1999. Menurut survey Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporka Economic Forum, Swedia, Indonesia memiliki daya saing yang rendah yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 53 negara yang disurvai di dunia. Dan masih menurut surva yang sama di Indonesia yang berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.Rendahnya mutu pendidikan Indonesia terkaot dengan kualitas guru dan pengajar yang masih rendah juga. Data Balitbang Depdiknas menunjukkan dari sekitar 1.2 juta gru SD?MI hanya 13.8% yang berpendidikan diploma D2-kependidikan keatas. Selain itu, dari sekitar 680000 guru SLTP/MTs baru 38.8% yang berpendidikan diploma D3- Kependidikan keatas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 keatas (3,84% berpendidikan S3). Walaupun guru da pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sabagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

APA UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN?Jika kita mau menilik terhadap berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah, sesungguhanya telah banayak penataan-penataan yang selama ini terus-menerus dilakukan dalam lingkungan pendidikan di Indonesia. Misalnya dapat kita lihat bagaimana paket Kebijakan Strategis Dikdasmen Berkaitan dengan Perluasan Akses, baik untuk pendidikan dasar maupun menengah.

Dalam paket Wajar Dikdas 9 Tahun, pemerintah telah mencanangkan beberapa kebijakan seperti :1. Membantu dan mempermudah mereka yang belum bersekolah, putus sekolah, serta lulusan SD/MI/SDLB yang tidak melanjutkan ke SMP/MTs/SMPLB.2. Meningkatkan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan khususnya pada masyarakat yang menghadapi hambatan.

Sedangkan dalam paket kebijakan pada Pendidikan Menengah, diantaranya adalah : 1. Mempercepat pertumbuhan SMK.2. Mendorong peningkatan program pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Sementara itu, dalam kerangka perluasan program, pemerintah juga telah mempunyai beberapa langkah strategis, di antaranya adalalah :1. Pendanaan BOS Pendidikan Dasar 9 Tahun (urutan prioritas dalam 5 tahun ke depan).2. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan Wajar.3. Rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan.4. Perluasan pendidikan Wajar pada jalur nonformal.5. Pendidikan kecakapan hidup (usaha mandiri atau bekerja), untuk tidak bias melanjutkan sekolah diarahkan mengakses pendidikan keahlian/skill (PNF).6. Peningkatan peran serta masyarakat dalam perluasan akses SMA, SMA, SMK/SM terpadu, SLB, dan PT ; kegiatan ini termasuk dalam prioritas kebijakan.

ANALISIS MASALAHSetelah kita menyaksikan buruknya wajah pendidikan di Indonesia, demikian juga bagaimana berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah, selanjutnya mampukan kita memberikan penilaian terhadap itu semua? Tentu berbagai fakta yang dapat kita lihat, kita dengar, bahkan kita rasakan secara langsung di lapangan dapat menjawab itu semua.Untuk dapat memberikan analisis yang mendalam dan komprehensif, di dalam makalah kecil ini tentu saja sangat tidak mencukupi. Apalagi persoalan yang dihadapi tidaklah sederhana, bahkan dapat dikatakan sangat kompleks. Persoalan yang terjadi tidaklah berdiri sendiri, tetapi sangat terkait juga dengan bidang-bidang yang lain. Bahkan, boleh dikatakan bahwa persoalan yang menimpa pendidikan di Indonesia ini tidak hanya dapat dipanddang dari sudur pandang Indonesia semata, akan tetapi sangat terkait dengan sebuah tatanan dunia yang saat ini sudah begitu mengglobal.Oleh karena itu, penulis ingin mencoba untuk memulai berangkat dari persoalan yang paling mendasar dan paling mendalam. Penulis ingin memulai dari titik persoalan yang dapat dianggap sebagai sumber penyebab dari terpuruknya pendidikan untuk bangsa ini, sehingga bangsa ini sudah tidak lagi memiliki kemampuan, walau hanya untuk sekedar untuk melindungi harkat, martabat, kehormatan dan harga diri bangsa ini. Apalagi untuk dapat menjadi bangsa yang unggul dan member rahmat bagi seluruh penduduk bumi? Masih terlalu jauh panggang dari apinya.Untuk dapat membuat rumusan sederhananya, maka penulis akan mengajak untuk melakukan kaji ulang terhadapt proses pendidikan yang selama ini telah ditanamkan selama berpuluh-puluh tahh di Indonesia. Penulis ingin mengajak untuk membongkar, apa ada udang lain di balik semua proses ajar-mengajar yang sudah berlangsung selama ini. Apakah ada scenario global yang memang sengaja ingin diwujudkan secara sistematis melalui proses pendidikannya, sehingga bangsa ini akan tetap menjadi bangsa yang terjajah, bahkan penjajahnya bias berlangsung lebih kejam dan sistematis dari model penjajahan sebelumnya.Untuk dapat memotret segenap scenario yang telah menimpa pendidikan kita, maka sorotan yang paling tajam yang dapat kita lakukan adalah langsung menuju kepada berbagai perangkat keilmuan yang selama ini telah diajarkan di bangku sekolah kita. Mengapa harus mulai dari perangkat keilmuannya?Kita tentu dapat memaklumi bahwa inti dari proses pendidikan itu tidak lainadalah proses penanaman ilmu itu sendiri. Berhasil tidaknya proses pendidikan untuk mencetak manusia unggul sangat ditentukan oleh perangkat-perangkat ilmu yang telah diberikan.Marilah kita melihat kembali apa dan bagaimana tingkatan ilmu yang telah diberikan pada proses pendidikan kita. Dalam proses pendidikan kita, diakui atau tidak, ternyata tingkatan ilmu pengetahuan yang diberikan pada proses pendidikan kita. Dalam proses pendidikan kita, diakui atau tidak, tingkatan ilmu pengetahuan yang diberikan sesungguhnya baru sebatas pada tingkatan yang ke-3. Tiga tingkatan tersebut ialah : 1. Tingkatan ITingaktan I merupakan tingkatan ilmu yang paling dasar. Pada tingkatan ini, proses pendidikan hanya memberikan kemampuan untuk mengidentifikasi obyek yang dapat terindera secara langsung. Proses pendidikan inilah yang selanjutnya akan memberikan ilmu pengetahuan tingkat dasar. Ilmu pengetahuan dasar tersebut daapt diperoleh dengan memanfaatkan 4 unsur dalam berfikir:1) Adanya fakta yang terindra2) Adanaya indera-indera3) Adanya otak4) Adanya maklumat sebelumnya

2. Tingkat IIPada tingkat ini, proses pendidikan akan memberikan kemampuan untuk mengidentifikasi obyek yang tidak dapat terindera secara langsung. Obyek tersebut dapat meliputi:a. Sesuatu yang tersembunyi.b. Muatan kejadian di masa lampau.c. Meramalkan kejadian di masa datang.Untuk memperoleh pengetahuan tersebut diiperllukan suatu riset dan penelitian dengan menggunakan metodologi tertentu. Ilmu pengetahuan yang diperoleh dapat digolongkan dalam kelompok ilmu murni (pure science).3. Tingkatan IIITingkatan III ini merupakan tingkatan ilmu pengetahuan tertinggi yang dapat dicapai dalam dunia pendidikankita. Pada tingkatan ini, proses pendidikan akan memberikan kemampuan untuk memanfaatkan produk pengetahuan yang diperoleh dari tingkatan 2. Pemanfaatannya dalam bentuk proses perakayasaan terhadap ilmu-ilmu murni untuk menjadi produk-produk yang memiliki nilai guna yang lebih tinggi bagi manusia. Ilmu pengetahuan yang diperoleh dapat digolongkan ke dalam kelompok ilmu-ilmu terapan (applied science).Sesungguhnya, produk pendidikan yang hanya sampai ke tingkatan 3 hanay akan menghasilkan manusia-manusia tukang yang siap untuk dimanfaatkan. Dari kelompok kealaman (ekssakta), dia akan memiliki berbagai teori tentang rahasia alam yang kemudian akan dieksplorasi dan dieksploitasi sesuai kehendak dari pemesannya.Produk pendidikan kita tidak pernah menghasilkan manusia yang faham dengan apa yang harus dikerjakan (tidak mandiri). Sebanyak apapun pakar yang dihasilkan, baik SI, S2, maupun S3, tetap hanya sebagai tukang trampil yang siap untuk dipekerjakan. Hal ini akan menyebabkan bangsa ini mudah untuk menjadi bangsa yang terjajah. Apa yang bias dilakukan hanyalah mengikuti agenda dan arahan dari para penjajah.Oleh karena itu, pendidikan seharusnya tidak hanya terhendi pada tingkatan 3. Pendidikan seharusnya dilanjutkan untuk mencapai tingkatan 4,5 maupun 6. Tercapainya tingkatan tersebut diharapkan daapt memaksimalkan potensi intelektualitas yang dimiliki manusia. Diharapkan akan menjadi mansia yang mandiri dan tidak mudah untuk dikendalikan oleh kaum kapitalis penjajah.4. Tingkatan IVPada tingkatan yang ke-4, ilmu pengetahuan yang akan diberikan tidak hanya diberikan kepada anak didik untuk mampu mengeksploitasi alam dan social. Pendidikan tingkat 4 harus dimulai dengan mengajak peserta didik untuk mau memikirkan tentang hakikat dan eksistensi dari kehidupannya. 1) Apa tujuan dari hidup ini ?2) Darimana asal kehidupan ini?3) Akan kemana setelah hidup di dunia ini?Proses pendidikan harus mampu membantu memberikan jawban yang benar terhadapnya. Jika dia telah menemukan jawaban yang benar tentang hakikat kehidupan ini maka akan terbentuklah pandangan hidup yang khas dalam dirinya. Pandangan hidup yang khas inilah yang nantinya akan senantiasa mengendalikan kehidupannya, mengendalikan pemikiran-pemikirannya, termasuk juga akan mengendalikan perasaannya. Dari pandangan hidup yang khas ini pulalah akan terpancar segenap pemikiran-pemikiran yang khas dari dirinya. Jika dia telah mencapai tingkatan 4,maka harus dilanjtkan kepada tingkat 5.5. Tingkatan V.Tingkatan 5 merupakan manifestasi dari pemikiran tingkat 4, yaitu terpancarnya pemikiran-pemikiran yang khas dari pandangan hidup tersebut, pancaran pemikiran tersebut meliputi :1) Adanya gambaran yang khas dan jelas tentang pengaturan yalng benar terhadap kehidupan manusia di dunia ini.2) Gambaran pengaturan kehidupan tersebut meliputi: system pemerintahan, system ekonomi, system pendidikan dsb.Jika dia telah mencapai tingkatan 5, maka harusnya dilanjutkan kepada tingkat 6.

6. Tingkat VI.Tingkatan 6 merupakan manifestasi dari pemikiran tingkat 5. Yaitu adanya kemampuan untuk memecahkan segenap problem yang muncul dari pemikiran tingkat tersebut dengan metode pemecahan yang khas. Pemikiran tingkat 6 juga meliputi kemampuan untuk mempertahankan, mengembangkan dan menyebarluaskan segenap pemikiran dari tingkat 5.Pendidikan yang sampai pada tingkatan 6 inilah pendidikan yang paling ideal yang seharusnya diberikan kepada anak didik kita. Produk yang dihasilkan dari pendidikan ini diharapkan mampu mencetak manusia yang sejati, mandiri dan tidak mudah untuk diperbudak oleh kaum penjajah. Produk pendidikan ini diharapkan juga mempunyai kemampuan untuk mempertahankan kehormatan dan harga dirinya sekaligus mampu menyebarkan rahmatnya bagi semesta alam.

PENUTUPDemikianlah, untuk dijadikan Indonesia sebagai negeri yang unggul dan bermartabat memang tidak mudah. Banyak perubahan-perubahan yang mendasar yang harus berani untuk kita lakukan. Jika kita ingin mengharapkan lahirnya generasi yang unggul dan berkualitas, tetapi pemimpin bagi seluruh penduduk di muka bumi ini, maka pendidikan yang berkualitas akan menjadi kata kuncinya.Kata kunci pendidikan yang berkualitas menurut penulis, sangat ditentukan oleh desain ilmu yang akan diberikan. Walaupun penulis juga menyadari bahwa perangkat ilmu bukanlah satu-satunya, masih ada seabreg lagi konsekuensi lain yang akan menyertainya, seperti penyusunan kurikulumnya, system pengajarannya, pembiayaan sekolahnya, dan seterusnya. Masih aka nada banyak daftar yang harus menyertainya.Namun demikian, dalam makalah yang pendek ini penulis tetap berkeyakinan, bahwa perubahan itu tetap harus dilakukan, dan perubahan itu harus dimulai dari penataan perangkat ilmu denga benar, supaya anak didik kita menjadi manusa yang benar. Benar dam visi hidupnya, benar dalam misi hidupnya, benar-benar sesuai dengan Kehendak dari Yang Maha Pencipta, Allah SWT, ketika hencak menciptakan manusia di atas muka bumi ini. Wallahu alam bihshowab.

A. Permasalahan PendidikanPendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannyua seta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya. Filsafat dalam pendidikan (filsafat pendidikan) digunakanuntu memecahkan problem hidup dan kehidupan manusia sepanjang perkembangannya dan digunakan untuk memecahkan problematika pendidikan masa kini. Beberapa masalah pendidikan yan gmemerlukan filsafat, yaitu:1. Masalah pertama dan yang mendasar ialah tentang hakikat pendidikan.2. Apakah pendidikan itu berguna untuk membina kepribadian manusia? Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia. Adalah merupakan hakikat hidup dan kehidupan manusia?3. Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu? Apakah potensi hereditas yang menentukan kepribagian manusia? Apakah ada faktro yang dari luar dan lingkungan, tetapi tidak berkembang dengan baik?4. Siapakah hakikatnya yang bertanggung jawab atas pendidikan? Bagaimana hubungan tanggung jawab antara keluarga, masyarakat dan sekolah terhadap pendidikan.5. Apakah hakikat kepribadian manusia itu? Manakah yang lebih untuk didik: akal, perasaan, atau kemauannya, pendidikan jasmani atau mentalnya, pendidikan skill atau intelektualnya atau kesemuanya itu?6. Apakah hakikat masyarakat masyarakat dan bagaimana kedudukan individu dalam masyarakat? 7. Apakah isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal? Apakah kurikulum itu mengutamakan pembinaan kepribadian?8. Bagaimana metode pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal? Bagaimana kepemimpinannya dan pengaturan aspek-aspek social paedagogis lainnya?9. Bagaimana asas penyelenggaraan pendidikan yang baik, apakah sentralisasi, desentralisasi, ataukah otonomi, apakah oleh Negara, ataukah swasta?Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dijawab dengan analisa filsafat sebagai berikut:1. Pendidikan mutlak harus ada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan kehidupan. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Allah yang dibekali dengan berbagai kelebihan, diantaranya kemampuan berpikir, kemampuan berperasaan, kemampuan mencari kebenaran, dan kemampuan lainnya. Kemampuan-kemampuan tersebut tidak akan berkembang apabila manusia tidak mendapatkan pendidikan. Allah SWT dengan jelas meemrintahkan kita untukIqra dalam surat Al-Alaq yang merupakan kalamuulah pertama pada Rosulullah SAW. Iqra di sini tidak bias diartikan secara sempit sebagai bacalah, tetapi dalam arti luas agar manusia menggunakan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah Allah SWT berikan sebagai khalifah fil ardl. Sehingga pendidikan merupakan sarana untuk melaksanakan dan perwujudan tugas manusia sebagai utusan Allah di bumi ini. Pendidikan adalah proses penyesuaian diri secara timbal balik antara manusia dengan alam, dengan sesame manusia atau juga pengembangan danpenyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.2. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan pendidikan maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan social manusia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing. Sejak dahulu, disepakati bahwa dalam kepribadian dalam pribadi individu tubuh atas dua kekuatan yaitu: kekuatan dari dalam (kemampuan-kemampuan dasar), Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan istilah faktor dasar dan kekuatan dari luar (faktor lingkungan), Ki Hajar dewantara menyebutnya dengan istilah dengan istilah faktor ajar. Teori konvergensi yang berpendapat bahwa kemampuan dasar dan faktor dari luar saling member pengaruh, kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Si pribadi terpangaruh lingkungan, dan lingkungan pun didiubah oleh si pribadi. Faktor-faktro intern (dari dalam) berkembang danhasil perkembanannya diganakan untuk mengembangkan pribadi di lingkungan. Faktor dari luar dan lingkungan kadang tidak berkembang dengan baik, misalnya ketika pribadi terpengaruh oleh hal-hal negative yang timbul dari luar dirinya.3. Pendidikan adalah proses penyesuaian didri secara timbale balik antara manusia dengan alam, dengan sesame manusia dan juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir. Secara sederhana Ahmad D. marimba mengatakan bahwa, Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Tujuan Pendidikan Nasioanal adalah menghasilkan manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengna jelas dalam UU No 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan GBHN 1993, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, bertanggungjawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa ptriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa pahlawan, dan berorientasi pada masa depan.Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan individu atau pribadi, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam UUSPN dan PP No 29 Tahun 1990. Selain pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia, pendidikan juga diperuntukkan guna pembinaaan masyarakat. Berikut adalah penjelasannya:a. pengembangan kehidupan sebagai pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk: 1) Memperkuat dasr keimanan dan ketakwaan. 2) Membiasakan untuk berperilaku yang baik, 3) Memberikan Pengetahuan dan keterampilan dasar, 4) memelihara kesehatan jasmani dan rohani, 5) memberikan kemampuan untuk belajar, dan membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri.b. Pengembangan kehidupan sebagai anggota masyarakat: 1) Memperkuat kesadaran hidup beragama dalam masyarakt, 2) menumbuhkan rasa tanggungjawab dalam lingkungan hidup, 3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berpran serta dalam kehidupan bermasyarakat. c. Pengembangan kehidupan sebagai warga Negara mencakup upaya untuk: 1) mengembangkan perhatian dan pengetahuan hak dan kewajiban sebagai warga Negara RI, 2) menanamkan raa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan Negara, 3) Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.d. Pengembangan kehidupan sebagai umat manusia mencakup upaya untuk: 1) Meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, 2) Meningkatkan kesadaran tentang HAM, 3) Memberikan pengertian tentang ketertiban dunia, 4) Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya persahabatan antar bangsa, 5) Mempersiapkan peserta didik untuk menguasai isi kurikulum.Pembinaan tersebut pada dasarnya dipersiapkan untuk kehidupan rill dan material di dunia serta kehidupan di akhirat kelak.4. Pada hakikatnya pendidikan menjadi tanggungjawab bersama, yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah/lembaga pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat sebagai tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan. Pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak. Keluarga yang menghadirkan anak ke dunia, secara kodrat bertugas mendidik anak. Kebiasaan-kebiasaan yang ada di keluarga akan sangat membekas dalam diri individu setelah individu makin tumbuh berkembang. Selanjutnya pengaruh dari sekolah dan masyarakat yang akan tertanam dalam diri anak.

5. Kata kepribadian berasal dari kata personality (bahasa inggris) yang berasal dari kata persona (bahasa latin yang berarti kedok/ topeng) yang maksudnya menggambarkan perilaku, watak/ pribadi seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik ataupun yang kurang baik. Kepribadian adalah suatu totalitas psikhophisis yang kompleks dari individu sehingga nampak didalam tingkah lakunya yang unik. Hal-hal yang ada pada diri individu atau pribadi manusia pada dasarnya harus mendapatkan pendidikan, yakni akal, perasaan, kemauan, pendidikan jasmani atau mental, kemampuan atau keterampilan, serta intelektualnya. Semua hal tersebut dididik guna mencapai kepribadian yang baik.

6. Masyarakat merupakan tempat kedua bagi individu dalam berinteraksi. Karena keluarga terdapat dan berkumpul dalam suatu masyarakat. Secara sadar atau tidak keadaan masyarakat cukup member pengaruh kepada kepribadian seseorang. Kedudukan individu dalam masyarakat merupakan kondisi atau situasi yang tidak dapat dihindari karena individu itu dependen dalam masyarakat.

7. Kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal adalah kurikulum yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman. Kurikulum menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan yagn normal. Pembinaan kepribadian merupakkankajian utama kurikulum. Materi program berupa kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan self-esteem, motivasi berprestasi, kemampuan pemecahan masalah, perumusan tujuan, perencanaan, efektifitas, hubungan antar pribadi, keterampilan berkomunikasi, keefektifan lintas bdaya, danperilaku yang bertanggung jawab.

8. Metode pendidikan sangat berpengaruh terhadap teracapainya tujuan pendidikan yang ideal. Metode yang tepat jika mengandung nilai-nilai intrinssik dan ekstrinsik yagn sejalan dengan mata pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merelealisasikan nilai-nilai ideal yagn terkandung dalam tujuan pendidikan islam. Guru sebagai pendidikan mempunyai tanggungjawab untuk memilih, menggunakan dan memberikan metode yang efektif dalam mencapai tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum. Kepemimpinan dan pengaturan aspek-aspek paedagogis harus dilakukan para pelaku pendidikan guna memperlancar proses tercapainya tujuan pendidikan yang ideal.

9. Pengertian-pengertian :a. Sentralisasi, yaitu wewenang mengenai segala hal yang berkaitan dengan pemerintahan diatur oleh pemerintah pusat.b. Desentralisasi, yaitu penyerahan wewenang pemerintahan dadn pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. c. Otonomi daerah, yaitu kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Berdasarkan pengamatan penyusun, asas penyelenggaraan pendidikan yang baik yaitu dengan otonomi, yakni segala sesuatu yang berhubungan dengan terselenggaranya proses pendidikan diatur dan dilaksanakan oleh daerah otonom berdasarkan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat, sehingga kelak pelaku pendidikan mampu mengembangkan segala kompetensi di daerah tempat mereka hidup.

DAFTAR PUSTAKAMarimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan. Cet.IV.Bandung, Al-Maarief, 1980.Agus Sujanto, Halem Lubis, Taufik Hadi. Psikologi Kepribadian. PT Bumi Aksara. Jakarta, 2004.Drs. H. Hamdani Ihsan dan Drs. H. A. Fuad Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka Setia Bandung.Furqon, Ph. D. Konsep dan Aplikasi Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar. Pustaka Bani Quraisy. Bandung, 2005.

1. PANDANGAN TERHADAP PENDIDIKANOLeh Drs .B. SuparnaPada hakikatnya usi pendidikan sejajar dengan usia manusia itu sendiri.Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dan harus dididik akan tumbuh menjadi manusia dewasa dengan proses pendidikan yang di alaminya.Sejak kelahiranya manusi telah memiliki potensi dasar yang universal,berupa:(1) Kemampuan untuk membedakan antara baik dan buruk (moral identity),(2) Kemampuan dan kebebasan untuk memperkembangkan diri sendiri sesuai dengan pembawaan dan cita-citanya.(individual identitiy)(3) Kemampuan untuk berhubungan dan kerjasama dengan orang lain.(social identitiy)(4) Dan adanya ciri-ciri khas yang mapu membedakan dirinya dengan orang lain (individual differences).

Dalam situasi pergaulan dengan orang lain pada umumnya dan pergaulan kepada kedua orang-tua pada khususnya dalam lingkungan budaya yang mengelilingi,setiap anak akan mengalami proses pendidikan secara ilmiah.Tanpa pendidikan ini anak tidak akan menjadi manusiaDallam arti yang seungguhnya.cinta kasih orang tua dan ketergantungan serta kepercayaan anak kepada mereka pada usia-usia muda merupakan dasar kokoh yang memungkinkan pergaulan yang mendidik.Keterbatasan dan kelemahan anak manusia dikuatkan oleh kepercayaan dan sikap pasrah kepada kewibawaan orang-tua dan nilai moral yang dijunjungnya dalam tanggung jawab diri sendiri.dengan upaya pendidikan potensi dasar universal anak akan tumbuh dan membentuk diri anak yang unik,sesuai dengan pembawaan lingkungan budaya dan jamanya.Sangmanusiadengan pengalaman pendidikanya menjadi dewasa,mampu mandiri,mampu berdiri endiri dalam tanggungjawab sendiri.Usaha dan tujuan pendidikan dilandasi oleh pandangan hidup orang-tua,lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan,masyarakat dan bangsanya.manusia individu,warga masyarakat dan warga Negara yang lengkap dan utuh harus dipersiapkan sejak anak masih kecildengan upaya pendidikan.Tujuan pendidikan diapdikan untuk kebahagiaan individu ,keslamatan masyarakat dan kepentingan Negara.pandangan hidup bangsa menjadi norma pendidikan nasional.seperti telah kita ketahui ,bahwa keehidupan ini selalu mengalami perubahan tujuan pembambangunan bangsa mengalami pergeseran dan peningkatan serta perubahan sesuai dengan waktu,keadaan,dan kondisinya.dengan demikian pandangan dan harapan orang terhadap pendidikan pada waktu kini dn dapat berlaianan dengan pandangan orang terhadap pendidikan masa lampauatau waktu yangakan dating.perbedaan pandangan ini erat hubunganya kalau tidak justru harus disebut berdasar atas falsafah mengenai manusia dan kemanusiaan pada jamanya masing-masing.Dalam rangka melaksanakan pendidikan nasional perlu diambil langkah langkah yang memungkinkan penghayatan dan pengamalan falsafah hidup bangsa oleh seluruh lapisan masyarakat .Prinsip pendidikan sepanjang hayat (lifelong education)yang kita anut berpengaruh secara berlainan terhadap upaya dan tujuan pendidikan dengan prinsip pendidikan yang lain ,misalnya prinsip pendidikan yang berlangsung semasa anak belum mencapai kedewasaanya saja.Pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat ini dilaksanakan di dalam lingkunan rumah tangga sekolah ,dan masyarakatkarena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga ,masyarakat dan pemerintah.2. Pertambahan Penduduk.Penduduk dunia berkembang dengan cepat.Hal ini dapat digambarkan berdasarkan perkiraan perserikatan bangsa-bangsa,bahwa penduduk dunia pada tahun 1985 akan berjumlah duakali lipat dari jumlah penduduk pada tahun 1970.Selama tahun 1970 sampai dengan 1980 saja jumlah penduduk di asia Tenggara bertambah sekitar 89 juta.(2:3).Besarya perubahan itu bervariasi setiap tempat ,namun rata-rata mencapai 30 prosen.Akibat akibat perkembangan penduduk yang begitu cepat sulit dibayangkan .Misalnya saja sebuah kota yang memiliki 4 Sekolah Dasar dalam ukuran yang sama ,hanya untuk mempertahankan dasaer yang sesuai dengan perkembangan penduduk.Apakah memeng kita harapkan ,bahwa dalam jangka waktu sepuluh tahun keaadan pendidikan kita tidak mengalami kemajuan ?pertanyaan selanjutnya ialah :berapa banyak Sekolah Dasar yang harus dibangun untuk Negara kita yang kini berpenduduk sebesar 140 jutaa jiwa ? perkembangan penduduk yang cepat akan menimbulkan landasan jumlah anak usia sekolah dan peningkatan kebutuhan-kebutuhan dasar serta sumber-sumber pendidikan.Pertumbuhan penduduk yang cepat berrti pula memerlukan pertambahan jumlah sekolah dan kebutuhan untuk penyelanggaraan pendidikan lainya seperti tenaga guru,buku-buku ,dan fasilitas yang lain.Pertambahan penduduk berarti pula pertambahan tenaga usia kerja.Pendidikan harus mampu mengembangkan sistim pendidikan ketrampilan yang relvan dengan kebutuhan tenaga kerja.Tanggung jawab ini bukan saja pada pendidikan tidak dapat melepaskan salah satu tugasnya untuk mempersiapkan anak muda menjelang kehidupan dalam masyarakat secara mandiri dan bertanggung jawab.Pendidikan kependudukan dan keluarga berencana dalam jangka panjang menentukan keberhasilan pembangunan bangsa disamping usaha peningkatan di idang produksi,industri,jasa dan lain-lain. Dengan pendidikan kependudukan dan keluarga Berencana diharapkan bahwa perkembangan penduduk dapat dikontrol dan besar keluarga dapat diatur berdasarkan atas pengetahuan dan sikap yang bertanggung jawab sesuai dengan kemampuan masing-masing.Dengan kata lain dapat dikatakan ,bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat mengharuskan kita semua untuk bekerja lebih keras dan agar kebutuhan pendidikan anak usia sekolah dan pendidikan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja dapat dilaksankan.Bahkan kita harus bekerja lebih keras lagi kalau kita tidak mau ketinggalan jaman.Pertambahan penduduk yang cepat menimbulksan akibat yang luas terhadap segi kehidupan termasuk dalam segi kependidikan.Bamyak masalah-masalah pendidikan yang berkaitan erat dengan meledaknya jumlah anak usia sekolah.Masalah-masalah pendidikan yang kita hadapi dapat dibedakan sebagai masalah kekurangan kesempatan belajar,masalah rendahnya mutu pendidikan,masalh ketidak sesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan masalah effisiensiserta efektifitas pelaksanan pendidikan.Masalah pendidikan yang kompleks ini menurut usaha keras dan kemauan yang kuat untuk penanggulangan.Pengalaman dan cara pemecahan masalah pendidikan yang telah biasa kita lakukan perlu ditingkatkan dan cara-cara baru (innovative)perlu mulai diusahakan.Cara pemecahan masalah pendidikan yang telah biasa dilakukan (conventional),misalnya menambah jumlah sekolah,meningkatkan fasilitas yang perlu diperlukan untuk mempertingi mutu sistem pendidikan yang dilakukan,mengutamakan pendidikan keterampilan yang telah ada yang paling sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja,pelayanan administrasi dan super visi pendidikan ,dan sebagainya.Beberapa cara pemecahan masalah pendidikan yang baru (innovative)misalnya pendidikan PAMONG yaitu pendidikan Anak oleh masyarakat,orng-tua dan guru ,sekolah menengah pertama terbuka,pengajaran dan modula,Sistem kejar(kelompok belajar)dalam kursus pendidikan dasar sekolah kecil dan lain-lain.3. Perkembangan Ilmu PengetahuanIlmu pengetahuan dan teknik selalu berkembang.Perkembangan ilmu secara akumulatif dan makin cepat jalanya.Tanggapan yang biasa dilakukan dalam kependidikan terhadap perkembangan ilmu ialah dengan memasukkan penemuan dan teori baru dalam kurikulum sekolah.Kini orang mungkin menyadari ,bahwa tidak seorangpun mampu menguasai sejumlah ilmu yang berkembang dalam jaman ini.Telah pula disadari bahwa teori yang saat kini dipandang hebat mungkin sekali dalam waktu yang tidak lama setelah diketemukaqn teori yang baru lagi akan kurang bermsnfaat atau bahkan akan di pandang usang. Kebiqasaan memasukkan penemuan dan teori baru kedalam kurikulum sekolah juga menyebabkan adanya kurikulum yang sarat dengan masalah_masalhh yang baru.Kenyataan timbulya perkembangan ilmu yang cepat ini tidak harus diikuti dengan penambahan kurikulum sekolah diluar kemampuan.Anak didik pun tidak mungkin mampu mengikuti dan menguasai segenap penemuan baru dalam dunia ilmu.Pertimbangan-pertimbangan ini mengingatkan kembali akan fungsi sekolah yang semestinya dilakukan.Praktek kependidiksn telah menunjukkan,bahwa sekolah tidak mengajarkan segenap ilmu ,melainkan mempersiapkan anak mampu mempelajari dunia mereka sendiri dengan melatih membaca ,berhitung dan keterampilan lain yang akan membantu mereka mampu mempelajari dunia mereka sendiri dan memecahkan masalah yang akan dihadapi.4. Tuntutan adanya proses pendidikan yang relevanPendidikan dapat diperoleh di sekolah maupun di luar sekolah.Banyak pendidikan yang sanggat berarti tidak dapat diperoleh di sekolah.Bagaimana kita belajar sesuatu yang baru??Kita semua ingin berbahagia.Bagaimana agar hidup kita bahagia?Di sekolah kita tidak diajarkan bagaimana kita dapat hidup bahagia.Mengapa kita dapat pula mendapatkan kebahagiaan hidup dan penuh rasa syukur karenanya?Banyak hal-hal penting untuk hidup kita yang tidak diajarkan di sekolah,missalnya bagaimana cara mengembangakan karir kita,bagaimana cara kita memilih tunangan,calon suami atau istri,menahan rasa sedih secara baik dan bermanfaat ,dan lain-lin.Beberapa contoh ini memperkuat keyakinan kita,bahwa banyak cara yang dapat ditempuh dalam ussaha pendidikan dalam mempersiapkan siswa maupun menghadapi dunia mereka sendiri yang penuh tantangan tidak pasti.Everet t Raimer dan Ivan Illich dari Mexico justru menyangsikan peranan sekolah yang kini di perkembang .Mereka menyatakan bahwa sekolah harus dihapuskan karena sekolah menciptakan jurang,stratifikasi sosial dan ketidak samaan.Mereka mengingatkan,bahwa belajar bukan berarti melakukan segala sesuatu di sekolah.Misalnya memberi contoh bahwa belajar menghitung dapat diajajrkan sejak bayi dirumah dan akan berlangsung sepanjang hidup Masalah pendidikan yang dihadapi sangatr kompleks.Adanya proses pendidikan yang relevan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi sangat diperlukan mengingat akan ketrbatasan dana pendidikan.Hal itu penting karena sistem sekolah dengan segala kekuranganya ternyata memerlukan biaya amat besar.untuk membayar guru saja meliputi 80%,dan yang lain seperti gedung,buku,alat pengajaran dan fasilitas lain dibebankan kepada orang tua.B.TUJUAN PEMBAHARUAN PENDIDIKANPeranan pendidikan dan tingkat perkembangan manusia merupakan faktor yang dominan terhadap kemampuanya utuk mrnanggapi masalah dalam kehidupanya sehari-hari.Tingkat kemajuan suatu bangsa juga dapat ditinjau dari tingkat pendidikan rakyatnya.Tidak mengherankan,bahwa Negara-negara maju juka memperhatikan usaha pendidikan yang sesuai dengan kemajuan yang dicapai.Dinegara-negara sedang berkembang pendidikan mulai lebih diperhatikan,setelah dalam waktu yang lama kurang terurus,sehingga bergandalah masalh-masalah pendidikan yang dihadapi.setiap masalah pendidikan berkaitan erat gengan segi kehidupan yang lain.Masalahnya bersifat kompleks,sesuai dengan kehidupan masyarakatnya.Seberapa besar keterkaitan suatu masalah pendidikan dengan masalah ekonomi atau masalah soal lain dalam masyarakatya ,secara sederhana masalah pendidikan dapat dikelopokkan kedalam kedalam empat jenis yaitu :(1) Masalah pemerataan(2) Masalah mutu(3) Masalah efektifitas dan relevansi,gan(4) masalah efisiensi.Pemecahan masalah-masalah pendidikan yang kompleks itu dengan cara pendekatan pendidikan yang konvensional,dirasakan akan memerlukan jangka waktu yang lama dan biaya amat besar.di lain pihak berlarutlarutnya pemecahan masalah pendidikan berarti pula akan akan terkejar dengan masalah baru yang timbul karena perkembangan sector lain yang kadang kala diluar kontrol.Terbatasya biaya yang siap dipergunakan untuk usaha pendidikan ikut pula mempengaruhi keberhasilan cara pendekatan konvensional yang akan ditambah atau mingkin perlu dilipat gandakan.Bilamana perhatian hanya ditujukan kepada cara pendekatan konvensional yang kurang terbuka terhadap kemungkinan kemungkinan pemanfaatan potensi dan sumber kependidikan yang terbatas maka masuklah kita pada suatu lingkaran permasalahan lama yang serupa.Kita bekerja sebagai pekerja sistem kerja yang rutin dalam permasalahan yang dinamis dan bervariasi.1. Pembaharuan pendidikan sebagai tanggapan baru terhadap masalh-masalh pendidikan.Kemajuan teknologi dan komunikasi dewasa ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap kemajuan di bidang lain ,termasuk dalam dunia pendidikan.semenjak diluncurkanya satelit Palapa para ahli pendidikan tidak tinggal diam,melainkan telah pula memikirkan dan berusaha agar sistem komunikasi satelit domestic(SKSD)dapat pula digunakan untuk salah satu sumber atau potensi yang dapat dipergunakan untuk pengembanganpendidikan di tanah air.Dengan SKSD,siaran televisi(TVRI)sudah dapat mennjangkau sebagaian terbesar daerah-daerah yang semula terisolir.penggunaan radio dan kaset untuk usaha pendidikan mulai dipersiapkan.Segala sumber yang dapat dimanfatkan secara sungguh-sungguh akan mulai digali demi perkembangan pendidikan kita.Pembaharuan di bidang pendidikan yang merupakan usaha pebangunan di selerasikan pada pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia numumnya.Pembangunan bidang pendidikan harus selaras dan teritegrasi serta menunjang pembangunan bangsa yang menyeluruh.Dalam kerangaka piker ini ,tugas pembaharuan pendidikan yang terutama adalah memecahkan masalah-masalh yang dijumpai dalam dunia pendidikan kita baik engan cara yang konvensional maupun dengan cara yang innovative.Cara innovative yang dimaksudkan adalah segala pemecahan masalah yang terpilih dan secara nyata maupun pemecahan masalah yang timbul (yang nyata-nyata dihadapi).Adakalanya masalah penndidikan dilihat secara kurang proporsional dan menyeluruh.Adakalanya masalah guru diatasi secara linier,terlepas dengan masalah administrasi misalnya.Seharusnya segenap komponen pendidikan misalnya masalah murid,guru,proses belajarmengajar,kurikulum,penilaian pendidikan ,alat-alat dan fasilitas pendidikan,lingkungan pendidikan,dan masyarakat sekitarnya mendapat perhatian sesuai dengan pokok masalah yang mendesak pemenuhanya.Pendekatan sistem dalam usaha pembaharuan pendidikan dipandang sebagai tanggapan terhadap masalh pendidikan yang baru dan komprehensif.Pendekatan dalam pemecahan dan perncanan pendidikan pada periode sebelumnya biasanya bersifat tidak menyeluruh dan terikat pada salah satu prinsip tertentu.pendekatan sosial_buday (social demand approach)didasarkan atas tuntutan atau kebutuhan sosial akan pendidikan yang berkembang popular di masyarakat,sehingga mengabaikan alokasi sumber-sumber dalam sekala nasional.kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan dan turunya mutu dan efektifitas pendidikan.pendekatan tenaga kerja (man power approach))didasarkan pada kebutuhan tenaga kerja yang yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi nasional(human investment),sehingga kurang memntinkan pendidikan dasar,lebih cocok untuknegara yang maju dan sulit menentukan(forcasting)terhadap kebutuhan tenaga kerja yang dipertangung jawabkan.Pendekatan untung rugi (cost_benefit approach)mengutamakan prinsip keuntungan.besarny pendidikan yang dikeluarkan tidak boleh lebih besar dari pengambilan yang akan diperoleh sesudah pendidikan dilakukan.Pendekatan yang membandingkan antara biaya pendidikan dan hasil yang akan diperoleh ini sering pula disebut rate_of_return approach,yang jelas sulit untuk menghitung dan menyajikan hasil pendidikan secara ekonomisDengan memperhatikan pengalaman beberapa pendekatan itu,pembaharuan pendidikan dengan pendekatan sistem untuk pemecahan masalah pendidikan yang mengutamakan kepentingan subyek pendidikan lebih bersifat tanggap(responsif)terhadap masalah-masalh yang baru.

C. MASALAH-MASALAH SEBAGAI DINAMIKA HIDUPBila diamati dengan teliti,sejak tahun1960 sistem pendidikan berkembang sangat cepatdari masa sebelumnya.Pendidikan menjadi usaha besar.Dari tahun1950 sampai 1960,pemasukan anak ke sekolah dasar di seluruh dunia bertambah 50 prosen lebih,dan untuk sekolah menengah lebih dari 100 prosen.sejak tahu 1960 murid disekolah-sekolah faormal terdapat dua kali lipat.Di Asia,anakyang berusia antara 5 sampai 24 tahun pada tahun1950 yang tertampung disekolah 17 prosen,sedang pada tahun 1965 berkembang menjadi 31 prosen,hampir dua kali lipat.Perkembangan jumlah ini tampaknya memberi harapan terhadap perkembangan pendidikan,sebab kesulitan dan kelemahan serta masalah mengenai mutu pendidikan,putus sekolah,jumlah anak yang mengulang dan pembiayaan memang tidak diketemukan.Banyaknya jumlah anak sekolah dan besarnya minat masuk sekolah dalam keterbatasan dana ini telah menimbul kan jurang yang lebih dalam antara kebutuhan dan pelayananya(demand supply gap).Sejak masalah demand supply gapini terdapat sejumlah masalah pendidikan yang dihadapi.prioritas pemecahanya perlu mendapat perhatian yang bersungguh-sungguh .Terselesaikanya satu atau beberapa masalah pendidikan diikuti oleh adanya sejumlah masalah pendidikan lain yang belum terpecahkan atau justru timbulah masalh-masalah pendidikan baru yang timbul sebagai akibat sampingan perkembangan sosial pada umumnya yang tidak dapat dihindari.Sirkulasi perubahan sosial yang merupakan lingkaran masalah, usaha pemenuhan, masalah baru dan usaha baru, dan seterusnya, ini harus diterima sebab sesuai dengan dinamika kehidupan manusia sendiri. Reaksi berantai dalam masyarakat yang berupa strukturasi-destrukturasi-restrukturasi kembali, dan seterusnya, akan berulang kembali dan memerlukan keikut-sertaan manusia secara bertanggungjawab untuk membimbing dan menyelaraskannya dengan tujuan hidup yang tepat.

b. Beberapa langkah yang telah dijalankanada beberapa langkah yang telah ditetapkan maupun dianjurkan dalam mengatasi motivasi-motivasi pegawai yang lebih cenderung bersifat ekstrinsik itu oleh pemerintah maupun LPTK-LPTK yang bersangkutan, walaupun sebagian besar dari padanya masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dari the lower order. Di antara langkah-langkah tersebut yang paling dominan adalah :1. Surat-surat keputusan Menteri P dan K / peraturan pemerintah.1.1 No.039/U/1980 tertanggal 2 februari 1980 tentang seperangkat kebijakan yang dituangkan di dalam Pola Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan di Indonesia yang berusaha meningkatkan profil kompetensi profesional tenaga kependidikan, baik bagi calon-calon pendidik maupun tenaga kependidikan yang ada di LPTK-LPTK, melalui ketiga dimensiumum kompetensi :a. Kompetensi pribadib. Kompetensi profesionalc. Kompetensi kemasyarakatan.1.2 No. 0124/U/1979 tertanggal 8 juni 1979 tentang penjenjangan program dan pengakuan profesi kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya.1.3 No 3/1980 tertanggal 22 januari 1980 tentang penghargaan khusus terhadap pemegang akta mengajar yang merupakan sertifikasi kemampuan mengajar.2. Diberikannya tunjangan jabatan fungsional serta dimungkinkannya kenaikan pangkat melalui prosedur pemenuhan kredit kumulatif tertentu sesuai tingkat jenjang jabatan yang ada, merupakan insentif ekstrinsik bagi tenaga dosen/pengajar di perguruan tinggi pada umumnya, walaupun dalam hal ini amat bergantung pada formasi yang ada.3. Tunjangan kesejahteraan dan kesehatan yang tersedia bagi pegawai negeri semua diarahkan sebagi motivator.4. Sumpah pegawai serta upacara-upacara tiap tanggal 17 serta lainnya memang dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan tingkat kedewasaan pada pegawai, rasa tanggung jawab diri yang besar, serta mengembangkan team spirit yang tinggi.3. Sistem Nilai di kalangan kependidikan di Indonesia Suatu bangsa bersumber dari keyakinan-keyakinan yang hidup dalam masyarakat serta dari tradisi yang berlaku didalamnya. Kecuali itu, kelompok-kelompok kerja didalamnya seseorang berpengaruh sejauh mana persepsi individu tersebut atas jenis pekerjaan atau objek-objek dalam lingkungannya maupun interaksinya dengan orang lain. Dalam kerangka hal-hal tersebut di ataslah maka kita dapat memahami bila :a. Pandangan hidup seseorang /masyarakat setempat atas hakikat hidup ini serta alam semesta yang dihadapinya lebih cenderung bersifat deterministik sehingga semangat juang untuk berusaha dalam upayanya memperbaiki taraf hidup manusia memang agak kurang kuat. Oleh karena itu orang lebihcepat merasa puas atas hasil kerjanya maupun kurang memanfaatkan waktu yang tersedia baginya.b. Pola struktur masyarakat yang paternalistik, yang yang didalamnya orang lebih cenderung tunduk pada kekuasaan dan kebenaran informasi dari pihak-pihak yang berkuasa atau father knows best, membangkitkat value system yang lebih difokuskan pada orientasi vertikal. Akibatnya, profesionalisme dikalangan para tenaga pengajar agak beku, dikalahkan oleh kepentingan yang lebih bersifat pemenuhankebutuhan rasa aman diri dan kebutuhan subsitansial.c. Pengalaman hidup seseorang dalam kelompok kerja lebih mangarah kepada hidup untuk dapat serasi dan selaras dengan lingkungan sosial karena norma kelompok lebih dipusatkan pada upaya menyenangkan dan memuaskan segala pihak yang berpengaruh besar dan berkuasa.Mengingat sifat dari jenis pekerjaan/tugas yang dihadapi oleh para pendidik serta sistem nilai yang dianut oleh mereka maka, sebagaimana dikemukakan oleh Fledman dan Arnold (1983) tentang peningkatan dinamika kelompok, produktifitas dan rasa puas para pendidik dapat di tingkatkan melalui tiga cara, yakni :1. Melalui peningkatan atau pengembangan pengetahuan mereka yang berhubungan dengan pekerjaan atau tugas yang bersangkuatan serta ketrampilan mereka.2. Peningkatan tingkat kepuasan kerja para pekerja,harus kita akui bahwa dari fakta-fakta tentang reward system pegawai negeri serta apa yang telah diperlihatkan oleh hasil penelitian pada dasarnya, bila ditinjau dari sudut tingkat kepuasan para tenaga kependidikan bila di bandingkan dengan tuntutan atas tingkat performansi pekerjaan dibidang pendidikan, maka tampak bahwa hubungan antara keduanya relatif lamah sehingga pengaruh faktor insentif tadi bagi tingkat produktivitas kerja mereka secara individual kecil. memang ada faktor-faktor lain dibalik itu yang menentukan bagi upaya peningkatan produktivitas dan rasa puas diri pada setiap tenaga kependidikan di Indonesia. Antara lain ialah diperolehnya penghargaan sosial oleh seseorang pendidik baik melalui achievement anak didiknya maupun dari kerja sama dengan orang lain, secara tidak langsung turut meningkatkan produktivitas rasa puas diri pada si pendidik.3. Dengan meningkatkan tingkat usaha yang dapat diberikan oleh para pengajar yang bersangkutan.4. Konsep social learning theory Dalam Sistem Penghargaan Sistem nilai yang diatur dalam masyarakat banyak mempengaruhi sistem nilai seseorang(tenaga kependidikan). Begitu pula sistem nilai ini amat berpengaruh pada motivasi seseorang dalam prilakunya sehari-hari, sedangkan motivasi individu itu sendiri amat di tentukan oleh konstelasi sistem kognisinya.a. Konsep-konsep dalam sosial learning theoryTeori yang dikembangkan oleh Albert Bandura (1977) ini mengakui bahwa nilai seseorang dipengaruhi dan dibentuk oleh konsekuensi tindakannya. Oleh karena itu, dalam prilaku organisasi segala sesuatu yang timbul bersamaan dengan adanya sistem penghargaan atau hukum dalam suatu organisasi mempunyai damak yang penting terhadap frekuensi prilaku seseorang. Dengan kata lain teori social learning ini pun mengakui peran yang penting itu atas segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang dalam organisasinya.Menurut teori social learning ada dua komponen kognitif utama dalam motivasi seseorang, yakni :1. Ekspektasi-ekspektasi seorang yang ada didalam pikirannya. Teori ini menghipotesiskan bahwa sebagai hasil darinpengalaman pribadi seseorang serta pengamatannya atas pengalaman orang lain.2. Bertalian dengan penentuan tujuan yang ingin di capainya serta yang berkaitan dengan usahanya mengatur dirinya sendiri untuk memperkuat tindakannya. Sehubungan dengan ini ada sesuatu hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. Di samping ekspektasi seseorang untuk memperolah hasil-hasil pelaksanaan kerjanya di kemudian hari, ada suatu faktor yang penting dalam motivasi seseorang yang sebenarnya berkaitan dengan kemampuan individu tersebut dalam memperkuat dirinya sendiri. Setiap orang pasti, sebelum mengambil suatu tindakan akan memperkuat dirinya sendiri dengan cara menetapkan standar tertentu dalam dirinya, lalu mengatur prilakunya sendiri sesuai standar tadi. Ini berarti bahwa, pada dasarnya setiap orang memiliki kapasitas serta melakukannya untuk mengevaluasi tindakan-tindakan yang akan dijalankannya.

b. Pola Sistem Penghargaan yang Seyogianya di BinaUntuk membina dan mengembangkan sistem penghargaan yang memang realistis, menantang dan mampu memotivasi para tenaga kependidikan baik secara ekstrinsik maupun intrinsik, sudah layaklah bila kita mempertimbangkan secara cermat faktor-faktor sebagai berikut ini sebelum kita terburu-buru menyimpulkan dan menetapkan intervensi yang perlu dilaksanakan dalam setiap LPTK di Indonesia :1. Yang pertama, hanya sebagian kecil dari tenaga kependidikan yang menjadi pengajar di LPTK yang memang mempunyai motivasi intrinsik bawaan sebagai karateristik pribadinya sedangkan bagian terbesar dari mereka pada dasarnya merupakan tenaga kependidikan yang memang terpaksa ataupun karena tiada pilahan lain bergerak di bidang pendidikan sebagai produk dari keadaan sosial ekonomis mereka. Oleh karena itulah maka orientasi mereka didunia pendidikan lebih banyak ditekankan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan egoistik dan sosial daripada pada upaya mereka untuk self acctualization.

2. Yang kedua, karena sebagian terbesar tenaga kependidikan di indonesia berasal dari keluarga yang sosial ekonominya lemah dan memiliki pandangan tentang hidup yang deterministis, maka sikap mereka pada umumnya atas pekerjaan/tugas yang dipikulnya cepat rasa puas (low growth needs menurut konsep hackman et al, 1979) dan terlalu bersifat optimistis tanpa mengenal dan menghargai konsep waktu. Prinsip bekerja unutk hidup yang selalu menjadi panutan unutk mereka, bukan prinsip hidup untuk bekerja yang menjadi dasar unutk pandangan hidup mereka. Karena itulah karena motivasi ekstrinsik lebih menarik atau dapat merangsang mereka dalam bekerja, dan bukan isi pekerjaan medidik itu sendiri yang merupakan daya tarik bagi berkecimpungnya mereka di dunia pendidikan.

3. Yang ketiga, pola struktur masyarakat indonesia yang lebih banyak bersifat peternalistik menyebabkan kaum birokrat kurang mampu/mau membeda-bedakan jenis dan tujuan profesional/teknis dari tujaun pekerjaan non professional. Selalu saja diekuivalenkan dengan penghargaan bagi pelaksaaan pekerjaan yang non professional, sekalipun dalam dunia perguruan tinggi telah diberikan tunjangan fungsional bagi para pengajar/dosen. Jabatan-jabatan/tugas-tugas administatif lebih mudah memperoleh pengharagaan atau kemungkinan-kemungkinan kepuasan substinensial, rasa aman diri, dan kekuasaan (power) agar lebih disenangi oleh orang lain daripada mementingkan usaha pencapaian tujaun instituti ataupun organisasi yang berangkutan secara keeseluruhan (MxClelland dan Burnham, 1976). Oleh karena itulahmaka pngembangan motivasi intrinsik di kalangan tenaga kependidikan merupakan suatu hal yan amat sulit. Orang lebih cenderung berjuang keras untuk memperoleh jabatan administratif ysng memungkinkan memperoleh power sehingga accessibility atas sumber-sumber dana dan fasilitas lebih mudah baginya. Sejalan dengan hal itu maka kretivitas, inisiatif, dan rasa tanggung jawab di kalangan pengajar menjadi kurang. Orang lebih cenderung mengukur kepuasan kerja dari hasil materi (subsistensi) pelaksanaan suatu tugas yang kemudian dibandingkan dengan kepuasaan kerja hasil orang lain yang setingkat dengannya daripada memperoleh kepuasaaan dari isi suatu tugas/pekerjaan. Dalam kerangka yang demikian, tepatlah dikatakan orang bahwa produk suatu pola struktur masyarakat paternalistik adalah perilaku-perilaku manusia yang sifatnya kurang dewasa (atau immature) daripada menghasilkan perilaku yang mature yang mampu mengembangkan self-actualization-nya.

4. yang keemapt ialah beberapa unsur buaya bangsa atau asyarakat yang memang kurang sejalan dengan tuntutan kemajuan bangsa mengandung sistem nilai yang perlu segera diselaaskan atau diserasikan, kalau tidak mereka hanya akan menemukan ekses-ekses yang menghambat saja bagi proses pembangunan indonesia. Banyak prinsip hidup manusia indonesia, seperti gotong royong, serasi dan selaras dengan lingkungan, tepo sliro ataupun tenggang rasa dan sama rata sama rasa hanya menimbulkan suatu sistem nilai yang kuran berani berkompetisi secara sehat, kurang berinisiatif, cenderung kurang perhatian, kurang berani membangkitkan rasa tanggung jawab profesi, serta cenderung bersikap mental yang closed mainded yang sebenarnya kurang relevan bagi pengembangan motivasi kerja yang intrinsik.

5. faktor yang terakhir ialah faktor dinamika kelompok kerja itu sendiri dikalangan para tenaga kependidikan, yang baik karena pengaruh struktur masyarakatnya maupun unsur-unsur budaya bangsa atau masyatakat yang kurang menunjang, lebih banyak berorientasi pada tujuan-tujuan pencapaian aspek-aspek yang sifatnya subsistensial dan rasa aman diri. Banyak nilai yang terkandung dalam norma-norma kelompokl dipengaruhi oleh pihak-pihak yang kebetulan memegang kekuasaan yang umumnya beroientasi pada preverences si father tadi. Padahal kita tahu bahwa norma-norma kelompok sangat menentukan corak perilaku dan rasa puas para anggotanya. Pihak manajemen hanya akan berhasil mebina kelompok yang dinamis dan produktif, ditinjau menurut kriteria profesi pendidikan, bila nilai-nilai yang ditanamkan kedalam norma-norma kelompok benar-benar nilai profesional dan yang sesuai dengan tuntutan perubahan jaman. Ini berarti bahwa pembentkan kelompok-kelompok kerja tadi seyogyanya berlandaskan kelima konsep job and reachment menurut hackman et al 1979 yakni :

1) Membina atau membentuk unit-unit kerja yang wajar dan logis.2) Mengombinasikan tugas-tugas sedemikian rupa sehingga tidak lagi bersifat fractional, tetapi merka membentuk sesuatu modul atau paket yang dapat memberikan arti atau makna bagi para pelaksananya.3) Membina alur-alur hubungan dengan masyarakat secara langsung sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab dan kepuasan pribadi para tenaga kependidikan atas hasil-hasil kerjanya.4) Mendesain tugas atau pekerjaan sehingga setiap pengajar ataupun tenaga kependidikan merasa memiliki otonomi dan tanggung jawab penuh baik dalam pernecanaan dan pekerjaan itu, strategi yang akan dilakukannya, serta implementasinya.5) Mengembangkan alur-alur umpan balik yang wajar bagi setiap tenaga kependidikan sehingga yang bersangkutan dapat mengevaluasi sendiri hasil-hasil pelaksanaan tugasnya serta mampu menyempurnakannya.Kelima konsep hackman et al ini bertujuan untuk dapat meberikan kepada setiap tenaga kependidikan :a. pengalama yang penuh arti.b. Mengalami sendiri tanggung jawab yang penuhc. Memperoleh pengetahuan langsung atas hasil-hasil kerjanya sehingga setiap individu mampu mengekspektasikan kemampuan atau ketrampilan yang diperlukannya.Inilah salah satu aspek yang penting dalam sistem penghargaan itu yang mampu memberikan motivasi intrinsik bagi para pengajar atau tenaga kependidikan.Dari kelima faktor disebutkan dalam butir-butir satu sampai dengan diatas dapat digambarkan bagaimana proses kognitif dari sikap mental tenaga kependidkan di indonesia itu terburuk, dan mengapa motivasi kerjanya masih kurang mengunutngkan bagi pembangunan dnia pendidikan di indoenasia.