18
KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN LAUT TANJUNG ANGKAK KECAMATAN SIANTAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS Nasharandi Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] Arief Pratomo Program Studi Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, Sea a [email protected] Chandra Joe Koenawan Program Studi Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRAK Tarempa merupakan ibu kota kabupaten kepulauan anamabas, dalam beberapa tahun belakangan ini aktivitas pembangunan di pusat kota terempa sangat tinggi, dengan tingginya aktivitas pembangunan tersebut bertujuan untuk mengejar program pem,bangunan daerah yang telah di rencanakan oleh pemerintah kabupaten. Terumbu karang merupakan salah satu keunikan bawah laut yang indah mempesona. Hal ini dapat dilihat dari warna, bentuk serta keanekaragaman hidupnya. Terumbu karang dan kehidupan laut yang berasosiasi dengannya merupakan salah satu kekayaan alam terbesar yang dimiliki oleh Indonesia, dengan kualitas ekosistem terumbu karang yang sangat mengesankan. Peranan terumbu karang bagi kehidupan biota laut sangat penting. Namun tingginya aktivitas pembangunan di kota terempa yang memanfaatkan kawasan perairan sangat mengkhawatirkan ekosistem terumbu karangnya salah satunya di kawasan tanjung angkak sebagai daerah pengembangan kota terempa. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2015. Adapun lokasi penelitian di Tanjung Angkak sebelah timur dari dari Kota Tarempa Kabupaten Kepulauan Anambas. Dimana daerah ini merupakan daearah hamparan terumbu karang. Metode penelitian menggunakan metode survey, yakni dengan memakai Line Intercept Transect (LIT) dari Suharsono (1998) dalam Febrianto 2012. Kondisi terumbu karang di perairan laut Tanjung Angkak menunjukkan persentase tutupan dasar terumbu karang yang bervariasi. Adapun bentuk bentuk pertumbuhan karang yang paling banyak di mendominasi adalah jenis Acropora dan jenis karang Masive. Adapun jenis jenis pertumbuhan Acropora yang mendominasi seperti, Acropora Branching, Ecrusting, Tabulate, dan Digitae. masing - masing titik pengamatan rata-rata menunjukkan angka persentase di atas 50%. Pada satsiun pertama 54, 20%, satsiun kedua 66, 99% dan stasiun ketiga 73, 94% dari stiap stasiun menunjukkan angka persentase di atas 50%. Berdasarkan kriteria tutupan terumbu karang bahwa kondisi persen tutupan karang di perairan Tanjung Angkak masih dalam kondisi baik. Di tinjau dari segi faktor pendukung oceanograpi kehidupan karang. Kualitas perairan di Tanjung Angkak cukup baik dengan nilai kecerahan 100%, salinitas 35, 33 0 / 00 , suhu 30, 3 0 C, DO 7, 09 Mg/L, PH 8, 16% dan kecepatan arus 0, 15 m/detik. Dari masing-masing kondisi parameter tersebut masih termasuk di dalam kondisi baik bagi kehidupan terumbu karang di perairan laut Tanjung Angkak. Kata kunci: kondisi terumbu karang, persentase tutupan dasar terumbu karang, ancaman terdegradasi terumbu karang

KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

  • Upload
    lymien

  • View
    237

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN LAUT TANJUNG ANGKAK

KECAMATAN SIANTAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

Nasharandi

Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

Arief Pratomo

Program Studi Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, Sea a [email protected]

Chandra Joe Koenawan

Program Studi Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

ABSTRAK

Tarempa merupakan ibu kota kabupaten kepulauan anamabas, dalam beberapa tahun

belakangan ini aktivitas pembangunan di pusat kota terempa sangat tinggi, dengan tingginya

aktivitas pembangunan tersebut bertujuan untuk mengejar program pem,bangunan daerah

yang telah di rencanakan oleh pemerintah kabupaten. Terumbu karang merupakan salah satu

keunikan bawah laut yang indah mempesona. Hal ini dapat dilihat dari warna, bentuk serta

keanekaragaman hidupnya. Terumbu karang dan kehidupan laut yang berasosiasi dengannya

merupakan salah satu kekayaan alam terbesar yang dimiliki oleh Indonesia, dengan kualitas

ekosistem terumbu karang yang sangat mengesankan. Peranan terumbu karang bagi

kehidupan biota laut sangat penting. Namun tingginya aktivitas pembangunan di kota

terempa yang memanfaatkan kawasan perairan sangat mengkhawatirkan ekosistem terumbu

karangnya salah satunya di kawasan tanjung angkak sebagai daerah pengembangan kota

terempa. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Maret-April 2015. Adapun lokasi penelitian di

Tanjung Angkak sebelah timur dari dari Kota Tarempa Kabupaten Kepulauan Anambas.

Dimana daerah ini merupakan daearah hamparan terumbu karang. Metode penelitian

menggunakan metode survey, yakni dengan memakai Line Intercept Transect (LIT) dari

Suharsono (1998) dalam Febrianto 2012. Kondisi terumbu karang di perairan laut Tanjung

Angkak menunjukkan persentase tutupan dasar terumbu karang yang bervariasi. Adapun

bentuk – bentuk pertumbuhan karang yang paling banyak di mendominasi adalah jenis

Acropora dan jenis karang Masive. Adapun jenis – jenis pertumbuhan Acropora yang

mendominasi seperti, Acropora Branching, Ecrusting, Tabulate, dan Digitae. masing -

masing titik pengamatan rata-rata menunjukkan angka persentase di atas 50%. Pada satsiun

pertama 54, 20%, satsiun kedua 66, 99% dan stasiun ketiga 73, 94% dari stiap stasiun

menunjukkan angka persentase di atas 50%. Berdasarkan kriteria tutupan terumbu karang

bahwa kondisi persen tutupan karang di perairan Tanjung Angkak masih dalam kondisi baik.

Di tinjau dari segi faktor pendukung oceanograpi kehidupan karang. Kualitas perairan di

Tanjung Angkak cukup baik dengan nilai kecerahan 100%, salinitas 35, 330/00, suhu 30, 3

0C,

DO 7, 09 Mg/L, PH 8, 16% dan kecepatan arus 0, 15 m/detik. Dari masing-masing kondisi

parameter tersebut masih termasuk di dalam kondisi baik bagi kehidupan terumbu karang di

perairan laut Tanjung Angkak.

Kata kunci: kondisi terumbu karang, persentase tutupan dasar terumbu karang, ancaman

terdegradasi terumbu karang

Page 2: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN LAUT TANJUNG ANGKAK

KECAMATAN SIANTAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

Nasharandi

Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

Arief Pratomo

Program Studi Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, Sea a [email protected]

Chandra Joe Koenawan

Program Studi Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

ABSTRACT

Tarempa an archipelago anamabas district capital, in recent years the development

activity in downtown Terempa very high, with the high development activity aims to pursue

estab program, building area that has been planned by the district government. Coral reefs are

one of the unique beautiful underwater dazzling. It can be seen from the color, shape and

diversity of life. Coral reefs and marine life associated with it is one of the largest natural

wealth owned by Indonesia, with the quality of the coral reef ecosystem is very impressive.

The role of coral reefs for marine life is very important. But high construction activity in the

city Terempa which utilize the waters are very concerned about coral reef ecosystems in the

region one of the promontory Angkak as Terempa city development area. In research

conducted in March-April 2015. The study sites in Cape Angkak east of of the City Tarempa

Anambas Island. This is an affluent area where coral reefs. The research method used survey

method, namely by taking Line Intercept Transect (LIT) from Suharsono (1998) in 2012.

Febrianto condition of coral reefs in the marine waters of Tanjung Angkak shows the

percentage of coral cover varies basis. The form - the form most coral growth in dominating

is the type of coral species Acropora and Masive. The type - the type of growth that dominate

Acropora such as Acropora Branching, Ecrusting, tabulate, and Digitae. each - each

observation point average indicates the percentage figures above 50%. At first satsiun 54,

20%, satsiun second 66, third 99% and 73 stations, 94% of stiap station showed the

percentage of above 50%. Based on the criteria that the condition of coral reef cover percent

coral cover in the waters of Cape Angkak still in good condition. In the review of the

supporting factors in terms of Oceanography coral life. Water quality in Cape Angkak quite

well with the brightness value of 100%, salinity 35, 330/00, a temperature of 30, 30C, DO 7,

09 Mg / L, pH 8, 16% and speed the flow of 0, 15 m / sec. From each of these parameters are

still included conditions in good condition for the life of coral reefs in the marine waters of

Tanjung Angkak.

Keywords: coral reefs, coral reefs cover percentage basis, the threat of degraded coral

reefs

I. PENDAHULUAN

Terumbu karang merupakan salah

satu keunikan bawah laut yang indah

mempesona. Hal ini dapat dilihat dari

Page 3: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

warna, bentuk serta keanekaragaman

hidupnya. Terumbu karang dan kehidupan

laut yang berasosiasi dengannya

merupakan salah satu kekayaan alam

terbesar yang dimiliki oleh Indonesia,

dengan kualitas ekosistem terumbu karang

yang sangat mengesankan. Peranan

terumbu karang bagi kehidupan biota laut

sangat penting. Diantaranya sebagai

tempat mencari ikan (Feeding Ground),

tempat berpijah (Spawning Ground), dan

sebagai tempat persembunyian. Dipandang

dari segi ekologi terumbu karang berperan

sebagai pelindung pantai dari hempasan

ombak laut. Bagi manusia, terumbu karang

berperan sebagai sumber mata pencarian

masyarakat pesisir.

Terumbu karang Indonesia

menempati areal seluas 85,707 km2

(Thomascik et al, dalam Harahap 1997)

yang memperlihatkan kondisi kritis.

Berdasarkan hasil pemantauan Puslitbang

Lembaga Oceanologi Indonesia, sampai

dengan pertengahan tahun 1998, hanya

tinggal 6,49% terumbu karang yang

Indonesia yang di kategorikan sangat

baik, 24,28% baik, 28,61% sedang, dan

40,62% dalam kondisi buruk (Soeharsono,

dalam Harahap 1997).

Kondisi terumbu karang

Dikabupaten Kepulauan Anambas

umumnya masih termasuk kategori kondisi

baik, berdasarkan persentase tutupan

komunitas terumbu karang hidup yang

berkisar antara 70-80% dengan

perbandingan luas lautan 46.033,81 km

(Dinas Kelautan Dan Perikanan

Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun

2013). Tarempa sebagai ibu kota

Kabupaten Kepulauan Anambas juga

menyimpan keindahan terumbu karang

diwilayah perairannya, Berdasarkan

penelitian PKSPL-IPB pada tahun 2013

mengenai penilaian terhadap terumbu

karang di Terempa. Adapun penelitian

yang dilakukan PKSPL-IPB dengan

melakukan penilaian IKL (Indeks

Kerentanan Lingkungan) terhadap

ekosistem terumbu karang. Berdasarkan

penilaian yang dilakukan PKSPL-IPB

terumbu karang di Terempa dikatakan

”Peka”. Peka yang dimaksud dalam

penilaian IKL berdasarkan PKSPL-IPB

adalah terumbu karang yang ada di

Tarempa sangat rentan terhadap gangguan

baik dari aktivitas manusia maupun gejala

dari alam.

Seiring dengan pembangunan daerah

yang semakin pesat dan pemanfaatan lahan

perairan sebagai pembangunan daearah di

Kabupaten Kepulauan Anambas

khususnya di Tarempa kawasan Tanjung

Angkak sebagai daerah pengembangan

kota, hal ini menjadi ancaman

terdegradasinya ekosistem terumbu karang

yang berada di sekitar Tanjung Angkak

tersebut akibat dari proyek-proyek

pembangunan pemerintah. Akibatnya

lama-kelamaan ekosistem terumbu karang

di sekitar Tanjung Angkak tersebut akan

habis dan punah beserta dengan biota-biota

yang ada di dalamnya. Oleh karena itu

sangat diperlukan adanya pendataan atau

iventarisasi yang baik dan benar mengenai

kondisi ekosistem terumbu karang yang

berada diperairan Tanjung Angkak.

sehingga data yang didapatkan bisa

dijadikan bahan pertimbangan dan

informasi ilmiah bagi Pemerintah

Kabupaten Kepulauan Anambas dalam

melaksanakan pembangunan daerah yang

baik dan benar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Terumbu Karang

Terumbu karang adalah

sekumpulan hewan karang yang

bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan

alga yang disebut zooxanthellae. Hewan

karang bentuknya aneh, menyerupai batu

dan mempunyai warna dan bentuk

beraneka rupa. Hewan ini disebut polip,

karena merupakan hewan pembentuk

utama terumbu karang yang menghasilkan

zat kapur. Polip-polip ini selama ribuan

tahun membentuk terumbu karang.

Zooxanthellae adalah suatu jenis algae

yang bersimbiosis dalam jaringan karang.

Zooxanthellae ini melakukan fotosintesis

menghasilkan oksigen yang berguna untuk

Page 4: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

kehidupan hewan karang. Di lain pihak,

hewan karang memberikan tempat

berlindung bagi zooxanthellae. Dalam

ekosistem terumbu karang ada karang

yang keras dan lunak. Karang batu adalah

karang yang keras disebabkan oleh adanya

zat kapur yang dihasilkan oleh binatang

karang. (Nybakken 1992)

B. Manfaat Terumbu Karang Bagi

Bagi Biota Laut

Adapun manfaat terumbu karang bagi

biota laut sebagai berikut (Anonim 2014) :

1. Secara alami, terumbu karang

merupakan habitat bagi banyak

spesies laut untuk melakukan

pemijahan, peneluran, pembesaran

anak, makan dan mencari makan

(feeding & foraging), terutama bagi

sejumlah spesies yang memiliki nilai

ekonomis penting.

2. Banyaknya spesies makhluk hidup

laut yang dapat ditemukan di terumbu

karang menjadikan ekosistem ini

sebagai gudang keanekaragaman

hayati laut.

3. Saat ini, peran terumbu karang sebagai

gudang keanekaragaman hayati

menjadikannya sebagai sumber

penting bagi berbagai bahan bioaktif

yang diperlukan di bidang medis dan

farmasi.

C. Manfaat Terumbu Karang Bagi

Manusia

Adapun manfaat terumbu karang bagai

manusia sebagai berikut (Anonim 2014) :

1. Sumber ikan dan makanan laut lainnya

yang mengandung protein tinggi.

2. Melindungi pantai dan penduduk dari

hantaman ombak dan arus.

3. Sumber penghasilan bagi nelayan

(tangkapan ikan).

4. Kekayaan pariwisata bahari yang

berdaya jual tinggi (memancing,

menyelam, snorkeling).

5. Sumber kekayaan laut yang bisa

digunakan sebagai obat-obatan alami.

6. Sebagai laboratorium alam untuk

pendidikan dan penelitian.

D. Karakteristik Terumbu Karang

Struktur fisik dari ekosistem terumbu

karang adalah kerangka kalsium karbonat

yang senantiasa bertumbuh dan

memplatform yang keras dalam jangka

waktu ratusan hingga ribuan tahun.

Kerangka ini atau yang disebut sebagai

terumbu dibentuk terutama oleh koloni

polip karang yang bersimbiose dengan

zooxantella yang hidup dalam jaringan

karang. Jenis lain yang juga merupakan

penyangga terumbu ini adalah algae

coralline yang juga bisa berfungsi sebagai

semen atau perekat terumbu.

Karang membutuhkan kejernihan air

yang tinggi dan jumlah unsur hara atau

nutrient yang rendah. Karana zooxanthella

(alga simbiosa) membutuhkan cahaya

untuk fotosintesis, maka cahaya adalah

salah satu faktor utama yang

mempengaruhi distribusi vertikal karang

pembentuk terumbu (karang hermatypic).

Olehkarena itu, kebanyakan pertumbuhan

karang yang paling aktif terdapat pada

kedalaman 2-10 meter.

Hubungan simbiosa antara

zooxanthellae dan karang merupakan

faktor penting dalam pembentukan

terumbu karang. Alga bersel satu ini

mendapatkan perlindungan yang baik

dalam jaringan karang dan memperoleh

suply nutrient atau unsur hara dari hasil

sekresi karang dan karbon dioksida dari

hasil respirasi hewan karang. Kedua unsur

tersebut akan dimanfaatkan oleh

zooxanthella untuk pertumbuhan dan

perkembangannya melalui proses

fotosinthesis. Hasil dari fotosintesis

tersebut yang merupakan senyawa karbon

selanjutnya dimanfaatkan oleh karang

sebagai sumber energi. (Dahuri, 2000).

E. Tipe-Tipe Terumbu Karang

1. Tipe- Tipe Terumbu Karang

Berdasarkan Jenisnya

Ada dua jenis terumbu karang yaitu

(Thomascik et al, 1997 dalam Adi

Kurniawan Harahap) :

1. Terumbu karang keras (seperti brain

coral dan elkhorn coral) merupakan

Page 5: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

karang batu kapur yang keras yang

membentuk terumbu karang. Karang

batu ini menjadi pembentuk utama

ekosistem terumbu karang. Walaupun

terlihat sangat kuat dan kokoh, karang

sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur

dan sangat rentan terhadap perubahan

lingkungan.

2. Terumbu karang lunak (seperti sea

fingers dan sea whips) tidak

membentuk karang. Terdapat beberapa

tipe terumbu karang yaitu terumbu

karang yang tumbuh di sepanjang

pantai di continental shelf yang biasa

disebut sebagai fringing reef, terumbu

karang yang tumbuh sejajar pantai tapi

agak lebih jauh ke luar (biasanya

dipisahkan oleh sebuah laguna) yang

biasa disebut sebagai barrier reef dan

terumbu karang yang menyerupai

cincin di sekitar pulau vulkanik yang

disebut coral atoll.

2. Tipe- Tipe Terumbu Karang

Berdasarkan Bentuknya

Terumbu karang umunya dikelompokkan

ke dalam empat bentuk, yaitu (Soeharsono

Dalam Adi Kurniawan Harahap) :

1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)

Terumbu karang tepi atau karang penerus

berkembang di mayoritas pesisir pantai

dari pulau-pulau besar. Perkembangannya

bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan

pertumbuhan ke atas dan ke arah luar

menuju laut lepas. Dalam proses

perkembangannya, terumbu ini berbentuk

melingkar yang ditandai dengan adanya

bentukan ban atau bagian endapan karang

mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai

yang curam, pertumbuhan terumbu jelas

mengarah secara vertikal. Contoh:

Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan

(Banten), Nusa Dua (Bali).

2. Terumbu karang penghalang (barrier

reefs)

Terumbu karang ini terletak pada jarak

yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52

km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh

perairan berkedalaman hingga 75 meter.

Terkadang membentuk lagoon (kolom air)

atau celah perairan yang lebarnya

mencapai puluhan kilometer. Umumnya

karang penghalang tumbuh di sekitar pulau

sangat besar atau benua dan membentuk

gugusan pulau karang yang terputus-putus.

Contoh: Batuan Tengah (Bintan,

Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi

Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi

Tengah).

3. Terumbu karang cincin (atolls)

Terumbu karang yang berbentuk cincin

yang mengelilingi batas dari pulaupulau

vulkanik yang tenggelam sehingga tidak

terdapat perbatasan dengan daratan.

4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu

(patch reefs)

Gosong terumbu (patch reefs), terkadang

disebut juga sebagai pulau datar (flat

island). Terumbu ini tumbuh dari bawah

ke atas sampai ke permukaan dan, dalam

kurun waktu geologis, membantu

pembentukan pulau datar. Umumnya pulau

ini akan berkembang secara horizontal

atau vertikal dengan kedalaman relatif

dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI

Jakarta), Kepulauan Ujung Batu.

F. Metode Monitoring Terumbu

Karang

1. LIT ( Line Intercpt Transect )

Metode Transek garis (Line Intercept

Transect/LIT) merupakan metode yang

digunakan untuk mengestimasi penutupan

karang dan penutupan komunitas bentos

yang hidup bersama karang. Metode ini

cukup praktis, cepat dan sangat sesuai

untuk wilayah terumbu karang di daerah

tropis. Pengambilan data dilakukan pada

umumnya di kedalaman 3 meter dan 10

meter, sehingga bagi tim kerja yang

terlibat dalam metode ini sebaiknya

memiliki keterampilan menyelam yang

baik. ( Amrullah Saleh, 2000 )

2. Pembagian Kerja Dalam LIT

Page 6: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

Pengamatan dengan menggunakan

metode Transek garis (LIT) membutuhkan

paling sedikit 3 orang anggota tim dengan

masing‐masing orang mengetahui tugas

dan fungsinya, sebagai berikut

( Amrullah Saleh, 2000 ) :

1 orang bertugas memasang patok,

membentangkan meteran dan

menggulungnya kembali.

1 orang bertugas sebagai pengamat

(observer).

1 orang bertugas mengemudikan

perahu motor yang digunakan menuju

lokasi pengambilan data. Selain itu,

bertugas untuk merekam posisi

pengambilan sampel dengan GPS.

Seluruh anggota tim harus mengetahui

metode ini dengan benar serta

Melaksanakannya dengan penuh

tanggung jawab dan sesuai dengan

prosedur yang ada.

3. Peralatan Yang Dibutuhkan

Dalam (LIT)

Untuk melakukan pengamatan terumbu

karang dengan menggunakan metode LIT

ini diperlukan peralatan sebagai berikut

( Amrullah Saleh, 2000 ) :

1. Kaca mata selam (masker)

2. Alat bantu pernapasan di permukaan air

(snorkel)

3. Alat bantu renang di kaki (fins)

4. Perahu bermotor (minimal 5 PK)

5. SCUBA

6. Meteran gulung 50 meter.

7. Patok besi

8. Papan plastik putih yang permukaannya

telah dikasarkan dengan kertas pasir

9. Pensil

10. Tas peralatan

11. Tali nilon sepanjang paling sedikit 60

meter

12. Global Positioning System (GPS)

G. Ancaman Terhadap Terumbu

Karang

Terumbu karang adalah salah satu

ekosistem yang sangat terancam didunia.

Sebanding dengan hutan hujan dalam

keanekaragaman hayatinya dan merupakan

sumber keuntungan ekonomi yang besar

dari perikanan dan pariwisata, ekosistem

terumbu karang adalah salah satu

kepentingan dunia. Selain itu, karang

memegang fungsi penting di negara-negara

berkembang, khususnya di negaranegara

kepulauan berkembang. Hingga kini,

tekanan yang disebabkan oleh kegiatan

manusia-seperti pencemaran dari daratan

dan praktek perikanan yang merusak- telah

dianggap sebagai bahaya utama untuk

terumbu karang. Sementara masalah-

masalah ini belum hilang, selama dua

dekade terakhir telah muncul ancaman lain

yang lebih potensial. Terumbu karang

telah terpengaruh dengan naiknya tingkat

kemunculan dan kerusakan karena

pemutihan karang (Coral Bleaching), yaitu

suatu fenomena sehubungan adanya aneka

tekanan, khususnya kenaikan suhu air laut.

Pemutihan yang parah dan lama dapat

perluasan kematian karang dan peristiwa

kematian dan pemutihan terumbu yang

aneh di tahun 1998 telah mempengaruhi

sebagianbesar daerah terumbu karang di

kawasan Indo-Pasifik. ( Nuraini, 2013 )

H. Faktor Penyebab Terdegradasinya

Terumbu Karang

Beberapa faktor rusaknya terumbu karang

di Indonesia disebabkan oleh ulah manusia

sendiri, beberapa diantaranya ( Nuraini,

2013 ):

1. Terumbu karang yang sangat indah

membuat banyak penyelam tergoda

untuk melihatnya, namun ternyata,

tidak sedikit dari mereka yang tega

membawa pulang biota laut tersebut.

2. Membuang sampah ke laut dan pantai

yang dapat mencemari air laut.

3. Penggunaan pupuk dan pestisida buatan

pada lahan pertanian juga merusak

terumbu karang di lautan. Walaupun

jarak lahan pertanian dengan bibir

pantai sangat jauh, residu kimia dari

pupuk dan pestisida buatan pada

akhirnya akan terbuang ke laut melalui

air hujan yang jatuh di lahan pertanian.

4. Buangan jangkar yang dilakukan oleh

awak-awak kapal pada pesisir pantai

Page 7: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

secara tidak sengaja akan merusak

terumbu karang yang berada di

bawahnya.

5. Penambangan pasir atau bebatuan di

laut dan pembangunan pemukiman di

pesisir juga merusak terumbu karang.

Limbah dan polusi dari pemukiman

penduduk secara tidak langsung dapat

menghancurkan terumbu karang.

6. Menangkap ikan di laut dengan

menggunakan bom dan racun sianida

sangat mematikan terumbu karang.

I. Pencegahan Dan Penanggulangan

Kerusakan Terumbu Karang

Adapun pencegahan dan

penanggulangannya sebagai berikut

(Sammarco dan Carleton, 1982) :

1. Peningkatan Kesadaran Dan

Partisipasi Masyarakat.

Adalah upaya untuk meningkatkan

kesadartahuan masyarakat akan

pentingnya peranan terumbu karang dan

mengajak masyarakat untuk berperan

serta aktif dan bertanggung jawab dalam

mengelola dan memanfaatkan terumbu

karang secara lestari, seperti meningkatkan

kesadaran mereka akan peranan penting

terumbu karang, seperti sebagai tempat

pengembangan wisata bahari, bahan baku

obat-obatan, kosmetika, bahan makanan

dan lain-lain. penting juga untuk

menanamkan arti dan manfaat terumbu

karang bagi kelangsungan hidup

masyarakat pesisir sejak masa kanak-

kanak.

2. Pengelolaan Berbasis Masyarakat.

a. Membina masyarakat untuk melakukan

kegiatan alternatif seperti budidaya,

pemandu wisata dan usaha kerajinan

tangan yang akan meningkatkan

pendapatan masyarakat

setempat. pembinaan ini disertai

dengan bantuan pendanaan yang

disalurkan melalui berbagai sistem yang

telah ada dan tidak membebani

masyarakat.

b. Menerapkan pengetahuan dan teknologi

rehabilitasi dan pengelolaan terumbu

karang agar dapat dimanfaatkan secara

lestari.

3. Pengembangan Kelembagaan

a. Memperkuat koordinasi antar instansi

yang berperan dalam penanganan

terumbu karang baik pengelola

kawasan, aparat keamanan, pemanfaat

sumber daya dan pemerhati

lingkungan.

b. Meningkatkan kemampuan sumber

daya manusia melalui berbagai

pelatihan yang berkaitan dengan

pengelolaan dan teknik rehabilitasi

terumbu karang.

4. Penelitian, Monitoring Dan Evaluasi

Pemantauan kegiatan masyarakat

yang secara langsung berhubungan dengan

terumbu karang. dalam kaitan ini akan

dibentuk sistem jaringan pemantauan dan

informasi terumbu karang dengan

membangun simpul-simpul di beberapa

propinsi. kegiatan ini akan diawasi

langsung oleh lipi yang telah memiliki

stasiun-stasiun di beberapa tempat, seperti

: Biak, Ambon Dan Lombok.

5. Penegakan Hukum

Komponen ini dipandang sangat penting

sebagai salah satu komponen kunci yang

harus dilaksanakan dalam usaha mencapai

tujuan program rehabilitasi dan

pengelolaan terumbu karang. masyarakat

memegang peranan penting dalam

mencapai tujuan komponen penegakan

hukum. salah satu peranan masyarakat

dalam pengamanan terumbu karang secara

langsung adalah sebagai pengamat

terumbu karang atau reef watcher, dimana

mereka berkewajiban meneruskan

informasi kepada penegak hukum

mengenai pelanggaran yang merusak

terumbu karang di daerahnya.

J. Pemulihan Ekosistem Terumbu

Karang

Pemulihan kerusakan terumbu

karang merupakan upaya yang paling sulit

untuk dilakukan, serta memakan biaya

tinggi dan waktu yang cukup lama. upaya

Page 8: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

pemulihan yang bisa dilakukan adalah

zonasi dan rehabilitasi terumbu karang.

(English et al., 1997).

1. Zonasi

Pengelolaan zonasi pesisir bertujuan untuk

memperbaiki ekosistem pesisir yang sudah

rusak. pada prinsipnya wilayah pesisir

dipetakan untuk kemudian direncanakan

strategi pemulihan dan prioritas pemulihan

yang diharapkan. pembagian zonasi

pesisir dapat berupa zona penangkapan

ikan, zona konservasi ataupun lainnya

sesuai dengan kebutuhan/pemanfaatan

wilayah tersebut, disertai dengan zona

penyangga karena sulit untuk membatasi

zona-zona yang telah ditetapkan di

laut. ekosistem terumbu karang dapat

dipulihkan dengan memasukkannya ke

dalam zona konservasi yang tidak dapat

diganggu oleh aktivitas masyarakat

sehingga dapat tumbuh dan pulih secara

alami.

2. Rehabilitasi

Pemulihan kerusakan terumbu

karang dapat dilakukan dengan melakukan

rehabilitasi aktif, seperti meningkatkan

populasi karang, mengurangi alga yang

hidup bebas, serta meningkatkan ikan-ikan

karang.

a. Meningkatkan Populasi Karang

Peningkatan populasi karang dapat

dilakukan dengan meningkatkan

rekruitmen, yaitu membiarkan benih

karang yang hidup menempel pada

permukaan benda yang bersih dan halus

dengan pori-pori kecil atau liang untuk

berlindung; menambah migrasi melalui

tranplantasi karang, serta mengurangi

mortalitas dengan mencegahnya dari

kerusakan fisik, penyakit, hama dan

kompetisi.

b. Mengurangi Alga Hidup Yang Bebas

Pengurangan populasi alga dapat

dilakukan dengan cara membersihkan

karang dari alga dan meningkatkan hewan

pemangsa alga.

c. Meningkatkan Ikan-Ikan Karang

Populasi Ikan karang dapat ditingkatkan

dengan meningkatkan rekruitmen, yaitu

dengan meningkatkan ikan herbivora dan

merehabilitasi padang lamun sebagai

pelindung bagi ikan-ikan kecil,

meningkatkan migrasi atau menambah

stok ikan, serta menurunkan mortalitas

jenis ikan favorit.

III. METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan

Maret-April 2015. Adapun lokasi

penelitian di Tanjung Angkak sebelah

timur dari dari Kota Tarempa Kabupaten

Kepulauan Anambas. Dimana daerah ini

merupakan daearah hamparan terumbu

karang.

A. Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan

dalam penelitian dapat dilihat dalam tabel

berikut :

Tabel 2. Alat Dan Bahan

A. Bahan referensi yang menjadi

acuan

No Alat Bahan

1

Kaca Mata

Selam (

Masker ) Patok Besi

2

Snorkel +

fins Tali Nilon

3

Sampan

Muatan 3

Orang Papan Tulis

4 Scuba Pensil

5 GPS Buku Tulis

6

Meteran

Gulung / Roll

Meter

Buku

Identifikasi

7

Camera

Under Water Tas Peralatan

Page 9: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

Referensi yang di guanakan dalam

penelitian dapat di lihat pada tabel berikut

:

Tabel 3. Referensi yang di

gunakan

B. Metodologi

Metode penelitian menggunakan

metode survey, yakni dengan memakai

Line Intercept Transect (LIT) dari

Suharsono (1998) dalam Febrianto 2012.

Sebelum LIT digunakan, terlebih dahulu

dilakukan pemantauan dengan snorkeling.

Pada penelitian ini, snorkelling digunakan

untuk menentukan peletakan garis transek.

Metode yang digunakan memonitor

tutupan karang adalah metode transek

garis (LIT) yang dilakukan sejajar garis

pantai, mengikuti kontur kedalaman. Pada

prinsipnya metode transek garis

menggunakan suatu garis transek yang

diletakkan di atas koloni karang (Gambar

3). Penggunaan metode ini untuk melihat

presentase tutupan karang hidup dan mati

dan bentuk pertumbahan (lifeform). Dalam

melakukan pencatatan data LIT sistem

pendataan data dilakukan dengan

menggunakan kategori bentik lifeform

versi English 1994, adapun data di

koreksi sebelum diadakan pengentrian

data.

C. Prosedur Penelitian

1. Penentuan lokasi penelitian

Penentuan lokasi penelitian atau titik

stasiun ini ditentukan dengan

menggunakan metode purposive sampling.

Adapun jumlah stasiun pengamatan

berjumlah 3 stasiun, dimana masing-

masing stasiun mempunyai 3 titik / 3 LIT

pengamatan sepanjang bibir pantai. Dalam

pengamatan penarikan LIT atau garis

transek memanjang sesuai dengan

topograpi bibir pantai. Dimana setiap

stasiun penarikan garis LIT sejajar dengan

bibir pantai dengan kedalaman berbeda

pada satiap stasiun, Adapun kedalaman

yang dilakukan pengamatan adalah pada

kedalaman 2-3 meter mewakili dari stasiun

1, 5-6 meter mewakili dari stasiun 2 dan 7-

8 meter mewakili dari stasiun 3.

2. Pembuatan Garis Transek

Garis transek dibuat dengan

menggunakan roll meter dengan panjang

100 meter, kemudian diletakkan roll meter

tersebut ke dalam perairan sejajar dengan

garis pantai (gambar 3). Untuk setiap

stasiun peletakan transek berdasarkan

perbedaan kedalaman. Stasiun 1 dengan

kedalaman 2-3 m, stasiun 2 dengan

kedalaman 5-6 , dan stasiun 3 dengan

No Referensi Yang Di

Gunakan

1 Analisis Penilaian

Terumbu Karang

2 Jurnal Penelitian Terumbu

Karang

3 Point Intercept Transek

(Pit) Untuk Masyarakat

4 Ekosistem Terumbu

Karang

5 Pengelolaan Ekosistem

Terumbu Karang

6 Protokol Biofisik

Monitoring Kesehatan

Karang

7 Monografi Kelurahan

Terempa

8 Profil Kabupaten

Kepulauan Anambas 2013

Page 10: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

kedalaman 7-8 m.

Gambar 4.Contoh Pemasangan Transek

Garis

Sumber : Saleh (2005)

3. Teknik pengambilan data

Data presentase tutupan terumbu

karang hidup dengan menggunakan

penerapan LIT. Panjang garis transek 100

meter yang penempatannya sejajar dengan

garis pantai (mengikuti pola kedalaman

dan garis kontur). Dimana dari 100 meter

pada LIT tersebut diukur tiap 10 meternya

dengan spasi atau jeda perhitungan 20

meter. Pengambilan data dilakukan dengan

menghitung sentimeter terakhir dan setiap

pertukaran jenis karang. Biota asosiasi,

maupun bahan anorganik dengan kode

yang ditentukan.

Selain data pertumbuhan karang,

pada penelitian ini juga dilakukan

pengukuran data oceanografi yang

meliputi suhu, salinitas, kecerahan dan

kecepatan arus (tabel 3). Pengukuran

dilakukan pada siang hari antara jam

11.00-13.00 setiap ititk stasiun

pengukurannya sebanyak tiga kali ulangan

pada masing-masing stasiun, kemudian di

rata-ratakan.

Tabel 5. Data Oceanografi

4. Pengukuran Data Oceanografi

Pengukuran kecerahan dilakukan

dengan menggunakan secchi disk dengan

cara secchi disk dimasukkan kedalam

perairan sampai untuk pertama kalinya

tidak tampak lagi (jarak hilang), kemudian

ditarik secara berlahan sehinnga untuk

pertama kalinya secchi disk nampak (jarak

tampak). Untuk mengukur kecerahan

digunakan rumus berikut ( SNI 06-2412-

1991) :

Keterangan :

dimana jarak hilang merupakan ketika

lempengan secchi disk dimasukkan

kedalam perairan sampai untuk pertama

kalinya tidak tampak lagi (jarak hilang),

sedangkan jarak tampak merupakan ketika

lempengan sechi disk ditarik secara

berlahan sehinnga untuk pertama kalinya

secchi disk nampak (jarak tampak).

Untuk mengukur kedalaman menggunakan

tonggak yang mempunyai sekala dengan

satuan meter (M). Kecepatan arus diukur

dengan menggunakan pelampung yang

dikait tali sepanajang 2 meter stopwach.

Kemudian pelampung diletakkan pada

perairan titik yang telah ditentukan dan

dibiarkan tali menegang kemudian diukur

jarak tempuh pelampung tersebut dalam

satuan waktu yaitu meter per detik (m /

detik) dari jarak awal diletakkan.

Pengukuran kecepatan arus dilakaukan tiga

kali pengulangan di setiap titik stasiun.

Waktu pengukuran arus ini dilakukan

ketika pasang dan surut. Nilai kesepakatan

arus di proleh dengan rumus :

V= S / t

Keterangan : V : Kecepatan Arus (

m/detik )

S : Jarak Tali

Menegang ( m )

t : Waktu Tali Sampai

Menegang ( detik )

N

o

Paramete

r

Alat Pengukura

n

1 Suhu (0C) Thermomet

er

Insitu

2 Salinitas

(0/00)

Saltmeter Insitu

3 Kecepata

n arus

(m/dtk)

Tali,

pelampung

dan

stopwatch

Insitu

4 Keceraha

n (m)

Secchi disc Insitu

Kecerahan = Jarak Hilang (m) + Jarak Tampak (m)

2

Page 11: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

suhu diukur menggunakan thermometer

dengan cara mencelupkan beberapa saat

thermometer kedalaman perairan. Nilai

suhu diperoleh setelah thermometer

direndam didalam air selama 5 menit.

Pengukuran suhu dilakukan sebanyak tiga

kali pengulanagan disetiap titik stasiun.

Waktu pengukuran suhu ini dilakukan

pada pagi dan sore.

Mengukur salinitas dengan

menggunakan Saltmeter. Pengukuran

menggunakan saltmeter ini, hal yang

dilakukan utama adalah dengan

mengkalibrasi saltmeter tersebut dengan

menggunakan aquades. Setelah itu

dikeringkan tissue lembut, kemudian

lakukan pengukuran tersebut. Setiap

pengukuran dititik yang ditentukan

lakukan pengkalibrasian agar menghindari

data yang bias keluar dari monitor salt

meter. Pengukuran dilakukan pada tiga

kali pengulangan pada waktu pagi dan sore

pada setiap titik stasiun.

5. Analisis Data

Besar persentase tutupan karang mati,

karang hidup, dan jenis lifeform lainnya

dihitung dengan rumus (English Et Al.,

1997 Dalam Lalamentik).

C = a

x 100 %

A

Keterangan :

C = Presentase Penutupan

Lifeform i

a = panjang transek

lifeform i

A = Panjang Total Transek

Data presentase tutupan karang yang

diperoleh dikategorikan berdasarkan

tutupan karang hidup yang terdiri dari

acropora /AC, Non Acroporal /Non AC

dan karang lunak ( soft coral / SC).

Tabel 6. Kriteria penilaian kondisi

terumbu karang

berdasarkan presentase

tutupan karang hidup

Sumber : Gomez Dan

Yap, Yap 1988 Dalam

Lalamentik 1999

Penentuan nilai indeks kematian

berdasarkan rumus dari gomez et 1994

dalam Tri Febrianto 2012 :

IM = KM

KM + KH

Keterangan : IM : Indeks Kematian

KM : Persentase

Tutupan Karang Hidup

KH : Persentase Tutupan

Karang Mati

Hasil indeks kematian adalah nilai

antara 0 – 1, apabila nilai indeks

kematian 0 maka tidak ada karang

mati, dan apabila nilai 1 maka seluruh

karang mati. Sehingga nilai indeks di

katakan baik apabila 0 atau mendekati

0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi umum daerah

1. Kondisi Geografis

Tarempa merupakan ibu kota dari

Kabupaten Kepulauan Anambas di mana

Tarempa masih termasuk wilayah

administrasi Kelurahan Tarempa

Kecamatan Siantan. kondisi geografis

N

o

Presentas

e tutupan

(%)

Kriteria

1 0-24,9 Rusak

2 25,0-49,9 Sedang

3 50,0-74,9 Bagus

4 75,0-

100,0

Memuaska

n

Page 12: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

Terempa dengan ketinggian tanah 5 m dari

permukan laut dengan suhu udara rata-rata

berkisar antara 220-27

0C.

Sebagai pusat pengendali pemerintah

Kabupaten Kepulauan Anambas wilayah

administrasi Kelurahan Terempa

mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

Tabel 7 . Batas Wilayah Kelurahan

Terempa

Sumber : Arsip Kecamatan Siantan

2014

B. Kondisi Wilayah Tanjung Angkak

Tanjung Angkak merupakan

semenanjung daratan yang berada di

kawasan Kelurahan Terempa. Di mana

Tanjung Angkak ini berjarak kurang lebih

1 Km Dari pusat administrasi Kelurahan

Tarempa dengan letak geografis

3013’42.89”U dan 106

013’18.76”T.

Tanjung Angkak dilihat secara deskriptif

merupakan kawasan pengembangan

pembangunan daerah di Kecamatan

Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas.

Selain sebagai kawasan pembangunan

daerah kawasan ini dulunya juga

merupakan kawasan pariwisata dan tempat

masyarakat nelayan mencari ikan. Jarak

dari pusat pemerintah ke Tanjung Angkak

dapat di tempuh waktu 15 menit dari

Terempa. Tanjung Angkak merupakan

kawasan penghubung antara Kelurahan

Terempa Dan Desa Terempa Timur

dimana di Tanjung Angkak terdapat

jembatan penghubung yang panjang

kurang lebih hampir mencapai 1 Km.

Bentuk terumbu karang di Tanjung

Angkak merupakan bentuk hamparan

landai terumbu karang di mana terumbu

karang di

perairan Tanjung Angkak mulai hidup

pada kedalaman 50 cm – 10 m>.

C. Kondisi Umum Perairan Lokasi

Penelitian

Analisis kondisi umum perairan

suatu kawasan dihitung berdasarkan hasil

perhitungan parameter – parameter yaitu

Salinitas, DO, Suhu, PH, Kecerahan,

Kecepatan Arus, dan Kedalaman. Hasil

pengukuran parameter atau kriteria analisis

kondisi umum wilayah penelitian kawasan

Tanjung Angkak diamati pada titik stasiun

yang telah ditentukan dan mendapat hasil

sebagai berikut

Tabel 8. Data Kualitas Perairan

Tanjung Angkak

Berdasarkan data di atas kualitas

perairan di kawasan Tanjung Angkak

sesuai dengan standar baku mutu untuk

kehidupan biota laut KEMEN-LH NO 51

No Batas

Wilayah Keterangan

1 Utara Desa Mubur Dan

Desa Terempa Timur

2 Selatan

Desa Terempa

Selatan Dan Desa

Terempa Barat Daya

3 Barat Desa Terempa Barat

4 Timur Desa Terempa Timur

Param

eter

Hasil Pengukuran Ra

ta-

Ra

ta

Satu

an

Stas

iun

1

Stas

iun

2

Stas

iun

3

Salinit

as 0/00 35,2 35,3 35,5

35,

3

Suhu 0c 30 30,5 30,4 30,

3

Do Mg/

L 6,8 7,5 6,97

7,0

9

Ph % 8,23 8,16 8,1 8,1

6

Kecera

han %

100

%

100

%

100

%

100

%

Kec.

Arus

M/D

etik 0,15 0,15 0,16

0,1

5

Kedala

man M 3-4 5-6 7-8 -

Page 13: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

tahun 2004. Di lihat dari parameter kimia

salinitas dan DO (Oksigen Terlarut) di

perairan Tanjung Angkak masih dalam

kategori sesuai dengan standar baku mutu

KEMEN-LH NO 51 tahun 2004. untuk

salinitas terumbu karang berkisar antara

33-34 sedangkan DO (Oksigen Terlarut)

berkisar 5 Mg/L ke atas dan PH berkisar

antara 7-8,5%. Untuk parameter fisika

sesuai dengan KEMEN-LH N0 51 tahun

2004 suhu yang baik bagi kehidupan

karang berkisar antara 28-300C sedangkan

kecerahan yang baik untuk terumbu karang

5 > m. Adapun kondisi cuaca saat

melakukan pengamatan dapat di lihat pada

gambar berikut dengan menggunakan citra

foto berikut

Gambar 7. Kondisi cuaca di

wilayah Tanjung Angkak saat melakukan

pengamatan

D. Persentase Tutupan Bentuk

Pertumbuhan Karang

Hasil persentase tutupan bentuk

pertumbuhan karang ini berdasarkan tiga

stasiun yang sejajar dengan garis pantai

sesaui dengan topograpi lokasi penelitian

dan kategori persentase tutupan terdiri

dari tujuh kategori yaitu karang hidup

terdiri dari Acropora, Non Acropora,

biotik terdiri dari Soft Coral mega bentos /

other, karang mati terdiri dari Dead

Coral, dan Abiotik terdiri dari batu, pasir

(sand) dan sebagainya (Tabel 2). Adapun

yang di maksud dalam kategori biotik

adalah jenis hewan selain karang

minsalnya seperti bulu babi, bintang laut

dan sebagainya sedangkan kategori abiotik

seperti Sand (Pasir), Rubble (Pecahan

Karang) Dan Batu.

Pada stasiun pertama rataan terumbu

landai dan di mulai pengukuran pada

kedalam 2 – 3 meter. Di mana pada stasiun

pertama ini banyak ditemukan pecahan

karang/R (Ruble), pada stasiun pertama

ini banyaknya di temukan pecahan karang

karena pada stasiun pertama ini cukup

dangkal, mudahnya rapuh terumbu karang

akibat musim gelombang utara yg

menghempas daerah Tanjung Angkak

selain itu yang menyumbang kerusakan

yang sangat besar adanya aktivitas

pembangunan jembatan dan bangunan

perkantoran. Untuk melihat rata-rata

persentase tutupan dasar terumbu karang

pada stasiun pertama dapat dilihat pada

grafik lingkaran sebagai berikut.

Gambar 8. Persentase Tutupan Karang

Pada Stasiun 1

Gambar pecahan karang / R (rubble) pada

kedalaman 2-3 m dapat di lihat pada

gambar berikut.

22% 3% 7% 2%

16% 15%

22%

9% 4%

PERSEN TUTUPAN KARANG PADA KEDALAMAN 2-3 M

ACB ACD ACE ACT CM

DC R SAND SC

Page 14: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

Gambar 9. Pecahan

Selain data persentase tutupan karang

secara keseluruhan pada stasiun pertama,

untuk melihat persen tutupan jenis karang

acropra dan non acropora serta karang mati

dan hidup dapat dilihat pada grafik berikut

Gambar 10. Persen Tutupan Acropora

Dan Non Acropora

Gambar 11. Persen Tutupan

Karang Mati Dan Hidup

Pada stasiun ke 2 ( kedua ) lokasi

pengukuran di lakukan di mulai dari

kedalaman 5 – 6 meter. Pada stasiun ke 2

(Dua) jenis pertumbuhan acropora yang di

temui seperti Acb (Acropora Branching),

Act (Acropora Ecrusting), dan Act

(Acropora Tabulate) namun jenis

pertumbuhan karang yang paling banyak

di temukan adalah jenis karan Cm (coral

masive), Adapun untuk melihat persentase

dasar tutupan terumbun karang pada

stasiun dapat di lihat pada diagram berikut.

Gambar 12. Persen Tutupan Karang

Pada Stasiun 2

Untuk melihat persentase jenis

pertumbuhan acropora, non acropora,

biotik dan abiotik. Dapat di lihat pada

grafik di bawah.

Gambar 13. Persen Tutupan

Karang Acropora Dan Non Acropora

Pada stasiun 2 persen tututpan

karang hidupnya cukup tinggi hampir

mencapai 70 % sedangkan jenis karang

mati pada stasiun di temukan relatif

sedikit. di lihat secara deskriptif pada

stasiun 2 ini area terumbu karang pada

kedalaman 5-6 meter cukup terjaga dengan

baik karena agak jauh dari aktivitas

pembangunan daerah. Untuk melihat

persen tutupan karang hidup dan karang

mati serta komponen biotik dan abiotik

dapat di lihat pada diagram berikut

33,88 19,73

0,00

50,00

acropora non acropora

PERSEN TUTUPAN KARANG ACROPORA DAN

NON ACROPORA

48

,47

36

,03

A C R O P O R A N O N A C R O P O R A

PERSEN TUTUPAN KARANG

ACROPORA DAN NON ACROPORA

18%

12% 14%

6% 15% 2%

13% 11%

9%

PERSEN TUTUPAN TERUMBU KARANG PADA STASIUN 3

acb ace acs act cm dc r sand sc

15% 13%

21% 30%

3% 2% 10% 6%

PERSEN TUTUPAN KARANG STASIUN 5-6 M

acb

ace

act

cm

dc

14,32

54,20

31,48 0,00

20,00

40,00

60,00

karang mati karanghidup

abiotic

PERSEN TUTUPAN KARANG MATI DAN

HIDUP

Page 15: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

Gambar 14. Persen tutupan karang

mati dan hidup

Pada stasiun 3 kedalaman yang di lakukan

pengukuran di mulai dari kedalam 7-8

meter cendrung dekat ke tubir. pada

stasiun ke 3 jenis pertumbuhan life porm

karang yang di temukan adalah jenis

Acropora Branching(Acb), Acropora

Encrusting(Ace), Acropora Tabulate(Acb),

Acropora Submasive(Acs),

Heliopora(Chl), Coral Masive(Cm), Dad

Coral(Dc), Ruble(R), Sand(S), Soft

Coral(Sc). Adapun jenis yang paling

mendominasinadalah jenis Acb/ Acropora

Branching. Untuk melihat persen tutupan

terumbu karang pada stasiun 3 dapat di

lihat pada diagram berikut.

Gambar 15 . Persen Tutupan Karang

Pada Stasiun 3 Selain data persentase tutupan karang

secara keseluruhan pada stasiun 3, untuk

melihat persen tutupan jenis karang

acropra dan non acropora serta karang mati

dan hidup dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 16. Persen Tutupan

Karang Acropora Dan Non Acropora

di lihat dari dominasi jenis

pertumbuhan karang pada stasiun 2 dan 3

jenis acropora lebih tinggi karena pada

dasarnya untuk pertumbuhan Acropora

yang subur di perairan tropis hidup pada

kedalaman 3-15 meter (dahuri, 2003)

Gambar 17. Persen tutupan karang

mati dan hidup

Pada stasiun 3 pertumbuhan karang

hidupnya kurang lebih hampir sama

dengan stasiun 2 hal ini di sebabkan

karena pada stasiun ini sudah cukup dalam

perairannya sehingga pengaruh gelombang

permuakaan dan arus permukaan tidak

terlalu berpengaruh saat pada musim

selatan dan juga jauh dari aktivitas

pembangunan atau proyek pembangunan

perkotaan.

E. Kondisi Terumbu Karang Di

Tanjung Angkak

Berdasarkan hasil penelitian yang di

lakukan di kawasan Tanjung Angkak,

setelah di lakukan pengamatan dapat di

gamabarkan skematik zona terumbu

karang di daerah penelitian. Adapun

gambar sekema zona terumbu karang di

daerah penelitian dapat di lihat sebagai

berikut

66

,99

2 1

0,4

3

20

,58

K A R A N G H I D U P

K A R A N G M A T I

A B I O T I K B I O T I K

PERSEN TUTUPAN

KARANG MATI

DAN HIDUP

2,0

8

73

,94

23

,99

K A R A N G M A T I K A R A N G H I D U P A B I O T I C

PERSEN TUTUPAN KARANG MATI DAN

KARANG HIDUP

Page 16: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

Gambar 18. Skema zona terumbu

karang derah penelitian

Setelah di lakukan pengamatan pada

masing-masing titik stasiun berdasarkan

kedalam terdapat beberapa tingkat tutupan

yang berbeda pada masing-masing stasiun.

Untuk melihat perbedaan tersebut dapat di

lihat pada grafik di bawah

Gambar 19. Persen tutupan karang

hidup Di lihat dari data di atas terdapat

perbedaan yang lumayan tinggi di mana

setiap masing-masing kedalaman yang

berbeda terjadi peningkatan persen tutupan

karang. Di mana semakin dalam perairan

persen tutupan semakin bagus untuk

melihat perbandingan tersebut dapat di

lihat pada gambar 15 di atas. di lihat dari

data grafis di atas terlihat bahwa persen

tutupan terumbu karang di kedalaman 2-3

m terlihat lebih rendah di bandingkan

kedalaman 5-7 m. Hal ini dapat di lihat

dari beberapa faktor seperti faktor alam

dan faktor gejala aktivitas eksploitasi di

perairan tanjung angkak. Berdasarkan data

visual yang di dapatkan pada arsip

pariwisata Kabupaten Kepulauan Anambas

2013 melalui citra foto. Dapat di

diskriptifkan bahwa kerusakan terumbu

karang pada umumnya di kawasan

Tanjung Angkak yg di sebabkan oleh

faktor alam karena musim gelombang

utara, daerah ini merupakan daerah

semenanjung dan merupakan daerah

hempasan gelombang musim utara.

Untuk melihat gambaran kondisi

tersebut dapat di lihat pada gambar

berikut.

Gambar 20. Kondisi musim utara

di wilayah Tanjung Angkak

Sumber : Pariwisata Kabupaten

Kepulauan Anambas 2013

Selain faktor gelombang dan arus

yang menyebabkan kerusakan secara alami

terumbu karang di kawasan tanjung agkak

seperti faktor biota-biota asosiasi seperti

biota parasit juga sangat mempengaruhi

kehidupan terumbu karang di perairan

tanjung angkak seperti drupella, bulu babi

dan sebagainya. adapun biota parasit

tersebut dapat di lihat pada gambar

berikuT Gambar 21. Biota parasit

terumbu karang Faktor-faktor aktivitas manusia di

kawasan Tanjung Angkak yang di lakukan

masyarakat pada umumnya adalah

pembangunan jembatan dan sebagainya.

Di lihat secara deskriptif pembangunan di

kawasan Tanjung Angkak sangat

54

,2

66

,99

73

,94

1

TUTUPAN TERUMBU KARANG BERDASARKAN

KEDALAMAN

kedalaman 2-3 kedalaman 5-6

kedalaman 7-8

Page 17: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

mengancam ekosistem terumbu karang

tersebut, hal ini di lihat secara visual

karena tidak adanya pembangunan yang

berbasis ekosistem / ramah lingkungan, hal

ini yang membuat kekhawatiran

kemunduran kualitas tutupan terumbu

karang di kawasan Tanjung Angkak.

Gambar 22. Kerusakan yang di

akibatkan oleh aktivitas masyarakat

Dari beberapa faktor yang

mempengaruhi kehidupan karang di

perairan Tanjung Anagkak seperti faktor

alam dan gejala kerusakan oleh manusia

dapat kita sajikan nilai kematian karang

yang berada di wilayah perairan tanjung

angkak dengan grafik sebagai berikut.

Gambar 23. Diagram analisis

kematian karang Dari penyajian data grafik di atas

dapat kita diskriptifkan bahwa kawasan

Tanjung Angkak merupakan kawasan yang

masih mempunyai tingkat kematian

terumbu karang yang rendah. Di lihat dari

nilai grafik diatas masing-masing titik

pengamatan nilai kematian karangnya

berkisar antara 0,03 – 0,21 berarti belum

mencapai 1,sedangkan tutupan dasara

terumbu karangnya berkisar antara 54 – 73

%. berdasarkan pertimbangan analisis

kematian karang Lalametik 1999, kematian

karang adalah di mulai dari nilai 0 – 1,

yaitu apabila kematian karang 0 atau

belum mencapai 1 maka terumbu karang di

perrairan tersebut masih dalam kondisi

baik atau belum rusak sepenuhnya.

Apabila mencapai nilai 1 maka karang di

periran tersebut sudah rusak. Adapun

skema zona terumbu karang di perairan

dapat di diskritifkan pada gambar berikut.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kondisi terumbu karang di perairan

laut Tanjung Angkak menunjukkan

persentase tutupan dasar terumbu karang

yang bervariasi. Adapun bentuk – bentuk

pertumbuhan karang yang paling banyak

di mendominasi adalah jenis Acropora dan

jenis karang Masive. Adapun jenis – jenis

pertumbuhan Acropora yang mendominasi

seperti, Acropora Branching, Ecrusting,

Tabulate, dan Digitae.

Persentase tutupan terumbu karang

di setiap masing - masing titik pengamatan

rata-rata menunjukkan angka persentase di

atas 50%. Pada satsiun pertama 54, 20%,

satsiun kedua 66, 99% dan stasiun ketiga

73, 94% dari stiap stasiun menunjukkan

angka persentase di atas 50%. Berdasarkan

kriteria tutupan terumbu karang bahwa

kondisi persen tutupan karang di perairan

Tanjung Angkak masih dalam kondisi

baik.

Di tinjau dari segi faktor pendukung

oceanograpi kehidupan karang. Kualitas

perairan di Tanjung Angkak cukup baik

dengan nilai kecerahan 100%, salinitas 35,

330/00, suhu 30, 3

0C, DO 7, 09 Mg/L, PH

8, 16% dan kecepatan arus 0, 15 m/detik.

Dari masing-masing kondisi parameter

tersebut masih termasuk di dalam kondisi

baik bagi kehidupan terumbu karang di

perairan laut Tanjung Angkak.

Page 18: KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN ... - jurnal…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang

B. Saran

Perlu di lakukan penelitian lanjutan

secara spesifik mengenai dugaan ancaman

kerusakan terumbu karang serta

inventarisasi ikan karang yang berada di

perairan laut Tanjung Angkak Kabupaten

Kepulauan Anambas.