65
KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT PENGHUNI ASRAMA PUTRA DI PANTI ASUHAN WAL-ASHRI KECAMATAN BLANGPIDIE KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH SADLI MUKHLIS 08C10104057 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT 2013

KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKITKULIT PENGHUNI ASRAMA PUTRA DI PANTI ASUHANWAL-ASHRI KECAMATAN BLANGPIDIE KABUPATEN

ACEH BARAT DAYA TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH

SADLI MUKHLIS08C10104057

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH ACEH BARAT

2013

Page 2: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO (1992), sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang

sempurna baik secara fisik, mental, sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit

atau kelemahan. Sedangkan menurut Undang - Undang Republik Indonesia nomor

36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat baik secara

fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk

hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya

masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang di tandai oleh penduduk yang

hidup dengan prilaku dan lingkungan yang sehat. Upaya perbaikan dalam bidang

kesehatan masyarakat salah satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular.

Paradigma sehat menjadi orientasi baru dalam pembangunan kesehatan di

dunia termasuk Indonesia. Perumusan visi Indonesia sehat 2025, melalui empat

strategi pembangunan kesehatan merupakan dari perubahan paradigma yang kita

anut. Paradigma sehat adalah upaya pembangunan kesehatan berorientasi kepada

peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya

penyembuhan pada orang sakit.

Page 3: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

2

Kebijaksanaan pembangunan akan lebih ditekankan pada upaya promotif dan

preventif dengan melakukan peningkatkan, pememelihara, perlindungan terhadap

orang sehat agar menjadi lebih sehat dan produktif serta tidak jatuh sakit,

sedangkan yang sakit dapat pula segera disembuhkan agar menjadi sehat (Depkes

RI , 2004).

Terwujudnya derajat kesehatan dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa

hal sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Hendrick L. Blum dalam buku

Notoatmodjo (2003). Faktor-faktor yang dimaksud antara lain : faktor keturunan,

factor pelayanan kesehatan, faktor prilaku dan faktor lingkungan. Selain itu

kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat ekonomi, pendidikan , sosial

dan budaya. Diantara faktor- faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor

yang paling dominan memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan

masyarakat.

Masalah kesehatan sangat kompleks dan saling berkaitan dengan masalah

masalah di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

kesehatan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi kesehatan itu sendiri tapi harus

dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut

(Notoatmodjo, 2003).

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan untuk menerapkan

kebiasaan yang baik, bersih dan sehat secara berhasil guna dan berdaya guna baik

di rumah tangga, institusi–institusi maupun tempat- tempat umum. Kebiasaan

menyangkut pinjam-meminjam yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit

Page 4: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

3

menular seperti baju, sabun mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Dinkes Prov

NAD, 2005).

Kebersihan diri (Personal hygiene) adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,

kurangnya perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu

melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Dengan melihat hal ini ada enam

tujuan Personal hygiene yaitu meningkatkan derajat kesehatan seseorang,

memelihara kebersihan diri seseorang,memperbaiki Personal hygiene yang

kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan, dan meningkatkan rasa

percaya diri. Kebersihan diri yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan

berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering

dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit

(Wartonah, 2003).

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari

pengaruh lingkungan. Salah satu bagian tubuh manusia yang sangat cukup

sensitive terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Lingkungan yang sehat

dan bersih akan membawa efek baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya,

lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit

antara lain penyakit kulit ( Harahap, 2000).

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah

iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya

pertumbuhan jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor sosio-

Page 5: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

4

ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000). Penelitian Harahap (2000) pada

lembaga pemasyarakatan di Palembang menunjukkan bahwa penderita

dermatofitosis yang mempunyai tingkat kebersihan yang kurang mencapai

83,76%.

Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang

dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para penghuninya

menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama daripada di hotel atau

losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa tempat

tinggal asal penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang

lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain, misalnya apartemen. Selama

tinggal berpisah dengan orang tua maka murid akan tinggal bersama-sama dengan

teman-teman dalam satu asrama, kehidupan berkelompok yang akan dijalani

dengan berbagai macam karakteristik para murid dan dalam kehidupan

berkelompok masalah yang dihadapi adalah pemeliharaan kebersihan. Asrama ini

terdiri dari kamar-kamar yang di huni oleh anak-anak dari berbagai daerah dan

latar belakang yang berbeda-beda. Penghuninya cukup banyak dan hampir tidak

ada kamar yang kosong (Badri, 2008).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka perumusan masalah

yang dapat dikembangkan adalah bagaimana kondisi kesehatan keluhan penyakit

kulit penghuni asrama putra di panti asuhan.

Page 6: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui kondisi kesehatan terhadap keluhan penyakit kulit

penghuni asrama putra di Panti Asuhan Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh

Barat Daya 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi penyakit kulit penghuni asrama

putra Panti Asuhan Al-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh

Barat Daya Tahun 2013.

2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku penghuni asrama putra yang

meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan tentang personal hygiene,

sanitasi dasarnya, kondisi kesehatan asrama serta kaitannya dengan

penyakit kulit penghuni asrama putra Panti Asuhan Al-Asri Kecamatan

Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013.

3. Untuk mengetahui bagaimana kondisi sanitasi dasar di asrama putra

yang meliputi penyediaan air bersih, jamban, pengelolaan air bersih dan

pembuangan sampah asrama putra Panti Asuhan Al-Asri Kecamatan

Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013.

4. Untuk mengetahui bagaimana kondisi fisik asrama putra sudah sesuai

atau tidak dengan syarat bangunan yang sehat di asrama putra Panti

Asuhan Al-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya

Tahun 2013.

Page 7: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai masukan dan referensi untuk penelitian selanjutnya bagaimana

kondisi kesehatan penghuni asrama putra yang berkaitan pengetahuan, sikap dan

tindakan penghuni tentang personal hygiene, sanitasi dasarnya, kondisi kesehatan

asrama serta penyakit kulit.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan dan sumbangsih pemikiran bagi pengelola asrama

putra tentang personal hygiene, sanitasi dasar, kondisi kesehatan asrama

serta kaitannya dengan penyakit kulit penghuni asrama Panti Asuhan Al-

Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013.

2. Untuk menambah masukan bagi murid yang tinggal di asrama putra agar

mereka memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi penyakit

terutama masalah penyakit kulit.

Page 8: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

7

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Kesehatan

Perilaku dalam penelitian ini adalah perilaku kesehatan yang berhubungan

dengan adanya keluhan penyakit kulit pada penghuni di asrama putra panti asuhan

Al-Asri. Perilaku kesehatan tersebut didasarkan pada tiga domain perilaku yaitu

pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku manusia terhadap sakit dan penyakit

yaitu menyangkut dengan reaksinya baik secara passif (mengetahui, bersikap dan

mempersepsikan penyakit yang ada pada dirinya atau diluar dirinya) maupun aktif

(tindakan atau praktik) yang dilakukan sehubungan dengan sakit maupun keluhan

kesehatan kulit tersebut. Terbentuknya perilaku baru dimulai dari pengetahuan

yang kemudian menimbulkan respon yang lebih jauh yaitu tindakan. Menurut

Notoatmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit atau penyakit yaitu bagaimana manusia

merespon, baik secara pasif maupun aktif (tindakan) yang dilakukan

sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik yang tradisional maupun yang

modern.

Page 9: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

8

c. Perilaku terhadap makanan adalah respon seseorang terhadap makanan

sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon terhadap

lingkungan sebagai determinan.

2.1.1 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai tingkat yang berbeda-beda termasuk dalam hal ini kemampuan

penghuni asrama dalam menjaga kesehatan individu dalam pencegahan terjadi

keluhan penyakit maupun dalam pengobatan. Pengetahuan tentang usaha-usaha

kesehatan perseorangan untuk memelihara kesehatan diri sendiri, memperbaiki

nilai kesehatan, serta mencegah timbulnya penyakit.Pengetahuan dalam penelitian

ini adalah menyangkut pengetahuan tentang personal hygiene ,penyakit kulit,

sanitasi dasar, dan bagaimana syarat kesehatan asrama.

2.1.2 Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap sesuatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang ditutup.

dengan kata lain sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objek. Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa

sikap itu merupakan sikap atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksana motif tertentu. Ada beberapa tingkatan dalam sikap , yaitu :

Page 10: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

9

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan subjek.

b. Merespon (Responding)

Memberikan apabila ditanya, mengajarkan dan menyelesaikan tugas yang

diberika adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengajarkan tugas yang diberikan, terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang tersebut menerima ide

tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan respon terhadap

sesuatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan–

pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat respon. Sikap dalam

penelitian ini adalah respon penghuni asrama terhadap personal hygiene, penyakit

kulit, sanitasi dasar, dan bagaiman syarat kesehatan perumahan dan pemukiman.

Page 11: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

10

2.1.3 Tindakan

Domain terakhir dari perilaku kesehatan adalah tindakan. tindakan tersebut

didasari pada penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya, kemudian

disikapi dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukannya. Tindakan

dalam penelitian ini adalah segala bentuk nyata yang dilakukan dalam mencegah

dan menanggulangi terjadinya keluhan kesehatan yang berbasis penularan dari air.

Tindakan yang tercakup dalam domain psikomotorik mempunyai empat tingkatan

( Notoatmodjo, 2003) :

1. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek

tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided response), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai

dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan

indicator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan

sesuatu dengan benar secara otomatis, sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi (adaptaition), yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Seseorang sudah dapat memodifikasi tindakan

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Page 12: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

11

2.2 Pengertian Hygiene

Hygiene ialah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari kondisi

lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit

karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi

lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Dalam

pengertian ini termasuk pula melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat

kesehatan manusia (perorangan dan masyarakat) sedemikian rupa sehingga faktor

lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut, tidak sampai menimbulkan

gangguan kesehatan.

2.2.1 Pengertian Personal hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara

perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan

perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan

perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan.

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan

harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis

seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan

kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial,

keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat

perkembangan. (Potter, 2005).

Page 13: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

12

2.2.2 Jenis-jenis Personal Hygiene

Kebersihan perorangan meliputi :

a. Kebersihan kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama

memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-sebaiknya.

Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan,

makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari–hari (Harahap, 2000).

Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus

selalu memperhatikan seperti :

1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri

2. Mandi minimal 2x sehari

3. Mandi memakai sabun

4. Menjaga kebersihan pakaian

5. Makan yang bergizi terutama sayur dan buah

6. Menjaga kebersihan lingkungan.

b. Kebersihan rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat membuat terpelihara

dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak

berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan kebersihan rambut dan kulit

kepala, maka perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-

kurangnya 2x seminggu.

Page 14: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

13

2. Mencuci rambut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya.

3. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

c. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak

terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari.

Selain indah dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga

menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat

menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu.

Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Membersihkan tangan sebelum makan

2. Memotong kuku secara teratur

3. Membersihkan lingkungan

4. Mencuci kaki sebelum tidur

Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah :

1. Kebersihan kulit

2. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

3. Kebersihan rambut .

2.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Menurut Depkes (2000) Faktor–faktor yang mempengaruhi personal

hygiene adalah:

Page 15: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

14

1. Citra tubuh ( Body Image)

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri

misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.

2. Praktik Sosial

Pada anak–anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan

akan terjadi perubahan pola personal hygiene .

3. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat

gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk

menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik

dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes

mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri

seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

Page 16: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

15

7. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan

perlu bantuan untuk melakukannya.

2.3 Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar yaitu sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyehatkan

lingkungan pemukiman meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran

manusia (jamban), pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah (Waluyo,

2005 ).

2.3.1. Penyediaan Air Bersih

Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh

manusia sepanjang masa. Sumber air yang banyak dipergunakan oleh masyarakat

adalah berasal dari :

1. Air permukaan, yaitu air yang mengalir di permukaan bumi akan

membentuk air permukaan. Air ini umumnya mendapat pengotoran selama

pengalirannya.

2. Air tanah, secara umum terbagi menjadi : air tanah dangkal yaitu terjadi

akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah, sedangkan air tanah

dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama.

3. Air atmosfer/meteriologi/air hujan, dalam keadaan murni sangat bersih

tetapi sering terjadi pengotoran karena industri, debu dan lain sebagainya.

(Waluyo, 2005).

Page 17: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

16

Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak

diperhatikan, maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu

kesehatan manusia. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai standart tertentu,

saat ini menjadi barang yang mahal karena sudah banyak tercemar oleh

bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan

rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. Ada 4

macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media

penularan penyakit yaitu ( Kusnoputranto, 2000) :

1. Water Born Desease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang

terkontaminasi oleh bakteri pathogen dari penderita atau karier. Bila air

yang mengandung kuman pathogen terminum maka dapat terjadi

penjangkitan pada orang yang bersangkutan, misalnya Cholera, Typhoid,

Hepatitis dan Dysentri Basiler.

2. Water based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain

melalui persediaan air sebagai pejamu (Host) perantara, misalnya

Schistosomiasis.

3. Water Washed disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air

untuk pemeliharaan kebersihan perorangan dan air untuk kebersihan alat-

alat terutama alat dapur dan alat makan. Penyakit ini sangat dipengaruhi

oleh cara penularan, diantaranya : penyakit infeksi aluran pencernaan

.Salah satu contoh penyakit ini adalah diare. Penyakit diare dapat

ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya melalui air (water born) dan

Page 18: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

17

melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (water washed). Contoh

penyakit ini adalah Cholera, Typhoid dan Dysentri Basiler. Berjangkitnya

penyakit ini erat kaitannya dengan ketersediaan air untuk minum, makan,

memasak, dan kebersihan alat- alat makan.

4. Water related insect vectors, vektor-vektor insektisida yang berhubungan

dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air,

misalnya malaria, demam berdarah, yellow fever, Trypanosomiasis.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/

1990, yang dimaksud air bersih adalah air yang digunakan unuk keperluan sehari-

hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila

telah dimasak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk

memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air yang

terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik

yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan. Syarat–syarat kualitas air bersih

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Syarat fisik : tidak berbau, tidak berasa

b. Syarat kimia : kadar besi maksimum yang diperbolehkan 1,0 mg/l,

kesadahan maksimal 500 mg/l

c. Syarat mikrobiologis : jumlah total koliform dalam 100 ml air yang

diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan

perpipaan dan 10 untuk air yang berasal dari perpipaan. Sarana air bersih

adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang

Page 19: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

18

menghasilkan, menyediakan dan membagi-bagikan air bersih untuk

masyarakat. Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu sumur gali

sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam, tempat

penampungan air hujan, penampungan mata air dan perpipaan. Sumur

merupakan sumber air yang paling banyak dipergunakan masyarakat

Indonesia. Sumur gali yang dipandang memenuhi syarat kesehatan ialah :

1. Lokasi

a. Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran misalnya jamban,

tempat pembuangan air kotor, lubang resapan, tempat pembuangan

sampah, kandang ternak dan tempat–tempat pembuangan kotoran

lainnya.

b. Pada tempat-tempat yang miring misalnya pada lereng-lereg

pegunungan, letak sumur gali di atas sumber pencemaran.

2. Konstruksi

a. Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter dari permukaan tanah

untuk mencegah rembesan dari air permukaan.

b. Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 meter dari permukaan

tanah untuk mencegah rembesan air bekas pemakaian ke dalam sumur.

c. Cara pengambilan air ke dalam sumur sedemikian rupa sehingga dapat

mencegah masuknya kembali kotoran kemali melalui alat yang

dipergunakan misalnya pompa tangan, timba dengan kerekan dan

sebagainya.

Page 20: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

19

d. Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi dalam dan tepi luar

dinding sumur harus minimal 1 meter dengan kemiringan ke arah tepi

lantai.

e. Saluran pembuangan air kotor atau bekas harus kedap air sepanjang

minimal 10 meter dihitung dari tepi sungai.

f. Dilengkapi dengan sumur atau lubang resapan air limbah bagi daerah

yang tidak mempunyai saluran penerimaan air limbah.

Pengolahan air untuk keperluan rumah tangga dapat dilakukan dengan

sederhana dengan cara sebagai berikut (Azwar, 1995) :

a. Sediakan bahan-bahan seperti : pasir, arang aktif (dapat dibuat dari

batok kelapa, tawas, kaporit dan bubuk kapur).

b. Sediakan pula empat buah kaleng. Kaleng pertama di gunakan untuk

menampung air yang akan dibersihkan, dalam proses pengolahan

kedalamnya dibubuhi setengah sendok teh kaporit, 2 sendok makan

tawas yang telah dilarutkan terlebih dahulu, kemudian semuanya di

aduk dalam beberapa menit. Setelah tampak keping-keping bubuhkan

satu sendok makan bubuk kapur, kemudian aduk lagi, setelah beberpa

menit akan tampak kepingan yang lebih besar. Setelah itu endapkan

selama setengah jam.

c. Kaleng kedua yang berisi pasir dialirkan air dari kaleng pertama.

d. Kaleng ketiga adalah sebagai penampung air yang telah disaring dari

kaleng kedua. Air yang mengalir mula-mula keruh, tetapi lama-

Page 21: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

20

kelamaan akan jernih. Air dalam kaleng ketiga ini digunakan untuk

proses pengendapan sisa kotoran yang mungkin ada.

e. Kaleng keempat diisi dengan arang aktif gunanya untuk menghilangkan

bau khlor yang ada. Air yang keluar dari kaleng keempat ini, telah dapat

dipergunakan untuk sumber air bersih.

2.3.2 Pembuangan Kotoran Manusia ( Jamban)

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh

tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus

dikeluarkan ini berupa tinja (faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari

proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia dalam ilmu kesehatan

lingkungan dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, pada

umumnya disebut latrine, jamban atau kakus (Notoatmodjo,2003).

Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang

cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan

kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan

sumber air. Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai

macam penyakit seperti : thypus,disentri,kolera,bermacam-macam cacing (gelang,

kremi, tambang dan pita), Schistosomiasis dan sebagainya. Kementerian

kesehatan telah mengeluarkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada 7 kriteria

yang harus dipenuhi :

Page 22: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

21

1. Tidak mencemari air

a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang

kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan

terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan

tanah liat atau diplester.

b. Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter.

c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor

dari lubang tidak kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.

d. Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan,

pempang, danau, sungai dan laut.

2. Tidak mencemari tanah permukaan

a. Tidak buang air besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan,

dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir sungai.

b. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya,

dan kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.

3. Bebas dari serangga

a. Jika menggunakan bak atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap

minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam

berdarah.

b. Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat

menjadi sarang nyamuk.

Page 23: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

22

c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa

menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.

d. Lantai jamban harus selalu kering dan bersih.

e. Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup

4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap

selesai digunakan.

b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus

tertutup rapat oleh air.

c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi

untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran. Lantai jamban harus

kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara

priodik.

5. Aman digunakan oleh pemakainya

Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang

kotoran dengan pasangan bata atau selongsongan anyaman bambu atau bahan

penguat lain yang terdapat di daerah setempat.

6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya.

a. Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran

b. Jangan membuang plastik, puntung rokok atau benda lain ke saluran

kotoran karena dapat menyumbat saluran

Page 24: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

23

c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena

jamban akan cepat penuh. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan

sudut mati dan gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci.

7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

a. Jamban harus berdinding dan berpintu

b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya

terhindar dari kehujanan dan kepanasan.

2.3.3. Pembuangan Air Limbah

Yang dimaksud dengan air limbah, air kotoran atau air bekas adalah air

yangm tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan

Kehidupan manusia atau hewan, dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan

manusia termasuk industrialisasi (Azwar, 1995). Beberapa sumber air buangan

a. Air buangan rumah tangga (domestic waste water)

Air buangan dari pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang

terdiri dari ekskreta (tinja dan urin), air bekas cucian, dapur dan kamar

mandi, dimana sebagian besar merupakan bahan–bahan oranik.

b. Air buangan kotapraja (minicipal waste water)

Air buangan ini umumnya berasal dari daerah perkotaan, perdagangan,

selokan, tempat ibadah dan tempat-tempat umum lainnya.

c. Air buangan industri (industrial waste water)

Air buangan yang berasal dari berbagai macam industri. Pada umumnya

lebih sulit pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas. Zat-zat

Page 25: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

24

yang terkandung didalamnya misalnya logam berat, zat pelarut, amoniak

dan lain-lain (Entjang, 2000).

Dalam kehidupan sehari-hari pengelolaan air limbah dilakukan dengan

cara menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah

sebelumnya. Air buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media

perkembangbiakan mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga

yang dapat menjadi media transmisi penyakit seperti Cholera, Thypus

Abdominalis, Dysentri Basiler, dan sebagainya. Menurut Kusnoputranto (2000),

pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap

lingkungan dan kesehatan masyarakat, yaitu :

1. Terhadap lingkungan

Air buangan antara lain mempunyai sifat fisik, kimiawi, bakteriologis

yang dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik

akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air permukaan, tanah, atau

lingkungan hidup lainnya. Disamping itu kadang-kadang dapat menimbulkan bau

yang tidak enak serta pemandangan yang tidak menyenangkan.

2. Terhadap kesehatan masyarakat

Lingkungan yan tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat

menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat

menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, terutama

penyakit – penyakit yang penularannya melalui air yang tercemar.

Page 26: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

25

2.3.4 Pengelolaan Sampah

Para ahli kesehatan masyarakat menyebutkan sampah adalah sesuatu yang

tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang

berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo,

2003). Berdasarkan bahan asalnya, sampah di bagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Sampah organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan

maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah

dan sampah organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah

yang mempunyai kandungan air yang cukup tinggi, contohnya kulit buah dan sisa

sayuran. Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah organik

lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering diantaranya

kertas, kayu atau ranting pohon dan dedaunan kering.

2. Sampah anorganik

Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini bisa dari

bahan yang bisa diperbaharui dan bahan yang berbahaya serta beracun. jenis yang

termasuk ke dalam kategori ini bisa didaur ulang (recycle) ini misalnya bahan

yang terbuat dari plastik dan logam. Pengelolaan sampah adalah meliputi

penyimpanan, pengumpulan dan pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian

rupa sehingga sampah tidak menggangu kesehatan masyarakat dan lingkungan

hidup.

Page 27: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

26

a. Penyimpanan sampah

Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah

tersebut dikumpulkan untuk kemudian diangkut serta dibuang

(dimusnahkan) dan untuk ini perlu disediakan tempat yang berbeda untuk

macam dan jenis sampah tertentu. Maksud dari pemisahan dan

penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya. Syarat-

syarat tempat sampah antara lain :

1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah

berseraknya sampah.

2. Mempunyai penutup yang mudah dibuka, dikosongkan isinya serta

ditutup tanpa mengotori tangan.

3. Ukuran tempatnya sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh

satu orang.

b. Pengumpulan sampah

Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing

rumah tangga atau instansi yang menghasilkan sampah. Oleh karena itu

setiap rumah tangga harus menyediakkan tempat khusus sampah.

Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut

harus diangkat ke tempat penampungan sementara (TPS) sampah, dan

selanjutnya ke tempat pembuangan akhir (TPA). Mekanisme, sistem atau

cara untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah

setempat, yang didukung oleh partisipasi masyarakat yang memproduksi

Page 28: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

27

sampah, terutama dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah

pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-masing

keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampah rumah tangga

daerah pedesaan umumnya dibakar atau dijadikan pupuk (Notoatmodjo,

2003)

c. Pemusnahan sampah

Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai

cara, antara lain :

1. Ditanam (Landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat

lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun

dengan sampah.

2. Dibakar (incenerator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan

membakar di dalam tungku pembakaran.

3. Dijadikan pupuk (Composting) yaitu pengelolaan sampah

menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan,

sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk.

Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan efek negatif

terhadap masyarakat dan lingkungan. Adapun pengaruh–pengaruh tersebut antara

lain (kusnoputranto, 2000).

1. Terhadap Kesehatan

Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menyediakan tempat yang baik

bagi vektor–vektor penyakit yaitu serangga dan binatang-binatang pengerat untuk

Page 29: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

28

mencari makan dan berkembang biak dengan cepat sehinga dapat menimbulkan

penyakit.

2. Terhadap Lingkungan

a. Dapat mengganggu estetika serta kesegaran udara lingkungan masyarakat

akibat gas-gas tertentu yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah

oleh mikroorganisme.

b. Debu-debu yang beterbangan dapat menggangu mata serta pernafasan.

Bila terjadi proses pembakaran dari sampah maka asapnya dapat

mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara karena

ada asap di udara.

c. Pembuangan sampah ke saluran–saluran air akan estetika terganggu,

pendangkalan saluran serta mengurangi kemampuan daya aliran saluran.

d. Dapat menyebabkan banjir apabila sampah dibuang ke saluran yang daya

serap alirannya sudah menurun.

e. Pembuangan sampah ke selokan atau badan air akan menyebabkan

terjadinya pengotoran badan air.

2.4 Pengertian Asrama

Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota

suatu kelompok, murid-murid Sekolah, peserta suatu pesta olah ragadan lain

sebagainya yang dapat ditempati oleh beberapa orang penghuni disetiap kamarnya

dalam jangka waktu yang lebih lama dari pada hotel dan losmen.

Page 30: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

29

Hal ini sejalan dengan kriteria rumah/asrama sehat menurut Departemen

Kesehatan Republik Indonesia tahun 2002, secara umum rumah dapat dikatakan

sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Memenuhi fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak

yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi

sehat antar angota keluarga dan penghuni rumah.

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah

dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,

bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,

cukup sinar matahari pagi, terlindunginya makanan dan minuman dari

pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul

karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis

sempadan jalan, kostruksi yang kuat, tidak mudah mudah terbakar, dan tidak

cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir. Dalam pemenuhan kriteria

rumah sehat, ada beberapa variabel yang harus diperhatikan(Notoatmodjo,

2010) :

1. Bahan bangunan

a. Lantai yang kedap air dan mudah di bersihkan. Lantai dari tanah lebih

baik tidak digunakan lagi. Sebab bila musim hujan akan lembab

sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit terhadap penghuninya.

Page 31: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

30

Oleh sebab itu, perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti

disemen, dipasang tegel, keramik, teraso dan lain-lain

b. Dinding berfungsi sebagai pendukung atau penyangga atap, untuk

melindungi ruangan rumah dari gangguan serangga, hujan dan angin,

serta melindungi dari pengaruh panas dan angin luar. Bahan dinding

yang paling baik adalah bahan yang tahan api yaitu dinding yang dari

batu.

c. Langit- langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.

d. Atap berfungsi untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan

angin, panas dan hujan, juga melindungi isi rumah dari pencemaran

udara seperti debu, asap dan lain-lain. Atap yang paling baik adalah

atap dari genteng karena bersifat isolator, sejuk di musim panas dan

hangat di musim hujan.

2. Ventilasi

Ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini karena

ventilasi mempunyai fungsi ganda . fungsi pertama adalah sebagai lubang

masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan. Fungsi

kedua dari ventilasi sebagai lubang masuknya cahaya dari luar seperti

cahaya matahari, sehingga di dalam rumah tidak gelap pada waktu pagi,

siang hari maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu rumah yang

memenuhi syarat kesehatan, ventilasi mutlak ada. Berdasarkan

Page 32: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

31

Notoatmodjo (2007), ada dua macam cara yang dapat dilakukan agar

ruangannya mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu:

a. Ventilasi alamiah, yaitu pintu, lubang angin, lubang-lubang pada

dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak

menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan

serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain

untuk melindungi penghuninya dari gigitan serangga tersebut.

b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk

mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap

udara.

3. Pencahayaan

Rumah/Asrama yang sehat memerlukan cahaya yang cukup.

Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya

matahari, di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat

yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya

terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya

dapat merusak mata. Ada dua sumber cahaya yang dapat dipergunakan,

yakni cahaya alamiah yaitu matahari. Rumah yang sehat harus mempunyai

jalan masuk cahaya matahari yang cukup. Sebaiknya jalan masuk cahaya

(jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%-20% dari luas lantai yang

terdapat dalam ruangan rumah. Cahaya buatan, yaitu menggunakan

Page 33: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

32

sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik

dan sebagainya ( Notoatmodjo, 2007).

4. Luas bangunan rumah

Berdasarkan Notoatmodjo (2007), ada dua macam cara yang dapat

dilakukan agar ruangannya mempunyai sistem aliran udara yang baik,

yaitu :

a. Ventilasi alamiah, yaitu pintu , lubang angin , lubang-lubang pada

dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak

menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan

serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain

untuk melindungi penghuninya dari gigitan serangga tersebut.

b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk

mengalirkan udara tersebut , misalnya kipas angin dan mesin pengisap

udara.

2.5 Pengertian Kulit

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan mempunyai

fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan

luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti

pembentukan lapisan tanduk secara terus–menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-

sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, serta pembentukan

pigmen untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari.

Page 34: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

33

Selain itu kulit juga berfungsi sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan

terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Azhara, 2011).

Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim,

umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit juga berbeda-

beda dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna merah

muda pada telapak tangan dan kaki bayi, serta warna hitam kecoklatan pada

genitalia orang dewasa.

2.5.1. Anatomi Kulit

Kulit terletak pada bagian tubuh yang paling luar. Luas kulit orang dewasa

1,5 m2 dengan berat kira–kira 15% berat badan. Rata–rata tebal kulit 1-2 mm.

Paling tebal 6 mm yaitu ada di telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis ada

di penis. kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu epidermis, dermis atau korium

dan jaringan subkutan atau subkutis ( Harahap, 2000).

Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu :

a. Epidermis, terbagi atas empat lapisan yaitu basal atau stratum

germinativum, lapisan malphigi atau stratum spinosum, lapisan granular

atau stratum granulosum dan lapisan tanduk atau stratum korneum.

b. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas

jaringan subkutan.

c. Jaringan subkutan (subkutis atau hipodermis) merupakan lapisan yang

langsung dibawah dermis (Harahap, 2000).

Page 35: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

34

2.5.2 Fungsi Kulit

Kulit mempunyai mempunyai fungsi yang bermacam- macam untuk

menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah :

1. Pelindung

Jaringan tanduk sel-sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-

benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari tubuh. Melamin yang

memberi warna pada kulit untuk melindungi kulit dari akibat sinar ultraviolet.

2. Pengatur suhu

Di waktu suhu dingin, peredaran darah di kulit berkurang guna

mempertahankan suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit

meningkat dan terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat, sehingga tubuh

dapat terjaga tidak terlalu panas .

3. Penyerap

Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang larut

dalam lemak, tetapi air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit. Zat – zat yang

larut dalam lemak lebih mudah masuk ke dalam kulit dan masuk peredaran darah,

karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit.

4. Indra perasa

Indera perasa di kulit terjadi karena rangsangan terhadap saraf sensoris

dalam kulit. Fungsi indera perasa yang pokok adalah merasakan nyeri, perabaan,

panas dan dingin (Harahap , 2000).

Page 36: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

35

5. Fungsi pergetahan

Kulit diliputi oleh dua jenis pergetahan, yaitu sebum dan keringat. Getah

sebum dihasilkan oleh kelenjar sebaseus dan keringat di hasilkan oleh kelenjar

keringat. Sebum adalah sejenis zat lemak yang membuat kulit menjadi lentur.

6. Sintesis vitamin D.

7. Berperan penting dalam daya tarik seksual dan interaksi sosial (Graham, 2005).

2.5.3 Penyakit Kulit

Salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif terhadap berbagai macam

penyakit adalah kulit. Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi

tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan

membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang

kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain

penyakit kulit ( Harahap, 2000).

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit

adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya

jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor ekonomi yang kurang

memadai (Harahap, 2000).

Salah satu faktor yang menyebabkan penyakit kulit adalah kebersihan

perorangan yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kulit kepala

,kebersihan kuku , intensitas mandi dan lain- lain.

Page 37: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

36

2.5.4 Penyebab Penyakit Kulit

Menurut Harahap (2000), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit

kulit sangat banyak antara lain :

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi

cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan

trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan

kulit langsung merusak kulit dengan jalan :

a. Mengubah pHnya

b. Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi)

c. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya

d. Merendahkan daya tahan kulit.

2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :

a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam

logam.

b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang

berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia

karet, obat-obatan, antibiotik, kosmetik, tanam-tanaman, dan lain-lain.

c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral,

dll.

d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat,

hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin, dll.

Page 38: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

37

3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produk-

produknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu

terjadinya penyakit kulit. Zat kimia dapat menyebabkan penyakit kulit. Zat

kimia tersbut antara lain adalah kromium, nikel, cobalt, dan merkuri.

2.5.5 Jenis-Jenis Penyakit Kulit

1. Penyakit kulit karena infeksi bakteri adalah skrofuloderma, tuberkolosis

kutis verukosa, kusta (lepra), patek. Gangguan kulit karena infeksi bakteri

pada kulit yang paling sering adalah pioderma (Harahap, 2000).

2. Penyakit kulit karena parasit dan insekta adalah scabies,pedikulosis

kapitis,pedikulosis korporis,pedikulosis pubis,creeping eruption,

amebiasis kutis, gigitan serangga, trikomoniasis.

3. Penyakit kulit karena jamur adalah Pitariasis Versikolor (panu), tinea

nigra palmaris, tinea kapitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea imbrikata,

tinea pedis,tinea manus,tinea kruris,kandidiasis,sporotrikosis,

aktinomikosis, kromomikosis,fikomikosis,misetoma. Gangguan kulit karena

infeksi jamur pada kulit yang paling sering adalah Pitariasis Versikolor

(panu) (Harahap, 2000). Penyebab Pitariasis Versikolor (panu) adalah

Malazessia furfur ini akan terlihat sebagai spora yang bundar dengan

dinding yang tebal atau dua lapis dinding, ditemukan dalam kelompok

bersama pseudohifa yang biasanya pendek seperti gambaran spaghetti dan

meatballs. Pitariasis Versikolor (panu) terjadi bila terdapat perubahan

keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi sebagai flora normal

Page 39: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

38

kulit. Keadaan yang mempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan

ragi tersebut diduga adalah faktor lingkungan atau faktor suseptibilitas

individual. Faktor lingkungan di antaranya adalah lingkungan mikro pada

kulit misalnya kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual antara lain

adanya kecenderungan genetik, atau adanya penyakit yang mendasari

misalnya sindrom chusing atau malnutrisi. Lesi Pitariasis Versikolor

dijumpai di bagian atas dada dan meluas ke lengan atas, leher dan perut

atau tungkai atas/bawah. Lesi khususnya dijumpai pada bagian yang

tertutup atau mendapat tekanan pakaian, misalnya pada bagian yang

tertutup pakaian dalam. Keluhan Pitariasis bercak/ macula berwarna putih

(hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal

ringan yang munculnya saat berkeringat. Pada kulit hitam atau coklat

umumnya berwarna putih sedang pada kulit putih atau terang cenderung

berwarna coklat atau kemerahan (Soebono, 2001). Gangguan kulit karena

infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah dermatofitosis (kurap)

(Harahap, 2000). Dermatofitosis (kurap) yang terdiri atas tinea kapitis

menyerang kulit kepala, tinea korporis pada permukaan kulit, tinea kruris

pada lipatan kulit, tinea pedis pada sela jari kaki (athlete's foot), tinea

manus pada kulit telapak tangan, tinea imbrikata berupa sisik pada kulit di

daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku). Umumnya berbentuk sisik

kemerahan pada kulit atau sisik putih. Pada kuku, terjadi peradangan di

sekitar kuku, dan bisa menyebabkan bentuk kuku tak rata permukaannya,

Page 40: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

39

berwarna kusam, atau membiru. Keluhan yang dialami penderita tinea

kapitis, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis dan tinea kruris adalah

rasa gatal.

4. Penyakit kulit alergi adalah dermatitis kontak toksik, dermatitis kontak

alergik, dermatitis okupasional, dermatitis atopic, dermatitis stasis,

dermatitis numularis, dermatitis solaris, pompliks, eritema nodosum dan

lain-lain. Pada umumnya keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-

gatal (saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari), muncul bintik-

bintik merah/bentol-bentol/bula-bula yang berisi cairan bening ataupun

nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005).

Pada infeksi jamur superfisial, yang terinfeksi adalah kulit (epidermis),

selaput lendir mulut dan genitalia, kuku, dan rambut. Seseorang mendapat

penyakit ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. Predisposisi

b. Pekerjaan

c. Perubahan pH kulit atau metabolisme kulit

d. Daya tahan tubuh seseorang yang menurun

e. Menderita penyakit kronik atau tumor ganas

f. Kebersihan perorangan yang kurang baik

g. Gangguan hormonal

Sumber penularan bisa dari tanah (geophilic), hewan (zoophilic), atau

manusia (antrophilic) (Harahap, 2000)

Page 41: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

40

Page 42: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

41

2.7 Kerangka Konsep

2.8 Hipotesis Penelitian

Adanya hubungan antara perilaku , pesonal hygiene penghuni asrama ,

sanitasi dasar dan kondisi kesehatan asrama dengan penyakit kulit.

Perilaku

Personal Hygiene

Sanitasi Dasar

Kesehatan Asrama

Penyakit kulit

Page 43: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif

dengan wawancara dan observasi lapangan yang bertujuan untuk melihat atau

mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu

gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan penghuni asrama putra tentang

personal hygiene, sanitasi dasar, kondisi kesehatan asrama serta penyakit kulit

sebagaimana yang terdapat dalam kerangka konsepsional.

Metode deskripsi ini menggunakan jenis survey cross sectional yaitu

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko

dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat yang bersamaan (point time approach) (Notoatmodjo, 2010)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilakukan pada asrama putra Panti Asuhan

Al-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

3.2.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian ini akan direncanakan pada bulan April 2013.

Page 44: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

43

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni asrama putra yang

ada di Panti Asuhan Al-Asri sebanyak 32 orang.

3.3.2 Sampel

Teknik pengambilan Sampel pada penelitian ini diambil secara Total

Sampling yaitu 100% dari Populasi sebanyak 32 putra penghuni asrama.

Pengambilan sampel diambil pada Kepala Asrama Al-Asri Kecamatan Aceh Barat

Daya Tahun 2013.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dan berkaitan langsung dengan

permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini, yaitu meliputi tingkat

pengetahuan, sikap, dan tindakan penghuni asrama putra tentang personal

hygiene, sanitasi dasar, kondisi kesehatan asrama serta penyakit kulit,

pengumpulan data dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner.

3.4.2 Data Skunder

Data sekunder adalah pengumpulan data dan informasi yang diperoleh

melalui dokumentasi/arsip yang ada di panti asuhan Al-Asri Kecamatan

Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

Page 45: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

44

3.5 Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1. Variabel PenelitianNo Variabel Independen

1. Variabel : PerilakuDefinisi

Cara ukurAlat ukurHasil ukur

Skala ukur

:

:::

:

Respon seseorang terhadapstimulus yang berkaitan dengansakit atau penyakit,sistempelayanan kesehatan,makananserta lingkunganWawancaraKuesioner1) Baik2) KurangOrdinal

2. Variabel : Personal HygieneDefinisi

Cara ukurAlat ukurHasil ukur

Skala ukur

:

:::

:

Cara perawatan diri manusiauntuk memelihara kesehatanmereka.WawancaraKuesioner1) Baik2) KurangOrdinal

3. Variabel : Sanitasi Dasar

Definisi

Cara ukurAlat ukurHasil ukur

Skala ukur

:

:::

:

Sanitasi minimum yangdiperlukan untuk menyehatkanlingkungan pemukiman meliputipenyediaan air bersih,pembuangan kotoran manusia(jamban), pembuangan air limbahdan pengelolaan sampah.ObservasiChek list1) Baik2) KurangOrdinal

4. Variabel : Kondisi Kesehatan Asrama

Definisi

Cara ukurAlat ukurHasil ukur

Skala ukur

:

:::

:

Keadaan asrama yang memenuhistandar kesehatanObservasiChek list1) Baik2) KurangOrdinal

Page 46: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

45

Variabel Dependen5. Variabel : Penyakit Kulit

Definisi

Cara ukurAlat ukurHasil ukur

Skala ukur

:

:::

:

Penyakit yang menyerang kulitdan disebabkan oleh berbagaimacam penyebab, seperti, virus,bakteri, dan reaksi alergi yangditandai dengan gejala gatal-gatal, bintik-bintik merah,bercak-bercak putih di bagiantubuhWawancaraKuesioner1) Ada mengalami penyakit

kulit2) Tidak ada mengalami

penyakit kulitOrdinal

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

3.6.1 Perilaku

Baik : Apabila responden dapat menjawab pertanyaan yang

diajukan melalui kuesioner ≥ 50% dengan tepat, dengan

hasil rentang dari tabel skor < 3

Kurang : Apabila Responden hanya hanya menjawab < 50%

jawaban yang diajukan melalui kuesioner, dengan hasil

rentang dari tabel skor ≤ 3

3.6.2 Personal Hiegene

Baik : Apabila responden dapat menjawab pertanyaan yang

diajukan melalui kuesioner ≥ 50 % dengan tepat, dengan

hasil rentang dari tabel skor ≥ 5

Page 47: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

46

Kurang : Apabila responden hanya dapat menjawab < 50%

jawaban yang diajukan melalui kuesioner, dengan

hasil rentang skor < 5.

3.6.3 Sanitasi Dasar

Baik : Apabila responden dapat menjawab pertanyaan yang

diajukan melalui kuesioner ≥ 50 % dengan tepat, dengan

hasil rentang dari tabel skor ≥ 5

Kurang : Apabila responden hanya dapat menjawab < 50% jawaban

yang diajukan melalui kuesioner, dengan hasil rentang

skor < 5.

3.6.4 Penyakit Kulit

Ada penyakit : jika ada ditemukan penyakit kulit pada penghuni

asrama putra

Tidak ada penyakit : jika tidak ada ditemukan penyakit kulit pada

penghuni asrama putra

3.6.5 Kondisi Kesehatan Asrama

Baik : Apabila responden dapat menjawab pertanyaan yang

diajukan melalui kuesioner ≥ 50 % dengan tepat, dengan

hasil rentang dari tabel skor ≥ 5

Kurang : Apabila responden hanya dapat menjawab < 50% jawaban

yang diajukan melalui kuesioner, dengan hasil rentang

skor < 5.

Page 48: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

47

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per

variabel. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar proporsi variabel yang

diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis univariat dilakukan untuk

menggambarkan atau menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti dalam

bentuk distribusi frekuensi dari setiap veriabel penelitian.

Analisis ini juga digunakan untuk mendapatkan hubungan perilaku,

personal hygiene, sanitasi dasar, kondisi kesehatan asrama dengan penyakit kulit

penghuni asrama.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel depeden

dan sebuah variabel independen. Untuk mengetahui hubungan antara variabel

indenpeden dan variabel dependen digunakan analisis statistik dengan uji chi

square (X2) dengan memakai nilai α = 0,05. Dasar pengambilan hipotesis

penelitian berdasarkan tingkat signifikan ( nilai p ), yaitu :

a. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian (Ho di tolak) atau dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan perilaku, personal hygiene, sanitasi

dasar, kondisi kesehatan asrama dengan penyakit kulit penghuni asrama.

b. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian (Ha diterima) atau dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan perilaku, personal hygiene,

sanitasi dasar, kondisi kesehatan asrama dengan penyakit kulit penghuni

asrama.

Page 49: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

48

Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel

dependen dan sebuah variabel dependent. Karena data berbentuk katagorik maka

untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen dan dependen

digunakan analisis statistk Uji Chi-square dengan memakai nilai alpha 0,05. Jika

tidak ada sel memiliki harapan kurang dari 5, maka digunakan Continuity

Correction (Notoatmodjo. 2005)

Untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel penelitian ini

digunakan perangkat komputer dalam menganalisis Uji Chi-square.

Page 50: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

49

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Letak Geografi

Panti asuhan yayasan tamita wal’ashri adalah salah satu panti asuhan yang

berada diwilayah Kabupaten Aceh Barat Daya yang terletak di Lamkuta KM 379

Blangpidie dengan luas lokasi ± 23,210 M.

4.1.2 Susunan Kepengurusan

Pelindung : Camat Blangpidie

: Kapolsek Blangpidie

Penasehat : Danramil Blangpidie

: Kepala Kantor Urusan Agama Blangpidie

Pengawas : Sudirman Hasan Yusuf

Pembina : Drs. H. Tajuddin Nyakman

Ketua : Tadli, MBA

Wakil Ketua : Hasrul Hasan

Sekretaris : Zulhamdi Anggara

Wakil Sekretaris : Ir. Yudi Ismara

Bendahara : Hj. Nurhasmi

Wakil Bendahara : Erliyas

Page 51: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

50

4.1.3 Fasilitas

Panti asuhan yayasan tamita wal’ashri memiliki beberapa fasilitas

diantaranya terdiri dari ruang tamu seluas 104 M, kamar tidur berjumlah 4 ruang

dengan luas keseluruhan 294 M, kamar mandi berjumlah 6 ruang dengan luas

rata-rata 24 M, kamar pengurus dengan luas 32 M, ruang dapur seluas 40 M,

ruang makan 80 M, ruang cuci dan gudang.

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Panti Asuhan Wal-Asri

Kecamatan Blangpidie Kecamatan Aceh Barat Daya tentang Kondisi Kesehatan

tentang Keluhan Penyakit Kulit Penghuni Asrama di Panti Asuhan Wal-Asri

Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya, maka hasil penelitian yang

didapat adalah sebagai berikut :

4.2.1 Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk melihat masing-masing variabel yang

diteliti dalam bentuk distribusi frekuensi setiap variabel penelitian. Variabel-

variabel dalam penelitian ini yaitu prilaku, personal higiene, sanitasi dasar,

kondisi asrama dan penyakit kulit.

Page 52: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

51

4.2.1.1 Perilaku

Tabel 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Perilaku TerhadapPenyakit Kulit Di Panti Asuhan Wal-asri Kecamatan Blangpidie

Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

No Perilaku Frekuensi %1 Baik 9 28,12 Kurang 23 71,9

Total 32 100Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.2 dari 32 orang responden, yang memiliki perilaku

yang baik dengan jumlah 9 orang (28,1) dari responden yang memiliki prilaku

yang kurang berjumlah 23 orang (71,9%).

4.2.1.2 Personal Higiene

Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Personal Higiene TerhadapPenyakit Kulit Di Panti Asuhan Wal-asri Kecamatan Blangpidie

Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

No Personal Higiene Frekuensi %1 Baik 10 31,32 Kurang 22 68,8

Total 32 100Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.2 dari 32 orang responden, yang memiliki personal

higiene yang baik dengan jumlah 10 orang (31,3%) dari responden yang memiliki

personal hygiene yang kurang berjumlah 22 orang (68,8%).

Page 53: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

52

4.2.1.3 Sanitasi Dasar

Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Sanitasi Dasar Di PantiAsuhan Wal-asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh BaratDaya Tahun 2013

No Sanitasi dasar Frekuensi %1 Baik 7 21,92 Kurang 25 78,1Total 32 100

Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.3 dari 32 orang responden, yang sanitasi dasar nya

baik dengan jumlah 7 orang (21,9%) dan kurang baik berjumlah 25 orang

(78,1%).

4.2.1.4 Kondisi Asrama

Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Kondisi Asrama Di PantiAsuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh BaratDaya Tahun 2013

No Kondisi Asrama Frekuensi %1 Baik 5 15,62 Kurang 27 84,4Total 32 100

Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.4 dari 32 orang responden, yang kondisi asrama nya

baik dengan jumlah 5 orang (15,6%) dari kurang baik berjumlah 27 orang

(84,4%).

Page 54: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

53

4.2.1.5 Penyakit Kulit Penghuni Asrama

Tabel 4.5 Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Penyakit KulitPenghuni Asrama Di Panti Asuhan Wal-asri KecamatanBlangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

No Penyakit Kulit PenghuniAsrama

Frekuensi %

1 Ada penyakit kulit 20 62,52 Tidak ada penyakit kulit 12 37,5

Total 32 100Sumber: Data Primer (diolah 2013)

Berdasarkan tabel 4.5 dari 32 orang responden, yang mengidap penyakit

kulit dengan jumlah 20 orang (62,5%) dari responden yang tidak mengidap

penyakit kulit berjumlah 12 orang (37,5%).

4.2.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan dua variabel

yaitu variabel independen dengan variabel dependen yang bertujuan untuk

mengetahui antara dua variabel tersebut. Analisis ini menggunakan uji Chi-square

jika p value <0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna.

Page 55: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

54

4.2.2.1 Hubungan Perilaku dengan Penyakit Kulit Penghuni Asrama

Tabel 4.6 Hubungan antara Perilaku dengan Penyakit Kulit Di Panti AsuhanWal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat DayaTahun 2013

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.5 dapat diketahui penghuni asrama yang memiliki prilaku

kurang sebanyak 15 orang ( 75 %) yang sangat berpotensi mengidap penyakit

kulit yang jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan penghuni asrama

yang memiliki perilaku yang baik dan tidak mengidap penyakit kulit sebanyak 5

orang penghuni asrama ( 25 %)

Dari hasil uji chi square adalah 0,01 nilai ini lebih kecil dari level of

significance (a) sebesar 0,05 hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara

perilaku terhadap penyakit kulit penghuni asrama di Panti Asuhan Wal-Asri

Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

Analisis Keeratan Perilaku Penghuni Asrama dengan status penyakit

kulit petugas kebersihan dapat dilihat dari OR yaitu 0,667.

PerilakuPenyakit Kulit

Total Pvalue

OR(95% CI)

Adapenyakit

kulit

Tidak adapenyakit

kulitN % n % N %

Baik 5 25 4 75 9 1000,01

0,6670,139-3,204Kurang 15 75 8 25 23 100

Jumlah 20 100 12 100 32 100

Page 56: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

55

4.2.2.2. Hubungan antara Personal Higiene dan Penyakit Kulit PenghuniAsrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan BlangpidieKabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

Tabel 4.7 Hubungan antara Personal Higiene dan Penyakit KulitPenghuni Asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan BlangpidieKabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.6. dapat diketahui penghuni asrama yang personal hygiene

kurang sebanyak 14 orang (70 %) yang berpotensi untuk mengidap penyakit kulit

yang apabila dibandingkan dengan penghuni asrama yang personal higiene baik

sebanyak 8 orang ( 30%) yang berpotensi mengidap penyakit kulit.

Dari hasil uji chi square adalah 0,00 nilai ini lebih kecil dari level of

significance (a) sebesar 0,05 hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara

perilaku terhadap penyakit kulit penghuni asrama di Panti Asuhan Wal-Asri

Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

Analisis Keeratan Perilaku Penghuni Asrama dengan status penyakit

kulit petugas kebersihan dapat dilihat dari OR yaitu 0,867.

PersonalHigiene

Penyakit KulitTotal P

valueOR

(95% CI)Ada

penyakitKulit

Tidak adapenyakit kulit

N % n % N %Baik 6 30 4 70 10 100

0,0000,857

0,185-3,977Kurang baik 14 70 8 30 22 100Jumlah 20 100 12 100 32 100

Page 57: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

56

4.2.2.3. Hubungan antara Sanitasi Dasar dan Penyakit Kulit PenghuniAsrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan BlangpidieKabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

Tabel 4.8 Hubungan antara Sanitasi Dasar dan Penyakit Kulit Penghuni

Asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh

Barat Daya Tahun 2013

Dari tabel 4.6. dapat diketahui penghuni asrama yang sanitasi kurang

baik ada 16 orang (80 %) yang berpotensi untuk mengidap penyakit kulit yang

apabila dibandingkan dengan penghuni asrama yang sanitasi dasar baik (20%)

yang berpotensi mengidap penyakit kulit.

Dari hasil uji chi square adalah 0,00 nilai ini lebih kecil dari level of

significance (a) sebesar 0,05 hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara

perilaku terhadap penyakit kulit penghuni asrama di Panti Asuhan Wal-Asri

Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

Analisis Keeratan Perilaku Penghuni Asrama dengan status penyakit

kulit petugas kebersihan dapat dilihat dari OR yaitu 0,750.

Sanitasi DasarPenyakit Kulit

Total Pvalue

OR(95%CI)

Adapenyakit

Kulit

Tidak adapenyakit kulit

N % n % N %Baik 4 20 3 80 7 100

0,000,7500,136-4,127

Kurang baik 16 80 9 20 25 100Jumlah 20 100 12 100 32 100

Page 58: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

57

4.2.2.4. Hubungan antara Kondisi Asrama dan Penyakit Kulit PenghuniAsrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan BlangpidieKabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

Tabel 4.9 Hubungan antara Kondisi Asrama dan Penyakit Kulit Penghuni

Asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh

Barat Daya Tahun 2013

Dari tabel 4.6. dapat diketahui penghuni asrama yang kondisi asrama

kurang baik berjumlah 17 0rang ( 85%) yang berpotensi untuk mengidap penyakit

kulit yang apabila dibandingkan dengan penghuni asrama yang kondisi asrama

baik berjumlah 3 orang ( 15 %) yang berpotensi mengidap penyakit kulit.

Dari hasil uji chi square adalah 0,00 nilai ini lebih kecil dari level of

significance (a) sebesar 0,05 hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara

perilaku terhadap penyakit kulit penghuni asrama di Panti Asuhan Wal-Asri

Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

Analisis Keeratan Perilaku Penghuni Asrama dengan status penyakit

kulit petugas kebersihan dapat dilihat dari OR yaitu 0,882.

KondisiAsrama

Penyakit KulitTotal P

valueOR

(95% CI)Ada

penyakitKulit

Tidak adapenyakit kulit

N % n % N %Baik 3 15 2 85 5 100

0,000,882

0,125-6,216Kurang baik 17 85 10 15 27 100Jumlah 20 100 12 100 32 100

Page 59: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

58

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hubungan Perilaku dengan Penyakit Kulit Penghuni Asrama

Hubungan Perilaku dengan penyakit kulit penghuni asrama dapat dilihat

pada tabel 4.5, dikatakan bahwa responden dengan prilaku kurang baik yang

mengidap penyakit kulit sebanyak penghuni asrama. Pada penelitian ini adanya

hubungan yang bermakna antara prilaku dengan penyakit kulit penghuni asrama,

dengan nilai p value sebesar 0.01 yang berarti P Value < α (0,05

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon

seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit atau penyakit yaitu bagaimana manusia

merespon, baik secara pasif maupun aktif (tindakan) yang dilakukan

sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik yang tradisional maupun yang

modern.

c. Perilaku terhadap makanan adalah respon seseorang terhadap makanan

sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon terhadap

lingkungan sebagai determinan.

Page 60: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

59

4.3.2 Hubungan Personal Higiene terhadap Penyakit Kulit Penghuni Asrama

Hubungan Personal Higiene dengan penyakit kulit dapat dilihat pada

tabel 4.6, berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan Uji Chi-square

menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara personal hygiene

terhadap penyakit kulit dengan nilai p value 0,002 yang berarti P Value < α (0,05.

Menurut Potter (2005) Personal Higiene adalah cara perawatan diri

manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat

penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan

untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan. Dalam kehidupan sehari-

hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena

kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu

sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat

berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi

seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.

4.3.3 Hubungan Sanitasi Dasar terhadap Penyakit Kulit Penghuni Asrama

Hubungan Sanitasi Dasar dengan penyakit kulit dapat dilihat pada tabel

4.6, berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan Uji Chi-square

menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara sanitasi dasar

terhadap penyakit kulit dengan nilai p value 0,002 yang berarti P Value < α (0,05

Page 61: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

60

Menurut Waluyo ( 2005) Sanitasi dasar yaitu sanitasi minimum yang

diperlukan untuk menyehatkan lingkungan pemukiman meliputi penyediaan air

bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pembuangan air limbah dan

pengelolaan sampah.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/

1990, yang dimaksud air bersih adalah air yang digunakan unuk keperluan sehari-

hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila

telah dimasak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk

memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air yang

terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik

yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan

Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang

cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan

kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan

sumber air. Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai

macam penyakit seperti : thypus,disentri,kolera,bermacam-macam cacing (gelang,

kremi, tambang dan pita), Schistosomiasis dan sebagainya

4.3.4 Hubungan Kondisi Asrama terhadap Penyakit Kulit Penghuni Asrama

Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota

suatu kelompok, murid-murid Sekolah, peserta suatu pesta olah ragadan lain

Page 62: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

61

sebagainya yang dapat ditempati oleh beberapa orang penghuni disetiap kamarnya

dalam jangka waktu yang lebih lama dari pada hotel dan losmen.

Rumah/Asrama yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya

cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari, di samping

kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan

berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah

akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata. Ada dua sumber

cahaya yang dapat dipergunakan, yakni cahaya alamiah yaitu matahari. Rumah

yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya matahari yang cukup. Sebaiknya

jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%-20% dari luas

lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. Cahaya buatan, yaitu menggunakan

sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik dan

sebagainya ( Notoatmodjo, 2007).

Page 63: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

62

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Ada hubungan antara Perilaku dengan penyakit kulit penghuni asrama di

Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat

Daya tahun 2013. Dimana hasil yang didapat dengan memakai Chi-

square p value = 0,01 yang berarti p value <0,05

2. Ada hubungan antara Personal Higiene dengan penyakit kulit penghuni

asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh

Barat Daya tahun 2013 . Dimana hasil yang didapat dengan memakai Chi-

square p value = 0,00 yang berarti p value <0,05

3. Ada hubungan antara Sanitasi dasar dengan penyakit kulit penghuni

asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh

Barat Daya tahun 2013 . Dimana hasil yang didapat dengan memakai Chi-

square p value = 0,00 yang berarti p value <0,05

4. Ada hubungan antara Kondisi Asrama dengan penyakit kulit penghuni

asrama di Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh

Barat Daya tahun 2013 . Dimana hasil yang didapat dengan memakai Chi-

square p value = 0,00 yang berarti p value <0,05

Page 64: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

63

5.2 Saran

1. Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya

Diharapkan kepada pihak Panti Asuhan Wal-Asri Kecamatan Blangpidie

Kabupaten Aceh Barat Daya yaitu :

1. Memberikan pengarahan kepada penghuni asrama agar menjaga prilaku

dalam menjaga kesehatan lingkungan dan terhindar dari penyakit kulit

2. Mengawasi penghuni asrama yang personal higienenya kurang baik an

memberikan sanksi.

3. Memberikan pengarahan dan pengawasan kepada penghuni asrama

agar menjaga dan membersihkan setiap fasilitas sanitasi yang ada di

asrama dan tetap awet.

4. Mengawasi dan memberikan hukuman kepada penghuni yang tidak

mau membersihkan asrama.

5. Penghuni Asrama

1. Untuk menjaga prilaku dalam menjaga kesehatan lingkungan dan menjaga

kebersihan diri agar merasa nyaman dan terhindar dari penyakit

2. Untuk membersihkan fasilitas setiap hari agar sedap dipandang dan wangi

Page 65: KONDISI KESEHATAN TERHADAP KELUHAN PENYAKIT KULIT …

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1995. Pengantar Ilmu kesehatan Lingkungan. PT . Mutiara SumberWydia , Jakarta.

Chandra, Dr. Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit BukuKedokteran : Jakarta

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT . Citra Aditya Bakti,Bandung.

Harahap, M, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan Pertama, Penerbit HIpokrates,Jakarta.

Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta :Jakarta

__________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta

__________. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta : Jakarta

Graham, Robin. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Erlangga : Jakarta

Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC : Jakarta

Kusnoputranto, Haryoto. 1986. Kesehatan Lingkungan. Departemen PendidikanIndonesia, Universitas Indonesia : Jakarta

Waluyo , L. 2005, Mikrobiologi Umum Edisi Revisi, UPT. UniversitasMuhammadiyah Malang Prees. Malang