18
LANDASAN TEORI Pengungkapan wilayah seni pertunjukan perlu dibekali dengan berbagai landasan teori guna mengarah pada kajian yang bersifat ilmiah, bukan kajian yang didasarkan atas landasan intuitif dan improvisatif. Pendahuluan Produk budaya masyarakat, terutama dari kalangan rakyat kadang-kadang diabaikan begitu saja nilai dan maknanya. Nilai dan makna inilah yang menjadi kekuatan daya ungkap seni pertunjukan yang dijelmakan dalam bentuk simbol-simbol budaya. Seni pertunjukan rakyat sebagai salah satu sumber daya kultural masyarakat merupakan pula hasil kreativitas masyarakat yang berorientasi bukan saja pada nilai- nilai seni semata. Kesenian yang ada dikalangan rakyat seperti seni pertunjukan teater rakyat adalah sebuah kreativitas yang lugu dari masyarakatnya. Keluguan yang dimiliki oleh komunitas seni pertunjukan rakyat dalam mempertunjukan keseniannya adalah fakta budaya yang ada pada lingkungannya. B agian 2 17

Komunikasi Seni Pertunjukan 3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dibutuhkan perspektif teori dalam komunikasi seni pertunjukan, di antaranya, hermeneutika, interaksionisme simbolik, dan teori budaya

Citation preview

Page 1: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

LANDASAN TEORI

Pengungkapan wilayah seni pertunjukan perlu dibekali denganberbagai landasan teori guna mengarah pada kajian yang bersifatilmiah, bukan kajian yang didasarkan atas landasan intuitif dan

improvisatif.

PendahuluanProduk budaya masyarakat, terutama dari

kalangan rakyat kadang-kadang diabaikan begitu sajanilai dan maknanya. Nilai dan makna inilah yangmenjadi kekuatan daya ungkap seni pertunjukan yangdijelmakan dalam bentuk simbol-simbol budaya. Senipertunjukan rakyat sebagai salah satu sumber dayakultural masyarakat merupakan pula hasil kreativitasmasyarakat yang berorientasi bukan saja pada nilai-nilai seni semata. Kesenian yang ada dikalanganrakyat seperti seni pertunjukan teater rakyat adalahsebuah kreativitas yang lugu dari masyarakatnya.Keluguan yang dimiliki oleh komunitas senipertunjukan rakyat dalam mempertunjukankeseniannya adalah fakta budaya yang ada padalingkungannya.

B a g i a n 2

17

Page 2: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

Sebagai salah satu fakta budaya, pertunjukanteater rakyat juga merupakan wacana yang ada padamasyarakat lingkungannya, maka tidaklahmengherankan jika simbol-simbol budaya yangmereka presentasikan melalui seni pertunjukanmemiliki arti yang penting bagi kehidupanlingkungan budaya masyarakat tersebut. Simbol-simbol budaya yang dipresentasikan oleh teaterrakyat memiliki makna historis, pengalaman budayamasyarakat, dan bahasa ungkap atau ekspresi budayamasyarakat itu.

Berkaitan dengan hal tersebut tulisan ini mencobamengungkap beberapa landasan teori guna mengisiwacana dalam seni pertunjukan, khususnya aspekkomunikasi seni pertunjukan dalam teater rakyat.Melalui landasan teori bagi komunikasi senipertunjukan diharapkan fakta budaya masyarakatyang dalam salah satu wujudnya berupa pertunjukanteater rakyat dapat diungkap dan diartikan sebagais e s u a tu ya n g b e rh a rga b a g i m as ya ra ka tlingkungannya. Dengan kata lain, pemahamanterhadap komunikasi seni pertunjukan secara umumdan khususnya pada pertunjukan teater rakyat dapatmenjadi acuan bagi usaha-usaha konstruktif dalammodifikasi, revitalisasi, dan konservasi senipertunjukan rakyat.

Interpretasi merupakan pijakan awal bagipencarian landasan teori komunikasi senipertunjukan. Interpretasi tidak hanya didorong olehkekuatan subyektif peneliti, namun dibekali denganseperangkat referensi yang mengarah pada'objektivasi'. Sebut saja perangkat referensi itu adalahteori-teori yang telah direduksi penulis, seperti teori-teori tentang simbol, teori-teori komunikasi (interaksi

Komunikasi Seni Pertunjukan

18

Page 3: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

simbolik dan dramaturgis), dan teori-teori tentangpertunjukan ( ) serta antropologipertunjukan. Dengan bekal referensi tersebut tidaklantas landasan teori komunikasi seni pertunjukandapat ditorehkan, namun dibutuhkan suatu pisaukajian yang dapat membedah makna pertunjukantersebut. Pertunjukan teater rakyat adalah interaksisimbol-s imbol budaya, yang di dalamnyatersembunyikan suatu makna. Untuk dapat melihatmakna yang ditangkap oleh segenap masyarakatpenyangga dan pendukung seni pertunjukan tersebut,teks dan konteks merupakan horizon yang perlu kitapahami lebih lanjut. Pisau bedah yang dimaksudkanuntuk menorehkan teori komunikasi seni pertunjukanadalah hermeneutika. Hal ini berkaitan dengan maknasimbol-simbol yang ada dalam seni pertunjukanrakyat dan berhubungan erat dengan teks sertakonteks masyarakatnya. Dengan hermeneutika,pertunjukan akan diungkap maknanya sekaligusmenguak teks dan konteksnya secara fenomenologis.Hermeneutika dianggap sesuai untuk mengkajimakna atas simbol-simbol dalam pertunjukan teaterrakyat karena hermeneutika dalam pemikirankontemporer lebih mengarah pada “filsafatkomunikasi sosial” (Vattimo, 2003:192).

Pencarian landasan teori komunikasi senipertunjukan teater rakyat perlu pemusatan objek,terutama pada makna simbol-simbol budaya, teks dankonteks dalam suatu pertunjukan teater rakyat. Dalamkaitan ini peran bahasa, historis, dan pengalamanindividu serta masyarakat menjadi pentingkeberadaannya. Gambaran alur kerangka teoretisdalam tulisan ini dapat kita lihat sebagai berikut:

performances studies

,

Komunikasi Seni Pertunjukan

19

Page 4: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

Kerangka Pemikiran Teoretis Komunikasi Seni Pertunjukan

Seni Pertunjukan Sebagai Media KomunikasiDalam konteks pertunjukan yang didasarkan pada

peran dan fungsinya, seni pertunjukan lebih dekatdisebut sebagai media komunikasi. Sejalan denganitu, maka wilayah seni pertunjukan sebagai mediakomunikasi antara kreator (seniman) dan apresiator(penonton), antara pelaku seni dan penikmat seni,menjadi sesuatu yang ditafsirkan oleh keduanya. Senipertunjukan diciptakan oleh pelaku seni dengan tafsirmakna tersendiri, yang kemudian diamati, ditonton,atau diapresiasi oleh penikmat seni dengan tafsirmakna tersendiri pula. Peristiwa komunikasidemikian pada suatu bentuk pertunjukan merupakankejadian yang terus menerus berlangsung dan halinilah yang menyebabkan seni pertunjukan tetapbertahan di tengah-tengah masyarakatnya.

Komunikasi Seni Pertunjukan

20

Page 5: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

Sebagai media komunikasi, seni pertunjukanmemiliki progresivitas dalam menciptakan ragam danformat sajian untuk mendekatkan diri danberkomunikasi dengan masyarakat pendukungnya.Progresivitas seni pertunjukan sebagai mediakomunikasi dapat kita amati dengan 'pelebaranwilayah pertunjukan' (Lull, 1998: 192-193) yangsebelumnya telah dirinci secara antropologis, diantaranya oleh Victor Turner (

1986), Willa Apple dan Richard Schechner( 1990), dan Richard Schechner( 1988 dan ,2002). Dari beberapa tulisan tersebut didapatpembagian kategori tentang pertunjukan, dimanapertunjukan di tengah-tengah masyarakat dibagimenjadi empat kategori, yakni; (1) (hal-hal yangmenyangkut upacara keagamaan); (2)(seni pertunjukan); (3) (hal-hal yangmenyangkut peristiwa budaya) dan; (4)(dunia hiburan). Dan bahkan Bill Parcells dalam

, yang dicatat oleh Schechner ada 8macam pertunjukan di antaranya pertunjukan dalamkehidupan sehari-hari, seni, olah raga dan hiburanpopuler, bisnis (kerja), teknologi, seks, ritual (sakraldan sekuler), dan drama (teater) (Schechner, 2002: 25).

Kajian-kajian pertunjukan, terutama yangditunjukkan oleh Schechner diidentifikasi sebagaipertunjukan “teater”. Untuk hal itu, kita dapatmengkaitkan pertunjukan teater rakyat yang secaraumum dapat mewakili 4 kategori pertunjukan yangtelah disebutkan tadi. Teater rakyat dalam beberapapertunjukannya di berbagai daerah masih memiliki

yang dipercayai masyarakatpendukungnya, misalnya saja ketika

The Anthropology ofPerformance,By Mean of Performance,Performance Theory, Performance Studies

ritualperformance arts

event of culture, entertainment

performance studies

magi simpatetikrites de passage

Komunikasi Seni Pertunjukan

21

Page 6: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

upacara peralihan menurut kepercayaan masyarakat -itu dilaksanakan. Hal ini berarti bahwa teater rakyatmampu memasuki ruang ritual dan berinteraksidengan masyarakatnya dalam situasi religiusitas.Teater rakyat juga merupakan seni pertunjukan,dimana ia merupakan seni plastis atau seni kemasandengan bobot estetik yang cukup diperhitungkan danmemiliki multidimensi seni, misalnya teater/drama,tari, musik (karawitan), seni rupa, sastra dansebagainya. Demikian juga teater rakyat bisa termasukdalam kategori pertunjukan peristiwa budaya, suatu

(budaya yang ditemukan), yangbentuknya bisa berupa perayaan-perayaan ataupertunjukan yang dipengaruhi oleh tradisi(Subagya, 1981: 79 83). Selanjutnya teater rakyat jugasebagai seni pertunjukan yang menghibur (

). Pertunjukan dengan sifatnya yangmenghibur berkembang pesat dengan orientasinyayang lebih pada profit, namun juga disajikan secaracuma-cuma sebagai pelengkap kegiatan yang sifatnyalebih pada pada masyarakat kota(industri), dan pada masyarakat desa(pertanian). Ruang dan waktu bentuk pertunjukanseperti ini tidak terbatas, seperti slogan , yangsiap dimana saja, kapan saja, dan siapa saja.

Pertunjukan teater rakyat sebagai seni pertunjukanyang hidup dan berkembang di tengah-tengahmasyarakat pendukungnya, pada hakekatnya adalahsebuah media komunikasi budaya. Sebagai mediakomunikasi budaya, pertunjukan teater rakyatmemiliki pola interaksi dengan masyarakatlingkungannya, dimana setiap orang atau masyarakatingin melibatkan dirinya dengan cara menonton,mengapresiasi, mengamati, menginterpretasi,

invention culture

panajerik

toentertain

market-orientedleisure time

coca cola

Komunikasi Seni Pertunjukan

22

Page 7: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

mengkritisi dan bahkan ingin melibatkan diri menjadipelaku dalam peristiwa pertunjukan, baik secaralangsung maupun tidak langsung. Interaksi di sinilebih dipandang sebagai interaksi simbolik, yang intidari interaksi tersebut dengan meminjam catatanDeddy Mulyana adalah suatu aktivitas yangmerupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atauproses pertukaran simbol yang diberi makna(Mulyana, 2002: 68). Dalam bahasa lain simbol-simbolyang berinteraksi dalam sebuah pertunjukan dapatdisebut sebagai teks yang dikomposisikan dalampertunjukan ( ). Kostermelihat komposisi tersebut dengan memberikanmodel komunikasi teks tradisi lisan sebagaimanakelisanan pada pertunjukan teater rakyat sebagaiberikut:

Media pertunjukan adalah jagat kecil yang olehGoffman diistilahkan sebagai , sementarajagat besar adalah dunia yang sebenarnya, yangdiistilahkan sebagai (Polloma, 1987: 231-

,

composition in performance

front stage

back stage

Model Komunikasi dalam Pertunjukan (tradisi Lisan)Sumber: Koster dalam Pudentia, 1998: 33

Simbol dalam Komunikasi Seni Pertunjukan

Komunikasi Seni Pertunjukan

23

Page 8: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

256). Pemikiran ke arah jagat kecil dan jagat besarmenjadi sesuatu yang harus dikemukakan ketika kitamelihat panggung pertunjukan teater rakyat dengansosok-sosok pelakunya dalam kapasitas kemampuandan kreativitasnya di atas panggung pertunjukanrakyat. Jika meminjam catatan Blumer, para pelakusandiwara tersebut adalah aktor yang sadar danrefleksif, yang dengan sengaja menyatukan objek-objek yang diketahuinya dan inilah yang disebutnyaproses (Blumer dalam Polloma, 1987:264).

Sebagai sebuah jagat, panggung pertunjukanadalah suatu lingkungan dimana manusia itu tinggaldan berinteraksi. Kuntowijoyo membagi lingkunganmanusia ke dalam tiga lingkungan, yakni (1)lingkungan material, (2) lingkungan sosial, dan (3)lingkungan simbolik. Berkaitan dengan duniapertunjukan sebagai jagat kecil ( ), makarepresentasi dari jagat itu adalah lingkungan simbolikyang diartikan sebagai lingkungan dimana segalasesuatu yang meliputi makna dan komunikasi, sepertikata, bahasa, mite, nyanyian, seni, upacara, tingkahlaku, benda-benda, konsep-konsep dan sebagainya(Kuntowijoyo, 1987: 66).

Simbol menjadi sesuatu yang penting bagimanusia, oleh karena hanya manusialah yang dapatmembentuk simbol sebagai simbol mahluk yangberkebudayaan. Cassirer dalam ,menyebutkan bahwa simbol dibentuk oleh manusiayang berkebudayaan dalam bentuknya berupaagama, filsafat, kesenian, ilmu, sejarah, mite, danbahasa (lihat Cassirer, 1956). Sejalan dengan itu, dalamkajian makna simbol, Langer membagi simbol senidengan dua kategori, dan

self-indication

front stage

An Essay on Man

art simbol simbol in art

Komunikasi Seni Pertunjukan

24

Page 9: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

(Langer, 124-139). Dari kedua kategori simbol seni itumaka penerapannya dalam seni pertunjukan teaterrakyat dibagi menjadi dua pemaknaan, yakni simbol

dan simbol . Simbol diskursifadalah simbol yang pemahaman maknanya dalamseni pertunjukan dibangun oleh pelbagai simbol yangteratur dan diikat oleh struktur, sedangkan simbolpresentasional adalah simbol yang pemahamanmaknanya dalam seni pertunjukan dapat berdirisendiri (Sachari, 2002: 18-19).

Berkaitan dengan hal tersebut, makna simboldalam seni pertunjukan teater rakyat tidak melepasapa yang disebut teks dan konteks suatu pertunjukan.Teks adalah pertunjukannya itu sendiri dengan segalamacam kelengkapannya, sedangkan konteks adalahwilayah-wilayah yang memiliki hubungan denganteks, semisal ruang dan waktu. Antara teks dankonteks ini tak terpisahkan karena memilikiresiprositas dalam kepentingan. Dalam kata lainmakna simbol sebenarnya melekat pada seseorangdan aktivitasnya di masyarakat, maka Dillistonesecara eksplisit meyatakan dalam ,bahwa semua aktivitas yang dilakukan manusia akanselalu berhubungan dengan struktur masyarakatnya.Simbol-simbol dan masyarakat saling memiliki dansaling mempengaruhi (Dillistone, 2002: 22). Kerangkainilah yang memberikan pemahaman atas maknasimbol pada suatu bentuk pertunjukan rakyat.

Dalam konteks komunikasi, simbol adalah sesuatuyang dipertukarkan baik dalam komunikasi verbalmaupun non-verbal. Komunikasi adalah kegiatanpengoperasian lambang yang mengandung maknaatau arti. Penjelmaan lambang atau simbol dalamkomunikasi bervariasi seiring dengan variasi bentuk

diskursif presentasional

The Power of Symbols

Komunikasi Seni Pertunjukan

25

Page 10: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

serta model komunikasi yang digunakan oleh pelakukomunikasi. Kincaid dan Schramm denganmenggunakan model komunikasi secara linearmengatakan, bahwa makna yang dikandung olehsuatu simbol bukan terletak pada simbol itu sendiri,manusialah yang memberikan makna (Kincaid &Schramm, 1984: 60). Tidak sekedar komunikasi yangsifatnya namun sangat apabila melihatkomunikasi dalam seni pertunjukan teater rakyat Halitu dikarenakan oleh keberadaan peserta komunikasiyang ada di dalamnya sebagai peserta yang aktif.Komunikasi yang lebih mengedepankan pemaknaansimbol budaya pada pertunjukan teater rakyat,kiranya lebih dekat dengan cara pandang komunikasidalam model interaksional, dan tidak sedikitmenyentuh bentuk-bentuk komunikasi transaksional.

Pola-pola komunikasi tersebut menjadi salah satuinspirasi dalam pencarian landasan teori komunikasiseni pertunjukan, terutama dalam mengungkapm a k n a s i m b o l y a n g d i p r e s e n t a s i k a nantarkomunikator pada media pertunjukan teaterrakyat. Menurut Deddy Mulyana, bahwa para pesertakomunikasi menurut model interaksional adalahorang-orang yang mengembangkan potensimanusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnyamelalui apa yang disebut pengambilan peran oranglain ( ). Diri ( ) berkembang lewat interaksidengan orang lain, dimulai dengan lingkunganterdekatnya seperti keluarga ( ) dantahap permainan ( ), yang kemudianberkembang pada tahap ( ), yaknitahap yang lebih luas (Mulyana, 2002: 160).menjadi penting dalam pikiran George Herbert Mead,karena ia adalah subjek dan objek bagi dirinya. Ia akan

linear circuler.

role-taking self

significant othersplay stage

generalized othersDiri

Komunikasi Seni Pertunjukan

26

Page 11: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

menjadi objek terlebih dahulu sebelum diri itumenjadi subjek. Dalam hal ini diri akan mengalamiproses internalisasi atau interpretasi subyektif atasrealitas struktur yang lebih luas. Diri merupakanproduk dialektis dari “I” dan “Me”. adalah impulsifdari diri, aku sebagai subjek, dan adalah sisi sosialdari manusia, aku sebagai objek (Wallace and Zeitlindalam Soeprapto, 2002: 117). Konsepsi interaksionaltersebut dimiliki oleh para pelaku seni pertunjukanteater rakyat yang pada tataran awal berinteraksidengan keluarga dekat dan kemudian denganmasyarakat, sehingga dalam memerankan peranorang lain (tokoh dalam suatu pertunjukan teater)sudah memiliki konsep diri yang matang akan tokohtersebut.

Pada prinsipnya, komunikasi dalam kaitan iniditekankan pada bagaimana makna itu muncul dandipahami setelah dikelola dan dipresentasikan lewatsebuah pertunjukan. Berkaitan dengan hal tersebutkomunikasi menurut Pace dan Faules (dalamMulyana, 2002: 36-37) bukan sekedar alat untukmenggambarkan pikiran, namun ia adalah pikirandan juga pengetahuan. Dunia panggung seperti teaterrakyat merupakan dunia tertentu yang diciptakanuntuk berkomunikasi, dan setiap penafsiran sertainterpretasinya harus mempertimbangkan konteks-konteks yang memungkinkan praktik-praktikkomunikasi telah terjadi. Begitu pentingnya sebuahmakna dalam komunikasi seni pertunjukan, makaHerbert Blumer menegaskan dalam teori interaksisimboliknya dengan tiga premis utama, yaitu: (1)manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkanmakna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka;(2) makna diperoleh dari hasil interaksi sosial yang

IMe

Komunikasi Seni Pertunjukan

27

Page 12: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

dilakukan dengan orang lain; dan (3) makna-maknadisempurnakan disaat proses interaksi sosial sedangberlangsung (Blumer dalam Soeprapto, 2002: 120-121)

Kajian dengan metode hermeneutika semakinmarak dalam ilmu-ilmu sosial, tak terkecuali padailmu komunikasi dan seni, baik dalam cara analisisnyamaupun objek kajiannya. Secara umum terdapat enambatasan hermeneutika yang mencerminkanperkembangan teori dan filsafat interpretasi tersebut.

, hermeneutika sebagai teori penafsirankitab suci sesuai dengan pengertian awal. AdalahRichard E. Palmer yang memberikan informasitentang sebuah buku yang berjudul

. Bukuini ditulis pada tahun 1654 oleh J.C. Dannhauer yangisinya membedakan antara denganhermeneutika (Palmer, 2003: 39). Eksegese adalahkomentar-komentar aktual atas teks, sedangkanhermeneutika adalah metodologinya dalam ber-eksegese. Eksegese memunculkan permasalahanhermeneutis karena dalam setiap pembacaan kembalitentang teks itu melahirkan suatu komunitas tertentu(Ahmala dalam Nafisul Atho', 2003: 18).

, hermeneutika sebagai metodologi filologi.Hal tersebut berkaitan erat dengan perkembanganrasionalisme yang pada saat itu abad 18 lahir pulafilologi klasik yang memiliki pengaruh besar terhadaphermeneutika. Metode hermeneutika kitab sucimenjadi tidak berbeda dengan teori penafsiran tekslain, yakni filologi klasik. Penafsiran kitab suci yangsakral menjadi profan dengan filologi. Hingga padaawal abad 19 penafsiran tentang hal itu dikembangkan

Hermeneutika sebagai Pisau Bedah

Pertama

Hermeneutica SacraSive Methodus Ecponendrum Sacrarum Litterarum

eksegese

Kedua

Komunikasi Seni Pertunjukan

28

Page 13: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

oleh F. August Wolf dan Friedrich Ast (Palmer, 2003:44).

, hermeneutika sebagai ilmu pemahamanlingusitik yang pada awalnya diperjelas olehSchle iermacher sebagai sebuah eksistensihermeneutika. Konsepsi hermeneutika inimengimplikasikan kritik radikal dari sudut pandangfilologi, karena ia berusaha melebihi konsephermeneutika sebagai sejumlah kaidah dan berupayamembuat hermeneutika sistematis-koheren, sebuahilmu yang mendeskripsikan kondisi-kondisipemahaman dalam semua dialog (Palmer, 2003: 45).

, hermeneutika sebagai dasar metodologibagi (disiplin ilmu yangmemfokuskan pada pemahaman seni, aksi, dantulisan manusia). Hermeneutika ini dirumuskan olehWilhelm Dilthey, yang dalam bahasa lain lebihmenekankan pada faktor historis . Maknasebagaimana diidentifikasi Dilthey tidak berhentipada suatu masa, tetapi selalu berubah menurutmodifikasi sejarah (Dilthey dalam Nafisul Atho', 2003:20).

, hermeneutika sebagai fenomenologidan pemahaman eksistensial. Hermeneutikasemacam ini dirumuskan oleh Martin Heidegger dankemudian direspon secara positif oleh Gadamer.Kedalaman konsepsi hermenutika Heidegger-dalam

-menandakan titik balik dalamperkembangan dan definisi, baik kata maupun bidangcakupan hermeneutika. Selanjutnya Gadamer lebihmendalami lagi dengan karyanya ,yang tidak hanya dari aspek sejarah namun berupayamenghubungkan hermeneutika dengan estetika dandengan filsafat pemahaman historis (Palmer, 2003: 46-

Ketiga

Keempatgeisteswissenschaften

Kelima dasein

Being and Time

Truth and Method

Komunikasi Seni Pertunjukan

29

Page 14: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

47)., hermeneutika sebagai sistem interpretasi.

Pendapat ini seperti dikatakan Paul Ricoeur dalam, bahwa hermeneutika adalah teori tentang

kaidah-kaidah yang menata sebuah interpretasi tekspartikular atau kumpulan potensi tanda-tandakeberadaan yang dipandang sebagai teks (Ricoeurdalam Palmer, 2003: 47).

Keenam batasan hermeneutika tersebutmerupakan perkembangan hermeneutika sendiriyang dalam perjalanannya secara umum salingberkaitan dan bahkan seringkali tumpang tindih.Namun hermeneutika sebagai pisau bedahpemaknaan atas simbol-simbol budaya dalampertunjukan teater rakyat sebagaimana ditunjukkanhermeneutika dewasa ini diartikan sebagai cara baruuntuk 'bergaul' dengan bahasa (Sumaryono, 1999:27).Bahasa di sini adalah termasuk juga bahasa simbolik,yang oleh Hans Georg Gadamer dinyatakan bahwa:“Tradisi dan kebudayaan kita, segala warisan nenekmoyang kita sebagai suatu bangsa, semuanya ituterungkap di dalam bahasa, baik yang terukir padabatu prasasti maupun di daun lontar (Gadamer, 1977:59), dan hal itu cukup menunjukkan bahwa adabahasa simbol yang dipertunjukkan. Denganmemahami 'bahasa', menurut Henri Bergson,seseorang tidak akan membenci terhadap negaranya.Hal demikian menunjukkan kesadaran akan sejarah,maka hermeneutika bagi Gadamer adalah metodeuniversal untuk menguak kesadaran historis(Gadamer dalam Rabinov, 1979: 106). Demikian puladengan bahasa simbolik seni pertunjukan, sepertiClaire Holt katakan: “

” (lihat Holt dalam Soedarsono, 2000: 115).

KeenamDe

I'intretation

Menarilah, maka aku akan tahu darimana asalmu

Komunikasi Seni Pertunjukan

30

Page 15: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

Dalam komunikasi, hermeneutika merupakancara memahami terutama dalam tindakan interpretasiterhadap teks. Teks dalam komunikasi diartikan olehLittlejohn dapat berupa kitab suci, literatur ataumanuskrip langka, tindakan atau aktivitas individu,dan aktivitas sosial (Littlejohn, 1999: 206). Interpretasitentang teks demikian dapat menuntun pemahamanteks dalam seni pertunjukan, yakni pertunjukan itusendiri. Dalam arti yang sempit teks adalah lakon ataucerita yang ada (Koster dalam MPSS, 1998:32-33).Lebih jauh Katherine Miller menyatakan bahwahermeneutika merupakan teori interpretasikontemporer dalam jagat komunikasi yang dapatmenyimpulkan beberapa gagasan sentral, yangditekankan pada pentingnya pemahaman sebagaitujuan analisis sosial, menekankan pada konsepsentral sebuah teks yang menawarkan keluasantindakan, aktivitas, kreativitas dalam kehidupansosial, dan perkembangan lingkaran hermeneutika itusendiri dalam sebuah kehidupan intelektual yangmemberikan jarak antara yang mengetahui denganyang diketahui (Miller, 2002: 48-49).

Meminjam catatan Wasito Poespoprodjo,hermeneutika merupakan studi filsafat tentanginterpretasi teks dan lebih luas lagi interpretasikebudayaan. Kebudayaan adalah medan ekspresisimbol-simbol termasuk juga salah satunya simbol-s imbol kesenian (Poespoprodjo , 1991: i ) .Hermeneutika secara etimologis merupakan derivasidari kata Hermes, seorang dewa dalam mitologiYunani yang bertugas menyampaikan danmenjelaskan pesan ( ) dari Sang Dewa kepadamanusia. Hermes yang digambarkan sebagaiseseorang yang memiliki kaki bersayap dan lebih

message

Komunikasi Seni Pertunjukan

31

Page 16: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

dikenal dengan sebutan Mercurius, memiliki tugasutama menerjemahkan pesan-pesan dari gunungOlympus. Pesan-pesan itu diinterpretasi dengansuatu bahasa yang dapat dipahami manusia(Sumaryono, 1999: 23-24). Kata hermeneutika itu jugamerupakan kata kerja berasal dari Yunani

y a n g b e r a r t i m e n a f s i r k a n ,menginterpretasikan, atau menerjemahkan (Eliade, tt:279; lihat juga Palmer, 2003: 15-31). Secara umumdalam pengertian kontemporer, hermeneutika dapatdidefinisikan sebagai suatu teori atau filsafat tentanginterpretasi makna atas 'teks' (Bleicher, 1980: 1).Dengan meminjam catatan Richard E. Palmer, teksdalam pengertian hermeneutika kontemporer tidakhanya ditujukan pada teks-teks suci atau syair ataupuisi namun juga bisa berupa karya yang berbentukpertunjukan, drama atau sandiwara.

Pemahaman hermeneutika sedikit berbedadengan bentuk pemahaman yang lain sebabhermeneutika lebih diarahkan pada kontekstradisional tentang makna (Sumaryono, 1999: 90).Sebagai pisau analisis, hermeneutika memilikikeluwesan dan fleksibilitas. Hans Georg Gadamercenderung mengatakan bahwa hermeneutika adalahseni, yakni seni interpretasi. Berkaitan dengan haltersebut, pencarian landasan teoretis tentangkomunikasi seni dalam pertunjukan teater rakyatmerangkum juga interpretasi Gadamer tentanghermeneutika. Mengkaji seni pertunjukan tetaerrakyat dengan hermeneutika harus mengedepankanjuga paham tentang seni. Paham ini menempatkanestetika sebagai sesuatu yang memiliki nilai filosofistersendiri pada sebuah karya seni, yang dalamkebenarannya tidak dapat dicapai dengan metode

h e r m e n e u i e n

Komunikasi Seni Pertunjukan

32

Page 17: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

ilmiah (Kant dalam Sumaryono, 1999: 71). Dalammenginterpretasi sebuah seni pertunjukan teaterrakyat sebagai peristiwa hermeneutis perludidasarkan pada konsep pengalaman historis dandialektis (Palmer, 2003: 231-232). Sementara JurgenHabermas sebagai salah satu tokoh hermeneutikakritis ( ) lebih menekankan padakonteks komunikasi dalam seni pertunjukan itusendiri, dimana analisisnya tidak dapat melepasketiga unsur yang meliputi , , dan

. Secara umum, hermeneutika sebagaipisau bedah membidik penyingkapan tabir-tabir yangmenyebabkan terjadinya bias dalam interpretasi(Bleicher, 1980: 1-5). Bidikan pada penyingkapan tabirtersebut tentu saja salah satunya ditujukan padarealitas pertunjukan, khususnya seni pertunjukanteater rakyat dan seni pertunjukan pada umumnya.

Beberapa hal yang menjadi catatan penting dalammemandang landasan teori komunikasi senipertunjukan. , komunikasi dalam senipertunjukan lebih menekankan wacana interpretatifyang bersifat subjektif namun syarat dengan landasanberpikir yang disemangati prinsip-prinsip ilmiah.

, teori-teori diperlukan sebagai bekal dalammengkaji seni pertunjukan agar tidak terjerembabpada jurang ilusif, improvisatif, dan intuitif yang padaakhirnya mengarah pada kesesatan ilmiah. ,Komunikasi merupakan prinsip dasar atas seni

pertunjukan, yang dalam bentuk apapun menjadijembatan antara pelaku seni dan penikmat seni.

, penempatan landasan teori komunikasi senipertunjukan teater rakyat dapat menjadi acuan bagijenis seni pertunjukan lain dengan disemangatipendefinisian bersama bahwa seni pertunjukan

critical hermeneutics

bahasa tindakanpengalaman

Pertama

Kedua

Ketiga

Keempat

Komunikasi Seni Pertunjukan

33

Page 18: Komunikasi Seni Pertunjukan 3

adalah juga bentuk-bentuk interaksi simbolik yangdiciptakan oleh para pelaku seni, disaksikan olehpenikmat seni, dan ditafsirkan oleh masing-masing.

, tulisan ini merupakan salah satu dari sekianbanyak wacana yang ada tentang aspek-aspek dalamseni pertunjukan, oleh karenanya sangat mungkinuntuk dielaborasi dan dikembangkan sesuaiperkembangan pola pikir masyarakat ilmiah.

Melalui lima catatan penting tersebut tidakbermaksud untuk menggurui apalagi mengubahparadigma berpikir di kalangan seniman, pengajarseni, dan para guru besar di bidang seni. Tulisan inisemata-mata hasil pencarian penulis melaluipembacaan atas seni pertunjukan dengan perspektifkomunikasi. Apa yang sesungguhnya ada pada senipertunjukan adalah kreativitas budaya setiapindividu yang terus-menerus mengalami bentuk-bentuk transformasi budaya. Agar dalam prosestransformasi budaya tidak menemui kendala danmalapetaka budaya, maka wacana komunikasi senipertunjukan perlu dikedepankan. Komunikasimenjadi ciri utama masyarakat budaya baik secaraverbal maupun non verba, baik simbolis maupunlogis, dan hal itu tercermin dalam kehidupan senipertunjukan rakyat .

Kelima

Komunikasi Seni Pertunjukan

34