39
Komunikasi dalam Konseling Hakikat masalah dan Klien dalam Konseling

Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

Komunikasi dalam Konseling

Hakikat masalah dan Klien dalam Konseling

Page 2: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

Oleh Kelompok:

• Dian Permata Sari 1213052005• Ida Santika 1213052012• Nurfitriana Irawati 1213052027• Pera Agustina 1213052031• Rinda Maulina 1213052036• Sefti Rholanjiba 1213052041• Shintia Handayani 1213052042• Wika Christian Pasaribu 1213052049• Yuli Setiowati 1213052054

Page 3: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

Hakikat Masalah

Masalah biasanya dartikan sebagai suatu kesenjangan, ketidaksesuaian, atau ketidak cocokkan antara ide dan kenyataan, antara yang seharusnya dengan fakta yang ada, atau antara keinginan dan harapan dengan realitas yang terjadi.

• Masalah biasanya dartikan sebagai suatu kesenjangan, ketidaksesuaian, atau ketidak cocokkan antara ide dan kenyataan, antara yang seharusnya dengan fakta yang ada, atau antara keinginan dan harapan dengan realitas yang terjadi, dengan kata lain terjadinya sesuatu yang tidak dinginkan, seperti dikemukakan oleh Arikunto, yaitu sesuatu yang tidak beres, dalam arti tidak atau belum sesuai dengan kondisi yang seharusnya

Page 4: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterangkan bahwa masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan), soal, atau persoalan. Apapun namanya, umumnya masalah itu terjadi tidak dikehendaki dan bahkan menyakitkan, sehingga bagi sebagian kita yang yang tidak mampu mengenali hakikat masalah dan tidak tahu cara menghadapinya dengan baik maka ia akan mengganggu kesetabilan pribadi, dan terjadilah pribadi bermasalah, malasuai, maladaptif, dan sejenisnya.

Page 5: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal dan Konseling.

• Dalam berkomunikasi tentu saja terdapat hal –hal yang menghambat sehingga komunikasi tidak dapt berlangsung seperti yang diinginkan. Begitu pula dalam komunokasi interpersonal yang melibatkan dua orang bahkan beberpa orang.

• Adapun hambatan – hambatan yang biasa terjadi disebabkan oleh beberapa hal, hal tersebut adalah sebagai berikut :

Page 6: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

A. Hambatan komunikasi secara individu.

Yang menjadi hambatan pertama adalah factor individu. Hambatan yang disebabkan factor individu dikarenakan setiap individu memiliki tipe dan sifat yang berbeda, selain itu factor sosiologis dan psikologis setiap individu berbeda – beda.– Pada umumnya individu dapat dibagi menjadi dua tipe, yang

pertama adalah gemeinschaft, gemeinschaft adalah pergaulan individu yang bersifat pribadi, statis, dan tak rasioanal, sebagai contohnya keluarga.

– Yang kedua adalah gesellschaft, gesellschaft adalah pergaulan individu yang bersifat tak pribadi, tidak statis, dan rasional

Page 7: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

B. Hambatan komunikasi secara interaksi.

• Dalam pengenalan komunikan tentu saja terjadi interaksi.Dalam interaksi inilah biasanya terjadi hambatan – hambatan yang dapat menyebabkan suatu komunikasi tidak berhasil dengan baik. Hambatan - hambatan yang biasa terjadi disebabkan karena adanya ketidaksiapan mental, waktu, dan psykologis seseorang. Contohnya, ketika seseorang mengalami kesedihan atau kekecawaan tentu saja tidak dapat melakukan komunikasi dengan baik sehingga interaksi dalam berkomunikasi tidak berjalan lancer.

• Selain itu factor kurang percaya terhadap cerita atau pesan yang disampaikan oleh komunikator juga menjadi penghambat dalam interaksi berkomunikasi, dan pada akhirnya proses penyampaian pesan tidak berhasil dengan baik.

Page 8: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

C. Hambatan komunikasi secara situasional.

• Dalam berkomunikasi, seorang komunikator hendaknya memperhatikan situasi. Hambatan yang terjadi yang disebabkan oleh factor situasi. Yaitu apabila komunikan sedang berada pada kondisi yang sedang tidak ingin mendengarkan sebuah informasi atau pesan.Selain itu seorang komunikator harus memperhatikan situasi yang berhubungan dengan kondisi seorang komunikan. Misalnya saja seorang komunikator hendaknya tidak menyampaikan sebuah pesan yang bersifat mengecewakan apabila situasi komunikannya sedang tidak sehat atau sakit.

• Komunikadi yang efektif terjadi tidak hanya sekedar saat seorang telah melekatklan arti tertentu terhadap prilaku orang lain, tetapi juga pada persepsinya yang sesuai dengan pemberi pesan atau informasi.

• Salah satu cara untuk menjamin tidal terjdinya hambatan dalam berkomunikasi adalah dengan menghindarkan pesan yang tidak jelas atau spesifik serta dengan meningkatkan frekuensi umpan balik (feedback) guna mengurangi tingkat ketidakpastian dan tanda Tanya.

Page 9: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

• Hambatan-Hambatan Komunikasi Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel:

1. Perbedaan PersepsiSetiap orang memiliki kemampuan yang tidak sama dalam hal mengartikan sebuah pesan atau ungkapan. Ada orang yang mengartikan bentakan seseorang sebagai sebuah ketegasan. Namun, ada juga orang yang mengartikan bentakan tersebut sebagai sebuah kekejaman dan tindak kekerasan. Perbedaan persepsi inilah yang menjadi alasan mengapa dua pihak terlibat konflik. Kadang, perkataan yang sama bisa diartikan beda bila disampaikan pada orang yang berbeda.

Page 10: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

2. Budaya• Perbedaan budaya juga menjadi salah satu

penghambat dalam komunikasi, terlebih bila masing-masing pihak tidak mengerti bahasa yang dipergunakan. Meskipun demikian, hal ini bukanlah masalah besar, tidak sebesar alasan nomor satu karena bisa diakali dengan cara menggunakan bahasa simbol atau saling mempelajari kebudayaan masing-masing.

Page 11: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

3. Karakter Dasar• Karakter dasar manusia pada dasarnya ada 4,

yaitu koleris, melankolis, plegmatis, dan sanguinis. Keempatnya memiliki karakter yang berseberangan. Koleris adalah karakter kuat yang kadang suka menyinggung perasaan. Melankolis adalah karakter yang lembut dan perasa. Sanguinis adalah karakter yang santai. Plegmatis adalah karakter yang suka mengalah. Perbedaan karakter inilah yang memang kadang-kadang menjadi penghambat komunikasi.

Page 12: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

4. Kondisi• Kondisi saat berkomunikasi dengan kawan

bicara juga menjadi sebab kesalahpahaman terjadi. Bisa saja saat komunikasi antara dua pihak sedang terjadi, pihak pertama sedang dalam kondisi yang tidak enak. Akibatnya, kondisi yang tidak enak tersebut mempengaruhi cara menangkap pesan dari kawan bicara sehingga terjadilah kesalahpahaman. Bila sudah tahu hambatan-hambatan yang ada pada komunikasi, kita akan tahu cara mengatasinya

Page 13: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

Hambatan-Hambatan Komunikasi Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton

Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :

1. Status effect• Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki

setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.

Page 14: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

2. Semantic Problems

• Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.

Page 15: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

3. Perceptual distorsion• Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara

pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.

4. Cultural Differences• Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan

kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.

Page 16: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

5. Physical Distractions• Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan

fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.

6. Poor choice of communication channels• Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang

dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.

Page 17: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

7. No Feed back• Hambatan tersebut adalah seorang sender

mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.

Page 18: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal

Komunikasi yang efektif terjadi sejauh mana perserta komunikasi saling berbagi pengalaman. Sedangkan komunikasi yang tidak efektif terjadi sejauh mana para peserta komunikasi tidak saling berbagi pengalaman. Maka dari itu, komunikasi akan berhasil dengan baik jika pesan yang disampaikan sesuai dengan rangka pengetahuan dan lingkup pengalaman komunikan. Demikian juga dengan pesan yang disampaikan, harus sesuai juga dengan lingkup pengalaman komunikan.

Page 19: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

• Jalaluddin Rakhmad (2001:129-138) mengemukakan beberapa faktor penghambat komunikasi interpersonal, antara lain:

1. Sikap tidak percaya– Tidak menerima artinya tidak menyetujui semua

perilaku orang lain, menilai pribadi orang lain berdasarkan perilakunya yang tidak disenangi

– Tidak empati artinya tidak merasakan apa yang dirasakan orang lain

– Tidak jujur artinya sering menyembunyikan pikiran dan pendapat

Page 20: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

2. Sikap tidak suportif– Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain seperti mengecam– Kontrol artinya berusaha membantu orang lain, mengendalikan

perilakunya, mengubah sikap, pendapat dan tindakannya– Strategi artinya penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk

mempengaruhi orang lain– Netralitas artinya memperlakukan orang lain tidak sebagai personal

meainkan sebagai objek– Superioritas artinya sikap lebih tinggi lebih baik dari pada orang lain

karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan, kecantikan atau ketampanan.

– Kepastian artinya ingin menang sendiri dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu gugat

3. Sikap tertutup

Page 21: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

Hakikat Klien

Konseli adalah orang yang perlu memperoleh perhatiansehubungan dengan masalah yang dihadapinya dan membutuhkanbantuan dari pihak lain untuk memecahkannya, namun demikiankeberhasilan dalam mengatasi masalahnya itu sebenarnya sangatditentukan oleh pribadi konseli itu sendiri

Page 22: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

Konsop “Psychological Strength” atau “Daya Psikologis”.

• need fulfillment merujuk pada kekuatan psikis yang diperlukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup agar dapat mencapai kualitas kehidupan secara bermakna dan bahagia.

• Interpersonal competencien (kompetensi intrapribadi) yaitu kekuatan dalam dirinya sendiri.

Page 23: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

• Interpersonal competencien (kompetensi antar pribadi), yaitu kekuatan psikis yang berkenaan dengan hubungan bersama orang lain dalam keseluruhan kehidupan dan interaksi dengan lingkungannya

Page 24: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

Pemenuhan Kebutuhan Klien dalam Proses Konseling

• Memberi dan menerima kasih sayangUntuk menacapai kelangsungan hidup yang

memuaskan, manusia memiliki kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang dari pihak lain meskipun dalam kenyataanya orang lebih merasakan kebutuhan untuk menrima kasih sayang.

Dalam melakukan konseling, konselor harus mampu memberikan kasih sayang kepada konseli, jika kasih sayang yang diberikan oleh konselor dapat dirasakan dengan baik oleh konseli, maka konseli akan menerima kasih sayang tersebut sehingga konseling dapat berjalan dengan baik.

Page 25: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

• Kebebasan– Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan

(keinginan) untuk melakukan pemilihan secara bebas berdasarkan timbangan diri dan bukan atas pertimbangan atau keinginan orang lain. Konselor dapat membantu mereka mengenal penyebab kekurangan bebasan dan memahami bagaimana melindungi mereka dari kecemasan. Konselor juga memberikan kebebasan kepada konseli untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya sehingga masalah konseli dapat terselesaikan dengan baik.

Page 26: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

• Memiliki kesenangan–Kesenangan merupakan kebutuhan yang

paling mendasar dan mempunyai peranan erat terhadap kesehatan psikologis. Kesenangan dan santai merupakan pelumas berbagai hambatan yang ditimbulkan stress. Proses konseling harus berjalan dengan baik dan tidak mebosankan agar konseli dapat memiliki kesenangan dalam mengungkapkan masalah tanpa ada perasaan takut dan cemas.

Page 27: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

• Menerima stimulasi (rangsangan)– Pada dasarnya orang membutuhkan sejumlah

variasi dan perubahan yang sehat dalam hidupnya. Mereka membutuhkan pengalaman yang merangsang hubungan dan tantangan baru untuk menjaga kehidupan yang baik.

– Konselor harus memiliki keterampilan untuk mengetahui masalah-masalah konseli. Dengan cara memberikan rangsangan agar konseli dapat menceritakan masalah yang dialami oleh konseli.

Page 28: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

• Perasaan mencapai prestsasi– Orang membutuhkan untuk melihat hasil positif dari usaha

yang telah dilakukan. Bila orang melihat dampak postif dari apa yagn dilakukannya, maka ia akan merasakan kepuasan, dan sebaliknya apabila rasa tidak berhasil dari usahanya dapat menimbulkan kekecewaan, yang pada gilirannya dapat mengganggu kesehatan psikologisnya.

– Dalam proses konseling, jika konseli mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki maka konselor harus membrikan reward terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh konseli, atau apabila konseli mampu menyelesaikan masalahnya secara mandiri dan tercapai kehidupan efektif sehari-hari maka sudah seharusnya konselor memberikan pujian sehingga konseli memiliki harga diri yang positif.

Page 29: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

• Memilki harapan– Orang membutuhkan harapan akan kemungkinan

yang dapat dicapai di kemudian hari. Bila orang merasakan harapan dalam tugas-tugas hidupnya, ia akan termotivasi untuk melanjutkan upayanya dalam mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Dalam proses konseling konselor harus menumbuhkan rasa optimistis pada diri konseli agar memiliki harapan untuk melanjutkan hidupnya menjadi lebih baik.

Page 30: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

• Memiliki ketenangan– Pada dasarnya berada dalam ketenangan

merupakan suatu kebutuhan dasar untuk memperoleh kesehatan psikologis. Orang yang tidak mengenal dan tidak dapat memenuhi kebutuhan ini, cenderung akan sibuk dalam menghadapi berbagai tantangan terhadap dirinya.

– Dalam proses konseling, konselor harus mampu membuat suasana menjadi terasa nyaman sehingga konseli merasakan ketenangan dalam mengungkapkan masalahnya dan proses konseling dapat berjalan dengan baik karena masalah dapat terselesaikan dengan baik.

Page 31: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

• Memiliki tujuan hidup yang nyata– Banyak orang yang tidak menyadari akan

kebutuhan mereka tentang tujuan hidup secara nyata. Orang yang menyadari kebutuhan ini akan mendapatkan makna hidup secara mendalam.

– Dalam proses konseling, konselor membantu konseli untuk mengoptimalkan potensi dalam diri konseli sehingga konseli memiliki tujuan hidup yang nyata dan dapat direalisasikan dengan baik.

Page 32: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

Kompetensi Intra-Pribadi

• Kompetensi intra pribadi adalah kecakapan yang dipelajari yagn dapat membantu orang berhubungan secara baik dengan dirinya. Tujuan kopetensi intra pribadi ini adlaah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pemenuhan kebutuhan pribadi.

• Hubungan intrapribadi berkenaan dengan tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu :

1. Pengetahuan diriKetidak tahuan tentang diri sendiri, dapat menimbulkan berbagai

bentuk yang kurang efektif dan dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan psikologisnya. Orang yang kurang memahami dirinya, disebabkan oleh proses pembelajaran dari pengalaman menyembunyikan bagian dari dirinya untuk mencegah dan mengurangi kecemasan.

Page 33: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

2. Pengarahan diri• Orang Kurang memiliki rasa percaya diri, tidak

mempercayai kecakapan, persefsi, motif dan timbangan dirinya. Hal itu disebabkan oleh proses pembelajaran dan perlindungan yang berlebiah.

3. Harga diri• Harga diri bermakna sebagai satu pandangan orang umum

bahwa dirinya bermanfaat, berkemampuan, dan berkebijakan. Orang yang mengalami kurang harga diri disebabkan oleh pengalaman di masa lalu yang mengajarkan bahwa dia tidak kompeten sehinggga membuat dia merasa diabaikan, tidak penting dan lain sebagainya

Page 34: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

Kompetensi Antar Pribadi

Kecakapan antar pribadi merupakan keacakapan yang dipelajari, yang memungkinkan orang berhubungan dengan orang lain dalam cara-cara saling memenuhi. Tujuannya membantu klien dalam mengenal permasalahan yang berkaitan dengan cara-cara berhubungan dengan orang lain.Berikut beberapa kompetensi yang berhubungan dengan kurangnya kompetensi antar pribadi:

1. Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain• Menjadi peka terhadap orang lain mempunyai makna bahwa

orang memandang lebih dalam pikiran dan perasaan terhadap sesuatu di balik kata-kata dan tindakan orang lain.

Page 35: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

2. Ketegasan diriOrang yang asertif tidak akan membiarkan orang lain

menghalangi jalur pemenuhan kebutuhannya, dan berkomunikasi dengan cara-cara yagn sopan dan baik sehingga orang lain mengerti.

3. Menjadi nyaman dengan diri sendiri dan orang lain• Nyaman dengan diri sendiri dan orang lain

mempunyai makna sebagai suatu kondisi psikologis yang bersifat transparan, yaitu membiarkan diri sendiri dilihat oleh orang lain dalam keadaan tertentu.

Page 36: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

4. Menjadi diri yang bebasOrang yang bebas membiarkan orang lain menemukan

kebutuhannya dalam cara dan tempat yang mereka pilih.

5. Harapan yang realistik terhadap diri sendiri dan orang lainDalam konseling, konselor dapat membantu klien untuk lebih

mengenal diri sendiri, dan orang lain secara tepat sesuai dengan kenyataannya.

6. Perlindungan diri dalam situasi anatar pribadiOrang yang memiliki kompetensi ini akan mampu mengahadapi

kejadian apapun dalam hubungan dengan orang lain. Mereka akan mampu bertindak secara tepat, sehingga mereka dalam berhubungan dengan orang lain tdak merasa dirinya terancam dalam berhubungan dengan orang lain

Page 37: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

Harapan KlienStudi yang cukup detail tentang harapan konseling telah

dikemukakan oleh Denis P. Saccazzo (1978). Dalam penelitiannya dijumpai bermacammacam harapan-harapan klien adalah sebagai berikut:– Untuk memperoleh kesempatan membebaskan diri dari

kesulitan– Untuk mengetahui lebih jauh model terapi yang sesuai dengan

masalahnya.– Mengetahui lebih jauh kesulitan atau masalah yang dialami

sebenarnya.– Memperoleh ketenangan dan kepercayaan diri dari rasa

ketegangan dan rasa tidak menyenangkan .– Mengetahui atau memahami alasan yang ada dibalik perasaan

dan perilakunnya.– Mendapat dukungan tentang yang harus dilakukan.

Page 38: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

– Untuk memperoleh kepercayaan dalam melakukan sesuatu atau perilaku baru yang berbeda dengan orang lain.

– Mengetahui perasaan-perasaan apa yang sebenarnya sedang dialami dan bagaimana seharusnya melakukan.

– Untuk mendapatkan saran atau nasehat, bagaimana agar hidupnya dapat bermakna dan berguna baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

– Agar dirinya lebih baik dalam melakukan kontrol dirinya.– Agar memperoleh sesuatu secara langsung seperti yang

terpikirkan dan yang dirasakan.– Melepaskan diri dari masalah-masalh khusus, dan lain-lain

Page 39: Komunikasi dalam konseling hakikat masalah dan hakikat klien dalam konseling

SEKIAN &

TERIMA KASIH