Komplikasi Penyembuhan Luka - Copy

Embed Size (px)

Citation preview

Oleh : Drg. Bayu Indra Sukmana

Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan luka yang tidak adekuat keterlambatan pembentukan jaringan granulasi tidak adanya reepitalisasi komplikasi post operatif adanya infeksi.

Komplikasi yang mungkin terjadi Hematoma Nekrosis jaringan lunak Dehiscence Evicerasi Keloids Formasi hipertropik scar Infeksi luka

Komplikasi penyembuhan luka dpt 6mbul akibat Abnormalitas komponen dasar pada proses perbaikan 3 grup kelainan/komplikasi: 1. Pembentukan jar granulasi dan parut yang inadekuat wound dehiscence, eviceration & ulceration 2. Pembentukan komponen proses perbaikan yg berlebihan hypertrophic scars & keloid 3. Kontraktur Hilangnya atau kurang penuhnya lingkup gerak sendi secara pasif maupun aktif karena keterbatasan sendi, brosis jaringan penyokong, otot dan kulit

Komplikasi Dini 1. Infeksi Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.

2. Perdarahan Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.

Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan

tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.

3. Dehiscence dan Eviscerasi Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence

Terbukanya lapisan luka partial atau total.

Eviscerasi Keluarnya pembuluh darah melalui daerah irisan.

Dehisence

Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang

nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.

Komplikasi Lanjut Keloid dan jaringan parut hipertrok (scars) Timbul karena reaksi serat kolagen yang berlebihan dalam proses penyembuhan luka. Serat kolagen teranyam teratur. Keloid

Jaringan ikat yang tumbuh berlebihan melampaui batas luka, sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung kambuh bila dilakukan intervensi bedah.

Parut hipertrok (scars) Berupa parut luka yang menonjol, nodular, dan kemerahan, yang menimbulkan rasa gatal dan kadang kadang nyeri. Parut hipertrok akan menyusut pada fase akhir penyembuhan luka setelah sekitar satu tahun, sedangkan keloid tidak.

Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh. Tempat predileksi kulit, toraks terutama di muka sternum, pinggang, daerah rahang bawah, leher, wajah, telinga, dan dahi. Keloid agak jarang dilihat di bagian sentral wajah

pada mata, cuping hidung, atau mulut.

Pengobatan keloid pada umumnya tidak memuaskan. Biasanya dilakukan penyuntikan kortikosteroid intrakeloid, bebat tekan, radiasi ringan dan salep madekasol (2 kali sehari selama 3-6 bulan). Untuk mencegah terjadinya keloid, sebaiknya pembedahan dilakukan secara halus, diberikan bebat tekan dan dihindari kemungkinan timbulnya komplikasi pada proses penyembuhan luka.

Komplikasi Penyembuhan tulang KOMPLIKASI PADA FRAKTUR TULANG 1. Komplikasi Dini Cedera visceral Cedera vaskuler Cedera syaraf Sindroma Kompartemen (Volkmanns Ischemia)

Sindroma Kompartemen (Volkmanns Ischemia) terjadi perdarahan disertai edema. Akibat dari edema ini, tekanan kompartemen osteofasial meningkat, sehingga sebagai akibatnya kapiler di sekitar luka

menurun, yang berujung pada iskemi otot. Karena iskemi otot, edema menjadi bertambah dan iskemik menjadi-jadi (sirkulus visiosus) dan akhirnya terjadi nekrosis otot dan saraf dalam kompartemen tersebut.

Setelah terjadi nekrosis, jaringan otot yang mati akan

digantikan dengan jaringan brosis yang sifatnya tidak elastis yang akan membentuk kontraktur atau lebih dikenal sebagai Volkmann ischaemic contracture. Biasanya sindroma kompartemen ini diakibatkan balutan atau gips yang terlalu kencang. Pada bagian yang mengalami sindrom kompartemen, komplikasi beresiko tinggi yang sering muncul ialah fraktur siku, lengan atas.

Sindroma kompartemen ini ditandai dengan 5P: Pain (rasa nyeri) Paresthesia (mati rasa) Pallor (pucat) Paralisis (kelumpuhan) Pulselessness (ketiadaan denyut nadi)

2. Komplikasi Lanjut Delayed union Penyatuan terlambat, disebabkan oleh:

Cedera jaringan lunak berat Suplai darah inadekuat Infeksi Stabilisasi tidak adekuat Traksi berlebihan Tatalaksana dengan bone graft

Non-union (delayed union >6 bulan) Tidak terjadi penyambungan tulang. Tulang hanya tersambung dengan jaringan brosis, sehingga pada daerah fraktur tulang dapat bergerak (pseudoarthrosis). Pada pemeriksaan dengan sinar X, masih terlihat dengan jelas garis fraktur. Penyebabnya adalah gangguan stabilitas.

Terdapat dua jenis non-union: atrok (sedikit callus terbentuk, dapat diatasi dengan bone grafting) hipertrok (terdapat kalus namun tidak stabil, umumnya akibat banyak pergerakan di lokasi fraktur)

Malunion Fragmen fraktur menyatu dalam posisi patologis/deformitas Dapat mengganggu baik secara fungsional maupun kosmetik. (angulasi, rotasi, perpendekan).

Kaku sendi Hipotro/Atro otot Miositis osikans Beberapa tanda muncul seperti bengkak local, nyeri tekan, gerak sendi yang terbatas. Pada pemeriksaan dengan sinar X setelah lebih dari 2 minggu, tampak gambaran kalsikasi pada otot. Tatalaksana dengan eksisi massa tulang, indometasin, dan terapi radiasi.

Miosi6s osikans

Avascular necrosis/Osteonecrosis Cedera, baik fraktur maupun dislokasi, seringkali mengakibatkan iskemia tulang yang berujung pada nekrosis avaskular. Algodystrophy (Sudecks atrophy)/ Complex regional pain syndrome (CRPS) type I Kekakuan otot dengan etiogi yang tidak diketahui, ditandai dengan burning pain pada regio yang terluka, kaku sendi, keterbatasan ketidakmampuan menggerakkan bagian tubuh, nyeri otot Osteoarthritis/ degenerative arthritis /degenerative joint disease ketidaknormalan kerja sendi yaitu articular cartilago & tulang subchondral, gejala : nyeri sendi, kekakuan, pembengkakan, sendi terkunci.

Osteonecrosis

Penatalaksanaan/Perawatan Luka Tahap perawatan luka Evaluasi luka, Tindakan antiseptik, Pembersihan luka, Penjahitan luka, Penutupan luka, Pembalutan, Pemberian antiboitik Pengangkatan jahitan.

Evaluasi luka meliputi Anamnesis Pemeriksaan sik (lokasi dan eksplorasi).

Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka

biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti: Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).

Halogen dan senyawanya Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam Povidon Iodine (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.

Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik borok.

Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan

senyawa biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung.

Oksidansia Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah berdasarkan sifat oksidator. Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk

mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob.

Logam berat dan garamnya Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya kerak (korts)

Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi

3%). Derivat fenol

Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar. Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.

Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan turunan

aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%. Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi

Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu

diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat siologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l (InETNA,2004:16 ; ISO Indonesia,2000:18).

Pembersihan Luka Tujuan dilakukannya pembersihan luka

meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka menghindari terjadinya infeksi membuang jaringan nekrosis dan debris

Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam

pembersihan luka yaitu :

Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda asing. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati. Berikan antiseptik Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal Bila perlu lakukan penutupan luka

Penjahitan luka Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, Sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.

Penutupan Luka Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka

Sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.

Pembalutan Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada

penilaian kondisi luka. pelindung terhadap penguapan, pelindung terhadap infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai ksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.

Pembalutan berfungsi sebagai

Pemberian Antibiotik Pada luka bersih

Tidak perlu diberikan antibiotik

Pada luka terkontaminasi atau kotor Perlu diberikan antibiotik.

Pengangkatan Jahitan Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari faktor

lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita adanya infeksi

Tabel 1. Waktu Pengangkatan Jahitan No 1 2 3 4 5 6 Kelopak mata Pipi Hidung, dahi, leher Telinga,kulit kepala Lengan, tungkai, tangan,kaki Dada, punggung, abdomen Lokasi 3 hari 3-5 hari 5 hari 5-7 hari 7-10+ hari 7-10+ hari Waktu