Upload
trinhnhu
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
meliputi :
PEDOMAN PENYUSUNANSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (AP)(Permen PAN RB No. 35 Tahun 2012)
PERMENDIKBUDNOMOR 48 TAHUN 2012
ORGANISASI DAN TATA KERJA MUSEUM NASIONAL
PERMENDIKBUDNOMOR 27 TAHUN 2013
RINCIAN TUGAS MUSEUM NASIONAL
KUALIFIKASI PROFESI KONSERVATOR
ALUR STUDI KOLEKSI, K ONSERVASIDAN KOMPUTERISASI DATA TEKSTIL
KOMPILASI BAHAN RUJUKANUNTUK PENYUSUNAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (AP)
KONSERVASI (Teknis - Makro - Mikro - Sub Mikro)
MUSEUM NASIONALDIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2015
Dikompilasi Oleh.: Puji Yosep Subagiyo
Semua naskah diatas dan terkait dapat diunduh di:http://primastoria.net/
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASIREPUBLIK INDONESIA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
PERMENDIKBUDNOMOR 48 TAHUN 2012
ORGANISASI DAN TATA KERJA MUSEUM NASIONAL
PERMENDIKBUDNOMOR 27 TAHUN 2013
RINCIAN TUGAS MUSEUM NASIONAL
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASIREPUBLIK INDONESIA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
A.
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASIREPUBLIK INDONESIA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
A.
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
B.
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
B.
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
•
•
•
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
1)
2)
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
•
•
•
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
•
•
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
1)
2)
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
1)
2)
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASIREPUBLIK INDONESIA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
A.
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASIREPUBLIK INDONESIA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
A.
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
B.
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
B.
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
••
•
••
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
•
•
•
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
1)
2)
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
•
•
•
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
•
•
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
1)
2)
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
1)
2)
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
••
•
••
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
•
•
•
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
•
•
•
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
•
•
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
••
•
••
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASIREPUBLIK INDONESIA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASIREPUBLIK INDONESIA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASIREPUBLIK INDONESIA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
[ 4 ]
Stru
ktur
Org
anis
asi M
useu
m N
asio
nal
Per
men
dik
bu
d N
o. 4
8 T
ahu
n 2
01
2K
EPA
LA M
USE
UM
Bagi
an T
ata
Usah
a
Subbagian Rumah Tangga
SubbagianKeuangan danKepegawaian
SubbagianPerencanaan dan
Tata Laksana
Seksi Dokumentasi
Seksi Perpustakaan
Bida
ng P
engk
ajia
nda
n Pe
ngum
pula
n
Seksi Identifikasidan Klasifikasi
Bida
ng R
egis
tras
ida
n Do
kum
enta
si
Seksi Pencariandan Pengumpulan
Seksi Katalogisasi
Seksi ObservasiBida
ng P
eraw
atan
dan
Peng
awet
an
Seksi LayananEdukasi
Seksi Kemitraan
Seksi Promosi
Bida
ng K
emitr
aan
dan
Prom
osi
Seksi Perancangan
Seksi Penyajian
Seksi Publikasi
Bida
ng P
enya
jian
dan
Publ
ikas
i
Seksi Pengawetan
Seksi Registrasi
Seksi Perawatan
Kelo
mpo
k Fu
ngsio
nal P
amon
g Bu
daya
Perta
ma
Mady
aMu
da
SALINAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 48 TAHUN 2012
TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA MUSEUM NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa dalam rangka pengintegrasian fungsi kebudayaan dan penataan unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Museum Nasional;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang
Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3516); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang
Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di
Museum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3599);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Organisasi Kementerian Negara; 5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan
Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;
2
7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Republik Indonesia Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan
Lembaga Pemerintah Nonkementerian; 8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1
Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 257);
Memperhatikan: Persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi dalam Surat Nomor B/1296/M.PAN-
RB/4/2012 tanggal 30 April 2012;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA MUSEUM NASIONAL
BAB I
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 1
(1) Museum Nasional adalah unit pelaksana teknis di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
(2) Museum Nasional dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Kebudayaan.
Pasal 2
Museum Nasional mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, pengumpulan,
registrasi, perawatan, pengawetan, pengamanan, penyajian, publikasi, dan fasilitasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional.
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Museum
Nasional menyelenggarakan fungsi: a. pengkajian benda bernilai budaya berskala nasional;
b. pengumpulan benda bernilai budaya berskala nasional. c. perawatan dan pengawetan benda bernilai budaya berskala nasional; d. pengamanan benda bernilai budaya berskala nasional;
e. penyajian benda bernilai budaya berskala nasional; f. pelaksanaan publikasi benda bernilai budaya berskala nasional; g. fasilitasi di bidang pengkajian, pengumpulan, perawatan, pengamanan,
pengawetan, dan penyajian benda bernilai budaya berskala nasional; h. pelaksanaan layanan edukasi benda bernilai budaya berskala nasional;
i. pelaksanaan kemitraan dan promosi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional;
j. pelaksanaan registrasi dan dokumentasi benda koleksi museum bernilai
budaya berskala nasional; k. pengelolaan perpustakaan Museum Nasional; dan
l. pelaksanaan urusan administrasi Museum Nasional.
3
BAB II
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 4
Museum Nasional terdiri atas:
a. Kepala; b. Bagian Tata Usaha;
c. Bidang Pengkajian dan Pengumpulan; d. Bidang Perawatan dan Pengawetan; e. Bidang Penyajian dan Publikasi;
f. Bidang Kemitraan dan Promosi; g. Bidang Registrasi dan Dokumentasi; dan h. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pasal 5
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, persuratan dan kearsipan, ketatalaksanaan, barang
milik negara, dan kerumahtanggaan Museum.
Pasal 6
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Bagian Tata
Usaha menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan urusan perencanaan; b. pelaksanaan urusan keuangan;
c. pelaksanaan urusan kepegawaian; d. pelaksanaan urusan ketatalaksanaan;
e. pelaksanaan urusan persuratan dan kearsipan; f. pengelolaan barang milik negara; dan g. penyusunan laporan Museum.
Pasal 7
Bagian Tata Usaha terdiri atas: a. Subbagian Perencanaan dan Tatalaksana;
b. Subbagian Keuangan dan Kepegawaian; dan c. Subbagian Rumahtangga.
Pasal 8
(1) Subbagian Perencanaan dan Tatalaksana mempunyai tugas melakukan urusan penyusunan rencana, program, anggaran, dan laporan serta urusan ketatalaksanaan Museum.
(2) Subbagian Keuangan dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan
keuangan dan kepegawaian Museum.
(3) Subbagian Rumahtangga mempunyai tugas melakukan urusan persuratan,
kearsipan, barang milik negara, dan kerumahtanggaan Museum.
Pasal 9
Bidang Pengkajian dan Pengumpulan mempunyai tugas melaksanakan
pengkajian dan pengumpulan benda bernilai budaya berskala nasional.
4
Pasal 10
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Bidang
Pengkajian dan Pengumpulan menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan identifikasi benda bernilai budaya berskala nasional; b. pelaksanaan klasifikasi benda bernilai budaya berskala nasional;
c. pencarian dan pengumpulan benda bernilai budaya berskala nasional; d. pelaksanaan katalogisasi benda bernilai budaya berskala nasional;
e. penyusunan konsep pemanfaatan benda bernilai budaya berskala nasional; dan
f. fasilitasi di bidang pengkajian dan pengumpulan benda bernilai budaya
berskala nasional.
Pasal 11
Bidang Pengkajian dan Pengumpulan terdiri atas:
a. Seksi Identifikasi dan Klasifikasi; b. Seksi Pencarian dan Pengumpulan; dan c. Seksi Katalogisasi.
Pasal 12
(1) Seksi Identifikasi dan Klasifikasi mempunyai tugas melakukan identifikasi dan
klasifikasi benda bernilai budaya berskala nasional.
(2) Seksi Pencarian dan Pengumpulan mempunyai tugas melakukan pencarian,
pengumpulan, dan fasilitasi pengkajian dan pengumpulan benda bernilai
budaya berskala nasional.
(3) Seksi Katalogisasi mempunyai tugas melakukan katalogisasi dan penyusunan konsep pemanfaatan benda bernilai budaya berskala nasional.
Pasal 13
Bidang Perawatan dan Pengawetan mempunyai tugas melaksanakan perawatan dan pengawetan benda bernilai budaya berskala nasional.
Pasal 14
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Bidang
Perawatan dan Pengawetan menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan observasi kondisi benda bernilai budaya berskala nasional;
b. pelaksanaan uji laboratorium benda bernilai budaya berskala nasional; c. pelaksanaan perawatan benda bernilai budaya berskala nasional; d. pelaksanaan pengawetan benda bernilai budaya berskala nasional; dan
e. pelaksanaan pemantauan lingkungan mikro benda bernilai budaya berskala nasional.
Pasal 15
Bidang Perawatan dan Pengawetan terdiri atas: a. Seksi Observasi; b. Seksi Perawatan; dan
c. Seksi Pengawetan.
5
Pasal 16
(1) Seksi Observasi mempunyai tugas melakukan pendataan, klasifikasi, dan
penentuan penanganan serta uji laboratorium benda bernilai budaya berskala nasional.
(2) Seksi Perawatan mempunyai tugas melakukan pembersihan, perbaikan, rekonstruksi, dan restorasi benda bernilai budaya berskala nasional.
(3) Seksi Pengawetan mempunyai tugas melakukan penguatan dan pelapisan
serta pemantauan lingkungan mikro benda bernilai budaya berskala nasional.
Pasal 17
Bidang Penyajian dan Publikasi mempunyai tugas melaksanakan perancangan, penyajian dan publikasi benda bernilai budaya berskala nasional.
Pasal 18
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Bidang Penyajian dan Publikasi menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan pembuatan rancangan pameran benda bernilai budaya berskala nasional;
b. pelaksanaan pembuatan sarana pameran benda bernilai budaya berskala
nasional; c. pelaksanaan pembuatan replika benda bernilai budaya berskala nasional; d. pelaksanaan penyajian benda bernilai budaya berskala nasional;
e. pelaksanaan pengamanan benda bernilai budaya berskala nasional; dan f. pelaksanaan publikasi benda bernilai budaya berskala nasional.
Pasal 19
Bidang Penyajian dan Publikasi terdiri atas: a. Seksi Perancangan;
b. Seksi Penyajian; dan c. Seksi Publikasi.
Pasal 20
(1) Seksi Perancangan mempunyai tugas melakukan pembuatan rancangan dan
sarana pameran serta replika benda bernilai budaya berskala nasional.
(2) Seksi Penyajian mempunyai tugas melakukan penataan, pemajangan, dan pengamanan benda bernilai budaya berskala nasional.
(3) Seksi Publikasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan, dan penyebarluasan data dan informasi benda bernilai budaya berskala nasional.
Pasal 21
Bidang Kemitraan dan Promosi mempunyai tugas melaksanakan layanan edukasi, kemitraan, dan promosi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional.
Pasal 22
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Bidang Kemitraan dan Promosi menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan layanan edukasi benda bernilai budaya berskala nasional;
6
b. pelaksanaan kemitraan di bidang benda bernilai budaya berskala nasional;
dan c. pelaksanaan promosi benda bernilai budaya berskala nasional.
Pasal 23
Bidang Kemitraan dan Promosi terdiri atas: a. Seksi Layanan Edukasi;
b. Seksi Kemitraan; dan c. Seksi Promosi.
Pasal 24 (1) Seksi Layanan Edukasi mempunyai tugas melakukan pemberian layanan
edukasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional.
(2) Seksi Kemitraan mempunyai tugas melakukan kemitraan di bidang benda bernilai budaya berskala nasional.
(3) Seksi Promosi mempunyai tugas melakukan promosi benda bernilai budaya berskala nasional.
Pasal 25
Bidang Registrasi dan Dokumentasi mempunyai tugas melaksanakan pencatatan dan pendokumentasian benda koleksi museum bernilai budaya serta pengelolaan perpustakaan.
Pasal 26
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Bidang Registrasi dan Dokumentasi menyelenggarakan fungsi:
a. pencatatan, inventarisasi, dan penghapusan benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional;
b. pelaksanaan pendokumentasian benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional; dan
c. pengelolaan perpustakaan Museum Nasional.
Pasal 27
Bidang Registrasi dan Dokumentasi terdiri atas: a. Seksi Registrasi;
b. Seksi Dokumentasi; dan c. Seksi Perpustakaan.
Pasal 28 (1) Seksi Registrasi mempunyai tugas melakukan pencatatan, inventarisasi, dan
penghapusan benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional.
(2) Seksi Dokumentasi mempunyai tugas melakukan pendokumentasian benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional.
(3) Seksi Perpustakaan mempunyai tugas melakukan pengelolaan perpustakaan Museum Nasional.
7
Pasal 29
(1) Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf h
mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan tugas jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(2) Kelompok jabatan fungsional terdiri atas sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang kegiatannya.
(3) Setiap kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikoordinasikan oleh pejabat fungsional yang ditunjuk oleh dan bertanggung
jawab kepada Kepala Museum Nasional. (4) Jenis dan jumlah jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
(5) Tugas, jenis, dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB III ESELONISASI
Pasal 30
(1) Kepala Museum Nasional merupakan jabatan struktural eselon II.b. (2) Kepala Bagian dan Kepala Bidang merupakan jabatan struktural eselon III.b.
(3) Kepala Subbagian dan Kepala Seksi merupakan jabatan struktural eselon
IV.b.
BAB IV
LOKASI
Pasal 31
Museum Nasional berlokasi di Jakarta Pusat, Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.
BAB V
TATA KERJA
Pasal 32 Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dan Pasal 3, Museum Nasional berkoordinasi dengan unit organisasi di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan lembaga/instansi lain yang terkait atau perorangan.
Pasal 33
Setiap pimpinan dan kelompok jabatan fungsional dalam melaksanakan tugasnya wajib:
a. menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi serta kerja sama baik di lingkungan internal maupun eksternal Museum Nasional;
b. melaksanakan akuntabilitas kinerja; dan c. melaporkan kegiatan yang menjadi tangggung jawabnya kepada atasan secara
berjenjang.
8
Pasal 34
Setiap pemimpin satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya dan bila terjadi
penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 35
Setiap pemimpin satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.
Pasal 36
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Kepala Museum Nasional wajib menyampaikan laporan kepada Direktur Jenderal Kebudayaan dengan tembusan
kepada pimpinan unit organisasi yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja dengan Museum Nasional.
BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 37
Rincian tugas unit kerja sebagai penjabaran tugas dan fungsi dalam Peraturan Menteri ini ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 38
Semua pelaksanaan tugas dan fungsi sesuai Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor PM.31/OT.001/MKP-2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Museum Nasional masih tetap dilaksanakan sampai dengan ditetapkannya tugas dan fungsi sesuai dengan Peraturan Menteri ini.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 39
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, semua peraturan yang mengatur mengenai Organisasi dan Tata Kerja Museum Nasional dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 40
Perubahan atas susunan organisasi dan tata kerja menurut Peraturan Menteri
ini, ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang pendidikan dan kebudayaan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.
9
Pasal 41
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Juli 2012
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
TTD
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 15 Agustus 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
TTD
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 830
Salinan sesuai dengan aslinya. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, TTD.
Dr. Andi Pangerang Moenta, S.H., M.H., DFM. NIP196108281987031003
SALINAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 27 TAHUN 2013
TENTANG
RINCIAN TUGAS MUSEUM NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 37
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 48 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Museum Nasional, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Rincian Tugas Museum Nasional;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5168);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang
Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3599);
3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
-2-
4. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 5/P Tahun 2013;
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 48 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Museum Nasional;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG RINCIAN TUGAS MUSEUM NASIONAL.
BAB I RINCIAN TUGAS
Pasal 1
Rincian Tugas Museum Nasional:
a. melaksanakan penyusunan program kerja Museum; b. melaksanakan pengkajian benda bernilai budaya berskala nasional; c. melaksanakan pengumpulan dan akuisisi benda bernilai budaya
berskala nasional; d. melaksanakan perawatan dan pengawetan benda bernilai budaya
berskala nasional; e. melaksanakan registrasi, inventarisasi, dan katalogisasi benda koleksi
museum bernilai budaya berskala nasional f. melaksanakan penyimpanan dan pengamanan benda bernilai budaya
berskala nasional; g. melaksanakan penyajian benda bernilai budaya berskala nasional; h. melaksanakan publikasi benda bernilai budaya berskala nasional; i. melaksanakan dokumentasi benda koleksi museum bernilai budaya
berskala nasional; j. melaksanakan kemitraan dan promosi di bidang benda bernilai budaya
berskala nasional; k. melaksanakan pemanduan, penyuluhan, seminar, lokakarya, dan
layanan edukasi lainnya yang berhubungan dengan benda bernilai budaya berskala nasional;
l. melaksanakan pemberian bantuan teknis di bidang pengkajian, pengumpulan, perawatan, pengamanan, pengawetan, dan penyajian benda bernilai budaya berskala nasional;
m. melaksanakan evaluasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional;
n. melaksanakan urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, persuratan, kearsipan, barang milik negara, kerumahtanggan Museum;
o. melaksanakan pengelolaan perpustakaan Museum;
-3-
p. melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Museum; dan
q. melaksanakan penyusunan laporan Museum.
Pasal 2
Rincian tugas Bagian Tata Usaha: a. melaksanakan penyusunan program kerja Bagian dan konsep program
kerja Museum; b. melaksanakan urusan perencanaan; c. melaksanakan urusan keuangan; d. melaksanakan urusan kepegawaian; e. melaksanakan urusan ketatalaksanaan; f. melaksanakan urusan persuratan dan kearsipan; g. melaksanakan pengelolaan barang milik negara; h. melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Museum; dan i. melaksanakan penyusunan laporan Bagian dan konsep laporan
Museum.
Pasal 3 Rincian tugas Subbagian Perencanaan dan Tatalaksana:
a. melakukan penyusunan program kerja Subbagian; b. melakukan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan
informasi program dan anggaran Museum; c. melakukan penyusunan rencana, program, dan anggaran Museum; d. melakukan penyusunan bahan koordinasi dan sinkronisasi rencana,
program, dan anggaran Museum; e. melakukan penyesuaian rencana, program, dan anggaran Museum; f. melakukan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan rencana,
program, dan anggaran Museum; g. melakukan urusan analisis jabatan dan analisis organisasi di
lingkungan Museum; h. melakukan penyusunan bahan sistem dan prosedur kerja di lingkungan
Museum; i. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Subbagian; j. melakukan penyusunan laporan Subbagian.
Pasal 4
Rincian tugas Subbagian Keuangan dan Kepegawaian:
a. melakukan penyusunan program kerja Subbagian; b. melakukan urusan pembayaran belanja pegawai, belanja barang,
belanja modal, dan pembayaran lainnya; c. melakukan pengelolaan penerimaan negara bukan pajak; d. melakukan urusan pembukuan, verifikasi, penghitungan anggaran, dan
pertanggungjawaban anggaran Museum; e. melakukan penyusunan laporan daya serap anggaran;
-4-
f. melakukan urusan tuntutan perbendaharaan/ganti rugi di lingkungan Museum;
g. melakukan penyusunan usul pejabat perbendaharaan di lingkungan Museum;
h. melakukan penyusunan bahan penyusunan formasi dan rencana pendayagunaan dan pengembangan pegawai di lingkungan Museum;
i. melakukan urusan mutasi pegawai Museum; j. melakukan penyusunan bahan usul penilaian angka kredit jabatan
fungsional; k. melakukan penyusunan data dan informasi kepegawaian dan
administrasi penilaian prestasi/kinerja pegawai di lingkungan Museum; l. melakukan penyusunan usul pegawai yang akan mengikuti latihan
prajabatan, ujian dinas, pendidikan dan pelatihan penjenjangan dan teknis pegawai, izin belajar, tugas belajar, dan ujian penyesuaian ijazah di lingkungan Museum;
m. melakukan urusan pembuatan kartu pegawai, kartu isteri/kartu suami, asuransi kesehatan, tabungan asuransi pensiun, tabungan perumahan, dan pemeriksaan kesehatan pegawai di lingkungan Museum;
n. melakukan urusan disiplin dan pembinaan pegawai di lingkungan Museum;
o. melakukan usul pemberian sanksi dan penghargaan pegawai di lingkungan Museum;
p. melakukan usul pemberhentian dan pemensiunan pegawai di lingkungan Museum;
q. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Subbagian; dan r. melakukan penyusunan laporan Subbagian.
Pasal 5
Rincian tugas Subbagian Rumah Tangga:
a. melakukan penyusunan program kerja Subbagian; b. melakukan penyusunan konsep program kerja Bagian dan Museum; c. melakukan penerimaan, pencatatan, dan pendistribusian surat masuk
dan surat keluar di lingkungan Museum; d. melakukan penataan, pemeliharaan, dan usul penghapusan arsip di
lingkungan Museum; e. melakukan penyusunan rencana kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
dan pendistribusian barang milik negara di lingkungan Museum; f. melakukan urusan pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan
pendistribusian barang milik negara di lingkungan Museum; g. melakukan urusan pemeliharaan dan perawatan barang milik negara di
lingkungan Museum; h. melakukan urusan inventarisasi dan usul penghapusan barang milik
negara di lingkungan Museum; i. melakukan urusan keprotokolan, upacara, penerimaan tamu, dan rapat
dinas di lingkungan Museum; j. melakukan urusan dokumentasi kegiatan Museum;
-5-
k. melakukan urusan keamanan, ketertiban, kebersihan, dan keindahan di lingkungan Museum;
l. melakukan pengaturan penggunaan peralatan kantor, kendaraan dinas, gedung kantor dan prasarana lainnya di lingkungan Museum;
m. melakukan pengaturan penggunaan air, listrik, telepon, ac, dan gas di lingkungan Museum;
n. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Subbagian; o. melakukan penyusunan laporan Subbagian; dan p. melakukan penyusunan konsep laporan Bagian dan Museum.
Pasal 6
Rincian Tugas Bidang Pengkajian dan Pengumpulan:
a. melaksanakan penyusunan program kerja Bagian; b. melaksanakan identifikasi benda bernilai budaya berskala nasional; c. melaksanakan inventarisasi benda bernilai budaya berskala nasional; d. melaksanakan klasifikasi benda bernilai budaya berskala nasional; e. melaksanakan pendataan jenis benda bernilai budaya berskala nasional
yang belum menjadi koleksi; f. melaksanakan pencarian, pengumpulan, dan pengadaan benda bernilai
budaya berskala nasional; g. melaksanakan katalogisasi benda bernilai budaya berskala nasional; h. melaksanakan penyusunan konsep label koleksi benda bernilai budaya
berskala nasional; i. melaksanakan penyusunan data dan informasi hasil kajian benda
bernilai budaya berskala nasional; j. melaksanakan pemberian bantuan teknis di bidang pengkajian dan
pengumpulan benda bernilai budaya berskala nasional; k. melaksanakan evaluasi di bidang pengkajian dan pengumpulan benda
bernilai budaya berskala nasional; l. melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Bidang; dan m. melaksanakan penyusunan laporan Bidang.
Pasal 7
Rincian Tugas Seksi Identifikasi dan Klasifikasi:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi dan konsep program kerja Bidang;
b. melakukan identifikasi benda bernilai budaya berskala nasional; c. melakukan inventarisasi benda bernilai budaya berskala nasional; d. melakukan klasifikasi benda bernilai budaya berskala nasional; e. melakukan penyusunan bahan bantuan teknis di bidang identifikasi
dan klasifikasi benda bernilai budaya berskala nasional; f. melakukan evaluasi pelaksanaan identifikasi dan klasifikasi benda
bernilai budaya berskala nasional; g. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan h. melakukan penyusunan laporan Seksi.
-6-
Pasal 8 Rincian Tugas Seksi Pencarian dan Pengumpulan:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi; b. melakukan pendataan jenis benda bernilai budaya berskala nasional
yang belum menjadi koleksi; c. melakukan pencarian benda bernilai budaya berskala nasional; d. melakukan pengumpulan dan pengadaan benda bernilai budaya
berskala nasional; e. melakukan penyusunan bahan bantuan teknis di bidang pencairan dan
pengumpulan benda bernilai budaya berskala nasional; f. melakukan evaluasi pelaksanaan pencarian dan pengumpulan benda
bernilai budaya berskala nasional; g. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan h. melakukan penyusunan laporan Seksi.
Pasal 9
Rincian Tugas Seksi Katalogisasi:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi; b. melakukan katalogisasi benda bernilai budaya berskala nasional; c. melakukan penyusunan konsep label koleksi benda bernilai budaya
berskala nasional; d. melakukan pengumpulan dan pengolahan data dan informasi hasil
kajian benda bernilai budaya berskala nasional untuk pemanfaatan; e. melakukan penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang
pemanfaatan benda bernilai budaya berskala nasional; f. melakukan evaluasi pelaksanaan pemanfaatan dan katalogisasi benda
bernilai budaya berskala nasional; g. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan h. melakukan penyusunan laporan Seksi dan konsep laporan Bidang.
Pasal 10
Rincian Tugas Bidang Perawatan dan Pengawetan:
a. melaksanakan penyusunan program kerja Bagian; b. melaksanakan observasi kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala
nasional; c. melaksanakan uji laboratorium benda bernilai budaya berskala
nasional; d. melaksanakan klasifikasi kondisi koleksi benda bernilai budaya
berskala nasional; e. melaksanakan rekomendasi penanganan koleksi benda bernilai budaya
berskala nasional; f. melaksanakan pengkajian perawatan benda bernilai budaya berskala
nasional; g. melaksanakan pembersihan koleksi benda bernilai budaya berskala
nasional;
-7-
h. melaksanakan perbaikan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional;
i. melaksanakan rekonstruksi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional;
j. melaksanakan restorasi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional;
k. melaksanakan penguatan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional;
l. melaksanakan pelapisan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional;
m. melaksanakan fumigasi dan bentuk pengawetan lainnya koleksi benda bernilai budaya berskala nasional;
n. melaksanakan pemantauan lingkungan mikro koleksi benda bernilai budaya berskala nasional;
o. melaksanakan pemberian bantuan teknis di bidang perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional;
p. melaksanakan evaluasi di bidang perawatan dan pengawetan benda bernilai budaya berskala nasional;
q. melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Bidang; dan r. melaksanakan penyusunan laporan Bidang.
Pasal 11
Rincian Tugas Seksi Observasi:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi dan konsep program kerja Bidang;
b. melakukan pengamatan dan pendataan kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional;
c. melakukan uji laboratorium benda bernilai budaya berskala nasional; d. melakukan klasifikasi kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala
nasional; e. melakukan rekomendasi penanganan koleksi benda bernilai budaya
berskala nasional; f. melakukan penyusunan bahan bantuan teknis di bidang observasi
koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; g. melakukan evaluasi pelaksanaan observasi benda bernilai budaya
berskala nasional; h. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan i. melakukan penyusunan laporan Seksi.
Pasal 12
Rincian Tugas Seksi Perawatan:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi; b. melakukan pengkajian perawatan koleksi benda bernilai budaya
berskala nasional; c. melakukan pembersihan koleksi benda bernilai budaya berskala
nasional;
-8-
d. melakukan perbaikan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; e. melakukan rekonstruksi koleksi benda bernilai budaya berskala
nasional; f. melakukan restorasi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; g. melakukan penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang
perawatan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; h. melakukan evaluasi pelaksanaan perawatan benda bernilai budaya
berskala nasional; i. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan j. melakukan penyusunan laporan Seksi.
Pasal 13
Rincian Tugas Seksi Pengawetan:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi; b. melakukan penguatan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; c. melakukan pelapisan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; d. melakukan fumigasi dan bentuk pengawetan lainnya koleksi benda
bernilai budaya berskala nasional; e. melakukan pemantauan lingkungan mikro koleksi benda bernilai
budaya berskala nasional; f. melakukan penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang
pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; g. melakukan evaluasi pelaksanaan pengawetan benda bernilai budaya
berskala nasional; h. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan i. melakukan penyusunan laporan Seksi dan konsep laporan Bidang.
Pasal 14
Rincian Tugas Bidang Penyajian dan Publikasi:
a. melaksanakan penyusunan program kerja Bagian; b. melaksanakan pembuatan rancangan pameran benda bernilai budaya
berskala nasional; c. melaksanakan penyusunan desain dan pembuatan sarana pameran
benda bernilai budaya berskala nasional; d. melaksanakan perancangan dan pembuatan replika benda bernilai
budaya berskala nasional; e. melaksanakan penataan benda bernilai budaya berskala nasional; f. melaksanakan pemajangan benda bernilai budaya berskala nasional; g. melaksanakan pengamanan benda bernilai budaya berskala nasional; h. melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data dan informasi benda
bernilai budaya berskala nasional; i. melaksanakan penyebarluasan data dan informasi benda bernilai
budaya berskala nasional; j. melaksanakan pemberian layanan informasi benda bernilai budaya
berskala nasional;
-9-
k. melaksanakan penyusunan label dan buku informasi pameran tetap dan pameran khusus;
l. melaksanakan pemberian bantuan teknis di bidang penyajian dan publikasi benda bernilai budaya berskala nasional;
m. melaksanakan pemantauan dan evaluasi di bidang penyajian dan publikasi benda bernilai budaya berskala nasional;
n. melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Bidang; dan o. melaksanakan penyusunan laporan Bidang.
Pasal 15
Rincian Tugas Seksi Perancangan:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi dan konsep program kerja Bidang;
b. melakukan pembuatan rancangan pameran benda bernilai budaya berskala nasional;
c. melakukan penyusunan desain dan pembuatan sarana pameran benda bernilai budaya berskala nasional;
d. melakukan perancangan dan pembuatan replika benda bernilai budaya berskala nasional;
e. melakukan penyusunan bahan bantuan teknis di bidang perancangan, sarana pameran, dan replika benda bernilai budaya berskala nasional;
f. melakukan evaluasi pelaksanaan perancangan, sarana pameran, dan reflika benda bernilai budaya berskala nasional;
g. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan h. melakukan penyusunan laporan Seksi.
Pasal 16
Rincian Tugas Seksi Penyajian:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi; b. melakukan penataan benda bernilai budaya berskala nasional; c. melakukan pemajangan benda bernilai budaya berskala nasional; d. melakukan pengamanan benda bernilai budaya berskala nasional; e. melakukan penyusunan bahan bantuan teknis di bidang penyajian
benda bernilai budaya berskala nasional; f. melakukan evaluasi pelaksanaan penyajian benda bernilai budaya
berskala nasional; g. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan h. melakukan penyusunan laporan Seksi.
Pasal 17
Rincian Tugas Seksi Publikasi:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi; b. melakukan pengumpulan data dan informasi benda bernilai budaya
berskala nasional;
-10-
c. melakukan pengolahan data dan informasi benda bernilai budaya berskala nasional;
d. melakukan penyebarluasan data dan informasi benda bernilai budaya berskala nasional;
e. melakukan pemberian layanan informasi benda bernilai budaya berskala nasional;
f. melakukan penyusunan label dan buku informasi pameran tetap dan pameran khusus;
g. melakukan penyusunan bahan bantuan teknis di bidang publikasi benda bernilai budaya berskala nasional;
h. melakukan evaluasi pelaksanaan publikasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional;
i. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan j. melakukan penyusunan laporan Seksi dan konsep laporan Bidang.
Pasal 18
Rincian Tugas Bidang Kemitraan dan Promosi:
a. melaksanakan penyusunan program kerja Bidang; b. melaksanakan pemberian bimbingan kepada pelajar, mahasiswa, dan
masyarakat di bidang benda bernilai budaya berskala nasional; c. melakukan penyuluhan kepada masyarakat di bidang benda bernilai
budaya berskala nasional; d. melaksanakan pemberian layanan pemanduan kepada pengunjung
museum di bidang benda bernilai budaya berskala nasional; e. melaksanakan workshop, ceramah, seminar, dan bentuk layanan
edukasi lainnya di bidang benda bernilai budaya berskala nasional; f. melaksanakan penyusunan dokumen kerja sama di bidang benda
bernilai budaya berskala nasional; g. melaksanakan kemitraan dengan unit kerja/instansi, lembaga, dan
masyarakat di dalam dan luar negeri di bidang benda bernilai budaya berskala nasional;
h. melaksanakan promosi benda bernilai budaya berskala nasional; i. melaksanakan pemberian bantuan teknis pelaksanaan kemitraan dan
promosi koleksi dan museum di tingkat nasional, regional, dan internasional;
j. melaksanakan evaluasi pelaksanaan kemitraan dan promosi koleksi dan museum di tingkat nasional, regional, dan internasional;
k. melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Bidang; dan l. melaksanakan penyusunan laporan Bidang.
Pasal 19
Rincian Tugas Seksi Layanan Edukasi:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi dan konsep program kerja Bidang;
b. melakukan penyusunan bahan layanan edukasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional;
-11-
c. melakukan pemberian bimbingan kepada pelajar, mahasiswa, dan masyarakat di bidang benda bernilai budaya berskala nasional;
d. melakukan penyuluhan kepada masyarakat di bidang benda bernilai budaya berskala nasional;
e. melakukan pemberian layanan pemanduan kepada pengunjung museum di bidang benda bernilai budaya berskala nasional;
f. melakukan workshop, ceramah, seminar, dan bentuk layanan edukasi lainnya di bidang benda bernilai budaya berskala nasional;
g. melakukan evaluasi pelaksanaan pemberian layanan edukasi di bidang benda bernilai budaya berskala nasional;
h. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan i. melakukan penyusunan laporan Seksi.
Pasal 20
Rincian Tugas Seksi Kemitraan:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi; b. melakukan penyusunan bahan pelaksanaan kemitraan di bidang benda
bernilai budaya berskala nasional; c. melakukan penyusunan dokumen kerja sama di bidang benda bernilai
budaya berskala nasional; d. melakukan kemitraan dengan unit kerja/instansi, lembaga, dan
masyarakat di dalam dan luar negeri di bidang benda bernilai budaya berskala nasional;
e. melakukan penyusunan bahan bantuan teknis pelaksanaan kemitraan di bidang benda bernilai budaya berskala nasional;
f. melakukan evaluasi pelaksanaan kemitraan di bidang benda bernilai budaya berskala nasional;
g. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan h. melakukan penyusunan laporan Seksi.
Pasal 21
Rincian Tugas Seksi Promosi:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi; b. melakukan pengkajian dan penyusunan bahan promosi benda bernilai
budaya berskala nasional; c. melakukan promosi koleksi dan museum di tingkat nasional, regional,
dan internasional; d. melakukan penyusunan bahan bantuan teknis pelaksanaan promosi di
bidang benda bernilai budaya berskala nasional; e. melakukan evaluasi pelaksanaan promosi koleksi dan museum di
tingkat nasional, regional, dan internasional; f. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan g. melakukan penyusunan laporan Seksi dan konsep laporan Bidang.
-12-
Pasal 22 Rincian Tugas Bidang Registrasi dan Dokumentasi:
a. melaksanakan penyusunan program kerja Bagian; b. melaksanakan pengembangan sistem registrasi dan pendokumentasian
benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional; c. melaksanakan pencatatan, akuisisi, dan pemberian nomor registrasi
benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional; d. melaksanakan penyimpanan dan pengamanan benda koleksi museum
bernilai budaya berskala nasional; e. melaksanakan pencatatan mutasi benda koleksi bernilai budaya
berskala nasional; f. melaksanakan penyusunan bahan pemberian izin mutasi benda koleksi
bernilai budaya berskala nasional; g. melaksanakan pencatatan benda koleksi bernilai budaya berskala
nasional yang bukan atau belum menjadi koleksi museum; h. melaksanakan penghapusan benda koleksi museum bernilai budaya
berskala nasional; i. melaksanakan pendokumentasian benda koleksi museum bernilai
budaya berskala nasional; j. melaksanakan pengelolaan perpustakaan Museum Nasional; k. melaksanakan pemberian bantuan teknis di bidang registrasi dan
dokumentasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional; l. melaksanakan evaluasi pelaksanaan registrasi dan dokumentasi benda
koleksi museum bernilai budaya berskala nasional; m. melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Bidang; dan n. melaksanakan penyusunan laporan Bidang.
Pasal 23
Rincian Tugas Seksi Registrasi:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi dan konsep program kerja Bidang;
b. melakukan pengembangan sistem pendataan koleksi museum bernilai budaya berskala nasional;
c. melakukan pencatatan benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional;
d. melakukan akuisisi dan pemberian nomor registrasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional;
e. melakukan penyimpanan dan pengamanan benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional;
f. melakukan pencatatan mutasi benda koleksi bernilai budaya berskala nasional;
g. melakukan penyusunan bahan pemberian izin mutasi benda koleksi bernilai budaya berskala nasional;
h. melakukan pencatatan benda koleksi bernilai budaya berskala nasional yang bukan atau belum menjadi koleksi museum;
-13-
i. melakukan penghapusan benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional;
j. melakukan penyusunan bahan bantuan teknis di bidang registrasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional;
k. melakukan evaluasi pelaksanaan registrasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional;
l. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan m. melakukan penyusunan laporan Seksi.
Pasal 24
Rincian Tugas Seksi Dokumentasi:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi; b. melakukan pengembangan sistem pendokumentasian benda koleksi
museum bernilai budaya berskala nasional; c. melakukan dokumentasi benda koleksi museum bernilai budaya
berskala nasional; d. melakukan penyimpanan dokumen benda koleksi museum bernilai
budaya berskala nasional; e. melakukan perawatan dan pemeliharaan dokumen benda koleksi
museum bernilai budaya berskala nasional; f. melakukan penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang
dokumentasi benda koleksi museum bernilai budaya berskala nasional; g. melakukan evaluasi pelaksanaan dokumentasi benda koleksi museum
bernilai budaya berskala nasional; h. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan i. melakukan penyusunan laporan Seksi.
Pasal 25
Rincian Tugas Seksi Perpustakaan:
a. melakukan penyusunan program kerja Seksi; b. melakukan penyusunan rencana kebutuhan dan pengembangan koleksi
perpustakaan; c. melakukan pengadaan koleksi perpustakaan; d. melakukan pengelolaan koleksi perpustakaan; e. melakukan pengembangan koleksi kepustakaan; f. melakukan penyimpanan koleksi perpustakaan; g. melakukan pemeliharaan dan perawatan koleksi perpustakaan; h. melakukan layanan perpustakaan; i. melakukan kerja sama di bidang pengelolaan perpustakaan; j. melakukan evaluasi pengelolaan perpustakaan; k. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi; dan l. melakukan penyusunan laporan Seksi dan konsep laporan Bidang.
-14-
BAB II KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Maret 2013 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
TTD. MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 1 April 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, TTD. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 496 Salinan sesuai dengan aslinya. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, TTD. Muslikh, S.H. NIP 195809151985031001
Profesionalisme Kerja di Museum:
Pembentukan Struktur Klasi�kasi Konservator
MUSEUM NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2014
Oleh: Prof. Colin PearsonTrans. by.: Puji Yosep Subagiyo
i
Profesionalisme Kerja di Museum:
Pembentukan Struktur Klasifikasi Konservator
Kata Pengantar
Terjemahan tulisan ini berjudul asli “Establishment of A Conservator
Classification Structure in Australia” yang ditulis oleh Prof. Dr. Colin Pearson,
telah diterbitkan oleh Getty Conservation Institute (GCI) - Los Angeles, tahun
1990. Tulisan guru besar konservasi di Universitas Canberra ini
mengungkapkan tentang perjalanan konservasi yang pada mulanya dianggap
pekerjaan rendahan sampai menjadi sebuah profesi vital di museum, dan
diakui keberadaannya di museum-museum Australia. Definisi, gambaran,
uraian tugas, dan berbagai istilah yang berhubungan dengan profesi
konservasi juga dijabarkan dalam tulisannya itu.
Karena tulisan tersebut dianggap menarik; begitu juga peranan dan
kontribusi penulisnya dalam bidang konservasi barang kultural di forum
internasional; maka penterjemah memandang perlu untuk menyebarluaskan
informasi ini yang dikemas dalam Bahasa Indonesia. Adapun maksud
terjemahan beranotasi (keterangan) ini adalah untuk mempermudah pembaca
dalam mencerna, sekaligus menelaah dan membandingkan keberadaan
profesi konservasi di Indonesia.
Mudah-mudahan terjemahan-beranotasi ini membuka wawasan baru
bagi pembuat kebijaksanaan di lingkungan lembaga pengelola benda cagar
budaya; dan menjadi bahan-rujukan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia di museum-museum Indonesia, khususnya bagi pengembangan
tenaga konservasi melalui kursus atau pendidikan konservasi.
Jakarta, Juni 1995. Penterjemah,
Puji Yosep Subagiyo Konservator
1
Profesionalisme Kerja di Museum:
Pembentukan Struktur Klasifikasi Konservator
A. Pendahuluan
Di Australia, konservasi karya seni dan artefak telah dibentuk menjadi
sebuah profesi, yang memerlukan waktu sekitar 16 tahun. Sebagai sebuah
profesi baru yang memakan waktu untuk dapat dikenal dan diakui. Khususnya
jika ini dibandingkan dengan profesi-profesi terkait lain yang sudah mapan,
seperti: kurator (curator), pustakawan (librarian), arkhivaris/ juru arsip
(archivist), manajer institusi (institution manager), dll.1
Konservasi biasa dilaksanakan secara sambilan oleh para teknisi,
tukang atau seniman. Sehingga ini sering dipandang seperti suatu kecakapan
(skills) teknis tingkat rendahan; dan kadang-kadang bahkan konservator
dibawah kendali kurator. Kendala umum yang sering timbul dalam usaha
untuk menunjukkan keberadaan konservasi pada suatu lembaga sering
dirasakan bahwa sampai saat sekarang konservator belum dibutuhkan,
sehingga mengapa kami memerlukan konservasi?.
Konservator sering pula dipandang sebagai ancaman, karena ia hanya
dianggap dapat menyarankan sesuatu yang bertentangan dalam proses
pembelian sebuah karya seni. Atau konservator sering menyarankan agar
sebuah benda tidak dipindahkan. Hal ini sepertinya suatu kekuatan veto yang
sangat mengganggu. Sehingga dengan alasan itu atau yang lainnya, profesi
konservasi telah perlu beberapa tahun untuk dapat diakui secara resmi, dan
khususnya untuk mencapai kesamaan dengan profesi-profesi sejawat.
Di Australia, permasalahan-permasalahan tersebut telah diperuncing
dengan suatu keadaan bahwa pada setiap negara bagian dan wilayah
(berjumlah delapan), ditambah dengan pemerintahan federal yang memiliki
Badan Pelayanan Publik (Public Service Board, PSB). Oleh karena itu, delapan
kasus yang berbeda telah harus dipecahkan dalam konservasi yang akan
1 Sebagian besar masyarakat museum di Indonesia masih sering dengan rancu menyebutkan
antara profesi ‘dalam lingkup tugas museum’, dengan kedudukan karyawan ‘dalam struktur
organisasi pada suatu unit kerja dalam lembaga museum’ dan ‘latar belakang pendidikan’.
Dalam hal ini, mereka mungkin menyebut seorang ‘sarjana antropologi’ yang bekerja pada
‘seksi pengelolaan koleksi etnografi’ sebagai ‘kurator’, terus ‘apa itu kurator’. Begitu juga,
seorang ‘nir-sains konservasi’ yang bekerja pada ‘seksi konservasi’ mengaku sebagai
‘konservator’.
2
dibentuk sebagai profesi. Disamping memang kebanyakan konservator
bekerja di lembaga-lembaga pemerintah.
Seperti yang telah kami duga sebelumnya, proses pembentukan
profesi konservasi di beberapa negara bagian dan wilayah telah berjalan
begitu cepat. Namun sebaliknya di beberapa negara bagian tertentu. Dalam
semua kasus, kesungguhan dan usaha-usaha yang diberikan konservator
setempat mempengaruhi proses tersebut. Yang mana konservasi akan diakui
dan sebuah struktur klasifikasi segera dibentuk.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah bagian yang diperankan oleh
serikat pekerja profesional. Konservator akan dianggap baik apabila memiliki
sebuah serikat kerja (organisasi profesi) yang akan mendukung masalah
mereka ke PSB, berbicara untuk memperjuangkan persoalan pendapatan
anggota, selain juga mendukung kepentingan pribadi atau kelompok-
kelompok dalam persoalan industrial. Pertanyaan disini adalah bergabung
dengan serikat kerja yang mana?. Karena di Australia ada beberapa serikat
kerja, walaupun hampir seluruh konservator adalah anggota dari Asosiasi
Pelayanan Publik Australia (the Australian Public Service Association, APSA)
yang mengurusi kelompok-kelompok kecil spesialis. Namun yang
diprihatinkan adalah bahwa APSA bukan merupakan sebuah organisasi yang
mengurusi kelompok-kelompok profesional tingkat tertentu, seperti: tukang
sapu, tukang parkir, dll. Padahal berdasarkan pada pengalamannya, APSA
telah membuktikan pelayanan terbaiknya bagi profesi konservasi. Sehingga
hal ini sepertinya mengurusi kelompok-kelompok kecil spesialis.
Alternatif lain adalah untuk bergabung dengan sebuah serikat pekerja
seperti Asosiasi Karyawan Profesional (Profesional Officers Association, POA).
Namun sampai saat sekarang, asosiasi ini masih mensyaratkan gelar
akademis bagi anggotanya; dan sepanjang yang kami ketahui tidak semua
konservator memiliki kualifikasi ini. Lagi pula dirasakan bahwa keberadaan
sebuah organisasi besar tidak akan memiliki cukup waktu untuk memberikan
dukungan lebih banyak kepada sebuah kelompok kecil spesialis seperti
kelompok konservator. Sedangkan yang diharapkan disini adalah dukungan
yang diberikan kepada serikat pekerja, jika konservator mengejar status,
pengakuan dan pendapatan yang sepadan dengan kemampuannya. Sehingga
pilihan serikat pekerja yang mungkin dipertimbangkan adalah pengabdian,
disamping kemampuan seorang konservator. Dalam hal ini, serikat pekerja
akan siap memperjuangkannya.2
2 Ada perkumpulan masyarakat museum yang menamakan diri sebagai Masmi (Masyarakat
Museum Indonesia) dan perkumpulan ini tidak begitu berbeda dengan Paramita Jaya
(Perhimpunan Antar Museum-museum se DKI Jakarta Raya).
3
B. Kesamaan Antar Profesi
Adalah penting jika ada kesamaan hak antara kelompok-kelompok
profesional berbeda yang bekerja pada lembaga kebudayaan. Seperti telah
disebutkan diatas, konservator tradisional yang bekerja amatiran dianggap
sebagai klas rendahan, atau keberadaannya dianggap kurang berarti. Padahal
konservator memiliki persamaan hak dan peranan, sebagaimana kurator,
pustakawan, desainer pameran, edukator, dll. Dan pada tingkat yang berbeda
sebaiknya mempunyai status, tanggung-jawab dan pendapatan yang sama.
Ini berarti bahwa konservator akan dikenal sebagai profesional yang sama;
sehingga rekomendasi dan ide-idenya patut diberi pertimbangan khusus.
Kemudian konservator akan memperoleh persamaan dalam merencanakan
pameran, baik yang berupa pameran tetap (dalam suatu bangunan gedung)
atau pameran keliling. Karena semua keputusan konservator akan
mempengaruhi keadaan koleksi.
Persamaan antara profesi-profesi museum yang berbeda akan juga
memiliki pengaruh penting, demi kelancaran operasional lembaga yang
bersangkutan. Kesamaan ini tidak dapat dicapai sampai kecakapan (skills)
kerja konservasi dan tanggung-jawab konservator dapat dilihat sama dengan
profesi lain. Dan untuk mencapai tahapan termaksud, kemahiran dan
tanggung-jawab kerja harus didefinisikan terlebih dahulu, yang kemudian
dapat diterima oleh lembaga atau pejabat yang mempekerjakannya, seperti
Badan Pelayanan Publik.
C. Uraian Tugas Konservasi
Ketika kita merencanakan sebuah program pelatihan (diklat/
kursus) konservasi, hal yang terpenting adalah mendefinisikan tingkatan
(level) dan dasar (standards) kecakapan (skills), pengetahuan (knowledge),
dan unjuk-kerja (performance) yang akan diperoleh para pesertanya setelah
lulus nantinya. Maksud dan tujuan pelatihan selanjutnya dapat diarahkan
pada sasaran itu. Hal itu semua juga menjadi dasar acuan untuk evaluasi dan
akreditasi.3
3 Di Indonesia belum ada Undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah (PP) yang secara
khusus memberikan sebutan, definisi, uraian tugas dan kualifikasi (yang lazim dan diakui
secara internasional) bagi karyawan museum, seperti: kurator, konservator, preparator,
ekshibitor (desainer pameran), dll. Namun begitu, PP No. 14 Tahun 1994 tentang “Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil” memungkinkan kita untuk memberdayakan karyawan museum, baik dalam substansi teknis ataupun fungsional. Bahkan, belakangan ini telah dibuka program diploma baru di Universitas Indonesia untuk menghasilkan tenaga ahli tingkat madya, misalnya program diploma untuk menghasilkan sumber daya yang berkualifikasi ‘pustakawan’ dan ‘arkhivaris’.
4
Uraian tugas konservator akan menunjukkan informasi seperti
termaksud diatas, khususnya ketika tingkatan konservator yang diperlukan
adalah yang baru lulus mengikuti program pelatihan. Sebagai contoh, di
Australia ada sebutan gelar sarjana muda (S-1) ilmu terapan bidang
konservasi benda budaya (Bachelor of Applied Science in Conservation of
Cultural Materials) dari Universitas Canberra. Orang yang memiliki gelar ini
dianggap memiliki tingkat kemampuan yang setara dengan Konservator 1.
Yang sekarang ini telah dibentuk posisi konservasi pada sistem
ketenagakerjaan Pelayanan Publik Federal dan Negara Bagian. Oleh karena
itu, program pelatihan dan para lulusan pesertanya diputuskan memenuhi
syarat untuk kualifikasi Konservator 1.
D. Struktur Klasifikasi Konservator
Walaupun profesi konservasi telah dikenal oleh Pelayanan Publik
Pemerintah Australia selama lima tahun, tetapi ini hanya beberapa negara
bagian dan wilayah yang mengikutinya. Permasalahan umumnya adalah
bahwa kebanyakan kepala laboratorium konservasi pada sebuah Galeri Seni-
rupa Negara Bagian berpamrih pada upah jabatan-nya. Karena pendapatannya
setara dengan yang didapat kepala laboratorium konservasi museum negara
bagian. Yang mana kedua institusi itu berada pada sistem pemerintahan yang
sama.
Masalah ada pada kedudukan konservator yang telah tidak
diklasifikasikan; dan begitu konservator dipekerjakan didalam lingkup
klasifikasi pekerjaan yang sudah ada, seperti: tehnisi, museawan pembantu,
pegawai peneliti, dst. Beberapa lembaga mempekerjakan konservator dalam
klasifikasi kurator, yang barangkali tepat untuk konservator tertentu. Tetapi
hal ini telah menciptakan perbedaan pandangan seperti yang disebutkan
diatas; serta menimbulkan banyak masalah lainnya. Untungnya, kebanyakan
dari masalah tersebut sekarang sudah terlewati.
Menurut Klasifikasi Standard Pekerjaan di Australia (1986), pekerjaan
konservator dijabarkan sebagai berikut:
1. Konservator merencanakan dan mengatur konservasi bahan (materials)
dan benda-benda di perpustakaan, arsip, museum dan galeri seni;
2. Tingkat kemampuan (yang berkaitan dengan pendidikan): Diploma 2
atau 3 (dalam bidang sains konservasi, seni-rupa, atau materials
science);
5
Tanggung-jawab konservator adalah sebagai berikut:
3. Mengamati barang (item) guna mempertimbangkan kondisinya dan
mengkonfirmasikan identifikasi berikut keaslian (authenticity)-nya;
4. Melaksanakan analisis saintifik untuk mempertimbangkan kasus-kasus
dan perkembangan deteriorasi (proses kerusakan); serta menganjurkan
tindakan pencegahannya;
5. Menerapkan prosedur restorasi untuk membedakan kerusakan atau
deteriorasi; dan mencatat rincian langkah-langkah restorasi yang (akan)
dilaksanakan;
6. Mengusahakan kondisi penyimpanan yang memadai dan metode-metode
penanganan benda-benda yang begitu penting secara optimal;
7. Mengusahakan alat-alat dan bahan-bahan untuk konservasi;
8. Melaksanakan pengamatan secara sistematis terhadap koleksi, dan me-
nyiapkan laporan tertulis;
9. Mampu dan bersedia memberikan kuliah dan unjuk-kerja (teknik)
konservasi pada institusi-institusi, badan, atau kolektor privat; serta
mampu memberikan pelayanan konsultasi dan pelatihan dalam bidang
konservasi;
10. Mampu melaksanakan penelitian masalah-masalah kerusakan benda
koleksi; dan mengembangkan teknik, prosedur, serta standar perawatan
maupun pelaksanaan konservasi;
11. Dapat mengkhususkan diri pada konservasi kertas dan audio visual
materials di perpustakaan dan arsip; serta benda-benda koleksi museum
lain.
Bagi konservator yang dipekerjakan di lembaga-lembaga kultural
(kebudayaan) nasional, seperti: Museum Nasional Australia, Museum
Peringatan Perjuangan Australia (Australian War Memorial Museum), Arsip
Nasional [Sound & Film] Australia, dan Perpustakaan Nasional Australia telah
memiliki Standar Kerja Konservasi yang mapan. Hal tersebut berawal dari
standar grup bagi konservator, yang meliputi lima tingkatan: dari Konservator
Pembantu (Assistant Conservator), Konservator 1 (Conservator 1), sampai
Konservator 4 (Conservator 4). Ini meliputi definisi (definition) pekerjaan
pada masing-masing tingkatan konservator dalam grup, yang kemudian
diikuti dengan gambaran (features) seorang konservator termaksud. Ada juga
istilah-istilah yang digunakan dalam lingkup tugas konservasi pada lampiran
tersebut; begitu juga rincian tentang uraian tugas (typical duties) pada setiap
tingkatan konservator yang merupakan ciri daripada masing-masing tingkat
6
konservator. Bilamana maksud dan tujuan dari suatu kedudukan pekerjaan
konservator ditawarkan kepada khalayak umum (diiklankan), maka uraian
tugas yang sesuai dapat dicantumkan.
Standar tingkat kerja yang dijabarkan pada lampiran berikut adalah
yang sekarang ada di Australia. Namun begitu pengalaman-pengalaman baru
bermunculan semenjak penerapan itu, yang telah berlangsung beberapa
tahun lalu. Kemudian perbaikan-perbaikan telah dibuat, yang mana hal ini
sedang dipertimbangkan oleh Badan Pelayanan Publik.
Sebagaimana telah dibahas diatas, standar tingkat kerja bagi
Konservator 1 telah digunakan sebagai dasar bagi perancangan kurikulum
materi kuliah untuk calon penyandang gelar sarjana muda dalam bidang
konservasi. Sedangkan materi lain untuk program master dalam bidang
konservasi hanya diperuntukkan bagi konservator yang akan dipekerjakan
pada tingkatan yang lebih tinggi. Program-program kursus jangka pendek
juga dapat dibuat dalam model serupa, yang dimaksudkan untuk memberikan
unjuk-kerja kemahiran (skills) tertentu sesuai kebutuhan kedudukan/ jabatan
konservasi yang ada.
E. Kesimpulan
Pembentukan standar tingkatan kerja dan uraian tugas bagi masing-
masing tingkatan konservator yang berbeda, dan penerimaan tingkatan ini
oleh Badan-badan Pelayanan Publik dan Lembaga-lembaga yang
mempekerjakan konservator tersebut akan menjamin bahwa konservasi diakui
sebagai profesi yang berkedudukan sama dengan profesi-profesi lain di
museum. Yang selanjutnya, pembentukan struktur klasifikasi bagi konservator
ini akan memberikan petunjuk bagi model dan pengembangan program-
program kursus/ diklat. Dimana program tersebut dimaksudkan untuk
menghasilkan konservator yang akan menduduki tingkat yang berbeda dalam
suatu profesi konservasi.
7
BAHAN RUJUKAN
1. Canadian Heritage Information Network (CHIN) (1991): Data Access Policy, Dept. of Communication, Ottawa, Ontario.
2. Documentation Research Group Museum Service Division (1988): Humanities Data Dictionary of the Canadian Heritage Information Network (CHIN), Canada.
3. Documentation Research Group Museum Service Division (1988): Natural Sciences Data Dictionary of the CHIN, Canada.
4. Hein, Hilde (1990): The Exploratorium: The Museum as Laboratory, Washington D.C., Smithsonian Institution Press.
5. Ishizawa, Yoshiaki, Prof. Dr. and Nabuo ENDO (1989): A New Methodology of Historical Site Engineering: Study on the Conservation of Monuments and Sites and Socio-Cultural Development, Tokyo, Institute of Asian Culture Sophia University.
6. Ishizawa, Yoshiaki, Prof. Dr. (1989): Enjinering Peninggalan Purbakala: Konsep dan Tanggapan, Tokyo, Institute of Asian Culture Sophia Univ.
7. Malaro, Marie C. (1985): A Legal Primer on Managing Museum Collections, Washington D.C., Smithsonian Institution Press.
8. Morita, Tsuneyuki dan Colin Pearson, editors. (1988): The Museum Conservation of Ethnographic Objects, Senri Ethnological Studies No.23, Osaka, National Museum of Ethnology.
9. Pearce, Susan M., edit. (1989): Museum Studies in Material Culture, Washington D.C., Smithsonian Institution Press.
10. Pearce, Susan M. (1990): Archaeological Curatorship, Washington D.C., Smithsonian Institution Press.
11. Subagiyo, Puji Yosep (1993/1994): Suatu Kajian Dalam Upaya Penyelamatan Kain Tradisional, Majalah Kebudayaan, No.6., Hal. 50-57.
12. Subagiyo, Puji Yosep (1994): The Classification of Indonesian Textiles Based On Structural, Material and Technical Analyses, International Seminar on Indonesian Textiles, Museum Nasioal, Jakarta.
13. Subagiyo, Puji Yosep (1994/1995): Kebijaksanaan Manajemen Koleksi, Majalah Kebudayaan, Depdikbud, No.8., Hal. 52-62.
14. Thomson, M.A., edit. (1986): Manual of Curatorship: A Guide to Museum Practice, Butterworths, London.
8
KONSERVATOR Konservator Pembantu
Konservator 1 - 4 Kelompok Tingkat Dasar
Definisi:
Lingkup pekerjaan pada posisi kelompok ini meliputi konservasi karya seni (works of art), artifak, relik (benda peninggalan), dan benda-benda lain yang merupakan bagian dari koleksi, dibawah pengawasan institusi (lembaga) konservasi. Ini meliputi penelitian dan pemberian saran bagi pengembangan standar (dasar-dasar) konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda-benda koleksi lain. Ini juga termasuk pengawasan (supervisi) bagi karyawan yang terlibat (dipekerjakan) dalam lingkup kerja konservasi.
Gambaran:
Pekerjaan konservator meliputi pengamatan karya seni, relik, atau benda-benda lain untuk maksud pencegahan dari suatu proses kerusakan dan perlakuannya, serta perbaikannya (jika perlu). Konservator mengamati benda-benda ini untuk ditempatkan pada ruang pamer dan penyimpanan dengan kondisi yang benar; serta perlindungan terhadap kemungkinan serangan serangga dan jamur. Konservator juga bertanggung jawab bagi pemasangan alat-alat yang standard bagi kebutuhan ruang pamer dan penyimpanan koleksi. Ia dituntut untuk memberikan jaminan secara maksimal pada pemeliharaan dan penanganan karya-karya seni, relik, dan benda-benda lain dalam proses peminjaman atau dalam pameran keliling (benda dalam perjalanan). Disamping ia juga memberikan saran-saran kepada kurator dan desainer pameran (untuk menjaga kondisi ruangan yang benar), berikut pemasangan alat-alat bagi kebutuhan suatu pameran.
Walaupun kualifikasi pemberian kewenangan (mandat) tidak diterangkan dalam kelompok ini, pembuktian secara teori(tis) dan pengetahuan praktis untuk konservasi sangat diperlukan. Secara umum ini diperlukan bahwa pembuktian akan dapat ditunjukkan bagi yang memiliki kualifikasi tingkat ketiga (tertier), yang setara dengan disiplin ilmu yang terkait, seperti: sains konservasi, seni rupa, atau ilmu bahan (materials science). Kualifikasi tingkat ke-3 yang dimaksud adalah sangat penting dalam memberikan kemungkinan ‘unjuk-kerja’ (performance) bagi seorang konservator pada tingkatan (level) yang lebih tinggi. Tetapi pengetahuan teoritis dan praktis yang diperlukan bagi pekerjaan konservasi dapat juga diperoleh melalui kursus-kursus atau diklat-diklat.
Pekerjaan konservator juga memerlukan wawasan (apresiasi) terhadap nilai-nilai kultural (budaya) untuk karya seni, relik dan benda-benda lain yang akan dikonservasi. Konservator juga diharapkan mengetahui kapan suatu benda tertentu tidak dapat dikonservasi secara layak dalam suatu laboratorium konservasi lembaga yang memiliki benda yang akan dikonservasi; dan menganjurkan dimana seyogyanya benda tersebut ditangani.
Beberapa aspek kerja konservasi dapat memerlukan pengetahuan khusus dalam tahap analisis dan perlakuan pada kelompok-kelompok benda tertentu, seperti: lukisan, tekstil, keramik, kaca, logam, kayu, buku, karya seni bermedia kertas, kertas lain pada umumnya, foto-foto, dan pita perekam suara (tape magnetik).
9
Istilah-istilah yang digunakan:
Analisis adalah pengamatan suatu benda, barang, atau bahan untuk digunakan dalam perawatan atau perlakuan pada suatu benda, untuk mempertimbangkan komposisi dan/ atau kondisi pada bahan (materials) pembentuknya.
Konservasi meliputi identifikasi, pencegahan, penghambatan, penahanan (pemberhentian) dan mengembalikan pengaruh-pengaruh kerusakan fisik pada (bahan pembentuk) karya seni, artifak, relik, dan benda-benda koleksi lain; serta mencakup semua aspek pemeliharaan benda, yang meliputi: perbaikan, merekondisi, atau membuat kondisi yang sesuai terhadap benda yang mengalami kerusakan defisiensi (kekurangan/ kehilangan) seperti (mendekati) aslinya.
Institusi/ Lembaga Konservasi adalah sebuah lembaga atau badan yang memiliki tanggung-jawab dalam menangani, mengawasi, dan melaksanakan konservasi benda yang merupakan bagian daripada koleksi nasional secara profesional; atau yang memiliki tanggung-jawab lain dalam kaitannya dengan konservasi benda, seperti: pemberian saran dan asistansi (bantuan) tenaga ahli kepada badan/ lembaga-lembaga dalam pelaksanaan konservasi.
Koleksi nasional meliputi koleksi-koleksi seni-rupa, sejarah, teknologi, etnografi, arkeologi, benda (dalam kajian ilmu) alam, perpustakaan dan arsip.
Di Indonesia, institusi konservasi meliputi: Museum Nasional, Museum Wayang, Museum Tekstil, Museum Minyak dan Gas Bumi (Graha Widya Patra), Museum Sejarah dan Tradisi ABRI (Satria Mandala), Perpustakaan Nasional, Arsip Nasional, dll.
Laboratorium Konservasi adalah tempat yang biasa dipergunakan konservator dalam melaksanakan pekerjaan analisis dan aktifitas konservasi; yang memerlukan penggunaan fasilitas, peralatan, atau bahan-bahan (kimia) khusus.
Penelitian adalah pencarian, penyelidikan, dan pengamatan sistematis yang dilakukan untuk menemukan informasi historis, ilmiah (saintifik) atau faktual lain tentang sebuah benda atau metode dan/atau teknik konservasi.
Petunjuk/ Guide-lines:
Tidak ada keberatan dalam prinsip untuk penggunaan kedudukan-kedudukan tertentu dari suatu kelompok kerja yang terkait pada laboratorium konservasi lain sebagai pelengkap konservator.
KONSERVATOR Konservator Pembantu
Tingkat Kerja Dasar
Definisi:
Dibawah supervisi yang terus-menerus melaksanakan konservasi karya seni, artifak, relik dan benda-benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah lembaga konservasi.
Gambaran:
Konservator pada tingkat ini, meliputi orang-orang yang hanya dengan bekal pengetahuan dan pengalaman yang terbatas. Pada awalnya, pekerjaan mereka diawasi
10
secara ketat, tetapi dalam perkembangannya tingkat pengawasannya menjadi berkurang seiring dengan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh. Mereka juga membantu staf konservasi lain dalam melaksanakan pekerjaan konservasi, dan jika memungkinkan juga membantu dalam pelaksanaan analisis dan penelitian (riset).
Uraian Tugas:
Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator Pembantu.
Melaksanakan pekerjaan konservasi secara terus-menerus pada karya-karya seni, artifak, relik, dan benda koleksi lain dalam (pengawasan) lembaga konservasi, seperti:
1. Pencucian, pencopotan bahan penguat (support/ back-up) yang sudah tidak memenuhi syarat, dan menggantinya dengan bahan lain yang lebih cocok, seperti: perekat berupa film atau (cello)tape magnetik;
2. Memperbaiki sobekan pada barang sablonan (prints), gambaran (drawing), dan dokumen arsip/ naskah (archival documents), perlakuan penjilidan buku (book bindings), melaksanakan prosedur penjilidan; dan penguatan kertas yang rusak dan rapuh;
3. Penggandaan film dan bahan (pita) perekam suara ke standard arsip;
4. Perlakuan benda logam dengan teknik-teknik stabilisasi, seperti: elektrolisis; dan
5. Perlakuan konsolidasi (permukaan benda), perlakuan atau pengecatan ulang/ “nisir” (repainting/ inpainting) benda etnografi dan artifak.
6. Pengawasan terhadap staf bawahan (pembantu).
7. Memberikan instruksi-instruksi dalam penanganan dan pemeliharaan benda-benda koleksi.
8. Membantu program kerja pelatihan staf dalam pekerjaan konservasi, termasuk pengawasan siswa, peserta kursus/ diklat-diklat konservasi tingkat ke-3 (tertier).
9. Menyiapkan dan memperlengkapi catatan-catatan kondisi benda, (usulan) perlakuan konservasi, dan catatan-catatan teknis lain.
KONSERVATOR Konservator 1
Tingkat Kerja Dasar
Definisi:
Dibawah pengawasan yang tidak begitu ketat, orang-orang ini mampu melaksanakan penelitian dan analisis; serta melakukan konservasi karya seni, artifak, relik, dan benda-benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan menggunakan metode/ teknik-teknik yang memadai.
Gambaran:
Orang-orang pada tingkat ini dinilai memiliki pengetahuan cukup terhadap metode-metode dan teknik-teknik konservasi; serta mampu memilih dan menerapkan bahan (materials) dalam proses konservasi secara benar. Mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: lukisan jagrag (easel painting), karya seni bermedia kertas, buku-buku, (pita) film, pita perekam suara, foto-foto, logam, tekstil, atau benda-benda lain bermedia komplek (campuran).
Konservator pada tingkat ini dapat diminta untuk mengawasi staf konservasi bawahan.
11
Uraian Tugas:
Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 1.
Melaksanakan penelitian dan analisis karya seni, artifak, relik, benda-benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi untuk mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan konservasinya.
Melaksanakan konservasi karya seni, artifak, relik, benda-benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan menggunakan metode-metode dan teknik-teknik yang memadai; dan melaporkan perlakuan konservasi yang dilaksanakan, seperti:
1. Pembersihan (permukaan) lukisan; melaksanakan penguatan (supports); “nisir” (inpainting); dan konsolidasi terhadap cat yang terangkat (cracking) pada lukisan;
2. Memperbaiki sobekan pada barang sablonan (prints), gambaran (drawing), dan dokumen arsip/ naskah (archival documents), perlakuan penjilidan buku (book bindings), melaksanakan prosedur penjilidan dan penguatan kertas yang rusak dan rapuh;
3. Penggandaan film dan bahan (pita) perekam suara ke standard arsip;
4. Perlakuan benda logam dengan teknik-teknik stabilisasi, seperti: elektrolisis; dan
5. Perlakuan konsolidasi (permukaan benda), perlakuan atau pengecatan ulang/ “nisir” (repainting/ inpainting) benda etnografi dan artifak.
6. Pengawasan terhadap staf bawahan (pembantu).
7. Memberikan instruksi-instruksi didalam penanganan dan pemeliharaan benda-benda koleksi.
8. Membantu program kerja pelatihan staf dalam pekerjaan konservasi, termasuk pengawasan siswa, peserta kursus/ diklat-diklat konservasi tingkat ke-3 (tertier).
9. Menyiapkan dan memperlengkapi catatan-catatan kondisi benda, (usulan) perlakuan konservasi, dan catatan-catatan teknis lain.
KONSERVATOR Konservator 2
Tingkat Kerja Dasar
Definisi:
Dibawah pengawasan yang terbatas, orang-orang ini mampu mengarahkan pekerjaan kelompok yang diemban dalam pelaksanaan konservasi khusus karya seni, artifak, relik dan benda-benda koleksi lain di laboratorium konservasi. Dibawah pengawasan yang terbatas, orang-orang ini juga mampu melaksanakan penelitian dan analisis; serta melakukan konservasi tingkat lanjutan terhadap karya seni, artifak, relik, dan benda-benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi dengan menggunakan metode/ teknik-teknik yang mantap.
Gambaran:
Orang-orang pada tingkat ini dipandang memiliki pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup, serta mampu menampilkan metode-metode dan teknik-teknik konservasi. Disamping ia telah menunjukkan kompetensi unjuk-kerja konservasi
12
(sungguh-sungguh dengan tidak berpindah-pindah profesi). Mereka secara umum dapat diminta untuk mengawasi staf bawahan/ pembantu.
Orang-orang ini juga mampu mengarahkan pekerjaan kelompok staf. Mereka dapat juga melaksanakan penelitian dan analisis; serta melaksanakan pekerjaan konservasi.
Uraian Tugas:
Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 2.
1. Merancang sebuah program kerja konservasi untuk sebuah kelompok;
2. Mempertimbangkan peralatan dan permintaan sumber daya baru; serta peng-konsepan rekomendasi bagi staf senior;
3. Menjamin penggunaan peralatan secara optimal;
4. Mengalokasikan tenaga didalam kelompok;
5. (Bilamana perlu) membantu staf bawahan/ pembantu; dan menunjukkan saran bagi staf pada institusi konservasi lain dalam aspek-aspek teknis konservasi;
Melaksanakan konservasi tingkat lanjutan terhadap karya-karya seni, artifak, relik, dan benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi meliputi pengembangan dan atau adaptasi metode atau teknik-teknik yang lebih baik. Sebagai contoh:
6. Memperbaiki kerusakan pada kertas yang sangat rapuh;
7. Mengkonsolidasi secara ekstensif terhadap kerusakan atau pengelupasan cat (cracking) pada lukisan;
8. Melaksanakan kerja konservasi secara ekstensif atau pekerjaan “nisir” (inpainting) yang rumit pada lukisan;
9. Memperbaiki atau merestorasi benda-benda koleksi yang sangat rentan dan rumit, seperti: kelim renda (lace) dan peta-peta kuno yang sangat rapuh;
10. Perlakuan terhadap benda-benda etnografi yang rentan/ rapuh;
11. Merestorasi/ penjilidan buku-buku; dan
12. Memperbaiki tatakan (inlays) yang terbuat dari kayu, kulit[binatang] (leather), atau logam.
13. Melaksanakan penelitian masalah-masalah konservasi, dan bilamana mungkin menerapkan hasil penelitian itu;
14. Melaksanakan survai dan laporan-laporan bagi kebutuhan konservasi benda koleksi;
15. Melatih staf dalam pekerjaan konservasi, termasuk supervisi terhadap siswa-siwa dari suatu program kursus/ diklat konservasi (dari tingkat ke-3);
16. Memberikan saran yang berkenaan dengan aktifitas kurasi (pengelolaan koleksi) dan staf lain yang berhubungan dengan penyimpanan, pemindahan koleksi, dan kebutuhan pada sebuah pameran koleksi;
17. Memberikan saran dalam perawatan, perbaikan, dan rehabilitasi benda-benda koleksi yang rusak dalam keadaan genting, seperti: bencana banjir, kebakaran, gempa, dll.
18. Melaksanakan atau mengatur analisis instrumental komplek dan interpretasi-nya;
19. Mengarahkan program-program restorasi yang berhubungan dengan bidang kegitan konservasi.
13
KONSERVATOR Konservator 3
Tingkat Kerja Dasar
Definisi:
Dibawah pengawasan yang terbatas, orang-orang ini mampu mengarahkan pekerjaan sebuah seksi konservasi pada laboratorium konservasi.
Dibawah pengawasan yang terbatas, orang-orang ini mampu melaksanakan penelitian dan analisis tingkat lanjutan; serta melaksanakan konservasi terhadap karya seni, artifak, relik, dan benda-benda lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi yang memerlukan tingkat inovasi dan kemahiran (skill) yang tinggi.
Gambaran:
Orang-orang pada tingkat ini memiliki pengalaman yang begitu memadai dalam bidang konservasi. Dan karena bidang konservasi ini sangat ditekuninya, maka orang tersebut dapat dikualifikasikan sebagai ahli dalam bidang konservasi.
Bagi orang yang memiliki pengetahuan mendekati kualifikasi tingkat ke-3 dalam disiplin ilmu yang berhubungan, seperti: sains konservasi, seni rupa, atau ilmu bahan (materials science) cukup berpengaruh terhadap unjuk-kerja konservasi pada tingkat ini.
Orang-orang ini dapat mengarahkan sebuah seksi, serta mampu melaksanakan penelitian, analisis; dan melaksanakan pekerjaan konservasi.
Uraian Tugas:
Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 3.
1. Merancang sebuah program kerja konservasi bagi seksi yang bersangkutan;
2. Menjamin penggunaan sumber daya yang ada secara optimal;
3. Mengakses dan membuat rekomendasi bagi kebutuhan peralatan-peralatan baru dan sumber daya yang diperlukan;
4. Mengalokasikan tenaga-kerja dalam seksi yang bersangkutan;
5. Membantu (membina) staf bawahannya, bilamana perlu dan
6. Memberikan saran kepada staf institusi konservasi lain dalam aspek-aspek teknis konservasi, yang meliputi: konservasi, penyimpanan, pemindahan (transport), dan kebutuhan-kebutuhan bagi pameran benda koleksi;
7. Melaksanakan konservasi karya-karya seni, artifak, relik, dan benda-benda koleksi lain dalam (pengawasan) sebuah institusi konservasi yang memerlukan tingkat inovasi dan kemahiran yang tinggi, seperti: dengan memperlengkapi dan mengawasi penyelidikan masalah yang jalan-keluarnya belum diketahui.
8. Melaksanakan penelitian tingkat lanjutan terhadap masalah-masalah konservasi yang lebih rumit; dan mengembangkan metode-metode dan/ atau teknik-teknik baru, yang kemudian hasil-hasilnya dapat diterapkannya.
Mengembangkan dan memperlengkapkan strategi kebijaksanaan untuk mengatasi bencana, seperti:
9. Memberikan masukan pada masalah-masalah yang ada hubungannya dengan perawatan, perbaikan (recovery), dan rehabilitasi benda dalam bencana yang tak terduga, seperti: kebanjiran, kebakaran, gempa, dll.
10. Pelatihan staf dalam teknik-teknik pengelolaan koleksi (kurasi) yang rusak.
14
KONSERVATOR Konservator 4
Tingkat Kerja Dasar
Definisi:
Dalam keterbatasan kebijaksanaan yang diberikan, konservator tingkat ini masih mampu merumuskan, mengarahkan, dan mengendalikan program konservasi pada sebuah institusi/ lembaga yang besar.
Gambaran:
Ada gambaran umum pada “Petunjuk/ Guide-lines” dibawah, hanya satu kedudukan (jabatan) dalam sebuah institusi yang besar.
Orang-orang pada tingkatan ini mampu memberikan saran dalam masalah-masalah konservasi kepada kepala (pimpinan tertinggi) pada lembaga yang bersangkutan. Mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang konservasi lebih dari cukup memadai; dan dapat dikualifikasikan sebagai ahli konservasi.
Orang yang memiliki pengetahuan mendekati kualifikasi tingkat ke-3 dari disiplin ilmu yang berhubungan, seperti: sains konservasi, seni rupa, dan ilmu bahan (materials science) sangat mempengaruhi dalam memberikan unjuk-kerja konservator pada tingkat ini.
Uraian Tugas:
Uraian tugas yang disebutkan dibawah ini merupakan ciri dari Konservator 4.
Memberikan saran kepada kepala (pimpinan tertinggi lembaga yang bersangkutan) dan staf lembaga; bilamana perlu bagi lembaga atau badan-badan lain dalam kebutuhan-kebutuhan konservasi benda koleksi.
Merumuskan, mengarahkan, dan mengendalikan program konservasi pada sebuah lembaga besar.
Memperlengkapi dan mengarahkan berbagai perangkat bagi program pengembangan staf konservasi.
Petunjuk/ Guide-lines:
Pada keadaan perkecualian, sebuah kedudukan/ jabatan dapat diputuskan pada tingkatan ini, yang mana tidak harus bertanggung-jawab terhadap program konservasi pada sebuah institusi yang besar. Tetapi lingkup pekerjaan konservasi yang diberikan tetap merupakan sebuah kontribusi penting dan unik bagi program yang diemban oleh seorang ahli konservasi berkualifikasi dan cukup dikenal secara internasional.
oleh: Puji Yosep Subagiyo
Jakarta 2015
ALUR STUDI KOLEKSI, KONSERVASIDAN KOMPUTERISASI DATA TEKSTIL
MUSEUM NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
(e-Learning Pack)
Slide 01.
Pengertian Konservasi menurut American Association of Museums (AAM 1984:11):
1. Perlakuan secara menyeluruh untuk memelihara koleksi dari kemungkinan suatu kondisi yang tidak berubah; misalnya dengan kontrol lingkungan dan penyimpanan benda yang memadai, di dalam ruang simpan atau displai.
Penyinaran terlalu kuat Lampu dalam vitrin Lampu diluar vitrin
Mobile racks untuk koleksi Rolling & Packing for textiles
2. Pengawetan benda, yang memiliki sasaran pokok suatu pengawetan dan penghambatan suatu proses kerusakan pada benda.
Vacuuming (penyedotan debu) Washing (pencucian)
pembersihan dengan air hangat + sabut untuk membersihkan kotoran debu yang tidak terangkat dengan cara vacuuming + menetralkan keasaman.
Slide 02.
3. Konservasi restorasi secara aktual, perlakuan yang diambil untuk mengembalikan artifak rusak mendekati bentuk, desain, warna dan fungsi aslinya.
4. Kajian ilmiah secara mendalam dan pengamatan benda secara teknis.
METODE ANALISIS BENDA DAN BAHAN
ANALYTICAL METHODSSUBJECTS
OBJECT STRUCTURE
MACRO STRUCTURESTRUCTURAL OR TEXTURAL
GREATER THAN 0.1 MM
thread structure, etc.)
(eye, glass, microscope) Ultra-Violet Light
COMPLETE STRUCTURE(form, design/ layout, etc.)
COMPLETE OBJECTPROVENANCEEthnographic Features: origin,
Socio Cultural Anthropology,Ethnography, Art History,
MICRO STRUCTURESTRUCTURAL OR TEXTURAL
SMALLER THAN 0.1 MM
Electron Microscopy (SEM, TEM, STEM) Electron Microbeam Analysis
CRYSTAL STRUCTUREMETALLIC ELEMENTS AND
OTHERSsalts, mordant, corrossion
products, etc.)and electron)
METALLIC ELEMENTS, DYES AND OTHERS. (pigments, dyes,
adhesives, polymers, etc.)
ELEMENTAL STRUCTUREand COMPLEX COMPOUNDS x-ray) Chromatographic Analysis
(paper, TLC, GC, PyGC and HPLC)
Slide 03.
SEJAR
AH
NUMISM
ATIKDAN HERALDIK
AR
KEO
LOG
IPRASEJARAH
ETNO
GR
AFI
GEO
GR
AFI
Kelom
pok
INVENTARISASIDAN PENELITIAN
PEMILIK BENDA
PENGELOLALAIN-LAIN
*TIM/PANITIA*
**
BIDANGREGISTRASI
DANDOKUMENTASI
TIM PENGADAAN
KOLEKSI, PANITIA PAMERAN, DLL.
DIUSULKAN/DITAWARKAN
MENJADIKOLEKSIMUSEUM
DIDAFTAR/DICATAT SELEKSI
MEMENUHI SYARAT
TIDAKMEMENUHI
SYARAT
BEN
DA
DIBELI*DIHIBAH/*
SUMBANGKANDIPINJAM/*LAIN-LAIN*TITIPKAN
MENJADI KOLEKSI MUSEUM
DIREGISTRASI DAN
DOKUMENTASI
BIDANGREGISTRASI
DAN DOKUMENTASI
1. Nomor Registrasi2. Nomor Inventaris3. Nama Koleksi4. Kelompok
a. Pembuatanb. Perolehan
6. Asal (Tempat)
a. Sementarab. Tetap
a. Bahanb. Ukuranc. dll.
7. Deskripsi Singkat
a. Cara Perolehan (hibah, beli/harga, dll.)b. Kegunaan
8. Riwayat Singkat
9. Keterangan Tambahan
Data Isian Registrasi
5. Lokasi Simpan(Sub Kelompok)
PENGELOLA KOLEKSI
KOMPUTERISASI
DA
TA K
OLEK
SI
DITERIMA/ MASUK
DITOLAK/ KELUAR
Pengelola/ Pelaksana
(RE) INVENTARISASI/ (HER) REGISTRASI
1. Nomor Registrasi2. Nomor Inventaris3. Nama Koleksi4. Kelompok dan
a. Pembuatanb. Perolehan
6. Asal (Tempat)
a. Sementarab. Tetap
a. Bahanb. Ukuranc. dll.
7. Deskripsi Lengkap
a. Cara Perolehan (hibah, beli/harga, dll.)b. Kegunaan
8. Riwayat Lengkap
9. Keterangan Tambahan
Data Isian Inventarisasi
5. Lokasi SimpanSub Kelompok
10. Referensi
Pengelola/ Pelaksana
TIM PENGADAAN KOLEKSI,PANITIA PAMERAN, DLL.DENGAN PERSETUJUAN
KEPALA MUSEUM
(10)(20)
(30)(40)
(50)(70)
KERAMIK
(60)
ALUR KELUAR-MASUK KOLEKSI DAN KOMPUTERISASI DATA
Slide 04.
Gambaran Ilmu Dasar dan Teknologi Bahan
Sistem Perujukan BendaSeni - Budaya
Data Isian Registrasi
STUDI KOLEKSI
Data Isian Inventarisasi
DA
TA K
OLE
KS
I K
OLEK
SI
Data Isian Registrasi
1. Nomor Registrasi2. Nomor Inventaris3. Nama Koleksi4. Kelompok
a. Sementarab. Tetap
5. Lokasi Simpan(Sub Kelompok)
Data Isian Inventarisasi
1. Nomor Registrasi2. Nomor Inventaris3. Nama Koleksi4. Kelompok dan
a. Sementarab. Tetap
5. Lokasi SimpanSub Kelompok
REINVENTARISASIHEREGISTRASI
Data Isian Katalogisasi1. Nomor Registrasi2. Nomor Inventaris3. Nama Koleksi4. Kelompok dan
6. Asal (Tempat)5. Lokasi Simpan
Sub Kelompok
7. Deskripsi Lengkap
REKATALOGISASI
REGISTRASIINVENTARISASI
KATALOGISASI
Data Isian Katalogisasi
1. Nomor Registrasi2. Nomor Inventaris3. Nama Koleksi4. Kelompok dan
6. Asal (Tempat)5. Lokasi Simpan
Sub Kelompok
7. Deskripsi Lengkap
1. Nomor Registrasi2. Nomor Inventaris3. Nama Koleksi4. Kelompok
a. Sementarab. Tetap
5. Lokasi Simpan(Sub Kelompok)
1. Nomor Registrasi2. Nomor Inventaris3. Nama Koleksi4. Kelompok
a. Sementarab. Tetap
5. Lokasi Simpan(Sub Kelompok)
KONTEKS KULTURAL(benda dalam konteksnya)
INTERPRETASI(benda ke-konteksnya)
PROSES KURASI(benda hilang konteksnya)
ANALISAKOMPARATIF
3
4
1
Skema Proses Kurasi
ABC-PQRRUMUS
Age = UmurBeauty = KeindahanCondition = Kondisi
Price = HargaQuality = Kualitas
Rarity = Kelangkaan
James Clifford (1988:224)Susan M. Pearce (1994:263)
Lawrence van Vlack (1985)Pamela B. Vandiver, et.al. (1991)
Susan M. Pearce, edit. (1989:99)
(1000) ETNOGRAFI (Klp)Kelompok & Kode
(1100) Tekstil (SubKlp)(1101) Batik (SubSubKlp)(1102) Ikat(1176) Ikat Pakan
(2000) GEOGRAFI
(3000) SEJARAH
(4000) ARKEOLOGI
(6000) KERAMIK
(7000) PRASEJARAH
(1179) Ikat Pakan + Songket
(5000) NUMISMATIK &HERALDIK
ALUR STUDI - INTERPRETASI KOLEKSI
2
Slide 05.
TIDAK ASLI
ADIKARYA(masterpiece)
ARTEFAKTA(Artefact)
Bukan Seni:reproduksi, komersial.
Bukan Budaya:baru, tidak umum.
Seni:asli, tunggal.
Budaya:tradisional,
kolektif.
4.
Sejarah dan Cerita Rakyat
kultural, kerajinan, dll.)
2.
Penemuan Baru(museum teknologi, seni kriya, barang bukan seni, dll.)
3.
Kemahiran membedakankarya seni (museum seni,
1.
Seni-turis, komoditi,souvenir, dll.
ASLI(authentic)
SISTEM PERUJUKAN BARANG SENI-BUDAYA
(non-authentic)
PERFORMANS (tatalaku)(distribusi, kegunaan, tekno-
fungsi, sosio-fungsi, dsb.)
STRUKTUR (mikro & makro)(atribut formal, atribut stilistik
dan tipologi)
SIFAT-SIFAT
PROSES MANUFAKTURAL(seleksi bahan, sintesis bahan,
prosesing bahan, desain, manufaktur)
PengetahuanEmpiris
PengetahuanIlmiah
GAMBARAN ILMU DASARDAN TEKNOLOGI BAHAN
KONTEKS KULTURAL(benda dalam konteksnya)
INTERPRETASI(benda ke-konteksnya)
PROSES KURASI(benda hilang konteksnya)
ANALISAKOMPARATIF
3
4
1
2
Skema Proses Kurasi
ABC-PQRRUMUS
Susan M. Pearce, edit. (1989:99)
Ref.: James Clifford (1988:224)
Ref.: Lawrence van Vlack (1985);Pamela B.Vandiver, et.al. (1990).
Susan M. Pearce (1994:263)
pasar seni, dll.) (museum etnografi, barang
(fisik & kimiawi)
Age = UmurBeauty = KeindahanCondition = Kondisi
Price = HargaQuality = Kualitas
Rarity = Kelangkaan
Slide 06.
TENUN NIR-TENUN PENCELUPAN PIGMENTASI
KOLORASIFABRIKASI
ATRIBUT TEKNOLOGIS
Sila
ng P
olos
Per
mad
ani
Keli
m
Rep
Su
ng
kit
Sula
m (B
ordi
r)
Sula
m C
ucuk
Sula
m B
anta
l
So
ng
ket
Perc
a
Bati
k
Ikat
Jum
pu
tan
Tri
tik
Pra
da
Sab
lon
Co
let
Dam
as
Pil
ih
Bro
kat
ATRIBUT FORMAL
ATRIBUT STILISTIK
Alur Kajian Tehnis dan Tata Urut Penamaan
Ikat lungsi pada kain Hinggi Kombu (Sumba)Proses tritik
Sulam cucuk (couching), percik kaca. Mata-bantal dari Sumatera.
Inv.: 27040.
Sulaman (-cucuk) (embroidery). Hiasan bantal dari Sumatera. Kol. Musnas, No. Inv.: 27039.
Proses jumputan
Kain Jumputan/ Plangi (Ikat Kain)
Crepe-like E�ect
Blur-like E�ect
Tabby 1/1, 16/22, Z Tabby 2/2, 24/24, Z Twill 2/2, 20/24, Z
SABLON
PRADA
TRITIK
BATIK
Crepe-like E�ect
Cra
ck-l
ike
E�ec
t
Slide 07.
Stylistic
kain
sar
ung
kain
tam
pan
tape
lak
mej
a
saru
ng ta
pis
ulos
sapu
tang
an
Mot
if (H
iasa
n) D
esig
n (C
orak
)Pa
ttern
(De
sain
/ Po
la K
ain)
kain
pal
epai
sele
ndan
g
sabu
k, k
ain
drin
gin,
sam
pur,
etc.
Three Dimension Two Dimension
Corak MotifSet of forms to the shape,
Corak WarnaChroma-Hue-Value, e.g.:
light blue, dark-blue, red, etc.
Ragam Hias/ MotifFigure/ feature, e.g.:
Tailo
ring
mod
els/
des
ign,
rel
atin
g to
th
e fu
nctio
n &
dim
ensi
on (
Cont
oh
pola
, sep
erti
untu
k pe
njah
itan)
.
Pola-Hias KainArrangement of form,
disposition of parts for the motifs, e.g.: badan, kepala,
tengahan, kemada, etc.
kain
dod
ot, k
ampu
h, e
tc.
Patt
ern,
Des
ign
& M
otif
(Pol
a, C
orak
& M
otif)
Des
ign
& M
otif
(Cor
ak &
Mot
if)Pa
tter
n, D
esig
n &
Mot
if(P
ola,
Cor
ak &
Mot
if)Pa
tter
n(P
ola)
spre
i, ta
pela
k m
eja,
etc
.ka
rpet
(rug
/ tap
estry
), hi
asan
din
ding
(wal
l-han
ging
), pa
lam
pos,
etc
.
kain
beb
ed, t
apih
/ sin
jang
Slide 08.
Iket
Kep
ala
and
Dod
ot/
Kam
puh
Sere
d
Pengada
KemadaBa
dan
Kain
Kemben, Selendang, Kain Dringin, Sampur, etc.
Tengahan(belah ketupat)
Kain
Pan
jang
, Sel
enda
ng, e
tc.
POLA HIAS KAIN (MOTIF PATTERN OF THE CLOTH)
Motif pattern of the other cloth types, such as:
bebed, sinjang, etc.
Kepala Kain
Badan Kain
Tengahan (blumbangan)
Kepala KainSe
red
putih
orna
men
tal b
and
peng
ada
Bada
n Ka
in
Kepala Kain
Slide 09.
core
core wire spiralsstrip
rings
disksstrip
core
strip
strip
substrate
substrate
metal dusts metal leaves
weft
warp
weftwa
rp
(in)organic pigments
synthetic/natural dyes
core
strip
core
strip
(cellulosic orproteinaceous)organic substrate
III
IV
V
II
I
COLOURANTS & ATTRIBUTES
FABRIC CONSTRUCTIONAND ATTRIBUTES
METAL APPLICATION, ATTRIBUTESAND CATEGORIES
FIBERS & YARNCONSTRUCTION
metal dusts
metal leaves
adhesive
adhesive
weft
warp
fibre
Copyrigh
ts by Puji Yosep S
ubagiyo, Prim
astoria Stu
dio 2015.
TWIST
SZZSYARN CONSTRUCTION
FIBRE MORPHOLOGY
singlefibre
tech
nica
l fib
re
TWIST(SPIN DIRECTION)
zs
s
zzzz
zz
PLY(COUNT OF SPIN)
1,53
3
6666
66
DENSITY(COUNT OF WARPS/WEFTS IN CM2)
1 cm
21 cm2
Plain Weave orTabby (6/7)
(cellulosic orproteinaceous)organic substrate
Analisa Struktur,Bahan & Teknik
ANATOMITEKSTILINDONESIA
ANATOMITEKSTILINDONESIA
Gambar
Slide 10.
I. II. III. IV. V.
AsiaCinaJepangIndia Indonesia
ThailandBirmaButanTibetAsia TengahPersiaTimur TengahBizantine
v-?vv-vvv?
v?vvv
vvvv-???vvvvv
vvvv-????----
PharonicCopticAfrika UtaraSuku campuran
Afrika
Post-HispanicPre-HispanicNorth & South Amerind
Belahan Bumi Barat
EropaYunani & Romawi KunoBelanda dan BelgiaEropa Timur (Balkan, Rusia, dll.)InggrisPerancisJermanItalia * Luccan * Sicilia * VenesiaSkandinaviaSpanyol
FatimidTulunidSeljukBuvidTimuridMamlukOttomanPersia (Safavid, Qajar)IndiaSpanyolSiciliaCampuran (lihat Afrika dan Indonesia)
Islam
vvvv-???v?vv?
?-
v??
??vv?
?---
?---
?---
---
---
---
---
---
----?_vvv??
v?
v-
v?-v?vvvvv
v
--
v?-vv---vv
v
-----------
v
?----v?vv??
v
?v
vvvv
??vv?
?v
vvvv
??vvv
??
????
vvvvv
?-
----
-----
?v
v?vv
vvv??
-?-?vv?-?v???-?vv
Catatan: v = contoh diketahui; - = contoh tak diketahui tetapi disetujui; -? = contoh tak dikenal & observasi terbatas; v? = contoh dikenal tetapi sebagai barang impor.
K A W A S A N Negara
K a t e g o r i
Persebaran Berbagai KategoriPenerapan Logam Pada Tekstil
Slide 11.
DATE METHODS MAJOR DEVELOPMENTS
Modern Times(After A.D. 400)
2,500 B.C.
40.000 B.C.
75.000 B.C.
100.000 B.C.
500.000 B.C.
1.000.000 B.C.
5.000.000 B.C.
Stone Inscription(KUTAI KINGDOM)
Origin of Agriculture
Pithecantropus erectus.
Early Human
Historical Documents(Chronometric dating)*Dendrochronology,Imported Objects.
Radiocarbon/Kalium Dating(organic materials)
Potassium-argon Dating(volcanic materials/minerals)
Chronometric dating by historical record = a method used for dating by analogy of typology, materials, and stylistic analysis etc. with their relevancy in historical records (in the contexts of distributions, trade, environments, etc.)
*
Dating
Slide 12. Penanggalan Kronometrik (CHRONOMETRIC DATING)
Crea
ted
by P
uji Y
. Sub
agiy
o, P
rimas
toria
Stu
dio
2015
1596 1602 1613 1619 1632 1645 1660 1695 1778 1815
1825-30 1868 18831900 1908 1928 1933
1945
1950 1962
1973
CE78 400 450 500518600 670 700732 900 960 10001279 1292 1370 1400
1453
15001509 1516
1528
There were mineral alum and madder imported from Mecca and Aden (Medinah), included coral and copper.
On February 29, 1950, the Batavian Society was changed into the name ‘the Institute of Indonesian Culture’.
The fragment recontruction on terracota with straight and waved lines is an evidence for the earliest textiles.
The First Hinduism Kingdom
BCE3000 - 2000
PRE HISTORY (NEOLITHIC) Pithecantropus erectus
(manusia trinil).
BRONZE AGE Aji Çaka
HISTORY (Kutai Kingdom) (Kalimantan, Hindu)
800 - 200Ikat lungsi (warp) is considered present in the time. The textile with geometrized
regions are Kalimantan (jackets and breechclouts from Dayak Iban, D.Bahau and D.Kenyah), Sumatera (ulos from Batak, Palepai and Tampan from Lampung), Sulawesi (Toraja), Nusatenggara (Timor and Sumbawa) and Bali. Songket or supplementary warp was also present in that time (?).
(1)
Motifs on the bronze-wares from that era is similar to the textile design and pattern of No.1. Bronze-wares from that era, for example kettle drums and axes which
(2)
TARUMANEGARA (Jawa Barat, Hindu) Chinese chronicles mention that certain King of North Sumatera wore silk cloth.
The stone inscription found is as foundation of Indonesian Historic period.(3)(4)
MATARAM I (Jawa Tengah, Hindu)
(6) In Aceh, sappan-wood (secang) already was one of the outstanding export stuffs to the Arab. The secang dye work was considered as the oldest native red dye work.
(7)Palembang) or in Design Javanese Batik, jelamprang, attesting to origin in the Hindu-Indonesian Period.There was a barter trade which were Indonesian cotton cloth and Chinese silk. Silk patola cloth (may from India) also present in the era (Javanese and Sumatrans called as ‘cindai’).
(8)
SRIWIJAYA(Sumatera Selatan, Hindu)
The Sung dynasty mentions that cotton goods from Java were used as princely presents.(9)
* Borobudur and Prambanan* Kain Prada
(11) Because the fall of Constantinople in 1453, the European merchants sought to purchase spices, which at that time were very rare and quite expensive, directly the producing country, i.e. Indonesia.
King Hayam Wuruk who succeeded in reuniting the Indonesian Archipelago was among the re-owned rulers of that period of Hindu Kingdoms. The same period saw the building of the Borobudur Buddist sanctuary under the Çailendra dynasty in Central Java and Prambanan Hindu temple by King Daksa.
Portuegese was the f i rs t European to set foot in Indonesia.
(14)
(15)MATARAM II
(Jawa Tengah, Islam)
(16)The Dutch settled in Bantam (Banten), West Java.
The Dutch established the Nether lands East Ind ies Company (VOC).
(17)
Kolonialisasi, Jatuhnya Kekuasaan, JAYAKARTA
Governor General Jan Peterzon Coen succeeded in gaining the authority over Jayakarta, which was renamed ‘Batavia’. That time was beginning of the colonialism by the Dutch.
(23)
Sultan Agung introduced the Islamic-Javanese calendar and was patron of the Arts and Crafts.
(20) Gunung Merapi (a volcano name in Central Java) eruption sent a plenty of minerals, i.e. mineral alum.
(22) The Batavian (presently Jakarta) Society for the Arts and Sciences was founded in Jakarta on April 24, 1778.
(19)
Indian cotton (from Madapolam and Calicut) have been supplanted by European fabrics.In the colonialism era the Fierce battles broke out everywhere led by brave patriots, like as Prince Diponegoro (1825-1830) in Central Java.
(24)
(26) Gunung krakatau (a volcano name in the Java Sea, close to Banten District) eruption also sent a plenty of minerals.
(28)
(27)Artificial Indigo and Alizarin
Because in this period of national awakening was heralded by ‘Boedi Oetomo’, the organization founded on May 20. Its ultimate aim was the establishment of an Independent Indonesian State.
(29) The Indonesian youth, in the 2nd congress on October 1928, called for unity among the Indonesian youth and pledged allegiance to ‘One Nation, Indonesia, One Motherland, Indonesia, One Language, Bahasa Indonesia’.
(31) Indonesia proclaimed the Independence and established Unity State of the Republic of Indonesia covering the territory of the former Netherlands East Indies.
(18)
(13)MADJAPAHIT(Jawa Timur, Hindu)
HISTORICAL RECORDSPERIODS YEAR
The Institute was presented to the Indonesian Government which then is administered under Ministry of Education and Culture. The institution was also changed its name into Central Museum that become the National Museum to the present time.
(33)
(32)
REPUBLIC OF INDONESIA,(Negara Merdeka, Modern)
Conservation Lab for the National Museum of Indonesia.
Secang-wood and mengkudu were in common use by using mineral alum (Javanese called it as tawas) and plant alum (probably Jirek). However, the plant alum was considered the older mordant than the mineral alum. [The raw materials were treated with oil (castor) and lye (ash from burning rice stalks, or trunks of various trees of banana) that dyes from Morinda mixed with Jirek, Symplocos fasciculata Zoll.] Sugar, indigo, and coffee from Java and Sumatera were exported to Europe.
(21)
The new museum bu i l d ing (presently National Museum) was opened in Jalan Merdeka Barat 12, Jakarta.
(25)
Chinese source of the Ling and T’ang dynasties: the people of Java and North Coast of Sumatera wore cotton in use in Sumatera as early as the 6th century. There
are 3 species of Gossypium, i.e. G. herbaceum (the most common), G. obtusifolium (in Southern Sumatera, cultivated by the Dutch), and G. brasiliense (Malay Peninsula, cultivated by the British).
(5)
Ikat pakan (weft) together with import silks were brought by Indians and Islamic traders to Java and Sumatera (possibly, also applications of beads, sequins, glass/
mirrors, and gaining of the knowledge of technique for mixing color/dye). The regions of the two islands that were contacted by the mentioned traders were as indication of silk and songket clothes, and probably silver and gold threads. Other regions: Palembang (South Sumatera), Donggala (Central Sulawesi), Bugis (South Sulawesi) and Bali. In old Javanese written source suggest that ‘kain prada’ enjoyed very great popularity in aristocratic circles in East Javanese Kingdom of Madjapahit. (In Bali, gold leaf was an important article of commerce imported from China and Thailand via the port of Singaraja in the latter half of the 19th century).
(10)
In Palembang, was cultivated the mulberry trees for Bombix mori foods (silk coccon), it was also in Sulawesi. Typical silk cloth colors are red, green,
blue and other bright colors. Silver and gold threads was utilized throught the supplementary weft technique, which raises the metallic threads to the surface of
(12)
The Board Commerce and Industry of the Dutch East Indies published the Native Batik Industry. Some German synthetic dyestuffs
the years 1920 to 1928 come into use in Jakarta and Pekalongan. e.g. for red color (aniline of Beta-hydroxy naphthoic acid, which applicable in cold water), for basic yellow (Auramine-O, Ciba Ltd., Basle), form brown (a benzidine dyestuffs, called soga-soga which developed with diazo compounds).
(30)
Slide 13.
Observasi, Perawatan dan Pengawetan TekstilKain Patola berfungsi sebagai tapih atau selendang dari Gujarat (kemungkinan Patan) – India
untuk pasar Indonesia pada abad ke-18 M. Perhatikan dua kain ikat ganda bermotif patola berbahan sutera (No. Inv. 19084 dan 26491) dibawah ini.
Kain Patola 1, no. inv. 19084, ikat ganda, bahan: sutera, ukuran: 400 x 100 cm.Diregistrasi : 9 April 1927 (87 tahun)
Selendang Cinde, no. inv. 26491, ikat ganda, bahan: sutera, ukuran: 228 x 86
cm. Diregistrasi: Januari 1949 (65 tahun)
Kain Patola 2, no. inv. 18764, bahan: kapas, ukuran: 238 x 87 cm.
Diregistrasi: est. 1924 (90 tahun)
Kain Patola 2 (18764) yang berfungsi sebagai selendang dan berasal dari Gujarat – India, dibuat untuk pasar Indonesia pada abad ke-17 sampai 18 M. Beberapa kain jenis ini kadang-kadang distempel VOC (Verenigde Oostindische Compagnie). Kain tiruan patola yang terbuat dari katun ini dibuat dengan tehnik block-printed mordant-dyed dan resist-dyed.
Dengan mengamati kondisi keterawatan di foto dan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kerusakan kain-kain sutera (yang berumur-relatif 65 dan 87 tahun) bisa disebabkan oleh garam logam untuk proses pemberatan sutera dan pewarnaan kain.
Logam pemberat sutera biasa digunakan setelah proses 'degumming' atau penghilangan zat perekat atau ‘sericin’. Penggunaan mordan alum alam yang sudah dikenal sekitar tahun 900 M telah digantikan dengan mordan alum mineral sekitar tahun 1509 (menurut catatan pedagang Arab dan Eropa), begitu juga komponen warna merah dari mengkudu (morindone) telah banyak digantikan dengan bahan-celup sintetis Alizarin. Kebanyakan bahan-celup mempunyai daya ikat dengan substratnya (benang), yang kekuatannya tergantung dari kondisi bahan-celup itu sendiri. Misalnya curcumin, yaitu zat warna kuning dari temu lawak, Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Zingiberaceae) akan dapat mengadakan afinitas dengan serat-serat selulosik, seperti kapas dan linen, secara langsung tanpa menggunakan mordan. Sehingga bahan-celup jenis ini disebut dengan zat-warna direk (direct dye). Sedangkan pemakaian mordan disamping dapat mempengaruhi warna yang dihasilkan dapat pula meningkatkan afinitas molekul zat warna pada serat. Pada tehnik pencelupan tradisional dijumpai pula bahan menyerupai mordan alum (potassium aluminum sulfate) pada jirek, Symplocos fasciculata Zoll. (Styracaceae). Apabila tumbukan babakan kayu jirek ini dicampur dengan morindone, yaitu zat warna dari mengkudu, Morinda citrifolia L. (Rubiaceae), kita akan mendapatkan warna merah pada substrat kapas. Sedangkan bahan-bahan lain yang secara tradisional juga sering digunakan seperti minyak jarak dan air merang hanya berfungsi sebagai bahan pembantu (ingredients) pada proses pencelupan, karena bahan-bahan tersebut secara kimiawi hanya membantu pendisfusian molekul zat warna kedalam sel-sel serat, dan penetran ini juga tidak mempengaruhi warna yang dihasilkan.
Perlakuan Tekstil Sebelum Penyimpanan & Pameran
VacuumingSwabbing
Washing
PaddingPackingWrappingHanging
Dry CleaningMoisturizingFreezing
FlattingFoldingRolling
Mounting
Persyaratan1. Cek kondisi pH2. Cek kandungan air3. Cek kondisi T & RH ruang simpan.4. Cek Kuat Penerangan5. Cek Radiasi Ultra Violet
Slide 14.
1 23
4
5
Beberapa Pertimbangan Teknis Sebelum PameranSlide 15.
RUANG C
ber-AC
Gambar 1c.
pengunjung 3
vitrin 3
benda 3
lampu
vitrin 3
matahari
RUANG A
NON-AC
Gambar 1a.
sinar
IR VU ranis
sinar
tam
pak
silau
tampak
blower
pengunjung 1
benda 1
vitrin 1
kabel listrik
tiang gantungan
RUANG BNON-AC
Gambar 1b.
pengunjung 2vitrin 2
benda 2
lampu
vitrin 2
lampuluar 2
rel lampujendela
1. Panel Gantung/ Gawangan2. Panel 1/2 Lingkaran3. Panel Papan Miring4. Panel Tempel5. Label
Base (Panggung)
Sinar datang dari matahari yang kemudian dipantulkan oleh kaca; yang terjadi apabila kuat cahaya matahari lebih besar dari kuat cahaya yang ada dalam vitrin (gambar 1a.). Hal serupa juga bisa terjadi berikut perilaku pengunjung yang berusaha mendekat kaca vitrin, seperti pada gambar 1b., apabila kuat cahaya Lampu Luar 2 lebih besar dari kuat cahaya Lampu Vitrin 2. Dengan demikian teknik penerangan pada gambar 1c. yang terbaik, karena pantulan benda yang disebabkan oleh Lampu Vitrin 3 dapat pengunjung terima tanpa ada gannguan (silau).
Dodota. Bentuk:375 x 115 cm.b. Ukuran:
kapas, prada masc. Bahan:biru tua, merahd. Warna:
burung, gununge. Motif/Hiasan:batik, pradaf. Teknik Pembuatan:
Kain dodot ini dibuat dengan cara batik, bagian tengahan yang berwarna merahmuda berbentuk belah ketupat ("sidangan"). Pada seluruh permukaan bidangkain (kecuali tengahan) dihiasi dengan gambar-gambar burung garuda yangdiatur secara simetris (yang berwarna kuning soga). Gambar-gambar burungini ditempatkan dalam bidang-bidang belah ketupat yang terbentuk daripemotongan bidang dasar secara diagonal. Potongan-potongan bidang ini,berikut hiasan-hiasanya isinya sebagaimana pola hias "semen" dalam batikJawa. Sebagai perbandingan lihat dodot no. 23148.Dodot termasuk pakaian keraton, kebesaran para bupati, pembesar, puteribangsawan, mempelai pria dan wanita, penari serimpi dan bedaya/ penarikeraton (jasper & Pringadie, 1997:91-95).
g. Uraian:
a. Tempat Asal:
pakaian keraton, kebesaran para bupati, puteribangsawan, .... lih. hal.2.
e. Kegunaan/ Fungsi:
14/10/1937f. Tahun Perolehan:
BeliTemuan
Hadiah/ HibahTransaksi lain
g. Cara Perolehan:
Baik Cukup Rusak Hancur7. Kondisi:
Warisan Tuan J.W. Van Dapperen yang wafat di Baturaden pada 14 Okt. 1937. diterima di MNI pada 1938. Ref.: J.E. Jasper &M. Pirngadie (1997): Seni Batik, Tim Peneliti Batik Indonesia, trans-edit-anot: S.H. Adiwoso & P.Y. Subagiyo, Tokyo - Jakarta.Subagiyo, P.Y. (1996): Metal Thread Exam..., Jambi Int. Symposium. hal.11-13.
8. Keterangan, Referensi, dll.:
Mata biasaKaca pembesarMikroskopLain-lain
9. Teknik Pengamatan: 24 September 1994Tanggal Pengamatan:
Tanda tanganKurator:
Puji Yosep SubagiyoNama Kurator:
X
5. Deskripsi Benda:
6. Riwayat Benda:
Warisan Tuan J.W. VanDapperen
lipatan
.baK.atrakaygoYDI Yogyakarta aisenodnI.porP Negara
b. Tempat Pembuatan:
c. Tempat Temuan:
d. Tahun Pembuatan:
4. Tempat Penyimpanan:
23150 b b 05132:.vnI romoN .3
Nomor Reg.:
)urab()amal(
23150 bNo. Foto:
GB.ST5.031.04
)urab()amal(
14b. (31B/7)
Kain dodot1. Jenis Koleksi: Etnografi2. Nama Benda:
(baru)(lama)
(Sub) Kelompok: Tekstil Batik,Prada
78Usia Relatif: Tahun
Silang polosSilang keparTapestriRep
SatinDamasOther...
Brokat (brocade)Kelim (slit/interlocked)Perca (applique)PilihSongketSulam (embroidery)Sulam bantal (quilting)Sulam cucuk (couching)SungkitOther...
ColetPrada
Sablon/ PrintingOther...
BiasaBatikIkat
Plangi/JumputanTritikOther...
K-1aK-1bK-2aK-2bK-2c
K-3aK-3bK-3cK-4aK-4b
K-5aK-5bOther...
KETERANGAN KHUSUS (ATRIBUT)
Tehnik Tenun/ Nir-Tenun :
Pewarnaan (Pencelupan/Pigmentasi) :
Kategori Penerapan Logam :
LEMBAR INVENTARIS TEKSTILSlide 16.
Form. LIK-Tekstil/MNI/2014
Slide 17.LEMBAR KONDISI TEKSTIL
Form. LKT-Tekstil/MNI/2014
1. Rapuh, getas = brittle (easily broken because it is hard (stiff) & not flexible).
2. Lapuk, mubut = fragile (easily broken or damaged).
1
isidnoKadneB lasAadneB amaN.vnI .oNoN
rak 6 / tingkat 4
Mata biasaKaca pembesarMikroskopLain-lain
Teknik Pengamatan: 14 Maret 2014Tanggal Pengamatan:
Tanda tanganKonservator:
Puji Yosep SubagiyoKonservator:
X
00245 b bendera1 Hancur
D. KERUSAKAN LAIN
No Foto : 245 b
Ukuran
USULAN TINDAKAN KONSERVASI (diisi oleh Konservator)
Intensitas < 50 LxRadiasi UV < 75 mW/LmSuhu Udara 20 - 25 CKelembaban 50 - 55 %Bahan Bebas AsamTahan VibrasiHindari Fluktuasi RHHindari Penyinaran Kuat
REKOMENDASI DISPLAI : REKOMENDASI SIMPAN :KONDISI SAAT PENGAMATAN :Intensitas < 50 LxRadiasi UV < 75 mW/LmSuhu Udara 20 - 25 CKelembaban 50 - 55 %Bahan Bebas AsamTahan Vibrasi
KONDISI BENDA SAAT PENGAMATAN pada tgl.
Benang LogamBenang EmasBenang PerakPercik LogamPradaOther...
Kulit KayuAnyamanSerat KapasSerat LinenSerat NanasSerat KoffoOther...
Kulit BinatangBuluSerat SuteraSerat WolOther...
BAHANPEMBENTUKBENDA
LOGAM
SELULOSE
PROTEIN
Lain-lain
Lain-lain
Lain-lain
Kotor/ debuSobekLubangLipatanPenguninganWarna berubahRapuh/ getasPerekat/ labelLain-lain
A. KERUSAKAN FISIKJamurSeranggaBubuk, kumbangLaba-labaNgengat kainRayapGegat (silver fish)KecoaKumbangBinatang pengeratLain-lain
B. KERUSAKAN BIOTIS
Pucat/pudarNoda (stains)Berlemak/minyak
KorosiKristal garamOksidasi
Lapuk/ mubutPudarBau
Lain-lainC. KERUSAKAN KIMIAWI
Catatan :
TulangKerangPigmen/ CatManik-manikKacaResin
LAIN-LAIN
Lain-lain
Lokasi:
CATATAN:
Teknik:
Warna:Usia Relatif: 134 Thn.
K-1aK-1bK-2aK-2bK-2cK-3a
K-3bK-3cK-4aK-4bK-5aK-5b
KategoriAplikasi LogamTekstil Historis
1 : emas; 2 : perak; 3 : lgm lain.
GB.ST5.015.01 Prioritas Tindakan : 1. Segera 3. Rendah2. Sedang
Intensitas Cahaya (Lux) .Radiasi UV (mW/Lmn) ...Suhu Udara (0C) ............Suhu Permukaan (0C) ...Kelembaban Udara (%) .Kandungan Air (%) ........Keasaman (pH) .............Polusi Udara ................
: ........: ........: ........: ........: ........: ........: ........: ........
2. Restorasi, Penguatan dan Konsolidasi
Pembersihanvacuumingbrushingcuci basah
kering/ kimialokal/ spotkelantang
Pengawetan dan Perlakuan LainPembersihan bekas jamur/ insek
1. 3.
Lain-lain
cloth-backingmoist-flattening
mountingrecouching
FumigasiFreezing
Perlakuan lain
Slide 18.LEMBAR KONDISI KOLEKSI
Form. LKK-Umum/MNI/2014
No. No. Inv. Nama Benda Ukuran KondisiKeterangan
I. BAHAN :
A. Non Logam1. Batu2. Kaca3. Keramik4. Plester5. Semen6. Lain
B. Logam1. Emas2. Perak3. Timah4. Tembaga5. Besi6. Lain
C. Selulose1. Kayu2. Kulit3. Bambu4. Rotan5. Anyaman6. 7. Lain
D. Protein1. Kulit2. Bulu3. 4. Lain
E. Lain-lain1. Tulang2. Kerang3. Pigmen/ Cat4. Manik-manik5. Resin6. Lain
ORG
ANIK
ANO
RGAN
IK
II. KONDISI BENDA SAAT PENGAMATAN :A. Fisik
1. Rapuh2. Kotor3. Lemak4. Kelupas5. Gores6. Retak7. Patah8. Hilang9. Basah
10. Kering11. Lain
B. Kimiawi1. Lapuk2. Pudar3. Korosi4. Oksidasi garam
8. Lain
5. Bau6. Noda7. Kristal
C. 1. Jamur2. Insek3. Ganggang4. Lumut5. Lichens6. Lain
[ ......... %][ ......... %]
[ ......... %][ ......... %][ ......... %]
No. Foto:
D. Catatan: ............................................................................................................
III. KONDISI IKLIM DAN BENDA SAAT PENGAMATAN :A. Intensitas Cahaya (Lux)B. Radiasi UV (mW/Lmn) -C. Suhu Udara (0C) --------D. Suhu Permukaan (0C) --
E. Kelembaban Udara (%) F. Kandungan Air (%) --G. Keasaman (pH) ------H. Polusi Udara ----------
I. Catatan: .............................................................................................................
= .............= .............= .............= .............
= .............= .............= .............= .............
IV. USULAN PERAWATAN DAN PENGAWETAN :
...............................................................................................................................
A. Pembersihan1. Kotoran/ debu2. Karat, noda, dll.3. (Bekas) jamur dll.4. (Bekas) lumut dll.5. Lain
B. Penguatan/ konsolidasi1. Penguatan benda rapuh2. Penguatan konstruksi3. Lain
C. Restorasi1. Pengembalian bentuk/ warna2. Perbaikan fungsi benda3. Lain
D. Pengawetan1. Stabilisasi karat2. 3. 4. 5. Lain
E. Treatmen Tambahan dan Catatan............................................................................................................................................................................................................................................
V. USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN TAMBAHAN :..............................................................................................................................................................................................................................................................
VI. TEHNIK PENGAMATANA. Mata biasa (tanpa-alat)B. Kaca PembesarC. Mikroskop. ................ XD. .......................................E. .......................................F. ........................................
VII. TANGGAL PENGAMATAN
TandatanganObservator,
Konservator,dll.
Nama : ..............................................
(DD/MM/YYYY) ............................................
..............................
..............................
..............................
F. Catatan
Prioritas Tindakan :Lokasi Benda : 1. Segera 3. Rendah2. Sedang
Slide 19.(MATERIALS)BAHAN
A. Organik: dari Mamalia, Burung, Ikan, Serangga dan Reptil
pelapis kayu bermotif belat/ eplat kayukayu keraskayu lunakresin untuk varniskayu merambatbambugoni rami rotan(serat) sisal
rami halus linenminyak biji ramikapas/ katunkertasbubur kertas getah percatempurung (kelapa)resin fosil karet(perekat) kanji
emasperaktembagabesi (iron)aluminiumtimbal timah seng
perunggu kuningantimah+timbaltimah+tembaga+antimonytembaga+timah/ emas tiruan lempengan emas lempengan perak lempengan tiruan (?)nikel (nickel)
kaca porselain terakota keramikplastersemen biru batu pualam putih batu granitbatu marmerbatu mutiara
kerang lautpermata tulen batu pasircinnabar bahan komposisi (dekorasi
bingkai)pigmentsmicatalek/ gip
catvarnislakpapan hardboard formicacelluloid
(plastik) bakelit polyestervinilepoksinilon
gading beruang lautgading gajahtulang ikan paustempurung/ kulit kura-kurakulit kasar/ bersisik (dari
ikan pari, hiu, anjing laut)
kulit ular(resin) laka/ shellacgelatin
ancur 2/ animal gluetempera/ kuning telurkasein (pospoprotein)lilin/ malam
perkamen/ kertas kulitkulit mentahkulit berpenyamak sebagiankulit berpenyamakkulit berbulurambutrambut kaku/ kasarbulu ayambulu burung halus(liur ulat) suterawoollakan (wool, rambut)tulangangga/ tanduk bercabangtandukgading/ taring ikan paus
B. Organik: dari Pohon, Perdu, Tumbuhan, Rumputan
C. Anorganik: Logam dan Campurannya
D. Anorganik: Buatan dan Yang Terjadi Secara Alami
E. Bahan Buatan Lain
A. Organic: from Mamals, Birds, Fish, Insects and Reptils
parchmentraw hidesemi-tanned leathertanned leather pelts/ fur hairbristlequill feathers/ downsilk wool felt (wool, fur, hair)bone*antler*hornwhale ivory
walrus ivory*elephant ivory* baleen*tortoise shellshagreen (ray, seal,
shark skin)
snake skinshellacgelatin
animal glueegg temperacaseinwaxes
B. Organic: from Trees, Shrubs, Plants, Grasses
decorative wood veneersoak/ ash splintshard woodssoft woodsresin for varnishwillowbambojute (burlap)hemprattansisal
linenlinsed oilcottonpaperpapier-macheguttaperchavegetable ivory (palm nut)amberrubberstarch adhesive
C. Inorganic: Metals and Their Alloysgoldsilvercooperironaluminumleadtinzinc
bronzebrasspewterBritannia metalormolugold leafsilver leafimmitation leafnickel
D. Inorganic: Man-made and Naturally Occuring
glassporcelain
ceramicsplasterportland cement alabaster granitemarblemother-of-pearl
marine shellgem stone sand stonecinnabar (red mercuric
sulphide)composition (frame
decoration)pigmentsmicasoap stone
E. Other Man-made MaterialspaintsvarnisheslacquerMasoniteFormicacelluloid
Bakelitepolyestervinylepoxiesnylon
* These materials also have an inorganic component; besides the organic protein collagen, the inorganic calcium phosphate (hydroxy apatite) is present. Ref.: Bachmann, K. (1992:131-133)
Slide 20.
Bahan(Materials)
40% RH, or lower
45 - 55% RH
45 - 55% RH
50 - 55% RH, constant/ stable
50 - 55% RH, constant
40% RH, or lower
50 - 55% RH, constant
50 - 55% RH, constant
50 - 55% RH, constant
45 - 55% RH, constant
60 - 65% RH, constant
50 - 55% RH, constant
Kondisi yang direkomendasi(Recommended Condition)
Akibatnya(Result)
logam (metal)
kertas (paper)
tekstil (textile)
kayu (wood)
kayu bercat (painted wood)
logam bercat (painted metal)
tatakan, pelapis kayu (inlay, veneer)bahan penyempurna
perkamen, gading (parchment, ivory)bubur kertas (papier-mache)
bahan keranjang/ anyaman (basket materials)kolase kertas (decoupage surface)
mengkerut (checks/ dries out)
pelapukan, lapuh, kering (embrittlement)mengkerut, rapuh (shrinkage, embrittlement)rapuh (embrittlement)
rapuh (embrittlement)
kering, merapuh (dries out, weakens)retak, melengkung (cracks, warps)retak, melengkung (splits, warps)lepas, melengkung (detach- ments, warps)
50 - 55% RH, constant/ stable
45 - 55% RH
50 - 55% RH, constant
45 - 55% RH, constant
60 - 65% RH, constant
50 - 55% RH, constant
45 - 55% RH, constant
50 - 55% RH, constant
50 - 55% RH, constant
Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Tinggi(Materials Sensitive to High Relative Humidity)
korosi/ karat (corrosion)
jamuran, noda (mold, stains)
jamuran, noda (mold, stains)
jamuran, bengkok (fungal attack, warping)cat mengelupas
korosi, cat mengelupas
lepas/ copot bagian-bagiannya (detachment)jamuran/ noda (mold, stains)
melengkung/ gelombang, jamur (warping, mold)jamuran/ noda (mold, stains)
jamuran (mold)
lepas/ copot, jamuran (detachment, mold)
kayu (wood)
kulit mentah, kulit olahan (rawhide, leather skins)perkamen (parchment)
bulu ayam (quill)
serat keranjang
ancur, lem nabati (animal glue)
kulit kura-kura (tortoise shell)
semua gading (all ivory)
permukaan tatakan (inlaid surface)
Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Rendah(Materials Sensitive to Low Relative Humidity)
Bahan(Materials)
Kondisi yang direkomendasi(Recommended Condition)
Akibatnya(Result)
beludru (velvet)tekstil (textile)serat alam kayu (wood)kertas (paper)
perekat kanji (starch)gelatin (gelatin)tempera telor (egg
tempera)
kulit (leather, skins)kulit berbulu (felts, furs)bulu ayam (feathers)sutera (silk)wol (wool)
Bahan Yang Sering Dirusak Oleh Serangga dan Binatang Pengerat(Materials Commonly Damaged by Insects and Rodents)
Slide 21.
perubahan ukuran, regang, patah
kertas menjadi rapuh, gelap, noda
tekstil ternoda, rapuh
logam menjadi berkarat
serat menjadi lemah, putus
saat kayu mengembang, cat mengelupas
terjadi reaksi elektrokimia (efek galvanis, korosi)
logam berkarat, kain ternoda
logam berkarat, kertas ternoda
logam berkarat, cat mengelupas
tanin (bahan penyamak) pada kulit menyebabkan karat pada logam
plaster yang bersifat basa/ alkaline menyebabkan karat pada logam
Kombinasi Bahan(Materials Combination)
Masalah Konservasi(Conservation Problems)
(wood/wood)
(wood/paper)
(wood/textile)
(wood/metal)
(wood/paint)
(metal/metal)
(metal/cloth)
(metal/paper)
(metal/paint)
(metal/leather)
(metal/plaster)
(dimensonal changes, stress, breaks)
(paper becames brittle, dark, stained)
(textile became stained, brittle)
(metal corrodes in contact with wood)
(possible electrochemical corrosion)
(metal corrodes, cloth becames stained)
(metal corrodes, paper becames stained)
(tannins in leather can corrode leather)
(alkaline materials corrode metals)
kayu/ kayu
kayu/ kertas
kayu/ tekstil
kayu/ logam
kayu/ serat alam
kayu/ cat
logam/ logam
logam/ kain
logam/ kertas
logam/ cat
logam/ kulit
logam/ plaster
logam/ ancur ancur (lem nabati) sedikit bersifat asam, higroskopis yang kemudian menyebabkan karat logam.
(glue slightly acidic, hydroscopic, can corrode certain metals)(metals/animal glue)
Bahan-bahan Reaktif (Reactive Materials)
Bahan Sensitif Terhadap Bahan Fumigasi(Materials Sensitive to Fumigant)
Nama Bahan Kimia(Chemical Names)
Bahan(Materials)
karet, bulu, rambut, wool, kulit olahan, dan bahan lain yang mengandung sulfur
kayu (wood)
perekat kanji (tapioca glue)
kulit olahan, kertas lembab, cat, varnis
kuningan, tembaga, emas, perak (brass, copper, gold, silver)
logam, foto (metal/photo)
logam, foto (metal/photo)
logam, foto (metal/photo)
logam, foto (metal/photo)
logam, foto (metal/photo)
rusak, bau merkuri yang sangat menyengat
noda kecoklatan, tetapi tidak merusak (brown stained, but not destroy)
susah dilarutkan lagi (dissolve)
rusak/ larut (damage/ dissolve)
rusak/ tarnish/ korosi
rusak (logam berkarat, foto menjadi buram/ gelap)
rusak (karat, gelap)
rusak (karat, gelap)
rusak (karat, gelap)
rusak (karat, gelap)
Methyl bromide
Methyl bromide
Methyl bromide, ethylene oxide
Ethylene oxide
Phosphine
Carbon tetrachloride
Paradichlorbenzene
Paraformaldehide
Akibatnya(Result)
(rubber, fur, hair, wool, tanned leather, and other materials content of sulphur)
damage (rusty metal, photo become blurly/dark)
damage (rust, dark)
damage (rust, dark)
damage (rust, dark)
damage (rust, dark)
(damage, tarnish/corrotion)
damage, strong smelt of mercury
paint, varnish
ThymolNaphthaline
DDVP (dimethyl diethyl vinyl posfat) + ethanol
Slide 22.
rapuh, gelap (embrittlement, darkening)persenyawaan, gelap
(crosslinking, darkening)mengeras, kering (hardening,
drying)rapuh, pucat/ pudar (embrittle- ment, fading)rapuh, pucat (embrittlement,
fading)pudar/ pucat (fading)
pucat, kerusakan struktural (fading, structural damage)buram, pucat (develops haze, fading)pucat/ pudar (fading)
pucat/ pudar (fading)
menguning, rapuh (yellowing, embrittlement)hancur (deterioration crumbles)
rapuh, pucat (embrittlement, fading)rapuh/ lapuk (embrittlement)
pucat (fading)
retak, buram (cracks, hazing)
kertas (paper)
media cat (paint media)
ancur/ lem nabati (animal glue)
kulit berbulu, bulu, rambut (furs, feather, hair)kulit, kulit olahan (skins, leather)pigmen, bahan celup
(pigment, dyes)sutera, beludru (silk, velvet)
permukaan lak (lacquered surface)permukaan cat (painted surface)bahan dicelup warna (dyed materials)celluloid
karet (rubber)
serat alam
tanduk 1, tulang, tanduk 2 (horn, bone, antler)kayu (wood)
kayu olahan
50 luxs, 18 C [1 foot. candle= 10 luxs]50 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C
150 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C
50 luxs, 18 C
Rekomendasi untuk Penyinaran dan Suhu Udara(Recommendations for Light and Temperature)
keramik, batu (ceramics, stone)
recrystallization of soluble salts resulted
sections of a ceramic/ stone to break off.
45 - 55% RH, 10 - 30 C
Catatan:
Some modern clays have a high salt content, and there have been instances where recently purchased objects have fallen to pieces with the absorption in the summer and subsequent drying in the winter. Ceramics with signs of salt deposit on the surface should should be maintained in a stable
Bahan Sensitif Terhadap Fluktuasi Kelembaban~Suhu(Materials Sensitive to Humidity & Temperature Fluctuation)
Bahan(Materials)
Kondisi yang direkomendasi(Recommended Condition)
Akibatnya(Result)
Bahan(Materials)
Kondisi yang direkomendasi(Recommended Condition)
Akibatnya(Result)
Beberapa lempung masakini yang banyak digunakan untuk membuat keramik dan berbagai pernik-pernik untuk hiasan tekstil mengandung garam-garaman yang mudah menyerap air. Jika benda ini dimasukkan dalam ruang dingin secara mendadak, maka akan muncul deposit garam yang menempel pada permukaannya. Jika garam-garam yang mengkristal terdapat pada bagian dalam benda, maka akibatnya benda tersebut akan retak-retak, bahkan mungkin pecah.
rekristalisasi garam yang kemudian meng-akibatkan permukaan glasir mengelupas, retak-retak, bahkan mungkin benda menjadi pecah.
Notes:
Konica-Minolta CR-410 Chroma MeterMore powerful and more versatile than ever from the famous Chroma-Meter series. (Alat ukur warna untuk mengetahui pemudaran warna dan ciri warna khas dari benda tertentu)
Archaeometry, Archaelogical Science with XRFArchaeometry—also known as archaeological science—is the
application of scientific methods and techniques to archeological investigation. The field of archaeometry has been quickly expanding and adopting new methodology over the last several decades, as the sophistication and availability of technology and instrumentation grow, while the cost of scientific analysis has been slowly but surely dropping. Many scientific instruments that produce data such as
molecular or elemental composition, chromatography, carbon dating, etc. have become smaller, more portable, faster, and have a lower cost per sample.
Slide 23.
Morfologi Serat Kapas
Cross-section Serat Sutera Digital Microscope
(Perbesaran ~1000x)
pH Meter
Wadah Tertutup(Kedap)
TigaKuponLogam
Sampel(Bahan yangakan diuji)
AirDistilasi
Oddy Test 1973
suhu 60 derajat Celcius selama 28 hari
tembaga perak timbal
Identi�kasi dan Uji Bahan (Laboratorium)
Alat Perekam Data Warna dan Alat Identi�kasi Logam
Handheld XRF SpectrometerA non-destructive elemental analysis technique for quantification of nearly any element from Magnesium to Uranium.
Moisture Meter
LEMBAR DATA KLIMATOLOGI - KELEMBABAN & SUHU
Kelembaban KeteranganSuhuGedung dan RuangWaktuTanggal
Catatan : Tgl. Pelaporan :
Tandatangan
Nama Pelapor :
Form. LDK-KS/MNI/2014
Nama Alat :
Tgl. TerakhirKalibrasi:
Minggu :
Prosedur Kalibrasi :
Slide 24.
LEMBAR DATA KLIMATOLOGI - CAHAYA & UV - KA, SP & pH
Catatan: Tgl. Pelaporan:
Tandatangan
Nama Pelapor :
Intensitas KeteranganRadiasiJenis Lampu[Merk, Watt, Pijar/Fluor.]WaktuGedung, Ruang,
Lemari
Tanggal : Nama Alat :
INTENSITAS CAHAYA (IC) dan RADIASI ULTRA VIOLET (RUV)
Form. LDK-IC,RUV,SP,KA,pH/MNI/2014
Keterangan
Tanggal : Nama Alat :
SUHU PERMUKAAN BENDA
Nama, No. Inv danJenis BendaWaktu Jenis Lampu SuhuJarakGedung, Ruang,
Lemari
Keterangan
Tanggal : Nama Alat :
KANDUNGAN AIR dan KEASAMAN (pH) BENDA
Nama, No. Inv danJenis BendaWaktu Kandungan Air pHGedung, Ruang,
Lemari
Slide 25.
Pemegang Unesco Fellowship Award dari tahun 1989 sampai 1992 ini mendapatkan pendidikan sains konservasi di Tokyo National Research Institute for Cultural Properties (TNRICP), Jepang dari 1989-1990; pernah mengikuti kursus “spotting” di International Fabricare Institute (IFI) di Maryland - Amerika Serikat; serta mengikuti berbagai kursus analisis konservasi di Museum Conservation Institute (MCI) of the Smithsonian Institution di Washington D.C., Amerika Serikat (1991-1992).
Selama periode magang di Smithsonian Institution, Subagiyo telah mengadakan kunjungan observasi di laboratorium-laboratorium museum dan lembaga penelitian di kota New York, Harrisburg, dan Washington D.C. Ia pernah ambil bagian dalam pengamatan kerusakan pakaian astronout di National Air and Space Museum (NASA) di Washington D.C. dan demo pencelupan warna di Carnegie Mellon College, Maryland. Pada akhir tahun 2013, Subagiyo melakukan kunjungan observasi di Museum Nasional Tokyo dan Museum Joshibi University of Art and Design, Kanagawa - Jepang.
Puji Yosep Subagiyo lahir di Purworejo, Jawa Tengah. Ia adalah seorang konservator berserti�kasi internasional, dan sejak 1986 telah bekerja di Museum Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Subagiyo yang telah memiliki pendidikan lebih dari 4.000 jam dan 25 tahun berpengalaman di bidang konservasi, banyak melakukan penelitian aneka bahan - teknik pembuatan tekstil tradisional dan lukisan, penulisan, rancang-bangun database konservasi dan kurasi, mengikuti dan pembicara pada berbagai seminar internasional. Di Studio Primastoria, ia juga melayani jasa konsultasi dan konservasi tekstil, lukisan, logam, dan aneka benda etnogra�.
Pro�l dan Riwayat
Spesialisasi & Kompetensi1. Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan konservasi tekstil dan lukisan secara umum - khusus :
* Survai kondisi (identi�kasi bahan dan kerusakan, membuat usulan tindakan konservasi, pembuatan dokumentasi, kalkulasi waktu dan biaya).
* Pelaksanaan pekerjaan konservasi (untuk semua tingkatan/ jenis kerusakan).2. Penguasaan sains komputer (kalkulasi matematis, pemrograman database, 3D modelling, illustration, dsb.) untuk
aplikasi sistem perencanaan dan pengembangan konservasi yang berbasis sains konservasi (penerapan sifat �sik dan kimiawi bahan, pengaruh jasad hidup/ biotis, data klimatologi, dsb.) :* Rancang-bangun database untuk survai kondisi keterawatan dan kondisi klimatologi untuk evaluasi teknis konservasi dan
uji kompetensi tenaga konservasi.* Rancang-bangun sistem/ model untuk simulasi tata letak gedung, ruang, lemari, koleksi berikut kalkulasi ukuran dimensi
(objek) dan kalkukasi kebutuhan serta efek alat penunjang displai-storage-konservasi (konsumsi daya listrik, konversi energi semua jenis lampu, hubungan �uktuasi - tekanan barometrik, kebutuhan alat-bahan-biaya, dsb.).
* Pembuatan paket pelatihan elektronis (e-Learning Pack) untuk konservasi & kurasi.3. Penguasaan sains komputer untuk membantu perencanaan dan pengembangan dokumentasi, kurasi dan registrasi :
* Rancang-bangun database koleksi museum dan galeri yang memiliki �tur untuk memudahkan pencarian, validasi tata-letak, validasi syarat minimum entri data, dsb.
4. Kajian teknis dan bahan koleksi untuk dokumentasi, konservasi, kurasi, registrasi dan kajian tingkat lanjut.
Prestasi dan Penghargaan1. Pemegang Unesco Fellowship Award dari tahun 1989 sampai 1992.2. Pembicara Seminar Internasional tentang Tekstil Tradisional tahun 1994 (Jakarta), 1996 (Jambi), 1999 (Denpasar) dan
2000 (Tokyo University - Toyota Foundation).3. Pembicara Seminar Nasional tentang Warna Alami (1999, Yogyakarta) dan Konservasi Lukisan (2002, Jakarta).4. Sebagai nara sumber kajian Batik Pantai Utara Jawa dan Madura (1994, ISI Yogya - Univ. Tokyo - Yayasan Toyota) dan
kajian kanvas lukisan (2006, Pencarian Penyebab Kerusakan dan Identitas Lukisan, Balai Konservasi - Jakarta).5. Sebagai Editor dan Anotator untuk terjemahan Buku Seni Batik dari Bahasa Belanda ke Bahasa Indonesia (1994-5, ISI
Yogya - Yayasan Toyota).6. Sebagai nara sumber Bimtek Permuseuman - Konservasi (1996 & 2014, Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta); Bimtek
Konservasi Tekstil (2000, Museum Tekstil Jakarta); Bimtek Permuseuman - Konservasi (2002, Asdep Kesenian - Kembudpar); survai kondisi lukisan, rancang-bangun database dan penyusunan rencana induk preservasi (2002 - 2003, Istana Kepresidenan di Jakarta - Bogor - Cipanas - Yogya - Bali).
7. Penulisan artikel tentang tekstil, konservasi dan manajemen koleksi museum (1993 - 1995, Majalah Museogra� dan Majalah Kebudayaan, Depdikbud - Jakarta).
8. Rancang-bangun database koleksi museum (2012, Museum Nasional - Jakarta).9. Pengelola Studio dan Situs Web Primastoria.
Alamat dan Kontak Penulis:Taman Alamanda Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510, IndonesiaWeb: primastoria.net Email: [email protected]
Phone : (021) 882 9241 Mobile: 0812 8360 495