Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
{25
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Nurainiah
Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah
ABSTRAK
Guru Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu tenaga pendidikan di sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan profesional, karena mendidik adalah tugas utama yang diemban kepadanya. Posisi guru di sekolah sebagai tenaga pendidik dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembankan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, dan penelitian serta melakukan pengabdian masyarakat. Apabila guru memiliki kompetensi profesional, maka dengan mudah guru tersebut dapat menjadikan atau melahir anak didik yang bermutu dan berdaya guna, karena melalui kompetensi ini para anak didik akan memahami dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru yang memiliki kompetensi ini. Salah satu ciri-ciri yang profesional adalah guru tersebut dapat menguasai bahan atau materi yang akan diajarkan kepada anak didik. Key Word: Kompetensi, profesional, guru, pendidikan agama Islam
A. Pendahuluan
Misi pendidikan yang mempunyai kaitan dengan kompetensi guru
adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
kualitas manusia. Pengembangan kompetensi dan kualitas guru merupakan
suatu keharusan agar guru mampu mempersiapkan generasi muda dalam
menghadapi masa depannya.
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
26}
Proses peningkatan kompetensi sebagai hasil belajar berlangsung
dalam berbagai tingkatan pendidikan. Kemampuan profesional adalah
suatu bagian dari kompetensi guru, di mana guru dituntut agar mempunyai
wawasan yang luas dalam bidangnya agar ia mampu berinovasi untuk
memperbaiki pembelajaran. Kompetensi profesional ini dicapai melalui
penelaahan yang relevan dan studi-studi yang luas serta mendalam dalam
bidang ilmu keahlian guru.1 Oleh karena itu, salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan adanya tenaga-tenaga pengajar
yang mempunyai kompetensi profesional. Karena kompetensi guru
berpengaruh langsung terhadap hasil belajar subjek didik. Begitu juga
dengan pendidikan agama yang diberikan oleh guru yang memiliki
kompetensi profesional baik akan memberi pengaruh besar terhadap
pemahaman ajaran agama subjek didik.
B. Pembahasan
1. Pengertian Kompetensi Profesional
Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau
kecakapan.2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi berarti
kewenangan/kekuasaan untuk menentukan (memutuskan sesuatu).3
Padanan kata yang berasal dari bahasa Inggris ini cukup banyak dan yang
lebih relevan dengan pembahasan ini adalah proficiency and ability yang
memiliki arti kurang lebih sama yaitu kemampuan. Kompetensi merupakan
perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
____________
1Jamal Ma`mur Asmani, 7 Kompetisi Guru Menyenangkan dan Profesional, (Yogyakarta:
Power Books, 2009), hal. 7.
2Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Guru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), hal. 229. 3Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), hal. 584.
Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
{27
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.4 Menurut Gordon
sebagaimana yang dikutip E. Mulyasa menjelaskan beberapa aspek atau
ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:
a. Pengetahuan (Knowledge); kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhan.
b. Pemahaman (Understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.
c. Kemampuan (Skill); adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memiliki dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.
d. Nilai (Value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan lain-lain).
e. Sikap (Attitude); yaitu perasaan atau reaksi terhadap sesuatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah.
f. Minat (Interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.5
Sedangkan tujuan kompetensi guru menurut Sardiman, di antaranya
yaitu:
a. Guru memiliki kemampuan pribadi, maksudnya guru diharapkan mempunyai pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola PBM dengan baik.
b. Agar guru menjadi inovator, yaitu tenaga kependidikan yang mampu komitmen terhadap upaya perubahan dan informasi ke arah yang lebih baik.
____________
4E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 37. 5Ibid, hal. 39.
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
28}
c. Guru mampu menjadi developer, yaitu guru mempunyai visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya.6
Untuk mengerti hakikat profesional, ada beberapa kata kunci yang
disimak yaitu profesi, profesionalisme dan profesional. Profesi adalah suatu
jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya.
Artinya pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bisa dilakukan oleh orang
yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk
melakukan pekerjaan itu.7
Menurut Ahmad Tafsir profesionalisme adalah paham yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang
profesional. Orang yang profesional adalah orang memiliki profesi.8
Profesional menunjuk pada dua hal, pertama orang yang menyandang suatu
profesi, kedua penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang
sesuai dengan profesinya.9 Kompetensi profesional merupakan kompetensi
yang berkaitan langsung dengan keterampilan mengajar, penguasaan
terhadap materi pelajaran dan penguasaan penggunaan metodologi
pengajaran serta termasuk di dalam kemampuan menyelenggarakan
____________
6Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 1988), hal. 133. Kompetensi profesional juga diartikan sebagai penguasaan
materi pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Lihat juga dalam Jamal
Ma`mur Asmani, 7 Kompetensi guru..., hal. 158-159.
7Mungin Eddy Wibowo, Paradigma Bimbingan dan Konseling, (Semarang: DEPDIKNAS,
2001), hal. 2. Profesi guru diartikan sebagai soft profession, yaitu suatu profesi yang memerlukan kadar
seni dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Profesionalisme adalah jabatan atau pekerjaan yang
dilandasi kompetensi di bidangnya, berupa pengetahuan, keterampilan dan keahlian khusus, sebagai
kualitas tindak tanduk yang mencerminkan tenaga profesional. Lihat juga dalam, Zamroni, Paradigma
Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf, 2001), hal. 61. 8Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992), hal. 107. 9Mungin Eddy Wibowo, Paradigma..., hal. 2.
Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
{29
administrasi sekolah, inilah keahlian khusus yang harus dimiliki oleh guru
yang profesional yang telah menempuh pendidikan khusus keguruan.
Menurut Jarvis seperti yang dikutip oleh Syaiful Sagala profesional
dapat diartikan bahwa seseorang yang melakukan suatu tugas profesi juga
sebagai ahli (exspert) apabila dia secara spesifik dari belajar.10 Guru yang
mempunyai kompetensi profesional yaitu guru yang tahu secara mendalam
tentang apa yang diajarkan, cakap dalam cara mengajarkan secara efektif
serta efisien dan guru tersebut berkepribadian yang mantap. Pada
umumnya orang memberi arti sempit terhadap pengertian profesional.
Profesional sering diartikan sebagai suatu keterampilan teknis yang dimiliki
seseorang. Misalnya seorang guru dikatakan profesional bila guru itu
memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Padahal profesional mengandung
makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis.
Profesional mempunyai makna ahli, tanggung jawab, baik tanggung jawab
moral dan memiliki rasa kesejawatan. Sebagai pendidik profesional, guru
bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tapi juga
harus memiliki pengetahuan profesional.
Kompetensi seorang guru sangat menentukan kelangsungan proses
belajar mengajar, karena dengan mempunyai kompetensi profesional guru
dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan pendidikan secara material,
dan kompetensi ini dapat dijadikan sebagai hal utama dan pertama bagi
individu khususnya guru dalam melaksanakan pendidikan. Wahjosumidjo
mengemukakan bahwa:
“Keberhasilan seseorang dalam mendidik merupakan prestasi atau sumbangan yang amat berharga, baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan sekolah. Mutu pendidikan pada sebuah lembaga pendidikan Islam ditentukan oleh faktor profesionalitas, sifat dan keterampilan,
____________
10Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Al Fabeta, t.t.), hal. 198.
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
30}
perilaku guru dalam mengajar serta mendidik anak muridnya. Menurutnya, agar fungsi guru sekolah berhasil dalam memberdayakan segala sumber daya lembaga pendidikan Islam untuk mencapai tujuan sesuai dengan situasi diperlukan seorang guru yang memiliki kemampuan profesional yaitu: kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, pelatihan dan pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan”.11 Guru yang tidak mempunyai kompetensi profesional akan memberi
pengaruh besar terhadap produk pendidikan. Karena itu, dapat dikatakan
bahwa kualitas alumni suatu institusi akan menunjukkan kompetensi
pendidikan guru dalam menjalankan tugasnya di sekolah tersebut.
Dedi Supriadi mengutip dari jurnal manajemen pendidikan,
Educational Leadership menyatakan bahwa:
“Untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki lima hal. Pertama, guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya. Kedua, guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada para siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ketiga, guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai dari cara pengamatan dalam prilaku siswa sampai tes hasil belajar. Keempat, guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan mana yang salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa. Kelima, guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi lainnya.”12
Strategisnya peran guru dalam usaha meningkatkan mutu
pendidikan dapat dipahami dari hakikat guru yang selama ini dijadikan
sebagai asumsi programatik pendidikan guru. Programatik pendidikan guru
____________
11Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 6.
12Dedi Supriyadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa,
2002), hal. 98.
Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
{31
merupakan asumsi-asumsi yang dijadikan sebagai pedoman dalam
mengembangkan program pendidikan guru. Menurut Imron asumsi tentang
guru adalah:
(1) Agen perubahan, (2) Berperan sebagai fasilitator yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi subjek didik untuk belajar, (3) bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar subjek didik, (4) dituntut menjadi contoh subjek didik, (5) bertanggung jawab secara profesional meningkatkan kemampuannya, dan (6) menjunjung tinggi kode etik profesionalnya.13 Berdasarkan uraian di atas, baik secara teoritis maupun empiris
diperoleh gambaran permasalahan yang berkaitan dengan profesionalisme
guru. Berbagai masalah yang diutarakan memang belum menggambarkan
secara keseluruhan berkenaan dengan profesionalisme guru. Hal ini
disebabkan karena kompleksnya persoalan guru di luar administrasi dan
manajemen pengembangan profesionalismenya. Padahal persoalan guru
bukan hanya dalam konteks administrasi dan manajemen saja, tetapi berada
dalam spektrum yang luas yang melibatkan berbagai macam aspek-aspek
lainnya.
Realitas yang penulis utarakan di atas secara umum terjadi di
Indonesia. Adapun yang menjadi hambatan bagi guru dalam melaksanakan
tugas pokoknya, yaitu dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran.
Berdasarkan uraian di atas, jika ingin membangun pendidikan
menjadi pendidikan yang berkualitas, hal penting yang harus diperhatikan
adalah peningkatan kompetensi profesional guru. Pendidikan yang bermutu
merupakan wahana untuk menyiapkan sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalam pembangunan pendidikan.
Profesional guru di era globalisasi ini adalah sebuah keniscayaan
sejarah yang tidak bisa dihindari. Siapa yang tidak profesional, dia akan
tersisih di era kompetisi terbuka sehingga yang tampil sebagai pemenang
____________
13Ali Imron, Pembinaan Guru Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hal. 4.
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
32}
adalah kalangan profesional. Oleh sebab itu guru harus menjadi sosok
profesional karena dengan profesionalisme, cita-cita besar membangun
pendidikan yang modern, religius, dan kosmopolit akan tercapai. Wacana
tentang profesional guru kini menjadi sesuatu yang mengemuka ke ruang
publik seiring dengan tuntutan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia.
Kompetensi guru adalah kemampuan dan kewenangan guru dalam
melaksanakan profesi keguruannya. Kemudian istilah profesional yang
berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda
berarti orang yang mempunyai keahlian, seperti guru, dokter, hakim, dan
sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus
dipersiapkan untuk bidang tertentu dan bukan pekerjaan yang dilakukan
oleh banyak orang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.
Dari pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa suatu sifat
yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara
sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan
umum. Pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya, karena
suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam
melaksanakan profesinya.
Dengan bertitik tolak pada pengertian di atas, kompetensi guru
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Orang yang terdidik
dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di
bidangnya adalah orang yang memahami tugas dan fungsinya. Terdidik
dan terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus
menguasai berbagai strategi atau teknik dalam kegiatan belajar mengajar
serta menguasai landasan-landasan kependidikan.
Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
{33
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama mempunyai peran penting untuk mengantarkan
generasi penerus agar ia mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pendidikan agama dianggap penting karena melalui pendidikan agama,
seorang anak didik bukan hanya dibelajarkan persoalan-persoalan ibadah,
tetapi juga dibelajarkan nilai-nilai dan moral kebenaran yang berdasarkan
ketuhanan.
Pendidikan agama anak merupakan kewajiban bersama baik orang
tua, guru, serta masyarakat di mana pun berada. Pelaksanaan pendidikan di
rumah tangga, sekolah, serta lingkungan sosial tidak hanya secara teoritis,
tetapi juga dalam aspek praktis perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Hal ini dianggap perlu karena secara umum pendidikan agama di sekolah
lebih menekankan pada aspek-aspek teori semata tanpa diimbangi dengan
bimbingan dan pengarahan yang mencukupi dan mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Realitas menunjukkan jam pelajaran pendidikan agama di sekolah
sangat sedikit dan pembelajarannya lebih ditekankan pada aspek teori.
Sedangkan moral dan akhlak anak harus dibina melalui pendidikan agama.
Oleh karena itu guru pendidikan agama di sekolah harus memiliki
kompetensi profesional dan pedagogis yang baik sehingga dapat berperan
ganda yang tidak hanya sebagai pihak yang mentransfer pengetahuan
agama kepada anak didik, akan tetapi dituntut lebih membina dalam
mempersiapkan generasi muda untuk menjadi manusia yang berakhlak
mulia dan taat pada ajaran agama.
Dari kenyataan yang ada, tidak semua guru agama memiliki
kompetensi profesional yang baik yang membuat mereka tidak mampu
membina murid secara baik. Guru menganggap bahwa mereka hanya
bertugas menyampaikan materi pelajaran secara teoritis semata, padahal
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
34}
setiap guru agama juga bertanggung jawab untuk membina anak didik
dalam memahami nilai-nilai dan moral agama. Dengan kata lain, guru
pendidikan agama mempunyai tanggung jawab sebagai pengajar,
pembimbing, pendidik sekaligus sebagai pendakwah untuk kebenaran.
Guru merupakan salah satu unsur kekuatan penentu dalam bidang
operasional pendidikan ketersediaan guru tidak hanya dinilai dari aspek
kuantitatif, namun juga guru harus bermutu dan mempunyai kompetensi
sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Untuk ini, dalam usaha
peningkatan kualitas pendidik perlu adanya peningkatan kompetensi
setiap pendidik. Karena guru yang memiliki kompetensi yang cukup adalah
guru yang ideal.
Hal tersebut selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Roestiyah: “Mengetahui bagaimana guru yang baik dapat dilihat dengan
kemampuannya dalam memberikan mata pelajaran yang diasuhnya.
Apabila pelajaran tersebut dapat diterima oleh anak didik dengan hasil yang
baik, maka guru tersebut dapat mengajar dengan baik”.14
Dengan demikian, untuk menghasilkan anak didik yang kompeten
diharapkan kepada para guru terlebih dahulu meningkatkan
kompetensinya, khususnya kompetensi profesional. Karena dengan
kompetensi ini guru benar-benar dapat menjadikan anak didik memahami
dan mengerti akan isi materi yang disajikan. Apabila hal ini dimiliki guru,
maka bukan hanya anak didik yang dapat berhasil guna tetapi mutu
pendidikan pun akan berdaya guna.
3. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
____________
14Ny. Roestiyah NK, Kompetensi Mengajar Guru, (Jakarta: Gramedia, 1979), hal. 7.
Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
{35
Seorang yang profesional adalah orang yang pakar dengan
kemampuan yang tinggi dalam batasan bidangnya. Demikian juga dengan
guru bidang studi agama, mereka merupakan salah satu pekerja profesional.
Pekerjaan profesional sebagai pendidik pada dasarnya bertitik tolak dari
adanya panggilan jiwa, tanggung jawab moral, tanggung jawab sosial, dan
tanggung jawab keilmuan. Seorang pendidik, terkadang lebih
mengutamakan panggilan dan tanggung jawab ini daripada gaji/ upah
yang ia terima. Akan tetapi, sebenarnya ia berhak untuk mendapatkan
penghidupan dan penghargaan yang layak dan tinggi sesuai dengan
profesionalitas yang ditunjukkannya dalam bekerja sebagai pendidik.
Kinerja seorang pendidik atau guru bidang studi agama Islam
merupakan suatu prilaku atau respons yang memberikan hasil serta
mengacu pada apa yang mereka kerjakan ketika menghadapi suatu tugas.
Kinerja guru agama menyangkut semua aktivitas atau tingkah laku yang
dikerjakan oleh seorang pendidik agama Islam dalam mencapai suatu
tujuan atau hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Berkaitan dengan kinerja seorang guru pendidikan agama Islam,
pada dasarnya itu lebih terarah pada prilaku seorang pendidik dalam
pekerjaannya dan efektivitas pendidik dalam menjelaskan kinerja yang
dapat memberikan pengaruh kepada para siswa yang lebih Islami. Hal ini
tampak dari prilaku pendidik dalam proses pembelajaran serta interaksi
antara pendidik dengan yang lainnya.
Seorang pendidik atau guru agama Islam yang profesional adalah
pendidik yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
kependidikan keagamaan, sehingga ia mampu untuk melakukan tugas,
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
36}
peran, dan fungsinya sebagai pendidik dengan kemampuan yang
maksimal.15
Guru agama harus peka dan tanggap terhadap perubahan-
perubahan, pembaharuan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus
berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan zaman.
Guru agama yang profesional hendaknya harus mampu mengantisipasi hal-
hal tersebut sehingga apa yang disampaikan kepada siswa selalu berkenan
di hati siswa.
Proses pembelajaran di sekolah yang efektif harus dilakukan melalui
profesionalisasi pendidik. Harus diakui bahwa kondisi sekolah masih
memiliki sejumlah persoalan dalam menempatkan pendidik-pendidik
secara profesional sesuai dengan disiplin keilmuannya.
Keberhasilan pengajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan
agama Islam tergantung pada penguasaan terhadap kompetensi-kompetensi
tersebut. Jika guru dapat mengelola kelas dengan baik peserta didik akan
belajar dengan baik, akhlak yang mulia, akan menambah motivasi belajar
peserta didik. Dengan demikian seterusnya keberhasilan proses pengajaran
pendidikan agama Islam tergantung pada kemampuan penguasaan
kompetensi guru pendidikan agama Islam dan sebaliknya. Dalam
____________
15Guru agama sebagai pendidik profesional memiliki tugas yang banyak. Tugas tersebut ada
yang terikat oleh dinas dan ada pula yang tidak terikat oleh kedinasan. Apabila dikelompokkan, ada
empat tugas pokok pendidik agama Islam, yaitu tugas dalam profesi kependidikan Islam, tugas
kemanusiaan, tugas menegakkan etika moral dan tugas dalam bidang kemasyarakatan/ sosial.
Kemudian, peran guru agama sangat rumit. Ada di antara guru yang mengajar bukan karena pilihannya.
Mereka mungkin terpaksa menjadi pendidik karena pekerjaan yang lain sulit. Ada juga yang menjadi
pendidik karena koneksi, bukan karena tertarik untuk menjadi pendidik. Orang-orang seperti ini
sebenarnya tidak terpanggil untuk menjadi pendidik. Sehingga dalam melaksanakan tugas mengajar
pendidikan agama Islam, mereka melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan metode, strategi, dan
tuntutan agama itu sendiri. Mereka cenderung mendidik dengan kehendaknya sendiri. Lihat Mukhtar,
Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galizaa, 2003), hal. 86.
Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
{37
menjalankan kewenangan profesionalnya, guru juga dituntut memiliki
keanekaragaman kecakapan (competencies) yang bersifat psikologis.
Menurut beberapa ulama bahwa ada beberapa kemampuan dan
perilaku yang perlu dimiliki oleh guru yang sekaligus merupakan profil
guru bidang studi agama Islam yang diharapkan agar dapat menjalankan
tugas-tugas kependidikan dapat berhasil secara optimal. Profil tersebut
pada intinya terkait dengan aspek personal dan profesional dari guru.
Aspek personal menyangkut pribadi guru itu sendiri, yang selalu
ditempatkan pada sisi utama. Aspek personal ini diharapkan dapat
memancar dalam dimensi sosialnya, dalam hubungan guru dengan peserta
didiknya, teman sejawat dan lingkungan masyarakatnya karena tugas
mengajar dan mendidik adalah tugas kemanusiaan. Dan aspek profesional
menyangkut peran profesi dari guru, dalam arti ia memiliki kualifikasi
profesional sebagai seorang guru bidang studi agama Islam.16
Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat para ulama
tentang kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh guru pendidikan
agama Islam, yaitu:
a. Menurut Al Ghazali; mencakup a). Menyajikan pelajaran dengan taraf kemampuan peserta didik, b). Terhadap peserta didik yang kurang mampu, sebaiknya diberi ilmu-ilmu yang global dan tidak detail.
b. Menurut Abdurrahman al-Nahlawy; meliputi a). Senantiasa membekali diri dengan ilmu dan mengkaji serta mengembangkannya, b). Mampu menggunakan variasi metode mengajar dengan baik, sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dan situasi belajar mengajar, c). Mampu mengelola peserta didik dengan baik, d). Memahami kondisi psikis dari peserta didik, e). Peka dan tanggap terhadap kondisi dan perkembangan baru.
____________
16Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 97.
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
38}
c. Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrosyi; mencangkup, a). Pemahaman tabiat, minat, kebiasaan, perasan dan kemampuan peserta didik, b). Penguasaan bidang yang diajarkan dan bersedia mengembangkannya.
d. Menurut Ibnu Taimiyah; Mencakup a). Bekerja keras dalam menyebarkan ilmu, b). Berusaha mendalami dan mengembangkan ilmunya.
e. Menurut Brikan Barky Al Qurasyi; meliputi a). Penguasaan dan pendalaman atas bidang ilmunya, b). Mempunyai kemampuan mengajar, c). Pemahaman terhadap tabiat, kemampuan dan kesiapan peserta didik.17
Kelompok profesional memiliki kode etik yang merupakan dasar
untuk melindungi para anggota yang menjunjung tinggi nilai profesional, di
samping merupakan sarana untuk mengambil tindakan penertiban terhadap
anggota yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai suara dan semangat
kode etik itu. Kode etik guru diartikan sebagai aturan tata susila keguruan.
Menurut Westby Gibson, kode etik (guru) dikatakan sebagai suatu statemen
formal yang merupakan norma (aturan tata susila) dalam mengatur tingkah
laku guru.18
Guru sebagai tenaga profesional memerlukan pedoman atau kode
etik agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik menjadi
pedoman baginya untuk tetap profesional (sesuai dengan tuntutan dan
persyaratan profesi). Setiap guru memegang keprofesionalannya sehingga
pendidik akan selalu berpegang pada kode etik guru, sebab kode etik guru
ini sebagai salah satu ciri yang harus ada pada profesi itu sendiri.19
____________
17Ibid, hal. 98.
18Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hal. 49.
19Sardiman, Interaksi…, hal. 149.
Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
{39
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi
adalah untuk kepentingan anggota dan organisasi profesi itu sendiri. Secara
umum tujuan mengadakan kode etik guru adalah untuk menjunjung tinggi
martabat profesi, untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para
anggotanya, untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi, untuk
meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.20 Menurut Imam
Al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Muhaimin bahwa kode etik dan
tugas guru sebagai berikut:
1). Kasih sayang kepada peserta didik dan memperlakukannya sebagaimana anaknya sendiri, 2). Meneladani Rasulullah sehingga jangan menuntut upah, imbalan maupun penghargaan, 3). Hendaknya tidak memberi predikat/martabat kepada peserta didik sebelum ia pantas dan kompeten untuk menyandangnya, dan jangan memberi ilmu yang samar (al-ilm al-khafy) sebelum tuntas ilmu yang jelas (al-ilm al-jali) 4). Hendaknya mencegah peserta didik dari akhlak yang jelek, 5). Guru yang memegang bidang studi tertentu sebaiknya tidak meremehkan bidang studi lain, 6). Menyajikan pelajaran sesuai dengan taraf kemampuan peserta didik, 7). Dalam menghadapi peserta didik yang kurang mampu sebaiknya diberi ilmu-ilmu yang global dan tidak perlu menyajikan detailnya, 8) Guru hendaknya mengamalkan ilmunya, dan jangan sampai ucapannya bertentangan dengan perbuatannya.21
Selanjutnya untuk melihat apakah seorang guru dikatakan
profesional atau tidak, dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari
tingkat pendidikan minimal dari latar belakang pendidikan untuk jenjang
sekolah tempat dia menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi
bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, dan mengelola siswa.22
____________
20Sortjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal. 30.
21 Muhaimin, Paradigma..., hal. 95.
22Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hal. 30.
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
40}
Ada 10 kemampuan dasar bagi guru profesional menurut P3G
(Proyek Pembinaan Pendidikan Guru), yaitu:
a. Menguasai bahan b. Mengelola program belajar mengajar c. Mengelola kelas d. Menggunakan media atau sumber e. Menguasai landasan-landasan Kependidikan f. Mengelola interaksi belajar mengajar g. Menilai prestasi siswa untuk kependidikan pengajaran h. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan penyuluhan i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah j. Memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan
guna keperluan pengajaran.23 Menurut Uzer Usman, kemampuan profesional guru meliputi:
menguasai landasan kependidikan, menguasai bahan pengajaran,
menyusun program pengajaran, melaksanakan program pengajaran dan
menilai hasil dan PBM yang telah dilaksanakan.24 Jabatan guru adalah suatu
jabatan profesi. Dalam pengertian tersebut telah terkandung suatu konsep
bahwa guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan
sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar guru
mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Maka guru yang
dinilai kompeten secara profesional, apabila:
a. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.
b. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil.
c. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan sekolah.
d. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam PBM dan belajar dalam kelas.25
____________
23W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grasindo, 2002), hal. 37. 24Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 17. 25Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2002), hal. 38.
Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
{41
Dengan berbagai penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
guru yang profesional dituntut untuk menguasai semua aspek guna
menciptakan anak didik yang bermutu dan berdaya guna. Kemudian guru
yang profesional dituntut pula untuk memiliki kepribadian yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam, dan ini merupakan hal yang sangat penting dalam
pembinaan akhlak anak didik. Kepada seorang guru, khususnya guru
bidang studi agama Islam disyaratkan memiliki budi pekerti dan akhlak
yang baik serta mempunyai moral yang luhur, sehingga dalam gerak
tingkah lakunya selalu menjadi suri teladan bagi anak didik.
Dengan guru memiliki kepribadian tersebut, diharapkan akan lahir
generasi baru yang lebih siap untuk mengemban tugas-tugas khusus
keguruan dalam rambu-rambu pendidikan yang lebih luas. Menyadari
bahwa dalam keadaan apapun, dan di dalam saat yang bagaimanapun,
tugas utama guru selalu berada di dalam kaitan aspirasi mencerdaskan
kehidupan bangsa. Maka manusia yang guru semua sebagai guru bangsa,
berkewajiban melaksanakan tugas khusus masing-masing dalam konteks
yang jauh lebih luas dan jauh lebih fundamental.
C. Penutup
Guru adalah profesi utama karena ia adalah agen perubahan masa
depan bangsa dan dunia. Ilmu yang diajarkan, sikap yang ditunjukkan, dan
teladan yang diberikan akan menjadi sinar terang yang menembus hati
generasi muda bangsa ini. Kompetensi adalah suatu keniscayaan bagi guru.
Hal ini dimaksud kemampuan yang dimiliki guru untuk menunaikan tugas
kependidikan, meliputi kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan
profesional. Kompetensi profesional dibutuhkan guru untuk meningkatkan
kemampuan, kapasitas dan potensi keilmuan guru di tengah kompetensi
pengetahuan yang sangat dinamis masa sekarang ini. Kompetensi
profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
42}
mendalam mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuannya secara filosofis. Kompetensi profesional
juga dinamai dengan penguasaan sumber bahan ajar atau sering disebut
dengan bidang keahlian. Untuk menjadi profesional guru dituntut memiliki
lima hal, yaitu: pertama, guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses
belajarnya. kedua, guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran
yang akan diajarkan. ketiga, guru bertanggung jawab memantau hasil belajar
siswa dengan berbagai bentuk evaluasi. keempat, guru mampu berpikir
sistematis tentang apa yang dilakukannya. kelima, guru seyogianya
merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.***
Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam
{43
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma`mur. 2009. 7 Kompetensi guru Menyenangkan dan Profesional, Yogjakarta: Power Books (IHDINA).
Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000 Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grasindo.
Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara.
Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya.
Muhaimin. 2003. Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mukhtar. 2003. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Misaka Galizaa.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Murziqin, R., Tabrani ZA, & Zulfadli. (2012). Performative Strength in the Hierarchy of Power and Justice. Journal of Islamic Law and Culture, 10(2), 123–144.
Roestiyah NK. Ny. 1979. Kompetensi Mengajar Guru, Jakarta: Gramedia.
Sagala, Syaiful. tt. Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Al Fabeta.
Sardiman. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon Guru, Jakarta: Rajawali Pers.
Sortjipto dan Raflis Kosasi. 1999. Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta.
Supriyadi, Dedi. 2002. Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Vol. 01, No. 01, Januari 2013
44}
Tabrani ZA. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (antara Tradisional dan Modern). Kuala Lumpur: Al-Jenderami Press.
Tabrani ZA. (2011). Dynamics of Political System of Education Indonesia. International Journal of Democracy, 17(2), 99–113.
Tabrani ZA. (2012). Future Life of Islamic Education in Indonesia. International Journal of Democracy, 18(2), 271–284.
Tabrani ZA. (2013). Pengantar Metodologi Studi Islam. Banda Aceh: SCAD Independent.
Tabrani ZA. (2014). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian Gradual Menuju Paradigma Global). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 211–234.
Tabrani ZA. (2015). Persuit Epistemology of Islamic Studies (Buku 2 Arah Baru
Metodologi Studi Islam). Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Usman, Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wahjosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wibowo, Mungin Eddy. 2001. Paradigma Bimbingan dan Konseling, Semarang: DEPDIKNAS.
Zamroni. 2001. Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: Bigraf.