39
Kisi-kisi Soal Pengauditan Matrikulasi Sesi 8-13 Sifat: Tutup Buku, Waktu: 120 menit 1 Materiality in audit planning phase 2 Materiality in audit planning and evaluation phase 3 Effect of materiality 4 Preliminary audit strategy 5 Level of tests of details 6 Significant inherent risk 7 Introduction to internal control 8 Example of control activity 9 Type evidence and test of control 10 Understanding business client 11 Example of substantive test 12 Introduction to audit sampling 13 Factor affecting tests of details balance Materialitas dalam tahap perencanaan audit Materialitas dalam perencanaan audit dan tahap evaluasi Pengaruh materialitas Strategi audit pendahuluan Tingkat pengujian rinci Risiko inheren yang signifikan Pengantar pengendalian internal Contoh aktivitas pengendalian Jenis bukti dan test of control Klien bisnis Memahami Contoh uji substantif Pengantar mengaudit sampel Faktor yang mempengaruhi tes rincian saldo

Kisi UAS 2014

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kisi UAS 2014

Kisi-kisi Soal Pengauditan Matrikulasi Sesi 8-13

Sifat: Tutup Buku, Waktu: 120 menit

1 Materiality in audit planning phase2 Materiality in audit planning and evaluation phase3 Effect of materiality4 Preliminary audit strategy5 Level of tests of details 6 Significant inherent risk7 Introduction to internal control8 Example of control activity9 Type evidence and test of control10 Understanding business client11 Example of substantive test12 Introduction to audit sampling

13 Factor affecting tests of details balance

Materialitas dalam tahap perencanaan auditMaterialitas dalam perencanaan audit dan tahap evaluasiPengaruh materialitasStrategi audit pendahuluanTingkat pengujian rinciRisiko inheren yang signifikanPengantar pengendalian internalContoh aktivitas pengendalianJenis bukti dan test of controlKlien bisnis MemahamiContoh uji substantifPengantar mengaudit sampelFaktor yang mempengaruhi tes rincian saldo

RISIKO DETEKSI DAN PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Page 2: Kisi UAS 2014

Dalam bab ini, kita akan menguraikan bagaimana informasi dari hasil-hasil pengujian pengendalian dapat digunakan untuk melengkapi persyaratan aktivitas audit dalam memenuhi standar pekerjaan lapangan. Perancangan pengujian substantif meliputi keputusan tentang sifat, waktu, dan luasnya pengujian yang dilakukan serta penentuan staf audit.

A.    Penentuan Risiko DeteksiRisiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan dapat mendeteksi salah saji

material yang ada dalam suatu asersi. Suatu rencana tingkat risiko deteksi yang bisa diterima harus ditetapkan untuk setiap asersi laporan keuangan yang signifikan. Apapun tingkat risiko yang digunakan auditor baik kualitatif atau non kualitatif, rencana risiko deteksi ditentukan berdasarkan hubungan yang dinyatakan dengan model sebagai berikut :

RD = RA / (RB x RP)Keterangan :RD = Risiko DeteksiRA = Risikok AuditRB = Risiko BawaanRP = Risiko Pengendalian

Model diatas menunjukkan bahwa pada suatu tingkat risiko audit tertentu (RA) yang ditetapkan auditor, risiko deteksi (RD) adalah berhubungan terbalik dengan tingkat risiko bawaan (RB) dan risiko pengendalian (RP) yang ditentukan. Apabila digunakan dalam tahap perencanaan untuk menetapkan rencana risiko deteksi, maka RP mencerminkan rencana tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan sebagai komponen pertama dari strategi audit awal. Rencana risiko deteksi adalah dasar untuk menetapkan rencana tingkat pengujian substantif yang ditentukan oleh auditor sebagai komponen terakhir dalam penetapan strategi audit awal untuk suatu asersi.Hubungan antara strategi, risiko deteksi, audit pendahuluan, dan pengujian substantif

Strategi Audit Pendahuluan

Risiko Deteksi yang Direncanakan

Keyakinan yang Direncanakan dari

Substantif yang Direncanakan

Pendekatan pengujian substantif utama yang menekankan pengujian rincian

Rendah atau sangat rendah

Pengujian rincian atas transaksi dan saldo

Tingkat yang lebih tinggi

Tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah

Sedang atau tinggi Pengujian pengendalian

Tingkat yang lebih rendah

Pendekatan pengujian substantif utama yang menekankan prosedur analitis

Rendah atau sangat rendah

Prosedur analitis Tingkat yang lebih tinggi

Penekanan pada risiko bawaan dan prosedur analitis

Sedang atau tinggi Bukti mengenai risiko bawaan dan prosedur analitis

Tingkat yang sedang atau lebih rendah

1.      Evaluasi atas Rencana Tingkat Pengujian Substantif

Auditor harus membandingkan antara tingkat risiko pengendalian sesungguhnya dengan rencana tingkat risiko pengendalian untuk asersi yang bersangkutan. Apabila tingkat risiko pengendalian akhir sama dengan tingkat risiko pengendalian awal, auditor bisa melangkah ke tahap perancangan pengujian substantif spesifik berdasarkan rencana tingkat pengujian substantif yang telah ditetapkan sebagai komponen terakhir dari strategi audit awal.

Page 3: Kisi UAS 2014

Namun, apabila tidak, tingkat pengujian substantif harus di revisi sebelum merancang pengujian substantif spesifik untuk mengakomodasi tingkat risiko deteksi yang bisa di terima setelah direvisi.

2. Merevisi Rencana Risiko Deteksi

            Apabila memungkinkan, tingkat risiko deteksi yang dapat diterima setelah direvisi ditetapkan untuk setiap asersi dengan cara yang sama seperti rencana risiko deteksi, kecuali bahwa penetapannya didasarkan pada risiko pengendalian sesungguhnya bukan pada rencana tingkat risiko  pengendalian untuk asersi yang bersangkutan.

B.    Penetapan Risiko Deteksi Untuk Pengujian Substantif yang Berbeda atas Asersi yang Sama

Dalam merancang pengujian substantif, auditor kadang-kadang menginginkan untuk menetapkan tingkat risiko deteksi berbeda yang akan digunakan dalam pengujian substantif yang berbeda pula mengenai asersi yang sama.

1.      Perancangan Pengujian Substantif

            Pengujian substantif di satu sisi bisa menghasilkan bukti tentang kewajaran setiap asersi lapoaran keuangan yang signifikan, dan di sisi lain pengujian substantif juga bisa menghasilkan bukti yang menunjukkan adanya kekeliruan jumlah rupiah atau salah saji dalam pencatatan atau pelaporan transaksi dan saldo-saldo. Perancangan pengujian substantif meliputi penentuan sifat, saat dan luas pengujian yang diperlukan untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi.

2.      Sifat Pengujian Substantif

            Sifat pengujian substantif berhubungan dengan jenis dan efektivitas prosedur pengauditan yang akan dilakukan. Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima rendah, auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya lebih mahal. Apabila tingkat risiko deteksi yang dapat diterima tinggi, auditor dapat menggunakan prosedur yang kurang efektif yang lebih murah. Pengujian substantif terdiri dari tiga jenis yaitu : 

a.       Prosedur AnalitisProsedur analitis seringkali dipandang kurang efektif bila dibandingkan dengan

pengujian detil. Namun demikian, dalam keadaan tertentu prosedur ini justru dipandang lebih efektif. Sebagai contoh, perbandingan antara jumlah seluruh pembayaran kepada seorang pemasok dengan barang yang sesungguhnya diterima, bisa memberi petunjuk tentang adanya kelebihan pembayaran. Hal ini mungkin tidak terdeteksi pada waktu dilakukan pengujian atas masing-masing transaksi pembayaran kepada pemasok. 

Dalam hal tertentu jika prosedur analitis dipandang efektif, pelaksanaan prosedur ini juga bisa menghemat biaya audit. Hal seperti itu biasanya nampak pada audit atas perusahaan-perusahaan tertentu seperti perusahaan listrik, gas, dan telepon. 

Page 4: Kisi UAS 2014

PSA No.22, Prosedur Analitis (SA 329.11), menyatakan bahwa efektivitas dan efisiensi prosedur analitis tergantung pada : 

·        Sifat asersi ·        Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan·        Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk membuat taksiran·        Ketepatan taksiran

Apabila hasil prosedur analitis sesuai dengan taksiran, dan tingkat risiko deteksi yang bisa diterima untuk asersi tinggi, maka auditor tidak perlu melakukan pengujian detil. Prosedur analitis biasanya ,tidak begitu mahal biaya pelaksanaannya. Oleh karena itu, auditor perlu mempertimbangkan seberapa jauh prosedur ini dapat digunakan untuk mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat diterima sebelum auditor memutuskan untuk melakukan pengujian detil.

b.      Pengujian Detil TransaksiPengujian detil transaksi terutama berupa penelusuran (Tracing) dan pencocokan ke

dokumen pendukung (vouching). Sebagai contoh, detil transaksi bisa ditelusur dari dokumen pendukung. Misalnya faktur penjualan dan voucher ke dalam catatan akuntansi seperti jurnal penjualan dan dan register voucher. 

Dalam pengujian ini auditor memeriksa sebagian (dengan sampel) atau seluruh pendebetan dan pengkreditan atas suatu rekening. Hasil pengujian tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan tentang saldo rekening yang bersangkutan. Pengujian ini biasanya dilakukan dengan menggunakan dokumen-dokumen yang terdapat dalam arsip klien. Efektivitas pengujian tergantung pada prosedur dan dokumen yang digunakan. 

Pengujian detil transaksi biasanya lebih banyak menyita waktu dan biayanya juga lebih mahal. Efisiensi biaya akan tercapai bila auditor melaksanakan pengujian bebarengan dengan pengujian pengendalian yang disebut pengujian bertujuan ganda.

c.       Pengujian Detil Saldo-saldoPengujian detil atas saldo-saldo dilakukan untuk mendapatkan bukti secara langsung

tentang sebuah saldo rekening, dan bukan pada masing-masing pendebetan atau pengkreditan yang telah menghasilkan saldo tersebut. Efektifitas pengujian ini juga tergantung pada prosedur yang digunakan dan tipe bukti yang diperoleh. Berikut adalah contoh bagaimana efektifitas pengujian atas saldo-saldo dapat direncanakan untuk memenuhi berbagai tingkat risiko deteksi untuk asersi penilaian atau pengalokasian rekening kas di bank.

Risiko Deteksi Pengujian Detil atas Saldo-SaldoTinggi Periksa sekilas (scan) rekonsiliasi bank

yang dibuat klien dan verifikasi ketelitian perhitungan dalam rekonsiliasi

Moderat Review rekonsiliasi bank yang dibuat klien dan verifikasi bagian-bagian penting rekonsiliasi serta ketelitian perhitungan dalam rekonsiliasi

Rendah  Buatlah rekonsiliasi bank dengan menggunakan laporan bank yang diperoleh dari klien dan periksa bagian-bagian

Page 5: Kisi UAS 2014

penting rekonsiliasi serta ketelitian perhitungan

Sangat Rendah Dapatkan laporan bank langsung dari bank, buatlah rekonsiliasi bank, dan verifikasi semua hal yang direkonsiliasi serta ketelitian perhitungan 

Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa apabila risiko deteksi tinggi, maka auditor cukup menggunakan dokumen intern dan melakukan hanya sedikit prosedur audit. Apabila risiko deteksi sangat rendah, auditor akan menggunakan dokumen yang diperoleh langsung dari bank dan melaksanakan prosedur audit yang ekstensif. 

Pengujian detil atas saldo-saldo sering melibatkan dokumen-dokumen ekstern dan pengetahuan langsung dari auditor. Oleh karena itu, penggunaan prosedur tersebut akan sangat efektif, namun di sisi lain akan memakan waktu dan biaya yang relatif mahal.

3.      Saat Pengujian Substantif

            Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima bisa berpengaruh pula pada saat pengujian substantif. Apabila risiko deteksi tinggi, pengujian bisa dilakukan beberapa bulan sebelum akhir tahun. Sebaliknya apabila risiko deteksi untuk suatu deteksi rendah, maka pengujian substantif biasanya akan dilakukan pada tanggal akhir tahun atau mendekati akhir tahun.            Auditor bisa melakukan pengujian substantif atas detil suatu rekening pada tanggal interim. Keputusan untuk melakukan pengujian sebelum tanggal neraca harus didasarkan pada pertimbangan apakah auditor dapat :

         Mengendalikan tambahan risiko audit bahwa salah saji material yang ada pada saldo rekening pada tanggal neraca tidak akan terdeteksi oleh auditor

         Mengurangi biaya untuk melaksanakan pengujian substantif pada akhir tahun guna memenuhi tujuan audit yang direncanakan, sehingga pengujian sebelum tanggal neraca bisa menjadi lebih murah

            Tambahan risiko audit potensial akan dapat dikendalikan apabila pengujian substantif pada periode yang tersisa akan dapat memberi dasar yang layak untuk perluasan kesimpulan audit dari pengujian yang dilakukan pada tanggal interim ke tanggal neraca. Kondisi-kondisi yang bisa berpengaruh pada pengendalian risiko ini adalah :

1.      Struktur pengendalian intern selama periode tersisa cukup efektif2.      Tidak terdapat keadaan atau kondisi yang mempengaruhi manajemen untuk membuat salah

saji dalam laporan keuangan selama periode tersisa 3.      Saldo rekening akhir tahun yang diperiksa pada tanggal interim bisa diprekdisi secara

masuk akal, baik mengenai jumlah, hubungan signifikan, maupun komposisinya 4.      Sistem akuntansi klien akan memberi informasi mengenai transaksi tak biasa yang

signifikan dan fluktuasi signifikan yang mungkin terjadi pada periode tersisa

            Pengujian subtantif sebelum tanggal neraca tidak menghilangkan kebutuhan akan pengujian subtantif pada tanggal neraca. Pengujian untuk periode tersiksa harus mencakup :

Page 6: Kisi UAS 2014

         Perbandingan saldo rekening-rekening pada dua tanggal untuk mengidentifikasi jumlah-jumlah yang nampak tidak biasa dan penyelidikan atas jumlah tersebut

         Prosedur analitis lain atau pengujian substantif detil lainnya untuk mendapatkan dasar yang layak untuk memperluas kesimpulan audit interim ke tanggal neraca

            Apabila direncanakan dan dilaksanakan dengan tepat, gabungan pengujian substantif sebelum tanggal neraca dan pengujian substantif untuk periode tersisa akan menghasilkan bukti kompeten yang cukup bagi auditor sebagai dasar yang layak untuk memberikan pendapat mengenai laporan keuangan klien.

4.      Luas Pengujian Substantif            

Diperlukan bukti yang lebih banyak untuk  mencapai tingkat risiko deteksi rendah yang bisa diterima dibandingkan dengan risiko deteksi tinggi. Auditor bisa menentukan berbagai jumlah bukti yang harus diperoleh dengan mengubah luas pengujian substantif yang dilakukan. Luas dalam pratik mengandung arti banyaknya hal atau besarnya sampel yang terhadapnya dilakukan pengujian atau diterapkan prosedur tertentu. Besarnya yang akan diuji membutuhkan pertimbangan professional. Penentuan sampel secara statistik dalam pengujian substantif dapat dilakukan untuk membantu auditor dalam menentukan ukuran sampel yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat risiko deteksi yang telah ditetapkan.            

C.    Pengembangan Program Audit untuk Pengujian Substantif

Tujuan audit suatu laporan keuangan secara keseluruhan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan klien telah disajikan secara wajar dalam segala hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Auditor juga menetapkan berbagai tujuan audit khusus untuk setiap rekening berdasarkan lima kategori asersi laporan keuangan. Dalam merancang pengujian substantif, auditor harus menentukan bahwa pengujian yang tepat telah di identifikasi untuk mencapai setiap tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan setiap asersi. Apabila hal ini dilakukan untuk setiap rekening, maka tujuan keseluruhan akan tercapai.

D.    Contoh Program Audit untuk Pengujian Substantif

Keputusan auditor sehubungan dengan rancangan pengujian substantif harus di dokumentasikan dalam kertas kerja dalam bentuk program audit tertulis (SA 311.09). Program audit adalah daftar prosedur-prosedur audit yang harus dilakukan. Prosedur-prosedur biasanya tidak di daftar menurut asersi atau tujuan khusus audit dengan maksud untuk menghindari pengulangan prosedur yang diterapkan pada lebih dari satu asersi atau tujuan. 

Sebagai tambahan dalam daftar prosedur audit, setiap program audit harus memiliki kolom-kolom untuk suatu referensi silang ke kertas kerja lain yang berisi bukti yang diperoleh dari setiap prosedur (bila memungkinkan), paraf auditor yang melaksanakan masing-masing prosedur, dan tanggal pelaksanaan prosedur di selesaikan. 

Dalam praktik, auditor kadang-kadang membuat rincian yang berbeda untuk hal-hal tertentu dalam program auditnya. Sebagai contoh di tunjukkan secara lebih rinci tentang rencana sampel, termasuk besarnya sampel untuk berbagai pengujian dalam program audit itu

Page 7: Kisi UAS 2014

sendiri. Namun dalam keadaan bagaimanapun program audit hendaknya cukup detil agar dapat memberikan :

·        Garis-garis besar pekerjaan yang akan dilakukan·        Dasar untuk koordinasi, supervisi, dan pengawasan audit ·        Catatan mengenai pekerjaan yang dilakukan

E.     Rerangka Umum Pengembangan Program Audit untuk Pengujian Substantif Perencanaan Awal

1.      Identifikasi asersi-asersi laporan keuangan yang harus dicakup oleh program audit misalkan asersi-asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan hak dan kewajiban, penilaian atas pengalokasian, dan penyajian atau pengungkapan yang berkaitan dengan saldo akhir persediaan 

2.      Kembangkan tujuan-tujuan audit spesifik untuk setiap kategori asersi3.      Tentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian serta tentukan pula tingkat risiko deteksi

akhir untuk setiap asersi, sejalan dengan tingkat risiko audit keseluruhan dan tingkat materialitas yang dapat diterima 

4.      Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk mendapatkan pemahaman mengenai kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang relevan, catatan akuntansi, dokumen pendukung dan proses akuntansi (termasuk alur audit) dan proses pelaporan keuangan yang berhubungan dengan asersi-asersi 

5.      Pertimbangkan pilihan-pilihan yang berhubungan dengan perancangan pengujian substantif

Program Audit dalam Penugasan PertamaDalam suatu penugasan pertama, spesifikasi pengujian substantif yang detil dalam

program audit biasanya belum akan disusun secara lengkap hingga selesainya kegiatan mempelajari dan menilai struktur pengendalian intern dan di tentukannya tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi signifikan. Dua hal yang memerlukan pertimbangan khusus dalam merancang program audit untuk audit sebagai penugasan pertama adalah penentuan ketepatan saldo-saldo awal rekening pada periode yang diaudit, dan penentuan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan pada periode yang lalu sebagai dasar untuk menentukan konsistensi penerapan prinsip tersebut pada periode berjalan.

Program Audit Dalam Penugasan UlanganDalam suatu penugasan ulangan, auditor memiliki akses pada semua program yang

digunakan pada periode yang lalu dan kertas kerja yang berkaitan dengan program tersebut. Dalam situasi demikian, strategi awal audit biasanya ditetapkan auditor berdasarkan asumsi bahwa tingkat risiko dan program audit untuk pengujian substantif yang digunakan pada periode yang lalu akan tepat digunakan pada periode berjalan. Oleh karena itu, program audit untuk penugasan tahun berjalan seringkali disusun sebelum auditor menyelesaikan kegiatan mempelajari dan menilai struktur pengendalian intern.      

F.     Pertimbangan Khusus dalam Perancangan Pengujian Substantif

a.       Rekening-rekening Laba RugiSecara tradisional, pengujian detil saldo rekening lebih difokuskan pada rekening-

rekening laporan keuangan yang disajikan dalam neraca (rekening riil) di bandingkan dengan

Page 8: Kisi UAS 2014

rekening-rekening laba rugi (rekening nominal). Pendekatan ini efisien dan logis karena setiap rekening laba rugi pasti akan terkait dengan satu atau lebih rekening neraca. Semua kategori asersi berlaku pula pada rekening-rekening laba-rugi, kecuali asersi hak dan kewajiban. Sehubungan dengan adanya keterkaitan ini, maka apabila di bandingkan dengan pengujian substantif untuk rekening-rekening neraca, pengujian atas rekening-rekening laba rugi lebih ditekankan pada prosedur analitis dan kurang pada pengujian detil.

Prosedur Analitis untuk Rekening-rekening Laba RugiProsedur analitis bisa menjadi alat audit yang sangat ampuh dalam mendapatkan bukti

tentang saldo-saldo rekening laba rugi. Jenis pengujian substantif ini bisa digunakan secara langsung atau tidak langsung. Pengujian langsung terjadi apabila sebuah rekening pendapatan atau rekening biaya di bandingkan dengan data yang relevan untuk menentukan kewajaran saldonya. Pengujian tak langsung terjadi apabila bukti mengenai saldo laba rugi berasal dari hasil prosedur analitis yang diterapkan pada pengujian saldo neraca yang berkaitan. Dalam keadaan tertentu auditor bisa memilih untuk menggunakan prosedur analitis hanya sebagai pengujian langsung atas beberapa saldo rekening laba rugi. 

Pengujian Detil untuk Rekening-rekening Laba RugiApabila bukti yang diperoleh dari prosedur analitis dan dari pengujian detil atas

rekening neraca yang berkaitan tidak mengurangi risiko deteksi pada tingkat rendah yang dapat diterima, maka diperlukan pengujian detil langsung atas asersi-asersi yang berhubungan dengan rekening laba rugi. Hal ini terjadi apabila :

·        Risiko bawaan tinggi·        Risiko pengendalian tinggi·        Prosedur analitis menunjukkan adanya hubungan tidak biasa dan fluktuasi tak diharapkan·        Rekening memerlukan analisis

b.      Rekening-rekening yang Berkaitan dengan Estimasi AkuntansiEstimasi akuntansi adalah perkiraan mengenai suatu elemen laporan keuangan, pos,

atau rekening yang terjadi bila tidak bisa diukur secara pasti. Estimasi akuntansi mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan perusahaan. PSA No. 37,Audit atas Estimasi Akuntansi (SA 342.07) menyatakan bahwa tujuan auditor dalam mengevaluasi estimasi akuntansi adalah untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk memberikan keyakinan memadai bahwa semua estimasi akuntansi yang material bagi laporan keuangan telah ditetapkan, estimasi akuntansi tersebut masuk akal dalam kondisi yang bersangkutan, estimasi akuntansi disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan diungkapkan secara memadai. 

Struktur pengendalian intern perusahaan bisa mengurangi kemungkinan terjadinya salah saji material yang berasal dari estimasi akuntansi dan oleh karenanya mengurangi luasnya pengujian substantif. 

c.       Rekening-rekening Berkaitan dengan Transaksi dengan Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa

Auditor harus mengidentifikasi transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa, dalam rangka membuat perencaaan audit. Tujuan auditor dalam pengauditan atas transaksi-transaksi yang dilakukan dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa adalah untuk mendapatkan bukti mengenai tujuan, sifat, dan luasnya transaksi ini serta dampaknya terhadap laporan keuangan. 

Page 9: Kisi UAS 2014

Dalam melakukan audit atas transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, auditor tidak diharapkan untuk menentukan apakah suatu transaksi tertentu akan terjadi, seandainya pihak-pihak yang bersangkutan tidak memiliki hubugan yang istimewa, dan berapa harga pertukaran dan termin yang sewajarnya digunakan. Tujuan auditor dalam hal ini adalah menentukan substansi transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan.

EMAHAMAN ATAS BISNIS KLIEN

Sumber: PSA 67

PENDAHULUAN

01 Tujuan Seksi ini adalah untuk menetapkan standar dan untuk memberikan panduan tentang apa yang dimaksud dengan pengetahuan tentang bisnis, mengapa hal ini penting bagi auditor dan anggota staf audit yang bekerja dalam melaksanakan perikatan, mengapa hal ini relevan dengan semua tahap audit, dan bagaimana auditor memperoleh dan menggunakan pengetahuan tersebut.

02 Dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis yang cukup untuk memungkinkan auditor mengidentifikasi dan memahami peristiwa, transaksi, dan praktik, yang, menurut pertimbangan auditor, kemungkinan berdampak signifikan atas laporan keuangan atau atas laporan pemeriksaan atau laporan audit. Sebagai contoh, pengetahuan tersebut digunakan oleh auditor dalam menaksir risiko bawaan dan risiko pengendalian dan dalam menentukan sifat, saat, dan luasnya prosedur audit.

03 Tingkat pengetahuan auditor untuk suatu perikatan mencakup pengetahuan umum tentang ekonomi dan industri yang menjadi tempat beroperasinya entitas, dan pengetahuan yang lebih khusus tentang bagaimana entitas beroperasi. Namun, tingkat pengetahuan yang dituntut dari auditor biasanya lebih rendah bila dibandingkan dengan yang dimiliki oleh manajemen. Daftar hal-hal yang perlu dipertimbangkan mengenai pengetahuan tentang bisnis, dalam perikatan tertentu disajikan dalam lampiran.

PEMEROLEHAN PENGETAHUAN

04 Sebelum menerima suatu perikatan, auditor akan memperoleh pengetahuan pendahuluan tentang industri dan hak kepemilikan, manajemen dan operasi entitas yang akan diaudit, dan akan mempertimbangkan apakah tingkat pengetahuan tentang bisnis memadai untuk melaksanakan audit yang akan diperoleh.

05 Setelah penerimaan perikatan, informasi lebih lanjut dan lebih rinci akan diperoleh. Sejauh praktis dilaksanakan, auditor akan memperoleh pengetahuan yang diperlukan pada awal

Page 10: Kisi UAS 2014

dimulainya perikatan. Sepanjang perjalanan pekerjaan audit, informasi tersebut akan ditentukan dan dimutakhirkan serta informasi lebih banyak akan diperoleh.

06 Pemerolehan pengetahuan tentang bisnis yang diperlukan merupakan proses berkelanjutan dan bersifat kumulatif dalam pengumpulan dan penentuan informasi dan pengaitan pengetahuan yang diperoleh dengan bukti audit serta informasi di setiap tahap audit. Sebagai contoh, meskipun informasi dikumpulkan pada tahap perencanaan, biasanya informasi tersebut diperhalus dan ditambah pada tahap audit berikutnya karena auditor dan asistennya belajar lebih banyak tentang bisnis.

07 Untuk perikatan lanjutan, auditor akan memutakhirkan dan melakukan evaluasi kembali informasi yang dikumpulkan sebelumnya, termasuk informasi dalam kertas kerja tahun sebelumnya. Auditor juga melaksanakan prosedur yang didesain untuk mengidentifikasi perubahan signifikan yang telah terjadi sejak audit yang terakhir.

08 Auditor dapat memperoleh pengetahuan tentang industri dan entitas dari berbagai sumber. Sebagai contoh:

1. Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industrinya.2. Diskusi dengan orang dalam entitas (seperti direktur, personel operasi senior)3. Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap laporan auditor

intern.4. Diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat lain yang

telah memberikan jasa kepada entitas atau dalam industri.5. Diskusi dengan orang yang berpengetahuan di luar entitas (seperti ahli ekonomi

industri badan pengatur industri, customers, pemasok, dan pesaing).6. Publikasi yang berkaitan dengan industri (seperti statistik yang diterbitkan oleh

pemerintah survai, teks, jurnal perdagangan, laporan oleh bank, pialang efek, koran keuangan).

7. Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas8. Kunjungan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas.9. Dokumen yang dihasilkan oleh entitas (seperti, notulen rapat, bahan yang dikirim

kepada pemegang saham dan diserahkan kepada badan pengatur, buku-buku promosi, Iaporan keuangan dan laporan tahunan tahun sebelumnya, anggaran, laporan manajemen intern, laporan keuangan interim, panduan kebijakan manajemen, panduan akuntansi dan sistem pengendalian intern, daftar akun, deskripsi jabatan, rencana pemasaran dan penjualan).

PENGGUNAAN PENGETAHUAN

09 Pengetahuan tentang bisnis merupakan suatu kerangka acuan (frame of reference) yang digunakan oleh auditor untuk melaksanakan pertimbangan profesional. Pemahaman tentang bisnis dan penggunaan informasi tersebut secara semestinya membantu auditor dalam :

1. Penaksiran risiko dan identifikasi masalah.2. Perencanaan dan pelaksanaan audit secara efektif dan efisien.3. Evaluasi bukti audit4. Penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien.

Page 11: Kisi UAS 2014

10 Auditor melakukan pertimbangan tentang banyak hal selama pelaksanaan auditnya. Pengetahuan tentang bisnis sangat penting bagi auditor dalam melakukan pertimbangan tersebut. Sebagai contoh:

1. Penaksiran risiko bawaan dan risiko pengendalian.2. Pertimbangan risiko bisnis dan tanggapan manajemen mengenai hal ini.3. Pengembangan perencanaan audit secara menyeluruh dan program audit.4. Penentuan tingkat materialitas dan penaksiran apakah tingkat materialitas yang dipilih

masih memadai.5. Penentuan bukti audit untuk menetapkan memadainya dan validitasnya dengan asersi

laporan keuangan yang bersangkutan.6. Evaluasi estimasi akuntansi dan representasi manajemen.7. Identifikasi bidang yang mungkin memerlukan pertimbangan audit khusus dan

keterampilan khusus.8. Untuk menyadari adanya informasi yang bertentangan (seperti, representasi yang

berlawanan).9. Untuk menyadari keadaan yang luar biasa (seperti, penggelapan dan ketidakpatuhan

terhadap undang-undang dan peraturan, hubungan yang tidak diharapkan antara data statistik operasi dengan hasil keuangan yang dilaporkan).

10. Pembuatan permintaan keterangan berbasis informasi dan penentuan apakah jawabannya masuk akal

11. Pertimbangan tentang memadainya kebijakan akuntansi dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

11 Auditor harus menjamin bahwa asisten yang ditugasi dalam suatu perikatan audit memperoleh pengetahuan memadai tentang bisnis untuk memungkinkan mereka melaksanakan pekerjaan audit yang didelegasikan kepada mereka. Auditor juga perlu menjamin bahwa para asisten selalu menyadari tambahan informasi dan perlunya berbagi informasi dengan auditor dan asisten lainnya.

12 Untuk memanfaatkan secara efektif pengetahuan tentang bisnis, auditor harus mempertimbangkan bagaimana dampak informasi tersebut terhadap laporan keuangan secara keseluruhan dan apakah asersi dalam laporan keuangan konsisten dengan pengetahuan audi-tor tentang bisnis.

AUDIT SAMPLING

Pendahuluan

Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.1 Seksi ini memberikan panduan dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel audit.

Page 12: Kisi UAS 2014

Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit: nonstatistik dan statistik. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan. Panduan dalam Seksi ini berlaku baik untuk sampling audit secara statistik maupun nonstatistik

KETIDAKPASTIAN DAN SAMPLING AUDIT

Beberapa tingkat ketidakpastian secara implisit termasuk dalam konsep “sebagai dasar memadai untuk suatu pendapat” yang diacu dalam standar pekerjaan lapangan ketiga. Dasar untuk menerima beberapa ketidakpastian timbul dari hubungan antara faktor-faktor seperti biaya dan waktu yang diperlukan untuk memeriksa semua data dan konsekuensi negatif dari kemungkinan keputusan yang salah yang didasarkan atas kesimpulan yang dihasilkan dari audit terhadap data sampel saja.

Risiko Sampling

Auditor harus menerapkan pertimbangan profesional dalam menentukan risiko sampling. Dalam menyelenggarakan pengujian substantif atas rincian, auditor memperhatikan dua aspek daririsiko sampling: Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance), yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan basil sampel, bahwa saldo akun tidak berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo akun telah salah saji secara material.  Risiko keliru menolak ( risk of incorrect reject ion) , yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara material.

Sampling Dalam Pengujian Substantif Rinci

Perencanaan Sampel

Perencanaan meliputi pengembangan strategi untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan. Untuk panduan umum perencanaan, lihat SA Seksi 311 [PSA No. 05] Perencanaan dan Supervisi.

Dalam perencanaan sampel untuk pengujian substantif rinci, auditor harus mempertimbangkan:

-          Hubungan antara sampel dan tujuan audit yang relevan. Lihat SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit. Sampling Audit

-     Pertimbangan pendahuluan atas tingkat materialitas.

-     Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima (allowable risk of incorrect acceptance).

-      Karakteristik populasi, yaitu unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok transaksi yang menjadi perhatian.

Pemilihan Sampel

Page 13: Kisi UAS 2014

Unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampelnya dapat diharapkan mewakili populasi. Oleh sebab itu, semua unsur dalam populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Sebagai contoh, pemilihan secara acak atas unsur merupakan suatu cara memperoleh sampel yang mewakili.

Kinerja dan Penilaian

Prosedur audit memadai untuk suatu tujuan audit tertentu harus diterapkan terhadap setiap unsur sampel. Dalam beberapa situasi, auditor mungkin tidak dapat menerapkan prosedur audit yang direncanakan terhadap unsur sampel yang terpilih karena, misalnya, dokumentasi pendukungnya hilang.

SAMPLING DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN

Perencanaan Sampel

Dalam perencanaan sampel audit tertentu untuk pengujian pengendalian, auditor harus mempertimbangkan:

a. Hubungan antara sampel dengan tujuan pengujian pengendalian.

b. Tingkat penyimpangan maksimum dari pengendalian yang ditetapkan yang akan mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.

c. Tingkat risiko yang dapat diterima auditor atas penentuan risiko pengendalian yang terlalu rendah.

d. Karakteristik populasi, yaitu, unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok transaksi yang menjadi fokus perhatian.

Pemilihan Sampel

Unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampel yang terpilih diharapkan dapat mewakili populasi. Oleh karena itu, semua unsur dalam populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Pemilihan secara acak merupakan salah satu cara pemilihan sampel tersebut. Ada tiga metode pemilihan sampel yang umum digunakan: (1) pemilihan acak (random selection), yaitu setiap unsur dalam populasi atau dalam setiap strata memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih, (2) pemilihan sistematik (systematic selection), yaitu pemilihan unsur dengan menggunakan interval konstan di antara yang dipilih, yang interval permulaannya dimulai secara

acak, (3) pemilihan sembarang (haphazard selec-tion), yang merupakan alternatif pemilihan acak, dengan syarat auditor mencoba mengambil sampel yang mewakili dari keseluruhan populasi tanpa maksud untuk memasukkan atau tidak memasukkan unit tertentu ke dalam sampel yang dipilih. Idealnya, auditor harus menggunakan metode pemilihan yang memiliki kemampuan untuk memilih unsur dari seluruh periode yang diaudit. SA Seksi 319 [PSA No. 23] Pertimbangan Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan paragraf 73 memberikan panduan yang dapat diterapkan dalam penggunaan sampling oleh auditor selama periode interim dan periode sisanya.

Page 14: Kisi UAS 2014

Kinerja dan Penilaian

Prosedur audit memadai untuk mencapai tujuan pengujian pengendalian harus dilaksanakan terhadap setiap unsur sampel. Jika auditor tidak dapat menerapkan prosedur audit yang direncanakan atau prosedur alternatif memadai terhadap unsur sampel yang terpilih, ia harus mempertimbangkan penyebab keterbatasan tersebut , dan ia biasanya harus mempertimbangkan unsur yang terpilih tersebut sebagai penyimpangan dari prosedur atau kebijakan yang telah ditetapkan untuk tujuan penilaian sampel.

SAMPEL DENGAN TUJUAN GANDA

Dalam beberapa situasi, auditor dapat mendesain sampel yang akan digunakan untuk memenuhi dua tujuan: menentukan risiko pengendalian dan menguji kebenaran jumlah moneter transaksi yang dicatat . Pada umumnya, auditor yang merencanakan untuk menggunakan sampel dengan tujuan ganda telah membuat estimasi pendahuluan bahwa terdapat tingkat risiko yang rendah bahwa penyimpangan dari pengendalian yang ditetapkan dalam populasi, akan melebihi tingkat penyimpangan yang dapat diterima.

AUDIT BAB 9 : PEMAHAMAN TENTANG PENGENDALIAN INTERN

1. Pengandalian Intern: suatu prose yang dilakukan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai dengan pencapaian tujuan dalam kategori “keandalan pelaporan keuangan”, “ kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku” dan ”efektifitas dan afisiensi operasi.

2. 5 Komponen  pengendalian Intern :

Lingkungan pengendalian (menetapkan suasana suatu oraganisasi yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang2nya),

Penilaian Risiko (pengidentifikasian dan analisi entitas mengenai risiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan entitas),

Aktivitas Pengendalian(kebijakan dan prosedur yang membantu menyakinkan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan),

Pemantauan (proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian intern suatu entitas)

3. Keterbatasan Pengendalian Intern suatu entitas:

Kesalahan dalam pertimbangan (kadang2 manajemen dan pesonel lainnya dapat melakukan pertimbangan yang buruk dalam pengambilan keputusan bisnis karena informasi yang tidak mencukupi),

Kemacetan (terdapat kesalahan pesonel dalam pemahaman intruksi yang akan dilaksanakan mengakibatkan perubahan dan akan terjadi kemacetan ),

Penolakan Manajemen (mengesampingkan kebijakan/ proseduruntuk tujuan tidak sah),

Biaya Vs Manfaat (biaya pengendalian intern suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat yang diharapkan untuk diperoleh)

4. Peran dan Tanggung Jawab:

Page 15: Kisi UAS 2014

ü  Manajemen > menciptakan pengendalian yang efektif,

ü   Dewan direksi dan komite audit > pengaturan umum dan tanggung jawab  terhadap kekeliruan,

ü  Auditor Internal > memeriksa & mengevaluasi kecukupan pengendalian intern suatu entitas secara periodik dan membuat rekomendasi untuk perbaikan,

ü  Personel entitas lainnya > menyediakan informasi kepada / menggunakan informasi yang ada dan megkomunikasikan masalah2 yang tidak sesuai dengan pengendalian,

ü  Auditor Independen > menemukan kekurangan dalam pengendalian yang akan dikomunikasikan kepada manajemen ,komite audit, dewan direksi bersamaan dengan rekomedasi perbaikan,

ü  Pihak eksternal lainnya > menetapakan persyaratan minimal untukpengadaan pengendalian intern oleh entitas2 tertentu.

5. Lingkungan Pengendalian : menetapkan suasana dari suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang2nya dan merupakan pondasi dari semua komponen pengendalian intern lainnya.

6. Faktor yang membentuk lingkungan pengendalian suatu entitas : integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan direksi dan komite audit, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, penetapan wewenang dan tanggungjawab, kebijakan dan pratik sumberdaya manusia.

7. Faktor teknologi informasi yang penting: keterlibatan manajemen dalam menetapkan kebijakan untuk mengembangkan,memodifikasi,dan menggunakn program komputer&data, bentuk struktur organisasi dari pemrosesan data, metode penetapan otorisai&tanggungjawab.

8. Penilaian Risiko : identifikasi, analisi, dan pengelolan risiko suatu entitas yang relevan dengan penyusunan lap.keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.Risiko yang dapat muncul dari perubahan kondisi: perubahan dalam lingkungan operasi, personel baru, sistem informasi yang baru/dimodifikasi, pertumbuhan yang cepat, teknologi baru, lini,produk,atau aktifitas baru, restruktur perusahaan, operasi di luarnegeri, pernyataan akuntansi.Penilaian risiko: jejak transaksi dapat tersedia hanya untuk periode waktu yang pendek, bukti dokumentasi yang dikurangi mengenai kinerja pengendalian, file&catatan biasanya tidak dapat dibaca tanpa sebuah komputer

9. Informasi dan Komunikasi : metode2 dan catatan2 yang diciptakan untuk mengidetifikasi, mengumpulkan ,menganalisi, mengklasifikasi, mencatat, dan melaporkan transaksi entitas untuk memelihara akuntabilitas dari aktiva2 dan kewajiban2 yang berhubungan.Faktor sistem akuntansi adl pada transaksi : sistem akuntansi yang efektif seharusnya menghasilkan penanganan trasaksi dengan suatu cara yang mencegah salah saji dalam asersi lap.keu manajemen, sistem seharusnya menyediakan suatu jejak audit/ transaksi yang lengkap.

Page 16: Kisi UAS 2014

Faktor teknologi yang penting : transaksi dapat dimulai dengan komputer, jejak audit dapat dalam bentuk  elektronik, bagaimana data dikonversi dari dokumen sumber ke dalam bentuk mesin.

10. Aktifitas pengendalian : kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan.

Kategori aktifitas yang relevan dengan audit lap.keu :

@pemisahan tugas

@ Pengendalian pemrosesan informasi > Pengendalian umum :

(1)Pengendalian organisai& operasi,

(2)Pengendalian pengembangan sistem dan dokumentasi,

(3) Pengendalian perangkat keras dan sistem perangkat lunak,

(4)Pengendalian akses,

(5)Pengendalian data dan prosedur.> Pengendalian aplikasi: (1) pengendalian input,(2)pengendalian pemrosesan,(3)pengendalian output,

@ pengendalian fisik dan

@ review kerja.

8. Pemantauan : proses menilai kualitas kinerja pengendalian intern pada suatu waktu,-penilaian rancangan dan pengeoperasian pengendalian dasar waktu dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.Dapat muncul melalui; aktifitas yang berkelanjutan dan evaluasi yang terpisah.Dapat meliputi masukan dari : sumber sistem seperti manajemen dan auditor internal, sumber eksternal seperti konsumen, pemasok, pembuat aturan, dan auditor ekdternal.Pengendalian aplikasi : masuka ,pemrosesan , dan keluaran.Teknologi informasi dapat dimonitor dengan cara yang sama dengan pengendalian intern lainnya.

9. Pemahaman mengenai pengendalian intern melibatkan prosedur-prosedur untuk: @memahami rancangan kebijakan dan prosedur yang berhubungan dengan setiap komponen pengendalian intern > -memahami lingkungan pengendalian, memahami penilaian risiko, memahami informasi & komunikasi,memahami aktifitas pengendalian dan memahami pemantauan,@ menetukan apakah kebijakan dan prosedur telah ditempatkan dalam operasi.

Prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman :* review pengalaman masa lalu dengan klien,*mengajukan pertanyaan kepada manajemen, pengawas, dan staf personel yang tepat,* memeriksa dokumen dan catatan,* mengamati aktivitas dan operasi entitas.

Page 17: Kisi UAS 2014

“RISIKO DETEKSI & PERENCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ”

1. Mengevaluasi tingkat pengujian substansi yang direncanakan untuk setiap asersi Lap.keu yang signifikan, auditor akan mempertimbangkan bukti yang diperoleh. Auditor membandingkan tingkat aktual / final tentang keyakinan yang diperoleh dari prosedur tersebut dengan penilaian tingkat risiko bawaan yang direcanakan, risiko prosedur analitis dan risiko pengendalian.

2. Merevisi Risiko deteksi yang direncanakan. Jika penilaian risiko tidak dikuantifikasi, risiko deteksi yang direvisi ditentukan dengan pertimbangan (judgment) / dengan penambahan matriks risiko.

3. Perancangan Pengujian Subtantif :

(1)       Sifat : pengujian subtantif mengarah pada jenis & efektivitas prosedur pemeriksaan yang dilakukan dan sebaliknya. Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima tinggi, prosedur yang kurang & efektif dan murah dapat dilakukan,@ 4 jenis pengujian substantif : proseudr analitis, pengujian rincian transaksi, pengujian rincian atas saldo, & pengujian estimasi-estimasi akuntansi,

(2)       Waktu : Tingkat risiko audit dapat diterima dipengaruhi penentuan waktu pengujian substantif,jika risiko deteksi tinggi,pengujian dapat dilakukan beberapa bulan sebelum akhir tahun,sebaliknya,jiak risiko deteksi untuk suatu asersi rendah, pengujian substantif dilakukan pada/ mendekati tanggal akun.

(3)       Luas : auditor dapat mengubah jumlah bukti yang diperoleh dengan mengubah luas pengujian substantif yang dilakukan untuk meratakan jumlah item / sampel dimana pengujian substantif / prosedur tertentu diterapkan,

(4)       Pemilihan staff  : pengujian substantif harus ditugaskan kepada personil dengan keahlian, kemampuan, & pengalamanyang cukup.

1. Penggunaan teknologi informasi untuk mendukung pengujian substantif. Auditor dapat menggunakan paket perangkat lunak audit untuk membuat audit lebih efektif & efisien.

2. Hubungan antara asersi, tujuan audit khusus, dan pengujian substantif adalah tujuan menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat apakah Lap keu klien disajikan secara wajar dengan mengembangkan sejumlah tujuan audit khusus setiap akun berdasarkan 5 asersi laporan keuangan yang dapat menentukan apakah pengujian telah diidentifikasi untuk mencapai tujuan audit khusus yang ada dalam setiap asersi.

3. Program audit ilustratif untuk pengujian substantif : untuk mengilustrasikan format program audit untuk pengujian substantif dan bagaimana pengembangannya. Keputusan auditor mengenai rancangan pengujian substantif diperlukan untuk pendokumentasian pada kertas kerja dalam bentuk program audit tertulis.

Program audit : daftar prosedur audit yang akan dilakukan.

Page 18: Kisi UAS 2014

1. Kerangka Kerja Umum pengembangan program audit untuk pengujian substantif adalah program audit dalam perikatan awal & program audit dalam perikatan berulang.

2. Pertimbangan khusus dalam merancang pengujian substantif :

(1) Akun-akun laporan laba-rugi => pendekatan L/R lebih efisien dan logis karena setiap akun lap L/R berkaitan dengan satu / lebih akun-akun neraca.

(2) prosedur analitis untuk akun-akun lap L/R=> pengujian langsung terjadi ketika akun pendapatan dan biaya dibandingkan dengan relevan lainnya untuk menentukan kewajaran saldo tersebut,

(3) Pengujian rinci atas akun-akun Lap L/R => pengujian rinci dapat terjadi karena : risiko bawaan tinggi, risiko pengendalian tinggi, prosedur analitis menemukan adanya fluktuasi hubungan yang tidak biasa dan tidak diharapkan, akun memerlukan analisis.

(4) Akun-akun yang ada dalam transaksi puhak yang mempunyai hubungan istemewa.

1. Perbandingan pengujian pengendalian & pengujian  substantif :

prosedur audit yang dipakai (1) pengendalian: dengan pengajuan pertanyaan , observasi, inspeksi, pelaksanaan kembali pekerjaan, dan teknik audit berbantu komputer. (2) substantif : sama dengan pengujian pengendalian ditambah prosedur analitis, perhitungan, konfirmasi, penelusuran, dan pemeriksaan.

AUDIT BAB 10: “MENILAI RISKO PENGENDALIAN / PENGUJIAN PENGENDALIAN”

1. Langkah-langkah dalam menilai risiko pengendalian untuk asersi kelas transaksi:

(1) Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman,

(2) Mengidentifikasi salah saji potensial,

(3) Mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan,

(4) Melaksanakan pengujian pengendalian,

(5) Mengevaluasi bukti dan membuat penilaian.

1. 2.       Stategi untuk melaksanakan pengujian pengendalian;

(1) Menilai risiko pengedalian berdasarkan pengendalian pemakai =>merancang prosedur manual untuk menguji kelengkapan dan keakuratan dari transaksi yang diproses oleh komputer.

Page 19: Kisi UAS 2014

(2) Merencanakan suatu penilaian risiko pengendalian yang rendah berdasarkan pengendalian aplikasi =>menguji pengendalian aplikasi komputer, pengendalian umum komputer, tindak lanjut manual untuk pengecualian yang dicatat oleh pengendalian aplikasi.

(3) Merencanakan suatu penilaian risiko pengendalian yang tinggi berdasarkan pada pengendalian umum dan tindak lanjut manual => Internal Control Audit Guide menyajiakan suatu strategi audit yang memungkinkan auditor untuk menyelesaikan tugas ini berdasarkanbukti mengenai efektivitas pengendalian umum dan prosedur tindak lanjut manual.

1. Tekinik Audit Berbantu Komputer:

(1) Simulasi Paralel =>memproduksi ulang / mensimulasi pemrosesan data riil klien,

(2) Pendekatan data pengujian => data pengujian terdiri dari satu transaksi untuk setiap kondisi yang valid dan tidak valid yang ingin diuji oleh auditor,

(3) Fasilitas Pengujian Terintegrasi => menciptakan file master buatan/ catatan arsip buatan ke dalam arsip klien yang ada,

(4) Pemantauan yang Berkelanjutan terhadap Sistem OLRT => melakukan pengintegrasian dari perangkat lunakaudit ke dalam sistem pemrosesan OLRT,

(5) Memberi label pada transaksi =>meliputi penempatan suatu indikator, atau label pada transaksi-transaksi tertentu,

(6) Log Audit/sistem pengendalian review arsip audit => mencatat kejadian yang memenuhi kriteria yang ditentukan auditorketika mereka muncul pada titik tetentu dalam sistem,

(7) Menilai pengendalian teknologi inormasi=> untuk memperoleh bukti mengenai efektifitas dari rancangan/ pengoperasian pengendalian.

1. Penilaian risiko pengendalian => strategi  pendekatan substantif utama(penilaian tingkat risiko pengendalian yang direncanakan pada tingkat maksimum/ tinggi) & pendekatan tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah(merencanakan & melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk memperoleh bukti yguna mendukung penilaian tingkat risiko pengendalian yang direncanakan pada tingkat sedang atau rendah).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keyakinan yang diperoleh dari pengujian pengendalian;

(1)   Jenis bukti => pertanyaan,pemeriksaan dokumen/ laporan, pengamatan, pelaksanaanulang dari pengendalian, teknik audit berbantu komputer,

(2)   Sumber bukti => bagaimana auditor memperoleh bukti,

(3)   Ketepatan waktu bukti => kapan bukti diperoleh dan bagian dari periode audit di mana bukti diterapkan,

Page 20: Kisi UAS 2014

(4)   Keberadaan bukti lain => bebagai jenis bukti mendukung kesimpulan yang sama mengenai rancangan/ pengoperasian pengedalian,tingkat keyakinan yang disediakan meningkat.

1. Pengunaan Auidtor internal dalm pengujian pengendalian;=>auditor dapat(1) mengkoordinaskan pekerjaan auditnya dengan auditor internal,(2) menggunakan auditor internal untuk menyediakan bantuan langsung dalam audit.

2. Pertimbangan tambahan dg;

(1) proses menilai risko pengendalian untuk asersi saldo akun langsung ditujukan kepada akun-akun yang dipengaruhi oleh suatu kelas transaksi tunggal,

(2) menilai risiko pengendalian untuk suatu asersi saldo akun memerlukan pertimbangan atas penilaian risiko pengendalian yang relevan untuk setiap kelas transaksi yang secara signifikan mempengaruhi neraca.

1. Persyaratan untuk mendokumentasikan penilaian risiko pengendalian;

(a) Risiko pengendalian dinilai pada tingkat maksimun:Hanya kesimpulan ini yang diperlukan untuk didokumentasikan,

(b) Risiko pengendalian dinilai pada tingkat di bawah maksimu: dasar untuk penilaian harus didokumentasikan.

1. Persyaratan Auditor untuk mengkomunikasikan masalah struktur pengendalian intern:

(1)masalah-masalah yang menarik perhatian auditor dalm pertimbangannya;

(2)rancangan dan pengoperasian dari satu atau lebih komponen pengendalian intern tidak dapat mengurangi tingkat risiko salah saji sampai tingkat rendah karena kekeliruan/kecurangan di mana jumlah yang material yang berhubungan dg lap.keu yang dapt muncul dan tidak dapt didektesi selama satu periode dengan tepat waktu oleh karyawab dalam cara yang normal  untuk melaksanakan fungsi yang ditugaskan kepadanya.

MATERIALITAS, RISIKO, dan STRATEGI AUDIT AWAL

 

MATERIALITAS

 

Materialitas merupakan dasar penerapan dasar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas Adit dalam Pelaksanaan Audit mengharuskan auditor untuk mempeertimbangkan materialitas dalam (1) perencanaan audit, dan (2) penilaian terhadap

Page 21: Kisi UAS 2014

kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.

 

Konsep Materialitas

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupnya, dapat mengakibatkan perubahan atas suatu pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi itu, karena adanya penghilangan atau salah saji itu. Hal itu mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan keadaan yang berkaitan dengan entitas dan kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan auditan.

Contohnya, jumlah yang material dalam laporan keuangan entitas tertentu mungkin tidak material dalam laporan keuangan entitas lain yang memiliki ukuran dan sifat yang berbeda. Maka, auditor dapat menyimpulkan bahwa tingkat materialitas akun modal kerja lebih rendah bagi perusahaan yang berada dalam situasi bangkrut bila dibandingkan dengan suatu perusahaan yang memiliki current ratio 4 : 1.

 

Mengapa Konsep Materialitas Penting dalam Audit atas Laporan keuangan?

Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan (guarantee) bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat. Hal ini karena akan memerlukan waktu dan biaya yang jauh melebihi manfaat yang dihasilkan. Karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini :

1. Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi.

2. Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.

3. Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.

Aad dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor:

1. Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.

2. Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.

Pertimbangan Awal tentang Materialitas

Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya yang disebut materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam

Page 22: Kisi UAS 2014

mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan yang melingkupi berubah (2) informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit.

Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut.

Contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh auditor adalah,

1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti: o Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangano Total aktiva dan ekiutas pemegang saham dalam neraca

2. Faktor kualitatif seperti: o Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum dan kecurangano Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang

mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa ratio keuangan pada tingkat minimum tertentu.

o Adanya gangguan dalam trend labao Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan

Sebagai contoh, auditor memutuskan kombinasi salah saji berjumlah 8 % dari laba bersih sebelum pajak dipandang material untuk laporan laba-rugi, dengan memperhatikan faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Oleh karena itu, jika kombinasi salah saji kurang dari 3 %, auditor akan memandang sebagai salah saji yang tidak material, dengan memperhatikan faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Salah saji berada diantara 3 % dan 8 % memerlukan pertimbangan auditor untuk memutuskan materialitasnya. Jika misalnya, laba bersih sebelum pajak yang dipakai sebagai jumlah kunci berjumlah Rp 100 juta, maka batas materialitas (materiality border) untuk laporan laba-rugi berada dalam kisaran :

Rp 3.000.000 sampai Rp 8.000.000

Batas bawah dihitung 3% x Rp100.000.000 dan batas dihitung 8% x Rp 100.000.000.

Contoh berikut ini menunjukan batas materialitas yang ditentukan oleh auditor :

1. Untuk total aktiva dalam neraca                                  Rp 41 juta s.d Rp 100 juta2. Untuk aktiva lancar                                                     Rp 25 juta s.d Rp 60 juta3. Untuk total ekuitas pemegang saham dalam neraca   Rp 15 juta s.d Rp 45 juta

Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas lapoaran sebagai keseluruhan dan tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.

 

Materialitas pada tingkat Laporan Keuangan

Page 23: Kisi UAS 2014

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas yaitu:

Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, dengan membuat estimasi materialitas karena terdapat hubungan terbalik antara jumlah dalam laporan keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan.

Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.

Contoh panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :

1. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 5 % sampai 10 % dari laba sebelum pajak.

2. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½ % sampai 1 % dari total aktiva.

3. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 1 % dari total pasiva.

 

Materialitas pada Tingkat Saldo akun

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.

 

Alokasi Materialitas laporan Keuangan ke Akun

Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun tersebut.

 

HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT

Materialitas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan ( kuantitas ) bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan antara materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan ( hubungan terbalik ).

 

RISIKO AUDIT

Resiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah

Page 24: Kisi UAS 2014

saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia menanggungnya. Jika diinginkan tingkat kepastian 99 %, risiko audit yang auditor bersedia menanggungnya adalah 1 %,

 

Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun

Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :

1. Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan (sesuai dengan definisi risiko audit yang disajikan diatas).

2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang dicantumkan dalam laporan keuangan.

 

Unsur Risiko Audit

Terdapat tiga unsur risiko audit :

1)      Risiko Bawaan. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait.

2)      Risiko Pengendalian. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.

3)      Risiko Deteksi. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji materialyang terdapat dalam suatu asersi.

 

Penggunaan Informasi Risiko Audit

Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor untuk menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian saldo akun tertentu.

Dengan formula sebagai berikut :

Risiko audit individual = risiko bawaan x risiko pengendalian x risiko deteksi

 Resiko Deteksi =  Risiko audit individual / (Risiko bawaan x Risiko pengendalian)

Contoh

Dalam menaksir risiko deteksi dalam audit atas sediaan, auditor melakukan pertimbangan:

Page 25: Kisi UAS 2014

1. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko audit individual untuk akun Sediaan pada tingkat 5 % ( karena risiko audit secara keseluruhan juga diterapkan sebesar 5 % )

2. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko bawaan pada tingkat 60 %, karena akun Sediaan bersaldo besar, beberapa perhitungan rumit, frekuensi transaksi yang berkaitan dengan akun Sediaan adalah tinggi.

3. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko pengendalian sebesar 30 % karena pengendalian klien efektif berdasarkan hasil pengujian pengendalian yang dilakukan dalam audit tahun yang lalu.

Berdasarkan pertimbangan auditor diatas, risiko deteksi ditentukan sebesar :

=    0,05    

0,60 x 0,30

= 0.28 atau 28%

Hubungan antar Unsur Risiko

Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian.

Semakin kecil risiko bawaan danr risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.

 

Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit digambarkan sebagai berikut :

1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.

2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.

3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini :

Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang dikumpulkan.

Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan.

Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama-sama.

Page 26: Kisi UAS 2014

STRATEGI AUDIT AWAL

Unsur strategi Audit Awal

Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat unsur berikut ini :

1. Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.2. Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.3. Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko pengendalian.4. Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ke

tingkat yang cukup rendah.

Pendekatan Terutama Substantif

Auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau tidak mempercayai pengendalian intern. Keuntungannya:

Hanya terdapat sedikit (jika ada) kebijakan atau prosedur pengendalian intern yang relevan dengan perikatan audit atas laporan keuangan.

Kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi untuk akun dan golongan transaksi signifikan tidak efektif.

Peletakkan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk asersi tertentu.

Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah

Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya melaksanakan sedikit pengujian substantif.

     Pebandingan Dua Strategi Audit Tersebut

 

Pendekatan Terutama Substantif Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah

 

Auditor merencanakan taksiran resiko pengendalian pada tingkat maksimum atau mendekati maksimum

Auditor merencanakan taksiran resiko pengendalian pada tingkat rendah

Auditor merencanakan prosedur yang kurang ekstentif untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern

Auditor merencanakan prosedur yang lebih ekstentif untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern

Auditor merencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalaian.

Auditor merencanakan pengujian pengendalaian secara luas

Auditor merencanakan akan melakukan Auditor merencanakan akan membatasi

Page 27: Kisi UAS 2014

pengujian substantif secara luas penggunaan pengujian substantif

Aktivitas pengendalian yang lain yang relevan dengan pelaporan keuangan adalah review atas kinerja, yang meliputi:

1. Membandingkan anggaran dan nilai aktual

2. Menganalisis kaitan antar data, melakukan investigasi dan tindakan korektif

3. Review atas kinerja fungsional atau area tertentu

Aktivitas Pengendalian

Secara umum, prosedur-prosedur pengendalian termasuk dalam satu dari lima kategori berikut ini :

1. Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai2. Pemisahan tugas3. Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai4. Penjagaan aset dan catatan yang memadai5. Pemeriksaan independen atas kinerja

Aktivitas pengendalian dapat berupa:

Pengendalian pengolahan informasi mencakup:

Otorisasi semestinya terhadap transaksi Dokumen dan catatan Pengecekan independen Pemisahan tugas Pengendalian fisik Review terhadap kinerja