Upload
adeiraputra
View
57
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
MODUL 24. KETERKAITAN MOTIVASI, PRESTASI & KEPUASAN
Kemampuan akhir yang diharapkan :
Setelah membahas/mengkaji modul ini diharapkan mahasiswa akan mampu
menjelaskan dan menganalisis keterkaitan antara antara motivasi, prestasi dan
kepuasan.
Materi yang dibahas/dikaji :
1. Pengertian dan Arti penting motivasi
2. Perspektif kebutuhan mengenai motivasi.
3. Perspektif pengharapan mengenai motivasi
4. Perspektif penguatan mengenai motivavasi dan perspektif penyusunan
tujuan.
Materi 24.1. PENGERTIAN DAN ARTI PENTING MOTIVASI
Menurut French dan Raven, sebagaimana dikutip Stoner, Freeman dan Gilbert (1995)
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk menunjukkan perilaku tertentu
(MOTIVATION IS THE SET OF FORCES THAT CAUSE PEOPLE TO
BEHAVE IN CERTAIN WAYS)..
Perilaku yang diharapkan untuk ditunjukkan oleh tenaga kerja di perusahaan tentunya
perilaku yang akan menghasilkan kinerja terbaik bagi perusahaan, dan bukan sebaliknya.
Kinerja terbaik menurut Griffin ditentukan oleh tiga faktor berikut :
1.Motivation, yaitu sesuatu yang terkait dengan keinginan untuk melakukan pekerjaan
2.Ability, yaitu kemampuan/kapabilitas dari tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan
3.The work environment, yaitu sumberdaya dan situasi yang dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaan tsb.
Jika perusahaan berhadapan dengan persoalan lingkungan kerja, barangkali tidaklah
terlalu sulit untuk melakukan langkah antisipatif dan korektif terhadap persoalan tsb,
akan tetapi jika perusahaan berhadapan dengan persoalan motivasi dari tenaga kerjanya,
maka langkah penyelesaiannya menjadi tidak mudah karena motivasi terkait dengan
sesuatu yang tidak dapat diukur dan tidak dapat dilihat secara kasat mata.
Modul 24 Dabisman- Keterkaitan Motivasi & Kepuasan Page 1
Proses motivasi sebagai pendorong perilaku individu :
Beberapa pendekatan mengenai motivasi.
Terdapat beberapa pendekatan dalam memahami motivasi , Sebagaimana
dikemukakan oleh Stoner, Freeman dan Gilbert, paling tidak ada tiga pendekatan yang
telah dikenal dalam dunia manajemen yaitu :
1. Pendekatan tradisional (traditional model of motivation theory)
2. Pendektan relasi manusia ( human relation model)
3. Pendekatan sumberdaya manusia ( human resources model)
Ad1. PENDEKATAN TRADISIONAL.
Pendekatan ini sering kali dikaitkan dengan perspektif saintifik dalam ilmu
manajemen atau kelompok manajemen ilmiah, yang salah satu tokoh penggagasnya
adalah Frederick W. Taylor .Pendekatan ini memandang bahwa pada dasarnya manajer
memiliki kinerja yang lebih baik dari pekerja, dan para pekerja hanya akan menunjukkan
kinerja yang baik sekiranya ditawari kompensasi berupa uang yang memadai.
HUMAN ARE MOTIVATED SOLELY BY MONEY , oleh karena itu diantara system yang
dihasilkan dalam pendekatan tradisional ini diantaranya adalah mengenai system
Modul 24 Dabisman- Keterkaitan Motivasi & Kepuasan Page 2
Kebutuhan atau kesenjangan kebutuhan
Pencarian jalan keluar bagi memenuhi dan memuaskan kebutuhan
Pilihan prilaku untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan
Penentuan kebutuhan di masa yang akan datang dan pencarian bagi cara pemenuhannya
Evaluasi atas pemuasan kebutuhan
pemberian insentif. Beberapa penerapan dari pendekatan ini hingga kini masih
dipergunakan, diantaranya adalah pemberian gaji/upah berupa komisi atas prestasi yang
diraih seperti pada perusahaan asuransi dan sekuritas, perusahaan yang menggunakan
salesman untuk melakukan pemasaran secara personal, dll.
Ad.2 PENDEKATAN RELASI MANUSIA.
Pendekatan ini sering dikaitkan dengan Elton Mayo, dimana dia menemukan
bahwa pekerjaan yang sama yang terus menerus dilakukan akan menyebabkan kebosanan
dan akan berdampak pada penurunan motivasi. Mayo menganggap bahwa kontak social
atau relasi antar manusia justru akan membantu dan memelihara motivasi para pekerja.
Para manajer selayaknya berkewajiban untuk membantu para pekerja melakukan
interaksi social di lingkungan pekerjaan sekaligus membuat mereka merasa diperlukan
dan penting bagi perusahaan, dan karenanya mereka akan menunjukkan kinerja terbaik
bagi perusahaan. (implementasi pendekatan ini dapat melalui tersedianya kotak saran,
seragam pekerja, bulletin pekerja dll yang memungkinkan pekerja terlibat dalam berbagai
hal di perusahaan).
Ad3. PENDEKATAN SUMBERDAYA MANUSIA.
Pendekatan ini mengkritisi simplifikasi pandangan terhadap pekerja yang hanya
didasarkan pada uang dan interaksi social. Menurut pendekatan ini --- yang sering
dikaitkan pada D. McGregor--- para manajer perlu menyadari bahwa pada dasarnya
manusia dapat dikategorikan pada dua jenis karakter yaitu :
1. Sumberdaya manusia yang bertipe “X”, yang memiliki kecenderungan sebagai
orang yang malas untuk bekerja dan hanya bekerja bila dipaksa untuk bekerja.
Tipe ini cenderung menghindarai pekerjaan dan tanggung jawab. Paksaan tsb
dapat dilakukan dengan peraturan yang ketat, pemberian insentif, dll yang
dapat memaksa para pekerja untuk bekerja.
2. Sumberdaya manusia yang bertipe “Y”, yang memiliki kecenderungan
pandangan bahwa pada dasarnya bekerja tidak berbeda jauh dengan bermain
atau beristirahat, sangat tergantung pada pekerja dalam hal bagaimana
menyikapi atau menjalaninya. Tipe ini sangat berinisiatif, kreatif dan sangat
Modul 24 Dabisman- Keterkaitan Motivasi & Kepuasan Page 3
menyukai berbagai tantangan dalam pekerjaan. Para manajer perlu
menciptakan suasana atau iklim kerja yang memungkinkan partisipasi dari
setiap individu untuk berkembang., missal dengan menerapkan MBO.
Materi 24.2. PERSPEKTIF KEBUTUHAN MENGENAI MOTIVASI.
Perspektif kebutuhan terkait dengan proses pertama bagaimana motivasi menjadi
perilaku seperti telah kita bahas diatas. Berkaitan dengan ini ada beberapa teori yang
terkenal yang mencoba menjelaskan motivasi dari perspektif kebutuhan yaitu :
1. TEORI HIRARKI KEBUTUHAN DARI A. MASLOW.
Teori ini menyatakan bahwa orang atau individu termotivasi untuk berperilaku
dalam pekerjaanya untuk memenuhi kebutuhannya yang terdiri dari lima tingkatan
kebutuhan ( physical needs, safety and security needs, social needs, esteem needs, dan
self actualization needs).
Maslow menyatakan bahwa kelima kebutuhan tersebut berlaku secara hirarkis, artinya
pemenuhannya berawal dari tingkatan yang paling bawah, yaitu kebutuhan fisik,
kemudian secara bertahap meningkat kebutuhan akan keamanan dan seterusnya sampai
ke kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan yang hirarkinya lebih tinggi cenderung tidak
akan memotivasi tenaga kerja sekiranya kebutuhannya masih berada pada hirarki yang
lebih bawah belum terpenuhi.
2.TEORI ERG DARI CLAYTON ALDERFER.
Teori EXISTENCE, RELATEDNESS, AND GROWTH , dikemukakan oleh
Clayton Alderfer yang setuju dengan Maslow bahwa kebutuhan manusia atau individu
yang mendorong seseorang untuk termotivasi dalam melakukan sesuatu bersifat hirarkis,
namun Aldefer setidaknya memiliki dua perbedaan dari Maslow, yaitu :
a. Bahwa Alderfer hanya membagi tingkatan kebutuhan manusia tiga yaitu
kebutuhan mendasar untuk bertahan hidup (exixtence), kebutuhan untuk
melakukan interaksi antar sesama ( relatedness) dan kebutuhan untuk
menyalurkan kreatifitas yang bersifat produktif (growth)
Modul 24 Dabisman- Keterkaitan Motivasi & Kepuasan Page 4
b. Alderfer cenderung berpandangan bahwa kebutuhan seseorang sekalipun
bersifat hirarkis, akan tetapi bersifat tidak tetap artinya bila kebutuhan
seseorang telah mencapai suatu kebutuhan relatedness setelah kebutuhan
existence-nya terpenuhi, maka ada kemungkinan bahwa seseorang tsb akan
membutuhkan kembali kebutuhan existence-nya. Ini yang dimaksud dengan
tidak tetapnya tingkatan kebutuhan dari teori ERG.
3. TIGA KEBUTUHAN DARI ATKINSON DAN Mc.CLELLAND.
Atkinson menyatakan bahwa ada tiga jenis kebutuhan manusia yang mendorong
seseorang untuk termotivasi dalam berperilaku dan melakukan sesuatu, yaitu :
1. Need for Power atau N Pow, adalah kebutuhan akan kekuasaan
2. Need for Affiliation atau N Aff, adalah kebutuhan untuk berafiliasi
3. Need for achievement atau N Ach, adalah kebutuhan meraih prestasi
Setiap orang memiliki kecenderungan kebutuhan yang berbeda dari ketiga jenis
kebutuhan ini dan cenderung saling memberi keseimbangan.
Teori ketiga kebutuhan ini selanjutnya dikembangkan dan dipopulerkan oleh
David McClelland, dimana dia menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kebutuhan
untuk berprestasi yang tinggi (N Ach tinggi) mempunyai karakteristik sebagai orang yang
menyukai pekerjaan menantang, berisiko, serta menyukai adanya tanggapan atas
pekerjaan yang dilakukannya dan ini mengindikasikan bahwa kebutuhan untuk
berprestasi mempunyai korelasi yang erat dengan pencapaian kinerja, sehingga organisasi
yang punya sdm dengan N Ach tinggi cenderung memiliki kinerja yang tinggi/baik.
Sebaliknya seseorang yang punya N Ach rendah cenderung punya karakteristik
sebaliknya
4. TEORI DUA FAKTOR DARI HERZBERG.
Teori motivasi terakhir berdasarkan kebutuhan yang akan kita bahas adalah teori
yang diperkenalkan oleh Herzberg, dimana dia menyatakan bahwa seseorang cenderung
akan termotivasi atau tidak karena didorong oleh dua jenis factor yang ada di lingkungan
pekerjaan, yaitu :
Modul 24 Dabisman- Keterkaitan Motivasi & Kepuasan Page 5
1. Faktor yang mendorong kepada kepuasan dalam pekerjaan (satisfiers factor),
adalah berbagai kebutuhan yang terdapat dalam seseorang yang menuntut untuk
terpenuhi sehingga jika terpenuhi akan mendorong tercapainya kepuasan
seseorang dalam pekerjaannya. Yang termasuk disini adalah kesempatan untuk
berprestasi, adanya pengakuan dalam lingkungan pekerjaan (Recognition),
adanya kesempatan untuk bertanggung jawab (Responsibility), serta adanya
kesempatan untuk berkembang dan mengembangkan diri ( Advancement and
growth). Bila semua ini terpenuhi akan menyebabkan seseorang termotivasi
untuk menunjukkan kinerja terbaiknya.
2. Faktor yang mendorong ketidakpuasan dalam pekerjaan (dissatisfiers atau
hygiene factors), adalah kebutuhan yang terdapat dalam seseorang akan kondisi
dari lingkungan pekerjaannya, yang bila kebutuhan yang diinginkan tsb tidak
terpenuhi, maka dirinya akan mengalami ketidakpuasan dalam lingkungan
pekerjaannya. Yang termasuk disini adalah kebutuhan akan kebijakan dan
administrasi perusahaan yang jelas dan adil (company policy and
administration), adanya supervise yang memadai (relationship with supervision),
kondisi pekerjaan yang kondusif (working condition), gaji/upah yang layak
(salary), hubungan yang baik antar pekerja (relationship with peers), adanya
penghargaan terhadap kehidupan pribadi (personal life), hubungan yang serasi
dengan bawahan (relationship with subordinates) adanya kejelasan status
pekerjaan (job status), Jika seluruh kebutuhan ini tidak terpenuhi maka
seseorang akan cenderung tidak termotivasi dalam melakukan pekerjaan dan
akan menunjukkan kinerja yang buruk.
Perspektif keseimbangan dan keadilan mengenai motivasi.
Ini berangkat dari asumsi dasar bahwa termotivasi tidaknya seseorang dalam
organisasi sangat tergantung pada anggapan apakah dirinya mendapatkan perlakuan adil
ataukah tidak dalam hal penghargaan yang diterimanya. Pada dasarnya keseimbangan
dan keadilan ini dapat diukur sebagai perbandingan antara kontribusi pekerjaan dari
individu dengan penghargaan yang diterima oleh individu tersebut.
Modul 24 Dabisman- Keterkaitan Motivasi & Kepuasan Page 6
Materi 24.3. PERSPEKTIF PENGHARAPAN MENGENAI MOTIVASI
Konsep dasar mengenai perspektif pengharapan. Perspektif pengharapan memandang
bahwa motivasi orang berperilaku dan bekerja tergantung pada berbagai pilihan
penghargaan yang akan diterima berdasarkan tingkatan perilaku dan pekerjaan yang akan
dilakukannya..Hal ini disertai asumsi bahwa :
Perilaku sangat ditentukan oleh kombinasi dari berbagai factor individu dan
berbgai faktor lingkungan
Perilaku individu dalam organisasi senantiasa ditentukan oleh kesadaran dan
keputusan setiap individu
Individu memiliki keragaman kebutuhan, pengharapan dan tujuan
Masing-masing individu cenderung akan berperilaku berdasarkan pilihan
alternatif perilaku yang terkait dengan harapan mereka.
Keempat asumsi tsb diatas menjadi dasar dari apa yang dinamakan sebagi Model
Harapan ( expectancy model) mengenai motivasi, yang dalam hal ini terdiri dari tiga
komponen utama ,yaitu :
1. Pengharapan terhadap hasil yang diperoleh (outcome performance expectancy).
Setiap orang senantiasa memiliki harapan terhadap sesuatu yang akan diperoleh
jika mereka menunjukkan perilaku tertentu.
2 Dorongan terhadap motivasi (valence). Komponen ini merupakan tindak lanjut
dari pengharapan terhadap hasil yang akan diperoleh, dimana jika seseorang
memiliki perkiraan bahwa kinerja yang baik akan berakibat pada perolehan yang
sesuai dengan yang dia harapkan, katakanlah sebuah bonus, maka hal ini akan
menjadi sebuah dorongan terhadap motivasi yang ada pada dirinya.
3. Pengharapan akan usaha yang perlu dilakukan (effort performance expectancy)
Ini merupakan langkah lanjutan dari kedua komponen awal. Jika seseorang telah
mengetahui bahwa suatu tindakan akan memberikan hasil atau balasan yang
memang memadai dan sesuai dengan harapan, dan dirinya kemudian akan
termotivasi olehnya, maka seseorang akan menindaklanjuti dengan tindakan
yang akan memberikan balasan atau hasil yang terbaik bagi dirinya
Modul 24 Dabisman- Keterkaitan Motivasi & Kepuasan Page 7
Sesuatu yang diharapkan untuk diperoleh dinamakan sebagai rewards. Secara garis besar
penghargaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Penghargaan instrinsik, yaitu sesuatu yang dirasakan langsusng oleh
dirinya sebagai hasil dari melakukan sesuatu, yang dalam hal ini dapat
berupa kepuasan dalam melakukan sesuatu, perasaan plong karena telah
menuntaskan sesuatu, adanya peningkatan kepercayaan diri dll.
2. Penghargaan ekstrinsik, yaitu sesuatu yang akan diterima oleh seseorang
dari lingkungan tempat dia bekerja, dimana sesuatu yang akan
diperolehnya sesuai dengan harapannya (missal bonus, penghargaan dari
pimpinan, adanya promosi dll.
Kedua jenis penghargaan ini merupakan salah satu dasar dalam melakukan manajemen
SDM, terutama terkait dengan pemberian kompensasi.
Kontroversi muncul ketika kita dihadapkan pada kenyataan dalam praktek,
terutama yang terkait dengan penghargaan instrinsik dan ekstrinsik. Dimana disatu sisi
penghargaan instrinsik merupakan faktor positif yang perlu dipelihara dalam diri para
karyawan, karena dengan motivasi yang tinggi, peningkatan kepercayaan diri, kepuasan
dalam melakukan pekerjaan dsbnya perusahaan tidak perlu bersusah payah dalam
memotivasi para karyawan. Namun disisi lain, jika penghargaan ekstrinsik kemudian
diberikan oleh manajer, hal tsb akan menimbulkan pertanyaan : “apakah sesuatu yang
sifatnya internal akan terganggu dikarenakan para karyawan kemudian akan cenderung
termotivasi oleh faktor-faktor eksternal sehingga control secara internal dalam diri
karyawan menjadi sesuatu yang sulit dipelihara karena bisa jadi para karyawan akan lebih
termotivasi untuk bekerja dengan baik karena adanya bonus, insentif, promosi ataupun
factor eksternal lainnya, dan tidak didorong karena factor internalnya.
Pada sisi inilah dinamika dari sebuah ilmu social dapat lebih kita pahami, yaitu
bahwa aplikasi ilmu social termasuk ilmu manajemen dalam praktek tidak dapat
dipahami sebagai sesuatu yang bersifat eksakta. Aplikasi ilmu social pada kenyataannya
akan terkait dengan faktor sosial lainnya yang perlu dilibatkan. Kontroversi berkenaan
dengan penghargaan instrinsik dan ekstrinsik ini tentunya akan mudah dipahami saat kita
mengkaji motivasi dari perspektif lainnya, diantaranya dari perspektif kebutuhan
sebagaimana telah dibahas terdahulu maupun perspektif lainnya.
Modul 24 Dabisman- Keterkaitan Motivasi & Kepuasan Page 8
Selanjutnya menurut Nadler dan Lawler yang perlu dipahami dan dilakukan oleh
para manajer berkenaan dengan tingkat kepentingan dari model pengharapan adalah :
Menentukan penghargaan yang sebenarnya diharapkan oleh karyawan, dengan
demikian apa yang telah direncanakan oleh manajer mengenai penghargaan
bagi karyawan sesuai dengan apa yang diharapkan karyawan.
Menentukan kinerja yang diharapkan, hal ini terkait dengan rencana pencapaian
tujuan organisasi,sekaligus sebagai indikator bagi karyawan dalam hal jenis
kinerja seperti apa yang harus dicapai jika para karyawan berharap untuk diberi
penghargaan tertentu dalam pekerjaannya.
Penentuan tingkat kinerja yang wajar
Penyelarasan kinerja dengan penghargaan
Analisis berbagai facktor yang mempengaruhi keefektifan pemberian
penghargaan, yang dalam hal ini terkait dengan evaluasi apakah pemberian
penghargaan telah cukup efektif dalam meningkatkan kinerja karyawan.
Kepastian akan tingkat penghargaan yang wajar bagi karyawan. Penghargaan
yang dinilai tidak wajar oleh karyawan, pada gilirannya akan dapat
menurunkan motivasi karyawan.
Materi 24.4. PERSPEKTIF PENGUATAN MENGENAI
MOTIVASI DAN PERSPEKTIF PENYUSUNAN TUJUAN
Prinsip dasar perspektif penguatan mengenai motivasi.
Bila para manajer memahami benar tingkat kepentingan dari model
pengharapan, maka prinsip dasar dari perspektif penguatan (reinforcement perspective)
mengenai motivasi menurut BF Skinner : bahwa tindakan akan sangat dipengaruhi oleh
perlakuan yang diterima akibat perilaku yang dilakukan dimasa lalu. .
Kerangka berpikir ini bermula dari adanya STIMULAN atau factor pendorong bagi
seseorang untuk berbuat, missal adanya tugas yang dibebankan pada seorang karyawan.
Stimulan ini kemudian ditindak lanjuti melalui RESPON dengan bekerja secara giat,
cepat dan tepat sesuai dengan apa yang ditugaskan kepadanya. Jika kemudian karyawan
tsb memperoleh perlakuan positif sebagai akibat dari respon yang diberikan olehnya,
maka respon selanjutnya yang akan ditunjukkan mungkin juga positif, missal bekerja
Modul 24 Dabisman- Keterkaitan Motivasi & Kepuasan Page 9
dengan lebih baik lagi. Namun sekiranya karyawan tsb menerima perlakuan yang negatif
atas kinerjanya yang baik, maka mungkin karyawan tsb pada masa berikutnya tidak lagi
menunjukkan kinerja yang baik. Dirinya akan berpikir bahwa sia-sia saja berkinerja baik
sekiranya tidak mendapat perlakuan yang memadai.
Dari gambaran diatas dapat dikatakan bahwa bila manajer berharap bahwa karyawannya
berperilaku dan bertindak baik sesuai dengan harapan manajer, maka para manajer perlu
mempertimbangkan mengenai apa yang telah diberikan dan diperlakukan para manajer
tsb terhadap perilaku dan tindakan para karyawan di masa lalu.
MODIFIKASI PERILAKU.
Diantara hal yang dapat dilakukan manajer sehubungan dengan perspektif
penguatan adalah dengan melakukan modifikasi perilaku (behavior modification). Prinsip
dasar dari modifikasi perilaku yakni bahwa para manajer perlu memberi perlakuan yang
adil dan tepat terhadap perilaku atau tindakan yang telah dilakukan para karyawan agar
perilaku karyawan di masa yang akan datang sesuai dengan harapan manajer.
Ada empat jenis modifikasi perilaku yang dapat dilakukan manajer, yaitu :
1. Positive reinforcement ( penguatan posistif), yaitu modifikasi perilaku yang
dilakukan dengan memberikan perlakuan positif terhadap tindakan yang telah
dilakukan oleh karyawan dimasa lalu, missal melalui pujian, pemberian bonus
dll.
2. Avoidance learning (pembelajaran melalui penghindaran terhadap
sesuatu),yakni modifikasi perilaku yang dilakukan melalui tindakan yang adil
terhadap pelanggaran karyawan di masa lalu, missal melalui teguran,
pemotongan gaji dll. sehingga perilaku tsb tidak lagi diulangi dimasa depan.
3. Extinction (pengecualian), yakni modifikasi perilaku yang dilakukan melalui
peniadaan atau pengecualian sesuatu yang pada masa lalu justru memberikan
kontribusi negatif pada karyawan ataupun organisasi. (missal dimasa lalu
manajer membolehkan karyawan bekerja sambil mendengarkan radio dan
ternyata hal ini mengakibatkan menurunnya produktivitas, maka manajer dapat
meniadakan kebijakan tsb dalam upaya mengembalikan tingkat produktivitas
karyawan.
Modul 24 Dabisman- Keterkaitan Motivasi & Kepuasan Page 10
4. Punishment (hukuman), yakni modifikasi perilaku yang dilakukan melalui
penguatan yang bersifat negatif , dalam arti negatif terhadap perilaku yang
negatif atau dapat dikatakan perlakuan ini merupakan kebalikan dari penguatan
positif, missal melalui skorsing, penurunan pangkat dll.
PERSPEKTIF PENYUSUNAN TUJUAN.
Perspektif kontemporer terakhir mengenai motivasi yang akan dibahas disini
adalah perspektif penyusunan tujuan, dimana perspektif ini pada dasarnya beranggapan
bahwa perilaku individu yang didorong oleh motivasi individu sesungguhnya dapat
dijelaskan melalui keterlibatan individu dalam penyusunan tujuan dari setiap apa yang
akan dikerjakan atau dibebankan padanya.
Berdasarkan perspektif ini para manajer perlu senantiasa mengupayakan agar karyawan
mengetahui tujuan organisasi serta setiap pekerjaan yang dilakukannya. Sehubungan
dengan ini ada empat fase yang harus dilakukan manajer, yaitu :
Penentuan tujuan ataupun target yang akan dicapai
Penetuan apakah tujuan/target tsb realistis untuk dicapai
Mempertimbangkan dan menentukan kesesuaian tujuan/target tsb dengan
target/tujuan individu dalam organisasi
Jika tujuan organisasi telah selaras dengan tujuan individu, maka individu akan
termotivasi untuk mencapai tujuan tsb dengan menunjukkan perilaku dan
kinerja yang diharapkan.
Ke- empat fase tersebut pada prakteknya perlu disesuaikan dengan kondisi para karyawan
perusahaan, Bila mayoritas karyawan cenderung bertipe “X”, maka barangkali
keterlibatan aktif karyawan dalam menyusun tujuan tidak banyak diharapkan, sebaliknya
bila mayoritas karyawan cenderung bertipe “Y” .
---------------------------------------
Modul 24 Dabisman- Keterkaitan Motivasi & Kepuasan Page 11