19
KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DAN SELF-EFFICACY DENGAN PERILAKU SEHAT PADA MAHASISWA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II Pada Jurusan Magister Sains Psikologi Sekolah Pascasarjana Oleh : INTAN OKTAVIA S 300 150 006 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DAN

SELF-EFFICACY DENGAN PERILAKU SEHAT PADA

MAHASISWA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II

Pada Jurusan Magister Sains Psikologi Sekolah Pascasarjana

Oleh :

INTAN OKTAVIA

S 300 150 006

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

i

Page 3: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

ii

Page 4: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 25 April 2019

Penulis

INTAN OKTAVIA

S 300150006

Page 5: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

1

KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DAN SELF-

EFFICACY DENGAN PERILAKU SEHAT PADA MAHASISWA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris keterkaitan antara

dukungan sosial teman sebaya, self-efficacy dengan perilaku sehat pada mahasiswa

kesehatan dengan variabel sertaan perbedaan jenis kelamin. Subjek penelitian 276

mahasiswa STIKES Kusuma Husada dengan karakteristik mahasiswa kesehatan

minimal semester 2 dan sudah menerima matakuliah promosi kesehatan

Pengumpulan data menggunakan Skala Dukungan Sosial Teman Sebaya, self-efficacy

dan Perilaku Sehat sedangkan Perbedaan Jenis Kelamin akan dibuktikan dengan

pengisian identitas subjek yang melekat pada skala penelitian. Data diolah dan

diujikan menggunakan analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian

menunjukkan model teoritis didukung oleh data empiris bahwa ada hubungan yang

sangat signifikan antara dukungan sosial teman sebaya, self-efficacy dengan perilaku

sehat pada mahasiswa kesehatan dengan variabel sertaan perbedaan jenis kelamin.

Secara bersama-sama dukungan sosial teman sebaya dan self-efficacy memberikan

kontribusi sebesar 33% terhadap perilaku sehat pada mahasiswa kesehatan. Dalam

penelitian ini self-efficacy merupakan variabel yang lebih besar pengaruhnya terhadap

perilaku sehat dengan sumbangan relative sebesar 17,11%. Perempuan memiliki

tingkat dukungan sosial teman sebaya, self-efficacy dan perilaku sehat yang labih

tinggi daripada laki-laki.

Kata Kunci : dukungan sosial teman sebaya. self-efficacy, perilaku sehat, perbedaan

jenis kelamin

Abstract

This study aims to prove empirically correlations between social peer support, self-

efficacy and health behavior among health science students with gender difference as

intervening variables. 276 students of STIKES Kusuma Husada are choosen with

characteristics of health students at least semester 2 and having received health

promotion. The data collected with social peer support scale, self-efficacy scale, and

health behavior scale, while gender difference will be proven by filling the subject’s

identity that attached on the scales. Multiple Linear Regression analysis are used to

process and test the collected data. Results indicate theoretical model supported by

empirical data that there are strong, significant relationships between social peer

support, self-efficacy and health behavior among health science students with gender

difference as intervening variables. Together, social peer support and self-efficacy

contribute 33% toward health behavior. In this study, the variable that influence

health behavior the most is self-efficacy with 17,11% relative contribution. Female

Page 6: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

2

gender has a higher score of social peer support, self-efficacy and health behavior

than men.

Keywords : social peer support, self efficacy, health behavior, gender difference as

intervening

1. PENDAHULUAN

Kesehatan adalah aset yang paling berharga dan merupakan modal utama dalam

kelangsungan hidup. Sikap dan perilaku hidup sehat adalah langkah yang paling awal

yang harus dilakukan untuk mencapai kesehatan yang optimal. Upaya ini tentu tidak

mudah, harus menanamkan pola pikir sehat yang menjadi tanggung jawab bersama,

dan upaya awal dimulai dari diri kita sendiri.

Departemen kesehatan indonesia telah menerbitkan buku penuntun hidup sehat

pada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam

bidang kesehatan (promkes.depkes.go.id). Program kesehatan dilanjutkan oleh

presiden BJ. Habiebie yang membuat program “Indonesia sehat 2010”. Salah satu

indikator utama yang akan dicapai dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah

“berperilaku sehat” (Notoatmodjo, 2010). Sampai saat ini pemerintah masih terus

melanjutkan program kesehatan dengan mengeluarkan peraturan mentri kesehatan

nomor 39 tahun 2016.

Selain program yang dilakukan oleh pemerintah, banyak badan kesehatan dan

para mahasiswa yang telah bekerjasama mempromosikan perilaku sehat

(promkes.depkes.go.id). Diantaranya Tim Taruma Sakti yang terdiri dari mahasiswa

Teknik Perminyakan dan Kedokteran Universitas Trisakti, serta mahasiwa

Kedokteran Universitas Tarumanegara, terpilih menjadi pemenang Health Agent

Award 2015 dengan program kesehatan yang telah dibentuk yaitu peningkatan

asupan nutrisi, aktifitas fisik dan keamanan pangan. Selain itu mahasiswa kesehatan

UGM mengelar orasi anti tembakau dan rokok, para mahasiswa juga memberikan

edukasi dan sosialisasi mengenai bahaya merokok (health.kompas.com). Kesehatan

adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari

Page 7: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

3

masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri serta mengembangkan kegiatan

yang didukung oleh sumber daya masyarakat, sesuai budaya sosial setempat dan

didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Sejalan dengan ini

Mays (2009) menungkapkan salah satu metode yang dapat dimanfaatkan untuk

mengurangi kesenjangan kesehatan adalah melibatkan organisasi mahasiswa

kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan, promosi dan pendidikan

kesehatan.

Temuan dilapangan menunjukkan adanya permasalahan empirik, masih banyak

masyarakat menunjukkan perilaku yang tidak sehat. Berdasarkan pendataan dari IPB

pada tahun 2015 banyak mahasiswa yang positif terkena hepatitis A

(health.kompas.com) sejalan dengan ini, Majra (2013) mengemukakan bahwa terjadi

peningkatan perilaku beresiko terhadap kesehatan dan menurunnya perilaku promosi

kesehatan di kalangan mahasiswa kedokteran selama mereka melakukan studi.

Sebelumnya pada tahun 2009 ketua Jaringan Epidemologi Nasional (JEN) juga

menemukan, banyak mahasiswa melakukan seks di luar nikah. Penyebabnya,

mahasiswa belum menjadi sasaran program kesehatan reproduksi remaja, baik oleh

pemerintah, maupun kalangan perguruan tinggi (kompas.com). Menteri Kesehatan

Nila F. Moeloek mengemukakan “jumlah penduduk indonesia yang sakit mencapai

65% dari 250.000.000 orang. Jumlah yang jauh di atas batas normal yaitu antara

10%-15% dari total penduduk” (finansial.bisnis.com). Menurut data Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) 19,6% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan gizi buruk,

tahun 2013 sampai 2018 masyarakat menderita hipertensi meningkat dari 25,8%

menjadi 34,1%, penderita obesitas dewasa >18 tahun meningkat dari tahun 2013

sebesar 14,8% hingga tahun 2018 menjadi 21,8% (www.depkes.go.id).

Berdasarkan hasil pemaparan, sangat penting melakukan tindak lanjut tentang

perilaku sehat pada mahasiswa kesehatan. Karena ada perbedaan temuan dilapangan

sehingga peneliti ingin mendalami masalah tersebut. Mahasiswa kesehatan

kedepannya akan dipercaya masyarakat untuk menjadi pelayan kesehatan. Maka

seharusnya mahasiswa kesehatan menerapkan pola perilaku sehat pada dirinya

Page 8: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

4

sebelum mereka mengajarkan kepada orang lain. Penelitian tentang perilaku sehat

dan pengaruh faktor pembentuknya pada mahasiswa masih terbatas di Indonesia.

Topik ini menarik untuk ditelaah lebih jauh karena mahasiswa sebagai agen

perubahan dan calon pemimpin di masa mendatang. Karena mahasiswa

mencerminkan kelompok terdidik yang diasumsikan telah memiliki literasi

lingkungan hidup yang memadai. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian

terdahulu adanya perbedaan letak geografis dan budaya memungkinkan adanya

perbedaan pola pikir, emosi dan lingkungan sehingga akan berpengaruh pada hasil

penelitian, selain itu penelitian ini menggunakan subjek mahsiswa kesehatan yang

masih jarang diteliti, serta peneliti belum menemukan variabel dukungan sosial teman

sebaya, self-efficacy disertai dengan perbedaan jenis kelamin dan pengaruhnya

terhadap perilaku sehat.

Hasil survei wawancara awal dengan 5 dosen kesehatan mengemukakan “pada

semester awal perkuliahan mahasiswa sudah diajarkan tentang promosi kesehatan dan

perilaku kesehatan”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh 20 mahasiswa kesehatan

pada wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti. Untuk itu mahasiswa kesehatan

dianggap lebih mengetahui tentang perilaku sehat daripada mahasiswa lainnya,

karena sejak awal perkuliahan mereka dibekali ilmu tentang perilaku sehat.

Istiningtyas (2010) menemukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang

gaya hidup sehat dengan perilaku gaya hidup sehat. Sejalan dengan ini Vera (2016)

juga mengemukakan perilaku hidup sehat dipengaruhi oleh pengetahuan.

Perilaku sehat adalah semua aktivitas yang berkaitan dengan pemeliharaan

kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Faktor dalam membentuk perilaku sehat dibedakan

menjadi dua, yaitu internal (kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan

sebagainya untuk mengolah pengaruh dari luar) dan eksternal (meliputi orang, objek,

kelompok dan kebudayaan) (Notoatmodjo, 2007).

Dukungan sosial teman sebaya dan self-efficacy yang tinggi diharapkan dapat

meningkatkan perilaku sehat pada mahasiswa kesehatan. Adapun perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah dukungan sosial teman sebaya, self-efficacy

Page 9: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

5

mempengaruhi perilaku sehat pada mahasiswa kesehatan?. Tujuan penelitian ini

untuk membuktikan secara empiris keterkaitan dukungan sosial teman sebaya, self-

efficacy dengan perilaku sehat pada mahasiswa kesehatan di Surakarta dengan

variabel sertaan perbedaan jenis kelamin.

Dengan demikian, hipotesis mayor dalam penelitian ini adalah dukungan sosial

teman sebaya, self-efficacy berkorelasi dengan perilaku sehat pada mahasiswa

kesehatan. Adapun hipotesis minor dalam penelitian ini yaitu; 1) Ada korelasi positif

antara dukungan sosial teman sebaya dengan perilaku perilaku sehat pada mahasiswa

kesehatan; 2) Ada korelasi positif antara self-efficacy dengan perilaku sehat pada

mahasiswa kesehatan; 3) Ada perbedan jenis kelamin antara dukungan sosial teman

sebaya dan self-efficacy terhadap perilaku sehat pada mahasiswa kesehatan; 4)

Perempuan memiliki tingkat dukungan sosial teman sebaya, self-efficacy dan perilaku

sehat lebih tinggi daripada laki-laki.

2. METODE

Subjek penelitian terdiri atas populasi dan sampel. Populasi dalam penelitian ini

adalah mahasiswa Sekolah Tinggi kesehatan Kusuma Husada Surakarta yang

berjumlah 2.097 siswa dengan 663 siswa kesehatan dan sampel yang digunakan

sebanyak 276 siswa. Menurut Arikunto (2002) apabila jumlah subjek lebih dari 100

orang maka dapat di ambil antara 10-15 %. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah purposive non random sampling (Azwar, 2007 dan Hadi, 2002).

Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa kesehatan minimal

semester 2 dan sudah menerima matakuliah promosi kesehatan. Alat pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan tiga skala yaitu skala perilaku sehat, skala

dukungan sosial teman sebaya dan skala Self-Efficacy. Penelitian ini menggunakan

alat ukur berupa skala likert dengan pernyataan favourable penilaian bergerak dari

angka 4 sampai 1 dan untuk unfavourable penilaian bergerak dari angka 1 sampai 4.

Page 10: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

6

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas

Dukungan Sosial Teman

Sebaya

Self-Efficacy Perilaku Sehat

0,287 0,189 0,193

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data dalam penelitian berdistribusi normal,

dapat dilihat bahwa signifikansi untuk masing-masing variabel > 0,05

Tabel 2. Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Variabel Hasil Keterangan

Dukungan Sosial Teman

Sebaya, Self-efficacy dengan

Perilaku Sehat

Koefisien Korelasi

Sebesar 0,330

0.000 < 0.05

R = 0,574

F = 67,144

Ada hubungan positif

yang signifikan

Dukungan Sosial Teman

Sebaya dengan Perilaku Sehat

Signifikansi

0.000 < 0.05

t = 5,872

Ada hubungan positif

yang signifikan

Self-efficacy dengan Perilaku

Sehat

Signifikansi

0.000 < 0.05

t = 5,636

Ada hubungan positif

yang signifikan

Jenis Kelamin Signifikansi

0.001 < 0.05

t = 3,239

Ada perbedaan jenis

kelamin

Dukungan Sosial Teman

Sebaya Laki-Laki dengan

Perilaku Sehat Laki-Laki

Signifikansi

0.000 < 0.05

Ada hubungan positif

yang signifikan

Self-efficacy Laki-Laki dengan

Perilaku Sehat Laki-Laki

Signifikansi

0.000 < 0.05

Ada hubungan positif

yang signifikan

Dukungan Sosial Teman

Sebaya Perempuan dengan

Perilaku Sehat Perempuan

Signifikansi

0.000 < 0.05

Ada hubungan positif

yang signifikan

Self-efficacy Perempuan

dengan Perilaku Sehat

Perempuan

Signifikansi

0.001 < 0.05

Ada hubungan positif

yang signifikan

Koefisien

Determinan/Sumbangan

Efektif Dukungan Sosial

Teman Sebaya dengan

Perilaku Sehat

0,164

Sumbangan dukungan

sosial teman sebaya

dengan perilaku sehat

sebesar 16,4%

Koefisien

Determinan/Sumbangan

Efektif Self-efficacy dengan

0,171

Sumbangan Self-

efficacy dengan perilaku

sehat sebesar 17,1%

Page 11: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

7

Variabel Hasil Keterangan

Perilaku Sehat

Ada korelasi positif antara dukungan sosial teman sebaya dengan perilaku

perilaku sehat pada mahasiswa kesehatan dengan nilai koefisien korelasi

menunjukkan p 0.000 < 0.05 dan nilai t sebesar 5,872. Ada korelasi positif antara

self-efficacy dan perilaku sehat pada mahasiswa kesehatan dengan nilai koefisien

korelasi menunjukkan p 0.000 < 0.05 dengan nilai t sebesar 3,239. Ada perbedan

jenis kelamin antara dukungan sosial teman sebaya dan self-efficacy terhadap perilaku

sehat pada mahasiswa kesehatan dengan nilai koefisien korelasi menunjukkan p 0.001

< 0.05. Ada korelasi positif antara dukungan sosial teman sebaya laki-laki dengan

perilaku sehat laki-laki pada mahasiswa kesehatan dengan nilai koefisien korelasi

menunjukkan p 0.000 < 0.05. Ada korelasi positif antara self-efficacy laki-laki dengan

perilaku sehat laki-laki pada mahasiswa kesehatan dengan nilai koefisien korelasi

menunjukkan p 0.000 < 0.05. Ada korelasi positif antara dukungan sosial teman

sebaya perempuan dengan perilaku sehat perempuan pada mahasiswa kesehatan

dengan nilai koefisien korelasi menunjukkan p 0.000 < 0.05. Ada korelasi positif

antara self-efficacy perempuan dengan perilaku sehat perempuan pada mahasiswa

kesehatan dengan nilai koefisien korelasi menunjukkan p 0.000 < 0.05.

Tabel 3. Hasil Rerata Laki-Laki dan Perempuan

Variabel Hasil Laki - Laki Perempuan Keterangan

Dukungan Sosial

Teman Sebaya

Signifikansi

0,000 < 0.05

56,0000 61,5696 Rerata lebih

tinggi

perempuan

Self-efficacy Signifikansi

0,000 < 0.05

45,4103 50,1814 Rerata lebih

tinggi

perempuan

Perilaku Sehat Signifikansi

0,000 < 0.05

101,1026 110,4937 Rerata lebih

tinggi

perempuan

Hasil rerata menunjukkan perempuan memiliki tingkat dukungan sosial teman

sebaya, self-efficacy dan perilaku sehat lebih tinggi daripada laki-laki. Nilai rerata

Page 12: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

8

perempuan menunjukkan mean yang lebih tinggi daripada nilai rerata laki-laki

dengan variabel dukungan sosial teman sebaya 61,5696, self-efficacy 50,1614 dan

perilaku sehat 110,4937.

Perilaku sehat pada laki-laki sangat ditentukan oleh dukungan sosial teman

sebaya dan self-efficacy yang dibuktikan dengan nilai R sebesar 0,949 dan R Square

sebesar 0,900. Sedangkan pada perempuan pengaruh dukungan sosial teman sebaya

dan self-efficacy memiliki subangan yang lebih sedikit terhadap perilaku sehat yaitu

dengan R sebesar 0,334 dan R Square sebesar 0,112.

Tabel 4. Hasil Kategorisasi

Variabel Skor Rerata Empirik Kriteria

Dukungan soaial teman

sebaya

33,25 – 61,74 61.570 Sedang

Self-efficacy 26,25 – 48.74 50.181 Tinggi

Perilaku Sehat 107,25 - 132 110.494 Tinggi

Berdasarkan hasil analisis data empirik variabel dukungan sosial teman sebaya

didapatkan hasil rerata empiric (RE) sebesar 61,570 artinya variabel dukungan sosial

teman sebaya pada subjek tergolong sedang. Variabel self-efficacy didapatkan hasil

rerata empiric (RE) sebesar 50,181 yang artinya variabel self-efficacy pada subjek

tergolong tinggi. Variabel perilaku sehat didapatkan hasil rerata empiric (RE) sebesar

10,494 yang artinya variabel perilaku sehat pada subjek tergolong tinggi.

3.2 Pembahasan

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris bahwa dukungan

sosial teman sebaya, self-eficacy mempengaruhi perilaku sehat pada mahasiswa

kesehatan dengan variabel sertaan perbedaan jenis kelamin. Berdsarkan hasil analisis

dengan menggunakan teknik regresi linier berganda diperoleh hasil nilai signifikansi

yaitu 0,000 yang menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial teman sebaya, self-

efficacy dan jenis kelamin kontribusi terhadap perilaku sehat pada mahasiswa

kesehatan. Dengan demikian hipotesis mayor menyebutkan bahwa ada keterkaitan

antara dukungan sosial teman sebaya, self-efficacy terhadap perilaku sehat pada

Page 13: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

9

mahasiswa kesehatan, diterima. Dalam penelitian ini variabel dukungan sosial teman

sebaya memberikan sumbangan sebesar 49% sedangkan sisanya 51% adalah self-

efficacy.

Perilaku sehat adalah semua aktivitas yang berkaitan dengan pemeliharaan

kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Faktor dalam membentuk perilaku sehat dibedakan

menjadi dua, yaitu internal saalah satunya self-efficacy dan eksternal salah satunya

dukungan sosial teman sebaya (Notoatmodjo, 2007).

Dari hasil analisis diketahui bahwa variabel dukungan sosial teman sebaya

berpengaruh terhadap perilaku sehat dengan nilai signifikansi 0,000 yang artinya

terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial teman

sebaya dengan perilaku sehat. Hal ini dikarenakan manusia tidak bisa lepas dari

pengaruh lingkungan dimana mereka tinggal sehingga dukungan sosial sangat

berperan penting dalam kehidupan manusia. Dukungan sosial merupakan bagian dari

jaringan komunikasi dan fungsi dari ikatan sosial yang menggambarkan kualitas

hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal dianggap sebagai aspek kepuasan

secara emosional dalam kehidupan individu. Dukungan sosial yang diterima dapat

membuat individu merasa dicintai, diperhatikan, dihargai, percaya diri, tenang,

diperhatikan, dicintai dan kompeten. Hal ini didukung oleh Khan (2011)

menggunakan model pendidikan teman sebaya dapat meningkatkan kepercayaan diri,

sikap, dan perilaku terhadap makan sehat dan olahraga. Hal senada juga dikemukakan

oleh Verheijden (2005) bahwa dukungan sosial penting untuk mencapai perubahan

dalam faktor risiko penyakit. Dukungan teman sebaya sangat efektif untuk

mengelola isu-isu kesehatan dalam konteks mendukung secara sosial dan potensi

dukungan teman sebaya sangat besar untuk mengatasi tingginya prevalensi merokok

pada populasi rentan (Ford, 2013). Santrock (2008) mengemukakan salah satu faktor

yang mempengaruhi dukungan sosial adalah dukungan teman bergaul. Hal inilah

yang menyebabkan mengapa variabel dukungan sosial teman sebaya memiliki

pengaruh yang besar terhadap perilaku sehat.

Page 14: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

10

Artinya semakin tinggi mahasiswa menerima dukungan sosial teman sebaya

seperti saling tolong menolong, adanya pemberian nasihat, adanya pengarahan,

memberikan dukungan peran sosial yang meliputi umpan balik dan adanya

pengakuan maka semakin besar pula peningkatan perilaku sehat yang dilakukan oleh

mahasiswa.

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linier berganda

menunjukan bahwa variabel self-efficacy juga sangat berpengaruh terhadap perilaku

sehat, hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,000 yang artinya ada hubungan

positif yang sangat signifikan terhadap perilaku sehat pada mahasiswa. Hal ini

dikarenakan self-efficacy adalah salah satu faktor internal pembentuk perilaku sehat

yang besar sumbangannya (Notoatmodjo, 2007). Self-efficacy adalah keyakinan

seseorang untuk melakukan kontrol tindakan sehingga dapat membentuk perilaku

yang menunjang kesehatan. Vakili (2011) menemukan bahwa model promosi

kesehatan interpersonal dengan menekankan self-efficacy dapat memberikan

pengaruh yang besar terhadap komitmen dan perencanaan aktifitas perilaku kesehatan

pada siswa, yaitu memberikan sumbangan 65,1%. Abusabha (1997) juga

membenarkan bahwa self-efficacy telah berulang kali menjadi prediktor utama untuk

perubahan perilaku sehat dan perubahan gizi, serta memberikan pengaruh sebesar

50% dari variabel lain. Hasil peneilitian lainnya mengemukakan bahwa pasien yang

memiliki self-efficacy tinggi cenderung melaporkan perubahan yang lebih baik terkait

dengan kontrol kesehatan (Sarkar, 2006). Hal inilah yang menyebabkan mengapa

variabel self-efficacy juga memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku sehat.

Self-efficacy menentukan seberapa besar usaha yang dilakukan seseorang dalam

menjalankan aktivitasnya dan seberapa lama dapat bertahan dalam menghadapi

kesulitan yang dialami serta seberapa fleksibel seseorang dapat menghadapi sesuatu

yang berlawanan dengan keyakinan yang dimilikinya. Adanya self-efficacy membuat

mahasiswa mempunyai keinginan yang besar untuk melakukan perilaku sehat dan

menjalankan pola hidup sehat. Menurut Bandura (disitasi Alwisol, 2009). Cervone

(2012), Zarina, 2001 (disitasi Ridhoni, 2013) mahasiswa yang memiliki self-efficacy

Page 15: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

11

yang tinggi seperti cenderung memilih untuk berusaha mengerjakan tugas yang sulit,

gigih dalam berusaha, tetap tenang dan tidak cemas saat menghadapi tugas, merasa

yakin akan berhasil dan mampu, memiliki kinerja yang tinggi.

Dari hasil analisis juga diperoleh hasil bahwa ada perbedaan jenis kelamin

antara dukungan sosial teman sebaya, self-efficacy dan perilaku sehat pada

mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,001. Temuan lain dalam

penelitian ini adalah perempuan memiliki tingkat dukungan sosial teman sebaya,

self-efficacy dan perilaku sehat lebih tinggi daripada laki-laki dibuktikan dengan hasil

rerata perempuan lebih tinggi daripada laki-laki yaitu variabel perilaku sehat

110,4937, variabel dukungan sosial teman sebaya 61,5696, variabel Self-efficacy

50,1814. Hal ini didukung Dari berbagai macam hasil penelitian yang dilakukan oleh

Kurniawan & Mulyati (2004), Merwe (2004), Rambod (2010), Gracia & Herrero

(2012) dan Ayuningtyas (2014) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan dukungan

sosial antara laki-laki dan perempuan, karena laki-laki cenderung kurang

mengungkapkan apa yang dibutuhkannya sedangkan perempuan sebaliknya. Ada

perbedaan dukungan sosial yang berbeda antara laki-laki dan perempuan baik secara

fisik, fisiologis, sifat maupun perilaku sehingga memunculkan tingkah laku berbeda

terhadap lingkungan. Inilah yang menyebabkan perempuan memiliki dukungan sosial

yang lebih tinggi daripada laki-laki. Bandura (1997) mengemukakan bahwa

perempuan memiliki tingkat self-efficacy yang lebih tinggi dalam mengelola

perannya. Zimmerman (disitasi Bandura, 1997) mengemukakan wanita lebih unggul

dalam beberapa pekerjaan dibandingkan dengan pria. Dalam hal kaitannya dengan

perilaku sehat perempuan lebih unggul daripada laki-laki hal ini karena dalam budaya

timur anak perempuan dalam keseharian lebih diwajibkan untuk menjaga kebersihan

diri dan lingkungannya. Kwureh (2016) mengungkapkan bahwa Perbedaan jenis

kelamin berpengaruh terhadap perilaku sehat, ditemukan bahwa siswa laki-laki

memiliki resiko 8.3 kali kurang baik dalam berperilaku sehat dibandingkan dengan

siswa perempuan. Hal senada juga diungkapkan oleh Khumayra & Sulisno (2012)

bahwa perempuan cenderung berperilaku sehat lebih baik daripada laki-laki.

Page 16: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

12

Keterkaitan antar variabel dapat dijelaskan dengan Teori Health Belief Model

(HBM) yaitu perubahan prilaku kesehatan dan model psikologis dikembangkan oleh

Rosenstock (1966) untuk mempelajari dan mempromosikan peningkatan pelayanan

kesehatan. Teori HBM didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang akan

mengambil tindakan yang akan berhubungan dengan kesehatan. Adapun faktor

penting dalam HBM yaitu self-efficacy seperti perceived susceptibility (kerentanan

yang dirasakan/ diketahui), perceived severity (bahaya/ kesakitan yang dirasakan),

perceived benefit of action (manfaat yang dirasakan dari tindakan yang diambil),

perceived barrier to action (hambatan yang dirasakan akan tindakan yang diambil),

cues to action (isyarat untuk melakukan tindakan) dan adanya dorongan dalam

lingkungan individu yang merubah perilaku. Yang artinya perilaku sehat dapat terjadi

apabila mahasiswa mendapatkan dorongan dan dukungan dari teman sebaya serta

memiliki keyakinan bahwa mereka mampu untuk melakukan perilaku sehat dan

menjalankan pola hidup sehat.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara empiris ada

keterkaitan antara dukungan sosial teman sebaya dan self-efficacy dengan perilaku

sehat pada mahasiswa kesehatan dibuktikan dengan nilai p 0,000 dan koefisien

korelasi 0,330. Ada hubungan positif antara dukungan sosial teman sebaya dengan

perilaku sehat dengan sumbangan efektif 16,4%, yang artinya semakin banyak

mahasiswa menerima dukungan sosial maka perilaku sehat akan terwujud. Ada

hubungan positif antara self-efficacy dengan perilaku sehat dengan sumbangan efektif

17,1%, artinya semakin besar mahasiswa memiliki keyakinan mereka mampu untuk

bisa berperilaku sehat maka pola perilaku hidup sehat akan terwujud. Ada perbedaan

jenis kelamin antara dukungan sosial teman sebaya, self-efficacy dan perilaku sehat,

perempuan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada laki-laki.

Berdasarkan hasil data penelitian yang telah dikemukakan, ada beberapa saran

yang dapat diajukan sebagai tindak lanjut penelitian ini. Beberapa sran yang diajukan

Page 17: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

13

adalah: 1) Bagi Siswa, diharapkan mahasiswa kesehatan lebih memahami tentang

perilaku sehat, sehingga dapat meningkatkan hal-hal yang terkait dengan peningkatan

perilaku sehat terutama untuk mahasiswa laki-laki. Mahasiswa laki-laki sebaiknya

lebih belajar untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan dapat menjalin hubungan

yang lebih baik dengan teman atau sehabat guna untuk saling mendukung terkait

dengan perubahan perilaku sehat; 2) Bagi Pihak Instansi Terkait, bagi wali kelas atau

kaprodi dapat merencanakan kegiatan seperti outbond bagi mahasiswa kesehatan

untuk menjalin hubungan kedekatan yang lebih baik lagi bagi siswa dan para guru

guna untuk mempertahankan perilaku sehat atau bahkan lebih meningkatkan perilaku

sehat; 3) Bagi Pemerintah, bagi Instansi pemerintah, dapat memberikan informasi

seberapa besar peranan dukungan sosial, self-efficacy terhadap perilaku sehat, serta

dapat dijadikan masukan untuk membentuk kebijakan melakukan langkah-langkah

yang diperlukan dalam meningkatkan perilaku sehat bagi masyarakat; 4) Bagi

Peneliti Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan reverensi penelitian

selanjutnya untuk meningkatkan perilaku sehat yang terkait dengan dukungan sosial

teman sebaya, self-efficacy dan perbedaan jenis kelamin; 5) Bagi Masyarakat, dapat

menambah pengetahuan khususnya psikologi kesehatan dan dapat menjadi acuan

untuk meningkatkan perilaku sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Abusabha, R., & Chterberg, C. (1997). Review Of Self-Efficacy And Locus Of

Control For Nutrition- And Health-Related Behavior. Journal of the American

Dietetic Association, 97(10).

Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press.

Amadea, A. (2016, Agustus 24). Le minerale dan idi ajak masyarakat indonesia ubah

pola hidup sehat. Diunduh dari http://www.money.id/

Page 18: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

14

Ayuningtyas Heny, (2014). Perbedaan dukungan Kebutuhan Sosial Antara Laki Laki

dan Perempuan Pada Pasien Penderita Gagal Ginjal di RSU DR.

MOEWARDI. Naskah Publikasi. UMS

Arikunto, S. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Azrul Azwar. (2010). Pengantar administrasi kesehatan (ed. 3). Jakarta: Binarupa

Aksara.

Fishbein, M., & Middlestadt, S.E., (1989). Using Theory of Reasoned Action as a

Framework for Understanding and changing AIDS- Related Behaviors, In :

Mays, V.M.; Albee, G.W. & Schneider, S.F, (Eds), Primary Prevention of

AIDS: Psychological Approaches, (Series Primary Prevention of

Psychopathology vol. XIII) London: Sage Publications.

Gracia, E & Herrero, J. (2014). Personal and Situational Determinants Of

Relationship-Specific Preception. Journal Social Behavior and Personality,

Vol. 32, No. 5, Hal 459-476.

Hadi, Sutrisno. (2002). Metodologi Riset. Yogyakarta: Andi Ofset.

Istiningtyas, A. (2010). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang Gaya

Hidup Sehat Dengan Perilaku Gaya Hidupsehat Mahasiswa Di Psik Undip

Semarang. jurnal KESMADASKA, Vol, 1. No,1. 18-25.

Jogiyanto, (2007). Sistem Informasi Keperilakuan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi

Offset.

Khumayra Husni, Z & Sulisno Madya, (2012). Perbedaan Pengetahuan dan Sikap

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat antara Santri Putra dan Santri Putri. Jurnal

Nursing Studies. Vol. 1, No. 1, Hal 197-201.

Majra, J. (2013). Do Our Medical Colleges Inculcate Health-Promoting Lifestyle

Among Medical Students: A Pilot Study from Two Medical Colleges from

Southern India. Journal of Preventive Medicine, Vol 4, No 4. Hal, 425-429.

Mays, V. M., Ly, L., Allen, E., & Young, S. (2009). Engaging Student Health

Organizations in Underserved Communities through Volunteerism:

Page 19: KETERKAITAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DANeprints.ums.ac.id/72298/11/NASKAH PUBLIKASI.pdfpada tahun 1989 dan hasilnya telah menunjukkan kemajuan yang sangat besar dalam bidang kesehatan

15

Merwe, J. (2004). Family Needs Following Adult Traumatic Brain Injury. Clinical

Psychology: University Of Port Elizabeth

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sarkar, U., Fisher, L., & Schillinger, D. (2006). Is Self-Efficacy Associated With

Diabetes Self-ManagementAcross Race/Ethnicity and Healtli Literacy?

Vakili, M., Rahaei, Z., Nadrian, H., & YarMohammadi, P. (2011). Determinants Of

Oral Health Behaviors Among High School Students In Shahrekord, Iran

Based On Health Promotion Model. Journal of Dental Hygiene, Vol, 85. No,

1.