Upload
dangkien
View
297
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
KETEPATAN KODE ICD-10 PADA KASUS PERSALINAN PASIEN
RAWAT INAP TRIWULAN I DI RSUD PRAMBANAN
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Disusun Oleh :
META AYUNINGTYAS
1313017
PROGRAM STUDI
REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN (D-3)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2016
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas limpah rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Ketepatan
Kode ICD-10 Pada Kasus Persalinan Pasien Rawat Inap Triwulan I Di RSUD
Prambanan Tahun 2016” dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari
berbagai pihak.
Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dan mendukung dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini:
1. Dr. Koeswanto Harjo, M.Kes sebagai Ketua STIKES Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta yang telah mendukung dalam pelaksanaan karya tulis ilmiah.
2. Sis Wuryanto, A.Md.Perkes, SKM, MPH sebagai Ketua Prodi D3 Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan di STIKES Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta yang telah mendukung dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.
3. Dwi Margawati, A.Md.,SKM sebagai pembimbing akademik yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan telah membantu dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah.
4. Kori Puspita Ningsih, A.Md.,SKM sebagai koordinator karya tulis ilmiah.
5. Staf dan dosen-dosen STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang telah
mendukung dan melancarkan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.
6. drg. Isa Dharmawidjaja, M.Kes sebagai Direktur RSUD Prambanan yang telah
memberi izin dalam penelitian ini.
v
7. Nuzul Yudha, A.Md sebagai koordinator Rekam Medis RSUD Prambanan
8. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan
bantuan baik moral maupun spiritual.
9. Semua pihak yang telah menyumbangkan pemikiran dan motivasinya yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan.
Yogyakarta, 01 Juli 2016
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN……………….……………………………………ii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………………iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
INTISARI .............................................................................................................. xii
ABSTRACT ......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Batasan Masalah ............................................................................................ 4
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
F. Keaslian Penelitian ........................................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Teoritis .......................................................................................... 12
B. Landasan Teori ............................................................................................ 21
C. Kerangka Teori ............................................................................................ 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ......................................................................................... 23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 23
C. Data dan Sumber Data ................................................................................. 23
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 24
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ......................................................... 27
vii
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................................ 27
G. Urutan Analisis ............................................................................................ 28
H. Etika Penelitian ............................................................................................ 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Prambanan ................................................ 30
B. Hasil Pengamatan ........................................................................................ 32
C. Pembahasan ................................................................................................. 37
D. Keterbatasan ................................................................................................ 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................................. 42
B. Saran ............................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Prosentase Ketepatan kode ICD-10 Pada Kasus
Persalinan RSUD Prambanan...........................................................................32
Tabel 4.2 Prosentase Ketepatan Kode Kondisi Ibu dan Janin,
Metode Persalinan Pada Kategori F.................................................................33
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Teori....................................................................................22
Gambar 2 Bagan Struktur Organisasi RSUD Prambanan................................31
Gambar 3 Prosentase Ketepatan Kode ICD-10 Pada
Kasus Persalinan Pasien Rawat Inap Triwulan I RSUD Prambanan...............32
Gambar 4 Prosentase ketepatan kode kondisi ibu dan janin,
Metode Persalinan Pada Kriteria F...................................................................33
x
DAFTAR SINGKATAN
AVLOS : Average Length of Stay
BOR : bed occupancy rate
BTO : Bed Turn Over
DKP : Disproporsi Kepala Panggul
DRGs : Diagnosis-related groups
GDR : Gross Death Rate
ICD-10 : Intetrnational Statistical Classification of Disesases and Related
Health Problem Tenth Revision
IGD : Instalasi Gawat Darurat
IMC : Intermediate Care
ISK : Infeksi Saluran Kemih
KPD : Ketuban Pecah Dini
PEB : Pre Eklamsia Berat
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan
PP : Plasenta Previa
RM : Rekam Medis
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SC : Sectio Caesarean
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
TOI : Turn Over Interval
WHO : World Health Organization
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Informed Consent Pakar Coding
Lampiran 3 Informed Consent Responden
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
Lampiran 5 Hasil Studi Dokumentasi Pasien Rawat Inap Triwulan I
Lampiran 6 Kegiatan Bimbingan KTI
xii
KETEPATAN KODE ICD-10 PADA KASUS PERSALINAN PASIEN
RAWAT INAP TRIWULAN I DI RSUD PRAMBANAN
TAHUN 2016
Oleh:
Meta Ayuningtyas1, Dwi Margawati
2
INTISARI
Latar Belakang: Pengodean diagnosis harus sesuai aturan ICD-10 atau
International Statistical Classification of Disesases and Related Health Problem.
Sehingga petugas coder harus memiliki pengetahuan dalam menetapkan kode
diagnosis. Ketepatan pengodean sangat diperlukan karena sebagai bahan
pembuatan pelaporan
Tujuan Penelitian: Mengetahui prosentase ketepatan kode ICD-10 pada kasus
persalinan pasien rawat inap pada triwulan I di RSUD Prambanan. Mengetahui
faktor penyebab ketidaktepatan kode ICD-10 pada kasus persalinan pasien rawat
inap pada triwulan I di RSUD Prambanan.
Metode Penelitian: Deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sumber data yaitu sumber
primer dan sumber sekunder. Sumber primer terdiri dari petugas coding rawat
inap dan koordinator rekam medis. Sedangkan sumber sekunder terdiri dari SOP
coding dan 40 berkas rekam medis kasus persalinan pasien rawat inap triwulan I.
Metode pengambilan data yaitu wawancara, studi dokumentasi dan observasi.
Hasil Penelitian: Prosentase ketepatan kode ICD-10 pada kasus persalinan belum
mencapai 100% karena petugas belum mencantumkan kode outcome of delivery,
petugas mengode DKP dengan O33.9, letak lintak dikode O32.1, SC elektif dan
SC dikode O82.1. Faktor penyebab ketidaktepatan kode ICD-10 kasus persalinan
yaitu pengoisian diagnosis belum terisi lengkap, dan belum pernah dilakukan
evaluasi atau audit coding.
Kesimpulan: Ketepatan kode ICD-10 pada kasus persalinan masih kurang baik
dan faktor ketidaktepatan karena pengisian rekam medis terkait diagnosis kasus
persalinan belum lengkap dan belum dilaksanakan audit atau evaluasi coding.
Kata kunci: Kode ICD-10, coding, Persalinan, Rawat Inap
1Mahasiswa Diploma III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Stikes Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta
2Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta
xiii
ICD - 10 CODING PRECISION FOR MATERNITY INPATIENTS IN THE
FIRST QUARTER AT PRAMBANAN HOSPITAL IN 2016
Meta Ayuningtyas
1. Dwi Margawati
2
ABSTRACT
Background: Coding diagnosis should be according to the ICD-10 rules or the
International Statistical Classification of Disesases and Related Health Problems.
So the coding officer should have knowledge in establishing the diagnosis code.
The accuracy of coding is necessary because it is used as materials for reporting.
The Purpose of research : To identify the percentage of accuracy of ICD-10 in
maternity inpatients in the first quarter of 2016 in Prambanan hospital and to
know the causes of imprecision in ICD-10 codes in the case of maternity
inpatients in the first quarter in Prambanan hospital.
The method of research: Descriptive qualitative approach was used. The study
design used is cross sectional. The data source is the source of primary and
secondary sources. Primary sources consist of the inpatient coding clerk and the
coordinator of medical records. Secondary sources consist of SOP coding and
medical record files in 40 cases of maternity inpatients in the first quarter 2016.
The data collection methods are interviews, documentation and observation
studies.
The results: The percentage of accuracy of ICD-10 in maternity cases does not
reach 100%, because the officers do not enter the code in the outcome of delivery,
coding officer coded cephalopelvic disproportion with O33.9, breech presentation
with O32.1, Caesarean section and Elective Caesarean Section with O82.1.
Factors that cause inaccuracy in ICD-10 diagnosis of cases of labor are missing
diagnosis completion and the lack of an evaluation or coding audit.
Conclusion : The accuracy of ICD-10 coding in maternity cases are still not good,
and the reason for the innacuracy is that the filling of medical records related to
the diagnosis of cases of childbirth are imcomplete and have not undergone an
audit or coding evaluation.
Keywords: ICD-10 codes, coding, Childbirth, Hospitalization
¹ Diploma III Medical Records and Health Information student at Achmad Yani
College of Health Science Yogyakarta.
² Diploma III Medical Records and Health Information lecturer at Achmad Yani
College of Health Science Yogyakarta.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Jadi rekam medis bagian
terpenting di rumah sakit. Menurut Undang-undang 44 tahun 2009 pasal 29
ayat (1) h Rumah sakit wajib menyelengarakan rekam medis.
Rekam medis merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas, anamnesa, diagnosis, pengobatan, tindakan, dan pelayanan
penunjang yang diberikan kepada pasien selama mendapat pelayananan di unit
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat, serta catatan yang juga harus dijaga
kerahasiaannya dan merupakan sumber informasi tentang pasien yang datang
berobat ke rumah sakit (Ismainar,2015). Kelengkapan pengisian rekam medis
merupakan hal yang penting, karena didalam rekam medis mengandung
informasi khususnya diagnosis. Pengelolaan rekam medis membutuhkan
tenaga yang profesional. Salah satu bagian pengelolaan rekam medis adalah
pengodean atau coding.
Coding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf
atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen data
(Hatta,2013). Ketepatan kode menjadi tanggung jawab petugas rekam medis.
Menurut Permenkes Nomor 55 tahun 2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan
perekam medis sebagai ahli madya mempunyai kewenangan melaksanakan
2
sistem klasifikasi klinis dan kodefikasi penyakit yang berkaitan dengan
kesehatan dan tindakan medis sesuai terminologi medis yang benar.
Pengodean diagnosis harus sesuai aturan ICD-10 atau International
Statistical Classification of Disesases and Related Health Problem. Sehingga
petugas coder harus memiliki pengetahuan dalam menetapkan kode
diagnosis. Menurut WHO(2010), Coding kasus persalinan terdiri kode kondisi
ibu (O00-O75), metode persalinan (O80-O84) dan outcome of delivery Z37.-.
Kode (O00-O75) dan kode (O80-O84) digunakan untuk laporan morbiditas
sedangkan kode Z37.- digunakan sebagai kode tambahan untuk mengetahui
hasil persalinan. Sehingga ketepatan pengodean sangat diperlukan karena
sebagai bahan pembuatan pelaporan.
Ketepatan data diagnosis sangat krusial dibidang manajemen data klinis,
penagihan kembali biaya, beserta hal-hal lain yang berkaitan dengan asuhan
dan pelayanan kesehatan (Hatta,2013). Ketepatan dalam pengodean akan
menghasilkan data yang berkualitas. Pengodean yang tepat membutuhkan
rekam medis yang lengkap dan jelas. Selain itu hasil pengodean diperlukan
dalam pengolahan statistik yaitu pembuatan laporan morbiditas, mortalitas,
menentukan 10 besar penyakit, serta coding juga digunakan untuk mengindeks
penyakit.
Kesalahan dalam pengodean atau salah menginput kode diagnosis dalam
komputer akan menghasilkan data yang tidak akurat, dan berdampak pada
pembuatan laporan rumah sakit yang tidak akurat, serta merugikan rumah
3
sakit maupun pasien secara finansial yaitu sistem pembayaran yang tidak
sesuai dengan tindakan yang diberikan.
RSUD Prambanan merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan yang
terletak di daerah prambanan dengan kelas tipe C yang lulus akreditasi KARS
tingkat paripurna. RSUD Prambanan mempunyai jumlah kunjungan 275
pasien per bulan di poli kandungan dengan jumlah kasus persalinan 80 pasien
pada triwulan I tahun 2016. Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD
Prambanan pada tanggal 16 juni 2016 terdapat permasalahan yang menarik
untuk diteliti yaitu untuk kode kasus peralinan belum menggunakan kode
Z37.- atau outcome of delivery, sedangkan Z37.- digunakan untuk
mengidentifikasi hasil persalinan dan mengidentifikasi angka kematian bayi di
rumah sakit yang untuk pelaporan ke dinas kesehatan yaitu pada buku register
persalinan dan abortus yang direkapitulasi selama 3 bulan untuk laporan I
triwulan. Petugas masih ragu dalam menetapkan kode kondisi ibu yaitu O33
dan O65 sedangkan kode-kode tersebut digunakan untuk pelaporan morbiditas
apabila kode tersebut tidak tepat menyebabkan pelaporan kurang akurat.
Berdasarkan latar belakang di atas mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian tentang “Bagaimana Ketepatan Kode ICD-10 Pada Kasus
Persalinan Pasien Rawat Inap Pada Triwulan I Di RSUD Prambanan?”.
4
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini “Bagaimana Pengodean Kode ICD-
10 Pada Kasus Persalinan Pasien Rawat Inap Pada Triwulan I Di RSUD
Prambanan”
C. Batasan Masalah
Menurut buku Hatta(2013), kualitas pengodean terdiri dari beberapa
elemen yaitu:
1. Konsisten bila dikode petugas berbeda kode tetap sama (reliability)
2. Kode tepat sesuai diagnosis dan tindakan (validity)
3. Mencangkup semua diagnosis dan tindakan yang ada di rekam medis
(completeness)
4. Tepat waktu (timelines)
Dalam penelitian ini peneliti membatasi penelitian hanya pada elemen
(validity) kode tepat sesuai diagnosis dan ICD-10. Penelitian ini hanya
membahas tentang kasus persalinan dan tidak mencakup abortus dan nifas
yaitu:
1. Kondisi ibu dan Janin (O30.0-O75.9)
2. Metode persalinan (O80.0-O84.9)
3. Outcome delivery (Z37.0- Z37.9)
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui ketepatan kode ICD-10 pada kasus persalinan pasien rawat
inap pada triwulan I di RSUD Prambanan.
5
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui prosentase ketepatan kode ICD-10 pada kasus persalinan
pasien rawat inap pada triwulan I di RSUD Prambanan.
b. Mengetahui faktor penyebab ketidaktepatan kode ICD-10 pada kasus
persalinan pasien rawat inap pada triwulan I di RSUD Prambanan.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Sebagai ajang berpikir ilmiah, kreatif dan menambah pengetahuan di
bidang rekam medis, terutama dalam pengodean diagnosis.
b. Menambah pengalaman di bidang rekam medis sebelum terjun
dilapangan pekerjaan serta menerapkan ilmu yang diperoleh selama
kuliah.
2. Bagi Instansi Pendidikan
a. Dapat dijadikan masukan dalam pembelajaran di bidang rekam medis
dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
b. Menambaha referensi perpustakaan STIKES Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan evaluasi rumah sakit dalam pelaksanaan pengodean
diagnosis dan untuk meningkatkan mutu pelayanan.
6
F. Keaslian Penelitian
1. Yulianawati. Arum Ika. (2011) dengan judul “Ketepatan Kode Diagnosis
Pemeriksaan Kehamilan dengan ICD-10 Di RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang” Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Penelitian Arum (2011) ini bertujuan mengkaji prosentase ketepatan
kode diagnosis pemeriksaan kehamilan dengan ICD-10. Mengetahui faktor
yang mempengaruhi ketidaktepatan kode diagnosis pemeriksan kehamilan
dan mengetahui dampak ketidaktepatan kode diagnosis pemeriksaan
kehamilan. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Rancangan penelitian adalah cross sectional
(pendekatan silang). Metode pengambilan data dengan wawancara,
observasi, dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian Arum (2011) adalah berdasarkan analisis data
diperoleh prosentase ketepatan diagnosis pemeriksaan kehamilan di RSUD
Muntilan kabupaten magelang dengan ICD-10 kategori tepat 4 digit adalah
0%, kategori tepat 3 digit mencapai 21,4%, kategori tidak tepat mencapai
74,3% dan tidak dikode adalah 4,3%. Faktor yang menyebabkan
ketidaktepatan kode diagnosis pemeriksaan kehamilan di RSUD Muntilan
kabupaten magelang adalah karena sumber data penentuan kode diagnosis
bukan berkas rekam medis, tetapi sensus harian rawat jalan yang
menyebabkan penentuan kode diagnosis dilakukan tanpa pengajian ulang
terhadap berkas rekam medis. Faktor lain adalah pemahaman petugas
coding terhadap proses penentuan kode diagnosis masih kurang. Dampak
7
ketidaktepatan kode diagnosis pemeriksaan kehamilan di RSUD Muntilan
kabupaten magelang adalah pelaporan kode diagnosis menjadi tidak akurat
dan tidak valid.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Arum (2011) terletak pada
jenis penelitian, dan metode penelitian. Penelitian Arum (2011) jenis
penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Metode pengambilan data dengan wawancara, observasi, dan
studi dokumentasi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Arum (2011) terletak pada
tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini mengetahui prosedur pengodean
pada kasus persalinan, mengetahui prosentase ketepatan kode ICD-10
pada kasus persalinan pasien rawat inap triwulan I, mengetahui faktor
penyebab ketidaktepatan kode ICD-10 pada kasus persalinan pasien rawat
inap triwulan. Sedangkan penelitian Arum (2010) mengkaji prosentase
ketepatan kode diagnosis pemeriksaan kehamilan dengan ICD-10.
Mengetahui faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan kode diagnosis
pemeriksan kehamilan dan mengetahui dampak ketidaktepatan kode
diagnosis pemeriksaan kehamilan.
2. Valensia. Brianne Restusa. (2013) dengan judul “Keakuratan Kode
Diagnosis Pada Lembar Ringkasan Masuk dan Keluar Pasien Obstetri dan
Ginekologi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta”. Fakultas MIPA
Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
8
Penelitian Brianne (2013) ini bertujuan mengetahui pelaksanaan
pengodean diagnosis pada lembar ringkasan masuk keluar pasien obstetri
dan ginekologi, mengetahui prosentase keakuratan pengodean diagnosis
pada lembar ringkasan masuk keluar pasien obstetri dan ginekologi, dan
mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakakuratan pengodean diagnosis
pada lembar ringkasan masuk keluar pasien obstetri dan ginekologi.
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan metode
pendekatan kualitatif. Rancangan penelitian menggunakan rancangan
penelitian cross sectional. Metode pengambilan data dengan cara
observasi, studi dokumentasi dan wawancara. Subyek dalam penelitian ini
yaitu 2 petugas pengodean, 2 dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dan
kepala instalasi rekam medis. Objek yang digunakan oleh peneliti adalah
berkas rekam medis rawat inap obstetri dan ginekologi tahun 2012
sebanyak 2243 berkas rekam medis, dan didapatkan sampel diperoleh
jumlah berkas rekam medis yang dijadikan sampel objek penelitian adalah
sebanyak 339 berkas.
Hasil penelitian Brianne (2013) adalah pelaksanaan pengodean
diagnosis pada lembar ringkasan masuk dan keluar pasien obstetri dan
ginekologi di instalasi rekam medis Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
dilakukan oleh 2 orang petugas rekam medis dengan latar belakang
pendidikan diploma 3 rekam medis, dan latar pendidikan non rekam
medis, ke dua petugas pengodean pernah mengikuti pelatihan mengenai
pengodean dan manajemen rekam medis. Pelaksanaan pengodean di
9
Rumah Sakit Panti Rapih sudah terkomputerisasi mengunakan SIRS menu
pengodean, apabila kode tidak ditemukan di dalam data base SIRS menu
pengodean, maka pelaksanaan pengodean dilakukan secara manual sesuai
dengan langkah-langkah pengodean pada ICD-10 volum 2 kemudian
menambahkan kode tersebut ke dalam program. Hasil analisis keakuratan
pengodean diagnosis pada lembar ringkasan masuk keluar rawat inap
obstetri dan ginekologi, terdapat 44,56% kode yang sudah sesuai dengan
ICD-10. Faktor penyebab ketidakakuratan kode diagnosis pada lembar
ringkasan masuk dan keluar pasien obstetri dan ginekologi yaitu: faktor
manusia (SDM), update ICD-10, dan belum dilakukan evaluasi.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Brianne (2013) terletak
pada topik yaitu coding, dan jenis penelitian, dan metode penelitian.
Penelitian Brianne (2013) Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif
dengan metode pendekatan kualitatif. Metode pengambilan data dengan
cara observasi, studi dokumentasi dan wawancara.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Brianne (2013) terletak
pada objek penelitian. Penelitian ini objek penelitian menggunakan berkas
rekam medis pasien rawat jalan kasus persalinan pasien rawat inap
Triwulan I Tahun 2016. Sedangkan penelitian Brianne (2013) objek
penelitian menggunakan berkas rekam medis rawat inap obstetri dan
ginekologi tahun 2012 sebanyak 2243 berkas rekam medis, dan didapatkan
sampel diperoleh jumlah berkas rekam medis yang dijadikan sampel objek
penelitian adalah sebanyak 339 berkas.
10
3. Ardiana. Puspita Diah (2013) dengan judul “Analisis Ketepatan Kode
Diagnosis dan Tindakan Kasus Persalinan Dengan Penyulit Pasien
Jampersal Di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten”. Fakultas MIPA
Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Penelitian Puspita (2013) ini bertujuan memberikan gambaran
mengenai proses pengodean serta prosentase ketepatan diagnosis kasus
persalinan dengan penyulit serta prosentase kesesuaian baik diagnosis
maupun kode diagnosis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan
fenomenologi. Subyek pada penelitian ini adalah petugas coding rawat
inap, sedangkan objek penelitian ini adalah berkas rekam medis rawat inap
persalinan dengan penyulit. Teknik pengambilan data: observasi,
wawancara dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian Puspita (2013) adalah kesesuaian diagnosis antara
rawat jalan dan rawat inap mencapai 100%. Pelaksanaan pengodean di
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sudah sesuai dengan SPO yang ada
dengan menggunakan ICD-10, ICD-9CM serta “buku pintar”, tingkat
ketepatan kode untuk rawat jalan mencapai 58,06%, untuk rawat inap
yaitu tindakan 94,23%, metode melahirkan 86,36%, penyulit 62,71% serta
outcome delivery 11,36%, prosentase kesesuaian kode antara rekam medis
rawat inap dengan lembar INA CBG’s mencapai 77,06% untuk tindakan,
70,45% untuk metode melahirkan dan 51,72% untuk penyulit.
11
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Puspita (2013) terletak
pada metode penelitian dan teknik pengambilan data. Penelitian Puspita
(2013) menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Teknik pengambilan data: observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Puspita (2013) yaitu tujuan
penelitian. Penelitian ini bertujuan Mengetahui ketepatan kode ICD-10
pada kasus persalinan pasien rawat inap pada triwulan I di RSUD
Prambanan. Sedangkan penelitian Puspita (2013) bertujuan memberikan
gambaran mengenai proses pengodean serta prosentase ketepatan
diagnosis kasus persalinan dengan penyulit serta prosentase kesesuaian
baik diagnosis maupun kode diagnosis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten.
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Prambanan
1. Sejarah RSUD Prambanan
Rumah sakit umum daerah prambanan terletak di Jl. Prambanan
Piyungan Km.7 Dusun Delegan, Desa Sumberharjo, Kecamatan
Prambanan Kabupaten Sleman. Rumah sakit umum Daerah Prambanan
berdiri pada akhir tahun 2009 berdasarkan surat ijin Bupati Sleman
Nomor: 503/2316/DKS/2009 tentang izin penyelenggraan sementara
Rumah Sakit Umum Daerah Prambanan. Kemudian diperkuat dengan
terbitnya peraturan daerah kabupaten sleman Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Pemerintahan Kabupaten Sleman.
2. Struktur Organisasi RSUD Prambanan
Rumah Sakit Umum Daerah Prambanan merupakan lembaga
organisasi pelayanan kesehatan dipimpin oleh Direktur (Esselon III)
dengan tiga pejabat struktural, yaitu Kepala Sub. Bagian Tata Usaha,
kepala seksi pelayanan medis dan keperawatan, dan kepala seksi
pelayanan penunjang dan sarana pelayanan kesehatan.
Struktur Rumah Sakit Umum Daerah Prambanan sesuai Peraturan
Bupati Sleman Nomor 49 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan
Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Prambanan adalah :
31
Gambar 2 Bagan Struktur Organisasi RSUD Prambanan
Sumber: Profil RSUD Prambanan tahun 2015
3. Visi dan Misi RSUD Prambanan
a. Visi
Visi merupakan tujuan jangka panjang yang akan dicapai oleh RSUD
Prambanan adalah ”Menjadi Rumah Sakit Pilihan Masyarakat”.
b. Misi
Untuk mewujudkan visi yang telah dirumuskan tersebut, maka telah
pula dirumuskan empat pernyataan misi RSUD Prambanan yaitu:
1) Memberikan Pelayanan Kesehatan secara paripurna sesuai standar;
2) Meningkatkan profesionalisme petugas;
3) Mewujudkan manajemen kinerja yang akuntabel;
4) Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai.
32
B. Hasil Pengamatan
1. Prosentase ketepatan kode ICD-10 pada kasus persalinan pasien rawat
inap pada triwulan I di RSUD Prambanan
Berdasarkan hasil studi dokumentasi ketepatan kode ICD-10 pada
kasus persalinan dikelompokkan ke dalam beberapa kategori yaitu
kategori A sampai F dengan sampel 40 berkas rekam medis pasien rawat
inap triwulan I, yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Prosentase Ketepatan kode ICD-10 Pada Kasus Persalinan
RSUD Prambanan
Kategori Jumlah Prosentase
A 0 0%
B 9 22,5%
C 0 0%
D 7 17,5%
E 10 25%
F 14 35%
Total 40 100%
Sumber: Data Primer Di Instalasi Rekam Medis
22,5%17,5%
35%
25%
0%0%0%
10%
20%
30%
40%
A B C D E F
A
B
C
D
E
F
Gambar 3 Prosentase Ketepatan Kode ICD-10 Pada Kasus Persalinan
Pasien Rawat Inap Triwulan I RSUD Prambanan
33
Berdasarkan gambar 3 prosentase tertinggi pada kriteria F yaitu 35%
kriteria F merupakan kriteria yang tidak termasuk dalam kriteria A sampai
kriteria E. Berdasarkan hasil studi dokumentasi pada berkas rekam medis
kriteria F memiliki prosentase tertinggi disebabkan ketepatan kode hanya
pada metode persalinan. Hasil analisis lebih mendalam untuk kategori F
dapat dilihat pada tabel 4.2 dan gambar 4 tentang prosentase ketepatan
kode kondisi ibu dan janin serta metode persalinan pada kategori F.
Tabel 4.2 Prosentase Ketepatan Kode Kondisi Ibu dan Janin, Metode
Persalinan Pada Kategori F
Kriteria Jumlah Prosentase
I Kondisi tidak tepat 3 karakter 0 0%
II Kondisi tidak tepat 4 karakter 19 57,57%
III Kondisi tidak tepat sama sekali
tetapi metode persalinan tepat 4
karakter
9 27,27%
IV Kondisi ibu dan janin tidak tepat
sama sekali tetapi metode
persalinan tepat 3 karakter
5 15,15%
0%
57,57%
15,15%
27,27%
I
II
III
IV
Gambar 4 Prosentase ketepatan kode kondisi ibu dan janin, Metode
Persalinan Pada Kriteria F
Sedangkan prosentase terendah pada gambar 4 terdapat pada kategori A
dan C. Kategori A dan C merupakan kriteria dengan kondisi ibu dan janin,
34
metode persalinan dan outcome of delivery terkode tepat 4 karakter.
Berdasarkan hasil studi dokumentasi petugas belum mengode outcome of
deliver atau Z37.-.
Menurut petugas coding rawat inap, petugas belum mengode outcome
of delivery atau Z37.- karena pada RMK (lembar ringkasan masuk keluar)
tidak tertulis diagnosis. Berikut merupakan kutipan wawancara dengan
responden:
Berdasarkan hasil studi dokumentasi dalam pengkodean, petugas
mengode diagnosis disproporsi kepala panggul (DKP) dengan dilakukan
tindakan dengan kode O33.9. Diagnosi letak lintang dengan dilakukan
tindakan dengan kode O32.1 dan gemelli preskep presbobo dengan
dilakukan tindakan dengan kode O30.0 serta petugas mengode SC elektif
atau SC dengan kode O82.1
Menurut petugas coding rawat inap dalam menentukan kode metode
persalinan petugas hanya melihat pada lembar ringkasan keluar. Berikut
kutipan wawancara dengan responden:
“Kalo itu aku sesuai dari dokter dek, kan dokter tulis e sc e (SC
Emergency) ato sc biasa to, dari itu ringkasan masuk keluar kan ada to
dek, dari itu aja sih”.
Responden
“Karena di RMK (Ringkasan Masuk Keluar) nya belum tertulis”.
Responden
35
Sedangkan menurut koordinator rekam medis, dalam menentukan kode
metode persalinan petugas melihat lembar resume, serta melihat pada
lembar lain seperti RMK(ringkasan masuk keluar), dan catatan dokter.
Berikut kutipan wawancara dengan triangulasi:
Berdasarkan hasil pengamatan dalam pengodean kasus persalinan,
petugas menetapkan lead term kemudian mencari diagnosis tersebut
dengan menggunakan ICD-10 elektronik. Petugas juga melihat lembar lain
seperti catatan dokter, lembar resume. Setelah mendapatkan kode
terkadang petugas merujuk pada volume 1.
2. Faktor penyebab ketidaktepatan kode ICD-10 pada kasus persalinan pasien
rawat inap pada triwulan I di RSUD Prambanan.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada petugas
coding rawat inap dan melakukan triangulasi kepada koordinator rekam
medis, berikut ini merupakan faktor penyebab ketidaktepatan:
a. Dokter
Berdasarkan hasil pengamatan masih ditemukan rekam medis yang
belum terisi lengkap seperti diagnosis pada lembar ringkasan masuk
keluar dan ketidaklengkapan pengisian pada lembar persalinan.
Menurut petugas coding rawat inap, di RSUD Prambanan Faktor
ketidaklengkapan disebabkan beban kerja dari bangsal banyak,
“Di resume nya biasanya untuk, ya untuk dasar kita koding biasanya
diresume nya kalo gak jelas liat dilembar lain biasanya rmk (ringksan
masuk keluar), catatan dokter instruksinya kan ada”.
Triangulasi
36
kebutuhan kerja, tidak semua dokter selalu ada di RSUD Prambanan.
Berikut merupakan kutipan wawancara dengan responden:
Menurut koordinator rekam medis, faktor ketidaklengkapan
pengisian diagnosis adalah kesibukan dokter dan yang mempunyai
tanggung jawab dalam mengisi rekam medis adalah dokter. Berikut
merupakan kutipan wawancara dengan triangulasi:
b. Belum dilaksanakan evaluasi/audit coding
Berdasarkan hasil wawancara, petugas coding rawat inap
menyarankan untuk menanyakan kepada koordinator rekam medis.
Berikut kutipan wawancara dengan responden:
“Ya itu perlunya kerja sama ya dek ya, dari semua petugas medis e,
mungkin saling mengingatkan gitu. Faktor ketidaklengkapan
mungkin beban kerja dari bangsal banyak, beban kerja terus
kebutuhan kerja, terus mungkin dokternya juga tidak setiap hari
praktek to dek”. Responden
“Kalo itu kan yang sebenernya kan yang harus menulis kan dokter
dek, jadi ya mungkin. Gak menyalahkan sih mungkin kesibukan
dokter utamanya, dia cuman nulis saja karna kesibukan sih
biasanya kesibukan dari dokter yang harus nya menulis, mungkin
kesibukan sih, faktor kesibukan”.
Triangulasi
“Maksudnya dek? Coba sama pak.......(koordinator rekam medis)”
Responden
37
Menurut koordinator rekam medis, di RSUD Prambanan belum
pernah dilaksanakan evaluasi/audit coding baik dari rumah sakit
maupun dari luar. Berikut kutipan wawancara dengan triangulasi:
C. Pembahasan
1. Prosentase ketepatan kode ICD-10 pada kasus persalinan pasien rawat
inap pada triwulan I di RSUD Prambanan
Menurut WHO(2010), Kehamilan, persalinan dan masa nifas pada
ICD-10 terdapat pada BAB XV (O00-O99) yang menjelaskan tentang
kondisi ibu dan metode persalinan dan masa nifas. Kode diagnosis pada
kasus persalinan terdiri dari 3(tiga) yaitu
a. Kondisi Ibu dan Janin tepat sesuai 4 karakter (O30.0-O75.9)
b. Metode Persalinan tepat sesuai 4 karakter (O80.0-O84.9)
c. Outcome of Delivery tepat sesuai 4 karakter (Z37.0-Z37.9)
Menurut WHO(2010), Kode outcome of delivery ini untuk digunakan
sebagai kode tambahan untuk mengidentifikasi hasil persalinan dari rekam
medis ibu.
Berdasarkan Gambar 4 kriteria F memiliki prosentase tertinggi karena
kode kondisi ibu dan janin tidak tepat sampai karakter ke 4 dan metode
persalinan hanya tepat sampai karakter ke 3.
“Dari luar apa dari dalem (rumah sakit pramaban)? Belum pernah
(dilakukan evaluasi)”.
Triangulasi
38
Contoh diagnosis: Letak lintang G2 P1 A0 hamil 40 minggu dengan kode
O32.2
SC elektif dengan kode O82.1
Kode letak lintang seharusnya dikode dengan O64.1 karena diketahui saat
akan persalinan dan dilakukan tindakan, SC Elektif seharusnya dengan
kode O82.0
Berdasarkan hasil studi dokumentasi analisis ketidaktepatan kode yaitu
sebagai berikut:
a. Petugas mengode disproporsi kepala panggul (DKP) dengan dilakukan
tindakan dengan kode O33.9 sedangkan menurut WHO(2010) DKP
dengan dilakukan tindakan dikode dengan O65.4 karena kondisi ibu
atau komplikasi yang diketahui saat akan persalinan. Sedangkan O33
perawatan ibu untuk disproporsi yang diketahui atau diduga, sebagai
alasan untuk observasi sebelum persalinan dimulai. Seharusnya
petugas mengode diagnosis DKP dengan O65.4
b. Petugas mengode letak lintang dengan dilakukan tindakan dengan
kode O32.1 sedangkan menurut WHO(2010) letak lintang dengan
tindakan dikode O64.1 karena kondisi ibu atau komplikasi yang
diketahui saat akan persalinan. Sedangkan O32 perawatan ibu untuk
malpresentasi janin yang diketahui atau diduga sebagai alasan untuk
observasi sebelum persalinan dimulai. Seharusnya petugas mengode
diagnosis letak lintang dengan O64.1
39
c. Petugas mengode gemelli preskep presbo dengan tindakan di kode
O30.0 sedangkan menurut WHO (2010) gemelli preskep presbo
dilakukan tindakan di kode dengan O64.5 karena kondisi ibu atau
komplikasi yang diketauhui saat akan persalinan. Sedangkan O30
kehamilan kembar. Seharusnya petugas mengode diagnosis gemeli
preskep presbo dengan O65.4
d. Petugas mengode SC elektif atau SC dengan kode O82.1. sedangkan
menurut WHO(2010) SC elektif dikode dengan O82.0 dan SC dikode
dengan O82.9. sedangkan O82.1 SC emergency. Seharusnya petugas
mengode diagnosis SC elektif dengan O82.0 dan SC dengan O82.9
Berdasarkan hasil pengamatan dalam pengodean kasus persalinan,
petugas menetapkan lead term kemudian mencari diagnosis tersebut
dengan menggunakan ICD-10 elektronik. Petugas juga melihat lembar lain
seperti catatan dokter, lembar resume. Setelah mendapatkan kode
terkadang petugas merujuk pada volume 1. Sedangkan menurut
WHO(2010) prosedur pengodean yaitu memverivikasi kesesuaian nomor
kode yang dipilih dengan melihat daftar tabular (tabular list) dan
memperhatikan kode tiga karakter di index dengan sedikit di posisi
keempat berarti bahwa ada karakter keempat yang ditemukan dalam
volume 1.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan di RSUD Prambanan untuk
pengodean untuk kasus persalinan, petugas hanya mengode diagnosis
kondisi ibu dan janin serta metode persalinan. Dan belum mengode
40
outcome of delivery. Sedangkan menurut WHO(2010) coding kasus
persalinan terdiri dari kondisi ibu dan janin, metode persalinan dan
outcome of delivery. Ketepatan kode-kode tersebut sangat penting karena
digunakan dalam pembuatan laporan morbiditas dan mortalitas. Selain itu
kode outcome of delivery juga digunakan untuk mengetahui angka
kelahiran dan kematian bayi di rumah sakit.
2. Faktor penyebab ketidaktepatan kode ICD-10 pada kasus persalinan pasien
rawat inap pada triwulan I di RSUD Prambanan
a. Dokter
Menurut Hatta(2013), Penetapan diagnosis seseorang pasien
merupakan kewajiban, hak dan tanggung jawab dokter (tenaga medis)
yang terkait tidak boleh diubah oleh karenanya diagnosis yang ada
dalam rekam medis diisi dengan lengkap dan jelas sesuai arahan yang
ada pada buku ICD-10.
Menurut Hatta(2013) Pengodean yang akurat diperlukan rekam
medis pasien yang lengkap. Rekam medis harus memuat dokumen
yang akan dikode, seperti RM1, lembar operasi, dan resume pasien
keluar.
Berdasarkan hasil pengamatan di RSUD Prambanan masih
ditemukan rekam medis yang belum terisi lengkap seperti diagnosis
pada lembar ringkasan masuk keluar dan ketidaklengkapan pada
lembar persalinan. Faktor ketidaklengkapan disebabkan beban kerja
41
dari bangsal banyak, kebutuhan kerja, tidak semua dokter selalu ada di
RSUD Prambanan.
b. Belum dilaksanakan evaluasi/audit coding
Menurut Hatta(2013), audit pengodean diagnosis adalah proses
pemeriksaan pendokumentasian rekam medis untuk memastikan
bahwa proses pengodean dan hasil pengodean diagnosis yang
dihasilkan adalah akurat, presisi dan tepat waktu sesuai dengan aturan,
ketentuan, kebijakan dan perundang-undangan yang berlaku.
Di RSUD Prambanan hasil pengodean dari petugas coding belum
pernah dilaksanakan evaluasi/audit coding baik dari dalam maupun
dari luar rumah sakit.
D. Keterbatasan
Peneliti tidak dapat melakukan wawancara dengan dokter karena
kesibukan dokter.
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ketepatan kode ICD-10 pada kasus persalinan pasien rawat inap pada
triwulan I di RSUD Prambanan masih kurang baik, karena dari ketiga
kriteria kode yang harus ada pada kode persalinan belum satupun tepat dan
lengkap karena petugas tidak mengikuti prosedur dalam pengodean.
2. Faktor penyebab ketidaktepatan kode ICD-10 pada kasus persalinan pasien
rawat inap pada triwulan I di RSUD Prambanan yaitu pengisian rekam
medis terkait diagnosis kasus persalinan oleh dokter masih belum lengkap,
dan belum pernah dilaksanakan evaluasi atau audit coding.
B. Saran
1. Sebaiknya petugas mengikuti prosedur dalam pengodean khususnya
mengcroscek ulang hasil kode yang sudah ditemukan pada ICD-10
Volume 1 untuk memastikan ketepatan kodenya.
2. Sebaiknya petugas mengkonfirmasi kepada dokter apabila terdapat rekam
medis yang belum lengkap khususnya diagnosis yang terkait persalinan
dan sebaiknya dilaksankan evaluasi atau audit coding.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelhak, M. Grostik, S.Hanken, M.A. (2001). Health Information of A Strategic
Resource 2 nd Edition. Stunders: Philadelphia
Arum, Ika Yulianawati. (2011). Ketepatan Kode Diagnosis Pemeriksaan
Kehamilan dengan ICD-10 Di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang.
Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada (tidak dipublikasikan).
Brianne, Restusa Valensia. (2013). Keakurtan Kode Diagnosis Pada Lembar
Ringkasan Masuk dan Keluar Pasien Obstetri dan Ginekologi Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada
Yogyakarta (tidak dipublikasikan).
Dorland, Newman. (2011). Kamus Saku Kedokteran DORLAND. Jakarta:ECG
Medical Publisher
Hatta, Gemala. (2013). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Disarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia
Ismainar, Hetty. (2015). Administrasi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Deepublish
Moleong, J.Lexy. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam
Medis
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Perekam Medis
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Sistem Indonesia Case Base Group (INA-CBG’s)
Puspita, Diah Ardiana. (2013). Analisis Ketepatan Kode Diagnosis dan Tindakan
Kasus Persalinan dengan Penyulit Pasien Jampersal Di RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten. Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada
Yogyakarta (tidak dipublikasikan).
Sugiyono. (2015). Memahami Penelitian Kesehatan. Bandung: Alfabeta
Swarjana, I Ketut. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta. CV
Andi Offset
Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
WHO. (2010). Intetnational Statistical Classification Of Diseases and Relathed
Health Problem Tenth Revision. Genewa: World Health Organization