38
1 I. PENDAHULUAN Persoalan lingkungan merupakan isu yang semakin menarik untuk dibahas seiring dengan berkembangnya bisnis usaha. Pentingnya kelestarian lingkungan hidup (alam) telah menjadi agenda utama bagi semua pelaku bisnis di berbagai sektor. Dewasa ini dunia perekonomian mulai merambat ke arah ramah lingkungan seperti yang dikenal dengan ekonomi hijau (green economy) pada umumnya dan akuntansi lingkungan atau akuntansi hijau (green accounting) pada khususnya. Di Indonesia sendiri perekonomian telah diarahkan kepada ekonomi hijau sejak Juni 2012. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Konferensi Tingkat Tinggi Rio+20 menyatakan akan membawa perubahan dalam perilaku ekonomi yang serakah menuju ekonomi hijau. Indonesia juga akan berperan aktif untuk mewujudkan tata akuntansi hijau dalam pembangunan berkelanjutan dan juga untuk menghapus tingkat kemiskinan (Lako, 2012[a]). Keseriusan ini kemudian ditandai salah satunya dengan hadirnya Peraturan Presiden No. 16, Tahun 2012 mengenai Rencana Umum Penanaman Modal yang di dalam pendahuluannya pada paragraf ke 7 diungkapkan “Dalam RUPM juga ditetapkan bahwa arah kebijakan pengembangan penanaman modal harus menuju program pengembangan ekonomi hijau (green economy), dalam hal ini target pertumbuhan ekonomi harus sejalan dengan isu dan tujuan-tujuan pembangunan lingkungan hidup, yang meliputi perubahan iklim, pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati dan pencemaran lingkungan serta penggunaan energi baru dan terbarukan”.

Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

1

I. PENDAHULUAN

Persoalan lingkungan merupakan isu yang semakin menarik untuk dibahas

seiring dengan berkembangnya bisnis usaha. Pentingnya kelestarian lingkungan

hidup (alam) telah menjadi agenda utama bagi semua pelaku bisnis di berbagai

sektor. Dewasa ini dunia perekonomian mulai merambat ke arah ramah

lingkungan seperti yang dikenal dengan ekonomi hijau (green economy) pada

umumnya dan akuntansi lingkungan atau akuntansi hijau (green accounting) pada

khususnya.

Di Indonesia sendiri perekonomian telah diarahkan kepada ekonomi hijau

sejak Juni 2012. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Konferensi Tingkat

Tinggi Rio+20 menyatakan akan membawa perubahan dalam perilaku ekonomi

yang serakah menuju ekonomi hijau. Indonesia juga akan berperan aktif untuk

mewujudkan tata akuntansi hijau dalam pembangunan berkelanjutan dan juga

untuk menghapus tingkat kemiskinan (Lako, 2012[a]). Keseriusan ini kemudian

ditandai salah satunya dengan hadirnya Peraturan Presiden No. 16, Tahun 2012

mengenai Rencana Umum Penanaman Modal yang di dalam pendahuluannya

pada paragraf ke 7 diungkapkan “Dalam RUPM juga ditetapkan bahwa arah

kebijakan pengembangan penanaman modal harus menuju program

pengembangan ekonomi hijau (green economy), dalam hal ini target pertumbuhan

ekonomi harus sejalan dengan isu dan tujuan-tujuan pembangunan lingkungan

hidup, yang meliputi perubahan iklim, pengendalian kerusakan keanekaragaman

hayati dan pencemaran lingkungan serta penggunaan energi baru dan terbarukan”.

Page 2: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

2

Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi hijau, usaha

pemerintah ditunjukkan dengan adanya program khusus yang diadakan oleh

Kementrian Negara Lingkungan Hidup untuk mendorong perusahaan dalam

menata pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen informasi. Program ini

dikenal sebagai PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) yang

kriterianya disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan (Lampiran, Tabel

1), di mana penghargaan yang diberikan dapat mendorong perusahaan untuk taat

terhadap peraturan lingkungan hidup dan mencapai keunggulan lingkungan

(http://www.menlh.go.id).

Sebagai dampak dari perubahan menuju ekonomi hijau ini, maka akuntansi

pun perlu diperbaharui menjadi akuntanasi hijau. Selama ini sejumlah pihak

menuding bahwa akuntansi dan para akuntan merupakan sebab terjadinya krisis

sosial dan lingkungan. Laporan akuntansi hanya menyajikan informasi finansial

yang terkait dengan pembentukan modal serta keuntungan, sementara informasi

yang menyangkut sosial (people) dan lingkungan (planet) dikesampingkan. Hal

inilah yang kemudian dianggap menyesatkan bagi para pengguna laporan

keuangan dan juga bagi pengambil keputusan (Lako, 2012[a]).

Saat ini belum banyak terdapat perusahaan yang menyajikan tanggung

jawabnya terhadap lingkungan hidup di dalam laporan keuangan. Hal ini mungkin

disebabkan karena perusahaan masih kurang paham akan pentingnya kelestarian

lingkungan hidup, atau terlalu mempertimbangkan unsur biaya dan manfaat (cost

and benefit) yang diperoleh apabila menyajikan aspek lingkungan hidup dalam

laporan keuangan. Perusahaan yang mencantumkan unsur lingkungan hidup

Page 3: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

3

dalam laporan keuangannya masih bersifat sukarela (http://repository.unhas.ac.id).

Belum adanya kerangka konseptual maupun standar akuntansi yang berbau

akuntasi lingkungan juga menjadi salah satu penyebab mengapa perusahaan masih

belum berpartisipasi penuh dalam mengungkapkan aspek lingkungan hidup dalam

laporan keuangnnya (Lako, 2012[a]).

Perekonomian di Indonesia salah satunya ditunjang oleh adanya sektor

pariwisata. Kepariwisataan menjadi sektor yang memberikan dampak besar

terhadap pertumbuhan ekonomi. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Sub-

Direktorat (Kasubdit) Satistik Pariwisata BPS, Eko Marsono dalam

http://www.suarapembaruan.com, 2012, “saat ini sektor yang paling besar

mendapatkan nilai tambah PDB dari pariwisata adalah hotel yang mencapai

95,13%”. Menurut Siaran Pers Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam

http://www.parekraf.go.id, 18 Maret 2014, dalam beberapa tahun terakhir sektor

pariwisata memberikan kontribusi yang semakin besar terhadap perekonomian

nasional. Hal ini terbukti pada saat perekonomian nasional mengalami krisis

global di tahun 2013 ketika penerimaan ekspor mengalami penurunan yang tajam,

namun sektor pariwisata mengalami peningkatan kontribusi dari 10% menjadi

17% dari total ekspor barang dan jasa Indonesia. Hal ini menjadikan sektor

pariwisata menjadi penyumbang terbesar devisa yaitu dari peringkat 5 menjadi

peringkat 4 dengan penghasilan devisa sebesar 10 milyar USD. Kontribusinya

secara langsung terhadap PDB mencapai 3,8% dan apabila memperhitungkan efek

penggandaanya, kontribusi pariwisata pada PDB mencapai sekitar 9%.

Penyerapan tenaga kerja pada sektor pariwisata mencapai 10,18 juta orang atau

Page 4: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

4

8,9% dari total jumlah pekerja, menjadikannya sektor pencipta tenaga kerja

terbesar keempat.

Bali merupakan salah satu tujuan wisata favorit tidak hanya di Indonesia

saja namun juga di seluruh dunia. Bali konsisten untuk menjadikan sektor

pariwisata sebagai sektor andalan diantaranya adalah industri perhotelan

(http://bali.bps.go.id). Menurut Manajer Skyscanner, Ira Noviani dalam

http://www.lensaindonesia.com, Bali merupakan salah satu kota (selain Jakarta

dan Surabaya) yang tercatat sebagai tujuan wisata yang banyak dicari wisatawan.

Skyscanner sendiri merupakan sebuah situs pencarian perjalanan terkemuka yang

dapat mencatat temuan-temuan penting dari dunia pariwisata. Sebagai contoh,

Skyscanner dapat mengetahui wilayah mana saja yang sedang menjadi tujuan

wisata favorit pada kurun waktu tertentu, yang diketahui melalui pencarian tiket

murah melalui penggunaan aplikasi Skyscanner. Sama halnya dengan yang

diungkapkan oleh Putri Indonesia, Nabilla Shabrina dalam

http://www.beritasatu.com bahwa Bali merupakan salah satu sektor pariwisata

Indonesia yang dikenal dunia yang menjadi salah satu sektor penyumbang devisa

terbesar Indonesia.

Untuk menanggapi perubahan menuju ekonomi hijau yang pada akhirnya

menerapkan akuntansi hijau dalam laporan keuangan, penelitian ini terlebih

dahulu ingin melihat apakah industri perhotelan di Propinsi Bali sebagai salah

satu sektor yang menunjang perekonomian Indonesia, siap dalam menghadapi

perubahan menuju akuntansi hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kesiapan industri perhotelan terhadap lingkungan hidup untuk selanjutnya dapat

Page 5: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

5

melangkah menuju akuntansi hijau. Penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikan manfaat kepada industri perhotelan mengenai pentingnya tindakan

berdasarkan inisiatif terhadap lingkungan hidup untuk mendukung

berlangsungnya usaha yang berkelanjutan dalam era akuntansi hijau. Bagi para

akademisi, diharapkan dapat memberikan referensi untuk melakukan penelitian

yang sama selanjutnya. Bagi peneliti sendiri, diharapkan dapat memberikan

pemahaman mengenai akuntansi hijau dan juga mengenai pengelolaan lingkungan

hidup pada industri perhotelan. Bagi para pembaca, diharapkan dapat menambah

wawasan mengenai akuntansi hijau.

II. KAJIAN PUSTAKA

Akuntansi Hijau

Indonesia saat ini sedang melakukan perubahan tatanan

perekonomian yaitu menuju ekonomi hijau. Ekonomi hijau sendiri

merupakan suatu pandangan baru sistem ekonomi yang mengarahkan

design dan implementasi struktur dan proses perekonomian suatu negara

ke arah yang lebih ramah lingkungan dengan mengintegrasikan tujuan dan

aspek-aspek ekonomi dengan aspek lingkungan secara terpadu dan

berkelanjutan. Tujuan dari ekonomi hijau adalah untuk mencegah

eksploitasi ekonomi terhadap aspek-aspek lingkungan yang menjadi pilar

keberlanjutan ekonomi dan bisnis, serta mempunyai sasaran agar

kerusakan lingkungan dapat dicegah, eksploitasi sumber daya alam dan

lingkungan tidak terjadi secara serakah dan daya dukung alam terhadap

Page 6: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

6

aktivitas perekonomian dan bisnis tetap kuat dan berkelanjutan. Di dalam

perekonomian, hal ini tentu saja memberikan dampak bagi perlakuan

akuntansi, sehingga seiring dengan berkembangnya perubahan menuju

ekonomi hijau, maka dikenallah akuntansi hijau (Lako,2012[b]).

Akuntansi Hijau adalah suatu paradigma baru dalam bidang

akuntansi yang menganjurkan bahwa fokus dari proses akuntansi tidak

hanya tertuju pada transaksi keuangan untuk menghasilkan laporan laba

atau rugi suatu entitas korporasi, melainkan juga pada transaksi-transaksi

atau peristiwa sosial (people) dan lingkungan (planet). Tujuan umum

pelaporan dari akuntansi hijau adalah agar para pemangku kepentingan

dapat mengetahui secara utuh informasi tentang kualitas manajemen dan

perusahaan dalam pengelolaan bisnis dan ramah lingkungan. Serta tujuan

khususnya adalah agar para stakeholder mengetahui dan menilai kinerja,

resiko dan prospek suatu korporasi sebelum mengambil keputusan (Lako,

2012[a]).

Kesiapan Industri Perhotelan di Bali Dalam Memasuki Era Akuntansi

Hijau

Menurut Dalem dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Sistem

Manajemen Lingkungan, Tri Hita Karana dan Implementasinya pada

Hotel”, (http://ojs.unud.ac.id), salah satu strategi pencapaian tujuan

mengenai pengelolaan lingkungan hidup adalah dengan penerapan Sistem

Manajemen Lingkungan (SML) atau Environmental Management System

(EMS) yang didasarkan pada filosofi dimensi kehidupan masyarakat Bali

Page 7: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

7

yaitu Tri Hita Karana. Tri Hita Karana mengandung 3 unsur utama yaitu

Parhyangan (hubungan manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan

sesama manusia), serta Pelemahan (hubungan manusia dengan lingkungan

alam). SML menurut ISO 14001 (butir 3.5) didefinisikan sebagai bagian

dari sistem manajemen secara keseluruhan yang termasuk didalamnya

struktur organisasi, aktivitas perencanaan, pertanggung jawaban,

pelaksanaan (practices), prosedur, proses dan sumber daya untuk

pengembangan, implementasi, pencapaian, reviewing, serta

menetapkan/penetapan kebijakan lingkungan. Untuk memudahkan

pelaksanaan SML maka perlu dibentuk Team. Manajemen puncak

haruslah membuak Kebijakan Lingkungan (Environmental Policy). Jika

bukan manajemen puncak yang bertanggung jawab atas kebijakan

lingkungan maka bisa saja hanya sebagian kecil dari operasional

perusahaan yang tersentuh oleh kebijakan berwawasan lingkungan ini.

Diharapkan kebijakan lingkungan ini memiliki dampak yang menyeluruh

apabila manajemen puncak yang bertanggung jawab. Kebijakan ini

haruslah (1) cocok dengan skala dan jenis kegiatan, (2) berisi komitmen

terhadap perbaikan yang berkelanjutan serta pencegahan polusi, (3)

mempunyai komitmen menaati peraturan perundangan yang berlaku, (4)

mempunyai kerangka kerja (frame work) untuk menetapkan (setting) serta

reviewing tujuan (objective) serta target lingkungan yang ingin dicapai, (5)

didokumentasikan, diimplementasikan dan dipertahankan/ditetapkan serta

dikomunikasikan terhadap semua tenaga kerja, (6) terbuka untuk umum

Page 8: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

8

(available to the public-ISO 14001), (7) kebijakan lingkungan harus

mencerminkan keseimbangan antara ketiga unsur Tri Hita Karana. Dalam

perencanaannya, organisasi haruslah membuat dan menetapkan prosedur-

prosedur dalam mengidentifikasi lingkungan dari aktivitasnya. Produk dan

jasa apa saja yang dapat memberikan dampak penting bagi lingkungan,

menjamin bahwa aspek-aspek yang mempunyai dampak lingkungan ini

dimasukkan dalam pertimbangan dalam penetapan tujuan/sasaran

lingkungan (environmental objective). Perlu adanya tanggung jawab serta

otoritas masing-masing pihak yang terdefinisi secara jelas dalam

pengimplementasian rencana kerja. Sehingga dapat didokumentasikan

serta dikomunikasikan agar mampu memfasilitasi manajemen lingkungan

yang efektif. Pihak manajemen harus mampu menyediakan sumber daya

manusia yan mempunyai keterampilan khusus di bidang teknologi dan

finansial.

Sikap atau langkah yang diambil ditandai sebagai dorongan

internal; mengefisiensikan sumber daya, fokus terhadap produktivitas

termasuk didalamnya memotivasi karyawan, mendeteksi dan

meminimalisasikan faktor resiko lingkungan sehingga dapat pula

meminimalisasikan kewajiban/tanggung jawab dari dampak lingkungan

(Morrow & Rondinelli, 2002 dalam Bonilla-Priego et al, 2011).

Secara umum dari semua langkah tersebut adalah untuk membuat

internal perusahaan kuat, dengan harapan mendapatkan reputasi dan citra

perusahaan yang baik. Pentingnya penempatan tanggung jawab kepada

Page 9: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

9

lingkungan oleh pemilik saham, telah memindahkan komunikasi

lingkungan dari sistem sukarela dan tidak teratur ke suatu bagian yang

diharapkan dapat mengambil tindakan yang tepat dan di saat yang

bersamaan juga mampu membuat laporan yang dapat menjunjung tinggi

kredibilitas dan transparan (Bonilla-Priego et al, 2011).

III. METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah orang-orang yang

bekerja/berada dalam manajemen perhotelan yang ada di Propinsi Bali,

khususnya perhotelan yang berada di wilayah Kuta, Kabupaten Badung

dan wilayah Ubud, Kabupaten Gianyar. Populasi diambil di daerah

tersebut karena pada kedua kabupaten ini merupakan daerah yang

memiliki jumlah hotel terbanyak dibandingkan 8 kabupaten lainnya yang

berada di Pulau Bali (Lampiran, Tabel 2). Adapun pertimbangan lain

adalah kriteria hotel yang akan dijadikan penelitian yaitu hotel dengan

kategori golongan bintang 3, bintang 4 dan bintang 5. Dalam penelitian ini

tidak dimasukkannya hotel bintang 1 dan bintang 2 dengan pertimbangan

jumlah hotel bintang 1 dan bintang 2 di wilayah Kuta dan Ubud tidak

terlalu banyak (Lampiran, Tabel 2). Khususnya di Kabupaten Badung,

jumlah hotel bintang 1 yaitu sebesar 13 hotel dan jumlah hotel bintang 2

yaitu sebesar 12 hotel, tidak mencapai 50% dari jumlah hotel bintang 3

yaitu sebesar 32 hotel (jumlah hotel bintang 3 merupakan yang paling

sedikit dibandingkan dengan jumlah hotel bintang 4 dan bintang 5).

Page 10: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

10

Alasan lain yaitu untuk mengurangi populasi dan sampel karena terdapat

keterbatasan akses dalam melakukan penelitian..

Metode sampling adalah dengan menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu sampel yang diambil secara sengaja sesuai dengan

karakteristik tertentu (Mardalis, 2003). Karakteristik sampel dalam

penelitian ini merupakan orang yang bekerja/berada dalam manajemen

perhotelan dan mempunyai kedudukan dalam manajemen hotel serta

mempunyai wewenang dalam mengambil keputusan terhadap hal-hal yang

menyangkut lingkungan khususnya lingkungan hidup. Teknik sampling ini

bertujuan untuk melihat adanya kesiapan dari manajemen hotel dalam

memasuki era akuntansi hijau.

Penelitian ini menggunakan sumber data primer dengan cara

pengisian kuesioner dan wawancara. Kuesioner adalah teknik

pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan

orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang

diperlukan. Sedangkan wawancara merupakan teknik pengumpulan data

yang digunakan untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui

bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat

memberikan keterangan pada peneliti (Mardalis, 2003).

Indikator kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini mengacu

pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bonilla-Priego et al,

2011, di Uni Eropa untuk melihat kemampuan hotel dalam keterlibatannya

Page 11: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

11

didalam pengelolaan lingkungan hidup secara terstruktur untuk

memungkinkan perbaikan kinerja. Dalam penelitiannya tersebut terdapat 3

indikator yaitu ; (1) indikator yang digunakan untuk mengukur orientasi

lingkungan internal, (2) indikator yang digunakan untuk mengukur

orientasi lingkungan eksternal, (3) indikator untuk mengukur strategi dan

manajemen organisasi. Untuk indikator yang ke 3 akan disertakan juga

beberapa variabel pertanyaan secara terpisah mengenai proses manajemen

lingkungan untuk membantu mengukur indikator ini.

Metode pengumpulan dan analisis data yang dilakukan dalam

analisis ini adalah :

1. Langkah awal berupa tahap konseptual, yaitu menentukan indikator

(diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Bonilla-Priego et al, 2011,

di Uni Eropa yang bertujuan untuk melihat kemampuan hotel dalam

keterlibatannya di dalam pengelolaan lingkungan hidup secara

terstruktur untuk memungkinkan perbaikan kinerja) yang terdiri dari

variabel-variabel pertanyaan untuk mengukur orientasi lingkungan

internal dan ekternal serta strategi dan manajemen organisasi (menjadi

3 indikator).

2. Indikator yang terdiri dari variabel-variabel pertanyaan kemudian

disajikan kedalam suatu kuesioner dan diisi oleh responden yang

kriterianya telah ditentukan sebelumnya, yaitu orang yang mempunyai

kedudukan dalam manajemen hotel serta mempunyai wewenang dalam

Page 12: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

12

pengambilan keputusan terhadap hal-hal yang menyangkut lingkungan

hidup.

3. Tiap-tiap variabel pertanyaan yang membentuk indikator kemudian

dinilai sesuai dengan alokasi bobot pertimbangan dari responden

(dengan memberikan nilai antara 1-10, dan apabila dikumulatifkan

jumlahnya = 10).

4. Dari hasil alokasi bobot pertimbangan, kemudian dilakukan

perhitungan rata-rata dari tiap-tiap variabel pertanyaan dan kemudian

dibuat menjadi bentuk prosentase.

5. Dari hasil yang didapatkan dari poin 4, maka dilakukan analisis data

dengan menggunakan statistik deskriptif untuk memaknai data yang

didapat dari hasil penelitian.

6. Untuk mengukur kesiapan dari tiap indikator ;

a. Indikator orientasi internal : apabila prosentase rata-rata memiliki

nilai lebih besar atau sama dengan 17%.

∑ total prosentase indikator 100%

∑ variabel pertanyaan = 3 = 17%

2 2

b. Indikator orientasi eksternal : apabila prosentase rata-rata memiliki

nilai lebih besar atau sama dengan 8%.

∑ total prosentase indikator 100%

∑ variabel pertanyaan = 6 = 8%

2 2

c. Indikator strategi dan manajemen organisasi : apabila orientasi rata-

rata memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 7%.

Page 13: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

13

∑ total prosentase indikator 100%

∑ variabel pertanyaan = 7 = 7%

2 2

7. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam, dilakukan juga

wawancara untuk lebih mendukung data kuantitatif yang telah

didapatkan melalui kuesioner.

IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Kuta dan Ubud adalah daerah tempat pengambilan sampel dalam

penelitian ini. Kuta dikenal sebagai kawasan yang tidak pernah tidur.

Segala bentuk hiburan ditawarkan seperti bar dan venue dengan live music

di sepanjang Jalan Legian, ditambah lagi dengan keindahan alam yang

tersajikan di Pantai Kuta. Berbeda dengan Ubud yang lebih menampilkan

suasana pedesaan dan berhawa sejuk, membuat Ubud menjadi pilihan

utama bagi mereka yang ingin merasakan kentalnya kebudayaan Bali dan

spiritualnya (Amorita et al, 2013).

Deskriptif Hotel dan Responden

Dalam penelitian ini, terdapat 28 responden yang telah melakukan

pengisian kuesioner dan termasuk di dalamnya, sebanyak 12 responden

telah bersedia untuk diwawancara.

Page 14: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

14

TABEL 1

KLASIFIKASI HOTEL MENURUT GOLONGAN BINTANG

BINTANG JUMLAH

(Hotel)

PROSENTASE

3 (Tiga) 1 4%

4 (Empat) 24 86%

5 (Lima) 3 11%

TOTAL 28 100%

SAMPLE PENELITIAN

DESKRIPTIF JUMLAH

(Orang)

PROSENTASE

JENIS

KELAMIN

Pria 19 68%

Wanita 9 32%

TOTAL 28 100%

UMUR

(Tahun)

20-29 6 21%

30-39 11 39%

40-49 8 29%

≥50 3 11%

TOTAL 28 100%

Sumber : hasil olahan data Maret, 2014

Sebagian besar (lebih dari 50%) pengambilan data kuesioner

diperoleh dari hotel bintang 4 (86%). Sebesar 11% berasal dari hotel

bintang 5 dan 4% sisanya berasal dari bintang 3. Apabila dilihat

berdasarkan jenis kelamin, dari 28 responden, prosentase yang paling

tinggi adalah pria, yaitu sebesar 68% dibandingkan dengan yang berjenis

kelamin wanita yang hanya mempunyai prosentase sebesar 32%. Jika

dilihat berdasarkan umur, responden yang berumur antara 20-29 tahun

mempunyai prosentase sebesar 21%, umur 30-39 tahun sebesar 39%

(tertinggi), umur 40-49 tahun sebesar 29% dan yang berumur sama dengan

atau lebih dari 50 tahun mempunyai prosentase sebesar 11%.

Page 15: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

15

Orientasi Lingkungan Internal

Secara umum, industri perhotelan telah melakukan pengelolaan

lingkungan sesuai dengan peraturan perundangan (Lampiran, Tabel 1).

Namun seiring dengan berubahnya praktek ekonomi menjadi ekonomi

hijau, apakah orientasi perusahaan dalam melakukan pengelolaan

lingkungan karena didorong oleh tuntutan hukum yang berlaku, atau

semata-mata untuk penghematan biaya, ataukah memang karena telah

berubah ke arah peduli terhadap lingkungan?

TABEL 2

ORIENTASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP HOTEL SECARA INTERNAL

INDIKATOR PROSENTASE

Tujuan lingkungan hidup dalam

perusahaan didefinisikan dengan

mempertimbangkan kepatuhan hukum.

36%

Tujuan lingkungan hidup dalam

perusahaan didefinisikan dengan

mempertimbangkan aspek lingkungan

hidup yang signifikan.

32%

Motivasi utama penerapan sistem

pengelolaan lingkungan hidup adalah

untuk penghematan biaya.

33%

TOLAK UKUR KESIAPAN 17%

Sumber : hasil olahan data Maret, 2014

Orientasi pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh manajemen

hotel apabila dilihat secara internal, pada umumnya dilakukan hanya untuk

mematuhi hukum mengenai lingkungan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah (prosentase tertinggi sebesar 36%). Hal ini dilakukan untuk

menghindari baik sanksi hukum ataupun sanksi denda, sehingga

mempunyai kaitan erat dengan besarnya prosentase tertinggi kedua

(sebesar 33%) yaitu pengelolaan lingkungan dilakukan dengan

Page 16: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

16

mempertimbangkan penghematan biaya. Selain itu, sesuai dengan hasil

wawancara, dikatakan bahwa manajemen hotel juga melakukan

penghematan biaya dengan cara melakukan daur ulang, seperti contoh

sampah dedaunan dikumpulkan yang kemudian oleh pihak ketiga diolah

kembali menjadi kertas buram yang kemudian digunakan kembali oleh

pihak hotel. Begitu pula dengan pengelolaan limbah cair, dilakukan daur

ulang untuk kembali digunakan pihak hotel untuk menyiram tanaman.

Tidak jauh berbeda dengan hasil prosentase dengan tujuan pengelolaan

lingkungan yang dilakukan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan

yang signifikan (32%), hal ini dikarenakan pihak manajemen hotel juga

harus memperhatikan kebersihan dan kelestarian lingkungan yang berada

di area sekitar hotel, untuk kenyamanan dan kesehatan penduduk yang

bermukim didekat hotel berada. Ketiga indikator mempunyai kapasitas

prosentase yang tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan karena ketiga

indikator saling berkaitan erat. Manajemen hotel melakukan pengelolaan

lingkungan yang didasarkan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, sehingga mendorong mereka untuk melakukan pengelolaan

lingkungan dengan baik dan akan berpengaruh terhadap biaya yang

dikeluarkan untuk pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan yang

berujung kepada keselarasan terhadap kehidupan penduduk di sekitar

hotel.

Page 17: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

17

Orientasi Lingkungan Eksternal

Pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh manajemen hotel

tidak hanya dipertimbangkan oleh faktor internal saja, melainkan juga

faktor eksternal. Pengaruh dari pertimbangan faktor eksternal tidak kalah

pentingnya karena bersangkutan dengan pihak lain/pihak ketiga, baik yang

berhubungan langsung (seperti para pemegang saham, pemberi pinjaman

dan pemasok) maupun yang tidak berhubungan langsung (seperti

masyarakat, organisasi dan pemerintah). Selain strategi manajemen hotel,

pandangan/penilaian pihak ketiga terhadap hotel juga berpengaruh

terhadap keberlanjutan usaha hotel itu sendiri.

TABEL 3

ORIENTASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP HOTEL SECARA EKSTERNAL

INDIKATOR PROSENTASE

Motivasi utama dalam menerapkan sistem

manajemen lingkungan hidup adalah untuk

menanggapi tekanan pasar/pelanggan

21%

Motivasi utama dalam menerapkan sistem

manajemen lingkungan hidup adalah untuk

mendapatkan keuntungan pasar yang kompetitif

18%

Secara teratur mensponsori/berkolaborasi dengan

organisasi-organisasi yang bergerak di bidang

konservasi lingkungan hidup

18%

Menggunakan kebijakan dan tindakan lingkungan

hidup sebagai suatu strategi komersial (label

kualitas lingkungan dan sertifikasi)

14%

Pemasok mempunyai akses kepada kebijakan

lingkungan hidup perusahaan

16%

Tujuan lingkungan hidup diatur dengan

mempertimbangkan pendapat dari pemangku

kepentingan (klien, pemasok, dll)

14%

TOLAK UKUR KESIAPAN 8%

Sumber : hasil olahan data Maret, 2014

Prosentase tertinggi yaitu sebesar 21%, mengatakan bahwa

motivasi utama manajemen hotel dalam menerapkan sistem pengelolaan

Page 18: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

18

lingkungan adalah untuk menanggapi tuntutan dari pelanggan/pasar.

Sebagian besar turis/wisatawan asing memilih berkunjung ke Indonesia

untuk berlibur karena mempunyai ketertarikan terhadap kekayaan ethnik

budaya yang ada. Sebagai contoh, hasil dari salah satu wawancara,

terdapat hotel yang dalam menyajikan makanan kepada pelanggan,

menggunakan piring yang terbuat dari anyaman rotan, dan sebagai alas

makanan diatas piring anyaman rotan tersebut, digunakan potongan daun

pisang yang telah dibersihkan. Hal ini cukup menarik perhatian para

wisatawan. Cara ini dapat membantu manajemen hotel dalam menghemat

bahan kimia seperti sabun untuk mencuci piring, yang akhirnya berujung

kepada penghematan biaya dan dapat mengurangi kadar limbah cair. Cara

lain yang dilakukan oleh manajemen hotel yaitu dengan memperluas

taman yang ditumbuhi pohon-pohon besar yang rindang serta tanaman-

tanaman hias lainnya. Menyediakan fasilitas-fasilitas outdoor yang dapat

memanjakan para pengunjung seperti restoran dan tempat spa. Hal ini

disebabkan karena kebanyakan wisatawan asing menginginkan nuansa

alam, dan mayoritas pengunjung hotel di Provinsi Bali adalah wisatawan

asing.

Prosentase terbesar kedua terdiri dari dua indikator (yaitu sebesar

18%). Motivasi lain mengapa manajemen hotel melakukan pengelolaan

lingkungan adalah untuk mendapatkan keuntungan/keunggulan yang

kompetitif. Bersamaan dengan dilakukannya aktivitas ramah lingkungan

bersama pihak ketiga (mensponsori/berkolaborasi).

Page 19: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

19

Segala bentuk bisnis usaha pasti mempunyai tantangan baik dari

dalam maupun luar, yang memaksa suatu bisnis ini membentuk strategi

agar dapat bertahan dan bersaing. Begitu pula dengan bisnis perhotelan.

Tantangan terbesar adalah bagaimana mereka dapat mempertahankan dan

bersaing dalam menyediakan pelayanan jasa kepada para

pengunjung/pelanggan. Berkaitan dengan indikator yang mempunyai

prosentase tertinggi pertama yaitu menanggapi tekanan pasar/pelanggan,

maka manajemen perhotelan perlu melakukan strategi, dalam hal ini

adalah bidang pengelolaan lingkungan, secara internal maupun eksternal.

Secara internal seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan indikator

prosentase tertinggi pertama yaitu dengan meningkatkan mutu dan kualitas

baik dalam pelayanan maupun fasilitas, dan secara eksternal yaitu dengan

melakukan kolaborasi/kerjasama dengan pihak ketiga yang bergerak di

bidang lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara, manajemen hotel juga

bekerjasama dengan masyarakat setempat, bersama-sama menjaga

kebersihan dan kerapihan lingkungan sekitar hotel dan daerah tempat

masyarakat bermukim. Pihak hotel sendiri sering melakukan kegiatan-

kegiatan seperti penanaman pohon dan juga pembersihan sampah sekitar

pantai yang dilakukan baik bersama organisasi yang bergerak di bidang

kepedulian lingkungan hidup dan juga masyarakat. Hal ini rutin dilakukan

biasanya dua kali dalam setahun.

Prosentase terbesar ketiga (16%) yaitu pemasok mempunyai akses

terhadap kebijakan perusahaan dalam hal pengelolaan lingkungan.

Page 20: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

20

Pemasok merupakan penyedia baik barang maupun jasa. Penyedia barang

seperti bahan-bahan makanan tentu saja harus memperhatikan standarisasi

dari pihak hotel. Penyedia berupa jasa, seperti outsourcing tenaga kerja

keamanan (security) atau kebersihan (cleaning service) dianggap penting

untuk dapat mengetahui kebijakan pengelolaan lingkungan yang diatur

oleh manajemen hotel, terutama cleaning service. Namun demikian, pihak

outsourcing sendiri telah mempunyai kriteria atau standar tertentu atau

bahkan sama dengan pihak manajemen hotel, sehingga tidak sulit untuk

menyesuaikan dengan kriteria atau standar dari pihak hotel, apabila

terdapat perbedaan. Inilah sebabnya indikator ini tidak mempunyai

prosentase yang terlalu tinggi.

Indikator yang mempunyai prosentase paling sedikit, yaitu sebesar

14% terdiri dari 2 indikator, yaitu menggunakan kebijakan dan tindakan

pengelolaan lingkungan sebagai suatu strategi komersial (untuk

mendapatkan penghargaan, label kualitas ataupun sertifikasi), dan tujuan

lingkungan diatur dengan mempertimbangkan pendapat dari pemangku

kepentingan (seperti klien dan pemasok). Kebanyakan manajemen hotel

memberi penilaian paling sedikit atas kedua indikator ini. Mereka

menganggap bahwa pengelolaan lingkungan yang dilakukan tidak

bertujuan untuk hal yang bersifat komersial. Begitu juga dengan

pertimbangan pendapat dari pemangku kepentingan. Pihak manajemen

hotel menganggap bahwa pengelolaan lingkungan merupakan kesadaran

yang memang mutlak dilakukan dalam menjalankan usahanya. Namun

Page 21: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

21

demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa tiap-tiap hotel tetap berkeinginan

untuk mengikuti program-program, khususnya program lingkungan, yang

kemudian menghasilkan sebuah pengakuan baik berupa penghargaan

maupun sertifikasi. Hal ini secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai

penunjang daya jual hotel itu sendiri. Demikian halnya dengan pendapat

dari pemangku kepentingan. Dari segi pengelolaan lingkungan sendiri

mungkin mempunyai kapasitas yang lebih sedikit untuk dijadikan

pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan bagi pihak manajemen

hotel untuk dimasukkan ke dalam kebijakan pengelolaan lingkungan,

namun walau bagaimanapun, pihak manajemen sendiri harus tetap

memperhitungkan pendapat dari pemangku kepentingan untuk

keberlangsungan usaha.

Strategi dan Manajemen Organisasi

Item ini untuk mengukur bagaimana manajemen hotel

berkomunikasi secara internal dalam melakukan pengelolaan lingkungan,

sebagai suatu proses dan strategi dalam melakukan pengelolaan

lingkungan. Tabel 4 merupakan pengukuran mengenai “Proses

Manajemen Lingkungan” yang terdapat dalam manajemen hotel. Hal ini

untuk menilai apakah telah terdapat manajemen/divisi tersendiri untuk

menangani persoalan lingkungan. Dan dari ke 6 komponen pertanyaan ini

selanjutnya akan digunakan (digabung dan dibuat menjadi satu indikator,

yaitu indikator Proses Manajemen Lingkungan) untuk mengukur Strategi

dan Manajemen Organisai pada Tabel 5.

Page 22: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

22

TABEL 4

PROSES MANAJEMEN LINGKUNGAN HIDUP

INDIKATOR JAWABAN +1 +0 Total JAWABAN

Apakah ada orang yang bertanggung jawab

terhadap manajemen lingkungan hidup?

+1 apabila Ya

+0 apabila Tidak

24 4 28 0,86

Ada berapa tingkat manajemen diantara

manajer lingkungan hidup dengan

manajer umum hotel?

4 - jumlah tingkat manajemen

Max. 3 point

Min. 0 point

6* 0* 0* 0,21

Apakah manajer lingkungan hidup

merupakan bagian dari tim manajemen

hotel?

+1 apabila Ya

+0 apabila Tidak

26 2 28 0,93

Apakah ada komite lingkungan hidup di

hotel?

+1 apabila Ya

+0 apabila Tidak

15 13 28 0,54

Siapa yang memutuskan tujuan pengelolaan

lingkungan hidup?

+1 jika dilakukan oleh komite

manajemen lingkungan hidup atau

tim manajemen hotel

+0 jika diputuskan oleh manajer

lingkungan hidup sendiri

26 2 28 0,93

Apakah yang diputuskan pertama kali?

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup atau

anggaran?

+1 apabila tujuan pengelolaan

lingkungan hidup

+0 apabila anggaran

12 16 28 0,39

TOTAL Max. 8, Min. 0 3,86

*3x2

Sumber : hasil olahan data Maret, 2014

Kebanyakan manajemen hotel mempunyai bagian (sub divisi)

tersendiri di dalam manajemennya yang memiliki tanggung jawab dalam

pengelolaan lingkungan (sekalipun tidak berdiri secara khusus sebagai

suatu divisi/departemen yang bertanggung jawab terhadap manajemen

lingkungan). Sehingga pengambilan keputusan didasarkan atas

pertimbangan bersama divisi yang membawahi bagian (sub divisi) ini. Hal

ini ditunjukkan oleh tiga komponen pertanyaan yang mempunyai

prosentase terbesar yaitu 9%.

Dari sub divisi ini, ada yang merupakan komite. Seperti yang

diungkapkan dalam wawancara, bahwa terdapat beberapa hotel yang telah

mempunyai komite khusus untuk bagian pengelolaan/pemeliharan

Page 23: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

23

lingkungan hidup, namun komite ini tetap berada dibawah sebuah divisi,

seperti Human Resources Departemen atau yang lainnya seperti Hotel

Engineering (Insinyur Hotel), sehingga pengambilan keputusan diambil

berdasarkan pertimbangan bersama komite lingkungan dan divisi yang

membawahinya (HRD atapun Insinyur Hotel). Adapun yang bukan

merupakan komite, yaitu langsung ditangani oleh divisi, seperti HRD atau

Insinyur itu sendiri (melakukan pekerjaan ganda atau multitasking). Dapat

dilihat pada komponen pertanyaan yang mempunyai prosentase sebesar

5%, manajemen hotel baik yang mempunyai komite maupun yang tidak,

hampir mempunyai jumlah jawaban yang sama.

Komponen pertanyaan yang mempunyai prosentase pertama dan

kedua tertinggi diatas, mempunyai hubungan terhadap prosentase ketiga

tertinggi yaitu sebesar 4%, mengenai keputusan yang dibuat pertama kali

oleh manajemen hotel. Sebagian besar mengatakan bahwa yang

diputuskan pertama kali adalah anggaran. Itulah sebabnya kebanyakan

hotel tidak mempunyai manajemen sendiri untuk mengurusi pengelolaan

lingkungan. Alasan paling mendasar adalah munculnya biaya. Apabila

terdapat manajemen sendiri untuk lingkungan, itu berarti pihak hotel harus

menambah karyawan/tenaga kerja yang nantinya akan menambah

pengeluaran yaitu beban gaji.

Untuk komponen pertanyaan yang mempunyai prosentase paling

sedikit, mempunyai perhitungan tersendiri. Dari hasil kuesioner dan

wawancara, hanya terdapat 2 hotel yang mempunyai manajemen/divisi

Page 24: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

24

tersendiri untuk mengatur/mengelola masalah lingkungan. Ada yang

berada di bawah GM (General Manager) dan ada yang berada dibawah

RM (Resort Manager). Dengan demikian, keputusan yang diambil

mengenai pengelolaan lingkungan dilakukan oleh divisi pengelolaan

lingkungan itu sendiri.

TABEL 5

PENGUKURAN STRATEGI DAN MANAJEMEN ORGANISASI

INDIKATOR PROSENTASE

Proses manajemen lingkungan hidup 39%

Pelatihan karyawan mengenai lingkungan hidup

merupakan prioritas

14%

Seluruh karyawan mengetahui tujuan pengelolaan

lingkungan hidup

13%

Seluruh karyawan mengetahui dan memiliki akses

kepada kebijakan lingkungan hidup

6%

Ada saluran bagi karyawan untuk menyampaikan

saran mengenai pengelolaan lingkungan hidup

11%

Memiliki sistem kontrol yang memungkinkan untuk

mendapatkan informasi mengenai tujuan lingkungan

hidup

7%

Mampu memperkirakan biaya dan investasi yang

dibutuhkan untuk pengelolaan lingkungan hidup

11%

TOLAK UKUR KESIAPAN 7%

Sumber : hasil olahan data Maret, 2014

Dari Tabel 5 diatas, prosentase tertinggi kedua setelah proses

manajemen lingkungan (sebesar 39%), adalah prioritas pelatihan karyawan

mengenai lingkungan (sebesar 14%). Dari hasil wawancara, sejumlah

hotel rutin mengadakan training atau pelatihan khususnya bagi karyawan

baru, untuk dilatih kesadarannya (awareness) pada hal-hal yang sangat

mendasar contohnya seperti penggunaan listrik (lampu), air, kertas dan

bagaimana cara memisahkan 3 jenis sampah (sampah kertas, organik dan

plastik) mengingat daur ulang dari 3 jenis sampah ini mempunyai cara

Page 25: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

25

yang berbeda. Pelatihan terus dilanjutkan dengan selalu menyisipkan

wacana mengenai pengelolaan lingkungan disaat safety and security talk.

Tindakan ini kemudian menghasilkan pemahaman karyawan

terhadap tujuan lingkungan. Hal ini ditunjukkan oleh prosentase terbesar

ketiga (sebesar 13%), yaitu karyawan mengetahui tujuan pengelolaan

lingkungan hidup. Dari pemahaman ini kemudian berujung kepada

tindakan nyata para karyawan untuk melakukan hal-hal yang bersifat

ramah lingkungan. Contoh sederhanya pada saat menggunakan kertas,

untuk hal-hal yang tidak terlalu formal, para karyawan menggunakan

kertas bekas.

Prosentase tertinggi berikutnya, yaitu 11% terdiri dari 2 indikator.

Pertama, manajemen hotel memberikan/menyediakan saluran bagi

karyawan untuk menyampaikan saran mengenai pengelolaan lingkungan.

Kedua, mampu memperkirakan biaya untuk melakukan pengelolaan

lingkungan hidup.

Hanya sedikit responden yang mengatakan bahwa dalam

manajemen hotel terdapat sebuah sistem kontrol yang memungkinkan

untuk mendapatkan informasi mengenai tujuan lingkungan hidup

(prosentase sebesar 7%). Masalah lingkungan yang terjadi dapat berubah

dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi yang ada pada saat itu.

Sehingga sangat diperlukannya sebuah sistem yang memfasilitasi

pemberian informasi mengenai lingkungan. Hal ini berhubungan dengan

kebijakan dan prosedur lingkungan hidup yaitu bagaimana cara

Page 26: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

26

manajemen hotel dalam menerapkan strategi dan implementasinya

mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Dengan demikian, kekurangan

dari ketiadaan sistem ini membuat para karyawan tidak mempunyai akses

kedalam kebijakan lingkungan itu sendiri (prosentase terkecil sebesar 6%).

Pembahasan

Kesiapan industri perhotelan dapat dilihat melalui nilai prosentase

rata-rata dari tiap-tiap variabel pertanyaan pada ketiga indikator yang

kemudian dibandingkan dengan nilai tolak ukur kesiapan masing-masing.

Untuk orientasi eksternal, semua prosentase rata-rata tiap variabel

pertanyaan mempunyai nilai yang jauh diatas nilai tolak ukur kesiapannya

yaitu sebesar 17% (Tabel 2). Sama halnya dengan orisentasi internal, nilai

prosentase rata-rata yang dihasilkan dari tiap variabel pertanyaan

menunjukkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tolak ukur

kesiapan yaitu sebesar 8% (Tabel 3). Untuk pengukuran strategi dan

manajemen organisasi juga dapat dikatakan siap, karena hampir semua

nilai prosentase indikatornya mempunyai nilai lebih besar dan sama

dengan nilai tolak ukur kesiapannya yaitu sebesar 7%.

Berdasarkan data yang telah dianalisis, dapat dikatakan bahwa

sesungguhnya industri perhotelan telah siap dalam memasuki masa

akuntansi hijau. Pengelolaan lingkungan hidup telah dilakukan dengan

baik, walaupun didasarkan oleh faktor-faktor tertentu dan bukan karena

inisiatif yang dilakukan sendiri oleh manajemen hotel.

Page 27: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

27

V. PENUTUP

Kesimpulan

Dari analisis data serta pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

industri perhotelan telah siap dalam memasuki perlakuan akuntansi hijau,

walaupun pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan tidak didasarkan

pada inisiatif sendiri dari pihak manajemen perhotelan sebagai wujud dari

kesungguhan/keseriusan dalam menanggapi isu lingkungan alam kini.

Pengelolaan lingkungan hidup dilakukan karena didorong oleh faktor-

faktor tertentu diantaranya yaitu menaati regulasi yang ada, dan juga

mengikuti tuntutan pasar agar dapat bertahan dalam bersaing. Namun

berangkat dari faktor-faktor tersebut, menyebabkan industri perhotelan

melakukan pengelolaan lingkungan yang cukup baik, sehingga telah siap

dalam memasuki masa akuntansi hijau.

Implikasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa sesungguhnya industri

perhotelan telah siap dalam memasuki masa akuntansi hijau. Apabila telah

terdapat standar dan peraturan baku untuk diberlakukannya akutansi hijau

di dalam laporan keuangan, maka tidak sulit bagi manajemen hotel untuk

mengaplikasikannya. Selain itu bagi orang-orang yang mempunyai

wewenang dalam pengambilan keputusan khususnya mengenai

pengelolaan lingkungan hidup perlu memiliki inisiasi ataupun kesadaran

yang dibangun dari dalam diri sendiri agar dapat memberikan pengaruh

bagi semua aras manajemen hotel untuk bersama-sama melakukan

Page 28: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

28

pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan inisiatif sendiri, dan bukan

dikarenakan faktor-faktor tertentu. Untuk lebih menunjukkan kesiapan ini,

perlu dibentuknya sebuah divisi atau manajemen yang khusus untuk

menangani pengelolaan lingkungan hidup.

Keterbatasan

Adapun keterbatasan dalam melakukan penelitian ini adalah akses

dalam pengambilan sampel. Keterbatasan artikel yang mengulas mengenai

akuntansi hijau pada perhotelan juga menjadi salah satu kendala.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti mengenai

penyebab mengapa pengelolaan lingkungan hidup didalam industri

perhotelan hanya disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Apa yang

seharusnya dilakukan agar tercipta kesadaran dari lingkup internal dalam

melakukan pengelolaan lingkungan hidup yang berujung kepada

keberlangsungan usaha.

Page 29: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

29

DAFTAR PUSTAKA

Amorita Agni,Darmawan Ardi, Purnawansari Ardi, 2013, “Inspirasi Bali”, Jakarta

: TEMPO.

Bonilla-Priego Maria Jesus, Najera Juan Jose, Font Xavier, 2011, “Environmental

Management Decision-Making In Certified Hotels”, Journal of Sustainable

Tourism, Vol. 19, No. 3.

Dalem, A. A. G. Raka, “Sistem Manajemen Lingkungan, Tri Hita Karana dan

Implementasinya Pada Hotel,

http://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/viewFile/2438/1666.

Lako Andreas, 2012, “Akuntansi Hijau”, Kontan, edisi 10-22 Juni, [a].

Lako Andreas, 2012, “Ekonomi Hijau Untuk Bumi”, Kontan, edisi 18-24 Juni,

[b].

Mardalis, 2003, “Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal)”, Jakarta : Bumi

Aksara.

Spence Laura J., Agyemang Gloria, Rinaldi Leonardo, 2012, “Environmental

Aspect of Sustainability : SMEs and the Role of the Accountant”, The Association

of Chartered Certified Accountants, Research Report 128.

Sulastiyono Agus, 2011, “Manajemen Penyelenggaraan Hotel”, Bandung :

Penerbit Alfabeta.

Wiyasha IBM, 2010, “Akuntansi Perhotelan-Penerapan Uniform System Of

Accounts for the Lodging Industry”, Yogyakarta : Penerbit Andi.

http://bali.bps.go.id/index.php?reg=par_full, (Badan Pusat Statistik).

http://proper.menlh.go.id/proper%20baru/html/menu%202/regulation%20scope-

ind2.htm, (PROPER - Menteri Lingkungan Hidup).

http://www.menlh.go.id/hasil-penilaian-proper-klh-2013/, (Hasil Penilaian PROPER

- Menteri Lingkungan Hidup).

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2418/Bab%201.pdf?seq

uence=2.

http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fisip201212.pdf.

Page 31: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

31

LAMPIRAN-LAMPIRAN

TABEL 1

DASAR HUKUM KRITERIA PENILAIAN PROPER

MEDIA

PENATAAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

PERATURAN

PEMERINTAH

PERATURAN PERUNDANGAN

LAINNYA

DUMPING

KE LAUT PP No. 19, Tahun 1999 KepMen No.12, Tahun 2006

PENERAPAN

AMDAL PP No.27, Tahun 1999 KepMen No.86, Tahun 2002

PENGELOLAAN

LIMBAH

B3

PP No. 18, Tahun 1999

Juncto

PP No. 85, Tahun 1999

KepDal No. 68, Tahun 1994

KepDal No. 01, Tahun 1995

KepDal No. 02, Tahun 1995

KepDal No. 03, Tahun 1995

KepDal No. 04, Tahun 1995

KepDal No. 05, Tahun 1995

PENGENDALIAN

PENCEMARAN

AIR DAN LAUT

PP No.82, Tahun 2001

KepMenLH No. 51, Tahun 1995

KepMenLH No. 58, Tahun 1995

KepMenLH No. 42, Tahun 1996

KepMenLH No. 09, Tahun 1997

KepMenLH No. 52, Tahun 1995

KepMenLH No. 28, Tahun 2003

KepMenLH No. 29, Tahun 2003

KepMenLH No. 112, Tahun 2003

KepMenLH No. 113, Tahun 2003

KepMenLH No. 202, Tahun 2005

PENGENDALIAN

PENCEMARAN

UDARA

PP No. 41, Tahun 1999

KepMen No. 13, Tahun 1995

KepDal No. 205, Tahun 1996

KepMen No. 129, Tahun 2003

KepMEn No.133, Tahun 2004

(Sumber : http://proper.menlh.go.id)

Page 32: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

32

TABEL 2

Banyaknya Hotel Berbintang di Bali Menurut Lokasi dan Kelas Hotel Tahun 2012

Number of Classified Hotel in Bali by Regency/City and Hotel Class, 2012

Kabupaten/Kota Regency/City

Kelas Hotel / Hotel Class Jumlah

Total Bintang 5 5 Star

Bintang 4 4 Star

Bintang 3 3 Star

Bintang 2 2 Star

Bintang 1 1 Star

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Jembrana

0 0 2 0 0 2

2. Tabanan

2 0 1 0 0 3

3. Badung

39 44 32 13 12 140

4. Gianyar

6 7 2 1 2 18

5. Klungkung

0 0 2 1 1 4

6. Bangli

0 0 0 0 0 0

7. Karangasem

1 2 3 1 1 8

8. Buleleng

1 2 6 3 2 14

9. Denpasar

3 4 11 6 5 29

Jumlah / Total : 52 59 59 25 23 218

2011 51 53 52 23 19 198

2010 37 48 35 26 9 155

2009 37 41 35 27 9 149

2008 37 28 39 35 11 150

2007 36 28 38 34 9 145

2006 38 30 38 30 11 147

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Source : BPS - Statistics of Bali Province

Page 33: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

33

HASIL OLAHAN DATA

TABEL 1

ORIENTASI INTERNAL PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

No Hotel Usia Jenis

Kelamin

Orientasi Internal ∑

(1) (2) (3)

1 Adhi Jaya Hotel 51 Laki-Laki 6 2 2 10

2 Alam Kulkul Boutique Resort 29 Laki-Laki 3 2 5 10

3 Aston Tuban Inn Bali 29 Laki-Laki 3 2 5 10

4 Ayodya Resort Bali 50 Laki-Laki 3 3 4 10

5 Bali Kuta Resort 33 Wanita 3 4 3 10

6 Grand Inna Kuta 30 Wanita 4 3 3 10

7 Grand Istana Rama 33 Laki-Laki 5 2 3 10

8 Grand Mirage Resort 35 Laki-Laki 3 4 3 10

9 Grand Nikko Bali 43 Wanita 3 5 2 10

10 Kuta Paradiso Hotel 33 Laki-Laki 5 3 2 10

11 Mantra Nusa Dua 43 Wanita 5 4 1 10

12 Padma Resort 45 Laki-Laki 3 3 4 10

13 Pullman Bali 27 Laki-Laki 2 2 6 10

14 Ramayana Resort & Spa 50 Laki-Laki 2 3 5 10

15 The Magani Hotel & Spa 30 Laki-Laki 5 3 2 10

16 The Seminyak Beach Resort & Spa 39 Laki-Laki 2 5 3 10

17 The St. Regis Bali Resort 28 Wanita 3 5 2 10

18 The Vira Bali 33 Wanita 6 2 2 10

19 Grand Aston Bali Beach Resort 40 Laki-Laki 4 3 3 10

20 Harris Hotel & Residences Riverview 32 Laki-Laki 3 3 4 10

21 Champlung Sari Hotel 44 Laki-Laki 2 4 4 10

22 Hanging Gardens Ubud 45 Laki-Laki 3 3 4 10

23 Maya Ubud Resort & Spa 35 Laki-Laki 3 4 3 10

24 Pertiwi Resort & Spa 42 Wanita 4 2 4 10

25 Puri Bunga Resort & Spa 25 Wanita 4 3 3 10

26 The Mension Resort Hotel & Spa 33 Laki-Laki 4 4 2 10

27 The Royal Pita Maha 45 Laki-Laki 4 3 3 10

28 Warwick Ibah Luxury Villas & Spa 28 Wanita 3 3 4 10

3,57 3,18 3,25

36% 32% 33%

∑ 100%

Page 34: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

34

TABEL 2

ORIENTASI EKSTERNAL PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

No Hotel Usia Jenis

Kelamin

Orientasi Eksternal ∑

(4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Adhi Jaya Hotel 51 Laki-Laki 2 2 2 1 2 1 10

2 Alam Kulkul Boutique Resort 29 Laki-Laki 1 2 1 2 3 1 10

3 Aston Tuban Inn Bali 29 Laki-Laki 2 2 2 1 1 2 10

4 Ayodya Resort Bali 50 Laki-Laki 4 1 1 2 1 1 10

5 Bali Kuta Resort 33 Wanita 1 2 2 1 3 1 10

6 Grand Inna Kuta 30 Wanita 2 2 3 1 1 1 10

7 Grand Istana Rama 33 Laki-Laki 2 2 1 1 3 1 10

8 Grand Mirage Resort 35 Laki-Laki 2 2 2 2 1 1 10

9 Grand Nikko Bali 43 Wanita 0 1 4 3 2 0 10

10 Kuta Paradiso Hotel 33 Laki-Laki 2 2 1 2 2 1 10

11 Mantra Nusa Dua 43 Wanita 3 1 1 2 1 2 10

12 Padma Resort 45 Laki-Laki 1 1 1 1 2 4 10

13 Pullman Bali 27 Laki-Laki 2 2 2 1 1 2 10

14 Ramayana Resort & Spa 50 Laki-Laki 2 2 1 2 2 1 10

15 The Magani Hotel & Spa 30 Laki-Laki 2 1 3 1 1 2 10

16 The Seminyak Beach Resort & Spa 39 Laki-Laki 1 4 1 1 1 2 10

17 The St. Regis Bali Resort 28 Wanita 2 2 2 1 1 2 10

18 The Vira Bali 33 Wanita 3 1 1 1 2 2 10

19 Grand Aston Bali Beach Resort 40 Laki-Laki 3 2 1 1 1 2 10

20 Harris Hotel & Residences Riverview 32 Laki-Laki 4 2 1 1 1 1 10

21 Champlung Sari Hotel 44 Laki-Laki 3 1 2 1 1 2 10

22 Hanging Gardens Ubud 45 Laki-Laki 3 1 2 1 2 1 10

23 Maya Ubud Resort & Spa 35 Laki-Laki 3 2 2 1 1 1 10

24 Pertiwi Resort & Spa 42 Wanita 2 3 2 1 1 1 10

25 Puri Bunga Resort & Spa 25 Wanita 2 1 1 2 2 2 10

26 The Mension Resort Hotel & Spa 33 Laki-Laki 1 1 3 1 3 1 10

27 The Royal Pita Maha 45 Laki-Laki 3 2 2 1 1 1 10

28 Warwick Ibah Luxury Villas & Spa 28 Wanita 2 2 2 2 1 1 10

2,14 1,75 1,75 1,36 1,57 1,43

21% 18% 18% 14% 16% 14%

∑ 100%

Page 35: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

35

TABEL 3

PROSES MANAJEMEN LINGKUNGAN HIDUP

No Hotel Usia Jenis

Kelamin

Proses Manajemen Lingkungan (10)* ∑

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

1 Adhi Jaya Hotel 51 Laki-Laki 1 0 1 1 1 1 5

2 Alam Kulkul Boutique Resort 29 Laki-Laki 1 3 0 0 1 0 5

3 Aston Tuban Inn Bali 29 Laki-Laki 1 0 1 1 1 0 4

4 Ayodya Resort Bali 50 Laki-Laki 1 0 1 0 1 0 3

5 Bali Kuta Resort 33 Wanita 1 0 1 1 1 1 5

6 Grand Inna Kuta 30 Wanita 1 0 1 1 1 0 4

7 Grand Istana Rama 33 Laki-Laki 1 0 1 1 1 1 5

8 Grand Mirage Resort 35 Laki-Laki 1 0 1 1 1 0 4

9 Grand Nikko Bali 43 Wanita 1 3 0 1 1 0 6

10 Kuta Paradiso Hotel 33 Laki-Laki 1 0 1 0 1 0 3

11 Mantra Nusa Dua 43 Wanita 1 0 1 0 1 0 3

12 Padma Resort 45 Laki-Laki 0 0 1 1 1 0 3

13 Pullman Bali 27 Laki-Laki 1 0 1 1 1 1 5

14 Ramayana Resort & Spa 50 Laki-Laki 0 0 1 0 1 1 3

15 The Magani Hotel & Spa 30 Laki-Laki 1 0 1 0 1 0 3

16 The Seminyak Beach Resort & Spa 39 Laki-Laki 0 0 1 0 1 0 2

17 The St. Regis Bali Resort 28 Wanita 1 0 1 1 0 1 4

18 The Vira Bali 33 Wanita 1 0 1 1 0 0 3

19 Grand Aston Bali Beach Resort 40 Laki-Laki 0 0 1 0 1 0 2

20 Harris Hotel & Residences Riverview 32 Laki-Laki 1 0 1 1 1 1 5

21 Champlung Sari Hotel 44 Laki-Laki 1 0 1 0 1 0 3

22 Hanging Gardens Ubud 45 Laki-Laki 1 0 1 0 1 0 3

23 Maya Ubud Resort & Spa 35 Laki-Laki 1 0 1 0 1 1 4

24 Pertiwi Resort & Spa 42 Wanita 1 0 1 1 1 0 4

25 Puri Bunga Resort & Spa 25 Wanita 1 0 1 1 1 0 4

26 The Mension Resort Hotel & Spa 33 Laki-Laki 1 0 1 0 1 1 4

27 The Royal Pita Maha 45 Laki-Laki 1 0 1 0 1 1 4

28 Warwick Ibah Luxury Villas & Spa 28 Wanita 1 0 1 1 1 1 5

0,86 0,21 0,93 0,54 0,93 0,39

3,86

Page 36: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

36

TABEL 4

STRATEGI DAN MANAJEMEN ORGANISASI

No Hotel Usia Jenis

Kelamin

Mengukur Strategi dan Manajemen Organisasi ∑

∑(10)* (11) (12) (13) (14) (15) (16)

1 Adhi Jaya Hotel 51 Laki-Laki 5 2 1 0 1 0 1 10

2 Alam Kulkul Boutique Resort 29 Laki-Laki 5 1 1 0 1 1 1 10

3 Aston Tuban Inn Bali 29 Laki-Laki 4 1 1 1 1 0 2 10

4 Ayodya Resort Bali 50 Laki-Laki 3 0 2 2 1 1 1 10

5 Bali Kuta Resort 33 Wanita 5 1 1 0 1 1 1 10

6 Grand Inna Kuta 30 Wanita 4 1 1 1 2 0 1 10

7 Grand Istana Rama 33 Laki-Laki 5 1 1 0 1 0 2 10

8 Grand Mirage Resort 35 Laki-Laki 4 2 1 0 1 1 1 10

9 Grand Nikko Bali 43 Wanita 6 1 1 1 0 0 1 10

10 Kuta Paradiso Hotel 33 Laki-Laki 3 2 1 1 1 1 1 10

11 Mantra Nusa Dua 43 Wanita 3 1 1 1 1 1 2 10

12 Padma Resort 45 Laki-Laki 3 1 3 0 2 1 0 10

13 Pullman Bali 27 Laki-Laki 5 1 1 1 1 0 1 10

14 Ramayana Resort & Spa 50 Laki-Laki 3 2 2 1 1 0 1 10

15 The Magani Hotel & Spa 30 Laki-Laki 3 2 2 0 1 1 1 10

16 The Seminyak Beach Resort & Spa 39 Laki-Laki 2 2 2 1 1 1 1 10

17 The St. Regis Bali Resort 28 Wanita 4 1 0 1 2 1 1 10

18 The Vira Bali 33 Wanita 3 1 2 0 2 1 1 10

19 Grand Aston Bali Beach Resort 40 Laki-Laki 2 2 1 2 1 1 1 10

20 Harris Hotel & Residences Riverview 32 Laki-Laki 5 1 1 0 1 1 1 10

21 Champlung Sari Hotel 44 Laki-Laki 3 1 2 1 1 1 1 10

22 Hanging Gardens Ubud 45 Laki-Laki 3 2 1 1 1 1 1 10

23 Maya Ubud Resort & Spa 35 Laki-Laki 4 2 1 0 1 1 1 10

24 Pertiwi Resort & Spa 42 Wanita 4 1 0 2 1 1 1 10

25 Puri Bunga Resort & Spa 25 Wanita 4 2 1 0 1 1 1 10

26 The Mension Resort Hotel & Spa 33 Laki-Laki 4 2 2 0 1 0 1 10

27 The Royal Pita Maha 45 Laki-Laki 4 1 1 1 1 1 1 10

28 Warwick Ibah Luxury Villas & Spa 28 Wanita 5 1 2 0 1 0 1 10

*3,86 1,36 1,29 0,64 1,11 0,68 1,07

39% 14% 13% 6% 11% 7% 11%

∑ 100%

*Hasil dari Tabel 3 (Proses Manajemen Lingkungan Hidup)

Page 37: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

37

KUESIONER PENELITIAN

NAMA :

USIA :

JENIS KELAMIN :

NAMA HOTEL :

ALAMAT :

I. Digunakan untuk mengukur orientasi internal lingkungan

(Penilaian diisi dengan angka 1-10, akumulasi dari 3 pertanyaan = 10)

No PERNYATAAN Nilai

1 Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan didefinisikan dengan

mempertimbangkan kepatuhan hokum

2 Tujuan lingkungan hidup dalam perusahaan didefinisikan dengan

mempertimbangkan aspek lingkungan yang signifikan

3 Motivasi utama penerapan sistem pengelolaan lingkungan hidup

adalah untuk penghematan biaya

Total = 10

II. Digunakan untuk mengukur orientasi internal lingkungan

(Penilaian diisi dengan angka 1-10, akumulasi dari 6 pertanyaan = 10)

No PERNYATAAN Nilai

1 Motivasi utama untuk dalam menerapkan sistem manajemen

lingkungan hidup adalah untuk menanggapi tekanan

pasar/pelanggan

2 Motivasi utama dalam menerapkan sistem manajemen

lingkungan hidup adalah untuk mendapatkan keuntungan pasar

yang kompetitif

3 Secara teratur mensponsori/berkolaborasi dengan organisasi-

organisasi yang bergerak di bidang konservasi lingkungan hidup

4 Menggunakan kebijakan dan tindakan lingkungan hidup sebagai

suatu strategi komersial (label kualitas lingkungan dan sertifikasi)

5 Pemasok mempunyai akses kepada kebijakan lingkungan hidup

perusahaan

6 Tujuan lingkungan hidup yang diatur dengan mempertimbangkan

pendapat dari pemangku kepentingan (klien, pemasok, dll)

Total = 10

Page 38: Kesiapan Industri Perhotelan dalam Memasuki Akuntansi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7663/3/T1_232010801_Full... · 2 Selain itu, untuk lebih memfokuskan kepada akuntansi

38

III. Proses Manajemen Lingkungan Hidup

No PERNYATAAN Jawab

1 Apakah ada orang yang bertanggung jawab untuk

pengelolaan lingkungan hidup?

2 Berapa banyak tingkat manajemen yang ada? Apakah

ada manajemen untuk lingkungan hidup?

3 Apakah manajemen lingkungan hidup merupakan

bagian dalam manajemen hotel?

4 Apakah pada hotel terdapat pengurus khusus lingkungan

hidup?

5 Siapa yang memutuskan tujuan pengelolaan lingkungan

hidup?

6 Hal apa yang diputuskan pertama kali? Pengelolaan

lingkungan hidup atau anggaran?

IV. Item untuk mengukur strategi dan manajemen organisasi

(Penilaian diisi dengan angka 1-10, akumulasi dari 7 pertanyaan = 10)

No PERNYATAAN Nilai

1 Proses manajemen lingkungan hidup

2 Pelatihan staff untuk lingkungan hidup merupakan prioritas

3 Semua karyawan mengerti akan tujuan lingkungan hidup

4 Semua karyawan mengerti dan juga mempunyai akses terhadap

kebijakan lingkungan hidup

5 Ada saluran untuk karyawan untuk menyampaikan saran untuk

pengelolaan lingkungan hidup

6 Memiliki sistem kontrol yang memungkinkan untuk

mendapatkan semua informasi lingkungan hidup yang diperlukan

7 Mampu memperkirakan biaya dan investasi yang dilakukan

dalam pengelolaan lingkungan hidup

Total = 10