28
KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Dosen : Endang Tasli Susandi, Drs., M.Si Oleh : Silvi Mumtahana 091100068 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Pengantar Ilmu Ekonomi Makro

Dosen : Endang Tasli Susandi, Drs., M.Si

Oleh :

Silvi Mumtahana

091100068

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

YASA ANGGANA – GARUT

2010

Page 2: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR

Yang dimaksud dengan perekonomian dua sektor adalah perekonomian

yang terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan. Ini berarti dalam

perekonomian itu dimisalkan tidak terdapat kegiatan pemerintah maupun

perdagangan luar negeri. Perekonomian dua sektor merupakan penyederhanaan

dalam mempelajari sistem perekonomian secara keseluruhan. Keseimbangan

dalam perekonomian dua sektor merupakan keseimbangan dari sisi pendapatan

dan sisi pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dan sektor

swasta, dengan mengabaikan sektor pemerintah dan sektor luar negeri. Dan

dalam hal ini kita hanya memperhatikan pembelajaran para konsumen untuk

membeli barang konsumsi (C) dan pembelanjaan para produsen atau dunia

usahaswasta yang membeli barang produksi baru (Investasi Netto).

Untuk penyederhanaan masalah, bisa digunakan asumsi sebagai berikut :

Peranan pemerintah (G dan T) serta perdagangan luar negeri (X dan M)

untuk sementara diabaikan dahulu.

Meskipun dunia usaha juga ada tabungan, tetapi kita anggap seluruh

tabungan masyarakat berasal dari RTK. Dengan demikian, NNP = Y = Yd =

C + S dan S = Srtk.

Untuk menghilangkan perubahan harga pada tingkat upah dari tahun ke

tahun kita pakai harga konstan. Dengan kata lain, kita asumsikan “situasi

keynesian” yaitu perekonomian berada dalam bagian kurva AS yang

|

Page 3: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

horisontal, yang berarti masih ada pengangguran SD sehingga suatu

tambahan effective demand akan memperbesar produksi dan kesempatan

kerja tanpa menyebabkan kenaikan tingkat harga.

Aliran-aliran pendapatan yang terdapat dalam perekonomian seperti itu

telah digambarkan sebelumnya. Dari sifat sirkulasi aliran pendapatan seperti itu

dapat diambil kesimpulan bahwa aliran-aliran pendapatannya mempunyai ciri-

ciri sebagai berikut :

1. Sektor perusahaan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki rumah

tangga. Faktor-faktor produksi tersebut memperoleh pendapatan berupa gaji

dan upah, sewa, bunga dan untung.

2. Sebagian besar pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan

untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan

oleh sektor perusahaan.

3. Sisa pendapatan rumah tangga yang tidak digunakan untuk konsumsi akan

ditabung dalam institusi-institusi keuangan.

4. Pengusaha yang ingin melakukan investasi akan meminjam tabungan rumah

tangga yang dikumpulkan oleh institusi-institusi keuangan

|

Page 4: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

c

y0

450

dY

dC

C = a + bY

Y = C

091100068

1. HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI DAN PENDAPATAN

Fungsi konsumsi menyatakan hubungan antara besarnya pengeluaran

masyarakat untuk konsumsi dan tingkat produksi dan pendapatan nasional (NNP

= Y) dan (dalam bentuk paling sederhana dapat dinyatakan dalam bentuk :

C = Co + cY

Co = jumlah konsumsi “otonom”, yaitu jumlah konsumsi minimal yang tidak

tergantung dari besarnya pendapatan, atau besarnya C pada Y = 0.

c = Marginal Propensy to Consume atau MPC, yaitu hubungan antara ∆C

dan ∆Y (yang sama dengan koefisien arah kurva konsumsi)

Pendapatan yang diterima oleh RTK sebagian besar dibelanjakan untuk

konsumsi dan sebagian tidak dibelanjakan, maka dikatakan ditabung :

Y = C + S → S = Y - C

Bila konsumsi diketahui, maka fungsi tabungan dapat dijabarkan :

S = -Co + (1+c) Y dimana (1 – c) atau (I – MPC) sama dengan MPS = ∆S/∆Y

Fungsi Konsumsi

|

Page 5: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

Keseimbangan pendapatan nasional yang menunjukkan sisi penawaran (Y)

sama dengan sisi permintaan (C). Seperti yang tertera pada gambar, dilukiskan

sumbu horizontal untuk menunjukkan tingkat pendapatan nasional (Y) dan

sumbu vertikal menunjukkan konsumsi (C). Garis 450 yang berawal dari titik asal

(O) merupakan garis pertolongan yang menunjukkan bahwa pada setiap titik

tingkat pendapatan nasional selalu sama dengan tingkat konsumsi.

Bentuk dari fungsi konsumsi adalah C = a + bY yang berarti konsumsi

merupakan fungsi dari tingkat pendapatan nasional dan terdapat hubungan

positif antara tingkat konsumsi dan tingkat pendapatan nasional (Y) sebesar 0,

berarti bahwa tingkat konsumsi sebesar nilai intercept (a) yaitu nilai konsumsi

minimum yang harus dipenuhi walaupun tidak ada pendapatan apa-apa di suatu

negara, karena penduduk dari negara itu harus tetap hidup. Kemudian

peningkatan konsumsi kurang sebanding dengan peningkatan pendapatan

nasional yaitu hanya sebesar hasrat konsumsi (b). Hasrat konsumsi yang sering

disebut sebagai “marginal propensity to consume” (MPC) adalah perbandingan

antara peningkatan jumlah konsumsi dan peningkatan jumlah pendapatan

nasional (dC/dY), atau merupakan lereng fungsi konsumsi. Besarnya hasrat

konsumsi ini berkisar antara nol dan satu (0 < MPC < 1).

Terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat pengeluaran rumah tangga

(secara seunit kecil atau dalam keseluruhan ekonomi). Yang terpenting adalah

pendapatan rumah tangga. Tabel yang menggambarkan hubungan di antara konsumsi

rumah tangga dan pendapatannya dinamakan daftar (skedul) konsumsi. Daftar konsumsi

|

Page 6: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

pada dasarnya menggambarkan besarnya konsumsi rumah tangga pada tingkat

pendapatan yang berubah-ubah. Tabel di bawah ini secara terperinci menunjukkan

hubungan di antara tingkat pendapatan disposebel dengan pengeluaran konsumsi dan

tabungan rumah tangga.

Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan (dalam ribu rupiah)

Pendapatan disposebel (Yd)

(1)

Pengeluarankonsumsi (C)

(2)

Tabungan(S)(3)

0100200300400500600700800900

1000

125200275350425500575650725800875

12510075

50025

0255075

100125

Dalam kolom tersebut ditunjukkan berbagai tingkat pendapatan disposebel yang

mungkin diterima oleh suatu rumah tangga, sedangkan dalam kolom (2) ditunjukkan

berbagai jumlah pengeluaran konsumsi yang akan dilakukan oleh rumah tangga

tersebut. Jumlah tabungan (atau kelebihan pendapatan sesudah melakukan

pengeluaran konsumsi yang akan dilakukan oleh rumah tangga pada berbagai tingkat

pendapatan yang mungkin diterimanya) ditunjukkan dalam kolom (3).

Contoh angka yang dibuat dalam tabel di atas adalah contoh yang memberikan

gambaran mengenai ciri-ciri khas dari hubungan di antara pengeluaran konsumsi dan

pendapatan disposebel seperti yang baru diterangkan di atas. Ciri-cirinya sebagai

berikut:

|

Page 7: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

1. Pada pendapatan yang rendah rumah tangga mengorek tabungan. Pada waktu

rumah tangga tidak memperoleh pendapatan, yaitu pendapatan disposebel adalah

nol (Yd = 0), pengeluaran konsumsi adalah Rp 125 ribu. Ini berarti rumah tangga

harus menggunakan harta atau tabungan masa lalu untuk membiayai pengeluaran

konsumsinya. Tabungan negatif, atau mengorek tabungan (dissaving) akan selalu

dilakukan oleh rumah tangga apabila pendapatannya masih di bawah Rp 500 ribu.

2. Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi. Biasanya pertambahan

pendapatan adalah lebih tinggi daripada pertambahan konsumsi. Contoh dalam

tabel di atas menunjukkan, apabila pendapatan bertambah sebanyak Rp 100 ribu,

konsumsi bertambah sebanyak Rp 75 ribu. Sisa pertambahan pendapatan itu (Rp 25

ribu) ditabung.

3. Pada Pendapatan yang tinggi rumah tangga menabung. Disebabkan pertambahan

pendapatan selalu lebih besar dari pertambahan konsumsi maka pada akhirnya

rumah tangga tidak “mengorek tabungan” lagi. Ia akan mampu menabung sebagian

dari pendapatannya. Contoh dalam tabel di atas menunjukkan, apabila pendapatan

rumah tangga lebih daripada Rp 500 ribu, konsumsinya lebih rendah dari

pendapatannya. Sebagai contoh, pada pendapatan Rp 900 ribu, konsumsi adalag Rp

800 ribu, dan ini menunjukkan rumah tangga sudah menabung sebanyak Rp 100

ribu.

|

Page 8: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

A. KECONDONGAN MENGKONSUMSI DAN MENABUNG

Untuk memahami dengan lebih baik sifat hubungan di antara pendapatan

disposebel dengan konsumsi, dan dengan tabungan ada dua konsep penting berikut:

1. Definisi Kecondongan Mengkonsumsi

Konsep kecondongan mengkonsumsi dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu:

a) Kecondongan mengkonsumsi marginal, atau secara ringkas selalu

dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah Inggris: marginal propensity to

consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan

konsumsi (C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel

(Y) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan

formula :

MPC = ∆C∆Y d

b) Kecondongan mengkonsumsi rata-rata, atau secara ringkas selalu

dinyatakan sebagai APC (berasal dari istilah Inggris: average propensity to

consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat

konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel ketika konsumsi

tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan

formula :

APC = CY d

|

Page 9: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

2. Definisi Kecondongan Menabung

Konsep kecondongan menabung juga dibedakan kepada dua istilah yaitu :

a) Kencondongan Menabung Marjinal, atau secara ringkas MPS (dari perkataan

marginal propensity to save), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di

antara pertambahan tabungan (S) dengan pertambahan pendapatan

disposebel (Yd). Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan formula :

MPS = ∆S∆Y d

b) Kecondongan Menabung rata-rata, atau secara ringkas APS (dariperkataan

average propensity to save), menunjukkan perbandingan di antara

tabungan (S) dengan pendapatan disposebel (Yd). Nilai APS dapat dihitung

dengan menggunakan formula:

APS = SY d

B. HUBUNGAN ANTARA KECONDONGAN MENGKONSUMSI DAN MENABUNG

Dalam tabel di bawah dihitung MPC + PMS (lihat kolom 4) dan APC + APS (lihat

kolom 7). Hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa dalam contoh 1 dan

contoh 2:

1. MPC + MPS = 1

2. APC + APS = 1

|

Page 10: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

Hubungan antara Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung

Pendapatan disposebel

MPC MPS MPC+MPS APC APS APC+APS

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

CONTOH 1 : MPC DAN MPS TETAPRp 200 rb

400 rb600 rb800 rb

0,750,750,75

0,250,250,25

111

1,501,1251,000,9375

0,500,12500,0625

1111

CONTOH 2 : MPC DAN MPS BERUBAHRp 200 rb

400 rb600 rb800 rb

0,80,750,70

0,20,250,30

111

1,501,151,0170,9375

0,500,150,0170,0625

1111

Berdasarkan kepada penghitungan tersebut dapatlah dibuat rumusan yang berikut:

1. Dalam setiap nilai MPC dan MPS, yaitu apakah nilainya tetap (contoh 1) atau

berubah (contoh 2), MPC + MPS akan selalu sama dengan satu.

2. Dalam setiap nilai APC dan APS, yaitu apakah APC dan APS adalah tetap (contoh

1) atau berubah (contoh 2), APC + APS akan selalu sama dengan satu.

Pembuktian rumusan (2)

Rumusan 1 dan 2 di atas dapat dengan mudah dibuktikan dengan menggunakan

persamaan aljabar yang sederhana, bahwa pendapatan disposebel adalah sama

dengan konsumsi rumah tangga ditambah dengan tabungan rumah tangga.

Pembuktian rumusan (1)

Apabila rumah tangga mengalami kenaikan pendapatan, maka konsumsi dan

tabungannya akan bertambah.

|

Page 11: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

2. FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN

A. CIRI-CIRI FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN

Sebelum menerangkan ciri-ciri fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, terlebih dahulu

diterangkan dan didefinisikan arti dari istilah fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.

1. Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di

antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan

pendapatan nasional (atau pendapatan disposebel) perekonomian tersebut.

2. Fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di

antara tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan

pendapatan nasional (atau pendapatan disposebel) perekonomian tersebut.

Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan adalah merupakan garis lurus, dan ini

disebabkan karena nilai MPC dan MPS adalah tetap. Seterusnya kecondongan fungsi

konsumsi adalah kurang dari 450 dan selalu memotong garis 450. Sifat ini disebabkan

karena MPC lebih kecil dari satu. Fungsi konsumsi memotong garis 450 pada nilai

pendapatan nasional misalkan sebanyak Rp 360 triliun karena pada tingkat

pendapatan itu konsumsi rumah tangga = pendapatan nasional. Fungsi tabungan

memotong sumbu datar pada pendapatan nasional misalkan sebanyak Rp 360 triliun

karena pada pendapatan ini tabungan rumah tangga = 0.

B. MPC DAN MPS DAN KECONDONGAN FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN

Dalam menerangkan ciri-ciri fungsi konsumsi dan tabungan nilai MPC akan

menentukan kecondongan fungsi konsumsi dan nilai MPS akan menentukan

|

Page 12: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

kecondongan fungsi tabungan. Hal itu dapat dibuktikan dengan melihat kepada

akibat dari pergerakan di antara dua titik pada fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.

C. PERSAMAAN FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN

Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, dapat dinyatakan dalam persamaan

aljabar. Persamaan aljabar untuk fungsi konsumsi dan tabungan adalah seperti

berikut ini :

1. Fungsi konsumsi ialah : C = a + bY

2. Fungsi tabungan ialah : S = a + (1 b)Y

dimana a adalah konsumsi rumah tangga pada ketika pendapatan nasional adalah 0,

b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah

tingkat pendapatan nasional.

D. PENENTU-PENENTU LAIN KONSUMSI DAN TABUNGAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi dan tabungan rumah tangga:

1. Kekayaan yang telah terkumpul

Harta warisan atau tabungan yang banyak sebagai akibat usaha di masa lalu,

dalam keadaan seperti itu sudah tidak terdorong lagi untuk menabung lebih

banyak. Untuk orang yang tidak memperoleh warisan atau kekayaan, mereka

akan lebih bertekad untuk menabung untuk memperoleh kekayaan yang lebih

banyak di masa yang akan datang atau untuk memenuhi kebutuhan masa depan

keluarganya.

2. Suku Bunga

|

Page 13: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

Apabila suku bunga tinggi lebih banyak pendapatan dari penabungan akan

diperoleh. Suku bunga yang rendah tidak begitu suka membuat tabungan karena

merasa lebih baik melakukan pengeluaran konsumsi dari menabung.

3. Sikap berhemat

Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda dalam menabung dan

berbelanja. Ada masyarakat yang tidak suka belanja berlebih-lebihan dan lebih

mementingkan tabungan.

4. Keadaan Perekonomian

Dalam perekonomian yang tumbuh dengan teguh dan tidak banyak

pengangguran, masyarakat berkecenderungan melakukan pengeluaran lebih

aktif. Tetapi dalam keadaan perekonomian yang lambat, tingkat pengangguran

menunjukkan tendensi meningkat dan sikap masyarakat lebih hati-hati dalam

mempergunakan uang.

5. Distribusi Pendapatan

Dalam masyarakat yang distribusi pendapatannya tidak merata, lebih banyak

tabungan yang akan dapat diperoleh. Dengan demikian (1) sebagian besar

pendapatan nasional dinikmati oleh segolongan kecil penduduk yang sangat

kaya, dan (2) golongan masyarakat ini mempunyai kecenderungan menabung

yang lebih tinggi.

6. Tersedia Tidaknya Dana Pensiun yang Mencukupi

Apabila pendapatan dari pensiun besar jumlahnya, para pekerja tidak terdorong

untuk melakukan tabungan yang banyak pada masa bekerja dan ini menaikkan

tingkat konsumsi, sebaliknya apabila pendapatan pensiun sebagai jaminan hari

|

Page 14: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

tua tidak mencukupi, masyarakat cenderung menabung lebih banyak ketika

mereka bekerja

3. INVESTASI

Arus barang hasil produksi nasional dirinci atas dua macam : barang-barang

konsumsi yang dijual ke RTK, dan barang-barang produksi yang disalurkan ke RTP

untuk memperbesar kapasitas produksi di dunia usaha. Supaya lebih teliti, kita

pakai nilai Produk Nasional Netto (NNP) karena penyusutan termasuk biaya

produksi dan tidak menjadi pendapatan RTK.

Demikia pula arus pembayaran terdiri atas dua macam : Pembelanjaan RTK

untuk konsumsi (C) dan pembelanjaan RTP untk barang-barang modal, disingkat

dengan huruf In (Investasi Netto = Investasi Bruto dikurangi Penyusutan). Dari

mana dunia usaha mendapat dana untuk membiayainya tidak dipersoalkan dulu,

kita anggap dari tabungan masyarakat melalui kredit bank.

Besarnya investasi sebagian bersifat “otonom” (In=lo), artinya tidak

tergantung dari tingkat pendapatan nasional, melainkan dari pertimbangan RTP

sendiri. Keputusan para pengusaha di RTP untuk mengadakan investasi

dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain harapan akan dapat menjual seluruh

hasil produksinya dengan mendapat laba (expections), perkembangan teknologi,

beban pajak, tersedianya kredit bank, tingkat bunga yang berlaku dan lain-lain.

Oleh karena itu, pembelajaran RTP untuk investasi sangat variabel. Kita misalkan

dalam contoh dibawah, pada tingkat teknologi dan suku bunga yang berlaku,

|

Page 15: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

para pengusaha mau mengeluarkan uang untuk membeli peralatan produksi

tersebut semahal apapun harganya.

4. KESEIMBANGAN

Ekuilibrium (keseimbangan) menggambarkan situasi dimana kekuatan-

kekuatan yang berbeda berada dalam kondisi seimbang (balance).

Perekonomian mencapai ekuilibrium jika:

- pengeluaran yang direncanakan (planned spending) sama dengan output

yang direncanakan (planned output) atau

- tabungan yang direncanakan (planned saving) sama dengan investasi yang

direncanakan (planned investment)

Dengan anggapan demikian maka permintaan masyarakat ditentukan oleh

fungsi Konsumsi (Keputusan RTK) dan fungsi Investasi (Keputusan RTP).

Pertanyaan yang akan adalah : pada tingkat produksi berapakah akan tercapai

equilibrium? Berbagai tingkat produksi (NNP) dan pendapatan (Y) yang mungkin

terjadi (data hipotesis) dicantumkan dalam tabel IX.1 dibawah ini.

NNP = Y C S I0 C + I0 Y = C + S0

4080

120160200

205080

110140170

-20-100

+10+20+30

202020202020

4070

100130160190

04080

120160200

|

Page 16: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

Angka menunjukkan berbagai tingkat output (real NNP) yang akan

dihasilkan dan ditawarkan oleh para pengusaha di RTP dengan harapan mereka

menerima jumlah penerimaan yang sama dari hasil penjualannya. Maksudnya,

RTP menghasilkan produk NNP senilai 160, dan untuk itu membayar balas karya

faktor produksi (upah, sewa, bunga, laba) sebanyak 160 (=Y) hanya kalau mereka

dapat menjual hasil produksi itu dengan mendapatkan 160 juga dalam bentuk

penerimaan hasil penjualan. Berarti hanya kalau jumlah pembelanjaan

masyarakat (aggregate/total spending = C + I) juga sebesar 160. Dalam keadaan

equilibrium.

NNP Y SPENDING

= Suply

barang dan jasa dinilai

dalam uang dihasilkan

oleh RTP

= Income

Balas karya dibayar oleh

RTP diterima oleh RTK Y

dibagi ats C + S

= Effective Demand

Dari RTK = C

dari RTP = I0

diterima oleh RTP

Keterangan :

NNP = Y nilai produk nasional menimbulkan dan sama dengan nilai

pendapatan nasional yang dibayar oleh RTP kepada RTK

Penerimaan dunia usaha = pembelanjaan masyarakat = C + I ini menjadi

penghasilan masyarat : C + I = Y

Y yang diterima di RTK dibagi atas C dan S → Y = C + S

- Sebagian besar dibelanjakan untuk konsumsi (C)

|

Page 17: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

- Sebagian tidak dibelanjakan, jadi ditabung (S)

Dalam keadaan equilibrium NNP = Y = C + I = C + S, maka I = S.

Contoh equilibrium

5. MULTIPLIER

A. SUATU GAMBARAN MENGENAI PROSES MULTIPLIER

1. Peristiwa yang menimbulkan proses multiplier

Misalkan para pengusaha meminjam dari bank-bank umum untuk membiayai

perluasaan kegiatan itu berupa menambah produksi dari tingkat yang dicapai

sekarang kepada yang lebih tinggi. Untuk mewujudkannya para pengusaha

harus menambah barang modal, tenaga kerja, pembelian bahan-bahan mentah.

Pertambahan pendapatan nasional yang terjadi tidak akan berhenti sampai di

sini saja. Dengan terjadinya pertambahan, pendapatan masyarakat pun

bertambah pula, pertambahan ini menimbulkan pertambahan baru dalam

konsumsi rumah tangga yang selanjutnya akan menimbulkan lagi pertambahan

dalam pendapatan nasional.

|

Page 18: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

B. MENENTUKAN BESARNYA MULTIPLIER

Nilai multiplier menggambarkan perbandingan di antara jumlah

pertambahan/pengurangan dalam pendapatan nasional dengan jumlah

pertambahan/pengurangan dalam pengeluaran agregat yang telah menimbulkan

perubahan dalam pendapatan nasional tersebut.

1. Cara menentukan multiplier

Dalam perekonomian dua sektor corak dari rangkaian pertambahan

pengeluaran, pertambahan pendapatan nasional dan pertambahan konsumsi

yang akan berlangsung.

Tambahan investasi pada permulaannya akan menaikkan pendapatan nasional

dan pendapatan rumah tangga. Seterusnya kenaikan pendapatan rumah tangga

tersebut akan menaikkan konsumsi. Kenaikan konsumsi ini menimbulkan proses

multiplier tahap kedua, yaitu konsumsi yaitu menyebabkan pertambahan

pendapatan nasional. Ini akan menimbulkan kenaikan konsumsi tahap kedua.

Proses pertambahan pendapatan konsumsi dan tabungan ini terus berlangsung

sehingga tidak wujud lagi pertambahan pendapatan.

2. Formula untuk menentukan multiplier

Apabila proses multiplier tersebut terus berjalan, pada akhirnya pendapatan

nasional akan bertambah, konsumsi rumah tangga bertambah, dan tabungan

rumah tangga bertambah.

|

Page 19: Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor

091100068

C. PERUBAHAN KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL

Pada mulanya fungsi konsumsi adalah bahwa pengeluaran agregat tersebut

mewujudkan pendapatan nasional. Kenaikan investasi menyebabkan tingkat investasi

yang baru, maka pada tingkat keseimbangan yang baru pendapatan nasional

Dari data yang ada, hasil perhitungan dan grafik segera dapat dilihat

bahwaada hubungan tertentu ∆I (tambahan pembelajaran masyarakat atau

permintaan efektif) dan ∆Y (Produksi dan Pendapatan Nasional). Bila permintaan

efektif bertambah (dari I = 0 menjadi I = 20, atau dari I = 20 menjadi I’ = 30),

maka Y equilibrium bertambah dengan jumlah yang lebih besar. Gejala ini

dikenal dengan nama multiplier atau angka pengganda, yang disingkat dengan

huruf k (sekian kali lipat).

Pengganda juga menjelaskan bagaimana shocks yang terjadi pada investasi,

pajak dan pengeluaran pemerintah, dan perdagangan luar negeri berpengaruh

terhadap output dan kesempatan kerja dalam perekonomian, dengan asumsi:

- Upah dan harga tidak berubah

- perekonomian terdapat pengangguran sumberdaya

- Tidak ada perubahan dalam pasar uang

|