Upload
asri-ayuning-kusuma
View
285
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 1/28
KERAJAAN BUDHA
1. KERAJAAN SRIWIJAYA
Pembentukan dan pertumbuhan
Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan. Kerajaan ini
menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim, namun kerajaan ini
tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia Tenggara,
dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil
di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan kawasan yang menjadi pusat
pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan kerajaan ini biasa memindahkan
pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah
secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah pendukungnya diperintah
oleh datu setempat.
Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing, dari
prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah
kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat
bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian
kemaharajaan Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang yang berangka
tahun 686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai
bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung.
Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisimiliter untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya,
peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan
Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan
Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan
maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat
Karimata.
Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya
mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan
observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan
Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina mulai
mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut,
Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di
Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di
bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja,
sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, memutuskan
hubungan dengan Sriwijaya di abad yang sama.Di akhir abad ke-8 beberapa
kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah
kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendrabermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa disana. Di abad ini pula, Langkasuka
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 2/28
di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan. Di masa berikutnya, Pan Pan
dan Trambralinga, yang terletak di sebelah utara Langkasuka, juga berada di
bawah pengaruh Sriwijaya.
Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa
pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis,
Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk
memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia
membangun Candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.
Masa Kejayaan
Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim, mengandalkan hegemoni
pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur
perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagaipangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang,
memungut cukai serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan
kekuasaanya.[24]Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9
Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia
Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand,
Kamboja, Vietnam,[2] dan Filipina.[25] Dominasi atas Selat Malaka dan Selat
Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan
perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat.
Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang
perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.
Sriwijaya juga disebut berperan dalam menghancurkan kerajaan Medang di
Jawa, dalam prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya yaitu
peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji Wurawari dari
Lwaram yang kemungkinan merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun
1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir
Dharmawangsa Teguh.
Masa Penurunan
Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, raja dari dinasti Chola di Koromandel,
India selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Sriwijaya, berdasarkan
prasasti Tanjore bertarikh 1030, kerajaan Chola telah menaklukan daerah-
daerah koloni Sriwijaya, sekaligus berhasil menawan raja Sriwijaya yang
berkuasa waktu itu Sangrama-Vijayottunggawarman. Selama beberapa dekade
berikutnya seluruh imperium Sriwijaya telah berada dalam pengaruh dinasti
Chola. Meskipun demikian Rajendra Chola I tetap memberikan peluang kepada
raja-raja yang ditaklukannya untuk tetap berkuasa selama tetap tunduk
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 3/28
kepadanya.[26] Hal ini dapat dikaitkan dengan adanya berita utusan San-fo-ts'i
ke Cina tahun 1028.[27]
Namun demikian pada masa ini Sriwijaya dianggap telah menjadi bagian dari
dinasti Chola, dari kronik Tiongkok menyebutkan bahwa pada tahun 1079
Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo ) raja dinasti Chola disebut juga sebagai raja
San-fo-ts'i, yang kemudian mengirimkan utusan untuk membantu perbaikan
candi dekat Kanton. Selanjutnya dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao
disebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun 1082 masih mengirimkan
utusan pada masa Cina di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar
tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, yang
merupakan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta
menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian.
Kemudian juga mengirimkan utusan berikutnya di tahun 1088.[2] Pengaruh
invasi Rajendra Chola I, terhadap hegemoni Sriwijaya atas raja-rajabawahannya melemah, beberapa daerah taklukan melepaskan diri, sampai
muncul Dharmasraya sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali
wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera,
sampai Jawa bagian barat.
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-ch i [28] yang ditulis pada
tahun 1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara
terdapat dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-ts'i dan Cho-
po (Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha
dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts'i memeluk Budha, dan memiliki 15
daerah bawahan yang meliputi; Si-lan (Kamboja), Tan-ma-ling (Tambralingga,
Ligor, selatan Thailand), Kia-lo-hi (Grahi, Chaiya sekarang, selatan Thailand),
Ling-ya-si-kia (Langkasuka), Kilantan (Kelantan), Pong-fong (Pahang), Tong-
ya-nong (Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun daerah Terengganu
sekarang), Ji-lo-t'ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Ts'ien-
mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a (Sungai Paka, pantai
timur Semenanjung Malaya), Lan-wu-li (Lamuri di Aceh), Pa-lin-fong
(Palembang), Kien-pi (Jambi), dan Sin-t'o (Sunda).[6][10]
Namun demikian, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik
dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya, dari daftar 15
negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan kerajaan
Dharmasraya, walaupun sumber Tiongkok tetap menyebut San-fo-tsi sebagai
kerajaan yang berada di kawasan laut Cina Selatan. Hal ini karena dalam
Pararaton telah menyebutkan Malayu, disebutkan Kertanagara raja Singhasari
mengirim sebuah ekspedisi Pamalayu atau Pamalayu , dan kemudian
menghadiahkan Arca Amoghapasa kepada raja Melayu, Srimat Tribhuwanaraja
Mauli Warmadewa di Dharmasraya sebagaimana yang tertulis pada prasasti
Padang Roco. Peristiwa ini kemudian dikaitkan dengan manuskrip yang terdapat
pada prasasti Grahi. Begitu juga dalam Nagarakretagama, yang menguraikan
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 4/28
tentang daerah jajahan Majapahit juga sudah tidak menyebutkan lagi nama
Sriwijaya untuk kawasan yang sebelumnya merupakan kawasan Sriwijaya.
2. KERAJAAN MATARAM KUNO
Pada umumnya, istilah Kerajaan Medang hanya lazim dipakai untuk menyebut periode Jawa
Timur saja, padahal berdasarkan prasasti-prasasti yang telah ditemukan, nama Medang sudah
dikenal sejak periode sebelumnya, yaitu periode Jawa Tengah.
Sementara itu, nama yang lazim dipakai untuk menyebut Kerajaan Medang periode Jawa
Tengah adalah Kerajaan Mataram, yaitu merujuk kepada salah daerah ibu kota kerajaan ini.
Kadang untuk membedakannya dengan Kerajaan Mataram Islam yang berdiri pada abad ke-
16, Kerajaan Medang periode Jawa Tengah biasa pula disebut dengan nama Kerajaan
Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu.
Bhumi Mataram adalah sebutan lama untuk Yogyakarta dan sekitarnya. Di daerah inilahuntuk pertama kalinya istana Kerajaan Medang diperkirakan berdiri ( Rajya Medang i Bhumi
Mataram). Nama ini ditemukan dalam beberapa prasasti, misalnya prasasti Minto dan
prasasti Anjuk ladang. Istilah Mataram kemudian lazim dipakai untuk menyebut nama
kerajaan secara keseluruhan, meskipun tidak selamanya kerajaan ini berpusat di sana.
Sesungguhnya, pusat Kerajaan Medang pernah mengalami beberapa kali perpindahan,
bahkan sampai ke daerah Jawa Timur sekarang. Beberapa daerah yang pernah menjadi lokasi
istana Medang berdasarkan prasasti-prasasti yang sudah ditemukan antara lain,
Medang i Bhumi Mataram (zaman Sanjaya)
Medang i Mamrati (zaman Rakai Pikatan)
Medang i Poh Pitu (zaman Dyah Balitung)
Medang i Bhumi Mataram (zaman Dyah Wawa)
Medang i Tamwlang (zaman Mpu Sindok)
Medang i Watugaluh (zaman Mpu Sindok)
Medang i Wwatan (zaman Dharmawangsa Teguh)
Menurut perkiraan, Mataram terletak di daerah Yogyakarta sekarang. Mamrati dan Poh Pitu
diperkirakan terletak di daerah Kedu. Sementara itu, Tamwlang sekarang disebut dengan
nama Tembelang, sedangkan Watugaluh sekarang disebut Megaluh. Keduanya terletak di
daerah Jombang. Istana terakhir, yaitu Wwatan, sekarang disebut dengan nama Wotan, yangterletak di daerah Madiun.
Awal berdirinya kerajaan
Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa raja
pertama Kerajaan Medang ( Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu) adalah Rakai
Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebut dengan
jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang memerintah pulauJawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara menjadi kacau. Sanjaya
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 5/28
kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha saudara perempuan
Sanna.
Sanna juga dikenal dengan nama sena atau Bratasenawa, yang merupakan raja Kerajaan
Galuh yang ketiga (709 - 716 M).Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan dari tahta
Galuh oleh Purbasora (saudara satu ibu sanna) dalam tahun 716 M.Sena akhirnya melarikandiri ke Pakuan, meminta perlindungan pada Raja Tarusbawa. Tarusbawa yang merupakan
raja pertama Kerajaan Sunda (setelah tarumanegara pecah menjadi Kerajaan Sunda dan
Kerajaan Galuh) adalah sahabat baik sanna. Persahabatan ini pula yang mendorong
Tarusbawa mengambil Sanjaya menjadi menantunya. Sanjaya, anak Sannaha saudara
perempuan Sanna, berniat menuntut balas terhadap keluarga Purbasora. Untuk itu ia meminta
bantuan Tarusbawa (mertuanya yangg merupakan sahabat sanna). Hasratnya dilaksanakan
setelah menjadi Raja Sunda yang memerintah atas nama isterinya. Akhirnya Sanjaya menjadi
penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kalingga (setelah Ratu Shima
mangkat). Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan Mataram dari orangtuanya.
Sebelum ia meninggalkan kawasan Jawa Barat, ia mengatur pembagian kekuasaan antara
puteranya, Tamperan, dan Resi Guru Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi kekuasaanTamperan, sedangkan Kerajaan Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resi Guru
Demunawan, putera bungsu Sempakwaja.
Kisah hidup Sanjaya secara panjang lebar terdapat dalam Carita Parahyangan yang baru
ditulis ratusan tahun setelah kematiannya, yaitu sekitar abad ke-16.
Dinasti yang berkuasa
Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan
Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta
Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur .
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya. Dinasti ini
menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa pemerintahan
Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas Medang direbut
oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana.
Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula menguasai
Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang
keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi Pramodawardhani putri
mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa menjadi raja Medang, dan
memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan
kembali Wangsa Sanjaya.
Menurut teori Bosch, nama raja-raja Medang dalam Prasasti Mantyasih dianggap sebagai
anggota Wangsa Sanjaya secara keseluruhan. Sementara itu Slamet Muljana berpendapat
bahwa daftar tersebut adalah daftar raja-raja yang pernah berkuasa di Medang, dan bukan
daftar silsilah keturunan Sanjaya.
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 6/28
Contoh yang diajukan Slamet Muljana adalah Rakai Panangkaran yang diyakininya bukan
putra Sanjaya. Alasannya ialah, prasasti Kalasan tahun 778 memuji Rakai Panangkaran
sebagai “permata wangsa Sailendra” (Sailendrawangsatilaka). Dengan demikian pendapat ini
menolak teori van Naerssen tentang kekalahan Rakai Panangkaran oleh seorang raja
Sailendra.
Menurut teori Slamet Muljana, raja-raja Medang versi Prasasti Mantyasih mulai dari Rakai
Panangkaran sampai dengan Rakai Garung adalah anggota Wangsa Sailendra. Sedangkan
kebangkitan Wangsa Sanjaya baru dimulai sejak Rakai Pikatan naik takhta menggantikan
Rakai Garung.
Istilah Rakai pada zaman Medang identik dengan Bhre pada zaman Majapahit, yang
bermakna “penguasa di”. Jadi, gelar Rakai Panangkaran sama artinya dengan “Penguasa di
Panangkaran”. Nama aslinya ditemukan dalam prasasti Kalasan, yaitu Dyah Pancapana.
Slamet Muljana kemudian mengidentifikasi Rakai Panunggalan sampai Rakai Garung dengan
nama-nama raja Wangsa Sailendra yang telah diketahui, misalnya Dharanindra ataupunSamaratungga. yang selama ini cenderung dianggap bukan bagian dari daftar para raja versi
Prasasti Mantyasih.
Sementara itu, dinasti ketiga yang berkuasa di Medang adalah Wangsa Isana yang baru
muncul pada „‟periode Jawa Timur‟‟. Dinasti ini didirikan oleh Mpu Sindok yang
membangun istana baru di Tamwlang sekitar tahun 929. Dalam prasasti-prasastinya, Mpu
Sindok menyebut dengan tegas bahwa kerajaannya adalah kelanjutan dari Kadatwan
Rahyangta i Medang i Bhumi Mataram.
Daftar raja-raja Medang
Apabila teori Slamet Muljana benar, maka daftar raja-raja Medang sejak masih berpusat di
Bhumi Mataram sampai berakhir di Wwatan dapat disusun secara lengkap sebagai berikut:
1. Sanjaya, pendiri Kerajaan Medang
2. Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Syailendra
3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra
4. Rakai Warak alias Samaragrawira
5. Rakai Garung alias Samaratungga
6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya
7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
8. Rakai Watuhumalang
9. Rakai Watukura Dyah Balitung
10. Mpu Daksa
11. Rakai Layang Dyah Tulodong
12. Rakai Sumba Dyah Wawa
13. Mpu Sindok , awal periode Jawa Timur
14. Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya
15. Makuthawangsawardhana
16. Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Medang berakhir
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 7/28
Pada daftar di atas hanya Sanjaya yang memakai gelar Sang Ratu, sedangkan raja-raja
sesudahnya semua memakai gelar Sri Maharaja.
Struktur pemerintahan
Raja merupakan pemimpin tertinggi Kerajaan Medang. Sanjaya sebagai raja pertama
memakai gelar Ratu. Pada zaman itu istilah Ratu belum identik dengan kaum perempuan.
Gelar ini setara dengan Datu yang berarti "pemimpin". Keduanya merupakan gelar asli
Indonesia.
Ketika Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra berkuasa, gelar Ratu dihapusnya dan
diganti dengan gelar Sri Maharaja. Kasus yang sama terjadi pada Kerajaan Sriwijaya di mana
raja-rajanya semula bergelar Dapunta Hyang, dan setelah dikuasai Wangsa Sailendra juga
berubah menjadi Sri Maharaja.
Pemakaian gelar Sri Maharaja di Kerajaan Medang tetap dilestarikan oleh Rakai Pikatan meskipun Wangsa Sanjaya berkuasa kembali. Hal ini dapat dilihat dalam daftar raja-raja versi
Prasasti Mantyasih yang menyebutkan hanya Sanjaya yang bergelar Sang Ratu.
Jabatan tertinggi sesudah raja ialah Rakryan Mahamantri i Hino atau kadang ditulis Rakryan
Mapatih Hino. Jabatan ini dipegang oleh putra atau saudara raja yang memiliki peluang untuk
naik takhta selanjutnya. Misalnya, Mpu Sindok merupakan Mapatih Hino pada masa
pemerintahan Dyah Wawa.
Jabatan Rakryan Mapatih Hino pada zaman ini berbeda dengan Rakryan Mapatih pada
zaman Majapahit. Patih zaman Majapahit setara dengan perdana menteri namun tidak berhak
untuk naik takhta.
Jabatan sesudah Mahamantri i Hino secara berturut-turut adalah Mahamantri i Halu dan
Mahamantri i Sirikan. Pada zaman Majapahit jabatan-jabatan ini masih ada namun hanya
sekadar gelar kehormatan saja. Pada zaman Wangsa Isana berkuasa masih ditambah lagi
dengan jabatan Mahamantri Wka dan Mahamantri Bawang.
Jabatan tertinggi di Medang selanjutnya ialah Rakryan Kanuruhan sebagai pelaksana perintah
raja. Mungkin semacam perdana menteri pada zaman sekarang atau setara dengan Rakryan
Mapatih pada zaman Majapahit. Jabatan Rakryan Kanuruhan pada zaman Majapahit
memang masih ada, namun kiranya setara dengan menteri dalam negeri pada zaman
sekarang.
Keadaan penduduk
Penduduk Medang sejak periode Bhumi Mataram sampai periode Wwatan pada umumnya
bekerja sebagai petani. Kerajaan Medang memang terkenal sebagai negara agraris, sedangkan
saingannya, yaitu Kerajaan Sriwijaya merupakan negara maritim.
Agama resmi Kerajaan Medang pada masa pemerintahan Sanjaya adalah Hindu aliran Siwa.
Ketika Sailendrawangsa berkuasa, agama resmi kerajaan berganti menjadi Buddha aliran
Mahayana. Kemudian pada saat Rakai Pikatan dari Sanjayawangsa berkuasa, agama Hindudan Buddha tetap hidup berdampingan dengan penuh toleransi.
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 8/28
Konflik takhta periode Jawa Tengah
Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi putra Rakai Pikatan (sekitar 856 – 880 – an),
ditemukan beberapa prasasti atas nama raja-raja lain, yaitu Maharaja Rakai Gurunwangi dan
Maharaja Rakai Limus Dyah Dewendra. Hal ini menunjukkan kalau pada saat itu Rakai
Kayuwangi bukanlah satu-satunya maharaja di Pulau Jawa. Sedangkan menurut prasasti
Mantyasih, raja sesudah Rakai Kayuwangi adalah Rakai Watuhumalang.
Dyah Balitung yang diduga merupakan menantu Rakai Watuhumalang berhasil
mempersatukan kembali kekuasaan seluruh Jawa, bahkan sampai Bali. Mungkin karena
kepahlawanannya itu, ia dapat mewarisi takhta mertuanya.
Pemerintahan Balitung diperkirakan berakhir karena terjadinya kudeta oleh Mpu Daksa yang
mengaku sebagai keturunan asli Sanjaya. Ia sendiri kemudian digantikan oleh menantunya,
bernama Dyah Tulodhong. Tidak diketahui dengan pasti apakah proses suksesi ini berjalan
damai ataukah melalui kudeta pula.
Tulodhong akhirnya tersingkir oleh pemberontakan Dyah Wawa yang sebelumnya menjabat
sebagai pegawai pengadilan.
Teori van Bammelen
Menurut teori van Bammelen, perpindahan istana Medang dari Jawa Tengah menuju Jawa
Timur disebabkan oleh letusan Gunung Merapi yang sangat dahsyat. Konon sebagian puncak
Merapi hancur. Kemudian lapisan tanah begeser ke arah barat daya sehingga terjadi lipatan,
yang antara lain, membentuk Gunung Gendol dan lempengan Pegunungan Menoreh. Letusantersebut disertai gempa bumi dan hujan material vulkanik berupa abu dan batu.
Istana Medang yang diperkirakan kembali berada di Bhumi Mataram hancur. Tidak diketahui
dengan pasti apakah Dyah Wawa tewas dalam bencana alam tersebut ataukah sudah
meninggal sebelum peristiwa itu terjadi, karena raja selanjutnya yang bertakhta di Jawa
Timur bernama Mpu Sindok .
Mpu Sindok yang menjabat sebagai Rakryan Mapatih Hino mendirikan istana baru di daerah
Tamwlang. Prasasti tertuanya berangka tahun 929. Dinasti yang berkuasa di Medang periode
Jawa Timur bukan lagi Sanjayawangsa, melainkan sebuah keluarga baru bernama
Isanawangsa, yang merujuk pada gelar abhiseka Mpu Sindok yaitu Sri IsanaWikramadharmottungga.
Permusuhan dengan Sriwijaya
Selain menguasai Medang, Wangsa Sailendra juga menguasai Kerajaan Sriwijaya di pulau
Sumatra. Hal ini ditandai dengan ditemukannya Prasasti Ligor tahun 775 yang menyebut
nama Maharaja Wisnu dari Wangsa Sailendra sebagai penguasa Sriwijaya.
Hubungan senasib antara Jawa dan Sumatra berubah menjadi permusuhan ketika Wangsa
Sanjaya bangkit kembali memerintah Medang. Menurut teori de Casparis, sekitar tahun 850 –
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 9/28
an, Rakai Pikatan berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa Sailendra bernama
Balaputradewa putra Samaragrawira.
Balaputradewa kemudian menjadi raja Sriwijaya di mana ia tetap menyimpan dendam
terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan
turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersainguntuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.
Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa
Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur , pasukan Sriwijaya
datang menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk , Jawa
Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.
Peristiwa Mahapralaya
Mahapralaya adalah peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur berdasarkan beritadalam prasasti Pucangan. Tahun terjadinya peristiwa tersebut tidak dapat dibaca dengan jelas
sehingga muncul dua versi pendapat. Sebagian sejarawan menyebut Kerajaan Medang runtuh
pada tahun 1006, sedangkan yang lainnya menyebut tahun 1016.
Raja terakhir Medang adalah Dharmawangsa Teguh, cicit Mpu Sindok. Kronik Cina dari
Dinasti Song mencatat telah beberapa kali Dharmawangsa mengirim pasukan untuk
menggempur ibu kota Sriwijaya sejak ia naik takhta tahun 991. Permusuhan antara Jawa dan
Sumatra semakin memanas saat itu.
Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan
putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yangdiperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa
tewas.
Tiga tahun kemudian, seorang pangeran berdarah campuran Jawa – Bali yang lolos dari
Mahapralaya tampil membangun kerajaan baru sebagai kelanjutan Kerajaan Medang.
Pangeran itu bernama Airlangga yang mengaku bahwa ibunya adalah keturunan Mpu Sindok .
Kerajaan yang ia dirikan kemudian lazim disebut dengan nama Kerajaan Kahuripan.
KERAJAAN HINDHU
1. KERAJAAN KUTAI
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti
sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan
Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.[1][2]
Nama Kutai diberikan oleh para ahli
mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan
tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang
sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 10/28
Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal
dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam
menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai
tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui
bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat
dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum
brahmana.
Masa Pertumbuhan
Aswawarman adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui
sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya
pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalahMulawarman.
Masa Kejayaan
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa
pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah
kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidupsejahtera dan makmur.
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi
dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.
Nama-Nama Raja Kutai
1. Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman
2. Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
3. Maharaja Mulawarman
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Gajayana Warman
6. Maharaja Tungga Warman
7. Maharaja Jayanaga Warman8. Maharaja Nalasinga Warman
9. Maharaja Nala Parana Tungga
10. Maharaja Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja Indra Warman Dewa
12. Maharaja Sangga Warman Dewa
13. Maharaja Candrawarman14. Maharaja Sri Langka Dewa
15. Maharaja Guna Parana Dewa
16. Maharaja Wijaya Warman
17. Maharaja Sri Aji Dewa
18. Maharaja Mulia Putera19. Maharaja Nala Pandita
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 11/28
20. Maharaja Indra Paruta Dewa
21. Maharaja Dharma Setia
Berakhir
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam
peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.
Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai
Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai
Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama.
Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai
Kartanegara.
2. KERAJAAN TARUMANEGARA
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa diwilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu
kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan
peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma
adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Sumber Sejarah o 1.1 Prasasti yang ditemukan
1.1.1 Prasasti Pasir Muara
1.1.2 Prasasti Ciaruteun
1.1.3 Prasasti Telapak Gajah
1.1.4 Prasasti Jambu
o 1.2 Sumber berita dari luar negeri
o 1.3 Kepurbakalaan Masa Tarumanagara
o 1.4 Naskah Wangsakerta
1.4.1 Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta
2 Lihat pula
3 Rujukan 4 Bacaan selanjutnya
5 Garis waktu kerajaan-kerajaan di Jawa Barat/Banten
[sunting] Sumber Sejarah
Bila menilik dari catatan sejarah ataupun prasasti yang ada, tidak ada penjelasan atau catatan
yang pasti mengenai siapakah yang pertama kalinya mendirikan kerajaan Tarumanegara.
Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan sejarah adalah Purnawarman.
Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi)
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 12/28
sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan
selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang
ditemukan. Empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti
ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada
di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari
Kerajaan Salakanagara.
[sunting] Prasasti yang ditemukan
1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi
milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor
2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya,
Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya
menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai
Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai
tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering
terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim
kemarau.
3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang
mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian
kepada Raja Purnawarman.
4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
7. Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
Lahan tempat prasasti itu ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit
tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih
dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea.
Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.
Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan
sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan
Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil
perkebunan kopi. Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk mengangkut
barang dagangannya ke daerah hilir.
Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan
perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja
dengan beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum
mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah
(lontar) abad ke-16.
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 13/28
[ sunting ] Prasasti Pasir Muara
Di Bogor, prasasti ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak
Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini tak berada ditempat asalnya. Dalam
prasasti itu dituliskan :
ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa
barpulihkan haji su-nda
Terjemahannya menurut Bosch:
Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi
(4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.
Karena angka tahunnya bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan "angkanam vamato
gatih" (angka dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau536 Masehi.
[ sunting ] Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Ci Aruteun, seratus meter dari pertemuan sungaitersebut dengan Ci Sadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di dalam
cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sansekerta.
Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi:
vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva
padadvayam
Terjemahannya menurut Vogel:
Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang
gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.
Selain itu, ada pula gambar sepasang "pandatala" (jejak kaki), yang menunjukkan tanda
kekuasaan &mdash& fungsinya seperti "tanda tangan" pada zaman sekarang. Kehadiran
prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan
kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama
"Rajamandala" (raja daerah) Pasir Muhara.
[ sunting ] Prasasti Telapak Gajah
Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan satu
baris berbentuk puisi berbunyi:
jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam
Terjemahannya:
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 14/28
Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata
kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.
Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa perang
dan penguawa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I, sarga 1,
gajah perang Purnawarman diberi nama Airawata seperti nama gajah tunggangan Indra.Bahkan diberitakan juga, bendera Kerajaan Tarumanagara berlukiskan rangkaian bunga
teratai di atas kepala gajah. Demikian pula mahkota yang dikenakan Purnawarman berukiran
sepasang lebah.
Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti Ciaruteun yang
telah memancing perdebatan mengasyikkan di antara para ahli sejarah mengenai makna dan
nilai perlambangannya. Ukiran kepala gajah bermahkota teratai ini oleh para ahli diduga
sebagai "huruf ikal" yang masih belum terpecahkan bacaaanya sampai sekarang. Demikian
pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang menduganya sebagai
lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra (matahari dan bulan).
Keterangan pustaka dari Cirebon tentang bendera Taruma dan ukiran sepasang "bhramara"
(lebah) sebagai cap pada mahkota Purnawarman dalam segala "kemudaan" nilainya sebagai
sumber sejarah harus diakui kecocokannya dengan lukisan yang terdapat pada prasasti
Ciaruteun.
[ sunting ] Prasasti Jambu
Di daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan
Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan
Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang
telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:
shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma
pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane
nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam.
Terjemahannya menurut Vogel:
Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri
Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh
panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada
mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.
[sunting] Sumber berita dari luar negeri
Sumber-sumber dari luar negeri semuanya berasal dari berita Tiongkok.
1. Berita Fa Hien, tahun 414M dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di
Ye-po-ti ("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang
banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan "beragama kotor" (maksudnya
animisme). Ye Po Ti selama ini sering dianggap sebutan Fa Hien untuk Jawadwipa, tetapi adapendapat lain yang mengajukan bahwa Ye-Po-Ti adalah Way Seputih di Lampung, di daerah
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 15/28
aliran way seputih (sungai seputih) ini ditemukan bukti-bukti peninggalan kerajaan kuno
berupa punden berundak dan lain-lain yang sekarang terletak di taman purbakala Pugung
Raharjo, meskipun saat ini Pugung Raharjo terletak puluhan kilometer dari pantai tetapi
tidak jauh dari situs tersebut ditemukan batu-batu karang yg menunjukan daerah tersebut
dulu adalah daerah pantai persis penuturan Fa hien[rujukan? ]
2. Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To-lo-mo ("Taruma") yang terletak di sebelah selatan.
3. Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusan dari
To-lo-mo.
Dari tiga berita di atas para ahli[siapa?]
menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis
penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara.
Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diketahui
beberapa aspek kehidupan tentang Taruma.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkanprasast-prasati tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman.
Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi hapir seluruh Jawa Barat
yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.
Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta
Raja-raja Tarumanegara
1 Jayasingawarman 358-382
2 Dharmayawarman 382-395
3 Purnawarman 395-434
4 Wisnuwarman 434-455
5 Indrawarman 455-515
6 Candrawarman 515-535
7 Suryawarman 535-561
8 Kertawarman 561-628
9 Sudhawarman 628-639
10 Hariwangsawarman 639-640
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 16/28
11 Nagajayawarman 640-666
12 Linggawarman 666-669
Naskah Wangsakerta
Penjelasan tentang Tarumanagara cukup jelas di Naskah Wangsakerta. Sayangnya, naskah ini
mengundang polemik dan banyak pakar sejarah yang meragukan naskah-naskah ini bisa
dijadikan rujukan sejarah.
Pada Naskah Wangsakerta dari Cirebon itu, Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya,
Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan
putranya di tepi kali Candrabaga.
Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun
ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Dinamainya kota
itu Sundapura--pertama kalinya nama "Sunda" digunakan.
Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja
Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Tarumanagara
adalah Suryawarman (535 - 561 M) Raja Tarumanagara ke-7. Pustaka Jawadwipa, parwa I,
sarga 1 (halaman 80 dan 81) memberikan keterangan bahwa dalam masa pemerintahan
Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima
kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap
Tarumanagara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai
lanjutan politik ayahnya.
Rakeyan Juru Pengambat yang tersurat dalam prasasti Pasir Muara mungkin sekali seorang
pejabat tinggi Tarumanagara yang sebelumnya menjadi wakil raja sebagai pimpinan
pemerintahan di daerah tersebut. Yang belum jelas adalah mengapa prasasti mengenai
pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu terdapat di sana? Apakah daerah itu
merupakan pusat Kerajaan Sunda atau hanya sebuah tempat penting yang termasuk kawasan
Kerajaan Sunda?
Baik sumber-sumber prasasti maupun sumber-sumber Cirebon memberikan keteranganbahwa Purnawarman berhasil menundukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di
Pandeglang menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat Sunda.
Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah
kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau
Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang
Purbolinggo) di Jawa Tengah. Secara tradisional Cipamali (Kali Brebes) memang dianggap
batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.
Kehadiran Prasasti Purnawarman di Pasir Muara, yang memberitakan Raja Sunda dalam
tahun 536 M, merupakan gejala bahwa Ibukota Sundapura telah berubah status menjadi
sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Tarumanagara telah bergeser ketempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan Rajatapura atau Salakanagara (kota
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 17/28
Perak), yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362
menjadi pusat pemerintahan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).
Ketika pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara, maka Salakanagara
berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah
menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yangmengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta
dari Kerajaan Magada.
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan
kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri,
melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M,
misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah
Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama
kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang
Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit
Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.
Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669,
Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa.
Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi
istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri
Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan
Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena
Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke
Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang
mewarisi wilayah Tarumanagara.
3. KERAJAAN KEDIRI
Kerajaan Kediri adalah sebuah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12.
Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat kerajaanya terletak di
tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai.
Kerajaan Kediri lahir dari pembagian Kerajaan Mataram oleh Raja Airlangga (1000-1049).Pemecahan ini dilakukan agar tidak terjadi perselisihan di antara anak-anak selirnya. Tidak
ada bukti yang jelas bagaimana kerajaan tersebut dipecah dan menjadi beberapa bagian.
Dalam babad disebutkan bahwa kerajaan dibagi empat atau lima bagian. Tetapi dalam
perkembangannya hanya dua kerajaan yang sering disebut, yaitu Kediri (Pangjalu) dan
Jenggala. Samarawijaya sebagai pewaris sah kerajaan mendapat ibukota lama, yaitu
Dahanaputra, dan nama kerajaannya diubah menjadi Pangjalu atau dikenal juga sebagai
Kerajaan Kediri.
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 18/28
Perkembangan Kerajaan Kediri
Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi besar,
sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala ditaklukkan
oleh Kediri. Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin juga disebabkan oleh tidak
adanya prasasti yang ditinggalkan atau belum ditemukannya prasasti yang ditinggalkanKerajaan Jenggala. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-
1222) berselisih dengan golongan Brahmana. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu (setara
camat) Tumapel Tunggul Ametung.
Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan Kediri inilah
Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada di bawah kekuasaan
Singasari. Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara (1268-1292),
terjadilah pergolakan di dalam kerajaan. Jayakatwang, Raja Kediri yang selama ini tunduk
kepada Singasari bergabung dengan Bupati Sumenep (Madura) untuk menjatuhkan
Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292, Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara dan
membangun kembali kejayaan Kerajaan Kediri.
Berikut adalah nama-nama raja yang pernah memerintah di Kerajaan Kediri:
Sri Samarawijaya, merupakan putra Airlangga yang namanya ditemukan dalam
prasasti Pamwatan (1042).
Sri Jayawarsa, berdasarkan prasasti Sirah Keting (1104). Tidak diketahui dengan pasti
apakah ia adalah pengganti langsung Sri Samarawijaya atau bukan.
Sri Bameswara, berdasarkan prasasti Padelegan I (1117), prasasti Panumbangan
(1120), dan prasasti Tangkilan (1130).
Sri Jayabhaya, merupakan raja terbesar Kerajaan Kediri, berdasarkan prasasti
Ngantang (1135), prasasti Talan (1136), dan Kakawin Bharatayuddha (1157). Sri Sarweswara, berdasarkan prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti Kahyunan
(1161).
Sri Aryeswara, berdasarkan prasasti Angin (1171).
Sri Gandra, berdasarkan prasasti Jaring (1181).
Sri Kameswara, berdasarkan prasasti Ceker (1182) dan Kakawin Smaradahana.
Kertajaya, berdasarkan prasasti Galunggung (1194), Prasasti Kamulan (1194),
prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon (1205), Kitab Nagarakretagama, dan
Kitab Pararaton.
Runtuhnya Kediri
Setelah berhasil mengalahkan Kertanegara, Kerajaan Kediri bangkit kembali di bawah
pemerintahan Jayakatwang. Salah seorang pemimpin pasukan Singasari, Raden Wijaya,
berhasil meloloskan diri ke Madura. Karena perilakunya yang baik, Jayakatwang
memperbolehkan Raden Wijaya untuk membuka Hutan Tarik sebagai daerah tempat
tinggalnya. Pada tahun 1293, datang tentara Mongol yang dikirim oleh Kaisar Kubilai Khan
untuk membalas dendam terhadap Kertanegara. Keadaan ini dimanfaatkan Raden Wijaya
untuk menyerang Jayakatwang. Ia bekerjasama dengan tentara Mongol dan pasukan Madura
di bawah pimpinan Arya Wiraraja untuk menggempur Kediri. Dalam perang tersebut pasukanJayakatwang mudah dikalahkan. Setelah itu tidak ada lagi berita tentang Kerajaan Kediri.
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 19/28
4. KERAJAAN SINGASARI
Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah
kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini
sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Nama ibu kota 2 Awal berdiri
3 Silsilah Wangsa Rajasa
4 Prasasti Mula Malurung
5 Pemerintahan bersama
6 Kejayaan 7 Keruntuhan
8 Hubungan dengan Majapahit
9 Kepustakaan
10 Catatan
11 Lihat pula
[sunting] Nama ibu kota
Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialahKerajaan Tumapel. Menurut Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222,
ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.
Pada tahun 1254, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagara
sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang
merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Maka,
Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama Kerajaan Singhasari.
Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.
[sunting] Awal berdiri
Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang
menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati
dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok , yang
kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang
bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan
Kadiri.
Pada tahun 1222 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan kaum brahmana.
Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 20/28
raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kadiri
meletus di desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.
Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan Tumapel,
namun tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok . Dalam naskah itu, pendiri kerajaan
Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil mengalahkanKertajaya raja Kadiri.
Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri
Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari
Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut
dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang
melawan Kadiri, Ken Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.
[sunting] Silsilah Wangsa Rajasa
Wangsa Rajasa yang didirikan oleh Ken Arok. Keluarga kerajaan ini menjadi penguasa
Singhasari, dan berlanjut pada kerajaan Majapahit. Terdapat perbedaan antara Pararaton dan
Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan raja-raja Singhasari.
Versi Pararaton adalah:
1. Ken Arok alias Rajasa Sang
Amurwabhumi (1222 - 1247)
2. Anusapati (1247 - 1249)
3. Tohjaya (1249 - 1250)
4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272)
5. Kertanagara (1272 - 1292)
Versi Nagarakretagama adalah:
1. Rangga Rajasa Sang Girinathaputra
(1222 - 1227)
2. Anusapati (1227 - 1248)
3. Wisnuwardhana (1248 - 1254)
4. Kertanagara (1254 - 1292)
Kisah suksesi raja-raja Tumapel versi Pararaton diwarnai pertumpahan darah yang dilatari
balas dendam. Ken Arok mati dibunuh Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh
Tohjaya (anak Ken Arok dari selir). Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak
Anusapati). Hanya Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai.
Sementara itu versi Nagarakretagama tidak menyebutkan adanya pembunuhan antara raja
pengganti terhadap raja sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi karena Nagarakretagama adalah kitab pujian untuk Hayam Wuruk raja Majapahit. Peristiwa berdarah yang menimpa
leluhur Hayam Wuruk tersebut dianggap sebagai aib.
Di antara para raja di atas hanya Wisnuwardhana dan Kertanagara saja yang didapati
menerbitkan prasasti sebagai bukti kesejarahan mereka. Dalam Prasasti Mula Malurung
(yang dikeluarkan Kertanagara atas perintah Wisnuwardhana) ternyata menyebut Tohjaya
sebagai raja Kadiri, bukan raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam
Nagarakretagama. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh Kertanagara tahun 1255 selaku raja
bawahan di Kadiri. Dengan demikian, pemberitaan kalau Kertanagara naik takhta tahun 1254
dapat diperdebatkan. Kemungkinannya adalah bahwa Kertanagara menjadi raja muda di
Kadiri dahulu, baru pada tahun 1268 ia bertakhta di Singhasari. Diagram silsilah di sampingini adalah urutan penguasa dari Wangsa Rajasa, yang bersumber dari Pararaton.
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 21/28
[sunting] Prasasti Mula Malurung
Mandala Amoghapāśa dari masa Singhasari (abad ke-13), perunggu, 22.5 x 14 cm. Koleksi
Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.
Penemuan prasasti Mula Malurung memberikan pandangan lain yang berbeda dengan versi
Pararaton yang selama ini dikenal mengenai sejarah Tumapel.
Kerajaan Tumapel disebutkan didirikan oleh Rajasa yang dijuluki "Bhatara Siwa", setelah
menaklukkan Kadiri. Sepeninggalnya, kerajaan terpecah menjadi dua, Tumapel dipimpinAnusapati sedangkan Kadiri dipimpin Bhatara Parameswara (alias Mahisa Wonga Teleng).
Parameswara digantikan oleh Guningbhaya, kemudian Tohjaya. Sementara itu, Anusapati
digantikan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana. Prasasti Mula Malurung juga
menyebutkan bahwa sepeninggal Tohjaya, Kerajaan Tumapel dan Kadiri dipersatukan
kembali oleh Seminingrat. Kadiri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang dipimpin oleh
putranya, yaitu Kertanagara.
[sunting] Pemerintahan bersama
Pararaton dan Nagarakretagama menyebutkan adanya pemerintahan bersama antara
Wisnuwardhana dan Narasingamurti. Dalam Pararaton disebutkan nama asli Narasingamurti
adalah Mahisa Campaka.
Apabila kisah kudeta berdarah dalam Pararaton benar-benar terjadi, maka dapat dipahami
maksud dari pemerintahan bersama ini adalah suatu upaya rekonsiliasi antara kedua
kelompok yang bersaing. Wisnuwardhana merupakan cucu Tunggul Ametung sedangkan
Narasingamurti adalah cucu Ken Arok .
[sunting] Kejayaan
Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1268 - 1292). Iaadalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 22/28
mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng
pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah
Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap
telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari Kertanagara,
sebagai tanda persahabatan kedua negara.
Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun
1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui
kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama
menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara
lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.
[sunting] Keruntuhan
Candi Singhasari dibangun sebagai tempat pemuliaan Kertanegara, raja terakhir Singhasari.
Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya
mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang
bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari
Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh.
Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di
Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir.
[sunting] Hubungan dengan Majapahit
Pararaton, Nagarakretagama, dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden Wijaya cucu
Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanagara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria
Wiraraja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan
diberi hak mendirikan desa Majapahit.
Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa.
Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang di Kadiri. Setelah
Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari
tanah Jawa.
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 23/28
Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singhasari, dan
menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken
Arok .
Berdirinya Majapahit
Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran Kertarajasa. Berlokasi semula
di Candi Simping, Blitar, kini menjadi koleksi Museum Nasional Republik Indonesia.
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal inimenjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok . Ia mengirim utusan
yang bernama Meng Chi[10]
ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa
kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan
utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.[10][11]
Kublai Khan
marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria
Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantuKertanegara, yang datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik . Ia
membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit , yang namanya
diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba,
Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden
Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang
kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di teritori asing.[12][13]
Saat itu
juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat
pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari
penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang
bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 24/28
Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang tepercaya Kertarajasa,
termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun
pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih
Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja,
agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian
pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.[13] Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara, Pararaton menyebutnya Kala Gemet , yang berarti
"penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang
pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun
1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni
seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana
dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana
Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk
Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah
Palapa yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit danmembangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit
berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa
di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam
Wuruk .
[sunting] Kejayaan Majapahit
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 25/28
Bidadari Majapahit yang anggun, ukiran emas apsara (bidadari surgawi) gaya khas Majapahit
menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sebagai "zaman keemasan" di
kepulauan nusantara.
Terakota wajah yang dipercaya sebagai potret Gajah Mada.
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan
mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit
menguasai lebih banyak wilayah.
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi
Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku,
Papua, Tumasik ( Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina[14]
. Sumber ini menunjukkan
batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.
Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan
tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi
terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[15]
.
Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan,
dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok .[15][2]
Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalandiplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam
Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai
permaisurinya.[16]
Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada
1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit
mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada
melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit.
Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat
tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan
Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan
Sunda dapat dibinasakan secara kejam.[17]
Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang
kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membelakehormatan negaranya.
[18] Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 26/28
Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali. Kisah ini disinggung dalam Pararaton
tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.
Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya keraton yang
adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta
sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusatmandala raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua, mencakup Semenanjung Malaya
dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda
mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan
Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam
pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit
atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas
daerah itu dapat mengundang reaksi keras.[19]
Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan
serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.[2]
Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-
kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah
mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada
saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.
[sunting] Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur
melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa
kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkotaKusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam
Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas
takhta.[5]
Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-
1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi
Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya
perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di
seberang.
Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang
dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa
kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telahmenciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara
Jawa, seperti di Semarang, Demak , Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki
pijakan di pantai utara Jawa.
Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu
Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua
Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita
mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah
hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar
Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda
waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putraKertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 27/28
Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap
Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit.[8]
.
Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai
memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di
seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baruyang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat
Nusantara[20]
. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi
membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai
menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa
jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai
melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
Sebuah tampilan model kapal Majapahit di Museum Negara Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia.
Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan lebih jauh ke pedalaman di Daha
(bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah disana hingga digantikan oleh
putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan
mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada
kurun waktu 1474 hingga 1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian
kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan
kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.
Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun
1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan
berakhirnya suatu pemerintahan
[21]
) hingga tahun 1527.
Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang
kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca
sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna
hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh
candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh
Girindrawardhana[22]
.
Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan
Kertabhumi [22]
dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang
antara Daha dengan Kesultanan Demak , karena penguasa Demak adalah keturunanKertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527.
[23] Sejumlah besar abdi
5/17/2018 KERAJAAN BUDHA - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/kerajaan-budha 28/28
istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali.
Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari
Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.
Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan
Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit[24]. Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai
penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden
Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan
bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan
Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak , antara tahun 1518 dan 1521 M[22]
.
Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama
yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang
masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta KerajaanSunda yang beribukota di Pajajaran di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar
seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung
masyarakat Hindu Tengger hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan
Bromo dan Semeru