12
Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat Khamir Rizosfer dan Endofit Tanaman Padi (Morphology and Biochemistry Diversity of Rhizospheric and Endophytic Yeasts of Rice Plant) Etty Pratiwi 1 * dan Alina Akhdiya 2 1 Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No.12, Bogor 16114, Jawa Barat, Indonesia Telp. (0251) 8336757, 8321608; Faks. (0251) 8322933 2 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, Indonesia Jl. Tentara Pelajar No. 3A, Bogor 16111, Jawa Barat, Indonesia Telp. (0251) 8337975, 8354985; Faks. (0251) 8338820 *E-mail: [email protected] Diajukan: 21 April 2020; Direvisi: 27 April 2020; Diterima: 4 Mei 2020 ABSTRACT Yeast is a unicellular microorganism classified into the kingdom of fungi. The microbes are known potentially not only as biofertilizer, but also as biocontrol, decomposer, bioremediation agent, as well as probiotics, prebiotics, and immunostimulants for livestock. Research studies on yeast originated from rhizosphere and plant tissues have been done on various plants, but yeast originated from rice fields in Indonesia has not been widely explored. This study aimed to isolate and characterize the yeast in rice rhizosphere and tissues from several provinces in Indonesia. Thirty three yeast isolates were successfully isolated from 20–30 cm depth of rhizosphere and rice tissues. Sixteen isolates were isolated from the rhizosphere, while 17 from rice tissues (9 isolates from leaf tissue and 8 isolates from root tissue). Based on morphological, physiological, and biochemical characterization, those 33 yeast isolates could be grouped into 5 genera, such as Saccharomyces, Candida, Pichia, Hansenula, and Torulaspora. Yeast isolates derived from either soil or rice tissues planted in different areas and pH showed that there was no yeast genera specificity. These types of yeast can be isolated from any soil samples or rice tissues. Keywords: Yeast, character, Saccharomyces, Candida, Pichia, Hansenula, Torulaspora. ABSTRAK Khamir merupakan mikroorganisme uniseluler yang diklasifikasikan ke dalam kerajaan fungi. Mikroba ini memiliki potensi tidak hanya sebagai pupuk hayati, tetapi juga sebagai agen biokontrol, dekomposer, bioremediasi, serta sebagai probiotik, prebiotik, dan imunostimulan untuk ternak. Penelitian mengenai eksplorasi khamir yang berasal dari rizosfer dan jaringan sudah banyak dilakukan pada berbagai tanaman, tetapi eksplorasi khamir yang berasal dari lahan pertanian padi di Indonesia belum banyak dilaporkan. Penelitian ini bertujuan melakukan isolasi dan karakterisasi khamir dari rizosfer dan jaringan tanaman padi dari beberapa contoh tanah yang memiliki pH tanah rendah, pH netral, dan pH tinggi. Sebanyak 33 isolat khamir berhasil diisolasi dari rizosfer pada kedalaman 20–30 cm dan jaringan tanaman padi. Sebanyak 16 isolat khamir diperoleh dari rizosfer, sedangkan 17 isolat yang lain berasal dari jaringan tanaman (9 isolat dari jaringan daun dan 8 isolat dari jaringan akar). Hasil karakterisasi secara morfologi makroskopis dan mikroskopis, serta secara fisiologis dan biokimia menunjukkan bahwa 33 isolat khamir tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 5 genus, yaitu genus Saccharomyces, Candida, Pichia, Hansenula, dan Torulaspora. Isolasi khamir dari contoh tanah atau contoh jaringan tanaman padi dari beberapa daerah yang memiliki pH tanah yang berbeda tidak memperlihatkan spesifisitas genus khamir tertentu yang diperoleh. Jenis-jenis khamir tersebut dapat diisolasi dari contoh tanah maupun jaringan tanaman. Kata kunci: Khamir, karakter, Saccharomyces, Candida, Pichia, Hansenula, Torulaspora. Hak Cipta © 2020, BB Biogen Bul. Plasma Nutfah 26(1):39–50

Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat Khamir

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat Khamir

Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat Khamir Rizosfer dan Endofit Tanaman Padi

(Morphology and Biochemistry Diversity of Rhizospheric and Endophytic Yeasts of Rice Plant)

Etty Pratiwi1* dan Alina Akhdiya2 1Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No.12, Bogor 16114, Jawa Barat, Indonesia

Telp. (0251) 8336757, 8321608; Faks. (0251) 8322933 2Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, Indonesia Jl. Tentara Pelajar No. 3A,

Bogor 16111, Jawa Barat, Indonesia Telp. (0251) 8337975, 8354985; Faks. (0251) 8338820

*E-mail: [email protected]

Diajukan: 21 April 2020; Direvisi: 27 April 2020; Diterima: 4 Mei 2020

ABSTRACT

Yeast is a unicellular microorganism classified into the kingdom of fungi. The microbes are known potentially not only as biofertilizer, but also as biocontrol, decomposer, bioremediation agent, as well as probiotics, prebiotics, and immunostimulants for livestock. Research studies on yeast originated from rhizosphere and plant tissues have been done on various plants, but yeast originated from rice fields in Indonesia has not been widely explored. This study aimed to isolate and characterize the yeast in rice rhizosphere and tissues from several provinces in Indonesia. Thirty three yeast isolates were successfully isolated from 20–30 cm depth of rhizosphere and rice tissues. Sixteen isolates were isolated from the rhizosphere, while 17 from rice tissues (9 isolates from leaf tissue and 8 isolates from root tissue). Based on morphological, physiological, and biochemical characterization, those 33 yeast isolates could be grouped into 5 genera, such as Saccharomyces, Candida, Pichia, Hansenula, and Torulaspora. Yeast isolates derived from either soil or rice tissues planted in different areas and pH showed that there was no yeast genera specificity. These types of yeast can be isolated from any soil samples or rice tissues.

Keywords: Yeast, character, Saccharomyces, Candida, Pichia, Hansenula, Torulaspora.

ABSTRAK

Khamir merupakan mikroorganisme uniseluler yang diklasifikasikan ke dalam kerajaan fungi. Mikroba ini memiliki potensi tidak hanya sebagai pupuk hayati, tetapi juga sebagai agen biokontrol, dekomposer, bioremediasi, serta sebagai probiotik, prebiotik, dan imunostimulan untuk ternak. Penelitian mengenai eksplorasi khamir yang berasal dari rizosfer dan jaringan sudah banyak dilakukan pada berbagai tanaman, tetapi eksplorasi khamir yang berasal dari lahan pertanian padi di Indonesia belum banyak dilaporkan. Penelitian ini bertujuan melakukan isolasi dan karakterisasi khamir dari rizosfer dan jaringan tanaman padi dari beberapa contoh tanah yang memiliki pH tanah rendah, pH netral, dan pH tinggi. Sebanyak 33 isolat khamir berhasil diisolasi dari rizosfer pada kedalaman 20–30 cm dan jaringan tanaman padi. Sebanyak 16 isolat khamir diperoleh dari rizosfer, sedangkan 17 isolat yang lain berasal dari jaringan tanaman (9 isolat dari jaringan daun dan 8 isolat dari jaringan akar). Hasil karakterisasi secara morfologi makroskopis dan mikroskopis, serta secara fisiologis dan biokimia menunjukkan bahwa 33 isolat khamir tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 5 genus, yaitu genus Saccharomyces, Candida, Pichia, Hansenula, dan Torulaspora. Isolasi khamir dari contoh tanah atau contoh jaringan tanaman padi dari beberapa daerah yang memiliki pH tanah yang berbeda tidak memperlihatkan spesifisitas genus khamir tertentu yang diperoleh. Jenis-jenis khamir tersebut dapat diisolasi dari contoh tanah maupun jaringan tanaman.

Kata kunci: Khamir, karakter, Saccharomyces, Candida, Pichia, Hansenula, Torulaspora.

Hak Cipta © 2020, BB Biogen

Bul. Plasma Nutfah 26(1):39–50

Page 2: Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat Khamir

Buletin Plasma Nutfah Vol. 26 No. 1, Juni 2020:39–50 40

PENDAHULUAN

Khamir atau yeast merupakan mikroorganis-me uniseluler yang diklasifikasikan ke dalam kerajaan fungi (Alfenore et al. 2002, 2004). Meski-pun masih bersifat uniseluler, khamir memiliki organisasi sel layaknya organisme tingkat tinggi di mana materi genetik yang dimilikinya sudah terselubungi oleh nukleus. Hal ini menandakan bahwa khamir merupakan organisme eukariot, ber-beda dengan bakteri yang merupakan mikroorga-nisme uniseluler prokariot (Barnett et al. 2000; Boekhout et al. 2002).

Khamir dapat ditemukan di alam pada ber-bagai macam habitat. Mereka dapat ditemukan di tanah (Amprayn et al. 2012), sebagai endofit dalam jaringan tanaman (Xia et al. 2019), bahkan parasit pada organisme lain (Searle et al. 2015). Rizosfer merupakan daerah yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme tanah yang umumnya didominansi oleh bakteri, Actinomycetes, dan fungi (Meng et al. 2007). Rizosfer kaya akan eksudat yang dikeluar-kan oleh tanaman melalui proses sekresi akar berupa karbohidrat, asam amino, asam organik, enzim, dan senyawa-senyawa lain (Cheema et al. 2009; Nihorimbere et al. 2011). Senyawa-senyawa eksudat ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai mikroorganisme sebagai nutrisi pertumbuhannya, seperti halnya mikroorganisme lain pada tanah dan rizosfer. Khamir memiliki peranan ekologis yang penting pada habitat ini, seperti berperan dalam siklus nutrisi, pembentukan agregat tanah, asimilasi produk sekunder, dari bakteri dan fungi yang lain, melakukan berbagai interaksi dengan mikroorga-nisme lain dan tanaman, serta melakukan metabo-lisme serba guna untuk menggunakan dan meng-ubah senyawa-senyawa nitrogen (Botha 2011; Fu et al. 2016).

Khamir asal rizosfer yang kompatibel dengan tanaman juga dapat menembus akar dan hidup di dalam jaringan tanaman sebagai endofit. Mikroorganisme endofit merupakan mikroorganis-me yang menghabiskan sebagian atau hampir seluruh fase dari siklus hidupnya di dalam jaringan tanaman tanpa menimbulkan kerusakan pada inangnya (Petrini 1991) atau yang dapat diisolasi dari bagian dalam tanaman yang telah disterilisasi

permukaannya (Hallmann et al. 1997). Mikroor-ganisme endofit terdiri atas mikroorganisme komensal yang tidak memiliki efek secara lang-sung pada inangnya dan mikroorgansime meng-untungkan yang dapat berperan sebagai pengendali hayati patogen tanaman atau pemacu tumbuh tanaman (Hallmann et al. 1997; Sturz et al. 2000). Sebagaimana mikroba pemacu pertumbuhan ta-naman lainnya, khamir juga mampu memproduksi zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti IAA (Scarcella et al. 2017).

Lahan pertanian padi merupakan lahan penting di Indonesia. Hampir seluruh daerah yang memiliki karakteristik tanah yang berbeda di Indonesia memiliki lahan pertanian padi. Hal ini merupakan konsekuensi dari masyarakat Indonesia yang menjadikan padi sebagai sumber makanan pokok. Penelitian mengenai eksplorasi khamir asal rizosfer dan jaringan tanaman sudah banyak di-lakukan pada tanaman (Mushtaq et al. 2004; Nassar et al. 2005), namun hingga saat ini belum ada laporan mengenai eksplorasi khamir asal lahan pertanian padi pada berbagai tipe agroekosistem di Indonesia. Hal ini mendorong untuk dilakukannya isolasi dan karakterisasi khamir asal rizosfer dan jaringan tanaman padi dari berbagai tipe agroeko-sistem di Indonesia. Penelitian ini bertujuan me-lakukan isolasi dan karakterisasi karakter fisiologis dan biokimia, serta morfologi khamir asal rizosfer dan jaringan tanaman padi dari berbagai agro-ekosistem di beberapa provinsi di Indonesia.

BAHAN DAN METODE

Tempat

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi dan Kesehatan Tanah (Balai Penelitian Tanah) dan Laboratorium Biokimia (Balai Besar Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian) di Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah bahan media agar dekstrosa kentang (PDA) + kloramfenikol, media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), media urea agar (basa) (Christensen’s urea agar base), sampel

Page 3: Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat Khamir

2020 Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat: E. Pratiwi dan A. Akhdiya

41

tanah, sampel tanaman padi, NaOCl, dan larutan garam fisiologis.

Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil merupakan tanah di daerah perakaran pada kedalaman 20–30 cm dan pada jaringan tanaman padi, meliputi bagian akar, batang, dan daun. Pengambilan sampel dilakukan di beberapa titik lokasi di beberapa provinsi, yaitu Tangerang (Banten), Ciampea dan Cianjur (Jawa Barat), Nusa Tenggara Timur, dan Lampung (Tabel 1).

Isolasi Khamir

Isolasi khamir dilakukan pada jaringan ta-naman dan tanah dekat perakaran. Jaringan tanam-an padi yang segar dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan tanah dan kotoran yang me-nempel. Akar dan daun dipisahkan kemudian dikecilkan ukurannya menjadi 2 cm, lalu sampel dikeringkan. Potongan jaringan tanaman dimasuk-kan ke dalam gelas erlenmeyer 250 ml, ditambah etanol 70% sampai terendam, lalu dikocok pelan dan disterilisasi selama 2 menit. Cairan etanol 70% dibuang, sterilisasi dilanjutkan dengan perendaman NaClO 0,1 % selama 2 menit, lalu dibilas dengan air steril sebanyak 3 kali, masing-masing selama 1 menit. Sterilisasi permukaan dilakukan secara aseptik di dalam sistem aliran udara laminar (laminar air flow). Sampel jaringan tanaman diberi akuades steril kemudian digerus menggunakan mortar dan pestle. Suspensi sampel diambil seba-nyak 1 ml dan dicampurkan ke dalam 9 ml larutan NaCl 0,85% kemudian dihomogenkan, serta diberi label pengenceran 10-1. Kemudian dilakukan peng-enceran bertingkat sampai 10-6. Sebanyak 0,1 ml suspensi dari tabung pengenceran terakhir disebar

rata di atas media PDA + kloramfenikol. Setelah itu diinkubasi pada suhu kamar (28–30°C) selama 2 hari. Koloni yang berbeda kemudian dipindahkan ke media PDA baru untuk dilakukan pemurnian.

Rizosfer tanaman padi diambil sebanyak 10 g kemudian disuspensikan dalam 90 ml NaCl 0,85% lalu digojok selama 20 menit, setelah itu sebanyak 1 ml suspensi dipindahkan ke dalam 9 ml aquades steril dalam tabung reaksi, lalu divorteks sampai homogen. Pengenceran bertingkat dilaku-kan sampai pengenceran 10–6. Sebanyak 0,1 ml suspensi sampel dari pengenceran terakhir disebar rata di atas media PDA + kloramfenikol. Setelah itu diinkubasi pada suhu kamar (28–30°C) selama 2 hari. Koloni yang berbeda kemudian dipindahkan ke media PDA baru untuk dilakukan pemurnian.

Karakterisasi

Karakterisasi dilakukan melalui pengamatan morfologi makroskopis, pengamatan secara mikroskopis, uji pertumbuhan pada media cair, uji fermentasi gula, dan uji urease. 1. Pengamatan morfologi makroskopis. Pengamat-

an yang diamati adalah pengamatan morfologi koloni meliputi bentuk, warna, elevasi, tepian, dan tekstur.

2. Pengamatan morfologi mikroskopis. Morfologi sel khamir diamati melalui pengamatan di mikroskop pada perbesaran 400 kali terhadap bentuk sel, ukuran, tunas (budding), ada tidak-nya hifa atau pseudohifa yang diinkulasikan pada larutan garam fisologis atau air steril dalam keadaan kultur muda atau yang baru diinokulasikan.

3. Uji pertumbuhan pada media cair. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui ciri pertumbuhan khamir pada media cair seperti ke-beradaan cincin atau pelikel, permukaan media,

Tabel 1. Lokasi pengambilan sampel tanaman padi, tanah, dan pH tanahnya.

No. Lokasi pengambilan sampel

Jenis sampel pH Kecamatan/Kabupaten Provinsi

1. Kab. Tangerang Banten Tanah, tanaman padi 6,8 2. Kec. Ciampea, Kab. Bogor Jawa Barat Tanah, tanaman padi 4,0 3. Kab. Cianjur Jawa Barat Tanah, tanaman padi 6,2 4. Kec. Purbolinggo Lampung Tanah 5,8 5. Kec. Weliman, Kab. Malaka Nusa Tenggara Timur Tanah 8,6

Page 4: Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat Khamir

Buletin Plasma Nutfah Vol. 26 No. 1, Juni 2020:39–50 42

serta endapan pada dasar media atau sedimen menggunakan media cair ekstrak ragi-malt (YMB).

4. Uji fermentasi gula dan pembentukan gas. Uji fermentasi gula dilakukan menggunakan media TSIA. Media TSIA mengandung 3 macam gula, yaitu glukosa, laktosa, dan sukrosa, terdapat juga indikator fenol merah, serta FeSO4 untuk memperlihatkan pembentukan H2S yang di-tunjukkan dengan adanya endapan hitam dengan komposisi 10,0 g/l pancreatic digest of casein, 10,0 g/l peptic digest of animal tissue, 15,0 g/l NaCl, 10,0 g/l laktosa, 10,0 g/l sukrosa, 1,0 g/l glukosa 1,0 g/l, 0,2 g/l amonium besi (II) sulfat, 0,2 g/l natrium tiosulfat, 0,025 g/l fenol merah, 13,0 g/l agar, pH 7,3 ± 0,2 (Hajna 1945). Isolat khamir diinokulasikan pada media TSIA dengan cara inokulasi tusuk kemudian dilanjutkan dengan diulaskan pada agar miring, dan inku-basi selama 24–48 jam pada shuhu 28–30C, lalu diamati perubahan warna pada media ter-sebut.

5. Uji urease. Pengujian ini menggunakan media urea agar (basa) dengan komposisi 0,1 g/l ekstrak khamir, 9,5 g/l K2HPO4, 9,1 g/l KH2PO4, 20,0 g/l urea, 0,01 g/l fenol merah, pH 6,8 ± 0,2 (Christensen 1946). Isolat-isolat khamir diinokulasikan pada media urea agar (basa) dengan cara inokulasi tusuk kemudian dilanjutkan dengan digoreskan pada agar miring setelah itu inkubasi selam 24–48 jam pada suhu 28–30C, lalu diamati perubahan warna pada media tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Koloni-koloni khamir yang tumbuh pada media isolasi menunjukkan warna yang beragam yaitu putih, krem, kuning, jingga, hingga merah (Gambar 1). Sebanyak 33 isolat khamir telah ber-hasil diisolasi dari tanah pada daerah perakaran dengan kedalaman 20–30 cm dan dari jaringan tanaman padi di beberapa provinsi di Indonesia, yaitu Tangerang (Banten), Ciampea dan Cianjur (Jawa Barat), Nusa Tenggara Timur, dan Lampung yang memiliki pH beragam, pH rendah hingga pH tinggi (Tabel 1). Sebanyak 16 isolat khamir diper-

oleh dari rizosfer, sedangkan 17 isolat yang lain berasal dari jaringan tanaman, meliputi 9 isolat dari jaringan daun dan 8 isolat dari jaringan akar.

Semua isolat tersebut dikarakterisasi secara makroskopis dan mikroskopis, serta reaksi secara fisiologis dan biokimia. Menurut Wuczkowski et al. (2007), karakteristik-karakteistik tersebut sangat penting untuk mengidentifikasi khamir. Morfologi makroskopik yang umumnya digunakan dalam identifikasi khamir adalah morfologi koloni. Selain itu karakteristik yang penting adalah morfologi sel (pembelahan sel dan bentuk spora secara mikros-kopis), antara lain pembentukan pseudohifa dan askospora (Karasu-Yalcin et al. 2012), reaksi fisio-logi (uji fermentasi gula), imunologi (imunofluore-sensi), dan biologi molekuler (misalnya reasosiasi DNA, filogeni DNA ribosom, kariotipe, random amplified polymorphic DNA (RAPD), amplified fragment length polymorphism (AFLP) (Walker 2009; Montes de Oca et al. 2016).

Berdasarkan karakter morfologi makroskopis dapat dilihat bahwa semua isolat memiliki karakter bentuk dan tekstur koloni yang sama, yaitu bentuk koloni bulat dan tekstur halus, sedangkan karakter warna koloni, elevasi, dan tepian setiap isolat memiliki karakter yang beragam. Koloni khamir mayoritas berwarna putih dan krem, namun ada pula yang berwarna kuning dan jingga. Elevasi koloni sebagian besar seperti kawah dan hanya sedikit yang datar atau timbul. Tepi koloni rata-rata

Gambar 1. Koloni khamir pada media PDA.

Page 5: Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat Khamir

2020 Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat: E. Pratiwi dan A. Akhdiya

43

memiliki karakteristik timbul, namun ada pula yang rata, bergerigi, dan bergaris halus. Terdapat beberapa koloni dengan karakteristik yang sama, yaitu isolat Y.BN6, Y.CMP4, dan Y.CJR.B5 dengan karakteristik berbentuk bulat, elevasi seperti kawah, tepian timbul, dengan tekstur butyrous. Namun, dua di antara tiga koloni tersebut memiliki perbedaan warna, isolat Y.BN.6 berwarna putih sedangkan Y.CMP4 dan Y.CJR.B5 berwarna krem. Dari hasil karakterisasi morfologi mikrosko-pis diketahui bahwa isolat-isolat khamir walaupun memiliki reproduksi aseksual yang sama yaitu pertunasan multilateral, namun memiliki karakter bentuk sel dan keberadaan pseudohifa yang beragam (Tabel 2).

Khamir-khamir hasil isolasi memiliki bentuk sel yang bermacam-macam, yaitu bulat, bulat oval, oval memanjang, triangular, dan silindris. Beberapa isolat khamir juga mampu membentuk pseudohifa, yaitu isolat Y.BN7, Y.CJR.B4, Y.NT.A1, dan Y.NT.B1 (Tabel 2).

Uji fisiologis dilakukan dengan mengamati pertumbuhannya pada media cair, sedangkan uji biokimia dilakukan menggunakan media TSIA untuk mengamati kemampuan fermentasi gula dan media urea agar (basa) untuk mengetahui adanya kemampuan menghasilkan enzim urease untuk mengurai urea menjadi amoniak. Uji pertumbuhan pada media cair menunjukkan bahwa mayoritas isolat tumbuh di permukaan dan di dasar membentuk endapan (Tabel 3), sedangkan dari

Tabel 2. Karakteristik morfologi isolat khamir yang ditumbuhkan pada media PDA.

No. Nama isolat Asal isolat Morfologi koloni

Jenis sampel Daerah/Provinsi Bentuk Warna Elevasi Tepian Tekstur

1. Y.BN1 Tanah Banten Bulat Putih Datar Rata Halus 2. Y.BN2 Tanah Banten Bulat Putih Datar Rata Halus 3. Y.BN3 Daun Banten Bulat Putih Seperti kawah Timbul Halus 4. Y.BN4 Daun Banten Bulat Putih Seperti kawah Bergerigi Halus 5. Y.BN5 Akar Banten Bulat Putih Seperti kawah Timbul Halus 6. Y.BN6 Akar Banten Bulat Putih Seperti kawah Timbul Halus 7. Y.BN7 Tanah Banten Bulat Krem Seperti kawah Timbul Halus 8. Y.BN8 Akar Banten Bulat Krem Seperti kawah Bergerigi Halus 9. Y.CMP1 Daun Ciampea Bulat Krem Seperti kawah Timbul Halus

10. Y.CMP2 Daun Ciampea Bulat Krem Timbul Bergaris halus Halus 11. Y.CMP3 Tanah Ciampea Bulat Krem Timbul Bergaris halus Halus 12. Y.CMP4 Tanah Ciampea Bulat Krem Seperti kawah Timbul Halus 13. Y.CMP5 Daun Ciampea Bulat Jingga Seperti kawah Timbul Halus 14. Y.CJR.A1 Tanah Cianjur Bulat Krem Seperti kawah Timbul Halus 15. Y.CJR.B1 Tanah Cianjur Bulat Putih Datar Rata Halus 16. Y.CJR.B2 Daun Cianjur Bulat Putih Seperti kawah Timbul Halus 17. Y.CJR.B3 Akar Cianjur Bulat Putih Seperti kawah Timbul Halus 18. Y.CJR.B4 Daun Cianjur Bulat Kuning Seperti kawah Timbul Halus 19. Y.CJR.B5 Akar Cianjur Bulat Krem Seperti kawah Timbul Halus 20. Y.CJR.B6 Daun Cianjur Bulat Krem Seperti kawah Timbul Halus 21. Y.CJR.A2 Akar Cianjur Bulat Putih Datar Rata Halus 22. Y.CJR.A3 Akar Cianjur Bulat Krem Seperti kawah Timbul Halus 23. Y.CJR.A4 Daun Cianjur Bulat Putih Seperti kawah Timbul Halus 24. Y.CJR.B7 Tanah Cianjur Bulat Krem Seperti kawah Timbul Halus 25. Y.CJR.B8 Akar Cianjur Bulat Krem Seperti kawah Timbul Halus 26. Y.NT.A1 Tanah NTT Bulat Putih Datar Rata Halus 27. Y.NT.B1 Tanah NTT Bulat Krem Seperti kawah Timbul Halus 28. Y.NT.B2 Tanah NTT Bulat Krem Seperti kawah Timbul Halus 29. Y.NT.B3 Tanah NTT Bulat Krem Seperti kawah Timbul Halus 30. Y.LP.1 Tanah Lampung Bulat Krem Seperti kawah Timbul Halus 31. Y.LP.2 Tanah Lampung Bulat Krem Seperti kawah Timbul Halus 32. Y.LP.3 Tanah Lampung Bulat Putih Datar Rata Halus 33. Y.LP.4 Tanah Lampung Bulat Krem Seperti kawah Timbul Halus

Page 6: Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat Khamir

Buletin Plasma Nutfah Vol. 26 No. 1, Juni 2020:39–50 44

hasil uji fermentasi gula terlihat masing-masing isolat khamir memiliki fermentasi yang berbeda-beda. Hasil positif fermentasi gula jenis glukosa ditandai adanya perubahan warna kuning pada dasar tabung dan merah pada bagian miring media TSIA. Adanya aktivitas fermentasi gula jenis sukrosa dan laktosa dapat dilihat dari perubahan warna media dari merah menjadi kuning. Media TSIA dapat digunakan untuk mengetahui kemam-puan bakteri dalam memfermentasikan glukosa, laktosa, dan sukrosa, dan untuk mengetahui ke-mampuan bakteri untuk mendesulfurasi asam amino sehingga media berubah warna menjadi hitam, serta melihat adanya gas yang terbentuk (Waluyo 2004). Selain fermentasi gula, media TSIA juga dapat digunakan untuk menguji ke-mampuan khamir dalam menghasilkan produksi

H2S. H2S ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika mikroorganisme mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik). Isolat yang mampu menghasilkan gas H2S, maka akan terbentuk endapan hitam fero sulfida di daerah dasar agar. Isolat khamir yang mampu menghasilkan H2S adalah Y.CMP3, Y.CMP4, dan Y.NT.A1.

Selain produksi H2S, uji TSIA ini juga dapat mendeteksi adanya gas hasil dari metabolisme karbohidrat. Pembentukan gas dapat diamati apa-bila gas yang dihasilkan oleh fermentasi karbo-hidrat membentuk celah di media atau mengangkat agar-agar dari dasar tabung. Adapun isolat yang mampu menghasilkan gas adalah Y.CMP3, Y.CMP4, Y.CJR.A3, dan Y.NT.A1.

Tabel 3. Karakteristik morfologi mikroskopis khamir.

No. Nama isolat Bentuk sel Pertunasan Hifa

1. Y.BN1 Bulat Multilateral - 2. Y.BN2 Oval memanjang Multilateral - 3. Y.BN3 Bulat oval Multilateral - 4. Y.BN4 Bulat oval Multilateral - 5. Y.BN5 Bulat Multilateral - 6. Y.BN6 Bulat Multilateral - 7. Y.BN7 Oval memanjang Multilateral Pseudohifa 8. Y.BN8 Bulat oval Multilateral - 9. Y.CMP1 Bulat Multilateral - 10. Y.CMP2 Bulat oval Multilateral - 11. Y.CMP3 Bulat Multilateral - 12. Y.CMP4 Triangular Multilateral - 13. Y.CMP5 Bulat oval Multilateral - 14. Y.CJR.A1 Triangular Multilateral - 15. Y.CJR.B1 Triangular Multilateral - 16. Y.CJR.B2 Bulat oval Multilateral - 17. Y.CJR.B3 Bulat oval Multilateral - 18. Y.CJR.B4 Oval memanjang Multilateral Pseudohifa 19. Y.CJR.B5 Silindris Multilateral - 20. Y.CJR.B6 Triangular Multilateral - 21. Y.CJR.A2 Bulat oval Multilateral - 22. Y.CJR.A3 Bulat Multilateral - 23. Y.CJR.A4 Bulat oval Multilateral - 24. Y.CJR.B7 Bulat oval Multilateral - 25. Y.CJR.B8 Bulat oval Multilateral - 26. Y.NT.A1 Bulat oval Multilateral Pseudohifa 27. Y.NT.B1 Bulat Multilateral Pseudohifa 28. Y.NT.B2 Bulat oval Multilateral - 29. Y.NT.B3 Bulat oval Multilateral - 30. Y.LP.1 Bulat oval Multilateral - 31. Y.LP.2 Bulat Multilateral - 32. Y.LP.3 Bulat Multilateral - 33. Y.LP.4 Bulat Multilateral -

Page 7: Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat Khamir

2020 Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat: E. Pratiwi dan A. Akhdiya

45

Selain pengujian fermentasi gula mengguna-kan media TSIA dilakukan juga uji urease meng-gunakan media agar urea. Uji urease berguna untuk mengidentifikasi kemampuan mikroorganisme da-lam menghasilkan enzim urease. Urease merupa-kan enzim konstitutif yang berperan dalam hidroli-sis urea menjadi karbon dioksida dan amonia. Isolat khamir yang memiliki aktivitas hidrolisis urea ditandai dengan adanya perubahan warna dari oranye ke merah muda pada media agar urea. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sebagian besar isolat mampu menghidrolisis urea (Tabel 3).

Hasil-hasil karakterisasi morfologi makros-kopis, morfologi mikroskopis, uji biokimia, dan fisiologis digunakan untuk mengidentifikasi khamir sampai tingkat genus. Berdasarkan buku “The Yeast A Taxonomic Study” (Kreger-van Rij 1987), isolat-isolat yang diuji tersebut termasuk genus Saccharomyces, Candida, Pichia, Hansenula, dan Torulaspora.

Genus Saccharomyces memiliki karakteristik sel berbentuk bulat, elips atau silindris, dengan mungkin membentuk pseudohifa tapi tidak untuk hifa sejati. Reproduksi aseksual dengan pertunasan multilateral dan secara seksual dengan askospora (1–4 atau lebih per askus). Pada media cair genus Saccharomyces tidak membentuk pelikel atau cincin, serta mampu melakukan fermentasi dengan cepat (Kreger-van Rij 1987). Isolat yang diduga termasuk kedalam genus ini adalah Y.BN1, Y.CJR.A4, Y.BN8, dan Y.CJR.B7. Isolat-isolat tersebut memiliki kemampuan dalam memfermen-

tasikan gula dengan jenis laktosa dan sukrosa, tidak memiliki kemampuan dalam menghasilkan enzim urease, tidak dapat membentuk cincin atau pelikel pada media cair, dan bentuk selnya rata-rata bulat sehingga diduga isolat tersebut merupakan khamir genus Saccharomyces (Gambar 2). Kemampuan anggota genus khamir ini dalam meningkatkan per-tumbuhan tanaman telah dipublikasikan antara lain oleh El-Gabry et al. (2015) yang mengkaji penga-ruh aplikasi S. cerevisiae terhadap pertumbuhan tanaman bawang.

Genus Candida memiliki bentuk sel ber-variasi dari bulat, oval, silindris hingga meman-jang, jarang apikulat, ogival, triangular, atau bentuk botol dengan atau tanpa pseudohifa. Repro-duksi aseksual dengan pertunasan multilateral. Genus Candida tidak membentuk askospora, artrospora, teliospora, atau pun blastospora, tetapi klamidospora mungkin terbentuk pada beberapa spesies tidak memiliki pigmen karotenoid sehingga berwarna putih hingga krem. Beberapa spesies Candida dapat melakukan fermentasi, dan beberapa yang lain tidak (Kreger-van Rij 1987). Berdasarkan karakter tersebut isolat yang termasuk ke dalam genus Candida yaitu Y.BN2, Y.BN3, Y.CMP1, Y.CMP2, Y.CJR.A1, Y.CJR.B1, Y.CJR.B2, Y.CJR.B3, Y.CJR.B6 Y.CJR.A2, Y.NT.B2, Y.LP2, dan Y.NT.B3 yang menunjukan hasil positif pada uji fermentasi gula dengan jenis glukosa, dapat menghasilkan enzim urease, dapat membentuk pelikel pada media cair, serta bentuk selnya bermacam-macam yaitu bulat, oval, dan

Gambar 2. Karakter reaksi fisiologis dan biokimia, serta morfologi sel isolat Y.BN1, Y.CJR.A4, Y.BN8, dan

Y.CJR.B7 yang sesuai genus Saccharomyces. A = + laktosa dan sukrosa, B = – urease, C = tidak ada pelikel, terdapat endapan di dasar media, D = bentuk sel bulat (perbesaran 400×).

A B C D

Page 8: Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat Khamir

Buletin Plasma Nutfah Vol. 26 No. 1, Juni 2020:39–50 46

triangular (Gambar 3). C. tropicalis merupakan salah satu anggota genus Candida yang dilaporkan memiliki kemampuan sebagai pemacu pertumbuh-an tanaman kacang tunggak (Nour 2015), sedang-kan C. stellimalicola (da Cunha et al. 2018) dan Candida guilliermondii (Xu et al. 2008) dilaporkan aktivitasnya dalam penghambatan pembusukan buah yang disebabkan oleh fungi fitopatogenik.

Genus Pichia memiliki bentuk sel bulat, elips atau memanjang, sering membentuk pseudohifa namun sangat jarang membentuk hifa sejati. Reproduksi aseksual dengan pertunasan multilateral dan secara seksual dengan askospora (1–4 per askus). Pada beberapa spesies mungkin membentuk artrospora. Beberapa anggota genus ini

di antaranya P. stipitis (Berlowska et al. 2016) dan P. anomala (Tao et al. 2011) diketahui memiliki kemampuan fermentasi gula yang baik. Karak-teristik tersebut ditemukan pada isolat Y.BN.7 dengan hasil identifikasi pada uji positif pada fermentasi gula glukosa, mampu menghasilkan enzim urease, adanya pelikel pada media cair, dan bentuk sel oval memanjang dengan adanya ke-mampuan membentuk pseudohifa sehingga diduga isolat tersebut merupakan genus Pichia (Gambar 4). Xu et al. (2008) mempublikasikan hasil pene-litiannya yang menunjukkan kemampuan salah satu anggota genus ini “Pichia membranaefaciens” dalam memodulasi penghambatan proses pembu-sukan buah peach. Modulasi tersebut diduga ber-

Gambar 3. Karakter reaksi fisiologis dan morfologi sel isolat Y.BN2, Y.BN3, Y.CMP1, Y.CMP2,

Y.CJR.A1, Y.CJR.B1, Y.CJR.B2, Y.CJR.B3, Y.CJR.B6, Y.CJR.A2, Y.NT.B2, Y.LP2, dan Y.NT.B3 yang mengindikasikan genus Candida. A = + glukosa, B = + urease, C = terdapat pelikel, terdapat endapan di dasar media, D = bentuk sel triangular (perbesaran 400×).

Gambar 4. Karakter reaksi fisiologis dan biokimia, serta morfologi sel isolat Y.BN.7 yang

mengindikasikan genus Pichia. A = + glukosa, B = + urease, C = terdapat pelikel, terdapat endapan di dasar media, D = oval memanjang dan mampu membentuk pseudohifa (perbesaran 400×).

A D B C

A B C D

Page 9: Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat Khamir

2020 Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat: E. Pratiwi dan A. Akhdiya

47

kaitan dengan reduksi karbonilasi protein dan mitigasi kerusakan oksidatif pada jaringan buah yang disebabkan oleh patogen.

Genus Hansenula memiliki bentuk sel bulat, elips atau memanjang, dengan kemungkinan ter-bentuknya hifa sejati atau pseudohifa. Reproduksi aseksual dengan pertunasan multilateral dan secara seksual dengan askospora (1–4 per askus). Isolat yang diduga jenis ini adalah Y.BN4, Y.BN5, Y.CJR.B8, Y.CMP5, Y.NT.A1, Y.NT.B1, dan Y.LP3. Karakteristik berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan yaitu mampu memfermentasi-kan gula laktosa dan sukrosa, tidak memproduksi enzim urease, tidak adanya pelikel, serta bentuk sel yang bulat dan mampu membentuk pseudohifa (Gambar 5).

Genus Torulospora memiliki bentuk sel bulat atau elips dengan pseudohifa mungkin ter-bentuk tapi tidak membentuk hifa. Reproduksi aseksual dengan pertunasan multilateral dan secara seksual dengan askospora (1–4 per askus). Genus ini mampu melakukan fermentasi dengan cepat (Kreger-van Rij 1987). Isolat yang diduga jenis ini adalah Y.BN.6, Y.CMP.3, Y.CMP4, Y.CJR.B4, Y.CJR.B5, Y.CJR.A3, Y.LP1, dan Y.LP4. Hasil identifikasi pada jenis ini memiliki karaker yaitu + terhadap uji fermentasi gula jenis laktosa dan sukrosa, + terhadap uji urease, adanya pelikel pada permukaan dan bentuk sel yang oval dengan ke-mampuan membentuk pseudohifa (Gambar 6).

Hasil karakterisasi dan identifikasi semua isolat khamir dirangkum pada Tabel 4. Terlihat

Gambar 5. Karakter reaksi fisiologis dan biokimia, serta morfologi sel isolat Y.BN4, Y.BN5,

Y.CJR.B8, Y.CMP5, Y.NT.A1, Y.NT.B1, dan Y.LP3 yang mengindikasikan genus Hansenula. A = + laktosa & sukrosa, B = - urease, C = tidak ada pelikel, terdapat endapan di dasar media, D = bulat dan mampu membentuk pseudohifa (perbesaran 400×).

Gambar 6. Karakter reaksi fisiologis dan biokimia, serta morfologi sel isolat Y.BN.6, Y.CMP.3,

Y.CMP4, Y.CJR.B4, Y.CJR.B5, Y.CJR.A3, Y.LP1, dan Y.LP4 yang mengindikasikan genus Torulaspora. A = + laktosa & sukrosa, B = + urease, C = ada pelikel, terdapat endapan di dasar media, D = oval dan dapat membentuk pseudohifa (perbesaran 400×).

A B C D

A B C D

Page 10: Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat Khamir

Buletin Plasma Nutfah Vol. 26 No. 1, Juni 2020:39–50 48

bahwa jenis sampel dari tanah atau jaringan tanam-an padi tidak memperlihatkan spesifisitas genus khamir tertentu yang diperoleh. Khamir dari ke-lompok Saccharomyces, Candida, Hansenula, Pichia, maupun Torulospora dapat diisolasi dari sampel tanah maupun jaringan tanaman.

Ada kecenderungan jenis genus khamir lebih banyak diperoleh dari pH tanah netral. Jenis genus khamir yang teridentifikasi dari sampel tanah dengan pH tanah masam atau pun pH alkali cenderung lebih sedikit. Hasil isolasi dari sampel pH tanah sangat rendah (pH 4,0) didapatkan 3 genus khamir, yaitu Candida, Hansenula, dan Torulospora. Dari sampel tanah pH mendekati netral (pH 6,2–6,8) didapatkan jumlah 5 genus

khamir yaitu Saccharomyces, Candida, Hansenula, Torulospora, dan Pichia, sedangkan dari sampel tanah alkali (pH 8,6) diperoleh 4 genus, yakni Torulospora, Candida, Hansenula, dan Torulospora.

KESIMPULAN

Sebanyak 33 isolat khamir berhasil diisolasi dari rizosfer dan jaringan tanaman padi. Hasil karakterisasi secara morfologi makroskopis dan mikroskopis, serta secara fisiologis dan biokimia menunjukkan bahwa 33 isolat khamir tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 5 genus, yaitu

Tabel 4. Karakter fermentasi gula, produksi H2S, urease, dan pertumbuhan pada media cair dari isolat khamir.

No. Nama isolat Asal sampel pH sampel tanah

Uji fermentasi H2S Gas Urease Ciri tumbuh di media cair Kemungkinan

genus Glu Lak Suk

1. Y.BN.1 Tanah

6,8

- + + - - - Tumbuh di dasar, ada endapan Saccharomyces 2. Y.BN.2 Tanah + - - - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Candida 3. Y.BN.3 Daun + - - - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Candida 4. Y.BN.4 Daun + - - - - - Tumbuh di permukaan, ada endapan Hansenula 5. Y.BN.5 Akar + - - - - - Tumbuh di permukaan, ada endapan Hansenula 6. Y.BN.6 Akar - + + - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Torulospora 7. Y.BN.7 Tanah + - - - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Pichia 8. Y.BN.8 Akar - + + - - - Tumbuh di dasar, ada endapan Saccharomyces

9. Y.CMP.1 Daun

4,0

+ - - - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Candida 10. Y.CMP.2 Daun + - - - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Candida 11. Y.CMP.3 Tanah - + + + + + Tumbuh di permukaan, ada endapan Torulospora 12. Y.CMP.4 Tanah - + + + + + Tumbuh di permukaan, ada endapan Torulospora 13. Y.CMP.5 Daun + - - - - - Tumbuh di dasar, ada endapan Hansenula

14. Y.CJR.A1 Tanah

6,2

+ - - - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Candida 15. Y.CJR.B1 Tanah + - - - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Candida 16. Y.CJR.B2 Daun + - - - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Candida 17. Y.CJR.B3 Akar - + + - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Candida 18. Y.CJR.B4 Daun - + + - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Torulospora 19. Y.CJR.B5 Akar - + + - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Torulospora 20. Y.CJR.B6 Daun + - - - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Candida 21. Y.CJR.A2 Akar + - - - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Candida 22. Y.CJR.A3 Akar - + + - + + Tumbuh di dasar, ada endapan Torulospora 23. Y.CJR.A4 Daun - + + - - - Tumbuh di dasar, ada endapan Saccharomyces 24. Y.CJR.B7 Tanah - + + - - - Tumbuh di dasar, ada endapan Saccharomyces 25. Y.CJR.B8 Akar + - - - - - Tumbuh di dasar, ada endapan Hansenula

26. Y.NT.A1 Tanah

5,8

+ - - + + - Tumbuh di dasar, ada endapan Hansenula 27. Y.NT.B1 Tanah + - - - - - Tumbuh di permukaan, ada endapan Hansenula 28. Y.NT.B2 Tanah + - - - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Candida 29. Y.NT.B3 Tanah + - - - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Candida

30. Y.LP.1 Tanah

8,6

- + + - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Torulospora 31. Y.LP.2 Tanah + - - - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Candida 32. Y.LP.3 Tanah + - - - - - Tumbuh di permukaan, ada endapan Hansenula 33. Y.LP.4 Tanah - + + - - + Tumbuh di permukaan, ada endapan Torulospora

Page 11: Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat Khamir

2020 Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat: E. Pratiwi dan A. Akhdiya

49

genus Saccharomyces, Candida, Pichia, Hansenula, dan Torulaspora.

Isolasi khamir dari contoh tanah atau contoh jaringan tanaman padi dari beberapa daerah yang memiliki pH tanah yang berbeda tidak memper-lihatkan spesifisitas genus khamir tertentu yang diperoleh. Khamir dari kelompok Saccharomyces, Candida, Hansenula, Pichia, maupun Torulospora dapat diisolasi dari contoh tanah maupun jaringan tanaman. Karakter-karakter fisiologi dan biokimia yang terkait dengan fungsinya sebagai PGPR dari isolat-isolat khamir tersebut perlu ditelaah lebih lanjut untuk mengkaji potensinya sebagai agen hayati.

UCAPAN TERIMA KASIH

Tulisan ini merupakan bagian dari hasil pe-nelitian yang dibiayai oleh DIPA Balai Penelitian Tanah. Terima kasih disampaikan kepada Malinda atas upayanya dalam pengumpulan dan analisis data.

DAFTAR PUSTAKA

Alfenore. S., Cameleyre, X., Benbadis, L., Bideaux, C., Uribelarrea, J.L., Goma, G., Molina-Jouve, C. & Guillouet, S.E. (2004) Aeration strategy: A need for very high ethanol performance in Saccharomyces cerevisiae fed-batch process. Applied Microbiology and Biotechnology, 63, 537–542. doi: 10.1007/-s00253-003-1393-5.

Alfenore, S., Molina-Jouve, C., Guillouet, S.E., Uribelarrea, J.L., Goma, G. & Benbadis, L. (2002) Improving ethanol production and viability of Saccharomyces cerevisiae by a vitamin feeding strategy during fed-batch process. Applied Microbiology and Biotechnology, 60, 67–72. doi: 10.1007/s00253-002-1092-7.

Amprayn, K.O., Rose, M.T., Kecskés, M., Pereg, L., Nguyen, H.T. & Kennedy, I.R. (2012) Plant growth promoting characteristics of soil yeast (Candida tropicalis HY) and its effectiveness for promoting rice growth. Applied Soil Ecology, 61, 295–299. doi: 10.1016/j.apsoil.2011.11.009.

Barnett, J.A., Payne, R.W. & Yarrow, D. (2000) Yeasts: Characteristics and identification. Third edition. Cambridge (UK), Cambridge University Press.

Berlowska, J., Pielech-Przybylska, K., Balcerek, M., Dziekonska-Kubczak, U., Patelski, P., Dziugan, P.

& Kręgiel, D. (2016) Simultaneous saccharification and fermentation of sugar beet pulp for efficient bioethanol production. BioMed Research International, Article ID 3154929, 1−10. doi: 10.1155/2016/3154929.

Boekhout, T., Robert, V. & Smith, M.T. (2002) Yeasts of the world. Morphology, physiology, sequences and identification. World Biodiversity Database CD-ROM Series. Netherland, University of Amsterdam.

Botha, A. (2011) The importance and ecology of yeasts in soil. Soil Biology and Biochemistry, 43, 1–8. doi: 10.1016/j.soilbio.2010.10.001.

Cheema, S.A., Khan, M.I., Tang, X., Zhang, C., Shen, C., Malik, Z., Ali, S., Yang, J., Shen, K., Chen, X. & Chen, Y. (2009) Enhancement of phenanthrene and pyrene degradation in rhizosphere of tall fescue (Festuca arundinacea). Jounal of Hazardous Materials, 166, 1226−1231. doi: 10.1016/j.-jhazmat.2008.12.027.

Christensen, W.B. (1946) Urea decomposition as a means of differentiating proteus and paracolon cultures from each other and from Salmonella and Shigella types. Journal of Bacteriology, 52, 461.

da Cunha, T., Ferraz L.P., Wehr, P.P. & Kupper, K.C. (2018) Antifungal activity and action mechanisms of yeasts isolates from citrus against Penicillium italicum. International Journal of Food Microbiology, 2 (276), 20−27. doi: 10.1016/-j.ijfoodmicro.2018.03.019.

El-Gabry, K.I.M., Sarabana, S.S.H. & El-Khair, A.W.A. (2015) Effect of some microbial activators on onion plantlets growth quality. Middle East Journal of Agriculture Research, 4 (4), 932−937.

Fu, S.F, Sun P.F., Lu, H.Y., Wei, J.Y., Xiao, H.S.,Fang, W.T., Cheng, B.Y. & Chou, J.Y. (2016) Plant growth-promoting traits of yeasts isolated from the phyllosphere and rhizosphere of Drosera spatulata Lab. Fungal Biology, 120, 433−448. doi: 10.1016/j.funbio.2015.12.006.

Hajna, A.A. (1945) Triple-sugar iron agar media for the identification of the intestinal group of bacteria. Journal of Bacteriology, 49, 516−517.

Hallmann, J., Quadt-Hallmann, A., Mahaffee, W.F. & Kloepper, J.W. (1997) Bacterial endophytes in agricultural crops. Canadian Journal of Microbiology, 43, 895–914. doi: 10.1139/m97-131.

Karasu-Yalcin, S., Senses-Ergul, S. & Yesim-Ozbas, Z. (2012) Identification and enzymatic characterization of the yeasts isolated from Erzincan tulum cheese. Mljekarstvo, 62, 53−61.

Kreger-van Rij, N.J.W. (1987) The yeast: A taxonomic study. Amsterdam, Elsevier Science Publisher B.V.

Meng, W., Jia-Kuan, C. & Bo, L. (2007) Characterization of bacterial community structure and diversity in

Page 12: Keragaman Karakter Morfologi dan Biokimia Isolat Khamir

Buletin Plasma Nutfah Vol. 26 No. 1, Juni 2020:39–50 50

rhizosphere soils of three plants in rapidly changing salt marshes using 16S rDNA. Pedosphere, 17, 545–556. doi: 10.1016/s1002-0160(07)60065-4.

Montes de Oca, R., Salem, A.Z.M., Kholif, A.E., Monroy, H., Perez, L.S., Zamora, L.J. & Gutierez, A. (2016) Yeast: Description and structure. In: Salem, A.Z.M., Kholif, A.E. & Puniya, A.K. (eds.) Yeast additive and animal production. Tamilnadu, PubBioMed Central Research Publishing Services, pp. 4−13.

Mushtaq, M., Nahar, S. & Hashmi, M.H. (2004) Isolation and identificaiton of yeast flora from soil of Karachi, Pakistan. Pakistan Journal of Botany, 36, 173−180.

Nassar, A.H., El-Tarabily, K.A. & Sivasithamparam, K. (2005) Promotion of plant growth by an auxin-producing isolate of the yeast Williopsis saturnus endophytic in maize (Zea mays L.) roots. Biology and Fertility of Soils, 42, 97–108. doi: 10.1007/s00374-005-0008-y.

Nihorimbere, N., Ongena, M., Smargiassi, M. & Thonart, P. (2011) Beneficial effect of the rhizosphere microbial community for plant growth and health. Biotechnology, Agronomy, Society and Environment,15 (2), 327−337.

Nour, K.A.M. & Hager I.T. (2015) Evaluation impact of some plant growth promoting microorganisms on the growth and productivity of cowpea. Middle East Journal of Agriculture Research, 4 (3), 532−544.

Petrini, O. (1991) Fungal endophytes of tree leaves. In: Andrews, J.H. & Hirano, S.S. (eds.) Microbial ecology of leaves. Berlin-Heidelberg-New York, Springer, pp. 179–197.

Scarcella, A.S. deA., Junior, R.B., Bastos, R.G. & Magri, M.M.R. (2017) Temperature, pH, and carbon source affect drastically indole acetic acid production of plant growth promoting yeasts. Brazilian Journal of Chemical Engineering, 34 (02), 429−438. doi: 10.1590/0104-6632.20170342s20150541.

Searle, C.L., Ochs, J.H., Caceres, C.E., Chiang, S.L., Gerardo, N.M., Hall, S.R. & Duffy, M.A. (2015) Plasticity, not genetic variation, drives infection success of a fungal parasite. Parasitology, 142, 839–848. doi:10.1017/S0031182015000013.

Sturz, A.V., Christie, B.R. & Nowak, J. (2000) Bacterial endophytes: Potential role in developing sustainable systems of crop production. Critical Reviews in Plant Sciences, 19, 1–30. doi: 10.1080/-07352680091139169.

Tao, N., Gao, Y. & Liu, Y. (2011) Isolation and characterization of a Pichia anomala strain: A promising candidate for bioethanol production. Brazilian Journal of Microbiology, 42, 668−675.

Walker, G.M. (2009) Yeasts. In: M. Schaechter (ed.) Desk encyclopedia of microbiology. 2nd ed . Cambridge, Academic Press/Elsevier, pp. 1174−1187.

Waluyo, L. (2004) Mikrobiologi umum. Malang, Universitas Muhammadiyah Press.

Wuczkowski, M.Y., Gerbawy, G.F., Kraus-Kubicek, K., Sterflinger, K. & Prillinger, H. (2007) Identification of filamentous fungi and yeast and their diversity in soil of the alluvial zone national park along the river danube downstream of Vienna, Austria. Austria, Austrian Center of Biological Resources.

Xia, Y., Mohammad, R.S., Amna, A., Opiyo, S.O., Zhao, Z & Gao, Y.G. (2019) Culturable endophytic fungal communities associated with plants in organic and conventional farming systems and their efects on plant growth. Scientific Reports, 9, 1669 doi: 10.1038/s41598-018-38230-x.

Xu, X., Qin, G. & Tian, S. (2008) Effect of microbial biocontrol agents on alleviating oxidative damage of peach fruit subjected to fungal pathogen. International Journal of Food Microbiology, 126, 153–158. doi: 10.1016/j.ijfoodmicro.-2008.05.019.