Upload
dedikinchinjunga
View
112
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah dari mata kuliah administrasi dan kebijakan kesehatan.makalah ini berisi mengenai gaya kepemimpinan dalam mengelola pelayanan kesehatan.
Citation preview
i
KEPEMIMPINAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Disusun oleh: Kelompok 7
FKM ALIH JENIS B 2013/2014
Zeinfahmi Dwireski Wibawa 101311123076
Dieni Fikrianti 101311123078
Senjayani 101311123082
Indhah Setiati 101311123090
Nellis Eka Risnita 101311123104
Amalia Rizky Fadhilla 101311123106
Rizky Prihandari 101311123108
Septi Fitrah Ningtyas 101314153026
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya tugas mata kuliah
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan ini dengan baik.
Makalah yang kami susun ini berjudul Kepemimpinan yang di dalamnya
akan dibahas mengenai definisi kepemimpinan, hubungan antara konsep
kepemimpinan dalam bidang kesehatan, perbedaan manajer dengan pemimpin,
teori kepemimpinan, sifat/gaya dan tipe kepemimpinan, efektivitas kepemimpinan,
dan cara untuk menjadi seorang pemimpin. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing kami, Dr. Setya Haksama, drg., M.Kes., atas
pengarahan mata kuliah dan tugas yang diberikan.
Kami mengharapkan makalah ini dapat menjadi semangat kami untuk
membaca dan mengakses informasi dari berbagai sumber. Makalah ini pula kami
harapkan dapat menjadi salah satu cara belajar bagi kami semua untuk mengenal
kepemimpinan dalam kesehatan masyarakat serta memberikan manfaat bagi
pembaca. Kami menyadari sebagai manusia kami tak luput dari kesalahan. Oleh
karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
tugas kami ini.
Surabaya, 20 Oktober 2013
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 2
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................... 2
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................................. 2
1.4. Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
2.1 Pengertian Kepemimpinan ....................................................................... 4
2.2 Tingkatan Manager .................................................................................. 5
2.2.1 Manejemen lini pertama (first-line management) ............................. 6
2.2.2 Manajemen tingkat menengah (middle management) ...................... 6
2.2.3 Manajemen puncak (top management) ............................................. 6
2.3 Peran Manajer ........................................................................................... 7
2.3.1 Peran antarpribadi (Interpersonal Roles) .......................................... 7
2.3.2 Peran informasional (Informational Roles) ....................................... 7
2.3.3 Peran pengambilan keputusan (Decisional Roles) ............................ 7
2.4 Persamaan dan Perbedaan Manager dengan Leader ................................ 7
2.4.1 Persamaan Manager dan Leader ....................................................... 8
iii
2.4.2. Perbedaan Manager dan Leader ....................................................... 8
2.5 Teori Kepemimpinan ................................................................................ 9
2.5.1 Teori Sifat........................................................................................ 11
2.5.2 Teori Perilaku .................................................................................. 13
2.5.3. Teori Kontingensi............................................................................ 15
2.6. Sifat, Gaya, dan Tipe Kepemimpinan .................................................... 23
2.6.1. Sifat Kepemimpinan........................................................................ 24
2.6.2. Gaya dan Tipe Kepemimpinan........................................................ 26
2.7. Cara Memilih Motivasi .......................................................................... 31
2.7.1. Bedasarkan Cara Pengambilan Keputusan...................................... 32
2.7.2. Task Orientation dan Employee Orientation................................... 35
2.8. Efektivitas Kepemimpinan ..................................................................... 35
2.8. How to be a Leader ................................................................................ 38
BAB 3 Hubungan Konsep Kepemimpinan dalam Bidang Kesehatan .................. 43
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................ 50
4.1. Summary ................................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Manager dan Leader ............................................................ 8
Tabel 2.2 Perbedaan Manager dan Leader Menurut Rodd ..................................... 9
Tabel 2.3 Perbedaan Teori X dan Teori Y ............................................................ 10
Tabel 2.4 Sifat-Sifat Pembentuk Kepemimpinan Efektif ..................................... 12
Tabel 2.5 Keterampilan Komunikasi dalam Kepemimpinan ................................ 42
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Empat Gaya Kepemimpinan Manager .............................................. 20
Gambar 2.2 Managerial Grid Theory referensi ..................................................... 21
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, kemajuan seluruh institusi di segala aspek
membutuhkan sosok pemipin yang memiliki karakteristik pemimpin yang baik.
Kebutuhan akan jumlah pemimpin dengan jiwa kepemimpinan meningkat
dikarenakan keberadaan pemimpin ini sangat bergantung kepada hasil kinerja
perusahaan termasuk para pegawai. Namun, sering terjadi di suatu institusi
terdapat pemimpin yang kurang memiliki sikap, pemikiran, maupun keputusan
yang baik sehingga berdampak pada tingginya jumlah pegawai resign dan
kegagalan dalam pengelolaan sebuah institusi.
Keberadaan pemimpin sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan
yang tepat bagi kemajuan aspek yang dipimpin. Jadi dapat disimpulkan, jika
sebuah institusi tidak memiliki pemimpin yang tepat atau yang tidak sesuai
dengan karakteristik pemimpin yang baik dari segi teoristik maka keberhasilan
suatu institusi dan kerjasama antar pegawai akan sulit dicapai.
Sistem kepemimpinan juga digunakan dalam dunia kesehatan. Oleh karena
itu, sangat dibutuhkan pemimpin yang baik dalam manangani suatu institusi
kesehatan. Institusi kesehatan juga harus diolah dengan sebaik-baiknya karena
proses pengelolaan di dunia kesehatan bergantung pada hasil pelayanan yang
diberikan kepada pasien. Pada era modern, jumlah pasien meningkat di seluruh
wilayah. Hal itu yang menyebabkan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan
untuk memperbaiki kualitas hidup pasien. Jadi keberadaan pemimpin yang baik
2
mutlak sangat diperlukan dalam dunia kesehatan untuk meningkatkan
kesejahteraan dalam hal kesehatan masyarakat.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian kepemimpinan?
2. Apakah perbedaan manajer dengan pemimpin?
3. Apa saja teori kepemimpinan?
4. Apa saja sifat, gaya, dan tipe kepemimpinan?
5. Bagaimana efektivitas kepemimpinan?
6. Bagaimana cara untuk menjadi seorang pemimpin?
7. Bagaimana hubungan antara konsep kepemimpinan dalam bidang
kesehatan?
1.3. Tujuan dan Manfaat
1.3.1. Tujuan Umum
Menjelaskan dasar kepemimpinan untuk menciptakan pemimpin yang baik
dalam institusi di segala bidang.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian kepemimpinan;
2. Menjelaskan mengenai perbedaan manajer dengan pemimpin;
3. Menjelaskan mengenai teori kepemimpinan;
4. Menjelaskan mengenai sifat, gaya, dan tipe kepemimpinan;
3
5. Menjelaskan efektivitas kepemimpinan;
6. Menjelaskan mengenai cara untuk menjadi seorang pemimpin;
7. Menjelaskan hubungan konsep kepemimpinan dalam bidang kesehatan.
1.4. Manfaat
Menciptakan pemimpin dengan sifat kepemimpinan yang sesuai dengan
teori dan pembuktian dari para ahli sehingga dapat diterapkan sejak dini dalam
kehidupan sehari-hari.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin yaitu seseorang yang berada di
depan dan memimpin suatu perkumpulan atau wadah. Pemimpin adalah orang
yang memimpin, sedangkan kepemimpinan adalah sifat atau gaya perilaku yang
melekat pada seseorang yang memimpin.
Pada awalnya banyak orang menyatakan bahwa kepemimpinan tidak dapat
dipelajari dan merupakan bakat sejak lahir. Kepemimpinan secara ilmiah
kemudian berkembang bersama dengan pertumbuhan scientific management
(manajemen ilmiah). Manajemen ilmiah dipelopori oleh ilmuwan Frederick W.
Taylor pada awal abad ke-20 dan berkembang menjadi satu ilmu kepemimpinan.
Pengertian kepemimpinan menurut beberapa tokoh:
1. “Aktifitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk
mencapai tujuan yg diinginkan“ (Ordway Tead, 1935).
2. “Proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas hubungan tugas
anggota kelompok“ (Stoner, 1982).
3. “Leadership is the ability to influence, motivate, and direct others in
order to attain desired objectives” (Don dan John, 1992).
4. “Leadership is the ability to influence people to willingly follow one’s
guidance or adhere to one’s decisions” (Leslie dan Lloyd, 1995).
5. “Usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa
untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan“ (Gibson et al,
1997).
5
6. “Leadership is the moral and intellectual ability to visualize and work
for what is the best for company and its employees” (Mullins, 2001).
Sedangkan pengertian pemimpin menurut beberapa tokoh:
1. “Leaders are agents of change, persons whose act affect other people
more than other people’s acts affect them” (Gibson, Ivancevich, dan
Donnelly, 2000).
2. “Leader is one who obtains followers and influences them in setting
and achieving objectives” (Mullins, 2001).
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi, mengarahkan, dan memotivasi
orang lain guna mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Dalam kepemimpinan,
diperlukan sikap wibawa, rasa peka terhadap orang yang dipimpin, dan intelektual.
Sedangkan pemimpin adalah seseorang yang memiliki kecakapan khusus, dengan
atau tanpa pengakuan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya,
untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran
tertentu.
2.2 Tingkatan Manager
Tingkatan manajer ditunjukkan pada piramida jumlah karyawan organisasi
dengan struktur tradisional. Manajer sering dikelompokan menjadi manajer
puncak (top manager), manajer tingkat menengah (middle manager), dan manajer
lini pertama (first line manager) biasanya digambarkan dengan bentuk piramida,
di mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di puncak. Griffin
(2004) membedakan manajer berdasarkan tingkat dan bidang:
6
2.2.1 Manejemen lini pertama (first-line management)
Dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen
tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-
manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut sebagai
supervisor, manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau
mandor (foreman).
2.2.2 Manajemen tingkat menengah (middle management)
Mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama
dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya
misalnya mengawasi beberapa unit kerja dan menerapkan rencana sesuai dengan
tujuan dan tingkatan yang lebih tinggi. Jabatan yang termasuk manajer menengah
di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer
divisi.
2.2.3 Manajemen puncak (top management)
Dikenal pula dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan
kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya
perusahaan. Contoh top manajemen adalah Chief Executive Officer (CEO), Chief
Information Officer (CIO), dan Chief Financial Officer (CFO).
Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya
pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang
7
dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke
proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.
2.3 Peran Manajer
Manajer memainkan 10 peran yang berbeda yang terbagi dalam 3 kategori
dasar, yaitu (Henry Mintzberg dalam Griffin, 2004) :
2.3.1 Peran antarpribadi (Interpersonal Roles)
Merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat
seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah,
pemimpin, dan penghubung.
2.3.2 Peran informasional (Informational Roles)
Meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta
peran sebagai juru bicara.
2.3.3 Peran pengambilan keputusan (Decisional Roles)
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang
wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.
2.4 Persamaan dan Perbedaan Manager dengan Leader
Manager (Pimpinan) adalah seseorang yang berperan sebagai pimpinan di
suatu kelompok untuk memimpin bawahannya. Seorang pemimpin adalah
seseorang yang mempengaruhi perilaku dan pekerjaan orang lain dalam upaya
kelompok menuju pencapaian target yang ditetapkan dalam situasi tertentu. Di sisi
lain, seorang pimpinan membutuhkan posisi manajerial untuk dapat menjalankan
8
fungsinya sebagai pimpinan dalam organisasi. Berbeda dengan pemimpin, dirinya
tidak membutuhkan posisi manajerial untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai
pemimpin. Seorang manajer yang baik belum tentu memiliki jiwa kepemimpinan
di dalam dirinya, begitu pula sebaliknya.
2.4.1 Persamaan Manager dan Leader
Peran mereka sama seperti dikemukakan oleh Mintzberg (antar pribadi,
pemprosesan informasi, dan pengambilan keputusan), namun keterampilan yang
diperlukan berbeda.
1. Pimpinan dan pemimpin menghadapi/mengepalai kelompok;
2. Pimpinan dan pemimpin memiliki rasa tanggung jawab;
3. Pimpinan dan pemimpin bisa memiliki pemikiran jangka panjang
tergantung situasi dan kondisi;
4. Memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi, mengatur dan mengarahkan
anggota organisasi;
5. Memimpin untuk suatu tujuan.
2.4.2. Perbedaan Manager dan Leader
Adapun perbedaan manager dan leader disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbedaan Manager dan Leader
ASPEK MANAGER LEADER
Origin Diangkat Diakui
Formal-rights Memiliki hak formal dalam
suatu organisasi Tidak memiliki hak formal
Followers Bawahan (anak buah) Sekelompok orang
Functions Memberi perintah sesuai dengan
aturan organisasi
Mempengaruhi orang
untuk bekerja sukarela
untuk tujuan kelompok.
Necessity Seorang pimpinan dibutuhkan
dalam mengatur suatu organisasi
Untuk menjadi panutan
bagi anggotanya
9
ASPEK MANAGER LEADER
Stability Lebih stabil Sementara
Concern Fokus kepada tujuan organisasi
Fokus kepada tujuan
kelompok dan kepuasan
anggota
Posisi Menengah ke atas Fleksibel
Tabel 2.2 Perbedaan Manager dan Leader Menurut Rodd
Manager Leader
Plan: set objectives, forecast, analyse
problems, make decisions, formulate
policy
Give direction: find a way forward,
communicate a clear direction,
identify new goals, services and
structures
Organize: determine what activities
are required to meet objective
Offer inspiration: have ideas and
articulate thoughts that motivate
others
Co-ordinate inspire staff to contribute
both invidually and as a group to the
organization’s objectives
Build teamwork: use teams as the most
effective form of leadership, spending
their time building and encouraging
collaboration
Control: check performance against
plans, develop people and maximize
their potential to achieve agreed
outcomes
Set an example: model what leaders
do and how they do it
Gain acceptance: act in ways that
engender acknowledgement of their
leadership status in followers
Sumber: Rodd (2006)
2.5 Teori Kepemimpinan
Pemimpin adalah seseorang yang memimpin suatu kelompok dan memiliki
pengaruh di dalamnya. Dalam memipin kelompok, ada hal yang harus dipahami
oleh pemimpin untuk mengenal anggotanya. Asumsi dan keyakinan tentang
anggota tim dan bagaimana memotivasi mereka sering mempengaruhi perilaku
seorang pemimpin dalam memimpin.
McGregor dalam Leslie dan Lloyd (1995) mengungkapkan teori X dan Y
untuk mengungkap karakter pegawai suatu perusahaan atau organisasi. Pada
10
suatu perusahaan, karakter setiap bawahan tentu berbeda satu sama lain. Beberapa
bawahan termotivasi terutama oleh uang, malas, tidak kooperatif, dan memiliki
kebiasaan kerja yang buruk. Bawahan dengan ciri demikian digolongkan kedalam
tipe X menurut teori McGregor. Bawahan yang memiliki sifat pekerja keras,
kooperatif, dan kebiasaan kerja yang positif ciri tersebut dimasukkan ke dalam
tipe Y dalam teori McGregor. Lebih jelasnya, perbedaan antara tipe X dan Y pada
Tabel 2.3:
Tabel 2.3 Perbedaan Teori X dan Teori Y
Tipe X Tipe Y
a. Tidak suka bekerja dan akan
menghindarinya bila mungkin.
b. Karena tidak suka bekerja,
kebanyakan orang harus dipaksa,
dikendalikan, diarahkan, atau
diancam dengan hukuman untuk
membuat mereka berupaya untuk
mencapai tujuan organisasi.
c. Mereka suka diarahkan, ingin
menghindari tanggung jawab,
memiliki ambisi yang relatif kecil,
dan menginginkan keamanan atas
segalanya.
a. Suka bekerja, karena usaha fisik
dan mental dalam pekerjaan adalah
natural seperti bermain atau
istirahat.
b. Kontrol eksternal dan ancaman
hukuman bukan satu-satunya
upaya untuk mencapai tujuan
organisasi. Pekerja akan
mengarahkan dan mengendalikan
diri dalam berkomitmen mencapai
tujuan.
c. Komitmen terhadap tujuan adalah
fungsi dari penghargaan yang
berhubungan dengan prestasi
mereka.
d. Mereka belajar di bawah kondisi
yang tepat, tidak hanya untuk
menerima tetapi mencari tanggung
jawab.
e. Kapasitas untuk latihan imajinasi,
kecerdikan, dan kreativitas dalam
pemecahan masalah organisasi
secara luas, tidak sempit,
didistribusikan dalam populasi.
f. Dalam beberapa kondisi kehidupan
industri modern, potensi intelektual
mereka hanya digunakan sebagian.
11
Oleh karena itu, teori X dan Y perlu dipahami oleh seorang pemimpin
dalam menghadapi bawahannya. Di lain sisi, terdapat beberapa teori yang
menjelaskan makna pemimpin. Antara lain:
2.5.1 Teori Sifat
Teori ini menjelaskan bahwa seorang pemimpin memiliki kepribadian dan
karakteristik yang berbeda dengan kebanyakan orang. Seorang pemimpin
mewarisi suatu sifat yang membuat mereka cocok untuk menjadi pemimpin. Oleh
sebab itu, dikenal pula teori manusia luar biasa.
The Great Man theories menganggap bahwa jiwa kepemimpinan sudah
melekat dalam diri seseorang sejak dia dilahirkan dan hal tersebut tidak dibuat-
buat. Pemimpin yang besar akan muncul jika ada kebutuhan yang besar. Teori ini
sering menggambarkan pemimpin besar sebagai heroik, mitis, dan ditakdirkan
untuk menjadi pemimpin. Istilah tersebut digunakan karena teori ini menganggap
kaum laki-laki yang pantas menjadi seorang pemimpin, terutama dalam hal
kepemimpinan militer.
Banyak penelitian kepemimpinan diarahkan untuk mengidentifikasi ciri-ciri
pribadi pemimpin. Sifat model didasarkan pada asumsi bahwa karakteristik fisik,
sosial, dan pribadi tertentu yang melekat pada pemimpin. Ada atau tidak
karakteristik ini membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Berikut ini adalah
beberapa ciri yang umumnya terdapat dalam diri para pemimpin:
1. Kepribadian
Beradaptasi, cekatan, emosional yang stabil, dominan, percaya diri.
2. Sosial karakteristik
Menarik, diplomatis, populer, koperasi.
12
3. Fisik
Penampilan energik, sehat.
4. Sosial latar belakang
Pendidikan di sekolah, tingkat sosial.
5. Karakteristik yang berkaitan dengan tugas
Didorong untuk unggul, tanggung jawab, penuh inisiatif, berorientasi pada
hasil.
Terdapat beberapa gagasan bahwa pemimpin yang efektif memiliki
kepentingan tertentu, keterampilan interpersonal, dan ciri kepribadian. Namun
demikian, ciri model umumnya tidak sangat membantu dalam memahami
kepemimpinan. Tidak berarti bahwa beberapa sifat tertentu tidak ada
hubungannya dengan kepemimpinan yang efektif. Sifat harus dievaluasi dalam
kaitannya dengan beberapa faktor lain, seperti kebutuhan para anggota dan situasi.
Sementara itu dari paparan Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (2000) dan
Hoy dan Miskel (2008) dapat dirangkum sifat-sifat yang dapat membentuk
kepemimpinan yang efektif sebagai berikut (Tabel 2.4):
Tabel 2.4 Sifat-Sifat Pembentuk Kepemimpinan Efektif
Kepribadian Motivasi Keterampilan
Tingkat semangat
(energi) Orientasi kekuasaan Hubungan antar pribadi
Percaya diri Kebutuhan berprestasi
kuat Kognitif
Tahan Stress Kurang memerlukan
afiliasi Teknis
Kedewasaan emosi Kebanggaan diri Konseptual
13
2.5.2 Teori Perilaku
Teori perilaku mengkaji perilaku khusus yang dimiliki pemimpin untuk
keefektifan kepemimpinan. Teori perilaku berlandaskan pemikiran bahwa
keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan
bertindak pemimpin yang bersangkutan. Teori ini berfokus pada apa yang
dilakukan pemimpin dalam melaksanakan pekerjaan manajerial dan dampaknya
atas prestasi dan kepuasan pengikut.
1. Model University of Michigan
Lembaga Riset Sosial Universitas Michigan menemukan beberapa
prinsip kontribusi, baik terhadap produktivitas kelompok ataupun kepuasan
anggota kelompok. Penelitian awal dilakukan di kantor dari Perusahaan
Asuransi Prudential di Newark, New Jersey. Wawancara dilakukan dengan 24
manajer dan 419 nonmanajerial. Hasil wawancara menunjukkan bahwa
manajer lebih cenderung untuk:
1) Menerima segala pengawasan yang ketat dari atasan mereka;
2) Menentukan wewenang dan bertanggung jawab dalam pekerjaan
mereka;
3) Menghabiskan lebih banyak waktu dalam pengawasan;
4) Melakukan pengawasan yang ketat kepada karyawan mereka;
5) Menjadi karyawan berorientasi bawahan dari pada berorientasi produksi.
Hasil penelitian Universitas Michigan menunjukkan adanya dua teori
kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan (job-
centered) dan berorientasi pada karyawan (employee-centered). Pemimpin
yang berorientasi pekerjaan, tegas dalam pengawasan bawahan untuk
14
memastikan bahwa tugas dilaksanakan secara maksimal. Selain itu, pemimpin
yang berorientasi pekerjaan menggunakan insentif untuk memacu produksi,
dan menetukan nilai standar produksi berdasarkan prosedur.
Pemimpin yang berorientasi karyawan memfokuskan perhatian kepada
aspek manusia (karyawan). Pemimpin menentukan suatu tujuan,
mengkomunikasikannya kepada bawahan, dan bawahan diberi kebebasan yang
cukup untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.
Menurut Rensis Likert dalam Hellriegel, Don Slocum (1992)
menyampaikan, gaya kepemimpinan dibagi menjadi empat yaitu :
1) Sistem 1: Otoritatif Eksploitatif. Managemen otoriter yang mencoba
untuk mengeksploitasi bawahan.
2) Sistem 2: Interaktif dan komunikatif. Berbicara dan murah hati.
3) Sistem 3: Konsultatif. Manajer mau menerima masukan dari bawahan
tetapi tetap mempertahankan hak untuk membuat keputusan akhir.
4) Sistem 4: Partisipatif. Manager memberi arahan kepada bawahan, tapi
keputusan dibuat berdasarkan konsensus, pendapat mayoritas dan
partisipasi semua anggota.
2. Ohio State Studies
“A series of studies on leadership was conducted at Ohio State
University to find out the most important behaviors of successful leaders. To
do this, they developed a questionnaire called the Leader Behavior Description
Question¬naire (LBDQ)”. (Management: Skill and Aplication 11th
edition,
1995).
15
Para peneliti di Ohio State melakukan penelitian pada hubungan antara
perilaku pemimpin dan bawahan. Penelitian tersebut menghasilkan dua
kategori yang secara garis besar menjelaskan perilaku kepemimpinan. Dua
kategori tersebut adalah sebagai berikut:
1) Struktur Prakarsa merujuk sejauh mana pemimpin berkemungkinan
menetapkan dan menyusun perannya dan peran bawahannya dalam
mengupayakan pencapaian sasaran.
2) Pertimbangan adalah tingkat dimana pemimpin berkemungkinan
memiliki hubungan pekerjaan yang dicirikan dengan rasa saling
percaya, penghormatan terhadap gagasan bawahan, dan menghargai
perasaan.
Menurut teori ini, variabel yang mempengaruhi hubungan perilaku
kepemimpinan dan keefektifan organisasi antara lain: pengalaman
karyawan, kewenangan, pengetahuan tentang pekerjaan, harapan atas
perilaku pemimpin, pengaruh pemimpin ke atas tingkat otonomi, dan
desakan waktu.
2.5.3. Teori Kontingensi
John et. al (1987) menyatakan bahwa keefektifan sebuah kepemimpinan
adalah fungsi dari berbagai aspek situasi kepemimpinan. Sejumlah pendekatan
situasi telah diteliti dan dikeluarkan. Dengan semakin diakuinya arti penting dari
faktor situasi, penelitian mengenai kepemimpinan menjadi lebih sistematis, dan
model kontingensi mengenai kepemimpinanpun mulai bermunculan.
16
1. Model Kontingensi Kepemimpinan
Fiedler dalam John et. al (1987) melihat bahwa keefektifan kelompok
tergantung pada situasi serta kecocokan gaya yang digunakan pemimpin.
Fiedler mengukur kepemimpinan dengan a least-preferred co-worker (LPC),
yaitu ukuran tingkat perasaan positif dan negatif yang dimiliki seseorang
terhadap orang lain dalam bekerja sama.
Nilai LPC yang rendah, dianggap sebagai gaya kepemimpinan yang
task-oriented (berorientasi pada tugas), yaitu gaya pemimpin yang aktif
mengontrol dan terstruktur. Nilai LPC yang tinggi, diasosiasikan dengan gaya
kepemimpinan yang relationship-oriented (berorientasi pada hubungan), yaitu
gaya yang pasif dan memiliki kepedulian.
Fiedler juga mengajukan tiga faktor atau variabel yang menentukan
lingkungan yang dimiliki seseorang pemimpin atau tingkat keuntungan
situasional. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan pemimpin pengikut,
struktur tugas dan position power.
Hubungan pemimpin pengikut menunjukkan tingkat kepercayaan,
keyakinan dan rasa hormat yang dimiliki pengikut terhadap pemimpin mereka.
Struktur tugas adalah faktor kedua terpenting yang menunjukkan sejauh mana
tugas dilakukan secara terstruktur.
Position power adalah faktor terakhir yang merupakan kekuatan yang
dimiliki oleh posisi pemimpin untuk memimpin. Pemimpin mempunyai
kekuatan legitimasi, paksaan, dan memberi penghargaan. Seorang pemimpin
mempunyai posisi yang kuat sehingga memudahkannya untuk mempengaruhi
bawahan.
17
Fiedler menyiratkan bahwa tidak ada cara terbaik untuk memimpin.
Seorang pemimpin yang dapat mencapai efektivitas dalam suatu situasi
mungkin tidak efektif dalam situasi yang lain. Fiedler tidak optimis bahwa
pemimpin bisa dilatih, sehingga mengubah situasi akan lebih baik.
Keterbatasan dari model kontingensi kepemimpinan Fiedler :
1) Variabel situasional model kontingensi kepemimpinan Fiedler
bersifat kompleks dan sulit untuk ditaksir. Pengukuran hubungan
pemimpin dengan anggota kelompoknya, struktur tugas dan position
power merupakan suatu pengukuran yang bersifat subyektif.
2) Model kontingensi kepemimpinan ini memberi sedikit perhatian pada
karakteristik bawahan. Misalnya bawahan itu adalah para ahli yang
berkemampuan tinggi atau pekerja yang tidak memiliki kemampuan.
3) Model kontingensi kepemimpinan ini memberi sedikit perhatian pada
karakteristik bawahan. Jika ada kekurangan pada pemimpin, bawahan
tidak lagi menghormatinya dan meniadakan variabel situasional.
4) Alasan pokok yang logis pada skala LPC adalah untuk membuka
pertanyaan. Fiedler menyatakan bahwa pengukuran LPC menentukan
sifat dan itu membuat pemimpin tidak bisa mengubah tipe
kepemmpinanya pada suatu situasi tertentu.
2. Model Kepemimpinan Jalur-Tujuan (Path-Goal Leadership Model)
Teori ini berusaha memprediksi keefektifan kepemimpinan dalam
berbagai situasi. Teori ini disebut path-goal karena terfokus pada cara
pemimpin mempengaruhi persepsi dari pengikutnya. Suatu organisasi akan
18
tercapai tujuannya jika memperhatikan pekerjaan dan pengembangan diri
sesuai dengan jalur yang dibutuhkan.
Menurut path-goal, pemimpin yang efektif dapat memberikan imbalan
pada bawahan. Imbalan pada bawahan harus sesuai dengan kewajiban yang
telah dilakukan. Beberapa orang berpendapat bahwa peran penting pemimpin
adalah memberikan klarifikasi kepada bawahan tentang perilaku yang dapat
mencapai tujuan.
Teori path-goal menunjukkan ada empat gaya pemimpin yang
digunakan, yaitu:
1) Direktif
Pemimpin langsung dalam bertindak dan tidak ada partisipasi bawahan
dalam pengambilan keputusan. Pada gaya ini pemimpin membiarkan
pengikutnya mengetahui semua yang diharapkan dan memberitahukan pada
mereka tugasnya. Gaya kepemimpinan direktif ini sama seperti tipe
production-centered.
2) Mendukung
Pemimpin bersikap ramah dan perhatian pada bawahan seperti pada
employee-centerered style.
3) Partisipatif
Pemimpin meminta, menerima, dan menggunakan saran dari bawahan
untuk membuat keputusan.
19
4) Berorientasi prestasi
Dalam model ini, pemimpin memberikan tujuan yang menantang dan
kepercayaan untuk bawahan.
Variabel Model Kepemimpinan Jalur-Tujuan (Path-Goal Leadership
Model) yaitu:
1) Employee characteristic
Model ini menyatakan bahwa pekerja akan dapat diterima pada tipe
kepemimpinan tersebut. Mereka merasakan kepuasan pekerjaan atau keperluan
kerja pada masa yang akan datang.
Contohnya yaitu pekerja mempunyai kebutuhan yang tinggi untuk
menghargai drinya sendiri dan interaksinya. Mereka mungkin akan menerima
dan mendukung kepemimpinan. Pekerja mempunyai kebutuhan yang tinggi
terhadap otonomi, tanggung jawab dan prestasi. Pekerja tersebut dapat
diterima dan memberi motivasi oleh kepemimpinan yang berorientasi prestasi.
2) Task characteristic
Menurut tipe ini kepemimpinan yang otoriter dapat meningkatkan
kemampuan dengan mencegah kesalahan, tetapi dapat mengurangi kepuasan
kerja. Kepemimpinan yang partisipatif dan mendukung tampaknya
meningkatkan kepuasan kerja, meskipun hasil tugasnya jelek.
3. Model Kepemimpinan Situasional
Hersey dan Blanchard dalam John et.al (1987) menyatakan bahwa model
ini memberikan penekanan lebih pada tingkat kematangan pengikut, yang
20
mempengaruhi gaya pemimpin dalam memimpin. Pemimpin harus bisa
menilai dengan tepat atau menilai secara intuitif tingkat kematangan dari
pengikut mereka. Pemimpin harus menggunakan gaya kepemimpinan yang
sesuai dengan tingkat kematangan tersebut.
Hersey dan Blanchard menggunakan penelitian Ohio State University
(OSU) untuk kemudian mengembangkan empat gaya kepemimpinan yang
biasa dipakai oleh manajer yaitu:
1) Telling (menyuruh): Pemimpin menetapkan peran, tugas, arahan
untuk bawahan dan cara melakukannya.
2) Selling (menjual): Pemimpin memberikan instruksi terstruktur, tetapi
juga bersikap suportif.
3) Participating (berpartisipasi): Pemimpin dan pengikutnya bersama-
sama memutuskan cara menyelesaikan tugas yang berkualitas.
4) Delegating (delegasi): Pemimpin tidak banyak memberikan arahan
yang jelas dan spesifik ataupun dukungan pribadi kepada pengikutnya.
Gambar 2.1 Empat Gaya Kepemimpinan Manager
21
Kebanyakan para manajer menyukai model ini karena dianggap praktis,
bermakna, dan berguna untuk melatih dalam berpikir serta bertindak sebagai
pemimpin.
Setelah memahami berbagai teori kepemimpinan dari beberapa tokoh,
selanjutnya diperlukan pemahaman terhadap teori manajerial. Seorang
pemimpin belum tentu seorang manajer. Namun, pemimpin yang baik
hendaknya memiliki jiwa manajerial di dalam diriya.
Blake dan Mouton dalam Leslei dan Llyod (1995) telah mengembangkan
sebuah metode untuk mengklasifikasikan gaya kepemimpinan individu "The
Grid Managerial”. Managerial grid adalah kerangka kerja peringkat dua
dimensi seorang pemimpin atas dasar kepedulian terhadap orang dan produksi.
Terdapat lima gaya dasar dari manajemen dengan menggunakan managerial
grid.
Gambar 2.2 Managerial Grid Theory referensi
Sumber: Rue, Leslie W. and Lloyd L. Byars. (1995)
22
Di sudut kiri bawah titik (1.1) adalah improverished management,
ditandai dengan kepedulian yang rendah terhadap orang dan produksi. Tujuan
utama gaya ini adalah untuk menghindari masalah dan melakukan upaya
minimum untuk mempertahankan pekerjaan dan menghindari pemecatan.
Di sudut kiri atas titik (1.9) adalah manajemen country club,
diidentifikasi dengan kepedulian yang tinggi bagi orang dan rendah untuk
produksi. Pemimpin yang menggunakan gaya ini mencoba untuk menciptakan
suasana keluarga yang aman dan nyaman. Perhatian dibutuhkan untuk
menciptakan hubungan yang mengarah kepada kenyamanan, keramahan, dan
tempo kerja.
Kepedulian yang tinggi atas perhatian produksi dan rendah untuk orang
tercermin pada titik (9,1) di sudut kanan bawah, yaitu authority obedience
management. Pemimpin tidak mempertimbangkan kebutuhan pribadi.
Bawahan harus relevan untuk mencapai tujuan organisasi itu. Mereka
menggunakan kekuasaan dan memaksa bawahan mengkoordinir dan
memenuhi kuota produksi.
Ditengah grid point, titik (5.5) menunjukkan organization man
management,yang mencari keseimbangan antara kebutuhan orang dan produksi.
Kinerja yang memadai diperoleh dengan menjaga semangat kerja karyawan
pada tingkat yang cukup untuk mempertahankan pekerjaan. Dukungan
terhadap semangat kerja karyawan ini, diharapkan seimbang dengan produksi
yang dicapai.
23
Disudut kanan atas titik (9.9) adalah team management yang
menunjukkan tingginya tingkat kepedulian bagi orang dan produksi. Pemimpin
yang mendukung gaya ini berusaha untuk membentuk kelompok kerja yang
kohesif, menghasilkan tingginya tingkat kepuasan baik produksi dan orang.
Pemimpin membangun hubungan kepercayaan dan rasa hormat dengan
karyawan, dengan tetap memperhitungkan produksi yang harus dicapai.
Teori kepemimpinan terdiri dari berbagai jenis teori diantaranya teori
sifat, teori perilaku, teori kontingensi, dan teori situasional. Berdasarkan teori
kepemimpinan yang telah diuraikan tersebut, tidak ada teori kepemimpinan
yang dapat dibenarkan. Karena pada dasarnya teori merupakan suatu ilmu dan
seni, yang mana dapat berubah sesuai perkembangan jaman dan situasi dalam
waktu tertentu. Namun demikian, tidak ada teori yang tidak penting. Semua
teori kepemimpinan perlu dipelajari dalam mempelajari kepemimpinan.
2.6. Sifat, Gaya, dan Tipe Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blancard ada 3, yaitu :
1. gaya kepemimpinan klasik;
2. gaya demokratis;
3. gaya bebas (Laissez Faire).
Tipe kepemimpinan menurut Kartini Kartono ada 4, yaitu :
1. Tipe Karismatik;
2. Tipe Paternalistik;
3. Tipe Otoriter;
4. Tipe Militeristik;
5. Tipe Demokratis.
24
2.6.1. Sifat Kepemimpinan
Berkaitan dengan perilaku kepemimpinan, maka dalam memperdalam
pemahamaman konsep kepemimpinan tidak terlepas dengan sifat-sifat yang
dimiliki oleh pemimpin. Mengapa demikian, karena antara perilaku dan sifat yang
melekat pada diri seorang pemimpin merupakan dua hal yang saling berkaitan.
Oleh karena itu, secara hakiki mempelajari perilaku kepemimpinan sama saja
artinya dengan mempelajari sifat kepemimpinan. Banyak ahli telah melakukan
penelitian dalam mengkaji masalah kepemimpinan dengan berbagai cara, salah
satu cara yang dilakukan adalah dengan mengenali karakteristik sifat.
1. Kejujuran dan integritas
Pemimpin menunjukkan konsistensi dan kesamaan antara ucapan dengan
yang diperbuat. Pemimpin bekerja secara total, sepenuh hati, dan semangat
tinggi. Integritas akan membuat seorang pemimpin dapat dipercaya, dan
kepercayaan itu akan menciptakan pengikut yang kemudian tercipta sebuah
kelompok yang memiliki kesamaan tujuan.
2. Disiplin
Ketaataan dan kepatuhan terhadap hukum, UU, Peraturan, ketentuan, dan
norma yang berlaku dengan disertai kesadaran dan keikhlasan hati bukan
karena paksaan memang demikian seharusnya. Selain itu seorang pemimpin
harus memiliki kedisiplinan pribadi. Pemimpin tidak akan berhasil memimpin
orang lain sebelum berhasil memimpin dirinya sendiri. Pemimpin harus
mengenal dirinya secara mendalam.
25
3. Tanggung Jawab
Bertanggung jawab terhadap segala hal yang telah dilakukan. Seorang
pemimpin dalam mengambil keputusan harus dapat bertanggung jawab atas
segala keputusan yang telah dilakukan.
4. Mengendalikan
Pemimpin harus dapat mengendalikan diri, lingkungan, dan pekerjaanya
dalam melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaanya. Tetap terus
menunjukkan tingkat upaya dan keinginan yang tinggi untuk berprestasi,
berusaha tanpa kenal putus asa, dan selalu menunjukkan dan memberikan
inisiatif dalam menyelesaikan pekerjaanya.
5. Keinginan untuk memimpin
Pemimpin memiliki keinginan yang kuat untuk mempengaruhi dan
memimpin orang lain, Mereka menunjukkan kesediaan untuk bertanggung
jawab.
6. Percaya diri
Seorang yang memiliki kepercayaan diri, selain mampu untuk
mengendalikan serta menjaga keyakinan diri, akan mampu pula membuat
perubahan di lingkunganya. Selain keahlian teknis, seorang pemimpin
memerlukan sejumlah kecakapan emosi lainya. Pemimpin terlihat tidak adanya
keraguan untk menunjukkan kepercayaan diri yang meyakinkan pengikutnya
akan kebenaran tujuan dan keputusan yang telah diambil.
26
7. Intelijen
Para pemimpin harus cukup cerdas untuk mengumpulkan, mensintesis,
dan menafsirkan sejumlah besar informasi dan untuk dapat menciptakan visi,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan yang benar.
8. Pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan
Para pemimpin yang efektif memiliki pengetahuan tinggi tentang industri,
perusahaan, dan hal teknis. Pengetahuan yang mendalam membantu pemimpin
untuk membuat keputusan yang terinformasi dengan baik dan memahami
implikasi dari keputusan tersebut.
Menurut A. Dale Timpe (1991) ada delapan (8) sifat kepemimpinan yang
efektif dalam memotivasi karyawan untukmeningkatkan produktivitas kerjanya:
1) Kemampuan untuk memusatkan perhatian;
2) Penekanan pada nilai yang sederhana;
3) Selalu bergaul dengan orang;
4) Menghindari profesionalisme tiruan;
5) Mengelola perubahan;
6) Memilih orang;
7) Hindari mengerjakan semua sendiri;
8) Menghadapi kegagalan.
2.6.2. Gaya dan Tipe Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan
tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam
27
memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk
tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan
pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya
menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang
dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya
kepemimpinan.
Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada
dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri,
bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan.
Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan
proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan
(p),bawahan (b) dan situasi tertentu (s), yang dapat dinotasikan sebagai:
k = f (p, b, s)
Kesesuaian Perilaku X dan Y dengan gaya kepemimpinan :
1) Teori X
Berdasarkan ciri-ciri manusia yang termasuk dalam teori X maka
kesesuaian gaya kepemimpinan yang tepat agar tujuan organisasi dapat
tercapai adalah gaya kepemimpinan directing, gaya kepemimpinan coaching,
dan gaya kepemimpinan otokrasi.
2) Teori Y
Berdasarkan ciri-ciri manusia yang termasuk dalam teori Y maka
kesesuaian gaya kepemimpinan yang tepat agar tujuan organisasi dapat
28
tercapai adalah gaya kepemimpinan delegating, gaya kepemimpinan
participation, dan gaya kepemimpinan kendali bebas.
Ada beberapa jenis gaya kepemimpinan yang di tawarkan oleh para pakar
leardership, mulai dari yang klasik sampai kepada yang modern yaitu gaya
kepemimpinan situasional model Hersey dan Blancard.
1. Teori Gaya Kepemimpinan Klasik
Teori klasik gaya kepemimpinan mengemukakan, pada dasarnya di
dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur
pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Dari
dua unsur tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4
kelompok, yaitu otokrasi (directing), pembinaan (coaching), demokrasi
(supporting), dan kendali bebas (delegating). Mengambil contoh pemimpin
negara kita, presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
1) Mengarahkan (directing)
2) Melatih (coaching)
Pada kondisi karyawan menghadapi kesulitan menyelesaikantugas-
tugas, takut untuk mencoba melakukannya, manajer juga harus
memproporsikan struktur tugas sesuai kemampuan dan tanggung jawab
karyawan. Oleh karena itu, pemimpin hendaknya menghabiskan waktu
mendengarkan dan menasihati, dan membantu karyawan untuk
memperoleh keterampilan yang diperlukan melalui metode pembinaan.
3) Partisipasi (participation)
29
Gaya kepemimpinan partisipasi, adalah respon manajer yang harus
diperankan ketika karyawan memiliki tingkat kemampuan yang cukup,
tetapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan tanggung jawab. Hal ini
bisa dikarenakan rendahnya etos kerja atau ketidakyakinan mereka untuk
melakukan tugas/ tangung jawab.
Dalam kasus ini pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah
dan secara aktif mendegarkan dan mengapresiasi usaha-usaha yang
dilakukan para karyawan, sehingga bawahan merasa dirinya penting dan
senang menyelesaikan tugas.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis/ Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang
memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada
permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh.
Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak
informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas/ Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil dimana para
bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah
yang dihadapi.
Kartini Kartono menjelaskan bahwa gaya dan tipe kepemimpinan terbagi
atas 5 tipe, yaitu:
30
1) Tipe Kharismatik
Tipe ini mempunyai daya tarik dan pembawaan yang luar biasa,
sehinggamereka mempunyai pengikut yang jumlahnya besar. Kesetiaan
dan kepatuhan pengikutnya timbul dari kepercayaan terhadap pemimpin
itu. Pemimpin dianggap mempunyai kemampuan yang diperoleh dari
kekuatanYang Maha Kuasa.
2) Tipe Paternalistik
Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain;
1. Menganggap bawahannya belum dewasa;
2. Bersikap terlalu melindungi;
3. Jarang memberi kesempatan bawahan untuk mengambil
keputusan;
4. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
3) Tipe Otoriter
Pemimpin tipe otoriter mempunyai sifat sebagai berikut:
1. Pemimipin organisasi sebagai miliknnya;
2. Pemimpin bertindak sebagai dictator;
3. Cara menggerakkan bawahan dengan paksaan dan ancaman.
4) Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai sifat-sifat:
1. Menuntut kedisiplinan yang keras dan kaku;
31
2. Lebih banyak menggunakan system perintah;
3. Menghendaki keputusan mutlak dari bawahan;
4. Formalitas yang berlebih-lebihan;
5. Tidak menerima saran dan kritik dari bawahan;
6. Sifat komunikasi hanya sepihak.
5) Tipe Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan masalah kerja sama sehingga
terdapat koordinasi pekerjaan dari semua bawahan. Kepemimpinan
demokrasi menghadapi potensi sikap individu, mau mendengarkan saran
dan kritik yang sifatnya membangun. Jadi pemimpin menitik beratkan
pada aktifitas setiap anggota kelompok, sehingga semua unsur organisasi
dilibatkan dalam akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan, pembuatan
rencana keputusan, dan disiplin.
2.7. Cara Memilih Motivasi
Untuk mencapai tujuan seorang pemimpin dapat memberi motivasi dengan
menggunakan teori motivasi X dan Y dari Mc Gregor. Frederick Herzberg
menyatakan bahwa faktor motivasi dan situasi yang memberikan pengaruh positif
pada perilaku dan kinerja, berhubungan dengan tugas individu, ukuran sukses dari
pekerjaan yang dilakukannya, dan kemauan untuk berkembang dan maju. Ia juga
menemukan faktor yang menyebabkan ketidakpuasan.
Faktor-faktor tersebut meliputi kondisi sekeliling tempat individu bekerja
misalnya kondisi fisik tempat kerja, gaji, jam kerja, jaminan kerja, bahkan
32
hubungan supervisi dan hubungan antar manusia dalam perusahaan tempat
seorang individu bekerja. Hal ini disebut faktor higienis.
Temuan penting lainnya yaitu perbaikan kondisi kerja, gaji dan supervisi
pada level dibawah yang diharapkan oleh individu, tidak menciptakan motivasi
bekerja. Dalam kondisi yang higienis, faktor lingkungan kerja tidak dapat
mencapai kepuasan dasar manusia.
2.7.1. Bedasarkan Cara Pengambilan Keputusan
1. Gaya Otokratis
Gaya ini hanya menjelaskan pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh seorang pemimpin. Dalam kasus ekstrim, pemimpin membuat
keputusan dan mengumumkan ke karyawan. Karyawan tidak diberikan
kesempatan untuk memberi masukan dalam proses pengambilan keputusan.
Variasi dari pendekatan ini menemukan pemimpin mengambil keputusan
dan membiarkan kelompok berkesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
2. Gaya Partisipatif
Gaya ini dicirikan oleh pemimpin yang melibatkan bawahan dalam
pengambilan keputusan. Keterlibatan bawahan dalam pengambilan
keputusan berdasarkan tingkat partisipasi sebagai berikut:
1) Pemimpin menyajikan solusi percobaan terhadap subyek dan dapat
berubah berdasarkan masukan dari bawahan;
2) Pemimpin menyajikan masalah kepada bawahan, meminta
masukan mereka, dan membuat keputusan;
33
3) Pemimpin mendefinisikan batas masalah dan bawahan mengambil
keputusan;
4) Pemimpin dan bawahan bersama membuat keputusan, sehingga
keduanya memiliki kesetaraan derajat dalam hal pengambilan
keputusan.
Gaya partisipatif yang melibatkan bawahan dalam pengambilan
keputusan ini digunakan pada situasi tertentu. Karyawan mungkin lebih
berpengetahuan daripada pemimpin pada topik atau masalah tertentu
sehingga manajer mendefinisikan masalah dan kemudian meminta
keputusan karyawan. Peran penting tidak hanya pada seorang pemimpin,
namun bawahan juga sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan.
3. Gaya Kharismatik
Karakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat
sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan para
pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang
tertentu itu dikagumi. Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai yang dianut,
sikap, dan perilaku serta gaya yang digunakan pemimpin itu.
4. Gaya Demokratis
Pada gaya kepemimpinan ini berorientasi pada manusia sebagai
individu yang berpartisipasi aktif. Pada kepemimpinan ini terdapat
koordinasi pekerjaan pada semua karyawan. Tipe ini lebih menekankan
pada rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan kerjasama yang baik.
34
Sebenarnya kekuatan kepemimpinan ini bukan pada pemimpinnya
tetapi pada partisipasi aktif setiap sumber daya manusia, potensi dari setiap
individu sangat dihargai. Pemimpin yang bertipe kepemimpinan seperti ini
selalu mau mendengarkan kritik dan usulan anak buahnya. Pemimpin ini
juga pandai memaksimalkan pemanfaatan kapasitas setiap anak buahnya
pada saat yang tepat.
5. Gaya (Laissez-Faire)
Gaya ini dicirikan oleh pemimpin yang mendorong individu atau
kelompok untuk dapat berfungsi secara independen. Pemimpin menetapkan
batas bawahanya bekerja di luar masalah mereka sendiri, atau setiap orang
menetapkan tujuan mereka sendiri.
Gaya ini menunjukkan peran pemimpin untuk melayani sebagai
perwakilan dari kelompok untuk kelompok luar. Pada gaya ini, pemimpin
didorong untuk memiliki variasi dalam pengambilan keputusan serta respon
kepada karyawan dan situasi. Pada gaya tipe kepemimpinan ini
membutuhkan latihan dan fleksibilitas dari pemimpin dan bawahanya .
Selain itu, Gaya kepemimpinan Laissez-Faire ini merupakan
kebalikan dari gaya kepemimpinan otokratis. Disini, pemimpin hanya
terlibat dalam kuantitas kecil, sehingga para bawahan yang aktif
menentukan tujuan dan penyelesaian masalah.
Gaya kepemimpinan ini merupakan gaya yang memberikan kebebasan
berekspresi paling besar bagi bawahan. Setiap pemimpin mempunyai gaya
kepemimpinan yang berbeda. Perbedaan gaya kepemimpinan tersebut tidak
35
semata karena watak dari pemimpin. Gaya kepemimpinan ini merupakan
wujud dari usaha pemimpin untuk menghadapi anak buahnya yang sangat
bervariasi pemikiran dan tingkah lakunya.
2.7.2. Task Orientation dan Employee Orientation
Task orientation artinya seorang pemimpin yang lebih menekankan pada
penyelesaian pekerjaan melalui metode penyelesaian atau cara yang lebih baik.
Seorang pemimpin melakukan pengendalian lingkungan kerja, pengambilan
keputusan, serta memantau melalui evaluasi kinerja. Jika ini merupakan
penekanan tunggal dari seorang pemimpin akan berimplikasi jangka panjang yang
menyebabkan penurunan kepuasan kerja.
Employee orientation artinya Seorang pemimpn yang lebih menekankan
perhatian pada karyawan. Melalui pendekatan manajerial,seorang pemimpin
melihat karyawan sebagai aset berharga untuk dikembangkan kualitas kinerjanya.
Jika ini merupakan penekanan tunggal dari seorang pemimpin akan berimplikasi
pada peningkatan kepuasan kerja.
2.8. Efektivitas Kepemimpinan
Sebelum lebih lanjut membahas efektivitas kepemimpinan, terlebih dahulu
akan dibahas mengenai pengertian efektif, efisien, dan efektivitas. Efektif
merupakan kesesuaian antara hasil yang diperoleh dengan tujuan yang ingin
dicapai. Efektif adalah melakukan sesuatu yang benar, sebagai contoh, apabila
kita membutuhkan uang, kita akan bekerja untuk mendapatkan uang tersebut,
inilah yang dinamakan dengan efektif.
36
Efisien itu sendiri merupakan kesesuaian antara hasil dengan resources.
Dapat diartikan pula bahwa efisien adalah melakukan sesuatu dengan benar,
sesuai dengan prosedur yang ada. Contoh efisien adalah jika kita membutuhkan
uang, kita akan melakukan segala hal untuk mendapatkan uang tersebut, walaupun
harus dengan mencuri, asalkan kita melakukannya dengan benar sehingga tidak
diketahui oleh orang lain.
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai nilai efektif,
pengaruh atau akibat. Selain itu, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bisa
memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas menunjukkan keterkaitan dan
derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai.
Pengertian efektivitas adalah pengaruh yang ditimbulkan/disebabkan oleh
adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan. Efektivitas
menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan.
Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.
Menurut definisi mengenai efektivitas di atas, dapat disimpulkan bahwa
efektivitas sangat erat kaitannya dengan keefektifan.
Setiap pimpinan membutuhkan waktu dan proses yang lama untuk menjadi
seorang pemimpin yang efektif dan dihormati bawahannya. Menurut Wilson
(2001) dalam artikel berjudul “Leadership Effectiveness Developing Leaders with
Character and Skill” menulis bahwa kecakapan, kepandaian atau kemampuan
dibutuhkan dalam melaksanakan kepemimpinan yang efektif. Untuk dapat
melaksanakan kepemimpinan yang efektif, seorang pemimpin mempunyai empat
peran dasar, yaitu:
37
1. The Visionary
Seorang pemimpin mempunyai peran sebagai pemilik visi dan bersikap
proaktif. Harus mempunyai pandangan ke depan tentang kemajuan apa yang
ingin dilakukan dan di raih oleh organisasinya.
2. The Tactician
Pintar mengatur strategi dengan memanfaatkan secara maksimal sumber
daya yang dimiliki adalah peran seorang pemimpin sebagai seorang ahli siasat.
Dengan segala keterbatasan dan sumber daya yang ada pada organisasi itu,
seorang pemimpin yang efektif akan dapat mengatur dan merencanakan suatu
cara agar organisasi tersebut dapat memperoleh hasil semaksimal mungkin.
3. The Facilitator
Suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar apabila segala fasilitas
yang diinginkan lengkap dan terpenuhi. Hal ini juga termasuk salah satu peran
dari pemimpin, yaitu menyediakan segala macam kebutuhan yang penting dan
diperlukan bagi kemajuan organisasi.
4. The Cotributor
Keberhasilan suatu kelompok dalam pencapaian hasil akhir yang
memuaskan pasti tidak telepas dari kontribusi setiap anggota kelompok. Bukan
hanya anggota saja yang berkontribusi, tapi juga pemimpin. Kontribusi bisa
dalam bentuk apa saja, baik itu tenaga, pikiran, waktu, ide atau uang.
38
Lamb McKee dalam Wilson Learning Worldwide (2011) mengemukakan
beberapa hal penting yang merupakan kunci dari kepemimpinan yang efektif,
yaitu:
1. Pemimpin yang efektif harus dapat dipercaya dan rasa percaya diri atas
kemampuannya sehingga menjadi atasan. Pemimpin dapat diandalkan untuk
memprediksi kepuasan para pegawai didalam suatu organisasi yang
dipimpinnya.
2. Seorang pemimpin yang efektif harus dapat menjaga dan memperbaiki
kualitas komunikasi antara dirinya dengan bawahannya. Hal tersebut
mencakup tiga masalah, yaitu:
1) Menolong para pegawainya untuk memahami secara menyeluruh
mengenai strategi bisnis yang diterapkan di perusahaannya. Hal ini
diperlukan agar para pegawai paham strategi yang tepat, dan untuk itu
para atasan harus membimbing bawahannya.
2) Membantu karyawan agar lebih mengerti tentang cara mereka ikut
berkontribusi dalam meraih keberhasilan tujuan organisasi.
3) Saling bertukar pikiran, pendapat dan informasi antara pemimpin dan
pegawai mengenai cara kerja perusahaan dan cara kerja pegawai
masing- masing divisi dalam menjalankan strategi bisnis agar tujuan
perusahaan tersebut dapat tercapai dengan memuaskan.
2.8. How to be a Leader
Kepemimpinan adalah membimbing dan menunjukkan cara bagi orang
lain serta membantu mereka bekerja sama untuk menentukan arah. Pemimpin
merupakan seni, membiarkan seseorang melakukan sesuatu sesuai yang dia
39
inginkan. Begitu juga dengan kelompok, suatu kelompok memerlukan seorang
pemimpin yang mempunyai jiwa kepemimpinan untuk mewujudkan visi yang
diinginkan. Menjadi pemimpin yang bisa mengantarkan pada kesuksesan tidak
mudah perlu adanya beberapa syarat dan perilaku untuk mewujudkannya.
Alex (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa syarat bagi seseorang untuk
menjadi pemimpin. Diantaranya:
1. Intelektual
Pemimpin dengan intelektual yang dimiliki harus bisa memahami segala hal
yang bersangkutan dengan kemajuan kelompok. Pemimpin tahu dan paham
dengan apapun yang dipimpinnya dan bila terjadi suatu masalah maka dia dapat
mengatasinya.
2. Dapat memahami kebutuhan anggota kelompok
Pemimpin dengan intelektual yang dimiliki dapat memahami kebutuhan
anggota kelompok. Bila menghadapi permasalahan, pemimpin dapat memberi
solusi atas permasalahan tersebut.
3. Berwibawa
Pemimpin mempunyai kewibawaan sehingga disegani oleh anggota
kelompok dan sukarela mengikuti perintah pemimpin.
40
4. Percaya diri
Seorang pemimpin harus percaya diri dan berani menghadapi berbagai
permasalahan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pemimpin memiliki
kemampuan untuk memimpin kelompok.
5. Bersikap baik tapi tegas
Seorang pemimpin harus tegas dan tepat dalam menentukan peraturan.
Sehingga menjadikan anggota kelompok patuh. Namun pemimpin juga harus bisa
menghormati dan patuh terhadap aturan yang telah ditetapkan.
6. Be an expert
Pemimpin bisa memahami dan mampu merealisasikan dari yang telah
dibicarakan.
7. Mempunyai sebuah visi
Pemimpin harus mempunyai visi yang jelas untuk memajukan anggota
kelompok.
8. Pemimpin peduli terhadap anggota kelompok
Pemimpin harus peduli dengan anggota kelompok sehingga merasa dihargai
dan dibutuhkan keberadaannya.
Selain itu, terdapat perilaku yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Diantaranya:
41
1) Jujur
Mengatakan yang sebenarnya sehingga dapat dipercaya oleh anggota
kelompok.
2) Disiplin
Seorang pemimpin hendaknya disiplin terhadap segala hal, terlebih
mengenai waktu. Pemimpin tidak hanya mengurusi satu atau dua hal, namun
berbagai hal yang berhubungan dengan kemajuan yang dipimpinnya tersebut.
Jadi perlu adanya disiplin waktu agar kegiataanya teratur.
3) Mengutamakan yang positif
Mendahulukan perkataan “melakukannya seperti ini”, bukan “jangan
melakukan seperti itu” karena dapat mempengaruhi semangat anggota
kelompok. Pengaruhnya dapat mengobarkan atau bahkan menurunkan
semangat kerja anggota kelompok.
4) Memecahkan masalah dan memikirkan gambaran yang besar
Pemimpin dalam memecahkan masalah tidak langsung memecahkannya,
namun dicari sumber permasalahan utamanya. Jadi waktu yang digunakan
lebih efektif dan solusi yang diberikan lebih tepat dan efisien.
5) Proaktif
Pemimpin hendaknya selalu berpikir jauh ke depan guna mewujudkan
visi kelompok.
6) Membuat keputusan dan bertanggug jawab atas konsekuensi
Seorang pemimpin harus bertanggung jawab, berani mengambil semua
konsekuensi, dan tidak ragu dalam mengambil keputusan.
42
7) Berbagi visi
Hambatan pasti akan dialami oleh setiap kelompok. Namun untuk
menyelesaikannya diperlukan bantuan orang lain yakni dengan cara berbagi
visi positif. Hal ini dapat menginspirasi, memotivasi, dan membimbing anggota
kelompok untuk bekerja lebih baik. Pemimpin haruslah tidak mengejar
kekuasaan semata, namun yang harus dilakukan adalah cara untuk memajukan
dan mewujudkan visi kelompok.
Tabel 2.5 Keterampilan Komunikasi dalam Kepemimpinan
Kategori Keterampilan Pemimpin
Komunikasi Interpersonal √
Mendengar Aktif √
Public Speaking √
Wawancara √
Komunikasi Tertulis √
Keterampilan Komputer √
Media Advokasi √
Sensitivitas Budaya √
Umpan Balik √
Delegasi √
Framing √
Dialog, Diskusi, dan Debat √
Keterampilan Rapat √
Komunikasi Kesehatan √
Social Marketing √
Mentoring dan Fasilitasi √
Resolusi Konflik √
Negosiasi √
Sumber: Rowitz, Louis (2012)
43
BAB 3
Hubungan Konsep Kepemimpinan dalam Bidang Kesehatan
Ketiga peran kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam menjalankan suatu
tugas sebagai tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat. Peran yang
pertama yaitu sebagai peran antar pribadi (interpersonal) di mana seorang
pimpinan dan anggota sebuah tim di lingkungan masyarakat harus lebih banyak
melakukan komunikasi kepada masyarakat di daerah yang dituju agar
keberadaanya dapat diterima di lingkungan masyarakat tersebut.
Sebagai contoh peran antarpribadi di pedalaman desa yang sebelumnya
kurang mendapat perhatian kesehatan di bidang medis seperti kurangnya tenaga
kesehatan terlatih dan terdidik di lingkungannya selama ini. Maka akan sangat
sulit bagi suatu kelompok masyarakat tersebut untuk menerima kedatangan tim
kesehatan yang berasal dari pendidikan formal kesehatan utnuk mensosialisasikan
upaya pengarahan mengenai kesehatan masyarakat kepada kelompok di desa
tersebut untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Hal itu terjadi karena proses masuknya tim kesehatan ini akan mulai
merubah budaya di lingkungan masyarakat tersebut. Oleh karena itu, sangat
dibutuhkan keberadaan pimpinan dan anggota dengan peran interpersonal di
dalam tim kesehatan tersebut untuk mengupayakan komunikasi yang baik antara
tim kesehatan dengan masyarakat desa untuk mewujudkan tujuan bersama.
Setelah masyarakat desa tersebut dapat menerima keberadaan tim
kesehatan beserta tujuan mereka untuk diimplikasikan di dalam kehidupan
masyarakat desa maka seluruh anggota di tim tersebut dapat memerankan diri
sebagai sosok informational dalam mengupayakan pemberian informasi kesehatan
44
secara optimal kepada masyarakat yang sesuai dengan kebiasaan di desa tersebut.
Hal itu dapat memudahkan tim kesehatan dalam menerapkan kebiasan baru yang
mengubah kebiasaan asli masyarakat desa tersebut di bidang kesehatan
masyarakat di dalam, sehingga upaya pencapaian peningkatan kualitas hidup di
kelompok tersebut dapat dengan mudah tercapai. Terutama pimpinan yang berada
di fase ini memiliki peran penting dalam upaya pemberian informasi hingga
penerapannya di dalam masyarakat tersebut.
Hal itu diwujudkan dalam pentingnya menjaga hubungan yang baik antara
masyarakat desa dengan tim kesehatan agar penyaluran informasi dan pengubahan
kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan dapat berjalan dengan
lancar serta menjadi penghubung antara masyarakat desa dengan tim kesehatan
dalam menyampaikan informasi yang bersifat personal agar meminimalisasikan
terjadinya kesalahan dalam komunikasi (miss communication) yang dapat
berdampak pada kegagalan dalam perwujudan peningkatan kualitas hidup
masyarakt di desa tersebut.
Pimpinan dan anggota dalam tim juga berperan sebagai orang-orang yang
bermusyawarah dengan pimpinan sebagai sosok yang berperan dalam pengambil
keputusan dan sebagai pemecah masalah dalam setiap kegiatannya sejak awal
masuk ke dalam lingkungan masyarakat tersebut hingga perlahan mulai keluar
dari lingkungan masyarakat dan memantau secara tidak langsung terhadap
kemajuan perkembangan kesehatan masarakat di desa tersebut.
Pengambilan keputusan ini juga sudah mulai diwujudkan saat seseorang di
dalam suatu tim kesehatan memutuskan untuk menjadi seorang pimpinan di
45
dalamnya. Keputusan-keputusan dengan disadari maupun tidak selalu berada di
pemikiran tiap anggota tim kesehatan termasuk pada pimpinan tim tersebut.
Pengambilan keputusan merupakan proses yang melibatkan logika dan
akal pikiran. Pendekatan dapat digunakan sebagai metode logika dalam
pengambilan keputusan. Terdapat dua pendekatan yang dapat membantu
pemimpin kesehatan masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Pendekatan Pertama, dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan
mengidentifikasi isu kesehatan. Mengidentifikasi masalah adalah hal penting
untuk memahami masalah dengan jelas. Mengetahui isu dan mampu
memprioritaskan mana yang penting untuk terlebih dahulu dipecahkan adalah hal
yang perlu diketahui dalam pengambilan keputusan. Bagian dari proses
identifikasi masalah adalah untuk mengevaluasi informasi dan membedakan
antara informasi faktual, informasi dapat disimpulkan, spekulasi, dan asumsi.
Pendekatan Kedua, seorang pemimpin dapat memahami konteks
keputusan atau kekuatan eksternal yang mempengaruhi seluruh aspek kesehatan
masyarakat. Aspek tersebut mencakup politik, hukum, ekonomi, sosial dan
budaya, teknologi, kompetitif, serta isu kesehatan. Pemimpin dalam kesehatan
masyarakat harus memahami aspek tersebut secara menyeluruh dan menganalisis
dengan obyektif kekuatan maupun kelemahan internal organisasi. Selain itu
pemahaman juga diperlukan dalam memahami budaya dari organisasi, termasuk
misi dan tujuan.
Kesehatan masyarakat merupakan upaya terorganisir untuk membuat
orang sehat dalam masyarakat yang sehat. Hal itu diupayakan melalui organisasi
dan kepemimpinan untuk membuat perubahan dalam kesehatan masyarakat.
46
Dengan demikian penting untuk mengidentifikasi peran pengambilan keputusan
(analisis kasus) dalam sebuah kasus. Proses logis yang perlu dilibatkan dalam
analisis kasus adalah:
1. Pemahaman organisasi dan konteks keputusan.
2. Penjelasan definisi masalah dan peluang.
3. Penghasilan dari program alternatif tindakan.
4. Penyusunan analisis, evaluasi, dan rekomendasi program.
5. Perumusan kegiatan untuk melaksanakan rekomendasi.
Dalam manajemen kesehatan, seorang manajer harus menerapkan ciri
kepemimpinan, karena dalam kesehatan, fokus utama adalah melakukan
pembangunan kesehatan yang berkaitan dengan perilaku hidup sehat. Dalam
membangun perilaku hidup sehat, melibatkan perilaku individu dan keseluruhan
masyarakat. Panutan diperlukan untuk mengubah perilaku hidup seseorang
menuju perilaku hidup sehat sehingga pembangunan kesehaan dapat terwujud.
Panutan adalah seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan, sehingga dapat
mempengaruhi orang lain untuk menerapkan perilaku hidup sehat.
Sebagai seorang pemimpin yang bisa menjadi panutan, sebaiknya bisa
menerapkan program yang disusun pada dirinya sendiri, kemudian akan menjadi
panutan atau teladan bagi pengikutnya (follower), dan pada akhirnya akan
berkembang dalam kehidupan masyarakat luas. Begitu pula yang harus dilakukan
oleh seorang pemimpin kesehatan masyarakat dalam menyikapi isu kesehatan.
Ada banyak isu kesehatan dalam kehidupan sehari-hari yang menerapkan
relevansi teori kepemimpinan di dalam bidang kesehatan. Contoh pertama,
penerapan 10 pokok perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Jawa Timur. Jawa
47
Timur dikategorikan sebagai provinsi yang sudah tinggi kualitas kesehatan di
dalamnya. Namun masih saja dapat dijumpai di beberapa kecamatan yang berada
di kabupaten dalam provinsi Jawa Timur yang masih belum mengerti mengenai
10 poin pokok PHBS. Salah satunya yaitu ketersediaan jamban.
Pada kelurahan X kabupaten Pasuruan, Jawa Timur masih terdapat
masyarakat yang belum memahami arti penting dari ketersediaan MCK di rumah
dengan standar yang sesuai seperti ketersediaan air bersih sebagai penunjangnya.
Sehingga masyarakat di kecamatan tersebut cenderung masih memanfaatkan
keberadaan saluran air di depan rumah yang lebar sebagai tempat untuk
melakukan aktivitas mandi dan menjadikan tempat tersebut sebagai kakus.
Saluran air tersebut memiliki kedalaman sekitar 2 meter dengan
pemberian selambu dari sarung yang dibentuk menyerupai bilik dengan bagian
atas terbuka sebagai tempat mereka untuk melakukan kegiatan membersihkan diri
dan membuang kotoran (buang air besar atau buang air kecil). Bukan hanya itu,
air yang mereka manfaatkan yaitu air saluran tersebut yang notabene kotor dan
merupakan air sisa pembuangan dari tetangga-tetangga yang melakukan aktivitas
yang sama. Padahal masyarakat di kecamatan tersebut rata-rata memiliki jamban
di rumah mereka masing-masing namun mereka tidak memiliki ketersediaan air
bersih di dalamnya dikarenakan faktor susahnya mendapat air bersih di
lingkungan tersebut sehingga kebiasaan dalam pemanfaatan saluran air di depan
rumah mereka sebagai MCK menjadi suatu hal yang wajar dan layak dilakukan
tanpa memedulikan aspek kebersihan dan kesehatannya.
Isu kesehatan yang masih menjadi beban masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia selanjutnya adalah merokok. Merokok merupakan salah satu hal
48
yang sangat disorot dalam 10 poin PHBS Masih banyak penduduk Indonesia
yang merokok, baik itu laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Bahaya
merokok bukan hanya mengintai perokok aktif, akan tetapi juga memiliki dampak
yang besar kepada perokok pasif. Banyak peraturan yang dibuat untuk
melindungi perokok pasif, tetapi peraturan itu hanya seperti angin lalu karena
masih banyak perokok aktif yang melanggar peraturan tersebut. Telah banyak
aturan untuk tidak merokok di tempat-tempat umum seperti contoh di kampus, di
rumah sakit, maupun di tempat perbelanjaan. Namun masih dapat kita lihat
banyak orang-orang hampir dari segala usia tetap merokok tanpa memedulikan
larangan tersebut. Kebiasaan seorang ayah dalam menyuruh anaknya untuk
membelikan rokok di warung dan juga kebiasaan masyarakat merokok di tempat
umum yang dapat disaksikan oleh anak-anak dapat menjadi salah satu faktor
penyebab angka kejadian masyarakat Indonesia yang merokok relatif tinggi.
Teori kepemimpinan sangat diperlukan dalam berusaha untuk mengatasi
permasalahan mengenai PHBS terutama mengenai ketersediaan jamban dan
kegiatan merokok seperti yang sudah dibahas di atas. Kebijakan pemerintah
mengenai larangan merokok yang tidak disertai dengan pengawasan yang tepat
dan hukuman yang diberikan kepada perokok menjadikan masyarakat tidak
peduli pada peraturan-peraturan yang melarang rokok. Pemerintah yang tidak
dapat menerapkan teori kepemimpinan tidak akan mampu mengatasi
permasalahan tersebut. Begitu juga dengan dinas kesehatan dan seluruh institusi
pelayanan kesehatan yang lain di mana kurang memberikan informasi pada
seluruh lapisan masyarakat. Terkadang informasi mengenai ketersediaan jamban
sudah diberikan namun petugas pelayanan kesehatan masyarakat tersebut tidak
49
melakukan follow-up dengan tenaga medis di daerah tersebut yang dapat bekerja
sama untuk memantau keberhasilan penyuluhan sehingga masyarakat dapat
dengan mudah dan dalam waktu singkat kembali ke kebiasaan awal. Tidak
adanya peran pemimpin sebagai informational yang mengakibatkan kegagalan
dalam pemenuhan tujuan untuk masyarakat tersebut. Penyuluhan mengenai
kebutuhan jamban yang baik juga harus disertai dengan kerjasama dengan pihak
lain untuk pemenuhan kebutuhan air bersih agar menunjang terwujudnya
perubahan perilaku masyarakat menjadi lebih baik dan sehat.
Kunci konsep kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk
berpindah dari pemahaman pribadi dan kepemilikan sebuah isu sosial kepada
tindakan kolektif untuk menyelesaikan masalah itu. Dari penjelasan di atas
mengenai efektivitas kepemimpinan dalam bidang kesehatan dapat disimpulkan
bahwa konsep kepemimpinan yang paling utama adalah dapat menjadi panutan
atau role player bagi orang sekelilingnya. Sebelum menjadi seorang panutan,
seorang pemimpin harus mengetahui isu (isu kesehatan) yang berkembang di
masyarakat, sehingga pemimpin dapat mengambil keputusan yang tepat, memberi
informasi yang baik, dan menjaga hubungan komunikasi untuk menyelesaikan
masalah.
Demikian pentingnya peranan kepemimpinan dalam usaha mencapai tujuan suatu
organisasi (organisasi kesehatan). Kesuksesan atau kegagalan suatu organisasi,
sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang
yang diserahi tugas memimpin dalam organisasi. Tugas tersebut meliputi
menggerakkan sumber dan alat organisasi sehingga penggunannya berjalan
dengan efektif dan efisien.
50
BAB 4
PENUTUP
4.1. Summary
Leadership is the ability to influence, direct, motivate others to achieve the
goals of the organization or group. In leadership, the needs of authority, feeling
sensitive to the led, and intellectual is necessary. In health care management, a
manager must implement leadership traits, as in health, the main focus is doing
health-related development of healthy behavior.
We can distinguish between a manager and a leader in terms of origin,
formal-right,followers, functions, necessity, stability, concern, and thought. There
are several theories in leadership, including trait theory, behavioral theory, and
contingency theory.
There are some leadership traits such as honesty and integrity, discipline,
responsibility, control, have the desire to lead, self-confidence, intelligence, and
knowledge relevant to the job. On the other hand, the leadershipstyle also consists
of a number of elements. Leaders can adapt to the situation both in terms of taking
decisions in an autocratic, participative, democratic, and laissez-faire.
The effectiveness of leadership is an influence which inflicted or caused by
the leader of the existence of a particular activity to determine the extent of
success achieved in any actions taken by leaders and itsfollowers. In practice, the
effectiveness of leadership is how a leader doing something right. This can be
done by implementing effective leadership and carry out basic as a leadership role
such as the visionary, the tactician, the facilitator, and the contributor.
51
Leadership traits are not always possessed since birth, but can be formed in
a person by learning. Universally, the requirements of a leader include:
intellectual, able to understand the needs of the group members, authoritative,
confident, and be nice but firm. By applying it in everyday life, then someone has
had leadership qualities in him.
52
DAFTAR PUSTAKA
Anon. n.d. Concept of Leadership. http://www.nwlink.com/~donclark/leader/
leadcon.html#two_keys.
Anon. n.d. Leader Versus Manager. http://changingminds.org/disciplines/
leadership/articles/manager_leader.html [Diakses tanggal 20 Oktober 2013].
Cherry, Kendra. n d. Leadership Theories. http://changingminds.org/disciplines/
leadership/theories/leadership_theories.htm [diakses pada 20 Oktober 2013].
Gibson, Jame L., Jr. Donnely, H.James, John M.Ivancevich. 1998. Fundamental
of Management. New York: Mc.Graw-Hill Companies.
Hellriegel, Don and John W.Slocum. 1992. Management. 6th ed. Addison:
Wesley Publishing Company.
Ivancevich, John N., Robert Konopaske, Michael T.Matteson. 1987.
Organizational Behaviour and Management. 7th ed. New York: McGraw-
Hill Companies.
Lickerman, Alex. 2009. How To Be a Leader. http://www.psychologytoday.com/
blog/happiness-in-world/200911/how-be-leader [Diakses pada 20 Oktober
2013].
Mullins, Laurie J. 2001. Hospitality Management and Organisational Behaviour.
London: Pearson Education Limited.
Robbins, Stephen P. and David A. Decenzo. 2001. Fundamental of Management.
3rd ed. New Jersey: Uppersuddle River.
Rodd, J. 2006.Leadership in Early Childhood, 3rd edn. Maidenhead: Open
University Press.
53
Rowitz, Louis. 2012. Kepemimpinan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC).
Rue, Leslie W. and Lloyd L. Byars. 1995. Management, Skill, and Application
11th
edition. United States of America: Von Hoffman Press.
Syahrizal Abbas,Manajemen Perguruan Tinggi ; beberapa catatan (Jakarta. Pt
Fajar Interpratama Offset, 2009).
Ward, Susan. 2009. 5 Keys to Leadership for Small Business.
http://sbinfocanada.about.com/od/smallbusinesslearning/a/leadership1.htm
[Diakses 30 Maret 2011].
Wilson Learning Worldwide. 2011. Leadership Effectiveness Developing Leaders
with Character and Skill. http://wilsonlearning.com/capabilities/
leadership_effectiveness [Diakses pada 20 Oktober 2013].