15
Kemampuan Menulis Cerpen Mahasiswa Tadris... (Dian Uswatun Hasanah, dkk.) 45 KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS BAHASA INDONESIA IAIN SURAKARTA MELALUI PENERAPAN METODE BERPIKIR KREATIF CARA SPIRITUALISME KRITIS (Writing Abilities of Tadris Bahasa Indonesia IAIN Surakarta Students with Application of Creative Thinking Methods of Critical Spiritualism) Dian Uswatun Hasanah, Ferdian Achsani, Afrizal Mufti Tadris Bahasa Indonesia, Institut Agama Islam Negeri Surakarta Jalan Pandawa, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo Posel: [email protected] Diterima: 25 Februari 2019, Disetujui: 20 Mei 2019 ABSTRAK Menulis kreatif selain menjadi mata kuliah wajib bagi mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia (TBI) IAIN Surakarta juga menjadi salah satu kegiatan untuk mengungkapkan gagasan yang kreatif. Proses penulisan kreatif tersebut memerlukan perenungan yang mendalam agar tulisan yang dihasilkan benar-benar berkualitas. Penggunaan metode yang sesuai dalam menulis kreatif sangat diperlukan untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas.Salah satu metode dalam menulis kreatif adalah metode Berpikir Kreatif Cara Spiritualisme Kritis yang digagas oleh Ayu Utami. Metode ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran menulis kreatif. Penelitian ini mendeskripsikan hasil penerapan metode Berpikir Kreatif Cara Spiritualisme Kritis pada cerpen mahasiswa TBI IAIN Surakarta tahun 2018 yang mengikuti mata kuliah menulis kreatif. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Sampel data penelitian ini berjumlah 65 sesuai dengan jumlah mahasiswa TBI. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Peneliti atau subjek mengamati dan memberikan penilaian terhadap masing-masing cerpen (objek) berdasarkan sembilan kategori penilaian. Hasil penilaian menunjukkan bahwa skor rata-rata akhir sebesar 3.41 sehingga penggunaan metode yang digagas oleh Ayu Utami berpengaruh baik terhadap cerpen karangan mahasiswa. Kata kunci: menulis kreatif, cerpen, berpikir kreatif cara spiritualisme kritis. ABSTRACT Creative writing besides being a compulsory subject for TBI IAIN Surakarta students is also one of the activities to express creative ideas. In the process of creative writing, deep reflection is needed, so that the writing produced is truly high quality. The use of appropriate method in creative writing is needed to produce quality writings. One method in creative writing is Creative Thinking in the Way of Critical Spiritualism initiated by Ayu Utami. This method can be used as an alternative in learning creative writing. This study describes the results of applying the method of Creative Thinking on the Way of Critical Spiritualism in the short stories of TBI IAIN Surakarta students in 2018, who take creative writing major. This research is qualitative descriptive research. The data samples of this study is 65, according to the number of TBI students. The data collection technique in this study is written test. The researcher or subject observed and gave an assessment of each short story (object) based on nine assessment categories. The result of the assessment shows that the final average score is 3.41, so the use of the method initiated by Ayu Utami has a good effect on student short stories. Keywords: creative writing, short stories, creative thinking the way critical spiritualism.

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

Kemampuan Menulis Cerpen Mahasiswa Tadris... (Dian Uswatun Hasanah, dkk.) 45

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

MAHASISWA TADRIS BAHASA INDONESIA IAIN SURAKARTA

MELALUI PENERAPAN METODE BERPIKIR KREATIF

CARA SPIRITUALISME KRITIS

(Writing Abilities of Tadris Bahasa Indonesia IAIN Surakarta Students with

Application of Creative Thinking Methods of Critical Spiritualism)

Dian Uswatun Hasanah, Ferdian Achsani, Afrizal Mufti Tadris Bahasa Indonesia, Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Jalan Pandawa, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo

Posel: [email protected]

Diterima: 25 Februari 2019, Disetujui: 20 Mei 2019

ABSTRAK

Menulis kreatif selain menjadi mata kuliah wajib bagi mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia (TBI)

IAIN Surakarta juga menjadi salah satu kegiatan untuk mengungkapkan gagasan yang kreatif.

Proses penulisan kreatif tersebut memerlukan perenungan yang mendalam agar tulisan yang

dihasilkan benar-benar berkualitas. Penggunaan metode yang sesuai dalam menulis kreatif sangat

diperlukan untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas.Salah satu metode dalam menulis kreatif

adalah metode Berpikir Kreatif Cara Spiritualisme Kritis yang digagas oleh Ayu Utami. Metode ini

dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran menulis kreatif. Penelitian ini

mendeskripsikan hasil penerapan metode Berpikir Kreatif Cara Spiritualisme Kritis pada cerpen

mahasiswa TBI IAIN Surakarta tahun 2018 yang mengikuti mata kuliah menulis kreatif. Penelitian

ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Sampel data penelitian ini berjumlah 65 sesuai

dengan jumlah mahasiswa TBI. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes tertulis.

Peneliti atau subjek mengamati dan memberikan penilaian terhadap masing-masing cerpen (objek)

berdasarkan sembilan kategori penilaian. Hasil penilaian menunjukkan bahwa skor rata-rata akhir

sebesar 3.41 sehingga penggunaan metode yang digagas oleh Ayu Utami berpengaruh baik terhadap

cerpen karangan mahasiswa.

Kata kunci: menulis kreatif, cerpen, berpikir kreatif cara spiritualisme kritis.

ABSTRACT

Creative writing besides being a compulsory subject for TBI IAIN Surakarta students is also one of

the activities to express creative ideas. In the process of creative writing, deep reflection is needed,

so that the writing produced is truly high quality. The use of appropriate method in creative writing

is needed to produce quality writings. One method in creative writing is Creative Thinking in the

Way of Critical Spiritualism initiated by Ayu Utami. This method can be used as an alternative in

learning creative writing. This study describes the results of applying the method of Creative

Thinking on the Way of Critical Spiritualism in the short stories of TBI IAIN Surakarta students in

2018, who take creative writing major. This research is qualitative descriptive research. The data

samples of this study is 65, according to the number of TBI students. The data collection technique

in this study is written test. The researcher or subject observed and gave an assessment of each short

story (object) based on nine assessment categories. The result of the assessment shows that the final

average score is 3.41, so the use of the method initiated by Ayu Utami has a good effect on student

short stories.

Keywords: creative writing, short stories, creative thinking the way critical spiritualism.

Page 2: KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

46 ALAYASASTRA, Volume 15, No. 1, Mei 2019, hlm. 45—59

PENDAHULUAN

Menulis merupakan kegiatan

menuangkan ide, gagasan, pendapat,

pikiran, dan perasaan dalam bentuk

tulisan. Menulis merupakan

kemampuan berbahasa seseorang yang

paling sulit karena dalam praktiknya

memiliki tingkat kesulitan yang cukup

tinggi. Hal ini karena menulis

merupakan salah satu keterampilan

berbahasa yang produktif, yaitu

menghasilkan karya berupa tulisan,

tidak hanya reseptif. Berbeda dengan

membaca ataupun keterampilan

berbahasa lain yang hanya sebatas

menerima info, menulis merupakan

keterampilan produktif yang pada

akhirnya menghasilkan sebuah karya

dari pemikiran-pemikiran penulisnya.

Tarigan (2013:2—3) mengemukakan

bahwa menulis merupakan bentuk

kegiatan produktif dan ekspresif yang

diperlukan untuk berkomunikasi

secara tidak langsung dengan

memanfaatkan sistem berupa tulisan,

struktur bahasa, dan kosakata. Hampir

sama dengan pernyataan Tarigan

terkait arti menulis, Achmad (2016:5)

juga menjelaskan bahwa menulis tidak

hanya sebuah bentuk ekspresi diri

berupa gagasan kreativitas, tetapi

diharapkan dari menulis juga dapat

memberikan sebuah penghasilan.

Hasil yang diperoleh dari menulis

kreatif adalah sebuah karya yang dapat

menarik minat baik pembaca, media

massa, maupun penerbit.

Salah satu kegiatan menulis

yang mampu memicu kemampuan

berpikir kreatif adalah menulis kreatif.

Penulisan kreatif dapat dilakukan

dengan cara menulis cerpen, puisi, dan

novel.

Cerpen merupakan salah satu

bentuk kegiatan menulis kreatif.

Achmad (2016:5) mendefinisikan

cerpen sebagai karangan cerita pendek

yang ditulis oleh seorang cerpenis

untuk mengungkapkan ide kreatif

berdasarkan pengalaman empiris dan

daya kontemplatif. Pengertian tersebut

menunjukkan bahwa seorang cerpenis

saat menulis cerpen dapat bertumpu

pada pengalaman yang pernah

dialaminya serta daya kontemplatif

yang tinggi agar terbentuk sebuah ide

kreatif yang menarik. Muhardi dan

Hasanuddin (1992:5) berpendapat

bahwa cerpen merupakan karya fiksi

atau rekaan imajinatif yang

mengungkapkan satu permasalahan

secara singkat dan padat dengan

menggunakan komponen-komponen

atau unsur struktur berupa tema, latar

atau setting, penokohan, gaya bahasa,

sudut pandang, dan alur atau plot, serta

amanat. Dalam menulis cerpen,

seorang cerpenis perlu mengetahui

bagaimana struktur dan ciri cerpen

agar cerpen yang dihasilkan menjadi

lebih menarik. Selain itu, pengarang

harus berpikir kreatif supaya pembaca

tertarik untuk terus membaca cerpen

karyanya.

Sebagai hasil penulisan kreatif,

setiap mahasiswa Jurusan TBI IAIN

Surakarta harus kreatif dalam menulis

cerpen. Namun, hal itu belum terlihat

di kalangan mahasiswa saat ini.

Setyaningsih (2010:2) mengatakan

bahwa kualitas menulis mahasiswa

sangat rendah karena kurang kreatif

mengekspresikan tema ke dalam

unsur-unsur cerpen yang padu. Tidak

hanya kurang kreatif mengekspresikan

tema, tetapi mahasiswa juga kurang

dalam menggali atau menuangkan ide

kreatif dalam bentuk tulisan. Untuk

itu, diperlukan sebuah metode

pembelajaran yang kreatif, inovatif,

dan efektif agar dapat

mengembangkan kreativitas menulis

Page 3: KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

Kemampuan Menulis Cerpen Mahasiswa Tadris... (Dian Uswatun Hasanah, dkk.) 47

mahasiswa. Penggunaan metode

Berpikir Kreatif Cara Spiritualisme

Kritis yang digagas oleh Ayu Utami

dapat digunakan sebagai salah satu

rujukan bagi pendidik untuk

meningkatkan kemampuan menulis

kreatif mahasiswa. Berpikir kreatif

tidak seperti berpikir logis analitis.

Dalam berpikir logis analitis segala

data harus tersedia dan segala proses

harus bisa diukur. Dalam menulis

cerpen, perlu keterkaitan antara

menulis dan berpikir kreatif. Utami

mengungkap ada beberapa poin yang

perlu diperhatikan ketika menulis

cerpen. Pertama, orisinalitas ide.

Orisinalitas adalah keaslian karena

belum pernah dipikirkan dan

dilakukan oleh orang lain (Utami,

2015:132). Hal ini senada dengan

pernyataan Buzan dalam Puspitasari

(2017:255) bahwa yang termasuk

kemampuan berpikir kreatif, yaitu

kefasihan, fleksibilitas, dan orisinal.

Tidak lupa pengaruh dari unsur

spiritualisme kritis, yaitu bentuk

kreativitas dalam menuliskan cerita.

Lebih lanjut Utami (2015:170)

mengatakan bahwa spiritualisme kritis

adalah keterbukaan tanpa

mengkhianati pemikiran nalar kritis,

atau sikap kritis yang tidak tertutup.

Hubungan antara kreativitas dan

spiritualisme kritis sangat erat.

Sumber utama kreativitas bukan hanya

dari sikap kritis analitis, tetapi juga

dari berbagai wilayah yang tidak dapat

diukur seperti imajinasi, fantasi, dan

alam bawah sadar.

Unsur penting kedua adalah

deskripsi. Deskripsi dalam cerita

memberikan gambaran kepada

pembaca mengenai suatu hal.

Sebagaimana yang diutarakan oleh

Utami (2015:121), deskripsi terbagi ke

dalam dua hal, yaitu deskripsi

eksterior (hal yang tampak dari luar,

sesuatu yang dapat dilihat, dan dapat

diserap indra) dan deskripsi interior

(bagian dalam, penggambaran bentuk

suasana hati atau batin). Afra

(2011:162) juga mengungkapkan

bahwa deskripsi yang baik membuat

pembaca seperti tengah melihat

dengan mata kepala sendiri, mencicip

dengan lidah sendiri, bahkan mungkin

merasa mual ketika penulis

menggambarkan aroma busuk yang

memancar dari seonggok bangkai

tikus.

Ketiga, penerapan struktur dasar

narasi, yaitu kemampuan menulis

narasi dengan baik dapat dimunculkan

dengan membuat tabel Ci-Luk-Ba.

Struktur pada Ci-Luk-Ba yang

dikorelasikan ke dalam penulisan

narasi, yaitu (1) pengenalan, anak

melihat wajah orang tuanya sebelum

ditutup (tahap pengenalan cerita),

(2) ketegangan-klimaks, ketegangan

terjadi setelah ditutupnya wajah orang

tua, anak kehilangan karena tidak

dapat melihat wajah orang tuanya

(dalam cerita berarti munculnya

konflik), (3) klimaks-resolusi, anak

mendapatkan kembali wajah orang

tuanya (penyelesaian cerita) (Utami,

2015:36).

Keempat, adanya unsur

kenikmatan. Orang membaca cerpen

karena menginginkan sesuatu yang

dapat dinikmati yang tidak ia dapatkan

ketika membaca berita, karya skripsi,

dan koran. Lebih lanjut Utami

(2015:82) menjabarkan bahwa

membuat cerita adalah memberikan

kenikmatan bagi pembaca dengan

menghadirkan susunan informasi yang

sedemikian rupa. Kemudian unsur

ketegangan dalam cerita, menambah

kenikmatan pembacanya. Ketegangan

(biasa disebut suspens) terjadi apabila

Page 4: KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

48 ALAYASASTRA, Volume 15, No. 1, Mei 2019, hlm. 45—59

ada dua kemungkinan seperti menang

dan kalah, hidup dan mati, bahagia dan

kesedihan. Antara kenikmatan dan

ketegangan haruslah proporsional.

Utami mengibaratkan keseimbangan

proporsi struktur tiga bagian, yaitu

pada makhluk hidup memiliki tiga

bagian yakni kepala-tubuh-ekor,

bagian kaki dan tangan cerita

merupakan bagian tubuh yang dapat

merengkuh dan menyentuh minat

pembaca. Di dalam cerita terdapat

bagian kepala, badan, dan tubuh,

badan adalah bagian yang paling

panjang dan gemuk.

Kelima, penulis cerpen perlu

memperhatikan kefokusan dalam

cerita. Penulis perlu belajar untuk

memfokuskan diri pada satu peristiwa,

satu waktu, satu lokasi utama. Hal ini

dilakukan untuk memudahkan penulis

dalam mengembangkan potensi yang

tersimpan dalam peristiwa, waktu, dan

lokasi secara maksimal.

Enam, adanya karakter atau

tokoh, sudut pandang, dan dialog.

Utami (2015:101) mengatakan bahwa

tokoh merupakan hal terpenting

sebagai pegangan bagi pembaca untuk

bisa berkelana dalam cerita narasi.

Aziez dan Hasim (2010:47)

berpendapat, tokoh adalah pelaku

yang berperan menjalankan setiap

peristiwa dalam cerita sehingga

terjalin cerita. Dapat diibaratkan

karakter adalah roh dalam sebuah

cerita, sebagaimana roh dalam tubuh.

Apabila tubuh tidak memiliki roh atau

nyawa, segala organ dalam tubuh tidak

dapat bergerak. Begitu juga dengan

karakter sebagai penggerak alur, latar

waktu, suasana, klimaks, solusi, dan

sebagainya. Fungsi utama dialog

bukan sebagai pemberi informasi,

melainkan sebagai pembangun

karakter. Ia membuat tokoh seolah

hidup dan meyakinkan sehingga

pembaca “mendengar” ucapannya.

Pemberian dialog berarti memberikan

keluasan pada tokoh untuk berbicara

dalam kalimat langsung sehingga

pembaca dapat mengetahui bagaimana

sifat dari karakter tersebut. Sudut

pandang perlu direncanakan karena

setiap tulisan memiliki perspektif. Jika

sudut pandang tidak direncanakan,

secara otomatis yang digunakan

adalah sudut pandang yang tidak

disadari.

Tujuh, gaya bahasa. Unsur gaya

bahasa tidak dapat lepas dari karya

fiksi. Penggunaan gaya bahasa pada

cerita tidak harus dengan bahasa yang

bagus dan indah, tetapi bahasa yang

pas. Utami (2015:131) mengibaratkan

gaya bahasa seperti kulit. Tidak semua

orang harus memiliki kulit yang

mulus. Artinya, cerita tidak selalu

tampil dalam bahasa puitis. Bahasa

lugas dan sederhana juga tetap dapat

membuat cerita terlihat menarik jika

penulis mampu menyajikan dengan

cara yang menarik.

Tidak lupa unsur penting yang

berkaitan dengan penggunaan bahasa

Indonesia sesuai dengan PUEBI

(Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia) juga perlu mendapat

perhatian penulis sehingga menjadi

poin ke delapan. Meskipun cerpen

bukan karya tulis ilmiah, bukan berarti

tidak lepas dari penggunaan bahasa

yang baik dan benar. Agar sebuah

cerita dapat dinikmati dan dipahami

pembaca, penting bagi penulis atau

cerpenis menuliskan dalam bahasa

dengan baik dan benar (Utami,

2015:157).

Unsur terpenting yang terakhir

adalah amanat yang dapat menjadi

pelajaran bagi pembaca. Ayu Utami

mengatakan bahwa sebuah cerita

Page 5: KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

Kemampuan Menulis Cerpen Mahasiswa Tadris... (Dian Uswatun Hasanah, dkk.) 49

serupa rangkaian gerbong kosong atau

rangkaian gerbong penuh muatan. Isi

muatan tersebut dapat berupa

pemikiran, kritik sosial, sindiran, atau

moralitas. Kosasih (2012:71)

mengungkap bahwa amanat adalah

ajaran pesan atau moral bersifat

mendidik yang hendak disampaikan

penulis kepada pembaca melalui

karyanya.

Penelitian ini mendeskripsikan

hasil penerapan metode Berpikir

Kreatif Cara Spiritualisme Kritis pada

cerpen mahasiswa TBI IAIN

Surakarta tahun 2018 yang mengikuti

mata kuliah Menulis Kreatif.

Penelitian dengan menerapkan metode

Berpikir Kreatif Cara Spiritualisme

Kritis belum pernah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya. Penelitian yang

relevan dengan topik ini pernah

dilakukan oleh Puspitasari pada tahun

2017 dengan judul “Hubungan

Kemampuan Berpikir Kreatif dengan

Kemampuan Menulis Cerpen (Studi

Korelasional pada Siswa SMA Negeri

39 Jakarta)”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara

berpikir kreatif dan kemampuan

menulis cerpen. Hasil dari penelitian

ini menunjukkan bahwa ada hubungan

antara kemampuan berpikir kreatif dan

kemampuan menulis cerpen pada

siswa kelas XI SMA Negeri 39

Jakarta. Hal itu terlihat dari nilai

kemampuan berpikir kreatif siswa

yang tinggi yang didukung oleh

perolehan nilai menulis cerpen yang

tinggi pula. Hubungan positif antara

kemampuan berpikir kreatif dan

kemampuan menulis cerpen yang

ditunjukkan pada penelitian tersebut

menunjukkan bahwa ide menulis

cerpen tidak muncul dengan

sendirinya, tetapi melalui proses

berpikir kreatif.

Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian tersebut terletak pada objek

penelitian. Penelitian tersebut

dilakukan pada siswa kelas XI SMA

Negeri 39 Jakarta dengan jumlah

sampel 40 siswa, sedangkan penelitian

ini dilakukan pada mahasiswa TBI

IAIN Surakarta penempuh mata kuliah

Menulis Kreatif tahun 2018 dengan

jumlah sampel 65 mahasiswa.

Penelitian tersebut termasuk dalam

penelitian kuantitatif, sedangkan

penelitian yang dilakukan penulis

termasuk penelitian deskriptif

kualitatif. Hasil dari penelitian

tersebut berupa hasil hubungan

berpikir kreatif dengan menulis cerpen

yang dilihat dari data nilai hasil siswa

dalam menulis cerpen. Sementara itu,

hasil penelitian yang dilakukan

penulis adalah hasil dari berpikir

kreatif dalam menulis cerpen dengan

metode spiritualisme kritis. Aspek

penilaian didasarkan pada orisinalitas

ide, membangun deskripsi, ketepatan

struktur dasar narasi, unsur

kenikmatan, kefokusan cerita,

pemilihan karakter, sudut pandang,

dan dialog, penggunaan gaya bahasa,

penggunaan ejaan bahasa Indonesia,

dan muatan (amanat) cerita.

Dalam penelitian ini, peneliti

mendeskripsikan kemampuan menulis

cerpen mahasiswa TBI IAIN

Surakarta tahun 2018 yang mengikuti

mata kuliah Menulis Kreatif dengan

metode berbasis berpikir kreatif cara

spiritualisme kritis sebagai objek

penelitian. Sampel data dalam

penelitian ini sesuai dengan jumlah

mahasiswa TBI penempuh mata

kuliah Menulis Kreatif yang terdiri

atas dua kelas dengan jumlah total 65

mahasiswa. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah tes tertulis.

Peneliti meminta objek menulis

Page 6: KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

50 ALAYASASTRA, Volume 15, No. 1, Mei 2019, hlm. 45—59

cerpen berdasarkan hasil pemikiran

dan observasi mereka. Dalam

penelitian tersebut, peneliti atau

subjek mengamati dan memberikan

penilaian terhadap tiap cerpen

berdasarkan sembilan kategori. Skor

paling tinggi dalam setiap kategori

penilaian tersebut adalah 4 poin

sehingga total skor adalah 36 dan

dikonversi ke dalam satuan terkecil

dengan dibagi 9 sehingga hasil dari

setiap karangan cerpen berjumlah 4.

Aspek yang dinilai dalam penulisan

cerpen ini sesuai dengan metode

berbasis berpikir kreatif cara

spiritualisme kritis yang disampaikan

oleh Ayu Utami. Cerpen yang sudah

terkumpul kemudian dikoreksi dan

diberikan penilaian sesuai dengan

aspek tersebut, kemudian dijumlah

dengan rumus sebagai berikut.

𝑀 = ∑ 𝐹 𝑋

𝑁

Keterangan:

M = Rata-rata

F = Frekuensi

X = Nilai akhir

N = jumlah siswa

Adapun kriteria penilaian dalam

penulisan cerpen mahasiswa TBI

dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel Kategori Penilaian

Rentang Nilai Kategori

3.51—4.00 Sangat Baik

3.01—3.50 Baik

2.01—3.00 Kurang Baik

1.01—2.00 Buruk

0.01—1.00 Sangat Buruk

HASIL DAN PEMBAHASAN

Orisinalitas Ide

Orisinalitas ide adalah ide yang

terdapat dalam sebuah cerpen belum

pernah ditemukan pada cerpen yang

lain. Hal ini menjadi tolok ukur bahwa

dalam menulis kreatif, penulis harus

mampu mengembangkan ide dan

gagasan mereka ke dalam tulisan yang

belum pernah dipikirkan oleh orang

lain. Gagasan tersebut sengaja dibuat

agar menambah wawasan pembaca

sekaligus memberikan warna baru

dalam dunia sastra. Hasil penilaian

terhadap cerpen mahasiswa TBI pada

aspek orisinalitas ide termasuk dalam

kategori baik. Hal ini dapat dilihat

dalam perhitungan berikut ini.

𝑀 = ∑ 𝐹 𝑋

𝑁

= 215

65

= 3,30

Perhitungan nilai tersebut

menunjukkan bahwa penilaian

terhadap orisinalitas ide masuk dalam

kategori baik. Ada banyak ide yang

unik dan belum pernah didapatkan

pada cerpen-cerpen lain, misalnya

pada cerpen “Neraca Bakteri

Kesunyian”. Cerpen tersebut

menceritakan tentang Meutia, wanita

mualaf yang menjadi autis karena

tidak mendapatkan dukungan moral

dari keluarga dan teman-temannya. Ia

diasingkan oleh orang-orang

terdekatnya. Hal tersebut

menjadikannya autis dan senang

dengan dunianya sendiri. Ia sering

menghabiskan waktu di laboratorium

kampus untuk meneliti hal-hal di

sekitarnya. Saat melakukan berbagai

penelitian, ia selalu bertemu bakteri

yang kemudian menjadi kawan

Page 7: KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

Kemampuan Menulis Cerpen Mahasiswa Tadris... (Dian Uswatun Hasanah, dkk.) 51

bercengkerama. Ia sadar ternyata ia

tidak sendiri. Ada bakteri yang selalu

ada di sekelilingnya. Setelah beberapa

bulan menjalani rutinitasnya sebagai

wanita autis, akhirnya ia dipertemukan

dengan Dito, yang mampu mengubah

Meutia menjadi perempuan

seutuhnya. Tema cerpen ini unik dan

jarang diangkat. Cerita yang demikian

menjadikan penilaian aspek

orisinalitas ide memiliki nilai yang

tinggi. Meskipun demikian, masih ada

cerpen-cerpen dengan tema yang

sudah sering ditemukan di media

massa atau di media lainnya.

Misalnya, tema tentang kisah

percintaan semasa SMA, konflik cerita

yang berakhir dengan tokoh utama

bunuh diri, tokoh utama mati karena

mengidap penyakit yang serius, dan

lain-lain. Kisah-kisah seperti ini sudah

familier di telinga masyarakat. Hal ini

disebabkan mahasiswa atau objek

penelitian belum mampu memahami

secara penuh tahapan orisinalitas ide.

Kemampuan Membangun

Deskripsi

Aspek deskripsi menjadi salah satu

penilaian yang penting sebab deskripsi

menjadi komponen dasar dalam setiap

cerita. Cerita hadir dan hidup berkat

dukungan deskripsi yang baik.

Namun, deskripsi harus dipilih dan

ditentukan mana yang dapat diambil.

Penilaian terhadap aspek deskripsi

bertumpu pada bagaimana gaya

penceritaan penulis sehingga mampu

membuat pembawa terbawa dalam

suasana cerita yang disampaikan.

Melalui deskripsi, seorang cerpenis

harus mampu membuat pembaca

seolah-oleh melihat dan merasakan

peristiwa yang terjadi dalam cerita

tersebut. Penulisan deskripsi bertujuan

agar pembaca merasakan cerita yang

ingin disampaikan dalam cerpen.

Berdasarkan perhitungan dari

karangan cerpen mahasiswa, hasil

akhir menunjukkan bahwa dalam

aspek penilaian deskripsi

menunjukkan predikat baik. Hal

tersebut dilihat dari penjumlahan rata-

rata seluruh nilai yang telah diperoleh

oleh mahasiswa yang sudah dikalikan

dengan frekuensi yang seluruhnya

berjumlah 233. Skor akhir tersebut

kemudian dibagi sejumlah siswa

dalam kelas. Adapun

penghitungannya dapat dilihat di

bawah ini.

𝑀 = ∑ 𝐹 𝑋

𝑁

= 233

65

= 3,58

Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa mahasiswa sudah

mampu menuliskan deskripsi dan

membuat pembaca terbawa suasana

cerita. Penilaian pada aspek ini tidak

terlalu banyak kritikan karena

mahasiswa mampu menggambarkan

deskripsi dalam cerpen dengan sangat

baik. Namun, masih ditemukan

beberapa cerpen yang belum seimbang

antara penerapan deskripsi dan dialog.

Hal ini tentu mengurangi penilaian

terhadap aspek deskripsi. Dialog yang

berkepanjangan membuat pembaca

sulit menghayati cerita yang

ditampilkan. Misalnya, pada cerpen

“Cinta Seorang Playboy”. Cerpen ini

mengisahkan percintaan seorang

playboy yang pada akhirnya

menemukan cinta sejatinya. Dalam

cerita itu penulis lebih banyak

menggunakan dialog antartokoh dan

lebih sedikit deskripsi. Begitu juga

Page 8: KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

52 ALAYASASTRA, Volume 15, No. 1, Mei 2019, hlm. 45—59

dengan cerpen berjudul “Aku dan

Kamu Selamanya” yang juga lebih

dominan penggunaan dialog daripada

penggunaan deskripsi. Penggunaan

dialog yang berlebihan pada sebuah

cerpen bernilai kurang memuaskan

karena pembaca sulit terbawa suasana

cerita yang ingin disampaikan.

Ketepatan Struktur Dasar Narasi

Salah satu langkah dalam metode

penulisan cerpen adalah melalui

pembuatan cerita mini yang

memanfaatkan jawaban atas kata tanya

siapa, apa, kapan, di mana, mengapa,

dan bagaimana serta melalui proses

Ci-Luk-Ba. Dalam proses tersebut,

mahasiswa diajak untuk menalarkan

dan menuliskan alur, deskripsi, dan

sinopsis yang dikembangkan dalam

cerpen. Hal ini agar sebuah karya

memiliki awalan atau orientasi dan

akhir cerita ataupun klimaks. Dengan

begitu, tulisan yang dibuat menjadi

lebih terarah. Proses penulisan struktur

narasi diibaratkan seperti permainan

Ci-Luk-Ba, yang sering digunakan

oleh orang dewasa untuk menghibur

balita. Ci adalah awalan yang berisi

informasi dasar dari cerpen yang

dituliskan. Cerpenis menuliskan

pengenalan terhadap cerita yang

dibuat. Luk berisi ketegangan atau

puncak konflik masalah yang dihadapi

oleh si tokoh. Ba berisi klimaks,

ending, atau bentuk penyelesaian

masalah yang dihadapi oleh tokoh.

Adapun penilaian hasil cerpen

mahasiswa pada aspek ketepatan

struktur dasar narasi dikategorikan

sangat baik. Hal ini dapat dilihat

melalui penghitungan berikut ini.

𝑀 = ∑ 𝐹 𝑋

𝑁

= 236

65

= 3,63

Berdasarkan hasil penilaian

tersebut dapat disimpulkan ada

kesesuaian antara proses Ci-Luk-Ba

dan alur penulisan cerpen. Hal ini

menandakan ketepatan alur cerita

antara penulisan dalam proses Ci-Luk-

Ba dan cerpen. Seluruh cerpen karya

mahasiswa TBI sudah sesuai dengan

proses Ci-Luk-Ba karena sebelum

menulis cerpen mereka diwajibkan

membuat kerangka dalam tabel Ci-

Luk-Ba, seperti contoh tabel karya

Candra Alfiyani berikut.

Judul Cerpen Bagian

Ci-

Bagian Luk- Bagian Ba-

Kembalinya

Kebahagiaan

Tokoh

Lala

adalah

penyan

dang

autis

Karena

keterbatasan

dan

kecantikan

tokoh Lala,

seorang

pemuda desa

tetangga

Lala

bernama

Fandi

memperkosa

Lala, lalu

terpaksa

menikahinya

karena tokoh

Lala hamil

Tokoh Fandi

insaf setelah

menyaksikan

Lala,

istrinya,

berjuang

saat

melahirkan

buah hati

mereka.

Mereka

menikah

untuk kedua

kalinya

.

Unsur Kenikmatan

Kenikmatan cerita menjadi salah satu

bahan yang paling pokok dalam setiap

tulisan fiksi. Pada hakikatnya, sebuah

cerita bertujuan untuk menghibur.

Pengarang atau penulis dituntut

mampu memberikan kenikmatan

kepada pembaca melalui karyanya.

Kenikmatan dapat terbentuk melalui

ketegangan konflik dan keindahan

cerita. Kenikmatan cerita dalam

Page 9: KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

Kemampuan Menulis Cerpen Mahasiswa Tadris... (Dian Uswatun Hasanah, dkk.) 53

penilaian ini adalah bagaimana

pengaruh penggunaan metode berpikir

kreatif cara spiritualisme kritis

sehingga mahasiswa mampu

membentuk cerita yang dapat

dinikmati oleh pembaca. Penilaian itu

berdasarkan ketegangan yang

ditampilkan dalam cerita, bagaimana

cerita tersebut memberikan sentuhan

kepada pembaca, dan lain-lain.

Berikut ini hasil penilaian terhadap

aspek kenikmatan cerita.

𝑀 = ∑ 𝐹 𝑋

𝑁

= 210

65

= 3,23

Perhitungan tersebut

menunjukkan bahwa hasil penilaian

pada aspek kenikmatan masuk ke

dalam kategori baik. Hal ini karena

pembaca (peneliti) sudah merasakan

konflik dalam cerita. Pengelolaan

konflik yang baik menciptakan

suspens yang dapat dinikmati

pembaca. Meskipun demikian, masih

juga ditemukan cerpen yang kurang

menonjolkan unsur kenikmatan,

misalnya dalam cerpen “Tragedi

Berdarah 17 Agustus 2018”. Dalam

cerpen tersebut, alur yang ditampilkan

terlalu panjang dan belum

menunjukkan ketegangan konflik.

Konflik yang muncul dalam cerita itu

saat si tokoh utama jatuh di kamar

mandi. Selebihnya hanya berisi cerita

pengalaman sehari-hari tokoh utama

sehingga pembaca kurang menikmati

cerita yang disajikan.

Kefokusan Cerita

Dalam aspek ini penilaian terletak

bagaimana penulis melukiskan ide,

konflik, serta alur yang membentuk

kefokusan dalam cerita. Kefokusan

dalam cerita merupakan poin yang

perlu diperhatikan oleh pengarang

dalam membawakan sebuah cerita.

Sebuah cerita harus fokus. Jangan

sampai seperti anak kecil yang

berlarian ke sana ke mari. Hal ini tentu

mengurangi kualitas sebuah bacaan.

Tulisan harus difokuskan pada satu

peristiwa, satu waktu, satu lokasi

utama yang dituju dan menjadi bidikan

penulis. Berikut hasil penilaian cerpen

mahasiswa TBI pada aspek kefokusan

cerita.

𝑀 = ∑ 𝐹 𝑋

𝑁

= 220

65

= 3,38

Perhitungan tersebut

menunjukkan bahwa keterampilan

mahasiswa dalam kefokusan cerita

dapat dikatakan baik. Hal ini

menunjukkan bahwa cerpen yang

ditulis oleh mahasiswa sudah fokus

pada tujuan. Sebagai contoh cerpen

“Pasangan Fiksi” karya Iqbal Syahrul

Akbar Al Aziz. Cerpen ini memiliki

kefokusan cerita. Peristiwa utama

dalam cerpen ini ialah Haris ternyata

salah mengartikan perhatian yang

selama ini diberikan Kayla. Pada

akhirnya Haris menyadari bahwa

cintanya tidak tergapai lagi dan Kayla

memang hanya menjadi pasangan

fiksinya selamanya. Cerpen ini juga

memiliki satu lokasi utama, yaitu di

sekolah, dan satu periode waktu, yaitu

selama beberapa bulan.

Karakter, Sudut Pandang, Dialog

Karakter, sudut pandang, dan dialog

merupakan unsur yang tidak kalah

penting dalam sebuah cerita. Ketiga

Page 10: KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

54 ALAYASASTRA, Volume 15, No. 1, Mei 2019, hlm. 45—59

hal tersebut merupakan kesatuan

dalam sebuah cerita. Karakter merujuk

pada pembawaan tokoh cerita. Dalam

membawakan karakter seseorang,

pengarang harus mampu membuat

karakter seunik dan sekreatif mungkin

agar pembaca memiliki kesan sendiri

terhadap tokoh tersebut. Sudut

pandang merujuk pada bagaimana

pengarang berperan dalam cerita yang

dibawakan. Tidak ada ketentuan

bahwa pengarang harus menggunakan

sudut pandang tertentu. Hal yang

paling penting adalah bahwa sudut

pandang dapat membawa pembaca

seolah pelaku dalam cerita penulis.

Dialog merupakan nyawa dalam

sebuah karangan fiksi. Kehadiran

dialog membawa variasi tersendiri

karena dapat memperkuat karakter

yang ditampilkan dalam cerita.

Berikut hasil penilaian dalam aspek

karakter, sudut pandang, dan dialog.

𝑀 = ∑ 𝐹 𝑋

𝑁

= 200

65

= 3,07

Dari hasil penilaian tersebut

dapat dikatakan bahwa penggunaan

karakter, sudut pandang, serta dialog

dalam cerpen yang dituliskan oleh

mahasiswa TBI belum begitu

signifikan, meskipun masuk kategori

baik. Karakter-karakter cerpen mereka

sudah biasa ditemui pada cerpen-

cerpen yang lain. Melalui metode ini

diharapkan penggambaran karakter

setiap tokoh dapat memunculkan

karakter yang unik, menarik, dan baru.

sehingga menarik minat pembaca.

Meskipun termasuk dalam kategori

baik, tetapi penggunaan dialog dalam

cerpen karangan mahasiswa termasuk

kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat

pada aspek penilaian kemampuan

membangun deskripsi. Dalam

penilaian tersebut dijelaskan bahwa

penggunaan dialog pada dua cerpen

“Cinta Seorang Playboy” dan “Aku

dan Kamu Selamanya” terlalu

berlebihan sehingga mengurangi

penilaian. Temuan lain juga

ditemukan pada cerpen “Lomba

Penyatu Cinta” yang lebih dominan

menggunakan dialog sebagai

pengantar dalam cerita. Pembaca juga

kurang menikmati karena dialog

didominasi oleh bahasa kekinian.

Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan karakteristik

atau ciri khas penulis dalam

menuliskan gagasannya. Penggunaan

gaya bahasa dan ragam bahasa yang

sesuai dengan latar cerita juga menjadi

penilaian tersendiri dalam sebuah

cerpen. Hal ini berkaitan dengan

kenikmatan dalam cerpen.

Penggunaan gaya bahasa oleh penulis

menjadikan cerita lebih indah dan

menarik sehingga pembaca akan

terbawa suasana dan teringat cerita

yang dibacanya. Ragam bahasa yang

disesuaikan dengan latar cerita juga

perlu diperhatikan. Hal ini akan

mencerminkan kesesuaian keadaan

latar dalam sebuah cerita. Berikut

penilaian terhadap gaya bahasa.

𝑀 = ∑ 𝐹 𝑋

𝑁

= 231

65

= 3,55

Dari penilaian tersebut dapat

dikatakan bahwa mahasiswa telah

mahir menggunakan gaya bahasa.

Penilaian pada aspek ini dapat

Page 11: KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

Kemampuan Menulis Cerpen Mahasiswa Tadris... (Dian Uswatun Hasanah, dkk.) 55

dikategorikan sangat baik, misalnya

penggunaan gaya bahasa

personifikasi. Berikut kutipan

penggunaan gaya bahasa

personifikasi.

(1) Mentari mulai bersinar

dengan senyumnya, diiringi

dengan nyanyian merdunya

suara ayam berkokok.

(2) Selang beberapa waktu

bakda ashar, Mas Alam

dengan tubuhnya yang

kerempeng seperti “balung

berjalan” berjalan pulang

dari masjid berpapasan

dengan Ardy.

(3) Raga kita memang di sini

bersama mereka tapi

pikiran kita melayang

memikirkan hal lain.

Memikirkan betapa

kesedihan akan selalu hadir

di hari-hari setelah acara ini

usai. Memikirkan hari itu

tiba, hari di mana aku bisa

menikah dengan lelaki

pilihan orang tuaku yang

jelas itu bukan Angga.

Sungguh menyedihkan.

(4) Aku hanya tersenyum

masam dengan apa yang

Radit katakan padaku.

Kutipan pertama menunjukkan

penggunaan gaya bahasa personifikasi

dalam cerpen “Pesona Gadis Desa

Doyo”. Dalam kutipan tersebut

mentari (matahari) diibaratkan seperti

manusia yang dapat tersenyum

sedangkan pada kutipan kedua

terdapat gaya bahasa perumpamaan

yang ditemukan dalam cerpen

berjudul “Yang Terlupakan”. Tubuh

kurus Mas Alam diibaratkan sebagai

balung yang dapat berjalan. Kutipan

ketiga menunjukkan penggunaan gaya

bahasa repetisi, yaitu kata memikirkan

yang diulang dua kali. Kutipan

keempat menunjukkan penggunaan

gaya bahasa alegori yang ditandai

dengan frasa senyum masam.

Penggunaan Ejaan Bahasa

Indonesia

Suatu tulisan, baik itu karya ilmiah

maupun cerita fiksi tidak luput dari

penilaian ejaan bahasa Indonesia yang

sesuai dengan kaidah. Penggunaan

ejaan sesuai dengan Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)

membuat cerita lebih mudah

dipahami. Penggunaan tanda baca

mempermudah pembaca dalam

mengolah intonasi ketika membaca

sebuah cerita, sedangkan kerapian

paragraf memudahkan pembaca dalam

menempatkan jeda sebelum beralih

membaca paragraf selanjutnya.

Penghitungan penilaian pada aspek

ejaan terhadap karangan cerpen dapat

dilihat dalam perhitungan sebagai

berikut.

𝑀 = ∑ 𝐹 𝑋

𝑁

= 230

65

= 3,53

Perhitungan tersebut

menunjukkan bahwa kualitas ejaan

yang digunakan sangat baik. Namun,

masih ditemukan kesalahan-kesalahan

dalam penulisan yang tidak sesuai

dengan kaidah kebahasaan. Sebagai

contoh beberapa kutipan berikut ini.

(1) “mas, aku tidak keterima di

Universitas Sebelas Maret?

ucapku seketika.

“Tidak apa-apa jangan menyesali

apa yang telah terjadi , jangan

Page 12: KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

56 ALAYASASTRA, Volume 15, No. 1, Mei 2019, hlm. 45—59

menyerah pokoknya tetap

semangat , ucap kakakku waktu

itu.

(2) “Kenapa kamu ga ijin kakak?”

seharusnya kamu ijin biar kakak

ngak cari kelabakan kemana-mana

ngerti!”

“maaf kak, yosa membela rara, ini

salah saya yang mengajaknya

keluar tanpa ijin kakak. Saya yang

mengajak rara menonton bola”

Kutipan tersebut menunjukkan

bahwa penulisan cerpen belum sesuai

dengan kaidah ejaan. Pada kutipan

pertama, kesalahan terletak pada

penggunaan tanda petik dan koma.

Pada awal dialog dalam kutipan

tersebut terdapat tanda petik dalam

membuka kalimat, tetapi tidak di akhir

kalimat. Setelah tanda petik

seharusnya digunakan huruf kapital,

tetapi kutipan tersebut tidak

menggunakan huruf kapital sehingga

termasuk dalam kesalahan berbahasa.

Adapun kesalahan pada tanda koma

terletak pada penggunaannya yang

tidak sesuai dengan PUEBI. Tanda

koma langsung melekat pada kata,

tidak menggunakan spasi.

Sama halnya dengan kutipan

pertama, letak kesalahannya terdapat

pada penggunaan tanda petik, hal

tersebut juga terjadi pada kutipan

kedua. Selain itu, kesalahan berbahasa

juga terjadi pada bidang fonologi yang

ditandai dengan perubahan fonem z

menjadi fonem j pada kata ijin.

Kesalahan selanjutnya terdapat pada

kutipan kedua yaitu penulisan kata

yosa. Yosa merupakan nama diri

sehingga seharusnya menggunakan

huruf kapital pada awal kata dan

penulisannya menjadi Yosa.

Aspek Nilai atau Amanat dalam

Cerpen

Selain menghibur, suatu cerita juga

berfungsi sebagai media mendidik

bagi pembaca. Cerita yang baik adalah

cerita yang mampu memberikan nilai-

nilai yang dapat diteladani bagi

pembaca. Selain itu, nilai-nilai sebuah

cerita menjadi penentu kualitas sebuah

cerita. Cerita yang bermutu dan

berkualitas adalah yang

mengedepankan nilai-nilai didik,

bukan sebatas cerita yang

disampaikan. Aspek penilaian nilai

atau amanat dalam cerita ini

difokuskan pada seberapa banyak nilai

yang disampaikan oleh penulis dalam

cerpen yang dituliskannya.

Cerpen-cerpen karya mahasiswa

memuat nilai atau amanat yang

disampaikan secara tersirat bukan

tersurat. Mahasiswa mampu

memberikan nilai-nilai edukatif dalam

cerpen sehingga dapat

diimplementasikan dalam kehidupan

sehari-hari. Nilai akhir yang diperoleh

pada penilaian aspek ini sebesar 3.55.

Jumlah ini termasuk dalam predikat

sangat baik. Berikut penghitungan

skor akhir.

𝑀 = ∑ 𝐹 𝑋

𝑁

= 103

29

= 3,55

Beberapa pesan dalam cerpen

secara keseluruhan mengajarkan

kepada pembaca untuk menjadi

pribadi yang tangguh dan pemberani,

religius, kasih sayang orang tua

kepada anak, serta tolong-menolong.

Berikut ini beberapa kutipannya.

(1) Tidak berselang lama, pagi

hari ketika Dyah ingin

Page 13: KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

Kemampuan Menulis Cerpen Mahasiswa Tadris... (Dian Uswatun Hasanah, dkk.) 57

berangkat ke kampus, ia

bersinggah ke rumah nur

terlebih dahulu untuk

mengembalikan laptop yang

telah ia pinjam

(2) Sudah ditinggal ibunya di usia

yang masih kecil membuat

Mila tumbuh sebagai orang

yang mandiri. Jadi ketika ia

harus tinggal bersama bibinya

dan mengerjakan segala

pekerjaan rumah sendiri, ia

sudah terbiasa.

(3) Sampai di pantai kami

melakukan sholat zuhur

terlebih dahulu dan

dilanjutkan makan siang

bersama, sebuah makanan

sederhana yang bisa menjadi

mewah karena kebersamaan.

Aku makan di pohon dengan

memakai tikar sebagai alas

dudukku. Kami semua

menikmati makanan di siang

hari itu.

(4) Nawa satu bangku dengan

Ariyanti dan di belakangnya

ada Nisa dan Palupi. Mereka

berempat semakin lama

semakin akrab dan akhirnya

mereka bersahabat.

Kutipan pertama menunjukkan

sikap tolong-menolong. Pada cerpen

“Aku dan Kamu Selamanya”

diceritakan kisah persahabatan antara

Dyah dan Nur di perguruan tinggi.

Kutipan tersebut menceritakan bahwa

Nur merupakan teman yang baik. Hal

tersebut dibuktikan ketika ia

meminjamkan laptopnya kepada

Dyah. Begitu juga dengan Dyah, ia

merupakan pribadi yang bertanggung

jawab. Hal itu dibuktikan bahwa ia

bertanggung jawab dengan

memulangkan laptop yang

dipinjamnya dari Nur. Dari kutipan

tersebut amanat yang dapat diambil

adalah sikap bersahabat, tolong-

menolong dan disiplin. Kutipan

keempat juga menunjukkan amanat

yang sama, yaitu tolong-menolong

dalam kebaikan. Kutipan tersebut

menceritakan persahabatan antara

Nawa, Ariyanti, Nisa, dan Palupi.

Kutipan kedua menunjukkan

nilai kemandirian. Hal itu ditunjukkan

oleh tokoh Mila sebagai seorang

perempuan yang mandiri. Ia

mengerjakan pekerjaan rumah sendiri

bahkan ketika tinggal dengan bibinya.

Kutipan ketiga menunjukkan amanat

religius dan taat beribadah di mana

pun berada. Kutipan yang diambil dari

cerpen “Kebahagiaan Keluarga Kecil”

tersebut menceritakan pengalaman

keluarga penulis ketika liburan ke

Jawa Timur. Dalam kutipan tersebut

diceritakan bahwa kami (keluarga)

melakukan ibadah zuhur setelah

sampai di lokasi. Hal ini menunjukkan

ketaatan agama dalam menjalankan

perintah Allah.

Hasil Akhir Penilaian

Perhitungan rata-rata hasil akhir

penilaian dilakukan untuk mengukur

hasil akhir penulisan cerpen yang telah

dilaksanakan oleh mahasiswa. Selain

itu, hasil akhir perhitungan rata-rata ini

dapat digunakan untuk mengukur

pengaruh penggunaan metode

Berpikir Kreatif Cara Spiritualisme

Kritis terhadap penulisan cerpen

mahasiswa TBI. Perhitungan tersebut

dilakukan dengan rumus sebagai

berikut.

𝑀 = ∑ 𝐹 𝑋

𝑁

= 221,9

65

= 3,41

Page 14: KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

58 ALAYASASTRA, Volume 15, No. 1, Mei 2019, hlm. 45—59

Setelah dilakukan

penghitungan rata-rata dari seluruh

nilai mahasiswa, didapatkan total

penilaian sebesar 221,9. Hasil

penilaian tersebut kemudian dibagi

berdasarkan jumlah mahasiswa. Hasil

akhir yang diperoleh menunjuk pada

nilai 3.41. Berdasarkan nilai tersebut

dapat disimpulkan bahwa penerapan

metode Berpikir Kreatif Cara

Spiritualisme Kritis termasuk kategori

baik untuk diterapkan.

Dalam hal orisinalitas ide, tema-

tema yang diangkat sudah cukup

dikenal para penikmat cerpen. Terkait

deskripsi, mahasiswa sudah memiliki

kemampuan dalam menyusun

deskripsi cerita dengan baik, mampu

membuat pembaca terbawa dalam

suasana cerita yang ditulis. Mahasiswa

juga sudah mampu membuat struktur

dasar narasi dengan tepat. Narasi yang

mereka buat juga sudah sesuai antara

proses Ci-Luk-Ba dan alur cerpen.

Unsur kenikmatan dalam cerpen

dirasa kurang karena cerita masih

minim konflik. Akan tetapi,

mahasiswa sudah fokus dalam

bercerita karena sebagian besar cerpen

dibuat dengan pertimbangan satu

peristiwa utama, satu waktu, dan satu

lokasi utama. Dalam hal karakter,

masih sedikit tokoh yang memiliki

karakter unik. Sebagian besar karakter

sering dijumpai dalam cerita-cerita,

meskipun diperkuat dengan penulisan

dialog dan sudut pandang yang cukup

baik. Hampir semua cerpen juga sudah

menerapkan penggunaan gaya bahasa

yang beragam, penulisan ejaan sesuai

kaidah, dan memiliki amanat yang

dapat dipetik pembaca di semua cerita.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa penggunaan metode Berpikir

Kreatif Cara Spiritualisme Kritis

berpengaruh baik terhadap kualitas

penulisan cerpen.

SIMPULAN

Proses menulis kreatif merupakan

suatu proses yang mengajak penulis

berpikir kreatif dalam menciptakan

suatu karya yang bermutu dan

berkualitas. Cerpen sebagai salah satu

hasil dari produktivitas menulis kreatif

menjadikan penulis harus mampu

menuliskan cerita yang bervariasi dan

belum pernah dibaca oleh pembaca

sebelumnya. Namun, beberapa

mahasiswa belum mampu berpikir

kreatif dalam menciptakan cerpen

yang lebih bervariatif. Penggunaan

metode pembelajaran yang digunakan

oleh pendidik sangat berpengaruh

dalam meningkatkan kemampuan

menulis kreatif mahasiswa. Metode

Berpikir Kreatif Cara Spiritualisme

Kritis dapat digunakan sebagai salah

satu metode untuk meningkatkan

kemampuan menulis kreatif, termasuk

menulis teks cerpen.

Berdasarkan uraian dan

perhitungan rata-rata tiap aspek dan

perhitungan secara keseluruhan

menunjukkan bahwa kemampuan

menulis cerpen mahasiswa TBI IAIN

Surakarta menggunakan metode

Berpikir Kreatif Cara Spiritualisme

Kritis termasuk dalam kategori baik.

Hal ini berdasarkan hasil akhir rata-

rata yang diperoleh dari perhitungan

dua kelas sebesar 3,41. Hasil penilaian

ini menunjukkan bahwa penggunaan

metode Berpikir Kreatif Cara

Spiritualisme Kritis dalam

pembelajaran menulis cerpen

berpengaruh terhadap kualitas cerpen

karangan mahasiswa.

Page 15: KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MAHASISWA TADRIS …

Kemampuan Menulis Cerpen Mahasiswa Tadris... (Dian Uswatun Hasanah, dkk.) 59

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Wintala. S. 2016. Menulis

Kreatif Itu Gampang.

Yogyakarta: ARSKA.

Afra, Afifah. 2011. Be A Brilliant

Writer. Solo: Gizone Books.

Aziez, Furqon., & Hasim, Abdul.

2010. Menganalisis Fiksi sebuah

Pengantar. Jakarta: Multikreasi

Satudelapan.

Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar

Keterampilan Bersastra.

Bandung: Yrama Widya.

Muhardi, & Hasanuddin. 1992.

Prosedur Analisis Fiksi. Padang:

IKIP Padang Press.

Puspitasari, Anggun Citra D. D. 2017.

"Hubungan Kemampuan

Berpikir Kreatif Dengan

Kemampuan Menulis Cerpen

(Studi Korelasional pada Siswa

SMA Negeri 39 Jakarta)". SAP,

Vol. 1 No. 3.

Setyaningsih, Nas. H. 2010.

"Peningkatan Keterampilan

Menulis Cerpen Mahasiswa

Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia dengan Model

Sinektiks yang Dikembangkan".

Lingua, 6 (2).

Tarigan, Henry G. 2013. Menulis

sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa (edisi revisi).

Bandung: Angkasa.

Utami, Ayu. 2015. Menulis dan

Berpikir Kreatif Cara

Spiritualisme Kritis. Bogor:

Grafika Mardi Yuana.