72
KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA MAJEMUK BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII A SMP MUHAMMADIYAH 5 MARISO KOTA MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh : RISNAWATI ABBAS 10533 7082 12 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR AGUSTUS 2016

KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA MAJEMUK

BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII A SMP MUHAMMADIYAH 5

MARISO KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gunauntuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan padaJurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

RISNAWATI ABBAS

10533 7082 12

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

AGUSTUS 2016

Page 2: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

( Q.S Al-Insyirah: 6-8 ).

Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau

sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu.

( Q.S Al-Insyirah: 6-8 ).

Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh

direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri. ( Ibu Kartini ).

Percaya bahwa apa yang kita lakukan hari ini adalah gambaran hari esok.

( Penulis )

PERSEMBAHAN

Aku persembahkan cinta dan sayangku kepada orang tuaku, kakak-

kakakku yang telah menjadi motivasi dan inspirasi dan tiada henti memberikan

dukungan doanya buatku. “ tanpa keluarga, manusia sendiri di dunia, gemetar

dalam dingin“.

Page 3: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

vii

Terima kasih yang tak terhingga untuk dosen-dosenku, terutama

pembimbingku yang tak pernah lelah dan sabar memberikan bimbingan dan

arahan kepadaku.

Terima kasihku juga kupersembahkan kepada para sahabatku yang

senantiasa menjadi penyemangat dan menemani setiap hariku, “ sahabat

merupakan salah satu sumber kebahagiaan di kala kita merasa tidak bahagia “.

Teruntuk teman-teman angkatanku yang selalu membantu, berbagi

keceriaan dan melewati setiap suka dan duka selama kuliah. Terima kasih banyak

tiada hari yang indah tanpa kalian semua.

Aku belajar, aku tegar, dan aku bersabar hingga aku berhasil. Terima kasih

untuk semua.

Page 4: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

vii

Page 5: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “

Kemampuan Membedakan antara Frasa dan Kata Majemuk Bahasa Indonesia

Siswa Kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar “ sebagai salah

satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Rasa hormat,

terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada.

Dr. Munirah, M.Pd. Pembimbing I dan Dr. Djuanda, M. Hum. Pembimbing II

yang dengan penuh kesabaran dan kearifan telah memberikan bimbingan , arahan,

dan motivasi yang tidak henti-hentinya disela kesibukannya, sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendididkan , juga kepada Dr. Munirah, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kesempatan kesempatan kepada

penulis untuk menyusun skripsi ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Kepala SMP Muhammadiyah 5

Mariso Makassar yang telah memberikan kesempatan melakukan penelitian untuk

Page 6: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

x

mengambil data skripsi penulis. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Ana,

S.Pd Guru Bahasa Indonesia kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota

Makassar atas kerja sama yang baik selama penelitian.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat penulis di

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas BI D 2012 yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas kenangan-kenangan indah

selama di bangku perkuliahan. Penulis menyampaikan pula terima kasih kepada

Muhammad Nur Alam yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi untuk

terus berjuang. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

yang telah memberikan doa dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

sebagaimana mestinya.

Makassar, Oktober 2016

Penulis,

Risnawati Abbas

Page 7: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

viii

ABSTRAK

Risnawati Abbas.2016. Kemampuan Membedakan antara Frasa dan KataMajemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 MarisoKota Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.Pembimbing I Munirah danPembimbing II Djuanda.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membedakanantara Frasa dan Kata Majemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII A SMPMuhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar. Penelitian ini merupakan penelitiandeskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A semester I(Ganjil) tahun ajaran 2016-2017 dengan jumlah siswa 40 orang. Pengumpulandata, yaitu teknik observasi dan tes.

Teknik analisis menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai terdapat14 siswa (35%) yang mampu mendapat nilai 7,0 ke atas. Sebaliknya, sebanyak 26siswa yang mendapat nilai di bawah 7,0 (65%). Dikategorikan belum memadaikarena siswa memperoleh nilai 7,0 ke atas tidak mencapai kriteria yangditetapkan, yaitu 85%.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan hasilbelajar membedakan antara Frasa dan Kata Majemuk Bahasa Indonesia SiswaKelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar dikategorikan belummemadai karena siswa tidak memperoleh nilai 7,0 ke atas mencapai kriteria yangditetapkan, yaitu 85%.

Kata kunci: kemampuan membedakan frasa dan kata majemuk.

Page 8: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KARTU KONTROL..............................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................iv

SURAT PERNYATAAN.......................................................................................v

SURAT PERJANJIAN.........................................................................................vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN......................................................................vii

ABSTRAK...........................................................................................................viii

KATA PENGANTAR...........................................................................................ix

DAFTAR ISI.........................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................3

C. Tujuan Penelitian.........................................................................................4

D. Manfaat Penelitian.......................................................................................4

E.

Page 9: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................6

A. Tinjauan Pustaka..........................................................................................6

1. Penelitian yang Relevan.........................................................................6

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia.............................................................8

a. Konsep Pembelajaran.......................................................................8

1. Sintaksis.....................................................................................8

a. Kalimat.................................................................................9

b. Klausa.................................................................................14

c. Frasa...................................................................................17

d. Wacana...............................................................................19

2. Morfologi.................................................................................24

a. Morfem...............................................................................27

b. Kata....................................................................................28

c. Kata Majemuk....................................................................30

B. Kerangka Pikir...........................................................................................37

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................38

A. Desain Penelitian........................................................................................38

B. Populasi dan Sampel..................................................................................38

C. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................40

D. Teknik Analisis Data..................................................................................40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................42

A. Penyajian Hasil Analisis Data....................................................................42

Page 10: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

xii

B. Pembahasan Hasil Penelitian.....................................................................47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN....................................................................50

A. Simpulan....................................................................................................50

B. Saran...........................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52

LAMPIRAN

Page 11: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 12: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

DUKUMENTASI PENELITIANDUKUMENTASI PENELITIANDUKUMENTASI PENELITIAN

Page 13: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

DUKUMENTASI PENELITIANDUKUMENTASI PENELITIANDUKUMENTASI PENELITIAN

Page 14: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

1

.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia salah satu alat komunikasi, di mana pengembangan bahasa

Indonesia semakin menjadi tuntutan bagi masyarakat Indonesia. Kenyataanya di era

globalisasi yang sedang berkembang, kebanyakan orang-orang sibuk mendalami

bahasa internasional jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi perlu adanya pembinaan dan

pengembangan guna memperkuat kualitas manusia, serta memperkokoh persatuan

dan kesatuan negara. Maka penyusunan kalimat dalam bahasa Indonesia haruslah

bersifat efektif agar dapat dipahami orang lain.

Program pengajaran berbahasa memuat tiga komponen, yaitu: kebahasaan,

pemahaman, dan penggunaan. Dalam komponen kebahasaan tercakup pengetahuan

tentang tanda baca, tata bunyi, tata bahasa, semantik, dan pengetahuan sastra; dalam

komponen pemahaman tercakup keterampilan mendengar dan membaca; dan dalam

komponen penggunaan tercakup keterampilan berbicara dan menulis. Ketiga

komponen pengajaran bahasa tersebut hendaknya dikuasai oleh siswa pada semua

jenjang pendidikan agar mereka mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar

(Arifin dan Hadi, 1991: 23).

Penempatan frasa atau kata majemuk dalam sebuah kalimat memerlukan

pengetahuan dan katelitian dari pemakai bahasa, khususnya siswa. Tidak dapat

1

Page 15: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

2

.

dipungkiri bahwa pengetahuan siswa mengenai tata bahasa Indonesia, khususnya

pengetahuan tentang frasa dan kata majemuk masih kurang sehingga tidak jarang

mereka melakukan kesalahan dalam membedakan kedua unsur pembangun sebuah

kalimat tersebut. Sebab tidak banyak yang mengetahui bahwa frasa terdiri atas dua

kata atau lebih yang berhubungan dan membentuk suatu kesatuan, tidak bersifat

predikatif, tidak berciri klausa, merupakan unsur pembentuk klausa, dan menempati

salah satu unsur atau fungsi dalam kalimat. Sedangkan kata majemuk merupakan

gabungan untuk membentuk suatu arti yang baru, gabungan itu dalam hubungannya

keluar membentuk suatu pusat yang menarik keterangan-keterangan atas kesatuan itu

bukan atas bagian-bagian, biasanya terdiri atas kata-kata dasar, frekuensi

pemakaiannya tinggi, dan terutama kata-kata meajemuk yang bersifat endosentris

terbentuk menurut hukum DM (diterangkan mendahului menerangkan). Oleh karena

itu, peranan guru bahasa Indonesia sangat menentukan. Para guru harus menyadari

benar-benar bahwa pengajaran tata bahasa Indonesia perlu mendapat perhatian dan

penekanan sejak dini.

Penelitian tentang kemahiran siswa dalam membedakan frasa dan kata

majemuk dalam sebuah kalimat telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya,

di antaranya oleh Hasni (2001) dengan judul “Kemampuan Siswa Kelas II SLTPN 25

Makassar Membedakan Frasa dengan Kata Majemuk dalam Kalimat Bahasa

Indonesia”, Harmudin (2000) dengan judul “Kemampuan Siswa Kelas II SLTPN I

Maritengngae Kabupaten Sidrap Menggunakan Idiom dalam Kalimat Bahasa

Page 16: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

3

.

Indonesia”, dan Amir (1999) dengan judul “Kemampuan Siswa Kelas II SLTPN I

Lappariaja Kabupaten Bone Membedakan Frasa Verba dengan Frasa Nomina”.

Kesimpulan dari beberapa penelitian di atas, rata-rata menunjukkan hasil

bahwa kemampuan siswa belum memadai. Guna melengkapi data tersebut, penulis

tertarik melakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Membedakan Frasa dengan

Kata Majemuk Siswa Kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar”.

Dari survei awal yang dilakukan penulis pada siswa kelas VII A SMP

Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar, ditemukan bahwa masih banyak siswa

yang mengalami kesulitan dalam menganalisis dan membedakan frasa dengan kata

majemuk yang membangun sebuah kalimat. Padahal, materi itu sudah diajarkan dan

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 Bahasa Indonesia

untuk SMP kelas VII terdapat materi tentang frasa dan kata majemuk.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dan untuk lebih

mengarahkan penelitian maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

“Bagaimanakah tingkat kemampuan siswa membedakan antara frasa dan kata

majemuk bahasa Indonesia siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota

Makassar.”

Page 17: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

4

.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah diajukan,

yaitu untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan siswa membedakan antara frasa dan

kata majemuk bahasa Indonesia siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso

Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Untuk pengembangan keilmuan di bidang pembelajaran bahasa Indonesia.

b.Untuk menambah khazanah kajian ilmiah dalam pengembangan media

pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Siswa

Manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh siswa dapat berupa adanya

motivasi yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia karena

menggunakan media sehingga lebih menarik minat siswa. Dengan

menggunakan media yang lebih konkret diharapkan siswa dapat menyelesaikan

soal-soal yang berkenaan dengan pelajaran bahasa Indonesia.

b. Manfaat bagi Guru

Penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk mengetahui kemampuannya

melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media.

Page 18: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

5

.

c. Manfaat bagi Sekolah

Bila penelitian ini selesai dilaksanakan di sekolah , dalam hal ini SMP

Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar dapat mengambil manfaat dengan

adanya peningkatan kemampuan siswa dan dapat dijadikan sebagai masukan

data serta rujukan dalam mengambil suatu keputusan dalam proses

pembelajaran di masa yang akan datang.

d. Manfaat bagi Peneliti

Manfaat yang didapatkan bagi peneliti pada penelitian ini adalah peneliti

menyadari betul bagaimana cara mengajarkan kepada siswa dengan tulus dan

sabar agar apa yang diinginkan oleh peneliti dapat tercapai. Bagi peneliti

selanjutnya yang ingin mengambil judul yang sama sudah mempunyai referensi

dari skripsi ini.

Page 19: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

6

.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Setiap usulan atau proposal penelitian dan laporan penelitian selalu

disediakan bab tinjauan pustaka atau biasa juga disebut studi literatur atau studi

kepustakaan. Tinjauan pustaka merupakan bagian yang sangat penting dari sebuah

proposal atau laporan penelitian karena pada bab ini diungkapkan pemikiran atau

teori-teori yang melandasi dilakukannya penelitian. Tidak hanya tinjauan pustaka,

pada bab ini juga akan dibahas kerangka pikir. Tinjauan pustaka bertujuan untuk

memberi batasan secara teoretis tentang hal yang diteliti, sedangkan kerangka pikir

bertujuan untuk memberi dasar pemikiran tentang pelaksanaan penelitian. Oleh

karena itu, penelitian perlu menjelaskan keduan hal tersebut.

1. Penelitian yang Relevan

Penempatan frasa atau kata majemuk dalam sebuah kalimat memerlukan

pengetahuan dan katelitian dari pemakai bahasa, khususnya siswa. Tidak dapat

dipungkiri bahwa pengetahuan siswa mengenai tata bahasa Indonesia, khususnya

pengetahuan tentang frasa dan kata majemuk masih kurang sehingga tidak jarang

mereka melakukan kesalahan dalam membedakan kedua unsur pembangun sebuah

kalimat tersebut. Oleh karena itu, peranan guru bahasa Indonesia sangat menentukan.

6

Page 20: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

7

.

Para guru harus menyadari benar-benar bahwa pengajaran tata bahasa Indonesia perlu

mendapat perhatian dan penekanan sejak dini.

Penelitian tentang kemahiran siswa dalam membedakan frasa dan kata

majemuk dalam sebuah kalimat telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya,

di antaranya pertama oleh Hasni (2001) dengan judul “Kemampuan Siswa Kelas II

SLTPN 25 Makassar Membedakan Frasa dengan Kata Majemuk dalam Kalimat

Bahasa Indonesia”, kedua Harmudin (2000) dengan judul “Kemampuan Siswa Kelas

II SLTPN I Maritengngae Kabupaten Sidrap Menggunakan Idiom dalam Kalimat

Bahasa Indonesia”, dan ketiga Amir (1999) dengan judul “Kemampuan Siswa Kelas

II SLTPN I Lappariaja Kabupaten Bone Membedakan Frasa Verba dengan Frasa

Nomina”.

Simpulan dari beberapa penelitian di atas, rata-rata menunjukkan hasil bahwa

kemampuan siswa belum memadai. Guna melengkapi data tersebut, penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Membedakan Frasa

dengan Kata Majemuk Siswa Kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota

Makassar”. Dari survei awal yang dilakukan penulis pada siswa kelas VII A SMP

Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar, ditemukan bahwa masih banyak siswa

yang mengalami kesulitan dalam menganalisis dan membedakan frasa dengan kata

majemuk yang membangun sebuah kalimat. Padahal, materi itu sudah diajarkan dan

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 Bahasa Indonesia

untuk SMP kelas VII terdapat materi tentang frasa dan kata majemuk.

Page 21: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

8

.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Konsep kebahasaan

1. Sintaksis

a. Pengertian Sintaksis

Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “sun” yang berarti

“dengan” dan kata “tattein” yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologis

berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau

kalimat (Chaer, 2007: 206). Dalam linguistik, sintaksis (dari Bahasa Yunani

Kuno “συν- syn-“, "bersama", dan “τάξις táxis”, "pengaturan") adalah ilmu

mengenai prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat dalam bahasa alami

(Ramlan, 2001: 180. Selain aturan ini, kata sintaksis juga digunakan untuk

merujuk langsung pada peraturan dan prinsip yang mencakup struktur kalimat

dalam bahasa apapun.

b. Definisi sintaksis menurut beberapa ahli

1.Djoko KentjonoSintaksis yaitu hadir tidaknya suatu fungsi sintaksis tergantung

pada konteksnya.

2.Abdul Chaer Sintaksis yaitu bidang dari tuturan lingustik yang secara

tradisional tersebut kata bahasa atau gramatika.

3. Kridalaksana Sintaksis yaitu salah satu cabang yang membicarakan struktur

kalimat' klausa dan frase.

4. Chamsky Sintaksis adalah telaah mengenal prinsip,prinsip dan proses,proses

yang dapat menggunakan membangun kalimat,kalimat tertentu.

Page 22: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

9

.

5.Leason Sintaksis adalah bagian atau cabang ilmu yang membicarakan seluk

beluk wacana kalimat'klausa dan juga frase.

6. Kridalaksana Sintaksis adalah subsistem bahasa yang mencakup tentang kata

yang sering dianggap bagian dari gramatika' yaitu morfologi dan cabang

linguistik yang mempelajari tentang kata.

Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang

membicarakan seluk-beluk wacana. Untuk menjelaskan uraian itu, diambil

contoh kalimat: Seorang pelajar sedang belajar di perpustakaan. Bentuk bahasa

terdiri atas satuan-satuan, yang di sini disebut satuan gramatik. Satuan-satuan itu

adalah kalimat, klausa, frasa, dan wacana.

a. Kalimat

Dalam pandangan kaum aliran gramatikal yang menganggap tata

bahasa sebagai subsistem yang berhierarki, kalimat merupakan salah satu satuan

yang tetap terikat pada satuan yang lebih besar. Ramlan (2001: 21) berpendapat

bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang

yang disertai nada akhir turun atau naik. Zainuddin (1991: 59) mengemukakan

bahwa kalimat adalah kesatuan ujaran yang terkecil, berintonasi, dan

mengandung pikiran lengkap serta didukung oleh situasi.

Kridalaksana (2008: 103) mengatakan bahwa kalimat adalah (1) satuan

bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan

secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa; (2) klausa bebas yang menjadi

bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan satu klausa atau

Page 23: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

10

.

merupakan gabungan klausa, yang membentuk satuan bebas; jawaban minimal,

seruan, salam, dan sebagainya; (3) konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu

atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri

sebagai satu kesatuan.

Keraf (1984:156) mendefinisikan kalimat sebagai salah satu bagian

dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya

menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap.

Adapun jenis-jenis kalimat, yaitu :

1. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO,

SPOK) atau kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa.

a. Jenis Kalimat Tunggal

Jenis kalimat tunggal terdiri atas lima macam, yakni kalimat nominal, kalimat

ajdektival, verbal, dan kalimat preposisional.

1. Kalimat Nominal

Adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari kata benda.

Contoh :

a) Ibuku petani sawah,

b) Ayahku pegawai kantor pajak,

c) Kakakku tukang kayu.

Page 24: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

11

.

2. Kalimat Verbal

Adalah kalimat tunggal yang predikatnya dibentuk dari kata kerja atau

verbal. Kalimat verbal terdiri atas lima macam, yakni :

a) Kalimat Intransitif

b) Kalimat Ekantransitif

c) Kalimat Dwitransitif

d) Kalimat Semitransitif

e) Kalimat Pasif

3. Kalimat Adjektival

Adalah kalimat yang predikatnya dari kata sifat atau ajdektival.

Contoh:

a) Buku bahasa Inggrisku sangat tebal.

b) Keluarga itu sangat sopan dan bijaksana.

4. Kalimat Preposisional

Adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari kata depan atau preposisi.

Contoh: Tempat tinggalnya di Makassar

Menurut (Keraf, 1982) kalimat tunggal dilihat dari segi maknanya

dapat dikelompokkan atas empat macam, yakni :

1. Kalimat berita

Kalimat berita adalah kalimat yang digunakan bila kita ingin

mengutarakan suatu peristiwa atau kejadian yang kita alami dan atau

yang dialami orang lain.

Page 25: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

12

.

Misalnya:Ali pergi ke Jakarta kemarin.

Jalan itu sangat licin.

Saya mau berangkat ke Jakarta besok pagi.

2. Kalimat tanya.

Kalimat tanya, kalimat yang maksudnya atau berfungsi

untuk menanyakan sesuatu, yang di dalamnya terdapat tiga kemungkinan ciri :

a. mengunakan intonasi tanya, dan atau

b. menggunakan kata tanya, dan atau

c. menggunakan partikel -kah.

Misalnya, seperti berikut.

Ibu datang?

Kapan Ibu datang?

Akankah ibu datang?

Jenis kata tanya yang biasa digunakan dalam kalimat tanya

dapat dikelompokkan menurut sifatnya, sebagai berikut:

a. Untuk menanyakan benda/hal: apa, untuk apa, tentang apa.

b. Untuk menanyakan manusia: siapa, dengan siapa, untuk siapa.

c. Untuk menanyakan jumlah: berapa, berapa banyak.

d. Untuk menanyakan pilihan: mana, yang mana,

e. Untuk menanyakan tempat: di mana, ke mana, dari mana.

f. Untuk menanyakan temporal: bila, kapan, bilamana, apabila.

g. Untuk menanyakan kausalitas: mengapa, apa sebab, akibat apa.

Page 26: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

13

.

Kalimat tanya terdiri atas tiga macam:

a. kalimat tanya biasa: kalimat yang benar-benar menanyakan sesuatu.

b. kalimat tanya retoris: kalimat yang menanyakan menggunakan ciri kalimat

tanya tetapi tidak perlu dijawab. Kalimat ini biasa dipakai orang yang

berpidato sebagai cara untuk menarik perhatian pendengar.

c. kalimat yang senilai perintah: bentuknya bertanya tetapi

maksudnya menyuruh, misalnya “Apakah jendela itu bisa dibuka

sekarang?”

3. Kalimat perintah

Kalimat perintah adalah kalimat yang maksudnya menyuruh orang lain

melakukan sesuatu.

Kalimat perintah mempunyai beberapa jenis :

a. Suruhan

b. Permintaan

c. Memperkenankan

d. Ajakan

e. Larangan

f. Bujukan

g. Harapan

Page 27: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

14

.

b. Klausa

Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam

satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila dalam satuan itu tidak

terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa (Chaer,2007:150).

Ramlan dalam Tarigan, (2001: 43) menjelaskan bahwa klausa ialah

bentuk linguistik yang terdiri dari subjek dan predikat.Menurut pendapat Arifin

(1991: 74) klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang

sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata

itu berpotensi menjadi kalimat.Kridalaksana (1982:85) mengungkapkan bahwa

“klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-

kurangnya tediri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk

menjadi kalimat.

Istilah klausa dipakai untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak

memiliki subjek dan predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca

tertentu. Istilah kalimat juga mengandung unsur paling tidak memiliki subjek

dan predikat, tetapi sudah dibubuhi intonasi atau tanda baca tertentu. (Alwi,

2002:39).

Dari batasan-batasan tersebut dapat diketahui bahwa klausa:

1. merupakan deretan kata yang merupakan satuan gramatik, satuan sintaksis

atau bentuk linguistik,

2. meliliki hanya satu predikat,

3. mengandung unsur S P (O) (PEL) (KET),

Page 28: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

15

.

4. belum memiliki intonasi akhir atau tanda baca tertentu.

Jadi tidak semua kelompok kata dapat dikatakan sebagai klausa, karena

kata yang membentuk konstruksi klausa harus mengandung ciri-ciri tersebut.

Klausa dilihat dari segi kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi

predikat terdiri atas :

1. Klausa nominal, adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa

golongan nomina.

Misalnya :

a. Ia guru IPA

b. Yang dibeli pedagang itu kayu

2. Klausa verbal, adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa

kategori verbal, dan klausa verbal terbagi atas empat jenis, yakni :

a. Klausa verbal yang ajektif adalah klausa yang predikatnya dari kata

golongan verbal yang termasuk kategori sifat sebagai pusatnya.

Misalnya :

1) Rumahnya sangat luas

2) Tamannya indah sekali

b. Klausa verbal Intransitif adalah klausa yang predikatnya dari kata

golongan kata kerja intransitif sebagai unsur intinya.

Misalnya :

1) Burung merpati sedang terbang di angkasa

2) Pesawat Lion Air belum mendarat di Lanud Hasanuddin

Page 29: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

16

.

c. Klausa verbal yang aktif adalah klausa yang predikatnya dari kata

golongan verbal yang transitif sebagai unsur intinya.

Misalnya :

1) Ibuku sedang mencuci piring

2) Pamanku sedang mengajarkan IPS

d. Klausa verbal yang reflektif adalah klausa yang predikatnya dari kata

verbal yang tergolong kata kerja reflektif.

Misalnya :

1) Anak itu sedang menyelamatkan diri

2) Kakek Adi telah mengobati penyakitnya

e. Klausa verbal yang resiprok adalah klausa yang predikatnya dari kata

golongan verbal yang termasuk kata kerja resiprok.

Misalnya :

1) Mereka saling melempar batu karang

2) Anak-anak itu ejek-mengejek di sekolah

3. Klausa bilangan, adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa

golongan bilangan.

Misalnya :

a. Kaki meja itu empat buah

b. Mobil itu delapan rodanya

4. Klausa depan, adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa depan

yang diawali kata depan sebagai penanda.

Page 30: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

17

.

Misalnya :

a. Baju dinas itu untuk pegawai pemda

b. Mobil itu dari Amerika

c. Frasa

1. Pengertian Frasa

Sepintas tidak sulit mengenal hakikat frasa. Cukup banyak ditemukan

defenisi frasa yang pada hakikatnya mempunyai konsep sama namun dari segi

redaksional terdapat beberapa perbedaan. Secara umum frasa dikenal sebagai

suatu satuan linguistik di atas kata.Untuk lebih jelasnya hakikat frasa

dikemukakan beberapa pengertian para ahli bahasa.

Kamus besar Bahasa Indonesia (Mulyono, dkk, 1991: 281) dikemukakan

bahwa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif.

Sejalan itu, Parera (1993 : 32) mengemukakan bahwa frasa adalah suatu

konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk

sebuah pola kalimat maupun tidak. Senada dengan pengertian di atas Ramlan

(dalam Djumingin, 2001: 3) mengemukakan bahwa frasa dalah satuan limguistik

yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak

melampaui batas subjek atau predikat dengan kata lain sifatnya tidak predikatif.

Demikian pula yang di kemukakan oleh Chaer (1994: 222) bahwa frasa adalah

satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi

sintaksis dalam kalimat.

Page 31: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

18

.

Keempat pengertian frasa yang di kemukakan di atas, tampaknya tidak

mempunyai perbedaan yang mendasar, kecuali dari segi redaksi kalimat. Dari

pengertian frasa di atas dapat di kemukakan beberapa unsur dalam frasa, yaitu:

1) Frasa terdiri dari dua kata atau lebih.

2) Nonpredikat.

3) Dapat menduduki fungsi sintaksis.

Dari ketiga unsur tersebut dapat disimpulkan bahwa frasa adalah

gabungan dua kata atau lebih yang non predikatif yang dapat menduduki fungsi

sintaksis.

2. Ciri-ciri Frasa

Frasa merupakan kesatuan kata yang terbentuk dari kelompok kata atau

gabungan dua kata atau lebih yang memiliki satu makna gramatikal( makna yang

berubah-ubah menyesuaikan dengan konteks). Adapun ciri-ciri frasa yaitu :

a. Dalam frasa harus terdiri setidaknya minimal dua kata atau lebih.

b. Menduduki atau memiliki fungsi gramatikal dalam kalimat.

c. Dalam frasa harus memiliki satu makna gramatikal.

d. Frasa bersifat nonpredikatif.

3. Contoh Frasa

Untuk memperjelas hakikat frasa, ada baiknya dikemukakan contoh

sebagai berikut :

1. Ibu pergi

s p

Page 32: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

19

.

(kalimatibu pergi menunjukkan subjek (s), predikat (p) yang hanya menempati

salah satu unsur dan fungsi dalam suatu kalimat)

2. Makan apel

p o

(kalimatmakan apel menunjukkan predikat (p), objek (o) yang hanya

menempati salah satu unsur dan fungsi dalam suatu kalimat)

3. Adik sangat cepat

s k

(kalimatadik sangat cepat menunjukkan subjek (s), ketterangan (ket) yang

hanya menempati salah satu unsur dan fungsi dalam suatu kalimat )

Gabungan kata di atas merupakan frasa, karena merupakan kontreuksi

yang nonpredikat.Salah satu contoh yaitu ibu pergi, dapat menduduki fungsi

sintaksis seperti subjek, predikat, objek dan keterangan.Misalnya ibu pergi

membeli ikan di pasar.Ibu pergi itu menduduki fungsi sintaksis sebagai subjek

dan predikat, membeli : predikat, ikan : objek, dan di pasar: keterangan. Jadi,

ibu pergi itu merupakan frasa meskipun terdiri atas dua kata.

d. Wacana

Menurut Harimurti Kridalaksana ( 1985: 184 ),wacana adalah satuan

bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal, merupakan satuan gramatikal

atau satuan bahasa tertinggi dan terbesar.Menurut Samsuri

Page 33: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

20

.

(1988:1)memandang wacana dari segi komunikasi.Menurutnya dalam sebuah

wacana,terdapat konteks wacana ,topik ,kohesi,dan koherensi.

Jenis wacana ditinjau dari tujuan berkomunikasi :

1. Wacana Argumentasi

Menurut (Rottenberg,1988: 9).Karangan argumentasi merupakan salah

satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar

agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada

pertimbangan logis dan emosional .

Menurut (Gorys Keraf,1995:10). Argumentasi adalah semacam bentuk

wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenaran .Sebuah argumentasi

berusaha mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk

menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti – bukti mengenai objek

yang diargumentasikan itu.

2. Wacana Eksposisi

Karangan atau wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu

hal kepada penerima ( Pembaca ) agar yang bersangkutan

memahaminya.Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha

menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan

pembaca.wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat suatu

objek.misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan, komunikasi,

perkembangan tekhnologi ,pertumbuhan ekonomi kepada pembaca.

Page 34: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

21

.

3. Wacana persuasi

Wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra

tutur untuk melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan penuturnya.untuk

mempengaruhi pembacanya ,biasanya digunakan segala daya dan upaya yang

membuat mitra tutur terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut ,wacana

persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak rasiona.persuasi

sesungguhnya merupakan pernyimpangan dari argumentasi,dan khusus

berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca. persuasi lebih

mengutamakan untuk menggunakan atau memanfaatkan aspek – aspek

psikologis untuk mempengaruhi orang lain.Jenis wacana persuasi yang paling

sering ditemui adalah kampanye dan iklan

Contoh wacana iklan sebagai berikut.

“Pakai daia,lupakan yang lain.Dengan harga yang semurah

ini,membersihkan tumpukan pakaian kotor anda,menjadi bersih cemerlang”.

4. Wacana Deskripsi

Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan

suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu sepertinya

dapat dilihat,dibayangkan oleh pembaca ,seakan – akan pembaca dapat

melihat sendiri.Deskripsi memiliki fungsi membuat para pembacanya seolah

melihat barang – barang atau objeknya.objek yang dideskripsikan mungkin

sesuatu yang bias ditangkap dengan panca indra kita ,contohnya, sebuah

hamparan sawah yang hijau dan pemandangan yang indah ,jalan – jalan kota

Page 35: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

22

.

,tikus – tikus selokan ,wajah seorang yang cantik molek atau seorang yang

bersedih hati ,alunan music dan sebagainya.

5. Wacana Narasi

Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita.pada

wacana narasi terdapat unsure – unsure cerita yang penting ,seperti

waktu,pelaku,peristiwa.Adanya aspek emosi yang yang dirasakan oleh

pembaca dan penerima .Melalui narasi,pembaca atau penerima pesan dapat

membentuk citra atau imajinasi.

Contoh:

Sewaktu aku duduk diruang pengadilan yang penuh sesak itu

menunggu perkara ku disidangkan,dalam hatiku bertanya – Tanya berapa

banyak orang – orang hari ini disini yang merasa,seperti apa yang kurasakan

bingung,patah hati,dan sangat kesepian .Aku merasa seolah – olah aku

memikul beban berat seluruh dunia di pundakku.

Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau

tuturan. Menurut Alwi, dkk (2003:42), wacana adalah rentetan kalimat yang

berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat

itu. Menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1994:5), wacana adalah satuan

bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa

dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu

mempunyai awal dan akhir yang nyata. Lebih lanjut, Syamsuddin (1992:5)

menjelaskan pengertian wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak

Page 36: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

23

.

tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur,

sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk dari unsur segmental

maupun nonsegmental bahasa.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa wacana

adalah satuan bahasa yang lengkap yang disajikan secara teratur dan

membentuk suatu makna.

Wacana adalah rangkaian ujaran lisan maupun tulisan yang

mengungkapkan suatu hal, disajikan secara teratur (memiliki kohesi dan

koherensi), dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental bahasa.

Mempelajari wacana berarti pula mempelajari bahasa dalam

pemakaian.Di samping itu, pembicaraan tentang wacana membutuhkan

pengetahuan tentang kalimat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan

kalimat.

Untuk mencapai wacana yang kohesi dan koherensi diperlukan alat-

alat wacana. Baik yang berupa alat gramatikal , aspek semantik, atau

gabungan keduanya. Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan agar suatu

wacana menjadi kohesi, antara lain adalah (a) konjungsi, (b) kata ganti dia,

nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforis, (c ) menggunakan elipsis

(Chaer, 1994).

Penggunaan aspek semantik juga dapat dilakukan agar suatu wacana

menjadi kohesi dan koherensi. Menurut Chaer hal ini dapat dilakukan dengan

cara-cara sebagai berikut: (1) menggunakan hubungan pertentangan

Page 37: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

24

.

antarkalimat, (2) menggunakan hubungan generik-spesifik atau sebaliknya

spesifik-generik, (3) menggunakan hubungan perbandingan antara dua kalimat

dalam satu wacana, (4) menggunakan hubungan sebab akibat antara dua

kalimat, (5) menggunakan hubungan tujuan dalam satu wacana, dan (6)

menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua kalimat dalam satu

wacana.

2. Morfologi

Secara etimologis, kata Morfologi berasal dari

kata morphologie.Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang

digabungkan dengan logos.Morphe berarti bentuk dan logos berarti

ilmu.Bunyi yang terdapat diantara morpheddan logos ialah bunyi yang biasa

muncul diantara dua kata yang digabungkan.Jadi, berdasarkan makna unsur-

unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.

Morfologi menurutWikipedia adalah cabang linguistik yang

mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.

Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-

perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain

dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta

fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun

fungsi semantik.

Page 38: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

25

.

a. Pengertian Morfologi Menurut Ahli

Banyak para ahli yang telah memberikan pengertian morfologi.

Mulyana (2007: 5), menyatakan bahwa istilah morfologi ‟ diturunkan dari

bahasa Inggris morphology, artinya cabang ilmu linguistik yang mempelajari

tentang susunan atau bagian-bagian kata secara gramatikal.Dulu, ilmu ini

lebih dikenal dengan sebutan morphemics, yaitu studi tentang

morfem.Namun, seiring dengan perkembangan dan dinamika bahasa, istilah

yang kemudian lebih populer adalah morfologi.

1. Pengertian morfologi menurut Verhaar (1996: 97), menyatakan bahwa

morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan

dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.

2. Pengertian morfologi menurut Samsuri (1988: 15), mendefinisikan

morfologi sebagai cabang linguistik yang mempelajari struktur dan

bentuk-bentuk kata.

3. Definisi morfologi menurut Ramlan (1978:2) Morfologi adalah bagian

dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk beluk

struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap

golongan dan arti kata.

4. Definisi morfologi menurut Nida (1974: 1) menyatakan bahwa morfologi

adalah suatu kajian tentang morfem-morfem dan penyusunan morfem

dalam rangka pembentukan kata.

Page 39: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

26

.

5. Definisi marfologi menurut Crystal (1980: 232-233) morfologi adalah

cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya

melalui penggunaan morfem.Definisi marfologi menurut Bauer (1983:

33) morfologi membahas struktur internal bentuk kata.

6. Definisi marfologi menurut Rusmaji (1993: 2) morfologi mencakup kata,

bagian-bagiannya, dan prosesnya.

7. Definisi marfologi menurut O’Grady dan Dobrovolsky (1989: 89-90)

morfologi adalah komponen kata bahasa generatif transformasional

(TGT) yang membicarakan tentang struktur internal kata, khususnya kata

kompleks.

Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi

ialah bentuk kata.Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang

muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata

itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain,

secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada

tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.

Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang

mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-

perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.Morfem, kata, dan

kata majemuk termasuk dalam konsep kebahasaan morfologi, dengan itu

maka akan dikaji lebih lanjut.

Page 40: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

27

.

a. Morfem

1. Pengertian morfem

Morfem adalah bentuk terkecil yang dapat membedaka makna dan

atau mempunyai makna.Wujud morfem dapat berupa imbuhan, klitika,

partikel dan kata dasar (misalnya –an, -lah, -kah, bawa).Sebagai kesatuan

pembeda makna, semua contoh wujud morfem tersebut merupakan bentuk

terkecil dalam arti tidak dapat lagi dibagi menjadi kesatuan bentuk yang lebih

kecil.

Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan

dengan menghubungkan morfem itu dengan kata mempunyai makna/arti

leksikal.Jika penghubungan itu menghasilkan makna baru, berarti unsur yang

digabungkan dengan kata dasar itu adalah morfem.

Contoh : morfem –an, -di, me-, ter, -lah jika digabungkan dengan kata makan,

dapat membentuk kata-kata baru; makaan, dimakan, memakan, termakan,

makanlah, kata-kata itu mempunyai makna baru dan berbeda dengan kata

makan.

Jika ditinjau dari segi bentuknya, kata dasar tergolong sebagai morfem

karena wujudnya hanya sebagai satu morfem.Kata dasar bawa, rumah, main,

tidak dapat diurai lagi menjadi bentuk yang lebih kecil.Sebaliknya, kata

terbawa, dirumahkan, dipermainkan, adalah kata-kata kompleks yang dapat

diuraikan lagi karena morfemnya lebih dari satu.

Page 41: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

28

.

2. Menurut bentuk dan maknanya

Morfem bebas, yaitu morfem yang berdiri sendiri dari segi makna

tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar

tergolong morfem bebas.

Morfem terikat, yaitu morfem tidak dapat berdiri sendiri dari segi

makna.Makna morfem terikat baru jelas setelah morfem itu dihubungkan

dengan morfem lainnya.Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta

kombinasi awalan dan akhiran) tergolong sebagai morfem terikat. Selain itu

unsur-unsur kecil seperti klitika, partikel, dan bentuk lain yang tidak dapat

berdiri sendiri, juga tergolong sebagai morfem terikat.

b. Kata

Dalam berkomunikasi, setiap orang menggunakan kata (bahasa). Para

linguis sampai sekarang masih memperbincangkan karena belum ada batasan

yang mutlak tentang itu. Istilah kata bisa digunakan oleh para tatabahasawan

tradisional. Menurut mereka, kata adalah satuan bahasan yang memiliki satu

pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan

mempunyai satu arti. Para tatabahasawan sturuktural, penganut aliran

Bloomfield menyebutnya morfem. Batasan kata yang dibuat Bloomfield

sendiri, yakni kata adalah satuan bebas terkecil (a minima free form)(Chaer,

1994: 162-163).

Yang paling penting dari rangkaian kata-kata itu adalah pengertian

yang tersirat di balik kata-kata yang digunakan. Setiap orang yang terlibat

Page 42: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

29

.

dalam berkomunikasi harus saling memahami atau saling mengerti, baik

pembicara maupun pendengar, pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu

mengandung makna kata bahwa tiap kata mengungkapkan sebuah gagasan

atau ide. Dengan kata lain, kata adalah media yang digunakan untuk

menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain. Menurut Keraf (2008: 21)

kata-kata ibarat “pakaian” yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki

jiwa. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui “jiwa” setiap kata, agar ia

dapat menggerakkan orang lain dengan “jiwa” dari kata-kata yang

dipergunakannya.

Kata sebagai satuan sintaksis, dapat kita bedakan menjadi dua macam

kata, yaitu disebut kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Yang

merupakan kata penuh adalah kata-kata yang termasuk kategori nomina,

verba, adjektiva, adverbial, dan numeralia. Sedangkan yang termasuk kata

tugas adalah kata-kata yang berkategori preposisi dan konjungsi (Chaer, 2007:

219). Kridalaksana (2008: 110) berpendapat bahwa kata adalah (1) morfem

atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan

terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas; (2) satuan bahasa

yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan

morfem; dan (3) satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari leksem yang

telah mengalami proses morfologis.

c. Kata majemuk

1. Pengertian Kata Majemuk

Page 43: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

30

.

Kata majemuk adalah gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang

membentuk arti baru atau suatu kesatuan makna yang memiliki struktur tetap

dan tidak dapat disisipi bentuk lain. Kata majemuk atau kompositium

merupakan gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata

yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus

menurut kaidah yang bersangkutan.Kata majemuk ada yang bersifat

eksosentris dan endosentris.Kata majemuk yang bersifat eksosentris adalah

kata majemuk yang tidak mengandung suatu unsur inti dari gabungan

itu.Sebaliknya, jika ada satu unsur yang menjadi inti dari gabungan itu maka

sifatnya endosentris.

J.S. Badudu (1996: 154), mengemukakan ciri yang penulis gunakan untuk

menentukan bentuk majemuk ialah:

a) Komponen-komponenya terdiri atas beberapa unsure langsung baik baik

yang bebas maupun yang terikat (seperti satwa, biak, juang dsb.).

b) Di antara kedua komponenya tidak dapat disisipakan unsure lain, baik

morfem bebas maupun morfem terikat.

c) Gabungan komponennya membentuk satu pusat, artinya tiap

komponennya tidak dapat diperluas dengan atribut apapun juga; atribut,

jika ada, berfungsi untuk kedua komponen kata majemuk sekaligus,

Karen keduanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Contoh kata majemuk: rumah sakit. Kita tudak dapat

mengatakan rumah baru sakit, rumah besar sakit, rumah sakit keras, rumah

Page 44: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

31

.

sakit gila, dsb.Tiap perluasan pada tiap komponen (unsure) secara sendiri-

sendiri menghilangkan makna kata majemuk itu.Kita dapat mengatakan

rumah sakit gila karenn kata gila di sini menerangkan kata rumah sakit, dan

kata itu berarti rumah sakit tempat mengibati orang gila.Atribut gila berfungsi

untuk kata majemuk itu.

Abdul Chaer (2007: 186), pandangannya mengenai kata majemuk:

a. Kata majemuk bukan sebuah kata

Kata majemuk tidak sama dengan sebuah kata, baik secara

kuantitatif morfologis maupun semantic. Sebuah kata pasti terdiri dari sebuah

kata, sedangkan kata majemuk pasti terdiri lebih dari sebuah kata yang sama

antara sebuah kata majemuk dengan sebuah kata bukanlah pada kuantitatif

morfologinya, melainkan pada distribusinya. Sebuah kata majemuk

berdistribusi sama dengan sebuah kata. Jadi, sebuah kata majemuk dapat

menggantikan distribusi sebuah kata, atau sebaliknya.

b. Tidak ada kata majemuk dalam bahasa Indonesia

Seperti contoh berikut: kamar mandi dan adik mandi. Kedua kata

tersebuut bukan kata majemuk.

Gorys Keraf (1996: 65-66), kata majemuk adalah gabungan dua

kata atau lebih yang memberikan satu kesatuan arti. Struktur kata majemuk

sama seperti kata biasa yaitu tidak dapat dipecahkan lagi atas bagian-bagian

yang lebih kecil. Karena gabungan itu sudah merupakan kekutan yang tidak

dapat dibagi-bagi lagi, maka dalam memberikan sifat kata majemuk itu, kata

Page 45: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

32

.

sifat atau keterangan-keterangan lain yang menerangkan kesatuan itu harus

memberi keterangan atas keseluruhannya sebagai satu kesatuan.Unsur yang

menjadi dasar pembentukan kata majemuk setelah bersatu hilang hakekat

kekataannya karena struktur kekataannya sudah ditampung dalam kesatuan

gabungan itu.

Contoh: saputangan, matahari, kaki tangan, orang tua, panjang

tangan. Walaupun gabungan sudah merupakan kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan lagi, namun ada bentuk lazim yang dianggap kata majemuk, masih

menunjukkan struktur yang renggang berari masih dapat dipisah oleh unsure-

unsur lain, misalnya rumah makan, tua muda.

2. Ciri-ciri Kata Majemuk

Ciri kata majemuk menurut Gorys Keraf adalah:

a. Gabungan yang membentuk suatu arti baru.

b. Gabungan itu dalam hubungannya keluar membentuk satu pusat, yang

menarik keterangan-keterangan atas kesatuan itu, bulan atas bagian-

bagiannya.

c. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.

d. Frekuensi pemakaiannya tinggi.

e. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris terbentuk menurut

hukum DM.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:

Page 46: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

33

.

1. Kata majemuk menurut perkembangannya berasal dari sebuah

frasa.Tetapi dalam perkembangan selanjutnya cirri-cirinya bergeser ke cirri-

ciri kata.

2. Dalam pergeseran status ini yang sudah mencapai taraf pemilikan cirri

kata sepenuhnya, ada kata majemuk yang masih memiliki lebih banyak cirri

frasa.

3. Dari segi semantik kata majemuk tidak lagi mengacu kepada referen

dari tiap unsur pembentuknya, tetappi mengcu kepada referen yang baru.

4. Kata majemuk memiliki kolokasi yang begitu kuat antar unsur-unsur

pembentuknya, sehingga di samping kesatuan makna, kata majemuk memiliki

struktur yang berbeda dari frasa, yaitu:

a. Mobilitas tiap unsur dihilangkan, dan bersam-sama membentuk

mobilitas baru;

b. Kesatuan baru selalu berfungsi dalam arti yang sempit untuk mengisi

suatu gatra;

c. Unsur-unsur pembentuk tidak dapat dipisahkanoleh unsure-unsue

tatabahasa yang lain;

d. Kesatuan itu menarik suatu penjelasan atas seluruh kesatuan itu dan

bukan atas bagian-bagiannya;Sebagaikesatuan kata majemukdapat

mengalami derivasi/pengimbuhan.

3. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Kelas Kata Pembentuknya

Berdasarkan kelas kata pembentuknya kata majemuk dapat dibedakan atas:

Page 47: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

34

.

a. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata benda

Misalnya : 1. Kapal udara

2. anak emas

3. sapu tangan

b. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata kerja

Misalnya : 1. Kapal terbang

2. anak pungut

3. meja makan

c. Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata sifat

Misalnya : 1. Orang tua

2. rumah sakit

3. pejabat tinggi

d. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata benda

Misalnya : 1. Panjang tangan

2. tinggi hati

3. keras kepala

e. Kata mjemuk yang terdiri atas kata bilangan + kata benda

Misalnya : 1. Pancaindera

2. dwiwarna

3. saptamarga

f. Kata majemuk yang terdiri atas kata kerja + kata kerja

Misalnya : 1. Naik turun

Page 48: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

35

.

2. keluar masuk

3. pulang pergi

g. Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata sifat

Misalnya : 1. Tua muda

2. cerdik pandai

3. besar kecil

B. Kerangka Pikir

Pengertian kerangka pikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu

gejalah yang menjadi objek permasahan kita. Kerangka pikir ini disusun dengan

berdasarkan pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan atau terkait.

Kerangka pikir ini merupakan suatu argumentasi kita dalam merumuskan

hipotesis. dalam merumuskan suatu hipotesis, argumentasi kerangka pikir

menggunakan logika deduktif ( untuk metode kuantitatif) dengan memakai

pengetahuan ilmiah sebagai premis-premis dasarnya.

Kerangka pikir yang meyakinkan hendaklah memenuhi kriteria- kriteria

sebagai berikut :

1. Teori yang digunakan dalam berargumentasi hendaknya dikuasai

sepenuhnya serta mengikuti perkembangan teori yang mutakhir.

2. Analisis filsafat dari teori-teori keilmuan yang diarahkan kepada cara

berpikir keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut harus disebutkan

secara tersurat semua asumsi, prinsip atau postulat yang mendasarinya.

Page 49: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

36

.

Penyusunan kerangka pikir dengan menggunakan argumentasi-

argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan ini akhirnya melahirkan suatu

kesimpulan. Kesimpulan tersebut yang menjadi rumusan hipotesis sebagai

jawaban sementara terhadap pemecahan masasalah penelitian.

Kerangka pikir adalah uraian atau pernyataan tentang kerangka konsep

pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau dirumuskan. Kerangka pikir

atau kerangka pemikiran dalam sebuah penelitian, sangat menentukan kejelasan

dan validitas proses penelitian secara keseluruhan. Melalui uraian dalam

kerangka berpikir, peneliti dapat menjelaskan secara komprehensif variabel-

variabel apa saja yang diteliti dan teori apa variabel-variabel itu diturunkan , serta

mengapa variabel-variabel itu saja yang di teliti. Uraian dalam kerangka berpikir

harus mampu menjelaskan dan menegaskan secara komprehensif asal-usul

variabel yang diteliti, sehingga variabel-variabel yng tercantum di dalam

rumusan masalah dan identifikasi masalah semakin jelas asal-usulnya.

Dalam menyusun proposal ini, dapat digambarkan dengan bagan sebagai

berikut :

Page 50: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

37

.

Siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Makassar

Bagan Kerangka Pikir

Pembelajaran bahasaIndonesia K13

Frasa Kata majemuk

Anaalisis

Konsep Kebahasaan

Sintaksis Morfologi

Temuan

Page 51: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

38

.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif

kuantitatif. Desain ini dimaksudkan untuk menggambarkan tingkat kemampuan

membedakan antara frasa dan kata majemuk bahasa indonesia siswa kelas VII SMP

Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar yang ditemukan di lapangan. Desain yang

dilakukan oleh peneliti adalah melakukan observasi di lapangan atau di tempat

penelitian, kemudian menentukan jenis tes yang akan diberikan kepada subjek

penelitian. Tes berupa soal uraian. Selanjutnya, hasil tersebut dianalisis sebagai dasar

dalam menarik kesimpulan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VII SMP

Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar yang berjumlah 82 orang yang terbagi ke

dalam 2 kelas. Populasi penelitian ini didasarkan pada tingkat prestasi belajar yang

dicapai oleh siswa. Untuk lebih jelasnya, keadaan populasi dapat dilihat pada Tabel 1

berikut ini.

38

Page 52: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

39

.

Tabel 1. Keadaan Populasi

No Kelas Jumlah

1. VII A 40

2. VII B 42

Jumlah 82 orang

Sumber: Tata Usaha SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota MakassarTahun Ajaran

2015/2016

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik probaility

sampling terdiri atas simpel random sampling, pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi

itu. (Prof. Sugiyono). Peneliti memilih siswa kelas VII A untuk dijadikan responden

dalam penelitian sebanyak 42 orang siswa.

Tabel 2. Keadaan Sampel

No. Jenis kelamin Jumlah

1.

2.

L

P

21

19

Jumlah Keseluruhan 40 orang

Sumber: Tata Usaha SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota MakassarTahun Ajaran

2015/2016.

Page 53: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

40

.

C. Teknik Pengumpulan Data

Mengenai pentingnya ketepatan memilih alat pengumpul data, hal ini

dipertegas oleh Sugiyono (2013:137) yang mengatakan bahwa: “Pengumpulan data

dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Untuk

mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai, menyerap materi yang telah

diajarkan, maka dilakukan tes untuk memperoleh data mengenai pemahaman siswa

terhadap kemampuan membedakan antara frasa dan kata majemuk bahasa

Indonesia.Tes yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah tes uraian.

D. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik

statistik inferensial. Adapun langkah-langkah menganalisis data sebagai berikut:

1. Membuat tabulasi skor siswa.

2. Menghitung persentase kemampuan tiap siswa dengan rumus berikut ini

10xn

fgP

3. Menghitung nilai rata-rata yang diperoleh siswa dengan menggunakan rumus

berikut.

N

xX

Keterangan:P = kemampuan siswafg = jumlah jawaban benarn =jumlam item (subjek penelitian)

Page 54: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

41

.

Keterangan:

X = nilai rata-rata

x = jumlah jawaban keseluruhan

N = banyaknya subjek

4. Menentukan kategori kemampuan siswa.

Untuk analisis diguanakan statistik deskriptif, yaitu rata-rata dan persentase,

standar deviasi, tabel frekuensi, persentase nilai terendah dan tertinggi, sedangkan

analisis kualitatif yang digunakan adalah kategorisasi. Kategorisasi yang digunakan

untuk menentukan kategori skor adalah skala 5 (lima) yang merupakan suatu

pembagian tingkatan yang terdiri dari 5 (lima) sebagai berikut:

Tabel 3. Klasifikasi Nilai Kemampuan Membedakan antara Frasa dan KataMajemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII A SMP Muhammadiyah5 Mariso Kota Makassar.

No. Kemampuan (P) Frekuensi (f) Persentase (%) TingkatPenguasaan

1.2.3.4.5.

91 – 10076 - 9061 - 7551 - 60

50 ke bawah

Sangat tinggiTinggiSedangRendah

Sangat rendahJumlah 40 100

Page 55: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

42

.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Hasil Analisis Data

Bab ini berisi hasil penelitian tentang kemampuan membedakan antara frasa

dan kata majemuk bahasa Indonesia siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 5

Mariso Kota Makassar. Berdasarkan data penelitian ini dapat diuraikan dan

dideskripsikan secara rinci hasil penelitian tentang kemampuan siswa.

Penggambaran yang terstruktur perolehan skor siswa dari tertinggi ke

terendah beserta frekuensinya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Selain itu, pada

tabel 4 berikut ini dipaparkan data secara umum tentang distribusi nilai, frekuensi,

dan persentase kemampuan membedakan antara frasa dan kata majemuk bahasa

Indonesia siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar.

Tabel 4. Distribusi Skor, Nilai, Frekuensi, dan Persentase Kemampuan

Membedakan antara Frasa dan Kata Majemuk Bahasa Indonesia

Siswa Kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar.

No. Skor Mentah

Nilai (

10xn

fgP )

Frekuensi Persentase (%)

1. 94 9 12,5

2. 92 8,6 37,5

3. 90 8,3 25

4. 88 8 25

42

Page 56: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

43

.

No. Skor Mentah

Nilai (

10xn

fgP )

Frekuensi Persentase (%)

5. 84 7,5 615

6. 82 7 410

7. 80 6,6 820

8. 78 6,3 25

9. 76 6 410

10. 74 5,6 37,5

11. 70 5 12,5

12. 68 4,6 12,5

13. 66 4,3 12,5

14. 64 4 12,5

15. 40 0,3 12,5

16.

Jumlah 40 100

Berdasarkan Tabel 4 tersebut dapat diketahui bahwa skor tertinggi yang

diperoleh siswa, yaitu 94 dengan nilai 9 yang diperoleh oleh 1 orang (2,5%).

Selanjutnya, sampel yang mendapat skor 92 dengan nilai 8,6 berjumlah 3 orang

(7,5%); sampel yang mendapat skor 90 dengan nilai 8,3 berjumlah 2 orang (5 %);

sampel yang mendapat skor 88 dengan nilai 8 berjumlah 2 orang (5 %); sampel yang

mendapat skor 84 dengan nilai 7,3 berjumlah 6 orang (15 %); sampel yang mendapat

skor 82 dengan nilai 7 berjumlah 4 orang (10 %); sampel yang mendapat skor 80

dengan nilai 6,6 berjumlah 8 orang (20 %); sampel yang mendapat skor 78 dengan

nilai 6,3 berjumlah 2 orang (5 %); sampel yang mendapat skor 76 dengan nilai 6

berjumlah 4 orang (10 %); sampel yang mendapat skor 74 dengan nilai 5,6 berjumlah

Page 57: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

44

.

3 orang (7,5%); sampel yang mendapat skor 70 dengan nilai 5 berjumlah 1 orang (2,5

%); sampel yang mendapat skor 68 dengan nilai 4,6 berjumlah 1 orang (2,5%);

sampel yang mendapat skor 66 dengan nilai 4,3 berjumlah 2 orang (2,5%); sampel

yang mendapat skor 64 dengan nilai 4 berjumlah 1 orang (2,5%); sampel yang

mendapat skor 40 dengan nilai 0,3 berjumlah 1 orang (2,5%).

Berdasarkan uraian tersebut tampak bahwa perolehan nilai siswa berada pada

rentang nilai 0,3 sampai dengan 9 dari rentang 0 sampai 100 yang kemungkinan dapat

diperoleh siswa. Berdasarkan perolehan skor, nilai, beserta frekuensinya dapat

diketahui tingkat kemampuan membedakan antara frasa dan kata majemuk bahasa

Indonesia siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar. Untuk

lebih jelasnya, perhatikan tabel 5 berikut ini!

Tabel 5. Klasifikasi Nilai Kemampuan Membedakan antara Frasa dan KataMajemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII A SMP Muhammadiyah5 Mariso Kota Makassar.

No. Kemampuan (P) Frekuensi (f) Persentase (%) TingkatPenguasaan

1.2.3.4.5.

91-10076-9061-7551-60

50 ke bawah

08

2075

02050

17,512,5

Sangat tinggiTinggiSedangRendah

Sangat rendahJumlah 40 100

(Adaptasi dari Depdiknas, 2006)

Page 58: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

45

.

Berdasarkan kategori kemampuan tersebut dapat dinyatakan bahwa tidak ada

siswa yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan sangat tinggi. Selanjutnya,

sampel yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan tinggi ada 8 orang siswa

(20%); sampel yang memperoleh nilai pada kategori kemampuan sedang ada 20

orang siswa (50%), sampel yang memperoleh nilai pada kategori rendah 7 orang

siswa (17,5%),dan sampel yang memperoleh nilai pada kategori sangat rendah

sebanyak 5 orang siswa (12,5%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan

membedakan antara frasa dan kata majemuk bahasa Indonesia siswa kelas VII A

SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar dikategorikan sedang.

Selanjutnya, tingkat kemampuan membedakan antara frasa dan kata majemuk

bahasa Indonesia siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar

dapat diukur melalui perolehan nilai rata-rata secara umum. Sesuai dengan paparan

sebelumnya dapat dinyatakan jumlah dan nilai rata-rata kemampuan siswa seperti

tampak pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Jumlah dan Nilai Rata-rata Kemampuan Membedakan antara Frasadan Kata Majemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII A SMPMuhammdiyah 5 Mariso Kota Makassar.

No. Nilai ( 10xn

fgP ) Frekuensi Jumlah

1. 9 19

2. 8,6 325,8

3. 8,3 216,6

4. 8 216

5. 7,3 643,8

Page 59: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

46

.

6. 7 428

7. 6,6 852,8

8. 6,3 212,6

9. 6 424

10. 5,6 316,8

11. 5 15

12. 4,6 14,6

13. 4,3 14,3

14. 4 14

15. 0,3 10,3

Jumlah 40 263,6

Berdasarkan Tabel 6 tersebut dapat diketahui nilai rata-rata kemampuan

membedakan antara frasa dan kata majemuk bahasa Indonesia siswa kelas VII A

SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar. Nilai rata-rata kemampuan siswa,

yaitu 6,5 yang diperoleh dari hasil bagi jumlah seluruh nilai dengan jumlah siswa

sampel (N) atau 263,6/40 = 6,5

Sesuai dengan hasil analisis data tersebut dapat dikonfirmasikan ke dalam

kriteria kemampuan yang telah ditetapkan, yaitu siswa dinyatakan mampu apabila

jumlah siswa mencapai 85% yang memperoleh nilai 7,0 ke atas. Sebaliknya, siswa

dikatakan tidak mampu apabila jumlah siswa kurang dari 85% yang memperoleh nilai

7,0. Untuk menggambarkan pernyataan ini, dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Page 60: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

47

.

Tabel 7. Klasifikasi Kemampuan Membedakan antara Frasa dan KataMajemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII A SMPMuhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar.

No.Skala Nilai Frekuensi

Persentase (%)Kategori

Ketuntasan1. Nilai 7,0 ke atas 14 35 Tuntas2. Nilai di bawah 7,0 26 65 Tidak tuntas

Jumlah 40 100

Berdasarkan Tabel 7 di atas, diketahui frekuensi dan persentase nilai

kemampuan membedakan antara frasa dan kata majemuk bahasa Indonesia siswa

kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar, yaitu siswa yang mampu

mendapat nilai 7,0 ke atas sebanyak 14 orang siswa (35%). Sebaliknya, sebanyak 26

orang siswa yang mendapat nilai di bawah 7,0 (65%). Dengan demikian, dapat

dinyatakan bahwa kemampuan membedakan antara frasa dan kata majemuk bahasa

Indonesia siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar

dikategorikan belum memadai karena siswa tidak memperoleh nilai 7,0 ke atas

mencapai kriteria yang ditetapkan, yaitu 85%.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan penyajian hasil analisis data dapat diuraikan temuan penelitian

ini tentang kemampuan membedakan antara frasa dan kata majemuk bahasa

Indonesia siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar.

Kemampuan membedakan antara frasa dan kata majemuk bahasa Indonesia siswa

kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar diukur berdasarkan

Page 61: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

48

.

indikator penilaian membedakan frasa dan kata majemuk, yaitu ketepatan

membedakan dengan memperhatikan kata.

Pembelajaran membedakan antara frasa dan kata majemuk bahasa Indonesia

siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar dikategorikan

belum memadai. Kemampuan siswa tersebut dinyatakan berdasarkan data yang

diperoleh bahwa siswa sulit membedakan frasa dan kata majemuk.

Ditinjau dari aspek membedakan frasa dan kata majemuk tidak tampak

penuangan ide dan gagasan siswa menyangkut sifat, gambaran, dan fenomena nyata

suatu objek. Dalam hal ini, membedakan frasa dan kata majemuk siswa tidak dapat

dijadikan sebagai sarana yang dapat mewakili objek langsung sehingga pembaca

dapat menafsirkan dan merasakan langsung objek yang ditujukan.

Fenomena yang terjadi dalam pembelajaran membedakan antara frasa dan

kata majemuk bahasa Indonesia siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso

Kota Makassar bahwa suasana pembelajaran membedakan antara frasa dan kata

majemuk tidak mengalami perubahan yang signifikan. Terjadi suasana pembelajaran

yang tidak efektif dan menyenangkan bagi siswa, terutama pada saat penerapan

materinya.

Fenomena menunjukkan dalam pembelajaran membedakan antara frasa dan

kata majemuk bahasa Indonesia Siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso

Kota Makassar yaitu siswa membedakan antara frasa dan kata majemuk terdapat

begitu banyak kendala yang dihadapi. Dengan demikian, tampak siswa tidak mampu

membedakan frasa dan kata majemuk.

Page 62: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

49

.

Fenomena yang dialami oleh siswa dalam membedakan frasa dan kata

majemuk tersebut tentunya berdampak negatif terhadap nilai akhir yang diperoleh.

Dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase nilai kemampuan membedakan

antara frasa dan kata majemuk bahasa Indonesia siswa kelas VII A SMP

Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar, yaitu 14 orang siswa (35%) yang mampu

mendapat nilai 7,0 ke atas. Sebaliknya, sebanyak 26 orang siswa (65%) yang

mendapat nilai di bawah 7,0 . Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kemampuan

membedakan antara frasa dan kata majemuk siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah

5 Mariso Kota Makassar dikategorikan belum memadai karena siswa tidak mampu

memperoleh nilai 7,0 ke atas mencapai kriteria yang ditetapkan, yaitu 85%.

Temuan tersebut sebenarnya tidak mencapai kriteria yang ditetapkan bahwa

pembelajaran dengan pendekatan proses dimaksudkan agar tercipta kondisi yang

memungkinkan terjadinya belajar pada siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran

dapat dikatakan terjadi belajar apabila terjadi proses perubahan perilaku pada diri

siswa sebagai hasil dan suatu pengalaman.

Sementara Dari jabaran kegiatan pembelajaran tersebut, maka dapat

diidentifikasi dua aspek penting yang ada dalam kegiatan pembelajaran

tersebut.Aspek pertama adalah aspek hasil belajar yakni perubahan perilaku pada diri

siswa. Aspek kedua adalah aspek proses belajar yakni sejumlah pengalaman

intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa.

Page 63: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

50

.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penyajian hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan

hasil penelitian ini, yaitu kemampuan membedakan antara frasa dan kata majemuk

bahasa Indonesia siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota Makassar

dikategorikan belum memadai memadai. Hal ini dinyatakan berdasarkan data hasil tes

kemampuan siswa, yaitu sebanyak 14 siswa yang mampu mendapat nilai 7,0 ke atas

(35%). Sebaliknya, sebanyak 26 orang siswa yang mendapat nilai di bawah 7,0

(65%). Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kemampuan membedakan antara

frasa dan kata majemuk siswa kelas VII A SMP Muhammadiyah 5 Mariso Kota

Makassar dikategorikan belum memadai karena siswa tidak memperoleh nilai 7,0 ke

atas mencapai kriteria yang ditetapkan, yaitu 85%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini diajukan saran, sebagai berikut:

1. Sebagai pendidik perlu menguasai materi.

2. Keberhasilan seorang guru mengajar ilmu kepada peseta didik itu dijadikan

sebagai langkah awal untuk mencapai keberhasilan di masa akan datang.

3. Pembelajaran membedakan antara frasa dan kata majemuk agar lebih

ditingkatkan dengan selalu memberikan contoh kepada siswa dalam

50

Page 64: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

51

.

membedakan frasa dan kta majemuk dengan memperhatikan ketepatan dalam

membedakan.

4. Siswa hendaknya agar lebih meningkatkan penguasaan teori serta giat belajar

membedakan antara frasa dan kata majemuk untuk lebih meningkatkan

kemampuannya.

5. Bagi peneliti berikutnya, diharapkan agar meneliti hal yang sama secara

mendalam dengan berbagai rancangan penelitian sehingga dapat menemukan

peran dalam pembelajaran membedakan antara frasa dan kata majemuk.

Page 65: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

52

.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan., dkk. (Ed). 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.

Alwi, Hasan., dkk. (Ed). 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Edisi III. Jakarta:Balai Pustaka.

Alwi, Hasan. 2002. Bahasa Indonesia : Klausa. Jakarta: Balai Pustaka.

Amir. 1999. Kemampuan Siswa Kelas 2 SLTPN 1 Lappariaja Kabupaten BoneMembedakan Frasa Verba dengan Frasa Nomina. Skripsi tidak diterbitkan.Ujung Pandang: FPBS IKIP Ujung Pandang.

Arifin, E. Zainal dan Farida Hadi. 1991. 1001 Kesalahan Berbahasa: BahanPenyuluhan Bahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.

Bawa, Wayan dan. Kt. Asa Kartika.1983. Bahan-bahan untuk Mengenal BahasaIndonesia Variasi Ilmiah. Denpasar. Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Chaer dan Agustina. 1995. Lingiustik Umum. Online.(http://www.ilmubahasa.org/uploads/2000/05/linguistik_umum.pdf.). Diakses27 Maret 2013.

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Harmudin. 2000. Kemampuan Siswa Kelas 2 SLTPN 1 Maritengngae KabupatenSidrap MenggunakanIdiom dalam Kalimat Bahasa Indonesia. Skripsi tidakditerbitkan. Makassar: FBS UNM.

Hasni, Sitti. 2001. Kemampuan Siswa Kelas 2 SLTPN 25 Makassar MembedakanFrasa dengan Kata Majemuk dalam Kalimat Bahasa Indonesia. Skripsi tidakditerbitkan. Makassar: FBS UNM.

Page 66: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

53

.

Achmad. H. P. 2012. Sintaksis Bahasa Indonesia. Tanggerang : PT Pustaka Mandiri.

Keraf, Gorys. 1996. Tata Bahasa Indonesia untuk SMU dan SMK. Flores: NusaIndah.

Keraf, Gorys. 2008. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Bahasa Indonesia: Sintaksis Umum. Jakarta:Gramedia.

Moeliono, Anton, dkk. (eds). 1991. Bahasa Indonesia: Frasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra.Yogyakarta: BPFE.

Parera, Jos Daniel. 1988. Sintaksis. Jakarta: Gramedia.

Ramlan, M. 2001. Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.

Ramlan, M. 1991. Kalimat. Yogyakarta: CV. Karyono.

Samsuri. 1978. Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Warsiman. 2005. Kaidah Bahasa Indonesia yang Benar: Untuk Penulisan KaryaIlmiah ( Laporan, Skripsi, Tesis, Desertasi). Bandung: Dewa Ruchi.

Zainuddin. 1991. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 67: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …
Page 68: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

T} TTT RSITAS MUHAMMADIYAHF.{KL:LTAS KEGURUAN DAII{ ILMU

MAKASSARPEl\{DIDIKAN

Studi

S€alahd.

-\m\rm

&o€rm

F&has

PERSET UJUAN PEMBIMBING

: Kemampuan Nfembedalian antara Frasa dan Frata Majeinrili

Bahasa Indonesia siswa Kelas vII. A sMp Muhammadiyah 5

Mariso Kota Makassar

: Risnawati Abbas

t0s33708212

: Pendidlkan Bahasa dan Sastra Indonesra

: Kegunran dan IImu pendidikan

dipenksa dan diteliti. skripsi ini telair rnernenuhi persyararan untuk

Makassar, 20 Oktober 2016

trisetujui oleh

Pembimbingffi Pembiinbing ii

Dr. Mu

Diketahui oleh

.Jurusan Pendidikan

Dr.Dj

FKIP

stra Indonesia

/

NBM:951576

Page 69: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

SMP MUHAMMADIYAH 5 MARISO MAKASSAR

NAMA :

NIS :

KELAS :

MAT. PEL : BAHASA INDONESIA ( MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN

KATA MAJEMUK BAHASA INDONESIA )

BERILAH TANDA CEKLIS PADA TITIK-TITIK DALAM KOLOM DENGAN TEPAT

DAN BENAR DENGAN MEMPERHATIKAN KATA YANG TERTERA DALAM

KOLOM

SOAL :

NO. FRASA KATA KATA

MAJEMUK

1. .......... gunung tinggi ..........

2. .......... guru bahasa Indonesia ..........

3. .......... Abu gosok ..........

4. .......... Dengan tangan kiri ..........

5. .......... Anak emas ..........

6. .......... Sapu tangan ..........

Page 70: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

7. .......... Tidak harus belajar ..........

8. .......... Mata sapi ..........

9. .......... Membanting tulang ..........

10. .......... Ayah ibu ..........

11. .......... Anak pungut ..........

12. .......... Meja makan ..........

13. .......... Kepada orang tua ..........

14. .......... Rumah sakit ..........

15. .......... Pejabat tinggi ..........

16. .......... Buku tulis ..........

17. .......... Lemari besi ..........

18. .......... Sedang belajar ..........

19. .......... Orang tua ..........

20. .......... Akan datang ..........

21. .......... Panjang tangan ..........

22. .......... Keras kepala ..........

Page 71: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

23. .......... Tinggi hati ..........

24. .......... Belum muncul ..........

25. .......... Baru menyadari ..........

26. .......... Ibu kota ..........

27. .......... Tidak mandi ..........

28. .......... Adu domba ..........

29. .......... Darah daging ..........

30. .......... Dengan tangan kiri ..........

SELAMAT BEKERJA

Page 72: KEMAMPUAN MEMBEDAKAN ANTARA FRASA DAN KATA …

RIWAYAT HIDUP

Risnawati Abbas lahir di Ujung Pandang pada tanggal

4November 1994. Bertempat tinggal di Jl.Skarda N II Blok

C No. 6 Makassar. Penulis adalah anak keempat dari empat

bersaudara dari pasangan Abbas Ropu dan Farida Kebo.

Riwayat pendidikan yang telah dituntaskan oleh

penulis, Sekolah Dasar (SD) Inpres BTN IKIP I Makassar tahun ajaran 2000-

2006. SMP Muhammadiyah 12 Makassar tahun ajaran 2006-2009. SMA Harapan

Bhakti Makassar tahun ajaran 2009-2012. Perguruan Tinggi Universitas

Muhammadiyah Makassar, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada

tahun 2012.

Tugas akhir yang harus dibuat oleh setiap mahasiswa untuk mendapatkan

gelar sarjana memanglah tidak mudah, banyak yang harus diperjuangkan. Pada

akhirnya syukur Alhamdulillah tugas akhir tersebut dapat penulis selesaikan, atas

bimbingan dosen pembimbing dan dukungan dari orang tua, teman-teman senasib

dan seperjuangan, penulis dapat menyelesaikan dengan baik.

RIWAYAT HIDUP

Risnawati Abbas lahir di Ujung Pandang pada tanggal

4November 1994. Bertempat tinggal di Jl.Skarda N II Blok

C No. 6 Makassar. Penulis adalah anak keempat dari empat

bersaudara dari pasangan Abbas Ropu dan Farida Kebo.

Riwayat pendidikan yang telah dituntaskan oleh

penulis, Sekolah Dasar (SD) Inpres BTN IKIP I Makassar tahun ajaran 2000-

2006. SMP Muhammadiyah 12 Makassar tahun ajaran 2006-2009. SMA Harapan

Bhakti Makassar tahun ajaran 2009-2012. Perguruan Tinggi Universitas

Muhammadiyah Makassar, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada

tahun 2012.

Tugas akhir yang harus dibuat oleh setiap mahasiswa untuk mendapatkan

gelar sarjana memanglah tidak mudah, banyak yang harus diperjuangkan. Pada

akhirnya syukur Alhamdulillah tugas akhir tersebut dapat penulis selesaikan, atas

bimbingan dosen pembimbing dan dukungan dari orang tua, teman-teman senasib

dan seperjuangan, penulis dapat menyelesaikan dengan baik.

RIWAYAT HIDUP

Risnawati Abbas lahir di Ujung Pandang pada tanggal

4November 1994. Bertempat tinggal di Jl.Skarda N II Blok

C No. 6 Makassar. Penulis adalah anak keempat dari empat

bersaudara dari pasangan Abbas Ropu dan Farida Kebo.

Riwayat pendidikan yang telah dituntaskan oleh

penulis, Sekolah Dasar (SD) Inpres BTN IKIP I Makassar tahun ajaran 2000-

2006. SMP Muhammadiyah 12 Makassar tahun ajaran 2006-2009. SMA Harapan

Bhakti Makassar tahun ajaran 2009-2012. Perguruan Tinggi Universitas

Muhammadiyah Makassar, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada

tahun 2012.

Tugas akhir yang harus dibuat oleh setiap mahasiswa untuk mendapatkan

gelar sarjana memanglah tidak mudah, banyak yang harus diperjuangkan. Pada

akhirnya syukur Alhamdulillah tugas akhir tersebut dapat penulis selesaikan, atas

bimbingan dosen pembimbing dan dukungan dari orang tua, teman-teman senasib

dan seperjuangan, penulis dapat menyelesaikan dengan baik.