64
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan mengatur mengenai penerapan basis akrual untuk akuntansi entitas pelaporan maupun entitas akuntansi pemerintahan. Implementasi dari Peraturan Pemerintah tersebut dalam merupakan hal baru yang perlahan-perlahan diterapkan di Indonesia, melalui akuntansi berbasis Cash to Acrual (CTA) sampai akhirnya penerapan secara penuh basis akrual yang harus dilakukan pemerintah pada tahun 2015. Salah satu aspek penting dari penerapan akuntansi basis akrual adalah aset. Sangat diperlukan pemahaman yang tepat dan mendalam untuk dapat menangani aset pemerintah untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran SAP yang dapat menyebabkan kekeliruan penyajian item aset di Neraca. 1

Kelompok 4 Aset Lainnya-263251561

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Akuntansi pemerimtntah

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar BelakangPeraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan mengatur mengenai penerapan basis akrual untuk akuntansi entitas pelaporan maupun entitas akuntansi pemerintahan. Implementasi dari Peraturan Pemerintah tersebut dalam merupakan hal baru yang perlahan-perlahan diterapkan di Indonesia, melalui akuntansi berbasis Cash to Acrual (CTA) sampai akhirnya penerapan secara penuh basis akrual yang harus dilakukan pemerintah pada tahun 2015.Salah satu aspek penting dari penerapan akuntansi basis akrual adalah aset. Sangat diperlukan pemahaman yang tepat dan mendalam untuk dapat menangani aset pemerintah untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran SAP yang dapat menyebabkan kekeliruan penyajian item aset di Neraca. Tulisan ini akan menyajikan informasi relevan yang sekira dapat digunakan sebagai sarana pemahaman mengenai salah satu klasifikasi aset pemerintah, yaitu aset lainnya. Berdasarkan Buletin Teknis SAP No.1 tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat, aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Dalam tulisan ini akan lebih lanjut diulas secara sistematis mengenai definisi aset lainnya, klasifikasi aset yang termasuk dalam aset lainnya, pengakuan beserta pengukuran aset lainnya, penyajian, dan tak lupa mengenai pengakuan aset lainnya.2. Ruang LingkupPembahasan yang akan diulas dalam tulisan ini mencakup:1) Definisi aset dan aset lainnya;2) Pengakuan, pengukuran, dan pelaporan TGR/TP/TPA;3) Pengakuan, pengukuran, dan pelaporan aset kemitraan;4) Pengakuan, pengukuran, dan pelaporan aset tak berwujud;5) Pengakuan, pengukuran, dan pelaporan aset lain-lain.3. Tujuan dan Manfaat PenulisanTujuan dari penulisan makalah mengenai aset lainnya ini adalah sebagai sarana yang relevan, bernilai tambah, dan bermanfaat sekiranya kepada pembaca untuk dapat memahami mengenai aset, khususnya aset lainnya.

BAB IIPEMBAHASAN

1. Definisi dan Klasifikasi Aset Lainnya1.1 Definisi Aset LainnyaAKRUALCTA

Dasar HukumPMK 219/ PMK.05/ 2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat dan Permendagri 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah DaerahBuletin Teknis No. 01: Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat

DefinisiAset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan piutang jangka panjang.Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dan dana cadangan.

Klasifikasi1. Aset Tidak Berwujud2. Kemitraan dengan Pihak Ketiga3. Kas yang Dibatasi Penggunaannya4. Aset Lain-lain

1. Aset Tak Berwujud2. Tagihan Penjualan Angsuran (TPA)3. Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi (TP/ TGR)4. Kemitraan dengan Pihak Ketiga5. Aset Lain-lain

1.2 Klasifikasi Aset LainnyaPada bagian definisi sebelumnya telah dijelaskan mengenai dasar hukum, definisi Aset Lainnya, dan Klasifikasi Aset Lainnya berdasarkan Accrual Basis dan Cash Toward Accrual Basis. Berikut penjelasan klasifikasi Aset Lainnya berdasarkan PMK 219/ PMK.05/ 2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat (Accrual Basis) dan Buletin Teknis No. 01: Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat (CTA).PMK 219/ PMK.05/ 2013 (Accrual Basis)Buletin Teknis No. 01 (CTA)

Aset Tidak Berwujud

Aset Tak Berwujud didefinisikan sebagai aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi namun tidak mempunyai wujud fisik. Jenis-jenis aset tak berwujud tersebut adalah sebagai berikut:a. Goodwillb. Hak Paten dan Hak Ciptac. Royaltid. Softwaree. Lisensif. Hasil Kajian/ Penelitian yang mempunyai manfaat jangka panjangg. Aset tak berwujud lainnya Goodwill dan Royalti tidak terdapat pada klasifikasi berbasis CTA Aset Tidak Berwujud yang memiliki nilai sejarah / budaya dan Aset Tidak Berwujud dalam pengerjaan terdapat pada basis CTA.

Tagihan Penjualan Angsuran

Tagihan Penjualan Angsuran diklasifikasikan pada Piutang Jangka Panjang. Sesuai dengan definisi Aset Lainnya di atas, piutang jangka panjang tidak termasuk pada Aset Lainnya sehingga TPA tidak diklasifikasikan pada Aset Lainnya.Tagihan penjualan angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah.

Kemitraan dengan Pihak Ketiga

Definisi Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga:a. Aset kerja sama/ Kemitraan adalah aset tetap yang dibangun atau digunakan untuk menyelenggarakan kerja sama/ kemitraan.b. Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk membukukan kemitraan dengan pihak ketiga adalah kontrak kerjasama dengan pihak ketiga yang bersangkutan.a. Bangun, Serah Kelola-BKS, (Build, Operate, Transfer-BOT) adalah pemanfaatan tanah milik pemerintah oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati, untuk selanjutnya tanah beserta bangunan dan/ atau sarana, berikut fasilitasnya diserahkan kepada pengelola barang setelah berakhirnya jangka waktu BKS.b. Bangun Serah Kelola-BSK (Build, Transfer, Operate-BTO) adalah pemanfaatan tanah milik pemerintah oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan kepada pengelola barang untuk kemudian diadayagunakan oleh pihak lain tersebut selama jangka waktu yang telah disepakati.Jenis Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga:a. Tanahb. Gedung dan Bangunan dan/ atau sarana beserta seluruh fasilitasnya yang dibangun untuk pelaksanaan perjanjian kerja sama/ kemitraan.c. BMN selain tanah dan bangunan[SAMA]

Kas yang Dibatasi Penggunaannya

Definisi Kas yang Dibatasi Penggunaannya:Kas yang Dibatasi Penggunaannya adalah uang yang merupakan hak pemerintah, namun dibatasi penggunaannya untuk membiayai kegiatan tertentu dalam waktu lebih dari dua belas (12) bulan sejak tanggal pelaporan sebagai akibat ketetapan/ keputusan baik dari pemerintah maupun dari pihak luar pemerintah misalnya pengadilan atau pihak luar lainnya. Jenis Kas yang Dibatasi Penggunaannya:Kas yang Dibatasi Penggunaannya atau Kas Terikat (restricted cash) pada suatu kegiatan tertentu dalam jangka waktu lebih dari 12 bulan memiliki jenis yang beragam misalnya Dana Abadi Umat dan Dana Abadi Pendidikan.[Tidak Ada]

Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi

Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi (TP/ TGR) diklasifikasikan pada Piutang Jangka Panjang. Sesuai dengan definisi Aset Lainnya di atas, piutang jangka panjang tidak termasuk pada Aset Lainnya sehingga TP/ TGR tidak diklasifikasikan pada Aset Lainnya. Tuntutan perbendaharaan merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya. Tuntutan ganti rugi merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai negeri bukan bendahara dengantujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya.

Aset Lain - lain

Definisi Aset Lain-lain:Aset lain-lain adalah aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan dalam aset tidak berwujud, aset kemitraan dengan pihak ketiga, dan kas yang dibatasi penggunaannya. Jenis Aset Lain-lain:Yang termasuk aset lain-lain adalah aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah. Contohnya penghentian penggunaan aset tetap pemerintah dapat disebabkan karena rusak berat, using, dan/ atau aset tetap yang tidak digunakan karena sedang menunggu proses pemindahtanganan (proses penjualan, sewa beli, penghibahan, penyertaan modal). Selain itu aset-aset lain pada pemerintah pusat termasuk di dalamnya antara lain :1) Aset Tetap Yang Dimaksudkan Untuk Dihentikan Dari Penggunaan Aktif Pemerintah.

Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah direklasifikasikan ke dalam aset lain-lain. Contoh: penghentian penggunaan aset tetap pemerintah dapat disebabkan karena rusak berat, usang dan /atau aset tetap yang tidak digunakan karena sedang menunggu proses pemindah tanganan (proses penjualan, sewa beli, penghibahan, penyertaan modal). 2) Aset Pemerintah Eks BPPN Yang Dialihkan Pengelolaannya Kepada PT Perusahaan Pengelola Aset (PT PPA).Pengelolaan aset Negara yang berasal dari BPPN meliputi kegiatan: restrukturisasi aset; kerjasama dengan pihak lain dalam rangka peningkatan nilai aset; penagihan piutang; dan penjualan. 3) Aset Eks PertaminaPMK 234/PMK.05/2011 dibuat untuk menjawab PMK Nomor 92/KMK.06/2008tentang Penetapan Status Aset Eks-Pertamina Sebagai Barang Milik Negara. Dengan pertimbangan telah ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 23/KMK.06/2008 tentang Penetapan Neraca Pembukaan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pertamina Per 17 September 2003, terdapat aset eks Pertamina yang perlu ditetapkan statusnya menjadi Barang Milik Negara. Adapun aset yang perlu ditetapkan statusnya adalah:1. Sepuluh aset berupa tanah dan bangunan ;2. Aktiva Kilang LNG yang dikelola oleh PT Arun dan PT Badak3. Aset eks kontrak kerja sama yang digunakan oleh PT Pertamina EP,4) Aset KKKSKontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) adalah Badan Usaha atau Bentuk Badan Usaha Tetap yang diberikan wewenang untuk melaksanakan eksplorasi dan eksploitasi pada suatu wilayah kerja berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana. Barang yang menjadi milik/ kekayaan negara yang berasal dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama adalah seluruh barang dan peralatan yang diperoleh atau dibeli KKKS dan yang secara langsung digunakan dalam kegiatan usaha hulu.[SAMA]

2. Pengakuan, Pengukuran, dan Pelaporan TGR/TP/TPA2.1 Cash Toward Accrual Basisa. Tagihan Penjualan AngsuranTagihan penjualan angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah. Contoh tagihan penjualan angsuran antara lain adalah penjualan rumah dinas dan penjualan kendaraan dinas.Tagihan penjualan angsuran dinilai sebesar nilai nominal darikontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kasnegara/kas daerah atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.Dalam menyusun neraca awal, dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tagihan penjualan angsuran adalah daftar saldo tagihan penjualan angsuran yang nilainya menggambarkan nilai yang ditetapkan dalam berita acara penjualan aset setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas negara/kas daerah. Dokumen mengenai tagihan penjualan angsuran dapat diperoleh di biro/bagian keuangan, badan pengelola keuangan daerah atau unit lain yang ditunjuk.Jurnal untuk mencatat saldo awal Tagihan Penjualan Angsuran adalah sebagai berikut:Tagihan Penjualan Angsuran XXXDiinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXContoh kasus:Berdasarkan berita acara penjualan aset nomor BA-456/XYZ/2007 diketahui bahwa Pemda XYZ telah menjual rumah dinas kepada para pegawai Pemda XYZ dengan harga 500.000.000 secara angsuran. Pada akhir Desember 2004, angsuran yang telah dibayar olehpegawai adalah sebesar Rp 50.000.000.Jurnal untuk mencatat tagihan penjualan angsuran rumah dinastersebut sebagai berikut:Tagihan Penjualan Angsuran 450.000.000Diinvestasikan dalam Aset Lainnya450.000.000b. Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR)Tuntutan perbendaharaan merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara/daerah sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya.Tuntutan perbendaharaan dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keputusan Pembebanan setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh bendahara yang bersangkutan ke kas negara/kas daerah.Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tuntutan perbendaharaan adalah Surat Keputusan Pembebanan dan surat tanda setoran (SSBP atau STS lainnya). Dokumen sumber tersebut dapat diperoleh di biro/bagian keuangan, badan pengelola keuangan daerah atau unit lain yang ditunjuk.Tuntutan ganti rugi merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara/daerah sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya.Tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan Tanggungjawab Mutlak setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas negara/kas daerah.Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tuntutan ganti rugi adalah Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak dan bukti setor berupa STS atau SSBP.Jurnal untuk mencatat saldo awal Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi adalah sebagai berikut: Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti RugiXXXDiinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXContoh kasus:Berdasarkan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM) nomor SK 01/SKTM/XYZ/2007 diperoleh informasi Pemda XYZ memiliki piutang kepada pegawai atas hilangnya aset Pemda berupa kendaraan dinas seharga Rp 100.000.000. Pengawai yang bersangkutan menyanggupi untuk membayar tuntutan ganti rugi tersebut dengan mengangsur bulanan.Sampai dengan akhir Desember 2004 cicilan pembayaran TGR yang telah dilakukan oleh pegawai tersebut adalah sebesar Rp 3.000.000.Jurnal untuk mencatat tuntutan ganti rugi tersebut adalah sebagai berikut: Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi97.000.000 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya97.000.000

2.2 Acrrual BasisPada PSAP no 1 lampiran I di ilustrasi neraca Tagihan Penjualan Angsuran serta Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi diklasifikasikan pada aset lainnya sesuai dengan ilustrasi di bawah ini:

Namun apabila kita mengacu pada PMK 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat yang berdasarkan SAP berbasis akrual pada penjelasan terkait aset lainnya, aset lainnya didefinisikan terdiri atas:1) Aset Tak Berwujud2) Kemitraan dengan Pihak Ketiga3) Kas yang Dibatasi Penggunaannya4) Aset Lain-LainDari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam kebijakan akuntansi pemerintah pusat Tagihan Penjualan Angsuran serta Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi tidak masuk dalam penggolongan aset lainnya.Berdasarkan PMK 219/PMK.05/2013 Tagihan Penjualan Angsuran serta Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi yang melebihi jangka waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan dimasukkan ke dalam klasifikasi Piutang Jangka Panjang.a. Piutang Tagihan Penjualan Angsuran (TPA)1) Pengakuan;Piutang TPA diakui saat terjadinya penjualan angsuran yang ditetapkan dalam naskah/dokumen perjanjian penjualan.2) Pengukuran;Piutang TPA dicatat sebesar tagihan sebagaimana yang ditetapkan dalam naskah/dokumen perjanjian penjualan3) Penyajian;Piutang TPA yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan disajikan pada neraca sebagai Piutang Jangka Panjang.b. Piutang Tagihan TP/TGR1) Pengakuan;Piutang TP/TGR diakui apabila telah memenuhi kriteria:a) Telah ditandatanganinya Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM)b) Telah diterbitkan Surat Keputusan Pembebanan Penggantian Kerugian Sementara (SKP2KS) kepada pihak yang dikenakan tuntutan Ganti Kerugain Negara; atauc) Telah ada putusan Lembaga Peradilan yang berkekuatan hukum tetap yang menghukum seseorang untuk membayar sejumlah uang kepada Pemerintah.2) Pengukuran;Piutang TP/TGR dicatat sebesar tagihan sebagaimana yang ditetapkan dalam surat keterangan/ketetapan/keputusan adanya kerugian negara.3) Penyajian;Tagihan TP/TGR yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan disajikan pada neraca sebagai Piutang Jangka Panjang.Berikut adalah ilustrasi penyajian Piutang TPA dan Tagihan TP/TGR

c. Ilustrasi JurnalSaat muncul Piutang Jangka Panjang, KPA pada Buku Besar Akrual membukukan dengan jurnal: Piutang Jangka PanjangxxxPendapatan Negara dan HibahxxxSetelah Pelunasan Kas, pada Buku Besar Akrual dibukukan jurnal: Diterima dari Entitas LainxxxPiutang jangka PanjangxxxDan pada Buku Besar Kas dibukukan Jurnal Diterima Dari Entitas LainxxxPendapatan Negara dan HibahxxxDan pada saat akhir periode pelaporan, reklasifikasi bagian lancar piutang jangka panjang dilakukan dengan cara membukukan di Buku Besar Akrual dengan jurnal: Bagian Lancar Piutang Jangka Panjang xxxPiutang Jangka Panjangxxx

3. Pengakuan, Pengukuran, dan Pelaporan Aset Kemitraan3.1 UmumDalam PMK 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat, Kemitraan dengan Pihak Ketiga merupakan jenis Aset Lainnya. Sedangkan dalam PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual, disebutkan bahwa, Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya. Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset kerjasama dengan fihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya. Dalam Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintahan Daerah, Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya antara lain aset tak berwujud, kemitraan dengan pihak ketiga, kas yang dibatasi penggunaannya, dan aset lain-lain.3.2 DefinisiBerdasarkan PMK 219/PMK.05/2013 serta Permendagri No. 64/2013, yang dimaksud dengan Aset Kerjasama/Kemitraan adalah aset tetap yang dibangun atau digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan kerjasama/kemitraan. Masa kerjasama/kemitraan adalah jangka waktu dimana Pemerintah dan mitra kerjasama masih terikat dengan perjanjian kerjasama/kemitraan.Sedangkan menurut PP No. 71/2010, yang dimaksud dengan Kemitraan adalah perjanjian antara dua fihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki.3.3 KlasifikasiKlasifikasi Aset Kemitraan dalam PMK 219/PMK.05/2013 adalah sebagai berikut:a. Bangun, Kelola, Serah BKS (Build, Operate, Transfer BOT), adalah pemanfaatan tanah milik pemerintah oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya tanah beserta bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, diserahkan kembali kepada pengelola barang setelah berakhirnya jangka waktu kerjasama BKS.b. Bangun, Serah, Kelola BSK (Build, Transfer, Operate BTO) adalah pemanfaatan tanah milik pemerintah oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan kepada pengelola barang untuk kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut selama jangka waktu tertentu yang disepakati.c. Kerjasama Pemanfaatan (KSP) adalah pendayagunaan Barang Milik Negara oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan Negara bukan pajak dan sumber pembiayaan lainnya.Untuk jenisnya sendiri berupa:a. Tanah;b. Gedung dan Bangunan dan/atau Sarana beserta seluruh fasilitasnya yang dibangun untuk pelaksanaan perjanjian kerjasama/kemitraan;c. BMN selain Tanah dan Bangunan.Klasifikasi di atas dianut juga oleh Permendagri No. 64/2013, dengan beberapa perubahan yaitu:a. Istilah BKS dalam PMK 219/2013 menjadi Bangun, Guna, Serah (BGS);b. Istilah BSK dalam PMK 219/2013 menjadi Bangun, Serah, Guna (BSG);c. Barang Milik Negara menjadi Barang Milik Daerah dan ditujukan untuk penerimaan daerah;d. Tambahan klasifikasi yaitu Sewa, adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai;3.4 PengakuanBerdasarkan PMK 219/PMK.05/2013 pengakuan Aset Kemitraan adalah sebagai berikut:a. Aset Kerjasama/Kemitraan diakui pada saat terjadi perjanjian kerjasama/kemitraan, yaitu dengan perubahan klasifikasi aset dari aset tetap menjadi aset kerjasama/kemitraan.b. Aset Kerjasama/Kemitraan berupa Gedung dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dalam rangka kerja sama BSK, diakui pada saat pengadaan/pembangunan Gedung dan/atau Sarana berikut fasilitasnya selesai dan siap digunakan untuk digunakan/dioperasikan.c. Dalam rangka kerja sama pola BSK/BTO, harus diakui adanya Utang Kemitraan dengan Pihak Ketiga, yaitu sebesar nilai aset yang dibangun oleh mitra dan telah diserahkan kepada Pemerintah pada saat proses pembangunan selesai.d. Setelah masa perjanjian kerjasama berakhir, aset kerjasama/kemitraan harus diaudit oleh aparat pengawas fungsional sebelum diserahkan kepada Pengelola Barang dan/atau Pengguna Barang.e. Penyerahan kembali objek kerjasama beserta fasilitasnya kepada Pengelola Barang dilaksanakan setelah berakhirnya perjanjian dituangkan dalam berita acara serah terima barang.f. Setelah masa pemanfaatan berakhir, tanah serta bangunan dan fasilitas hasil kerjasama/kemitraan ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola Barang.g. Klasifikasi aset hasil kerjasama/kemitraan berubah dari Aset Lainnya menjadi Aset Tetap sesuai jenisnya setelah berakhirnya perjanjian dan telah ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola Barang.Dalam Permendagri No. 64/2013, poin b. istilah BSK diubah menjadi BSG. Poin c. tidak diatur dalam Permendagri No. 64/2013. Istilah Pengguna Barang seperti dalam poin d. tidak digunakan dalam Permendagri No. 64/2013. Kemudian dalam poin g. istilah Pengelola Barang diganti dengan Kepala Daerah.3.5 PengukuranPengukuran Aset Kemitraan berdasarkan PMK 219/PMK.05/2013 serta Permendagri No. 64/2013 adalah sebagai berikut:a. Aset yang diserahkan oleh Pemerintah untuk diusahakan dalam perjanjian kerjasama/kemitraan harus dicatat sebagai aset kerjasama/kemitraan sebesar nilai bersih yang tercatat pada saat perjanjian atau nilai wajar pada saat perjanjian, dipilih yang paling objektif atau paling berdaya uji.b. Dana yang ditanamkan Pemerintah dalam Kerjasama/Kemitraan dicatat sebagai penyertaan Kerjasama/Kemitraan. Di sisi lain, investor mencatat dana yang diterima ini sebagai kewajiban.c. Aset hasil kerjasama yang telah diserahkan kepada pemerintah setelah berakhirnya perjanjian dan telah ditetapkan status penggunaannya, dicatat sebesar nilai bersih yang tercatat atau sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diserahkan, dipilih yang paling objektif atau paling berdaya uji.3.6 PelaporanPenyajian dan pengungkapan Aset Kemitraan berdasarkan PMK 219/PMK.05/2013 serta Permendagri No. 64/2013 adalah sebagai berikut:a. Aset kerjasama/kemitraan disajikan dalam neraca sebagai aset lainnya.b. Dalam hal sebagian dari luas aset kemitraan (tanah dan atau gedung/bangunan), sesuai perjanjian, digunakan untuk kegiatan operasional K/L (SKPD untuk Pemda), harus diungkapkan dalam CaLK.c. Aset kerjasama/kemitraan selain tanah harus dilakukan penyusutan selama masa kerja sama.d. Masa penyusutan aset kemitraan dalam rangka KSP (BGS untuk Pemda) melanjutkan masa penyusutan aset sebelum direklasifikasi menjadi aset kemitraan.e. Masa penyusutan aset kemitraan dalam rangka BSK (BSG untuk Pemda) adalah selama masa kerjasama.f. Sehubungan dengan Perjanjian Kerjasama/Kemitraan, pengungkapan berikut harus dibuat:1) Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian;2) Hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam perjanjian;3) Ketentuan tentang perubahan perjanjian apabila ada;4) Kententuan mengenai penyerahan aset kerjasama/kemitraan kepada pemerintah pada saat berakhirnya masa kerjasama;5) Ketentuan tentang kontribusi tetap yang harus dibayar/disetor mitra kerjasama ke Rekening Kas Negara; dan6) Penghitungan atau penentuan hak bagi pendapatan/hasil kerjasama. (Dalam Permendagri 64/2013 poin f. ini tidak digunakan untuk Pemda)g. Sehubungan dengan pengungkapan yang lazim untuk aset, pengungkapan berikut harus dibuat untuk aset kerjasama/kemitraan:1) Klasifikasi aset yang membentuk aset kerjasama;2) Penentuan biaya perolehan aset kerjasama/kemitraan; dan3) Penentuan depresiasi/penyusutan aset kerjasama/kemitraan.h. Setelah aset diserahkan dan ditetapkan penggunaannya, aset hasil kerjasama disajikan dalam neraca dalam klasifikasi aset tetap.Ilustrasi penyajian Aset Kemitraan yaitu pada Aset Lainnya berdasarkan PMK 219/2013 pada Neraca:

PEMERINTAH ABCNERACAPer 31 Desember 20XXURAIANJUMLAH

ASET

ASET LANCAR

ASET TETAP

..

ASET LAINNYAxxx

KEWAJIBAN

EKUITAS

Untuk Permendagri No. 64/2013, penyajian Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga dalam Neraca adalah sebagai berikut:

PEMERINTAH DAERAH XYZNERACAPer 31 Desember 20XXUraianJumlah

DANA CADANGAN

Dana Cadangan

Dana Cadangan ..

ASET LAINNYA

Tagihan Jangka Panjang

Kemitraan dengan Pihak Ketigaxxx

Sewa

Kerjasama Pemanfaatan

Bangun Guna Serah

Bangun Serah Guna

Aset Tidak Berwujud

Aset Lain-lain

KEWAJIBAN

Sedangkan menurut PP No. 71/2010, ilustrasi penyajian Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga pada Neraca adalah:PEMERINTAH ABCNERACAPer 31 Desember 20XXNOUraian20XX

43Akumulasi Penyusutan

44Jumlah Aset Tetap

45

46ASET LAINNYA

47Tagihan Penjualan Angsuran

48Tuntutan Ganti Rugi

49Kemitraan dengan Pihak Ketigaxxx

50Aset Tak Berwujud

51Aset Lain-Lain

52Jumlah Aset Lainnya

53

54JUMLAH ASET

55

56KEWAJIBAN

Contoh transaksi awal Bangun Guna Serah untuk Pemerintah Daerah:Pemerintah Daerah XYZ telah mengikat kerjasama dengan PT A untuk membangun gedung olahraga. Total nilai aset yang diserahkan pemerintah dalam kemitraan tersebut adalah sebesar RP 100.000.000,00Jurnal untuk mencatat kemitraan dengan pihak ketiga dengan pola BGS tersebut adalah sebagai berikut:UraianDebetKredit

Kemitraan dengan Pihak Ketiga100.000.000

Aset Tetap Tanah 100.000.000

Contoh transaksi Bangun Serah Kelola Pemerintah:Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat, Pemerintah telah mengikat kerjasama BSK dengan PT R untuk membangun rumah sakit. Untuk menyelesaikan pembangunan rumah sakit tersebut, investor telah mengeluarkan dana sebesar Rp500.000.000,00 sedangkan tanah yang diserahkan oleh Pemerintah untuk pembangunan rumah sakit tersebut adalah senilai Rp100.000.000,00 Aset BSK tersebut telah selesai dibangun dan telah diserahkan kepada pemerintah. Jurnal untuk mencatat kemitraan dengan pihak ketiga dengan pola BSK tersebut adalah sebagai berikut:UraianDebetKredit

Kemitraan dengan Pihak Ketiga600.000.000

Aset Tetap Tanah100.000.000

Utang Jangka Panjang Lainnya-Kemitraan500.000.000

4. Pengakuan, Pengukuran, dan Pelaporan Aset Tak BerwujudAset Tidak Berwujud (ATB) adalah aset non-moneter yang tidak mempunyai wujud fisik, dan merupakan salah satu jenis aset yang dimiliki oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah. Aset ini sering dihubungkan dengan hasil kegiatan entitas dalam menjalankan tugas dan fungsi penelitian dan pengembangan serta sebagian diperoleh dari proses pengadaan dari luar entitas. Walaupun telah banyak ATB yang diidentifikasi dimiliki pemerintah, namun SAP belum mengatur secara memadai tentang akuntansi dan pelaporan ATB. Pengertian, kriteria, dan jenis-jenis ATB harus dipahami dengan baik agar aset ini dapat dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan. Pemerintah banyak mengeluarkan sumber daya untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh, mengembangkan, memelihara, dan memperkuat sumber daya tak berwujud, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, rancangan dan implementasi suatu sistem atau proses yang baru, dan kekayaan intelektual. Berbagai entitas berupaya untuk terus melakukan riset dan pengembangan. Terlebih bagi entitas yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan kegiatan riset dan pengembangan sebagian besar anggarannya dialokasikan untuk riset dan pengembangan. 4.1 Kriteria ATBa. Dapat diidentifikasiDapat dipisahkan, artinya aset ini memungkinkan untuk dipisahkan atau dibedakan secara jelas dari aset-aset yang lain pada suatu entitas. Oleh karena aset ini dapat dipisahkan atau dibedakan dengan aset yang lain, maka ATB ini dapat dijual, dipindahtangankan, diberikan lisensi, disewakan, ditukarkan, baik secara individual maupun secara bersama-sama. Namun demikian tidak berarti bahwa ATB baru diakuiTimbul dari kesepakatan yang mengikat, seperti hak kontraktual atau hak hukum lainnya, tanpa memperhatikan apakah hak tersebut dapat dipindahtangankan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban lainnya.b. Pengendalian assetPengendalian merupakan syarat yang harus dipenuhi. Tanpa adanya kemampuan untuk mengendalikan aset maka sumber daya dimaksud tidak dapat diakui sebagai aset suatu entitas. Suatu entitas disebut mengendalikan aset jika entitas memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset tersebut dan dapat membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat ekonomi dari aset tersebut. Kemampuan untuk mengendalikan aset ini pada umumnya didasarkan pada dokumen hukum yang sah dari lembaga yang berwenang, namun demikian dokumen hukum ini bukanlah sebagai suatu prasyarat yang wajib dipenuhi karena mungkin masih terdapat cara lain yang digunakan entitas untuk mengendalikan hak tersebut.c. Manfaat masa depan

Karakteristik aset secara umum adalah kemampuannya untuk dapat memberikan manfaat ekonomis dan jasa potensial (potential services) di masa depan. Manfaat ekonomis dapat menghasilkan aliran masuk atas kas, setara kas, barang, atau jasa ke pemerintah.4.2 Jenis ATBa. Goodwill

Goodwill adalah kelebihan nilai yang diakui oleh suatu entitas akibat adanya pembelian kepentingan/saham di atas nilai buku. Goodwill dihitung berdasarkan selisih antara nilai entitas berdasarkan pengakuan dari suatu transaksi peralihan/penjualan kepentingan/saham dengan nilai buku kekayaan bersih perusahaan.b. SoftwareSoftware computer yang masuk dalam kategori ATB adalah software yang bukan merupakan bagian tak terpisahkan dari hardware komputer tertentu. Jadi software ini dapat digunakan di komputer lain. Oleh karena itu software komputer sepanjang memenuhi definisi dan kriteria pengakuan merupakan ATB.c. Royalti Nilai manfaat ekonomi yang akan/dapat diterima atas kepemilikan hak cipta/hak paten/hak lainnya pada saat hak dimaksud akan dimanfaatkan oleh orang, instansi atau perusahaan lain.d. Lisensi dan franchise Lisensi dapat diartikan memberi izin. Pemberian lisensi dilakukan jika ada pihak yang memberi lisensi dan pihak yang menerima lisensi, melalui sebuah perjanjian. Dapat juga merupakan pemberian izin dari pemilik barang/jasa kepada pihak yang menerima lisensi untuk menggunakan barang atau jasa yang dilisensikan. Franchise merupakan perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.e. Hak Paten, Hak Cipta. Hak Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Hak cipta adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Hak cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau ciptaan.f. Hasil kajian/pengembangan yang memberikan manfaat jangka panjang Hasil kajian/pengembangan yang memberikan manfaat jangka panjang adalah suatu kajian atau pengembangan yang memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial dimasa yang akan datang yang dapat diidentifikasi sebagai aset. Apabila hasil kajian tidak dapat diidentifikasi dan tidak memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial maka tidak dapat diakui sebagai ATB.g. ATB Lainnya ATB lainnya merupakan jenis ATB yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam jenis ATB yang ada.4.3 Pengakuan ATBUntuk dapat diakui sebagai ATB maka suatu entitas harus dapat membuktikan bahwa pengeluaran atas aktivitas/kegiatan tersebut telah memenuhi: 1. Kriteria ATB; dan 2. Kriteria pengakuan. Persyaratan pengakuan tersebut berlaku untuk pengeluaran pada saat pengakuan awal dan pengeluaran biaya setelah pengakuan awal. Pengakuan awal sebesar biaya perolehan untuk ATB yang berasal dari transaksi pertukaran atau untuk ATB yang dihasilkan dari internal entitas. Nilai wajar digunakan untuk ATB yang diperoleh melalui transaksi bukan pertukaran. Pengeluaran setelah pengakuan sebesar biaya yang dikeluarkan untuk menambah dan mengganti ATB yang memenuhi kriteria pengakuan ATB.Sifat alamiah ATB, dalam banyak kasus, adalah tidak adanya penambahan nilai terhadap ATB tertentu atau penggantian dari sebagian ATB dimaksud. Oleh karena itu, kebanyakan pengeluaran setelah perolehan dari ATB mungkin dimaksudkan untuk memelihara kemungkinan manfaat ekonomi di masa datang atau jasa potensial yang terkandung dalam ATB dimaksud dan tidak lagi merupakan upaya untuk memenuhi definisi ATB dan kriteria pengakuannya. Dengan kata lain, seringkali sulit untuk mengatribusikan secara langsung pengeluaran setelah perolehan terhadap suatu ATB tertentu sehingga diperlakukan sebagai biaya operasional suatu entitas. Namun demikian, apabila memang terdapat pengeluaran setelah perolehan yang dapat diatribusikan langsung terhadap ATB tertentu, maka pengeluaran tersebut dapat dikapitalisasi ke dalam nilai ATB dimaksud.a. Pengakuan ATB Diperoleh Secara Internal

Untuk menentukan apakah perolehan internal ATB memenuhi kriteria untuk pengakuan, perolehan ATB dikelompokkan dalam 2 tahap, yaitu: 1. Tahap penelitian atau riset;2. Tahap pengembangan.Jika pemerintah tidak dapat membedakan tahap penelitian/riset dengan tahap pengembangan atas aktivitas/kegiatan internal untuk menghasilkan ATB, pemerintah harus memperlakukan seluruh pengeluaran atas aktivitas/kegiatan tersebut sebagai pengeluaran dalam tahap penelitian/riset.Pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan/aktivitas penelitian/riset (atau tahap penelitian/riset dari kegiatan/aktivitas internal) tidak dapat diakui sebagai ATB. Pengeluaran-pengeluaran tersebut harus diakui sebagai beban pada saat terjadi.ATB yang timbul dari pengembangan (atau dari tahapan pengembangan satu kegiatan internal) harus diakui jika, dan hanya jika, pemerintah dapat memperlihatkan seluruh kondisi dibawah ini, yaitu adanya: 1. Kelayakan teknis atas penyelesaian ATB sehingga dapat tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan; 2. Keinginan untuk menyelesaikan dan menggunakan atau memanfaatkan ATB tersebut;3. Kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan ATB tersebut; 4. Manfaat ekonomi dan atau sosial dimasa datang; 5. Ketersediaan sumber daya teknis, keuangan, dan lainnya yang cukup untuk menyelesaikan pengembangan dan penggunaan atau pemanfaatkan ATB tersebut;6. Kemampuan untuk mengukur secara memadai pengeluaran-pengeluaran yang diatribusikan ke ATB selama masa pengembangan.

b. Perlakuan Untuk Hak Paten

Hak Paten adalah salah satu jenis ATB yang kemungkinan dapat dimiliki oleh Pemerintah yang perolehannya dapat berasal dari hasil Kajian dan Pengembangan atas penelitian yang dilakukan pemerintah atau pendaftaran atas suatu kekayaan/warisan budaya/sejarah yang dimiliki. Hak Paten yang diperoleh untuk melindungi kekayaan/warisan budaya/sejarah, maka atas aset ini secara umum diakui pada saat dokumen hukum yang sah atas Hak Paten tersebut telah diperoleh. Namun untuk mengantisipasi lamanya jangka waktu terbitnya dokumen tersebut, maka entitas dapat mengakui sebagai Hak Paten terlebih dahulu dengan nilai sebesar biaya pendaftarannya, kemudian memberikan penjelasan yang memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). 4.4 Pengukuran ATBa. PembelianHarga yang harus dibayar entitas untuk memperoleh suatu ATB akan mencerminkan harapan kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang dharapkan dimasa datang atau jasa potensial yang melekat pada aset tersebut akan mengalir masuk kedalam entitas tersebut. Dengan kata lain, entitas pemerintah mengharapkan adanya manfaat ekonomi ataupun jasa potensial yang mengalir masuk. Oleh karenanya, kriteria pengakuan umum harus dapat dipenuhi dalam perolehan ini. Biaya untuk memperoleh ATB dengan pembelian terdiri dari:1) Harga beli, termasuk biaya import dan pajak-pajak, setelah dikurangi dengan potongan harga dan rabat;2) Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.b. Pertukaran

Perolehan ATB dari pertukaran aset yang dimiliki entitas dinilai sebesar nilai wajar dari aset yang diserahkan. Apabila terdapat aset lainnya dalam pertukaran, misalnya kas, maka hal ini mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak mempunyai nilai yang sama sehingga pengukuran dinilai sebesar aset yang dipertukarkan ditambah dengan kas yang diserahkan.c. KerjasamaATB dari hasil kerjasama antar dua entitas atau lebih disajikan berdasarkan biaya perolehannya dan dicatat pada entitas yang menerima ATB tersebut sesuai dengan perjanjian dan atau peraturan yang berlaku.d. Donasi/hibah

ATB yang diperoleh dari donasi/hibah harus dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan. Penyerahan ATB tersebut akan sangat andal bila didukung dengan bukti perpindahan kepemilikannya secara hukum, seperti adanya akta hibah.e. Pengembangan secara internal

ATB yang diperoleh dari pengembangan secara internal, misalnya hasil dari kegiatan pengembangan yang memenuhi syarat pengakuan, nilai perolehannya diakui sebesar biaya perolehan yang meliputi biaya yang dikeluarkan sejak ditetapkannya ATB tersebut memiliki masa manfaat di masa yang akan datang sampai dengan ATB tersebut telah selesai dikembangkan.Pengeluaran atas unsur ATB yang awalnya telah diakui oleh entitas sebagai beban tidak boleh diakui sebagai bagian dari harga perolehan ATB di kemudian hari. ATB yang dihasilkan dari pengembangan software komputer r, maka tahap yang dapat dilakukan kapitalisasi adalah tahap pengembangan aplikasi.Terhadap ATB dilakukan amortisasi, kecuali atas ATB yang memiliki masa manfaat tidak terbatas. Namun demikian, perlu dipastikan benar - benar aset tersebut memiliki masa manfaat tidak terbatas atau sebaliknya masa manfaatnya masih dapat diestimasikan khususnya terkait dengan saat dimana aset dimaksud tidak akan memiliki nilai lagi, misalnya karena adanya teknologi yang lebih baru atau yang lebih canggih. Amortisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti garis lurus, metode saldo menurun dan metode unit produksi.4.5 Penghentian dan PelepasanATB diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam mendukung kegiatan operasional pemerintah. Namun demikian, pada saatnya suatu ATB harus dihentikan dari penggunaannya. Beberapa keadaan dan alasan penghentian ATB antara lain adalah penjualan, pertukaran, hibah, atau berakhirnya masa manfaat ATB sehingga perlu diganti dengan yang baru. Apabila suatu ATB dihentikan dari penggunaannya, baik karena dipindahtangankan maupun karena berakhirnya masa manfaat atau tidak lagi memiliki manfaat ekonomi, maka pencatatan ATB yang bersangkutan harus dikoreksi.4.6 Penyajian dan PengungkapanATB disajikan dalam neraca sebagai bagian dari Aset Lainnya. Hal-hal yang diungkapkan dalam Laporan Keuangan atas ATB antara lain sebagai berikut:a. Masa manfaat dan metode amortisasi; b. Nilai tercatat bruto, jumlah amortisasi yang telah dilakukan dan nilai buku ATB; c. Penambahan maupun penurunan nilai tercatat pada awal dan akhir periode, termasuk penghentian dan pelepasan ATB.

5. Pengakuan, Pengukuran, dan Pelaporan Aset Lain-Lain5.1 PengertianAset lainnya merupakan aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah direklasifikasi ke dalam Aset Lain-lain. Hal ini dapat disebabkan karena rusak berat, usang, dan/atau aset tetap yang tidak digunakan karena sedang menunggu proses pemindahtanganan (proses penjualan, sewa beli, penghibahan, penyertaan modal). 5.2 Pengakuan Pengakuan aset lain-lain diakui pada saat suatu aset tetap dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah dan direklasifikasikan ke dalam aset lain-lain.

5.3 PengukuranAset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah direklasifikasi ke dalam Aset Lain-lain menurut nilai tercatatnya. Pengukuran Aset lainlain yang berasal dari reklasifikasi aset tetap disusutkan mengikuti kebijakan penyusutan aset tetap. Proses penghapusan terhadap aset lain lain dilakukan paling lama 12 bulan sejak direklasifikasi kecuali ditentukan lain menurut ketentuan perundang-undangan.5.4 Penyajian dan Pengungkapan Aset Lain-lain disajikan di dalam kelompok Aset Lainnya dan diungkapkan secara memadai di dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Hal-hal yang perlu diungkapkan antara lain adalah faktor-faktor yang menyebabkan dilakukannya penghentian penggunaan, jenis aset tetap yang dihentikan penggunaannya, dan informasi-informasi lainnya yang relevan.

BAB IIIPENUTUP

Simpulan1. Menurut Buletin Teknis No. 01 SAP tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat, yaitu; Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan.Aset lainnya antara lain terdiri dari :a. Aset Tak Berwujudb. Tagihan Penjualan Angsuranc. Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR)d. Kemitraan dengan Pihak Ketigae. Aset Lain-lain2. Mengacu pada PMK 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat yang berdasarkan SAP berbasis akrual pada penjelasan terkait aset lainnya, dalam kebijakan akuntansi pemerintah pusat Tagihan Penjualan Angsuran serta Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi tidak masuk dalam penggolongan aset lainnya.Berdasarkan PMK 219/PMK.05/2013 Tagihan Penjualan Angsuran serta Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi yang melebihi jangka waktu 12 bulan setalah tanggal pelaporan dimasukkan ke dalam klasifikasi Piutang Jangka Panjang.3. Berdasarkan PMK 219/PMK.05/2013 serta Permendagri No. 64/2013, yang dimaksud dengan Aset Kerjasama/Kemitraan adalah aset tetap yang dibangun atau digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan kerjasama/kemitraan. Masa kerjasama/kemitraan adalah jangka waktu dimana Pemerintah dan mitra kerjasama masih terikat dengan perjanjian kerjasama/kemitraan.Sedangkan menurut PP No. 71/2010, yang dimaksud dengan Kemitraan adalah perjanjian antara dua fihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki.Klasifikasi aset kemitraan ada 3 (tiga) yaitu Bangun Guna Serah, Bangun Serah Guna, dan Kerjasama Pemanfaatan.4. Aset Tidak Berwujud (ATB) adalah aset non-moneter yang tidak mempunyai wujud fisik, dan merupakan salah satu jenis aset yang dimiliki oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah. Aset ini sering dihubungkan dengan hasil kegiatan entitas dalam menjalankan tugas dan fungsi penelitian dan pengembangan serta sebagian diperoleh dari proses pengadaan dari luar entitas.Jenis-jenis klasifikasi ATB antara lain goodwill, royalti, software, lisensi, franchise, hak paten & hak cipta, hasil kajian/pengembangan yang memberikan manfaat jangka panjang, dan ATB lainnya.5. Aset lainnya merupakan aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah direklasifikasi ke dalam Aset Lain-lain. Hal ini dapat disebabkan karena rusak berat, usang, dan/atau aset tetap yang tidak digunakan karena sedang menunggu proses pemindahtanganan (proses penjualan, sewa beli, penghibahan, penyertaan modal).

DAFTAR PUSTAKA

1. PMK 219/ PMK.05/ 2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat.2. Permendagri 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.3. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.4. Buletin Teknis No. 01: Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat.5. Buletin Teknis No. 11 tentang Aset Tidak Berwujud.10