Kelompok 3, Swasembada Berkelanjutan Komoditi Singkong

Embed Size (px)

Citation preview

Swasembada Keberlanjutan Komoditi Singkong

Makalah ini dikerjakan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pemecahan Permasalahan Bidang Pertanian

Nama anggota Kelompok :1. Imam Rofiq(12-1134)2. Ludfi Tegar Ramadhan(12-1135)3. Wahyu Hidayat(12-1136)4. Eko Nur Suliswanto (12-1137)5. Adittya Pradana(09-1016)

PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBERSEPTEMBER, 2013

I. LATAR BELAKANG

Singkong merupakan makanan pokok yang sudah tidak asing lagi bagi negara Indonesia bahkan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi orang rakyat jelata. Namun ironisnya, makanan yang menjadi ciri khas Indonesia tersebut tidak bisa didapat dari negara Indonesia itu sendiri, melainkan impor dari negara lain. Hal tersebut tentunya membuat masyarakat kaget dengan informasi tersebut. Harus diakui juga ada keterbatasan lahan dimana orang lebih senang menanam non singkong, jadi lahannya tidak terlalu besar sementara permintaannya lebih besar. Oleh sebab itu kita perlu mengoptimalkan lahan - lahan kritis karena singkong itu adaptiv dari tanaman lainnya. Penanaman singkong pada dasarnya lebih mudah daripada tanaman budidaya lain, dengan cara vegetatif stek maka tanaman tersebut akan tumbuh dengan mudah di tanah tegalan dan sebagainya. Memperhatikan progam pembangunan nasional yang menetapkan sasarannya dengan peningkatan produksi dan mutu hasil, maka peningkatan hasil dan mutu ubi kayu merupakan sasaran penting harus dicapai saat ini. Peningkatan dan penanganan singkong kana mempunyai pengaruh terhadap peningkatan nilai ekonomi yang lebih tinggi bagi petani, menjamin harga yang layak, merangsang perbaikan sistem penanganan pasca panen, penurunan susut hasil, dan perbaikan gizi, mutu serta keamanan dari nilai makanan.Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan beberapa kemitraan atau kerjasama antara petani dan departemen pemerintahan. Sehingga dari kerjasama tersebut, peningkatan produktivitas hasil singkong bisa meningkat dan bisa melakukan swasembada singkong. Oleh karena itu, bisa tidaknya Indonesia melakukan swasembada singkong juga tergantung pemasaran yang dilakukan oleh pemerintahan. Jadi, apabila pemerintah bisa memulai dalam melakukan penerapan tersebut dan bekerja sama dengan petani budidaya singkong, maka keberhasilan Indonesia dalam melakukan swasembada singkong bisa terlaksana dengan baik dan keberlanjutan. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang melakukan diserfikasi untuk mengedepankan singkong sebagai makanan utama pengganti beras. Oleh karena itu, diharapkan penulisan ini memberikan wacana dalam mangatasi masalah pangan di Indonesia dan siap menerapkan swasembada singkong secara keberlanjutan.

II. DATA

Pada minggu pertama Agustus 2011 baru lalu, hanya beberapa hari sebelum perayaan ke-66 Hari Kemerdekaan Nasional, Badan Pusat Statitik (BPS) baru saja menerbitkan data mutakhir mereka tentang impor pangan ini. Seperti yang dukutip dan diberitakan oleh media massa, data itu cukup membuat nafas terhenti sejenak. Dari sumber , ikhtisar data impor pangan tersebut selama Januari sampai Juli (Semester I) 2011 dapat dirangkum sebagai berikut:

Potensi untuk swasembada untuk ekspor sangat besar. Jika masalahnya adalah produksi yang kurang, potensi untuk swasembada bahkan ekspor sebenarnya sangat besar, jika saja ada keseriusan dari pemerintah. Untuk meningkatkan produksi singkong, pemerintah harus fokus pada perluasaan areal tanam dengan membuka lahan baru dan peningkatan produktivitas melalui penggunaan varietas unggul (singkong gajah misalnya). Potensi untuk meningkatkan produksi masih sangat besar terutama melalui perluasan areal tanam. Apalagi, tanaman palawija ini dapat tumbuh di seluruh wilayah Indonesia, di dataran tinggi maupun rendah (Ruslan, 2011).

Potensi untuk memperluas areal tanam masih sangat tinggi, khususnya di luar Pulau Jawa. Selama ini, produksi singkong nasional sebagian besar dihasilkan di luar Jawa, dan ini masih sangat potensial untuk terus ditingkatkan. Sementara itu, untuk pulau Jawa strategi yang paling tepat untuk meningkatkan produktivitas adalah melalui penggunaan varietas unggul. Perluasan areal tanam sangat tidak mungkin dilakukan. Karena di Jawa lahan pertanian semakin sempit akibat alih fungsi lahan untuk kegiatan non pertanian yang semakin pesat (Ruslan, 2011).Singkong yang rusak dan busuk setelah panen dalam beberapa hari memerlukan pengolahan secepat mungkin dan menyebabkan masalah dalam pemasaran maupun pemanfaatan singkong serta menghasilkan susut yang relatif besar. Di beberapa bagian masalah ini dapat diatasi dengan membiarkan ubi kayu atau singkong tetap dalam tanah. Tetapi kenyataannya akan menyebabkan susut kuantitatif, dan juga mengurangi nilai manfaat tanah tersebut karena menghambat penanaman selanjutnya. Beberapa metode penyimpanan segar singkong juga telah dilakukan, tetapi selalu memerlukan penambahan tenaga dan bahan, dan itu masih dalam tahap sedang dilakukan (Barrett dan damadjati, 2004).

III. PEMBAHASAN

Singkong merupakan tanaman perdu. Singkong berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok. Tanaman ini masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Tanaman singkong berkembang di negara- negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya. Kebanyakan tanaman singkong dapat dilakukan dengan cara generatif (biji) dan vegetatif (stek batang). Generatif (biji) biasanya dilakukan pada skala penelitian (pemulihan tanaman) untuk menghasilkan varietas baru, singkong lazimnya diperbanyak dengan stek batang.Tanah yang paling sesuai untuk singkong adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman singkong yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman singkong. Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 101.500 m dpl.Wilayah indonesia yang dilewati garis khatulistiwa memberi banyak keuntungan untuk indonesia, salah satunya pada bidang pertanian. Berkat garis khatulistiwa yang melewati indonesia maka banyak spesies tumbuhan yang dapat tumbuh dengan subur di Indonesia. Jika melihat potensi SDA indonesia yang begitu besar, maka Indonesia seharusnya tidak perlu melakukan impor ketela pohon/singkong. Dengan potensi SDA indonesia seharusnya indonesia dapat swasembada singkong, tetapi hal itu tidak dapat terwujud akibat beberapa faktor. Salah satu faktor yang menyebabkan indonesia mengimpor singkong adalah kurangnya kualitas singkong indonesia yang kurang baik. Sebenarnya masalah tersebut dapat diatasi dengan menerapkan beberapa kebijakan :1. Peningkatan kualitas singkong : peningkatan kuaitas singkong dapat dilakukan dengan cara pemuliaan tanaman singkong, memberikan benih singkong varietas unggul kepada petani dan memberi penyuluhan kepada petani tentang cara budidaya singkong yang baik.2. Stabilitas harga : harga singkong dipasaran yang tidak menentu mengakibat petani enggan menanam singkong. Masalah tersebut dapat diatasi jika bulog tidak hanya menampung hasil panen padi saja, melainkan hasil panen lainnya termasuk singkong, dengan begitu maka harga singkong saat panen raya tidak terlalu rendah.3. Pembangunan Fakultas pertanian dan pusat riset : dengan membangun fakultas pertanian disetiap jarak tertentu maka dapat mengangkat potensi daerah tersebut. Cara tersebut sangat efektif dan telah terbukti di india. Negara menerapkan kebijakan membangun fakultas pertanian di setiap 350 km dan membangun pusat-pusat riset sesuai potensi daerahnya (Cahyanto dkk, 2011)4. Pembukaan Lahan : Lahan merupakan faktor yang penting dalam usaha budidaya pertanian, dengan menam luas lahan maka produksi singkong dalam negeri dapat terpenuhi bahkan ekspor.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KesimpulanBerita mengenai pengimporan makanan tradisional khas Indonesia menyebabkan dilema terhadap perkembangan pertanian di Indonesia. Salah satu cara untuk dilakukannya swasembada singkong adalah dengan meningkatkan kualitasnya melalui beberapa teknik budidaya. Tidak hanya itu, pengembangan sektor pemasaran juga sangat penting karena sektor ini yang akan memegang peranan penting dalam mewujudkan hasil produk singkong untuk diekspor ke luar negeri. Jadi, untuk mewujudkan Indonesia sebagai swasembada singkong membutuhkan kerjasama antara pemerintahan dan para petani dari proses budidaya hingga pemasaran.

4.2 SaranPengembangan sektor pertanian budidaya singkong perlu ditingkatkan untuk menghasilkan hasil panen yang lebih berkualitas lebih baik dan dibutuhkan usaha yang semaksimal mungkin dari instansi yang terkait agar swasembada singkong bisa segera diwujudkan.4.3

DAFTAR PUSATAKA

Barrett, D.M.. dan Damardjati, D.S.. 2004. Peningkatan Mutu Hasil Ubi Kayu di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.Ruslan, Kadir. 2011. Singkong Saja Kok Harus Impor. http://ekonomi.kompasiana.com. (Diakses tanggal 20 September 2013)Blogger Pasuruan. 2011. Bahkan Garam dan Singkong pun Sudah Impor. http://bloggerpas.wordpress.com. (Diakses tanggal 20 September 2013)