Kelainan Anatomi Daun Telinga

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

KELAINAN ANATOMI DAUN TELINGA

Anomali kelainan daun telinga berdasarkan kualitas dan kuantitasnya dibagi atas:1. Variasi ukuran:a. Makrotia: daun telinga besar

Gambar 1. Makrotia b. Mikrotia: merupakan suatu kelainan kongenital berupa malformasi bentuk telinga dengan berbagai derajat keparahan mulai dari bentuk telinga luar kecil dengan abnormalitas ringan sampai tidak terbentuknya daun telinga, telinga tengah dan telinga dalam.

Gambar 2. Mikrotia derajat 1 Gambar 3. Mikrotia derajat 2Gambar 4. Mikrotia derajat 3 Gambar 5. Anotia

2. Variasi sesuai nama kelainan: a. Cupped ear: menonjolnya telinga ke arah lateral karena tidak terdapatnya lekukan antiheliks.

Gambar 6. Crumpled earb. Kriptotia: invaginasi bagian superior daun telinga di bawah lipatan kulit tulang temporal

Gambar 7. Kriptotia c. Lop ear: melipatnya bagian atas daun telinga ke arah anterior dan inferior yang mengobliterasi fosa triangularis dan skapa

Gambar 8. Lop eard. Protruding/Prominent ear: apabila penonjolan telinga yang diukur dari mastoid ke heliks setinggi tragus melebihi 20.0 mm.

Gambar 9. Protruding/Prominent eare. Crimped helix, sering terjadi pada 1/3 tengah heliks asendens. Sepanjang bagian posterior terlihat lebih rata atau seperti terjepit

Gambar 10. Crimped helix

f. Posterior pit, yaitu lekukan permanen pada daerah posteromedial heliks

Gambar 11. Posterior pit

g. Antihelix absent, tidak terbentuknya lengkungan antara konka dan fosa triangularis dan heliks.

Gambar 12. Antihelix absent

h. Absent lobe, tidak terdapatnya lobus.

Gambar 13. Absent lobe

i. Auricular pit: lekukan kecil pada bagian bawah heliks asendens, konka atau pada krus heliks. j. Preauricular pit: lekukan kecil yang berada di anterior dari insersi telinga.

Gambar 14. preauricular dan auricular pit

k. Auricular tag: penonjolan kecil disekitar daun telinga.

Gamabr 15. Auricular tag

PEMERIKSAAN RADIOLOGIK MASTOID

1. Posisi SchullerPosisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid. Pada posisi ini perluasan pneumatisasi mastoid serta struktur trabekulasi dapat tampak dengan lebih jelas. Posisi ini juga memberikan informasi dasar tentang besarnya kanalis auditorius eksterna dan hubungannya dengan sinus lateralis

Posisi Schuller

2. Posisi owenPosisi ini juga menggambarkan penampakan lateral mastoid. Umumnya posisi owen dibuat untuk memperlihatkan kanalis auditorius eksternus, epitimpanikum, bagian-bagian tulang pendengaran, dan sel udara mastoid.Proyeksi dibuat dengan kepala terletak sejajar meja pemeriksaan atau film lalu wajah diputar 30o menjauhi film dan berkas sinar X ditujukan dengan sudut 30o-40o cephalo-caudal.

Posisi owen

3. Posisi Chausse IIIPosisi ini merupakan penampakan frontal mastoid dan ruang telingan tengah. Posisi ini merupakan posisi tambahan setelah pemeriksaan posisi lateral mastoid. Posisi ini merupakan posisi radiologik konvensional yang paling baik untuk pemeriksaan telinga tengah terutama untuk pemeriksaan otitis kronik dan kolesteatom.

Posisi Chausse III

PEMERIKSAAN RADIOLOGIK SINUS PARANASAL

Pemeriksaan kepala untuk mengevaluasi sinus paranasal terdiri atas berbagai macam posisi, antara lain:1. Foto kepala posisi anterior-posterior ( posisi Caldwell) Foto ini diambil pada posisi kepala menghadap kaset, bidang midsagital kepala tegak lurus pada film. Posisi ini didapat dengan meletakkan hidung dan dahi diatas meja sedemikian rupa sehingga garis orbito-meatal (yang menghubungkan kantus lateralis mata dengan batas superior kanalis auditorius eksterna) tegak lurus terhadap film. Sudut sinar rontgen adalah 15 derajat kraniokaudal dengan titik keluarnya nasion.

Posisi Caldwell

2. Foto kepala lateral Foto lateral kepala dilakukan dengan kaset terletah sebelah lateral dengan sentrasi diluar kantus mata, sehingga dinding posterior dan dasar sinus maksila berhimpit satu sama lain.

Posisi lateral

3. Foto kepala posisi WatersPosisi ini yang paling sering digunakan. Pada foto waters, secara ideal piramid tulang petrosum diproyeksikan pada dasar sinus maksilaris. Maksud dari posisi ini adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak dibawah antrum maksila sehingga kedua sinus maksilaris dapat dievaluasi seluruhnya. Hal ini didapatkan dengan menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Bidang yang melalui kantus medial mata dan tragus membentuk sudut lebih kurang 37 derajat dengan film. Foto waters umumnya dilakukan pada keadaan mulut tertutup. Pada posisi mulut terbuka akan dapat menilai daerah dinding posterior sinus sphenoid dengan baik.

Posisi water

4. Foto kepala posisi Submentoverteks Posisi submentoverteks diambil dengan meletakkan film pada verteks, kepala pasien menengadah sehingga garis infraorbito meatal sejajar dengan film. Sentrasi tegak lurus kaset dalam bidang midsagital melalui sella tursika ke arah verteks. Banyak variasu-variasi sudut sentrasi pada posisi submentoverteks, agar supaya mendapatkan gambaran yang baik pada beberapa bagian basis kranii, khususnya sinus frontalis dan dinding posterior sinus maksilaris

posisi Submentoverteks

5. Foto Rhese Posisi rhese atau oblik dapat mengevaluasi bagian posterior sinus etmoid, kanalis optikus dan lantai dasar orbita sisi lain

6. Foto proyeksi Towne Posisi towne diambil denga berbagai variasi sudut angulasi antara 30-60 ke arah garis orbitomeatal. Sentrasi dari depan kira-kira 8 cm di atas glabela dari foto polos kepala dalam bidang midsagital. Proyeksi ini adalah posisi yang paling baik untuk menganalisis dinding posterior sinus maksilaris, fisura orbita inferior, kondilus mandibularis, dan arkus zigomatikus posterior

BENTUK-BENTUK HIDUNG NORMAL

1. Snob nose: hidung pesek2. The hawk nose: hidung elang3. Greek nose: hidung lurus sempurna tanpa kurva (hidung orang Yunani)4. Roman nose/hook nose: hidung bengkok (hidung orang Roma)