34
MAKALAH UNSUR TRANSISI PERIODE 4 KONSEP Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Unsur yang dibimbing oleh Bapak Darjito, S.Si, M.Si Disusun Oleh : KELOMPOK 4 Lilis Diah Puspitasari (125090200111048) Indah Rizki Ulya (125090200111049) Meyta Restu Wigati (125090200111051)

Kel.4.B.gol Transisi Periode 1.Konsep

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAHUNSUR TRANSISI PERIODE 4 KONSEP

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Unsuryang dibimbing oleh Bapak Darjito, S.Si, M.Si

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

Lilis Diah Puspitasari(125090200111048)Indah Rizki Ulya(125090200111049)Meyta Restu Wigati(125090200111051)

JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sangat banyak unsur-unsur yang dapat ditemui di alam ini. Sampai saat ini saja sudah 112 unsur telah ditemukan oleh para ahli. Unsur-unsur tersebut memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda yang menyebabkan sulit untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam mempelajari unsur-unsur tersebut, para ahli telahberupaya untuk mengelompokkan unsur-unsur tersebut berdasarkan kemiripan sifat dan karakteristik unsure-unsur tersebut.Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah dari unsur-unsur transisi periode keempat?2. Bagaimana sifat fisik dan sifat kimia dari unsur-unsur transisi periode keempat?3. Bagaimana isotop dari unsur-unsur transisi periode keempat?4. Bagaimana persenyawaan dari unsur-unsur transisi periode keempat?5. Bagaimana bilangan oksidasi dari unsur-unsur transisi periode keempat?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui sejarah dari unsur-unsur transisi periode keempat.2. Mengetahui sifat fisik dan sifat kimia dari unsur-unsur transisi periode keempat.3. Mengetahui isotop dari unsur-unsur transisi periode keempat.4. Mengetahui persenyawaan dari unsur-unsur transisi periode keempat.5. Mengetahui bilangan oksidasi dari unsur-unsur transisi periode keempat.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Sejarah Unsur-unsur Transisi Periode Keempat

a. SkandiumLars Fredrick Nilson dan pasukannya, tidak menyedari tentang ramalan tersebut pada musim bunga tahun 1879, sedang mencari logam-logam nadir bumi; dia telah menemui unsur yang baru menggunakan analisis spektra dalam mineral euksenit dan gadolinit. Beliau namakannya sebagai Skandium, daripada Latin Scandia yang bermaksud "Skandinavia", dan dengan cara pengasingan unsur dengan memproses 10 kilogram euksenit dengan sisa baki nadir bumi, beliau berjaya memperolehi 2 gram skandium oksida (Sc2O3) yang sangat tulen. Per Teodor Cleve membuat kesimpulan bahawa skandium berpadanan tepat dengan ekaboran yang dicari-cari, dan telah memberitahu Mendeleev tentang perkara itu pada bulan Ogos. Fischer, Brunger, and Grienelaus menyediakan logam skandium dengan julung-julung kalinya pada tahun 1937, melalui elektrolisis leburan eutektik kalium, litium, dan skandium klorida pada suhu 700 to 800C. Dawai tungsten dalam sebekas zink cecair merupakan elektrod-elektrod dalam mangkuk pijar grafit. Paun pertama ketulenan 99% logam skandium tidak dihasilkan sehinggalah tahun 1960 (Krebs, 2006).

b. Titanium:Titanium adalah sebuah unsur tabel periodik yang memiliki simbol Ti dan nomor atom 22. Titanium (Latin:titans, anak pertama bumi dalam mitologi romawi) Ditemukan oleh Gregor di tahun 1791 dan dinamakan oleh Klaproth di tahun 1795. Titanium yang tidak murni dipersiapkan oleh Nilson dan Pettersson di tahun 1887, tetapi unsur yang murni tidak dibuat sampai pada tahun 1910 oleh Hunter dengan cara memanaskan TiCl4dengan natrium dalam bom baja (Mohsin, 2006).

c. Vanadium :Vanadium ditemukan pertama kali oleh del Rio pada tahun 1801. Sayangnya, seorang ahli kimia Perancis dengan salah menyatakan bahwa unsur baru del Rio hanyalah krom yang tidak murni. Del Rio pun menyangka dirinya salah dan menerima pernyataan ahli kimia Perancis itu.Unsur ini akhirnya ditemukan ulang pada tahun 1830 oleh Sefstrom, yang menamakan unsur itu untuk memuliakan dewi Skandinavia, Vanadis, karena aneka warna senyawa yang dimilikinya. Vanadium berhasil diisolasi hingga nyaris murni oleh Roscoe, pada tahun 1867 dengan mereduksi garam kloridanya dengan hidrogen.Vanadium tidak dapat dimurnikan hingga kadar 99.3% 99.8% hingga tahun 1922 (Krebs, 2006).

d. KromiumKromium sebagai unsur logam pertama kaliditemukan dua ratus tahun yang lalu, pada 1797. Namun sejarah kromium benar-benar dimulai beberapa decade sebelum ini. Kromium ditemukan pada tahun 1797 olehLouis-Nicholas Vauquelin seorang profesor kimia dananalis di School of Mines di Paris, yang menerimabeberapa sampel bijih crocoites untuk dianalisis sehingga iamengungkapkan adanya unsur baru yang ia sebutKromium (Triastutik, 2012).Nama Kromium berasal dari kata Yunani kroma yang berarti warna, dinamakan demikian karena banyaknya macam warna dalam senyawanya. Namun sebelumnya, Vauquelinmenganalisis zamrud dari Peru dan menemukan bahwa warna hijau adalah karena adanya unsurbaru, yaitu kromium. Satu atau dua tahun kemudian seorang kimiawan dari Jerman, Tassaertyang bekerja di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang merupakansumber utama kromit hingga sekarang.Pada pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari Siberia menunjukkan bahwa kromiumterdapat cukup banyak dalam senyawa PbCrO4, tetapi juga terdapat dalam senyawa lain. Iniakhirnya diidentifikasi sebagai kromium oksida. Kromium oksida ditemukan pada 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin (Triastutik Yani, 2012).

e. ManganPertama kali dikenali oleh Scheele, Bergman dan ahli lainnya sebagai unsur dan diisolasi oleh Gahn pada tahun 1774, dengan mereduksi mangan dioksida dengan karbon ( Jhermansyah, 2012). Logam mangan berwarna putih keabu-abuan. Mangan termasuk logam berat dan sangat rapuh tetapi mudah teroksidasi. Logam dan ion mangan bersifat paramagnetik. Hal ini dapat dilihat dari obital d yang terisi penuh pada konfigurasi electron. Mangan mempunyai isotop stabil yaitu 55Mn (Krebs, 2006).

f. Besi:Sejarah penemuan besi belum jelas sampai sekarang. Ada referensi dalam mitologi The Old Testement (Wasiat Kuno) yang mengacu pada keturunan Adam sebagai "instruktur besi atau semua pencipta loyang dan besi." Artefak arkeologi yang terbuat dari besi lebur dikenal dari sekitar 3000 SM. Besi tampaknya telah diperkenalkan sebagai tahap terakhir dalam "zaman logam." Hanya dalam jumlah kecil yang diketahui sampai menjelang akhir Zaman Perunggu di sekitar 1500 SM. Dibutuhkan suhu 1.0830 C untuk dapat mencairkan besi. Oleh karena itu, tidak secara luas besi digunakan untuk pembuatan alat-alat pabrik dan senjata sampai sekitar 1000 SM sebagai seni metalurgi berkembang. Bijih besi banyak ditemukan diberbagai daerah di seluruh dunia. Seperti metalurgi yang berkembang di Asia Kecil, Cina, Turki, Mesir, Siprus, Yunani, dan Semenanjung Liberia, begitu pula penyebaran kegunaan terkait besi. Kemudian, teknik metalurgi besi menyebar ke negara-negara Eropa. Pada zaman logam berikutnya, produksi ini kemudian adalah alat-alat dari besi, kendaraan, seni, dan koin, serta senjata, yang menciptakan peluang dan manfaat yang menghasilkan bangunan permanen dan kota-kota dan penyebaran peradaban (Krebs, 2006).

g. Kobalt G. Brandt pada tahun 1732 berhasil membuktikan bahwa warna biru pada kaca merupakan jenis logam baru, bukan bismuth. Logam Cobalt baru mulai digunakan pada abad 20, namun bijih Cobalt sesungguhnya telah digunakan ribuan tahun sebelumnya sebagai pewarna biru pada gelas maupun berbagai perkakas dapur. Sumber warna biru pada Cobalt dikenali pertama kali oleh G. Brandt (ahli kimia Swedia) pada tahun 1735 yang mengisolasi logam tak murni yang diberi nama Cobalt rex. Pada tahun 1780, T.O. Bergman menunjukan bahwa Cobalt rex adalah unsur baru yang kemudian diberi nama turunan dari kata kohold (bahasa Jerman) yanh artinya globin atau roh hantu (Krebs, 2006).Cobalt ditemukan oleh Brandt pada tahun 1735.Pada 1735, seorang ilmuwan Swedia, George Brandt, menunjukkan bahwa warna biru pada kaca berwarna disebabkan adanya unsur baru bernama Cobalt. Sedangkan radioaktif Cobalt-60 ditemukan oleh Glenn T Seaborg dan Fohn livingood dari University of California Berkeley pada akhir 1930-an (Krebs, 2006).

h. NikelNikel ditemukan oleh Cronstedt, pada tahun 1751, Ia menemukannya dalam mineral yang disebutnya kupfernickel (nikolit). Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28 (Krebs, 2006).Nikel merupakan logam yang terbentuk dari proses alam. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Nikel dapat didaur-ulang dan dapat digunakan serta digunakan-kembali tanpa degradasi atau penghilangan zat-zat intrinsiknya (Krebs, 2006).

Gambar 1: Nikel (Haynes, 2011)

Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industry (Krebs, 2006).Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam batuan ultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan maupun tidak. Terdapat dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi residual silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa, serta sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit (Krebs, 2006).

2.2 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Unsur-unsur Transisi Periode Keempat

Unsur transisi adalah logam, menunjukkan variabel elektron valensi atau keadaan oksidasi, kurang reaktif dari s-blok dan p-blok, membentuk senyawa berwarna kecuali senyawa di mana logam ion memiliki elektron d0 atau d10, paramagnetik karena adanya elektron yang tidak berpasangan di d-sub kulit. Karena tidak adanya elektron yang tidak berpasangan mereka diamagnetik. Logam transisi dan senyawanya ditandai aktivitas katalitik dengan membentuk senyawa kompleks (Cotton and Wilkinson, 1989).Unsur-unsur transisi ditemukan pada tiga seri di tengah tabel periodik. Seri pertama adalah pada periode 4, dari Skandium (21Sc) ke Seng (30Zn). Seri kedua adalah dalam periode 5, Yttrium (39Y) ke Kadmium (48Cd). Seri ketiga dalam periode 6, setelah seri lantanida, dan dimulai pada kelompok 4 di Hafnium (72Hf) hingga Merkuri (80Hg). Unsur-unsur transisi merupakan perubahan karakteristik kimia dari unsur-unsur dalam seri dari logam ke non logam. Mereka menunjukkan pergeseran bertahap dari yang sangat elektropositif, seperti halnya unsur dalam kelompok 1 (IA) dan 2 (IIA). Pergeseran (transisi) terus berlanjut ke unsur elektronegatif, dalam kelompok 15, 16, dan 17. Dengan demikian, mereka maju dari memiliki beberapa sifat dan karakteristik yang mirip dengan logam untuk memiliki beberapa properti lebih seperti orang-orang dari metaloid, semikonduktor, dan nonlogam (Cotton and Wilkinson, 1989).Tabel 1: Sifat-Sifat Unsur Transisi Periode Keempat (Cotton and Wilkinson, 1989).

Unsur transisi periode keempat mempunyai sifat-sifat khas yang membedakannya dari unsur golongan utama (Cotton and Wilkinson, 1989):Sifat LogamSemua unsur transisi periode keempat bersifat logam, baik dalam sifat kimia maupun dalam sifat fisis. Harga energi ionisasi yang relative rendah (kecuali seng yang agak tinggi), sehingga, mudah membentuk ion positif. Demikian pula, harga titik didih dan titik lelehnya relative tinggi. Hal ini disebabkan orbital subkulit d pada unsur transisi banyak orbital yang kosong atau tersisi tidak penuh. Adanya orbital yang kosong memungkinkan atom-atom membentuk ikatan kovalen (tidak permanen) disamping ikatan logam (Cotton and Wilkinson, 1989).Sifat MagnetAdanya elektron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d menyebabkan unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik (dapat ditarik oleh medan magnet) seperti : Sc, Ti, V, Cr dan Mn. Makin banyak elektron yang tidak berpasangan, maka makin kuat pula sifat paramagnetiknya. Unsur Fe, Co, Ni bersifat ferromagnetic. Meski logam ini dijauhi medan magnet, tetapi induksi magnet logam ini tidak hilang (Cotton and Wilkinson, 1989).Titik Didih dan Titik LelehTitik didih dan titik leleh unsur transisi meningkat dari 1.541C (Skandium) sampai 1.890C (Vanadium), kemudian turun sampai 1.083 C (Tembaga) dan 420 C (Seng) (Cotton and Wilkinson, 1989).Jari-Jari AtomJari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik intinya, Sehingga jarak elektron pada kulit terluar ke intisemakin kecil (Cotton and Wilkinson, 1989).Energi IonisasiEnergi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit fluktuatif, namun secara umumIonization Energy(IE) meningkat dari Sc ke Zn. Kalau kita perhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada pengisian elektron pada logam transisi. Setelah pengisian elektron pada subkulit 3s dan 3p, pengisian dilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d, sehingga kalium dan kalsium terlebih dahulu dibanding Sc. Hal ini berdampak pada grafik energi ionisasinya yang fluktuatif dan selisih nilai energi ionisasi antar atom yang berurutan tidak terlalu besar. Karena ketika logam menjadi ion, maka elektron pada kulit 4s-lah yang terlebih dahulu terionisasi (Cotton and Wilkinson, 1989).a. Skandium (Sc)Skandium adalah unsur pertama pada periode keempat unsur transisi, yang berarti bahwa jumlah proton dalam inti meningkat sepanjang periode. Skandium bersifat lembut, ringan, berwarna putih keperakan, logam yang tidak lembab di udara, dan tahan korosi. Skandium bereaksi keras dengan asam, tapi bukan air. Meskipun posisinya dalam kelompok 3 skandium, sebagai logam, biasanya tidak dianggap sebagai rare-earth. Titik leleh skandium adalah 1.541 C, titik didih adalah 2836 C, dan densitasnya adalah 2,989 g/cm3 (Krebs, 2006).b. Titanium (Ti)Diposisikan di atas kelompok 4 (IVB), titanium mengepalai kelompok logam yang kadang-kadang disebut sebagai "kelompok titanium." Anggota kelompok ini memiliki beberapa sifat yang mirip. Kepadatan Titanium adalah 4,5 g/cm3, yang membuatnya lebih berat dari aluminium tapi tidak seberat besi. Titik leleh tinggi pada 1.660 C, dan titik didih yang lebih tinggi pada 3287 C. Logam titanium lebih keras daripada baja tapi jauh lebih ringan dan tidak menimbulkan korosi dalam air laut, yang membuatnya menjadi logam paduan yang sangat baik untuk digunakan dalam sebagian besar kondisi lingkungan. Titanium bersifat paramagnetik, yang berarti tidak responsif terhadap medan magnet. Titanium bukan konduktor yang sangat baik panas atau listrik. Sebagai unsur pertama di grup 4, titanium memiliki karakteristik mirip dengan anggota lain dari kelompok ini: Zr, Hf, dan Rf. Titanium adalah logam mengkilap, abu-abu, ditempa, dan ulet yang dapat dibentuk dan ditarik menjadi kawat (Krebs, 2006).c. Vanadium (V)Vanadium adalah logam berwarna putih-abu-abu keperakan yang agak lebih berat daripada aluminium, tetapi lebih ringan dari besi. Vanadium membentuk banyak senyawa yang rumit sebagai akibat dari valensi variabel. Titik leleh Vanadium ini adalah 1.890 C, titik didih adalah 3380 C, dan densitasnya adalah 6.11 g/cm3. Vanadium adalah logam paduan yang sangat baik, dengan besi yang menghasilkan keras, kuat, baja tahan korosi yang tahan asam dan alkali sebagian. Vanadium bahkan lebih tahan terhadap korosi air laut dari stainless steel. Vanadium sulit didapatkan dalam bentuk murni dalam jumlah besar. Bentuk tidak murni tampaknya bekerja serta bentuk yang sangat murni dari logam bila digunakan sebagai paduan. Ketika bekerja sebagai logam, harus dipanaskan dalam suasana inert karena mudah teroksidasi (Krebs, 2006).d. Kromium (Cr)Kromium berwarna putih atau abu-abu, keras, logam noncorrosive, rapuh keperakan yang memiliki sifat kimia dan fisik yang mirip dengan dua unsur sebelumnya pada periode 4 (V dan Ti). Titik lelehnya adalah 1.857 C, titik didih adalah 2672 C, dan densitasnya adalah 7.19 g/cm3. Kromium adalah paduan logam yang sangat baik dengan besi. Warna keperakan Kromium membuat logam ini tepat untuk memberikan reflektif, finishing yang menarik untuk electroplating. Berbagai senyawa kromium menunjukkan warna yang nyata, seperti merah, hijau, dan kuning yang semuanya digunakan sebagai pigmen (Krebs, 2006).e. Mangan (Mn)Mangan adalah logam reaktif yang memiliki beberapa bilangan oksidasi (2, 3, 4, 6, dan 7) untuk senyawa kimia bervariasi. Sifat kimia dan fisik mangan yang mirip dengan sifat dalam kelompok 7-technetium (43Tc) dan renium (75Re). Mangan murni adalah logam berwarna abu-abu-putih yang agak mirip dengan besi, terletak di sebelah kanan dalam periode 4. Mangan adalah unsur reaktif yang, dari waktu ke waktu, akan terurai dalam air dingin dan akan berkarat di udara lembab . Kromium memiliki sifat magnetik tetapi tidak magnetik besi. Titik lelehnya adalah 1.233 C, titik didih adalah 1962 C, dan densitasnya adalah 7.44 g/cm3. Sebagai logam murni, kromium tidak dapat dibentuk menjadi struktur yang berbeda karena terlalu rapuh. Mangan berperan untuk warna dalam kristal amethyst untuk membuat kaca amethyst berwarna (Krebs, 2006).f. Besi (Fe)Besi murni adalah logam putih keperakan, keras, tapi mudah dibentuk dan ulet yang dapat ditempa menjadi berbagai bentuk, seperti batang, kawat, lembar, ingot, pipa, framing, dan sebagainya. Besi murni reaktif dan membentuk banyak senyawa dengan unsur-unsur lainnya. Besi adalah agen pereduksi sangat baik. Besi dapat berkarat dalam air dan udara lembab dan sangat reaktif dengan kebanyakan asam, melepaskan hidrogen dari asam. Salah satu sifat utama besi adalah dapat dibuat magnet dan mempertahankan medan magnet. Besi dengan valensi 2 disebut sebagai "fero" dalam senyawa (misalnya, besi klorida = FeCl2). Ketika valensi adalah 3, hal itu disebut "feri" (misalnya, besi klorida = FeCl3). Titik lebur besi adalah 1.535 C, titik didih adalah 2.750 C, dan densitasnya adalah 7,873 g/cm3. Besi adalah satu-satunya logam yang bisa memerah (mengeras dengan pemanasan, kemudian pendinginan dalam air atau minyak). Besi dapat menjadi terlalu keras dan mengembangkan tekanan dan patah tulang. Hal ini bisa diperbaiki oleh anil, sebuah proses yang memanaskan besi lagi dan kemudian memegang pada suhu yang sampai tekanan dieliminasi. Besi adalah konduktor listrik dan panas. Hal ini mudah magnet, namun sifat magnet hilang pada suhu tinggi (Krebs, 2006).g. Kobalt (Co)Kobalt adalah logam baja abu-abu kebiruan yang dapat dipoles agar lebih terang. Kobalt rapuh dan tidak dapat ditempa kecuali dengan paduan logam lain. Kobalt ketika dipadukan dengan aluminium dan nikel disebut alnico logam, yang bertindak sebagai super-magnet dengan banyak kegunaan dalam industri. Alnico digunakan untuk membuat magnet permanen yang kuat dengan banyak kegunaan, seperti peralatan medis CT, PET, dan MRI. Secara khusus, besi, kobalt, dan nikel unik karena memiliki sifat magnetik alami. Kobalt memliki titik leleh sebesar 1.495 C, titik didih adalah 2927 C, dan densitasnya adalah 8.86 g/cm3. Kobalt memiliki titik Curie tertinggi dari setiap logam atau paduan kobalt. Titik Curie adalah suhu di mana unsur akan kehilangan sifat magnet sebelum mencapai titik leleh. Titik Curie kobalt adalah 1.121 C, dan titik leleh adalah 1.495 C. Sekitar 25% dari semua kobalt ditambang di dunia digunakan sebagai paduan dengan logam lain (Krebs, 2006).h. Nikel (Ni)Logam nikel tidak terdapat bebas di alam dan terdapat sebagai senyawa dalam bijih dari berbagai warna, mulai dari batu coklat kemerahan dengan deposit kehijauan dan kekuningan, dan dalam bijih tembaga. Nikel logam adalah perak-putih dan keras tapi dapat ditempa dan ulet yang dapat dibentuk dalam keadaan panas atau dingin. Nikel adalah konduktor listrik yang buruk. Titik leleh Nikel adalah 1.455 C, titik didih adalah 2.913 C, dan densitasnya adalah 8,912 g/cm3. Seperti disebutkan, nikel terletak di kelompok 10 (VIII) dan merupakan unsur ketiga dalam triad khusus (Fe, Co, Ni) dari seri pertama dari unsur-unsur transisi. Kimia nikel dan sifat fisik, terutama keganjilan magnet, mirip dengan besi dan kobalt. Beberapa asam akan menyerang nikel, tetapi menawarkan perlindungan yang sangat baik dari korosi dari udara dan air laut. Kualitas ini membuatnya sangat baik untuk menyepuh logam lain untuk membentuk lapisan pelindung. Nikel juga merupakan logam paduan yang sangat baik, terutama dengan besi, untuk membuat stainless steel serta baju besi pelindung untuk kendaraan militer. Hal ini mudah dibentuk dan dapat ditarik melalui mati untuk membentuk kabel. Sekitar satu pon logam nikel dapat ditarik sekitar 200 mil dari kawat tipis (Krebs, 2006).

2.3 Isotop Unsur-unsur Transisi Periode Keempat

a. SkandiumAda 28 isotop skandium, mulai dari skandium-36 untuk skandium-57. Skandium-45 adalah satu-satunya isotop stabil dan mengandung sekitar 100% dari skandium alam yang ditemukan di kerak bumi. Isotop radioaktif yang tersisa dengan waktu paruh mulai dari nanodetik untuk beberapa menit sampai beberapa jam sampai beberapa hari, dan karena itu tidak ditemukan secara alami dalam kerak bumi. Isotop radioaktif dari skandium diproduksi dalam reaktor nuklir (Krebs, 2006).

b. TitaniumAda 23 isotop diketahui titanium. Ada lima isotop yang bersifat radioaktif, yaitu Ti-38 sampai Ti-61, dan memiliki paruh bervariasi dari beberapa nanodetik untuk beberapa jam. Persentase dari lima isotop stabil yang ditemukan di alam adalah sebagai berikut: 46Ti = 8,25%, 47Ti = 7.44%, 48Ti = 73,72%, 49Ti = 5,41%, dan 50Ti = 5,18% (Krebs, 2006).

c. VanadiumAda 27 isotop vanadium. Hanya vanadium-51 yang stabil dan membuat 99,75% dari total vanadium di Bumi. 0,25% lainnya dari vanadium ditemukan di Bumi dari radioisotop vanadium-50, yang memiliki seperti paruh panjang 1,4 10 17 tahun yang dianggap stabil. Isotop radioaktif lainnya memiliki paruh berkisar 150 nanodetik satu tahun (Krebs, 2006).

d. KromiumAda 26 isotop kromium; empat yang stabil ditemukan di alam, dan sisanya secara artifisial diproduksi dengan waktu paruh dari beberapa mikrodetik untuk beberapa hari. Empat isotop stabil dan persentase total kromium di Bumi adalah sebagai berikut: 50Cr = 4,345%, 52Cr = 83,789%, 53Cr = 9,501%, dan 54Cr = 2,365%. Cr-50 adalah radioaktif tetapi memiliki seperti halflife 1,8 1017 tahun, yang dianggap berkontribusi sekitar 4 % dengan jumlah total kromium yang ditemukan di Bumi (Krebs, 2006).

e. ManganAda 30 isotop mangan, mulai dari Mn-44 ke-69 Mn, dengan hanya satu yang stabil: Mn-55 membuat 100% dari elemen di kerak bumi. Semua isotop lainnya radioaktif dengan waktu paruh berkisar 70 nanodetik ke 3,7 106 tahun. Radioisotop buatan diproduksi di reaktor nuklir, dan karena sebagian besar isotop radioaktif tidak alami, tidak memberikan kontribusi terhadap keberadaan alam elemen di Bumi (Krebs, 2006).

f. BesiAda 30 isotop besi mulai dari Fe-45 untuk Fe-72. Berikut ini adalah empat isotop stabil dengan persentase kontribusi mereka terhadap keberadaan alam elemen di Bumi: Fe-54 = 5,845%, Fe-56 = 91,72%, Fe-57 = 2,2%, dan Fe-58 = 0,28%. Fe-54 adalah radioaktif yang stabil karena memiliki waktu paruh yang panjang (3,1 1022 tahun). Isotop lainnya adalah radioaktif dan diproduksi artifisial. Paruh mereka berkisar dari 150 nanodetik sampai 1 105 tahun (Krebs, 2006).

g. KobaltAda 33 isotop kobalt, mulai dari Co-48 untuk Co-75, dengan waktu paruh mulai dari beberapa nanodetik sampai 5,272 tahun untuk kobalt-60. Cobalt-59 adalah satu-satunya isotop stabil yang hampir 100% dari kehadiran alami di Bumi. Semua isotop radioaktif dan lainnya diciptakan secara artifisial dalam reaktor nuklir atau ledakan nuklir (Krebs, 2006).

h. NikelAda 31 isotop nikel, mulai dari Ni-48 ke Ni-78. Lima di antaranya adalah stabil, dan persentase kontribusi mereka terhadap keberadaan alam elemen pada Bumi adalah sebagai berikut: Ni-58 = 68,077%, Ni-60 = 26,223%, Ni-61 = 1.140%, Ni-62 = 3,634%, dan Ni 64 = 0,926%. 26 isotop nikel lainnya secara artifisial dibuat dan radioaktif dengan paruh mulai dari beberapa nanodetik ke 7,6 104 tahun (Krebs, 2006).

2.4 Persenyawaan Unsur-unsur Transisi Periode Keempat

a. Skandium (Sc)Kimia hampir sepenuhnya didominasi oleh ion trivalen, Sc3+. Jari-jari ion M3+ menunjukkan bahwa dalam hal sifat kimia, ion skandium lebih mirip dengan Litrium (Y) daripada dari aluminium. Karena kesamaan ini, skandium sering dikelompokkan sebagai unsur seperti lantanida (Greenwood and Earnshaw, 1997). Oksida dan hidroksidaOksida Sc2O3 dan hidroksida Sc(OH)3 bersifat amfoterSc (OH)3 + 3 OH- Sc (OH)63-Sc (OH)3 + 3 H+ + 3 H2O [Sc (H2O) 6]3+Larutan dari Sc3+ di air bersifat asam karena hidrolisis. Halida dan pseudohalidaHalida ScX3 (X = Cl, Br, I) sangat larut dalam air, tapi ScF3 tidak larut. Dalam keempat halida skandium adalah 6-terkoordinasi. Halida termasuk asam Lewis; misalnya, ScF3 larut dalam larutan yang mengandung ion fluoride yang berlebihan untuk membentuk [ScF6] 3-. Bilangan koordinasi 6 adalah cirri khas dari Sc (III). Sebagian besar ion Y3+ dan LA3+ umumnya memiliki bilangan koordinasi 8 dan 9. Skandium (III) triflat kadang-kadang digunakan sebagai katalis asam Lewis dalam kimia organic (Greenwood and Earnshaw, 1997). Turunan OrganikSkandium membentuk serangkaian senyawa organologam denganligan siklopentadienil (Cp), mirip dengan perilaku lantanida.Salah satu contoh adalah dimer klorin-bridge, [SCCP2Cl]2dan derivatif terkaitligan pentametil siklopentadienil. (Greenwood and Earnshaw, 1997). Oksidasi biasaSenyawa yang menampilkan skandium dalam keadaan oksidasi selain +3 jarang tapi ditandai. Senyawa CsScCl3 adalah salah satu dari yang paling sederhana. bahan ini mengadopsi struktur seperti lembaran yang menunjukkan luas ikatan antara skandium (II) pusat. Skandium hidrida belum dipahami dengan baik, meskipun tampaknya tidak menjadi hidrida salin dari Sc (II). Seperti pada sebagian elemen, skandium hidrida diatomik telah diamati secara spektroskopi pada suhu tinggi dalam fase gas (Greenwood and Earnshaw, 1997).

b. Titanium (Ti) Oksida Titanium Titanium Oksida (TiO2) memiliki tiga bentuk kristal yaitu rutil, anatase dan brookite. Digunakan sebagai pigmen putih dalam cat, zat ini lebih baik daripada timbel putih white lead Pb3(OH)2(CO3)2 karena toksisitasnya yang rendah dan tidak menjadi hitam apabila terkena H2S seperti yang terjadi pada zat warna yang menggunakan bahan dasar yang mengandung timah hitam. Titanium oksida juga digunakan sebagai pemutih dalam pembuatan kertas. Dibuat melalui oksidasi TiCl4 dalam fase uap dengan oksigen. Endapan yang diperoleh melalui penambahan OH- kepada larutan TiIV dianggap sebagai TiO2 hidrat, bukan hidroksida sejati. Materi ini bersifat amfoter dan tidak terlalu larut dalam asam atau basa. Terlarut lambat dalam H2SO4 pekat dan dapat membentuk kristal Sulfat, dengan alkali cair membentuk titanan, misalnya K2TiO3 (Greenwood and Earnshaw, 1997).TiCl4(g) + 2H2O(g) TiO2(s) + 4HCl(g) Bisa juga, titanium dibakar di udara akan menghasilkan titanium dioksida dengan nyala putih yang terang dan ketika dibakar dengan nitrogen murni akan menghasilkan titanium nitride (Greenwood and Earnshaw, 1997).Ti(s) + O2(g) TiO2(s)2Ti(s) + N2(g) TiN(s) Kompleks Titanium1. Garam OksoGaram Okso biasanya didapatkan dalam bentuk spesies TiOSO4.H2O dan (NH4)2TiO(C2O4).H2O (Greenwood and Earnshaw, 1997).2. Kompleks AnionLarutan yang diperoleh dengan melarutkan logam atau oksida hidrat dalam larutan akua mengandung ion kompleks fluoro, terutama TiF62- yang dapat diisolasi sebagai garam berkristal. Contohnya yaitu TiF62- dibuat dari logam/oksidanya dilarutkan dalam HF, TiCl4 dibuat dari logam/oksidanya dilarutkan dalam HCl, [TiCl6]2- dibuat dari logam/oksidanya yang dilarutkan dalam HCl dengan penjenuhan dengan gas Cl2 (Greenwood and Earnshaw, 1997). 3. Adduct dari TiX4Biasanya Kompleks Halidanya dapat membentuk adduct TiX4L atau TiX4L2, berupa padatan Kristal yang sering larut dalam pelarut organik. Adductnya memiliki bentuk geometri oktahedral. Contohnya : [TiCl4(OPCl3)]2, [TiCl4(MeCOOEt)]2 dan TiCl4(OPCl3)2 (Greenwood and Earnshaw, 1997).4. Kompleks PeroksoSalah satu reaksi yang paling khas bagi larutan akua Ti ([Ti(O2)OH+]) adalah tumbuhnya warna jingga yang jelas pada penambahan H2O2. [Ti(O2)OH+] digunakan dalam analisis kolometri. Dimana reaksinya (Greenwood and Earnshaw, 1997):TiO2 + H2O2 Ti(O2)OH (warna jingga) Senyawaan Titanium(III)Titanium Klorida TiCl3 mempunyai beberapa bentuk Kristal. Bentuk yang ungu dibuat melalui reduksi dengan H2 dari uap TiCl4 pada suhu 500 sampai 2000c. Reduksi bentuk yang coklat, yang diubah menjadi bentuk pada suhu 250 c sampai 300c. Bentuk mempunyai kisi lapisan mengandung gugus TiCl6. - TiCl3 berupa serabut dengan rantai oktahedral TiCl6 yang merupakan bersama sisi-sisinya. Struktur ini sangat penting bagi polimerasi stereospedifik dari propena dengan menggunakan katalis TiCl6 (proses Ziegler-Natta). Dikloridanya dapat diperoleh pada suhu tinggi yaitu (Greenwood and Earnshaw, 1997): TiCl4 + Ti 2TiCl2 atau 2TiCl3 TiCl2 + TiCl4 Halida TitaniumSalah satu halida titanium yaitu Titanium tetraklorida, cairan tidak berwarna (titik didih 136C) mempunyai bau busuk, berasap dengan kuat dalam udara basah dan terhidrolisis secara kuat tetapi tidak keras oleh air (Greenwood and Earnshaw, 1997):TiCl4 + 2H2O TiO2 + 4HClHalida lainnya dari titanium yang dikenal adalah TiBr4 (tidak stabil), TiI4 berbentuk Kristal pada temperature kamar, dan TiF4 berupa bubuk putih yang higroskopis (Greenwood and Earnshaw, 1997).

c. Vanadium (V)Dalam larutan, vanadium membentuk logam aquo Kompleks yang berwarna keunguan [V (H2O)6]2+, hijau [V (H2O) 6]3+, biru [VO (H2O)5]2+, dan kuning [VO (H2O)5]3+. senyawa Vanadium (II) merupakan agen pereduksi, dan senyawa vanadium (V) merupakan agen pengoksidasi. senyawa Vanadium (IV) sering ada sebagai derivative vanadyl yang mengandung pusat VO2+ (Greenwood and Earnshaw, 1997).

Gambar 2 : Dari kiri: [V(H2O)6]2+ (keunguan), [V(H2O) 6]3+ (hijau), [VO(H2O)5]2+ (biru) dan [VO(H2O)5]3+ (kuning) (Haynes, 2011).

Ammonium vanadat (V) (NH4VO3) bisa berturut-turut dikurangi dengan logam seng untuk mendapatkan warna vanadium yang berbeda dalam empat keadaan oksidasi. Keadaan oksidasi yang lebih rendah terjadi pada senyawa seperti V(CO)6, [V(CO)6] - dan derivatif pengganti (Greenwood and Earnshaw, 1997).Senyawa yang paling penting secara komersial adalah vanadium pentoksida. Hal ini digunakan sebagai katalis untuk produksi asam sulfat. Senyawa ini mengoksidasi sulfur dioksida (SO2) ke trioksida (SO3). Dalam reaksi redoks ini, sulfur teroksidasi dari +4 menjadi +6, dan vanadium tereduksi dari + 5 menjadi +4:V2O5 + SO2 2 VO2 + SO3Katalis dibuat ulang oleh oksidasi dengan udara:2 VO2 + O2 V2O5Oksidasi yang sama digunakan dalam produksi anhidrida maleat, anhidrida ftalat, dan beberapa senyawa organik massal lainnya (Greenwood and Earnshaw, 1997). OksianionVanadium (V) juga membentuk berbagai kompleks perokso, terutama di situs aktif dari vanadium mengandung enzim bromoperoxidase. Spesies VO(O)2(H2O)4+ stabil dalam larutan asam. Dalam larutan alkali spesies dengan golongan peroksida 2, 3 dan 4 lebih dikenal; bentuk terakhir berupa garam violet dengan rumus M3V(O2)4 nH2O (M = Li, Na, dll), di mana vanadium memiliki koordinat-8 struktur Dodecahedral (Greenwood and Earnshaw, 1997). Derivatif halidaDua belas senyawa halida biner dengan rumus VXn telah diketahui. VI4, VCl5, VBr5, dan VI5 tidak ada atau sangat tidak stabil. Dalam kombinasi dengan reagen lainnya, VCl4 digunakan sebagai katalis untuk polimerisasi diena. Seperti semua halida biner, vanadium merupakan asam Lewis, terutama dari V(IV) dan V(V). banyak dari halida membentuk kompleks oktahedral dengan rumus VXnLn (X= halida; L= ligan lain) (Greenwood and Earnshaw, 1997).

Senyawa koordinasiKompleks vanadium (II) dan (III) relatif inert dan mereduksi, sedangkan V(IV) dan V(V) merupakan oksidan. Ion Vanadium agak besar dan beberapa kompleks mencapai bilangan koordinasi lebih besar dari 6, seperti halnya di [V(CN) 7]4-. Kimia koordinasi V4+ didominasi oleh pusat vanadyl, VO2+, yang mengikat empat ligan kuat dan satu lemah (satu trans ke pusat vanadyl). Contohnya adalah asetilasetonat vanadyl (V(O)(O2C5H7 )2). Di kompleks ini, vanadium memiliki koordinat 5, piramida persegi, yang berarti bahwa ligan keenam, seperti piridin, dapat disertakan, meskipun konstanta asosiasi dari proses ini adalah kecil. Banyak koordinat 5 kompleks vanadyl memiliki geometri trigonal bypyramidal, seperti VOCl2 (NMe3)2. Kimia koordinasi V5+ didominasi oleh polyoxovanadates, seperti decavanadate (Greenwood and Earnshaw, 1997). Senyawa organologamVanadocene dichloride merupakan reagen serbaguna, bahkan ditemukan dalam beberapa aplikasi dibidang kimia organik. Vanadium karbonil, V(CO)6, merupakan contoh langka dari sebuah karbonil logam paramagnetik. Pereduksiannya menghasilkan V(CO)6- (isoelektrik dengan Cr(CO)6), yang selanjutnya dapat direduksi dengan natrium dalam amonia cair untuk menghasilkan V (CO)5- (isoelektrik dengan Fe(CO)5) (Greenwood and Earnshaw, 1997).

d. Kromium (Cr)Kromium merupakan anggota dari logam transisi dalam golongan 6. Chromium (0) memiliki konfigurasi elektron 4s13d5, karena energi yang lebih rendah dari konfigurasi putaran tinggi. Kromium menunjukkan berbagai oksidasi yang mungkin, di mana keadaan +3 merupakan yang paling stabil dengan energi penuh; keadaan +3 dan +6 merupakan yang paling sering dilihat dalam senyawa kromium, sedangkan keadaan 1, 4 dan 5 yang jarang ditemukan (Greenwood and Earnshaw, 1997). Kromium(III)

Gambar 3 : (a) Kromium(III) chloride hexahydrate ([CrCl2(H2O)4]Cl2H2O), (b) Anhydrous chromium(III) chloride (CrCl3) (Haynes, 2011).Sejumlah besar senyawa kromium (III) telah dikenal. Kromium (III) dapat diperoleh dengan melarutkan unsur kromium dalam asam seperti asam klorida atau asam sulfat. Ion kromium (III) cenderung membentuk kompleks oktahedral. Warna kompleks tersebut ditentukan oleh ligan yang melekat pada pusat Cr. Kromium (III) klorida hidrat yang tersedia dipasaran adalah kompleks hijau tua [CrCl2(H2O)4]Cl. Senyawa yang terkait erat memiliki warna yang berbeda: hijau pucat [CrCl(H2O)5] Cl2 dan violet [Cr(H2O)6]Cl3. Jika kromium (III) klorida hijau bebas air dilarutkan dalam air maka laritan hijau akan menyala berwarna violet setelah beberapa waktu, karena penggantian air dengan klorida dalam koordinasi lingkup dalam. Jenis reaksi juga diamati dengan larutan krom alum dan garam kromium (III) lainnya yang larut dalam air (Greenwood and Earnshaw, 1997).Kromium (III) hidroksida (Cr(OH)3) adalah amfoter, larut dalam larutan asam untuk membentuk [Cr(H2O)6]3+, dan dalam larutan dasar untuk membentuk [Cr(OH)6]3-. Hal ini didehidrasi dengan pemanasan untuk membentuk kromium (III) oksida (Cr2O3) berwarna hijau yang merupakan oksida stabil dengan struktur kristal yang identik dengan korundum (Greenwood and Earnshaw, 1997). Kromium(VI)

Gambar 3 : Kromium (VI) oksida (Haynes, 2011).

Senyawa kromium (VI) bersifat oksidan kuat pada pH rendah atau netral. Senyawa yang paling penting adalah anion kromat (CrO24-) dan anion dikromat (Cr2O72-), yang ada dalam kesetimbangan:

Kromium (VI) halida juga dikenal dan termasuk heksafluorida CrF6 dan chromyl klorida (CrO2Cl2) (Greenwood and Earnshaw, 1997).Natrium kromat diproduksi secara industri oleh pemanggangan oksidatif bijih kromit dengan kalsium atau natrium karbonat. Perubahan keseimbangan terlihat oleh perubahan dari kuning (kromat) ke oranye (dikromat), seperti ketika asam ditambahkan ke dalam larutan netral kalium kromat (Greenwood and Earnshaw, 1997).

Gambar 4 : Natrium kromat (Na2CrO4) (Haynes, 2011)

Kromium(V) dan Kromium(IV)Keadaan oksidasi +5 hanya diwujudkan dalam beberapa senyawa tetapi sebagai perantara dalam banyak reaksi yang melibatkan oksidasi oleh kromat. Satu-satunya senyawa biner adalah krom (V) fluoride (CrF5) yang mudah menguap. Senyawa ini berbentuk padatan merah memiliki titik leleh 30 C dan titik didih 117 C. Hal ini dapat disintesis dengan mereaksikan logam kromium dengan fluor pada suhu 400 C dan tekanan 200 bar. peroksokromat (V) adalah contoh lain dari Keadaan oksidasi +5 (Greenwood and Earnshaw, 1997).Kalium peroksokromat (K3[Cr(O2)4]) dibuat dengan mereaksikan kalium kromat dengan hidrogen peroksida pada suhu rendah. Senyawa coklat merah ini stabil di suhu kamar tapi terurai secara spontan pada 150-170 C. Senyawa kromium (IV) (di keadaan oksidasi +4) sedikit lebih umum daripada kromium (V). Tetrahalida, CrF4, CrCl4, dan CrBr4, dapat diproduksi dengan mereaksikan trihalida (CrX3) dengan halogen yang sesuai pada temperatur tinggi. Senyawa-senyawa tersebut rentan terhadap ketidak seimbangan reaksi dan tidak stabil di dalam air (Greenwood and Earnshaw, 1997). Kromium(II)Banyak senyawa kromium (II) yang diketahui, termasuk kromium (II) klorida, CrCl2 yang stabil dalam air, yang dapat dibuat dengan reduksi kromium (III) klorida dengan seng. Menghasilkan larutan biru terang yang hanya stabil pada pH netral. Banyak chromous karboksilat yang juga dikenal, yang paling terkenal adalah asetat chromous (CR2(O2CCH3)4) yang berwarna merah yang dilengkapi dengan ikatan quadruple (Greenwood and Earnshaw, 1997). Kromium(I)Kebanyakan senyawa Cr (I) diperoleh dengan oksidasi kaya elektron, kompleks oktahedral Cr (0). Kompleks Cr (I) mengandung ligan siklopentadienil. Seperti diverifikasi oleh difraksi sinar-X, sebuah ikatan Cr-Cr berlipat lima (panjang 183,51 (4) pm) juga telah dijelaskan. Besarnya ligan monodentat menstabilkan senyawa ini dengan melindungi ikatan berlipat lima dari reaksi lebih lanjut (Greenwood and Earnshaw, 1997). Kromium(0)Banyak kromium (0) senyawa yang dikenal, yang paling terkenal adalah turunan dari chromium heksakarbonil atau bis (benzena) kromium (Greenwood and Earnshaw, 1997).

e. Mangan (Mn) Senyawa Biner Mangan(II) oksida merupakan bubuk berwarna hijau gelap yang dibuat dari pemanggangan senyawa karbonat dalam hidrogen atau nitrogen atau dapat juga dibuat dari pemanasan MnCl2 pada 6000C. Mangan (II) sulfida senyawa berwarna merah muda kenuning-kuningan yang diperoleh melalui pengendapan dengan larutan sulfida basa Garam dari Mangan (II)Garam mangan (II) dapat dibentuk dengan hampir semua anion. Garam mangan(II) larut dalam air, walaupun phospat dan karbonat hanya sedikit larut. Hampir semua garam kristal berbentuk hidrat (Greenwood and Earnshaw, 1997).

f. Besi (Fe)Besi membentuk senyawa terutama pada oksidasi +2 dan +3. Besi juga terbentuk pada keadaan-keadaan oksidasi yang lebih tinggi, contoh menjadi ungu pada kalium ferrate (K2FeO4) yang mengandung zat besi dalam keadaan oksidasi +6. Banyak senyawa organologam mengandung oksidasi formal +1, 0, -1, atau bahkan -2. Terdapat banyak senyawa valensi campuran yang mengandung kedua pusat besi (II) dan besi (III), seperti magnetit dan biru Prusia (Fe4(Fe [CN]6)3 (Greenwood and Earnshaw, 1997). Senyawa BinerBesi bereaksi dengan oksigen di udara untuk membentuk berbagai oksida dan senyawa hidroksida; yang paling umum adalah besi (II, III) oksida (Fe3O4), dan besi (III) oksida (Fe2O3). Besi (II) oksida juga ada, meskipun tidak stabil pada suhu kamar. Oksida ini adalah bijih utama untuk produksi besi. Mereka juga digunakan dalam produksi ferit, media penyimpanan magnetik berguna dalam komputer, dan pigmen. Sulfida paling dikenal adalah pirit besi (FeS2) (Greenwood and Earnshaw, 1997).Halida besi dan besi biner sangat terkenal, dengan pengecualian iodida besi. Halida besi biasanya timbul dari mereaksikan logam besi dengan asam halogen biner yang sesuai untuk memberikan garam terhidrasi yang sesuai.Fe + 2 HX FeX2 + H2Besi bereaksi dengan fluorin, klorin, dan bromin untuk memberikan halida besi yang sesuai, klorida yang paling umum:2 Fe + 3 X2 2 FeX3 (X = F, Cl, Br) Senyawa koordinasi dan organologamBeberapa kompleks sianida telah diketahui. Contoh yang paling terkenal adalah Prusia biru, (Fe4(Fe[CN]6)3). Kalium ferrisianida dan kalium ferrosianida juga dikenal, pembentukan Prusia biru pada reaksi dengan besi (II) dan besi (III) masing-masing membentuk dasar dari "basah" test kimia. Prusia biru juga digunakan sebagai penangkal keracunan untuk radioaktif talium dan cesium (Greenwood and Earnshaw, 1997). g. Kobalt (Co)Meskipun senyawa dengan keadaan oksidasi mulai dari -3 Hingga +4 juga dikenal. Namun, keadaan oksidasi yang umum untuk senyawa sederhana adalah +2 (kobalt (II)). Garam-garam ini membentuk logam aquo kompleks [Co(H2O)6]2+ berwarna pink dalam air. Penambahan klorida memberikan intens biru [CoCl4]2- (Greenwood and Earnshaw, 1997). Senyawa Oksigen Beberapa oksida kobalt dikenal. Kobalt (II) oksida (CoO) berwarna hijau mempunyai struktur seperti garam batu. Senyawa ini mudah teroksidasi dengan air dan oksigen menjadi kobalt (III) hidroksida (Co(OH)3) berwarna coklat. Pada suhu 600-700 C, CoO mengoksidasi menjadi kobalt (II, III) oksida (Co3O4) berwarna biru yang memiliki struktur spinel. Kobalt (III) oksida (Co2O3) yang berwarna hitam juga dikenal sebagai kobalt oksida yang antiferromagnetik pada suhu rendah (Greenwood and Earnshaw, 1997). HalidaEmpat kobalt (II) dihalida yang dikenal yaitu: kobalt (II) fluorida (CoF2, merah muda), kobalt (II) klorida (CoCl2, biru), kobalt (II) bromide (CoBr2, hijau), kobalt (II) iodida (CoI2, biru kehitaman) (Greenwood and Earnshaw, 1997). Senyawa KoordinasiAdapun semua logam, senyawa molekul dan ion poliatomik kobalt diklasifikasikan sebagai kompleks koordinasi, molekul atau ion yang mengandung kobalt terkait dengan beberapa ligan. Prinsip-prinsip elektronegativitas dan kekerasan-kelembutan serangkaian ligan dapat digunakan untuk menjelaskan keadaan oksidasi biasa kobalt. Misalnya kompleks Co3+ cenderung memiliki ligan amina. Fosfor lebih lembut dari nitrogen, ligan fosfin cenderung menampilkan Co2+ dan Co+ yang lebih lembut, contohnya menjadi tris (trifenilfosfina) cobalt (I) klorida (((C6H5)3)3CoCl). Semakin elektronegatif (dan keras) oksida dan fluoride dapat menstabilkan derivatif CO4+ dan CO5+, misalnya cesium heksafluorokobaltat (Cs2CoF6) dan kalium perkobaltat (K3CoO4) (Greenwood and Earnshaw, 1997). Senyawa OrganologamCobaltocene adalah analog struktural ferrocene, di mana pengganti kobalt untuk besi. Cobaltocene sensitif terhadap oksidasi, lebih dari ferrocene. Cobalt karbonil, (Co2(CO) 8) adalah katalis dalam karbonilasi dan Reaksi Hidrosilisasi (Greenwood and Earnshaw, 1997).

h. Nikel (Ni) Senyawa Ni (+2)Senyawa ini memiliki sifat jika anhidrous memiliki warna kuning dan jika ada air memiliki warna hijau. contoh : [Ni(H2O)6]2+ merupakan hidrat, memiliki warna hijau. NiO, nikelo oksida diperoleh dari pemanasan Ni(OH)2 / NiCO3 / NiNO3 tanpa udara dan mempunyai sifat jika direaksikan dengan alumina akan larut dan membentuk endapan biru nikelo oksida alumina (NiO.Al2O3) dan jika direaksikan dengan SnO2 akan membentuk NiO.SnO2. Larutan garam Ni direaksikan dengan larutan alkali akan membentuk Ni(OH)2 yang berwarna hijau (Greenwood and Earnshaw, 1997). Kompleks NikelTerdapat beberapa kompleks otentik dari nikel(III). Oksidasi NiX2(PR3)2 dengan halogen yang cocok menghasilkan NiX3(PR3)2. Kompleks nikel (IV) bahkan jarang, dan kompleks dithiolen yang dapat secara formal dianggap mengandung ligan-ligan Ni4+ dan S2CR22- paling baik dianggap sebagai kompleks NikeI (Greenwood and Earnshaw, 1997).

2.5 Bilangan Oksidasi Unsur-unsur Transisi Periode KeempatSenyawa-senyawa unsur transisi di alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu. Adanya bilangan oksidasi lebih dari satu ini disebabkan mudahnya melepaskan elektron valensi. Dengan demikian, energi ionisasi pertama, kedua dan seterusnya memiliki harga yang relatif lebih kecil dibanding unsur golongan utama (Cotton and Wilkinson, 1989).Walaupun unsur transisi memiliki beberapa bilangan oksidasi, keteraturan dapat dikenali. Bilangan oksidasi tertinggi atom yang memiliki lima elektron yakni jumlah orbital d berkaitan dengan keadaan saat semua elektron d (selain elektron s) dikeluarkan. Jadi, dalam kasus skandium dengan konfigurasi elektron (n-1)d1ns2, bilangan oksidasinya 3. Mangan dengan konfigurasi (n-1)d5ns2, akan berbilangan oksidasi maksimum +7 (Cotton and Wilkinson, 1989).Bila jumlah elektron d melebihi 5, situasinya berubah. Untuk besi Fe dengan konfigurasi elektron (n-1)d6ns2, bilangan oksidasi utamanya adalah +2 dan +3. Sangat jarang ditemui bilangan oksidasi +6. Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah logam transisi penting seperti kobal (Co), Nikel (Ni) lebih rendah dari bilangan oksidasi atom yang kehilangan semua elektron (n1)d dan ns-nya. Di antara unsur-unsur yang ada dalam golongan yang sama, semakin tinggi bilangan oksidasi semakin penting untuk unsur-unsur pada periode yang lebih besar (Cotton and Wilkinson, 1989).

DAFTAR PUSTAKA

Cotton dan Wilkinson, (1989), Kimia Anorganik Dasar, UI-Press, Jakarta.Greenwood, N. N. and Earnshaw A. 1997. Chemistry of the Elements Second Edition. Oxford: Reed Educational and Professional PublishingHaynes, William M., ed. 2011. Chemistry Encyclopedia. Boca Raton, FL: CRC Press.Jhermansyah, yoman, 2012, Mangan, www.Chems-Is-Try.org, diakses 29 November 2014 pukul 19.14 WIBKrebs, Robert E. 2006. The History and Use of Our Earths Chemical Elements: A Reference Guide Second Edition. London: Greenwood PressMohsin, Yulianto, 2006, Titanium, www.Chems-Is-Try.org, diakses 29 November 2014 pukul 19.14 WIBTriastutik, Yani, 2012, Makalah Kimia Unsur, UIN Malang, Malang