View
18
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kecukupan gizi balita dari makanan lokal, dan inovasi pembuatan abon ikan untuk mengatasi kekurangan giziSeminar Pembelajaran dari dampak Intervensi Gizi (Januari 2015)
Citation preview
1
SEAMEO-TROPMED Regional Center for Community Nutrition University of Indonesia
Kecukupan gizi balita dari makanan lokal, dan inovasi pembuatan abon ikan untuk mengatasi kekurangan gizi
Dr. Umi Fahmida
SEAMEO RECFON
Seminar Pembelajaran dari dampak Intervensi Gizi untuk menurunkan StuntingGERAKAN NASIONAL KESEHATAN IBU DAN ANAK menuju Pencapaian MDGs 2015
Jakarta, January 20th, 2015
Effectiveness on improving knowledge, practices, and intakes of “key problem nutrients” of a complementary feeding intervention
developed by using linear programming: experience in Lombok, Indonesia
Umi Fahmida, Risatianti Kolopaking, Otte Santika, Sriani Sriani, Jahja Umar, Min Kyaw Htet, Elaine Ferguson
American Journal of Clinical Nutrition 2015; 101 (in press)
2
• Ketersediaan pangan lokal dari pertanian dan perikanan
• Tidak termasuk wilayah NICE (taburia program)
Pringgabaya dan Wanasaba subdistricts,East Lombok, West Nusa Tenggara
Subjects
• Kriteria inklusi:
– 9-16 bulan
– masih menerima ASI
• Kriteria eksklusi:
– Ibu buta huruf
– Gizi buruk: severely stunted (PB/U < -3.00 SD) atau severely wasted (BB/PB < -3.00 SD)
– Rawan pangan parah (household food insecure with severe hunger)
4
Penyusunan Panduan MP-ASI menggunakan Linear Programming
J Nutr 2006;136: 2399-2404.
5
Tahap I: “optimized
diet”
Tahap II: “best-case” dan “worst
case scenario untuk setiap nutrien
Tahap III: identifikasi
pangan padat gizi
Tahap IV: perbandingan
alternatif panduan MP-ASI
Panduan MP-ASI
(Complementary Feeding Recommendation , CFR)
Jika ada nutrient dengan “worst-
case scenario” <65% RNI
Penyusunan Panduan MP-ASI
• Disusun dengan pendekatan Linear Programming (LP)
• Tahap 1: identifikasi “problem nutrients” --> kalsium, besi, seng– Partial problem nutrient (<100% RNI pada "optimized diet" NAMUN
>100%RNI pada "best-case scenario")
– Absolute problem nutrient (<100% RNI pada "optimized diet" DAN "best-case scenario")
• Tahap 2: identifikasi pangan padat gizi (nutrient-dense foods) untuk menutupi "nutrient gap" --> hati ayam, ikan, teri
• Tahap 3: perbandingan alternatif Panduan MP-ASI dimana "worst-case scenario"-nya ≥65% RNI (~ Estimated Average Requirement, EAR)
6
Panduan MP-ASI Lokal
7
Liver, fish, anchovy
Fortified biscuits/snacks
Komposisi gizi abon ikan/hati/teri
Zat gizi Ikan Abon Ikan
Hati ayam
Abon Hati ayam
Teri bubuk
“Cookies” teri
Energi (Kcal/100gr)
277 486 157 412 492 490
Protein (gr/100gr)
23 48 24 33 57 17.7
Besi (mg/100gr)
0.5 3.3 8.5 16.9 4.8 1.2
Seng(mg/100gr)
0.6 2.9 4.3 6.3 5.8 1.4
Kalsium (mg/100gr)
17 123 14 24 1,700 337
8
9
SEAMEO-TROPMED Regional Center for Community Nutrition University of Indonesia
Modul Panduan MP-ASIModul Stimulasi Psikososial
Modul Ibu Baduta
Pertemuan kelompok bulanan: demo/praktek memasak abonhati/ikan/ teri dan produk olahannya (misal: biskuit teri); lomba menu sehat;permainan
Resep makanan padat gizi Membaca label kemasan
Modul Ibu Baduta
10
Makanan padat gizi
11
Abon ikan Capcay sayur-protein hewani
Snack dari hati, ikan, dan teri
12
Self evaluation ibu baduta
Pengumpulan Data
• KAP tentang “problem nutrient” (besi, seng, kalsium)
• Asupan gizi:
– Food frequency (1 minggu)
– Single 24-hr dietary recall skor keragaman pangan; nutrient density
13
Trial profile
14
Karakteristik keluarga
Variabel Non CFR (n=216)
CFR(n=239)
p1
Umur, bulan (rerata ± SD) 11.9 ± 2.1 12.0 ± 2.0 0.625
Keluarga inti (%) 75.0 66.5 0.030
Kepaka keluarga: ayah(%) 84.7 89.1 0.059
Pendidikan ayah(%) 0.046
Tidak sekolah 1.0 4.0
SD 36.3 42.3
SLTP 29.4 19.4
SLTA 24.0 26.1
Universitas 9.3 8.1
15
1 Chi-square test
Karakteristik keluarga
Variabel Non CFR (n=216)
CFR(n=239)
p1
Pendidikan ibu (%) 0.020
Tidak sekolah 1.4 1.2
SD 31.9 42.3
SLTP 34.7 29.7
SLTA 25.0 18.8
Universitas 6.9 7.9
Pekerjaan ibu: Ibu rumah tangga (%) 78.2 75.7 0.319
Penghasilan, Rp 000/hari 2 1,200(800-2,000)
1,350(900-1,850)
0.454
Pengeluaran untuk makan utama anak baduta, Rp 000/hari 2
5(3.7 - 6)
5(4.6-6)
0.016
Pengeluaran untuk makan selingan anak baduta, Rp 000/hari 2
3(3-5)
3(2-5)
0.010
161 Chi-square test 2 Median (persentil 25, 75)
Proporsi ibu yang mengetahui manfaat dan makanan sumber
zat besi, seng dan kalsium, sebelum dan sesudah intervensi
17
Proporsi anak dengan Skor Keragaman Pangan tinggi (Child Dietary Diversity Score, CDDS ≥5) sebelum dan sesudah intervensi
(Chi-square test, p>0.70 BL, p<0.001 at endline)
18
Setelah 6 bulan intervensi, pada kelompok CFR : 10-40% RNI lebih tinggi untuk asupan besi, seng, kalsium, protein lebih banyak menkonsumsi MFP (meat fish poultry) protein
Pola asupan (frekuensi/minggu)
Makanan padat gizi Non-CFR (n=216) CFR (n=239) p2
Abon 0 (0-1) 1 (0-2) <0.001
Ikan 3 (2-4) 3 (2-5) 0.004
Teri 0 (0-1) 0 (0-1) 0.102
Protein hewani lain 2 (2-4) 3 (2-4) 0.029
Tahu 2 (2-3) 3 (2-4) 0.018
Protein nabati lain 2 (1-3) 3 (2-4) 0.034
Sayuran hijau daun 3 (2-5) 4 (3-6) 0.068
Sayuran lain 2 (1-2) 2 (1-3) 0.004
Fortified snacks 4 (3-7) 7 (4-7) 0.001
19
Protein hewani: 7 kali/minggu (vs 5 kali/minggu)
Protein nabati: 10 kali/minggu (vs 7 kali/minggu) Snacks fortifikasi:
7 kali/minggu (vs 4 kali/minggu)
Asupan kelompok untuk “problem nutrient” setelah 6 bulan intervensi1
Nutrien
Non-CFR
(n=216)
CFR
(n=239) P 2
Energi (kcal) 514 (385-653) 591 (460-732) <0.001
Protein ( g) 14.2 (9.5-20.0) 19.0 (14.0-25.0) <0.001
Kalsium (mg) 100 (58-178) 139 (79-213) <0.001
Besi (mg) 2.4 (1.7-3.7) 3.3 (2.3-5.0) <0.001
Seng (mg) 2.2 (1.5-3.6) 2.9 (1.9-3.9) <0.001
20
1 Mann Whitney U test 1 Median (persentil 25, 75) 2 Mann Whitney U test
Kesimpulan
1. Berdasarkan analisa dengan linear programming, ditemukan bahwa “problem nutrient” utama pada asupan MP-ASI baduta di Lombok adalah besi, seng dan kalsium. Pangan padat gizi untuk mengisi gap pada “problem nutrient” tersebut adalah hati (ayam), ikan dan ikan teri.
2. Setelah 6 bulan intervensi dengan Panduan MP-ASI lokal optimal, pada kelompok CFR:1. pengetahuan ibu mengenai manfaat dan makanan sumber besi, seng,
kalsium meningkat
2. skorkeragaman pangan meningkat, frekuensi asupan pangan padat gizi meningkat, diikuti dengan peningkatan asupan besi, seng dan kalsium
21
Rekomendasi
1. Panduan MP-ASI perlu mempromosikan pangan lokal padat gizi, khususnya zat gizi yang teridentifikasi sebagai “problem nutrient”.
2. Program komplimenter (fortifikasi, suplementasi) perlu didesain SETELAH asupan gizi dari pangan dioptimalkan sehingga sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan zat gizi yang ada.
22
Acknowledgement
• Nestle Foundation
• Kemendiknas RI
• Pemerintah dan masyarakat kecamatan Pringgabaya dan Wanasaba, Lombok Timur, NTB
23