Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KECERDASAN SPIRITUAL DALAM DISIPLIN SHALAT
SANTRIWATI DI PONDOK KARYA PEMBANGUNAN
AL HIDAYAH, KENALI ASAM BAWAH
SKRIPSI
GUSTIN PRATIWI
NIM. TP. 110303
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
KECERDASAN SPIRITUAL DALAM DISIPLIN SHALAT
SANTRIWATI DI PONDOK KARYA PEMBANGUNAN
AL HIDAYAH, KENALI ASAM BAWAH
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Islam dalam Jurusan Pendidikan Agama islam
GUSTIN PRATIWI
NIM. TP. 110303
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
i
ii
iii
PERSEMBAHAN
بسم الله الرحن الرحيم Alhamdulillaahirobbil ‘aalamiin . . . .
Segala puji dan Syukur kupersembahkan bagi Sang Penggenggam Langit dan
Bumi, dengan Rahman dan Rahim yang menghampar melebihi luasnya
angkasa raya. Dzat yang menganugerahkan kedamaikan bagi jiwa yang
senantiasa rindu akan Kebesaran-Nya.
Lantunan shalawat beriring salam penggugah hati dan jiwa, menjadi
persembahan penuh kerinduan pada Sang Revolusioner Islam, pembangun
peradaban manusia yang beradab Habibana wa Nabiyyana Muhammad Saw.
Tetes peluh yang membasahi asa, yang pernah menghiasi hari-hari ni menjadi
tangisan penuh Kesyukuran dan Kebahagiaan yang tumpah dalam sujud
panjang. Alhamdulillaah ‘Ala Kulli Haal.. Maha besar Allah , sembah sujud
sedalam qalbu hamba haturkan atas karunia dan rizki yang tiada taranya.
iv
v
Pada akhirnya tugas akhir (skripsi) ini dapat diselesaikan dengan baik. Karya
ini merupakan wujud dari kegigihan dalam ikhtiar untuk sebuah makna
kesempurnaan dengan tanpa berharap melampaui kemaha sempurnaan sang
Maha Sempurna. Dengan hanya mengharap ridho-Mu semata,
kupersembahkan karya ini untuk yang termulia Ayahanda Munawir dan
Ibunda Susiani Tercinta yang do’anya senantiasa mengiringi dalam setiap
derap langkahku dalam meniti kesuksesan. Do’amu hadirkan keridhoan
untukku, petuahmu menuntun jalanku, Pelukmu berkahi hidupku, di antara
Perjuangan dan Lantunan Do’a malammu.
Untuk yang tersayang Adik Dika Hidayatullah dan Nafila Ahlaa El Ramadhani
dan segenap keluarga besarku, terima kasih atas Do’a, motivasi, dan
dukungannya selama ini.
Untukmu Guru-guruku, semoga Allah selalu melindungi dan meninggikan
derajatmu di dunia dan Akhirat. Semoga ilmu yang telah diajarkan
menuntunku menjadi pribadi yang berharga di dunia, dan bernilai di Akhirat
kelak. Aamiin ya Robbal ‘aalamiin....
Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan PAI 2011 yang selalu
mendukung dan memberikan support dalam penulisan Skripsi ini, semoga kita
senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT.
Ya Allah, jadikanlah Iman, Ilmu, dan Amalku sebagai Lentera jalan hidupku,
keluarga, dan saudara-saudaraku.
MOTTO
(1)النساء:
Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian
apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
vi
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. An Nisa‟:
103). (Departemen Agama RI, 2005: 138)
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيمSyukur alhamdulillah penulis ungkapkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, skrispi yang berjudul “Kecerdasan Spiritual dalam
Disiplin Shalat Santriwati di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi”
sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas
Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Saifuddin Jambi dapat penulis selesaikan
dengan baik sesuai dengan jadual penyelesaian skripsi yang telah penulis
agendakan.
vii
Penyusunan dan penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan kontribusinya.
Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada:
1. Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan
Thaha Saifuddin Jambi.
2. Dr. Hj. Armida, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi;
3. Dra. Hasnidar Karim, M.Pd.I, dan Ridwan, M.Psi selaku pembimbing yang
telah membimbing penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini dengan baik;
4. Bapak/Ibu Dosen dan segenap civitas akademik Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN STS Jambi, yang telah mengampu mata kuliah selama penulis
melaksanakan studi di UIN STS Jambi;
5. Ibu Kepala Perpustakaan UIN STS Jambi beserta segenap karyawan yang
telah banyak membantu penulis dalam menemukan rujukan yang berkenaan
dengan karya tulis ini;
Serta kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, baik moril
maupun materiil dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Hanya Allah SWT yang dapat memberikan
ganjaran pahala kepada mereka semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tentunya belum sempurna sebagaimana
diharapkan, serta masih memiliki berbagai kesalahan dan kekurangan, oleh karena
itu, saran dan krtitikan yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan, guna
kesempurnaannya pada masa yang akan datang. Penulis berharap, mudah-
mudahan skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri, dan seluruh
masyarakat pada umumnya.
Jambi, Mei 2019
Penulis,
viii
Gustin Pratiwi
NIM. TP. 130303
ABSTRAK
Gustin Pratiwi : Kecerdasan Spiritual Dalam Disiplin Shalat Santriwati di Pondok
Pesantren Modern Al Hidayah Jambi, 2019
Disiplin shalat dalam konteks perwujudan nilai-nilai kecerdasan dalam
kehidupan sehari-hari merupakan sebuah proses pembiasaan individu dalam
menginternalisasikan nilai-nilai tersebut sehingga menjadi sebuah sikap dan perilaku
yang kemudian mewarnai sikap hidup seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji nilai-nilai kecerdasan spiritual dari sebuah proses pengamalan disiplin
shalat dalam kehidupan santriwati Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi.
Kegunaan penelitian ini untuk melihat implikasi pembiasaan diri dalam menerapkan
disiplin shalat dalam kehidupan sehar-hari santriwati.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang dilihat melalui sudut
pandang pendidikan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
sosiologis-antropologis dengan data-data empiris yang relevan. Temuan yang berhasil
ix
dirumuskan dalam penelitian ini mencakup beberapa hal, yaitu: 1) disiplin shalat
santriwati merupakan norma positif yang terintegrasi dalam peraturan dan tata tertib
Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi. 2) pelaksanaan disiplin santriwati
bertumpu pada bimbingan dan konseling pengurus organisasi ORSADA (Organisasi
Santri Al Hidayah) dan ustadzah pengasuhan santri. 3) penerapan disiplin shalat
santriwati mencakup seluruh dimensi kehidupan santriwati, baik yang bersifat
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pertama, nilai-nilai kecerdasan dalam
penerapan disiplin shalat santriwati yang mencakup tiga hal pokok, yaitu: a)
kecerdasan spiritual, b) kecerdasan emosional, c) kecerdasan sosial. Saran dari
penelitian agar seluruh stakeholder pondok pesantren melihat bahwa penerapan
sanksi dari penerapan disiplin shalat tersebut merupakan salah satu bentuk dari
internalisasi nilai-nilai kecerdasan dari ibadah shalat. Kedua, Peraturan dan disiplin
ibadah shalat bagi santriwati di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah tidak berdiri
sendiri, tetapi terintegrasi dalam peraturan dan disiplin pondok secara keseluruhan.
Ketiga, Peraturan dan disiplin yang telah ditetapkan di Pondok Pesantren Modern Al
Hidayah Jambi merupakan pedoman sehari-hari dalam menjalankan seluruh aktivitas
pondok baik yang bersifat intrakurikuler maupun ekstrakurikuler
Kata Kunci : Kecerdasan, spiritual, disiplin, santriwati
ABSTRACT
Gustin Pratiwi : Spiritual Intelligence in Prayer Discipline Female Students in
Islamic Modern Boarding School of Al Hidayah Jambi, 2019
Discipline prayer in the context of the embodiment of the values of
intelligence in everyday life is a process of habituation of individuals in
internalizing these values so that it becomes an attitude and behavior then
influenced the person's attitude to life. This study aims to assess the values of
spiritual intelligence of a process of disciplined practice of prayer in the life of
female students of Islamic Modern Boarding School of Al Hidayah Jambi. The
usefulness of this research to look at the implications of habituation in the
discipline of prayer in students daily activities. This study is a qualitative
descriptive study viewed through an educational point using a data collection
instrument interview, observation and documentation. The approach used is a
sociological-anthropological approach with empirical data that are relevant. The
x
findings were successfully formulated in this study includes several things,
namely: 1) the discipline of female students prayer is a positive norm that is
integrated into the rules and regulations of Islamic Modern Boarding School of Al
Hidayah Jambi. 2) implementation of female students discipline relies on
guidance and counseling organization committee ORSADA (Al Hidayah Islamic
Students Organization) and the cleric parenting students. 3) application of the
discipline of female students prayer covers all dimensions of life, both intra and
extra activities. The conclusion of this study is the first, the values of intelligence
in female students prayer discipline prayer that covers three main topics, namely:
a) spiritual intelligence, b) emotional intelligence, c) social
intelligence. Recommendations from the study so that all stakeholders boarding
school to see that the imposition of sanctions on the discipline of prayer is one
form of internalization of values intelligence of worship. Second, regulation and
discipline of praying for female students in Islamic Modern Boarding School of
Al Hidayah Jambi not stand alone, but integrated in the rules and disciplines lodge
overall. Third, regulation and discipline that have been established in Islamic
Modern Boarding School of Al Hidayah Jambi daily guidance in carrying out all
the activities the lodge both intra and extra activities.
Keywords : Intelligence, Spiritual, Discipline, Female Students
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
NOTA DINAS .................................................................................................... ii
SURAT PENGESAHAN ................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... v
MOTTO .............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Fokus Penelitian ...................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ................................................................... 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 6
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik ........................................................................ 8
1. Kecerdasan ........................................................................ 8
2. Spiritual ............................................................................. 8
3. Kecerdasan Spiritual ......................................................... 9
B. Studi Relevan .......................................................................... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian .......................................... 20
B. Setting dan Subjek Penelitian.................................................. 20
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 21
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 22
E. Teknik Analisis Data ............................................................... 24
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................... 25
G. Rencana dan Waktu Penelitian................................................ 26
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum....................................................................... 28
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................. 28
2. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Modern
Al Hidayah Kota Jambi ..................................................... 31
3. Keadaan Guru dan Karyawan ............................................ 35
4. Keadaan Santri dan Santriwati .......................................... 38
B. Temuan Khusus dan Pembahasan
1. Disiplin Santri dan Santriwati Pondok Pesantren
Modern Al Hidayah Kota Jambi ....................................... 40
2. Pelaksanaan Ibadah Shalat Santriwati Pondok
Pesantren Modern Al Hidayah Kota Jambi ....................... 49
3. Disiplin Shalat Santriwati dalam Menciptakan
Kecerdasan Spiritual .......................................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 72
B. Saran ........................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA
CURRICULUM VITAE
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah
muncul di Indonesia, merupakan sistem pendidikan yang tertua saat ini dan
dianggap sebagai produk budaya Indonesia sebagai indigenous. Pendidikan ini
semula merupakan pendidikan agama Islam yang dimulai sejak munculnya
masyarakat Islam nusantara pada abad ke-13. Beberapa abad kemudian
penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya tempat-tempat
pengajian. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat
menginap santri, yang kemudian disebut pesantren. Meskipun bentuknya masih
xii
sederhana, pada saat itu pendidikan pesantren merupakan satu-satunya lembaga
pendidikan yang terstruktur, sehingga pendidikan ini dianggap sangat bergengsi.
Di lembaga inilah kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar Islam,
khususnya terkait dengan praktik-praktik kehidupan keagamaan. (Mas‟ud dkk.,
2005: 12)
Pesantren atau yang lebih dikenal dengan pondok pesantren memiliki akar
sejarah yang panjang. Namun kehidupan pesantren secara relatif dapat ditemukan
asal-usulnya dimulai pada awal abad ke-20 dalam tradisi pesantren telah membuat
peta pesantren di Jawa pada abad ke-19 adan aba ke-20 dengan menunjukkan
angka sekitar 40 pesantren yang berada di Jawa dan Jawa Timur merupakan pusat
pesantren terbesar, kemudian Jawa Tengah dan Jawa Barat seiring dengan
perkembangan zaman sampai meluas ke seluruh daerah di Indonesia. Adapun
tujuan pendirian pesantren adalah untuk menanamkan keimanan melalui praktik
ibadah, menyebarluaskan ilmu pengetahuan agama Islam melalui dakwah, dan
tuntunan amal dalam kehidupan sehari-hari. (Faisol, 2009: 138)
Pesantren merupakan lingkungan tempat terjadinya proses pendidikan dan
pembelajaran yang dilaksanakan secara sistematis, terprogram dan terencana
mulai dari tingkat dasar sampai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, sehingga
hasilnya nanti maksimal, baik bagi pendidik maupun bagi orang yang menjadi
subjek pendidikan itu sendiri, yang dalam hal ini adalah peserta didik. Pesantren
merupakan pusat dari segala kegiatan pendidikan. Pendidikan berarti segala usaha
orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. (Yamin, 2012: 16)
Konstruksi akhlak dalam pendidikan ini, adalah bahwa anak-anak dituntut
untuk melakukan ibadah shalat lima waktu yang dilakukan di masjid, yaitu shalat
subuh, dzuhur, ashar, magrib, dan isya‟. Namun demikian, pada kenyataannya
yang terjadi di lapangan bahwasanya kurangnya kesadaran pada diri mereka untuk
pergi ke mesjid dalam kegiatan ibadah sholat, termasuk dalam melakukan shalat
lima waktu pada waktunya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam al Qur‟an
sebagai berikut:
1
2
1
( :1ىود)
Artinya: “Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang dan pada bahagian
permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang ingat”. (QS. Huud: 114). (Departemen Agama RI,
2005: 344)
Menurut para mufassirin, dalam ayat tersebut disebutkan waktu shalat,
yakni kedua tepi siang, yaitu shalat subuh dan ashar. Dan pada bahagian
permulaan malam, yaitu Maghrib dan Isya‟. Disamping itu juga, terdapat ayat lain
dalam al Qur‟an yang menjelaskan dimensi shalat dalam kehidupan manusia,
yaitu sebagai berikut:
:(87)الإسراء
Artinya: “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam
dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesudah shalat subuh itu disaksikan
(oleh malaikat)”. (QS. Al Isra‟: 78). (Departemen Agama RI, 2005:
436)
Menurut para mufassirin, di dalam ayat tersebut dijelaskan waktu shalat,
yaitu sesudah matahari tergelincir, yaitu shalat Zhuhur dan Ashar. Sedangkan
gelap malam adalah shalat Magrib dan Isya‟ dan Qur‟anal Fajri, yaitu shalat
subuh. Konsekwensi logis dari pelaksanaan shalat adalah bahwa manusia
memiliki dua sisi dalam diri mereka masing-masing. Ada sisi baik dan adapula
sisi buruk, maka kemudian ibadah shalat diharapkan mampu memberikan dampak
3
positif pada diri mereka dalam meningkatkan berbagai kompetensi dan kecerdasan
yang ada dalam diri mereka. Orang-orang yang menjadikan ibadah shalat sebagai
kebutuhan, akan mampu memberikan pengaruh positif yang kemudian
mempengaruhi seluruh aktivitasnya yang sering dikenal dengan akhlakul karimah.
Manusia telah dibekali dengan berbagai kemampuan dan potensi
individual agar tetap survival dalam kehidupannya. Kemampuan tersebut dapat
dikategorikan sebagai potensi-potensi psikologis yang masing-masing individu
memiliki persamaan dan perbedaan tergantung dari kecerdasan masing-masing
individu dalam mengolah dan mengelola potensi tersebut. Dalam kajian
kontemporer, kecerdasan manusia tidak lagi hanya bertumpu pada aspek
kecerdasan intelektual atau IQ (intelligence quotient). Manusia ternyata juga
memiliki kecerdasan-kecerdasan lain selain IQ, yakni EQ (emotional quotient)
dan SQ (spiritual quotient). Anggapan yang selama ini berkembang adalah bahwa
jika seseorang memiliki IQ yang tinggi maka ia akan meraih sukses dalam
hidupnya, mulai disanksikan dengan munculnya berbagai temuan ilmiah. Temuan
mutakhir menunjukkan bahwa ternyata IQ setinggi-tingginya, hanya menyumbang
kira-kira 20 persen bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup,
sedangkan 80 persen ditentukan oleh kekuatan-kekuatan lain, seperti kelas sosial
hingga nasib baik, dan doa. Kecerdasan emosional (emotional intelligence)
dengan kompetensi yang melekat di dalamnya bersinergi dengan kompetensi
kognitif. Maka kemudian kempleksitas pekerjaan akan banyak dipengaruhi oleh
kecerdasan emosional tersebut. (Goleman, 2006: 22-24)
Kecerdasan adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri
terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, sedangkan spiritual adalah
hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Dengan demikian
maka kecerdasan spiritual adalah kemampuan menghadapi serta menyesuaikan
diri yang hubungannya dengan ke-Tuhanan Yang Maha Esa yang mana setiap
orang pasti memiliki kecerdasan spiritual dalam diri mereka masing-masing.
IQ, EQ dan SQ, sesungguhnya hanyalah merupakan konsep-konsep baru
yang diketengahkan oleh para psikolog mutakhir, terhadap berbagai potensi
kecerdasan yang dimiliki oleh manusia. Manusia sejak lahirnya telah memiliki
4
potensi-potensi kecerdasan yang diberikan oleh Tuhan. Kecerdasan-kecerdasan
tersebut tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan pengalaman
manusia. Secara umum Alquran diturnkan oleh Allah adalah untuk mencerdaskan
ummat manusia, sehingga manusia bisa hidup dalam hidayah-Nya, mendapat
kelapangan, jaminan surga yang penuh kenikmatan bagi orang yang beriman dan
beramal saleh. Al Qur‟an diturunkan oleh Allah sebagai pembeda antara yang hak
dengan yang bathil. Fungsi ini akan berjalan efektif jika yang memahami al
Qur‟an adalah orang-orang yang cerdas. Untuk itu, Allah kemudian memberi
manusia potensi-potensi kecerdasan sebagai sarana untuk beriman dan beramal
saleh, seperti nafs, akal, qalb dan ruh. (Langgulung, 1988: 279-283).
Kecerdasan-kecerdasan manusia sebagaimana yang dijelaskan dalam al
Qur‟an tersebut, kemungkinan besar kalau tidak pasti sama dengan temuan para
pakar sebagaimana dikemukakan di atas, yang membedakannya hanya dari segi
peristilahan dan penjelasannya. Dengan demikian, maka pada prinsipnya para
pakar sepakat bahwa sumber utama kecerdasan manusia bersumber dari nilai-nilai
yang terdapat dalam ajaran agama.
Realitas yang terjadi dalam dunia pendidikan bahwa kecerdasan spiritual
yang terjadi pada diri santri/peserta didik sepertinya tidak bekerja dengan baik dan
sempurna. Contoh konkritnya dapat dilihat dalam hal shalat, shalat merupakan
ibadah yang dapat dikatakan masuk ke dalam kategori kecerdasan spiritual. Secara
teoritis dapat penulis kemukakan bahwa semakin baik shalat (ibadah) seseorang,
maka semakin baik pula kecerdasan spiritualnya. Kecerdasan spiritual tersebut
kemudian berimplikasi pada perilaku sehari-hari, termasuk hal-hal yang berkaitan
dengan kedisiplinan santriwati.
Implementasi kecerdasan pada kenyataannya yang terjadi di lapangan
tidak sesuai dengan konteks yang ada, dan pada akhirnya timbul penyimpangan,
yaitu pada disiplin shalat atau ketepatan waktu dalam mengerjakan shalat yang
mana di lapangan penelitian seluruh santriwati diwajibkan melakukan shalat
berjamah lima waktu di masjid, akan tetapi mereka tidak mengikuti atau mentaati
kewajiban yang ada.
5
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan suatu penelitian dalam bentuk penulisan proposal yang berjudul:
Kecerdasan Spiritual dalam Disiplin Shalat Santriwati di Pondok Pesantren
Modern Al Hidayah Kota Jambi.
B. Fokus Penelitian
Terkait dengan hasil penelitian yang akurat dan akuntabel, maka seluruh
data-data penelitian harus disajikan dengan baik sesuai prosedur penelitian,
sehingga penelitian yang dilakukan tidak bersifat ambigu. Supaya peneliti lebih
terfokus pada permasalahan yang dibahas maka penulis memberi batasan masalah
pada permasalahan kecerdasan spiritual dalam disiplin shalat, khususnya yang
terkait dengan Kecerdasan Spiritual dalam shalat santriwati di Pondok Pesantren
Modern Al Hidayah kota Jambi pada Tahun Pelajaran 2018/2019.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa penelitian ini berupaya
menggali data-data dan fakta-fakta penelitian tentang bagaimana disiplin shalat
santri mampu meningkatkan kecerdasan spiritual santri. Maka kemudian, fokus
kajian tersebut menempatkan aktivitas santri dalam melaksanakan shalat lebih
dominan dibandingkan aktivitas lainnya yang terdapat dalam berbagai kegiatan di
Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Pemerintah Provinsi Jambi.
C. Rumusan Maslah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka
yang menjadi masalah pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana mendeskripsikan
kecerdasan spiritual dalam disiplin shalat santriwati di Pondok Pesantren Modern
Al Hidayah Kota Jambi. Berdasarkan pokok masalah tersebut, maka dirumuskan
beberapa point rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana disiplin shalat santriwati Pondok Pesantren Modern Al Hidayah
Kota Jambi?
6
2. Mengapa disiplin shalat santri belum mampu meningkatkan kecerdasan
spiritual di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Kota Jambi?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan formal tentunya memiliki tujuan yang akan dicapai,
sehingga kemudian berbagai aktivitas yang dilakukan selalu diarahkan pada
bagaimana mewujudkan tujuan tersebut. Demikian halnya dengan penelitian ini
tentunya memiliki maksud dan tujuan tertentu, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui kecerdasan spiritual dalam disiplin shalat santriwati di
Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Kota Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
a. Sebagai sumbangan pemikiran penulis bagi Pondok Pesantren Modern Al
Hidayah Kota Jambi tentang disiplin shalat dalam meningkatkan kecerdasan
spiritual santri.
b. Untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang telah penulis terima dari
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Thaha
Saifuddin Jambi.
c. Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana Strata Satu (S1)
pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakukltas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Kecerdasan
Kecerdasan dalam bahasa Inggris disebut intelligence dan dalam
bahasa Arab disebut al-dzaka menurut arti bahasa adalah pemahaman,
kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu. Dalam arti, kemampuan (al-
qudrah) dalam memahami sesuatu secara cepat dan sempurna.
Crow dan Crow, mengemukakan bahwa intelligensi berarti
kapasitas umum dan seorang individu yang dapat dilihat pada
kesanggupan pikirannya dalam mengatasi tuntunan kebutuhan-kebutuhan
baru, keadaan rohaniah secara umum yang dapat disesuaikan dengan
problem-problem dan kondisi-kondisi yang baru di dalam kehidupan,
menyangkut kehidupan non-akademik, seperti masalah-masalah artistik
dan tingkah laku sosial. (Ramayulis, 2002: 89-90)
2. Spiritual
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata spiritual ialah
spiritual/spi·ri·tu·al/a berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani,
batin). (KBBI Online) Danah zohar dan Ian Marshall mengartikan spiritual
sebagai “sesuatu yang menghidupkan” atau “semangat”. Sebagai
kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan
nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam
konteks makna yang lebih luas, dan kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna daripada yang lain.
(Marshall dan Danah Zohar, 2009: 132)
7
8
Mimi Doe dan Marsha Walch mengungkapkan bahwa spiritual
adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa
memiliki. Dan menurut Dean Hamer spiritualitas adalah kegiatan yang
menyangkut perasaan, gagasan, serta pewahyuan pribadi. Spiritualitas
lebih sering diasosiasikan dengan wilayah kehidupan manusia yang jauh
lebih mendalam. Bahkan Dean Hamer juga menyampaikan bahwa
spiritualitas merupakan sesuatu yang diturunkan oleh gen secara natural
(fitrah) dan dapat nurture (diajarkan). (Walch dan Mimi Doe, 2010: 127)
Serta menurut Hilmi al-Khulli, spiritual sebagai fakultas dimensi
non-material atau jiwa manusia. Ia menyebutnya sebagai “intan” yang
belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Dan diperlukan untuk
mengenali dan menggosoknya sehingga mengkilap dengan keinginan dan
kesungguhan yang besar, dengan tujuan untuk menggunakannya menuju
kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan yang abadi. Dijelaskan Hilmi
al-Khulli, bahwa spiritual lebih kepada pemaknaan manusia secara lebih
mendalam terhadap esensi penciptaan manusia di dunia, dan kemudian
berusaha memahami dan menjalankan perintah yang menciptakannya. (Al
Khuli, 2012: 97)
Berdasarkan beberapa informasi yang digagas oleh beberapa pakar
tersebut di atas, maka penulis berpendapat bahwa spiritual merupakan
segala aktivitas manusia yang berkaitan dengan intuisi kejiwaan dan
memiliki korelasi dengan perbuatan dan perilaku yang dihasilkan manusia
dalam berbagai dimensi kehidupan manusia.
3. Kecerdasan Spirirtual
Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual
sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks
makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan
atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Dan kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk
9
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, SQ merupakan kecerdasan
tertinggi, dan di dalam ESQ kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk
memberi makna spiritual terhadap pemikiran perilaku dan kegiatan, serta
mampu mensinergikan IQ, EQ, SQ secara kompheratif. (Agustian, 2011:
13)
Terkait dengan pembahasan kecerdasan seseorang, maka terdapat
beberapa dasar-dasar kecerdasan spiritual, yaitu sebagai berikut:
a. God-Spot (suara hati)
Suara hati manusia pada dasarnya bersifat universal dan merupakan
penjernihan emosi yang semua orang mengangguk bila melihat,
mendengar atau merasakan sesuatu kebenaran seperti di dalam surat al
Hasyr ayat 22-24. Sebagai contoh, dorongan ingin keadilan, ingin
bijaksana, ingin sejahtera, ingin memelihara, ingin menciptakan dan ingin
mengasihi, semua adalah sifat-sifat Allah. Dengan demikian sembilan
puluh Sembilan (99) sifat Allah SWT yang terdapat dalam al-Quran
merupakan sumber dari dasar spiritual manusia, yang ditemukannya pada
lubuk hati, karena suara hati tidak pernah berbohong tetapi akal dan
perasaan manusialah yang berubah, karena Allah Maha Mendengar dan
Maha Melihat, “sungguh Kami telah menciptakan manusia dan Kami tahu
apa yang dibisikkan hatinya kepadanya, Kami lebih dekat padanya dari
urat lehernya”. (QS. Surah Qaaf, 2004: 520)
b. Bijaksana
Untuk memahami suara hati perlu disadari secara sungguh-sungguh
bahwa semua sifat-sifat itu dirancang melalui satu kesatuan tauhid, yang
tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah, namun bersifat esa atau satu,
semua dilaksanaan secara seimbang dan bijaksana, maka untuk memilih
suatu kecerdasan spiritual, sepatutnyalah kita berpedoman serta
mempelajari secara keseluruhan sifat-sifat Allah melalui satu mekanisme
berpikir dan pelatihan yang terarah melalui rukun imam dan rukun Islam,
10
tidak bisa pula hanya dipahami melalui otak atau sarana logis, tapi harus
melalui pencernaan hati yang bersih.
Pada hakikatnya segala keputusan yang akan diambil jika dilandasi
karena Allah, kita akan menemukan sebuah kebijakan mulia dengan penuh
percaya diri, keterbukaan berpikir, yang merupakan hal yang esensial
dalam pengambilan keputusan. Sebuah proses dinamis dimana kita
mengambil atau memilih diantara beragam alternatif yang merupakan
sebuah cerminan sifat bijaksana yang terpancar dari spektrum iman.
c. Integritas
Seorang santri harus tumbuh rasa ingin bekerja secara total,
sepenuh hati dan semangat tinggi yang berapa-api untuk meraih sebuah
keberhasilan, karena dengan integritas maka santri akan tampil menjadi
santri yang tidak mudah terhasut atau terbawa arus yang bisa terjerumus
pada kehancuran. Tetapi santri akan terdorong untuk meraih prestasi untuk
selalu mencari jalan untuk menemukan sukses.
d. Rasa aman
Di dalam suatu lingkungan, kita banyak melihat bahwa begitu
banyak orang yang melebihi diri kita dari segi harta benda, simbol
penghormatan, posisi, jabatan dan tingkat sosial. Hal ini sering kali
membuat orang menjadi rendah diri, bahkan kehilangan kepercayaan diri.
Tidak ada sebuah “pegangan” yang mampu memberikan kekuatan diri
sejati, tidak ada satupun “pedoman” atau “pegangan” yang dapat
menandingi keyakinan akan Allah yang agung, yang dengan-Nya kita
mampu membangun kepercayaan diri yang secara kritis dan melakukan
secara filtering dan influencing terhadap lingkungan sekitar, sehingga kita
merasa aman dengan berprinsip tiada sesuatu yang abadi.
“Stephan R.Covey sebagaiman dikutip oleh Ary Ginanjar Agustian
menjelaskan bahwa rasa aman kita berasal dari pengetahuan prinsip itu
berbeda dengan pusat-pusat lain yang disadari pada orang atau sesuatu
11
yang selalu dan seketika berubah, prinsip yang benar tidaklah berubah”.
(Agustian, 2011: 77)
Dengan membaca uraian di atas, maka jelaslah bahwa prinsip itu
kekal, tidak peduli apapun yang terjadi tidak akan goyah, karena kekuatan
mental tauhid yang dimiliki jauh lebih berperan dari kekuatan fisik. Rasa
aman pribadi ada di dasar hati yaitu, La Ilaha Illallah.
e. Kepercayaan diri
Suatu kepercayaan diri yang mampu melihat manusia sebagai
manusia yang sesungguhnya yang muncul dari dalam diri sesesorang
disebabkan karna prinsip yang esa, bahwa Tuhanlah pusat dari
kepercayaan diri. John Fereira sebagaimana dikutip oleh Ary Ginanjar
Agustian menyatakan bahwa bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan
diri,disamping untuk mengendalikan dan menjaga keyakinan dirinya, juga
akan mampu membuat perubahan di lingkungannya.(Agustian, 2011: 79)
Rasa percaya diri dalam diri santri juga dipengaruhi oleh
kecerdasan spiritual yang dimilikinya. Santri-santri biasanya merasakan
ketakutan jika ia melakukan suatu kesalahan, namun jika tertanam dalam
diri santri bahwa hanya tuhannya yang wajib ditakuti oleh manusia, maka
Hal tersebut senantiasa akan menumbuhkan suatu prinsip dalam diri santri
yakni rasa percaya pada kemampuan yang ada pada diri mereka sendiri,
karena mereka lebih percaya pada kemampuan yang mereka miliki dengan
bantuan doa pada Tuhan Yang Maha Esa.
f. Motivasi
Seorang santri harus bercita-cita besar, berpikir maju dan dapat
menyadari bahwa dirinya memiliki dasar kecerdasan spiritual yaitu sifat
Allah. Untuk itu diupayakan agar dapat menghasilkan sebuah kekuatan
dan motivasi. Dengan sebuah keberanian dan kekuatan yang berlandaskan
pada iman tersebut akan tercipta sebuah jati diri (eksistensi) yang memiliki
nilai yang tinggi.
12
Keberhasilan tidak memerlukan kecerdasan yang luar biasa,
keberhasilan tidak disebabkan keberuntungan, tetapi keberhasilan
ditentukan oleh ukuran dari keyakinan untuk meraih kemenangan dan
mempunyai cita-cita yang tinggi dan yakin bahwa akan mencapai dengan
suara hati sang Maha Besar.
4. Disiplin
Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan
tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan
atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang
berlaku. Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar.
Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan.
Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam
beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan
terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian.
Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar
dapat berperilaku tertib.
5. Shalat
Secara etimologi, shalat berarti do‟a dan secara istilah menurut para
ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti
beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah, dengan syarat-
syarat yang telah ditentukan).
Adapun secara hakikinya ialah “berhadapan hati (jiwa) kepada Allah
dengan maksud mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di
dalam jiwa rasa kebesaran-Nya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya” atau
“mendzahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah
dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya” .
Dan dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi
antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang di dalamnya
merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan
13
yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta
sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara‟.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa shalat
adalah merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan
perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut
syarat dan rukun yang telah ditentukan syara”. Dalam makna lain, shalat
juga merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam
rangka ibadah dan memohon ridho-Nya.
6. Santri
Kata “Santri” dalam pandangan Nurcholis Madjid dapat dilihat dari
dua pendapat, pertama, pendapat mengatakan bahwa ”santri” berasal dari
kata “ santri” sebuah kata dari bahasa ”sansekerta” yang artinya melek
huruf. Pendapat ini menurut Nurcholis Madjid agaknya didasarkan atas
kaum santri atas kelas literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami
ajaran agama melalui kitab-kitab yang ditulis dan berbahasa Arab. (Madjid,
1992: 36)
Kedua, pendapat mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya
berasal dari bahasa Jawa, dari kata “ cantik “, berarti seseorang yang selalu
mengikuti seorang ustadz kemana ustadz ini pergi menetap. Santri dalam
tradisi pesantren dibagi dalam dua kelompok santri yakni santri mukim,
yaitu santri yang datang dari luar daerah dan tinggal di dalam pondok, dan
kelompok santri kalong yaitu santri yang berasal dari daerah sekitar pondok
pesantren, mereka tinggal di rumah masing-masing bukan di dalam
pesantren. (Anwar, 2011: 51)
Berdasarkan paparan tersebut di atas, maka penulis kemudian
menyimpulkan bahwa santri yang berada di Pondok Pesantren Modern Al-
Hidayah Pemerintah Provinsi Jambi adalah santri mukim (santri yang
datang dari luar daerah dan tinggal di dalam pondok).
14
7. Pondok Pesantren
Menurut Manfred Ziemek sebagaimana dikutip oleh Wahjoetomo,
kata pondok berasal dari Funduq (Arab) yang berarti ruang tidur atau wisma
sederhana karena pondok memang merupakan tempat penampungan
sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya. Sedangkan kata
pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran –an
yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah “tempat para santri”.
(Wahjoetomo, 1997: 65)
8. Kecerdasan Spiritual dalam Disiplin Shalat
Ibadah shalat adalah ajaran agama yang diwahyukan dari Allah
kepada Nabi Muhammad Saw. Karena itu, ibadah shalat pasti mempunyai
banyak hikmah di dalamnya. Kalau kita pelajari al-Qur‟an dan as-Sunnah
maka akan kita temukan penjelasan tentang hikmah dari pelaksanaan ibadah
shalat, diantaranya yaitu pengaruh pelaksanaan terhadap kesehatan mental
manusia. Kesehatan mental seseorang berimplikasi pada bentuk
performance yang ditampilkannya, dimana nuansa religiusitas lebih
dominan berpengerah pada dirinya, sehingga perilaku yang ditampilkan
secara objektif memiliki kecerdasan yang kemudian mampu mewarnai
dimensi kehidupannya.
Dengan shalat manusia menyerahkan diri kepada-Nya, hal ini akan
membantu dalam meredakan ketegangan emosi manusia, karena seorang
mukmin mempunyai keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan doanya dan
memecahkan masalah-masalahnya, serta memenuhi berbagai macam
kebutuhannya dan membebaskan diri dari kegelisahan dan kerisauan yang
menimpanya. Menghadap kepada Allah melalui shalat dan berdoa kepada-
Nya dengan harapan dikabulkan akan menimbulkan outosugesti yang akan
meredakan ketegangan emosi dan kegoncngan jiwa yang terjadi pada
manusia.
Melakukan shalat bukan sekedar melakukan gerakan-gerakan atau
membaca bacaan-bacaan formal semata. Melainkan melakukan kegiatan
15
“syamil” (komprehensif) dan “mutawazin” (imbang) di antara tiga unsur
kemanusiaan kita. Shalat mencakup kegiatan fisik, ruh, dan juga pikiran.
Ketiga hal ini adalah pilar-pilar kehidupan manusia, yang justru ketiganya
bersatu padu dalam amalan shalat yang dilakukan. Melaksanakan ibadah
shalat dalam kehidupan seorang muslim pada prinsipnya tidak hanya
sekedar melepaskan kewajiban sebagai seorang hamba, akan tetapi ritual
ibadah tersebut harus melahirkan sebuah kondisi religiusitas, yaitu
kesalehan hidup yang kemudian berimplikasi pada tatanan kehidupannya
dalam interaksi sesama manusia, sehingga kemudian memberikan ekses
positif dalam membangun peradaban manusia tanpa melihat perbedaan
strata sosial, status ekonomi, pandangan politik, perbedaan mazhab yang
dianutnya dan berbagai perbedaan lainnya.
Di saat ketiga unsur hidup manusia itu menyatu dalam sebuah
pergerakan terpadu, di situlah akan menumbuhkan “keseimbangan”
pergerakan hidup manusia. Keseimbangan ini yang kemudian menjadi
pijakan kehidupan manusia yang sehat. Hanya dengan hidup yang imbang,
manusia mampu mendapatkan kehidupan yang sehat secara paripurna.
Selain tumbuhnya kehidupan yang sehat secara paripurna, dengan
keterlibatan tiga unsur tadi, manusia menjalin komunikasi paripurna pula
dengan Sang Pencipta. Komunikasi paripurna ini yang kemudian dikenal
dalam bahasa agama sebagai “khusyu‟”. Khusyu menjadi “hati” shalat yang
dilakukan. Shalat yang tidak memiliki khusyu‟ ibarat manusia yang tidak
berhati. Manusia yang tidak lagi berfungsi nuraninya, sehingga
pandangannya akan selalu tertumpu pada hal-hal lahiriyah semata.
B. Studi Relevan
Terdapat beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan nilai-nilai
kecerdasan spiritual dalam disiplin shalat. Namun demikian, penulis hanya
menampilkan beberapa hasil penelitian saja yang memiliki hubungan kuat dengan
penelitian yang dilakukan. Adapun hasil dari beberapa penelitian dapat penulis
paparkan sebagai berikut.
16
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratih Parwati (2017) berjudul “Kecerdasan
Spiritual Melalui Kegiatan Shalat Berjamaah Dhuha dan Fardhu pada Siswa
Kelas IV di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar”. (Parwati, Skripsi 2017).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas IV memiliki kecerdasan
spiritual dengan indikator bahwa siswa memiliki sikap yang mudah bergaul
dan aktif, siswa memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi, siswa memiliki
kemampuan untuk menghadapi masalah, siswa memiliki kualitas hidup yang
bersumber pada nilai-nilai positif, siswa memiliki keengganan untuk
menyebabkan kerugian kepada orang lain, siswa kelas IV sering bertanya
“mengapa” atau “bagaimana jika?” kepada guru dan orang tua. Adapun
hambatan kecerdasan spiritual melalui kegiatan shalat berjamaah dhuha dan
fardhu pada siswa kelas IV antara lain: bimbingan guru di sekolah tidak
diikuti oleh orang tua ketika di rumah, beberapa siswa tidak membaca do‟a
dan hadist sebelum melaksanakan shalat berjamaah dhuha dan fardhu.
2. Penelitian Indana Mashlahatur Rifqoh (2015) dengan judul “Pengaruh
Tingkat Kedisiplinan Shalat Fardlu Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri
Pondok Pesantren Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang”. (Rifqoh, Skripsi
2015). Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yang menggunakan
metode survei dengan teknik analisis regresi sederhana. Teknik
pengambilan sampel menggunakan random Sampling dengan jumlah 45
santri. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan instrument
angket, dokumentasi dan observasi. Penelitian ini menghasilkan temuan
bahwa tingkat kedisiplinan shalat fardlu mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap kecerdasan spiritual santri pondok pesantren Al-Hikmah
Tugurejo Tugu Semarang.
3. Penelitian yang dilakukan Ulva Aryani (2017) dengan judul “Pengaruh
Pelaksanaan Shalat Fardhu Terhadap Kecerdasan Emosional Santri di Pondok
Pesantren Putri Al Latifiyyah Palembang”. (Aryani, Skripsi 2017). Dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari observasi,
wawancara, dokumentasi, dan angket dengan menggunakan analisa statistik
dalam bentuk rumus statistic product moment diperoleh kesimpulan akhir
17
bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara pelaksanaan shalat
fardhu dengan kecerdasan emosional.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Yanda Irawan (2017) berjudul “Peran Guru
dalam Penanaman Nilai Karakter Religius di Lingkungan Sekolah pada Siswa
Kelas IV SDN No 20/ I Jembatan Mas”. (Irawan, Jurnal 2017). Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Kesimpulan penelitian ini adalah peran guru dalam
penanaman karakter religius di lingkungan sekolah pada siswa kelas IV
SDN No.20/I Jembatan Mas telah diupayakan memaksimalkan
menggunakan peran sebagai pendidik sekaligus berperan sebagai pengajar, di
dalam maupun luar kelas dan telah berkategori baik. Dengan cara
meluangan waktu untuk shalat berjamaah dengan tata tertib dan disiplin di
musholah, sopan santun berbicara antara peserta didik,peserta didik dan guru,
berpakaian menutup aurat, menbudayakan senyum, sapa dan salam,
memasangkan hasil karya peserta didik berupa photo dan moto yang
mengandung pesan nilai-nilai keagamaan.
5. Penelitian yang dilakukan oleh M. Azir (2017) dengan judul “Pembentukan
Kecerdasan Spiritual pada Siswa Melalui Tahfidzul Qur‟an (Studi Multisitus
di Madrasah Ibtidaiyah Sa‟adatul Khidmah dan Madrasah Ibtidaiyah
Muhajirin Kota Jambi)”. (M. Azir, Tesis 2017). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pembentukan kecerdasan spiritual pada anak melalui
Tahfidzul Qur’an di MI Sa‟adatul Khidmah dan MI Muhajirin Kota Jambi
menggunakan metode Taqrir dalam pembelajaran Tahfidzul Qur’an dan
menggabungkan dengan metode direct instruction mampu meningkatkan
kecerdasan spiritual pada diri anak. Adapun wujud dari pembentukan
kecerdasan spiritual pada diri anak melalui Tahfidzul Qur’an mencakup tiga
aspek, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik.
18
Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis memiliki persamaan dan
perbedaan dari beberapa hasil penelitian sebagaimana telah dipaparkan
sebelumnya. Persamaannya terletak pada domain kecerdasan spiritual secara
individual pada diri anak. Adapun perbedaannya terletak pada setting penelitian
dan objek pembahasan yang difokuskan pada bagaimana tingkat kecerdasan
spiritual dalam disiplin shalat santriwati. Sehingga kemudian fokus
pembahasannya terletak pada dimensi spiritual dalam nilai-nilai normatif
pendisiplinan shalat yang kemudian dapat diukur melalui indikator penampilan
santriwati dalam kehidupan sehari-hari di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah
Jambi.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat melalui
sudut pandang pendidikan dengan menggunakan instrument pengumpulan
data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
Mengkaji tentang kecerdasan spiritual dalam disiplin shalat santriwati di
Pondok Pesantren Modern Al- Hidayah Kota Jambi. Disebut kualitatif
karena sifat data yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif bukan
dengan cara kuantitatif. Dengan cara ini, diharapkan gambaran yang
konkrit mengenai kualitas, realitas sosial dan persepsi sasaran penelitian
oleh data pengukuran formal.
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Situasi sosial adalah lokasi atau tempat yang ditetapkan untuk
melakukan penelitian, situasi sosial dalam penelitian ini meliputi
aspek tempat (place), pelaku (action), dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. (Sugiono, 2014: 297). Lokasi penelitian
berada di Pondok Pesantren Modern Al- Hidayah Kota Jambi yang
berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat melalui sudut pandang
pendidikan. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Penetapan setting penelitian menjadi urgen pada saat mana penelitian yang akan
dilaksanakan melihat bahwa objek penelitian yang kemudian menjadi fokus kajian
tergambar secara utuh sehingga mampu memberikan deskripsi terhadap peneliti
dalam menggali berbagai informasi dan fakta-fakta penelitian sebagai bagian dari
19
20
proses dan prosedur penelitian yang sesungguhnya. Untuk itu, maka pemilihan
setting dan subjek penelitian berdampak secara langsung terhadap keutuhan
penelitian yang dilakukan.
1. Subjek Penelitian
Populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Subjek penelitian adalah kepala sekolah, ustadz, ustadzah, santriwati
dan orang tua, yang ditetapkan dengan teknik purpossivee sampling,
yaitu “…teknik yang didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat yang
ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya”. (Sugiyono,
2014: 202).
Berdasarkan teknik ini, maka sebagai key informan dalam
penelitian ini ditetapkan kepala sekolah, ustadz dan ustadzah, dan
sebagai respon ditetapkan santri. Sedangkan sebagai forman
tambahan ditetapkan orang tua yang diperoleh berdasarkan
wawancara, dokumentasi dan observasi mengamati secara langsung.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung
dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya.
Data primer ini diperoleh melalui hasil observasi dan
wawancara kepada kepala sekolah dan ustadz serta ustadzah.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan
sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari majalah,
koran, buku, internet dan keterangan-keterangan lainnya atau
publikasi lainnya. Dalam penelitian ini adalah data yang diambil
21
dari gambaran umum di Pondok Pesantren Modern Al- Hidayah
Pemerintah Provinsi Jambi sebagai berikut:
1) Historis dan geografis
2) Struktur organisasi
3) Keadaan
4) Keadaan sarana dan prasarana
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini orang dan materi yang
terdapat di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Pemerintah
Provinsi Jambi yang meliputi: kepala sekolah, ustadz, ustadzah,
santriwati, arsip dan pristiwa/kejadian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar yang diterapkan. (Arikunto,
2010: 297).
1. Observasi
Metode observasi atau disebut juga dengan pengamatan
merupakan kondisi sesorang yang terlibat dengan kegiatan sehari-
hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber
data penelitian. (Sugiyono, 2014: 64). Penulis menggunakan
metode observasi partisipan untuk melihat di lapangan tentang
bagaimana kecerdasan spiritual dalam disiplin shalat santriwati di
Pondok Pesantren Modern Al- Hidayah Pemerintah Provinsi Jambi.
Metode tersebut digunakan dalam upaya menggali berbagai
informasi dan fakta-fakta penelitian dengan cara mengamati secara
langsung bagaimana pelaksanaan disiplin ibadah shalat santri guna
melihat bagaimana dampak yang ditimbulkan terhadap kecerdasan
spiritual. Hal ini kemudian lebih menarik untuk diteliti disebabkan
22
objek yang akan diteliti merupakan situasi yang sengaja dibentuk
melalui kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan oleh pondok
pesantren. Dengan demikian, maka pengamatan yang dilakukan
dapat diimplementasikan dengan baik dalam berbagai kesempatan
yang terbuka bagi peneliti dengan melihat potensi waktu yang
tersedia selama santri berada dalam lingkungan pondok pesantren.
2. Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. (Sugiyono, 2014:
72). Penulis menggunakan wawancara/ interview tidak terstruktur
untuk mengumpulkan data tentang kecerdasan spiritual dalam
disiplin shalat santriwati di Pondok Pesantren Modern Al- Hidayah
Pemerintah Provinsi Jambi.
Metode wawancara pada dasarnya merupakan salah satu alat
dalam menggali berbagai informasi dan fakta-fakta penelitian yang
terdapat dalam lapangan penelitian. Untuk itu, maka wawancara
yang dilakukan harus mampu mengganti inforamasi yang akurat
terkait dengan potensi spiritual dalam penerapan disiplin shalat
pada diri santri. Metode ini juga dapat memberikan kesempatan
yang luas kepada peneliti untuk menemukan data dan fakta-fakta
penelitian untuk kemudian dianalisa secara kualitatif dalam upaya
memberikan jawaban yang akurat terhadap persoalan utama dalam
penelitian ini.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu, dokumen biasa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. (Sugiyono, 2014: 84). Dan
dokumentasi yang penulis gunakan untuk memperoleh semua data
data yang berhubungan dengan gambaran umum di Pondok
23
Pesantren Modern Al- Hidayah Pemerintah Provinsi Jambi yang
meliputi:
1) Historis dan geografis
2) Struktur organisasi
3) Keadaan ustadz, ustadzah dan santri
4) Keadaan sarana dan prasarana
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.
1. Analisis Domain
Biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran/ pengertian
yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tentang apa yang tercakup
disuatu fokus/ pokok permasalahan yang diteliti. (Arikunto, 2010:
231). Analisis domain ini digunakan untuk menganalisis data yang
diperoleh dari lapangan penelitian secara garis besarnya yaitu
mengenai gambaran umum tentang Kecerdasan Spiritual dalam
Disiplin Shalat Santriwati di Pondok Pesantren Modern Al- Hidayah
Pemerintah Provinsi Jambi.
2. Analisis Komponensial
Analisis kompensional juga baru dilakukan setelah penelitian
mempunyai cukup banyak fakta/ informasi- informasi dari hasil
wawancara dan observasi yang melacak kontras-kontras tersebut oleh
peneliti dipikir/ dicarikan dimensi yang biasa mewadahinya.
(Arikunto, 2010: 213). Analisis kompensial ini digunakan untuk
menjawab permasalahan-permasalahan mengenai kecerdasan spiritual
24
dalam disiplin shalat santriwati di Pondok Pesantren Modern Al-
Hidayah Pemerintah Provinsi Jambi.
3. Analisis Tema Kultural
Analisis ini digunakan untuk mencari hubungan diantara
domain, dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan dan
selanjutnya dinyatakan ke dalam tema/ judul penelitian. (Sugiyono,
2014: 148). Analisis tema kultural ini digunakan untuk mencari
kesimpulan mengenai kecerdasan spiritual dalam disiplin shalat
santriwati di Pondok Pesantren Modern Al- Hidayah Pemerintah
Provinsi Jambi.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaat kan
suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
perbandingan terhadap data itu. (Moleong, 2014: 330). Jadi dalam hal ini
mengecek sumber data yang diperoleh dilapangan berkenaan dengan
penelitian ini. Ada beberapa macam triangulasi yang penulis gunakan
yaitu sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini penulis
menggunakan triangulasi dengan sumber, yakni membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda, dalam hal penelitian kualitatif dapat
dicapai dengan jalan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakan nya secara pribadi;
3. Membandingkan apa yang dikatakan nya sepanjang waktu;
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya, pemerintah;
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan”. (Moleong, 2014: 330-331).
25
Triangulasi dengan metode menurut Moleong adalah :pertama,
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi dengan
penyidik memanfaatkan penelitian atau pengamat lainnya untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data atau dengan cara
membandingkan hasil pekerjaan seorangan alisis dengan analisis lainnya.
Sedangkan, triangulasi dengan teori ini dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara indukti dan logika. (Moleong, 2014: 331-332).
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka di maksud
untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di
lapangan tentang kecerdasan spiritual dalam disiplin shalat santriwati di
Pondok Pesantren Modern Al- Hidayah Pemerintah Provinsi Jambi.
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yang mana dimulai
dengan pembuatan proposal, pengajuan dosen pembimbing, perbaikan
proposal, seminar proposal, perbaikan hasil seminar, pengajuan izin riset,
pelaksanaan riset, dan penulisan skripsi, perbaikan skripsi, ujian
munaqasah, perbaikan hasilnya. Hasil sidang munaqasah dilanjutkan
dengan perbaikan dan penggandaan laporan penelitian skripsi, adapun
jadwal kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Jadwal Penelitian
Catatan : Jadwal dapat berubah sewaktu-waktu
No Kegiatan
2019
Januari 2019 Februari 2019 Maret 2019 April 2019 Mei 2019 Juni 2019
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Pembuatan
proposal
√ √
2 Seminar
proposal
√
3 Izin riset √ √
4 Pengumpulan
datan
√ √ √ √
5 Penulisan
skripsi
√ √ √
6 Perbaikan
skripsi
√ √ √
7 Pengandaan
laporan
√
8 Pendaftaran
ujian
munaqasah
√
9 Perbaikan
skripsi
√ √
10 Penyampaian
skripsi
√
26
27
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dengan asas perikehidupan dan keseimbangan
antara kepentingan duniawi dan ukhrawi. Dengan demikian, maka
pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah semata, melainkan
menghendaki keselarasan hubungan antara manusian dengan Tuhannya,
antara sesame manusia serta lingkungan yang mengitarinya. Pentingnya
pembangunan di bidang mental spiritual ini terutama dalam menghadapi
berbagai konflik yang mungkin timbul sebagai akibat dari kemajuan di
bidang teknologi dan perkembangan di bidang fisik lainnya. Deskripsi
sebagaimana telah dipaparkan di atas merupakan salah satu point penting
yang melandasi pendirian Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Pemerintah
Provinsi Jambi.
Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Pemerintah Provinsi Jambi
didirikan oleh Gubernur Jambi berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jambi
Nomor 226 Tahun 1983 tanggan 14 Juni 1983 sebagai lembaga pendidikan
agama guna mempersiapkan kader-kader pembangunan di daerah Jambi yang
berilmu, beramal, bertakwa, dan terampil. Adapun system dan metode
pgnajaran serta kurikulum mengacu pada Pondok Pesantren Modern serta
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
mampu menjawab dan menunjang proses pembangunan serta kepentingan
umat Islam.
Pondok Pesantren Modern ini juga memiliki lokasi yang cukup strategis
dan terletak di tengah-tengah pemukiman masyarakat, sehingga kemudian
memberikan kemudahan akses bagi mereka yang
28
akan menuntut ilmu dan atau sekedar berkunjung ke pesantren tersebut.
Posisinya yang strategis dan langsung berhadapan dengan masyarakat yang
memang mengharapkan adanya sebuah lembaga pendidikan yang bercirikan
khas ke-Islaman yang kemudian diharapkan mampu menjadi sebuah pusat
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam hal
penyiaran agama Islam.
Sesuai dengan kenyataan yang terdapat di lapangan penelitian, bahwa
Pondok Pesantren Modern Al Hidayah merupakan lembaga pendidikan yang
berkesinambungan antara keagamaan dan keduniawian dengan dasar dan
tujuan dan pendidikan yang sesuai dengan ajaran agama Islam dan tradisi
kebudayaan Indonesia yang sedang membangun, terutama dalam aspek
mental spiritual. Adapun system pendidikan yang diterapkan di pesantren
tersebut adalah pola pondok pesantren modern dengan dasar aktualisasi
penanaman tauhid yaitu keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
kerangka Negara Pancasila dan UUD 1945.
Pondok Pesantren Modern Al Hidayah meletakkan pondasi pendidikan
yang berlandaskan pendidikan manusia seutuhnya yang meliputi pendidikan
lahiriah dan batiniah yang kemudian tercermin dalam kepribadian dan sikap
hidup para santri yang menuntut ilmu di dalamnya. Gambaran tersebut di
atas, diharapkan dapat memberikan manfaat kepada manusia baik secara
personal maupun komunitas dengan alam sekitarnya. Untuk mewujudkan
cita-cita pesantren, maka dibentuklah sebuah pola yang disebut Dasar
Pendidikan Pesantren yang tertian dalam Panca Jiwa. Panca jiwa merupakan
jiwa pendidikan yang ditanamkan dan ditumbuhkembangkan pada tiap jiwa
santri untuk membentuk pribadi yang memiliki prinsip dan akan melandasi
seluruh hidup dan kehidupannya pada Panca Jiwa tersebut. Adapaun panca
jiwa tersebut adalah jiwa ikhlas, jiwa sederhana, jiwa mandiri, jiwa
ukhuwwah Islamiyah, dan jiwa bebas dan merdeka.
Jiwa ikhlas mengindikasikan bahwa segala amal dan perbuatan santri
hanya untuk beribadah kepada Allah SWT semata, sehingga kemudian segala
sesuatu yang berpotensi menghadirkan kemusyrikan akan dihilangkan
29
melalui implementasi kurikulum yang ada. Oleh sebab itu, maka jiwa yang
ikhlas akan senantiasa memberikan motivasi kepada para santri untuk selalu
berikhtiar dengan hanya mengharapkan keridhoan dari Allah SWT. Adapun
jiwa sederhana merupakan sikap santri yang bersahaja dalam bingkai
kewajaran, dimana kesederhanaan mengandung unsur-unsur kekuatan,
kesanggupan, ketabahan hati, serta penguasaan diri, dan akan menjadi
kekuatan ampuh dalam menghadapi perjuangan hidup dan segala kesulitan
yang dihadapi. Sederhana bukan berarti miskin atau melarat, kesederhanaan
dalam kehidupan di pondok pesantren adalah sebagaimana memupuk
ukhuwwah diniyyah dalam mewujudkan pendidikan karakter.
Jiwa mandiri merupakan salah satu prinsip hidup di Pondok Pesantren
Modern Al Hidayah. Mandiri merupakan kesanggupan menolong diri sendiri,
yang berarti mampu berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Santri dan
pesantren harus berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri, dengan tidak
menggantungkan dan menyandarkan kehidupannya kepada pihak lain,
meskipun tidak menolak bantuan dari pihak lain. Adapun jiwa ukhuwwah
Islamiyah dalam kehidupan pesantren dan masyarakat luas selalu diliputi
suasan dan perasaan persaudaraan yang akrab, sehingga senang dan susah
dirasakan besama dengan jalinan perasaan keagamaan yang akan lebih
mengarah pada persaudaraan dan persatuan ummat dalam masyarakat luas.
Sementara itu jiwa bebas dan merdeka dapat dimaknai sebagai sebuah
kekayaan berekspresi dalam bingkai moralitas dan akhlakul karimah. Bebas
artinya tidak terikat mati dan merdeka artinya tidak terjajah oleh suatu
kekuatan tertentu. Santri diberi kebebasan yang seluas-luasnya selama berada
dalam koridor ketentuan yang telah ditetapkan oleh pesantren. Para santri
didik untuk bebas berpikir dan berekspresi sesuai dengan kemampuan dan
bakat masing-masing santri, bebas menentukan masa depannya, bebas
menentukan jalan hidup di masyarakat. Namun demikian perlu digaris bawahi
bahwa yang dimaksud dengan kebebasan di sini adalah kebebasan dalam arti
yang positif.
30
2. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Kota
Jambi
Kehidupan dalam pesantren sangan dinamis, dimana Kyai merupakan
figur sentral yang merupakan penentu arah kebijakan dari lembaga tersebut.
Tetapi seiring berjalannya waktu, dan semakin berkembangnya pondok
pesntren ini, maka dipandang perlu untuk membentuk suatu kepengurusan
yang disesuaikan dengan kebutuhan. Struktur kepengurusan tersebut meliputi
berbagai bidang yang dikelola oleh pondok pesantren dengan memberikan
tugas dan tanggung jawab kepada beberapa personalian yang dianggap
kompeten di bidangnya masing-masing. Kegiatan tersebut meliputi unsur
sekolah, dunia usaha, komite sekolah, koperasi, unit produksi, unit
pengabdian masyarakat dan lain sebagainya. Hal ini didukung pula oleh
sumber daya manusia yang berkualitas dan penempatan yang sesuai dengan
bidangnya masing-masing.
Sosok kyai dalam sebuah pesatren merupakan figur penting dalam
melihat keutuhan pesantren. Namun demikian potret kyai dapat hadir dalam
berbagai struktus sosial dalam komunitas pesantren. Seorang ustadz/ustadzah
misalnya dapat menghadirkan nilai-nilai kyai dalam dirinya selama mampu
memberikan dampak positif dalam pembangunan mentalitas dan spiritual
pada diri masing-masing santri. Pondok Pesantren Modern Al Hidayah
Pemerintah Provinsi Jambi secara hirarki pesantren tidak meletakkan „kyai‟
sebagai tokoh utama dalam kehidupan pesantren secara keseluruhan. Tetapi
kata „kyai‟ terwakili dalam struktur organisasi kepesantrenan yang disebut
dengan „direktur‟ yang kemudian secara sosiologis-antropologis dapat
mewakili makna „kyai‟ dalam pengelolaan pesantren secara utuh dalam
bingkai pondok pesantren secara keseluruhan.
Pondok Pesantren Modern Al Hidayah seiring dengan
perkembangannya dari waktu ke waktu telah melalui beberapa fase
perkembangan dengan karakter pimpinan masing-masing. Adapun beberapa
pimpinan yang pernah diberi amanah oleh Pemerintah Provinsi Jambi untuk
mengelola pesantren tersebut adalah sebagai berikut:
31
Tabel 2. Daftar Nama-Nama Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al
Hidayah Sejak Berdiri Hingga Sekarang.
No. Nama Pimpinan Periode
Jabatan Keterangan
1 Prof. Dr. H. Sulaiman Abdullah, MA 1983-1996 Aktif
2 Hizbullah Razaq, BA 1996-1999 Aktif
3 H. Husin Abdul Wahab, Lc, MA 1999-2003 Aktif
4 Arsyad Abdul Mu‟iz, Lc 2003-2006 Aktif
5 H. Zayadi, SH 2006-2007 Aktif
6 H. Abdul Kadir Sobur, Ph.D
H. Zayadi, SH (Wakil Pimpinan) 2007-2009 Aktif
7 Drs. H. Ahmad, MM
H. Abdullah Hasyim, MA (Wakil
Pimpinan)
2009 Aktif
8 H. Hasan Kasim, SH
Drs. H. Satria Bachman, M.Pd.I (Wakil
Pimpinan)
2009-2011 Aktif
9 H. Husin Abdul Wahab, Lc, MA, Ph.D 2011-2019 Aktif
10 Dr. H. Umar Yusuf, M.HI
Dr. H. Hasbullah Ahmad, MA (Wakil
Pimpinan)
2019-sekarang Aktif
(Sumber: Dokumenasi PPM Al Hidayah Jambi 2019)
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat diperoleh informasi bahwa
Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi sejak berdirinya hingga saat ini
dipimpin oleh beberapa 9 orang dengan kompetensi dan disiplin ilmu masing-
masing. Beberapa pimpinan sebagaimana dipaparkan pada tabel di atas
diangkat langsung oleh Pemerintah Provinsi Jambi yang dalam hal ini dan
berada di bawah koordinasi langsung Biro Kesejahtera sosial dan
kemasyarakatan Setda Provinsi Jambi. Pondok Pesantren Modern Al Hidayah
Jambi dipimpin oleh seorang direktur sejak berdiri tahun 1983 yang diangkat
langsung oleh Pemerintah Provinsi Jambi, namun seiring dengan
perkembangan zaman maka pada tahun 2007 hingga saat ini direktur selaku
pimpinan dibantu oleh seorang wakil (wakil direktur) yang kemudian
bertugas untuk membantu pimpinan dalam pengelolaan pesantren secara
keseluruhan.
32
Ciri khas yang ditampilkan Pondok Pesantren Modern Al Hidayah
dapat dilihat pada sistem pengajarannya yang tidak hanya menitikberatkan
pada ilmu agama saja, tetapi juga ilmu-ilmu umum lainnya dimana seorang
santri dituntut mampu menjadi seorang manusia yang tidak hanya rajin
beribadah, tetapi juga mempunyai keterampilan untuk tetap survive di tengah-
tengah persaingan global.
Data-data yang tergambar pada tabel tersebut di atas memberikan
informasi yang akurat bahwa Pondok Pesantren Modern Al Hidayah
Pemerintah Provinsi Jambi telah mengalami perjalanan waktu yang cukup
panjang dengan kehadiran beberapa figur dan tokoh „direktur‟ yang kemudian
diasumsikan sebagai „kyai‟ dan mampu memberikan pengayoman secara
struktural dan spiritual untuk kemudian dijadikan panutan dalam kehidupan
pesantren secara keseluruhan, terutama dalam berbagai kegiatan keagamaan
seperti disiplin shalat, disiplin belajar, disiplin mu‟amalah, dan dimensi
kehidupan santri lainnya. Setiap organisasi dalam standar operasional
pelaksanaan, memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan organisasi
lainnya. Oleh karena itu, maka setiap organisasi formal selalu mencantumkan
struktur organisasi sebagai deskripsi dengan penempatan orang-orang tertentu
sesuai dengan kapasitas dan kompetensi masing-masing.
Pondok Pesantren Modern Al Hidayah sebagai sebuah organisasi
memiliki struktur kepengurusan yang bertanggung jawab langsung kepada
pimpinan dalam seluruh dimensi kehidupan dalam pesantren, terutama dalam
kaitannya dengan pendidikan mental spiritual para santri dan santriwati.
Struktur kepengurusan merupakan salah satu apsek penting dalam sebuah
organisasi, karena itu deskripsi dari sebuah organisasi merupakan penjelasan
secara global tentang bagaimana sebuah tanggung jawab diamanahkan
kepada seseorang untuk bertanggung jawab langsung kepada pimpinan
organisasi. Adapun struktur organisasi Pondok Pesantren Modern Al Hidayah
dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Tabel 3. Keadaan Sturktur Organisasi Pondok Pesantren Modern Al Hidayah
Jambi Tahun Pelajaran 2019
33
PEMBINA Gubernur Jambi
KOORDINATOR
Sekda Provinsi Jambi
SEKRETARIS H. Pungut Supriady,
M.HI
PIMPINAN Dr. H. Umar Yusuf, M.HI
DIRKETUR PENDIDIKAN DAN
H. Misbahul Wathon, Lc
H. Ahmad Farid, Lc
Mahyunani Arifin, S.I.P
Eko Firmansyah, S.Pd.I
Ibrahim, S.Th.I Moh. Al Fikri, S.Pd.I, M.Pd.I Dwi Yogo Jamaluddin. S.P
M. Khoiruddin. S.E
Rosniyati, S.Pd Isro Firdaus, S.Pd.I
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
SANTRI
PEMBINA
KOORDINATOR
DIREKTUR
SEKRETARIS
KAUR BID. PENGASUHAN
KAUR BID. PEMBANGUNAN, KEUANGAN DAN USAHA PONDOK
PENGASUH PUTRI
PENGASUH PUTRA
KEPALA MTS KEPALA MA KOPERASI PONDOK
PERLENGKAPAN DAN ASET
KEPALA MI KEPALA
(Sumber: Dokumentasi PPM Al Hidayah Jambi 2019)
SEKRETARIS Dr. H. Hasbullah Ahmad, MA
Wakil Direktur SEKRETARIS Dr. H. Muslim, M.Pd
Wakil Direktur
SEKRETARIS Hj. Supratini, S.Ag, M.M
BENDAHARA
STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN MODERN AL HIDAYAH JAMBI
HUMAS DAN KEPEGAWAIAN
Imatul Akbar, S.Kom
34
34
3. Keadaan Guru dan Karyawan
Guru dan karyawan merupakan dua komponen yang cukup vital dalam
sebuah lembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan yang bercirikan ke-
Islaman seperti pondok pesantren. Hal ini mengingat bahwa seluruh aktivitas
santri dalam ruang lingkup pondok pesantren berlangsung dalam waktu 24 jam
dalam kampus, baik itu kegiatan yang bersifat formal maupun non formal. Guru
sebagaimana dipahami dalam dunia pendidikan adalah sosok individu yang
melakukan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai kepada santri, sementara
tenaga administrasi dan karyawan merupakan bagian dari pondok pesantren yang
bertugas melakukan tugas administratif terkait dengan pengelolaan pesantren,
baik yang bersifat intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Tenaga pengajar yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar di Pondok
Pesantren Modern Al Hidayah terdiri dari beberapa kualifikasi pendidikan, baik
S1, S2 dan S3 yang berasal dari berbagai perguruan tinggi, baik dalam maupun
luar negeri dan alumnus dari berbagai Pondok Pesantren Modern yang ternama.
Adapun katagorisasi kualifikasi tenaga pengajar di pesantren tersebut adalah
sebagai berikut:
a. S3 (Doktoral)
b. S2 (Master)
c. S1 (Sarjana)
d. Alumni Pesantren Modern
Tenaga pengajar yang berperan aktif dalam proses belajar mengajar di
Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi berjumlah 55 orang dengan latar
belakang pendidikan yang berbeda. Tenaga pengajar yang kemudian dalam
bahasa pesantren disebut dengan utadz/ustadzah secara kultural berperan pentinga
dalam proses internalisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan santri, sehingga
kemudian alur kehidupan santri dalam pesantren tidak terlepas dari bimbingan
para asatidz/ustadzah dalam rangka membentuk karakter pesantren pada diri
masing-masing santri. Secara rinci tenaga pengajar tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
35
35
Tabel 4. Keadaan Guru Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi Tahun
Pelajaran 2019.
No. Nama Pendidikan Tahun
Lulus Jenjang Jurusan
1 Dr. H. Umar Yusuf, M.HI S3 Syari’ah -
2 Dr. H. Hasbullah Ahmad, MA S3 Ushuluddin -
3 H. Ahmad Farid, Lc S1 Syariah 2005
4 H. Misbahul Wathon, Lc S1 Ushuluddin 2005
5 H. Hermanto Harun, Lc, MA., Ph. D S3 Syariah -
6 Pauzi, M.Pd.I S1 Pend. Bahasa Arab 2007
7 H. Abu Hasan Al Asyhari, Lc S1 TAFSIR/Ilmu Al quran
2008
8 Drs. Janiwar S1 Tafsir Hadist 1985
9 Mas'adi, S.Pd.I S1 PAI 2012
10 Humaedi, S.Pd.I S1 Pend Islam 2009
11 Akbar Imanuddin, S.Th.I., M.Ud S2 PAFI/PPI 2014
12 Gatot Widodo, S.Pd.I S1 PAI 2014
13 Andy Ariadi, S.Pd.I S1 PAI 2010
14 H. M. Harmin, Lc S1 SYARIAH ISLAM 2009
15 H. Rusnan Ahlannur, Lc S1 TAFSIR 2011
16 Ahmad Zakaria, S.Pd.I S1 Bahasa Arab 2009
17 Rizki Aprilianto, SH S1 HUKUM 2012
18 Eko Firmansyah, S.Pd.I S1 PAI 2013
19 Shafwan Hardiansyah, SE S1 Ekonomi Manajemen
2014
20 Wiwi Astuti, S.Th.I S1 TAFSIR 2008
21 Mieke Desiana, SS S1 Bahasa Sastra Arab 2004
22 Oktarina Sumba, S.TP S1 Teknologi Pertanian 2010
23 Hj. Malikal Bulkis Hadi, Lc S1 Syariah 2009
24 Yoan Adelinadinanti, S.Pd S1 Pend. Fisika 2011
25 Desi Trismayani, Lc S1 Hadist 2010
26 Kasmawati, S.Sos.I S1 BPI 2009
27 Siti Yami, S.Pd.I S1 Pend. Bahasa Arab 2009
28 Reni Hastuti, S.Pd S1 Pend. Matematika 2012
29 Sunarti, S.Pd.I S1 Pend. Bahasa Arab 2014
30 Hevni Siska Maryantama, S.Pd S1 Pend Biologi 2009
31 Muhammad Ridwan, S.Hum S1 Bahasa dan Sastra Arab
2015
32 Dewi Rulina Wati, S.Pd S1 Pend. Bahasa Inggris
2011
33 Iwing Derva Mutia, S.Pd S1 Pend. Fisika 2010
34 Prihartini Kusuma, S.Pd S1 Pend. Biologi 2014
35 Mahyunani Arifin, S.IP S1 Ilmu Hubungan Internasional
2011
36 Zakia Nur Rahma S1 Pend Bahasa dan Sastra Indonesia
2014
37 Sutriadi, S. Pd S1 Pend Bahasa Indonesia
2013
38 Muhammad Al Fikri S1 Manajemen Pend Agama Islam
2015
39 Rukiah, S.Th.I S1 Tafsir Hadist 2015
40 Apdoludin, s.Pd.I., M.Pd.I S2 TPI 2013
41 Hakimin, S.Kom S1 Sistem Informasi 2013
36
36
42 Surisdawati, S.Pd S1 Pend. Bahasa Indonesia
2011
43 Budi Widia Wahyuni, S.Pd S1 Pend. Biologi 2010
44 Muhammad Yudi, S.Pd.I S1 PAI 2005
45 Sheyla Halimatul Adla, S.Pd S1 Bahasa Inggris 2015
46 H. Taswirul Afkar, Lc S1 SYARIAH ISLAM 2014
47 Tidjar Purbaya, SE S1 Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
2012
48 Drs. Zainal Aripin S1 FIQIH / Hadist 1991
49 H. Al Mukmin, Lc S1 Syariah 2007
50 Endang Rukmana, Lc S1 SYARIAH ISLAM 2005
51 M. Hasbi Ash Shiddieqy, S.Kom S1 Teknik Informatika 2012
52 Taufiqurrohman, S.Pd S1 Pend. Bahasa Inggris
2011
53 Hasanur Rabiah, S.Pd S1 Pend. B. Indonesia -
54 Rinayah, S.H S1 HUKUM 2012
55 Wenni Mulyani, S.Pd S1 Pend. Fisika 2009
(Sumber: Dokumentasi Pondok Pesantren Modern Al Hidayah 2019)
Sebagaimana lembaga pendidikan lainnya, Pondok Pesantren Modern
Al Hidayah Jambi juga memiliki beberapa karyawan yang membantu
pelaksanaan pendidikan secara keseluruhan, baik yang bersifat intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler. Keberadaan karyawan tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan pendidikan dalam sebuah lembaga pendidikan, terutama pondok
pesantren. Hal ini mengingat bahwa karyawan bertugas membantu pimpinan
dalam melaksanakan tugas ketatausahaan. Secara struktural, kehadiran
karyawan tidak bisa dipandang sebagai komunitas kelas dua dalam sebuah
organisai seperti pondok pesantren. Karyawan merupakan bagian penting
yang terintegrasi dalam seluruh dimensi kehidupan pondok pesantren, karena
ia akan selalu hadir dalam memenuhi kebutuhan administrasi pondok
pesantren, baik dari aspek formal maupun non formal. Maka dari itu,
karyawan memiliki status dan eksistensi yang sama dengan guru dalam
konteks pengelolaan pondok pesantren secara baik dan menyeluruh.
Demikian halnya yang terjadi di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah
Pemerintah Provinsi Jambi, dimana kehadiran karyawan sangat dibutuhkan
dalam upaya membantu pimpinan dalam menjalankan roda organisasi,
sehingga kemudian seluruh civitas akademika pondok pesantren dapat
berjalan dengan baik.
37
37
Adapun karyawan dan karyawati yang aktif dalam pengurusan Pondok
Pesantren Modern Al Hidayah Jambi berjumlah 32 orang dengan latar
belakang pendidikan yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan
kelembagaan. Adapun rincian karyawan yang aktif terlibat dalam kegiatan
pendidikan di pesantren tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 5. Keadaan Karyawan Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi
Tahun Pelajaran 2019
No. Spesifikasi Tugas Jumlah Keterangan
1 Administrasi 6 Aktif
2 Sopir 1 Aktif
3 Kesehatan 1 Aktif
4 Satpam 4 Aktif
5 Tukang Rumput 2 Aktif
6 Pengasuhan Santri 11 Aktif
7 Waserda 2 Aktif
8 Perpustakaan 1 Aktif
9 Pengelola Konsumsi 1 Aktif
10 Tukang Kebun 2 Aktif
11 Tukang Listrik 1 Aktif
JUMLAH 32 Orang Aktif
(Sumber: Dokumentasi Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Tahun 2019)
4. Keadaan Santri dan Santriwati
Santri dan santriwati merupakan sebutan yang diberikan kepada peserta
didik yang menuntut ilmu di pondok pesantren. Keberadaan mereka berbeda
dengan sekolah-sekolah lainnya apabila ditinjau dari aspek domisili. Para santri
dan santriwati yang belajar di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi
seluruhnya tinggal di dalam asrama yang telah disediakan oleh pondok dengan
peraturan dan tata tertib yang telah disosialisasikan kepada mereka pada saat
mereka mendaftarkan diri menjadi santri dan santriwati di pesantren tersebut.
38
38
Keberadaan santri dan santriwati yang diasramakan membutuhkan
penanganan yang optimal agar keberadaan mereka selama berada di asrama
menjadi nyaman. Oleh sebab itu, maka pimpinan menempatkan beberapa
ustadz/ustadzah pada masing-masing asrama untuk memberikan bimbingan
kepada mereka selama berada di asrama. Beberapa ustadz/ustadzah yang
ditempatkan di asrama tergabung dalam pengasuhan santri yang bertanggung
jawab memobilisasi seluruh kegiatan santri, baik yang bersifat intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler. Keberadaan ustadz/ustadzah pengasuh menjadi cukup
urgen mengingat bahwa para santri dan santriwati berasal dari beberapa
kabupaten/kota dalam provinsi Jambi, sehingga kemudian persoalan yang
dihadapi cukup kompleks seiring dengan karakteristik masing-masing
santri/santriwati. Adapun jumlah santri secara terperinci dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 6. Keadaan Santri dan Santriwati Pondok Pesantren Modern Al Hidayah
Jambi Tahun Pelajaran 2019.
KELAS SISWA LOKAL JUMLAH PUTRA PUTRI JUMLAH
JUMLAH
PER
MADRASAH
KELAS I
PUTRA
A 31
164
351
772
B 35
C 31
D 35
E 32
PUTRI
K 11
187
A 34
B 34
C 35
D 35
E 38
KELAS II
PUTRA
A 39
113
249
B 37
C 37
PUTRI
A 35
136 B 35
C 36
D 30
KELAS III PUTRA
K 10
63 172 A 27
B 26
39
39
PUTRI
K 11
109 A 32
B 32
C 34
I'DADI BARU
PUTRA A 35 35
84 84 PUTRI
B 26 49
C 23
I'DADI LAMA PUTRA A 24 24
54
313
PUTRI B 30 30
KELAS IV
PUTRA A 19
44
103 B 25
PUTRI A 30
59 B 29
KELAS V
PUTRA A 29 29
63 PUTRI
A 21 34
B 13
KELAS VI
PUTRA A 12
26
93
B 14
PUTRI
A 23
67 B 22
C 22
TOTAL 1169 498 671 1169 1169
(Sumber: Dokumentasi Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi Tahun 2019)
B. Temuan Khusus dan Pembahasan
1. Disiplin Santri dan Santriwati Pondok Pesantren Modern Al Hidayah
Kota Jambi
Peraturan dan tata tertib merupakan salah satu ruh yang mewarnai
kehidupan dalam pondok pesantren yang kemudian menjadi acuan dalam berbagai
kegiatan kepesantrenan dalam kampus. Kemajuan pendidikan dalam sebuah
pesantren tidak terlepas dari implementasi dan penerapan disiplin bagi seluruh
santri dan santriwati. Hal ini mengingat bahwa kehidupan 24 jam bagi santri dan
santriwati harus ditata dan diatur sedemikian rupa sehingga mampu memberikan
dampak yang positif dalam pembinaan dan penanaman akhlakul karimah di
kalangan santri dan santriwati. Untuk itu, setiap pesantren menerapkan peraturan
dan disiplin yang telah dirumuskan sesuai dengan situasi dan kondisi sebuah
pesantren. Maka ketika persoalan tersebut dikonfirmasikan kepada Direktur
40
40
Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi selaku pimpinan melalui wawancara
yang dalam hal ini adalah Dr. H. Umar Yusuf, M.HI menjelaskan bahwa
kehidupan santri dan santriwati mulai dari bangun pagi hingga tidur malam semua
diatur dalam peraturan dan disiplin pondok. Hal dilakukan untuk memberikan
pendidikan karakter kepada mereka sebagai human resource yang kemudian
diharapkan dapat mewarnai mereka, baik selama menjadi santri maupun setelah
menyelesaikan pendidikan. (Wawancara, 31 Januari 2019).
Pendapat tersebut didukung oleh salah seorang ustadzah pengasuh putri,
yaitu ustadzah Sunarti, S.Pd.I dalam sebuah wawancara dengan penulis
menjelaskan bahwa kehidupan santri, khususnya santriwati dalam kehidupan
sehari-hari diatur melalui penerapan peraturan disiplin yang telah disosialisasikan
kepada mereka pada saat mereka mendaftarkan diri menjadi santri di Pondok
Pesantren Modern Al Hidayah Jambi. Seluruh aktivitas santriwati, baik yang
bersifat intrakurikuler maupun ekstrakurikuler dilaksanakan sesuai dengan
peraturan dan disiplin yang telah ditetapkan. Konsekwensi logis dari penerapan
peraturan dan disiplin tersebut adalah bahwa apabila terdapat santri atau santriwati
melanggar peraturan dan disiplin akan diberikan sanksi yang mendidikan sesuai
dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan. Penerapan peraturan dan disiplin
tersebut dimaksudkan untuk memberikan pembelajaran dan pendidikan kepada
mereka, sehingga masing-masing santri dan santriwati dapat memiliki karakter
yang baik dengan dukungan moralitas dan akhlakul karimah sebagaimana
diharapkan. (Wawancara, 1 Februari 2019).
Sebagai bentuk cross check terhadap informasi tersebut di atas, penulis
kemudian melakukan observasi di lapangan penelitian dengan mengamati
aktivitas santri dan santriwati baik dalam kegiatan intrakurikuler seperti belajar
efektif pada pagi dan siang hari, maupun kegiatan ekstrakurikuler lainnya seperti
kegiatan kepanduan, muhadlarah, muhadatsah dan kegiatan ekstrakurikuler
lainnya. Pada saat observasi, penulis melihat langsung bagaimana seluruh santri
dan santriwati mengikuti kegiatan tersebut sesuai jadwal masing-masing kegiatan.
Dan hal yang menarik pada saat observasi adalah bahwa ketika kegiatan
muhadlarah sedang berlangsung seluruh santri dan santriwati berada di ruangan
41
41
masing-masing sesuai dengan pembagian kelompok, kecuali yang diberi tugas
untuk piket asrama. (Observasi, 5 Februari 2019).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi
tersebut maka penulis berpendapat bahwa seluruh kegiatan santri dan santriwati
tidak bisa dipisahkan dari tata tertib dan disiplin yang telah ditetapkan oleh
pondok. Implikasi penting dari penerapan peraturan dan disiplin adalah
pembentukan karakter dan kepribadian santri/ santriwati sehingga kemudian
dalam menjalani kehidupan di pesantren, secara tidak langsung mereka telah
menanamkan nilai-nilai karakter pada diri mereka masing-masing. Dan hal ini
sesuai dengan ungkapan hikmah yang menyatakan الحق بلا نظام قد يغلبه الباطل بنظام
yang artinya bahwa suatu kebenaran yang tidak dilandasi dengan sistem yang baik
akan mudah dikalahkan oleh kebathilan yang didukung dengan sistem yang baik.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa peraturan dan disiplin
merupakan salah satu ruh yang hidup dan berjalan dalam kehidupan pesantren.
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap penerapan peraturan dan
tata tertib pasti ditemukan beberapa individu yang melanggar (indisipliner) tata
tertib dan disiplin tersebut. Untuk itu, standar umum dalam implementasi sebuah
peraturan adalah penerapan sanksi yang disesuaikan dengan tingkat pelanggaran
masing-masing individu. Menarik untuk didiskusikan lebih lanjut bahwa proses
penerapan peraturan dan disiplin di pondok pesantren membutuhkan waktu ruang,
sehingga kemudian seluruh elemen pondok pesantren dipandang cakap dalam
memahami konsepsi-konsepsi peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan.
Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi merupakan salah satu pondok
pesantren modern yang ada di Jambi dengan status santri yang terdiri dari laki-laki
dan perempuan dimana masing-masing santri dan santriwati hidup bersosialisasi
sesuai dengan kapasitas masing-masing. Secara hirarki, peraturan dan disiplin
yang ada di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi sepenuhnya
dilaksanakan dengan pengawasan dari para pengasuh yang telah ditetapkan oleh
pimpinan. Salah satu motor penggerak dari implementasi peraturan dan disiplin
tersebut adalah organisasi santri yang dikenal dengan ORSADA (Organisasi
Santri Al Hidayah). Organisasi ORSADA sebagai motor penggerak di kalangan
42
42
santri dan santriwati diarahkan melalui pembimbing organisasi dan bekerjasama
dengan para pengasuh. Ketika persoalan tersebut di atas dikonfirmasikan dengan
Direktur Pendidikan dan Pengasuhan yang dalam hal ini adalah Ustadz H.
Misbahul Wathon, Lc melalui sebuah wawancara dengan penulis, beliau
menjelaskan bahwa dalam penerapan peraturan dan disiplin di Pondok Pesantren
Modern Al Hidayah Jambi telah diatur sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
masing. Santri putra dimbimbing langsung oleh pengasuh putra dan santriwati
dibimbing oleh pengasuh putri melalui hirarki kepengurusan dalam ORSADA.
Adapun hal-hal yang terkait dengan pelanggaran berat yang lakukan oleh santri
dan santriwati maka terlebih dahulu dikomunikasi melalu rapat terbatas dengan
melihat tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh santri dan santriwati. Salah satu
pola yang diterapkan dalam rangka mengakomodir tingkat pelanggaran santri dan
santriwati adalah komunikasi dua arah dengan melibatkan pengasuh putra dan
putri untuk kemudian dilakukan rapat dan musyawarah dan selanjutkan
dikomunikasikan dengan pimpinan pondok. (Wawancara, 9 Februari 2019).
Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh sekretaris pondok yaitu
Ustadz H. Pungut Supriady, M.HI melalui sebuah wawancara dengan penulis.
Pada kesempatan wawancara tersebut beliau mengemukakan bahwa penangan
santri dan santriwati yang melanggara peraturan dan disiplin pondok diselesaikan
melalui beberapa tahapan. Tahap pertama dibahas pada tingkat ORSADA
kemudian dilanjutkan melalui rapat internal pengasuh putra dan putri, apabila
belum ditemukan solusi yang terbaik bagi mereka yang melanggara peraturan dan
disiplin pondok maka akan dimusyawarahkan lebih lanjut melalui rapat pimpinan
dengan mengakomodir pendapat dari pengasuh putra dan pengasuh putri. Pola
penyelesaian masalah santri dan santriwati melalui tahapan sebagaimana telah
dijelaskan di atas, menurut beliau lebih akomodatif sehingga masing-masing
ustadz dan ustadzah yang telah diberikan amanah untuk membina dan
membimbing santri dan santriwati dapat mengemukakan berbagai informasi
terkait dengan penanganan kasus santri dan santriwati yang melanggar peraturan
dan disiplin pondok. (Wawancara, 9 Februari 2019).
43
43
Terkait data-data yang penulis peroleh di lapangan penelitian perihal
bagaimana penyelesaian masalah santri dan santriwati yang melanggar peraturan
dan disiplin, penulis kemudian mengamati beberapa kegiatan musyawarah
internal pengasuh putra dan putri bersama-sama dengan Direktur Pendidikan dan
Pengasuhan perihal santri dan santriwati yang ditemukan melanggar peraturan dan
disiplin pondok seperti kasus mengambil hak milik orang lain tanpa izin
pemiliknya. Hasil dari pengamatan tersebut, penulis memperoleh data-data yang
cukup akurat bahwa santri dan santriwati dengan kasus mengambil hak milik
orang lain tanpa izin diberikan sanksi bertahap sesuai dengan peraturan dan
disiplin pondok, mulai dari pemanggilan orang tua hingga diberhentikan secara
tidak hormat dari Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi. Pengamatan
tersebut penulis lakukan baik dengan melihat dokumen hasil rapat maupun dengan
bertanya dengan ustadz atau ustadzah pengasuh perihal penyelesaian kasus santri
seperti kasus yang telah dijelaskan sebelumnya. (Observasi, 16 Februari 2019).
Infomasi tersebut dalam pandangan penulis perlu diperkuat dengan data-
data lapangan lainnya. Oleh sebab itu, penulis melakukan pengamatan terhadap
dokumentasi pengasuhan santri tentang bagaimana penyelesaian kasus santri dan
santriwati yang termasuk dalam katagori berat. Pada kesempatan observasi
tersebut penulis mendapat informasi dokumentatif yang menunjukkan bahwa
santri dan santriwati yang pelanggarannya termasuk dalam katagori pelanggaran
berat, maka terdapat beberapa santri dan santriwati yang diberikan sanksi dengan
pemanggilan orang tua dengan penegasan bahwa apabila di kemudian melakukan
pelanggaran yang serupa, maka pondok akan memberikan sanksi yang berat
dengan memberhentikan secara tidak hormat dari Pondok Pesantren Modern Al
Hidayah Jambi. Dokumentasi tersebut penulis peroleh dari pengamatan terhadap
buku induk penanganan santri bermasalah yang termasuk dalam katagori
pelanggaran berat dan perlu diambil tindakan untuk memberikan pembelajaran
yang berharga bagi santri dan santriwati indisipliner. (Observasi, 16 Februari
2019).
Data-data yang diperoleh dari lapangan penelitian sebagaimana telah
dipaparkan sebelumnya dalam pandangan penulis belum dapat dijadikan alasan
44
44
kuat dalam mengambil kesimpulan. Oleh sebab itu, penulis berupaya melakukan
observasi langsung di lapangan penelitian dengan cara menyaksikan langsung
bagaimana penyelesaian santriwati yang melanggar peraturan dan disiplin pondok
dalam katagori ringan dan sedang. Pada kesempatan observasi tersebut, penulis
mengamati bagaimana bagian keamanan puteri yang sedang memberikan sanksi
bagi santriwati yang tidak mengikuti kegiatan belajar siang (dars al idhofi).
Pemberian sanksi yang diberikan oleh pengurus ORSADA puteri bagi santriwati
yang tidak mengikuti pelajaran siang (dars al idhofi) disesuaikan dengan tingkat
pelanggaran santriwati. Pada kesempatan tersebut, tampak pengurus ORSADA
putri memberikan sanksi dengan meminta mereka yang melanggar peraturan dan
disiplin pondok untuk membersihkan kamar mandi putri. Hasil pengamatan
tersebut mengindikasikan bahwa dalam hal pemberian sanksi bagi santri dan
santriwati yang melakukan pelanggaran ringan dan sedang cukup diselesaikan
pada tingkat penguruh organisasi, dengan catatan bahwa mereka yang telah
melanggar peraturan dan disiplin didokumentasikan secara tertulis melalui buku
induk pelanggaran santriwati. (Observasi, 18 Februari 2019).
Berdasarkan informasi tersebut di atas, maka penulis berpendapat bahwa
dalam penyelesaian kasus santri dan santriwati yang melanggar peraturan dan
disiplin pondok diberikan sanksi sesuai dengan kadar pelanggaran yang dilakukan
dengan menerapkan pola tahapan. Kasus santri dan santriwati yang termasuk
dalam katagori ringan dan sedang cukup diselesaikan pada tingkat pengurus
organisasi ORSADA dan pengasuhan santri baik di putra maupun di putri. Terkait
dengan penyelesaian kasus santri dan santriwati yang termasuk dalam katagori
berat, maka dimusyawarahkan melalui hearing pendapat dari pengasuhan putra
dan pengasuhan putri dengan mengakomodir seluruh informasi tentang santri dan
santriwati yang indisipliner. Apabila kasus pelanggaran tersebut dianggap cukup
bukti dan termasuk dalam katagori berat maka kemudian akan diambil tindakan
lebih lanjut, baik dengan pemanggilan orang tua/wali santri dan santriwati
maupun sanksi pemberhentian santri dan santriwati secara tidak hormat.
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa masing-masing sanksi
yang diberikan kepada santri dan santriwati yang melanggar peraturan dan disiplin
45
45
disesuaikan dengan tingkat pelanggarannya. Maka kemudian perlu ditelusuri
tentang bagaimana proses internalisasi peraturan dan disiplin di Pondok Pesantren
Modern Al Hidayah Jambi. Untuk memperoleh informasi yang akurat dan
akuntabel, maka penulis mewawancarai langsung Direktur Pendidikan dan
Pengasuh yang dalam hal ini adalah Ustadz H. Misbahul Wathon, Lc. Pada
kesempatan wawancara tersebut beliau menjelaskan bahwa sanksi yang akan
diberikan kepada santri dan santriwati yang indisipliner tidak diberikan secara
tiba-tiba. Akan tetapi terlebih dahulu dilakukan sosialisasi dan penjelasan secara
bertahap yang dimulai dari proses administrasi penerimaan santri dan santriwati
baru. Dimana pada saat itu, santri dan santriwati diwawancarai secara verbal
terkait dengan rambu-rambu disiplin yang akan diterapkan di Pondok Pesantren
Modern Al Hidayah yang kemudian diperkuat dengan penandatanganan Pakta
Integritas di atas materai sebagai bentuk pertanggung jawaban atas pemberikan
sanksi dikemudian hari. Namun demikian, hal tersebut dianggap belum kuat
secara administratif, maka kemudian orang tua/wali santri juga diwawancarai
secara terpisah untuk memberikan informasi awal terkait dengan pola pendidikan
di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah, terutama hal-hal yang berkaitan dengan
peraturan dan disiplin pondok yang harus dipatuhi oleh masing-masing santri dan
santriwati. (Wawancara, 23 Februari 2019).
Pendapat tersebut di atas kemudian diperkuat oleh ketua Pengasuhan Santri
putra yang dalam hal ini adalah Ustadz Eko Firmansyah, S.Pd.I dalam sebuah
wawancara dengan penulis. Pada kesempatan wawancara tersebut beliau
menyatakan bahwa peraturan dan disiplin yang diterapkan di Pondok Pesantren
Modern Al Hidayah tidak berbeda antara putra dan putri. Pemberian informasi
awal tentang peraturan dan disiplin pondok diberikan pada saat santri dan
santriwati mendaftarkan diri menjadi santri dan santriwati di Pondok Pesantren
Modern Al Hidayah Jambi. Adapun tahapan berikutnya diberikan pada saat
mereka telah memasuki masing-masing asrama melalui pengurus organisasi
ORSADA dan pengasuhan santri putra dan putri. (Wawancara, 23 Februari 2019).
Hal senada juga disampaikan salah seorang ustadzah pengasuhan santri putri
yang dalam hal ini adalah Ustadzah Dewi Rulina Wati, S.Pd dalam sebuah
46
46
wawancara dengan penulis. Pada kesempatan wawancara tersebut beliau
mengemukakan bahwa proses sosialisasi peraturan dan disiplin Pondok Pesantren
Modern Al Hidayah Jambi, khususnya bagi santriwati dilaksanakan dalam dua
tahapan. Tahap pertama disampakan secara umum di depan seluruh santriwati
dengan menghadirkan seluruh pengasuhan putri dan para pengurus organisasi
ORSADA putri. Tahapan keduan disampaikan pada saat mereka telah memasuki
masing-masing asrama yang telah ditentukan. Ketua ORSADA putri yang
ditunjuk oleh pengasuhan putri untuk menyampaikan di asrama yang kemudian
ditugaskan kepada beberapa pengurus organisasi untuk dijelaskan pada masing-
masing asrama. Setelah prosesi pemaparan, langkah selanjutnya adalah
ditempelkan pada papan informasi di masing-masing asrama dengan tujuan agar
seluruh santriwati dapat melihat, membaca, dan mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. (Wawancara, 23 Februari 2019).
Akurasi dan akuntabilitas data-data lapangan dalam sebuah penelitian
membutuhkan dukungan informasi lain, sehingga kemudian kesimpulan yang
diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk itu, penulis melakukan
pengamatan tentang bagaimana pola sosialisasi peraturan dan disiplin di Pondok
Pesantren Modern Al Hidayah Jambi. Observasi pertama yang penulis lakukan
adalah dengan mendatangi asrama putra untuk melihat apakah peraturan dan tata
tertib tersebut benar-benar ditampilkan di depan umum dengan cara
menempelkannya pada papan informasi yang terdapat di asrama. Dalam
pengamatan tersebut penulis melihat secara langsung bahwa salah satu informasi
yang ditampilkan pada papan pengumuman di asrama putra adalah uraian
peraturan dan disiplin Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi yang
ditandatangani langsung oleh pimpinan pondok. (Observasi, 6 Maret 2019).
Informasi tersebut memperkuat asumsi dasar penulis bahwa peraturan dan disiplin
pondok sudah disosialisasikan secara konkrit di kalangan santri putra. Langkah
selanjutnya yang penulis lakukan adalah mengamati langsung keadaan di asrama
putri, apakah hal yang sama juga dilakukan pengurus ORSADA putri dan
pengasuhan putri. Ketika penulis melakukan pengamatan langsung di asrama
putri, diperoleh informasi yang akurat bahwa pola sosialisasi peraturan dan
47
47
disiplin pondok sebagaimana telah dilakukan di asrama putra, ternyata dilakukan
juga di asrama putri. Dengan demikian, maka penulis menyimpulkan bahwa
penyampaian dan sosialisasi peraturan dan disiplin pondok telah dilakukan secara
konkrit sehingga kemudian seluruh santri dan santriwati dapat melihat,
mengamati, dan memahami, serta menerapkan peraturan dan disiplin tersebut
dalam kehidupan mereka sehari-hari. (Observasi, 6 Maret 2019).
Berdasarkan informasi tersebut di atas, maka penulis berpendapat bahwa
segala sesuatu yang berkaitan dengan peraturan dan disiplin Pondok Pesantren
Modern Al Hidayah Jambi telah melalui beberapa rangkaian. Mulai dari
perumusan, pembahasan, dan kemudian sosialisasi di kalangan santri dan
santriwati sehingga kemudian diharapkan mereka dapat menjadikannya sebagai
pedoman sehari-hari dalam menjalankan seluruh aktivitas pondok baik yang
bersifat intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Atas dasar beberapa data lapangan tersebut di atas, maka tindakan sanksi
yang diterapkan oleh pondok secara faktual telah memenuhi standar operasional
sebagaiaman diterapkan dalam berbagai organisasi. Dan dengan demikian, maka
penerapan sanksi bagi santri dan santrwiati yang melakukan pelanggaran terhadap
peraturan dan disiplin tersebut dapat dilakukan baik secara persuasif maupun
tindakan yang disesuaikan dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan.
Berdasarkan informasi tersebut juga, maka ujung titik sentral dari implementasi
peraturan dan disiplin Pondok Pesantren Modern Al Hidayah adalah para
pengasuhan putra dan putri dengan berkoordinasi dengan pengurus organisai
ORSADA putra dan putri.
Terkait denan kecerdasan spiritual melalui penerapan disiplin santri dan
santriwati, maka pada prinsipnya tidak dapat dipisahkan dari kekuatan mentalitas
pengurus ORSADA putra dan putri, termasuk para pengasuhan santri. Hal yang
menurut penulis menjadi prinsip utama adalah follow up dari peraturan dan
disiplin tersebut. Dimana dalam konteks peningkatan kecerdasan spiritual tidak
terlepas dari pola pembiasaan dan uswah hasanah (panutan). Para santri dan
santriwati dalam kehidupan sehari-hari akan melihat dan mengamati sejauh mana
peran para pengurus ORSADA dalam memberikan suri tauladan bagi mereka,
48
48
terutama dalam menerapkan disiplin sholat berjama‟ah. Demikian juga halnya
pengurus ORSADA akan mudah mengimplementasikan kecerdasan spiritual
melalui disiplin sholat apabila diberi tuntunan yang baik oleh para pengasuhan
santri. Dengan demikian, maka pada persoalan tersebut di atas akan terjadi konsep
kausalitas atau pola hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa lain.
Pembahasan lebih lanjut tentang bagaimana kedudukan disiplin sholat yang
merupakan bagian dari peraturan disiplin Pondok Pesantren Modern Al Hidayah
Jambi mampu meningkatkan kecerdasan spiritual santri dan santriwati selama
merek menuntut ilmu di pesantren tersebut. Analisa secara konkrit tentang
pembahasan tersebut di atas akan penulis paparkan pada pembahasan berikutnya,
yakni pelaksanaan ibadah sholat yang dikhususkan di kalangan santriwati mampu
meningkatkan semangat mental spiritual yang kemudian mengarah pada
kecerdasan spiritual santriwati Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi.
2. Pelaksanaan Ibadah Shalat Santriwati Pondok Pesantren Modern Al
Hidayah Kota Jambi
Ibadah shalat di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi tidak hanya
terbatas pada ritual agama saja, tetapi ibadah tersebut merupakan salah satu sarana
untuk membangun karakter seluruh masyarakat pesantren, terutama santriwati
yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Terdapat beberapa hadits Nabi
Muhammad Saw yang menjelaskan ibadah shalat yang merupakan salah satu dari
lima rukun Islam, diantaranya adalah hadits riwayat Ibn „Umar sebagai berikut:
عمر ث نا عب يد الل بن موسى قال أخب رن حنظلة بن أب سفيان عن عكرمة بن خالد عن ابن حد سلم على خس ش ى الل عليو وسل م رضي الل عن هما قال قال رسول الل صل هادة أن ل إلو :بن الإ
وأن مم دا رسول الل وإقام الص لة وإيتاء الز كاة والج وصوم رمضان )رواه البخارى( إل الل
Artinya: “Telah berkata kepada kami „Ubaidullah bin Musa berkata: kami
diberitahun Hanzalah bin Abi Sufyan dari „Ikrimah bin Khalid dari Ibn
„Umar ra berkata: Rasulullah Saw bersabda: Islam didirikan atas lima
perkara: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat,
49
49
melaksanakan ibadah haji, dan berpuasa pada bulan ramadhan”. (HR.
Bukhari). (Shahih Bukhari, Juz 1 Bab Iman Nomor Hadits: 7).
Hadits tersebut di atas merupakan salah satu hadits riwayat Ibn „Umar yang
menjelaskan bahwa ibadah shalat merupakan salah satu rukun Islam disamping
syahadat, zakat, haji, dan puasa ramadhan. Disamping itu juga, terdapat hadits
riwayat Muslim yang menjelaskan posisi shalat dalam syari‟at Islam. Hadits
tersebut secara konkrit berbunyi:
ث نا مم د بن عبد الل بن ني الم ث نا أبو خالد ي عن سليمان بن حي ان الحر عن أب حد دان حد سلم مالك الشجعي عن سعد بن عب يدة عن ابن عمر عن الن ب صل ى الل عليو وسل م قال بن الإ
ى أن ي وح د الل وإقام الص لة وإيتاء الز كاة وصيام رمضان والج ف قال رجل الج على خسة عل عتو من رسول الل صل ى الل عليو و )رواه سل م وصيام رمضان قال ل صيام رمضان والج ىكذا س
مسلم(
Artinya: “Telah berkata kepada kami Muhammad bin „Abdullah bin Numair al
Hamdany, telah berkata kepada kami Abu Khalid yaitu Sulaiman bin
Hayyan al Ahmar dari Abi Malik al Asyja‟i dari Sa‟ad bin „Ubaidah
dari Ibn „Umar dari Rasulullah Saw berkata: “Islam didirkan atas lima
perkara: mengesakan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa
ramadhan, dan haji, lalu sahabat bertanya: apakah urutannya haji dulu
baru puasa ramadhan? Rasulullah Saw menjawab: “tidak, puasa
ramadhan kemudian haji”. Demikian yang telah saya dengan dari
Rasulullah Saw”. (Shahih Muslim, 2010: 31).
Terdapat hadits lain yang semakna dan menjelaskan tentang posisi iman,
Islam, dan ihsan secara bersamaan yang kemudian ditutup dengan penjelasan
tentang hari kiamat. Hadits ini diriwayatkan langsung oleh Abu Hurairah sebagai
berikut:
ث نا وكيع عن كهمس بن السن عن عبد الل بن ب ريدة عن ي ث نا علي بن مم د حد يى بن ي عمر حد ند الن ب صل ى الل عليو وسل م فجاء رجل شديد ب ياض عن ابن عمر عن عمر قال كن ا جلوسا ع
الثياب شديد سواد شعر الر أس ل ي رى عليو أث ر سفر ول ي عرفو من ا أحد فجلس إل ال ن ب صل ى الل
50
50
سلم قال شهادة عليو وسل م فأس أن ند ركب تو إل ركبتو ووضع يديو على فخذيو ث قال ي مم د ما الإب يت ف قال صدقت ل إلو إل الل وأن رسول الل وإقام الص لة وإيتاء الز كاة وصوم رمضان وحج ال
يمان قال أن ت ؤمن بلل وملئ نا منو يسألو ويصدقو ث قال ي مم د ما الإ كتو ورسلو وكتبو والي وم ف عجب نا حسان قال الخر والقدر خيه وشره قال صدقت ف عجب منو يسألو ويصدقو ث قال ي مم د ما الإ
سئول عن ها بعلم من أن ت عبد الل كأن ك ت راه فإن ك إن ل ت راه فإن و ي راك قال فمت الس اعة قال ما الم فاة فما أمارت ها قال أن تلد المة رب ت ها قال وكيع ي عن تلد العجم العرب وأن ت رى ال الس ائل قال
عليو وسل م ب عد ثلث العراة العالة رعاء الش اء ي تطاولون ف البناء قال ث قال ف لقين الن ب صل ى الل )رواه دينكم ف قال أتدري من الر جل ق لت الل ورسولو أعلم قال ذاك جبيل أتكم ي علمكم معال
مسلم(Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: pada suatu hari Rasulullah
tampak di tengah-tengah orang banyak lalu ada seorang lelaki yang
putih pakaiannya dan sangat hitam rambutnya tidak tampak sedikitpun
tanda-tanda perjalanannya dan diantara kami tidak ada satupun yang
mengetahui siapa dia. Dia datang dan duduk dengan Rasulullah sambil
meletakkan tangannya di atas paha dan kepada beliau kemudian
bertanya, Wahai Rasulullah! Apakah Iman itu?” Beliau menjawab,
“Iman adalah hendaknya kamu beriman kepada Allah, beriman kepada
malaikat-Nya, beriman kepada kitab-Nya, beriman bahwa kamu akan
bertemu dengan-Nya, beriman kepada Rasul-Nya, dan kamu beriman dengan adanya kebangkitan di akhirat.” Lelaki itu bertanya lagi,
“Wahai Rasulullah! Apakah Islam itu?” Beliau menjawab, “Hendaklah
kamu menyembah Allah tanpa mempersekutukan-Nya dengan apapun,
mendirikan shalat wajib, menunaikan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhan,” Laki-laki itu bertanya lagi “Wahi Rasulullah!, Apakah
Ihsan itu? Beliau menjawab, hendaknya kamu menyembah Allah
seolah-olah kamu melihat-Nya, meskipun kamu tidak melihat-Nya,
sesungguhnya Dia melihatmu”. Laki-laki itu bertanya lagi, “Wahai
Rasulullah!, Kapankah hari kiamat itu?,” Beliau menjawab,” Orang
yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya, tetapi akan
aku beritahu kepadamu tanda-tandanya. Apabila budak perempuan
melahirkan majikannya maka itulah tanda hari kiamat, apabila orang
telanjang dan tidak beralas kaki menjadi pemimpin manusia maka
itulah tanda-tanda hari kiamat, dan apabila penggembala telah
bermewahan dengan gedung-gedung yang megah, maka itulah tanda-
tanda hari kiamat. Laki-laki itu berkata:” Cukup..”. kemudian laki-laki
itu meghilang dari penglihatan. Kemudian Rasulullah menghampiriku
dan bertanya ”Tahukah kamu siapa dia?” aku menjawab “ Allah dan
51
51
Rasul-Nya lebih mengetahui” lantas beliau berkata:” Dialah Jibril, yang
mengajarkan agama kepada kalian”. (HR. Muslim). (Shahih Muslim,
2010: 29).
Beberapa hadits sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya memberikan
informasi yang sangat akurat bahwa ibadah shalat tidaklah semata-semata sebagai
ibadah ritual semata, tetapi ia merupakan salah satu rukun Islam dari lima rukun
yang telah disebutkan dalam beberapa hadits tersebut. Dengan demikian, maka
pelaksanaan ibadah shalat di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi
dijadikan salah satu pondasi kuat dalam merumuskan peraturan dan disiplin yang
kemudian menjadi acuan bagi santriwati. Adapun penjelasan tentang ibadah shalat
dalam al Qur‟an, terdapat beberapa ayat yang menjelaskan secara konkrit tentang
ibadah shalat. Diantaranya adalah surat An Nur ayat 56 yang berbunyi sebagai
berikut:
:(65)النور
Artinya: “Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada
rasul, supaya kamu diberi rahmat”. (QS. An Nur: 56). (Departemen
Agama RI, 2005: 554).
Disamping ayat tersebut di atas, pada prinsipnya al Qur‟an telah
memberikan penjelasan tentang posisi ibadah shalat dalam Islam dalam banyak
tempat dalam al Qur‟an. Namun demikian, penulis hanya menampilkan beberapa
ayat al Qur‟an saja yang dianggap cukup representatif dalam menjelaskan posisi
ibadah shalat dalam Islam. Adapun ayat lain dalam al Qur‟an yang menjelaskan
tentang ibadah shalat adalah surat al Baqarah ayat 110 sebagai berikut:
:البقرة()
Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan kebaikan apa saja yang
kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada
52
52
sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat apa-apa yang kamu
kerjakan”. (QS. Al Baqarah: 110). (Departemen Agama RI, 2005).
Berdasarkan penjelasan beberapa hadits dan ayat al Qur‟an tersebut di atas,
maka dapat penulis kemukakan bahwa perintah shalat mengandung makna yang
tersurat dan tersirat bagi manusia, agar kemudian mereka dapat melaksanakan
perintah Allah sebagaimana telah dijelaskan. Implementasi ibadah shalat dalam
konteks pendidikan akhlak di pesantren merupakan wadah pembentukan karakter
santriwati dengan tujuan bahwa santriwati yang telah menyelesaikan pendidikan
dari pesantren mampu mengimplementasikannya dalam kehidupannya sehari-hari
di tengah-tengah masyarakat. Adapun karakter yang dimaksud dalam
pendisiplinan ibadah shalat bagi santriwati adalah meningkatkan kecerdasan
spiritual dan emosional sebagai modal utama kehidupan sehari-hari. Dan oleh
karena itu, maka pendisiplinan ibadah shalat di Pondok Pesantren Modern Al
Hidayah Jambi adalah dalam rangka membiasakan santriwati dalam
melaksanakan perintah agama sehingga kemudian pembiasaan tersebut secara
perlahan namun pasti menjadi sebuah kebutuhan hidup bagi santriwati.
Pendisiplinan ibadah shalat dalam konteks pembiasaan santriwati dalam
melaksanakan perintang agama merupakan salah satu karakter pendidikan
berbasis pondok pesantren. Dengan pembiasaan mendisiplin diri, maka para
santriwati tidak merasa terbebani oleh rutinitas yang cukup padat dalam
kehidupan sehari-hari di pesantren. Untuk memperoleh informasi yang akurat
terkait dengan pembahasan tersebut di atas, maka penulis mengkonfirmasikan
langsung dengan Direktur Pendidikan dan Pengasuhan Santri, yaitu Ustadz H.
Misbahul Wathon, Lc melalui wawancara dengan penulis. Pada kesempatan
wawancara tersebut, beliau menjelaskan bahwa pelaksanaan ibadah shalat di
Pondok Pesantren Modern Al Hidayah sudah terintegrasi langsung dalam
peraturan dan disiplin pondok secara keseluruhan dengan tujuan bahwa
pendisiplinan ibadah shalat santriwati akan melahirkan pembiasaan yang positif,
sehingga kemudian mereka tidak merasa terbebani dalam menjalankan peraturan
53
53
dan disiplin, terutama dalam menjalankan ibadah shalat lima waktu. (Wawancara,
20 Maret 2019).
Informasi yang sama juga disampaikan oleh ketua pengasuhan putri, yaitu
ustadzah Mahyunani Arifin, S.I.P pada saat penulis mewawancarai beliau. Pada
kesempatan wawancara tersebut, beliau mengemukakan bahwa santriwati yang
selama ini mondok di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi berasal dari
berbagai wilayah dalam Provinsi Jambi dengan latar belakang yang berbeda-beda
pula, sehingga kemudian membutuhkan pendekatan persuasif yang diharapkan
mampu memberikan dampak positif terhadap pelaksanaan dan implementasi
peraturan dan disiplin pondok secara keseluruhan. Adapun ibadah shalat lima
waktu pada dasarnya telah dicantumkan dalam uraian peraturan dan tata tertib
santriwati, baik pada saat kegiatan belajar mengajar formal di kelas, maupun pada
saat mereka sedang berada di asrama. Kegiatan santriwati yang berkenaan dengan
disiplin shalat lima waktu dimulai dari bangun subuh untuk melaksanakan ibadah
shalat subuh berjama‟ah di masjid putri, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
belajar mengajar formal di kelas, dan setelah itu mereka melaksanakan shalat
Dzuhur berjama‟ah, setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan makan siang dan
kemudian belajar siang/sore hingga waktu ashar tiba. Setelah menyelesaikan
kegiatan belajar mengajar untuk pelajaran sore, mereka kemudian kembali ke
asrama masing-masing dan dilanjutkan dengan shalat Ashar berjama‟ah di masjid.
Setelah selesai kegiatan sore, para santriwati kemudian melaksanakan ibadah
shalat Maghrib dan Isya‟ secara berjama‟ah di masjid dan kemudian dilanjutkan
dengan belajar individual di kelas masing-masing. (Wawancara, 5 April 2019).
Sebagai cross check atas informasi tersebut di atas, kemudian penulis
mewawancarai beberapa santriwati yang terdiri dari Siti Fatimah kelas satu,
Marini Handayani kelas dua, Khairani Mardiyah kelas tiga, Halimatussa‟diyah
kelas empat, Zakiyah Darajat kelas lima, dan Vina Khairunnisa‟ kelas enam. Pada
kesempatan wawancara dengan penulis, mereka menjelaskan bahwa pelaksanaan
ibadah shalat lima waktu bagi santriwati merupakan peraturan dan disiplin yang
terintegrasi dengan kegiatan pondok lainnya, sehingga satu kegiatan santriwati
tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan lainnya. Adapun pengawasan dan kontrol
54
54
pelaksanaan ibadah shalat merupakan tugas dan tanggung jawab dari para
pengurus ORSADA putri yang tergabung dalam pengurus organisasi bagian
keamanan dan ibadah. Merekalah yang kemudian melihat, memantau, dan
menginventarisir santriwati yang tidak melaksakan ibadah shalat lima waktu
secara berjama‟ah tanpa alasan udzur syar‟i. Adapun pemberian sanksi bagi
mereka yang melanggar disiplin dilakukan oleh pengurus organisasi ORSADA
putri, yakni bagian keamanan dan ibadah. Bentuk sanksi yang diberikan adalah
menghafalkan surat-surat pendek sampai dengan membersihkan lingkungan
asrama. Terkait dengan santriwati dengan tingkat pelanggaran sedang dan berat,
maka kemudian dikoordinasikan dengan ustadzah pengasuh putri untuk diambil
tindakan lebih lanjut. (Wawancara, 5 April 2019).
Data-data penelitian yang valid dan akuntabel adalah data-data yang
didukung dengan informasi lain terkait dengan fokus penelitian. Untuk
memperoleh data lapangan yang akuntabel, penulis kemudian melakukan
pengamatan langsung di lapangan penelitian tentang bagaimana pendisiplinan
ibadah shalat santriwati di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi. Tahap
awal yang penulis lakukan adalah dengan mengikuti para santriwati dalam
kegiatan shalat berjama‟ah di masjid putri, kemudian memantau kegiatan mereka
setelah selesai shalat dengan sekali-kali mengajukan beberapa pertanyaan kepada
mereka terkait dengan fokus penelitian ini. Pada kesempatan observasi tersebut,
penulis melihat bahwa setelah selesai belajar mengajar formal pagi, para
santriwati bergegas pulang ke asrama masing-masing dan bersiap-siap untuk
melaksanakan ibadah shalat Dzuhur secara berjama‟ah. Adapun yang menjadi
imam terkadang dari pengurus organisasi, tetapi pada kesempatan lain mereka
diimami oleh ustadzah pengasuhan putri. Demikian halnya pada saat pelaksanaan
shalat Ashar, Magrib, dan Isya, dimana seluruh santriwati yang tidak berhalangan
(udzur syar’i) diwajibkan mengikuti shalat berjama‟ah di masjid. Disamping itu
juga, penulis mengamati bagaimana kegiatan shalat para pengurus organisasi
ORSADA putri, apakah mereka shalat di asrama masing-masing atau tetap
melaksanakan shalat berjama‟ah di masjid. Hal ini dalam pandangan penulis
cukup urgen dalam melihat bagaimana dampak pola uswatun hasanah (pemberian
55
55
contoh teladan) dalam konteks pembiasaan santriwati. Ketika penulis mengamati
kegiatan para pengurus organisasi dalam pelaksanaan ibadah shalat lima waktu,
memang tidak seluruhnya hadir di masjid untuk melaksanakan shalat berjama‟ah
dengan berbagai alasan yang dianggap logis, seperti mereka yang terlibat
langsung dalam pengawasan dan pengontrolan santriwati di beberapa asrama yang
memang berjauhan. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa penulis juga
mendapatkan pengurus organisasi yang indisipliner terkait dengan keharusan
berjama‟ah di masjid, sehingga hal tersebut menjadi preseden buruk bagi
santriwati secara keseluruhan. (Observasi, 6 April 2019).
Terhadap apa yang telah penulis kemukakan melalui verifikasi informasi
yang diperoleh oleh beberapa informan tentang bagaimana pendisiplinan ibadah
shalat bagi santriwati Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi, dipandang
perlu didukung dengan data-data lapangan lainnya yang kemudian secara faktual
mampu memberikan data-data atau fakta penelitian, baik yang mendukung
maupun memberikan sanggahan terhadap informasi yang telah dikemukakan
sebelumnya. Untuk itu, penulis mengumpulan beberapa informasi lain terkait
dengan pendisiplinan shalat santri dalam upaya peningkatan kecerdasan spiritual
santriwati. Penulis kemudian mewawancarai beberapa ustadzah pengasuhan
santriwati tentang langkah-langkah konstruktif lainnya yang dilakukan dalam
upaya pendisiplinan shalat santri, hal ini mengingat bahwa dalam suatu komunitas
tertentu yang kemudian hidup di dalamnya beberapa orang yang memiliki
karakter tersendiri dalam kurun waktu yang cukup lama dengan penerapan
peraturan dan tata tertib yang dilengkapi dengan pemberian sanksi bagi mereka
yang melanggar aturan tersebut akan melahirkan suatu kondisi tertentu dimana
diantara komunitas tersebut akan mengalami tingkat kejenuhan tertentu yang
dibarengi dengan upaya-upaya indisipliner seperti malas, bosan, mengganggu
orang lain, meremehkan pengurus organisasi, dan membuat hal-hal yang
bertentang dengan aturan dan tata tertib yang telah ditetapkan.
Terkait dengan data yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis paparkan
kembali bahwa diantara ustadzah pengasuhan santriwati yang dikonfirmasi adalah
ustadzah Reni Hastuti, S.Pd. Pada kesempatan wawancara tersebut beliau
56
56
menjelaskan bahwa pendisiplinan ibadah shalat santriwati Pondok Pesantren
Modern Al Hidayah Jambi tidak cukup dengan hanya pola pemberian tauladan
yang baik (pola uswatun hasanah), baik yang dilakukan oleh para pengurus
organisasi (ORSADA) putri, maupun yang dilakukan oleh para ustadzah, akan
tetapi harus diimplementasikan melalui standar operasional pelaksanaan (SOP)
yang kemudian diintegrasikan melalui peraturan dan tata tertib pondok.
Disiplin shalat bagi santriwati kemudian diatur secara konkrit melalui
peraturan dan tertib yang terintegrasi dalam peraturan Pondok Pesantren Modern
Al Hidayah Jambi. Peraturan tersebut disamping mencakup berbagai hal terkait
dengan tata cara beraktivitas santri dan santriwati, juga meliputi pelaksanaan
ibadah shalat mereka. Ketentuan tersebut kemudian diperkuat dengan pemberian
sanksi bagi santri dan santriwati yang melanggarnya dengan tiga katagori
pelanggaran, yaitu pelanggaran ringan, sedang, dan pelanggaran berat dengan
konsekwensi sanksi atau hukuman masing-masing tingkat pelanggaran.
Pelanggaran berat dalam disiplin ibadah shalat santriwati misalnya, dilakukan
pemanggilan terhadap orang tua/wali santri untuk membicarakan kelangsungan
studi putrinya di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi, bisa juga dalam
bentuk pemberian skorsing, dan atau pemberhentian santriwati dengan tidak
hormat. (Wawancara, 9 April 2019).
Pendapat tersebut di atas kemudian diperkuat oleh pernyataan yang
disampaikan oleh direktur pendidikan dan pengasuhan santri yang dalam hal ini
adalah ustadz H. Misbahul Wathon, Lc pada saat penulis meminta konfirmasi
beliau melalui wawancara. Di sela-sela wawancara kepada penulis beliau
mengutarakan bahwa hakikat dari penerapan disiplin adalah pemberian sanksi.
Oleh sebab itu, maka setiap peraturan dan disiplin yang dirumuskan harus
dibarengi dengan sanksi yang kemudian disesuaikan dengan tingkat pelanggaran,
termasuk dalam ibadah shalat. Dengan demikian, maka pemberian sanksi bagi
santriwati yang melanggar peraturan dan disiplin shalat adalah sebuah upaya
dalam memberikan pelajaran (i’tibar) kepada santriwati yang lain, agar dalam
mengikuti seluruh kegiatan di pondok selalu berpijak pada peraturan dan disiplin
yang telah ditetapkan oleh pondok. (Wawancara, 9 April 2019).
57
57
Informasi yang senada dengan pendapat tersebut di atas juga disampaikan
oleh salah seorang santriwati kelas empat yaitu Maria Ulfah dalam sesi
wawancara dengan penulis. Ketika penulis mewawancarainya, ia kemudian
menyatakan bahwa seluruh kegiatan santriwati Pondok Pesantren Modern Al
Hidayah Jambi diatur sedemikian rupa melalui peraturan dan tata tertib yang
disampaikan di setiap semester, tepatnya setelah para santriwati mengikuti liburan
semester dan kemudian masuk kembali ke asrama masing-masing. Maka pada
saat mereka telah memasuki asrama, masing-masing pengurus organisasi
membacakan peraturan dan tata tertib untuk dijadikan acuan dalam kehidupan
sehari-hari dalam beraktivitas dalam lingkungan pondok. Sanksi-sanksi juga
dipaparkan bagi mereka yang melanggar peraturan dengan katagori pelanggaran
ringan, sedang, dan pelanggaran berat. Adapun terkait dengan pelaksanaan ibadah
shalat berjama‟ah di masjid putri, biasanya bagian ibadah menjelaskan secara
detail tentang berbagai kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan ibadah
santriwati, baik itu sholat berjama‟ah, membaca al Qur‟an dan kegiatan ibadah
lainnya. (Wawancara, 9 April 2019).
Hal yang sama juga disampaikan oleh beberapa santriwati yaitu Bilqis
Musyarrafah kelas 2, Nurhasanah kelas 3, dan Aida Mawaddah kelas 5 dalam sesi
wawancara kepada penulis. Pada kesempatan wawancara tersebut mereka
menjelaskan bahwa santriwati yang melanggar peraturan ibadah sholat dengan
catatan tidak melaksanakan sholat berjama‟ah di masjid yang dibuktikan dengan
absensi yang dimonitoring oleh bagian ibadah ORSADA biasanya akan dipanggil
ke persidangan ORSADA untuk diberikan sanksi sesuai dengan tingkat
pelanggaran. Adapun sanksi tersebut seperti menghafalkan beberapa surat pendek,
membersihkan tempat wudhu masjid putri, dan sanksi lainnya yang bersifat
mendidik. (Wawancara, 9 April 2019).
Data-data lapangan tersebut di atas dalam pandangan penulis perlu dicross
check melalui pengamatan langsung di lapangan penelitian. Untuk itu, penulis
kemudian melakukan observasi terkait dengan pemberian sanksi-sanksi bagi
santriwati yang melanggara peraturan dan disiplin ibadah sholat berjama‟ah.
Langkah pertama yang penulis lakukan adalah dengan mengikuti kegiatan sholat
58
58
berjama‟ah di masjid putri, setelah itu mengikuti kegiatan membaca al Qur‟an di
masjid baik itu individual maupun kelompok. Langkah berikutnya adalah
mengamati kegiatan yang dilakukan oleh bagian ibadah ORSADA terkait dengan
pelaksanaan ibadah sholat berjama‟ah dan ibadah lainnya seperti membaca al
Qur‟an. Langkah berikutnya adalah memantau kegiatan santriwati pada sore hari
setelah selesai pelaksanaan ibadah sholat Ashar berjama‟ah di masjid.
Kesempatan observasi tersebut penulis manfaatkan untuk menyaksikan
langsung bahwa terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan pengurus organisasi
ORSADA bagian ibadah. Diantaranya adalah bagian ibadah ORSADA terlihat
sedang mengumpulkan beberapa santriwati di depan kamar bagian ibadah.
Diantara personalia bagian ibadah kemudian memverifikasi data-data santriwati
yang dalam catatan mereka melanggara peraturan dan disiplin pondok dengan
tidak mengikuti sholat berjama‟ah di masjid. Setelah mereka memperoleh data-
data faktual melalui cross check informasi, beberapa santriwati sebagaimana telah
disebutkan di atas diberi tugas tertentu sebagai sanksi atas pelanggaran yang telah
mereka lakukan. Diantara mereka ada yang mendapat tugas menghafalkan
beberapa surat pendek dari al Qur‟an, ada juga yang dijadikan jasus (mata-mata
bagian ibadah), dan diantara mereka ada yang diberikan tugas langsung untuk
membersihkan tempat wudhu di seputar masjid putri sebagai bentuk sanksi atas
pelanggaran mereka dengan tidak mengikuti kegiatan sholat berjama‟ah dalam
katagori sedang. (Observasi, 6 April 2019).
Berdasarkan beberapa informasi yang diperoleh di lapangan penelitian, baik
itu bersumber dari wawancara dengan para informan, maupun melalui
pengamatan lansung terkait dengan fokus penelitian, maka penulis berpendapat
bahwa salah satu pola yang diterapkan di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah
dalam upaya peningkatan spirit kecerdasan spiritual melalui pendisiplinan shalat
adalah pemberian suri tauladan (pola uswatun hasanah), baik yang dilakukan oleh
para pengurus organisasi (ORSADA) putri, maupun pemberian contoh tauladan
yang dilakukan oleh ustadzah pengasuhan santriwati putri.
Disamping pemberian suri tauladan dalam hal bagaimana meningkatkan
kedisiplinan santriwati Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi, juga
59
59
diterapkan sistem pemberian sanksi bagi santriwati yang melanggar peraturan dan
disiplin pondok, khususnya peraturan dan disiplin bagian ibadah. Penulis juga
berpendapat bahwa penegakan disiplin dan peraturan pondok tidak cukup dengan
hanya memberikan contoh yang baik kepada para santri dan santriwati (pola
uswatun hasanah), tetap harus diimplementasikan dalam bentuk kegiatan konkrit,
seperti pemberian sanksi langsung kepada mereka yang terbukti melanggar
peraturan dan disiplin tersebut, baik itu pelanggaran ringan, sedang, maupun
pelanggaran berat dengan konsekwensi sanksi masing-masing tingkat
pelanggaran.
Konklusi dari beberapa pembahasan pada bagian ini adalah bahwa peraturan
dan disiplin ibadah shalat bagi santri dan santriwati di Pondok Pesantren Modern
Al Hidayah tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi dalam peraturan dan disiplin
pondok secara keseluruhan. Adapun sisi perbedaannya adalah terletak pada aspek
implementasi peraturan dan disiplin tersebut, dimana masing-masing point dari
peraturan dan tata tertib tersebut dilaksanakan sesuai dengan bidang masing-
masing. Peraturan dan tata tertib pada saat kegiatan belajar mengajar yang bersifat
klasikal diberlakukan pada saat pendidikan formal sedang berlangsung, sehingga
kemudian bagi santri dan santriwati yang melanggar tata tertib dan disiplin
tersebut akan diberikan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggarannya pada saat
kegiatan pendidikan formal pagi hari. Adapun pemberian sanksi bagi santri dan
santriwati yang melanggar peraturan dan disiplin pada saat mereka berada di
asrama, maka pemberian sanksi pun diberikan di asrama yang dilaksanakan
langsung oleh pengurus organisasi ORSADA dengan bimbingan dan arahan para
ustadz dan ustadzah pengasuhan santri. Terkait dengan pelanggaran yang
termasuk dalam katagori berat dan berpotensi pada pemberhentian santri dan
santriwati dari Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi, maka akan
dimusyawarahkan secara serius dalam rapat format bersama direktur pendidikan
dan pengasuhan santri dan pimpinan pondok dengan menghadirkan data-data dan
fakta yang aktual sesuai dengan hasil monitoring terhadap akumulasi pelanggaran
yang dilakukan oleh santri dan santriwati.
60
60
3. Disiplin Shalat Santriwati dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual
Sebagaimana telah dipaparkan pada pembahasan seblumnya bahwa disiplin
shalat santrwati Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi tidak berdiri sendiri,
akan tetapi ia terintegrasi dalam peraturan dan disiplin pondok yang mencakup
seluruh aspek kehidupan santri dan santriwati selama berada dalam lingkungan
pondok. Oleh sebab itu, ketika pembahasan diarahkan pada bagaimana disiplin
shalat santri maka pembahasan tersebut tidak boleh bersifat parsial, namun harus
mencakup seluruh aspek kehidupan santri dan santriwati. Akan tetapi, pada aspek
implementasi peraturan dan disiplin tersebut maka tidak terlalu dipermasalahkan
apabila pembahasan diarahkan pada bagaimana urgensi disiplin shalat santriwati
dalam meningkatkan kecerdasan spiritual mereka.
Pembentukan kecerdasan spiritual membutuhkan proses yang professional
dan proporsional, namun tidak terukur seiring intensitas waktu yang dibutuhkan
sehingga tidak dapat diukur secara matematis kapan seseorang akan
mengimplementasikan nilai-nilai dari kecerdasan spiritual tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk melihat secara konkrit bagaimana eksistensi disiplin
sholat dalam menciptakan kecerdasan spiritual santriwati di Pondok Pesantren
Modern Al Hidayah Jambi, penulis kemudian mewawancarai langsung Pimpinan
Pondok, yaitu Dr. H. Umar Yusuf, M.HI. Pada kesempatan wawancara tersebut
beliau menjelaskan bahwa peraturan dan disiplin ibadah sholat santriwati yang
terintegrasi dalam tata tertib pondok secara umum merupakan salah satu bentuk
pendidikan karakter yang diberikan kepada seluruh santri dan santriwati, sehingga
kemudian secara defacto dapat dilihat implementasinya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, baik pada saat kegiatan belajar mengajar formal yang dilaksanakan
pada pagi hari, maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler lainnya yang dilaksanakan
di lingkungan masjid, lapangan olah raga, dan asrama santri. (Wawancara, 18
April 2019).
Informasi tersebut di atas perlu didukung dengan data-data lapangan
lainnya, maka kemudian penulis melakukan konfirmasi langsung dengan direktur
pendidikan dan pengasuhan santri yaitu ustadz H. Misbahul Wathon, Lc melalui
wawancara terstruktur. Pada kesempatan wawancara tersebut beliau menyatakan
61
61
bahwa penerapan disiplin dalam ibadah sholat berjama‟ah khususnya bagi
santriwati Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi merupakan langkah-
langkah konstruktif dan progressif yang dilakukan oleh pondok untuk
memberikan pengayaan spiritual pada diri santri sehingga kemudian setelah
mereka menjalankan disiplin tersebut akan menghasilkan pembiasaan. Meskipun
pada awalnya santriwati membutuhkan adaptasi yang kadang-kadang
menimbulkan sikap keterpaksaan pada diri mereka, namun seiring dengan
berjalannya waktu maka hal-hal yang selama ini dianggap sesuatu yang sulit
untuk dilaksanakan, mereka kemudian mulai terbiasa dengan rutinitas kegiatan
pondok, terutama kegiatan santriwati yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah
sholat berjama‟ah. (Wawancara, 18 April 2019).
Sebagai bentuk cross check terhadap beberapa informasi yang telah
diperoleh di lapangan penelitian, penulis kemudian melakukan observasi dengan
cara mengamati beberapa dokumen kehadiran santriwati dalam kegiatan shoalat
berjama‟ah di masjid. Dalam pengamatan dokumentasi kehadiran tersebut, penulis
memperoleh informasi yang valid bahwa jumlah pelanggar disiplin sholat
berjama‟ah didominasi oleh santriwati baru. Hal ini mengindikasikan bahwa
ternyata santriwati baru belum sepenuhnya mampu melaksanakan tata tertib dan
disiplin sholat berjama‟ah disebabkan proses adaptasi yang membutuhkan proses
yang lebih lanjut. Dari pengamatan tersebut diperoleh data-data lapangan bahwa
santriwati yang sering tidak melaksanakan ibadah sholat berjama‟ah adalah
mereka yang masih duduk di kelas satu. Karena masih dalam proses adaptasi,
maka kemudian ustadzah pengasuhan putri belum menerapkan sanksi yang sesuai
dengan karakteristik pelanggaran sebagaimana diatur dalam tata tertib dan disiplin
pondok. (Observasi, 20 April 2019).
Sebagaimana dipaparkan pada landasan teori bahwa kecerdasan spiritual
merupakan kemampuan menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks
makna yang lebih luas dan kaya, yakni kemampuan untuk menilai bahwa tindakan
atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Terkait dengan konstruksi teoritis di atas maka nilai-nilai kecerdasan spiritual
dalam disiplin sholat adalah bagaimana pembiasaan yang merupakan hasil dari
62
62
pendisiplinan diri mampu mewarnai sikap dan perilaku seorang santriwati dalam
kehidupannya sehari-hari di asrama dan pada saat mereka kembali ke masyarakat.
Santriwati yang terbiasa dengan disiplin sholat berjama‟ah di masjid akan mudah
memenuhi tuntutan dari tata tertib dan disiplin yang telah ditetapkan oleh pondok,
tanpa harus diperintah terlebih dahulu oleh ustadzah pengasuhan putri. Fenomena
tersebut ketika dikonfirmasikan dengan salah seorang ustadzah pengasuhan putri
yaitu ustadzah Mahyunani Arifin, S.I.P dalam kesempatan wawancara dengan
penulis menjelaskan bahwa santriwati yang sudah menjadikan disiplin sholat
berjama‟ah di masjid sebagai kebiasaan, akan berdampak pada kehidupannya
sehari-hari di lingkungan asrama. Ketika waktu sholat telah tiba, maka ia pun
akan berangkat ke masjid untuk melaksanakan ibadah sholat berjama‟ah tanpa
menunggu perintah dari pengurus ORSADA. (Wawancara, 22 April 2019).
Informasi tersebut di atas kemudian diperkuat oleh pendapat salah ustadzah
pengasuh putri lainnya, yaitu ustadzah Sri Wahyuni, S.Pd pada kesempatan
wawancara dengan penulis. Ketika penulis mengkonformasikan hal tersebut,
beliau kemudian memaparkan bahwa santriwati yang mendisiplinkan dirinya
dengan penuh kesadaran akan mudah menjalani kehidupan di pesantren dengan
segala keterbatasannya. Perilaku dan akhlaknya mengalami perubahan ke arah
yang lebih baik, seperti tata krama ketika berinteraksi dengan sesama teman,
interaksinya dengan santriwati kelas atas, dan pada saat berkomunikasi dengan
pengurus ORSADA dan ustadzah pengasuhan putri. Demikian halnya ketika
berada di dalam masjid, ia akan mudah mengikuti rangkaian kegiatan sholat
berjama‟ah yang kemudian dilanjutkan dengan aktivitas membaca al Qur‟an
setelah selesai menunaikan ibadah sholat berjama‟ah. (Wawancara, 22 April
2019).
Supaya informasi yang telah diperoleh sebelumnya terlebih dahulu di-cross
check melalui informasi agar data-data lapangan tersebut lebih objektif dan
faktual sesuai rambu-rambu penelitian. Untuk itu, penulis kemudian
mewawancarai beberapa santriwati terkait dengan nilai-nilai kecerdasan spiritual
yang terdapat dalam disiplin shalat. Diantara santriwati yang dimintai konfirmasi
adalah Yuni Marfuah santriwati kelas 3 melalui wawancara dengan penulis. Pada
63
63
kesempatan wawancara tersebut, ia menjelaskan bahwa penerapan disiplin shalat
di kalangan santriwati baru masih cukup sulit untuk untuk diterapkan mengingat
bahwa proses adaptasi bagi mereka dengan lingkungan baru membutuhkan waktu
yang cukup lama hingga mencapai tiga bulan lamanya. Adapun santriwati yang
telah duduk di kelas dua dan seterusnya tidak terlalu sulit bagi mereka untuk
mengikuti peraturan dan disiplin shalat yang telah ditetapkan oleh pondok, karena
memang mereka sudah terbiasa menjalani kehidupan dalam lingkungan pesantren
dengan peraturan dan tata tertib yang ada.
Beberapa santriwati yang sudah cukup lama nyantri di Pondok Pesantren
Modern Al Hidayah Jambi sudah merasa nyaman dengan peraturan dan disiplin
yang ada, khususnya disiplin tentang pelaksanaan ibadah shalat berjama‟ah di
masjid. Salah satu indikatornya adalah bahwa mereka tampak khusyu‟ dalam
melaksanakan shalat berjama‟ah, dan kondisi ini cukup berbeda ketika pandangan
dialihkan kepada mereka yang baru memulai adaptasi dengan rutinitas dan
disiplin pondok, mereka masih tanpak kurang bersahaja yang ditandai sering
terlambat (masbuq) datang ke masjid sementara yang lain sedang melaksanakan
shalat berjama‟ah di masjid. (Wawancara, 22 April 2019).
Terkait dengan informasi sebelumnya, penulis juga mewawancarai salah
seorang santriwati yang bernama Rahma Zuita kelas 5 tentang bagaimana nilai-
nilai kecerdasan spiritual dari penerapan disiplin shalat bagi santriwati Pondok
Pesantren Modern Al Hidayah Jambi. Pada kesempatan wawancara tersebut ia
menjelaskan kepada penulis bahwa penerapan disiplin shalat sangat positif dalam
meningkatkan kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan sosial.
Lebih lanjut menurutnya bahwa santriwati yang terbiasa dengan shalat berjama‟ah
di masjid berdampak langsung dan tidak langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Dampak lansung yang dapat dilihat dari sikap sehari-hari adalah mereka rajin
beribadah kepada Allah SWT, ibadah tersebut tidak hanya terlihat kedisiplinan
dalam melaksanakan shalat wajib secara berjama‟ah di masjid, tetapi
dikerjakannya juga shalat-shalat sunnah lainnya seperti shalat dhuha dan shalat
tahajjud. Adapun dampak lain yang tidak langsung adalah sikap hidup sehari
dalam bergaul dalam lingkup pesantren, pada umumnya mereka memiliki perilaku
64
64
yang sopan dan santun baik kepada teman sebaya dan orang-orang yang lebih
dewasa lainnya seperti pengurus ORSADA dan ustadzah pengasuhan santriwati.
(Wawancara, 22 April 2019).
Informasi lain terkait dengan pembahasan tersebut di atas dikemukakan
ketua pengasuhan putri, yaitu ustadzah Mahyunani Arifin, S.I.P dalam
kesempatan wawancara dengan penulis menjelaskan bahwa santriwati yang sudah
terbiasa dengan menerapkan disiplin shalat berjama‟ah berdampak dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Hal dapat dilihat dari sikap hidup mereka dalam
bergaul, terutama terhadap guru baik yang mengajarnya langsung di kelas maupun
tidak, mereka tampak lebih sopan dan santun kepada para guru. Disamping itu
juga, bahwa sikap hidup mereka terindikasi positif yang ditandai dengan
minimnya pelanggaran yang mereka lakukan, baik ketika berada dalam suasana
belajar mengajar pada pagi hari maupun ketika sedang berada di asrama pada saat
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti muhadlarah, pramukan dan kegiatan
keasramaan lainnya. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa tidak
seluruhnya bersikap ideal sebagaimana disebutkan di atas. Diantara mereka juga
masih ditemukan beberapa santriwati yang disamping aktif dalam disiplin ibadah
shalat berjama‟ah di masjid, tetapi pada sisi lain kadang-kadang alpa dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan alasan yang kurang logis. Dan masih
juga ditemukan diantara mereka yang memang aktif dalam kedisiplinan dalam
shalat berjama‟ah tetapi kurang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler lainnya
seperti pada saat kegiatan gotong royong pembersihan asrama, muhadatsah dan
pemberian mufrodat pagi dan beberapa kegiatan keasramaan lainnya.
(Wawancara, 19 Maret 2019).
Validasi terhadap beberapa informasi tersebut di atas, perlu dilakukan cross
check di lapangan penelitian. Langkah konkrit yang penulis lakukan adalah
melakukan pengamatan langsung terhadap sikap hidup sehari-hari di asrama
terhada beberapa santriwati yang dalam notasi penulis memiliki catatan positif
dalam menjalankan disiplin ibadah shalat berjama‟ah di masjid. Langkah pertama
yang penulis lakukan adalah dengan mengamati langsung kegiatan santriwati
tersebut dalam dua kondisi, pertama ketika berada dalam suasana belajar mengajar
65
65
pada pagi hari dan pada saat mereka sedang berada di asrama untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Pengamatan pertama yang penulis lakukan
dengan melihat langsung tingkat kehadiran santriwati tersebut di kelas selama
proses belajar mengajar berlangsung. Pada kesempatan observasi tersebut penulis
menyaksikan langsung kegiatan santriwati tersebut pada saat proses belajar
mengajar formal di sekolah, dan pada umumnya mereka terlibat aktif dalam
kegiatan formal tersebut, meskipun pada kesempatan lain diantara mereka masih
ditemukan yang tidak aktif dalam kegiatan pendidikan formal tersebut. Demikian
halnya ketika penulis mengamati kegiatan mereka pada saat di asrma, santriwati
yang terbiasa dengan pendisiplinan diri dalam shalat berjama‟ah di masjid, pada
umumnya mereka juga aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler seperti
muhadlarah, pramuka dan kegiatan lainnya di asrama. (Observasi, 20 Maret
2019).
Data-data dan informasi terebut di atas menurut penulis perlu didukung
dengan hasil observasi lainnya, khususnya dalam kegiatan ekstrakurikuler. Oleh
sebab itu, penulis kemudian melakukan pengamatan dalam kegiatan muhadlarah
yang dilaksanakan pada malam hari di kelas. Namun sebelumnya, penulis
melakukan pendataan terlebih dahulu terhadap beberapa santriwati yang dianggap
representasi dari santriwati lainnya untuk kemudian diobservasi kegiatannya.
Selanjutnya penulis mengamati terlebih dahulu tingkat kehadiran mereka dalam
kegiatan muhadlarah melalui absensi ruang muhadlarah, langkah selanjutnya
adalah mengamati tingkat keaktifan mereka dalam mengikuti kegiatan
muhadlarah tersebut. Pada kesempatan pengamatan tersebut, penulis melihat
bahwa mereka yang dalam pemantauan penulis terlibat aktif dalam kegiatan yang
dimaksud sehingga kemudian penulis berasumsi bahwa penerapan peraturan dan
disiplin shalat berimplikasi pada kecerdasan spiritual, emosional, dan sosial
santriwati Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi. (Observasi, 20 Maret
2019).
Disamping itu juga, penulis mengamati kembali kegiatan mereka dalam
kegiatan kepramukaan yang dilaksanakan pada hari Sabtu sore. Pada saat
pengamatan, penulis melihat bahwa mereka terlihat cukup antusias dalam
66
66
kegiatan tersebut, diantara mereka ada yang bermain peran, ada juga yang
bernyanyi dengan ciri yel-yel masing kelompok. Berdasarkan hasil pengamatan
tersebut, penulis kemudian berpendapat bahwa ternyata nilai-nilai kecerdasan
spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan sosial cukup andil dalam
mewarnai para santriwati dalam kehidupan sehari-hari selama berada dalam
lingkungan pondok. (Observasi, 20 Maret 2019).
Adapun kegiatan lainnya yang tidak luput dari pengamatan penulis adalah
kegiatan pemberian mufrodat (kosa kata baru) dan muhadatsah (latihan
percakapan) pada pagi hari setelah selesai melaksanakan shalat Subuh berjama‟ah.
Pada kesempatan observasi tersebut penulis melibatkan diri dalam proses
pemberikan mufrodat baru di asram yang kemudian dilanjutkan dengan latihan
muhadatsah dengan pola saling berhadap-hadapan. Disela-sela kegiatan tersebut
penulis mengamati keaktifan beberapa santriwati yang masuk dalam notasi
penulis sebelumnya. Ketika observasi berlangsung, penulis melihat mereka cukup
aktif dalam berinteraksi dengan teman-temannya dengan menggunakan bahasa
Arab dan bahasa Inggris sesuai dengan hari-hari penggunaan bahasa. Diantara
mereka saling bertanya dan kemudian dijawab oleh yang lain dengan
menggunakan bahwa Arab yang sederhana sesuai dengan kemampuan yang
selama ini dipelajarinya. Apabila mereka mendapat kesulitan tentang mufrodat
baru dalam bahasa Arab, mereka kemudian membuka kamus yang memang sudah
mereka persiapkan dan atau bertanya langsung kepada pengurus ORSADA yang
tergabung dalam bagian bahasa ORSADA. Hasil dari observasi ini menunjukkan
bahwa wujud konkrit dari penerapan peraturan dan disiplin shalat di Pondok
Pesantren Modern Al Hidayah cukup mewarnai kehidupan santriwati dalam
berbagai kehidupan mereka, baik pada proses belajar mengajar formal maupun
kegiatan yang dilaksanakan di asrama. (Observasi, 20 Maret 2019).
Berdasarkan data-data dan informasi yang diperoleh melalui wawancara dan
observasi tersebut. Penulis kemudian berpendapat bahwa penerapan peraturan dan
disiplin ibadah shalat santriwati Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi
berdampak dalam seluruh kehidupan santriwati, baik ketika mereka mengikuti
proses belajar mengajar formal yang dilaksanakan pada pagi hari, maupun
67
67
kegiatan ekstrakurikuler lainnya yang dilaksanakan di asrama. Nilai-nilai faktual
dari pelaksanaan disiplin shalat dalam bentuk kecerdasan spiritual dapat dilihat
kekhusyu‟an santriwati dalam melaksanakan shalat, baik shalat fardhu maupun
shalat masnunah lainnya. Adapun kecerdasan emosional santriwati dapat dilihat
dari sikap tampilan mereka berkomunikasi dengan orang lain dimana mereka
mampu menata emosional dalam berinteraksi. Sementara kecerdasan social dapat
dilihat dari bagaimana sikap santriwati bersosialisasi dengan orang lain, sehingga
dari proses interaksi dan sosialisasi mereka memiliki kepekaan sosial untuk
membantu orang lain atas panggilan hati nurani.
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas, maka penulis berkesimpulan
bahwa implementasi peraturan dan disiplin shalat berdampak pada tiga kecerdasan
sekaligus, yaitu: kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan
sosial. Untuk menggambarkan kesimpulan tersebut, maka penulis memaparkan
peta konsep berikut ini.
Tabel 7. Peta Konsep Disiplin Shalat Santriwati dalam Meningkatkan tiga
kecerdasan di Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi
(Sumber: Peraturan dan Tata Tertib Santri/Santriwati Pondok Pesantren Modern Al
Hidayah Jambi Tahun 2019)
Peta konsep yang merupakan interpretasi dari pengamalan nilai-nilai
disiplin shalat santri dalam kaitannya dengan peningkatan kecerdasan spiritual,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan sosial di Pondok Pesantren Modern Al
PROSES
KECERDASAN
SPIRITUAL
KECERDASAN
EMOSIONAL
KECERDASAN
SOSIAL
Kegiatan
Intrakurikule
Kegiatan
Ekstrakurikule
PERATURAN
DAN DISIPLIN
SHALAT
68
68
Hidayah Jambi merupakan aktualisasi dari pelaksanaan peraturan dan tata tertib
serta disiplin pondok pada umumnya yang menghendaki timbulnya dimensi
spiritual dalam konteks حبل من الناس di tengah-tengah homogenitas santri, baik
suku, ras, dan latar belakang kehidupan keluarga. Berdasarkan peta konsep
tersebut di atas, penulis kemudian berpendapat bahwa konstruksi hukum yang
tersurat dalam peraturan dan disiplin yang telah ditetapkan oleh pondok melalui
rapat dan musyawarah untuk kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam
menjalankan seluruh aktivitas Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi,
merupakan rambu-rambu dalam kehidupan pondok yang bersifat mengikat bagi
seluruh santri dan santriwati yang hidup di dalamnya dengan konsekwensi bahwa
bagi mereka yang melakukan pelanggaran terhadap norma-norma tersebut akan
diberikan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan.
Secara terperinci maka disiplin shalat yang merupakan domain utama dalam
pembahasan penelitian ini merupakan sumber norma-norma hukum dalam
konteks pondok pesantren yang kemudian dijadikan pedoman dalam proses
pelaksanaan berbagai kegiatan, baik itu intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Kegiatan santriwati dalam intrakurikuler dan ekstrakurikuler merupakan wujud
internalisasi dari peraturan dan disiplin ibadah shalat tersebut yang kemudian
melahirkan kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan sosial
setelah melalui proses pembiasaan dalam kegiatan sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya. Beberapa kecerdasan sebagaimana dijelaskan di atas kemudian
diimplementasikan dalam bentuk perilaku dan tampilang masing-masing
santriwati dalam berinteraksi. Apakah interaksi itu terhadap teman sebaya atau
dengan orang yang lebih dewasa seperti kakak kelas yang menjadi pengurus
dalam organisasi ORSADA Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi, dan
atau ketika berinteraksi dengan para ustadz dan ustadzah tanpa ada pengecualian,
apakah ustadz/ustadzah tesebut mengajar atau tidak di kelasnya dalam proses
belajar mengajar formal sekolah di pagi hari.
Aktualisasi dari penerapan disiplin ibadah shalat santriwati tidak tampak
secara tiba-tiba, akan tetapi membutuhkan proses lebih lanjut yang kemudian
diimplementasikan dalam berbagai kegiatan, baik intrakurikuler maupun
69
69
ekstrakurikuler. Kehadiran ustadzah pengasuhan santriwati dalam kehidupan
sehari-hari santriwati merupakan salah satu bentuk aktualisasi dari penerapan
peraturan dan disiplin shalat yang telah ditetapkan oleh ponok. Oleh sebab itu,
maka ustadzah pengasuhan santriwati dalam kapasitasnya sebagai pembina,
pembimbing, dan sekaligus pengasuh bagi seluruh santriwati yang menetap di
asrama dalam seluruh kegiatan kepesantrenan. Disamping pembimbing, para
ustadzah pengasuhan santriwati juga berperan sebagai konselor dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh santriwati, termasuk dalam hal ibadah
shalat berjama‟ah di masjid. Pola pendekatan persuasif yang mereka terapkan
ternyata mampu memberikan sugesti positif terhadap santriwati yang sering
melanggar disiplin shalat berjama‟ah.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, maka internalisasi disiplin shalat
selalu diberikan dalam bentuk arahan dan taushiyah sehingga kemudian para
santriwati mampu melaksanakan shalat berjama‟ah dengan khusyu‟ disebabkan
meningkatnya pemahaman mereka terhadap hakikat dari pelaksanaan ibadah
shalat itu sendiri. Kondisi sebagaimana telah dipaparkan di atas dalam pandangan
penulis menjadi sebuah rumusan tertentu dalam melihat bagaimana kecerdasan
spiritual itu timbul dalam kehidupan pesantren melalui berbagai kegiatan yang
muaranya bersumber dari penanaman dan pembiasan disiplin diri dalam
melaksanakan ibadah shalat berjama‟ah di masjid.
Nilai-nilai spiritual dari implementasi disiplin shalat santri dapat kemudian
dilihat dalam ranah kehidupan sehari-hari, baik dalam hal interaksi maupun dalam
menjalankah peraturan dan tata tertib lainnya. Sehingga dengan demikian, kualitas
hidup para santri akan tergambar secara utuh melalui pemberlakuan disiplin shalat
dengan tetap memperhatikan hal-hal yang kemudian berimplikasi pada pengaruh
negatif dalam diri santri. Untuk menghindari ekses negatif tersebut, maka
kehadiran ustadz/ustadzah sebagai pembimbing spiritual santri menjadi urgen
guna membantu para santri melalui masa-masa transisi yang memang secara
psikologis merupakan bagian dari kehidupan mereka. Dan untuk itu, maka
pemberlakuan disiplin shalat santri pada prinsipnya merupakan upaya psikologis
70
70
yang sistemis dalam rangka meningkatkan kecerdasan spiritual santri Pondok
Pesantren Modern Al Hidayah Pemerintah Provinsi Jambi.
Kehidupan sosial santriwati dalam konteks nilai-nilai spiritual sebagaimana
telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya menghadirkan sebuah nuansa
sosial, dimana masing-masing santriwati memiliki karakter individual yang
mengarah pada aspek toleransi dalam keberagaman, terutama dalam kehidupan di
pondok pesantren. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan santriwati
terdapat perilaku menyimpang dari tata tertib dan peraturan yang telah ditetapkan
sebelumnya, namun demikian dapat penulis paparkan lebih lanjut bahwa dengan
aktualisasi nilai-nilai disiplin shalat tersebut secara tidak langsung menimbulkan
karakter individual yang mengarah pada pembentukan jati diri santriwati sebagai
seorang pelajar yang didik dalam kurun waktu tertentu melalui berbagai
pendekatan yang merupakan bagian dari sunnah pondok pesantren.
71
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya tentang
nilai-nilai kecerdasan spiritual dalam disiplin ibadah shalat, maka penulis
merumuskan beberapa hal sebagai kesimpulan dari penelitian ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Adanya peningkatan disiplin shalat santriwati Pondok Pesantren Modern
Al Hidayah setelah diberikan Qudwah Hasanah (pemberian suri
tauladan) dari para asatidz dan ustadzah serta pengurus organisasi
ORSADA dalam kurun waktu 24 jam secara berkala dengan mengacu
pada Standar Operasional Pelaksanaan (SOP) yang telah ditetapkan oleh
pondok dalam bentuk peraturan dan tata tertib serta memberlakukan
sanksi bagi mereka yang melanggar peraturan dan disiplin.
2. Implementasi peraturan dan disiplin shalat berdampak pada tiga
kecerdasan sekaligus, yaitu: kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional,
dan kecerdasan social. Namun, disiplin shalat santri belum sepenuhnya
mampu meningkatkan kecerdasan spiritual di Pondok Pesantren Modern
Al Hidayah Kota Jambi dikarenakan adanya faktor-faktor yang
menghambat seperti sifat malas, kurangnya kesadaran untuk beribadah,
dan lain sebagainya.
B. Saran
Terkait dengan hasil dari penelitian ini yang fokus pembahasannya
adalah bagaimana nilai-nilai kecerdasan spiritual dalam disiplin shalat
santriwati Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi. Berdasarkan
kesimpulan dan temuan dari penelitian ini, maka
71
penulis menyampaikan saran kepada beberapa pihak terkait sebagai berikut:
1. Direktur Pondok Pesantren Modern Al Hidayah, agar membuat peraturan dan tata
tertib lebih spesifik lagi, sehingga dapat memudahkan santriwati dalam menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengasuhan Santriwati, agar lebih professional dan proporsional dalam melakukan
konseling terhadap beberapa santriwati yang melanggar peraturan dan disiplin,
khususnya disiplin shalat berjama‟ah.
3. Santriwati Pondok Pesantren Modern Al Hidayah Jambi, agar memaknai secara serius
tentang nilai-nilai kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan sosial
dalam penerapan peraturan dan disiplin ibadah shalat berjama‟ah.
4. Para peneliti berikutnya, agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai pembanding
terhadap penelitian yang dilakukan pada masa yang akan datang.
72
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV. Toha Putra, 2005
Al-Khuli, Hilmi, Menyingkap Rahasia Gerakan-Gerakan Sholat, Yogyakarta: DIVA Press,
2012
Anwar, Kasful, Kepempimpinan Pesantren: Menawarkan Model kepemimpinan Kolektif dan
Responsif, Jambi: CV. Bonazab, 2011
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Faisol, Amir, Tradisi Keilmuan Pesantren, Yogyakarta: Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga),
2009
Ginanjar, Ary Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan spiritual,
Jakarta Arga Publishing, 2011
Goleman, Daniel, Working With Emotional Intelligence, New York: Bantam Dell, 2006
Langgulung, Hasan, Pendidikan Islam dalam Abad ke 21, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988
Madjid, Nurcholis, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Paramadina,
1992
Marshall, Ian, Danah Zohar, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir
Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, Bandung: Mizan, 2009
Mas‟ud, Abdurrahman dkk., Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005
Moleong, Lexy. J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2002
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan, Jakarta:
Gema Insani Press, 1997
Walch, Marsha, Mimi Doe, 10 Prinsip Spiritual Parenting, Bandung: Mizan, 2010
Yamin, Martinis, Orientasi Baru Ilmu Pendidikan, Jakarta: Refensi, 2012
viii