51
45 BAB V Kebudayaan Sebagai Identitas Daerah Strategi Paguyuban Kuda lumping dalam mempertahankan Eksistensinya Kuda lumping merupakan salah satu seni dan budaya jawa yang tersebar luas dai daerah Jawa Tengah dan Yogjakarta bahkan sampai Jawa Timur dan pesisir utara laut Jawa. Kesenian kuda lumping sangat erat dengan Temanggung , dikarenakan banyaknya Paguyuban yang ada di Temanggung. Kuda lumping merupakan salah satu hiburan rakyat di temanggung disamping ada pula seni budaya yang lain seperti Wayang Kulit dan karawitan. Gambar 5.1 Penari Utama/Lakon dalam pementasan Kuda Lumping

Kebudayaan Sebagai Identitas Daerah - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9313/5/T2_092013011_BAB V.pdf · peningkatan modal sosial (Hasbullah, 2006). Modal

Embed Size (px)

Citation preview

45

BAB V

Kebudayaan Sebagai Identitas Daerah

Strategi Paguyuban Kuda lumping dalam mempertahankan

Eksistensinya

Kuda lumping merupakan salah satu seni dan budaya jawa yang

tersebar luas dai daerah Jawa Tengah dan Yogjakarta bahkan sampai

Jawa Timur dan pesisir utara laut Jawa. Kesenian kuda lumping sangat

erat dengan Temanggung , dikarenakan banyaknya Paguyuban yang

ada di Temanggung. Kuda lumping merupakan salah satu hiburan

rakyat di temanggung disamping ada pula seni budaya yang lain seperti

Wayang Kulit dan karawitan.

Gambar 5.1

Penari Utama/Lakon dalam pementasan Kuda Lumping

46

Kuda lumping menjadi salah satu hiburan seni yang

berkembang pesat di Temanggung, yang menjadi tolak ukur kemajuan

seni Kuda lumping adalah semakin banyaknya paguyuban yang

bermunculan di Kab. Temanggung, yang berasal dari setiap Desa di

Temanggung, dari banyaknya paguyuban kuda lumping yang ada di

Temanggung, terdapat dua Paguyuban yang bisa merepresentasikan

kemajuan Seni Kuda Lumping dan eksistensi seni Kuda Lumping

dengan keunikan dan cara Paguyuban mereka sendiri. Adalah

Paguyuban Krida Taruna yang berasal dari Desa Kandangan Krajan,

Kec. Kandangan, dan Paguyuban Wahyu Turonggo Panuntun yang

berasal dari Desa Lamuk Gunung, Kec. TlogoMulyo, dan dua

Paguyuban ini berasal dari dua sudut pandang geografis yang berbeda,

dan kultur masyarakat yang tidak sama, Krida Taruna berada di Lereng

Gunung Sindoro dan Wahyu Turonggo Panuntun berada di Lereng

Gunung Sumbing.

Gambar 5.2

Peta Kec. Kandangan, Kab. Temanggung

47

Gambar 5.3

Peta Kecamatan Tlogomulyo, Kab. Temanggung

Paguyuban Krida Taruna (KT)

Seni adalah sesuatu yang bersifat universal di belahan dunia

ini, entah di negara manapun selalu memiliki ciri khas tersendiri

apabila ditinjau dari segi budaya. Sedangkan dari segi arkeologis

terdapat data etnografi berupa kesenian di sebuah kalangan masyarakat

tertentu, yang dijadikan sebagai salah satu bahan analogi dalam usaha

merekonstruksi kebudayaan seni masyarakat tersebut pada masa

lampau berkaitan dengan konsep kesenian. Tak terkecuali di

Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, ternyata juga

menyimpan pesona tersendiri. Dalam kaitannya dengan seni dan

budaya di daerah Ini yang menjadi prioritas dari penulis adalah

Kesenian Kuda Lumping yang berada di Desa Kandangan Krajan, Kec

Kandangan, Kabupaten Temanggung. Seni Kuda Lumping. Menurut

para tokoh adat setempat arti dari pada Kuda Lumping atau Sejarah asal

muasal seni tari Kuda Lumping ini tidak ada catatan secara tertulis

yang menjelaskan.Hanya sebuah riwayat saja yang diceritakan turun

temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

48

Gambar 5.4

Penabuh Gamelan dalam pagelaran Kuda Lumping KL

Gambar 5.5

Personil/yogo sebagai pengiring pementasan Kuda Lumping KL

Kesenian Tari Kuda lumping adalah sebuah seni tari yang

dimainkan dengan menggunakan peralatan berupa kuda tiruan yang

dibuat dari anyaman bambu.Jika dilihat ritmis tarian kuda lumping ini

sepertinya merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran

jaman dulu ,yaitu sebuah pasukan kavaleri berkuda.Ini bisa dilihat dari

gerakan seni tari kuda lumping yang dinamis,ritmis dan

agresif,layaknya gerakan pasukan berkuda ditengah medan

peperangan. Mengenai Sejarah asal muasal seni tari Kuda Lumping

49

konon katanya sih adalah bentuk dukungan rakyat jelata terhadap

pasukan berkuda Pangeran Diponegoro. Sejarah juga menyebutkan

bahwa adanya kemampuan di luar nalar yang ada dalam seni Kuda

Lumping ini Benarkah Tari kuda lumping ini melibatkan makhluk

halus? Sebelum sebuah acara kuda lumping digelar selalu ada 2 orang

pawang (pemimpin spiritual yang memiliki kekuatan supranatural)

yang bertugas untuk mempertahankan cuaca agar tidak hujan.Dan

yang satunya bertugas melakukan ritual pemanggilan makhluk halus

dari empat penjuru mata angin.Disamping itu,pawang ini juga bertugas

menjaga lingkungan dari gangguan ghaib ,memulihkan penari yang

kesurupan dan mengendalikan makhluk halus yang merasuki

pemain.Mereka juga memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar

acara berlangsung aman dan tidak terjadi suatu yang tidak diinginkan.

Dipersiapkan pula sesaji (sajen) sebelum acara tari kuda

lumping digelar berupa bunga, pisang rajamala ,ayam muda,nasi

tumpeng,kemenyan dll. Seni kuda lumping selalu menjadi tontonan

yang amat menarik bagi masyarakat temanggung, dalam hal ini

paguyuban krida taruna adalah paguyuban yang belum lama terbentuk

di desa kandangan krajan ini sejak tahun 1998 seni ini mulai digeluti

oleh para pengembang seni di desa kandangan. Jauh sebelumnya sudah

banyak paguyuban kuda lumping yang lahir di temanggung salah

satunya yang paling terkenal adalah paguyuban kuda lumping

Turonggo Setyo Utomo. Yang sangat terkenal di daerah temanggung

dan sekitarnya. Tetapi mengapa penulis memilih Krida Taruna sebagai

salah satu paguyuban, karena ditengah banyaknya pandangan tentang

paguyuban yang sudah terkenal apakah mungkin pihak masyarakat dan

serta pemerintah hanya menghidupkan satu seni saja, atau bagaimana,

hal ini yang akan coba di gali dalam dinamika yang terjadi di daerah

kandangan, temanggung terkait dengan seni Kuda Lumping.

Aktor-aktor yang terlibat (Masyarakat, Pemerintah, Pengusaha, Pribadi)

Sejak awal hubungan, setiap orang membutuhkan jaminan bahwa

mereka diterima sepenuhnya, termasuk rasa aman untuk

50

mengemukakan pendapat dan berkontribusi dalam kegiatan

kelompoknya. Membutuhkan suasana saling menghargai untuk

tumbuhnya penerimaan dalam kelompok, sehingga kelompok tersebut

akan tumbuh menjadi komunitas yang kuat. Dalam perkembangan

ikatan sosial sebuah komunitas, saling mengenal dengan baik

merupakan awal dari tumbuhnya komunitas tersebut, kepercayaan

tidak akan tumbuh terhadap orang baru dengan begitu saja, perlu

pembuktian dalam sikap dan perilaku masing–masing dalam waktu

yang relatif lama. Sikap dan perilaku yang berdasarkan kepada nilai–

nilai universal yang diyakini sebagai nilai yang berlaku di seluruh

tempat di dunia seperti jujur, adil, kesetiaan, saling melindungi di

antara sesama semua warga komunitas. Apabila salah satu warga

melakukan kecurangan, maka kepercayaan terhadap orang tersebut

otomatis akan luntur.

Bapak Seto Agus Hartono ( anggota Paguyuban Krida Taruna )

Bapak Agus akrab sapaan masyarakat desa kandangan terhadap

bliau adalah seorang yang bekerja di RSU Temanggung sebagai staf

dokter dan Mantri di Puskesmas Kandangan. Dalam kecintaannya

terhadap seni memang sudah ada dan sangat kental di diri beliau.

Dalam kaitannya dengan kesenin kuda lumping di desa kandangan,

bapak Agus mempunyai peranan penting dalam hal perkembangan dan

juga regenerasi, karena beliau merupakan bagian tata usaha dan juga

humas.

Pekerjaan dalam bidang seni kuda lumping memang sudah ada

niatan sejak dulu setiap melihat pertunjukan kuda lumping yang selalu

ditampilkan tiap-tiap daerah di Temanggung. Dengan rasa seni yang

tinggi dan ingin membuktikan kepada warga desa bapak agus dan juga

beberapa warga masyarakat mendirikan paguyuban Krida Taruna

sebagai representasi seni di desa Kandangan Krajan sendiri. Dengan

menampilkan tarian kuda lumping yang selalu di padu dengan tarian-

tarian lain yang inovatif untuk menarik minat penonton.

51

Bagus Aji ( Penari Kuda Lumping )

Bagus merupakan pemuda yang masih duduk dalam bangku

SMU dia merupakan putra lokal dari desa Kandangan Krajan yang

sudah jatuh cinta dan selalu ingin menari jadi penari kuda lumping di

paguyuban krida taruna sebagai leader, dari SMP, keinginan ini baru

terwujut kala dia duduk di bangku SMU. Dia merupakan pemuda yang

semangat dan juga taat ber ibadah, serta yang paling penulis kagumi dia

benar-benar memiliki keinginan yang nyata untuk membuat kesenian

kuda lumping di desanya selalu ada dan berkembang. Bagus sangat

populer di kalangan anak-anak kecil, banyak sekali anak-anak yang

mengidolakannya dan ingin bisa jadi leader dan tokoh utama dalam

seni tari kuda lumping. Ini merupakan suatu fenomena yang menarik.

Masih ada keinginan dan semangat untuk belajar kesenian daerah

ditengah budaya komersil yang semakin instan tanpa nilai yang

sekarang beredaran bebas di era globalisasi ini.

Agnes Febriana ( Warga Kandangan Krajan )

Sebagai warga kandangan kebanyakan anak muda selepas SMU

mereka bekerja keluar kota dan juga ada yang menempuh pendidikan

di Universitas di kota-kota lain. Agnes adalah mahasiswa UKSW

Fakultas PGSD yang merupakan warga dari desa Kandangan. Pada saat

pertunjukan dilakaukan saya sempat ngobrol dan berbicara masalah

seni kuda lumping di desanya, dia pun menjawab saya dulu pernah

menjadi salah satu penari wanitanya dan itu sangat membuat saya malu

dan grogi tampil di depan orang banyak. Setelah itu selesai pertunjukan

saya merasa lega dan sekaligus bangga. Harapan saya (Agnes) sebagai

warga Kandangan Krajan, kesenian ini harus selalu didukung dan

dikembangan menjadi satu keragaman daerah Kandangan dan selalu di

tanamkan ke generasi muda agar tidak malu mengakui kesenian

daerahnya.

Kaitan modal sosial, Modal ekonomi, Modal Kultural ( Sejauh mana upaya ini berhasil dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan seni Kuda Lumping )

52

Modal Sosial

Dalam modal sosial erat kaitannya dengan Trust atau rasa

percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk

mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari

oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti

yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola

tindakan yang saling mendukung, paling tidak akan bertindak

merugikan diri dan kelompoknya. Trust adalah sikap saling

mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut

saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada

peningkatan modal sosial (Hasbullah, 2006).

Modal sosial merupakan modal yang berupa hubungan atau interaksi

khusus dengan masyarakat hingga relasi yang sifatnya sosial. Karena

melalui proses sosial di sini akan dapat mempermudah pagelaran agar

dapat mempertahankan eksistensinya.dari temuan lapangan yang

diperoleh dari lapangan menampilkan begitu banyak variasi yang

dilakukan paguyuban untuk mejalin trust mereka, mulai dari

mengikuti ajang festival internasional yang baru-baru ini dilaksanakan

di Temanggung, dan juga bagaimana para anggota paguyuban

memberikan penampilan yang menarik dengan memainkan anak-

anak kecil sebagai salah satu daya tarik tersendiri, serta adanya

kepercataan di daerah sekitar kecamatan kandangan untuk selalu

menggunakan jasa seni mereka dalam acara adat maupun hajatan. Ini

merupakan sedikit temuan penulis terkait truts dan jejaring yang

dilakukan dengan masyarakat oleh paguyuban Krida Taruna.

Modal Ekonomi

Dalam keterkaitannya dengan habitus, modal memiliki peran

yang penting. Dalam diri seseorang, modal selalu hadir bersamaan

dengan habitus. Dalam ranah ekonomi, modal ekonomi cenderung

berupa insentif (Bourdieu, 1979). Bourdieu menganggap bahwa modal

memainkan peranan yang penting, karena modallah yang

memungkinkan orang untuk mengendalikan orang untuk

mengendalikan nasibnya sendiri maupun nasib orang lain. Dalam

53

kaitannya dengan modal ekonomi yang ada dan nampak dalam

paguyuban ini adalah seperangkat alat gamelan yang dimiliki oleh

paguyuban Krida Taruna serta juga berbagai macam kostum penari

mulai dari kostum yang di kenakan oleh para prajurit dan juga kostum

leak yang ada di pertunjukan itu, gamelan terdiri dari saron,

kempul,gong dan tambahan alat music modern seperti drum dan juga

keyboar. Itu merupakan sedikit akses yang dimiliki oleh paguyuban,

kalau kita menarik sebelumnya sumber uang itu sendiri bersumber

dari uang sumber daya masyarakat dan juga desa untuk

menghidupkan kesenian dan juga membuat kandangan memiliki

paguyuban seni Kuda Lumping seperti di daeranh lain di Kab

Temanggung.

Modal Budaya (Kultural)

Modal kultural ini terbentuk selama bertahun-tahun hingga

terbatinkan dalam diri seseorang. Dalam pergerakannya modal

cultural atau budaya sering dihubungkan erat dengan suatu kekuatan

dalam pengetahuhan obyektif dalam sebuah seni dan penguasaaan

budaya(Bourdieu, 1979). Modal budaya yang memiliki beberapa

dimensi, yaitu:

a. Pengetahuan obyektif tentang seni dan budaya

b. Cita rasa budaya (cultural taste) dan preferensi

c. Kualifikasi-kualifikasi formal (seperti gelar-gelar universitas)

d. Kemampuan-kemampuan budayawi dan pengetahuan praktis.

e. Kemampuan untuk dibedakan dan untuk membuat perbedaan

antara yang baik dan buruk

Berkaitan dengan modal kultural yang ada dalam paguyuban

Krida Taruna bagaimana kesenian Kuda Lumping adalah suatu

representasi dari gambarban pasukan berkuda Prabu Klono

Sewandono, ketika mengemban dan menjalankan tugas sebagai

prajurit yang senantiasa penuh semangat patriotik. Ketangguhan yang

dimiliki, menciptakan karakteristik penampilan tata gerak dan

iringannya yang selalu berkesan gagah, sigrak, perkasa, aktif serta

dinamis ekspresif. Unsur gerak perang, ketrampilan memainkan

54

menggunaban properti senjata, menguasai jurus serang menyerang,

hindar menghindar, menyatu menjadi bagian spesifikasi dir kelompok

prajurit yang, berdisiplin dan berjiwa nasionalisme.Dalam perialanan

waktu, hksenian Kuda Lumping Temanggung, pada penyajiannya

mengalami perkembangan garapan yang bervariasi scsuai kebutuhan

dan kreatifitas masing-masing group yang ada. Baik pengembangan

tradisi, kolaborasi, maupun bentuk baru. Semua itu tetap dimaksud-

kan sebagai ungkapan nilai dan juga budaya dalam kesenian tersebut.

Gambar 5.6

Penari utama/lakon dalam Kuda lumping serta pasukan dalam pagelaran KL

Gambar 5.7

Perwujutan leak sebagai sosok jahat dalam pagelaran KL

55

Gambar 5.8

Penari wanita dalam pagelaran kuda lumping sebagai sosok wanita/putri KL

Hal ini merupakan cerita masyarakat yang telah lama

dipercayai dalam kesenian kuda lumping, dalam wawancara penulis

dengan salah satu tokoh masyarakat dan juga anggota paguyuban Krida

Taruna bapak Agus, beliau mengatakan bahwa kolaborasi antara seni

dan juga crita dari masyarakat yang membuat seni ini menjadi

mempunyai roh dan sepirit untuk mempertunjukkan dan memberikan

selalu ingatan pada generasi baru akan cerita dibalik ketangguhan

seorang prajurit dalam setiap tugas yang dilaksanakannya walau serba

terbatas. Dari hal hiburan selalu juga paguyuban krida taruna

menampilkan kolaborasi music modern seperti drum dan juga

keyboard sebagai menambah suara yang bisa menghibur dan dipadu

dengan indahnya alunan gamelan yang selalu membuat pagelaran itu

semakin sakral.

Intervensi dari dalam melalui modal-modal yang mereka

punyai membuat paguyuban KT, memberikan kontribusi yang nyata

bagi eksistensi seni kuda lumping, adapun masyarakat itu merupakan

suatu paham yang sangat luas dan dapat dipandang dari kebudayaan.

berbagai macam sudut dan juga berbicara tentang dinamika merupakan

suatu perubahan ataupun suatu konsep yang bersifat untuk merubah

tanpa menghilangkan identitas tersebut. Tetapi semua perubahan

tersebut tetap ada kesamaan hidup dari makhluk-makhluk manusia

56

yang masih terikat suatu aturan yaitu adat istiadat tertentu

(Koenjaraningrat, 1969).

Peranan masyarakat menjadi sangat penting dan juga sebagai

tolok ukur akan sebuah eksistensi sebuah seni dalam kesenian daerah.

Dalam kaitannya dengan kesenian di desa Kandangan ini peranan

masyarakat sudah menunjukkan kesenangan mereka terhadap seni dan

pertunjukan, selalu menanamkan rasa haus akan seni, beberapa hal

telah ditunjukkan seperti menggunakan uang iuran setiap seminggu

sekali untuk menyumbang ke paguyuban serta sifat gotong royong

yang di tunjukan warga kala merias para penari dilakukan dengan suka

rela dan saling melengkapi. Sebuah kearifan lokal yang dibawa dalam

proses penguatan eksistensi kuda lumping di desa Kandangan krajan

inilah yang menjadi suatu peranan masyarakat yang berarti bagi

kelangsungan seni di daerah tersebut.

Gambar 5.9

Para tokoh desa dan masyarakat dalam menikmati pagelaran kuda lumping

Sejauh ini peranan pemerintah terhadap Paguyuban KT, Pada

umumnya Pemerintah di Temanggung sangat mendukung akan

kesenian daerah mereka dan sering sekali memberikan ruang pada

mereka dalam mementaskan seni mereka. Tapi terkait dengan

Paguyuban dan juga eksistensi mereka dalam mempertahankan, semua

dilakukan oleh masyarakat, pemerintah dalam hal ini adalah

departemen kebudayaan, hanya memberikan penambahan seperti

57

menyediakan kostum dan juga memberikan bantuan ke pada

paguyuban melalui proposal yang mereka ajukan ke pemerintah,

kegiatan pemerintah, ataupun campur tangan pemerintah terhadap

Paguyuban ini sangat dirasa kurang, karena mereka menilai yang

membuat KT, semakin dikenal bukan karena peranan pemerintah,

melainkan usaha mereka sendiri yang menciptakan ragam dan juga

karakter yang mereka bentuk. Pihak pemerintah dalam hal ini sangat

mendukung dan mengijinkan tanpa membatasi kreatifitas warga yang

terbentuk dalam paguyuban kuda lumping itu sendiri, dinilai sangat

positif karena memberikan pelajaran kepada generasi muda untuk

selalu ikut suka akan seni Kuda lumping, dengan permintaan supaya

jangan menghilangkan pakem dari seni Kuda Lumping Temanggung.

Paguyuban KT membuat inisiatif dan juga dengan meregenerasi penari

mereka, anak muda mulai bermunculan dan ikut dalam pentas,

merupakan suatu usaha yang baik untuk memperkenalkan seni kepada

masyarakat muda. Kekuatan pemerintah dalam ikut serta dalam

pelestarian kebudayaan ini adalah memberikan wadah yang berupa

motivasi dan juga jejaring antara paguyuban yang lain, melalui

sarasehan dan juga memberikan sedikit kompetisi kepada paguyuban di

Temanggung tidak terkecuali KT, untuk saling berlomba dan juga

berinovasi terhadap seni kuda lumping dengan harapan semakin

dikenal oleh masyarakat di luar Temanggung, serta menjadi ikon Kab.

Temanggung.

Gambar 5.10

Antusias masyarakat Temanggung

58

Paguyuban KT sebagai paguyuban yang terbilang belum lama

terbentuk, membuktikan mampu bertahan dan mulai terorganisir

dengan baik, kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan setiap minggunya

membuktikan keseriusan mereka terhadap seni kuda lumping, dengan

melakukan latihan setiap minggunya dan memberikan tampilan yang

berbeda setiap tampilnya, membuat paguyuban ini selalu berinovasi,

bukti dari kerja keras mereka adalah bagaimana paguyuban KT selalu

dipakai dalam hiburan dalam hajatan dan juga acara-acara di daerah

Kec. Kandangan dan daerah yang lain, kecenderungan paguyuban ini

terhadap seni Leak dari Bali, membuat ciri kas yang beda dan juga

penari yang relatif muda, membuat beda dari paguyuban lain yang

mayoritas penari sudah dewasa dan cenderung tua. Tapi paguyuban

KT,memiliki keterbatasan langkah, dala hal ini adalah pakem yang

mereka gunakan, pakem merupakan pondasi penting dalam sebuah

seni tari, kelemahan ini yang membuat KT, kurang diminati

dikalangan tertentu, karena dari awal paguyuban KT, mengincar

market anak muda dan juga remaja. Pentas yang mereka lakukan hanya

memberikan warna yang berbeda karena mereka lebih muda dan

energik tanpa memperhatikan pakem tari yang sebenarnya.

Kekurangan ini sangat dirasa oleh paguyuban KT, tapi mereka

mencoba bertahan dengan ciri mereka sendiri dengan harapan menjadi

salah satu Paguyuban yang berbeda dengan lainnya. Ciri yang mereka

bentuk adalah mengkolaborasikan penari muda dan energik dengan

sentuhan musik modern. Selama ini pementasan mereka dinilai sudah

cukup memuaskan bagi sebagian kalangan masyarakat Temanggung,

sebagai Paguyuban seni kuda lumping yang penuh dengan inovasi,

dengan asumsi, mereka (paguyuban KT) di kenal dan di minati di Kec.

Kandangan dan sekitarnya.

Paguyuban Wahyu Turonggo Panuntun (WTP)

Tidak ubahnya dengan paguyuban Krida Taruna, paguyuban

WTP merupakan salah satu paguyuban kuda lumping yang mempunyai

ciri khas dan juga jam terbang yang tinggi dalam urusan pementasan di

Temanggung maupun di luar Temanggung sendiri, paguyuban WTP

59

berada di desa Lamuk Gunung kec. Tlogomulyo, yang merupakan desa

teratas di lereng gunung Sumbing, keseharian masyarakat dihabiskan

dengan bertani dan berbisnis tembakau, itu sudah menjadi hal yang

wajib adanya di desa Lamuk Gunung, kesenian menjadi salah satu

kegiatan yang nyata dan diperjuangkan di desa tersebut, sebelum

terbentuk paguyuban WTP, sebelumnya sudah ada paguyuban Gagak

Rimang yang terbentuk sejak awal 90an, kemudian terjadi konflik

internal di dalam paguyuban yang mengharuskan paguyuban tersebut

terpecah dan sebagian dari anggotanya membentuk paguyuban WTP

yang diyakini lahir kembali pada periode 2007, semakin mendekati

eksistensinya, pergerakan itu tak lepas dari peranan anggota di

dalamnya dalam mengupayakan keberlangsungan paguyuban tersebut.

Gambar 5.11

Aksi penari WTP

Gambar 5.12

Aksi penari kuda lumping WTP

60

Aktor-aktor yang terlibat (Masyarakat, Pemerintah, Pengusaha, Pribadi)

Sejak awal hubungan, setiap orang membutuhkan jaminan bahwa

mereka diterima sepenuhnya, termasuk rasa aman untuk

mengemukakan pendapat dan berkontribusi dalam kegiatan

kelompoknya. Membutuhkan suasana saling menghargai untuk

tumbuhnya penerimaan dalam kelompok, sehingga kelompok tersebut

akan tumbuh menjadi komunitas yang kuat. Dalam perkembangan

ikatan sosial sebuah komunitas, saling mengenal dengan baik

merupakan awal dari tumbuhnya komunitas tersebut, kepercayaan

tidak akan tumbuh terhadap orang baru dengan begitu saja, perlu

pembuktian dalam sikap dan perilaku masing–masing dalam waktu

yang relatif lama. Sikap dan perilaku yang berdasarkan kepada nilai–

nilai universal yang diyakini sebagai nilai yang berlaku di seluruh

tempat di dunia seperti jujur, adil, kesetiaan, saling melindungi di

antara sesama semua warga komunitas. Apabila salah satu warga

melakukan kecurangan, maka kepercayaan terhadap orang tersebut

otomatis akan luntur.

Bapak Ngateman (Pendiri WTP)

Bapak Ngateman merupakan founding father bagi WTB, beliau

adalah pendiri paguyuban sdan yang dituakan dalam paguyuban ini.

Bapak ngateman merupakan seorang petani dan juga pekerja seni kuda

lumping tulen yang sudah memelajari kesenian kuda lumping sedari

muda, keinginannya untuk terus berseni ternyata tercapai, karena

adanya generasi penerusnya yang semakin bangga dan mencintai

kesenian kuda lumping.

Bapak tumidi (Ketua WTP)

Bapak Tumidi bisa dikatakan adalah orang terpandang di Lamuk

Gunung, dengan perekomomian yang stabil dan bisa dikatakan orang

terpandang di desa, bapak Tumidi merupakan donatur asli desa yang

mau memberikan bantuan untuk paguyuban WTB, karena bapak

tumidi merupakan „juragan tembakau‟program yang dicanangkan

untuk paguyuban dinilai anggotanya sangat baik dan kebijaksanaannya

61

dinilai mampu membuat paguyuban ini akan terus berkembang dan

terus ada di Temanggung, bapak Tumidi sudah menjadi ketua lebih

dari 10 tahun kalau benar dihitung dari awal mula pembentukannya.

Bapak Sarwidi

Sebagai salah satu anggota dan juga penari kuda lumping, bapak

Sarwidi seperti warga yang lain bekerja sehari sebagai petani dan juga

penggarap sawah orang lain, sebagai seorang yang selalu bersinggungan

dengan jaranan, bapak Sarwidi mengaku menjadi bangga dan

mempunyai kepuasan tersendiri saat berpentas dan juga menari kuda

lumping, adapun keluh kesal apabila saat datang panen bapak Sarwidi

pasti tidak bisa ikut pentas karena disibukkan dengan tembakau dan

tembakau, sehngga melalui kesepakatan warga yang sebagian ikut

dalam paguyuban bersepakat apabila datang masa panen dan sampai

proses pengeringan sampai siap jual tidak akan memerima job

pementasan dimanapun, begitu kesepakatan anggota di paguyuban

WTP.

Modal Sosial

Trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang

memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain

dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial (Hasbullah,

2006). Kepercayaan antara warga sudah jadi barang tentu bagi

masyarakat desa lamuk gunung, sehingga modal sosial yang dimiliki

oleh paguyuban WTP merupakan modal yang sudah mengakar sejak

dahulu, seperti norma yang sudah melekat dalam budaya Jawa. WTP

terdiri dari 70 anggota, baik itu pengurus dan juga penarinya, hampir

sabagian dari warga desa Lamuk Gunung. Kekerabatan, gotong royong

dan kebersamaan menjadi modal yang sangat penting dalam

paguyuban ini, sehingga membuat paguyuban ini merasa dimiliki oleh

warga di desa lamuk gunung dan juga menjadi salah satu kebanggaan

tersendiri bagi desa dan masyarakatnya.

62

Gambar 5.13

Jalan Masuk Desa Lamuk Gunung

Gambar 5.14

Keadaan Desa Lamuk Gunung

Modal Ekonomi

Dalam keterkaitannya dengan habitus, modal memiliki peran

yang penting. Dalam diri seseorang, modal selalu hadir bersamaan

dengan habitus. Dalam ranah ekonomi, modal ekonomi cenderung

berupa insentif (Bourdieu, 1979). Bourdieu menganggap bahwa modal

memainkan peranan yang penting, karena modallah yang

memungkinkan orang untuk mengendalikan orang untuk

mengendalikan nasibnya sendiri maupun nasib orang lain. Dalam

kaitanya dengan modal ekonomi yang dimiliki oleh paguyuban WTP,

63

modal finansial sudah lebih dari cukup, tidak tanggung-tanggung

seperangkat gamelan didatangkan langsung dari bali dengan kisaran

harga sekitar 144 juta, dan juga kostum leak dan juga badong yang asli

dari bali. Mereka juga memproduksi kostum penari kuda lumping

sendiri dan sudah di perjual belikan di Temanggung dan daerah

sekitarnya, modal yang mereka miliki berasal dari swasembada

masyarakat, yang biasanya bersifat kolektif sehabis panen tembakau

yang serentak di desa lamuk gunung. Dan dengan kegiatan kolektif ini

sudah menjadi properti yang mendukung dalam pagelaran dan juga

akomodasi untuk paguyuban ini.

Gambar 5.15

Lahan Tembakau Desa Lamuk Gunung, Kec. Tlogomulyo

Gambar 5.16

Tembakau desa Lamuk Gunung

64

Gambar 5.17

Kegiatan Merajang Tembakau

Modal Kebudayaan

Pada hakekatnya seni kuda lumping di Temanggung di semua

hampir sama, tetapi ada perubahan dan juga inovasi yang dilakukan

oleh paguyuban sesuai dengan pasar seni, mereka menyebut seni

kudalumping mereka adaklah kolaborasi, jadi bagaimana mencoba

menggabungkan seni asli kuda lumping dari Temanggung secara tarian

dan alur cerita, tetapi di berikan sentuhan ornamen bali dengan barong

dan leak serta gamelan yang bernuansa bali.

Pengakuan dan Strategi Paguyuban dalam memperkuat

Eksistensi dari Masyarakat

Dalam usahanya untuk terus berada dalam seni kebudayaan

tradisional kuda lumping, dua Paguyuban ini melakukan pergerakan

pada pagelaran, dan juga bagaimana menjaring masyarakat untuk selalu

mengikuti dimana Pagelaran akan di laksanakan. Dari Paguyuban Krida Taruna dengan segala modal yang telah dijabarkan di atas

bagaimana kekuatan modal yang paling besar berada pada modal sosial

mereka, dengan memanfaatkan koneksi jejaring yang mereka miliki

dan didukung dengan kreatifitas anggotanya membuat paguyuban ini

bertahan dan menjaga penggemarnya untuk slalu menyaksikan

pagelarannya, berada di daerah lereng Sindoro, membuat paguyuban

ini sedikit diuntungkan, dikarenakan banyaknya usaha yang mulai

65

dirintis di Kec. Kandangan dan daerah pariwisata dengan situs

purbakala seperti candi dan pesona alam yang lain, dan juga

berkembangnya indrustri kreatif seperti Kopi Robusta,Pisang Aroma

dan industri kreatif yang lain, membuat paguyuban ini semakin

dikenal masyarakat dengan memanfaatkan perkembangan daerah yang

ada dengan melakukan promosi dan juga pertunjukan yang selalu

menghibur yang diisi dengan banyak anak muda dalam pementasan

kuda lumping baik sebagai penari maupun penabuh gamelan.

Adapun kreatifitas yang lain yaitu selalu memunculkan

generasi penari yang masih muda dan menciptakan generasi penerus

seni, yang banyak membuat paguyuban krida taruna ini mempunyai

ciri khas adalah selalu memberikan kemasan yang fres dan merepre-

sentasikan adanya generasi yang meneruskan tradisi seni dan itu

membuat paguyuban ini memiliki penonton setia, kususnya kaula

muda Temanggung dan juga kekinian.Sedikit berbeda dengan

paguyuban Krida Taruna, paguyuban dari lereng Sumbing ini, sangat

kental dengan pakem seni kuda lumping dan juga inovasi serta

dukungan ekonomi yang baik, Paguyuban Wahyu Turonggo Panuntun, merupakan salah satu paguyuban kuda lumping yang

terbukti kualitas dan juga jam terbang pagelarannya, dengan Modal

Ekonomi yang kuat bagaimana banyak terdapat anggota yang

berprofesi sebagai petani Tembakau dan juga Pengusaha Tembakau,

membuat penguatan ekonomi paguyuban ini sangat stabil, mengingat

tembakau adalah komoditas utama Kab. Temanggung. Dengan bukti

alat dan peralatan kuda lumping yang berupa badongan (busana penari

pria), gamelan yang langsung di beli dari pulau dewata, dan juga

busana leak dan barong. Menunjukkan kekuatan ekonomi kolektif dari

anggota paguyuban yang sangat stabil, kreatifitas anggota paguyuban

juga sangat baik, mereka mulai membuat badongan untuk di jual dan

melayani pesanan dari dalam Temanggung maupun di luar Temang-

gung, jejaring yang mereka buat melalui modal ekonomi diselaraskan

dengan modal sosial, membuat paguyuban ini pernah menjadi wakil

dari daerah Temanggung untuk berpentas di Taman Mini Indonesia

Indah (TMII) Dalam acara festival seni budaya daerah di Indonesia.

Menguatkan eksistensi paguyuban ini semakin nyata adanya.

66

Untuk ukuran jam terbang pagelaran paguyuban Wahyu Turonggo Panuntun sudah sampai di luar Temanggung. Yang

membuat paguyuban ini dikenal dan mempunyai penonton banyak

adalah dari segi kostum dan juga inovasi dalam hal tabuh gamelan dan

juga ketrampilan dalam olah tari dan properti, paguyuban WTP

menamakan kreasi kuda lumping mereka adalah seni kolaborasi, yang

artinya adalah penggabungan antara seni kuda lumping dari

Temanggung yang disandingkan dengan tarian dari Bali berupa leak

dan barong serta adanya tabuhan gamelan yang kental dengan nuansa

Bali, kreasi ini nampaknya banyak menarik minat penonton terbukti

banyaknya paguyuban yang meniru, dikarenakan masyarakat lebih

suka dengan seni kolaborasi yang diusung oleh Paguyuban WTP

dikarenakan tidak membosankan dan lebih menarik secara visual.

Perbedaan kedua paguyuban tersebut selalu membuat gap antara

mereka, melakukan manuver sesuai dengan porsi mereka dan menjaga

wilayah mereka masing-masing, dalam hal ini adalah penonton, serta

selalu saling mengamati.

Dalam persoalan ini jelas paguyuban Krida Taruna kalah pamor

dari pada paguyuban Wahyu Turonggo Panuntun, tetapi yang

membuat keduanya tetap eksis dan juga ada untuk masyarakat

Temanggung adalah Perbedaan konsep pemikiran mereka dan

mengetahui sejauh mana paguyuban mereka mampu berkompetisi di

Daerah Temanggung dan juga kembali memperoleh pengakuan dari

Pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pendidikan Kab.

Temanggung, dengan harapan dijadikan ikon atau perwakilan Kab.

Temanggung dalam Festival budaya ataupun acara-acara yang

bersekala daerah bahkan Nasional.

Desentralisasi dan Kebijakan Publik (Kab. Temanggung)

Konsep Desentralisasi

Rondinelli (1983) mengatakan bahwa desentralisasi adalah

transfer kegiatan perencanaan, pengambilan keputusan, atau

67

kewenangan administratif dari pemerintah pusat kepada

organisasinya di lapangan, unit administratif lokal, Sementara itu,

Koswara (2000) melihat otonomi daerah sebagai landasan untuk

berekspresi dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah sesuai

dengan aspirasi dan keanekaragaman daerah. Otonomi daerah

sebagai perwujudan pelaksanaan asas desentralisasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Konsep desentralisasi merupakan

suatu langkah dalam pengembangan dan kemandirian suatu daerah,

setiap daerah berhak atas pengambilan keputusan dan juga

mempunyai kewenangan dalam mengatur daerahnya sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Konsep Otonomi daerah yang pada hakekatnya adalah sebagai

wujud ekspresi dari daerah untuk ingin berkembang mulai dari

aspek sosial ekonomi,sosial politik dan sosial budaya dengan

menggunakan asas desentralisasi, dengan harapan akan terstruktur

dalam pembangunan daerah. Adapun demikian asas Desentralisasi

dalam suatu daerah pemekaran haruslah dijalankan secara merata

baik itu dari Masyarakat ataupun dari badan Pemerintah . Kab.

Temanggung merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah yang memiliki letak geografis diantara 110o23'-110o46'30"

bujur Timur dan 7o14'-7o32'35" Lintang Selatan dengan luas wilayah

870,65 km2 (87.065 Ha). Batas administratif Kabupaten Temanggung

adalah sebagai berikut:

Utara : Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang

Timur : Kabupaten Semarang dan kabupaten Magelang

Selatan : Kabupaten Magelang

Barat : Kabupaten Wonosobo.

Kabupaten Temanggung memiliki 20 Kecamatan yaitu

Kecamatan Parakan, Kledung, Bansari, Bulu, Temanggung,

Tlogomulyo, Tembarak, Selompang, Karanggan, Pringsurat, Kaloran,

Kandangan, Kedu, Ngadirejo, Jumo, Gemawang, Candiroto, Bajen,

Tretep, dan Wonoboyo dengan pusatnya di Kecamatan Temanggung.

Wilayah Kabupaten Temanggung secara geo ekonomis dilalui oleh 3

68

jalur pusat kegiatan ekonomi, yaitu Semarang (77 Km), Yogyakarta (64

Km), dan Purwokerto (134 Km).

Bedasarkan data di atas bagaimana Kab. Temanggung merupakan

daerah lereng pegunungan, dan juga berada pada jalur lintas antara

Semarang, Magelang, Yogjakarta, Wonosobo, Purwokerto, Dieng, dan

Banjarnegara. Dimana jalur tersebut merupakan jalur utama di Jawa

Tengah, dengan letak yang strategis. Kab. Temanggung mulai bergerak

pada bidang pertanian yang menunjang faktor perekonomian dan

mulai merambah destinasi Pariwisata, dengan mengelola hasil bumi

dan juga menjadi pemasok utama dalam bidang pertanian Tembakau,

Temanggung menjadi salah satu daerah penghasil tembakau dengan

kualitas wahid dan jempolan, tidak hanya dalam tataran pertanian saja

Temanggung mulai berkembang dalam seni dan budaya daerah,

terbukti Temanggung menjadai salah satu daerah di Jawa Tengah yang

memiliki seni Kuda Lumping sebagai ikon Kota Temanggung. Dalam

kaitannya dengan seni budaya dan juga pertanian di Temanggung

mempunyai keberlanjutan dan saling mempengaruhi, dikarenakan

Masyarakat Temanggung mengakui bahwa mereka adalah Wong Gunung Asli, kata-kata ini memiliki filosofi Jawa yang sangat

teristimewa, karena memiliki arti bawasannya kebudayaan Jawa yang

kental dengan gotong royong, sopan santun, bersih desa, saparan,

kekerabatan, saling menghargai, teposlira dan masih banyak lagi,

merupakan kebiasaan asli dan sudah menjadi watak orang Jawa atau

kejawen, yang amat melekat pada masyarakat Jawa yang pada

hakekatnya dimilki oleh orang Jawa, dan itu dimiliki oleh orang Jawa

di daerah pegunungan dimanapun gunung itu berada di Pulau Jawa.

Konsep ini secara tidak langsung selalu melibatkan dua aspek

pembnagunan daerah tersebut karena setiap selesai panen Tembakau

atau hasil bumi yang lain, pasti akan diadakan syukuran dengan

mengadakan pagelaran Kuda Lumping disetiap kesempatan, konsep

pengambilan keputusan yang didasarkan pada kearifan lokal inilah

yang membuat Temanggung memiliki eksistensinya sebagai suatu

daerah dengan kearifan lokal yang terstruktur secara adminitrasi dan

juga dalam hal pengambilan keputusanya.

69

Konsep Kebijakan Publik

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik adalah undang-undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip

pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi

pemerintahan itu sendiri. pelayanan publik yang dilakukan oleh

pemerintahan atau koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi

dan hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi

sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan

lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam. Hal itu

diperlukan norma hukum yang memberi pengaturan secara jelas,

sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan

pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan

korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap

warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang.

Dalam Undang-Undang Pelayanan Publik berasaskan pada

kepentingan umum, adanya kepastianhukum, adanya kesamaan hak,

adanya keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif,

persamaan dalam perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan,

akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan,

ketepatan waktu dan kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan dan

bertujuan agar batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung

jawab, kewajiban, dan kewenangan.

Menjalankan sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang

layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang

baik dalam penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan memberikan perlindungan dan kepastian

hukum bagi masyarakat dalam mendapatkan penyelenggaraan

pelayanan publik.

Menurut Nurcholis (2005) dalam bukunya Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.Kebijakan Publik merupakan

keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang-orang banyak pada

tataran strategis atau yang bersifat garis besar yang dibuat oleh

pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang mengikat publik

70

tersebut, maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik,

yaitu mereka yang menerima mandat dari publik atau orang banyak,

pada umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas

nama rakyat banyak.

Melalui aspek-aspek kebijakan publik dalam suatu daerah,

menuntut adanya suatu kerjasama yang baik antara pemangku

kebijakan maupun masyarakat sebagai penyalur aspirasi, kendati

demikian banyak terjadi kesalahan dalam prosesnya, dikarenakan tidak

adanya keterbukaan antara kedua belah pihak, apalagi kalau sudah

tercampuri masalah politik dan kepentingan individual. Kejadian

seperti ini sudah merupakan peristiwa yang umum terjadi dalam

Bangsa ini, tidak terciptanya pelayanan publik yang baik sering

dialamatkan kepada pemangku kebijakan dalam hal ini adalah

pemerintah, tetapi pada dasarnya aspirasi masyarakat juga harus ada

tataran yang sesuai dan juga memahami kebutuhan daerah, dengan

memikirkan kebutuhan hak asasi mereka secara terstruktur, bukan

hanya mengkritik tanpa solusi, tetapi bergerak dengan solusi dan ikut

berpartisipasi dalam pembangunan daerah bersama dengan Pemerintah

dalam aspek pembangunan sosial ekonomi,sosial budaya, sosial politik

dan sosial lingkungan.

Paguyuban Kuda Lumping dan Peranan Pemerintah

Pemerintahan Kab. Temanggung dalam mengenalkan dan

memberikan ruang kepada pelaku seni lewat Dinas Kebudayaan dan

Pendidikan, pada dasarnya adalah mengoptimalkan seni yang sudah

menjadi budaya di Temanggung. Dikarenakan budaya yaitu seni Kuda

lumping lebih dulu ada dan berkembang di daerah di Temanggung dan

sekitarnya, melihat peluang ini, Dinas Kebudayaan menyediakan ruang

dan memberikan bantuan pada setiap paguyuban kuda lumping di

Temanggung,melihat dari keinginan Masyarakat dan antusias para

pelaku seni yang tersebar diselur Kec. Temanggung, Dinas Kebudayaan

juga memberikan properti kostum kuda lumping pada Paguyuban yang

masih merintis Seni Kuda lumping, dan juga sampai pada tataran

71

pendidikan yang berupa ekstra Kulikuler atau muatan lokal terkusus

untuk mengenalkan seni Tari Kuda Lumping.

Seiring dengan keinginan Dinas Kebudayan, bagaimana Temanggung

merupakan daerah yang memberikan warna budaya yang khas melalui

seni Kuda Lumping, Kuda lumping menjadi salah satu organisasi

masyarakat yang berbentuk Paguyuban dengan menggangkat seni tari

dan sejarah para leluhur mereka. Kuda lumping di Temanggung

merupakan kesenian yang paling berkembang pesat, seperti yang di

catat dalam dokumen Dinas Kebudayaan temanggung, di daerah

Temanggung sendiri sudah ada sekitar 86 Paguyuban Kuda lumping.

Dengan data tersebut sudah memberikan gambaran betapa

seriusnya masyarakat memberikan bentuk apresiasi dan memberikan

ruang kepada seni Kuda Lumping, peradaban masyarakat menuntun

perkembangan kuda lumping dan eksistensinya, dari banyaknya seni

kuda lumping di Temanggung, tidak yang banyak melakukan inovasi

dan mempromosikan ke luar daerah, terbagi menjadi daerah dengan

mempunyai lereng gunung yang memberikan perbedaan secara

geografis, karakter masyarakat dan juga seni , lereng sumbing

merupakan basis dari seni Kuda Lumping dimana seni ini besar dan

berkembang di lereng sumbing tepatnya di Desa Lamuk Gunung, Kec.

Tlogomulyo, sedangkan dalam perkembangan seni yang ada di

Temanggung, mulai dilakukan di setiap desa di Temanggung,

memberikan ruang kepada masyarakat lain untuk mengenalkan seni

kuda lumping, contohnya di Kandangan krajan, Kec. Kandangan, yang

sangat pesat dalam memberikan respon akan kemunculan paguyuban

di daerah mereka, dan menjadi salah satu alat untuk mempromosikan

daerah mereka kepada khalayak umum dimana Kandangan merupakan

penghasil Kopi Rubusta, dan home industri yang berada disana, maka

dari itu mereka menggunakan seni Kuda lumping sebagai seni yang

bisa membuat masyarakat tertarik dengan daerah Kandangan.

Berbicara tentang Desa Lamuk Gunung dan Kandangan Krajan, di

dalamnya terdapat paguyuban seni kuda lumping yang mempunyai jam

terbang yang tinggi dalam hal pementasan dan perkembangan serta

regenerasi. Di Lamuk Gunung ada Paguyuban Kuda lumping Wahyu

72

Turonggo Panuntun atau sering di singkat (WTP), sedangkan di Desa

Kandangan Krajan ada paguyuban Krida Taruna. Dari banyaknya

paguyuban kuda lumping yang ada di Temanggung, kedua Paguyuban

ini yang paling sering tampil di hadapan khalayak umum, bukan hanya

di desa mereka sendiri tapi juga di luar desa mereka.

Gambar 5.18

Arak-arakan keliling kota Temanggung dalam acara HUT Kab. Temanggung

Fenomena ini memberikan bagaimana upaya paguyuban seni

kuda lumping bertahan dengan menjamurnya seni itu sendiri.

Pemerintah menjadi salah satu institusi yang berperan dalam

kelangsungan eksistensi seni ini sendiri, dalam kaitannya pemerintah

tidak selalu menjembatani dan memberikan penyuluhan kepada

masyarakat, keterbatasan mereka pemerintah, adalah ruang gerak dan

juga keinginan dari masyarakat sendiri untuk membentuk paguyuban

di desa mereka masing-masing. Pemerintah di Temanggung

memberikan perhatian yang sangat tinggi kepada seni Kuda lumping,

terbukti dengan adanya parade festival di Temanggung yang selalu

diadakan setiap bulan Maret, dengan sekala internasional, serta

berbagai pawai budaya dan duta seni dari temanggung yang

memberikan kepercayaan kepada seni Kuda lumping untuk

memperkenalkan Temanggung secara budaya.

73

Peranan Pariwisata dalam Pembangunan serta Kebudayaan

Daerah Kab. Temanggung

Peranan Pariwisata dalam Pembangunan Daerah

Semakin banyak daerah yang memiliki potensi berusaha

melakukan pencitraan dengan menggunakan penguatan terhadap

symbol atau penanda tertentu. Demikian yang dilakukan pemerintah

daerah tertentu untuk menunjukkan symbol dalam perihal

pengembangan pariwisata daerah yang berbasis kearifan local.

Demikian juga seperti yang di ungkapkan oleh Antony Gidden, yang

memberikan pemikiran dan pengertian terhadap Globalisasi,

bagaimana Globalisasi menjadi alasan bagi kebangkitan kembali budaya

lokal di belahan dunia (Gidden 2001).

Pariwisata tidak bisa dilepaskan dari Globalisasi, karena

pariwisata adalah proses dari globalisasi, karena dalam kenyataanya

kebudayaan dan kearifan lokal seperti yang diungkapkan oleh Gidden,

memberi refrensi yang signifikan kalau ditinjau pada era sekarang ini.

pariwisata berbasis budaya dan kearifan local sekarang menjadi salah

satu tolak ukur tersendiri dalam setiap pembangunan daerah dalam hal

memperkenalkan daerahnya. Dominasi media massa dikuasai oleh

sebagian besar Negara-negara maju, sedangkan Negara berkembang

lebih menggunakan daya tarik terhadap kearifan lkal dan

kebudayaannya, sebagai dasar perkembangan budaya di era global ini

sebagai suatu wadah yang disebut dengan counter cultur (Fakih 2005),

dari rujukan dan pemikiran tersebut, munculnya peranan media

pariwisata dalam Negara berkembang seperti Indonesia, sangat

mungkin terjadi dan memungkinkan untuk memberi sentuhan baru

dalam konsep pembangunan berkelanjutan yang berbasis Media

pariwisata budaya, sebagai salah satu bentuk identitas,kekuatan, dan

pengembangan daerah maupun Nasional. Dalam upanyanya untuk

mengimplemantasikan pariwisata dalam ranah globalisasi dalam suatu

daerah diperlukan strategi dalam prosesnya.

Mendifinisikan strategi adalah alat yang sangat penting untuk

mencapai keunggulan bersaing. Pengembangan adalah suatu proses

74

atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna, dan

berguna (Suwantoro, 1997: 88-89). Suwantoro (1997: 74) menyebutkan

beberapa bentuk produk pariwisata alternatif yang berpotensi untuk

dikembangkan, yaitu: Pariwisata budaya (cultural tourism), ekowisata

(ecotourism), pariwisata bahari (marine tourism), pariwisata

petualangan (adventure tourism), pariwisata agro (agrotourism),

pariwisata pedesaan (village tourism), gastronomi (culinary tourism),

pariwisata spiritual (spiritual tourism) dan lainnya. Menurut Yoeti

(1997: 2-3), pengembangan pariwisata perlu memperhatikan beberapa

aspek yang perlu diperhatikan yaitu: (1) Wisatawan (Tourist) Harus

diketahui karakteristik dari wisatawan, dari negara mana mereka

datang, usia, hobi, dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan.

(2) Transportasi Harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas

transportasi yang tersedia untuk membawa wisatawan ke daerah

tujuan wisata yang dituju. (3) Atraksi/obyek wisata Atraksi dan objek

wisata yang akan dijual, apakah memenuhi tiga syarat seperti: (a) Apa

yang dapat dilihat (something to see), (b) Apa yang dapat dilakukan

(something to do), (c) Apa yang dapat dibeli (something to buy). (4)

Fasilitas pelayanan Fasilitas apa saja yang tersedia di DTW tersebut,

bagaimana akomodasi perhotelan yang ada, restaurant, pelayanan

umum seperti Bank/money changers, kantor pos, telepon/teleks yang

ada di DTW tersebut. (5) Informasi dan promosi Diperlukan publikasi

atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana leaflets/ brosur disebarkan

sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata dan wisatawan

cepat mengambil keputusan pariwisata di wilayahnya dan harus

menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan bagi daerah dan

wilayahnya, karena fungsi dan tugas dari organisasi pariwisata pada

umumnya: (a) Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan

kedaerahannya dengan segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya. (b)

Melakukan koordinasi di antara bermacam-macam usaha, lembaga,

instansi dan jawatan yang ada dan bertujuan untuk mengembangkan

industri pariwisata.(c) Mengusahakan memasyarakatkan pengertian

pariwisata pada orang banyak, sehingga mereka mengetahui untung

dan ruginya bila pariwisata dikembangkan sebagai suatu industri. (d)

Mengadakan program riset yang bertujuan untuk memperbaiki produk

75

wisata dan pengembangan produk-produk baru guna dapat menguasai

pasaran di waktu yang akan datang. (6) Merumuskan kebijakan tentang

pengembangan kepariwisataan berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan secara teratur dan berencana. Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan merupakan salah satu hal utama dalam pengembangan

pariwisata di suatu daerah.

Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan

strategi pengembangan daya tarik wisata dalam penelitian ini adalah

usaha-usaha terencana yang disusun secara sistimatis yang dilakukan

untuk mengembangkan potensi yang ada dalam usaha meningkatkan

dan memperbaiki daya tarik wisata sehingga keberadaan daya tarik

wisata itu lebih diminati oleh wisatawan. Konsep Tentang Potensi Dan

Daya Tarik Wisata, Pendit (1999: 21) menerangkan bahwa potensi

wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah daerah

tertentu yang bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata. Dengan kata

lain, potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang dimiliki oleh

suatu tempat dan dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata

(tourist attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi

dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya. 17 Daya tarik atau

atraksi wisata menurut Yoeti (2002:5) adalah segala sesuatu yang dapat

menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata,

seperti: (a) Natural attraction: landscape, seascape, beaches, climate and other geographical features of the destinations. (b) Cultural attraction: history and folklore, religion, art and special events, festivals. (c) Social attractions: the way of life, the resident populations, languages, opportunities for social encounters. (d) Built attraction: building, historic and modern architecture, monument, parks, gardens, marinas, etc. Pengertian Daya Tarik Wisata menurut Undang-undang Republik

Indonesia No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, pasal 5,

menyebutkan sebagai berikut ”daya tarik wisata” adalah segala sesuatu

yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa

keanekaragaman kekayan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang

menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Sementara dalam

Bab I, pasal 10, disebutkan kawasan strategis pariwisata adalah kawasan

yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk

76

pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam

satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,

pemberdayan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta

pertahanan dan kemanan.

Lebih lanjut Cooper dkk (1995: 81) mengemukakan bahwa

terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh sebuah daya

tarik wisata, yaitu: (1) Atraksi (attractions), seperti alam yang menarik,

kebudayaan daerah yang menawan dan seni pertunjukkan. (2)

Aksesibilitas (accessibilities) seperti transportasi lokal dan adanya

terminal. (3) Amenitas atau fasilitas (amenities) seperti tersedianya 18

akomodasi, rumah makan, dan agen perjalanan. (4) Ancillary services yaitu organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk pelayanan

wisatawan seperti destination marketing management organization,

conventional and visitor bureau.Konsep Pembangunan pariwisata

berkelanjutan Sejak dilakukan langkah-langkah untuk pengembangan

pariwisata di Indonesia, maka kegiatan - kegiatan terencana dan

terprogram yang dilakukan oleh pemerintah pada hakeketnya memang

bertujuan untuk „berkelanjutan‟ khususnya di bidang pariwisata

misalnya, apa yang dimaksud dengan pembangunan pariwisata

berkelanjutan pada intinya berkelanjutan dengan usaha menjamin agar

sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untuk

pembangunan pariwisata agar dilestarikan untuk generasi mendatang.

Pariwisata berkelanjutan menurut konsep Muller (1997)

adalah pariwisata yang dikelola mengacu pada pertumbuhan kualitatif,

maksudnya adalah meningkatkan kesejahteraan, perekonomian dan

kesehatan masyarakat. peningkatan kulitas hidup dapat dicapai dengan

meminimalkan dampak negatif sumber daya alam yang tidak dapat

diperbarui. Lima hal yang harus diperhatikan dalam pariwisata

berkelanjutan menurut konsep Muller (1997) yaitu: (1) pertumbuhan

ekonomi yang sehat, (2) kesejahteraan masyarakat lokal, (3) tidak

merubah struktur alam, dan melindungi sumber daya alam, (4)

kebudayaan masyarakat yang tumbuh secara sehat, (5) memaksimalkan

kepuasan wisatawan dengan memberikan pelayanan yang baik karena

77

wisatawan pada umumnya mempunyai kepedulian yang tinggi

terhadap lingkungan.

Temanggung dalam Pariwisata

Gambar 5.19

Petunjuk arah Daerah wisata Temanggung

Banyak yang mengira kalau Temanggung hanya cantik dan

bersih, namun miskin obyek wisata. Anggapan ini keliru, karena

Temanggung justru memiliki khazanah pariwisata yang lengkap, mulai

dari wisata alam, wisata pegunungan/pendakian, wisata sejarah, wisata

geologi, wisata pendidikan, wisata tradisi, hingga wisata buatan seperti

rekreasi kartini di Kowangan dan Pikatan Water Park di Komplek

Kolam Renang Pikatan.Hanya saja, Temanggung “diapit” oleh dua

kabupaten yang memiliki potensi wisatanya lebih dikenal orang,

khususnya turis asing. Terutama Candi Borobudur (Kabupaten

Magelang) dan Dataran Tinggi Dieng (Kabupaten Wonosobo).

Akibatnya, Temangung lebih sering dijadikan kota Ampiran atau

Daerah Antar Tujuan Wisata (DATW), belum sebagai

(DTW).Umumnya, para wisatawan nusantara maupun mancanegara

hanya melewati Temanggung ketika dalam perjalanan wisata

Semarang-Dieng atau Yogyakarta-Borobudur-Dieng.

Temanggung memang berada di jalur wisata strategi Yogyakarta-

Borobudur-Temanggung-Dieng dan jalur Semarang-Curug Sewu-

Temanggung-Dieng.

78

Gambar 5.20

Obyek wisata Candi Pringapus

Gambar 5.21

Obyek Wisata Alam Posong

79

Gambar 5.22

Obyek Wisata alam Curug lawe, yang berada di Kec. Wonoboyo

Gambar 5.23

Wisata religi Jumprit, Kec. Ngadirejo, Kab. Temanggung

Gambar 5.24

Taman Kartini, sebagai wisata edukasi anak-anak di Kab. Temanggung

80

Hal ini menunjukkan bahwa jika digarap dengan lebih baik

lagi,Temanggung bisa menjadi DTW andalan di Jawa Tengah.

Pemerintah daerah kususnya Dinas Kebudayaan dan Dinas Pariwisata

Kab. Temnaggung mengemukakan, sangat berkeinginan untuk

mengubah posisi Temanggung menjadi daerah tujuan wisata. Apalagi

banyak obyek wisata yang menarik dan potensial antara lain Taman

Rekreasi Pikatan Indah dengan Pikatan Water Parknya, Monumen

Bambang Sugeng, Monumen Meteorit, Candi Pringapus, Curug Lawe,

Curug Trocoh, Prasasti Gondosuli, Goa Lawa, Umbul Jumprit dengan

Pengambilan Air Suci Waisak, dan lain-lain. Kecuali Taman Rekreasi

Kartini yang merupakan obyek wisata buatan, keberadan obyek-obyek

wisata di Temanggung terkait erat dengan cerita sejarah dan legenda

yang menarik untuk disimak. Hal ini terkait dengan ragam dan budaya

masyarakat di mana obyek wisata ditemukan.

Gambar 5.25

Obyek wisata Embung Kledung

Gambar 5.26

Jalur pendakian Gunung Sindoro

81

Gambar 5.27

Jalur Pendakian Gunung Sumbing

Pendakian Gunung Sindoro dan Sumbing pun bisa dijadikan

obyek andalan mengingat banyak kawula muda yang memiliki hobi

mendaki gunung.Penggemar tanaman hias dan tanaman buah bisa

memuaskan hobinya dengan mengunjungi Pasar Agrobisnis Soropadan

di Kecamatan Pringsurat. Dengan potensi yang cukup besar,

Pemerintah Kabupaten Temanggung membuka kesempatan seluas-

luasnya kepada calon wisatawan untuk datang dan melancong, serta

kepada calon investor yang berminat menanamkan modalnya di sektor

kepariwisataan.Sektor pariwisata dalam arti luas tidak hanya

menyangkut keberadaan obyek wisata saja, tetapi menyangkut

keberadaan obyek wisata saja, tetapi juga mencangkup berbagai sarana

da prasarana pendukung. Meski belum sempurna, Temanggung sudah

memiliki beberapa kelengkapan tersebut.Misalnya prasarana jalan raya

yang relatif mulus dan bersih.Dalam ini bisa diakses dari berbagai arah,

mulai dari Semarang, Solo, Magelang, Kendal hingga Purwokerto.

Dari Semarang, banyak bus jurusan Purwokerto dengan rute

Semarang-Ungaran-Bawen-Ambarawa-Secang-Temanggung-

Wonosobo-Banjarnegara-Purwokerto. Sedangkan bus jurusan

Purwokerto-Semarang menggunakan rute sebaliknya.Wisatawan dari

Solo bisa menggunakan bus jurusan Semarang, turun Bawen dan

82

meneruskan perjalanan dengan bus jurusan Semarang-Purwokerto.

Sedangkan wisatawan dari Magelang bisa menggunakan minibus

jurusan Magelang-Secang-Temaggung-Wonosobo atau Sukorejo-

Temanggung-Secang-Magelang.Begitu pula dengan wisatawan dari

Yogyakarta, bisa turun di Secang dan meneruskan perjalanan denga

bus jurusan Wonosobo. Sedangkan dari arah Pekalongan melalui

Batang-Weleri-Sukorejo-Temanggung.Jika anda melancong ke

Temanggung dengan menggunakan angkutan umum, tak usah

khawatir bakal kesulitan transportasi selama berada di kabupaten ini.

Menurut Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan Kab. Temanggung

Saat ini tersedia 769 Armada angkutan umum, teriri atas 435 armada

bus kecil (kapasitas 12 penumpang), 220 bus sedang (kapasitas 16

penumpang) dan 114 bus besar (kapasitas 55 penumpang), yang

melayani berbagai rute dalam kota termasuk ke sebagian besar obyek

wisata yang ada.Infrastruktur fisik lainnya juga sangat mendukung

tumbuh dan berkembangnya investasi di sector pariwisata. Misalnya

ketersediaan air bersih, jaringan listrik dan telekomunikasi, lembaga

perbankan, pusat perbelanjaan dan hiburan, faktor keamanan, hotel

dan restoran, aneka makanan khas, aneka barang

kerajinan/souvernir/cenderamata dan sebagainaya. Menurut data Dinas

Pariwisata Kab. Temanggung, jumlah pengunjung obyek wisata terus

meningkat. Pada tahun 2005 sebanyak 93.755 orang, dan kini sekitar

100.000 orang.

Melihat berbagai kondisi di atas, banyak pakar yang

memprediksikan jika prospek kepariwisataan di Kabupaten

Temanggung sangat cerah. Dalam upanyanya untuk mengembangkan

Pariwisata di Kab. Temanggung, seiring dengan dikenalnya Obyek

Wisata di Temanggung maka budaya lokal dan seni daerah

mendapatkan tempat dalam menjalankan atau mempertahankan

Eksistensinya, terbukti banyaknya diadakan even seni di temanggung

seperti Festival Kuda Lumping se Kab. Temanggung, Internasional

Culture Festival, Pawai Budaya Kab. Temanggung, dan juga seni Kuda

Lumping Selalu menjadi sajian pembuka acara-acara daerah dalam

setiap kesempatannya, bertujuan untuk mengenalkan seni budaya

daerah.

83

Sudah menjadi hal yang pasti ababila dalam memperkenalkan

Obyek Wisata alam, ataupun Pembukaan wahana pariwisata di

Temanggungselalu mengikut sertakan Seni Budaya kuda Lumping

dalam setiap Promosinya. Komposisi ini merupakan salah satu cara dan

sarana untuk strategi Pemerintah Kab, Temanggung dalam

mempromosikan Daerah Wisata dan seni Kebudayaan mereka. seperti

yang diungkapkan Suwantoro menyebutkan beberapa bentuk produk

pariwisata alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan, yaitu:

Pariwisata budaya (cultural tourism), ekowisata (ecotourism),

pariwisata bahari (marine tourism), pariwisata petualangan (adventure

tourism), pariwisata agro (agrotourism), pariwisata pedesaan (village

tourism), gastronomi (culinary tourism), pariwisata spiritual (spiritual

tourism) dan lainnya. Strategi yang dilakukan Pemerintah

Temanggung dalam mengenalkan daerahnya melalui Pariwisata,

nampaknya sudah menemui jalan yang baik dalam hal proses

strateginya dengan didukung keadaan alam dan seni budaya tradisional

yang dimiliki masyarakat Temanggung.

Kebudayaan sebagai Identitas Daerah

Identitas Kebudayaan

Kebudayaan nasional sebagai sebuah identitas, kebudayaan

yang dikemas dari berbagai kebudayaan lokalyang tersebar di seluruh

wilayah indonesia, diperkukuh ikatannya dengan slogan Bhineka

Tunggal Ika, identitas nasional dibentuk oleh dua kata, yaitu identitas

dan nasional, identitas dapat diartikan sebagai ciri atau tanda dan jati

diri, dan nasional dalam konteks ini berarti jati diri bangsa. Dengan

demikian identitas nasional dapat diartikan jati diri nasional atau

kepribadian suatu bangsa. Sebagaimana dikutip Manuel Castell tentang

munculnya teori identitas nasional sebagai interaksi historis memiliki

empat faktor yaitu, (a) Faktor Primer yang meliputi etnisitas, teritorial,

bahasa, agama. (b) Faktor Pendorong meliputi pembangunan

komunikasi dan teknologi, (c) Faktor Penarik mencakup kodifikasi

bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi dan

84

pemantapan sistem pendidikan nasional, (d) Faktor Reaktif meliputi

penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui

memori kolektif rakyat (suryo 2002).

Kebudayaan nasional bersumber pada puncak kebudayaan

lokal atau kebudayaan daerah diseluruh indonesia, yang selaras dengan

norma-norma berbangsa dan bernegara. Kebudayaan nasional

merupakan gabungan dari kebudayaan daerah yang ada dalamsuatu

negara, sedangkan kebudayaan daerah sendiri merupakan warisan

secara turun temurun oleh generasi terdahuluterhadap generasi

selanjutnya pada ruang lingkup daerah tersebut.

Budaya daerah ini muncul saat penduduk daerah telah

memiliki pola pikir dan kehidupan sosial dan kehidupan sosial yang

sama sehingga menjadi kebiasaan yang membedakan mereka dengan

penduduk lain. Budaya daerah mulai berkembang pada jaman kerajaan

dahulu hal tersebut dapat dilihat dari cara hidup dan interaksi sosial

yang dilakukan masing-masing masyarakat kerajaan yang berbeda di

indonesia satu sama lain. Pada proses pembentukan indentitas

kebudayaan nasional lebih condong melihat pada proses internal

bahwa pada dasarnya manusia dan masyarakat memiliki intuisi dan

inspirasi untuk mencapai kemajuan dan secara eksternal pengaruh dari

luar selalu mendorong masyarakat yang berasal dari rangsangan-

rangsangan lingkungannya. Rangsangan-rangsangan itu sebagian besar

datang dari media massa, yaitu seperti pemberitaan dan pengungkapan

opini, dan faktor internal dan eksternal tersebut merupakan pengaruh

yang strategis bagi terbentuknya kebudayaan nasional. Sistem dan

media komunikasi menjadi sarana strategis yang dapat diberi peran

strategis pula untuk memupuk identitas nasional dan kesadaran

nasional menjadi bangsa yang mempunyai identitas kebudayaan

(suryo2002).

Gerbang terbentuknya identitas dalam suatu negara adalah

melalui budayanya yang berdasarkan kelompok-kelompok yang

sebagian mempunyai kesamaan secara cultur, identitas kebudayaan

melalui berbagai macam seni di indonesia membuktikan pengukuhan

identitas nasional sabagaimana penanda bangsa indonesia berbeda

85

dengan bangsa lain secara identitas budaya. Temanggung sebagai salah

satu daerah di Jawa Tengah merupakan daerah yang mempunyai

kebudayaan dan alam yang menarik, keidentikan Kab.

Temanggung selain sebagai penghasil Tembakau yang selalu

menjadi keidentikannya, mulai mengenalkan keindahan alam dan

Budaya Tradisionalnya kepada masyarakat umum. Melalui sejumlah

Obyek Wisata Alam dan juga Seni Kebudayaannya, Temanggung mulai

dikenal bukan hanya sekedar daerah penghasil pertanian komoditas

Tembakau saja tetapi juga daerah Kebudayaan dan wisata alam. Hal

tersebut tidak bisa lepas dari strategi Pariwisata Kab. Temanggung dan

juga peranan dari masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam mengelola

seni budaya dan juga menjaga alam di daerah Temanggung.

Kuda Lumping Sebagai salah satu dari sekian banyak seni

kebudayaan di Temanggung yang mempunyai daya tarik masyarakat

paling besar dan berkembang, hal ini terbukti bagaimana Kuda

Lumping menjadi salah satu seni yang diidentikkan dengan Kab.

Temanggung, dibuktikan dengan membangun patung Kuda Lumping

atau (jaranan) di sudut Taman, dan beberapa gapura-gapura di jalan

masuk Desa di Kab. Temanggung, serta banyaknya MMT yang

bernuansa kuda lumping menghiasi setiap jalan di Kota Temanggung,

menunjukkan seni kebudayaan ini mempunyai nilai jual dan membuat

Temanggung identik dengan seni Kuda Lumping.

Peranan Informasi dan Komunikasi

Globalisasi selalu menjadi tolak ukur peradapan zaman, dimana

modernisasi pasti ada di dalamnya, dalam berbagai aspek sosial,

pembuktian kebudayaan lokal untuk terus berada dalam tekanan

budaya luar yang terus masuk melalui media dan informasi membuat

Kebudayaan lokal terus berupaya dan berinovasi dalam

mempertahankan eksistensinya. Dalam penguatan identitas

kebudayaannya, seperti yang dikutip Manuel Castell tentang

munculnya teori identitas nasional sebagai interaksi historis memiliki

empat faktor yaitu, (a) Faktor Primer yang meliputi etnisitas, teritorial,

bahasa, agama. (b) Faktor Pendorong meliputi pembangunan

86

komunikasi dan teknologi, (c) Faktor Penarik mencakup kodifikasi

bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi dan

pemantapan sistem pendidikan nasional, (d) Faktor Reaktif meliputi

penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui

memori kolektif rakyat (suryo 2002).

Dalam kaitannya dengan eksistensi Kebudayaan untuk terus

ada dan berkembang dalam setiap daerah, harus berupaya untuk

memenuhi faktor pendorong yang meliputi pembangunan Komunikasi

dan Teknologi, pada era digital dan perkembangan media sosial yang

universal, secara tidak langsung memberikan rangsangan kepada setiap

pelaku seni dan Kebudayaan untuk mengikuti perkembangan teknologi

dan informasi dengan tujuan, tetap bisa mengenalkan dan juga

mempromosikan seni kebudayaan Daerah. Temanggung dalam

upanyanya memenuhi tantangan globalisasi media dan perkembangan

teknologi nampaknya berjalan sedikit lambat daripada daerah lain

seperti Yogjakarta,Magelang, dan Dieng, sebagai daerah yang berbasis

kebudayaan lokal yang dikenal terlebih dahulu oleh masyarakat luas

dan perkenalan terhadap media sosial, tetapi temanggung bukan

berarti tanpa bergerak dan tidak berusaha, Temanggung dalam

menjawab ekspektasi masyarakat umum, mulai mengenalkan

Kebudayaannya dan wisata alamnya, melalui Masyarakat yang

berkunjung dan di unggah ke media Sosial.

Sama seperti kebanyakan Daerah di sekitarnya, Temanggung

menjadi di kenal dengan wisata alamnya dan juga keseniaanya melalui

unggahan masyarakat melalui Facebook, Instagram,twiter,web, dan

lain sebagainya. Melihat semakin banyaknya metode promosi gratis

menggunakan Media Sosial, pemerintah Kab. Temanggung, membuat

Web Resmi Kab Temanggung, yang berisi tentang daerah Pariwisata

dan juga Seni Kebudayaan temanggung melalui blog Wisata

Temanggung, Wisata-Kabupaten-Temanggung-Bersenyum, dan masih

banyak lagi unggahan foto dari masyarakat ke media sosial dan juga

penelitian yang melibatkan seni kebudayaan dan pariwisata daerah

Temanggung. Kegiataan dan upaya ini membuktikan mulai di kenalnya

seni kebudayaan Temanggung secara digital melalui visual dan juga

87

keindahan gambarnya. Masyarakat Temanggung dalam

memperhatikan seni kebudayaanya pada dasarnya sudah menjadi

bagian dari rutinitasnya, dikarenakan Kebudayaan merupakan

representasi dari jati diri masyarakat temanggung yang kental dengan

Budaya Jawa dan tradisinya. Keinginan Pemerintah memajukan

Kebudayaan dan Pariwisata melalui Teknologi dan informasi, di

imbangi dengan keinginan, spirit dan keyakinan dengan tindakan

nyata oleh masyarakat serta pelaku seni, untuk bersama mengenalkan

Kebudayaan dan Pariwisata melalui tindakan nyata. Antusiasme

masyarakat terhadap wisata Budaya dan Alam yang di transfer dalam

bentuk gambar dan vidio melalui sosial media dengan harapan

memenuhi syarat di era digital agar mampu mengenalkan dan

menginformasikan kebudayaan lokal dan Pariwisata Alam

Temanggung sebagai Indentitas Nasional.

Kebudayaan Jawa di Temanggung

Kebudayaan dalam arti sempit sering diartikan sebagai

kesenian. Dalam arti luas, kebudayaan setidaknya meliputi tujuh sistem

yaitu: (1) sistem religi dan upacara keagamaan, (2) sistem dan

organisasi kemasyarakatan, (3) sistem pengetahuan, (4) bahasa, (5)

kesenian, (6) sistem mata pencaharian, dan (7) sistem teknologi dan

peralatan. Menurut Koentjaraningrat (1978: 11-12) yang menunjukkan

identitasnya suatu kebudayaan adalah unsur-unsur yang menonjol dari

kebudayaan itu. Jadi yang menjadi identitas kebudayaan Jawa adalah

unsur yang menonjol dari kebudayaan Jawa yaitu bahasa dan

komunikasi, kesenian, dan kesusastraan, keyakinan keagamaan, ritus,

ilmu gaib, dan beberapa pranata dalam organisasi sosial.

Berdasarkan pengertian tentang kebudayaan seperti di atas,

sifat khas suatu kebudayaan hanya dapat dimanifestasikan dalam

unsur-unsur terbatas terutama melalui bahasa, kesenian, dan upacara.

Berdasarkan pengertian tersebut maka untuk mengidentifikasikan

kebudayaan Jawa dapat ditilik dari bahasanya, keseniannya, dan

kesenian tradisionalnya maka kebudayaan Jawa menurut H. Karkono

88

Kamajaya Partokusumo (1986: 85) adalah pancaran atau

pengeJawantahan budi manusia Jawa yang merangkum kemampuan,

cita-cita, ide maupun semangatnya dalam mencapai kesejahteraan,

keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir batin.Kebudayaan Jawa

merupakan kebudayaan yang dianut oleh orang-orang Jawa.

Kebudayaan Jawa meliputi daerah yang luas yaitu Jawa Tengah dan

Jawa Timur, sedangkan orang Jawa yang tinggal di pulau lain

merupakan sub variasi kebudayaan Jawa yang berbeda karena mereka

tetap mempertahankan kebudayaannya.

Selanjutnya dikemukakan bahwa hanya ada satu unsur

kebudayaan yang dapat menonjolkan sifat khas dan mutu yang tinggi

yaitu kesenian. Masyarakat Jawa juga mempunyai kesenian yang

bermacam-macan ragamnya dari berbagai daerah di Jawa yaitu seni

musik, seni tari, seni bangunan. Kesenian tersebut mempunyai ciri

khas yang menunjukkan identitas masyarakat Jawa yang membedakan

dengan kesenian daerah lainnya. Menurut pandangan orang Jawa

sendiri, kebudayaannya tidak merupakan satu kesatuan yang homogen.

Mereka sadar akan adanya suatu keanekaragaman yang sifatnya

regional sepanjang daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Keanekaragaman regional kebudayaan Jawa ini sedikit banyak cocok

dengan daerah-daerah logat bahasa Jawa dan tampak juga dalam unsur-

unsur seperti makanan, upacara-upacara rumah tangga, kesenian

rakyat, dan seni suara (Koentjaraningrat. 1984: 165). Sifat dan ciri

kebudayaan Jawa yang tidak homogen ini masih nampak dalam

kehidupan masyarakat Jawa sekarang.

Sebagaian besar masyarakat Jawa bermata pencaharian sebagai

petani, tetapi ada juga yang menjadi pedagang, tukang, maupun

pegawai. Sistem kemasyarakatan di Jawa menurut garis keturunan ayah

atau patrilineal. (Koentjaraningrat, 1976: 36). Karnoko (1986: 86)

berpendapat bahwa kebudayaan Jawa adalah pancaran atau

pengeJawantahan budi manusia Jawa yang mencakup kemauan, cita-

cita, ide maupun semangat dalam mencapai kesejahteraan, keselamatan

lahir dan batin. Kebudayaan Jawa ini telah ada sejak zaman prasejarah.

89

Refleksi kebudayaan dalam Masyarakat Jawa, salah satunya

adalah Kesenian yang terbentuk dari adat istiadat masyarakat sebagai

identitas masyarakat Jawa. Temanggung dengan Kesenian Kuda

lumpingnya merepresentasikan bagaimana kesenian sebagai identitas

masyarakatnya. Banyaknya kesenian Kuda Lumping dan juga

paguyuban yang ada di Kab. Temanggung, membuat daerah ini

menjadi salah satu daerah yang erat dengan seni kuda lumping,

kebiasaan dan juga keinginan dari masyarakat untuk terus nguri-nguri kabudayan jawa, merupakan salah satu gambaran bagaimana

kebudayaan jawa di Temanggung sangat berpengaruh, berada dalam

daerah Jawa Tengah dan karakter masyarakat pegunungan dengan sifat

masyarakat yang masih menjunjung tinggi kebudayaan jawa dalam hal

berbicara dan perbuatannya, membuat masyarakat Temanggung masih

memegang erat budaya Jawa meskipun ada budaya yang lain yang di

aplikasikan dalam kehidupan sosial mereka.

Dalam upayanya untuk terus melestarikan kebudayaan lokal,

masyarakat Temanggung pada dasarnya di dasari dengan kebiasaan

yang telah ada, dan secara tidak langsung tertransfer kepada generasi

seterusnya dengan kebudayaan jawa yang telah lama dan sudah

menjadi bagian yang pasti dalam sifat dan kehidupan sosial Masyarakat

Temanggung. Dalam perkembangannya, kebudayaan Jawa masih tetap

seperti dasar kelahirannya yang merupakan kristalisasi pemikiran-

pemikiran lama yaitu: (a) Manusia Jawa berkeyakinan kepada Sang

Maha Pencipta, penyebab dari segala kehidupan,(b) Manusia Jawa

berkeyakinan bahwa manusia Jawa adalah bagian dari kodrat alam

semesta (makro cosmos), manusia dengan alam saling mempengaruhi,

tetapi manusia harus sanggup melawan kodrat alam sesuai dengan

kehendak cita-cita agar dapat hidup selamat baik dunia maupun di

akherat. Hasil dari perjuangan perlawanan terhadap kodrat alam

tersebut berasal dari kemajuan dan kreativitas kebudayaan sehingga

terjalinlah keselarasan dan kebersamaan yang di dasarkan pada saling

hormat, saling tenggang rasa, dan saling mawas diri (c) Manusia Jawa

rindu akan kondisi tata tentrem kerta raharja yaitu suatu keadaan yang

damai, sejahtera, aman, sentosa berdasar pada

“kautamaning ngaurip (kekuatan hidup) sehingga manusia Jawa

90

berkewajiban untuk memayu hayuning raga, sesama, bangsa, dan bawana” (Imam Sutardjo, 2008: 14-15).

Kebudayaan Jawa memiliki perbedaan atau variasi yang

beraneka ragam tetapi pada dasarnya perbedaan itu tidak bersifat

mendasar karena apabila diteliti, unsur-unsur itu masih menunjukkan

satu pola ataupun satu sistem kebudayaan Jawa. Berdasarkan

pengertian dan penafsiran perihal karakter masyarakat Jawa, membuat

Kesenian untuk terus berada dalam kehidupan sosial merupakan salah

satu tindakan nyata masyarakat jawa untuk menjalani kehidupan yang

damai, sejahtera,aman, sesuai dengan kekuatan hidup untuk

kepentingan pribadi, kepentingan bersama,dan bernegara secara adil

dan sama. kebudayaan Jawa di Temanggung pada dasarnya mempunyai

kesamaan dengan kebudayaan jawayang ada di daerah lain di Jawa

Tengah.

Upaya Pembentukan Kebudayaan Sebagai Identitas Daerah

Kebudayaan nasional bersumber pada puncak kebudayaan

lokal atau kebudayaan daerah diseluruh indonesia, yang selaras dengan

norma-norma berbangsa dan bernegara. Kebudayaan nasional

merupakan gabungan dari kebudayaan daerah yang ada dalam suatu

negara, sedangkan kebudayaan daerah sendiri merupakan warisan

secara turun temurun oleh generasi terdahulu terhadap generasi

selanjutnya pada ruang lingkup daerah tersebut. Kebudayaan lokal

memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan daerah di

Jawa Tengah, Temanggung memberikan gambaran tentang bagaimana

kearifan lokal dan kebudayaan daerah menjadi salah satu pembentukan

jati diri daerah yang memberikan pandangan berbeda dalam

pengembangan daerah dan juga pemenuhan keinginan masyarakat.

Melalui seni budaya dan pariwisata membuat Temanggung

membentuk identitas Kebudayaan mereka yang terdahulunya sebagai

daerah penghasil Tembakau, menjadi daerah penghasil Tembakau yang

menunjang kebutuhan Masyarakat untuk pembentukan Identitas

kebudayaan lokal.

91

Pembentukan dan upaya ini tidak lepas dari peranan

Masyarakan dan tentunya media Sosial. Dalam kaitannya dengan

eksistensi Kebudayaan untuk terus ada dan berkembang dalam setiap

daerah, harus berupaya untuk memenuhi faktor pendorong yang

meliputi pembangunan Komunikasi dan Teknologi, pada era digital

dan perkembangan media sosial yang universal, secara tidak langsung

memberikan rangsangan kepada setiap pelaku seni dan Kebudayaan

untuk mengikuti perkembangan teknologi dan informasi dengan

tujuan, tetap bisa mengenalkan dan juga mempromosikan seni

kebudayaan Daerah. Bagaimana kebudayaan lokal dan pariwisata yang

mulai terangkat dan menjadi salah satu aspek yang menjanjikan untuk

Kab. Temanggung, membuat kompetisi dalam promosi dan juga

menarik wisatawan, ataupun menyita perhatian masyarakan umum

secara global. dilakukan dengan media sosial sebagai suatu sarana yang

praktis dan efektif, dalam memperkenalkan keidentikan,keindahan dan

cultur serta kenyamanan daerah Temanggung. Semuanya tidak akan

berjalan lancar dan tetap berkesinambungan tanpa peranan masyarakat

yang masih menjunjung tinggi dan tetap menyadari bahwa kesenian

dan alam merupakan bagian dari budaya Jawa.

Sebagaian besar masyarakat Jawa bermata pencaharian sebagai

petani, tetapi ada juga yang menjadi pedagang, tukang, maupun

pegawai. Sistem kemasyarakatan di Jawa menurut garis keturunan ayah

atau patrilineal. (Koentjaraningrat, 1976: 36). Karnoko (1986: 86)

berpendapat bahwa kebudayaan Jawa adalah pancaran atau

pengeJawantahan budi manusia Jawa yang mencakup kemauan, cita-

cita, ide maupun semangat dalam mencapai kesejahteraan, keselamatan

lahir dan batin. Kebudayaan Jawa ini telah ada sejak zaman prasejarah.

Kebudayaan lokal yang mulai di publikasikan dan memanfaatkan

keindahan Alam sekitar yang terbungkus dalam strategi pariwisata,

merupakan salah kesadaran yang efektif mengingat ketersediaan

daerah, berpeluang dalam mengenalkan kebudayaan lokal dan alam,

melalui media dan informasi adalan cara yang efektif dalam strategi

promosi daerah dan mengenalkan kepada publik. Tindakan pemerintah

dalam mengemas Kebudayaan lokal, pariwisata alam,strategi promosi

melalui media sosial yang informatif, tidak akan ada artinya tanpa

92

partisipasi Masyarakat yang masih memegang erat budaya jawa, sebagai

pelaku serta penjaga dan menjadikan Kebudayaan lokal dan alam

merupakan bagian dari Budaya Jawa yang patut untuk di lestarikan dan

terus berproses, dalam eksistensinya untuk menjadikan kebudayaan

lokal yang mencerminkan indentitas Nasional Bangsa Indonesia yang

Berbeda-beda.

Identitas Budaya Sebagai Instrumen Pembangunan Pariwisata

Daerah

Pada dasarnya pembangunan dalam suatu daerah meliputi

beberapa aspek sosial, diantaranya aspek sosial ekonomi, sosial politik,

sosial lingkungan dan sosial budaya. Sudah menjadi hal yang lumrah

adanya setiap perkembangan daerah ditentukan pada pembangunan

dan juga pertumbuhan ekonomi dalam sekala makro, aspek ekonomi

memang lebih kelihatan di banding dengan aspek sosial yang lain.

Dalam pembahasan ini bagaimana penulis memberikan refleksi

berbeda terhadap pembangunan daerah dalam budaya jawa.

Dengan mengedepankan kebudayaan lokal sebagai tolak ukur

pembangunan daerah dengan melihat kehidupan masyarakat

Temanggung dengan kesenian lokal yaitu kuda lumping, bagaimana

dinamika kuda lumping dengan segala inovasi dan kreatifitas

anggotanya membuat kuda lumping menjadi salah satu kesenian dari

berbagai seni di Temanggung yang banyak peminatnya. Dengan

menggunakan Konsep Teori Modal Sosial dari Pierre Bourdieu, penulis

mengemukakan strategi bertahan paguyuban dengan menggunakan

modal yang mereka miliki sesuai dengan karakter dan juga kebutuhan

mereka untuk terus bereksistensi. Melihat keinginan dan juga antusias

para pelaku seni dan juga penonton membuat Pemerintah memberikan

ruang berekspresi untuk pelaku seni budaya dalam pementasan dan

juga berkembang dalam dunia seni tari Kususnya kuda lumping. Gap

kelas sosial yang ada antara pelaku seni selalu menjadi pembeda dalam

kehidupan sosial, sebagai pemicu untuk menampilkan pagelaran yang

baik dan berkompetisi dengan tujuan yang terbaik membuat dinamika

93

seni kuda lumping dan paguyubannya patut untuk dinantikan

kelanjutannya.

Keberadaan kesenian dan juga kebudayaan daerah di

Temanggung memberikan suatu tanggapan dan respon dari pemangku

kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah, bagaimana kebijakan yang

dilakukan dalam upaya memaksimalkan seni budaya yang sudah ada

sering kali menemui halangan baik secara internal maupun eksternal

dalam prosesnya, tetapi dalam prakteknya tidak ada kesalahan yang

besar dan fatal yang dilakukan pemerintah, masyarakat membuat

keinginan dan harapan mereka tercapai dengan usaha mereka sendiri

dan berinisiatif sehingga pada prakteknya kebijakan yang seharusnya

dibuat untuk mengatur masyarakat, menjadi kegiatan dalam kehidupan

sosial masyarakat yang ada menjadi refleksi dan dijadikan kebijakan

dan di awasi sesuai dengan asas-asas kebijakan dan ketentuan norma

yang berlaku. Manuver pemerintah dalam proses kebijakan ,

memberikan respon yang menarik dengan mengedepankan

kebudayaan lokal dan juga keindahan alam sebagai aset pariwisata

dalam pengenalan daerah Temanggung.

Dalam prakteknya Temanggung selain sebagai penghasil

Tembakau yang selalu menjadi keidentikannya, mulai mengenalkan

keindahan alam dan Budaya Tradisionalnya kepada masyarakat umum.

Melalui sejumlah Obyek Wisata Alam dan juga Seni Kebudayaannya,

Temanggung mulai dikenal bukan hanya sekedar daerah penghasil

pertanian komoditas Tembakau saja tetapi juga daerah Kebudayaan dan

wisata alam. Melalui proses ini kemajuan pariwisata kebudayaan dan

alam temanggung mulai terekspose dan di ketahui oleh masyarakat

umum. Dengan mengunakan media sosial Temanggung dalam

upayanya memenuhi tantangan globalisasi media dan perkembangan

teknologi nampaknya berjalan sedikit lambat daripada daerah lain

seperti Yogjakarta,Magelang, dan Dieng, sebagai daerah yang berbasis

kebudayaan lokal yang dikenal terlebih dahulu oleh masyarakat luas

dan perkenalan terhadap media sosial, tetapi temanggung bukan

berarti tanpa bergerak dan tidak berusaha, Temanggung dalam

menjawab ekspektasi masyarakat umum, mulai mengenalkan

94

Kebudayaannya dan wisata alamnya, melalui Masyarakat yang

berkunjung dan di unggah ke media Sosial.

Sama seperti kebanyakan Daerah di sekitarnya, Temanggung

menjadi dikenal dengan wisata alamnya dan juga keseniaanya melalui

unggahan masyarakat melalui Facebook, Instagram,twiter,web, dan

lain sebagainya. Melihat semakin banyaknya metode promosi gratis

menggunakan Media Sosial, pemerintah Kab. Temanggung, membuat

Web Resmi Kab Temanggung, yang berisi tentang daerah Pariwisata

dan juga Seni Kebudayaan temanggung melalui blog Wisata

Temanggung, Wisata-Kabupaten-Temanggung-Bersenyum, dan masih

banyak lagi unggahan foto dari masyarakat ke media sosial dan juga

penelitian yang melibatkan seni kebudayaan dan pariwisata daerah

Temanggung. Berekspresi dan mengedepankan media sosial serta

keidentikan Kesenian dan pariwisata alamnya, Temanggung

membentuk identitasnya dengan karakter masyarakatnya sendiri yang

membantu proses dalam pembentukan identitas kebudayaan itu nyata

dan berjalan sesuai dengan kehidupan sosial,semua ini berhubungan

dengan karakter masyarakat Jawa, membuat Kesenian untuk terus

berada dalam kehidupan sosial merupakan salah satu tindakan nyata

masyarakat jawa untuk menjalani kehidupan yang damai,

sejahtera,aman, sesuai dengan kekuatan hidup untuk kepentingan

pribadi, kepentingan bersama,dan bernegara secara adil dan sama.

Kebudayaan Jawa di Temanggung pada dasarnya mempunyai

kesamaan dengan kebudayaan jawayang ada di daerah lain di Jawa

Tengah. Pembangunan daerah dengan menempatkan identitas budaya

sebagai aspek yang utama dalam proses pembangunan merupakan

perwujutan pembangunan yang sesuai dengan ketersediaan potensi

daerah, Temanggung memberikan gambaran tentang bagaimana

kearifan lokal dan kebudayaan daerah menjadi salah satu pembentukan

jati diri daerah yang memberikan pandangan berbeda dalam

pengembangan daerah dan juga pemenuhan keinginan masyarakat.

Melalui seni budaya dan pariwisata membuat Temanggung

membentuk identitas Kebudayaan mereka yang terdahulunya sebagai

daerah penghasil Tembakau, menjadi daerah penghasil Tembakau yang

95

menunjang kebutuhan Masyarakat untuk pembentukan Identitas

kebudayaan lokal.

Identitas budaya sebagai aspek penting dalam pembangunan

daerah merupakan hakekat yang pasti dan nyata. Berada dalam kultur

dan budaya yang menjadi identitasnya sudah seharusnya setiap daerah

terlebih dahulu mencari identitas budaya daerah dan memanfaatkan

ketersediaan daerah, pandangan yang sering keliru adalah proses

pembangunan daerah yang meniru atau mengaplikasikan proses

pembangunan yang dimiliki daerah lain padahal itu tidak sesuai

dengan kebutuhan daerahnya, hal itu kemungkinan terjadi karena

tidak mempunyai identitas kebudayaan, tidak mengenal daerah dan

terlalu cepat melakukan perubahan yang pada dasarnya tidak sesuai

dengan kebutuhan dan karakter daerah. Melihat dari konsep yang

dikemukakan oleh Coleman bagaimana pembangunan merupakan

refleksi sistem tindakan sosial adalah dua orang actor yang memiliki

control atas sumber daya kepentingan satu sama lain,yang memiliki

tujuan dan melibatkan satu sama lain,yang pada akirnya akan

memberikan karakter pada tindakan mereka masing-masing (Coleman

1990).

Pada dasarnya pembangunan diawali dari masyarakat sendiri,

bagaimana masyarakat atau para actor bisa berfikir rasional dan saling

melibatkan satu sama lain, atau memberikan ruang partisipasi ke pada

masyarakat, sehingga karakter dari pada daerah mulai timbul dan

tujuan mulai ada sehingga pembangunan itu berawal dari pemikiran

rasional para masyarakat yang diamplikasikan melalui kehidupan sosial

dan jejaring mereka, sehingga akan memberikan warna terhadap

karakter masyarakat daerah itu sendiri demi mewujudkan

pembangunan daerah yang berdasarkan ekonomi,politik maupun

budaya.