Upload
others
View
33
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Kebijakan Nasional Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman – Kementerian PPN/Bappenas
Your Text Here
Integrasi IndikatorKementerian PPN/Bappenas telah mengintegrasikan 169 indikator SDGs ke dalam RPJMN 2020-2024
SDGs dan Tujuan NasionalPelaksanaan SDGs berarti juga melaksanakan tujuan pembangunan nasional
Integrasi PerencanaanSDGs dan RPJMN bukan merupakan tujuan yang berbeda. Pencapaian SDGs sama dengan Pencapaian RPJMN 2020-2024.
R PJ M N d a n S DGs
© 2018 Slidefabric.com All rights reserved.
S L I D E 3
PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMANM A K R O K E B I J A K A N
Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan
Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan
akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh
ditandaioleh
KOTA YANG INKLUSIF TANPAPERMUKIMAN
KUMUH
SASARAN POKOK PEMBANGUNAN NASIONAL
RPJPN 2005-2025 Hunian layakyang
terjangkau
Lingkungan danpelayanan
infrastrukturdasar
permukimanyang layak
KepastianBermukim
(secure tenure)
UNDANG- UNDANG DASAR Pasal 28 (h) UNDANG- UNDANG PKP 1/2011UNDANG- UNDANG 39/2009
Hal Asasi Manusia
Sustainable Development Goals (SDGs)
National Urban Agenda
© 2018 Slidefabric.com All rights reserved.
S L I D E 4R A N C A N G A N
R PJ M N 2 0 2 0 – 2 0 2 4 : P E R U M A H A N D A N P E R M U K I M A N
Terbatasnya akses pembiayaan perumahan dimana ratio outstanding KPR terhadap GDP masih sekitar 2,9 %
Perumahan dan permukiman semakin jauh dari pusat kota tanpa dukungan jaringan infrastruktur dan tidak sesuai dengan rencana tata ruang (urban sprawl)
61,7% rumah tangga menempati hunian yang memenuhi minimal satu aspek ketidaklayakan dan sebagian diantaranya menempati permukiman kumuh (2018)
Masih kurangnya pemenuhan terhadap standar keandalan bangunan dan keserasian dengan lingkungan
ISUSTRATEGIS
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatkan akses masyarakat secara bertahap terhadap hunian layak, aman dan terjangkau dalam rangka mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh
SASARAN/ INDIKATORTerpenuhinya perumahan dan permukiman layak untuk
rumah tangga
Persentase rumah tangga yang menempati hunian layak (52,78%)• Ratio outstanding KPR terhadap GDP (%)• Persentase rumah tangga yang menempati hunian dengan
kecukupan luas lantai per kapita (%)• Persentase rumah tangga yang menempati hunian dengan
ketahanan bangunan (atap, lantai, dinding (%)• Persentase rumah tangga yang memiliki sertifikat hak atas
tanah (%)• Proporsi rumah tangga yang menempati hunian dengan akses
sanitasi layak dan aman (air limbah) (%)• Proporsi rumah tangga yang menempati hunian dengan akses
sampah yang terkelola dengan baik (%)• Proporsi rumah tangga yang menempati hunian dengan akses
air minum layak (%)
STRATEGI
1. Pemantapan sistem pembiayaan primer dan sekunder perumahan dalam rangkamewujudkan pembiayaan perumahan yang efisien, termasuk optimalisasipermanfaatan sumber pembiayaan jangkapanjang seperti dana jaminansosial/pensiun serta pengembanganoperasionalisasi Badan Tabungan Perumahan Rakyat (TAPERA)
2. Reformasi subsidi perumahan yang lebihefisien dan berkelanjutan melalui skemasubsidi yang progresif termasuk phasing out skema subsidi yang tidak tepat sasarandan membebani keuangan negara dalamjangka panjang; dan
3. Perluasan fasilitas pembiayaan perumahan terutama bagi masyarakat berpenghasilan tidak tetap dan/atau yang membangun/memperbaiki rumah secara swadaya.`
1. Pengembangan sistem penyediaanperumahan dan permukiman yang serasidengan tata ruang dan terpadu denganlayanan infrastruktur dasar permukiman, termasuk sistem transportasi publik;
2. Pengembangan sistem perumahan publik di perkotaan, termasuk kawasan industri;
3. Peningkatan efisiensi lahan untuk penyediaanperumahan melalui inclusive urban renewal dan konsolidasi tanah dalam rangkamewujudkan kota tanpa permukiman kumuh;
4. Pemanfaatan tanah milik negara/BUMN untukmendukung penyediaan perumahan bagimasyarakat berpenghasilan menengah kebawah;
5. Pengembangan peran BUMN/BUMD dalampenyediaan perumahan..
1. Penguatan implementasistandar keandalan dan tertibbangunan;
2. Penguatan implementasikemudahan perizinan danadministrasi pertanahanuntuk perumahan;
3. Peningkatan kapasitaspemerintah/pemerintahdaerah, masyarakat dan duniausaha;
4. Peningkatan kolaborasi dankemitraan pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha;
5. Pengembangan sisteminsentif dan disinsentif dalampenyediaan perumahan.
Sisi Permintaan Sisi Pasokan Enabling Environment
CukupRuang
Konstruksi/ BahanBangunan
Air Minum Sanitasi
SecureTenure
SISTEM PERKOTAAN
PERMUKIMAN
PERUMAHAN
5
Penyediaan akses masyarakat
terhadap perumahan dan
permukiman yang layak
dalam rangka mewujudkan
kota tanpa permukiman
kumuh
PERENCANAAN &
PENGEMBANGAN
SECARA HOLISTIK
SDG’s GOAL
Serasi dengan Ruang
Affordable
M A N D A T S U S T A I N A B L E D E V E L O P M E N T G O A L S ( S D G s )
I N D I K A T O R D A N D E F I N I S I O P E R A S I O N A L
Global 11.1.1 Nasional 11.1.1 (a)
Target Global 11.1:Pada tahun 2030, menjamin akses bagi semua terhadap perumahan yang layak, aman, terjangkau, danpelayanan dasar, serta menata kawasan kumuh
Proportion of urban population living in slums, informal settlements, or inadequate housing
Slum households are defined as those
that lack one or more of the following
1. Durable housing
2. Sufficient living space
3. Access to improved water
4. Access to adequate sanitation
5. Security of tenure
Proporsi rumah tangga yang memilikiakses terhadap hunian yang layak danterjangkau
1. Ketahanan bangunan
2. Kecukupan luas tempat tinggal
3. Akses air minum layak
4. Akses sanitasi layak
Indikator
Definisi Operasional
TARGET INDIKATOR
Tujuan 6: Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua
6.1 Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua.
6.1.1 (A) Proporsi populasi yang memiliki akses terhadap layanan sumber air minum layak dan berkelanjutan
6.2 Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai dan merata bagi semua, dan menghentikan praktik buang air besar di tempat sembarang, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan kaum perempuan, serta kelompok masyarakat rentan
6.2.1. (B) Proporsi populasi penduduk yang memiliki akses terhadap layanan sanitasi layak dan berkelanjutan
Tujuan 11: menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan
11.1 Pada tahun 2030, menjamin akses bagi semua terhadap perumahan yang layak, aman, terjangkau, termasuk penataan kawasan kumuh, serta akses terhadap pelayanan dasar perkotaan.
11.1.1 Proporsi populasi penduduk perkotaan yang tinggal di daerah kumuh, permukiman liar atau rumah yang tidak layak
11.1.1. (A) Jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap hunian yang layak dan Terjangkau
T U J U A N D A N I N D I K A T O R S D G S T E R K A I T P E R U M A H A N D A N K A W A S A N P E R M U K I M A N
RUMAH LAYAK HUNI
Ketahanan BangunanSeluruh material atap-lantai-dinding masuk kriteria layak
Kecukupan Luas Tempat TinggalLuas bangunan ≥7,2 m2
Akses Air Minum(mengikuti definisi operasional target 6.1)
Akses Sanitasi Layak(mengikuti definisi operasional target 6.2)
AIR MINUM LAYAK
Sumber Air Minum Utama TerlindungiLedeng/air hujan/sumur bor pompa/sumur terlindung/mata air terlindung
Jarak ke Penampungan Kotoran/Limbah≥ 10 m
AKSES SANITASI LAYAK
Bangunan AtasKlosetnya menggunakan leher angsa
Bangunan Bawah• Tangki Septik; • SPAL
Pengguna Fasilitas Sanitasi• Digunakan oleh rumah tangga sendiri; atau• Bersama dengan rumah tangga lain
tertentu
D e f i n i s i O p e r a s i o n a l S D G s d a n K e t e r k a i t a n n y a S a t u S a m a L a i n
Komponen Bobot
Ketahanan Bangunan 35%
Luas Per Kapita <7,2 m2 35%
Air Minum 15%
Sanitasi 15%
Perhitungan dilakukan dengan pembobotan komponen-komponen, sebagai berikut:
Asumsi: ada komponen yang lebih penting dari komponen lainnya dalam mengukur kelayakan suatu bangunan hunian.
P e r h i t u n g a n M D G s P e r h i t u n g a n S D G ss e s u a i M a n d a t G l o b a l
Perhitungan dilakukan dengan menjadikan standar kelayakan seluruh komponen harus terpenuhi 100%.
Salah satu komponen tidak layak, maka hunian dinilai tidak layak huni.
Asumsi: seluruh komponen adalah palingl dasar untuk dipenuhi kelayakannya.
U s u l a n P e r h i t u n g a n R u m a h T i d a k L a y a k H u n i
KETAHANAN BANGUNAN
LUAS BANGUNAN
SANITASIAIR
MINUM
RUMAH TIDAK LAYAK HUNI RUMAH LAYAK HUNI
Memenuhi semuakriteria Aladin > 7.2 m2 LAYAK
LAYAK
Salah satu bahanatau lebih, tidak
layak
< 7.2 m2 TIDAK LAYAK
TIDAK LAYAK
P E N G U K U R A N N D I K A T O R D A S A R P E R U M A H A N D A N P E R M U K I M A N L AYA K
62 % populasi menempati rumah dengan minimal satu aspek ketidaklayakan mendasar (bahan bangunan, luas per kapita, air minum, sanitasi
34,24%37,20% 36,58%
38,30%
89,97% 90,70% 91,55% 91,09%
77,47% 78,43% 79,60%80,04%
58,92%61,12%
59,07%61,29%
67,95%71,78% 73,07% 74,58%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2015 2016 2017 2018
Rumah Layak Huni Luas Bangunan Fisik Bangunan Air Minum Sanitasi
Rumah tangga yang menempati rumahlayak huni (nasional) tahun 2018 hanyasebesar 38,30%
Aspek dengan tingkatkelayakan paling rendah adalah air minum
01
02
*Air Minum denganmemperhatikan jarak sumber air tanah dengan tangki septiksesuai dengan SNI PedomanRumah Sehat
9/24/2019 12
KONTRIBUSI BERBAGAI FAKTOR DALAM
KETIDAKLAYAKAN
IndikatorJumlah Persentase
Fisik Bangunan Luas BangunanAkses Air Minum
Akses Sanitasi
RL H ✓ ✓ ✓ 26,851,412 38.30%
RTL
H
1 in
dik
ato
r
✓ ✓ ✓ 4,409,209 6.29%
✓ ✓ ✓ 1,425,961 2.03%
✓ ✓ ✓ 14,473,356 20.65%
✓ ✓ ✓ 6,043,831 8.62%
2 in
dik
ato
r
✓ ✓ 975,808 1.39%
✓ ✓ 4,835,361 6.90%
✓ ✓ 768,172 1.10%
✓ ✓ 2,850,867 4.07%
✓ ✓ 2,225,911 3.18%
✓ ✓ 748,215 1.07%
3in
dik
ato
r
✓ 734,586 1.05%
✓ 2,165,173 3.09%
✓ 494,081 0.70%
✓ 543,990 0.78%
4in
dik
ato
r
556,262 0.79%
Total Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) 43,250,783 61.70%
Total Rumah Tangga 70,102,195 100%
Sumber: Susenas 2017, diolah
K o n s e k u e n s i d a r i P e n g u n a a n I n d i k a t o r S D G s
Program perumahan dan permukiman, baik di pusat ataupun daerah, harus memenuhi seluruh indikator minimal rumah layak dalam SDGs, termasuk dalam penanganan permukiman kumuh.
✓ Dibutuhkan mainstreaming target nasional ke target daerah
✓ Remodelling program eksisting agar dapat berkontribusi terhadap pencapaian indikator SDGs
“Permukiman kumuh adalah bentuk kegagalan kebijakan, pemerintahan yang buruk, korupsi, peraturan yang tidak tepat, pasar lahan yang
tidak berfungsi, sistem pembiayaan yang tidak responsif dan kekurangan kemauan politik yang mendasar. Setiap kegagalan ini menambah beban
pada masyarakat yang sudah terbebani kemiskinan dan menghambat potensi
pembangunan manusia yang dapat ditawarkan oleh kehidupan kota” (http://web.mit.edu)
PERMUKIMAN KUMUH SEBAGAI KEGAGALAN SISTEM PENYEDIAAN PERUMAHAN
Aspek Penting
Tidak dapat berdiri sendiri
Meningkatkan akses MBR
terhadap rumah layak huni.
Penyediaan Perumahan
Menjamin keamanan
bermukim.
Lahan
Menghubungkan penataan permukiman kumuh dengan peningkatan kapasitas ekonomi dan kehidupan sosial penghuninya.
Sosial Ekonomi
- Penegakan tata ruang - Penyediaan ruang bagi
perumahan MBR dalam rencana tata ruang
Rencana Tata Ruang
Meningkatkan akses MBR terhadap pembiayaan perumahan agar dapat mengakses rumah layak huni
Pembiayaan Perumahan
Jalan lingkungan, drainase,
Air Minum, Sanitasi.
Persampahan,
Perlindungan Kebakaran
Infrastruktur DasarMasih menjadi fokus
penanganan kumuh
program eksisting saat iniKumuh adalah produk dari belum berjalannya delivery system Keseluruhan 6 aspek tersebut
A S P E K D A L A M M E N C A PA I K O TA TA N PA K U M U H
Du
al T
rack
s P
en
anga
nan
P
em
ruki
man
Ku
mu
h
SLUM UPGRADING SLUM PREVENTION
Komponen dalam Peningkatan KualitasStrategi terkait Perumahan dan Permukiman
Membuka Akses Jalan
Menyediakan Infrastruktur
Perencanaan Permukiman
Land Regularization
Peningkatan Kualitas Hunian
Penyediaan Lahan
Perencanaan yang MenantisipasiPertumbuhan Kebutuhan Hunian
Investasi dalam Infrastruktur
Pembiayaan Perumahan
Reformasi Regulasi/Peraturan
Etc.Membangun Kapasitas Industri
Perumahan
Rumah Baru Rumah Eksisting
T R A N S F O R M A S I U N T U K M E N C A PA I K O TA TA N PA K U M U H
Butuh bertansformasi dari Slum Upgrading ke Slum Alleviation
Fokus dalam menangani
permukiman kumuh eksisting sekaligus juga mencegah terbentuknya permukiman kumuh baru.
S l u m A l l e v i a t i o n
▪ Fokus terhadap peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
▪ Menangani isu/persoalan eksisting melalui penyediaan infrastruktur
S l u m U p g r a d i n g
Bertransformasi
Menuju Slum Alleviation, maka dibutuhkan penanganan perumahan dan permukiman secara komprehensif
Slum Upgrading yang
Komprehensif
Urban RenewalPenataan
Permukiman Kumuh Ilegal
Penyediaan Perumahan dan permukiman baru termasuk
Public Housing
H A R A PA N P E N G E M B A N G A N K O TA K U K E D E PA N
BA
Mengarah ke pendekatan komprehensif yang menuju ke
perubahan signifikan dan peningkatan akses masyarakat ke rumah layak beserta infrastruktur
dasar pendukungnya.
Fokus ke penanganan skala besar-menengah dan juga penanganan illegal settlement serta peremajaan (urban renewal).
KEDUDUKAN RP2KPKP DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN KOTA/KAB
A
UU no 17 Tahun 2007
RPJPN 2005-2025
PerPres No 2 Tahun 2015
RPJMN 2015-2019
PERDA RPJPD & RPJMD Provinsi & Kota
UU no 26 Tahun 2007 Penataan Ruang
PP no 15 2010Penyelanggaraan Penataan Ruang
PERDA RTRW Provinsi& RDTR Kota
UU no 1 Tahun 2011 Perumahan & Kawasan
Permukiman
RP3KP Provinsi
PP no 88 tahun 2014 Penyelenggaraan Perumahan
& Kawasan Permukiman
RP2KPKP
Rencana aksi penanganan permukiman kumuh Kota
RPLP
Keterangan:
Diturunkan
Mengacu
PERMEN PUPR no 02 tahun 2016Peningkatan Kualitas Perumahan &
Permukiman Kumuh
SK KUMUH KOTA/KAB
RKPD
CONTOH MODEL PENANGANAN: KOTA SURAKARTA
C o n t o h M o d e l P e n a n g a n a n : K o t a S u r a k a r t a
02Kawasan
Permukiman Ilegal
Rencana akanditangani denganmelakukan konsolidasilahan dan pemberianhak pemanfaatanlahan bagi wargasetempat.
01Kawasan
Permukiman Legal
Kepadatan tinggi dan banyak bangunan tidaklayak huni
Pemkot Surakarta mengkolaborasikanberbagai sumber dayauntuk membantumeningkatkan aksesrumah dan infrastrkturdasar yang layak
Ada 5 kawasan permukiman kumuh di Surakarta, namun penanganan prioritas sejak tahun 2018 adalah Kawasan Semanggi dengan luas kumuh 76,03 Ha
Persoalan Utama Kawasan SemanggiGenangan banjir dan permukiman illegal (squatter) di sepanjang bantaran sungai Bengawan Solo.
Status Legalitas Lahan
Permukiman padat penduduk dengan status lahan illegal (milik BBWS/Pemda) dan legal/milik sendiri.
Karakteristik Sosial-Ekonomi KawasanSebagian besar dihuni oleh MBR denganfasilitas permukiman yang kurang memadai.
C o n t o h M o d e l P e n a n g a n a n : K w s . S e m a n g g i ,
K o t a S u r a k a r t a
Karakteristik Rencana Penanganan Hal yang Sudah Dilaksanakan
RW 23 Permukiman di lahan illegal bantaran sungaimilik BBWS
- Penataan permukiman melaluikonsolidasi tanah bantaran sungai.
- Pemberian hak atas tanah BBWS kepada masyarakat.
- Pemindahan penduduk ke huniantransit yang disediakan Pemdamelalui APBD.
- Negosiasi kepada Kementerian PUPR dan Kemenkeu terkait pengalihanhak lahan BBWS.
Bekas Bangunan Warga RW 23 yang Sudah Dibongkar
Bantaran Sungai Sepanjang RW 23 pasca pembongkaran bangunan liar
Hunian Transit Warga RW 23
C o n t o h M o d e l P e n a n g a n a n : K o t a S u r a k a r t a
Karakteristik Rencana Penanganan Hal yang Sudah Dilaksanakan
RW 07 Permukiman di lahanillegal bantaransungai milik BBWS
- Memindahkan masyarakat ke lokasi HP 16 dengan pemberian kavling dan bangunan seluas 45m2
- Lahan bantaran sungai dijadikan ruangterbuka publik.
- Pemindahan penduduk ke huniantransit RISHA yang disediakan oleh Pemda bekerjasama denganPuslitbangkim PUPR
- Mengubah bantaran sungai bekaslokasi permukiman illegal menjadiRuang Terbuka Publik atas bantuanKOTAKU-PUPR
Bantaran Sungai RW 07 yang Sudah DitataPasca Pembongkaran Hunian Transit RISHA bagi Eks Warga RW 07
C o n t o h M o d e l P e n a n g a n a n : K o t a S u r a k a r t a
Karakteristik Rencana Penanganan Hal yang Sudah Dilaksanakan
HP 16 Permukiman di lahan illegal seluas5 Ha milik Pemda
- Penataan permukiman denganskema konsolidasi lahan.
- Masyarakat diberikan kavling dan bangunan seluas 45m2.
Proses advokasi kepada masyarakatsetempat dan relokasi ke hunian transit.
Kondisi Eksisting HP 16Rencana Konsolidasi Tanah HP 16
Mengkolaborasikan seluruh sumber daya yang ada dari berbagai aspek untuk
bersama-sama menangani permukiman kumuh.
Kolaborasi
Adanya kebijakan afirmatif yang jelas dari kepala daerah terkait penanganan
permukiman kumuh yang diikuti oleh kolaborasi seluruh sektor.
.
Kebijakan Afirmatif
Memberikan hunian dan hak pemanfaatan di atas tanah pemda dan BBWS untuk MBR
permukiman kumuh illegal, yang terletak tidak jauh dari lokasi hunian semula.
Security of Tenure
Upaya Pemkot Surakarta
Kawasan Semanggi adalah salah satu dari banyak Kawasan serupa di perkotaan seluruh wilayah Indonesia, namun belum banyak Pemerintah Kota/Kab yang berani mengambil langkah nyata.
TERIMA KASIH