7
Mangrove dan Pesisir Vol. IV No. 3/2004 37 KEANEKARAGAMAN PHYTOPLANKTON DI BEBERAPA MUARA SUNGAI KOTA PADANG Oleh: Nawir Muhar * * Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Abstrak Hasil penelitian pada beberapa muara sungai didapati di muara sungai Batang Harau 9 jenis, jumlah individu 26.700/L, muara sungai Batang Purus 11 jenis, jumlah individu 23.700/L, muara sungai Batang Kuranji10 jenis, jumlah individu 17.600/L dan muara sungai Pasir Jambak 16 jenis, jumlah individu 22.800/L. Frekwensi Keberadaan (FK) 100% pada lokasi penelitian terdiri dari Oscilatoria, Rhyzosolema, Chaetoceros, Thallasionema, Bacteriastrum dan Nitzchya. Indeks Diversitas di lokasi penelitian seperti muara sungai Batang Kuranji 1,207, muara sungai Batang Purus 1,141, muara sungai Pasir Jambak 1,118 dan muara sungai Batang Harau 0,871. Parameter lingkungan dan parameter kimia adalah; temperatur 29-30 0 C, salinitas 14-16 ppm, pH air 6,7-7,1, DO 5,01-7,10 ppm, CO 2 3,26-6,05 ppm, Fosfor 4,087-5,617 ppm dan Nitrogen 0,3100,868 ppm. PENDAHULUAN Perairan Pantai Padang adalah perairan yang dialiri sungai-sungai besar dan kecil contoh; muara Batang Harau, muara Sungai Bandar Purus, muara Sungai Batang Kuranji dan muara Sungai Pasir Jambak. Sungai tersebut adalah terpilih jadi kawasan penelitian. Dari keempat muara sungai tersebut mempunyai latar belakang hulu dan aliran yang berbeda , hal ini disebabkan oleh adanya proyek pengendalian banjir, penggunaan tata lahan yang tidak teratur serta berubahnya badan prairan yang menyebabkan substrat atau habitat dari phytoplankton dan biota air lainnya jadi terganggu, yang secara tidak langsung akan menyebabkan berkurangnya populasi dan keanekaragaman dari phytoplankton.Phytoplankton mempunyai peranaan penting dari ekosistem perairan baik perairan tawar maupun perairan laut karena phytoplankton mejadi bahan makanan bagi beberapa jenis biota aquatik, juga termasuk larva-larva ikan. Selain itu hampir semua hewan laut memulai kehidupannya dengan memakan plankton terutama pada tahap masih larva yang membutuhkan phytoplankton sebagai makanan. Pertumbuhan phytoplankton sangat dipengaruhi oleh adanya unsur-unsur hara yang berasal dari aliran sungai yang memasuki perairan laut. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan bulan Oktober 2000 di 4 Muara Sungai Kota Padang dan identifikasi phytoplankton di Laboratorium Biologi Universitas Bung Hatta. Bahan dan peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut ; Net Plankton No. 25, Microscope Stereo, Botol dampel 100 cc, Ember, Botol Winkler, Objek glass dan Cover glass, Pipet, Isolasi band, Bot (kapal), Seperangkat alat DO dan CO 2 , MnSo 4 ,

KEANEKARAGAMAN PHYTOPLANKTON DI …fpik.bunghatta.ac.id/files/downloads/Jurnal Mangrove...lokasi tempat pengambilan sampel sebagai habitat phytoplankton adalah menyebabkan berbedanya

  • Upload
    haminh

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Mangrove dan Pesisir Vol. IV No. 3/2004 37

KEANEKARAGAMAN PHYTOPLANKTON DI BEBERAPA MUARA SUNGAI KOTA PADANG

Oleh:

Nawir Muhar *

* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Bung Hatta

Abstrak

Hasil penelitian pada beberapa muara sungai didapati di muara sungai Batang Harau 9 jenis, jumlah individu 26.700/L, muara sungai Batang Purus 11 jenis, jumlah individu 23.700/L, muara sungai Batang Kuranji10 jenis, jumlah individu 17.600/L dan muara sungai Pasir Jambak 16 jenis, jumlah individu 22.800/L. Frekwensi Keberadaan (FK) 100% pada lokasi penelitian terdiri dari Oscilatoria, Rhyzosolema, Chaetoceros, Thallasionema, Bacteriastrum dan Nitzchya. Indeks Diversitas di lokasi penelitian seperti muara sungai Batang Kuranji 1,207, muara sungai Batang Purus 1,141, muara sungai Pasir Jambak 1,118 dan muara sungai Batang Harau 0,871. Parameter lingkungan dan parameter kimia adalah; temperatur 29-300C, salinitas 14-16 ppm, pH air 6,7-7,1, DO 5,01-7,10 ppm, CO2 3,26-6,05 ppm, Fosfor 4,087-5,617 ppm dan Nitrogen 0,3100,868 ppm. PENDAHULUAN Perairan Pantai Padang adalah perairan yang dialiri sungai-sungai besar dan kecil contoh; muara Batang Harau, muara Sungai Bandar Purus, muara Sungai Batang Kuranji dan muara Sungai Pasir Jambak. Sungai tersebut adalah terpilih jadi kawasan penelitian. Dari keempat muara sungai tersebut mempunyai latar belakang hulu dan aliran yang berbeda , hal ini disebabkan oleh adanya proyek pengendalian banjir, penggunaan tata lahan yang tidak teratur serta berubahnya badan prairan yang menyebabkan substrat atau habitat dari phytoplankton dan biota air lainnya jadi terganggu, yang secara tidak langsung akan menyebabkan berkurangnya populasi dan keanekaragaman dari phytoplankton.Phytoplankton mempunyai peranaan penting dari ekosistem perairan baik perairan tawar maupun perairan laut karena phytoplankton mejadi bahan

makanan bagi beberapa jenis biota aquatik, juga termasuk larva-larva ikan. Selain itu hampir semua hewan laut memulai kehidupannya dengan memakan plankton terutama pada tahap masih larva yang membutuhkan phytoplankton sebagai makanan. Pertumbuhan phytoplankton sangat dipengaruhi oleh adanya unsur-unsur hara yang berasal dari aliran sungai yang memasuki perairan laut. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan bulan Oktober 2000 di 4 Muara Sungai Kota Padang dan identifikasi phytoplankton di Laboratorium Biologi Universitas Bung Hatta. Bahan dan peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut ; Net Plankton No. 25, Microscope Stereo, Botol dampel 100 cc, Ember, Botol Winkler, Objek glass dan Cover glass, Pipet, Isolasi band, Bot (kapal), Seperangkat alat DO dan CO2, MnSo4,

Mangrove dan Pesisir Vol. IV No. 3/2004 37

100%xdiamatiyangPlotJumlah

1jenisditempatiyangPlotJumlahKF =

KOH + KI, H2SO4 pekat, Amilum 1% N2S2O3 Na2CO3, pp (Phenol Ptalin), Thermometer, Kertas label, Spidol, Alat-alat tulis, Seccidesk, Refraktometer dan pH meter. Lokasi penelitian ditentukan dengan metoda purposive sampling yaitu dengan menetapkan 4 stasiun penelitian, yaitu Stasiun I muara sungai Batang Harau, Stasiun II muara sungai Batang Purus, Stasiun III muara sungai Batang Kuranji, Stasiun IV muara sungai Pasir Jambak. Pengambilan sampel phytoplankton dilakukan dengan metoda kuantitatif dengan menyaring air laut dengan kedalaman 1-3 meter dengan ulangan 3 kali pada setiap lokasi dengan menggunakan jala plankton. Kemudian sampel yang didapatkan dimasukkan kedalam botol sampel tekanan 20 ml, diberi pengawet formalin 4%dan lugols dan diberi label.Disamping itu dilakukan pengukuran oksigen terlarut (O2) CO2 bebas, pH air, temperatur, kecerahan air, salinitas, posfor, dan nitrogen. Identifikasi dan penentuan jumlah phytoplankton dilakukan di Laboratorium menggunakan buku acuan Edmonson (1978), Needhen (1964), Juhanda (1980), Sachlan(1979), LIPI (1996). ANALISA DATA Dalam penelitian ini untuk menganalisis dan pengolahan data, parameter yang diukur denga menggunakan beberapa rumus sebagai berikut : a. Kelimpahan (Micheal, 1984)

n = Jumlah kelimpahan phytoplankton a = Jumlah rata-rata individu per ril sampel c = Jumalah sampel air yang diperiksa L = Jumlah air yang tersaring

b. Volume air yang tersaring (Edmonson, 1978)

n = Jumlah kelimpahan phytoplankton a = Jumlah rata-rata individu per ril sampel c = Jumalah sampel air yang diperiksa L = Jumlah air yang tersaring

c. Frekwensi Keberadaan (Michael, 1984)

d. Kerapatan Relatif (Odum, 1971)

%100xseluruhnyaindividuTotal

spesies1individuJumlahKR =

e. Keanekaragaman (Odum, 1971)

pi2login

0npiID ∑

=

=−=

ID = Indeks Keanekaragaman Jenis

Pi = Proporsi spesies ke I atau perbandingan individu spesies ke I dengan total individu spesies (ni/N)

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis dan Jumlah Individu Dari hasil penelitian phytoplankton di muara sungai Batang diperoleh 9 spesies 26300 individu/L, muara sungai Batang Purus 11 spesies 23700 individu/L, muara sungai Batang Kuranji 10 spesies 17600 mil/l dan muara sungai Pasir Jambak 16 spesies 22800 mil/l, seperti terlihat dalam Tabel 1. Perbedaan umum dari masing-masing lokasi tempat pengambilan sampel sebagai habitat phytoplankton adalah menyebabkan berbedanya jumlah kualitatif dan kuantitatif pada perairan muara sungai.disamping itu terjadinya perbedaan air yang masuk ke muara sungai dimana pada daerah muara sungai Pasir Jambak perairan sungai sangat baik karena tingkat pencemarna belum begiu terpengaruh sehingga jumlah jenis lebih banyak dibandingkan muara sungai lainnya.

Lxcxan 1000

=

tr .2π=V

Mangrove dan Pesisir Vol. IV No. 3/2004 37

Tabel 1. Jumlah Jenis dan Individu/L Phytoplankton Pada Masing-Masing Lokasi Penelitian

No. Lokasi Jumlah Spesies Jumlah Individu 1 Muara Sungai Batang Harau 9 26.300 2 Muara Sungai Batang Purus 11 23.700 3 Muara Sungai Batang Kuranji 10 17.600 4 Muara Sungai Pasir Jambak 16 22.800

Pada muara sungai Batang Harau jumlah jenisnya sedikit dibandingkan muara lainnya hal ini disebabkan karena muara sungai Batang Harau kualitas airnya berkurang yang disebabkan air yang masuk sudah agak tercemar karena masuknya limbah industri dan limbah buangan masyarakat sepanjang aliran sungai. Tinggi jumlah individu pada muara sungai Batang Harau disebabkan spesies yang hidup merupakan intoleran terhadap perubahan kualitas air, sedangkan jenis-jenis yang lain tidak mampu menyesuaikan dengan kualitas air yang jelak akan menghilang atau mati. Menurut Muhar (1990) terjadinya variasi phytoplankton sepanjang pantai Padang ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor biotik maupun faktor abiotik. Diantara faktor abiotik yang menentukan kestabilan phytoplankton diperairan pantai adalah kandungan senyawa organik, kandungan gas-gas tertentu seperti Oksigen terlarut (DO), carbondioksida (CO2), salinitas, pH dan beberapa senyawa nitrogen, fosfor akibat adanya pemasukan limbah-limbah domestik. Kerapatan Relatif Kerapatan Relatif (KR) phytoplankton di Muara Pasir Jambak berkisar antara 0,44-35,40% yang dominan diantaranya adalah Oscillatoria (Cyanophyceae) dengan KR 35,04%. Kemudian diikuti oleh Thalosionema (Baccillariophyceae) dengan KR 19,47%, Chaetoceros (Bacillariophyceae) KR 15,04%, sedangkan yang lainnya di muara Pasir Jambak didapatkan dengan KR 0,44%-8,85%. muara Batang Kuranji KR phytoplankton didapatkan sekitar 2,27%-34,09% yang

dominan diantaranya adalah Chaetoceros (Bacillariophyceae) dengan Kerapatan Relatif (KR)34,09%, kemudian diikuti oleh Oscillatoria (Cyanophyceae) dan Thallasionema (Baccillariophyceae) dengan KR masing-masing 13,64% dan Rhyzosolenia (Baccillariophyceae) KR 17,05%. Sedangkan spesies yang lainnya hanya didapatkan dengan KR antara 2,27%-4,55%. Di lokasi muara Batang Purus kisaran Kerapatan Relatif (KR) phytoplankton ditemukan antara 0,42%-30,38%. Yang dominan diantaranya Chaetoceros (Bacillariophyceae), KR 30,38%, kemudian diikuti oleh Oscillatoria (Cyanophyceae) KR 17,72%, Rhyzosolenia (Baccillariophyceae) KR 13,50% dan yang lainnya ditemui dengan KR antara 0,42%-12,67%. Di Muara Batang Kuranji Kerapatan Relatif phytoplankton ditemui dengan kisaran antara 0,38%-46,39%. spesies yang paling dominan diantaranya Oscillatoria (Cyanophyceae) KR 46,39%, kemudian diikuti oleh Chaetoceros (Bacillariophyceae), KR 16,73% dan Thalasionema (Baccillariophyceae) dengan KR 12,17%. Sedangkan yang lainnya berkisar antara 0,38%-9,13%. Untuk jelasnya lihat Tabel 2. Berfluktuasinya kerapatan relatif phytoplankton pada beberapa muara sungai terutama disebabkan kondisi parameter ekologi secara arealisasi, terutama adanya fluktuasi beberapa indikator parameter kualitas air yang menyebabkan pengaruh dan distribusi phytoplankton diperairan (Prescot, 1961)

Mangrove dan Pesisir Vol. IV No. 3/2004 37

Tabel. 2 Kerapatan Relatif (KR) Phytoplankton Pada Masing-Masing Lokasi Penelitian

No Genus Kerapatan Relatif Bt. Harau Bt. Purus Bt. Kuranji Bt. Ps. Jambak

I. 1 2 II 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11.

Cyanophyceae Oscillatoria Lyngbya Bacillaryophyceae Rhyzosolenia Skeletonema Cassinodiscuc Chaetoceros Bidulphya Synedra Thallosionema Bacteriastrum Navicula Nitzchya Surrinella

46,39

-

9,13 6,08

0,378 16,73

- -

12,17 5,32

- 2,28

-

17,72 10,13

13,50 -

1,27 30,38 0,42

- 12,67 10,13

- 1,69

-

13,64

-

17,05 2,27

- 34,09

- -

13,64 4,55 3,41 4,55 2,27

35,40

-

7,08 1,77 0,44 15,04 0,88 3,54 19,47 8,85 0,88 0,44 1,77

III 1. 2. 3.

IV 1.

Deniphyceae Gonyaulax Noctiluca Glenodinium Euglenophyceae Trackelemonas

1,52

- - -

1,69

- 0,42

-

-

4,55 - -

2,65 1,33 0,44

0,88 Frekwensi Relatif (FR) Nilai Frekwensi Relatif phytoplankton di muara-muara sungai bervariasi untuk masing-masing spesies, antara 25%-100%. Semua spesies diatas terhimpun dalam Devisi Cyanophyceae, Dinophyceae dan Euglenaphyceae. spesies yang didapatkan dengan FR 100% adalah Oscillatoria(Cyanophyceae),Rhyzosolenia,Chaetoceros,Thalasionema, Bacteriastrum dan Nitzchya. Keseluruhannya dari (Baccillariophyceae). Spesies yang didapatkan dengan FR 75% adalah Skletonema, Cocsinodiscuss dan Gonyaulax. Dengan FR 50% adalah Bidullphya, Navicula, Surrinella, Noctiluca dan Glenodinium. Sedangkan Lyngbya, Synedra dan Trachelomonas ditemukan dengan FR 25%. Seperti terlihat pada Tabel 3. Paremeter ini memberi gambaran keterangan tentang prosentase keberadaan phytoplankton pada 4 lokasi penelitan. Berbedanya nilai FR phytoplankton dibeberapa muara sungai,

terutama disebabkan perbedaan kondisi fisik dan kimia serta tersedianya nutrien di masing-masing tersebut. Muhar (1990) mengatakan perbedaan populasi phytoplankton diperairan pantai dapat terjadi secara cepat, apabila kadar pospat dan nitrat serta salinitas meningkat. Selanjutnya Michael (1984) menyatakan bahwa bervariasinya keberadaan phytoplankton disebabkan oleh berbeda-bedanya kemampuan adaptasi masing-masing genus terhadap habitatnya. Indek Diversitas Dari hasil analisis Indek Keanekaragaman, ternyata pada setiap muara sungai di Kodya Padang Indek Diversitas phytoplankton sangat rendah yaitu di muara Pasir Jambak 1,118; muara Batang Kuranji 1,207; muara Batang Purus 1,141 dan muara Batang Harau 0,871. Rendahnya nilai ini IndekDiversitas ini menggambarkan variasi kehadiran phytoplankton diareal penelitian sangat terbatas atau hanya bisa ditumbuhi oleh phytoplankton tertentu seperti Tabel 4.

Mangrove dan Pesisir Vol. IV No. 3/2004 37

Tabel 3. Frekwensi Keberadaan (FK) Phytoplankton Pada Masing-Masing Lokasi Penelitian

No Genus FR (%)

I. 1. 2.

II 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

III 1. 2. 3.

IV 1.

Cyanophyceae Oscillatoria Lyngbya Bacillaryophyceae Rhyzosolenia Skeletonema Cassinodiscuc Chaetoceros Bidulphya Synedra Thallosionema Bacteriastrum Navicula Nitzchya Surrinella Deniphyceae Gonyaulax Noctiluca Glenodinium Euglenophyceae Trackelemonas

100 25

100 75 75

100 50 25

100 100 50

100 50

75 50 50

25 Tabel 4. Indek Diversitas Phytoplankton Pada Masing-Masing Lokasi Penelitian No Lokasi Indek Diversitas 1. Muara Sungai Batang Harau 0,871 2. Muara Sungai Batang Purus 1,141 3. Muara Sungai Batang Kuranji 1,207 4. Muara Sungai Pasir Jambak 1,118

Rendahnya nilai Indek Diversitas ini disebabkan karena di sepanjang aliran Sungai Batang Harau sangat banyak aktivitas kehidupan dan pembangunan yang memberikan masuk ke dalam air, yang memberi dampak negatif terhadap kehidupan phytoplankton secara khusus dan organisme lainnya (ikan) secara umum, sehingga aktivitas tersebut telah merusak kualitas air. Poole (1974) menyatakan bahwa Indek Diversitas suatu komunitas bukan hanya tergantung pada banyaknya spesies dan jumlah individu, tetapi juga dipengaruhi oleh penyebaran (proporsi) jenis dalam komunitas.

Selanjutnya Krebs (1978) menyatakan bahwa Indek Diversitas akan tinggi bila jumlah spesiesnya banyak dan distribusi antar spesies berimbang. Keadaan Fisika dan Kimia Perairan Sifat fisika kimia air pada prinsipnya mencerminkan kualitas perairan atau lingkungannya. Air merupakan media kehidupan jasad perairan, oleh karena itu air akan mempengaruhi dan menentukan kehidupan organisme perairan. Hasil pengukuran kualitas air pada setiap lokasi pengambilan sampel seperti Tabel 5.

Mangrove dan Pesisir Vol. IV No. 3/2004 37

Tabel 5. Parameter Fisika Kimia Air Pada Masing-Masing Lokasi Penelitian

No Parameter Satuan Lokasi

Bt. Harau Bt. Purus Bt. Kuranji Bt. Ps.

Jambak I. 1. 2.

II 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Faktor fisika Temperatur air Warna air Faktor kimia Salinitas DO CO2 pH Pospor Nitrogen

0C

0/00 ppm ppm

- ppm ppm

30

keruh

15 5,01 6,05 6,7

5,617 0,868

29

bening

16 6,90 6,65 7,1

4,919 0,408

29

agak keruh

14 6,90 3,26 6,9

4,087 0,310

30

bening

16 7,10 4,25 7,1

4,107 0,461

Pengamatan terhadap faktor fisika kimia air didapat hasil yakni warna air pada Muara Sungai Batang Harau berwarna keruh, Muara Sungai Batang Purus dan Muara Sungai Pasir Jambak berwarna bening dan Muara Sungai Batang Kuranji berwarna agak keruh. Temperatur air berkisar 29-30 0C, salinitas air berkisar 14-16 ppm, DO terlarut berkisar 5,01-7,10 ppm, CO2 berkisar 3,26-6,05 ppm, pH berkisar 6,7-7,1, Pospor berkisar 4,087-5,617 ppm dan nitrogen 0,310-0,868 ppm. Menurut Nontji (1978) bahwa dialam tidak selamanya komunitas akan tetap stabil, tetapi akan selalu berubah dari waktu ke waktu sebanding dengan perubahan lingkungan dan iklim Nybakken (1988) menyatakan bahwa kisaran suhu pada perairan pantai berkisar antara 23-32 0C, dan pH air payau yang normal adalah 6,6-8,4 dari nilai pH yang didapat masih didalam batas toleransi kehidupan. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Phytoplankton dari 4 lokasi penelitian terdiri dari 9-16 jenis dan jumlah individu berkisar 17.600-26.300/L.

2. Kerapatan Relatif (KR) didominasi oleh spesies Oscillatoria (KR 46,39%), Chaetoceros (KR 34,09%) Thallosionema (KR 19,47%) dan Rhyzosolena (KR17,05%).

3. Frekuensi Relatif (FR) didominasi 100% terdiri dari jenis Oscillatoria, Rhyzosolena, Chaetoceros, Thallosionema, Bacteriastrum dan Nitzchya.

4. Indek Diversitas tertinggi terdapat pada muara sungai Batang Purus 1,141, muara sungai Pasir Jambak 1,118 dan diikuti lokasi muara sungai Batang Harau 0,871

5. Parameter kualitas air pada masing-masing loksai penelitian adalah temperatur 29-30 0C, salinitas 14-16 0/00, DO 5,01-7,10 ppm, CO2 3,26-6,05 ppm, pH 6,7-7,1, Posfor 4,087-5,617 dan Nitrogen 0,310-0,868.

SARAN Melihat tingkat kesuburan pada masing-masing lokasi penelitian perlu dijaga kelestariannya, supaya populasi Phytoplankton dapat dipertahankan.

Mangrove dan Pesisir Vol. IV No. 3/2004 37

DAFTAR PUSTAKA Adnan, Q. 1996. studi Pebandingan

Komunitas Phytoplankton di Perairan Teluk Jakarta antara Musim Barat dan Musim Timur. LIPI.Jakarta.

Edmonson, W.T. 1978. Fresh Water

Biology. London. Hutabarat, S dan Evans, S.M. 1985.

Pengatur Oceanography. UI Press. Jakarta

Juhanda, T. 1980. Kehidupan dalam

Setetes Air dan Beberapa Parasit pada Manusia. ITB Bandung

Krebs, C. J. 1978. Ecology

TheExperimental Analysis of Distribution and Abundance. Edition, Harper and Row Publisher, New York.

LIPI.1996. Manual Red Tide

Phytoplankton, Jakarta. Micheal P. 1984. Ecological An Methed for

Field and Laboratory Investigation. Tata Mc Graw Hill Pubilsher Co. Ltd, New Delhi.

Muhar, N. 1990. Komposisi Plankton

Perairan laut Kodya Padang. Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta. Padang.

Needhen, J.C.R. 1964. A. Guide to Study

of The Fresh Water Biology: Nontji, A. 1978. Laut Nusantara. LIPI.

Jakarta. Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut Suatu

Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta

Poole, R.W. 1974. An Introduction to

Quality Ecology. Mc Graw Hill. Book Company, New York

Prescot, 1961. Algae of Western Great Lake Area. W.M.C. Brown Company. Tokyo

Round, F.E. 1971. The Ecology Algae.

Edward Arnold Publisher Ltd. London.

Sachlan, 1975. Planktonology. Direktorat

Jendral Perikanan Dep. Pertanian. Jakarta.

Smith, G.H. 1983. Fresh Water Algae of

United Second Edition. Mc. Graw Hill Book Comapany Inc. Toronto.

Welch, P.S. 1952. Lymnology. Second

Edition. Mc Graw Hill Book Company Ltd. Toronto. London