Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia Nya sehingga Workshop dan Call Paper ini dapat terlaksana dengan baik dan
prosiding ini dapat diterbitkan. Prosiding ini memuat sejumlah artikel hasil penelitian di bidang
ekonomi, bisnis, dan akuntansi, yang dipresentasikan pada acara call for paper. Rangkaian acara
diselenggarakan pada tanggal 20-21 Juli 2018, meliputi kegiatan workshop dan callpaper.
Penerbitan prosiding ini diharapkan dapat digunakan sebagai data sekunder dalam
pengembangan penelitian dibidang akuntansi di masa mendatang, serta dijadikan bahan acuan
dalam pratek pengembangan bisnis dan akuntansi. Kami bersyukur bahwa acara ini mendapat
respon yang sangat baik dari berbagai Universitas dan Instansi. Atas terselenggaranya acara ini,
kami mengucapkan terimakasih. Kami menyadari bahwa prosiding ini tidak luput dari
kekurangan, untuk segala saran dan kritik membangun kami harapkan demi perbaikan proseding
pada terbitan tahun yang akan dating.
Semoga penyelenggaraan acara ini bermanfaat bagi kemajuan kita bersama.
Malang , Juli 2018
PANITIA
SAMBUTAN
Alhamdulillah, akhirmya melalui persiapan yang matang panitia dapat menyelenggarakan
kegiatan dengan lancer dan menghasilkan sebuah prosiding yang merangkum tema actual yang
dipaparkan. Oleh karena itu, rasa syukur patut kiranya kita panjatkan kepada kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia Nya kepada kita semua.
Prosiding ini merupakan dokumen karya ilmiah para peserta call for papers di bidang
ekonomi dan bisnis. Diharapkan prosiding ini dapat meberikan gambaran mengenai kemajuan
penelitian dibidang ekonomi dan bisnis, yang bermanfaat bagi para praktisi maupun akademisi.
Atas nama panitia pada kesempatan ini ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua
pihak yang telah menyumbangkan tenaga dan pikiran dalam penyelenggaran acara ini. Rasa
terimakasih juga kami sampaikan kepada narasumber, moderator, dan para reviewer, yang telah
meberikan dukungan dan bantuan kelancaran acara ini. Kepada panitia pelaksana dan dewan
penyunting, kami ucapkan terima kasih atas penerbitan prosiding ini.
Semoga prosiding ini dapat meyumbangkan manfaat yang besar bagi pengembangan
khasanah ilmu dibidang ekonomi dan bisnis. Terimakasih.
Malang 20 Juli 2018
KETUA
DAFTAR ISI
1 Fenomena Stock Return Volatility di Emerging Market ( Ign. Novie Endi Nugroho,
Rahmawati)
2 Can Size Of Client Company Effect To Audit Quality, Litigation And Company
Value (Muhamad Taqi, Rahmawati, Bandi, Payamta)
3 The Influence of Social Networking, Organic Innovative Culture, and Formal
Controls to Managerial Entrepreneurship ( Saiful Anuar Syadan, Rahmawati )
4 Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan yang IPO di Indonesia
(Rahmawati, Ari Kuncoro, Eko Arief Sudaryono, Wahyu Widarjo )
5 An Analysis Of Banking Credit Position, Public Sector Expenditure, Population
Growth and Income Gap and Its Implication To Poverty in West Java ( Sukomo,
Darsono,Agustinus Suryantoro, Rahmawati)
6 Effectiness, Hote; Tax Contribution And Locally Generated Revenue In Nganjuk (
Sahri Ana, Indrian Supheni )
7 The Influences of Independent Commissioners' Existence and Independent
Commissioners' Expertise on The Financial Performance of BPR ( Nung Harjanto,
Rahmawati)
8 Analisis Kontribusi Pajak Pakir dan Pajak Penerangan Jalan Serta Efektifitasnya
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabuparen Nganjuk (Agus Junianto, H Subagijo,
Dwi Puji Rahayu)
9 Analisis Kepemimpinan, Manajemen dan Struktur Organisasi untuk Efektivitas
Pelayanan Masyarakat Di Desa SonoBekel Kecamatan Tanjunganom Kabupaten
Nganjuk. ( Muhammad Bawono )
10 The Influence of Branding and Innovation to the Competitiveness UMKM to go Up
market Class (Rizal Ula Ananta Fauzi, Hari Purwanto)
11 Industrial Servis Production Strategy and Strategic Management Accounting
Disclosure ( Setianingtyas Honggowati, Rahmawati, Y. Anni Aryani)
12 Market Reaction To announcement of Sri Kehati Index in Indonesia Stock Exchange
( Anggita Langgeng Wijaya, Mia Noviyanti, Probo Mahayu)
13 Model Bauran Orientasi Strategi Berbasis Lingkungan dalam Mencapai Kinerja
UMKM yang Tangguh ( Darmanto, Sri Wardaya, lilis Setyarini)
14 Membentuk Jiwa Kewirausahaan Melalui Pemberdayaan Dan Self Efficacy
(Anastasia Riani Suprapti)
15 Non Complience of Regulation, Potential Corruption and Quality of Financial
Statement Local Goverment: Study on Local Goverment in Indonesia (Aris Eddy
Sarwono, Rahmawati, Y Anni Aryani, Agung Nur Probo Hudono)
16 Pengaruh Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi, Penyerapan Tenaga Kerja, Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kemiskinan
di Sumatera Selatan (Endang Kusdiah Ningsih, Sri Ermeila, Asma Mario )
17 Financial Performance Between KSP/USP and KJKS/UJKS in the Scope of
Cooperation of Central Java Province (An Financial Performance Asessment for
Entrepreneur) (Shohidin, Djuminah)
18 The Effect Of Accounting Conservatism On Future Profitability : The Case Of
Manufacturing Firms In Indonesia (Anggita Langgeng Wijaya, Bandi)
19 Analisis Implementasi Teknik Akuntansi Manajemen Pada Usaha Micro, Kecil Dan
Menengah: Studi Kasus Pada Restoran Cowek Ireng ( Lyna Latifa)
20 Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi Terhadap
Kepuasan Kerja dan Kinerja Pegawai Pemasaran (Robby Sandhi Dessyarti)
21 Pengaruh Debt To Asset Ratio Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Return On
Equity Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (Jasman Saripuddin Hasibuan)
22 Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet
Financial Reporting) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (Fitria Saragih)
23 Do Moral Principles And Ethical Behaviour Affect Indonesia Taxpayer Preference
to Participate in Amnesty Tax Program (Ponty SP Hutama, Rahmawati, Payamta,
Djuminah)
24 Culture Gotong Royong On Soybean Curd Central Industry (Muh. Ubaidillah, Okta
Harriyadi)
25 Actualizing The Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) As Center For Sorghum
Entrepreneurship (SES) Through IbIKK Program (Ir. Endang Noerhartati, Tjatursari
Widarti, Maslihah , Nonot Wisnu)
26 Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dan Bahan Ajar
Pada Mata Kuliah Akuntansi Perpajakan dapat Meningkatkan Hasil Belajar
Mahasiswa (Zulia Hanum , Jasman Saripuddin, Rini Astuti, Raihan Daulay)
27 Calculation Of Sugarcane farmers Benefits In Blitar District (Nurika Mauliyah, Arif
Wahyudi)
28 What is the Meaning of Success Business for Islamic (Dwi Prasetyani, Khusnul
Ashar, Susilo, Multifiah)
29 Analisis Transparansi & Akuntabilitas Laporan Keuangan Masjid Di Semarang (Edy
Suprianto)
30 Etika Penggelapan Pajak : Sebuah studi Persepsi Calon Wajib Pajak di Madura
(Nurul Herawati, Bandi )
31 Implementasi Of Independence business Based On Moral Ethics In The Tourism
Destination Enterprises (Joko Samboro)
32 UMKM dan Model Pembiayaan Perbankan Syariah pada Sektor Pertanian di
Sumatera Selatan ( Ikraam, Sakia Jamilah Khairany, Dwi Eka Novianty)
33 Determinan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif: Perbandingan Bank Syariah
dan Bank Konvensional ( Atik Isniawati, Rahmawati, Ari Kuncoro, Agung Nur
Probo Hudono)
34 Pemodelan Koperasi Wanita Dalam Pemberdayaan Perempuan Di Kabupaten Blitar
(Nurul Farida, Suprianto)
35 The Impact of Earnings Management On The Market Value of Stock Prices
Evidence From Indonesia (Ratna Ningrum)
36 Pengembangan Jejaring Wirausaha Prespektif Kinerja Keuangan Usaha Kecil
Menengah Batik (Siti Nurlaela, Solichul Hadi , Sugeng Edi Waluyo)
37 Spiritual Company Kaum Muslim Pedagang Ngruki Kampung Ngruki Sukoharjo
Surakarta (M. Fajar Shodiq, Siti Nurlaela)
Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan dan Struktur Modal Terhadap Efisiensi
Investasi pada Perusahan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2015 (Gusnario Pranata, Fury Khistianty)
Kontruksi Nilai Islamic Inttelectual Capital dengan Pendekatan Gusjigang (Dwi
Sugiarto)
Kajian Usaha Homestay Syariah: Suatu Tinjauan Peran Religiusitas Terhadap
Kepuasan Pelanggan ( Martaleni Chintya)
Budaya Organisasi, Fasilitas Kerja, Motivasi terhadap Prestasi Kerja dengan
Mediasi Quality of Work pada Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Mojokerto (
Dyah Sawitri, Evi Novera Fajar Rina, Jose Rizal Joesef, Eko Budi Siswandoyo)
Beberapa Penentu Kinerja dalam Midwife Entrepreneur ( Endang Suswati)
Revaluasi Aset Tetap dan Nilai Perusahaan ( Anang Febita Kurniawan, Umi
Muawanah)
Customer Relationship Management Pelanggan Cafe di Sekitar Kampus UNS
Surakarta (Dr. Marjam Desma Rahandhini)
Pengaruh Independensi, Kompentensi dan Pengalaman Auditor Dalam Mendeteksi
Kecurangan (Fraud) (Studi Emperis Di Inspektorat Eks Karesidenan Kedu ) (
Berkah Susanto, Nur Laila Yuliani)
Audit Opinion Accuracy, Corporate Governance and Auditor Switching: A Study
of ASEAN Economics Community ( Totok Budisantoso, Rahmawati, Saiful
Anuar Syahdan)
Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Berwirausaha (Entrepreneurial Intention)
Mahasiswa Pada Universitas Sari Mutiara Indonesia ( Rosanna Purba, Heri Enjang
Syahputra)
1
CULTURE GOTONG ROYONG ON SOYBEAN
Moh. Ubaidillah
Universitas PGRI Madiun
Okta Harriyadi
Pemerintah Kabupaten Ponorogo
Abstract
The attitude of gotong royong is working together to complete the job and enjoy the result of the
jobs together in accordance with fair. Or it’s a business or work selflessly and voluntarily by all
citizens according to his limits, respectively. One of the still strong culture of gotong royong in the
village of Gelanglor, Sukorejo district, and Ponorogo Regency, In that village of main majority
income is soybean curd industry that has already ongoing passed down from their parents with
simple technology. In the soybean curd industry the villagers of Gelanglor implement the culture of
gotong royong because it believes to improve their prosperity. In this research show that by
applying the cooperation in soybean curd to improve the effectiveness and the efficiency in some
sectors are the supply of basic materials, finished material, and marketing.
Keywords: gotong royong, soybean curd
1. PENDAHULUAN
Proses pengendalian manajemen merupakan perilaku yang terwujud dalam interaksi antara
para manajer, dan antara manajer dengan bawahannya.(Robert N. Anthony Vijay Govindarajan,
Management Control System). Studi-studi yang telah ada (Anthony, 1966; Miller & Friesen, 1982;
Govindarajan, 1988; Simon, 1990; Fisher, 1998; Syafruddin, 2001; Tugiman, 2002; Wasito dan
Ghozali, 2002) hasil studinya menunjukkan bahwa pengendalian manajemen yang ada di organisasi
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja perusahaan. System pengendalian manajemen
diperlukan oleh manajemen perusahaan agar suatu tujtuannya tercapai, yang dimana di ungkapkan
oleh Anthony & Govindarajan (1995), sistem pengendalaian penting untuk diterapkan dalam
perusahaan untuk mengatur berbagai departemen-departemen perusahaan terutama di bagian
administrasinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh pihak manajemen. Akan tetapi jika
tidak diterapkan atau disesuaikan dengan kondisi perusahaan makan sulit untuk memperlacar
operasional perusahaan. (Hopwood 1976; Pondeville, 2000).
Sebaliknya, jika sistem pengendalaian manajemen tidak dijalan sesuai dengan karakteriktik
perusahaan makan manimbulkan dysfunc-tional behavior bagi anggota organisasi. Dimana yang
ungkapakan oleh Hofstede, Neuijen & Sanders (1990) hasil studinya manunjukkan bahwa sistem
pengendalian manajemennya akan berbeda dengan perusahaan lain karena disebabkan oleh
2
perbedaan budaya organisasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor organisasional, antara lain: size,
tipe kepemilikan (swasta-pemerintah), struktur organisasional, sistem pengendalian dan profil
karyawan. Budaya organisasi sangat kuat pengaruhnya terhadap keberhasilan manajemen
perusahaan dalam manerapakan strategi. Oleh karena itu, budaya organisasi perlu diperhatikan
dalam berorganiasi karena terkait perilaku anggota organiasinya untuk mempegaruhi keberhasilan
organiasasi (Hofstede et al., 1990; Indriantoro, 2000). sementara beberapa bentuk kontrol
manajemen formal ada diorganisasi, dalam prakteknya mereka tunduk kepada kontrol sosial dan
budaya. Dengan demikian beberapa bentuk penjelasan teknis – rasional bisa ditawarkan untuk
praktek pengendalian, mayoritas kontrol dalam organisasi dapat dijelaskan berdasarkan budaya dan
hubungan sosial. Akuntansi formal tampak ada untuk keperluan ritual, karena kebanyakan
keputusan dibuat tanpa memperhatikan data akuntansi formal.
Kontrol manajemen formal dalam organisasi /Universitas (FOBS) di Indonesia (LDCs)
sebenarnya ada, namun prakteknya tunduk kepada kontrol sosial dan budaya terutama budaya
paternalisme, rukun dan ewuh pekewuh. (Mathew Tsamenyi, Irvan Noormansyah, Shahzad Uddin.
“Management controls in family-owned businesses (FOBs): A case study of an Indonesian family-
owned University”, Accounting Forum 32 (2008) 62–74). Ada banyak konsep atau pengertian
dalam menjelaskan budaya (Hofstede, 1990; Indriantoro, 2000; Tepeci, 2001; Budiharjo, 2003).
Menurut Hofstede et al. (1990) budaya merupakan suatu pandangan yang berbeda dari kelompok
yang lain dalam hal pemikiran, perasaan dan tindakan. Budaya dapat dijelaskan berbagai level atau
macam antara lain; nasional, daerah, gender, generasi, kelas sosial, organisasional atau perusahaan
(Hofstede, 1994 dalam Indriantoro, 2000). Budaya akan menimbulkan asumsi-asumsi, keyakinan-
keyakinan, persepsi dan nilai-nilai dari perilaku kelompok organisasi (Indriantoro, 2000). Selain
dari nilai-nilai dan budaya organisasi juga dimanifestasikan pada praktek-praktek organisasional
dan membedakan budaya oraganisai lainnya. (Kotter & Heskett, 1992 dalam Indriantoro, 2000).
Sedangkan menurut Tepeci (2001), budaya organisasi merupakan suatu kebiasaan yang akan
diterapakan oleh semua anggota perusahaan untuk berperilaku sesuai dengan tujuan perusahaan
yang telah ditentukan.
1.1. Latar Belakang
Industri tahu di desa gelanglor kecamatan sukorejo kabupaten ponorogo, sudah berlangsung
turun menurun dari orang tua dengan teknologi yang sederhana. Di desa ini lahannya sangat cocok
untuk memproduksi tanaman kedelai, selain juga didukung oleh desa-desa tetangga sekitarnya,
sehingga bahan bakunya sangat melimpah. Dengan pertimbangan tersebut, untuk meningkatkan
nilai produk maka industri-industri tahu bermunculan. Dengan berkembangnya zaman, kendala-
kendala muncul, seperti kelangkaan ketersediaan bahan baku, efisiensi proses, kenaikan kapasitas
3
produksi dan sebagainya maka sangat dibutuhkan dengan membentuk kelompok pengrajin tahu.
Kelompok ini dinamai kelompok Industri Tahu Dan Penggemukan Sapi sekar taji makmur, yang
sekarang sudah beranggotakan 95 orang. Adanya nama penggemukan sapi ini karena dalam industri
tahu mempunyai hasil samping yang dapat dimanfaatkan untuk ternak sapi. Sebagai bagian dari
sistem pengendalian manajemen gotong royong, setiap 35 hari dilakukan pertemuan anggota
dengan dikemas dalam kegiatan arisan. Dalam kegiatan tersebut juga diisi dengan komunikasi antar
anggota tentunya dengan dipandu oleh ketua kelompok. Diantara materi pertemuan tersebut salah
satunya menentukan nilai jual produk agar proposional atau sama untuk menghindari persaingan
yang tidak sehat. Jika sebuah perusahaan menaikkan harga jual, maka jumlah unit yang terjual
turun, demikian juga sebaliknya. Hal ini sejalan dengan hukum permintaan dan penawaran. Dengan
demikian, penentuan proses harga jual merupakan upaya untuk menyeimbangkan keinginan untuk
memperoleh manfaat sebesar besarnya dari perolehan pendapatan yang tinggi dan penurunan
volume penjualan jika harga jual yang dibebankan ke konsumen terlalu manfaat. Sensitivitas atau
perubahan volume penjualan terhadap harga jual disebut dengan elastisitas harga permintaan.
Elastisitas permintaan merupakan instrumen untuk mengukur derajat perubahan volume penjualan
ketika harga jual mengalami perubahan. (Krismiaji, Y Anni Aryani. “ Akuntansi Manajemen”.Unit
Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN).
PERSEDIAAN
No Pemilik Kapasitas Bahan
Baku (kg/hari)
Kapasitas Limbah
Cair (Whey)
(kg/hari)
1 2 3 4
1 SATIRAN 54.00 2,349.00
2 AHMAD KABUL 30.00 1,305.00
3 BUDIANTO 75.00 3,262.50
4 BOIMIN 37.50 1,631.25
4
5 SLAMET 45.00 1,957.50
6 TOHIR 120.00 5,220.00
7 KATIRAN 150.00 6,525.00
8 MISMAN 150.00 6,525.00
9 KATIRAN 150.00 6,525.00
10 KHEMIS 45.00 1,957.50
11 MISERI 36.00 1,566.00
12 KATIRAN 42.50 1,848.75
13 JAPAN 6.00 261.00
14 MISNO 22.50 978.75
15 KASUN 66.86 2,908.29
TOTAL 1,030.36 44,820.54
Sumber: Data Primer
Motivasi peneliti dalam penelitian ini adalah untuk memperkenalkan budaya Indonesia
dalam sistem pengendalian manajemen terutama budaya gotong royong dimana budaya tersebut
saling menbantu/menolong antara satu sama lainnya tanpa adanya komisi. Dengan demikian,
peneliti tertarik untuk meneliti di desa gelanglor kecamatan sukorejo kabupaten ponorogo karena
masyarakat disana masih kental terhadap budaya gotong royong bahkah dalam produksi tahu
sampai penjualannya dengan menerapkan budaya gotong royong, karena masyarakat sana percaya
dengan budaya tersebut akan memakmurkan, menjahterahkan masyarakt sana dalam produksi dan
penjualan tahu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi penerapan budaya gotong
royon dalam system pengendalian manajemen di Kinerja Pada Sentra Industri Tahu.
Rumusan masalah dalam peneliti ini dengan menerapkan budaya gotong royong di system
pengendalian manajemen di desa gelanglor kecamatan sukorejo kabupaten ponorogo adalah:
a. Bagaimana penerapan budaya gotong royong dalam system pengendalian manajemen
terhadap kinerja pada sentra industri tahu di desa gelanglor kecamatan sukorejo kabupaten
ponorogo?
b. Apakah efektif penerapan budaya gotong royong dalam system pengendalian manajemen
terhadap kinerja pada sentra industri tahu di desa gelanglor kecamatan sukorejo kabupaten
ponorogo?
c. Apakah efesien penerapan budaya gotong royong dalam system pengendalian manajemen
terhadap kinerja pada sentra industri tahu di desa gelanglor kecamatan sukorejo kabupaten
ponorogo?
5
2. KAJIAN TEORI
2.1. Sistem Pengendalian Manajemen
Otley dan Berry mengutip Tannenbaum (1968 dalam Natalia, 2013 ) yang mengatakan
bahwa "sebuah organisasi tanpa bentuk kontrol adalah mustahil", yang seharusnya hanya terlalu
jelas. Tugas manajerial memerlukan menetapkan tujuan, pelaksanaan monitoring, evaluasi hasil,
dan mengalokasikan imbalan dan hukuman. Semua tugas-tugas ini merupakan bagian dari proses
pengendalian manajemen.
Sistem pengendalaian manajemen adalah suatu budaya yang harus diterapakan oleh semua
dengan sistem desentralisasi. Dalam beberapa pandangan bahwa penerapan sistem pengendalian
manajemen harus sesuai dengan lingkunganya (Robert, 2005).
2.1.1. Elemen-elemen system pengendalian sedikitnya memiliki empat elemen
Manurut Robert (2005).Elemen-elemen system pengendalian sedikitnya memiliki empat
elemen adalah sebagai berikut:
a. alat sensor yang dapat mengukur sesuatu kejadian sesuangguhnya dalam proses yang
dikendalikan. Dengan alat tersebut dapat membantuk untuk merekam peristiwa actual denga
standard an ekspektasi persuahaan.
b. Effector meruapakan suatu perangkat yang dapat umpan balik untuk mengubah perilaku
apabila dibutuhkan untuk mengubah perilaku tersebut.
c. Jaringan komunikasi merupaka alat komunikasi atau antara detector dan assessor dan antara
assessor dan effector (Robert, 2005).
2.1.2. Pemisahan pengendalian
Merchant dan Van der Stede (2007 dalam Malmia, Brown, 2008) pengendalian manajemen
terpisah dari pengendalian strategis dan menentukan kontrol manajemen sebagai berurusan dengan
perilaku karyawan. "Ini adalah orang-orang dalam organisasi yang membuat sesuatu terjadi.
Manajemen kontrol diperlukan untuk menjaga terhadap kemungkinan bahwa orang akan melakukan
sesuatu organisasi tidak ingin mereka lakukan atau gagal melakukan sesuatu yang harus mereka
lakukan. . . Jika semua karyawan selalu bisa diandalkan untuk melakukan apa yang terbaik bagi
organisasi, tidak akan ada kebutuhan untuk MCS.
2.1.3. Perencanaan pengendalian
Perencanaan merupakan bentuk ex ante kontrol (Flamholtz 1985 dalam Malmi dan Brown).
Pertama, tentukan tujuan dari perusahaan untuk mengarahkan usaha dan perilaku. Kedua, standar
harus yang dicapai oleh perusahaan. Selain itu, perencanaan dapat mengaktifkan koordinasi melalui
menyelaraskan serangkaian tujuan di seluruh bidang fungsional organisasi, dengan demikian
6
mengendalikan kegiatan kelompok dan individu untuk memastikan mereka sesuai dengan hasil
organisasi yang diinginkan. Dalam kaitannya dengan perencanaan, ada dua pendekatan yang luas.
Yang pertama adalah perencanaan tindakan, di mana tujuan dan tindakan untuk waktu dekat,
biasanya periode 12 bulan atau kurang, ditetapkan. Ini memiliki fokus taktis. Pendekatan kedua
adalah luas perencanaan jangka panjang, di mana tujuan dan tindakan untuk jangka menengah dan
panjang yang ditetapkan. Ini memiliki fokus yang lebih strategis.
Dengan penetapan tujuan dan perencanaan bisnis kita berarti kegiatan-kegiatan yang
seharusnya untuk membantu para pengambil keputusan menyepakati tujuan dan strategi tingkat
tinggi. Dalam penetapan tujuan dasar sering akan memaksimalkan jangka panjang nilai pemegang
saham. Untuk mencapai tujuan ini, perlu untuk memenuhi tuntutan dari para pemangku kepentingan
lain - seperti pelanggan, pemasok, dan karyawan - ke tingkat yang wajar. Ketika tujuan akhirnya
telah ditetapkan, itu adalah tugas dari manajemen perusahaan untuk mengkonversi mereka menjadi
strategi perusahaan; Proses ini biasanya akan melibatkan fokus bisnis tertentu. Pilihan yang dibuat
akan tergantung pada preferensi manajemen perusahaan dan pengetahuan mereka tentang
kemungkinan perusahaan (Olve, 1977 dalam Nilsson dan olve, 2001).
2.1.4. Kegiatan Pengendalian
Menurut Anthony (2004) pengendalian manajemen terdiri atas berbagai kegiatan, meliputi :
a. Merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh organisasi
b. Mengkordinasikan aktivitas-aktivitas dari beberapa bagian organisasi
c. Mengomunikasikan informasi
d. Mengevaluasi informasi
e. Memutuskan tindakan apa yang seharusnya diambil jika ada
f. Mempengaruhi orang-orang untuk mengubah perilaku
2.2. Klaster Industri
Klater industri meruapak kelompok atau kumpulan yang miliki kesamaan dalam berbagai
kegiatan, mulai dari bahan baku, produksi, teknologi sehingga saling ketergantungan dan saling
komplemeter (OECD, 2000). Dengan ada kelompok atau kumpulan maka hubungan agak erat
dalam berbagai bidang, misalnya lokasi, inovasi, suplayer, dan lainnya(Bergman dan Feser, 1999).
2.3. Tahu
Tahu adalah makananan yang sering dibuat lauk, camilan, dan lainnya. Taun terbuat dari
endapan biji kedelai yang difementasi. Tahu berasal dari tiongkok yang nama Hokkian yang secara
harfiah harfiah berarti "kedelai terfermentasi". Tahu telah dikenal di Tiongkok sejak zaman dinasti
Han sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya adalah Liu An yang merupakan seorang bangsawan, cucu
dari Kaisar Han Gaozu, Liu Bang yang mendirikan dinasti Han (wikipedia.org).
7
Versi tahu yang dikenal di Jepang adalah tofu. Tofu lebih lunak dan kurang tahan terhadap
pengolahan. Tofu dan tahu dibawa para perantau Cina ke seluruh penjuru dunia sehingga menyebar
ke Asia Timur dan Asia Tenggara, lalu juga akhirnya ke seluruh dunia (wikipedia.org).
2.3.1. Cara Pembuatan Tahu
Langkah umum yang biasa dilakukan untuk proses pembuatan tahu adalah:
a. Perendaman kedelai untuk melunakkan kedelai sebelum digiling
b. Proses pencucian untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terikut
c. Proses penggilingan sehingga didapatkan seperti bubur kedelai
d. Proses perebusan bubur kedelai
e. Proses penyaringan untuk mendapatkan sari kedelai
f. Proses penggumpalan dengan mencampur sari kedelai masak dengan air kecutan/penggumpal
g. Proses pencetakan/pengepresan
h. Proses pemotongan
i. Proses penggorengan atau pewarnaan
2.3.2. Macam-macam tahu
Tabloidnyata (2013) tahu dibuat kacang kedelai yang difermentasikan dan diambil sarinya.
Berbeda dengan tempe yang asli dari Indonesia, tahu berasal dari Cina. Tahu adalah kata serapan
dari bahasa Hokkian (tauhu) yang secara harfiah berarti kedelai yang difermentasi. Berikut ini
aneka tahu dan cara tepat mengolahnya:
a. Tahu putih
Jenis tahu putih ini teksturnnya padat berpori pori dan cocok untuk jadikan barbagai lauk tapi
tahun semacan ini mudah hancur, lebih baik decampur dengan tepung untuk lebih mudah
dalam mengolahnya.
b. Tahu kuning
Tahu kuning ini teksturnya hampir sama dengan tahu putih bedanya hanya diwarna dan
banyak ditemui di daerah Kediri. Dan uniknya lagi pewarna kuning pada tahu tersebut berasal
dari pewarna alami yaitu kucit.
c. Tahu sutera (tofu)
Tahu sutera atau disebut tofu dan juga disebut egg tofu jika tambah telur. Tekstrunya halus
dan berbentuk slinder bersegi empat. Supaya lebih enak dimakan lumuri dengan tepung
maizena dan digoreng sampai teremdam semu.
d. Tahu pong
Tahu pong ini dikenal makanan camilan karena terdapat rongga dan kulinya kecokelatan dan
dan terenyah.
8
e. Tahu susu
Tahu susu ini berasal dari proses pengumpalan susu kemudian menghilangkan bagian cairnya
dan dipadatkan sehingga terbentuk batangan tahu. Tahun sering dibuat olahan steak, isi paid
an pizza.
f. Tahu air
Tahu air ini warnanya seperti tahu putih, tapi tekstur lebih lembut dan lunak yang berasalan
dari susu kedalai. Tahu air ini sering dijadikan camilan santai yang rasanya gurih.
g. Tahu kulit
Tahu kulit dikenal sebutan tahu sumedang yang warna kulitnya kecoklatan. Biasanya tahun air
siap saji tanpa diolah lagi oleh pembelinya.
2.3. Budaya Gotong Royong
Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja bersama-sama
untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Katanya berasal dari gotong = bekerja, royong =
bersama Bersama-sama dengan musyawarah, pantun, Pancasila, hukum adat, ketuhanan, dan
kekeluargaan (wikipedia.org)
Dampak dari nilai pada perilaku, dilembagakan melalui sistem kepercayaan, bekerja pada
tiga tingkatan. Yang pertama adalah ketika organisasi sengaja merekrut orang-orang yang memiliki
jenis tertentu dari nilai-nilai yang sesuai dengan orang-orang dari organisasi. Yang kedua adalah
ketika individu disosialisasikan dan nilai-nilai mereka telah diubah agar sesuai dengan nilai-nilai
organisasi (Alvesson, 2004 dalam Malmi, 2008). (Sathe, 1983; schein, 1985 dalam William B.
Tankersley) Budaya dipandang sebagai variabel kontrol organisasi yang dapat diidentifikasi dan
diubah untuk tujuan meningkatkan efektivitas organisasi.
2.3.1. Dorongan Untuk Gotong Royong
Menuru Ahmad Syaefudin (2014) Semangat gotong royong didorong oleh suatu pemikiran
yaitu:
a. Bahwa manusia tidak hidup sendiri melainkan hidup bersama dengan orang lain atau
lingkungan sosial.
b. Pada dasarnya manusia itu tergantung pada manusia lainnya.
c. Manusia perlu menjaga hubungan baik dengan sesamanya
d. Manusia perlu menyesuaikan dirinya dengan anggota masyarakat yang lain.
9
2.3.2 Contoh-Contoh Budaya Gotong Royong
Gotong Royong merupakan budaya orang Indonesia mulai sejak lahir sudah meilihat
disekitarnya yang semangat dalam kerjasama demi kepentingan bersama. Berikut ini merupakan
contoh-contoh sederhana dari budaya gotong royong yang ada ditengah-tengah masyarakt
Indonesia.
2.3.2. Kerja Bakti
Kerja bakti merupakan ciri khas budaya Indonesia yang sering dilakukan oleh orang
kampung bahkan dikota juga melakukan, kerja bakti meruapakan pekerjaan yang tanpa pamri atau
tanpa imbalan dengan sukarela, senang hati dan saling membantu satu sama lainnya. Tanpa perlu
diperintah.
2.3.3. Belajar Kelompok
Budaya bergotong royong bukannya di pekerjaan rumah tangga tetapi juga di pendidikan hal
juga diterapkan oleh para pelajar dan mahasiswa dalam menyumbang pemikiran dalam menggali
informasi yang di bahas. Dengan hal itu, orang yang lebih pintar tidak meminta imbalan apapun
atau sukarela demi kemajuan bersama.
2.3.4. Tolerensi antara suku agama dan budaya
Gotong royong juga mengarah kepada saling menghormati dalam hal agaman, budaya, suku,
bahasa dan lain. Sehingga dengan adanya gotong royong perbedaan tersebut tidak ada perselihana
karena satu bangasa dan satu Negara.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan metode survei dan wawancara. Adapun
teknik yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Poulasi adalah wilayah generalisasi berupa subjek atau objek yang diteliti untuk dipelajari
dan kesimpulan. Populasi mengacu pada seluruh kelompok orang, kejadian, atau hal-hal menarik
yang peneliti ingin menyelidiki dan membuat kesimpulan yang berdasarkan statistik sampel
(Sekaran 2013). Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok industri tahu dan
penggemukan sapi sekar taji makmur yang beralamat di dukuh taji desa gelanglor kecamatan
sukorejo kabupaten ponorogo.
Sedangkan sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai hasil penelitian yang berhasil
diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi. Sampel adalah bagian dari populasi.
Ini terdiri dari beberapa anggota yang dipilih dari itu. Dengan kata lain, mengambil sampel
10
beberapa sampel tidak semua (Sekaran 2013). Sampel penelitian ini para pengurus kelompok
industri tahu dan penggemukan sapi sekar taji makmur yang beralamat di dukuh taji desa gelanglor
kecamatan sukorejo kabupaten ponorogo dan beberapa pengrajin tahu.
3.3. Metode Pengumpulan Data
a. Obsevasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan tentang
keadaan yang ada di lapangan. Dengan melakukan observasi, penulis menjadi lebih memahami
tentang subyek dan obyek yang sedang diteliti.
b. Wawancara
Wawancara amerupakan teknik pengumpulan data dengan cara bertatap muka secara
langsung antara pewawancara dengan informan. Metode wawancara disini menggunakan metode
wawancara tidak terstruktur yang merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
mengumpulkan datanya. Pedomana wawancara yang digunakan hanya garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.
3.4. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan langkah yang terpenting dalam suatu penelitian. Data yang telah
diperoleh akan dianalisis pada tahap ini sehingga dapat ditarik kesimpulan. Aktivitas analisis data
adalah reduksi data, penyajian data, dan simpulan/verifikasi.
3.5. Reduksi data
Reduksi adalah merangkum hal-hal yang penting dalam pengambilan data. Data yang
direduksi harus jelas yang bisa menggambarkan tujuan penelitian. Data reduksi bisa mengambil
dengan cara wawancara
3.6. Penyajian data
Setelah reduksi, langkah selanjutnya adalah mengajikan hasil dari reduksi data. Dalam
pengajian ini berbentuk uraian singkat, bagan dan yang paling digunakan adalah teks bersifat
naratif.
3.7. Simpulan/verifikasi
Lankah selanjutny adalah analisis data kualitatif adalah penarik kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan ini adalah mengimpulkan hasil dari analisis untuk menunjukkan hasil dari penelitian.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya kurang jelas sehingga
menjadi jelas setelah diteliti.
11
4. PEMBAHASAN
4.1. Sistem Pengendalian Manajemen
Hasil dari wawancara bahwasan Sistem pengendalian manajemen melalui gotong royong di
sentra industri tahu di desa gelanglor kecamatan sukorejo kabupaten ponorogo adalah setiap satu 35
hari mengadakan perkumpulan dimana akan membahas tentang masalah persediaan bahan baku,
produksi, dan tentang diversifikasi produk.
4.2. Efektivitas
Efektivitas disini dengan budaya gotong royong adalah dalam konteks dibidang pemasaran,
dimana apabila salah satu dari penjualan tahu sudah laku produknya (habis) maka si penjual
tersebut akan menjualan produk tahu temen yang sama dari desa gelanglor kecamatan sukorejo
kabupaten ponorogo. Dalam bidang bahan baku apabila dari salah satu anggota perkempulan yang
belum dapat bahan baku tahu maka akan dikasih dalam artian tetap bayar untuk bahan bahan baku
agar dapat operasi memproduksi tahu.
4.3. Efisiensi
Efesiensi dalam pengendalian gotong royong disini adalah saling mambantu tanpa adanya
bayaran sehingga dapat mengefesiensi biaya operasional tahu, seperti halnya pemasaran dimana
yang menjualkan tahu sesama anggota pengkumpulan tanpa meminta upah karena sudah punya rasa
gotonh royong yang kuat.
KESIMPULAN
Pengendalian dengan gotong royong dilakukan memlalui pertemuan setiap 35 hari dimana
pembahasan diantaranya masalah persediaan bahan baku, produk jadi, pemasaran dan tentang
diverisifikasi produk. Dengan pengendalian memlalui gotong royong akan meningkatkan efesiensi
dan keefektifan dalam beberapa sector diantara persediaan bahan baku, persediaan bahan jadi, dan
pemasaran. Efisiensi disini berarti bahwa setiap elemen baik dari produksi (industri kecil
menengah) tahu, pengelola bahan baku di sini berart pedagang kedelai, maupun pemasaran saling
memberi informasi untuk meningkatkan daya saing dari kelompok. Informasi ini bisa secara
insidentil maupun melalui pertemuan rutin yang juga dikemas dalam kegiatan arisan.
Dalam pertemuan tersebut juga tidak disadari telah melakukan kaizen atau perbaikan yang
berkesinambungan, ini dibuktikan dengan adanya ide-ide perbaikan produk atau proses diversifikasi
produk. Selain itu juga peningkatan efisiensi tidak hanya pada bisnis utama (core unit) tahu, tapi
juga bisnis samping, yaitu pemanfaatan limbah padat tahu untuk bisnis penggemukan sapi, sehingga
meskipun harga bahan baku (kedelai) mengalami fluktuasi, tapi penjualan masih tetap berlangsung.
12
Dan yang terakhir, tetapi masih dalam perencanaan atau masalah yang terjadi saat ini yaitu
adanya limbah cair yang belum dimanfaatkan. Dengan adanya informasi, bahwa limbah cair tahu
mengandung metana, sehingga kemungkinan besar bisa dimanfaatkan sebagai gas sebagai bahan
bakar yang dapat digunakan dalam menekan biaya operasional. Dengan adanya efisiensi-efisiensi
tersebut dimungkinkan semakin kompetitif harga produk tahu. Dan program kaizen yang
merupakan berasal dari jepang sebenarnya telah dilakukan oleh kelompok industri tahu desa
gelanglor kecamatan sukorejo kabupaten ponorogo tersebut. Dan dimungkinkan ke depan bisnis ini
akan terintegrasi dari bisnis pertanian (salah satunya produski kedelai), peternakan (penggemukan
sapi dengan pemanfaatan limbah), industri (produk tahu), dan kotoran sapi bisa untuk pupuk,
sedangkan limbah cair bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas, sehingga dengan prinsip gotong
royong tersebut bisa menciptakan industri yang ramah lingkungan (zero waste).
13
DAFTAR PUSTAKA
“Budaya gotong royonng” http://www.bimbingan.org/budaya-gotong-royong.htm tgl 17-07-2014.
Jam 12.42
Ahmad Syaefudin, 2014, “ gotong royong” http://ahmadran.blogspot.com/2014/03/makalah-gotong-
royong.html. Tgl 28-06-2014. Jam 14.58
Anthony, R. N. & Govindarajan, V. 1995. Manage-ment Control Systems. New York: McGraw-
Hill.
Anthony, R. N. 1966. Management Planning dan Control Systems: a Framework for Analysis.
Boston: Harvard Business School Press.
Budihardjo, A. 2003. Peranan Budaya Perusahaan: Suatu Pendekatan Sistematik dalam Mengelola
Perusahaan. Prasetya Mulya Management Journal, 8(14): 51-67.
Fisher, J.G. 1998. Contingency Theory, Management Control Systems and Firm Outcomes: Past
Results and Future Directions. Behavioral Research in Accounting, 10(Supplement): 47-64.
Fredrik Nilsson, dan Nils-goran olve, 2001. “Control Systems in Multibusiness Companies: From
Performance Management to Strategic Management”. European Management Journal Vol.
19, No. 4, pp. 344–358, 2001. cience Ltd. All rights reserved Printed in
Great Britain: Pergamon
Govindarajan, V. 1988. A Contingency Approach to Strategy Implementation at the Business-Unit
Level: Integrating Administrative Mechanisms with Strategy. Academy of Management
Journal, 31(4): 828-851.
Hofstede, G., Neuijen, B., Ohayv, D.D. & Sanders, G. 1990. Measuring Organizational Cultures: A
Qualitative dan Quantitative Study Across Twenty Cases. Administrative Science Quarterly,
35(2): 286-316
Hopwood, A. 1976. Accounting a Human Behaviour. New South Wales: Haymarket Publishing
Limited.
Mathew Tsamenyi, Irvan Noormansyah, Shahzad Uddin. “Management controls in family-owned
businesses (FOBs): A case study of an Indonesian family-owned University”, Accounting
Forum 32 (2008) 62–74
14
Miller, D. & Friesen, P. 1982. Innovation in Concervative dan Entrepreneurial Firms: Two Models
of Strategic Momentum. Strategic Management Journal, 3(1): 1-25.
Natàlia Cugueró-Escofet, Josep M. Rosanas, 2013.” The Just Design And Use Of Management
Control Systems As Requirements For Goal Congruence” Management Accounting
Research 24 (2013) 23– 40: IESE Business School, Av. Pearson, 2, 08034 Barcelona, Spain
Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan, 2004. “Management Control System”. By McGraw-
Hill: America
Simons, R. 1990. The Role of Management Control Systems in Creating Comperative Advantage:
New Perspectives. Accounting, Organizations dan Society, 15(1/2): 127-143.
Syafruddin, M. 2001. Pengaruh Moderasi Dinamika Lingkungan pada Sistem Kontrol Akuntansi
dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 4(1): 99-110.
Teemu Malmi, David A. Brown, 2008. “Management Control Systems As A Package—
Opportunities, Challenges And Research Directions”. Management Accounting Research 19
(2008) 287–300. School of Accounting, University of Technology, Sydney, Australia
Tepeci, M. 2001. The Effect of Personal Values, Organizational Culture, and Person-Organiza-tion
Fit on Individual Outcomes in The Restaurant Industry. Unpublished dissertation.
Pennsylvania: The Pennsylvania State University.
Tugiman, H. 2002. Pengaruh Auditor Internal, serta Faktor-faktor Pendukungnya Terhadap Pening-
katan Pengendalian Internal dan Kinerja Per-usahaan. Jurnal Akuntansi dan Auditing
Indone-sia, 6(1): 33-48.
Wasito & Ghozali, I. 2002. Pengaruh Sistem Pengendalian Terhadap Prestasi Kerja: Uji Langsung
dan Tidak Langsung. Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Dian Ekonomi), 8(2): 147-172.
Wasito & Ghozali, I. 2002. Pengaruh Sistem Pengendalian Terhadap Prestasi Kerja: Uji Langsung
dan Tidak Langsung. Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Dian Ekonomi), 8(2): 147-172.
Wikipedia, “ Tahu” http://id.wikipedia.org/wiki/Tahu. Tgl 25-06-2014. Jam 09.58
Wikipedia, “Gotong royong” http://id.wikipedia.org/wiki/Gotong_royong. Tgl 25-06-2014. Jam
09.25
William B. Tankersley “Management Control System: An Integrated Paradigm”. Departmen of
Govermen, University of West Florida, Pensacola, Florida 3251.