31

KATA PENGANTAR...i KATA PENGANTAR Bismillahirahman nirrahim Salam Rimbawan, Puji syukur yang teramat dalam kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan …

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirahman nirrahim Salam Rimbawan, Puji syukur yang teramat dalam kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kekuatan untuk menyelesaikan karya tulis ini. Ide dibuatnya karya tulis ini adalah keinginan untuk mengetahui petak mana saja di KPHP Maria yang sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai untuk ditanami kemiri. Penulis mencoba mengurai permasalahan dengan membandingkan antara aspek ekologis dengan kondisi lahan yang ada dengan menggunakan sistem informasi geografis. Parameter yang digunakan untuk komparasi adalah jenis tanah, curah hujan, kelerengan dan ketinggian lahan dari permukaan air laut. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Kepala Balai, Kasubag Tata Usaha, Kasi Perencanaan dan Pelaksanaan Pengelolaan Hutan Produksi dan Kasi Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Hutan Produksi serta teman-teman fungsional BPHP Wilayah VII Denpasar. Mari terus berkarya untuk kehutanan Indonesia! Tidak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu saran dan kritik kami terima dengan terbuka, demi perbaikan karya tulis. Akhir kata, kami berharap agar karya tulis ini bermanfaat. Mengetahui Kepala Balai, Penulis,

    I Ketut Gede Suartana, S.Hut, M.Sc Neny Triana, S.Hut NIP. 19700525 199803 1 006 NIP. 19780624 200801 2 015

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................ ii I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Maksud dan Tujuan .................................................................. 1 C. Ruang Lingkup .......................................................................... 1

    II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Biologi Kemiri ........................................................................... 2 B. Sistem Informasi Geografis.. ....................................................... 5 C. Kesesuaian Lahan ...................................................................... 6

    III METODOLOGI

    A. Bahan Karya Tulis ..................................................................... 8 B. Alat Karya Tulis.. ....................................................................... 8 C. Kerangka Analisis ....................................................................... 8 D. Tahapan Kerja ........................................................................... 10

    III HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Kondisi Umum KPHP Maria ......................................................... 14 B. Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri ............................................. 16 C. Jenis Tanah di KPHP Maria ….. .................................................... 18 D. Curah Hujan di KPHP Maria ........................................................ 19 E. Topografi di KPHP Maria ............................................................. 20 F. Kelerengan di KPHP Maria .......................................................... 21 G. Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kemiri ................ 22

    III KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ............................................................................... 26 B. Saran........................................................................................ 26

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dalam RPHJP Tahun 2015-2025, KPHP Maria telah menetapkan salah satu

    arahan pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu adalah pengusahaan budidaya

    kemiri pada kelompok hutan maria seluas 1.972 Ha. Pilihan arahan pemanfaatan ini

    dikarenakan potensi kemiri yang banyak di KPHP Maria.

    Supaya arahan pemanfaatan tersebut berjalan lancar, maka budidaya kemiri

    harus dilaksanakan. Keberhasilan budidaya kemiri sangat dipengaruhi oleh

    kesesuaian lahan (aspek ekologis). Sebidang lahan yang memiliki kesesuaian lahan

    tinggi, maka secara ekologis keberhasilan budidaya akan tinggi pula.

    Kesesuaian lahan adalah bentuk penggambaran tingkat kecocokan sebidang

    lahan untuk suatu penggunaan tertentu (FAO, 1976 dalam Senawi, 1997). Analisis

    kesesuaian lahan untuk tanaman kemiri dilakukan untuk meni

    lai kecocokan sebidang lahan untuk ditanami kemiri.

    B. Maksud dan Tujuan

    Maksud dan tujuan dari karya tulis ini adalah untuk menjawab pertanyaan

    lahan mana saja pada areal kerja KPHP Maria yang sesuai, cukup sesuai dan tidak

    sesuai untuk tanaman kemiri? Jawaban atas pertanyaan tersebut akan berguna bagi

    KPHP Maria sebagai referensi sebelum melakukan kegiatan budidaya tanaman

    kemiri, agar secara ekologis memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi.

    C. Ruang Lingkup

    Ruang lingkup karya tulis ini dibatasi hanya pada analisis kesesuaian lahan

    untuk tanaman kemiri pada wilayah kerja KPHP Maria dengan menggunakan sistem

    informasi geografis.

  • 2

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Biologi Kemiri

    Dalam buku Aleurites moluccana (L.) Willd Ekologi, Silvikultur dan

    Produktivitas halaman 1 disebutkan bahwa secara taksonomi, kemiri

    diklasifikasikan sebagai berikut:

    Divisi : Spermatophyta

    Klas : Magnoliopsida

    Ordo : Malpighiales

    Familia : Euphorbiaceae

    Genus : Aleurites

    Spesies : Aleurites moluccana

    Selanjutnya dalam buku Atlas Kayu Indonesia disebutkan bahwa nama

    daerah kembiri, kemili, madang lajo (Smt); kamere, kemiri, komere, miri, muncang

    (Jw); keminting, kemiri (Klm); berau (Slw); kemiri, kemwiri, kumiri, mi, nena, nyenga

    (Mlk); tenu (NTT); anoi (IJ).

    Habitus pohon kemiri adalah tinggi pohon sampai 35m dengan panjang

    batang bebas cabang 9-14 m, diameter sampai 100 cm, tidak berbanir. Kulit luar

    berwarna kelabu, beralur sedikit dan dangkal, tidak mengelupas. Warna kayu teras

    berwarna putih kekuning-kuningan, mudah diserang jamur biru, gubal tidak dapat

    dibedakan dari kayu teras. Tekstur kayu agak kasar. Arah serat lurus. Permukaan

    kayu agak kesat sampai agak licin. Permikaan kayu sedikit mengkilap.

    Dalam buku Aleurites moluccana (L.) Willd Ekologi, Silvikultur dan

    Produktivitas disebutkan Kemiri tergolong pohon berukuran sedang dengan tajuk

    lebar (Gambar 1) yang dapat mencapai ketinggian hingga 20 m dan diameter

    setinggi dada hingga 90 cm. Pada tempat terbuka, jenis ini umumnya hanya dapat

    mencapai ketinggian pohon 10–15 m.

    Umumnya bentuk cabang pohon kemiri adalah berliku, tidak teratur,

    membentang lebar dan menggantung pada cabang bagian samping. Pada lembah

    yang sempit, pohon kemiri biasanya memiliki sedikit percabangan dan tumbuh

    menjulang tinggi. Kulit batangnya berwarna abu-abu coklat dan bertekstur agak

    halus dengan garis-garis vertikal yang indah.

  • 3

    Daunnya mudah dikenali dari bentuknya yang khas, umumnya terdiri dari 3–5

    helai daun dari pangkal, berselang-seling dan pinggir daun bergelombang. Panjang

    satu helai daun sekitar 10–20 cm dengan dua kelenjar di bagian perpotongan antara

    pangkal dan tangkai yang mengeluarkan getah manis. Daun pohon yang muda

    biasanya sederhana dan berbentuk seperti delta atau oval. Bagian atas permukaan

    daun yang masih muda berwarna putih mengilap seperti perak, yang kemudian akan

    berubah warna menjadi hijau tua seiring dengan bertambahnya umur pohon.

    Permukaan daun bagian bawah berbulu halus dan mengilap seperti karat (Elevitch

    dan Manner 2006).

    Bunga kemiri memiliki kelamin ganda, dimana bunga jantan dan betina

    berada pada pohon yang sama. Bunga kemiri berwarna putih kehijauan, harum dan

    tersusun dalam sejumlah gugusan sepanjang 10–15 cm, dimana terdapat banyak

    bunga jantan kecil mengelilingi bunga betina. Mahkota bunga berwarna putih

    dengan lima kelopak bunga berwarna putih kusam (krem), berbentuk lonjong

    dengan panjang 1,3 cm. Buah kemiri berwarna hijau sampai kecoklatan, berbentuk

    oval sampai bulat dengan panjang 5–6 cm dan lebar 5–7 cm. Satu buah kemiri

    umumnya berisi 2–3 biji, tetapi pada buah jantan kemungkinan hanya ditemukan

    satu biji. Biji kemiri dapat dimakan jika dipanggang terlebih dahulu. Kulit biji kemiri

    umumnya kasar, hitam, keras dan berbentuk bulat panjang sekitar 2,5–3,5 cm

    (Elevitch dan Manner 2006).

    Pohon kemiri banyak djumpai di daerah beriklim hujan tropis, dengan kondisi

    agak kering selama musim kemarau. Jenis ini tumbuh subur di daerah tropis yang

    lembap sampai ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Di daerah yang

    berdekatan dengan garis khatulistiwa, kemiri dilaporkan dapat tumbuh pada

    ketinggian 2000 m di atas permukaan laut (Elevitch dan Manner 2006). Di Indonesia,

    kemiri dapat dijumpai pada ketinggian 0–800 m pada areal yang berkonfigurasi datar

    hingga bergelombang (Direktorat Hutan Tanaman Industri 1990). Kemiri juga dikenal

    dapat beradaptasi dengan baik di daerah lereng, bahkan di lembah yang curam.

    Pohon kemiri tumbuh di daerah dengan curah hujan rata-rata tahunan berkisar

    antara 640 sampai dengan 4290 mm atau rata-rata 1940 mm (Duke 1983). Suhu

    rata-rata tahunan untuk pertumbuhan kemiri berkisar antara 18 sampai dengan

    28°C. Suhu maksimum pada bulan terpanas sekitar 26–30°C, sedangkan suhu

    minimum pada bulan terdingin sekitar 8–13°C.

  • 4

    Di Indonesia, kemiri juga dapat tumbuh pada daerah yang kering dengan

    curah hujan tahunan hanya mencapai 200 mm seperti di Sulawesi Selatan dan Nusa

    Tenggara Timur dan bahkan di tempat yang basah seperti di Jawa Barat (Ginoga

    dkk. 1989). Pohon kemiri dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, termasuk lempung

    merah, liat berbatu, pasir dan batu kapur. Pohon kemiri juga tidak memerlukan

    sistem drainase yang baik. Jenis ini bisa tumbuh pada tanah yang agak asam dan

    sedikit basa dengan pH 5–8. Pohon kemiri cukup toleran terhadap kekeringan dan

    bahkan dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur jika ditanam dengan baik

    pada kelembapan tanah yang cukup. Kemiri mampu berkembang di lingkungan yang

    lembap, menyukai cahaya dan tumbuh sebagai pohon pionir di tempat terbuka

    apabila curah hujannya sesuai. Jenis ini juga dapat tumbuh di bawah naungan

    sampai dengan tingkat penutupan 25% (Elevitch dan Manner 2006).

    Kemiri (Aleurites moluccana (L) Wild merupakan tanaman famili

    dari Euphorbiaceae dengan sebaran alami di daerah tropic. Di Indonesia umumnya

    dapat ditemui di Sumatera Utara, Jawa, Madura, dan S

    ulawesi Selatan. Namun dengan meningkatnya nilai komiditi dari tanaman ini, kemiri

    kini dapat ditemukan dimana saja. Tanaman kemiri dapat tumbuh di tanah kapur,

    latosol atau podsolik, dengan curah hujan 1.100-2.400 mm dengan hari hujan 80 –

    110 hari pertahun dan ketinggian sampai 1200 mdpl (Dali J. 1993 cit. Ramadhani

    2016). Tanaman kemiri dapat tumbuh pada lahan datar, bergelombang dan

    bertebing-tebing curam.

    Hampir semua bagian dari pohon kemiri seperti daun, buah, kulit, kayu, akar,

    getah dan bunganya dapat dimanfaatkan, baik untuk obat-obatan tradisional,

    penerangan, bahan bangunan, bahan pewarna, bahan makanan, dekorasi maupun

    berbagai kegunaan lain (Heyne 1987). Namun demikian, pohon kemiri juga memiliki

    sifat beracun sehingga perlu kewaspadaan bila ingin menggunakan bagianbagian

    pohon lainnya untuk tujuan pengobatan atau konsumsi.

    Di Pulau Jawa, kulit pohon kemiri dimanfaatkan sebagai obat diare (disentri).

    Di Jepang, bagian kulit kemiri digunakan untuk obat tumor. Adapun di Sumatera, biji

    kemiri digunakan untuk obat sembelit dengan cara ditumbuk dan dibakar dengan

    menggunakan arang, kemudian dioleskan ke sekitar pusar (perut). Di Malaysia,

    daun kemiri direbus dan dimanfaatkan sebagai obat untuk sakit kepala, demam,

    bisul, bengkak pada persendian dan kencing nanah. Di Hawai, bunga dan getah

  • 5

    segar kemiri yang baru saja disadap digunakan untuk obat sariawan pada anak-

    anak (Scott dan Craig 2000).

    Selain itu, biji kemiri yang kering juga lazim digunakan sebagai bahan

    masakan di Indonesia dan Malaysia. Minyak yang diekstrak dari biji kemiri

    mengandung zat yang iritan dan dapat berfungsi sebagai pencahar. Tumbukan biji

    kemiri dapat digunakan sebagai pengganti sabun. Selain itu juga dapat digunakan

    sebagai perangsang pertumbuhan rambut atau sebagai bahan aditif dalam

    perawatan rambut. Saat ini minyak kemiri dengan kualitas tinggi sudah menjadi

    produk komersial utama dan dijual secara luas di industri kosmetika. Lebih lanjut

    lagi, sisa biji yang sudah diekstrak minyaknya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk

    (Elevitch and Manner 2006).

    Pada sejumlah lahan pertanian, kemiri umumnya ditanam sebagai penahan

    angin, pembatas, penaung, stabilisator tanah dan pengisi lahan-lahan yang kosong.

    Di daerah perkotaan, kemiri umumnya ditanam sebagai pohon peneduh dan

    memberikan pemandangan yang indah dengan daunnya yang lebar dan bunga putih

    kecilnya yang menarik. Kayu dari pohon kemiri tidak dimanfaatkan secara meluas

    karena tidak tahan terhadap serangan hama dan mudah rusak. Meskipun demikian,

    di beberapa negara seperti Cina, Malaysia dan Indonesia, kayu kemiri telah

    digunakan untuk bahan pembuatan kontainer, kotak, lemari, peti kemas, sumpit dan

    korek api. Di Bali, beberapa ukiran atau kerajinan tangan tradisional terbuat dari

    kayu kemiri pilihan. Selain itu, penelitian Martawijaya dkk. (1989) juga telah

    menunjukkan bahwa kayu kemiri dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp dan

    vinir kayu lapis. Di Hawai, batang kayu kemiri juga digunakan untuk membuat

    sampan kecil untuk keperluan memancing (Elevitch dan Manner 2006).

    B. Sistem Informasi Geografis

    Dalam modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis Tingkat Dasar yang

    diselenggarakan oleh Tropenbos Internasional Indonesia Pragramme disebutkan

    bahwa secara umum pengertian SIG adalah suatu komponen yang terdiri dari

    perangkat keras,perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang

    bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki,

    memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan

  • 6

    menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis. Dari definisi ini dapat

    diuraikan menjadi beberapa sub sistem yaitu data input, dasa output, data

    manajemen, dan data manipulasi dan analisis. Jika subsistem SIG di atas diperjelas

    berdasarkan uraian jenis masukan, proses, dan jenis keluaran yang ada di

    dalamnya.

    Dalam modul tersebut juga dijelaskan SIG memiliki keunggulan dalam

    menyajikan data-data spasial tersebut sehingga lebih mudah untuk dianalisis dan

    diketahui polanya. Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh SIG adalah kemampuan

    untuk melakukan overlay atau tumpang tindih dari data-data atribut suatu wilayah.

    Proses overlay atau tumpang tindih ini biasa digunakan untuk menganalisis dan

    menghasilkan informasi baru berdasarkan data-data spasial dan atribut yang telah

    ada. Misalnya dalam menghasilkan peta kesesuaian lahan untuk tanaman tertentu,

    overlay dari beberapa data atribut seperti elevasi lahan, kemiringan lereng, dan data

    curah hujan dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan untuk ditanami

    jenis tanaman tertentu.

    Dalam modul yang sama juga dijelaskan SIG mempunyai kemampuan untuk

    menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi,

    menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang

    akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi

    geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai

    dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan

    seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang

    membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. Sebagian besar data yang akan

    ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi

    geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan

    mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu

    informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute).

    C. Kesesuaian Lahan

    Kesesuaian lahan adalah bentuk penggambaran tingkat kecocokan sebidang

    lahan untuk suatu penggunaan tertentu (FAO, 1976 dalam Senawi, 1997). Analisis

    kesesuaian lahan untuk tanaman kemiri dilakukan untuk menilai kecocokan

  • 7

    sebidang lahan untuk ditanami kemiri. Caranya dengan membandingkan antara

    persyaratan tumbuh tanaman kemiri dengan karakteristik lahan yang ada.

    Tingkat kesesuaian lahan yang digunakan pada karya tulis ini adalah sesuai,

    cukup sesuai dan tidak sesuai. Jika hasil analisis kesesuaian lahan dinyatakan

    sesuai, maka secara ekologis lahan tersebut cocok untuk ditanami kemiri. Jika hasil

    analisis kesesuaian lahan dinyatakan cukup sesuai, maka secara ekologis lahan

    tersebut cukup cocok untuk ditanami kemiri. Namun jika hasil analisis kesesuaian

    lahan dinyatakan tidak sesuai, maka secara ekologis lahan tersebut tidak cocok

    untuk ditanami kemiri.

  • 8

    III. METODOLOGI

    A. Bahan Karya Tulis

    Bahan yang dipakai dalam penyusunan karya tulis ini adalah:

    1. Peta wilayah kerja (petak) KPHP Maria

    2. Peta jenis tanah Pulau Sumbawa

    3. Peta curah hujan Pulau Sumbawa

    4. Peta topografi Pulau Sumbawa

    5. Peta kelerengan Pulau Sumbawa

    B. Alat Karya Tulis

    Alat yang dipakai dalam penyusunan karya tulis ini adalah:

    1. Komputer dengan software ARCGIS

    2. Internet

    3. Pustaka yang relevan

    4. Alat tulis kantor

    C. Kerangka Analisis

    Peta kesesuaian lahan kemiri adalah peta yang menunjukkan lahan mana

    yang secara ekologis cocok untuk ditanami kemiri. Tingkat kesesuaian lahan yang

    digunakan pada karya tulis ini adalah sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai.

    Untuk mendapatkan peta kesesuaian lahan kayu tersebut, hal pertama yang

    dilakukan adalah pengumpulan data dan nformasi yaitu peta wilayah kerja, peta

    jenis tanah, peta topografi dan peta curah hutan KPHP Maria. Peta wilayah kerja

    KPHP Maria sudah terbagi ke dalam petak-petak, dimana petak ini merupakan unit

    manajemen dan unit silvikultur terkecil. Peta jenis tanah KPHP Maria didapatkan

    dengan melakukan clip antara peta jenis tanah Pulau Sumbawa dengan peta

    wilayah kerja. Demikian juga dengan peta curah hujan dan peta topografi, semua

  • 9

    dilakukan dengan melakukan clip antara peta Pulau Sumbawa dengan peta wilayah

    kerja KPHP Maria. Selanjutnya adalah merumuskan klasifikasi kesesuaian lahan

    untuk kemiri dengan memperhatikan hasil studi pustaka.

    Tahapan selanjutnya adalah intersect peta tanah, peta curah hujan dan peta

    topografi dan penghitungan kesesuaian lahan dengan ARCGIS. Karena satuan

    terkecil polygon dalam analisis kesesuaian lahan adalah petak, maka hasil klasifikasi

    kesesuaian lahan tanaman kemiri pada KPHP Maria juga dalam bentuk petak. Hal

    ini sesuai dengan konsep bahwa petak merupakan unit managemen dan unit

    silvikultur terkecil dalam pengelolaan hutan. Berikut adalah kerangka analisis

    kesesuaian lahan tanaman kemiri pada KPHP Maria:

    Gambar 1. Kerangka Analisis Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri

    Peta curah

    hujan

    Peta

    topografi

    Peta kesuaian

    lahan kemiri

    Kriteria

    kesesuaian

    lahan kemiri Overlay /

    intersect

    Peta

    kelerengan

    Peta jenis

    tanah

    Peta wilayah

    kerja

  • 10

    D. Tahapan Kerja

    Tahapan kerja pada penyusunan karya tulis ini sebagai berikut:

    1. Mengumpulkan data dan informasi

    a. Mengumpulkan peta wilayah kerja KPHP Maria.

    b. Mengumpulkan peta jenis tanah, curah hujan dan topografi Pulau Sumbawa.

    c. Mengumpulkan data dan informasi terkait parameter ekologis kesesuaian

    lahan. Pada karya tulis ini parameter yang digunakan adalah jenis tanah,

    curah hujan dan ketinggian tempat dari permukaan air laut.

    2. Membuat klasifikasi kesesuaian lahan

    Berdasarkan studi pustaka, dibuat klasifikasi kesesuaian lahan sebagai berikut:

    Tabel 1. Parameter Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri

    No. Parameter Uraian Kesesuaian Nilai Skor

    1. Jenis Tanah Tanah kapur (renzina,

    mediteran), latosol,

    podsolik

    Sesuai 25

    Selain tanah kapur

    (renzina, mediteran),

    latosol, podsolik

    Tidak sesuai 12.5

    2. Curah Hujan

    (mm/tahun)

    1100 – 2400 Sesuai 25

    0 < 1100 dan > 2400 Tidak sesuai 12.5

    3. Ketinggian tempat

    (mdpl)

    0 - 800 Sesuai 25

    „ > 800 Tidak sesuai 12.5

    4. Kelerengan (%) 0 - 40 Sesuai 25

    „ > 40 Tidak sesuai 12.5

    Dari tabel di atas, dapat dibuat jumlah nilai tertinggi dan nilai terendah ketiga

    parameter sebagai berikut:

    Tabel 2. Nilai Tertinggi dan Terendah Parameter Kesesuaian Lahan

    No. Parameter Nilai Tertinggi Nilai Terendah

    1. Jenis Tanah 25 12.5

    2. Curah Hujan 25 12.5

  • 11

    3. Ketinggian tempat 25 12.5

    4. Kelerengan 25 12.5

    Jumlah 100 50

    Untuk menentukan rentang skala nilai suatu klasifikasi digunakan rumus yaitu

    nilai skor terendah dikali selisih jumlah klasifikasi dikurangi satu dibagi dengan

    jumlah klasifikasi.

    Rentang skala = (Nilai tertinggi – Nilai terendah) : 3

    Dengan demikian rentang skala klasifikasi kesesuaian lahan tanaman kemiri

    sebagai berikut:

    Tabel 3. Nilai Skor Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri

    No. Kesesuaian Lahan Rentang Skala Nilai Skor

    1. Sesuai 84 + 16 =100 100-84

    2. Cukup sesuai 67 + 16 = 83 83-67

    3. Tidak sesuai 50 + 16 =66 66-50

    3. Membuat peta curah hujan

    Peta curah hujan KPHP Maria dibuat dengan cara mengclip peta curah hujan

    Pulau Sumbawa dengan peta wilayah kerja KPHP Maria.

    4. Membuat peta jenis tanah

    Peta jenis tanah KPHP Maria dibuat dengan cara mengclip peta jenis tanah

    Pulau Sumbawa dengan peta wilayah kerja KPHP Maria.

    5. Membuat peta topografi

    Peta topografi KPHP Maria dibuat dengan cara mengclip peta topografi Pulau

    Sumbawa dengan peta wilayah kerja KPHP Maria.

    6. Membuat peta kelerengan

    Peta kelerengan KPHP Maria dibuat dengan cara mengclip peta topografi Pulau

    Sumbawa dengan peta wilayah kerja KPHP Maria.

    7. Intersect peta jenis tanah, peta curah hujan dan peta topografi.

    Proses ini dilakukan untuk menggabungkan data beserta atributnya yang

    memiliki batas geometri yang sama. Feature class yang dihasilkan dari proses

  • 12

    intersect antara peta jenis tanah, peta curah hujan, peta kelerengan dan peta

    topografi adalah polygon yang identik dengan petak di KPHP Maria. Proses

    intersect sebagai berikut:

    a. Geoprocessing

    b. Intersect

    8. Melakukan klasifikasi kesesuaian lahan dengan pendekatan kuantitatif berjenjang

    (skoring area)

    Setelah proses intersect selesai, proses selanjutnya adalah klasifikasi

    kesesuaian lahan dengan pendekatan kuantitatif berjenjang. Pendekatan ini

    dilakukan dengan melakukan skoring, atau penilaian variable atas suatu nilai

    atribut tertentu dan melakukan kalkulasi berdasarkan skor/nilai masing-masing

    variabel. Prosesnya sebagai berikut:

    a. Open attribute table

    b. Add Field untuk membuat field kls_elev, kls_ch, kls_tanah dan skor total.

    c. Mengisi semua field kecuali field skor total, sesuai dengan aturan kesesuaian

    lahan tanaman kemiri yang dibuat.

    d. Mengisi field calculator skor total dengan membuat query

    [kl_elev]+[kl_ch]+[kl_tanah]

    9. Melakukan klasifikasi kesesuaian lahan yang terbagi menjadi sesuai, cukup

    sesuai dan tidak sesuai.

    a. Open attribute table

    b. Add field untuk membuat field kesuaian lahan

    c. Select By Attributes

    d. Setelah polygon terpilih tersorot, mengisi field kesesuaian lahan dengan field

    calculator.

    e. Membuat query “3=sesuai”, jika skor total antara 100-84, membuat query

    “2=cukup sesuai”, jika skor total antara 83-67 dan membuat query “1=tidak

    sesuai”, jika skor total antara 66-50

    10. Membuat layout peta kesesuaian lahan tanaman kemiri

    Setelah skoring dan analisis kesesuaian lahan selesai, proses selanjutnya adalah

    membuat peta kesesuaian lahan tanaman kemiri pada KPHP Maria. Prosesnya

    sebagai berikut:

    a. Properties

    b. Symbology

  • 13

    c. Categories, pilih field kesesuaian lahan

    d. Add All Values

    e. Klik kanan layer

    f. Data

    g. Export Data

    h. Layouting peta kesesuaian lahan tanaman kemiri

  • 14

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Kondisi Umum KPHP Maria

    Wilayah kelola KPHP Maria secara geografis terletak antara 118° 43‟ 00” -

    119° 06‟ 45” Bujur Timur dan 08° 07‟ 30” - 08° 31‟ 15‟‟ Lintang Selatan dan secara

    administrasi pemerintahan meliputi 2 (dua) Kabupaten, yaitu; Kabupaten Bima yang

    terdiri dari 4 Kecamatan (Ambalawi, Wera, Wawo, Sape) dan Kota Bima yang terdiri

    dari 3 Kecamatan (Asakota, Rasanae Timur dan Mpunda). Wilayah kelola KPHP

    Maria memiliki batas-batas geografis, sebelah utara oleh Laut Jawa; sebelah

    selatan oleh Samudera Indonesia, sebelah barat oleh Teluk Bima dan sebelah timur

    oleh Selat Flores.

    Berdasarkan kelompok hutan, wilayah KPHP Maria terdiri dari 5 (lima)

    Kelompok Hutan (KH), yaitu: 1) Kelompok Hutan Maria (RTK 25), 2) Kelompok

    Hutan Tololai (RTK 24), 3) Kelompok Hutan Tolowata (RTK 23), 4) Kelompok Hutan

    Nanganae Kapenta (RTK 68), dan 5) Kelompok Hutan Pulau Sangiang (RTK 86).

    Sedangkan, berdasarkan wilayah Pengelolaan DAS, sesuai dengan Keputusan

    Gubernur Nusa Tenggara Barat nomor 147 tahun 1999 tentang Pembagian Sub

    Satuan Wilayah Sungai/Daerah Aliran Sungai di Satuan Wilayah Sungai Lombok

    dan Satuan Wilayah Sungai Sumbawa, wilayah kelola KPHP Maria masuk dalam 2

    (dua) wilayah Pengelolaan DAS yaitu DAS Parado Nae dan DAS Sari.

    Luas keseluruhan wilayah kerja KPHP Maria sesuai Keputusan Menteri

    Kehutanan Nomor SK. 752/Menhut-II/2012 adalah seluas ± 27.632 Ha yang terdiri

    dari Hutan Lindung (HL) seluas ± 8.515 Ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas ±

    14.563 Ha dan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas ± 4.554 Ha yang tersebar pada 5

    (lima) Kelompok Hutan (KH), yaitu: 1) KH Maria (RTK 25), 2) KH Tololai (RTK 24),

    3) KH Tolowata (RTK 23), 4) KH Nanganae Kapenta (RTK 68) dan 5) KH Pulau

    Sangiang (RTK 86).

    Sementara berdasarkan hasil tata batas, luas wilayah kelola KPHP Maria

    seluas 28.939,10 Ha yang terdiri dari 26.870,30 Ha berada di Kabupaten Bima dan

    2.068,80 Ha di Kota Bima. Luas wilayah kerja KPHP Maria berdasarkan fungsi

    hutannya terdiri dari 13.766,10 Ha dengan fungsi hutan produksi terbatas,

    5.223,60 Ha dengan fungsi hutan produksi tetap dan 9.949,40 Ha dengan fungsi

    hutan lindung.

  • 15

    Untuk dapat melaksanakan pengelolaan secara efektif dan efisien di tingkat

    tapak, wilayah kelola KPHP Maria harus ditata melalui kegiatan tata hutan. Kegiatan

    tata hutan ini berupa pembuatan rancang bangun unit pengelolaan hutan yang

    disesuaikan dengan tipe ekosistem dan potensi yang ada didalamnya. Kegiatan tata

    hutan ini berdasar pada beberapa aturan hukum, yaitu : UU No. 41 tahun 1999 pasal

    21a tentang Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan, pasal 22 tentang Tata

    Hutan yang kemudian diturunkan melalui PP No. 6 tahun 2007 pasal 12.

    Berdasarkan pada PP tersebut, kemudian dikeluarkan Permenhut No. P.6/Menhut-

    II/2010 tentang Norma, standar, prosedur dan kriteria pengelolaan KPHL dan KPHP,

    dimana pasal 4 menerangkan tentang tata hutan yang diperinci dengan Peraturan

    Dirjen Planologi Kehutanan No. P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata

    Hutan dan Rencana Pengelolaan KPHL dan KPHP dimana berdasarkan hasil

    inventarisasi hutan maka dilakukan pembuatan blok pada kawasan dengan

    mempertimbangkan: 1) karakteristik kondisi biofisik lapangan, 2) kondisi sosial

    ekonomi, 3) potensi sumberdaya alam dan 4) keberadaan ijin usaha pemanfaatan

    dan penggunaan kawasan hutan serta 5) faktor-faktor pembatas. Blok didefinisikan

    sebagai bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan

    efektivitas dan efisiensi pengelolaan.

    Selain itu, dalam pembagian blok dimungkinkan untuk menetapkan blok

    sebagai wilayah tertentu yang didefinisikan sebagai wilayah yang situasi dan

    kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan

    pemanfaatannya berada di luar areal ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan

    hutan. Berdasarkan Perdirjen tersebut, pembagian blok di dalam hutan lindung

    terdiri atas blok inti, blok pemanfataan, dan blok khusus. Sementara di hutan

    produksi, pembagian blok terdiri atas blok perlindungan, blok pemanfaatan jasa

    lingkungan dan HHBK, blok pemanfaatan HHK-HT dan HHK-HA, blok

    pemberdayaan masyarakat dan blok khusus. Blok-blok tersebut kemudian dibagi

    lagi ke dalam petak dengan tujuan efisiensi dan efektivitas pengelolaan hutan.

    Setelah kawasan terbagi kedalam blok, maka dilakukan pembuatan petak di

    dalam blok tersebut. Petak merupakan bagian dari blok dengan luasan tertentu dan

    menjadi unit usaha pemanfaatan terkecil, dimana pembagiannya berdasarkan

    pertimbangan produktivitas dan potensi areal/lahan, kawasan lindung dan

    rancangan areal untuk pemanfaatan.

  • 16

    Untuk kawasan KPHP Maria, dalam pembagian blok dan petak pendekatan

    satuan lahan yang digunakan adalah daerah tangkapan air (DAS/Sub DAS/Sub-

    sub DAS) dengan kisaran luas pada masing-masing petak pada hutan lindung di

    kawasan KPHP Maria adalah >100 Ha, sementara untuk hutan produksi sebesar

    50 - 100 Ha. Berdasarkan prosedur penataan hutan tersebut, maka kawasan hutan

    KPHP Maria yang terdiri dari hutan dengan fungsi produksi dan lindung terbagi

    kedalam 8 (delapan) blok, dimana 6 (lima) blok berada di kawasan hutan produksi

    terbatas dan tetap, serta 2 (dua) blok berada di kawasan hutan lindung. Kawasan

    dengan fungsi produksi terbagi atas; 1) blok perlindungan, 2) blok pemanfaatan jasa

    lingkungan dan HHBK, 3) blok pemanfaatan HHK-HA, 4) blok pemanfaatan HHK-

    HT, 5) blok pemberdayaan masyarakat dan 6) blok Khusus dengan petak berjumlah

    ± 261 petak, sementara untuk kawasan hutan lindung, terbagi atas; 1) blok inti dan

    2) blok pemanfaatan dengan jumlah petak keseluruhan ± 30 petak.

    B. Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri

    Kesesuaian lahan adalah bentuk penggambaran tingkat kecocokan sebidang

    lahan untuk suatu penggunaan tertentu (FAO, 1976 dalam Senawi, 1997). Analisis

    kesesuaian lahan untuk tanaman kemiri dilakukan untuk menilai kecocokan

    sebidang lahan untuk ditanami kemiri. Caranya dengan membandingkan antara

    persyaratan tumbuh tanaman kemiri dengan karakteristik lahan yang ada.

    Berdasarkan studi pustaka diketahui bahwa tanaman kemiri tumbuh pada

    ketinggian antara 0 sampai dengan 800 m di atas permukaan laut, curah hujan rata-

    rata 1.100 sampai dengan 2.400 mm per tahun serta umumnya kemiri relatif mudah

    ditanam, terutama pada jenis tanah kapur (renzina), latosol dan podsolik. Tanaman

    kemiri dapat tumbuh pada lahan datar, bergelombang dan bertebing-tebing curam.

    Sehingga parameter kesesuaian lahan yang digunakan dalam karya tulis ini

    adalah:

    1. Topografi atau ketinggian tempat

    2. Curah hujan

    3. Jenis tanah

    4. Kelerengan

  • 17

    Klasifikasi kesesuaian lahan tanaman kemiri yang digunakan dalam karya

    tulis ini ada 3 (tiga) yaitu sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Jika hasil analisis

    kesesuaian lahan dinyatakan sesuai, maka secara ekologis lahan tersebut cocok

    untuk ditanami kemiri. Jika hasil analisis kesesuaian lahan dinyatakan cukup sesuai,

    maka secara ekologis lahan tersebut cukup cocok untuk ditanami kemiri. Namun jika

    hasil analisis kesesuaian lahan dinyatakan tidak sesuai, maka secara ekologis lahan

    tersebut tidak cocok untuk ditanami kemiri.

    Tingkat kesesuaian lahan diperoleh dengan melakukan skoring terhadap

    ketiga parameter yang eksisting pada petak-petak di KPHP Maria. Hasil skoring

    setiap parameter kemudian dijumlahkan dan dibandingkan dengan klasifikasi

    kesesuaian lahan yang telah dibuat.

    Skoring parameter menggunakan sistem pembobotan, dengan total bobot

    100. Berikut adalah nilai skor untuk masing-masing parameter:

    Tabel 4. Parameter Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri

    No. Parameter Uraian Kesesuaian Nilai Skor

    1. Jenis Tanah Tanah kapur (renzina,

    mediteran), latosol,

    podsolik

    Sesuai 25

    Selain tanah kapur

    (renzina, mediteran),

    latosol, podsolik

    Tidak sesuai 12.5

    2. Curah Hujan

    (mm/tahun)

    1100 – 2400 Sesuai 25

    0 < 1100 dan > 2400 Tidak sesuai 12.5

    3. Ketinggian tempat

    (mdpl)

    0 - 800 Sesuai 25

    „ > 800 Tidak sesuai 12.5

    4. Kelerengan (%) 0 - 40 Sesuai 25

    „ > 40 Tidak sesuai 12.5

    Dari tabel di atas, dapat dibuat jumlah nilai tertinggi dan nilai terendah untuk

    ketiga parameter sebagai berikut:

  • 18

    Tabel 5. Nilai Tertinggi dan Terendah Parameter Kesesuaian Lahan

    No. Parameter Nilai Tertinggi Nilai Terendah

    1. Jenis Tanah 25 12.5

    2. Curah Hujan 25 12.5

    3. Ketinggian tempat 25 12.5

    4. Kelerengan 25 12.5

    Jumlah 100 50

    Untuk menentukan rentang skala nilai suatu klasifikasi digunakan

    rumus yaitu nilai skor terendah dikali selisih jumlah klasifikasi dikurangi satu

    dibagi dengan jumlah klasifikasi.

    Rentang skala = (Nilai tertinggi-Nilai Terendah) : 3

    Dengan demikian rentang skala klasifikasi kesesuaian lahan tanaman kemiri

    sebagai berikut:

    Tabel 6. Nilai Skor Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri

    No. Kesesuaian Lahan Rentang Skala Nilai Skor

    1. Sesuai 84 + 16 =100 100-84

    2. Cukup sesuai 67 + 16 = 83 83-67

    3. Tidak sesuai 50 + 16 =66 66-50

    C. Jenis Tanah di KPHP Maria

    Jenis tanah di wilayah KPHP Maria meliputi kepulauan seluas 5.458,47Ha;

    kompleks litosol dan mediteran coklat kemerahan seluas 678,55Ha; komplek

    mediteran coklat dan litosol seluas 20.702,49Ha dan regosol coklat seluas

    292,21Ha. Setelah dilakukan overlay diketahui bahwa jumlah petak yang sesuai

    untuk tanaman kemiri sebanyak 185 petak seluas 11.043,52Ha; sedangkan yang

    tidak sesuai untuk tanaman kemiri sebanyak 107 petak seluas 5.604,52Ha. Berikut

    adalah peta jenis tanah di KPHP Maria:

  • 19

    Gambar 2. Peta Jenis Tanah KPHP Maria

    D. Curah Hujan di KPHP Maria

    Iklim di Kabupaten dan Kota Bima termasuk iklim tropis dengan temperatur

    berkisar 23,2˚- 32,5˚C. Berdasarkan hasil evaluasi agroklimat klasifikasi iklim

    menurut Schmidt-Ferguson iklim di Wilayah KPHP Model Maria termasuk ke dalam

    tipe F, yaitu nilai perbandingan (Q) rata-rata bulan kering dibagi rata-rata bulan

    basah nilainya berkisar antara 1,67< Q < 3,00.

    Berdasarkan hasil overlay antara peta curah hujan Pulau Sumbawa dengan

    peta wilayah kerja KPHP Maria, diketahui bahwa wilayah dengan curah hujan 800-

    900mm/th seluas 897,36ha; wilayah dengan curah hujan 900-1000mm/th seluas

    4.298,07ha; wilayah dengan curah hujan 1000-1100mm/th seluas 17.800,96ha dan

    wilayah dengan curah hujan 1100-1200mm/th seluas 4.135,31ha. Berikut adalah

    peta curah hujan KPHP Maria:

  • 20

    Gambar 3. Peta Curah Hujan KPHP Maria

    E. Topografi di KPHP Maria

    Ketinggian t empa t w i la yah KPHP Maria terbagi menjadi 2 (dua) bagian

    yaitu; a) bagian luar mengelilingi kawasan mempunyai ketinggian tempat 5 - 500

    mdpl dengan topografi datar sampai landai, serta b) bagian dalam kawasan

    mempunyai ketinggian antara 500 - 1.949 mdpl dengan topografi bergelombang

    sampai berbukit.

    Berdasarkan hasil overlay digunakan peta topografi Pulau Sumbawa yang

    dengan peta wilayah kerja KPHP Maria, diketahui bahwa 272 petak yang sesuai

    untuk tanaman kemiri seluas 15.108,76Ha dan 20 petak yang tidak sesuai untuk

    tanaman kemiri seluas 1.539,28Ha. Berikut adalah peta topografi KPHP Maria:

  • 21

    Gambar 4. Peta Kontur KPHP Maria

    F. Kelerengan di KPHP Maria

    Untuk mengetahui kondisi kelerengan KPHP Maria, digunakan peta

    kelerengan Pulau Sumbawa yang diclip dengan peta wilayah kerja KPHP Maria.

    Berdasarkan hasil clip diketahui bahwa wilayah kerja KPHP Maria yang memiliki

    kelerengan antara 0-40% seluas 7.379,44Ha; sedangkan wilayah dengan

    kelerengan lebih dari 40% seluas 9.268,6Ha. Berikut adalah peta topografi KPHP

    Maria:

  • 22

    Gambar 5. Peta Kelerengan KPHP Maria

    G. Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kemiri

    Analisis kesesuaian lahan untuk tanaman kemiri dilakukan dengan

    pemodelan overlay (intersect) dengan pendekatan kuantitatif berjenjang.

    Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan skoring atau penilaian variabel atas

    suatu nilai atribut tertentu dan melakukan kalkulasi berdasarkan skor masing-masing

    variabel.

    Dari hasil intersect diketahui bahwa 55 (lima puluh lima) petak dengan luasan

    2.809,39Ha yang sesuai untuk tanaman kemiri. Jumlah petak dengan klasifikasi

    cukup sesuai untuk tanaman kemiri sebanyak 212 (dua ratus dua belas) petak

    seluas 12.079,58Ha. Sedangkan jumlah petak yang tidak sesuai untuk tanaman

    kemiri sebanyak 25 (dua puluh lima) petak dengan luasan 1.759,06Ha.

    Berdasarkan fungsi kawasan hutan, terdapat 24 (dua puluh empat) petak

    seluas 1.204,48Ha di hutan produksi dan 31 (tiga puluh satu) petak seluas

    1.604,91Ha di hutan produksi terbatas yang sesuai untuk tanaman kemiri. Terdapat

  • 23

    22 (dua puluh dua) petak seluas 1.206,95Ha di hutan produksi; 169 (seratus enam

    puluh Sembilan) petak seluas 8.633,31Ha dan 21 (dua puluh satu) petak seluas

    2.239,32Ha di hutan lindung yang cukup sesuai untuk tanaman kemiri. Terdapat 16

    (enam belas) petak seluas 742,81Ha di hutan produksi terbatas dan 9 (sembilan)

    petak seluas 1.016,25Ha di hutan lindung yang tidak sesuai untuk tanaman kemiri.

    Gambar 5. Peta Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kemiri di KPHP Maria

    Berikut adalah tabel jumlah dan luas petak kesesuaian lahan tanaman kemiri pada

    KPHP Maria:

    Tabel 7. Jumlah dan Luas Petak Berdasarkan Tingkat Kesesuaian Lahan Tanaman

    Kemiri Pada KPHP Maria

    No. Tingkat kesesuaian

    lahan

    Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas

    Hutan Lindung Jumlah

    Jml Petak

    Luas Petak (Ha)

    Jml Petak

    Luas Petak (Ha)

    Jml Petak

    Luas Petak (Ha)

    Jml Petak

    Luas Petak (Ha)

    1. Sesuai 24 1204,48 31 1604,91 0 0 55 2809,39

    2. Cukup sesuai 22 1206,95 169 8633,31 21 2239,32 212 12079,58

    3. Tidak sesuai 0 0 16 742,81 9 1016,25 25 1759,06

    Jumlah 46 2411,43 216 10981,03 30 3255,57 292 16648,03

  • 24

    Berikut adalah grafik kesesuaian lahan tanaman kemiri di KPHP Maria:

    Gambar 7. Grafik Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri di KPHP Maria

    Wilayah kerja KPHP Maria terdiri dari hutan lindung dan hutan produksi. Kawasan

    hutan tersebut kemudian dibagi per blok dengan pembagian terdiri dari: 1.) blok

    hutan lindung inti, 2.) blok hutan lindung pemanfaatan, 3.) blok hutan produksi

    pemanfaatan HHK-HA, 4.) blok hutan produksi pemanfaatan HHK-HT, 5.) blok hutan

    produksi pemanfaatan jasling HHBK dan ekowisata, 6.) blok hutan produksi

    pemberdayaan masyarakat dan 7.) blok hutan produksi perlindungan. Berdasarkan

    blok arahan fungsi tersebut, rincian petak kesesuaian lahan tanaman kemiri di KPHP

    Maria adalah sebagai berikut:

    JumlahPetak

    Luas Petak(Ha)

    JumlahPetak

    Luas Petak(Ha)

    JumlahPetak

    Luas Petak(Ha)

    Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Hutan Lindung

    Sesuai 24 1204,48 31 1604,91 0 0

    Cukup Sesuai 22 1206,95 169 8633,31 21 2239,32

    Tidak Sesuai 0 0 16 742,81 9 1016,25

    0

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    9000

    10000

    Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri

  • 25

    Tabel 8. Jumlah dan Luas Petak Berdasarkan Tingkat Kesesuaian Lahan Untuk

    Tanaman Kemiri Pada Blok Arahan KPHP Maria

    No. Tingkat

    Kesesuaian Lahan

    Jumlah Petak

    Luas (Ha) Blok Arahan

    1 Sesuai

    4 233,17 HP Pemanfaatan HHK-HA

    41 2091,17 HP Pemanfaatan HHK-HT

    9 430,50 HP Pemanfaatan Jasling, HHBK & Ekowisata

    1 54,61 HP Perlindungan

    2 Cukup Sesuai

    21 2239,32 HL Pemanfaatan

    75 3890,34 HP Pemanfaatan HHK-HA

    67 3541,08 HP Pemanfaatan Jasling, HHBK & Ekowisata

    7 360,41 HP Pemberdayaan Masyarakat

    42 2048,44 HP Perlindungan

    3 Tidak Sesuai

    9 1016,25 HL Pemanfaatan

    8 380,82 HP Perlindungan

    3 142,21 HP Pemanfaatan Jasling, HHBK & Ekowisata

    5 219,78 HL Pemanfaatan

    Dari tabel di atas terlihat bahwa sebaran petak yang sesuai untuk tanaman

    kemiri yang berada di blok HP-Pemanfaatan HHK-HA sebanyak 4 petak, blok HP-

    Pemanfaatan HHK-HT sebanyak 41 petak, blok HP Pemanfaatan JAsling, HHBK

    dan Ekowisata sebanyak 9 petak dan blok HP Perlindungan sebanyak 1 petak.

    Sebaran petak yang cukup sesuai untuk tanaman kemiri, pada blok HL Pemanfaatan

    sebanyak 21 petak, blok HP-Pemanfataan HHK-HA sebanyak 75 petak, blok HP-

    Pemanfaatan Jasling, HHBK dan Ekowisata sebanyak 67 petak, blok HP

    Pemberdayaan Masyarakat sebanyak 7 petak dan blok HP Perlindungan sebanyak

    42 petak. Sebaran petak yang tidak sesuai untuk tanaman kemiri, pada blok HL

    Pemanfaatan sebanyak 9 petak, blok HL Perlindungan sebanyak 8 petak, blok HP

    Pemanfaatan Jasling, HHBK dan Ekowisata sebanyak 3 petak, dan blok HL

    Pemanfaatan 5 petak.

  • 26

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat

    diambil sebagai berikut:

    1. Terdapat 24 petak seluas 1.204,48 Ha di hutan produksi dan 31 petak seluas

    1.604,91 Ha di hutan produksi terbatas yang sesuai untuk ditanami kemiri.

    2. Terdapat 22 petak seluas 1.206,95 Ha di hutan produksi; 169 petak seluas

    8.633,31 Ha di hutan produksi terbatas dan 21 petak seluas 2.239,32 Ha di hutan

    lindung yang cukup sesuai untuk ditanami kemiri.

    3. Terdapat 16 petak seluas 742.81 Ha di hutan produksi terbatas dan 9 petak

    seluas 1.016,25 Ha di hutan lindung yang tidak sesuai untuk ditanami kemiri.

    B. Saran

    Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka saran yang diberikan

    adalah:

    1. Karya tulis ini dapat diberikan kepada managemen KPHP Maria sebagai bahan

    pertimbangan dalam perencanaan kegiatan rehabilitasi lahan hutan.

    2. Kajian-kajian tentang kesesuaian lahan untuk jenis tanaman lain perlu dilakukan,

    sebagai bahan pertimbangan kegiatan rehabilitasi lahan hutan agar tingkat

    keberhasilan kegiatan bisa tinggi.

  • 27

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdurahim Martawijaya, dkk. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Departemen Kehutanan.

    Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor Tahun 2015.

    Anonim. Budidaya Kemiri. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

    Anto Rimbawanto dan Mudji Susanto. Topik I Kemiri. Buku Seri Iptek V Kehutanan.

    Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

    Budi Susetyo, dkk. 2014. Analisis Spasial Kemampuan dan Kesesuaian Lahan

    Untuk Mendukung Model Perumuasan Kebijakan Manajemen Lanskap di

    Sempadan Ciliwung, Kota Bogor. Majalah Ilmiah Globe No. 1 Juni 2014: hal

    51-58.

    H Manjela Eko Hartoyo, dkk. 2010. Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis

    (SIG) Tingkat Dasar. Tropenbos Internasional Indonesia Programme.

    Ismail, Ade Ilham, dkk. 2019. Pengelolaan Agroforestry Berbasis Kemiri (Aleurites

    moluccana) dan Pendapatan Petani di Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros,

    Sulawesi Selatan. Jurnal Hutan dan Masyarakat. Vol 11 (2): 139-150.

    Krisnawati, H, dkk. Aleurites moluccana (L.) Willd. Ekologi, Silvikultur dan

    Produktivitas.Center for International Forestry Research.

    Muhammad Rasid Ridho. Cara Membuat Tabel Rentang Skala Untuk Analisis

    Deskriptif. https://emerer.com/cara-membuat-tabel-rentang-skala-untuk-

    analisis-deskriptif/

    Pratiwi, dkk. 2012. Kesesuaian Tempat Tumbuh Jenis-Jenis Pohon di DAS Pemali

    Jratun, Jawa Tengah. JUrnal Peneliotian Hutan dan Konservasi Alam Vol.9

    No.4:299-321.

    Puspics. Pelatihan Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi

    Geografis Tingkat Dasar. Fakultas Geografi UGM. 2017

    Puspics. Pelatihan Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi

    Geografis Tingkat Analis. Fakultas Geografi UGM. 2018

    Ramadhani, Hendry. 2016. Kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd. Web BPDASHL

    Barito.

    RPHJP KPHP Maria Tahun 2015 -2024, September 2014.

    Senawi, 1997. Identifikasi Sistem Lahan dan Kesesuaian Lahan Hutan Dengan

    Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Program Pasca

    Sarjana. Universitas Gadjah Mada.

    https://emerer.com/cara-membuat-tabel-rentang-skala-untuk-analisis-deskriptif/https://emerer.com/cara-membuat-tabel-rentang-skala-untuk-analisis-deskriptif/

  • 28

    Subardja, D., S. Ritung, M. Anda, Sukarman, E. Suryani, dan R.E. Subandiono.

    2016. Petunjuk Teknis Klasifikasi Tanah Nasional. Edisi Ke-2. Balai Besar

    Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan

    Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. 60 hal.