Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahman nirrahim Salam Rimbawan, Puji syukur yang teramat dalam kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kekuatan untuk menyelesaikan karya tulis ini. Ide dibuatnya karya tulis ini adalah keinginan untuk mengetahui petak mana saja di KPHP Maria yang sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai untuk ditanami kemiri. Penulis mencoba mengurai permasalahan dengan membandingkan antara aspek ekologis dengan kondisi lahan yang ada dengan menggunakan sistem informasi geografis. Parameter yang digunakan untuk komparasi adalah jenis tanah, curah hujan, kelerengan dan ketinggian lahan dari permukaan air laut. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Kepala Balai, Kasubag Tata Usaha, Kasi Perencanaan dan Pelaksanaan Pengelolaan Hutan Produksi dan Kasi Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Hutan Produksi serta teman-teman fungsional BPHP Wilayah VII Denpasar. Mari terus berkarya untuk kehutanan Indonesia! Tidak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu saran dan kritik kami terima dengan terbuka, demi perbaikan karya tulis. Akhir kata, kami berharap agar karya tulis ini bermanfaat. Mengetahui Kepala Balai, Penulis,
I Ketut Gede Suartana, S.Hut, M.Sc Neny Triana, S.Hut NIP. 19700525 199803 1 006 NIP. 19780624 200801 2 015
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................ ii I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Maksud dan Tujuan .................................................................. 1 C. Ruang Lingkup .......................................................................... 1
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Kemiri ........................................................................... 2 B. Sistem Informasi Geografis.. ....................................................... 5 C. Kesesuaian Lahan ...................................................................... 6
III METODOLOGI
A. Bahan Karya Tulis ..................................................................... 8 B. Alat Karya Tulis.. ....................................................................... 8 C. Kerangka Analisis ....................................................................... 8 D. Tahapan Kerja ........................................................................... 10
III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum KPHP Maria ......................................................... 14 B. Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri ............................................. 16 C. Jenis Tanah di KPHP Maria ….. .................................................... 18 D. Curah Hujan di KPHP Maria ........................................................ 19 E. Topografi di KPHP Maria ............................................................. 20 F. Kelerengan di KPHP Maria .......................................................... 21 G. Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kemiri ................ 22
III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 26 B. Saran........................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam RPHJP Tahun 2015-2025, KPHP Maria telah menetapkan salah satu
arahan pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu adalah pengusahaan budidaya
kemiri pada kelompok hutan maria seluas 1.972 Ha. Pilihan arahan pemanfaatan ini
dikarenakan potensi kemiri yang banyak di KPHP Maria.
Supaya arahan pemanfaatan tersebut berjalan lancar, maka budidaya kemiri
harus dilaksanakan. Keberhasilan budidaya kemiri sangat dipengaruhi oleh
kesesuaian lahan (aspek ekologis). Sebidang lahan yang memiliki kesesuaian lahan
tinggi, maka secara ekologis keberhasilan budidaya akan tinggi pula.
Kesesuaian lahan adalah bentuk penggambaran tingkat kecocokan sebidang
lahan untuk suatu penggunaan tertentu (FAO, 1976 dalam Senawi, 1997). Analisis
kesesuaian lahan untuk tanaman kemiri dilakukan untuk meni
lai kecocokan sebidang lahan untuk ditanami kemiri.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari karya tulis ini adalah untuk menjawab pertanyaan
lahan mana saja pada areal kerja KPHP Maria yang sesuai, cukup sesuai dan tidak
sesuai untuk tanaman kemiri? Jawaban atas pertanyaan tersebut akan berguna bagi
KPHP Maria sebagai referensi sebelum melakukan kegiatan budidaya tanaman
kemiri, agar secara ekologis memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup karya tulis ini dibatasi hanya pada analisis kesesuaian lahan
untuk tanaman kemiri pada wilayah kerja KPHP Maria dengan menggunakan sistem
informasi geografis.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Kemiri
Dalam buku Aleurites moluccana (L.) Willd Ekologi, Silvikultur dan
Produktivitas halaman 1 disebutkan bahwa secara taksonomi, kemiri
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Klas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Spesies : Aleurites moluccana
Selanjutnya dalam buku Atlas Kayu Indonesia disebutkan bahwa nama
daerah kembiri, kemili, madang lajo (Smt); kamere, kemiri, komere, miri, muncang
(Jw); keminting, kemiri (Klm); berau (Slw); kemiri, kemwiri, kumiri, mi, nena, nyenga
(Mlk); tenu (NTT); anoi (IJ).
Habitus pohon kemiri adalah tinggi pohon sampai 35m dengan panjang
batang bebas cabang 9-14 m, diameter sampai 100 cm, tidak berbanir. Kulit luar
berwarna kelabu, beralur sedikit dan dangkal, tidak mengelupas. Warna kayu teras
berwarna putih kekuning-kuningan, mudah diserang jamur biru, gubal tidak dapat
dibedakan dari kayu teras. Tekstur kayu agak kasar. Arah serat lurus. Permukaan
kayu agak kesat sampai agak licin. Permikaan kayu sedikit mengkilap.
Dalam buku Aleurites moluccana (L.) Willd Ekologi, Silvikultur dan
Produktivitas disebutkan Kemiri tergolong pohon berukuran sedang dengan tajuk
lebar (Gambar 1) yang dapat mencapai ketinggian hingga 20 m dan diameter
setinggi dada hingga 90 cm. Pada tempat terbuka, jenis ini umumnya hanya dapat
mencapai ketinggian pohon 10–15 m.
Umumnya bentuk cabang pohon kemiri adalah berliku, tidak teratur,
membentang lebar dan menggantung pada cabang bagian samping. Pada lembah
yang sempit, pohon kemiri biasanya memiliki sedikit percabangan dan tumbuh
menjulang tinggi. Kulit batangnya berwarna abu-abu coklat dan bertekstur agak
halus dengan garis-garis vertikal yang indah.
3
Daunnya mudah dikenali dari bentuknya yang khas, umumnya terdiri dari 3–5
helai daun dari pangkal, berselang-seling dan pinggir daun bergelombang. Panjang
satu helai daun sekitar 10–20 cm dengan dua kelenjar di bagian perpotongan antara
pangkal dan tangkai yang mengeluarkan getah manis. Daun pohon yang muda
biasanya sederhana dan berbentuk seperti delta atau oval. Bagian atas permukaan
daun yang masih muda berwarna putih mengilap seperti perak, yang kemudian akan
berubah warna menjadi hijau tua seiring dengan bertambahnya umur pohon.
Permukaan daun bagian bawah berbulu halus dan mengilap seperti karat (Elevitch
dan Manner 2006).
Bunga kemiri memiliki kelamin ganda, dimana bunga jantan dan betina
berada pada pohon yang sama. Bunga kemiri berwarna putih kehijauan, harum dan
tersusun dalam sejumlah gugusan sepanjang 10–15 cm, dimana terdapat banyak
bunga jantan kecil mengelilingi bunga betina. Mahkota bunga berwarna putih
dengan lima kelopak bunga berwarna putih kusam (krem), berbentuk lonjong
dengan panjang 1,3 cm. Buah kemiri berwarna hijau sampai kecoklatan, berbentuk
oval sampai bulat dengan panjang 5–6 cm dan lebar 5–7 cm. Satu buah kemiri
umumnya berisi 2–3 biji, tetapi pada buah jantan kemungkinan hanya ditemukan
satu biji. Biji kemiri dapat dimakan jika dipanggang terlebih dahulu. Kulit biji kemiri
umumnya kasar, hitam, keras dan berbentuk bulat panjang sekitar 2,5–3,5 cm
(Elevitch dan Manner 2006).
Pohon kemiri banyak djumpai di daerah beriklim hujan tropis, dengan kondisi
agak kering selama musim kemarau. Jenis ini tumbuh subur di daerah tropis yang
lembap sampai ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Di daerah yang
berdekatan dengan garis khatulistiwa, kemiri dilaporkan dapat tumbuh pada
ketinggian 2000 m di atas permukaan laut (Elevitch dan Manner 2006). Di Indonesia,
kemiri dapat dijumpai pada ketinggian 0–800 m pada areal yang berkonfigurasi datar
hingga bergelombang (Direktorat Hutan Tanaman Industri 1990). Kemiri juga dikenal
dapat beradaptasi dengan baik di daerah lereng, bahkan di lembah yang curam.
Pohon kemiri tumbuh di daerah dengan curah hujan rata-rata tahunan berkisar
antara 640 sampai dengan 4290 mm atau rata-rata 1940 mm (Duke 1983). Suhu
rata-rata tahunan untuk pertumbuhan kemiri berkisar antara 18 sampai dengan
28°C. Suhu maksimum pada bulan terpanas sekitar 26–30°C, sedangkan suhu
minimum pada bulan terdingin sekitar 8–13°C.
4
Di Indonesia, kemiri juga dapat tumbuh pada daerah yang kering dengan
curah hujan tahunan hanya mencapai 200 mm seperti di Sulawesi Selatan dan Nusa
Tenggara Timur dan bahkan di tempat yang basah seperti di Jawa Barat (Ginoga
dkk. 1989). Pohon kemiri dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, termasuk lempung
merah, liat berbatu, pasir dan batu kapur. Pohon kemiri juga tidak memerlukan
sistem drainase yang baik. Jenis ini bisa tumbuh pada tanah yang agak asam dan
sedikit basa dengan pH 5–8. Pohon kemiri cukup toleran terhadap kekeringan dan
bahkan dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur jika ditanam dengan baik
pada kelembapan tanah yang cukup. Kemiri mampu berkembang di lingkungan yang
lembap, menyukai cahaya dan tumbuh sebagai pohon pionir di tempat terbuka
apabila curah hujannya sesuai. Jenis ini juga dapat tumbuh di bawah naungan
sampai dengan tingkat penutupan 25% (Elevitch dan Manner 2006).
Kemiri (Aleurites moluccana (L) Wild merupakan tanaman famili
dari Euphorbiaceae dengan sebaran alami di daerah tropic. Di Indonesia umumnya
dapat ditemui di Sumatera Utara, Jawa, Madura, dan S
ulawesi Selatan. Namun dengan meningkatnya nilai komiditi dari tanaman ini, kemiri
kini dapat ditemukan dimana saja. Tanaman kemiri dapat tumbuh di tanah kapur,
latosol atau podsolik, dengan curah hujan 1.100-2.400 mm dengan hari hujan 80 –
110 hari pertahun dan ketinggian sampai 1200 mdpl (Dali J. 1993 cit. Ramadhani
2016). Tanaman kemiri dapat tumbuh pada lahan datar, bergelombang dan
bertebing-tebing curam.
Hampir semua bagian dari pohon kemiri seperti daun, buah, kulit, kayu, akar,
getah dan bunganya dapat dimanfaatkan, baik untuk obat-obatan tradisional,
penerangan, bahan bangunan, bahan pewarna, bahan makanan, dekorasi maupun
berbagai kegunaan lain (Heyne 1987). Namun demikian, pohon kemiri juga memiliki
sifat beracun sehingga perlu kewaspadaan bila ingin menggunakan bagianbagian
pohon lainnya untuk tujuan pengobatan atau konsumsi.
Di Pulau Jawa, kulit pohon kemiri dimanfaatkan sebagai obat diare (disentri).
Di Jepang, bagian kulit kemiri digunakan untuk obat tumor. Adapun di Sumatera, biji
kemiri digunakan untuk obat sembelit dengan cara ditumbuk dan dibakar dengan
menggunakan arang, kemudian dioleskan ke sekitar pusar (perut). Di Malaysia,
daun kemiri direbus dan dimanfaatkan sebagai obat untuk sakit kepala, demam,
bisul, bengkak pada persendian dan kencing nanah. Di Hawai, bunga dan getah
5
segar kemiri yang baru saja disadap digunakan untuk obat sariawan pada anak-
anak (Scott dan Craig 2000).
Selain itu, biji kemiri yang kering juga lazim digunakan sebagai bahan
masakan di Indonesia dan Malaysia. Minyak yang diekstrak dari biji kemiri
mengandung zat yang iritan dan dapat berfungsi sebagai pencahar. Tumbukan biji
kemiri dapat digunakan sebagai pengganti sabun. Selain itu juga dapat digunakan
sebagai perangsang pertumbuhan rambut atau sebagai bahan aditif dalam
perawatan rambut. Saat ini minyak kemiri dengan kualitas tinggi sudah menjadi
produk komersial utama dan dijual secara luas di industri kosmetika. Lebih lanjut
lagi, sisa biji yang sudah diekstrak minyaknya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
(Elevitch and Manner 2006).
Pada sejumlah lahan pertanian, kemiri umumnya ditanam sebagai penahan
angin, pembatas, penaung, stabilisator tanah dan pengisi lahan-lahan yang kosong.
Di daerah perkotaan, kemiri umumnya ditanam sebagai pohon peneduh dan
memberikan pemandangan yang indah dengan daunnya yang lebar dan bunga putih
kecilnya yang menarik. Kayu dari pohon kemiri tidak dimanfaatkan secara meluas
karena tidak tahan terhadap serangan hama dan mudah rusak. Meskipun demikian,
di beberapa negara seperti Cina, Malaysia dan Indonesia, kayu kemiri telah
digunakan untuk bahan pembuatan kontainer, kotak, lemari, peti kemas, sumpit dan
korek api. Di Bali, beberapa ukiran atau kerajinan tangan tradisional terbuat dari
kayu kemiri pilihan. Selain itu, penelitian Martawijaya dkk. (1989) juga telah
menunjukkan bahwa kayu kemiri dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp dan
vinir kayu lapis. Di Hawai, batang kayu kemiri juga digunakan untuk membuat
sampan kecil untuk keperluan memancing (Elevitch dan Manner 2006).
B. Sistem Informasi Geografis
Dalam modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis Tingkat Dasar yang
diselenggarakan oleh Tropenbos Internasional Indonesia Pragramme disebutkan
bahwa secara umum pengertian SIG adalah suatu komponen yang terdiri dari
perangkat keras,perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang
bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki,
memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan
6
menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis. Dari definisi ini dapat
diuraikan menjadi beberapa sub sistem yaitu data input, dasa output, data
manajemen, dan data manipulasi dan analisis. Jika subsistem SIG di atas diperjelas
berdasarkan uraian jenis masukan, proses, dan jenis keluaran yang ada di
dalamnya.
Dalam modul tersebut juga dijelaskan SIG memiliki keunggulan dalam
menyajikan data-data spasial tersebut sehingga lebih mudah untuk dianalisis dan
diketahui polanya. Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh SIG adalah kemampuan
untuk melakukan overlay atau tumpang tindih dari data-data atribut suatu wilayah.
Proses overlay atau tumpang tindih ini biasa digunakan untuk menganalisis dan
menghasilkan informasi baru berdasarkan data-data spasial dan atribut yang telah
ada. Misalnya dalam menghasilkan peta kesesuaian lahan untuk tanaman tertentu,
overlay dari beberapa data atribut seperti elevasi lahan, kemiringan lereng, dan data
curah hujan dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan untuk ditanami
jenis tanaman tertentu.
Dalam modul yang sama juga dijelaskan SIG mempunyai kemampuan untuk
menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi,
menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang
akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi
geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai
dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan
seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang
membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. Sebagian besar data yang akan
ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi
geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan
mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu
informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute).
C. Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah bentuk penggambaran tingkat kecocokan sebidang
lahan untuk suatu penggunaan tertentu (FAO, 1976 dalam Senawi, 1997). Analisis
kesesuaian lahan untuk tanaman kemiri dilakukan untuk menilai kecocokan
7
sebidang lahan untuk ditanami kemiri. Caranya dengan membandingkan antara
persyaratan tumbuh tanaman kemiri dengan karakteristik lahan yang ada.
Tingkat kesesuaian lahan yang digunakan pada karya tulis ini adalah sesuai,
cukup sesuai dan tidak sesuai. Jika hasil analisis kesesuaian lahan dinyatakan
sesuai, maka secara ekologis lahan tersebut cocok untuk ditanami kemiri. Jika hasil
analisis kesesuaian lahan dinyatakan cukup sesuai, maka secara ekologis lahan
tersebut cukup cocok untuk ditanami kemiri. Namun jika hasil analisis kesesuaian
lahan dinyatakan tidak sesuai, maka secara ekologis lahan tersebut tidak cocok
untuk ditanami kemiri.
8
III. METODOLOGI
A. Bahan Karya Tulis
Bahan yang dipakai dalam penyusunan karya tulis ini adalah:
1. Peta wilayah kerja (petak) KPHP Maria
2. Peta jenis tanah Pulau Sumbawa
3. Peta curah hujan Pulau Sumbawa
4. Peta topografi Pulau Sumbawa
5. Peta kelerengan Pulau Sumbawa
B. Alat Karya Tulis
Alat yang dipakai dalam penyusunan karya tulis ini adalah:
1. Komputer dengan software ARCGIS
2. Internet
3. Pustaka yang relevan
4. Alat tulis kantor
C. Kerangka Analisis
Peta kesesuaian lahan kemiri adalah peta yang menunjukkan lahan mana
yang secara ekologis cocok untuk ditanami kemiri. Tingkat kesesuaian lahan yang
digunakan pada karya tulis ini adalah sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai.
Untuk mendapatkan peta kesesuaian lahan kayu tersebut, hal pertama yang
dilakukan adalah pengumpulan data dan nformasi yaitu peta wilayah kerja, peta
jenis tanah, peta topografi dan peta curah hutan KPHP Maria. Peta wilayah kerja
KPHP Maria sudah terbagi ke dalam petak-petak, dimana petak ini merupakan unit
manajemen dan unit silvikultur terkecil. Peta jenis tanah KPHP Maria didapatkan
dengan melakukan clip antara peta jenis tanah Pulau Sumbawa dengan peta
wilayah kerja. Demikian juga dengan peta curah hujan dan peta topografi, semua
9
dilakukan dengan melakukan clip antara peta Pulau Sumbawa dengan peta wilayah
kerja KPHP Maria. Selanjutnya adalah merumuskan klasifikasi kesesuaian lahan
untuk kemiri dengan memperhatikan hasil studi pustaka.
Tahapan selanjutnya adalah intersect peta tanah, peta curah hujan dan peta
topografi dan penghitungan kesesuaian lahan dengan ARCGIS. Karena satuan
terkecil polygon dalam analisis kesesuaian lahan adalah petak, maka hasil klasifikasi
kesesuaian lahan tanaman kemiri pada KPHP Maria juga dalam bentuk petak. Hal
ini sesuai dengan konsep bahwa petak merupakan unit managemen dan unit
silvikultur terkecil dalam pengelolaan hutan. Berikut adalah kerangka analisis
kesesuaian lahan tanaman kemiri pada KPHP Maria:
Gambar 1. Kerangka Analisis Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri
Peta curah
hujan
Peta
topografi
Peta kesuaian
lahan kemiri
Kriteria
kesesuaian
lahan kemiri Overlay /
intersect
Peta
kelerengan
Peta jenis
tanah
Peta wilayah
kerja
10
D. Tahapan Kerja
Tahapan kerja pada penyusunan karya tulis ini sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data dan informasi
a. Mengumpulkan peta wilayah kerja KPHP Maria.
b. Mengumpulkan peta jenis tanah, curah hujan dan topografi Pulau Sumbawa.
c. Mengumpulkan data dan informasi terkait parameter ekologis kesesuaian
lahan. Pada karya tulis ini parameter yang digunakan adalah jenis tanah,
curah hujan dan ketinggian tempat dari permukaan air laut.
2. Membuat klasifikasi kesesuaian lahan
Berdasarkan studi pustaka, dibuat klasifikasi kesesuaian lahan sebagai berikut:
Tabel 1. Parameter Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri
No. Parameter Uraian Kesesuaian Nilai Skor
1. Jenis Tanah Tanah kapur (renzina,
mediteran), latosol,
podsolik
Sesuai 25
Selain tanah kapur
(renzina, mediteran),
latosol, podsolik
Tidak sesuai 12.5
2. Curah Hujan
(mm/tahun)
1100 – 2400 Sesuai 25
0 < 1100 dan > 2400 Tidak sesuai 12.5
3. Ketinggian tempat
(mdpl)
0 - 800 Sesuai 25
„ > 800 Tidak sesuai 12.5
4. Kelerengan (%) 0 - 40 Sesuai 25
„ > 40 Tidak sesuai 12.5
Dari tabel di atas, dapat dibuat jumlah nilai tertinggi dan nilai terendah ketiga
parameter sebagai berikut:
Tabel 2. Nilai Tertinggi dan Terendah Parameter Kesesuaian Lahan
No. Parameter Nilai Tertinggi Nilai Terendah
1. Jenis Tanah 25 12.5
2. Curah Hujan 25 12.5
11
3. Ketinggian tempat 25 12.5
4. Kelerengan 25 12.5
Jumlah 100 50
Untuk menentukan rentang skala nilai suatu klasifikasi digunakan rumus yaitu
nilai skor terendah dikali selisih jumlah klasifikasi dikurangi satu dibagi dengan
jumlah klasifikasi.
Rentang skala = (Nilai tertinggi – Nilai terendah) : 3
Dengan demikian rentang skala klasifikasi kesesuaian lahan tanaman kemiri
sebagai berikut:
Tabel 3. Nilai Skor Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri
No. Kesesuaian Lahan Rentang Skala Nilai Skor
1. Sesuai 84 + 16 =100 100-84
2. Cukup sesuai 67 + 16 = 83 83-67
3. Tidak sesuai 50 + 16 =66 66-50
3. Membuat peta curah hujan
Peta curah hujan KPHP Maria dibuat dengan cara mengclip peta curah hujan
Pulau Sumbawa dengan peta wilayah kerja KPHP Maria.
4. Membuat peta jenis tanah
Peta jenis tanah KPHP Maria dibuat dengan cara mengclip peta jenis tanah
Pulau Sumbawa dengan peta wilayah kerja KPHP Maria.
5. Membuat peta topografi
Peta topografi KPHP Maria dibuat dengan cara mengclip peta topografi Pulau
Sumbawa dengan peta wilayah kerja KPHP Maria.
6. Membuat peta kelerengan
Peta kelerengan KPHP Maria dibuat dengan cara mengclip peta topografi Pulau
Sumbawa dengan peta wilayah kerja KPHP Maria.
7. Intersect peta jenis tanah, peta curah hujan dan peta topografi.
Proses ini dilakukan untuk menggabungkan data beserta atributnya yang
memiliki batas geometri yang sama. Feature class yang dihasilkan dari proses
12
intersect antara peta jenis tanah, peta curah hujan, peta kelerengan dan peta
topografi adalah polygon yang identik dengan petak di KPHP Maria. Proses
intersect sebagai berikut:
a. Geoprocessing
b. Intersect
8. Melakukan klasifikasi kesesuaian lahan dengan pendekatan kuantitatif berjenjang
(skoring area)
Setelah proses intersect selesai, proses selanjutnya adalah klasifikasi
kesesuaian lahan dengan pendekatan kuantitatif berjenjang. Pendekatan ini
dilakukan dengan melakukan skoring, atau penilaian variable atas suatu nilai
atribut tertentu dan melakukan kalkulasi berdasarkan skor/nilai masing-masing
variabel. Prosesnya sebagai berikut:
a. Open attribute table
b. Add Field untuk membuat field kls_elev, kls_ch, kls_tanah dan skor total.
c. Mengisi semua field kecuali field skor total, sesuai dengan aturan kesesuaian
lahan tanaman kemiri yang dibuat.
d. Mengisi field calculator skor total dengan membuat query
[kl_elev]+[kl_ch]+[kl_tanah]
9. Melakukan klasifikasi kesesuaian lahan yang terbagi menjadi sesuai, cukup
sesuai dan tidak sesuai.
a. Open attribute table
b. Add field untuk membuat field kesuaian lahan
c. Select By Attributes
d. Setelah polygon terpilih tersorot, mengisi field kesesuaian lahan dengan field
calculator.
e. Membuat query “3=sesuai”, jika skor total antara 100-84, membuat query
“2=cukup sesuai”, jika skor total antara 83-67 dan membuat query “1=tidak
sesuai”, jika skor total antara 66-50
10. Membuat layout peta kesesuaian lahan tanaman kemiri
Setelah skoring dan analisis kesesuaian lahan selesai, proses selanjutnya adalah
membuat peta kesesuaian lahan tanaman kemiri pada KPHP Maria. Prosesnya
sebagai berikut:
a. Properties
b. Symbology
13
c. Categories, pilih field kesesuaian lahan
d. Add All Values
e. Klik kanan layer
f. Data
g. Export Data
h. Layouting peta kesesuaian lahan tanaman kemiri
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum KPHP Maria
Wilayah kelola KPHP Maria secara geografis terletak antara 118° 43‟ 00” -
119° 06‟ 45” Bujur Timur dan 08° 07‟ 30” - 08° 31‟ 15‟‟ Lintang Selatan dan secara
administrasi pemerintahan meliputi 2 (dua) Kabupaten, yaitu; Kabupaten Bima yang
terdiri dari 4 Kecamatan (Ambalawi, Wera, Wawo, Sape) dan Kota Bima yang terdiri
dari 3 Kecamatan (Asakota, Rasanae Timur dan Mpunda). Wilayah kelola KPHP
Maria memiliki batas-batas geografis, sebelah utara oleh Laut Jawa; sebelah
selatan oleh Samudera Indonesia, sebelah barat oleh Teluk Bima dan sebelah timur
oleh Selat Flores.
Berdasarkan kelompok hutan, wilayah KPHP Maria terdiri dari 5 (lima)
Kelompok Hutan (KH), yaitu: 1) Kelompok Hutan Maria (RTK 25), 2) Kelompok
Hutan Tololai (RTK 24), 3) Kelompok Hutan Tolowata (RTK 23), 4) Kelompok Hutan
Nanganae Kapenta (RTK 68), dan 5) Kelompok Hutan Pulau Sangiang (RTK 86).
Sedangkan, berdasarkan wilayah Pengelolaan DAS, sesuai dengan Keputusan
Gubernur Nusa Tenggara Barat nomor 147 tahun 1999 tentang Pembagian Sub
Satuan Wilayah Sungai/Daerah Aliran Sungai di Satuan Wilayah Sungai Lombok
dan Satuan Wilayah Sungai Sumbawa, wilayah kelola KPHP Maria masuk dalam 2
(dua) wilayah Pengelolaan DAS yaitu DAS Parado Nae dan DAS Sari.
Luas keseluruhan wilayah kerja KPHP Maria sesuai Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor SK. 752/Menhut-II/2012 adalah seluas ± 27.632 Ha yang terdiri
dari Hutan Lindung (HL) seluas ± 8.515 Ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas ±
14.563 Ha dan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas ± 4.554 Ha yang tersebar pada 5
(lima) Kelompok Hutan (KH), yaitu: 1) KH Maria (RTK 25), 2) KH Tololai (RTK 24),
3) KH Tolowata (RTK 23), 4) KH Nanganae Kapenta (RTK 68) dan 5) KH Pulau
Sangiang (RTK 86).
Sementara berdasarkan hasil tata batas, luas wilayah kelola KPHP Maria
seluas 28.939,10 Ha yang terdiri dari 26.870,30 Ha berada di Kabupaten Bima dan
2.068,80 Ha di Kota Bima. Luas wilayah kerja KPHP Maria berdasarkan fungsi
hutannya terdiri dari 13.766,10 Ha dengan fungsi hutan produksi terbatas,
5.223,60 Ha dengan fungsi hutan produksi tetap dan 9.949,40 Ha dengan fungsi
hutan lindung.
15
Untuk dapat melaksanakan pengelolaan secara efektif dan efisien di tingkat
tapak, wilayah kelola KPHP Maria harus ditata melalui kegiatan tata hutan. Kegiatan
tata hutan ini berupa pembuatan rancang bangun unit pengelolaan hutan yang
disesuaikan dengan tipe ekosistem dan potensi yang ada didalamnya. Kegiatan tata
hutan ini berdasar pada beberapa aturan hukum, yaitu : UU No. 41 tahun 1999 pasal
21a tentang Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan, pasal 22 tentang Tata
Hutan yang kemudian diturunkan melalui PP No. 6 tahun 2007 pasal 12.
Berdasarkan pada PP tersebut, kemudian dikeluarkan Permenhut No. P.6/Menhut-
II/2010 tentang Norma, standar, prosedur dan kriteria pengelolaan KPHL dan KPHP,
dimana pasal 4 menerangkan tentang tata hutan yang diperinci dengan Peraturan
Dirjen Planologi Kehutanan No. P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata
Hutan dan Rencana Pengelolaan KPHL dan KPHP dimana berdasarkan hasil
inventarisasi hutan maka dilakukan pembuatan blok pada kawasan dengan
mempertimbangkan: 1) karakteristik kondisi biofisik lapangan, 2) kondisi sosial
ekonomi, 3) potensi sumberdaya alam dan 4) keberadaan ijin usaha pemanfaatan
dan penggunaan kawasan hutan serta 5) faktor-faktor pembatas. Blok didefinisikan
sebagai bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pengelolaan.
Selain itu, dalam pembagian blok dimungkinkan untuk menetapkan blok
sebagai wilayah tertentu yang didefinisikan sebagai wilayah yang situasi dan
kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan
pemanfaatannya berada di luar areal ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan
hutan. Berdasarkan Perdirjen tersebut, pembagian blok di dalam hutan lindung
terdiri atas blok inti, blok pemanfataan, dan blok khusus. Sementara di hutan
produksi, pembagian blok terdiri atas blok perlindungan, blok pemanfaatan jasa
lingkungan dan HHBK, blok pemanfaatan HHK-HT dan HHK-HA, blok
pemberdayaan masyarakat dan blok khusus. Blok-blok tersebut kemudian dibagi
lagi ke dalam petak dengan tujuan efisiensi dan efektivitas pengelolaan hutan.
Setelah kawasan terbagi kedalam blok, maka dilakukan pembuatan petak di
dalam blok tersebut. Petak merupakan bagian dari blok dengan luasan tertentu dan
menjadi unit usaha pemanfaatan terkecil, dimana pembagiannya berdasarkan
pertimbangan produktivitas dan potensi areal/lahan, kawasan lindung dan
rancangan areal untuk pemanfaatan.
16
Untuk kawasan KPHP Maria, dalam pembagian blok dan petak pendekatan
satuan lahan yang digunakan adalah daerah tangkapan air (DAS/Sub DAS/Sub-
sub DAS) dengan kisaran luas pada masing-masing petak pada hutan lindung di
kawasan KPHP Maria adalah >100 Ha, sementara untuk hutan produksi sebesar
50 - 100 Ha. Berdasarkan prosedur penataan hutan tersebut, maka kawasan hutan
KPHP Maria yang terdiri dari hutan dengan fungsi produksi dan lindung terbagi
kedalam 8 (delapan) blok, dimana 6 (lima) blok berada di kawasan hutan produksi
terbatas dan tetap, serta 2 (dua) blok berada di kawasan hutan lindung. Kawasan
dengan fungsi produksi terbagi atas; 1) blok perlindungan, 2) blok pemanfaatan jasa
lingkungan dan HHBK, 3) blok pemanfaatan HHK-HA, 4) blok pemanfaatan HHK-
HT, 5) blok pemberdayaan masyarakat dan 6) blok Khusus dengan petak berjumlah
± 261 petak, sementara untuk kawasan hutan lindung, terbagi atas; 1) blok inti dan
2) blok pemanfaatan dengan jumlah petak keseluruhan ± 30 petak.
B. Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri
Kesesuaian lahan adalah bentuk penggambaran tingkat kecocokan sebidang
lahan untuk suatu penggunaan tertentu (FAO, 1976 dalam Senawi, 1997). Analisis
kesesuaian lahan untuk tanaman kemiri dilakukan untuk menilai kecocokan
sebidang lahan untuk ditanami kemiri. Caranya dengan membandingkan antara
persyaratan tumbuh tanaman kemiri dengan karakteristik lahan yang ada.
Berdasarkan studi pustaka diketahui bahwa tanaman kemiri tumbuh pada
ketinggian antara 0 sampai dengan 800 m di atas permukaan laut, curah hujan rata-
rata 1.100 sampai dengan 2.400 mm per tahun serta umumnya kemiri relatif mudah
ditanam, terutama pada jenis tanah kapur (renzina), latosol dan podsolik. Tanaman
kemiri dapat tumbuh pada lahan datar, bergelombang dan bertebing-tebing curam.
Sehingga parameter kesesuaian lahan yang digunakan dalam karya tulis ini
adalah:
1. Topografi atau ketinggian tempat
2. Curah hujan
3. Jenis tanah
4. Kelerengan
17
Klasifikasi kesesuaian lahan tanaman kemiri yang digunakan dalam karya
tulis ini ada 3 (tiga) yaitu sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Jika hasil analisis
kesesuaian lahan dinyatakan sesuai, maka secara ekologis lahan tersebut cocok
untuk ditanami kemiri. Jika hasil analisis kesesuaian lahan dinyatakan cukup sesuai,
maka secara ekologis lahan tersebut cukup cocok untuk ditanami kemiri. Namun jika
hasil analisis kesesuaian lahan dinyatakan tidak sesuai, maka secara ekologis lahan
tersebut tidak cocok untuk ditanami kemiri.
Tingkat kesesuaian lahan diperoleh dengan melakukan skoring terhadap
ketiga parameter yang eksisting pada petak-petak di KPHP Maria. Hasil skoring
setiap parameter kemudian dijumlahkan dan dibandingkan dengan klasifikasi
kesesuaian lahan yang telah dibuat.
Skoring parameter menggunakan sistem pembobotan, dengan total bobot
100. Berikut adalah nilai skor untuk masing-masing parameter:
Tabel 4. Parameter Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri
No. Parameter Uraian Kesesuaian Nilai Skor
1. Jenis Tanah Tanah kapur (renzina,
mediteran), latosol,
podsolik
Sesuai 25
Selain tanah kapur
(renzina, mediteran),
latosol, podsolik
Tidak sesuai 12.5
2. Curah Hujan
(mm/tahun)
1100 – 2400 Sesuai 25
0 < 1100 dan > 2400 Tidak sesuai 12.5
3. Ketinggian tempat
(mdpl)
0 - 800 Sesuai 25
„ > 800 Tidak sesuai 12.5
4. Kelerengan (%) 0 - 40 Sesuai 25
„ > 40 Tidak sesuai 12.5
Dari tabel di atas, dapat dibuat jumlah nilai tertinggi dan nilai terendah untuk
ketiga parameter sebagai berikut:
18
Tabel 5. Nilai Tertinggi dan Terendah Parameter Kesesuaian Lahan
No. Parameter Nilai Tertinggi Nilai Terendah
1. Jenis Tanah 25 12.5
2. Curah Hujan 25 12.5
3. Ketinggian tempat 25 12.5
4. Kelerengan 25 12.5
Jumlah 100 50
Untuk menentukan rentang skala nilai suatu klasifikasi digunakan
rumus yaitu nilai skor terendah dikali selisih jumlah klasifikasi dikurangi satu
dibagi dengan jumlah klasifikasi.
Rentang skala = (Nilai tertinggi-Nilai Terendah) : 3
Dengan demikian rentang skala klasifikasi kesesuaian lahan tanaman kemiri
sebagai berikut:
Tabel 6. Nilai Skor Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri
No. Kesesuaian Lahan Rentang Skala Nilai Skor
1. Sesuai 84 + 16 =100 100-84
2. Cukup sesuai 67 + 16 = 83 83-67
3. Tidak sesuai 50 + 16 =66 66-50
C. Jenis Tanah di KPHP Maria
Jenis tanah di wilayah KPHP Maria meliputi kepulauan seluas 5.458,47Ha;
kompleks litosol dan mediteran coklat kemerahan seluas 678,55Ha; komplek
mediteran coklat dan litosol seluas 20.702,49Ha dan regosol coklat seluas
292,21Ha. Setelah dilakukan overlay diketahui bahwa jumlah petak yang sesuai
untuk tanaman kemiri sebanyak 185 petak seluas 11.043,52Ha; sedangkan yang
tidak sesuai untuk tanaman kemiri sebanyak 107 petak seluas 5.604,52Ha. Berikut
adalah peta jenis tanah di KPHP Maria:
19
Gambar 2. Peta Jenis Tanah KPHP Maria
D. Curah Hujan di KPHP Maria
Iklim di Kabupaten dan Kota Bima termasuk iklim tropis dengan temperatur
berkisar 23,2˚- 32,5˚C. Berdasarkan hasil evaluasi agroklimat klasifikasi iklim
menurut Schmidt-Ferguson iklim di Wilayah KPHP Model Maria termasuk ke dalam
tipe F, yaitu nilai perbandingan (Q) rata-rata bulan kering dibagi rata-rata bulan
basah nilainya berkisar antara 1,67< Q < 3,00.
Berdasarkan hasil overlay antara peta curah hujan Pulau Sumbawa dengan
peta wilayah kerja KPHP Maria, diketahui bahwa wilayah dengan curah hujan 800-
900mm/th seluas 897,36ha; wilayah dengan curah hujan 900-1000mm/th seluas
4.298,07ha; wilayah dengan curah hujan 1000-1100mm/th seluas 17.800,96ha dan
wilayah dengan curah hujan 1100-1200mm/th seluas 4.135,31ha. Berikut adalah
peta curah hujan KPHP Maria:
20
Gambar 3. Peta Curah Hujan KPHP Maria
E. Topografi di KPHP Maria
Ketinggian t empa t w i la yah KPHP Maria terbagi menjadi 2 (dua) bagian
yaitu; a) bagian luar mengelilingi kawasan mempunyai ketinggian tempat 5 - 500
mdpl dengan topografi datar sampai landai, serta b) bagian dalam kawasan
mempunyai ketinggian antara 500 - 1.949 mdpl dengan topografi bergelombang
sampai berbukit.
Berdasarkan hasil overlay digunakan peta topografi Pulau Sumbawa yang
dengan peta wilayah kerja KPHP Maria, diketahui bahwa 272 petak yang sesuai
untuk tanaman kemiri seluas 15.108,76Ha dan 20 petak yang tidak sesuai untuk
tanaman kemiri seluas 1.539,28Ha. Berikut adalah peta topografi KPHP Maria:
21
Gambar 4. Peta Kontur KPHP Maria
F. Kelerengan di KPHP Maria
Untuk mengetahui kondisi kelerengan KPHP Maria, digunakan peta
kelerengan Pulau Sumbawa yang diclip dengan peta wilayah kerja KPHP Maria.
Berdasarkan hasil clip diketahui bahwa wilayah kerja KPHP Maria yang memiliki
kelerengan antara 0-40% seluas 7.379,44Ha; sedangkan wilayah dengan
kelerengan lebih dari 40% seluas 9.268,6Ha. Berikut adalah peta topografi KPHP
Maria:
22
Gambar 5. Peta Kelerengan KPHP Maria
G. Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kemiri
Analisis kesesuaian lahan untuk tanaman kemiri dilakukan dengan
pemodelan overlay (intersect) dengan pendekatan kuantitatif berjenjang.
Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan skoring atau penilaian variabel atas
suatu nilai atribut tertentu dan melakukan kalkulasi berdasarkan skor masing-masing
variabel.
Dari hasil intersect diketahui bahwa 55 (lima puluh lima) petak dengan luasan
2.809,39Ha yang sesuai untuk tanaman kemiri. Jumlah petak dengan klasifikasi
cukup sesuai untuk tanaman kemiri sebanyak 212 (dua ratus dua belas) petak
seluas 12.079,58Ha. Sedangkan jumlah petak yang tidak sesuai untuk tanaman
kemiri sebanyak 25 (dua puluh lima) petak dengan luasan 1.759,06Ha.
Berdasarkan fungsi kawasan hutan, terdapat 24 (dua puluh empat) petak
seluas 1.204,48Ha di hutan produksi dan 31 (tiga puluh satu) petak seluas
1.604,91Ha di hutan produksi terbatas yang sesuai untuk tanaman kemiri. Terdapat
23
22 (dua puluh dua) petak seluas 1.206,95Ha di hutan produksi; 169 (seratus enam
puluh Sembilan) petak seluas 8.633,31Ha dan 21 (dua puluh satu) petak seluas
2.239,32Ha di hutan lindung yang cukup sesuai untuk tanaman kemiri. Terdapat 16
(enam belas) petak seluas 742,81Ha di hutan produksi terbatas dan 9 (sembilan)
petak seluas 1.016,25Ha di hutan lindung yang tidak sesuai untuk tanaman kemiri.
Gambar 5. Peta Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kemiri di KPHP Maria
Berikut adalah tabel jumlah dan luas petak kesesuaian lahan tanaman kemiri pada
KPHP Maria:
Tabel 7. Jumlah dan Luas Petak Berdasarkan Tingkat Kesesuaian Lahan Tanaman
Kemiri Pada KPHP Maria
No. Tingkat kesesuaian
lahan
Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas
Hutan Lindung Jumlah
Jml Petak
Luas Petak (Ha)
Jml Petak
Luas Petak (Ha)
Jml Petak
Luas Petak (Ha)
Jml Petak
Luas Petak (Ha)
1. Sesuai 24 1204,48 31 1604,91 0 0 55 2809,39
2. Cukup sesuai 22 1206,95 169 8633,31 21 2239,32 212 12079,58
3. Tidak sesuai 0 0 16 742,81 9 1016,25 25 1759,06
Jumlah 46 2411,43 216 10981,03 30 3255,57 292 16648,03
24
Berikut adalah grafik kesesuaian lahan tanaman kemiri di KPHP Maria:
Gambar 7. Grafik Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri di KPHP Maria
Wilayah kerja KPHP Maria terdiri dari hutan lindung dan hutan produksi. Kawasan
hutan tersebut kemudian dibagi per blok dengan pembagian terdiri dari: 1.) blok
hutan lindung inti, 2.) blok hutan lindung pemanfaatan, 3.) blok hutan produksi
pemanfaatan HHK-HA, 4.) blok hutan produksi pemanfaatan HHK-HT, 5.) blok hutan
produksi pemanfaatan jasling HHBK dan ekowisata, 6.) blok hutan produksi
pemberdayaan masyarakat dan 7.) blok hutan produksi perlindungan. Berdasarkan
blok arahan fungsi tersebut, rincian petak kesesuaian lahan tanaman kemiri di KPHP
Maria adalah sebagai berikut:
JumlahPetak
Luas Petak(Ha)
JumlahPetak
Luas Petak(Ha)
JumlahPetak
Luas Petak(Ha)
Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Hutan Lindung
Sesuai 24 1204,48 31 1604,91 0 0
Cukup Sesuai 22 1206,95 169 8633,31 21 2239,32
Tidak Sesuai 0 0 16 742,81 9 1016,25
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
Kesesuaian Lahan Tanaman Kemiri
25
Tabel 8. Jumlah dan Luas Petak Berdasarkan Tingkat Kesesuaian Lahan Untuk
Tanaman Kemiri Pada Blok Arahan KPHP Maria
No. Tingkat
Kesesuaian Lahan
Jumlah Petak
Luas (Ha) Blok Arahan
1 Sesuai
4 233,17 HP Pemanfaatan HHK-HA
41 2091,17 HP Pemanfaatan HHK-HT
9 430,50 HP Pemanfaatan Jasling, HHBK & Ekowisata
1 54,61 HP Perlindungan
2 Cukup Sesuai
21 2239,32 HL Pemanfaatan
75 3890,34 HP Pemanfaatan HHK-HA
67 3541,08 HP Pemanfaatan Jasling, HHBK & Ekowisata
7 360,41 HP Pemberdayaan Masyarakat
42 2048,44 HP Perlindungan
3 Tidak Sesuai
9 1016,25 HL Pemanfaatan
8 380,82 HP Perlindungan
3 142,21 HP Pemanfaatan Jasling, HHBK & Ekowisata
5 219,78 HL Pemanfaatan
Dari tabel di atas terlihat bahwa sebaran petak yang sesuai untuk tanaman
kemiri yang berada di blok HP-Pemanfaatan HHK-HA sebanyak 4 petak, blok HP-
Pemanfaatan HHK-HT sebanyak 41 petak, blok HP Pemanfaatan JAsling, HHBK
dan Ekowisata sebanyak 9 petak dan blok HP Perlindungan sebanyak 1 petak.
Sebaran petak yang cukup sesuai untuk tanaman kemiri, pada blok HL Pemanfaatan
sebanyak 21 petak, blok HP-Pemanfataan HHK-HA sebanyak 75 petak, blok HP-
Pemanfaatan Jasling, HHBK dan Ekowisata sebanyak 67 petak, blok HP
Pemberdayaan Masyarakat sebanyak 7 petak dan blok HP Perlindungan sebanyak
42 petak. Sebaran petak yang tidak sesuai untuk tanaman kemiri, pada blok HL
Pemanfaatan sebanyak 9 petak, blok HL Perlindungan sebanyak 8 petak, blok HP
Pemanfaatan Jasling, HHBK dan Ekowisata sebanyak 3 petak, dan blok HL
Pemanfaatan 5 petak.
26
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat
diambil sebagai berikut:
1. Terdapat 24 petak seluas 1.204,48 Ha di hutan produksi dan 31 petak seluas
1.604,91 Ha di hutan produksi terbatas yang sesuai untuk ditanami kemiri.
2. Terdapat 22 petak seluas 1.206,95 Ha di hutan produksi; 169 petak seluas
8.633,31 Ha di hutan produksi terbatas dan 21 petak seluas 2.239,32 Ha di hutan
lindung yang cukup sesuai untuk ditanami kemiri.
3. Terdapat 16 petak seluas 742.81 Ha di hutan produksi terbatas dan 9 petak
seluas 1.016,25 Ha di hutan lindung yang tidak sesuai untuk ditanami kemiri.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka saran yang diberikan
adalah:
1. Karya tulis ini dapat diberikan kepada managemen KPHP Maria sebagai bahan
pertimbangan dalam perencanaan kegiatan rehabilitasi lahan hutan.
2. Kajian-kajian tentang kesesuaian lahan untuk jenis tanaman lain perlu dilakukan,
sebagai bahan pertimbangan kegiatan rehabilitasi lahan hutan agar tingkat
keberhasilan kegiatan bisa tinggi.
27
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahim Martawijaya, dkk. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Departemen Kehutanan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor Tahun 2015.
Anonim. Budidaya Kemiri. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Anto Rimbawanto dan Mudji Susanto. Topik I Kemiri. Buku Seri Iptek V Kehutanan.
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.
Budi Susetyo, dkk. 2014. Analisis Spasial Kemampuan dan Kesesuaian Lahan
Untuk Mendukung Model Perumuasan Kebijakan Manajemen Lanskap di
Sempadan Ciliwung, Kota Bogor. Majalah Ilmiah Globe No. 1 Juni 2014: hal
51-58.
H Manjela Eko Hartoyo, dkk. 2010. Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis
(SIG) Tingkat Dasar. Tropenbos Internasional Indonesia Programme.
Ismail, Ade Ilham, dkk. 2019. Pengelolaan Agroforestry Berbasis Kemiri (Aleurites
moluccana) dan Pendapatan Petani di Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros,
Sulawesi Selatan. Jurnal Hutan dan Masyarakat. Vol 11 (2): 139-150.
Krisnawati, H, dkk. Aleurites moluccana (L.) Willd. Ekologi, Silvikultur dan
Produktivitas.Center for International Forestry Research.
Muhammad Rasid Ridho. Cara Membuat Tabel Rentang Skala Untuk Analisis
Deskriptif. https://emerer.com/cara-membuat-tabel-rentang-skala-untuk-
analisis-deskriptif/
Pratiwi, dkk. 2012. Kesesuaian Tempat Tumbuh Jenis-Jenis Pohon di DAS Pemali
Jratun, Jawa Tengah. JUrnal Peneliotian Hutan dan Konservasi Alam Vol.9
No.4:299-321.
Puspics. Pelatihan Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografis Tingkat Dasar. Fakultas Geografi UGM. 2017
Puspics. Pelatihan Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografis Tingkat Analis. Fakultas Geografi UGM. 2018
Ramadhani, Hendry. 2016. Kemiri (Aleurites moluccana (L) Willd. Web BPDASHL
Barito.
RPHJP KPHP Maria Tahun 2015 -2024, September 2014.
Senawi, 1997. Identifikasi Sistem Lahan dan Kesesuaian Lahan Hutan Dengan
Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Program Pasca
Sarjana. Universitas Gadjah Mada.
https://emerer.com/cara-membuat-tabel-rentang-skala-untuk-analisis-deskriptif/https://emerer.com/cara-membuat-tabel-rentang-skala-untuk-analisis-deskriptif/
28
Subardja, D., S. Ritung, M. Anda, Sukarman, E. Suryani, dan R.E. Subandiono.
2016. Petunjuk Teknis Klasifikasi Tanah Nasional. Edisi Ke-2. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. 60 hal.