Upload
accel-dua
View
229
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
w
Citation preview
MAKALAH
GANGGUAN PANIK
Disusun Oleh :
INGGRID FEBY SILABAN
(11000017)
Dokter Pembimbing :
dr.Dapot P. Gultom, SpKJ, MKes.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. MUHAMMAD ILDREM
PROVINSI SUMATERA UTARA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Judul dari makalah ini
adalah Skizofrenia Katatonik.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr.Dapot P. Gultom, SpKJ,
MKes selaku dokter pembimbing dalam penyelesaian makalah ini. Saya berharap makalah ini
akan berguna bagi para pembaca dalam hal memahami mengenai Skizofrenia Katatonik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya
tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, Juni 2015
Penulis
Inggrid Feby Silaban
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….. 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………………... 1
1.2. Tujuan……………………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………..2
2.1 . Definisi………………………………………………………………………….. 22.2 . Epidemiologi……………………………………………………………………. 22.3 . Etiologi …………………………………………………………………………. 22.4 . Tanda dan Gejala……………………………………………………………….. 52.5 . Diagnosis……………………………………………………………………….. 52.6 . Diagnosis Banding……………………………………………………………... 82.7 . Tatalaksana…………………………………………………………………….. 82.8 . Prognosis……………………………………………………………………… 9
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….. 10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………....... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO, sehat adalah keadaan seimbang yang sempurna, baik fisik, mental ,
dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Sakit adalah keadaan tidak
normal atau tidak sehat, secara sederhana, sakit atau dapat pula disebut penyakit
merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal. Tolak ukur yang
paling mudah untuk menentukan kondisi penyakit adalah jika terjadi perubahan dari nilai-
nilai rata-rata normal yang telah ditetapkan.
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami
manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul
pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan
sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya 1 % dari kelompok lanjut usia.
Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi
penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% pendeerita skizofrenia mulai mengidapnya
pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap
kehidupan ini penuh stressor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan
lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan
dan intervensi dini berupa obat psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak
diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi
semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke
psikiater dan psikolog.
Menurut WHO, masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia sudah menjadi
masalah serius, paling tidak ada satu dari empat didunia mengalami masalah mental,
dengan perkiraan sekitar 450 juta orang didunia yang mengalami gangguan kesehatan
jiwa.Sementara menurut direktur WHO wilayah Asia Tenggara Dr. Uton Muchtar Rafei
mengatakan bahwasanya hamper satu pertiga dari penduduk wilayah pernah mengalami
gangguan Neuropsikiatri, di Indonesia diperkirakan sebesar 264 dari 1000 anggota rumah
tangga menderita gangguan kesehatan jiwa.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Jumlah penduduk yang
mengalami gangguan jiwa di Indonesia diperkirakan terus meningkat. Jumlah populasi
penduduk Indonesia yang terkena gangguan jiwa berat mencapai 1-3 % diantara total
penduduk. Jika penduduk Indonesia diasumsikan sekitar 200 juta, tiga persen dari jumlah
itu adalah 6 juta orang.
1.2 Tujuan Masalah
1. Mengetahui konsep tentang Skizofrenia Katatonik meliputi:
a. Definisi
b. Etiologi
c. Tanda dan gejala
d. Patofisiologi
e. Manifestasi Klinis
f. Komplikasi
g. Prognosis
2. Mengetahui penanganan pasien dengan Skizofrenia Katatonik meliputi :
Pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses
pikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses piker, afek/emosi, kemauan dan
psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asosiasi
terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan emosi perilaku kacau. Skizofrenia
merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya
belum dapat diidentifikasi secara jelas.
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) menempatkan
skizofrenia pada kode F20. Skizofrenia termasuk dalam kelompok psikosis fungsional.
Psikosis fungsional merupakan penyakit mental secara fungsional yang non-organis
nsifatnya, hingga terjadi perpecahan kepribadian yang ditandai oleh disintegrasi dan
maladjustment social yang berat, tidak mampu mengadakan hubungan sosial dengan dunia
luar bahkansering terputus sama sekali dengan realitas hidup (lalu menjadi ketidakmampuan
secara sosial ). Hilanglah rasa tanggung jawabnya dan terdapat gangguan pada fungsi
intelektualnya. Jika perilakunya tersebut menjadi abnormal dan irrasional, sehinghga
dianggap bisa membahayakan orang lain dan diriny6a sendiri, yang secra hukum disebut gila.
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab ( banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas serta sejumlah akibat
yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan social-budaya. Pada
umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan
persepsi, serta oleh afek yangtidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran
yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Skizofrenia katatonik, dengan gejala utama pada psikomotor seperti stupor maupun gaduh
gelisah katatonik.
Menurut Maramis (2004) skizofrenia katatonik disebut juga katatonia, timbulnya pertama
kali antara umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional.
Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.
a. Stupor Katatonik
Pada stupor katatonik, pasien tidak menunjukkan perhatian sama sekali terhadap
lingkungannya dan emosinya sangat dangkal. Secara tiba-tiba atau perlahan-lahn
penderita keluar dari keadaan stupor ini dan mulai berbicara dan bergerak.
b. Gaduh gelisah Katatonik
Pada gaduh gelisah katatonik, terdapat hiperaktivitas motorik, tapi tidak disertai dengan
emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar.
ETIOLOGI
Belum diketahui etiologi yang pasti mengenai skizofrenia. Ada beberapa hasil penelitian yang
dilaporkan saat ini :
1. Biologi
Tidak ada gangguan fungsional dan struktur yang patognomonik ditemukan pada
penderita skizofrenia. Meskipun demikian beberapa gangguan organik dapat terlihat pada
subpopulasi pasien. Gangguan yang paling banyak dijumpai yaitu pelebaran ventrikel
tiga dan lateral yang stabil yang kadang-kadang sudah terlihat sebelum awitan penyakit;
atropi bilateral lobus temporal medial dan lebih spesifik yaitu girus parahipokampus,
hipokampus dan amigdala; disorientasi spasial sel pyramid hipokampus; dan penurunan
volume korteks prefrontal dorsolateral. Beberapa penelitian melaporkan bahwa semua
perubahan ini tampaknya statis dan telah dibawa sejka lahir ( tidak ada gliosis), dan pada
beberapa kasus perjalanannya progresif. Lokasinya menunjukkan gangguan perilaku
yang ditemui pada skizofrenia; misalnya gangguan hipokampus dikaitkan dengan
impairment memori dan atropi lobus frontalis dihubungkan dengan symptom negative
skizofrenia. Penemuan lain yaitu adanya antibody Sitomegalovirus dalam cairan
serebrospinal (CSS), limfosit atipikal tipe P (terstimulasi), gangguan fungsi hemisfer kiri,
gangguan transmisi dan pengurangan ukuran korpus kalosum, pengecilan vermis cerebri,
penurunan aliran darah dan metabolisme glukosa di lobus frontal, kelainan EEG,EPP 300
auditorik dengan QEEG), sulit memusatkan perhatian, dan perlambatan waktu reaksi,
serta berkurangnya kemampuan menamakan benda.
Pada individu yang berkembang menjadi skizofrenia terdapat peningkatan insiden
komplikasi persalinan (prematur, berat badan lahir rendah (BBLR),
2. BIOKIMIA
Etiologi biokimia skizofrenia belum diketahui. Hipotesis yang paling banyak yaitu
adanya gangguan neurotransmitter sentyral yaitu terjadinya peningkatan aktivitas
dopamine sentral ( hipotesis dopamin). Hipotesis ini dibuat berdasarkan tiga penemuan
utama:
1. Efektivitas obat-obat neuroleptik ( misalnya fenotiazin) pada skizofrenia ia bekerja
memblok resep[tor dopamine pasca sinaps ( tipe D2).
2. Terjadinya psikosis akibat penggunaan amfetamin. Psikosis yang terjadi sukar
dibedakan secara klinik, dengan psikosis skizofrenia paranoid akut. Amfetamin
melepaskan dopamine sentral. Selain itu, amfetamin juga memperburuk
skizofrenia.
3. Adanya peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatus, nucleus akumben,
dan putamen pada skizofrenia.
Penelitian reseptor D1, D5, D4 saat ini tidak memberikan hasil. Teori lain yaitu
peningkatan serotonini di susuna saraf pusat (terutama 5HT2) dan kelebihan NE di
forebrain limbic 9 terjadi pada beberapa skizofrenia). Setelah pemberiaan obat yang
bersifat antagonis terhadap neurotransmitter tersebut terjadi perbaikan klinis.
Tipe Katatonik
Pasien mempunyai paling sedikit satu dari (atau kombinasi) beberapa bentuk katatonia:
1. Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak berespon terhadap lingkungan atau orang. Pasien menyadari hal-hal yang sedang berlangsung di sekitarnya.
2. Negativisme katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah atau usaha-usaha untuk menggerakkan fisiknya.
3. Rigiditas katatonik yaitu pasien secara fisik sangat kaku.4. Postur katatonik yaitu pasien mempertahankan posisi yang tak biasa atau aneh.5. Kegembiraan katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira. Mungkin dapat
mengancam jiwanya (misalnya, karena kelelahan).
Manifestasi Klinik
Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka berada dalam kondisi akutdan sebagian besar penderita berada lebih lama ( bertahun-tahun
PERJALANAN PENYAKIT:
Gangguan ini biasa dimulai pada akhir masa remaja, awal masa dewasa atau pada usia
pertengahan. Pada umumnya tidak ditemukan stresor saat awitan, walaupun sering pula
dihubungkan dengan adanyaa stresor psikososial.
Gangguan panik biasanya berlangsung kronis, sangat bervariasi pada tiap pasien. Dalam jangka
panjang, 30-40% pasien tidak lagi mengalami serangan panik, 50% mengalami gejala ringan
sehingga tidak memengaruhi kehidupannya. Sisanya masih mengalami gejala bermakna.
Pada saat serangan pertama atau kedua, pasien sering mengabaikannya dan baru menyadari
setelah frekuensi dan intensitas bertambah. Hal ini juga dapat dipacu oleh komsumsi kafein dan
nikotin yang berlebihan.
Depresi sering menyertai, yaitu pada 40-80% kasus. Walaupun jarang terungkap ide bunuh diri,
namun risiko tersebut meningkat dan 20-40% diantara pasien juga mengkomsumsi alkohol atau
zat lainnya. Sering terjadi perubahan perilaku, interaksi dalam keluarga dan hasil akademis dan
pekerjaan mungkin dapat memburuk.
Agorofobia yang terjadi pada gangguan panik akan reda bila gangguan paniknya mendapat
terapi.
DIAGNOSIS BANDING:
Serangan panik terjadi sebagai bagian dari gangguan fobia, serangan panik sekunder dari
gangguan depresi, terutama pada laki-laki. Bila pada saat yang sama kriteria depresi dipenuhi,
maka gangguan panik bukan merupakan diagnosis utama.
Bila kita meninjau dari teori psikodinamik, antara lain: Analisis penelitian mendapatkan
bahwa terdapat pola ansietas akan sosialisasi saat masa kanak, hubungan dengan orangtua
yang tidak mendukung serta perasaan terperangkap dan terjebak. Pada kebanyakan pasien,
rasa marah dan agresivitas sulit dikendalikan. Pada pasien-pasien dengan gangguan panik,
terdapat kesulitan dalam mengendalikan rasa marah dan fantasi-fantasi nirsadar yang terkait.
Misalnya pasien mempunyai harapan dapat melakukan balas dendam terhadap orang
tertentu. Harapan ini merupakan suatu ancaman terhadap figur yang melekat.
Menurut teori kelekatan (Attachment) pasien-pasien dengan gangguan panik memiliki gaya kelekatan yang bermasalah, antara lain dalam bentuk preokupasi terhadap kelekatannya itu. Mereka sering berpandangan bahwa perpisahan dan kelekatan sebagai suatu mutually exclusive; hal ini karena sensitivitas yang tinggi baik akan kehilangan kebebasan maupun kehilangan rasa
aman dan perlindungan. Kesulitan ini tampak dalam keseharian pasien yang cenderung menghindari perpisahan yang terlalu menakutkan dan pada saat yang sama secara simultan juga menghindari kelekatan yang terlalu intens; sering hal ini tampak dalam gaya interaksi pasien yang terlalu mengontrol orang lain.