Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa. Berkat limpahan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan penulisan buku novel ini. Dalam
penyusunan novel penulis telah berusaha semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun
sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan
dan kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun
tata bahasa. saya menyadari tanpa arahan dari guru pembimbing serta
masukan – masukan dari berbagai pihak tidak mungkin
saya bisa menyelesaikan novel yang berjudul “ AKU
KAMU & KENANGAN” ini. Novel ini dibuat
sedemikian rupa semata-mata untuk membangkitkan
kembali minat baca siswa/i dan sebagai motivasi dalam
berkarya khususnya karya tulis. Untuk itu penulis hanya
bisa menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat, sehingga kami bisa menyelesaikan
antologi cerpen remaja ini. Demikian semoga karya tulis
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca pada umumnya.
Bogor, 24 november 2019
HANIFAH DORROTUL H.
1
AKU
Angin membelai lembut tubuh yang sedang
terbaring disana ,angina yang membawaku pergi dari
kenyataan hirup pikuk perkotaan, sungguh indah
panorama di atas awan ini bagaikan surga diatas awan.
Aku Rinjani Putri seorang mahasiswa tingkat
akhir disalah satu Universitas di Indonesia. Aku lahir
dari keluarga sederhana dengan cita cita yang luar biasa.
Cita citaku ini ingin membuat hunian dan tempat umum
yang layak bagi rakyat Indonesia. Entah apa yang
membuat ku menginginkan hal itu entah apa yang
membuatku memliliki cita cita seperti itu.
**music mengalun indah **
“ wah.. udah kesiangan nih persaan tadi aku cuma
sebentar di kamar mandi. “
Rinjani bergegas membereskan tugasnya yang masih
berserakan di atas mejanya.
2
“aduh sketsa yang satu lagi mana sih… gak ketemu
ketemu padahal semalem disini”
Dari luar kamar ibu berteriak menyuruh Rinjani sarapan
“ Rin….. cepetan kamu sarapan ini udah siap loh!!”
“ Bentar bu ini lagi nyari barang buat presentasi dulu gak
belum ketemu nih gak tau kemana. “
Ibu menghampiri Rinjani yng sedang sibuk mencari
sketsa .
“cepetan kamu tuh…lagian kamar bertantakan mulu sih”
“iya bu..meding ibu sekarang bantuin Rinjani muat cari”
“ini bukan rin yang kamu cari.”
“iya bener bu ini punya aku ,muach muah.”
“udah sekarang kamu makan dan matiin tuh musiknya
pusing dengerya.”
“ iya siap ibu Negara.”
Lalu ia segera berlari keluar kamar,segera ia memakan
sarapannya dengan cepat
“ bou Rinjuani porgi doulo you.” dengan mulut yang
masih penuh Rinjani pergi dengan bergegas
3
“ kamu ini yang bener itu makannya jangan buru buru
nanti keselek”
“ iya bu, assalamualaikum”
“waalaikumsalam”
Diperjalanan menuju kampus, ia tidak sengaja
berpapasan dengan seseorang dan menubruknya hingga
terjatuh.
“aduh…gak liat liat yang kalo jalan”
Laki laki itu menoleh dengan tatapan sinis penuh ke
suraman didirinya. Laki laki yang berperawakan
tinggi,gagah,namun gaya berpakaiannya sanagt tidak
rapi.
“tuh kangak minta maaf lagi ,dasr gak punya sopan
santun”
Laki laki itu datang dan menghampiri Rinjani dengan
tatapan yang sangat tanjam. Ia mendekat semakin dekat
dengan Rinjani. Persaaan Rinjani semakin tidak karuan,
bukan karena dia baper di dekati lelaki namun Rinjani
merasa cemas akan apa yang akan terjadi. Situasi yang
menyeramkan itu semakin terasa karena tempat tersebut
sangat sepi. Laki laki itu mengulurkan tangannya.
“ maaf tadi saya terlalu terburu buru,sini saya bantu
untuk berdiri”
4
Seakan lenyap semua pikiran negatif Rinjani tentang laki
laki itu. Semua yang dia pikirkan tadi seakan berbanding
terbalik oleh kenyataan. Namun, Rinjani tetap mencoba
menjaga jarak agar dia tidak tertipu dengan laki laki itu.
“sudah lah mungkin dia hanya pura pura baik saja,aku
harus mencoba menjaga jarak” ( dalam hati Rinjani)
“hei hello…kesambet yah …kok diem aja sih,gak
dimaafin nih”
Laki laki itu melambai lambaikan tangannya didepan
Rinjani,namun ia tetap saja terdiam.
“ duarr…ada kucing melahirkan”
#Seketika Rinjani terkejut #
“ee..eeh..eh maaf , iya gak apa apa yaudah saya duluan
yah”
“ nama lu siapa…?”
Sayangnya Rinjani tidak mendengar apa yang
ditanyakan oleh laki laki „suram‟ itu. Rinjani sudah
terlanjur masuk ke dalam bis dan tak mendengarnya.
Saat Rinjani sudah mendapatkan tempat duduk di bis,
kemudian ia telintas tentang orang yang baru saja ia
temui.
5
“ huft untung saja tidak terlambat, tapi kalo di fikir fikir
orang tadi ucapannya sangat sopan namun sayang
penampilannya sangat suram.” berkata dalam hati.
“Eh iya tadi dia ngomong apa yah aish…sudah lah buat
apa di fikirkan lagi.” berkata dalam hati.
Perjalanan yang cukup lama ini membuat Rinjani mulai
resah karena jalan dalam keadaan padat dan membuat
kendaraan berjalan begitu lambat.
“ini hari apa sih perasaan dari tadi ada aja yang
bermasalah”
Sambil menikmati perjalan di dalam bis, Rinjani
membuka handphonenya sebari mengecek di salah satu
situs travel online tempat yang akan dia kunjungi.
“nah ini dia tempatnya, alhamdullah harganya
terjangkau. Sip sekarang tinggal pesan dan besok tinggal
cus deh.“
Sesampainya di halte kampus Rinjani langsung bergegas
menuju ruang kelasnya.
“pak ini tugasnya yange kemarin.” kata Rinjani
“iya taruh saja di situ, kamu kapan mau traveling lagi?”
“ hehehe bapak tau aja rencananya sih besok pak
perginya.”
6
“owh jangan lupa yah kayak biasa”
“siap pak tenang aja”
Setelah selesai di tempat kuliahnya Rinjani langung
bergegas pergi ke sabuah super market untuk berbelanja
kebutuhan yang ia butuhkan saat treveling. Rinjani akan
pergi traveling kesebuah ten]mapat yang indah dan
sangat terpencil di salah satu daerah di Jambi. Tempat ini
sangat indah namun sayangnya akses menuju ketempat
itu sangat sulit karena membutuhkan waktu kurang lebih
20 jam dari Jakarta. Danau Kaco juga terletak di tengah-
tengah Taman Nasional Kerinci Seblat. Setelah selesai
berbelanja Rinjani langsung pulang kerumah dan
meminta izin pada ibunya.
“Assalamualaikum ibuku sayang… lagi ngapain bu?”
kata Rinjani sebari mendatangi ibunya dan langsung
memeluknya.
“ Waalaikumsalam biasa nih makanan kesuskaan kamu,
lah lah ini apaan nih peluk peluk pasti ada maunya yah
kamu.”
“hehehe ibu tau aja nih, jani izin yah pergi ke Danau
Kaco di Jambi boleh gak?”
“tuhkan bener apa yang ibu bilang pasti ada
maunya,yaudah gak apa apa asal kamu jaga diri dengan
baik yah di sana jangan lupa ibadahnya di jaga”
7
“ siap ibu Negara saya laksanakan, nanti janji bawain
oleh oleh yang khas dari Jambi ya“
“ kalo soal itu mah terserah kamu asalkan kamu pulang
dengan selamat juga ibu udah senang”
Rinjami segera membereskan barang-barang yang akan
di bawanya saat pergi ke Danu Kaco. Setelah itu ia
berbelanja beberapa hal yang wajib dibawa ketika pergi
berpetualang menjadi backpacker. Rinjani juga
memerlukan persiapan yang sangat matang karena jika
dilihat dari lokasi Danau nya itu sangat terpencil dan
jauh dari kermaian.
“hmm aku butuh apa aja yah buat traveling??” Rinjani
bergumam sendiri.
Tak sengaja, saat Rinjani sedang bergumam sendirian
ternyata ada seseorang yang mendengarkannya.
“hai…eh lu yah yang tadi pagi kan?? Bener nih bener lu
kan iya kan?”
“oh iya maaf yah…bener kok ini saya yang tadi pagi”
“ Tadi pagi lu gak denger gua manggil yah, nama lu
siapa?”
“ Nama saya Rinjani, nama lu siapa?”
8
“ Kenalin yah gua mahkluk terganteng sejagat raya nih... nama gua Cakrawala Satria, panggil aja Satria jangan
panggil gua bang sat yah hahahhaha”
“hahaha apanya yanga ganteng yah anda ini”
“lu keliatannya lagi sibuk belanja buat pergi lama nih”
“iya nih saya lagi nyiapain peralatan,soalnya mau ke
Danau Kaco besok”
“ wah yang bener nih,gua juga besok mau pergi ke
Danau Kaco, kita tuh Cuma beda tujuan doing kesana
kalo gua buat penelitian sedangkan lu buat liburan”
Mereka berdua saliang berbincang-bincang dan saling
membantu untuk menyiapkan apa saja yang akan di
bawa. Mereka pun semkain akrab dan keduanya merasa
sangat nyaman. Akhirnya, mereka berdua memutuskan
untuk pergi bersama sama ke Danau Kaco.
9
PERJALANAN
Mentari yang menyelimuti pagi ini terasa sangat
hangat. Sehangat senyum manis yang tersimpul di
bibirnya, begitu indah sampai persaan takut ini berubah
menjadi sangat nyaman. Pribadi yang memang terkesan
berlawanan dengan penampilannya yang sangat jauh
berbeda. Hembusan angina yanga berhembus memasuki
sela sela jendela yang membuat diri ini enggan untuk
pergi. Namun, apalah daya, pagi ini ku harus bergegas
pergi untuk petualangan dan pengalaman hidup yang
akan ku abadikan dalam memori dan file perjalananku.
ketika ku sedang menikmati ini, tak lama mentari
yang sebenarnya membangunkanku melaluli sambungan
telephone dia adalah Satria. Lelaki yang awalnya sangat
ku takuti dan ku benci, sekarang berubah menjadi
seseorang yang membuatku menambah semangat dalam
menjalani hidup.
*suara Hp berbunyi*
10
“hmm Sat Sat masih pagi kali, halo...Sat..hai Sat ada apa
sih masih pagi tau, kan berangakatnya nanti siang “
“ yah gak apa apa dong terserah gua lah, yamg
nelephone siapa coba heh”
Obrolan-obrolan yang dilakuakan oelah mereka
membuat mereka semakin akrab. Entah apa yang
membuat mereka begitu nyambung sampai sampai
Rinjani merasa seperti ada rasa yang lain yang
dirasakannya.
“ iyasih lu yang nelephone tapi gua yanga ke ganggu
tau”
“ gils anjay nih sekarang Jani udah pake bahasa gaul”
“ wkwkw ketika gua udah pake bahasa gaul itu berarti
gua udah menerima lu sebagai teman gua sat”
“ih… apaan sih di panggil sat sat sat bangsat aja sekalian
dianggap temen doang lagi”
“ hehehe yah maaf Satria, yah kan memang bener kita
temen nanti kalo udah lam kenal baru sahabat”
Setelah mereka selesai bertelephone, mereka
berdua mulai bersiap siap untuk pergi. Mereka
merapikan dan memasukkan apa saja yanga inin dibawa
oleh mereka. Perjalanan ini adalah perjalanan yang
sangat istimewa bagi mereka karena ini adalah
11
perjalanan pertama mereka menjelajahi hutan yang
berada di Jambi dan bukan hanya itu juga, perjalanan ini
akan mereka lakukan bersama sama untuk menjelajahi
semuanya.
Waktu telah menunjukan pukul 04.00 WIB,
waktu dimana Rinjani harus berangkat ke Bandara.
Rinjani pun segera pamit ke ibunya dan bergegas untuk
pergi.
“bu, Rinjani pamit yah jani mint doanya sama ibu biar
bisa pulang kesini dengan baik baik saja”
“ iya ibu selalu mendoakan mu,sehat sehat terus yah
jangan lupa obat obatnya di minum”
“iya bu,tenang aja jani akan minum semuanya dan jaga
kesehatan bu”
Setelah meminta doa dan restu kepada ibu, Rinjani
segera pergi menggunakan taksi online yang sudah
dipesannya tadi. Diperjalanan Rinjani segera memberi
kabar kepada Satria.
#massage#
“sat gua udah dijalan yah, lu udah dimana?”
“eh eh maaf maf ini lagi di toilet hehehe”
“dasar yah ayok cepetan berangkat”
12
“bentaaaaar kebelet berak nih gua”
“ ih jorok yah cepetan ga lu”
“yah elah gua tuh harus menikmati”
“ih jijik jijik”
Rinjani tersenyum geli ketika membaca dan
membayangkan kelakuan Satria yang begitu hebohnya.
Tak terasa Rinjani pun telah sampai di bandara dan tak di
sangka dia melihat sosok yang taka sing. Lelaki itu
sedang duduk dia tas koper yang di taruhndi sebuah troli
khusus tas tas dengan wajah yang begitu imut. Laki- laki
yang begitu berbeda pada saat pertama kali bertemu.
Rinjani pun turun dari taksi terebut dan langsung menuju
lelaki tersebut.
“ih ternyata boong nih gak suka ah gak suka”
“ lah lah kok bohong sih, gua kan beneran masih ditoilet
dan kebelet tapi toiletnya itu di bandara bukan di mah
tau..”
“hmm kelakuan sam penampilan beda banget yah kelitan
sangar tapi kek bocah banget” (dalam hati Rinjani)
“heh kebiasaan yah bengong mulu nih”
“hehe maaf maaf”
“ ayok itu udah mau berangkat pesawatnya tuh”
13
Rinjani dan Satria bergegas menuju ke pesawat.
Mereka berdua langsung menuju tempat duduk mereka
masing masing. Sayangnya, tempat duduk berak
terpisahkan oleh satu orang penumpang. Mereka
menghabiskan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 1
jam. Didalam pesawt tidak banyak yang mereka bisa
lakukan berdua. Satria tertidur sangat pulas, pada saat
seperti ini Rinjani langsung mengeluarkan obat
obatannya. Rinjani tidak mau siapapun mengetahuin dan
mengasihaninya karena sakit yang ia derita. Bagi rinjani
cukup orang tua dan keluarga besarnya saja ynag
mengtahui semua penyakit yang ia detita.
Rinjani hanya ingin dikenal sebagai seorang
wanita yang tangguh,ceria, dan cerdas. Dia tidak mau
bila orang lain mengetahuinya mereka malah
mengasihaninya dan meremehkannya.
Tak lama Satria terbangun dari tidurnya dan
menoleh kearah Rinjani dengan senyuman tipis yang
tersimpul di pipinya. Rinjani sedang melihat kearah
jendela dan menikmati perjalanan. Tidak lama
pesawattiba di kota Jambi. Mereka berdua segera
mengambil tas dan bersiap siap untuk turun dari pesawat.
“ayo jani kita turun”
“ iya sat sebentar gua lagi ngeberesin barang dulu”
14
“ yaudah cepetan yah, sini mana yang bisa gua bantu”
“hmm gak deh gak usah Sat duluan aja sana”
“ oh yaudah gua tunggu dibawah”
“ sip deh”
Satria berjalan ke luar dari kabin pesawat dan langusng
menuju tempat pengambilan koper.
“ ini Satria dimana sih katanya dibawah” (Rinjani
bergumam dalam hati)
Rinjani berfikiran sepertinya Satria berada di tempat
pengambilan koper. Setibanya Rinjani di tempat
pengambilan koper,Rinjani tidak dapat menemukan
Satria.
“nih bocah keman lagi sih, yaampun disana gak ada di
sini gak ada”
Rinjani berusaha menghubungi Satria yang sedari tadi
dia cari. Tapi sayangnya tidak diangkat oleh Satria.
Rinjani mulai kesal pada Satria.
“dimana sih nih anak yaampun udah cape banget ini tuh”
Rinjani pergi dari ruang tersebut dan kemudian
melanjutkan mencari Satria yang seketika menghilang
dari bandara. Saat Rinjani mulai lelah, ia duduk di salah
15
satu kursi yang ada di bandara tersebut. Dari arah depan
muncul sesosok mahkluk menyebalkan yang sedari tadi
di cari oleh Rinjani, dari arah depan dia berjalan dengan
cengar cengir,selengeyan, dan merasa tidak bersalah
datang dengan membawa makanan dan minuman.
“selamat malam gunung Rinjani,nih gua bawain
makanan biar gunung Rinjani gak kelaparan.”
“apasih…ih gua dari tadi nyariin lu tau, kemana aja sih
lu lama banget katanya di tempat pengambilan koper eh
malah gak ada, jangan buat gua panik coba” lirih Rinjani
sambil meneteskan air matanya.”
“ jangan nangis dong, maafin gua tadi gua mikir buat
beli makanan jan, sorry yah udah jangan nangis lagi
nanti gua dikira ngapa-ngapain lu lagi”
“ hmm iya iya kagak atuh lunya yah”
“ sorry yah sorry”
Mereka pun menghabiskan makanannya dan setelah itu
merka pergi untuk beristirahat ke hotel. Karena besok
akan menjadi hari yang sangat melelahkan dan
menyenamgkan juga.
Keesokan harinya, Satria dan Rinjani mulai
bersiap untuk pergi ke danau Kaco. Mereka pergi
menggunakan mobil.
16
“ ayo jani ayo.”
“bentar dong gak sabar banget sih”
“gua tuh udah gak sabar tau mau liat keindahannya Danu
Kaco dan mengobservasi buat tugas gua nih”
“dasar yah cowo gak sabaran”
Mereka memulai perjalanan, perjalanan ini akan menjadi
pengalaman yang sangat berharga bagi mereka berdua.
Pemandangan yanga sangat indah merak lalui bersama.
Kanan dan kiri begitu indah, hiruk pikuk kota Jambi
menambah keindahan perjalanan . Satria mengambil
gambar semua keadaan yang mereka lewati. Secara
diam-diam Satria mengambil gambar wajah cantik,
anggun,dan rupawan seorang gadis yang bernama
rinjani. Semua ekspresi yang tertuang dalamwajah
Rinjani ia abadiakan dengan begitu indah nya.
Namun di tengah pejalanan, entah apa yang
terjadi terhadap mobil yang mereka naikki tiba-tiba saja
mobil itu oleng dan hilang kendali . membuat Rinjani
dan Satria pun seketika panik. Mobil merka hampir saja
menabrak mobil didepannya,tak lama ban mobil merka
pun tiba-tiba saja meledak.
“ Sat Sat Sat ini kenapa?gua takut banget”
17
“ udah jan pejamin matalu aja terus nih genggam erat
tangan gua, di dalem hati lu berdoa ke tuhan biar kita
berdua gak kenapa kenapa.”
. Rinjani pun memejamkan matanya. Ekspresi wajah
Rinjani tidak bisa menutupi ketakutan yang ia rasakan.
Namun, rasa takut itu pun brtkurang ketika ia
menggenggam tangan Satria sangat erat.
“allahhuakbar yaaallah ini oleng banget, astagfirullah
halazim. Ah….. gua masih pengen idup gua belum nikah lagi. Jangan mati sekarang yaaallah saya masih banyak
dosa banget ini tuh. Oh iya semoga saya sama Satria bisa
selamat”
“hehehe doanya harus gitu banget yah mbanya
yaampun”
“mba doain saya juga dong biar selamat masa mba sama
masnya aja sih.” Kata supir mobil tersebut.
“ oh iya pak maaf saya lupa nih saya doain lagi yah. Yaallah semoga saya, Satria, dan pak supirnya bisa
selamat “
“ aaamiiin “ kata mereka bertiga dengan kompaknya
Sat ria yang melihat kelakuan Rinjani yang seperti itu
membuatnya tertawa kecil. Tingkah Rinjani yang seperti
itu membuatnya semakin penasaran pada sosok wanita
yang satu ini. Untung saja mobilnya tidak kenapa-kenapa
18
dan bisa berhenti di pinggir jalan dengan aman san tidak
ada yang cedera.
“ Jan jani Rinjani udah boleh buka matanya kok”
“ eh eh ini udah nih beneran yah udah boong.”
“ enggga kok gak boong gua tuh.”
“ bener yah gak boong gua buaka mata gua nih”
“ iya sok aja sok.”
“ iya iya, ini gua udah gak ngerasa bergoyang-goyang
lagi nih.”
“ mangkanya cepetan tuh mata di buka.”
Rinjani berusaha membuka mata,walaupun rasa takut
tetap ada dalam dirinya. Namun, pada saat membuka
mata tiba tiba Rinjani menjerit karena meliat muka Satria
yang usah berubah menjadi sangat lucu dekat sekali
dengan Rinjani. Hal ini, membuat Suasana yang awalnya
tegang berubha menjadi mencair. Semua orang pun
tertawa geli saat melihat ekspresi Rinjani itu.
Pak Triono berusaha membetulkan mobil yang di
kendarai mereka. Pak triono ini adalah supir yang
membawa mobil yang di naikki oleh Rinjani dan Satria.
Sayanganya, mobil tersebut memerlukan peralaran dan
waktu ynga lam a untuk di perbaiki. Akhirnya, Rinjani
19
dan Satria memutuskan untuk mencari kendaraan lain
untuk pergi ke Kota Sungai Penuh. Kota ini bisa dicapai
selama 8 – 9 jam karena letak kota ini cukup jauh dari
kota Jambi.
“ jan yuk kita cari kendaraan lain, soalnya kalo nunggu
mobil ini bakal lama kita nyampenya.”
“iya neng mending kalian cari kendaraan lain aja dari
pada nunngu nih mobil lama” kata Pak Triono.
“ iya sih bener, tapi nanti bapak gimana sendiri disini
kan saya gak tega pak”
“ udah gak usah dipikirin say udah biasa sendiri kok
neng.”
“ oha yasudah saya sama temen saya pergi dulu yah pak,
bapak disini hati – hati yah”
“ iya neng ini sebentar lagi orag bengkelnya udah mau
nyampe”
“ oh okok,assslamualaikum pak kita pergi dulu” “
iya pak saya juga pamiit yah, assalamualaikum”
“ waalaikumsallam iiya masnyanjaganih si neng cantik
ini”
“ asiap pak tenang aja iu mah pak akan say a jaga
dengan sepenuh jiwa dan raga saya”
20
Rinjani dan Satria melanjutkan perjalanan dengan
berjalan kaki sambil menunggu kendaraan yang lewat.
Diperjalanan Satria dan Rinjani membahas banyak hal.
Satria mulai menceritakaan bagaimana dia bisa
berpenampilan seperti ini sekarang. Ia bercerita bahwa
dirinya berpenampilan seperti itu karena ia ingin orang
orang itu belajar agar tidak selalu menilai seseorang dari
penampilannya saja. Dari hal tersebut Rinjani merasa
terpikau mendengar hal tersebut dari Satria. Saking
asiknya perjalanan tersebut Rinjani lupa untuk meminum
obat obatannya. Hal ini akan cukup berbahaya pada
kondisi tubuh Rinjani yang akan membuat tubuh Rinjani
sedikit melemah.
21
PERJUANGAN
Hari pun semakin siang, entah mengapa tidak ada
satupun kendaraan yang lewat hingga Rinjani merasa
sangat kelelahan sekali. Pandangan Rinjani mulai kabur
karena ia lupa untuk meminum obatnya. Untung saja
Satria melihat muka Rinjani yang sudah pucat dan
kelelahan tersebut.
“Jan Jani lu gak apa-apa? Muka lu pucet banget tuh
mending kita istirahat dulu aja deh siapa tau ad
kendaraan yang lewat”
“ iya gak apa –apa kok, ini gua kecapean aja kok”
Rinjani baru menyadari bahwa dia melupakan jadwal
untuk meminum obatnya. Rinjani pun mengeluarkan
obatnya. Namun saat akan mengeluarkan obatnya dia
merasa ragu tapi dia berfikir ulang jaika tidak diminum
obatnya itu akan berbahaya bagi tubuhnya. Rinjani pun
mengeluarkan obatnya.
” eh jan itu obat apaan ?.“
“ oh ini yah obat magh sama pusing doing kok”
22
“ kok sebanyak itu yah, gua kalo makan obat gak
sebanyak itu dan pula gua gak bisa nelen obat tablet.”
“ ini tuh sebenernya gua lagi gak enak badan gitu, eh pas
di kasih gak tau kenapa ini sebanyak ini. Seriusan lu gak
bisa nelen obat tablet hahaha”
Saat Rinjani selesai meminum obatnya, tak lama
lewat lah sebuah mobil pick up dengan cepat Satria
memberhentikan mobil tersebut dan meminta ijin untung
ikit dalam mobil tersebut. Untung saja mobil yang di
tumpanginya tersebut kebetulan akan menuju ke Kota
Sungai Penuh.
“ pak pak maaf , bisa tidak saya dan teman saya ini
numpang mobil bapak untuk pergi ke Kota Sungai Penuh.”
“oh iya silahkan aja mas gak apa apa, kebetulan saya
juga mau pulang ke Kota Sungai Penuh. Tapi maaf yah
mas sama mbanya duduk dibelakang soalnya ini udah
penuh.”
“ iya pak tidak apa apa yang penting kita berdua bisa
dapet tumpangan buat ke sana, soalnya lumayan
tempatnya jauh”
Pada saat Satria sedang meminta izin, Rinjani bergegas
untuk membereskan obat obatannya kedalam tas agar
23
tidak adayang ketinggalan dia engecek kembali oabt
obatannya.
“ Jan ayok cepet sini, kita dapet tumpangan nih.”
“ iya ayok gua jga udah selesai nih”
Mereka berdua pun naik ke mobil pick up. Di atas pick
up itu terasa angina yang membelai lembut rambut.
Panorama yang begitu indah yang di sajikan oleh tuhan
membuat Rinjani semakin mensyukurin segala yang
telah di berikan dari tuhan untuk dirinya. Rinjani
bersyukur di perjalanannya kali ini ia tidak sendiri
melaindakan bersama Satria. Seseorang yang awalnya
sangat ia benci tapi sekarang sudah berubah menjadi
seseorang yang ia sayang, sayang hanya sekedar teman
yang mampu melindunginya dan selalu membuat
persaaannya selalu bahagia. Perjalanan yang sangat lama
membuat Rinjani dan Satria tertidur lelap. Tak sengaja
Rinjani tertidur di pundak Satria. Mereka tertidur sangat
lelapap dan tidak terasa mereka berdua telah sampai di
Kota Sungai Penuh.
“ mas mas ini sudah sampai di Kota Sungai Penuhnya.”
“ hmm hmm.. eh pak, oh ini sudah sampai yah. Sebentar
yah pak saya bangunkan teman saya dulu.”
“ Jan jani kita udah nyampe nih bangun jan lu betah
banget sih tidur di pundak gua.”
24
“oh udah nyampe yah, eh enak aja yah gua kan gak
sengaja. Orang tidur mana ada yang nyadar mau milih
tidur dimana”
“ alah alesan mu nak. Udah cepetan kita turun kasian
bapaknya nunggu kita lama”
Tapi saat mereka sudah sampai disana, hari sudah mulai
sore. Mereka pun kebingunngan mau melanjutkan
perjalanan hari ini atau akan melanjutkannya di keesokan
harinya. Bapak tadi pun ternyata melihat ke bingungan
antara Rinjani dan Satria. Oleh karena itu, bapak tersebut
menawarkan untuk mereka singgah dulu di rumahnya.
“ mas sam mbanya keliatannya kebingungan mau lanjut
atau engga ya, gini aja sekrang kalian ikut aja kerumah
saya dulu biar besok ngelanjutin perjalannanya enak.”
“ terima kasih banyak pak, maaf kami berdua
merepotkan saja” kata Rinjani
“ tidak apa–apa mba, lagian kalian terliat kelelahan
sekali. Dari pada nanti ada apa-apa di jalan mending
kalian istirahat dulu dirumah saya.”
“iya pak sekali lagi kita ucapkan terima kasih banyak”
“ ayok ikut ke rumah bapak, tuh di sebelah sana Rumah
bapak “
25
Mereka pun pergi kerumah bapak tersebut. Diperjalan
menuju rumah bapak tersebut mereka melewati
perkebunan dan persawahan yang indah. Langit dan
angina yang berhembus membuat rasa lelah mereka
seakan sirna begitu saja. Sesampainya di rumah pak
Burhan mereka merlihat keadan yang jarang ditemui di
kota kota besar. Canda dan tawa yang tercipta di
keluarga pak Burhan begitu hangatnya. Anak anak yang
bermain dan berlarian kesana kemari menambah ke
hangatan keluarga pak Burhan.
“ assalamualaikum bu, ini bapa bersama ade ade dari
Jakarta yang akan ikut bermalam di rumah kita.”
“waaalaikum salam pak, oha iya tidak apa-apa pa. Ade
ade ini mau keman emangnya.”
“ kita mau pergi ke Danau Kaco bu.” sahut Satria
“ oh kalian mau kesana, kalo mau kesana kalian harus
memiliki fisik dan stamina yang cukup stabil. Yasudah
sekarang kalian masuk dulu saja yah”
Mereka berdua masuk ke dalam rumah Pak burhan.
Disana mereka melihat sebuah keluarga yang sangat
bahagia walaupun dalam keadaan yang sederhana.
Keluarga seperti ini adalah keluarga yang sangat
diinginkan oelh Satria, karena sejak kecil dia telah
ditinggalkan oelh kedua orang tuanya yang bercerai dan
dia di besarkan oleh sesosok nenek yang sangat luar
26
biasa yang dapat membesarkan seorang anak yang
sekarang suadh menjadi sosok yang luar biasa. Satria
pun tampa ia sadari matanya mulai berkaca-kaca melihat
pemandangan yang sangat ia ingin rasakan sedari dulu
dan dia sekarang dapat merasakan kehangatan tersebut
walaupun dalam waktu semalam.
“eh itu mata lu napa berkaca-kaca gitu sih.”
“ ini mata gua itu perih tau nahan ngantuk pengen tidur.”
“dasar yah belum juga apa-apa masa udah ngantuk aja
sih”
Saat mereka sedang berbincang datang lah bu Ratih. Ibu
ratih ini adalah istri dari pak Burhan sanga supir
penyelamat Rinjani dan Satria.
“ mas nanti kamu tidur bareng sama Dimas yah terus
kalo mbanya sama Riska. Kalian kenalan dulu sana sama
mba dan masnya.”
“oh iya bu terima kasih banyak.” Jawab Rinjani
“ kenalin aku Dimas.”
“ kalo aku Riska. Nama mas sam mbanya siapa”
“ hai nama mas Satria kalo temen mas yang cantik ini
namnya Rinjani.”
“wah namanya kayak gunung Rinjani yah unik deh”
27
“terima kasih ade-ade, sebenernya nama ini tuh di kasih
sama almarhum ayah kakak karena dia suka banget
mendaki dan mejelajah pada saat di gunung Rinjani
orang tua kakak itu bertemu jadinya kakak dikasih nama
Rinjani deh”
“lah kok lu baru cerita sih, parah ini mah gak cerita
cerita.” Saut Satria
“ yah buat apa gua kasih tau lu wlee.”
“hahahahaha.” mereka tertawa bersama sama.
Hari semakin malam, angin malam yang
begitubdingin merasuk hingga ke tulang tulang mereka,
tapi karena kehangatan keluaga pak Burhan rasa dingin
ini tak terasa lagi. Bintang-bintang yang berkerlap kerlip
sangat indah menghiasi langit malam yang sedang cerah.
Rembulan yang bersinar terang memancarkan cahaya
hiangga siapa saja yang melihatnya enggan untuk
berpaling. Daun-daun pepohonan yang bergoyanng
goyang tertiup angina malam yang cukup dingin. Suara
suara jangkrik dan katak yang bersaut sautan membuat
tempat yang jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kota ini
seakan ramai. Keadaan yang seperti ini yang selalu di
impikan rinjani ketika sedang beristirahat, sunyi dan sepi
hanya suara alam lah yang bisa ia dengar.
Keesokan harinya, mentari bersinar dengan
terang. Angin berhembus membelai setiap celah
28
dedaunan yang ada. Gemericik air yang ada seakan akan
lantunan musik yang indah di pagi. Kiacauan burung
yang bersaut sautan sangat merdu. Pagi ini akan menjadi
pagi ang sangat indah bagi mereka dan awal dari
petuanlangan mereka untuk pergi ke Danau Kaco.
Mereka berdua bsegegas untk membereska
semua barang barangnya dan menyiapkan segala
kebutuhan untk ke Danau kaco. Karena lokasi Danau
kaco yang berasa di tengah tengah hutan jadi mereka
memutuskan untuk membawa persediaan air yang
banyak. Mereka berdua langsung berpamitan kepada
keluarga pak Burhan untuk melanjutkan perjalanan
mereka ke Danau Kaco. Mereka berdua harus segera
berangakat ke Danau Kaco dengan terlebih dahulu pergi
ke sebuah terminal bis yang akan membawa mereka ke
sebuah desa tempat dimana Danau Kaco itu berada, desa
tersebut adalah Desa Sempur. Perjalanan mereka akan di
tempuh selama 90 menit.
“pak bu kami berdua pamit untuk melanjutkan
perjalanan. Maafkan kami jika selama di sisni
merepotkan bapak dan ibu.” Kata Rinjani
“ iya de, tidak apa apa kami sekeluarga tidak merasa di
repotkan sama kalian. Kalian beneran mau pergi sepagi
ini?.”
“ iya bu, kami berdua sudah tidak sabar untuk melihat
keindahan Danau Kaco.”
29
“ yasudah kalo itu keputusan kalian berdua hati hati di
jalan yah semoga bisa sampai dengan selamat di Danau Kaco”
“ iya bu pak, kami pamit yah assalamualaikum”
“ waalaikum salam hati hati di jalan yah”
Mereka pergi ke terminal bis dengan berjalan kaki,
karena jarak terminal bis dan rumah pak Burhan tidak
terlalu jauh. Mereka berjalan berdampingan sambil
berbincang-bincang.
“eh jan giman keadaan lu?kan kemaren sakit sekarang
udah enakkan?udah diminum belum tuh obatnya.”
“hehehe Alhamdulillah Sat udah enakkan nih, udah
diminum juga dong obatnya.”
“bagus nih udah diminum obatnya” kata Satria sambil
mengusap-usap kepal Rinjani.
“ apaan sih usap usap. Nih rambut gua jadi berantakan
kan, udah bagus bagus ah lu mah”
“ nih nih berantakin lagi nih”
Satria semakin mengacak-acak rambut Rinjani yang
sudah tertata dengan rapi.
“Satria…..ih ngeselin yah.”
30
Rinjani semakin kesal pada Satria. Saat Rinjani sudah
kesal Saritia pun berlalri agar tidak terkena amarah dari
Rinjani, Rinjani mengejar Satria yang berlari dengan
wajah menyebalkannya.
“ sini kejar kalo berani.”
“ awas yah lu Sat, gak tau yah lu gua tuh pemenang
lomba lari anatar Rt. Gua paling jago.”
Tidak terasa sebari mereka bercanda dan tertawa, mereka
berdua telah sampai di terminal bis yang akan membawa
mereka ke Desa Sempur. Mereka berdua kemudian
mencari loket tempat pembeliaan tiket yang akan
membawa mereka kesana. Setelah membeli tiket
kemudian mereka mencari bis yang akan membawa
mereka. Hampir saja mereka tertinggal oleh bis yang
akan mereka naikki. Mereka langdung menaikki bis
tersebut dan kemudian mencari tempat duduk yang
sesuai yang tertera pada tiket. Mereka berdua duduk
berdampingan, saat itu Rinjani kembali mengeluarkan
obat obatanya kembali.
31
KEBENARAN
Perjalanan yang dilalui sangat melelahkan dan
membutuhkan waktu yang tidak singkat dan
membutuhkan energy yang sangat banyak. Hal ini
membuat fisik dari Rinjani semakin di uji. Saat Rinjani
mengeluarkan obat-obatannya di sampaing Satria, ia pun
kebingungan mengapa hanya sakit magh membutuhkan
obat-obatan yang sangat banyak seperti itu.
“ minum obat lagi jan?coba sini liat obatnya kok banyak
banget yah.”
“ hehehe gak tau nih dokternya ngasihnya kebanyakan
tuh.”
“ keknya tuh dokter punya dendam sama lu jadi ngasih
obatnya banyak banget”
“ hahaha iya nih keknya.”
Rinjani meminum obat obatannya satu persatu. Dalam
hati Rinjani, dai bengitu tegang karena Satria melihat
32
semua obat – obatannya dan dia takut bila Satria
mengahui yang sebenarnya terjadi.
Satria yang begitu cueknya akan keadaan sekitar jadi
tidak begitu menghiraukan obat-obatan yang harus selalu
di minum oelh Rinjani.
Tak lama kemudian, Rinjani dan Satria telah
sampai di Desa sempur. Di desa ini masih sangat terasa
pedesaanya dan karena letaknya di pedalaman daerah
Jambi jadi tempat ini masih sangat asri sekali.
Pepohonan dan hamparan sawah membentang luas.
Rinjani dan Satria mulai mencari gerbang untuk
menuju ke Danau kaco. Mereka menanyakan ke
beberapa warga yang ada di sepanjang jalan yang
mereka lalui dan akhirnya mereka bisa menemukan
gerbang untuk ke Danau Kaco. Letak Danau Kaco yang
berada di tengah hutan membuat mereka harus bersiap
dalam segala medan yang ada di sana dan lagi masih
banyak hewan buas yang hidup di dalamnya.
“ Jan liat deh itu gerbangnya.”
“ oh iya Sat, akhirnya yah kita nemuin juga.”
“ iya Jan, ini adalah awal perjalanan kita untuk
menemukan Danau Kaco yang tersembunyi.
Saat di gerbenag masuk, mereka bertemu dengan penjaga
Taman Nasional Kerinci Seblat. Mereka diberi
33
tahu jalan menuju ke Danau Kaco. Mereka akan
melewati 2 post dan di masing masing post sudah ad
penjaga hutannya yang akan memberi tahu jalur
selanjutnya. Kemudian, mereka mulai berjalan sesuai
arahan dari penjaga hutan. Ditengah-tengah perjalanan
mereka menjumpai banyak hewan hewan liar yang masih
hidup dengan damai di dalam hutan.
“ perjalaan ini harus gua abdikan nih,coba lu pose disana
Jan.”
“ ogah ah apa-apaan gak mau ah kek apaan tau di tengah
hutan pose pose. Kita itu harus selalu hati-hati dimana
pun dan kapanpun.”
“ lah tingal pose doing sih… sok candid aja udah, gak
mau bantu temennya yah buat tugas nih sekalian buat
blog gua.”
“ gak mau yah enak aja, itu ada pemandangan sama
hewan-hewan kenapa gak itu aja kan lebih bagus.”
Mereka berdua berdebat hanya karena soal foto saja.
Mereka juga terkadang berdebat dalam hal-hal kecil.
Karena Rinjani tidak mau berpose akhirnya Satria
mengambil foto Rinjani tanpa ia ketahui. Satria juga
memotret semua keindahan yang ada di depan mata.
“ Jan lu tau gak katanya yah disini tuh ada yang namanya
macan dahan. Macam ini tuh susah banget di
34
temuinnya. Andai aja yah kita bisa nemuin macan dahan
pasti itu sesuatu yang paling membahagiakan bagi gua”
“ oh macan dahan, gua juga sempet baca sih memnag
katanya di sisni ada macan dahan dan agak langka juga
hewannya”
“semoga aja kita ketemu yah dan gua bisa
mengabadikannya.”
“ iya iya semoga aja, soalnya gua juga penasaran banget
nih sama macan dahan.”
Saat mereka sedang asik berbincang tiba-tiba saja ada
suara dari balik semak-semak. Awalnya, mereka tidak
tahu hewan apa itu tapi mereka berusaha memberanikan
diri untuk melihatnya dan benar saja di balik semak-
semak itu ada hewan yang kebetulan tadi mereka
bicarakan itu adalah macam dahan yang salah satu
hewan spesies endemik Sumatra. Macan dahan tersebut
ternyata tertipa sebuah pohon. Hewan ini juga
merupakan hean nocturnal yang lebih aktif di malam
hari. Rinjani dan Satria berusaha membantu macan
tersebut tetapi mereka takut bila saat di dekati hewan
tersebut akan menyerang mereka.
“ Sat coba itu tolongin kasian banget macannya ketimpa
kek gitu.”
“ yeh sabar dong, gua serem dia nyerang cuy.”
35
“ ah bilang aja lu takut kan. Yaudah ayo barengan angkat
pohonnya.”
***
Dirumah ibunda Rinjani sedang membersihkan
halamannya. Entah mengapa ibunda Rinjani tiba- tiba
saja merasa sangat tak karuan. Hati dan pikirannya selalu
tertuju pada Rinjani. Tapi perasaan ini coba di hiraukan
oleh sang ibunda.
“kenapa tiba tiba kengen Rinjani yah, oersaan aoa ini
yang sudah beberapa hari ini dirasakan. Semoga Rinjani
baik baik saja disana dan tidak terjadi hal buruk.”
(berkata didalam hati)
Ibunda Rinjani pun kembali melanjutkan perkerjaanya
dan bersiap untuk pergi bekerja.
***
Rinjani dan Satria pun berusah menyelamatkan macan
tersebut. Untung saja macan tersebut terbilang masih
kecil dan tidak terlalu agresif. Hal inilah yang membuat
36
Rinjani dan Satria dengan mudah mengangkat dahan
pohon yang menimpa macan tersebut.
“syukurlah macannya udah terbebas dari dahan pohon.”
“ iya ya Jan untung aja kita lewat, tapi sayang dianya
udah keburu pergi deh kan gua belum foto dia”
“ fottto terus yang dipikirinnya”
Saat macan tersebut telah bebas dai langsung pergi
begitu saja. Namun tanpa mereka ketahui macan tersebut
sempat berbalik dan tersenyum kearah Rinjani dan
Satria.
Mereka berdua melanjutkan perjalanannya untuk
menuju post1. Hari pun semakin siang, sinar mentari
yang ada berusaha memasuki celah celah dedaunan.
Tanah yang cukup licin yang diakibatkan oleh hujan
yang turun semalam. Keadaan fisik mereka semakin
lemah dikarenakan mereka belum memakan apapun
sejak dari rumah Pak Burhan.
“ kita istirahat dulu yah Sat. Gua udah capek dan laper
banget nih”
“oh yaudah kita istirahat disini, lagian bentar lagi kita
sampe deh di post 1. Gua juga udah laper nih”
Mereka berdua beristirahat sejenak untuk memulihkan
energi yang sudah sangat sedikit. Mereka mulai
37
memasak dengan mengunakan perlatan khusus yang di
pakai saat mendaki atau trvelling, makanan yang mereka
makan pun hanya makanan kalengan yang perlu
dihangatkan saja menggunakan kompor portebel. Setelah
mereka beristirahat, mereka pun melanjutkan perjalanan.
Tidak terasa mereka telah sampai di post 1 ditempat ini
bertemu dengan penjaga hutan dan memberitahu mereka
jalur yang aman untuk ke Danau Kaco.
Perjalan menuju pos 2 ini lebih sulit dan
berbahya dari sebelumnya. Banyak sekali pepohonan
yang besar dan memiliki akar yang sangat besar yang
semakin membuat mereka kesulitan dalam melalui
perjalanannya kali ini. Sampai Rinjani terjatuh dan
terjerembab kedlam sebuah lubang.
“ aw..Sat tolongin gua.”
“ yaampun Jan lu napa bisa jatoh gitu sih.”
Satria pun berusaha membantu Rinjani yang terjerembab
ke dalam lubang.
“ ada yang luka luak gak badan lu?”
“ engggak kok Sat cuam kaget doing gua
tadi” “ oh ok deh kalo gitu mah.”
Rinjani dan Satria melanjutkan perjalanan. Disepanjang
perjalanan yang mereka lalui diiringin oleh suara alam
38
yang seolah-olah menyambut mereka. Perjalanan yang
mereka lalui sangat sulit. Masih banyaknya semak
belukar yang menghalangi jalur menuju pos 2, tapi hal
tersebut tidak membuat mereka berputus asa akantetapi
membuat mereka semakin bersemanagat dalam
menjalani perjalanan yang ada. Mereka berdua berfikir
bahwa perjalanan yang sulit ini akan menjadi sebuah
cerita untuk masa depan. Tidak terasa mereka telah
sampai di pos 2.
“ akhirnya kita udah sampe di pos 2, ayo semangat dikit
lagi nih”
“Figthing Sat “
Tak lama mereka melewati pos 2, akhirnya mereka
melihat sebuah Danau yang sangat indah mempesona
bagaikan di surga. Air yang berwarna biru kehijauan dan
jernihnya air membuat tenmpat ini sangat indah.
Pepohonan yang rimbun mengelilingi Danau ini, Danau
tersebut adalah Danau Kaco yang sangat indah bagai
mutiara dia alam entah berantah.
“ Rinjani lihat itu….. wuoh indah banget. Gua harus
langsung mengabadikannya.”
“ waw keren banget iarnya jerni lagi. Ini benar benar
surga yang tersembunyi.”
39
Satria lansung mengeluarkan kameranya dan mengambil
foto. Ia juga lansung mengambil riset untuk keperluan
tugasnya. Sementara itu, Rinjani duduk diam di bawah
pohon yang rindang menatap kearah danau menikmati
ciptaan tuhan yang sangat luar biasa itu. Rinjani
mengeluarkan buku gambarnya dan langsung
menggambar, maklum saja Rinjani ini adalah anak dari
jurusan arsitektur. Tanpa Rinjani sadari tetesan darah
mengalir deras keluar dari hidungnya, segera Rinjani
mengelap tetesan dar itu. Dari keluarnya tetesan darah
itu membuat Rinjani semakin lemah dan lama kelamaan
membuatya pusing dan pingsan. Satria yang sedang
fokus mengobservasi dan mengambil gambar tidak
menyadari bahwa Rinjani sudah terbaring lemas di
bawah pohon. Saat Satria menyadari bahwa Rinjani
pingsan ia langsung berlari dan menghampirinya.
“ Jan jan Rinjani bangun…lu kenapa sih? Jani
Rinjani…”
Rinjani masih saja tidak sadar. Tubuh Rinjani semakin
lemah dan memucat. Entah apa yang terjadi pada
Rinjani. Tubuhnya semakin lemas saja. Satria pun
semakin panik akan keadaan Rinjani. Kemudian dengan
penuh kepanikkan dan kekhawatiran yang di rasakan
oleh Satria. Ia lansung membawa Rinjani ke pos 2 yang
tidak jauh dari Danau Kaco. Disana ia langsung meminta
pertolongan kepada penjaga hutan yang ada untuk
membawa Rinjani ke rumah sakit terdekat menggunakan
40
mobil penjaga hutan. Selama diperjalanan keadaan tubuh
Rinjani semakin melemah, Satria pun semakin panik dan
tidak karuan.
“ pak pak cepetan dong ini temen saya makin lemas
badannya.”
“ iya mas sebentar yah ini juga udah ngebut
banget.” “ tapi harus tetep hati hati juga yah pak”
Penjaga hutan itu membawa mobilnya sangat kencang
dan seakan-akan tidak ada rem dalam mobilna. Tapi
karena hal itu mereka dapat dengan cepat sampai di
rumah sakita terdekat. Rinjani langsung di bawa ke IGD
dan langsung ditangani oleh para dokter yang
berpengalaman. Dokter dan tim perawat tidak kunjung
keluar dari ruangan tersebut dan tiba-tiba mereka
membawa Rinjani ke ruang ICU. Begitu kagetnya Satria
melihat kondisi Rinjani yang seperti itu. Kondisi yang
tidak pernah terbayangkan olehnya akan di alami oleh
gadis cantik,pintar, dan periang seperti Rinjani. Selama
perjalanan Rinjani tidak pernah memperlihatkan raut
kesakitannya. Satria juga sangat menyesal dia tidak
menyadari bahwa semua obat obatan Rinjani itu buakn
obat yang sembarangan. Dengan rasa panik yang
mendera dirinya, dai tidak bisa berfikir lagi apa yang
harus ia lakukan hingga daia teringat bahwa ia harus
memberi kabar pada orang tua Rinjani.
41
Dengan tubauh yang gemetar Satria menghubungi ibu
Rinjani.
“ ass..ass..assalamualaikum bu, maaf ini saya Satria
teman yang menemani Rinjani pergi ke Danau Kaco.
Saya mau memberitahu ibu bahwa keadaan Rinjani
sedang kritis dan sepertinya Rinjani akan di bawa ke
rumah Sakit di Kota Sungai Penuh.”
Satria menghubungi ibu Rinjani dengan suara penuh
kepanikan dan kekhawatiran.
“waalaikumsallam..hah yang benar nak. Yasudah ibu
langsung kesana yah”
Mendegar hal tersebut ibu Rinjani seketika terdiam
lemas dan tak terasa air mata ibunda Rinjani jatuh begitu
derasnya. Ibunda Rinjani dengan persaan sedih bergegas
menuju bandara agar bisa secepatnya sampai di sana.
Diwaktu yang bersamaan yang bersamaan tim dokter
keluar dari ruang ICU dan kemudian menghampiri
Satria.
“ maaf mas apakah anda keluarga pasien?.
“ bukan dok saya hanyalah temannya pasien, emang ada
apa yah dok? Jika ada yang perlu disampaikan beritahu
saya saja tidak apa-apa nanti saya akan memberi tahu
keluarga pasien” (satria berbicara dengan penuh
kekhawtiran)
42
“apakah mas tau,teman mas ini memiliki riwayat
penyakit apa?”
“ saya tidak tahu penyakitbapa yang diderita oelh teman
saya ini, tapi ia selalu meminum obat obatan ini”
Saat dokter melihat obat-obatan tersebut, dokter langung
terdiam dan mengambil obat tersebut.
“ mas ini obatnya saya bawa dulu dan jangan lupa
berdoa agar teman mas ini baik baik saja”
“dok dok emang kenapa teman saya ini”
“ mas penyakit yang di alami teman mas ini tidak bisa
kami tangani di sisni dan di haruskan di bawa ke Kota
Sungai Penuh karena disana peralatannya sudah komplit
dan memadai.”
“ memangnya teman saya ini sakit apa dok?”
“ kami masih belum bisa memberitahunya mas karena
kami pun masih ragu dan takut karena hal ini bisa saja
salah.”
Dokter pun pergi menuju ruangannya dan menyiapkan
surat pemindahan Rinjani ke rumah sakit yang lebih
komplit.
Rinjani yang masih dalam keadaan tak sadarkan
diri dibawa menuju rumah sakit yang lebih kompit.
43
Satria yang dari awal menemani pun ikut mendampingin
Rinjani yang di bawa menggunakan ambulan. Satria
memegang erat tangan Rinjani dan terus berdoa
untuknya. Keadaan Rinjani semakin tidak stabil. Tim
dokter dan perawat yang ikut menemaninya pun
berusaha menjaga kestabilan Rinjani. Perjalanan yang
cukup panjang membuat Satria semakin khawatir dengan
keadaan Rinjani. Tetesan air mata satria semakin
mengalir deras di pipinya.
“ jan.. jani maafin gua yah…maaff gua gak sadar selama
ini dan maaf gua gak bisa jagain lu. Jan tolong lu
bertahan unyuk gua dan ibu lu. Jangan lu nyerah jan
lawan penyakit lu ini. Gua gak mau kehilangan orang
yang gua sayangi lagi. Demi ibu tolong lu sadar.”
Sepanjang perjalanan Satria terus membisikkan kata-kata
di telinga Rinjani. Entah Rinjani mendengarnya atau
tidak tapi air mata Rinjani tiba-tiba menetes. Melihat hal
ini Satria begitu bahagia karena Rinjani dapat merespon
apa yang di bisikkan ke telinganya itu.
“ tuh kan lu udah bisa denger omongan gua jan. tolong lu
bertahan sedikit lagi yah Jan…tolong bertahan untuk ibu
lu. Sebentar lagi ibu lu datang kesini jadi lu harus
bertahan yah. Gua tau lu perempuan yang hebat dan
berjuang tanggguh, walaupun gua baru kenal lu tapi
perjalanan yang udah kita lewati selama beberapa hari ini
membuat gua semakin mengenal lu Jan.”
44
Satria membisikkannya di telanga Rinjani dengan air mata
yang terus mengalir begitu derasnya. Isak tangisnya
semakin deras saja. Rasa sesal terus menghantuinya.
Tidak terasa mereka telah sampai di Rumah sakit
Kota Sungai penuh. Setelah sampai Rinjani langsung
dibawa keruag ICU dan tim dokter mulai melakuakan
penanganan yang sangat cepat dan baik sekali. Tim
dokter dan perwat melakukan penangan cukup lama dan
hal ini membuat Satri gelisah. Sambil menunggu Rinjani
yang sedang dilakukan penanganan Satria pun ergi ke
mushola dekat rmah sakit tersebut dan disana ia berdoa
untuk kesembuhan Rinjani.
“ yaallah ya tuhan kami tolong berikanlah kesembuhan
pada teman hamba ini. Hamba tau hamba adalah
manusaia yang bnyak sekali kesalahan tapi hamba
memohon kepadamu agar bisa menyembuhkan teman
hamba yang baik ini. Teman hamba ini manusaia yang
baik dan rajin beribadah. Tolong yaallah..hamba berjanji
akan rajin beribadahnya jika teman hamba bisa sembuh
dan juga hamba akan menjadi suami yang baik untuk dia.
Amiiin..”
Satria begitu husyuknya berdoa untuk kesembuhan
Rinjani. Ia hanya ingin Rinjni bisa ceria seperti biasanya
lagi dan ia pun ingin sekali mengutarakan isi hatinya.
45
****
Didalam ruangan ICU Rinjani berusaha bertahan
hidup. Rinjani berusaha melawan rasa sakitnya. Didalam
pingsannya dia membyangkan wajah wajah orang yang
sangat ia sayang dan cintai yaitu Ibu dan Satria. Dalam
keadaan tersebut air mata Rinjani tak sengaja jatuh dan
mengalir membasahi pipinya. Bayangan byangan kedua
sosok it uterus membuat batin dan dirinya berusaha
melawan penyakit yang telah membuatnya lemah seperti
itu. Suara alat alat yang ad di ruang ICU itu membuat
siapa saja yang mendengarnya merasa cemas. Denyut
jantug Rinjani semakin melemah.
****
Ibunda Rinjani berusaha pergi ke bandara dengan
cepat. Namun sayang jalanan hari itu macet dan
membuat perjalanan ibunda Rinjani tersendat. Air mata
dan doa yang terus mengalir deras dalam diri ibundanya.
Tampak sekali raut wajah kecemasan yang terlukiskan.
“ apakah ini jawaban dari perasaanku yang beberapa hari
ini tidak menentu”
46
***
Satria yang merasa cemas dari tadi semakin cemas ketika
telah melihat ekspresidolter yang seprti itu. Kecemasan
yang memuncak,persaaan,dan air mata yang terus
mengalir dipipinya. Persaaan bersalah yang semakin
lama semakin melanda dirinya.
“ kenapa sih kenapa gak pernah peka, kenapa gua bisa
lalai jagain dia.” Dalam hati Satria yang semakin kacau
dan tidak karuan.
Nit….nit…nit…. suara alat detak jantung itu
berbunyi. Dokter yang tadi pergi ke ruangannya
mendadak datang lagi ke ruang ICU dengan bergegas
seakan ada yang sedang terjadi pada Rinjani. Satria yang
melihat hal ini semakin penasaran apa yang terjadi.,
perasaannya pun kembali bergejolak. Detak jantung
semkain melemah dan tubuh Rinjani yang ikut melemah.
Dokter melakuakan semua hal yang bisa menyelamatkan
Rinjani. Atas kegigihan tim dokter Rinjani bisa kembali
diselamatkan. Detak jantungnya pun kembali normal.
Satria yang mengetahui hal tersebut bergegas menemui
tim dokter.
“ dok dok kenapa dengan Rinjani? Ada apa dok tadi.”
47
“ tidak ada apa apa kok nak, tadi teman mu hanya tiba-
tiba detak jantungnya menurun tapi sekrang sudah tida
apa apa kok”
“sebenarnya teman saya ini kenapa sih dok”
“ teman mas ini ternyata ia mengidap kanker kelenjar
tiroid yang sudah cukup ganas”
“ hah yang benar dok !!! jangan bohong !! itu dokter gak
salahkan?”
“ini benar kok mas, tadi saya sudah melakukan
pengecekan lab dan nanti agar lebih meyakinkan saya
akan melakukan tes ulang pada teman mas.”
Mendengar hal tersebut, begitu kagetnya Satria dan dia
tidak menyangka bahwa Rinjani memiliki penyakit yang
cukup ganas.
***
Diperjalanan ibunda Rinjani mendapatkan banyak sekali
rintangan yang menghalagin perjalanan ibunda Rinjani
ini. Tapi pada akhirnya ibunda Rinjani bisa sampai di
bandara dengan tepat waktu. Ia langsung berlari menuju
48
pesawat yang akan membawanya ke Kota Jambi.
Didalam peesawat pikiran ibunda Rinjani sudah kacau
sekali. Ia terus menghawatirkan Rinjani yang entah
bagaimana keadaanya sekarang. Setelah sampai di Kota
Jambi ibunda Rinjani langsung pergi mernggunakan
pesawat local menuju Kota Sungai Penuh agar bisa
segera sampai di rumah skit kota tersebut. Akhirnya
ibunda Rinjani sudah sampa di Kota Sungai Penuh.
Sesampainya disana ibunda Rinjani langsung menaikki
taksi menuju rumah sakit tersebut. Setelah samapi di
rumah sakit tersebut, ibunda Rinjani pun lansung berlari
menuju ruangan tempat Rinjani di rawat. Isak tangis
ibunda Rinjani semakin pecah setelah tibanya ia di
rumha sakit. Saat akan menemui Rinjani yang masih di
dalam ICU ia melihat Satria. Saat melihatnya mereka
berdua saling berpelukkan dan menangin begitu
hebatnya.
“ bu…maafkan saya tidak bisa menjaa anak ibu dengan
baik. Saya tidak mengetahui sama sekali keadaan
Rinjani ini. Bodoh..bodoh bodohnya saya tidak pernah
peka terhadap keadaan rinjani ini. Maaf maaf hanya itu
yang bisa saya ucapkan.”
Satria menangis begitu derasnya dan ia semakin
menyalahkan dirinya sendiri.
“ sudah sudah nak, tidak usah menyalahkan dirimu. Ibu
tau sifat Rinjani bagaimana ia tidak mau memperlihatkan
49
keadaannya yang sebenarnya. Sekarang kita masuk saja
keruang ICUnya semoga saja Rinjani bisa segera sadar
ketika kita berdua sedang berada di sisinya.”
Ibunda Rinjani dan Satria masuk ke dalam ICU tempat
Rinjani sedang melakukan perjuangan untuk melawan
penyakit yang ada di dalam dirinya itu. Entah ini
mukjizat atau apa itu, tapi ketika saat mereka berdua
masuk kedalam ruang ICU jari jari Rinjani bergerak dan
air matanya mengalir. Tak lama matanya terbuka secara
petlahan. Melihat hal itu mereka berdua begitu kagetnya
dan Satria segera memanggil tim dokter.
“ dok dok Rinjani udah saar dok, ayo cepat dok periksa Rinjani.”
“ iya iya sebentar mas saya akan kesana”
“ok dok cepat yah dok”
Satria kembali ke ruang ICU dan tak lama doter dan
timnya pun datang. Kemudian dokter menyuruh kepada
mereka berdua untuk keluar dari ruangan. Saat selesai
dokter menemui ibunda Rinjani dan Satria di
ruangannya.
“ ibu dan mas gak usah khawatir lagi kondisi Rinjani
sekarang sudah membaik. Kalo tentang kanker tiroid
Rinjani itu bisa ditangani dengan cara di operasi dan bisa
sembuh walupun tidak total”
50
Rinjani pun setelah stabil kemudain melakukan operasi
kanker tiroid. Berjam jam pun berlalu Rinjani akhirnya
keluar dari ruang operasi. Hari hari selanjutnya Rinjani
melakukan perawatan dengan baik don kondisinya pun
membaik. Rinjani pun sudah di perbolehkan untuk pergi
keluar untuk berjalan jalan di taman rumah sakit. Satria
mendorong kursi roda Rinjani dengan perlahan dan
sangat bahagia. Disaat seperti ini Satria ingin sekali
mengutarakan apa yang ia rasakan selama ini. Walaupun
mereka baru kenal hanya dalam hitungan hari tapi Satria
seperti sudah menemukan belahan jiwanya yang ia cari
selama ini.
Angina bertiup membelai lembut Rinjani yang
baru saja di perbolehkan berjalan jalan di taman rumah
sakit. Dedaunan yang melambai lamabi seakan
menyambut Rinjani. Sinar mentari menyelimuti tubuh
Rinjani yang duduk di kurdi roda dan trelihat anggunya.
Satria yang datang dari arah belakang langsung berdiri di
hadapan Rinjani.
“ Jan gua sebenarnya pengen ngomong ini dari lama tapi
lunya keenakan tidur jadi ke tunda deh heheh”
“ ngomong apaan sih”
Satria berlutut di hadapan Rinjani dan langsung
menyatakan sesuatu
“ will you merry me gunung Rinjani”
51
Mendengar hal tersebut Rinjani sontak saja menangis
bahagia dan langsun menerima tawaran dari Satria
tersebut.
“ yes I do.”
Hari-hari berganti keadaaan Rinjani semakin
terlihat sehat dan bahagia. Banyak sekali pengalaman
dan kenangan yang telang mereka buat bersama. Mereka
menyiapkan pernikahan mereka dengan begitu bahagia.
Namun pada suatu hari ketika ia pulang dari butik baju
pengantin Rinjani pu pingsan. Seketika saja Satria panik
dan membawanya langsung ke rumah sakit. Seketika
kenangan saat dahulu Rinjani mengalami keadaan seperti
ini kembali menghantui pikirannya. Tim Dokter
melakukan segala cara untuk memulihkan keadaan
Rinjani namun sayang Rinjani tidak bisa di selamatkan
lagi. Satria pun menangis begitu histerisnya dan belum
bisa membayangakan hal yang selam ini di takuti datang
juga. Rinjani ternyats terkana serangan jantung
mendadak. Keadaan dimana ia harus berpisah dengan
seseorang yan ia cintai. Keluarga dan kerabat pun datang
ke kediaman Rinjani yang akan segera di kebumikan.
Satria yang masih syok terdiam lemas di sebelah Rinjani
yang sudah terbalut kain kafan sebari memeluk baju
Rinjani. Setelah pulang dari pemakanan Satria langung
menuju ke Rumah Rinjani.
52
Dalam hati yang masih sangat pilu Satria
berusaha untuk tetap tegar dan melanjuutkan hidup. Ia
melihat semua foto foto Rinjani yang sudah ia abadikan
dalam kameranya.
“ terimakasih semua kenangan yang telah kamu berikan
pada ku Rinjani. Akan ku simpan semua kenangan yang
telah kita lewati di memori, hati dan pikiranku. Walupun
nanti memori ku telah melemah tapi kamu akan selalu
ada dalam hati ku.” Dalam hati Satria yang mencoba
untuk tegar.
Manusia hanyalah bisa berdoa dan berbicara tapi
selebihnya takdir allahlah yang menentukan nasib setiap
umatnya. Ketika kita menginginkan sesuatu kita harus
tetap berjuang mendapatkannya karena allh selalu
mengetahui siapa saja hambanya yang berusaha.
- TAMAT -
53
BIOGRAFI
Namaku Hanifah Dorrotul Hikmah, lahir pada
tanggal 21 april 2002. Aku adalah anak tunggal dari
kedua orang tua yang sangat hebat yaitu Ade facharudin
Sudjai S.E dan Aryani. Ayah ku hanya seorang pegawai
swasta dan ibuku adalah ibu rumha tangga.
Pada usia 6 tahun aku bersekolah di SDN
GUNUNG BATU 1. Ketika telah lulus aku
melanjutkannya di SMPN 1 CIOMAS di tahun 2013.
Selepas lulus saya melanjutkan ke SMAN 1
DRAMAGA. Saya sangat menyukai karya berupa
lukisan dan gambar. Semoga karya tulis saya ini dapat
menginspirasi bagi pembacanya.
54